Anda di halaman 1dari 6

PENUNTUN LKK 1 BLOK 13: ANAMNESIS KELAINAN PARU DAN KONSELING MEROKOK

I. ANAMNESIS KELAINAN PARU


A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan anamnesis penyakit-penyakit paru secara berurutan dan benar:
- Menanyakan keluhan utama pasien.
- Menanyakan riwayat penyakit sekarang
- Menanyakan riwayat penyakit dahulu
- Menanyakan riwayat penyakit lainnya
- Menanyakan riwayat keluarga
- Menanyakan latar belakang sosial dan pekerjaan
2. Melakukan komunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non verbal mengenai penyakit tersebut:
- Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien
- Menjelaskan tujuan anamnesis
- Meminta izin pasien untuk melakukan anamnesis
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR ANAMNESIS KELAINAN PARU
1.1 Landasan Teori
Untuk menegakkan diagnosis kelainan sistem pernapasan, seorang dokter harus melakukan tiga hal, yaitu
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (bila perlu). Pada gangguan sistem pernapasan, keluhan
utama yang sering dijumpai adalah:
1. Sesak napas
Keluhan sesak napas terjadi akut, sub akut atau kronik. Bila terjadi cepat dan mendadak, perlu
dipikirkan corpus alineum pada saluran napas, asma bronkhial, bronkhitis akut, lesi pleura seperti
pneumotoraks, hidrotoraks, pneumonia atau bronkopneumonia, trauma pada dada, edema paru (gagal jantung
kiri), gangguan pusat napas. Bila proses sesak napas terjadi lebih lambat, sub akut maka kemungkinan lesi pada
pleura seperti hidrotoraks, hematotoraks, piotoraks (empyeme thoraks)
Sesak napas yang kronik menunjukkan penyakit berjalan kronik seperti bronkhitis kronik, emphysema
paru, tumor saluran napas dan paru, dan penebalan dari pleura.
Hal-hal yang perlu dijelaskan mengenai sesak napas adalah:
- sesak napas berkurang bila penderita duduk (orthopneu)
- sesak bila melakukan aktivitas (dyspneu d’effort)
- sesak napas dengan letak paksa, biasanya lesi di pleura.
- sesak terutama pada malam hari (Nocturnal dyspneu)
- sesak bila melakukan aktivitas fisik berat (exercised)
Kedua jenis sesak ini, yaitu nocturnal dispneu dan exercised dispneu sering ditemukan pada penderita asma
bronkhial.
2. Nyeri dada
Sakit dada biasanya berhubungan dengan gangguan pada pleura, radang paru, tromboemboli,
tuberkulosis, dan keganasan. Sakit dada karena gangguan pleura biasanya terlokalisir pada satu sisi dan
dipengaruhi oleh pernapasan atau pergerakan rongga dada. Lesi pada parenkim paru umumnya tidak
menimbulkan nyeri kecuali mengenai daerah mediastinum. Nyeri dada dapat disebabkan juga oleh: neuritis
interkostal, miositis, infark atau iskemia miokard, perikarditis, penyakit esofagus, dan aneurisma aorta.
3. Batuk dan ekspektorasi
Batuk merupakan gejala pokok dari kelainan sistem pernapasan. Batuk merupakan refleks untuk
mengeluarkan benda yang terdapat dalam saluran pernapsan. Reseptor batuk dapat ditemukan pada daerah
larynx, trakea, dan bronkhus besar.
Ekspektorasi adalah dahak yang dikeluarkan pada waktu batuk. Batuk dapat dengan dahak, tanpa dahak
(kering) atau dengan darah.
Berbagai jenis gangguan sistem pernapasan dapat menyebabkan terjadinya batuk dengan ekspektorasi
berbeda:
a. Bronkhiektasis dan abses paru: batuk dengan dahak purulen, bau dan bercampur sedikit darah.
b. Bronkhitis akut/kronik: batuk dengan dahak warna mukoid atau kuning kehijauan.
c. Edema paru: batuk dengan dahak merah muda, encer.
d. Pneumonia: dahak berwarna kecoklatan.
e. Pneumonia karena gram (-): dahak tebal, pus, kemerahan.
f. Tromboemboli paru: dahak merah segar
g. Tb paru: batuk kering dan berlanjut dengan batuk dahak mukoid atau batuk darah. Batuk darah sering
ditemukan karena Tb paru, edema paru, tumor ganas, pneumonia, atau tromboemboli paru. Bila
ditemukan adanya batuk darah harus dibedakan dengan muntah darah.
Tanda Batuk darah Muntah darah
Prodromal Gatal tenggorokan Mual, perut kembung
Warna Merah terang Merah gelap
Busa (+) (-)
Isi Leukosit, makrofag Partikel makanan
PH Alkalis Asam
Anemia (+) atau (-) (+)
Patofisiologi Batuk
Batuk merupakan proses fisiologik dari mekanisme pertahanan paru. Batuk tidak menjadi fisiologis
kalau dirasakan sebagai gangguan (subjektif). Batuk merupakan upaya mekanisme pertahanan tubuh alamiah
dengan tujuan:
1. Mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran pernapasan.
2. Mengeluarkan benda asiing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran pernapasan.
Refleks Batuk
Keluhan batuk didahului oleh adanya rangsangan benda asing, sekret, radang atau bronkhokontriksi
pada reseptor batuk yang terdapat laring, trakea, karina dan bronkus. Reseptor batuk terangsang maka glotis
akan menutup sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam rongga dada dan secara tiba-tiba dilepaskan dengan
kekuatan batuk sehingga benda yang merangsang refleks batuk dapat dikeluarkan. Melalui serabut aferen,
rangsangan tersebut akan diteruskan ke pusat batuk dan kemudian dikembalikan ke otot-otot pernapafan melalui
serabut aferen.
Mekanisme terjadinya batuk melalui 3 tahapan:
1. Tahap pertama = tahap inspirasi
Terjadi inspirasi yang dalam dan cepat, sehingga sebagian besar udara akan masuk ke dalam paru-paru.
Akibat proses inspirasi terjadi perubahan volume udara paru dan melebarnya diameter bronkus.
2. Tahap kedua = tahap kompresi
Tahap kompresi ini dimulai dengan menutupnya glotis, tekanan intrathorakal akan meningkat, dibantu
oleh otot-otot ekspirasi.
3. Tahap ketiga = tahap ekspirasi
Tahapan ini akan menyebabkan terjadinya batuk, dimulai dengan pembukaan glotis yang tiba-tiba
diikuti oleh pengeluaran udara yang terperangkap tadi dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi. Bunyi
batuk yang timbul akibat getaran dari pita suara.

