Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan 12

1. Topik/Sub Topik
A. Obat-obatan syaraf dapat berpengaruh pada penglihatan.
B. Farmakologi kelas utama obat-obatan okuler mengganggu tekanan intra okuler dan
sistemis

2. Pengantar Pertemuan
- Setiap obat memiliki efek samping yang beragam. Salah satunya gangguan mata, seperti
mata merah, terasa kering, berair, atau bahkan membuat pandangan Anda kabur
- Pencegahan atau pengendalian faktor risiko, terutama peningkatan tekanan intraokular
adalah tujuan utama manajemen glaukoma. Penanganannya dapat dengan pemberian
obatobatan, terapi laser atau dengan tindakan operasi. Pemilihan obat dilakukan dengan
melihat respon pengobatan terhadap penurunah TIO serta mempertimbangkan berbagai
faktor yang mempengaruhinya.

3. Obyektif Perkuliahan
Mahasiswa mengerti dan memahami tentang obat-obatan syaraf dapat berpengaruh pada
penglihatan seperti :
1) Obat dengan efek samping mata kering
2) Obat dengan efek samping fotofobia
3) Obat yang menyebabkan tekanan tinggi di mata
4) Obat yang menyebabkan mata sensitive terhadap cahaya terang
5) Hardeolum
6) Obat untuk hardeolum
Mahasiswa mengerti dan memahami tentang obat-obatan yang mengganggu tekanan intra
okuler dan mengganggu sistemis pada farmakologi kelas utama obat-obatan okuler seperti :
1) Golongan obat topikal
2) Golongan obat sistemik
3) Mekanisme kerja obat antiglaukoma
4) Golongan obat kolinergik
5) Golongan adrenergik agonis

4. Isi/Konten
A. Obat-obatan syaraf dapat berpengaruh pada penglihatan.
1) Obat yang efek sampingnya menyebabkan mata kering
Beberapa obat dapat menghambat produksi air mata. Padahal air mata akan selalu
dikeluarkan ketika Anda berkedip supaya mata tetap bersih. Kekurangan air mata,
membuat mata kering, terasa panas terbakar, dan perih. Obat-obatan yang menyebabkan
gangguan mata tersebut, antara lain:
 Obat diuretic
 Antihistamin
 Antidepresan
 Obat penurun kolesterol
 Pil KB
 Beta-bloker
2) Obat yang efek sampingnya menyebabkan fotofobia
Fotofobia adalah istilah medis untuk mata yang sangat sensitif dengan cahaya. Orang
dengan kondisi ini, tidak dapat melihat dengan baik ketika berada di ruangan yang
cahayanya terang. Beberapa obat yang menyebabkan gangguan mata ini, antara lain
 Antibiotik
 Obat untuk jerawat
 Obat diuretik yang diresepkan untuk pasien hipertensi
 Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
3) Obat yang menyebabkan tekanan tinggi di mata
Tekanan tinggi pada mata dapat merusak saraf dan menyebabkan gangguan mata,
seperti glaukoma. Tanpa perawatan, kebutaan bisa terjadi. Ada beberapa obat yang
memicu perubahan struktur mata dan memungkinkan terjadinya penumpukan cairan di
mata sehingga menyebabkan glaukoma, seperti:
 Obat kortiskosteroid
 Antidepresan
 Obat untuk penyakit Parkinson, asma, aritmia, wasir, dan kejang
4) Obat-obatan yang membuat mata sensitif terhadap cahaya terang
Beberapa obat-obatan dapat menimbulkan efek samping yaitu menyebabkan mata sensitif
terhadap cahaya, seperti :
 Antibiotik tetracycline dan doxycycline
Antibiotik tetracycline dan doxycycline sering digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri. Cara kerjanya adalah menghambat dan membunuh bakteri yang menyebabkan
peradangan. Sayangnya, dua antibiotik oral (obat minum) ini dapat menimbulkan efek
samping yang bikin mata jadi sangat sensitif dengan cahaya. Selain membuat mata jadi
sensitif, efek samping lain yang mungkin Anda alami adalah mual, muntah, sariawan,
sakit tenggorokan, diare, pusing, dan sakit kepala.

