Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Seminar Nasional IPTEK Olahraga, 2018, ISSN 2622-0156

Olahraga Di Lingkungan Pondok Pesantren


Rozi Nasrulloh Akbar1, Sugiyanto2, Muchsin Doewes3
1,2,3Ilmu Keloharagaan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

Email: rozi_nasrulloh@yahoo.com1, sugiyanto49@staff.uns.ac.id2, muchsindoewes@staff.uns.ac.id3

Abstrak— Sport for all, olahraga untuk semua memiliki arti bahwa olahraga dapat dilaksanakan oleh semua kalangan
tanpa membedakan jenis kelamin, lingkungan, dan suku budaya terutama di lingkungan pondok pesantren yang
merupakan lembaga pendidikan Islam. Tujuan penulisan ini adalah untuk menggambarkan bagaimana pandangan
Islam terhadap olahraga dan bagaimana kedudukan olahraga di lingkungan pondok pesantren. Dari kajian literatur
yang dilakukan, ditemukan bahwa Islam memiliki pandangan yang terhormat terhadap olahraga selama olahraga
tersebut dapat membantu seseorang meraih human perfection dan keimanan.Olahraga dalam lingkungan pondok
pesantren memiliki peran penting dalam mencapai tujuan akhir pondok pesantren yaitu mencetak kader pemimpin
yang berjiwa islami dan cerdas melalui olah pikir, olah dzikir, dan olahraga.

Kata Kunci —Olahraga, Islam, Pondok Pesantren

adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki


I. PENDAHULUAN kelebihan baik dari segi ilmu pengetahuan, tradisi
Aktivitas fisik memiliki peran yang sangat vital atau sisi penyebaran dan kekuatan umat
dalam kehidupan. Aktivitas fisik adalah segala gerak Islam.[4]Sebagai lembaga pendidikan Islam, pondok
tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang pesantren menekankan syariat dan aturan agama
menghasilkan pengeluaran energy dan berkorelasi Islam sehingga terkesan memiliki batasan dengan
dengan kebugaran jasmani.[1]Aktivitas fisik dengan dunia luar pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk
intensitas sedang direkomendasikan harus dilakukan menggambarkan bagaimana pandangan Islam
oleh orang dewasa paling tidak 30 menit lima kali terhadap olahraga dan bagaimana kedudukan
dalam seminggu, sedangkan untuk remaja disarankan olahraga di lingkungan pondok pesantren
melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang
selama 60 menit perhari.[2]Aktifitas fisik memiliki II. METODE
manfaat dalam menjaga kesehatan tubuh terutama Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi
dari penyakit kardiovaskular karena aktivitas fisik literature dimana penulis mencari referensi teori yang
dapat mengurangi tekanan darah istirahat dan relevan dengan kasus atau permasalahan yang
meningkatkan kapasitas untuk membawa darah di ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dijadikan
arteri coroner.[2]Aktivitas fisik mencakup berbagai sebagai pondasi dasar untuk menarik kesimpulan.
komponen yang luas antara lain pekerjaan,
transportasi, aktivitas rumah tangga, dan waktu luang III. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mencakup latihan (exercise), rekreasi dan A. Pondok Pesantren
olahraga.[1] Pondok Pesantren adalah lembaga Islam yang
Olahraga adalah suatu kegiatan yang melibatkan memiliki kelebihan baik dari segi ilmu pengetahuan,
pengerahan tenaga fisik, keterampilan dan/atau tradisi atau sisi penyebaran dan kekuatan umat
koordinasi mata-tangan sebagai fokus utama dari Islam.[4]Pesantren merupakan lembaga pendidikan
kegiatan tersebut. [10] Olahraga sebagai salah satu tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
sarana pemenuhan kebutuhan gerak manusia telah menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menjadi pilihan bagi kebanyakan orang bahkan telah menekankan pengtingnya moral keagamaan
menjadi sebuah gaya hidup. Sport for all merupakan sebagaipedoman perilaku sehari-hari.[5]Pondok
gerakan yang timbul guna menyadarkan kembali pesantren memiliki beberapa elemen yangmenjadi
pentingnya olahraga bagi semua. Gerakan tersebut ciri khas, yaitu: 1) pondok atau asrama, yang
didasari karena kebutuhan masyarakat yang merupakan tempat tinggal santri di lingkungan
menginginkan untuk menjadi sehat, bebas untuk pendidikan pesantren yang terdiri daru beberapa
memilih kegiatan olahraga yang digemari, untuk kamar; 2) tempat mengajar, biasanya berupa masjid
mendapatkan kebugaran tubuh [11] tanpa atau surau yang digunakan untuk mengajarkan kitab-
memandang segala jenis perbedaan termasuk bagi kitab keisalaman; 3) santri, yang merupakan sebutan
seseorang yang berada di lingkungan pondok bagi peserta didik yang menimba ilmu pengetahuan
pesantren. di pesantren; 4) pengajaran kitab agama, sering kali
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan menggunakan kitab-kitab yang berbahasa Arab
Islam yang tertua di Indonesia.[3]Pondok Pesantren klasik atau lebih dikenal dengan istilah kitab kuning;

