Anda di halaman 1dari 73

LATAR BELAKANG MANAJEMEN RISIKO

Level 1

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


1
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
1. TUJUAN PEMBELAJARAN

1) Memahami peran manajemen risiko bagi proses penciptaan nilai


bagi bisnis bank.

2) Memahami API dan Arah Perbankan Syariah

3) Memahami penerapan manajemen risiko

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
2. ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (API)
Pengalaman yang sangat
Krisis keuangan berharga untuk
Asia memperbaiki industri
perbankan nasional
Sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien
guna menciptakan stabilitas sistem keuangan API
dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi
nasional

6 pilar API
 Struktur perbankan yang sehat
 Sistem pengaturan yang efektif Krisis tahun 2008
 Sistem pengawasan bank yang independen dan menjadi bukti bahwa
efektif penerapan API
 Industri perbankan yang kuat, memiliki daya saing menjadikan industri
& ketahanan terhadap risiko, dengan cara perbankan nasional lebih
menciptakan good corporate governance
dewasa, kuat dan tidak
 Infrastruktur yang lengkap
 Perlindungan konsumen mudah panik

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

1) Pembiayaan perbankan syariah yang lebih mengarah kepada


sektor ekonomi produktif dan masyarakat yang lebih luas.
2) Pengembangan produk yang memenuhi kebutuhan
masyarakat dan sektor produktif
3) Transisi pengawasan yang tetap menjaga kesinambungan
pengembangan perbankan syariah
4) Revitalisasi peningkatan sinergi dengan bank induk
5) Peningkatan edukasi dan komunikasi dengan terus
mendorong peningkatan kapasitas perbankan syariah pada
sektor produktif serta komunikasi “parity” dan
“distinctiveness” produk perbankan syariah

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. PERANAN MANAJEMEN RISIKO

Peranan manajemen risiko

Penerapan Sebagai partner unit bisnis untuk


API memastikan pencapaian target
manajemen risiko
usaha tetap dalam koridor risiko
yang terkendali

Industri perbankan
yang sehat

Peranan penerapan manajemen risiko


 Meningkatkan shareholder value
 Memberikan gambaran potensi kerugian di masa mendatang
 Memberikan informasi untuk membuat keputusan yang tepat,
sehingga mampu meningkatkan daya saing bank
 Bagi pengawas akan memudahkan dalam menilai kemungkinan
kerugian bank yang mempengaruhi permodalannya
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Penerapan manajemen risiko


Sekurang-kurangnya mencakup 4 pilar :

 Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi


 Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan
limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem
informasi manajemen risiko
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
PENGAWASAN AKTIF DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

 Memahami risiko-risiko yang dihadapi bank


 Memberikan arahan yang jelas
 Melakukan pengawasan dan mitigasi secara aktif
Dewan Komisaris dan
 Mengembangkan budaya manajemen risiko di bank
Direksi
 Memastikan struktur organisasi yang memadai
 Menetapkan tugas dan tanggung jawab yang jelas
 Memastikan kecukupan kuantitas dan kualitas SDM

Wewenang dan tanggung jawab


Dewan Komisaris

Wewenang dan tanggung jawab


Dewan Direksi

Sumber daya
manusia
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
ORGANISASI MANAJEMEN RISIKO
Struktur organisasi manajemen risiko sesuai dengan kompleksitas bank

Organisasi manajemen risiko di bawah Organisasi manajemen risiko di bawah


Dewan Komisaris Dewan Direksi

Unit kerja
Komite Komite Satuan Kerja
Komite terkait
pemantau Komite audit manajemen Manajemen
remunerasi manajemen
risiko risiko Risiko (SKMR) risiko

 Memantau  Mengawasi  Mengawasi  Organisasi  Satuan kerja yang  Satuan kerja


seluruh proses kualitas kerja pengaturan manajemen risiko menjalankan operasional
manajemen audit internal dan pemberian tertinggi di bank fungsi  Satuan kerja
risiko, meliputi: eksternal insentif dan  Keanggotaan pengendalian audit internal
 Identifikasi,  Memastikan bank kompensasi bersifat tetap dan internal  Satuan kerja
pengukuran, telah mengambil bagi Direksi, tidak tetap sesuai  Independen kepatuhan
pemantauan tindakan Komisaris dan kebutuhan terhadap satuan (compliance)
dan perbaikan untuk pejabat ekskutif  Membahas dan kerja operasional
pengendalian memperbaiki  Mengupayakan memutuskan (risk taking unit)
risiko pada kelemahan agar sistem kebijakan,  Bertanggungjawa
bank pengendalian, remunerasi prosedur, limit dan b langsung
 Memberikan ketidakpatuhan tidak risk appetite kepada Direktur
saran kebijakan, hukum mengabaikan  Terdiri dari Direksi Utama atau
perbaikan dan regulasi yang perilaku dan pejabat Direktur yang
pada Direksi berlaku pegawai dalam eksekutif terkait ditugaskan khusus
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAUrisiko
mengatasi DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO
membidangi DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDOmanajemen risiko
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
Kebijakan, prosedur dan penetapan limit
Strategi  Sistem kebijakan dan prosedur disusun untuk memastikan
manajemen eksposur risiko bank terkendali sesuai kebijakan dan
prosedur intern bank, serta perundang-undangan dan
risiko
ketentuan lain yang berlaku
 Tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) merupakan
jenis risiko yang diambil dalam mencapai sasaran bank
Risk appetite and
 Toleransi risiko (risk tolerance) merupakan jenis risiko
risk tolerance
maksimum yang ditetapkan bank dalam menyusun
kebijakan manajemen risiko
 Perlu mempertimbangkan strategi dan tujuan bisnis bank
serta kemampuan bank dalam mengambil risiko (risk
bearing capacity)
Kebijakan dan  Merupakan arahan tertulis yang sejalan dengan visi, misi,
prosedur strategi bisnis bank dan dalam penyusunannya
dikoordinasikan dengan fungsi atau unit kerja terkait
 Limit secara keseluruhan
Jenis limit yang  Limit per jenis risiko
minimal harus
 Limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki
ditetapkan eksposur risiko
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. PROSES MANAJEMEN RISIKO
Proses penerapan manajemen risiko

