Level 1
6 pilar API
Struktur perbankan yang sehat
Sistem pengaturan yang efektif Krisis tahun 2008
Sistem pengawasan bank yang independen dan menjadi bukti bahwa
efektif penerapan API
Industri perbankan yang kuat, memiliki daya saing menjadikan industri
& ketahanan terhadap risiko, dengan cara perbankan nasional lebih
menciptakan good corporate governance
dewasa, kuat dan tidak
Infrastruktur yang lengkap
Perlindungan konsumen mudah panik
Industri perbankan
yang sehat
Sumber daya
manusia
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
ORGANISASI MANAJEMEN RISIKO
Struktur organisasi manajemen risiko sesuai dengan kompleksitas bank
Unit kerja
Komite Komite Satuan Kerja
Komite terkait
pemantau Komite audit manajemen Manajemen
remunerasi manajemen
risiko risiko Risiko (SKMR) risiko
10 Jenis risiko
yang harus dikelola bank Syariah
Risiko kredit Risiko kepatuhan Risiko Imbal Hasil
Risiko pasar Risiko hukum Risiko Investasi
Risiko operasional Risiko reputasi
Risiko likuiditas Risiko strategik
Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank, antara lain dengan cara lindung
nilai atau hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penutupan
asuransi, pembelian garansi, melakukan sekuritisasi asset, dan penambahan
modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
Level 1
Bank Syariah
Menerima BAGI HASIL Pendapatan Yang Diterima
BAGI HASIL / MARGIN / SEWA
Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan
TIDAK TETAP, tergantung kepada
pendapatan Bank
Penghimpunan Penyaluran
Dana Dana
Nasabah Lembaga
Pendanaan Kepercayaan Nasabah
Jumlah BUNGA yang dibayarkan TETAP, Pembiayaan
tidak terpengaruh kepada pendapatan
Bank
Penyaluran
Dana
Lembaga
Kepercayaan Nasabah
Pembiayaan
Pilar 1
Pilar 1 Basel II merupakan pengembangan dari Basel Accord I tahun 1988
yang membahas perhitungan modal minimum untuk menutup risiko
kredit, risiko pasar, risiko operasional dan risiko lainnya
Perhitungan modal untuk menutup risiko operasional merupakan
tambahan yang sebelumnya tidak dibahas dalam Basel I
Perhitungan kecukupan modal untuk menutup risiko pasar hanya
mencakup portofolio trading book, dengan cara perhitungan tetap sama
dengan Basel I market risk amendment tahun 1996
Pilar 2
Pilar 2 Basel II berisi proses review dari supervisor/regulator atas
pengukuran internal yang dilaksanakan oleh bank untuk menilai
kecukupan modal bank dalam menutup risiko kredit, pasar dan
operasional
Pilar 2 juga membahas risiko yang tidak termasuk dalam pilar I seperti
risiko suku bunga pada portofolio banking book, risiko konsentrasi
kredit, risiko likuiditas dan risiko lainnya
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)
Pilar 2
Review dari supervisor tersebut ditujukan agar bank fokus pada kebutuhan
modal diatas kebutuhan minimal sesuai dengan ketentuan Basel I,
Agar bank dapat melakukan tindakan awal untuk mencegah agar modal
bank tidak jatuh dibawah kebutuhan minimum
Pilar 3
Pilar 3 merupakan ketentuan keterbukaan bank dalam menguraikan
mekanisme governance internal dan eksternal
Pilar 3 mencakup kebutuhan atas public disclosure yang harus
dilaksanakan bank
Disusun untuk membantu stakeholders dan analisis pasar dalam menilai
praktek perbankan dan meningkatkan transparansi khususnya dalam hal
portofolio aset bank dan profil risiko bank
Basel III
Setelah terjadi krisis global tahun 2008-2009, Basel menilai bahwa
modal yang dipersyaratkan perlu diperbaharui
Basel menilai stress testing yang dilakukan bank belum memadai
terutama dalam menghadapi kondisi krisis
Sistem tiga pilar pada Basel II tetap berlaku, ditambah sejumlah
peraturan baru yang pada umumnya digunakan dalam
menghadapi kondisi krisis
Basel III fokus pada: modal inti (core capital), penyediaan buffer
atau cadangan modal dan regulasi mengenai masalah likuiditas
bank
Definisi modal
• Pada Basel II, yang dapat diperhitungkan sebagai modal bank pada
perhitungan KPMM adalah modal Tier 1 modal Tier 2 dan modal Tier 3,
dimana modal Tier 2 dapat digunakan maksimum 50% dari total modal
Tier 1 dan Tier 2.
• Pada Basel 3, tier 3 tidak lagi diakui sebagai komponen modal, dan modal
Tier 2 maksimum 25% dari total modal Tier 1 dan Tier 2.
• Dengan peraturan baru ini, maka jumlah modal yang dapat digunakan
pada umumnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan jumlah modal
yang dapat digunakan ada Basel II.