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi SOSIO-OR. 1


Prosiding Seminar Nasional IPTEK Olahraga, 2018, ISSN 2622-0156

5) kiai dan ustadz, yang merupakan guru atau orang pesantren kini telah mengalami transformasi kultur,
ahli ilmu agama yang berperan sebagai pengajar.[12] sistem, dan nilai.[5]
Pada mulanya, pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan islam yang hanya mengajarkan ilmu B. Olahraga
agama Islam saja.[3]Kelemahan pondok pesantren Olahraga merupakan segala bentuk aktivitas fisik
tradisional yaitu: 1) kelemahan dalam menguasai yang dilakukan dengan santai maupun terorganisir
bahasa asing selain bahasa Arab, terutama bahasa yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran
Inggris; 2) kelemahan dalam metode penelitian ilmu jasmani dan mental yang membentuk hubungan
agama Islam atau metode pemahaman Islam; 3) social. [7]
kelemahan dalam minat ilmu.[5]Namun seiring
perkembangan jaman, pondok pesantren mengalami C. Islam dan Olahraga
modernisasi dimana pesantren saat ini tidak hanya Islam merupakan sebuah ideologi/agama yang
mengajarkan intelektualisme Islam klasik, akan mendesak para pemeluknya untuk melakukan
tetapi, pondok pesantren telah mengajarkan ilmu- aktivitas rekreasi, fisik dan kegiatan
ilmu modern melalui jalur pendidikan formal.[6] kompetitif.[8]Bahkan Nabi Muhammad SAW
Modernisasi pendidikan Islam terorientasi pada tiga mengucap “hiburlah dirimu dengan permainan,
pembaharuan: pertama, menerima pendidikan karena aku tidak suka kekerasan untuk dilihat dalam
sekuler modern sebagaimana telah berkembang agamamu”. [7]Berpartisipasi dalam kegiatan
secara umumnya di Barat, dan mencoba untuk olahraga merupakan kegiatan yang sehat dan
"mengislamkannya", yakni mengisi dengan konsep menyehatkan, dimana jika seseorang hamba sehat,
kunci tertentu dari Islam yang bertujuan utnuk: (1) maka dia dapat unggul dalam olahraga dan memiliki
membentuk watak pelajar/mahasiswa dengan nilai performa yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan
Islam dalam kehidupan dan masyarakat; (2) sabda Nabi Muhammad SAW bahwa seseorang
memungkinkan para ahli yang berpendidikan modern mukmin yang kuat lebih Allah cintai daripada
untuk menamai bidang kajian masing-masing dengan seorang mukmin yang lemah.[7]Olahraga dalam
nilai Islam pada perangkat-perangkat yang lebih pandangan Islam memiliki tujuan untuk mata
tinggi dengan perspektif Islam, dan mengubah pencaharian, mendapatkan kebanggan dan reputasi,
kandungan dan orientasi kajian-kajian mereka sesuai selain itu juga untuk beribadah lebih baik dan untuk
keperluan.Kedua, menyederhanakan silabus-silabus melayani umat. [12]Islam mendukung pelaksanaan
tradisional, karena modernisasi cenderung dengan olahraga, namun memiliki batasan moral yang harus
penyederhanaan materi-materi tambahan yang dipatuhi. Olahraga dinilai tidak sebagai tujuan akhir,
kurang relevan. Ketiga, menggabungkan cabang- melainkan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih
cabang ilmu pengetahuan baru yang dilakukan tinggi dalam beribadah seperti untuk mempersiapkan
dengan memperpanjang durasi waktu belajar dan kondisi tubuh untuk ibadah haji atau untuk
disesuaikan dengan ruang lingkup kurikulum mempersiapkan tubuh menjelang bulan Ramadhan
sekolah-sekolah dan akademi-akademi modern.[5] dimana umat muslim menjalankan ibadah puasa. [9]
Arus deras globalisasi mendorong hadirnya Islam memiliki sejarah mengenai olahraga yang
pemikiran modernisasi yang mempengaruhi tiga dilakukan dan disarankan untuk dilakukan oleh Nabi
aspek dalam pondok pesantren yaitu kurikulum; Muhammad SAW yaitu
model pembelajaran; dan struktur kelembagaan. Hal 1) Berjalan
tersebut tidak mempengaruhi sistem di dalam pondok Berjalan merupakan salah satu unsur yang
pesantren yang bertujuan untuk mencetak insan yang mendukung dalam kemampuan memanah yang
berprestasi baik dalam ilmu agama dan juga ilmu menjadi salah satu olahraga popular pada jaman Nabi
umum. [4]Dalam perkembangan terakhir, pesantren SAW, seperti sabda beliau “untuk dapat bersaing
mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam memanah, maka milikilah tubuh yang bugar
dalam rangka inovasi terhadap sistem yang selama dan berjalanlah tanpa alas kaki”.
ini digunakan, yaitu: (1) mulai akrab dengan 2) Lari/jogging
metodologi modern; (2) semakin berorientasi pada Sebuah kisah antara Nabi SAW dan Aisyah yang
pendidikan yang fungsional, terbuka atas melakukan lomba lari dimana Aisyah memenangkan
perkembangan di luar dirinya; (3) diversifikasi lomba tersebut. Kemudian saat Aisyah terlihat agak
program dan kegiatan makin terbuka, gemuk Nabi SAW mengajak untuk lomba lari lagi
ketergantungannya dengan kiai tidak absolut, dan dan Nabi memenangkannya kemudian berkata “ini
dapat membekali santri dengan berbagai pengetahuan adalah balasan dari lomba yang pertama.
di luar mata pelajaran agama maupun keterampilan 3) Gulat
yang diperlukan di lapangan kerja; dan 4) dapat Diriwayatkan bahwa Nabi pernah menerima
berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat. tantangan gulat dari Rukana bin Abdulyazid seorang
Hal ini mengasumsikan bahwa pada dasarnya pegulat terkenal dan Nabi memenangkan gulat
tersebut. Selain itu untuk menilai kemampuan fisik

