Anda di halaman 1dari 10

MODEL DAN PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

DOSEN PENGAMPUH : MAYES FELDA SIMAMORA SKM,M.KES

Disusun oleh

Nama : Mikka delima Panjaitan


Nim : 2115012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) KESEHATAN BARU JALAN


BUKIT INSPIRASI BUKIT SIPALAKKI KECAMATAN DOLOK SANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUDUTAN

T.A 2022/2023
KONSELING MODEL TRANSTEORITIK DALAM PERUBAHAN

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

Perkembangan perokok di kalangan anak-anak dan remaja semakin meningkat, baik


secara kuantitas maupun kualitas. Data Global Youth Tobacco Survey terakhir di tahun 2009,
menunjukkan 20,3% anak sekolah 13 _ 15 tahun merokok. Perokok pemula usia 10 _ 14
tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5%
pada tahun 2010. Angka perokok pada usia remaja yang tinggi meningkatkan risiko penyakit.
Berdasarkan penelitian, para perokok yang terus merokok dalam jangka panjang
memiliki risiko kematian tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang bukan perokok. Individu
mulai merokok disebabkan oleh pengaruh lingkungan sosial, seperti teman-teman, orang tua,
dan media sehingga diperlukan suatu konseling terhadap remaja, salah satu metode konseling
dengan pendekatan model transteoritik. Dalam beberapa kajian, terbukti model transteoritik
efektif dalam mengubah perilaku merokok pada remaja. Berdasarkan kajian tersebut,
diharapkan para konselor dalam memberikan konseling hendaknya memperhatikan kesiapan
klien dalam mengubah perilaku hidupnya (aktivitas fisik) sesuai dengan tahap-tahapan yang
ada dalam model transteoritik

Model Transteoritik

Beberapa individu perokok berusaha berhenti merokok melalui bantuan pengobatan


yang diadakan instansi kesehatan pemerintah dan nonpemerintah. Bantuan pengobatan yang
biasa digunakan instansi kesehatan dalam program rehabilitasi perokok untuk mengakhiri
perilaku merokok memiliki tiga jenis pendekatan. Pertama, pendekatan perilaku (behavioral
approaches) yang terdiri dari dua strategi, yaitu nonaversive strategies (seperti, pelatihan
relaksasi, dukungan sosial, atau terapi penggantian nikotin) dan aversive strategies (seperti,
rapid smoking, terapi sensitivitas kognitif, atau multimodal interventions). Kedua,
pendekatan secara komunikasi verbal (verbal approaches), seperti terapi psikologis dan
konseling. Terakhir, kampanye kepada suatu komunitas (community campaigns) tentang
bahaya merokok dan usaha pencegahan agar perilaku merokok tidak semakin merambah ke
generasi yang lebih muda, metode ini difokuskan terhadap teknik komunikasi atau
berkampanye secara massal.13 Sekitar 90% mantan perokok melaporkan bahwa mereka
melakukan tanpa bantuan pengobatan khusus atau alat bantu berhenti merokok.
Orang dewasa muda cenderung melakukan usaha berhenti merokok tanpa mengikuti
intervensi penghentian dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih tua.14 Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara individu yang memilih berhenti merokok tanpa bantuan
dengan individu yang memilih untuk mengikuti program khusus.15 Proses perubahan
berhenti merokok dapat diadaptasikan melalui enam tahapan perubahan perilaku melalui
model transteoritik, yaitu teori yang menilai kesiapan individu untuk bertindak atau
berperilaku sehat, dan membuat strategi atau proses-proses perubahan untuk membantu
individu melalui tahapan perubahan ke tahap aksi dan pemeliharaan.16 Menurut teori ini,
individu yang paling mungkin sukses mengubah perilaku adalah individu yang melakukan
usaha berdasarkan strategi yang sesuai dengan tahap kesiapan untuk berubah. Dasar teori
model transteoritik adalah perubahan perilaku merupakan suatu proses dan setiap orang
berada pada tingkat yang berlainan berhubungan dengan motivasi dan kesiapan untuk
berubah. Sehubungan dengan perilaku merokok, model ini mengidentifikasi lima tahapan
kesiapan yang dapat diterapkan pada semua jenis perubahan perilaku.
Pertama, precontemplation yang dapat didefinisikan sebagai keadaan individu yang
tidak mempunyai keinginan untuk mengubah perilaku. Kebanyakan individu pada tahap ini
bahkan tidak sadar kalau mereka mempunyai masalah perilaku. Dengan demikian, individu
pada tahap ini sangat sulit dimotivasi untuk mengubah perilaku. Sebagai contoh, seorang
perokok menolak untuk mengakhiri perilaku merokok karena ia merasa tidak mempunyai
masalah perilaku merokok yang ia pertahankan sehingga mereka tidak memiliki pemikiran
atau pertimbangan untuk berhenti merokok. Kedua, contemplation yaitu kondisi seseorang
yang sadar atau mulai memikirkan keberadaan suatu masalah dari perilaku yang
dipertahankan, tetapi belum membuat komitmen untuk bertindak.