Setelah selesai menanyakan keluhan utama dan keluhan penyerta, anamnesis dilanjutkan dengan
menanyakan riwayat perjalanan penyakit. Yang dimaksud dengan riwayat perjalanan penyakit adalah saat
keluhan pertama kali dirasakan oleh pasien sampai saat si pasien datang berobat. Dapat juga ditanyakan
mengenai riwayat penyakit terdahulu atau penyakit lain yang kira-kira bisa mempengaruhi timbulnya keluhan
utama saat ini.
Anamnesis dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai obat-obatan yang telah dikonsumsi pasien untuk
mengurangi keluhan utama saat ini. Untuk mengetahui riwayat pengobatan terhadap penyakit sistem pernafasan
maupun adanya efek samping obat yang dapat menimbulkan penykait sistem pernafasan, perlu ditanyakan
lamanya pengobatan dan jenis obat yang diberikan. Berikut ini beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan
gangguan sistem pernapasan:
- Obat sitostatika/kemoterapi seperti bleomycin, cyclophospamide, methotrexate, nitrofurantoin, dapat
menyebabkan penyakit paru infiltratif.
- Aspirin-edema paru, asma bronkhial
- Beta blocker, NSAID- spasme bronkhus/asma bronkhial
- Narkotik-vaskulitis paru
- Pil KB- tromboemboli paru
- Hidralazine, procainamide- SLE dengan hidrotoraks
- Aminoglikosida-kelemahan otot paru
- Antibiotika- reaksi alergik-asma bronkhial