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi SOSIO-OR. 2


Prosiding Seminar Nasional IPTEK Olahraga, 2018, ISSN 2622-0156

pemuda muslim, Nabi menyelenggarakan kompetisi merupakan unsur yang sangat penting untuk
gulat diantara pemuda-pemuda tersebut. mengasah jiwa spiritual para santri. Dan olahraga
4) Berenang merupakan unsur terakhir yang harus dilakukan para
Renang merupakan olahraga yang paling sering santri sebagai upaya untuk menjaga kesehatan dan
ditekankan dalam literature Islam. Ata bi Abi Rabbah kebugaran para santri. Olahraga merupakan salahsatu
mengungkapkan bahwa Nabi SAW mengadakan factor panting dalam menjaga kesehatan tubuh, andai
kompetisi renang antar pemuda. Selain itu khalifah para santri rajin belajar dan beribadah namun tidak
Umar juga berkata ajari anak kalian bagaimana cara diimbangi dengan olahraga yang cukup, besar
berenang, memanah dan cara menunggangi kuda. kemungkinan bagi mereka untuk terjangkit
5) Memanah penyakit.[14]
Memanah merupakan olahraga populer pada Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren
zaman perkembangan Islam. Kemampuan memanah memiliki sistem pendidikan formal bagi para
dianggap sebagai alat dasar dan efektif untuk santrinya. Sejumlah peneliti telah mengidentifikasi
berpartisipasi dalam jihad. Nabi SAW bersabda sekolah-sekolah sebagai lembaga sosial yang sangat
bahwa memanah bukanlah kemampuan yang berjender memfasilitasi pengembangan maskulinitas
sederhana, tetapi merupakan sesuatu yang menarik tertentu melalui berbagai kegiatan termasuk
yang bisa kalian lakukan untuk hiburan. olahraga.[8] Pendidikan jasmani merupakan salah
6) Menunggang kuda dan unta satu mata pelajaran yang ada dalam pendidikan
Kuda dan unta merupakan hewan yang digunakan formal di pondok pesantren. Pendidikan jasmani
sebagai alat transportasi pada jaman dulu. merupakan bagian dari sistem pendidikan yang
Menunggang kuda dan unta merupakan kemampuan menumbuhkan kekuatan melalui latihan yang
yang sama penting dengan kemampuan memanah. menyebabkan normalnya pertumbuhan dan
7) Melempar tombak perkembangan tubuh.[9]Tujuan pendidikan jasmani
Melempar tombak merupakan salah satu dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan
kemampuan yang penting dalam berperang. Abu manusia yaitu untuk menerima aturan Tuhan melalui
Huraira meriwayatkan bahwa ada beberapa orang ibadah sesuai dengan yang diamalkan.Pondok
Etiopia yang berlatih melempar tombak di dalam pesantren memiliki keuntungan dalam melaksanakan
masjid, Umar hendak menghentikan mereka akan kegiatan olahraga karena sistem asrama yang
tetapi Nabi SAW menahan Umar dan berkata biarkan diterapkan berarti bahwa kegiatan pondok pesantren
mereka berlatih. berlangsung 24 jam sehingga kegiatan para santri
Islam memiliki pandangan yang terhormat dapat diawasi.[14]
terhadap olahraga selama olahraga tersebut dapat
membantu seseorang meraih human perfection dan IV. KESIMPULAN
keimanan.[9]Olahraga dipandang penting dalam Dari uraian di atas dapat disimpulkan: pertama,
Islam karena dengan berolahraga akan menjadikan Islam memandang olahraga sebagai kegiatan yang
manusia sehat dan kuat dimana kesehatan dipandang terhormat selama olahraga tersebut dapat membantu