Identifikasi Pengukuran Pemantauan Pengendalian


risiko risiko risiko risiko

Seluruh faktor risiko


(risk factors) yang
bersifat material

Perlu dukungan sistem informasi manajemen untuk


menghasilkan laporan yang akurat, informatif & tepat
waktu mengenai kondisi keuangan bank, kinerja aktivitas
fungsional dan eksposur risiko bank
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. PROSES MANAJEMEN RISIKO
5.1. Identifikasi Risiko

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan


identifikasi risiko antara lain:
• Bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif;
• Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan
operasional);
• Menggabungkan dan menganalisa analisis informasi
risiko dari seluruh sumber informasi yang tersedia;
• Menganalisa analisis probabilitas timbulnya risiko serta
konsekuensi yang timbul

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. PROSES MANAJEMEN RISIKO
5.1. Identifikasi Risiko
Sesuai POJK No 65/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

10 Jenis risiko
yang harus dikelola bank Syariah
 Risiko kredit  Risiko kepatuhan  Risiko Imbal Hasil
 Risiko pasar  Risiko hukum  Risiko Investasi
 Risiko operasional  Risiko reputasi
 Risiko likuiditas  Risiko strategik

Serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan


Manajemen risiko untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh
kegiatan usaha bank

Upaya untuk mengelola risiko agar peluang mendapatkan


keuntungan dapat diwujudkan secara sustainable
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. PROSES MANAJEMEN RISIKO
5.2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur profil risiko bank, dan
selanjutnya digunakan untuk memperoleh gambaran efektifitas penerapan
manajemen risiko. Pengukuran risiko mengukur:
• Menetapkan eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate);
• Menetapkan faktor risiko (risk factors) untuk setiap posisi yang ada pada
portfolio bank;
• Sensitivitas nilai pasar produk/aktivitas terhadap perubahan satu satuan
faktor pasar yang mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun
kondisi stress;
• Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan volatilitas
perubahan yang terjadi di masa lalu dengan memperhitungkan faktor
korelasi
Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk perbankan
dapat diintegrasikan dalam sistem informasi manajemen bank. Proses
pengukuran risiko dapat menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif.
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. PROSES MANAJEMEN RISIKO
5.3. Pemantauan dan Limit Risiko

Pertimbangan dalam penentuan limit risiko:


• Memperhatikan kemampuan modal bank untuk dapat menyerap eksposur
risiko atau kerugian yang timbul, dan memperhatikan besar eksposur bank;
• Mempertimbangkan pengalaman kerugian di masa lalu dan kemampuan
sumber daya manusia;
• Memastikan bahwa posisi yang melampaui limit yang telah ditetapkan
mendapat perhatian Satuan Kerja Manajemen Risiko, komite manajemen
risiko dan Direksi

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. PROSES MANAJEMEN RISIKO
5.3. Pemantauan dan Limit Risiko

Jenis limit risiko:


• Limit Transaksi (transaction/product limit);
• Limit Mata uang (currency limit);
• Limit Volume transaksi (turnover limit);
• Limit Posisi terbuka (open position limit);
• Limit Kerugian (cut loss limit dan stop loss limit);
• Limit Intra hari (intraday limit);
• Limit Nasabah dan counterparty (individual borrower and counterparty limit);
• Limit pemberian pembiayaan pada pihak terkait (affiliated parties limit);
• Limit Industri/sektor ekonomi dan wilayah (industry/economic sector and
geographic limit).

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. PROSES MANAJEMEN RISIKO
5.4. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dilakukan bank untuk mengelola risiko tertentu, terutama


yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.

Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank, antara lain dengan cara lindung
nilai atau hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penutupan
asuransi, pembelian garansi, melakukan sekuritisasi asset, dan penambahan
modal bank untuk menyerap potensi kerugian.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
6. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RISIKO

Sistem Informasi Manajemen Risiko Bank harus dapat


memastikan:
 Data yang diperlukan tersedia secara akurat dan tepat waktu
 Eksposur risiko terukur secara akurat, informatif, dan tepat
waktu, baik eksposur risiko secara keseluruhan/komposit
maupun eksposur per jenis risiko yang melekat pada
kegiatan usaha bank, maupun eksposur risiko per jenis
aktivitas fungsional bank
 MematuhiKesesuaian penerapan manajemen risiko terhadap
dengan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko
 Hasil (realisasi) penerapan manajemen risiko dibandingkan
dengan target yang ditetapkan oleh bank sesuai dengan
kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Terima Kasih

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


18
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
REGULASI PERBANKAN TERKAIT
MANAJEMEN RISIKO

Level 1

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


19
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
GAMBARAN UMUM

1) Industri perbankan wajib melindungi nasabah penyimpan dana agar


kepercayaan masyarakat pada industri dapat senantiasa terjaga. Oleh karena
itu perbankan merupakan industri yang perlu diatur dengan berbagai
regulasi, khususnya mengenai aturan penyediaan modal minimum.
2) Bagian ini akan memberikan gambaran besar mengenai regulasi perbankan
yang dikeluarkan baik oleh Bank Indonesia/ Otoritas Jasa Keuangan selaku
regulator maupun oleh Basel Committee yang menjadi rujukan perbankan
dunia dalam menetapkan regulasi perbankan.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
1. FUNGSI MODAL BANK

Bank Syariah
Menerima BAGI HASIL Pendapatan Yang Diterima
BAGI HASIL / MARGIN / SEWA
Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan
TIDAK TETAP, tergantung kepada
pendapatan Bank

Penghimpunan Penyaluran
Dana Dana
Nasabah Lembaga
Pendanaan Kepercayaan Nasabah
Jumlah BUNGA yang dibayarkan TETAP, Pembiayaan
tidak terpengaruh kepada pendapatan
Bank

Menerima BUNGA Pendapatan Yang Diterima


BUNGA
Bank Konvensional
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
1. FUNGSI MODAL BANK

Penyaluran
Dana
Lembaga
Kepercayaan Nasabah
Pembiayaan

Dalam menyalurkan pembiayaan:


- Bank dapat saja mengalami kerugian
- Untuk menutup potensi kerugian akibat risiko kredit, bank menetapkan
cadangan pembiayaan macet yang disebut dengan CKPN
- Kerugian pada pembiayaan akan mengurangi modal bank
- Apabila kerugian bank cukup besar sehingga modal bank tidak mencukupi
menutup kerugian
- maka dana masyarakat berpotensi tidak dapat dikembalikan bank

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


22
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
2. BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)