Riwayat keluarga dan sosial perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah ada kemungkinan penularan
penyakit melalui saluran napas dari kerabat. Misalnya pada penyakit tuberkulosis paru, perlu ditanyakan
mengenai adanya kontak dengan keluarga serumah. Keadaan sosial ekonomi sangat penting untuk mengetahui
ketepatan dalam pengobatan jangka panjang. Selain itu riwayat pekerjaan juga penting untuk mengetahui
kemungkinan gangguan sistem pernapasan akibat lingkungan kerja seperti pneumokoniosis pada pekerja
tambang batu bara, kontak dengan kapas, asbes dan debu.

1.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun LKK 1 Blok XIII FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter

1.3 Langkah Kerja


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Menanyakan identitas pasien.
3. Menjelaskan tujuan anamnesis.
4. Meminta izin kepada pasien untuk melakukan anamnesis.
5. Menanyakan keluhan utama yang sering pada kasus paru
6. Menanyakan riwayat penyakit sekarang, yang berhubungan dengan keluhan utama secara kronologis, dimulai
dari keluhan pertama kali sampai penderita berobat.
7. Menayakan riwayat penyakit dan pengobatan terdahulu.
8. Menanyakan riwayat penyakit lainnya.
9. Menanyakan riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit serupa.
10. Menanyakan latar belakang sosial dan pekerjaan

Keluhan:
1. Sesak napas
- Sejak kapan
- Hilang timbul / terus menerus
- Faktor yang memperberat sesak napas (misalnya debu, cuaca dingin, aktifitas)
- Faktor yang memperingan sesak napas (misalnya cuaca panas, istirahat)
- Gejala penyerta ( batuk yang disertai dahak/ tidak berdahak, batuk darah, nafas berbunyi/ tidak,
demam, keringat malam, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang)
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan (jenis obat yang diminum, teratur/tidak, efek samping obat )
- Riwayat penyakit lainnya (misal Diabetes Mellitus, Asma, TBC, darah tinggi, gagal jantung,
gagal ginjal, dll)
- Riwayat keluarga
- Kebiasaan merokok, gaya hidup
- Sosial ekonomi
- Lokasi kerja (pabrik semen, pabrik batubara, banyak polusi)
2. Batuk
- Sejak kapan
- Hilang timbul/terus menerus
- Faktor yang memperberat batuk (misalnya debu, cuaca dingin, aktifitas)
- Faktor yang memperingan batuk (misalnya minum air hangat, cuaca panas, istirahat)
- Gejala penyerta (disertai dahak/tidak, dahak berwarna apa, disertai darah/tidak, nafas berbunyi/
tidak, demam, keringat malam, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang)
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan (jenis obat yang diminum, teratur/tidak, efek samping obat )
- Riwayat penyakit lainnya (misal asma, TBC, darah tinggi, gagal jantung, dll.)
- Riwayat keluarga
- Kebiasaan merokok, gaya hidup
- Sosial ekonomi
- Lokasi kerja (pabrik semen, pabrik batubara, banyak polusi)

1.4 Kesimpulan
Mahasiswa menyebutkan kemungkinan diagnosis yang diderita pasien berdasarkan hasil wawancara di atas
serta menyebutkan bahwa untuk kepastian diagnosis masih harus dilakukan pemeriksaan fisik dan beberapa
pemeriksaan penunjang

Contoh kasus 1
Seorang pasien, wanita 20 tahun, datang ke poliklinik umum dengan keluhan sesak napas . Anda sedang
bertugas sebagai dokter jaga Poliklinik. Lakukan anamnesis pada pasien ini!
Contoh kasus 2
Seorang pasien, laki-laki 60 tahun, datang ke poliklinik umum dengan keluhan batuk. Anda sedang
bertugas sebagai dokter jaga Poliklinik. Lakukan anamnesis pada pasien ini