 Furosemide

Furosemide digunakan untuk mengurangi ekstra cairan di dalam tubuh yang


disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati, dan penyakit ginjal.Selain itu,
furosemide juga digunakan untuk mengurangi gejala sesak napas, pembengkakan pada
tubuh, dan mengobati tekanan darah tinggi. Obat ini termasuk golongan diuretik yang
membuat Anda sering buang air kecil. Penggunaan furosemide dapat menimbulkan
efek samping, seperti mata sensitif terhadap cahaya terang, sakit kepala, pusing, dan
penglihatan jadi kabur.
 Quinine

Quinine digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria akibat gigitan nyamuk.


Parasit malaria yang terbawa nyamuk akan berpindah ke tubuh melalui gigitan dan
hidup di sel darah merah. Nah, obat ini berfungsi sebagai pembasmi parasit yang hidup
di sel darah merah. Obat ini dapat menyebabkan efek samping pada fungsi mata.
Bukan hanya jadi lebih sensitif, mata juga jadi kurang tajam ketika melihat warna dan
tidak fokus. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan mual, sakit kepala, kepala
pusing, dan gangguan pendengaran.
5) Hordeolum
Penyebab Mata Bintitan (Hordeolum), dan Bagaimana Cara Mengobatinya
Mata bintitan dalam bahasa medis dikenal sebagai hordeolum atau stye. Gangguan mata
yang katanya bisa muncul kalau hobi mengintip orang ini sebenarnya disebabkan oleh
infeksi bakteri Staphylococcus aureus  yang menyerang kelenjar dalam mata. Akibatnya,
timbul benjolan di kelopak mata. Meskipun tidak berbahaya, bintitan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari Anda karena rasa nyerinya, serta merusak keindahan mata Anda.
Macam-macam jenis mata bintitan
Ada 3 kelenjar kelopak mata yang sering terinfeksi, yaitu kelenjar Zeis, Moll, dan
Meibom.