Pada tahap ini, seorang perokok mulai memikirkan suatu saat ia harus mengakhiri
perilaku merokok karena berbagai efek negatif rokok mulai terasa karena belum dapat
membuat suatu komitmen terhadap perilaku merokok, mereka akan mencari saat dan kondisi
yang tepat untuk dapat memotivasi berhenti merokok. Proses perubahan yang terjadi pada
tahap ini meliputi consciousness raising, yaitu kondisi individu yang menemukan dan
mempelajari fakta baru, ide, dan tips yang mendukung perubahan menuju perilaku sehat;
dramatic relief, yaitu merasakan perasaan negatif, seperti ketakutan atau kecemasan terhadap
risiko pelaksanaan perilaku yang tidak sehat; environmental reevaluation, yaitu menyadari
pengaruh negatif dari perilaku yang tidak sehat atau pengaruh positif dari perilaku sehat pada
lingkungan sekitar individu; dan self-reevaluation, yaitu menyadari bahwa perubahan
perilaku penting sebagai bagian dari identitas diri.

Ketiga, preparation, yaitu tahap ketika individu berniat mengubah perilaku dalam
waktu dekat. Pada tahap ini perokok telah siap untuk berhenti. Proses perubahan yang terjadi
pada tahap ini adalah self-liberation, individu membuat komitmen yang kuat untuk berubah.
Pada beberapa kasus, perokok mulai membuat rencana berhenti seperti menentukan kapan
akan berhenti atau mengurangi jumlah penggunaan rokok. Beberapa individu mulai
memikirkan strategi yang dilakukan pada hari dia harus berhenti.

Kesimpulan

Masalah merokok adalah masalah global yang terlalu besar untuk ditangani secara
terpisah. Penghentian perilaku merokok remaja berpotensi besar untuk menyelamatkan
banyak nyawa dan memberikan kesempatan hidup yang lebih baik. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk menghentikan perilaku merokok pada remaja akan memberikan beberapa
pelajaran berharga untuk direnungkan saat kita mempertimbangkan bentuk intervensi yang
efektif. Tidak peduli, pendekatan yang bersifat individual, kelompok atau intervensi
komunitas merupa-kan investasi yang baik. Suatu pendekatan yang komprehensif perlu
dilakukan untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar. Perubahan besar dalam status
kesehatan remaja dengan kehidupan tanpa rokok akan terjadi. Apa norma-norma sosial
berhubungan dengan pemakaian dan perilaku merokok perlu diubah. Hal ini membutuhkan
waktu yang tidak singkat. Mengubah perilaku remaja melalui konseling merupakan salah satu
upaya untuk mengintervensi remaja. Pemberian konseling tersebut akan lebih efektif, semua
yang dilakukan dengan pendekatan model transteoritik, memperhatikan kesiapan klien untuk
menerima informasi dan mengubah perilaku.
Komunikasi persuasif

juga bisa diberikan terutama pada saat perawat akan melakukan izin tindakan tertentu
atau informed consent. Perawat bisa menjelaskan apa keuntungan dan resiko dari tindakan
yang akan dilakukan menggunakan komunikasi persuasif, dengan harapan pasien dan
keluarga mampu mengerti untuk menyetujui dilakukannya tindakan. Bila keluarga tetap
menolak untuk dilakukan tindakan, seorang perawat tidak boleh memaksa dan bisa
memberikan surat penolakan tindakan.

Untuk melakukannya kita bisa mengatakan pada klien misalnya, “Tindakan ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi hemoglobin bapak saat ini melalui pemeriksaan
laboratorium, sehingga saya akan melakukan pengambilan sampel darah melalui akses
pembuluh darah yang ada di lengan Bapak”.

Contoh kasus teori health belief model.

Konsep health belief model 1.