II. KONSELING BERHENTI MEROKOK


A. SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Melakukan komunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non verbal
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien
- Meminta izin pasien
2. Melakukan penilaian awal
3. Melakukan konseling bagi pasien yang belum siap berhenti merokok dengan pendekatan 5R: Relevance, Risks,
Reward, Readblocks, Repetition
4. Melakukan konseling bagi pasien yang telah siap berhenti merokok untuk mendorong pasien menghentikan
kebiasaan merokok dengan pendekatan 5A: Ask, Assess, Advise, Assist, Arrange

B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR KONSELING BERHENTI MEROKOK
1.1 Landasan Teori

Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran, melakukan diskusi dan pertukaran pendapat. Konseling
adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan (pasien) dan seseorang yang memberikan
(konselor/dokter) dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga pasien mempunyai keyakinan akan kemampuan dalam
pemecahan masalah. Pentingnya konseling untuk membantu pasien dalam program berhenti merokok disebabkan oleh
berbagai hal, di antaranya :
1. Banyak perokok kesulitan berhenti karena ketergantungan nikotin.
2. Berhenti merokok menyebabkan gejala withdrawal, yang membuat pasien relaps di saat berusaha berhenti merokok.
3. Karena gejala withdrawal berlangsung 2-4 minggu, maka sangat penting untuk bisa membantu pasien di bulan pertama
program berhenti merokok.

Pendekatan yang digunakan pada pasien yang tidak siap untuk berhenti merokok adalah dengan menggunakan strategi 5 A
yaitu :
1. Ask = identifikasi tentang status dan situasi merokok pasien.
2. Assess = nilai kesiapan pasien untuk berhenti merokok.
3. Advise = beri anjuran/nasihat dengan pesan yang jelas dan tegas sesuai situasi pasien.
4. Assist = bantu pasien untuk berhenti merokok dengan identifikasi kesiapan berhenti merokok:
 Tidak siap berhenti : berikan motivasi singkat dengan pendekatan 5R.
 Siap berhenti : desain program berhenti merokok.
 Sedang dalam proses berhenti : mencegah relaps.
5. Arrange = menyusun strategi tindak lanjut yaitu jadwal konseling berikutnya (follow up).

Pendekatan yang digunakan pada pasien yang siap untuk berhenti merokok adalah dengan menggunakan strategi 5 R yaitu :

– Relevance: Kaitkan merokok dengan dampak negatif terhadap kesehatan, manfaat ekonomi, selain itu kaitkan juga pada
kehidupan orang sekitar.
– Risk:Minta pasien untuk menjabarkan sendiri bahaya yang muncul dari merokok. Risiko akut, jangka panjang, terhadap
lingkungan.
– Reward:Pasien diajak mengidentifikasi manfaat yang dapat diperoleh dari merokok.
– Roadblock:Tanyakan dan jelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan hambatan yang dapat muncul dari upaya berhenti
merokok.
– Repetition:Dukungan motivasi dilakukan secara terus menerus pada saat pasien melakukan kontrol. Pasien harus diberitahu
yang harus dilakukan agar berhasil.

1.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun LKK 1 Blok XIII FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter

1.1 Langkah Kerja


1. Mengucapkan salam kepada pasien.
2. Memperkenalkan diri sebagai dokter yang bertugas.
3. Menanyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan).
4. Menjelaskan tujuan dan meminta izin pasien.
5. Melakukan penilaian awal, meliputi:
a. Menentukan derajat berat merokok menggunakan Indeks Brinkman
- Menanyakan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari
- Menanyakan lama merokok (dalam tahun)
Indeks Brinkman = rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari x lama merokok (dalam tahun).
Perokok Ringan bila Indeks Brinkman 0-200
Perokok sedang bila Indeks Brinkman besar dari 200 sampai dengan 600
Perokok berat bila Indeks Brinkman besar dari 600.
b. Menanyakan kesiapan pasien untuk berhenti merokok apakah:
- Tidak siap berhenti merokok
- Telah siap berhenti merokok
6. Melakukan konseling bagi pasien