Berdasarkan kelenjar yang terinfeksi, mata bintitan bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu
hordeolum interna dan hordeolum eksterna. Pada hordeolum interna, yang terinfeksi
adalah kelenjar Meibom, sedangkan infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll akan
menyebabkan hordeolum eksterna.
Hordeolum eksterna akan muncul pada pangkal bulu mata karena lokasi kelenjar Zeis dan
Moll berada pada pangkal bulu mata, baik pada kelopak mata atas maupun bawah.
Sedangkan hordeolum interna biasanya akan muncul pada kelopak mata atas. Selain itu,
pada hordeolum eksterna biasanya benjolan akan mengarah ke sisi luar, sedangkan
hordeolum interna benjolan mengarah ke sisi dalam sehingga kelopak mata perlu dibuka
untuk dapat melihat benjolan dengan lebih jelas.
 Tanda dan gejala mata bintitan
Infeksi pada kelenjar kelopak mata ini akan menyebabkan timbulnya benjolan kecil
baik pada kelopak mata atas maupun bawah. Benjolan ini biasanya akan terasa nyeri,
berwarna merah, dan terasa hangat. Jika dibiarkan terlalu lama benjolan ini dapat
mengeluarkan nanah. Terkadang benjolan yang cukup besar dapat mengganggu
ketajaman penglihatan mata Anda sehingga penglihatan Anda menjadi buram. Selain
muncul benjolan, mata Anda akan terasa kering seperti berpasir, yang menyebabkan
gatal.
Biasanya penderita mata bintitan sebelumnya juga pernah mengalami masalah infeksi
lain pada matanya. Mereka yang menderita diabetes tipe 2 atau penyakit kulit
seperti dermatitis seboroik berisiko lebih tinggi mengalami bintitan.
Meskipun hordeolum tidak berbahaya, namun jika tidak diobati dapat menyebabkan
infeksi yang meluas hingga ke kelopak mata sehingga timbul yang disebut sebagai
selulitis periorbital.
 Bagaimana cara mengobati mata bintitan
Bintitan merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu,
namun proses penyembuhan bisa dipercepat dengan beberapa cara sederhana yang
bisa Anda lakukan di rumah. Anda dapat melakukan kompres hangat dan pijat secara
perlahan pada mata Anda yang mengalami hordeolum sebanyak 4 kali sehari, masing-
masing selama 10 menit. Bila dengan cara ini masih belum ada perbaikan, maka Anda
dapat pergi berobat ke dokter untuk mendapatkan obat antibiotik yang dapat
membantu mempercepat penyembuhan infeksi. Jika benjolan cukup besar dan
nanahnya cukup banyak, dokter dapat menyarankan Anda untuk menjalankan terapi
tindakan berupa insisi drainase. Benjolan akan dibuka dan isi nanah dikeluarkan lewat
sebuah operasi kecil tanpa jahitan. Satu hal yang perlu Anda ingat, jangan mencoba
untuk memencet atau memecahkan benjolan untuk mengeluarkan nanah. Tindakan
sembrono ini justru bisa menyebabkan infeksi semakin meluas sehingga seluruh
kelopak mata dapat menjadi terinfeksi. Chalazion, penyebab mata bintitan yang bukan
karena bakteri Ternyata mata bintitan tidak selalu disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pada kondisi tertentu, mata bintitan dapat disebabkan oleh adanya sumbatan pada
kelenjar kelopak mata tanpa adanya infeksi bakteri. Sumbatan tersebut menyebabkan
isi kelenjar menumpuk dan memicu terjadinya reaksi inflamasi pada kelopak mata
yang akhirnya menyebabkan benjolan yang mirip dengan hordeolum. Benjolan yang
tidak terasa nyeri ini disebut sebagai chalazion.
 Obat Mujarab untuk Mengatasi Mata Bintitan (Hordeolum) yang Mengganggu
Bintitan (hordeolum atau stye) adalah salah satu infeksi mata yang cukup umum
terjadi. Walaupun ukuran benjolannya kecil, kondisi ini dapat menyebabkan mata
gatal dan terasa sangat mengganjal. Anda mungkin pernah mencoba kompres air
hangat untuk meredakannya. Namun jika ini tak juga berhasil, pergilah ke apotek dan
temukan berbagai obat mata bintitan berikut ini. Sebetulnya, mata bintitan bisa
sembuh sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Akan tetapi, rasa gatal dan mengganjal di
area mata tentu membuat Anda tidak nyaman dan percaya diri, bukan? Sebagai
solusinya, berikut ini beragam pilihan obat mata bintitan yang mampu mempercepat
penyembuhan.
 Obat pereda nyeri

Analgesik adalah salah satu obat lini pertama untuk mengobati mata bintitan. Saat
pergi ke apotek, Anda biasanya akan dianjurkan untuk minum obat paracetamol
atau ibuprofen, sesuai kondisi kesehatan Anda. Dua jenis antinyeri tersebut
berfungsi untuk membantu meredakan nyeri dan gatal akibat bintitan.

 Salep

Selain berupa obat minum, obat mata bintitan juga tersedia dalam bentuk salep.
Salep yang menjadi obat mata bintitan umumnya mengandung antibiotik untuk
meredakan peradangan. Begini cara pemakaiannya: tutup mata Anda, lalu oleskan
sedikit salep ke area kelopak mata yang mengalami bintitan. Lakukan hal ini secara
rutin sampai bintitan mengempis dan sembuh dalam beberapa hari.
 Suntik steroid

Bila mata bintitan tak kunjung sembuh dan justru semakin membengkak, dokter
mungkin akan menyuntikkan steroid ke area mata bintitan. Suntik steroid ini
berfungsi untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan pada kelopak mata
Anda. Ingat, suntik steroid ini hanya boleh dilakukan oleh dokter mata, ya!