1930Kerjasama Di bidang moneter fokus 1974BCBS dibentuk oleh


antar bank Pasc implementasi Bretton Woods
a PD
Gubernur dari G-10  untuk
sentral di kota System  pengelolaan cross
2 s.d. menyusun berbagai aturan
Basel, Swiss jadi 1970
border capital flight &
supervisi untuk bank pada industri perbankan
embrio
internasional (setelah krisis termasuk supervisi dengan
terbentuknya
th. 1970-an) standar internasional
BIS

 Keanggotaan komite mula-mula terdiri dari sepuluh negara G-10


ditambah dengan Spanyol dan Luxemburg
 Dalam perkembangannya, negara-negara anggota Basel Committee
terus bertambah dan saat ini anggota komite tersebut adalah:
Argentina, Australia, Belgia, Brasil, China, Perancis, Hongkong SAR,
India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea, Luxemburg, Meksiko,
Belanda, Rusia, Saudi Arabia, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol,
Swedia, Swiss, Turki, Inggris dan Amerika Serikat
 Keanggotaan negara-negara tersebut direpresentasikan dengan
kehadiran bank sentral dan pengawas bank

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)
Basel I – th. 1988
Dua tujuan fundamental dari Basel Committee adalah sebagai berikut:
 Memperkuat kerangka dasar dan stabilitas atas sistem perbankan internasional
 Menciptakan kerangka dasar yang konsisten dan tidak memihak bagi bank-bank di
berbagai negara dengan sumberdaya berbeda yang aktif menjalankan kegiatan
operasional secara internasional
 Basel I mengatur bahwa bank harus menyediakan modal untuk menutup risiko kredit
dengan mensyaratkan standar modal minimum 8% dari ATMR

Kerangka dasar tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam


mengurangi kesenjangan daya saing antar bank-bank yang
menjalankan kegiatan secara internasional

Amendment Basel I – th. 1996


 Tahun 1996, BCBS melakukan amandemen Basel I dengan menambahkan
menyediakan modal untuk risiko pasar posisi trading book, komponen modal
pelengkap tambahan (tier 3)  Untuk menutup Market Risk (MR)
 Perhitungannya dapat dilakukan dengan metode internal dan metode standar

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)

Basel II – th. 2004


 Basel II diperkenalkan tahun 2004 sebagai penyempurnaan dari Basel
I. Dalam Basel I  hanya dibahas perhitungan kecukupan modal untuk
menutup risiko kredit dan risiko pasar
 Basel II  selain ditambah dengan perhitungan kecukupan modal
untuk menutup risiko operasional juga diperkenalkan kebijakan 3 pilar

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)

Pilar 1
 Pilar 1 Basel II merupakan pengembangan dari Basel Accord I tahun 1988
yang membahas perhitungan modal minimum untuk menutup risiko
kredit, risiko pasar, risiko operasional dan risiko lainnya
 Perhitungan modal untuk menutup risiko operasional merupakan
tambahan yang sebelumnya tidak dibahas dalam Basel I
 Perhitungan kecukupan modal untuk menutup risiko pasar hanya
mencakup portofolio trading book, dengan cara perhitungan tetap sama
dengan Basel I market risk amendment tahun 1996

Pilar 2
 Pilar 2 Basel II berisi proses review dari supervisor/regulator atas
pengukuran internal yang dilaksanakan oleh bank untuk menilai
kecukupan modal bank dalam menutup risiko kredit, pasar dan
operasional
 Pilar 2 juga membahas risiko yang tidak termasuk dalam pilar I seperti
risiko suku bunga pada portofolio banking book, risiko konsentrasi
kredit, risiko likuiditas dan risiko lainnya
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)

Pilar 2
 Review dari supervisor tersebut ditujukan agar bank fokus pada kebutuhan
modal diatas kebutuhan minimal sesuai dengan ketentuan Basel I,
 Agar bank dapat melakukan tindakan awal untuk mencegah agar modal
bank tidak jatuh dibawah kebutuhan minimum

Pilar 3
 Pilar 3 merupakan ketentuan keterbukaan bank dalam menguraikan
mekanisme governance internal dan eksternal
 Pilar 3 mencakup kebutuhan atas public disclosure yang harus
dilaksanakan bank
 Disusun untuk membantu stakeholders dan analisis pasar dalam menilai
praktek perbankan dan meningkatkan transparansi khususnya dalam hal
portofolio aset bank dan profil risiko bank

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION (BCBS)

Perbandingan antara Basel I dan Basel II adalah sebagai


berikut:
Basel I Basel II
 Fokus pada satu pengukuran  Fokus pada metodologi internal
risiko  Pendekatan lebih kompleks dan
 Pendekatan sederhana dan memiliki tingkat sensitivitas
kurang sensitif terhadap risiko yang lebih tinggi terhadap risiko
 Menggunakan satu ukuran  Bersifat fleksibel dan sesuai
untuk pendekatan risiko dan dengan kebutuhan bank
modal yang digunakan untuk
berbagai jenis dan ukuran
bank

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION

Introduction of Basel III

Basel III
 Setelah terjadi krisis global tahun 2008-2009, Basel menilai bahwa
modal yang dipersyaratkan perlu diperbaharui
 Basel menilai stress testing yang dilakukan bank belum memadai
terutama dalam menghadapi kondisi krisis
 Sistem tiga pilar pada Basel II tetap berlaku, ditambah sejumlah
peraturan baru yang pada umumnya digunakan dalam
menghadapi kondisi krisis
 Basel III fokus pada: modal inti (core capital), penyediaan buffer
atau cadangan modal dan regulasi mengenai masalah likuiditas
bank

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION

Introduction of Basel III

Definisi modal
• Pada Basel II, yang dapat diperhitungkan sebagai modal bank pada
perhitungan KPMM adalah modal Tier 1 modal Tier 2 dan modal Tier 3,
dimana modal Tier 2 dapat digunakan maksimum 50% dari total modal
Tier 1 dan Tier 2.
• Pada Basel 3, tier 3 tidak lagi diakui sebagai komponen modal, dan modal
Tier 2 maksimum 25% dari total modal Tier 1 dan Tier 2.
• Dengan peraturan baru ini, maka jumlah modal yang dapat digunakan
pada umumnya lebih kecil apabila dibandingkan dengan jumlah modal
yang dapat digunakan ada Basel II.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION

Introduction of Basel III


Besar ATMR Risiko pasar

• Basel II dikeluarkan sebagai reaksi atas permasalahan yang terjadi


pada industri perbankan yang memiliki banyak posisi derivatif
dengan aset dasar sub-prime mortgage.
• Basel III mengharuskan bank menambah ATMR untuk risiko pasar,
sehingga bank akan memerlukan modal yang lebih besar apabila
ketentuan modal yang diperlukan mengikuti ketentuan pada
Basel II.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION

Introduction of Basel III


KPMM lebih besar dari 8%
• Pada Basel II, Kebutuhan modal minimum adalah 8% dari ATMR. Pada Basel III,
bank diwajibkan menambah dengan modal Tier 1 tambahan yang disebut dengan
Capital Conservation Buffer sebesar 2.5%, sehingga total modal minimum
menjadi 10.5%. Buffer ini diperlukan agar pada saat terjadi krisis, bank
diharapkan dapat bertahan sekitar 3 bulan.
• Pada saat kondisi ekonomi sedang dalam keadaan baik dan pembiayaan tumbuh
pesat, maka bank diwajibkan menambah modal yang disebut: Counter Cyclical
Buffer dari modal tier 1 sebesar 0% - 2.5% untuk digunakan pada saat ekonomi
sedang dalam kondisi buruk.
• Bank yang ditetapkan sebagai bank sistemik (SIFI – Systematically Important
Financial Institution), maka bank harus menambah modal tier 1 sebesar 1% -
3.5%.
• Dengan demikian, KPMM bank akan menjadi 10.5% untuk bank pada umumnya,
dan menjadi 13% pada saat pertumbuhan pembiayaan tinggi (pada saat ekonomi
membaik), dan sebesar
MATERI DILARANG 15.5% untuk
DIPERBANYAK bank SIFI. TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
ATAU DIGANDAKAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
BASEL COMMITTEE ON BANKING SUPERVISION

Introduction of Basel III


Leverage ratio
Leverage ratio merupakan rasio yang baru pada Basel III. Untuk menentukan
Leverage Ratio, bank membagi modal Tier 1 dengan Jumlah total aset bank
(tidak diberikan bobot risiko). Leverage ratio ditetapkan minimal 3%

Liquidity ratio
• Liquidity ratio yang terdiri dari LCR (Liquidity Coverage Ratio), atau rasio jangka
pendek; dan NSFR (Net stable funding ratio) yang merupakan cadangan
likuiditas Jangka panjang. Kedua rasio tersebut minimal 100%.
• LCR adalah jumlah aset likuid dibagi dengan Net cash out flow selama 30 hari
pada sat terjadi krisis. NSFR adalah jumlah dana yang dinilai stabil dibagi
dengan kebutuhan dana stabil. Basel III memberikan secara rinci definisi dari
parameter yang digunakan pada formula LCR dan NSFR.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
ISLAMIC FINANCIAL SERVICE BOARD (IFSB)

• IFSB berbasis di Kuala Lumpur, diresmikan pada tanggal 3 November 2002


dan mulai beroperasi pada tanggal 10 Maret 2003.
• IFSB merupakan lembaga internasional yang berkepentingan dalam
memastikan kesehatan dan stabilitas industri jasa keuangan syariah, yang
mencakup perbankan, pasar modal dan asuransi. IFSB menyusun
ketentuan standar internasional yang berlandaskan pada prinsip-prinsip
syariah.
• Anggota IFSB adalah 184 anggota dari 41 negara, yang terdiri atas 55
lembaga otoritas pengaturan dan pengawasan dari berbagai negara, 8
organisasi internasional antar-pemerintah dan 121 pelaku pasar,
perusahaan-perusahaan profesional dan asosiasi industri.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
ISLAMIC FINANCIAL SERVICE BOARD (IFSB)

Tujuan dari IFSB

1. Mendorong pengembangan industri jasa keuangan syariah yang


berlandaskan kehati-hatian dan transparan melalui penerbitan ketentuan
standar internasional yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
2. Menyediakan pedoman dalam pengawasan dan pengaturan yang efektif
terhadap lembaga-lembaga keuangan syariah dan mengembangkan
kriteria bagi industri jasa keuangan syariah untuk melakukan proses
identifikasi, mengukur, mengelola, dan mengungkapkan risiko dengan
mempertimbangkan standar internasional untuk penilaian, pendapatan,
perhitungan biaya, dan pengungkapan.
3. Memberikan pedoman pengawasan yang efektif dan pengaturan lembaga
yang menawarkan produk keuangan Islam dan mengembangkan untuk
industri jasa keuangan Islam kriteria untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengelola dan mengungkapkan risiko, dengan mempertimbangkan
standar internasional akun untuk penilaian, pendapatan dan perhitungan
biaya, dan pengungkapan
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
ISLAMIC FINANCIAL SERVICE BOARD (IFSB)

Tujuan dari IFSB

4. Bekerja sama dan berkolaborasi dengan organisasi relevan yang


menetapkan standar untuk stabilitas dan kehandalan sistem moneter dan
keuangan internasional termasuk dengan personil dari negara-negara
anggota.
5. Meningkatkan dan mengkoordinasikan inisiatif dalam mengembangkan
instrumen dan prosedur untuk operasional bank yang efisien dan
penerapan manajemen risiko.
6. Mendorong kerja sama antara negara-negara anggota dalam
mengembangkan industri jasa keuangan syariah.
7. Memberikan fasilitasi pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia
di bidang pengaturan industri keuangan syariah.
8. Melakukan penelitian internal, dan mempublikasikan studi dan survei pada
industri jasa keuangan syariah.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank sesuai Profil Risiko. KPMM


bank tergantung nilai rating profil risiko (net risk rating):

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

• KPMM adalah jumlah modal dibagi dengan ATMR (Aktiva tertimbang menurut
Risiko). Definisi modal bank adalah: modal inti (Tier 1), modal pelengkap (tier2),
dan modal pelengkap tambahan (tier 3).
• ATMR adalah untuk menutup risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.
Kebutuhan modal untuk menutup risiko kredit dapat menggunakan model
standar, atau Internal Rating Based (IRB) dengan persetujuan Bank Indonesia.
• Kebutuhan modal untuk risiko operasional dapat menggunakan metode
Pendekatan Indikator dasar atau Basic Indicator Approach (BIA), Standardized
Approach (SA), atau Advance Measurement Approach (AMA) dengan
persetujuan Bank Indonesia.
• Bank harus menyusun laporan ICAAP (Internal Capital Adequacy Assessment
Process) secara self- assessment, minimal mencakup
1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;
2. Penilaian kecukupan modal;
3. Pemantauan dan pelaporan; dan
4. Pengendalian internal.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Terima Kasih