Bagaimana contoh penerapan health belief model. Mengingat besarnya manfaat dari
teori health belief model ini maka seharusnya teori health belief model ini tidak hanya
terbatas ilmu yang dipelajari kemudian dilupakan begitu saja. Mengetahui konsep dari health
belief model. Melalui teori health belief model kita mampu mempelajari perilaku kesehatan
masyarakat yang akan mempermudah pemahaman tehadap perubahan kualitas kesehatan
masyarakat. Melalui pemahaman dan pengaplikasian teori health belief model yang baik akan
tercipta kualitas kesehatan masyarakat indonesia yg baik pula. Model transteori sejalan
dengan teori teori. Pengertian health belief model dikemukakan pertama kali oleh resenstock
1966 kemudian disempurnakan oleh becker dkk 1970 dan 1980sejak tahun 1974 teori health
belief model telah menjadi perhatian para penelitimodel teori ini. Health belief model teori
kepercayaan kesehatan health belief model hbm rosenstock 1966 becker 1970 1980 hbm
dikemukakan pertama oleh rosenstock 1966 kemudian disempurnakan oleh becker dkk 1970
dan 1980 hbm digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan juga. Ada
yang takut tertular penyakit itu tapi ada juga yang menganggap penyakit itu tidak begitu
parah ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara anggota
keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Health belief model model kepercayaan
kesehatan. 13 tujuan sejalan dengan rumusan maslah diatas amak tujuan dari penulisan
masalah ini adalah. 12 tujuan penulisan 2. Health belief model 11 bab ii kajian pustaka a.
Penelitian osteoporosis dalam jurnal berjudul an examination of how osteoporosis could be
treated by the health belief model hbm which is a systematic mode of predicting and thus
preventing health behavior yang tahun 2004 disebutkan bahwa penelitian mengenai
osteoporosis di amerika ini menggunakan hbm karena hbm merupakan metode promosi.
Sebukant dan jelaskan komponen health belief model. Inilah pembahasan selengkapnya
mengenai contoh kasus teori health belief model. Admin dari blog Seputar Model 2019 juga
mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait 

Kasus tentang kehendak perilaku terhadap prinsip promosi kesehatan

Contoh KasusContoh Kasus Demam Berdarah dalam Upaya Promosi


KesehatanDisuatu desa dimana terdapat puskesmas X dengan jumlah pengunjung yang
datang padatanggal 04 November 2012 sebanyak 50 orang untuk mengikuti kegiatan
penyuluhan pencegahan demam berdarah. Masyarakat Desa yang datang untuk mengikuti
kegiatan promosi kesehatan di puskesmas sebagian besar adalah orang dewasa usia sekitar 20
50 tahun yang berpendidikan SMA, sebagian masyarakat berpenghasilan dari bertani
dan Iburumah tangga. Di puskesmas X sudah terdata jumlah penduduk yang menderita
demam berdarah 15 orang pada bulan Oktober 2012 yang terdiri dari 10 orang dewasa dan 5
oranganak, yang mana akibat dari penyakit demam berdarah tersebut ada 3 orang yang
meninggalyaitu 2 orang anak, dan 1 orang dewasa

Prinsip promosi kesehatan berdasarkan kasusu diatas dengan menggunakan prinsip


yaitu :1. Empowerment ( pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan
seseoranguntuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan tindakkan yang
mempengaruhikesehatan mereka2. Partisipative ( partisipasi) yaitu dimana seseorang
mengambil bagian aktif dalam pengambilan keputusan.Strategi dan intervensi yang dilakukan
ialah sebagai berikut :1. AdvokasiMelakukan pendekatan terdahulu dengan para pejabat
untuk memberikan bantuan di puskesmas X dalam mencegah demam berdarah dengan
menunjukkan data yang ada kepada para pejabat.Intervensi yang dilakukan : Melakukan
dialog, diskusi kepada para pejabat untuk mendukung penyuluhan yang akan dilakukan dan
memberikan bantuan untuk kegiatan yang akandilaksanakan

Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Menurut Model Kepercayaan Kesehatan, Perilaku ditentukan olehapakah seseorang:

1. Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatantertentu

2. Menganggap masalah kesehatan ini serius

3. Meyakini efektivitas tujuan pengobatan dan pencegahan

4. Tidak mahal

5. Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan Page 15 Promosi


Kesehatan-Silver As

Contoh :

Seorang wanita telah mempunyai beberapa orang anak danmengetahui bahwa masih
potensial untuk hamil sampai beberapatahun mendatang. Melihat kesehatan dan status
ekonomitetangganya menjadi rusak karena terlalu banyak anak danMendengar bahwa teknik
kontrasepsi tertentu menunjukkanefektivitas sebesar 95 % aman dan tidak mahal maka
dianjurkan oleh petugas kesehatannya agar mulai memakai kontraseps ”

Kelemahan :