 Bagi pasien yang tidak siap berhenti merokok, dibutuhkan suatu intervensi yang didesain agar perokok tersebut
dapat berhenti merokok dengan keinginan sendiri. Harapan ini dapat dicapai melalui pendekatan yang disebut dengan
5R :
1. Relevance
Kaitkan merokok dengan dampak negatif terhadap kesehatan dan manfaat ekonomi yang diperoleh jika pasien
berhenti merokok, selain itu kaitkan juga pada kehidupan orang sekitar pasien, misalnya asma anak pasien akan
semakin sering kambuh apabila pasien tidak berhenti.
2. Risk
Minta pasien untuk menjabarkan sendiri bahaya yang muncul dari merokok :
- Risiko akut misalnya napas pendek, asma
- Risiko jangka panjang misalnya serangan jantung, stroke, tumor, PPOK, kanker paru, impotensi
- Risiko terhadap lingkungan misalnya tingginya kemungkinan kanker paru pada anak-anak, tingginya kasus
anak merokok, risiko asma, infeksi saluran napas dan gangguan pada telinga tengah.
3. Reward
Pasien diajak mengidentifikasi manfaat yang dapat diperoleh dari merokok selama ini kemudian coba juga
identifikasi mengenai manfaat apa saja dari berhenti merokok misalnya manfaat dari sisi kesehatan, meningkatkan
usia harapan hidup, menghemat uang, manfaat kepada lingkungan, manfaat kesehatan kepada anak dan bebas dari
kecanduan.
4. Roadblock
Tanyakan kepada pasien mengenai kemungkinan hambatan yang dapat muncul dari upaya berhenti merokok,
misalnya teman-teman yang masih merokok atau keinginan yang kuat untuk merokok kembali. Hambatan yang
biasa muncul adalah withdrawal effect, ketakutan akan gagal, berat badan meningkat, kurang dukungan, depresi,
berada di lingkungan perokok, hasrat berlebih karena menikmati rokok dan pengetahuan yang kurang berkaitan
dengan pilihan program.
5.Repetition
Dukungan motivasi dilakukan secara terus menerus pada saat pasien melakukan kontrol. Strategi menghadapi pasien
yang pernah gagal dalam upayanya berhenti merokok adalah dengan memberi motivasi misalnya seseorang yang
sekarang berhasil berhenti merokok juga pernah gagal berulang-ulang. Pasien harus diberitahu yang harus dilakukan
agar berhasil. Melakukan konseling untuk mendorong pasien menghentikan kebiasaan merokok dengan pendekatan
5A: Ask, Assess, Advise, Assist, Arrange
 Bagi pasien yang siap berhenti merokok, dilakukan diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi status
dan situasi merokok dengan pendekatan 5A :
1. Ask (tanyakan)
- “Apakah Anda pernah/sedang merokok?”
- “Berapa batang rokok yang Anda konsumsi setiap hari?”
- “Sejak usia berapa Anda mulai merokok?”
- “Berapa kali Anda pernah berusaha berhenti merokok?”
- “Gangguan kesehatan apa yang dialami akibat merokok?”
2. Advise (anjurkan/nasihati)
- “Bapak, sangat penting bagi Bapak untuk berhenti merokok. Kami dapat membantu Bapak
untuk berhenti merokok dengan program yang ada di Puskesmas/RS ini.”
- “Sangat penting bagi Anda untuk berhenti merokok. Lebih cepat, lebih baik. Dan saya bisa membantu Anda.”
- “Sebagai dokter Bapak, saya sangat menekankan bahwa berhenti merokok merupakan usaha yang paling baik
untuk meningkatkan kualitas kesehatan Bapak. Saya pribadi dan seluruh staff disini siap membantu Bapak.”
- “Jika Bapak terus merokok, akan berdampak sangat buruk pada penyakit asma Bapak.”
- “Perokok ringan sekalipun tetap berbahaya bagi kesehatan, jadi Bapak sebaiknya segera berhenti merokok.”
- “Saya menyadari bahwa berhenti merokok itu tidak mudah. Tapi ini adalah langkah yang sangat penting untuk
kesehatan Anda dan keluarga, saat ini mapun di masa depan. Saya bisa membantu Anda untuk merencanakan
program berhenti merokok.”