Liquidity ratio
• Liquidity ratio yang terdiri dari LCR (Liquidity Coverage Ratio), atau rasio jangka
pendek; dan NSFR (Net stable funding ratio) yang merupakan cadangan
likuiditas Jangka panjang. Kedua rasio tersebut minimal 100%.
• LCR adalah jumlah aset likuid dibagi dengan Net cash out flow selama 30 hari
pada sat terjadi krisis. NSFR adalah jumlah dana yang dinilai stabil dibagi
dengan kebutuhan dana stabil. Basel III memberikan secara rinci definisi dari
parameter yang digunakan pada formula LCR dan NSFR.
• KPMM adalah jumlah modal dibagi dengan ATMR (Aktiva tertimbang menurut
Risiko). Definisi modal bank adalah: modal inti (Tier 1), modal pelengkap (tier2),
dan modal pelengkap tambahan (tier 3).
• ATMR adalah untuk menutup risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.
Kebutuhan modal untuk menutup risiko kredit dapat menggunakan model
standar, atau Internal Rating Based (IRB) dengan persetujuan Bank Indonesia.
• Kebutuhan modal untuk risiko operasional dapat menggunakan metode
Pendekatan Indikator dasar atau Basic Indicator Approach (BIA), Standardized
Approach (SA), atau Advance Measurement Approach (AMA) dengan
persetujuan Bank Indonesia.
• Bank harus menyusun laporan ICAAP (Internal Capital Adequacy Assessment
Process) secara self- assessment, minimal mencakup
1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;
2. Penilaian kecukupan modal;
3. Pemantauan dan pelaporan; dan
4. Pengendalian internal.
Level 1
40
II. RISIKO KREDIT
a. Target Market
1. Insiasi
b. Negative LIst
Aktiva tetap Cash flow Lending (Pokok dilunasi saat akhir periode pinjaman)
Rupiah (IDR)
6. Jenis
Valuta Pembiayaan kerja sama, antara Bank yang
Valuta Asing
menyediakan seluruh modal dan nasabah
yang bertindak selaku pengelola dana.
Pembagian keuntungan usaha sesuai
Mudharabah
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh Bank kecuali
Bagi Hasil jika nasabah melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
Risiko kredit pada akad Ijarah dan IMBT timbul karena adanya
kemungkinan penyewa tidak menepati janji kepada pemberi
sewa untuk membayar sewa sesuai perjanjian.
47
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. Proses Manajemen Risiko Kredit
Proses Pembiayaan
Analisa Kelayakan
Mencari calon nasabah dan Realisasi
penagihan
Nasabah keputusan Pembiayaan
pembiayaan
Unit Terkait :
a. Unit Bisnis ( Relationship Mgr) mencari nasabah, analisa pembiayaan dan menilai
permohonan disetujui atau ditolak.
b. Unit Manajemen risiko Kredit ( SKMR) memnyediakan infrastruktur pembiayaan, kebijakan,
prosedur, system kewenangan, system memutus bersama antara Bisnis dan Risk manajemen,
tata cara penarikan dan administrasi pembiayaan, system rating & scoring, early warning signal
(EWS)
- Potensi Kerugian atau EL (expected loss) = Probability of Defaults (PD) x Loss Given
defaults (LGD) .
- Probability of default adalah besarnya kemungkinan / probabilitas nasabah pembiayaan
mengalami wanprestasi atau tidak mampu mengembalikan kewajibannya baik pokok maupun
margin atau bagi hasil pembiayaan
- Loss Given Default adalah estimasi potensi kerugian bank jika terjadi wanprestasi. Besar LGD
adalah (1 – recovery rate)
- Risiko kredit diukur dengan Unexpected Loss : Penyimpangan dari Expected Loss
- Financing Rating digunakan untuk mengukur klasifikasi kualitas nasabah dari sisi risiko
kredit
- Bank wajib memiliki minimal 8 peringkat risiko Financing rating, ( 7 peringkat non-
default, dan 1 peringkat default.
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
49
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. Proses Manajemen Risiko Kredit
• Analisa Pembiayaan ;
‒ Bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif
‒ Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional)
‒ Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko dari seluruh sumber informasi
yang tersedia
‒ Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensi atas risiko tersebut.
• Kebijakan dan Prosedur Pembiayaan merupakan pedoman kerja dibidang pembiayaan
yang memuat rangkaian peraturan dan prosedur untuk menjamin kegiatan pembiayaan
dapat berjalan dengan baik dengan memperhatikan :
Asas Likuiditas ; menjaga tingkat likuiditas.
Asas Solvabilitas ; menghindari risiko kegagalan pembiayaan.
Asas Rentabilitas ; memperoleh laba.