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


39
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
RISIKO KREDIT & RISIKO INVESTASI

Level 1

40
II. RISIKO KREDIT

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
OUTLINE RISIKO KREDIT

1. Pemahaman Risiko Kredit


a. Berdasarkan Jenis Aktiva
b. Berdasarkan kegunaan Pembiayaan
c. Berdasarkan Tujuan Pembiayaan
2. Jenis-jenis pembiayaan d. Berdasarkan Jangka Waktu
e. BerdasarkanJenis Dana yang diberikan (Tunai/Non Tunai)
f. Berdasarkan Jenis Valuta
g. Berdasarkan Jenis Akad

3. Proses Manajemen Risiko Kredit

a. Target Market
1. Insiasi
b. Negative LIst

4. Proses Pembiayaan a. Faktor Awal Penilaian Kelayakan


b. Prinsip 5C’s
c. Sumber Pelunasan
2. Analisa Pembiayaan d. Aspek Keuangan
5. Manajemen e. Aspek Yuridis dan Agunan
Pembiayaan f. Aspek Syariah
Bermasalah g. Aspek Pengikatan Pembiayaan

a. Tingkat Margin Keuntungan


3. Pricing Pembiayaan b. Harga Sewa (Ujrah)
6. Perhitungan
c. Nisbah Bagi Hasil
Kecukupan Modal utk
MATERI DILARANG
menutup DIPERBANYAK
risiko kredit ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN 42
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
1. Pemahaman Risiko Kredit

Risiko Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain


Kredit dalam memenuhi kewajiban

Terjadi pada aktivitas :


1. Aktivitas Pembiayaan,
2. Aktivitas Treasury seperti Penempatan Dana pada
Termasuk dalam bank lain (Tresuri), Pembelian Surat Berharga
Risiko Kredit : (sukuk)
• Risiko Konsentrasi 3. Aktivitas Trade Finance
Kredit
• Counterparty Penyebab debitur tidak dapat memenuhi kewajiban kepada
Credit bank :
• Presettlement • Kegagalan bisnis,
• Settlement Risk • Karakter dari debitur yang tidak mempunyai itikad baik
untuk memenuhi kewajiban kepada bank, atau
• Kesalahan dari pihak bank dalam proses persetujuan
pembiayaan.
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
43
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
2. Jenis Pembiayaan
Aktiva lancar Asset Conversion lending (Pokok dilunasi saat jth tempo – self
yang bersifat liquidating based)
fluktuatif

Aktiva lancar Asset Protection Lending (Pokok dilunasi d/ penurunan permanent


1. Jenis Aktiva CA atau modal – going concern
permanen

Aktiva tetap Cash flow Lending (Pokok dilunasi saat akhir periode pinjaman)

Jangka Pendek (< 1


Pembiayaan thn)
2. Berdasarkan Investasi Jangka Menengah
Kegunaan 4. Jangka waktu ( 1-3 thn)
Pembiayaan
Jangka Panjang
modal kerja
( > 3 thn)
Pembiayaan
3. Tujuan Produktif 5. Ketersediaan Funded
Pembiayaan (cth: KMK, KI, Kons.)
Dana
Pembiayaan Non Funded
Konsumtif (cth : BG, LC,)

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


44
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
2. Jenis Pembiayaan

Rupiah (IDR)
6. Jenis
Valuta Pembiayaan kerja sama, antara Bank yang
Valuta Asing
menyediakan seluruh modal dan nasabah
yang bertindak selaku pengelola dana.
Pembagian keuntungan usaha sesuai
Mudharabah
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh Bank kecuali
Bagi Hasil jika nasabah melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

Pembiayaan kerja sama antara Bank


dengan nasabah, masing-masing pihak
7. Jenis Akad memberikan porsi dana dengan ketentuan
Musyarakah bahwa keuntungan akan dibagi sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung sesuai dengan porsi dana
masing-masing.
Jual Beli

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


45
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
2. Jenis Pembiayaan
pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
7. Jenis Akad kepada pembeli dan pembeli membayar dengan harga yang
Murabahah lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

Risiko kredit pada akad Murabahah timbul karena adanya


kemungkinan nasabah tidak menepati janji membayar
Jual Beli kewajiban Pokok dan atau Margin atas asset yang dibiayai Bank

Pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan


pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan
syarat tertentu yang disepakati.
Salam
Risiko kredit pada akad Salam timbul karena adanya
kemungkinan Penjual / nasabah tidak menepati janji kepada
bank / pembeli untuk menyerahkan barang yang sudah
diperjanjikan bersama

pembiayaan suatu barang dalam bentuk pemesanan


pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara nasabah dan penjual atau
Istishna’ pembuat barang

Risiko kredit pada akad Istishna’ timbul karena adanya


kemungkinan penjual (pembuat – shani’) tidak menepati janji
kepada bank (pembeli-mustashni’) untuk menyelesaikan
proyek sesuai yang telah diperjanjikan bersama
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
46
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
2. Jenis Pembiayaan
7. Jenis Akad Pembiayaan dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat
dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa
Ijarah diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri
Sewa
Pembiayaan dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat
IMBT dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, dengan
opsi pemindahan kepemilikan barang

Risiko kredit pada akad Ijarah dan IMBT timbul karena adanya
kemungkinan penyewa tidak menepati janji kepada pemberi
sewa untuk membayar sewa sesuai perjanjian.

Pembiayaan dalam bentuk pinjaman dana kepada nasabah


Pinjam dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana
Qardh
Meminjam yang telah diterimanya pada waktu yang telah disepakati

Risiko kredit timbul karena bank menghadapi kemungkinan


kegagalan nasabah mengem-balikan sebagian atau seluruh
kewajibannya sesuai yang telah diperjanjikan bersama. Apabila
dipandang perlu, bank dapat meminta jaminan kepada nasabah

47
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. Proses Manajemen Risiko Kredit

Sumber Risiko pembiayaan : Berbagai aktivitas fungsional bank ;


A. Identifikasi
pembiayaan, treasuri dan investasi, perdagangan, yang tercatat
Risiko
baik pada banking book maupun pada trading book.