B. Farmakologi kelas utama obat-obatan okuler mengganggu tekanan intra okuler dan
sistemis

Berdasarkan jalur pemberiannya, obat-obatan antiglaukoma dapat dibagi menjadi obat topikal
dan obat sistemik.
1) Obat Topikal
Dibedakan atas 5 jenis, yaitu:
a. Golongan kolinergik seperti pilokarpin, karbakol, demekarium bromida dan ekotiofat
iodide
b. Golongan agonis adrenergik seperti epinefrin, dipivefrin, brimonidin dan apraklonidin.
c. Golongan penyekat-beta seperti timolol, karteolol, betaxolol, levobunolol dan metoprolol
d. Golongan analog prostaglandin seperti prostaglrandin F2a / PGF2a (latanoprost),
bimatoprost, travoprost. Unoproston
e. Golongan penghambat karbonik anhidrase topikai seperti dorzolamid dan brinzolamid

2) Obat sistemik
Dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Golongan penghambat karbonik anhidrase seperti asetazolamid dan metazolamid
b. Golongan osmotik seperti gliserin, manitol dan urea
c. Obat-obatan lain diantaranya forskolin, asam etakrinik, antagonis steroid, kanabinoid,
penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), peptida atrial natriuretik
dan obat neuroprotektif
3) Mekanisme Kerja Obat Antiglaukoma
Obat antiglaukoma bekerja pada- sistem cairan akuos untuk menurunkan tekanan
intraokuIar melalui tiga mekanisme utama, yaitu:
a. Menurunkan produksi akuos di badan siliar
b. Meningkatkan aliran keluar cairan akuos melalui anyaman trabekula
c. Meningkatkan aliran keluar cairan akuos melalui jalur uveosklera.
4) Golongan Obat Kolinergik Saat ini miotik digunakan sebagai tambahan pada pemberian
penyekat-beta atau simpatomimetik karena perannya yang telah terbukti memberikan efek
tambahan dalam mengontrol tekanan intra okular (TIO).''' Efek farmakologiknya termasuk
miosis, konstriksi pupil dan akomodasi kontraksi otot siliar). Berbagai obat antiglaukoma
yang termasuk golongan ini dapat dibagi menjadi dua kelompok: miotik_ yang bekerja
langsung dan kolinesterasi inhibitor. Pilokarpin merupakan miotik yang berkerja langsung
sementara karbakol merupakan parasimpatomimetik dengan kerja ganda sebagai alcibat
aktivitas anti7coIinesterase-nya yang lemah. Penghambat antikolinesterase murni adalah
fisostigmin, ekotiofat iodida dan demekarium bromide
a. Pilokarpin
 Farmakokinetik: Mula kerjanya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan
berlangsung selama 4-8 jam.
 Mekanisme Kerja Obat: Meningkatkan aliran keluar akuos karena adanya kontraksi
badan siliar. Hal itu mengakibatkan penarikan tapis sklera dan penguatan clamp
trabekula. Pada glaukoma sudut tertutup, efek miotik dari obat melepaskan blok pupil
dan juga menarik iris menjauh dari sudut bilik mata depan. obat ini meningkatkan
aliran keluar melalui trabekula.
 Indikasi: Glaukoma sudut terbuka kronis (glaukoma simpel kronis), glaukoma sndut