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
50
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. Proses Manajemen Risiko Kredit
52
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
52
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
Analisa Kelayakan
Mencari calon nasabah dan Realisasi
Penagihan
Nasabah keputusan Pembiayaan
pembiayaan
1. Faktor awal
penilaian
kelayakan
7. Aspek
Pengikatan 2. Analisa 5 C’s
Pembiayaan
Analisa
Pembiayaan
6. Aspek Syariah 3. Sumber
Pelunasan
Collateral Capacity
Jaminan calon nasabah
pembiayaan kepada Bank Menilai Kemampuan calon debitur
dalam membayar kewajiban sesuai
Capital prospek usaha
4. Aspek Keuangan
– Menentukan porsi modal nasabah dan porsi pembiayaan Bank
6. Aspek Syariah
Analisis aspek Syariah Compliance memastikan bahwa pembiayaan &
Proses bisnis nasabah yang diberikan tidak dilarang secara syariah
7. Pengikatan Pembiayaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian pembiayaan adalah :
– Sesuai dengan tujuan penggunaan dana pembiayaan;
– Telah ditentukan bahwa pengembalian pokok pembiayaan itu disertai
pembayaran margin atau bagi hasil sesuai yang diperjanjikan;
– Penyerahan agunan jika debitur tidak membayar kewajiban.
Khusus kualitas pembiayaan berdasarkan akad berbagi hasil mempertimbangkan kemampuan membayar yang
mengacu pada rasio RBH (realisasi bagi hasil) terhadap PBH (proyeksi bagi hasil) dan/atau ketepatan
pembayaran pokok.
Alat untuk monitoring penggolongan nasabah (kualitas aktiva produktif) yang tidak membayar kewajiban yang jatuh
tempo (Date Past Due / DPD) sebagai Langkah penanganan mengelola risiko kredit sejak awal adalah analisis Early
Warning Signal (EWS)
*) POJK no. 16/POJK.03/2014, tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
60
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. Manajemen Pembiayaan Bermasalah
2. Penyebab Kegagalan dalam Pemberian Pembiayaan
– Self Dealing (keterlibatan pegawai dalam usaha nasabah/ conflict of interest)
– Anxiety of income (haus akan laba) namun kurang memperhatikan arus kas
– Kompromi terhadap prinsip pembiayaan yg sehat.
– Tidak tersedia kebijakan dan prosedur pembiayaan yang baik.
– Informasi pembiayaan tidak lengkap.
– Lambat dalam tindakan likuidasi.
– Menggampangkan permasalahan
– Tekanan persaingan usaha.
– Tidak terdapat pengawasan pembiayaan yang konsisten.
– Kurang memiliki kemampuan tekhnis.
– Ketidak mampuan melakukan seleksi atas risiko.
– Pemberian pembiayaan yang melampaui batas.
3. Penagihan (Collection)
Peran seorang collector sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan
perusahaan dalam penagihan.
Sehingga dibutuhkan keahlian dan teknik-teknik yang jitu dalam proses
MATERI penagihan & strategi yang
DILARANG DIPERBANYAK sesuai dengan
ATAU DIGANDAKAN kondisi
TANPA SEIJINdebitur.
ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. Manajemen Pembiayaan Bermasalah
4. Pengelolaan Pembiayaan Bermasalah
a. Rescheduling memperpanjang jangka waktu pembiayaan atau jangka waktu
angsuran
b. Reconditioning ; mengubah beberapa persyaratan yang ada seperti:
perubahan jadwal pembayaran; jumlah angsuran; jangka waktu; nisbah dalam
pembiayaan Bagi Hasil. proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan Bagi Hasil ;
dan/atau pemberian \potongan.
c. Restructuring ; perubahan persyaratan Pembiayaan antara lain :
- penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank.
- konversi akad Pembiayaan; dan/ atau
- konversi Pembiayaan menjadi penyertaan Modal Sementara .
d. Penyitaan jaminan ; jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak
mempunyai itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar
semua kewajibannya.
Risiko yang dapat timbul dari pembiayaan bagi hasil berbasis revenue atau profit
and loss sharing
• Pembiayaan partnership, Bank sebagai pemberi dana ikut menanggung risiko
bisnis.
• Pembiayaan berbasis bagi hasil, dimana modal yang ditanamkan oleh bank tidak
bersifat fixed return, dan risiko turunnya nilai modal jika rugi.
• Level risiko bagi hasil relatif lebih tinggi dari jenis investasi yang lainnya.
• Tidak memiliki pasar Sekunder, mengakibatkan meningkatnya biaya untuk Exit.
2. Aktivitas identifikasi Risiko Kredit, mengukur besar risiko tersebut, dan menentukan langkah mitigasi melalui
proses pengendalian risiko sampai level sesuai risk appetite bank, merupakan bagian dari :
a) Sistim manajemen risiko pembiayaan
b) Proses manajemen risiko pembiayaan
c) Budaya manajemen risiko pembiayaan
d) Semua benar
3. Dibawah ini adalah upaya bank menyelamatkan pembiayaan yang bermasalah melalui :
a. Restrukturisasi, likuidasi agunan, litigasi, asset disposal
b. Restrukturisasi, likuidasi agunan
c. Restrukturisasi, rescheduling, reconditioning
d. Restrukturisasi, litigasi, dan asset disposal