sebagai nikmat kedua terbaik setelah iman.[13] Dari seseorang meraih human perfection dan
beberapa literature tersebut dapat kita pahami bahwa keimanan.Kedua, olahraga dalam lingkungan pondok
partisipasi Islam dalam kegiatan olahraga bertujuan pesantren memiliki peran penting dalam mencapai
untuk memelihara kesehatan, kebugaran dan tujuan akhir pondok pesantren yaitu mencetak kader
mengasah kemampuan untuk mengantisipasi segala pemimpin yang berjiwa islami dan cerdas melalui
keadaan darurat yang menyangkut kepentingan olah pikir, olah dzikir, dan olahraga.
agama.
DAFTAR PUSTAKA
D. Pondok Pesantren dan Olahraga
[1] K. M. Khan et al., “Sport and exercise as contributors to the
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan health of nations,” Lancet, 2012.
berbasis Islam. Pondok pesantren didirikan dengan [2] L. Miles, “Physical activity and health,” Nutr. Bull., 2007.
tujuan untuk mencetak kader pemimpin umat yang [3] Zulhimma, “Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di
berjiwa islami dan mampu menghadapi setiap Indonesia,” J. Darul ’Ilmi, 2013.
[4] Muhammad Zamroji and J. Sekolah Tinggi Agama Islam
permasalahan perkembangan zaman yang tak At-Tahdzib, “Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok
terelakkan. Demi mencapai tujuan tersebut Pesantren,”http://jurnal.iaibafa.ac.id/index.php/murobbi/art
dibutuhkan upaya keras salah satunya melalui icle/view/93, 2017.
menyatukan unsur-unsur yang biasa dikenal dengan [5] M. Hasan, “Inovasi Dan Modernisasi Pendidikan Pondok
Pesantren,” KARSA J. Sos. dan Budaya Keislam., 2015.
Olah Pikir, Olah Dzikir, dan Olahraga. [13] [6] M. Shodiq, “Pesantren dan perubahan sosial,” J. Falasfa,
Olah pikir dalam lingkungan pesantren tercermin 2011.
melalui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. [7] M. K. Marwat, S. Zia-ul-islam, M. Waseem, and H.
Olah dzikirtergambarkan dalam rutinitas Shalat lima Khattak, “Islamic Perspectives with Reference to Health
and Participation in Sports,” Asian J. Soc. Sci. Humanit.,
waktu dan kegiatan spiritual lainnya dimana dzikir 2014.

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi SOSIO-OR. 3


Prosiding Seminar Nasional IPTEK Olahraga, 2018, ISSN 2622-0156

[8] S. Farooq and A. Parker, “Sport, Physical Education, and


Islam: Muslim Independent Schooling and the Social
Construction of Masculinities,” Sociol. Sport J., 2009.
[9] Z. Sanchooli, “Physical Education and Sport In the From
Perspective Islam,” Int. Acad. J. Soc. Sci., 2016.
[10] Verhagen, W. van Mechelen, “Sport for all,” British
Journal of Sport Medicine, 2010.
[11] Harsuki, Perkembangan Olahraga Terkini. Bandung, PT
Rajagrafindo, 2003.
[12] Subki, “Integrasi Sistem Pendidikan Madrasah dan
Pesantren Tradisional,” thesis, IAIN Walisongo, Semarang,
Indonesia, 2013.
[13] (2017) Darunnajah website. [Online]. Available:
http://darunnajah.com/
[14] Sofwan Manaf. (2012) Aplikasi Olahraga di Pondok
Pesantren. [Online]. Available:
https://sofwanmanaf.wordpress.com/tag/olahraga-di-
pondok-pesantren/

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi SOSIO-OR. 4

Anda mungkin juga menyukai