3. Assess (evaluasi)
Dapat dilakukan dengan melihat tanggapan pasien setiap saat konseling atas pertanyaan tentang keinginan untuk
berhenti merokok : “Apakah Bapak mau untuk berhenti merokok sekarang?”
Ada 2 kemungkinan respons pasien yang akan kita dapatkan :
a. Ingin berhenti merokok sekarang
b. Tidak ingin berhenti merokok
Kedua respons ini akan menentukan bantuan yang dapat diberikan oleh konselor.
4. Assist (bantu)
Berdasarkan hasil evaluasi, maka tindakan bantuan yang diberikan tergantung pada keinginan pasien untuk berhenti
merokok.
Bagi pasien yang siap berhenti merokok sekarang :
- Sediakan program berhenti merokok untuk pasien yang ingin mengikuti program intensif
- Bantu pasien untuk menyusun rencana berhenti merokok
- Berikan informasi tambahan bagi pasien yang termasuk dalam salah satu populasi khusus
- Apabila diperlukan, rekomendasikan untuk menggunakan obat yang telah disetujui : varenicline tartrate,
bupropion slow release, nicotine replacement therapy
- Beri dukungan sosial untuk mendorong pasien melanjutkan program berhenti merokok yang dijalani
- Beri informasi tambahan yang akan menguatkan pasien untuk menjalani program berhenti merokok, termasuk
nomor telepon Puskesmas/klinik/RS atau nomor handphone konselor yang dapat dihubungi
Bagi pasien yang tidak ingin berhenti merokok :
- Lakukan langkah 5R
5. Arrange (susun tindak lanjut)
- Susunlah rencana untuk memastikan komunikasi/kontak tindak lanjut dari setiap langkah yang sudah dilakukan,
baik dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telepon
- Komunikasi/kontak tindak lanjut harus segera dilakukan setelah pasien berhenti merokok, sedapat mungkin dalam
minggu pertama setelah berhenti merokok. Rencanakan waktu untuk komunikasi/kontak tindak lanjut berikutnya
- Pada pasien yang sudah berhenti merokok : Berikan ucapan “Selamat”, tegaskan keputusan pasien untuk berhenti
merokok sudah benar, ingatkan pasien akan manfaat berhenti merokok, evaluasi perkembangan dan kendala yang
dihadapi, evaluasi kepatuhan pasien terhadap terapi farmakologi yang diberikan dan masalah yang berhubungan
dengan efek terapi farmakologi, antisipasi relaps (kambuh) dengan mendiskusikan masalah yang timbul seperti
stress/alkohol/dll, motivasi pasien untuk memanfaatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar termasuk
komunikasi melalui nomor telepon yang disediakan
- Pada pasien yang merokok kembali : nyatakan “Empati”, gali alasan mengapa pasien gagal, jadikan pengalaman
ini sebagai pelajaran untuk program berhenti merokok berikutnya, dan berikan dukungan motivasi agar pasien siap
untuk mengikuti program berhenti merokok lagi
- Pada pasien yang belum berhenti merokok : gali alasan pasien untuk menunda berhenti merokok, dan bantuk
pasien menyusun waktu untuk berhenti merokok, kemudian lakukan pendekatan 5R
7. Menanyakan kepada pasien apakah ada hal-hal yang kurang jelas dan apakah ada yang ingin ditanyakan oleh pasien.
8. Memberikan penekanan kembali tentang perlunya pasien mengikuti nasihat dokter
9. Mengucap salam pada saat mengakhiri edukasi.

1.4 Kesimpulan
Pasien dapat mengerti apa yang telah dijelaskan dan dapat melakukan saran yang telah disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan dokter paru Indonesia. Berhenti merokok, Pedoman Penatalaksanaan untuk dokter di Indonesia. PDPI. Jakarta
2011.

Anda mungkin juga menyukai