Proses Pembiayaan
Analisa Kelayakan
Mencari calon nasabah dan Realisasi
penagihan
Nasabah keputusan Pembiayaan
pembiayaan

Unit Terkait :
a. Unit Bisnis ( Relationship Mgr)  mencari nasabah, analisa pembiayaan dan menilai
permohonan disetujui atau ditolak.
b. Unit Manajemen risiko Kredit ( SKMR)  memnyediakan infrastruktur pembiayaan, kebijakan,
prosedur, system kewenangan, system memutus bersama antara Bisnis dan Risk manajemen,
tata cara penarikan dan administrasi pembiayaan, system rating & scoring, early warning signal
(EWS)

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


48
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. Proses Manajemen Risiko Kredit

B. Pengukuran - Mengukur risiko inheren, risiko yang melekat pada aktivitas


Risiko pembiayaan.

- Potensi Kerugian atau EL (expected loss) = Probability of Defaults (PD) x Loss Given
defaults (LGD) .
- Probability of default adalah besarnya kemungkinan / probabilitas nasabah pembiayaan
mengalami wanprestasi atau tidak mampu mengembalikan kewajibannya baik pokok maupun
margin atau bagi hasil pembiayaan

- Loss Given Default adalah estimasi potensi kerugian bank jika terjadi wanprestasi. Besar LGD
adalah (1 – recovery rate)

- Risiko kredit diukur dengan Unexpected Loss : Penyimpangan dari Expected Loss
- Financing Rating digunakan untuk mengukur klasifikasi kualitas nasabah dari sisi risiko
kredit
- Bank wajib memiliki minimal 8 peringkat risiko Financing rating, ( 7 peringkat non-
default, dan 1 peringkat default.
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
49
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. Proses Manajemen Risiko Kredit

C. Pengelolaan • Tujuan : Risiko pembiayaan tidak melewati limit yang sudah


Risiko ditetapkan sesuai risk appetitive Bank.

• Analisa Pembiayaan ;
‒ Bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif
‒ Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional)
‒ Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko dari seluruh sumber informasi
yang tersedia
‒ Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensi atas risiko tersebut.
• Kebijakan dan Prosedur Pembiayaan merupakan pedoman kerja dibidang pembiayaan
yang memuat rangkaian peraturan dan prosedur untuk menjamin kegiatan pembiayaan
dapat berjalan dengan baik dengan memperhatikan :
 Asas Likuiditas ; menjaga tingkat likuiditas.
 Asas Solvabilitas ; menghindari risiko kegagalan pembiayaan.
 Asas Rentabilitas ; memperoleh laba.
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
50
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
3. Proses Manajemen Risiko Kredit

Bank harus dapat menjaga tingkat


Asas likuiditas likuiditas termasuk memenuhi
permintaan penarikan kredit nasabah

Bank dapat melakukan penempatan


Concern dana sesuai dengan kemampuan
kebijakan Asas solvabilitas mengumpulkan dana pihak ketiga dan
perkreditan sejauh mungkin menghindari risiko
kegagalan kredit

Bank harus memperoleh laba secara


Asas rentabilitas
optimal sesuai risiko yang diambil

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


51
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
Analisa Kelayakan
Mencari calon nasabah dan Realisasi
penagihan
Nasabah keputusan Pembiayaan
pembiayaan

• Penentuan Nasabah yang akan diakuisisi  Prescreening 


Risk Acceptance Criteria
• Target Market  dasar untuk menetapkan targeted customer
• Negative list untuk acuan daftar usaha yang tidak menjadi
prioritas bank

52
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
52
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
Analisa Kelayakan
Mencari calon nasabah dan Realisasi
Penagihan
Nasabah keputusan Pembiayaan
pembiayaan

1. Faktor awal
penilaian
kelayakan
7. Aspek
Pengikatan 2. Analisa 5 C’s
Pembiayaan

Analisa
Pembiayaan
6. Aspek Syariah 3. Sumber
Pelunasan

5. Aspek yuridis 4. Aspek


dan agunan Keuangan
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
53
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
1. Faktor Awal Penilaian Kelayakan Pembiayaan
a. Faktor Internal Debitur
b. b. Kinerja Historis dan Analisa Rasio Keuangan

• Rasio likuiditas  kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek 


current ratio, cash ratio dan quick ratio
• Rasio leverage  sejauh mana perusahaan menggunakan utang sebagai sumber
modal (dana pihak luar)  indikasi tingkat keamanan dari bank sebagai kreditor 
DER (Debt to Equity Ratio)
• Rasio aktivitas  kemampuan dan efektifitas manajemen dalam mengelola
sumber-sumber yang dimilikinya ARTO, TATO
• Rasio profitabilitas  kemampuan perusahaan mencetak laba  untuk pemegang
saham. Rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam melakukan
investasi
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
ANALISIS RATIO KEUANGAN
• Analisis laporan keuangan dalam satu periode tertentu dengan
Analisis vertikal cara membanding-bandingkan pos yang satu dengan pos yang
(common size lainnya
analysis) • Cara  menggunakan persentase dimana salah satu pos
ditetapkan sebagai patokan 100%

• Membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode


Analisis horizontal atau lebih
• Tujuan  untuk mengetahui perubahan dan perkembangan
masing-masing pos selama jangka waktu tertentu

• Menyimpulkan kondisi keuangan historis calon debitur dan


menilai bagaimana calon debitur merencanakan untuk
mengatasi berbagai rasio keuangan yang menunjukkan angka
Interpretasi yang kurang baik
analisis kinerja • Cara  salah satunya menggunakan analisis DuPont  melihat
keuangan historis perkembangan rasio ROE (Return on Equity) selama dua
periode dan melakukan analisis untuk dapat melihat
permasalahan yang dihadapi calon debitur dan menilai
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN
bagaimanaTANPA SEIJIN
strategi ASBISINDO
untuk DAN
mengatasi permasalahan tersebut
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
2. Prinsip 5 C’S

Sifat dan watak calon nasabah dari latar


Penilaian pembiayaan
belakang pekerjaan maupun pribadi
berdasarkan kondisi ekonomi,
social, dan politik Condition Of
Character
Economic

Collateral Capacity
Jaminan calon nasabah
pembiayaan kepada Bank Menilai Kemampuan calon debitur
dalam membayar kewajiban sesuai
Capital prospek usaha

