Anda di halaman 1dari 4

Bahasa Inggris adalah bahasa yang universal karena digunakan oleh sebagian besar

negara di dunia sebagai bahasa utama. Selain itu, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa
internasional yang penting untuk dikuasai atau dipelajari. Muid (2015) menyatakan bahwa,
“sepanjang perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan beberapa temuan yang sebagian
besar diterbitkan dalam bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, sehingga bangsa khususnya
untuk Indonesia sangat penting untuk belajar bahasa Inggris”.

Meskipun di Indonesia bahasa Inggris adalah bahasa asing, namun menempati posisi
yang penting dalam keseharian masyarakat kita. Hai ini terlihat jelas dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Bahasa Inggris telah diajarkan sebagai salah satu mata pelajaran wajib di smp. Proses
belajar mengajar bahasa Inggris dilakukan untuk mengembangkan kompetensi komunikasi
siswa karena tujuan penting dari belajar bahasa asing adalah untuk memungkinkan siswa
menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi. Selain itu, kurikulum saat ini di Indonesia
adalah Kurikulum 2013 di mana bahasa Inggris diajarkan mulai dari sekolah menengah pertama,
artinya siswa SMP perlu lebih banyak aktif belajar bahasa Inggris.

Terlepas dari pentingnya pengajaran bahasa Inggris disekolah, beberapa hambatan dapat
ditemukan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam
proses belajar mengajar dikelas disebut sebagai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari
bahasa Inggris.Widyawati (2012, p.3) mengemukakan bahwa kesulitan belajar pada peserta didik
dapat terjadi pada siswa yang berkatagori “di luar rata-rata“ (sangat pintar dan sangat bodoh)
yang dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap, kebiasaan,
sifat dan latar belakang kehidupan keluarga, sosial dan emosional.

Dalam penelitian ini peneliti fokus untuk membahas tentang masalah sikap siswa
terhadap pembelajaran bahasa Inggris, sikap siswa sangat diperlukan untuk kelancaran proses
belajar dan mengajar. Isti and Istikharoh (2019) menyatakan bahwa sikap adalah faktor
terpenting yang mendukung keberhasilan pembelajaran. Pernyataan lain oleh Kara (2009, p.)
menyatakan bahwa "sikap terhadap pembelajaran selain pendapat dan keyakinan juga memiliki
pengaruh yang jelas terhadap perilaku siswa dan sesuai dengan kinerja mereka". Siswa dengan
pola pikir positif tentang pembelajaran bahasa akan memiliki kecenderungan positif terhadap
bahasa dan menonjol dalam pelajaran. Karena itu sikap merupakan faktor penting dalam
pembelajaran bahasa, karena dengan sikap dimiliki oleh siswa, mereka dapat meningkatkan
kemampuannya terhadap bahasa sasaran

Bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing di Indonesia ternyata berbeda persepsi dan
sikap dari pembelajar bahasa selama proses belajar mengajar proses pelajaran bahasa Inggris di
sekolah. Beberapa siswa mungkin tampak menikmati proses, tetapi beberapa yang lain
tampaknya mencerminkan sikap negatif. Kondisi ini mungkin salah satu penyebab rendahnya
prestasi yang diperoleh siswa dalam belajar Bahasa inggris
Permasalahan tersebut di atas juga ditemukan di SMPN 3 Labakkang. Berdasarkan pengamatan
dalam proses belajar mengajar, proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dirasa belum
optimal dalam pembelajaran bahasa Inggris, perbedaan motivasi dan sikap ditunjukkan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa terlihat serius mengikuti pembelajaran,
beberapa siswa yang lainnya menunjukkan sikap yang negatif terhadap pembelajaran. Misalnya,
mereka tidak memperhatikan guru saat menjelaskan, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
bahkan ada yang sampai bolos saat pelajaran bahasa Inggris diajarkan.