Kepercayaan-kepercayaan kesehatan bersaing dengankepercayaan-kepercayaan serta


sikap-sikap lain seseorang, yangjuga mempengaruhi perilakuPembentukan kepercayaan
seseorang sesungguhnya lebih seringmengikuti perilaku dan bukan mendahuluinya
Transteoritical Model (Model Berharap)

Perilaku kesehatan yang tidak bergantung pada perangkap teoritiktertentu. Seseorang


mempertimbangkan untung dan rugi pengubahansuatu perilaku sebelum melangkah dari
tahap satu ke tahap berikutnya.Model ini mengidentifikasi 4 Tahap independen :

1.Prekontemplasi:

Seseorang belum memikirkan sebuah perilakusama sekali, orang tersebut belum


bermaksud mengubah suatuperilaku

2. Kontemplasi:

seseorang benar-benar memikirkan suatu perilaku,namun masih belum siap untuk


melakukannya

3. Aksi:

Seseorang sudah melakukan perubahan perilakuPemeliharaan: Keberlangsungan


jangka panjang dari perubahanperilaku yang terjadi.

Contoh :

Seorang Ibu karena kurang mendapat pengetahuan dan pelatihantidak pernah berfikir
untuk menutup makanan, memasak air minumatau menjaga kebersihan dapur. Setelah
mendengar siaran radiotentang bahaya kuman dan melihat tetangganya membersihkan rumah,
ia mulai berkontemplasi untuk mengambil aksi menjagakebersihan di rumah. Kemudian ia
mencari informasi dari tetanggadan petugas kesehatan setempat akhirnya memulai
prosesperubahan perilaku. Setelah satu periode waktu, ibu tersebutmenutup makanan,
memasak air minum dan menjaga kebersihanlingkungan dapur sebagai tugas rutin sehari-hari
Pengertian Teori Atribusi

Secara sederhana, teori atribusi merupakan teori berusaha untuk menerangkan perihal
perilaku yang ada pada seseorang. Melalui teori ini, kita akan mempelajari proses ketika
seseorang menginterpretasikan peristiwa, alasan, atau sebab dari perilaku yang dilakukan.
Teori atribusi dikembangkan oleh Fritz Heider, pada tahun 1958 yang menjelaskan
bahwa perilaku seseorang akan ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu
faktor-faktor yang berasal dari diri seseorang, dan kekuatan eksternal, yaitu faktor-faktor
yang berasal dari luar diri seseorang. Temuan dan teorinya kemudian dikembangkan lebih
lanjut oleh Harold Kelley dan Bernard Weiner.

Teori ini menjelaskan situasi di sekitar yang menyebabkan perilaku seseorang dalam
persepsi sosial disebut dengan dispositional attributions dan situasional attributions.
Dispositional atributions merupakan penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku
individual yang ada dalam diri seseorang, misalnya kepribadian, persepsi diri, kemampuan,
dan motivasi. Sedangkan situasional attributions merupakan penyebab eksternal yang
mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat memengaruhi perilaku, misalnya kondisi sosial,
nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat.

Pada dasarnya teori atribusi menyatakan bahwa bila seseorang mengamati perilaku
orang lain, mereka mencoba untuk menentukan apakah perilaku itu ditimbulkan secara
internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang
diyakini berada dibawah kendali individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan
secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar, artinya individu akan terpaksa
berperilaku karena situasi atau lingkungan.

Contoh Atribusi

Selain dari tiga hal ini, masih ada beberapa hal yang menjadi penentu. Contoh atribusi
misalnya, apakah seseorang cemas karena mereka memang mudah cemas atau karena ada hal
yang buruk terjadi?.
Ketika seseorang di nyatakan sakit misalnya dia mengalami kanker rahim

Dari situlah tingkat kekawatiran seseorang bertambah tinggi karna dia merasa dengan waktu
cepat dia akan mati .

Teori pemahaman sosial

Secara sederhana pemahaman sosial berhubungan dengan promosi kesehatan karena


berdapak pada kebutuhan sehari hari

Kasus

Jika seseorang diyatakan stanting maka kita bisa mengkaji lebidulu keadan dan kebutuhan
nya apah terpenuhi atau tidak jika keadan ekonomi tidak stabil maka kemukinan akan terjadi
stanting karna dalam keluargan kuranya pendapatan.

Konsekuensi

Konsekuensi adalah dampak dari apa yang akan terjadi jika sesuatu hal terjadi

Kasus

Jika kita membuang sampah sembarangan makan akan terjadi wabah penyakit salalah
satunya adalah membuat anak anak cacingan,deman berdarah .

Anda mungkin juga menyukai