Aspek kecukupan permodalan


nasabah pembiayaan dibandingkan
dengan jumlah pembiayaan
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
3. Sumber Pelunasan
• Operating cash flow
• Refinancing
• Likuidasi usaha

4. Aspek Keuangan
– Menentukan porsi modal nasabah dan porsi pembiayaan Bank

5. Aspek Yuridis /Hukum dan Agunan


– Legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang
mengajukan pembiayaan.
– Pengikatan Jaminan kebendaan tergantung dari jenis agunan ; APHT ; Gadai,
FEO, Cessie Piutang.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


57
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan

6. Aspek Syariah
Analisis aspek Syariah Compliance memastikan bahwa pembiayaan &
Proses bisnis nasabah yang diberikan tidak dilarang secara syariah

7. Pengikatan Pembiayaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perjanjian pembiayaan adalah :
– Sesuai dengan tujuan penggunaan dana pembiayaan;
– Telah ditentukan bahwa pengembalian pokok pembiayaan itu disertai
pembayaran margin atau bagi hasil sesuai yang diperjanjikan;
– Penyerahan agunan jika debitur tidak membayar kewajiban.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


58
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
4. Proses Pembiayaan
Tingkat Margin Keuntungan

Kepastian pembayaran ( Jumlah &


waktu) Akad jual beli
Margin Keuntungan
Keuntungan (murabahah, salam,
Diskon tidak boleh diperjanjikan
didepan istisna)

Dapat diubah berdasarkan kesepakatan Akad sewa (Ijarah dan


Sewa (Ujrah)
(Ujrah)
kedua pihak IMBT)

Keuntungan berdasarkan rasio yg


disepakati thd laba kotor (revenue Akad Bagi Hasil
Nisbah Bagi
Bagi Hasil
Hasil sharing) atau laba bersih (profit loss (Mudharabah dan
sharing) Musyarakah)
Tidak memberikan kepastian
pendapatan .

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO 59
5. Manajemen Pembiayaan Bermasalah
Analisa Kelayakan
Mencari calon nasabah dan Realisasi
Penagihan
Nasabah keputusan Pembiayaan
pembiayaan

1. Penggolongan Kualitas Pembiayaan


1. Prospek Usaha 2. Kinerja performance) 3. Kemampuan membayar
a. potensi pertumbuhan usaha; a. perolehan laba; a. Ketepatan pembayaran pokok dan
b. kondisi pasar dan posisi nasabah b. struktur permodalan; marjin/bagi hasil/fee;
dalam persaingan; c. arus kas; dan b. Ketersediaan dan keakuratan informasi
c. kualitas manajemen dan d. sensitivitas terhadap risiko pasar. keuangan nasabah;
permasalahan tenaga kerja; c. Kelengkapan dokumen Pembiayaan;
d. dukungan dari grup atau afiliasi; d. Kepatuhan terhadap perjanjian
dan Pembiayaan;
e. upaya yg dilakukan nasabah dalam e. Kesesuaian penggunaan dana;
memelihara lingkungan hidup. f. Kewajaran sumber pembayaran
kewajiban

Khusus kualitas pembiayaan berdasarkan akad berbagi hasil mempertimbangkan kemampuan membayar yang
mengacu pada rasio RBH (realisasi bagi hasil) terhadap PBH (proyeksi bagi hasil) dan/atau ketepatan
pembayaran pokok.
Alat untuk monitoring penggolongan nasabah (kualitas aktiva produktif) yang tidak membayar kewajiban yang jatuh
tempo (Date Past Due / DPD) sebagai Langkah penanganan mengelola risiko kredit sejak awal adalah analisis Early
Warning Signal (EWS)
*) POJK no. 16/POJK.03/2014, tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
60
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. Manajemen Pembiayaan Bermasalah
2. Penyebab Kegagalan dalam Pemberian Pembiayaan
– Self Dealing (keterlibatan pegawai dalam usaha nasabah/ conflict of interest)
– Anxiety of income (haus akan laba) namun kurang memperhatikan arus kas
– Kompromi terhadap prinsip pembiayaan yg sehat.
– Tidak tersedia kebijakan dan prosedur pembiayaan yang baik.
– Informasi pembiayaan tidak lengkap.
– Lambat dalam tindakan likuidasi.
– Menggampangkan permasalahan
– Tekanan persaingan usaha.
– Tidak terdapat pengawasan pembiayaan yang konsisten.
– Kurang memiliki kemampuan tekhnis.
– Ketidak mampuan melakukan seleksi atas risiko.
– Pemberian pembiayaan yang melampaui batas.
3. Penagihan (Collection)
Peran seorang collector sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan
perusahaan dalam penagihan.
Sehingga dibutuhkan keahlian dan teknik-teknik yang jitu dalam proses
MATERI penagihan & strategi yang
DILARANG DIPERBANYAK sesuai dengan
ATAU DIGANDAKAN kondisi
TANPA SEIJINdebitur.
ASBISINDO DAN
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
5. Manajemen Pembiayaan Bermasalah
4. Pengelolaan Pembiayaan Bermasalah
a. Rescheduling  memperpanjang jangka waktu pembiayaan atau jangka waktu
angsuran
b. Reconditioning ; mengubah beberapa persyaratan yang ada seperti:
perubahan jadwal pembayaran; jumlah angsuran; jangka waktu; nisbah dalam
pembiayaan Bagi Hasil. proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan Bagi Hasil ;
dan/atau pemberian \potongan.
c. Restructuring ; perubahan persyaratan Pembiayaan antara lain :
- penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank.
- konversi akad Pembiayaan; dan/ atau
- konversi Pembiayaan menjadi penyertaan Modal Sementara .
d. Penyitaan jaminan ; jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak
mempunyai itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar
semua kewajibannya.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
6. Perhitungan Kecukupan Modal
untuk Menutup Risiko Kredit