Berdasarkan wawancara dengan guru bahasa Inggris di SMPN 3 Labakkang,yang dilakukan


tanggal 07 April 2022 , ternyata masalah sikap yang diperlihatkan siswa terhadap pembelajaran
bahasa Inggris disebabkan kurangnya motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran bahasa
Inggris, hal ini juga yang menyebabkan rendahnya nilai tes yang diperoleh siswa pada mata
pelajaran bahasa Inggris. Peneliti menemukan pendapat yang sama dari hasil wawancara dengan
siswa kelas 9th. Mereka mengaku tidak tertarik dengan pelajaran bahasa Inggris dan
menganggap bahasa Inggris sebagai mata pelajaran yang sulit, karena siswa memiliki rasa
percaya diri yang rendah, kosakata yang terbatas, dan kurangnya tata bahasa dan pengucapan. Itu
membuat siswa takut ketika mereka diminta untuk memecahkan masalah dalam bahasa Inggris.
Namun, sikap siswa terhadap Pelajaran bahasa Inggris sering diabaikan oleh guru.

Salah satu penelitian sebelumnya oleh Adilajefiza (2017) melakukan penelitian berjudul
“Motivasi dan sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris dalam kursus bahasa Inggris”.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui motivasi dan sikap siswa siswa dalam belajar bahasa
Inggris, terutama motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian,
maka dapat dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah sumber utama motivasi siswa dalam
belajar bahasa Inggris. Hasilnya memberikan bukti bahwa siswa belajar bahasa Inggris untuk
karir masa depan mereka, pendidikan dan interaksi sosial.Mengacu pada sikap siswa, temuan ini
mengungkapkan bahwa siswa memiliki sikap positif sikap terhadap pentingnya bahasa Inggris
dan penggunaan bahasa Inggris dalam pendidikan konteks.

Penelitian lain oleh Fadhil, Setiyadi, and kadaryanto (2019) melakukan penelitian yang
berjudul “ Sikap siswa terhadap Bahasa Inggris, Pembelajaran Bahasa dan Penutur Asli Bahasa
Inggris”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap siswa kelas II SMA di Kecamatan
Gisting terhadap bahasa Inggris, mengajar bahasa Inggris, dan berbicara bahasa Inggris asli dan
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap mereka. Para siswa menunjukkan sikap positif bersama
dengan skor rata-rata mencapai 3.6684 dari 120 siswa. Temuan ditahap wawancara menunjukkan
bahwa sikap positif siswa muncul karena adanya motivasi; instrumental dan integratif.

Susanti dan Mujid (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “A study of sikap siswa terhadap
pembelajaran bahasa Inggris siswa kelas X di SMAN 1 Abung Semuli, Lampung
Utara”.Penelitian ini akan menyelidiki sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris dengan
menggunakan metode observasi.. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 8 (delapan)
kali pertemuan, diketahui bahwa siswa siswa kelas X IPA 5 di SMAN 1 Abung Semuli
mencerminkan sikap positif terhadap pembelajaran bahasa Inggris. Oleh karena itu, disarankan
agar guru terus mendesain kegiatan pembelajaran yang mampu memunculkan sikap positif siswa
terhadap proses belajar bahasa inggris.

Pham and Nguyen (2020) dengan judul penelitian "sikap terhadap pembelajaran bahasa Inggris
pada mahasiswa jurusan non-Inggris di Tra Vinh University".Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi sikap siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris, untuk mengetahui
perbedaan sikap orang Inggris menurut jenis kelamin dan tiga spesialisasi, dan akhirnya untuk
menarik perhatian pada pembelajaran di universitas Tra Vinh. Penelitian kuantitatif digunakan
dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Partisipannya adalah 89 responden dari 3 minat utama: Administrasi Perkantoran, Pariwisata dan
Dokter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap positif terhadap bahasa
Inggris dan menariknya tidak ada perbedaan sikap berdasarkan jenis kelamin. Namun, sikap
terhadap bahasa Inggris dari ketiga jurusan itu tidak sama. Sikap mahasiswa pariwisata sedikit
lebih rendah dari dua peminatan lainnya