tertutup akut, glaukoma sudut tertutup sinekia kronis (setelah dilakukan iri, dektomi
perifer), glaukoma sekunder akibat blok pupil dan setelah operasi - il:iudialisis.
 Kontraindikasi: Glaukoma inflamasi, glaukoma malignan dan riwayat alergi.
 Etek Samping: Efek sampins okular bzruna keratitis pungtata superfisial. spasme otot
siliar yang menyebabkan miopia, miosis, kemungkinan retinal detachment,
progresifitas katarak dan toksisitas endotel kornea_
 Efek samping sistemik termasuk berkeringat, aktivitas gastrointestinal yang
meningkat, salivasi, nausea tremor, nyeri kepala, bradikardi dan hipotensi.
 Dosis: Tersedia dalam bentuk larutan topikal, ocuserts dan gel. Pada sediaan larutan
mata tersedia dua macam bentuk garam pilokarpin yaitu:
 Pilokarpin hidroklorida dalam sediaan 0,25%, 0,50%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%, 8%
dan 10% tetes mata.
 Pilokarpin nitrat dalam sediaan 1%, 2%, dan 4% tetes mata. Diberikan 1-2 tetes, 3-
4 kali sehari. Konsentrasi yang umumnya digunakan atla}ah 0.5 - 4 %. Awitan efek
miotik dimulai 10-30 menit dan lama kerja adalah -•-6 jam. Obat ini biasanya
diberikan setiap 6 jam sekali.
b. Karbakol
 Farmakologis bersifat relatif tidak dapat didegradasi oleh kolinesterase. Sifat ini
membuat karbakol lebih poten dibandingkan pilokarpin dan memiliki waktu kerja
yang lebih panjang 3 ' 8
 Mekanisme kerja: Karbakol bekerja menurunkan tekanan intraokular dengan
meningkatkan aliran keluar akuos. Mekanisme kerja ini merupakan stimulasi langsung
dari reseptor post-synaptic pada neuromuscular junction otot siliar dan peda reseptor
presinaptik untuk melepaskan asetilkolin. Komposisi karbamil yang dimiliki karbakol
memberikan beberapa efek antikolinesterase sehingga memberikan tiga tempat target
stimulasi kolinergik.
 Indikasi: Pada penderita glaukoma yang pada penggunaan pilokarpin tidak diltoleransi
dengan baik atau kurang efektif dan juga pada situasi dimana pemberian miotik
diharapkan dengan dosis yang lebih kecil karena pemberian karbakol ini 1 tetes 3 kali
sehat
 Kontraindikasi: Pada keadaan mata yang inflamasi, glaukoma sudut tertutup serta pada
pasien dengan penyakit saluran respirasi, kardiovaskular dan gastrointestinal yang
berat.
 EfIek samping: Secara iokal pada mata dapat teriadi kekeruhan kornea_ keratopati
bulous, spasme akomodatif, miosis, penglihatan kabur, dan hiperemi konjungtiva.
Efek samping secara sistemik dapat berupa muka merah, berkeringat, keram
abdominal dan nyeri kepala, salivasi, pningkatan sekresi gaster, muntah, diare.
bradikardi dan konstriksi bronkial.
 Dosis: Tersedia dalam sediaan topikal dengan konsentrasi 0,75%, 1,5%, 2,25%, , dan
3%. Karbakol mencapai efek puncak dalam 2-3 jam dengan lama kerja 48 jam.