1. Standardized Approach/Pendekatan Standar

• Peringkat pembiayaan ditetapkan oleh Lembaga Pemeringkat eksternal


yang sudah diakui oleh Bank Indonesia.
• Kebutuhan modal adalah minimal 8% dikalikan eksposur atau ATMR
(Aktiva Tertimbang Menurut Risiko).
• ATMR = tagihan bersih x bobot Kriteria yang harus dipenuhi oleh risiko.
- Asset : Nilai tercatat +Margin – CKPN.
- Rek Administratif : (Nilai Komitment/ Kontingensi ) – CKPN x factor
konversi kredit sesuai ketentuan BI.
• lembaga rating eksternal adalah sebagai berikut: Objektivitas, Independen,
Transparansi, Sumber daya yang mencukupi, Kredibilitas
• Mitigasi Risiko = Agunan dapat mengurangi exposure risiko.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


63
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
6. Perhitungan Kecukupan Modal
untuk Menutup Risiko Kredit
2. Internal Rating Based (IRB)

• Pendekatan Internal rating Based (IRB) mengukur risiko berdasarkan


internal rating yang telah dimiliki oleh bank.
• Jika bank memilih untuk menggunakan pendekatan IRB, bank harus
memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan minimum, dan mendapatkan
persetujuan dari Bank Indonesia sebagai pengawas
• Komponen risiko pada pendekatan ini adalah:
– Probability of Default (PD)  Kemungkinan debitur wanprestasi dalam waktu
1 tahun
– Loss Given Default (LGD)  Real loss Bank ( 1- recovery rate)
– Exposure at Default (EAD)  Outstanding pada saat bermasalah
– Effective Maturity (M) Sisa jk waktu pembiayaan ( hanya utk Tagihan
kepada Pemerintah, Korporasi dan Bank

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


64
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
6. Perhitungan Kecukupan Modal
untuk Menutup Risiko Kredit

• IRB approach terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:


1. Foundation IRB
2. Advanced IRB

• Perbedaan di antara keduanya adalah sebagai berikut:

Komponen Risiko F-IRB A-IRB


PD Internal Internal
LGD Supervisor Internal
EAD Supervisor Internal
Data yang dibutuhkan 5 tahun 7 tahun

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


65
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
III. RISIKO INVESTASI

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


66
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Risiko Investasi
Prinsip-prinsip yang terkait dengan risiko investasi dalam
pembiayaan bagi hasil:
 Risiko investasi melekat dalam instrumen equity untuk tujuan investasi 
Akad mudharabah dan musyarakah
 Perbedaan mendasar antara pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah
pada bentuk keterlibatan investasi di periode akad.
 Pembiayaan mudharabah, bank menginvestasikan modalnya sebagai silent
partner, tanggung jawab pengelolaan usaha sepenuhnya berada pada
Mudharib.
 Pada pembiayaan musyarakah, bank bersama mitra kerja menginvestasikan
modal secara bersama-sama, dimana bank dapat bersikap sebagai silent
ataupun berpartisipasi di manajemen perusahaan.
 Pemberian pembiayaan dengan akad bagi hasil mengevaluasi profil business
partner (Mudharib atau musyarakah partner) dan Fluktuatifnya pendapatan
Mitra kerja
MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN
67
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Risiko Investasi
1. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Sistem Informasi
Manajemen Risiko Investasi
• Identifikasi risiko investasi pada aktifitas pembiayaan, treasuri dan investasi
• Pengukuran risiko -> kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
• Pemantauan Risiko secara berkala sesuai pengalaman kerugian masa lalu.

Risiko yang dapat timbul dari pembiayaan bagi hasil berbasis revenue atau profit
and loss sharing
• Pembiayaan partnership, Bank sebagai pemberi dana ikut menanggung risiko
bisnis.
• Pembiayaan berbasis bagi hasil, dimana modal yang ditanamkan oleh bank tidak
bersifat fixed return, dan risiko turunnya nilai modal jika rugi.
• Level risiko bagi hasil relatif lebih tinggi dari jenis investasi yang lainnya.
• Tidak memiliki pasar Sekunder, mengakibatkan meningkatnya biaya untuk Exit.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


68
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Risiko Investasi
• Pembiayaan Bagi Hasil dimungkinkan tidak terdapat penghasilan tetap.
• Arus Kas tidak terjadwal  sulit membuat proyeksi arus kas
• Tidak terdapat informasi yang akurat dalam evaluasi kelayakan investasi.
• Perubahan Tekhnologi dan subtitusi produk.

2. Pengendalian Risiko Investasi

Bank harus memiliki :


 Strategi dan manajemen risiko.
 Satuan kerja untuk menganalisa laporan actual vs budget.
 Ifrastruktur yang memadai untuk memonitor performance dan
operasional dari usaha yang dibiayai Bank sebagai partner.
 monitoring yang lebih ketat dibutuhkan untuk memitigasi
pemalsuan informasi.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


69
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Risiko Investasi
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghindari potensi
manipulasi pada pelaporan yang overstatement atau understatement dari
pendapatan yang dihasilkan dalam partnership:
– Menggunakan konsultan independendalam melakukan audit dan
valuasi dari investasi
– Menempatkan Dewan Direksi yang mewakili bank.

Exit Strategi Risiko Investasi :


- IPO
- Private Placement.
- Dalam perjanjian disebutkan, “mengharuskan Partner utk membeli
bagian modalnya sebagai exit strategy”.

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


70
HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Contoh Soal

1. Risiko kredit dapat mencakup hal dibawah ini kecuali:


a) akibat kegagalan pembayaran debitur
b) akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk)
c) akibat kegagalan proses pembayaran (settlement risk).
d) akibat Pemberitaan di Media Masa

2. Aktivitas identifikasi Risiko Kredit, mengukur besar risiko tersebut, dan menentukan langkah mitigasi melalui
proses pengendalian risiko sampai level sesuai risk appetite bank, merupakan bagian dari :
a) Sistim manajemen risiko pembiayaan
b) Proses manajemen risiko pembiayaan
c) Budaya manajemen risiko pembiayaan
d) Semua benar

3. Dibawah ini adalah upaya bank menyelamatkan pembiayaan yang bermasalah melalui :
a. Restrukturisasi, likuidasi agunan, litigasi, asset disposal
b. Restrukturisasi, likuidasi agunan
c. Restrukturisasi, rescheduling, reconditioning
d. Restrukturisasi, litigasi, dan asset disposal

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO
Jawaban:
1. D
2. B
3. A

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO 72
Terima Kasih

MATERI DILARANG DIPERBANYAK ATAU DIGANDAKAN TANPA SEIJIN ASBISINDO DAN


HANYA DIPERGUNKAN UNTUK PELATIHAN ASBISINDO 73

Anda mungkin juga menyukai