Spesialisasi Penelitian sebelumnya memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Semua peneliti di
atas membahas sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris. Dalam studi penelitian ini, peneliti
umumnya setuju bahwa siswa memiliki sikap positif terhadap pelajaran bahasa Inggris.
Sayangnya, beberapa penelitian di atas hanya berfokus pada pemeriksaan sikap siswa terhadap
pembelajaran bahasa Inggris di universitas dan sekolah menengah atas. Peneliti tidak
menemukan penelitian yang fokus mempelajari sikap siswa di tingkat SMP.sejalan dengan itu,
Implementasi Kurikulum 2013 di Indonesia saat ini menempatkan Bahasa Inggris sebagai mata
pelajaran yang harus diajarkan mulai dari tingkat sekolah menengah pertama. Ini Artinya,
sebagai mata pelajaran baru yang diajarkan di SMP, siswa memiliki pandangan yang beragam
pada pelajaran bahasa Inggris. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang membahas
tentang sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah pertama.

Dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, siswa memiliki berbagai sikap. Prabhu et.al
(seperti yang dikutip dalam Ahmed, 2021) menjelaskan bahwa seseorang yang belajar bahasa
Inggris dan memiliki sikap pola pikir positif terhadap bahasa, niscaya akan berperilaku terhadap
bahasa seperti sering berkomunikasi menggunakan bahasa, memuji bahasa, dll. tetapi biasanya
siswa juga memiliki pola pikir positif terhadap bahasa Inggris, tetapi tindakan mereka negatif.
Kasus ini biasanya disebut sebagai lubang. Lubang tersebut terjadi karena perbedaan pemikiran
dan perilaku siswa. Dalam hal ini, siswa juga dapat mengatakan mereka menikmati belajar
bahasa Inggris, namun mereka merasa malu ketika berbicara Bahasa inggris. Sikap inilah yang
sulit dipelajari dari siswa dan belum ada teori sebelumnya yang menjelaskan bagaimana
mengetahui sikap siswa yang mempunyai masalah seperti yang dijelaskan di atas.

Oleh karena itu, peneliti akan mengatasi masalah sikap seperti yang dijelaskan diatas
dengan menggunakan komponen sikap dalam melakukan penelitian tentang sikap siswa.
Komponen sikap terdiri dari tiga aspek, antara lain: Komponen kognitif, yang melibatkan
keyakinan, pemikiran atau sudut pandang tentang objek sikap. Komponen afektif mengacu pada
perasaan dan emosi individu terhadap suatu objek, apakah dia suka itu atau tidak menyukainya.
Yang terakhir adalah komponen perilaku yang melibatkan kecenderungan untuk mengadopsi
perilaku belajar tertentu.Dengan menggunakan tiga komponen sikap ini, peneliti dapat
menemukan berbagai data tentang sikap para siswa. Sehingga akan memudahkan peneliti dalam
mengolah data dan menentukan sikap siswa terhadap pelajaran bahasa Inggris. Peneliti
berasumsi bahwa setiap klasifikasi sikap yang dipelajari dalam penelitian ini dianggap sebagai
faktor penting dalam penguasaan bahasa Inggris siswa. Poin yang dipelajari memiliki kontribusi
tersendiri terhadap proses dan hasil belajar siswa yang harus diperhatikan oleh para guru dan
akademisi. Jika poin-poin tersebut diperiksa dengan benar dalam proses belajar mengajar, siswa
akan mengalami semacam peningkatan kualitas dan kuantitas dalam mempelajari bahasa sasaran.
Peneliti percaya bahwa sikap positif terhadap bahasa Inggris dan klasifikasinya yang disebutkan
dapat berdampak pada proses belajar mengajar yang efektif sehingga dapat bermanfaat dalam
proses belajar bahasa untuk menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa asing.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang akurat
tentang Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Bahasa Oleh karena itu, Penelitian ini dilakukan
dengan judul “Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Inggris: Sebuah Studi Tahun
9thSiswa SMPN 3 Labakang".

Anda mungkin juga menyukai