5) Golongan Adrenergik Agonis (Simpatomimetik)


a. Epinefrin
 Merupakan simpatomimetik yang bekerja langung.
 Mekanisme kerja: menurunkan produksi cairan akuos pada fase awal karena efek a-
adrenergik. Epinefrin juga meningkatkan aliran keluar trabekular yang disebabkan
stimulasi reseptor (32- adrenergik pada anyaman trabekula.3 ' 7 Farmakokinetik: Mula
kerja setelah 1 jam dengan efek puncak setelah 4 jam dan efek: penunman TIO
berlangsung sampai 72 Jam. Penggunaan epinefrin jangka panjang memiliki kekuatan
kontrol TIO yang sama dengan timolol. Tersedia dalam bentuk hidroklorid, bitartrat
dan garam borat untuk obat topikal dengan konsentrasi bervariasi antara 0.25-2 %
yang diberikan 2 kali sehari.
 Indikasi: Terutama digunakan pada galukoma simpel kronis atau pada pemberian
bersamaan dengan miotik untuk bilik mata depan dangkal ringan.
 Kontraindikasi: Hipersensitivitas, glaukoma sudut sempit dan glaukoma afakik dan
pseudofakik.
 Efek samping: Pemberian topikal menyebabkan dekongesti konjungtiva dan midriasis
sementara. Hipertensi sistemik, hiperemia konjungtiva, deposit adenokrom dan reaksi
alergi pada kelopak. Perlu diperhatikan pemberian topikal untuk pasien dengan
disfungsi kardiovaskular, hipertiroid atau diabetes melitus.
 Dipivefrin
(Dipivalil epinefrin/DPE/dipivefrin hidroklorid) DPE Merupakan prodrug
epinefrin, dibentuk oleh diesterifikasi epinefiin dan asam pivalik dalam kornea,
yang meningkatkan sifat lipofilik sehingga memiliki penetrasi lebih baik menuju
bilik mata depan. Peningkatan sifat lipofilik memberikan peningkatan penetrasi
kornea 17 kali, keperluan dosis yang lebih sedikit dan memiliki toleransi yang lebih
baik dibandingkan epinefrin.
- Mekanisme kerja sama dengan epinefrin 3,7,8 Farmakokinetik: Mula kerja terjadi
dalam 30 menit dan efek puncak didapatkan dalam 1 jam. Prinsip kerjanya
menurunkan produksi akuos clan meningkatkan aliran keluar akuos.
- Indikasi: Sebagai terapi inisial atau sebagai tambahan pada penggunaan obat lain
untuk glaukoma sudut terbuka kronik dan hipertensi okular. Keuntungan yang
didapat adalah efek kardiovaskular yang lebih rendah dibandingkan epinefrin.
Obat ini dapat digunakan pada penderita asma, pasien muda yang intoleran
terhadap miotik dan katarak.
- Dosis: Tersedia dalam larutan topikal 0.l % dengan dosis 1 tetes setiap 12 jam.
Konsentrasi tersebut memberikan keseimbangan efikasi dan midriasis. DPE
sebaiknya tidak diberiksn bersama antikolinesterase karena dapat menghambat
kerja golongan tersebut.
- Kontraindikasi: Glaukoma sudut sempit dan pasien yang hipersensitif. Efek
samping: Efek samping lebih ringan dibandingkan epinefrin.
 Apraklonidin
- Merupakan agonis adrenergik sebagai derivatif para amino klonidin.
- Mekanisme kerja: Bekerja dengan menurunkan produksi akuos, meningkatkan
aliran keluar melalui anyaman trabekula dengan menurunkan tekanan vena
qisklera dan dapat juga meningkatkan aliran keluar uveosklera melalui efek
peningkatan sistesis prostaglandin.3,8
- Farmakokinetik: Dalam satu jam pemberian, apraklonidin 1 % menghasilkan
peaunman TIO yang cepat paling sedikit 20 % dari tekanan asal. Efek maksimal
awnurun dalam 3-5 jam setelah pemberian.
- Indikasi: Terutama untuk mengontrol peningkatan akut TIO setelah terapi laser,
seiring dengan pemberian jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya toleransi.
- Dosis: Tersedia dalam larutan 1 % dan 0.5 %.
- Kontraindikasi: Pasien yang menerima penyekat mono amin oksidase (penyekat
MAO) dan trisiklik antidepresan karena mempengaruhi metabolisme dan uptake
katekolamin. Penggunaan jangka panjang terbatas karena insiden yang tinggi dari
efek samping lokal dan takifilaksis Efek samping: Mulut dan hidung kering,
reaksi alergi lokal berupa gatal, rasa terbakar dan inflamasi konjungtiva

5. Kesimpulan
Pada mata Anda terdapat kelenjar minyak yang bisa tersumbat oleh sel kulit mati,
kotoran, dan kelebihan minyak. Jika kelenjar minyak tersumbat, berbagai bakteri
seperti Staphylococcus aureus akan tumbuh dan menyebabkan infeksi. Inilah yang
mengakibatkan mata bintitan. Kotoran yang menyumbat kelenjar minyak biasanya
muncul akibat tangan kotor yang menyentuh mata. Selain itu, risiko Anda mengalami
mata bintitan akan meningkat apabila Anda mengidap blefaritis atau radang kelopak
mata. Mata bintitan bukanlah suatu penyakit yang serius. Biasanya gejalanya akan
mereda sendiri dalam kurun waktu seminggu.

Anda mungkin juga menyukai