Anda di halaman 1dari 103

SEKRETARIAT JENDERAL

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Bahan Tayang Materi Sosialisasi


Empat Pilar MPR RI

Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara


UUD NRI Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR RI
NKRI Sebagai Bentuk Negara, dan
Bhineka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Negara
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Bahan Tayang Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI


Pancasila, UUD NRI Tahun 1945 serta Ketetapan MPR RI, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika
Edisi Revisi
Cetakan Pertama: Maret 2005
Cetakan Kedua: Maret 2006
Cetakan Ketiga: Maret 2007
Cetakan Keempat: Mei 2008
Cetakan Kelima: Oktober 2008
Cetakan Keenam: Mei 2009
Cetakan Ketujuh: Oktober 2009
Cetakan Kedelapan: Januari 2010
Cetakan Kesembilan: Juni 2010
Cetakan Kesepuluh: Februari 2011
Cetakan Kesebelas: Januari 2012
Cetakan Keduabelas: November 2012
Cetakan Ketigabelas: April 2013
Cetakan Keempatbelas: Maret 2014
Cetakan Kelimabelas: Juni 2015
Cetakan Keenambelas: April 2016
Cetakan Ketujuhbelas: April 2017
Cetakan Kedelapanbelas: April 2018
Cetakan Kesembilanbelas: : April 2019
Cetakan Keduapuluh: Juli 2020

iii + 98 halaman
Sekretariat Jenderal MPR RI
Jl. Jend. Gatot Subroto No.6 Jakarta - 10270
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Sosialisasi Empat Pilar MPR RI

BAHAN TAYANG
MATERI SOSIALISASI EMPAT PILAR MPR RI

PANCASILA, UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN I945


SERTA KETETAPAN MPR RI, NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN
BHINNEKA TUNGGAL IKA

SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI


SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Sosialisasi Empat Pilar MPR RI

1. Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara

2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 sebagai Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR

3. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Bentuk Negara

4. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara

1
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

UU Nomor 17 Tahun 2014 jo


UU Nomor 42 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 5
huruf a dan b, Pasal 11 huruf c

TUGAS DAN
DASAR PERATURAN MPR RI NOMOR 1 TAHUN KEWAJIBAN
HUKUM 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI ANGGOTA MPR
Pasal 6 huruf 3 dan b, Pasal 13 huruf c MEMASYARAKATKAN
EMPAT PILAR MPR RI

INPRES No.6 Tahun 2005 tentang Dukungan


Kelancaran Pelaksanaan Sosialisasi UUD NRI
Tahun 1945 yang dilakukan oleh MPR

2
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Tantangan Kebangsaan
Menurut TAP MPR No.V| Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

Pengabaian terhadap kepentingan daerah serta


timbulnya fanatisme kedaerahan.

Kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas


kebhinnekaan dan kemajemukan.

Masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama} serta


INTERNAL munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru
dan sempit.

Kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian


pemimpin dan tokoh bangsa.

Tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal.

3
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Tantangan Kebangsaan
Menurut TAP MPR No.V| Tahun 2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa

Pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan


persaingan antar bangsa yang semakin tajam

EKSTERNAL

Makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam


perumusan kebijakan nasional.

4
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
DAN IDEOLOGI NEGARA

Dasar dan Ideologi


Negara

Filosofische Grondslag
yaitu sebagai fundamen, Pandangan Hidup
filsafat, pikiran yang (Way of Life)
mendalam

PANCASILA

Pemersatu Bangsa

6
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN


IDEOLOGI NEGARA

Dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
alinea keempat terdapat rumusan siIa-sila Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Rumusan sila-sila Pancasila itulah dalam hukum positif Indonesia secara
yuridis-konstitusional sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara, lembaga
masyarakat, dan setiap warga negara, tanpa kecuali.

Pancasila Sebagai Dasar Negara berarti Pancasila menjadi dasar untuk


mengatur penyelenggaraan negara dan seluruh warga negara Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi negara, dapat dimaknai sebagai sistem kehidupan nasional yang
meliputi aspek etika/moral, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan
dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa yang berlandaskan dasar negara.

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 87 - 94 7
PROSES PERUMUSAN PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA

Sidang Pertama BPUPKI Panitia Kecil/Panitia Sidang PPKI


Ir. Soekarno menawarkan Sembilan (Pancasila dalam (Pancasila dalam Pembukaan
5 Prinsip Dasar Negara Piagam Jakarta) UUD Tahun 1945)
yang diberi nama Pancasila 22 Juni 1945 18 Agustus 1945
1 Juni 1945
PIAGAM JAKARTA
DASAR NEGARA/ PANCASILA
PANCASILA 1. Ketuhanan dengan Kewajiban
menjalankan Syariat lslam bagi 1. Ketuhanan yang Maha Esa
pemeluk-pemeluknya 2. Kemanusiaan yang Adil dan
1. Kebangsaan Indonesia
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
2. lnternasionalisme atau
Beradab 3. Persatuan Indonesia
Peri-kemanusiaan
3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin
3. Mufakat Atau Demokrasi
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh oleh Hikmat Kebijaksanaan
4. Kesejahteraan Sosial
Hikmat Kebijaksanaan dalam dalam Permusyawaratan
5. Ketuhanan
Permusyawaratan/Perwakilan Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia Rakyat Indonesia

Rangkaian dokumen sejarah perumusan Pancasila yang bermula dari 1 Juni 1945, 22 Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945, dapat dimaknai
sebagai satu kesatuan dalam proses kelahiran Pancasila sebagai dasar negara (Sumber: Buku Empat Pilar MPR, 2012, hal 41) 8
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMBENTUKAN BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA


PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI)

Dimasa akhir perang Asia Timur Raya tahun 1945, pada tanggal 29 April 1945, dibentuk suatu badan
yang diberi nama BPUPKI yang bertugas untuk menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan
berbagai hal yang diperlukan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

MASA SIDANG I SUSUNAN PENGURUS MASA SIDANG II


(29 Mei-1 Juni 1945) BPUPKI TERDIRI DARI (10-17 Juli 1945)
69 ORANG + 7
ANGGOTA ISTIMEWA.
Dr. K.R.T Radjiman
Wediodiningrat

Membicarakan Perumusan Membahas Rancangan


Dasar Negara Indonesia Undang-Undang Dasar
Merdeka

9
SUSUNAN PENGURUS BPUPKI

Ketua: Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat


Wakil Ketua |: Itjibangase Yosio Sumber : Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR
Wakil Ketua ||: Raden Panji Soeroso Dalam Dinamika Sejarah, 2014, hal. 61 - 62

No Anggota No. Anggota No. Anggota Tambahan


Masa Sidang I Masa Sidang I Masa Sidang ll
(29 Mei - 1 Juni 1945) (29 Mei - 1 Juni 1945) (10 - 17 Juli 1945)

1 A.R.Baswedan 31 Mr. K.R.M.T Wongsonagoro 61 Abdul Kaffar


2 Abdoel Kadir 32 Mr. Mohammad Yamin 62 B.K.P.A Soerjo Hamidjojo
3 A. Kahar Moezzakir 33 Mr. R. Ahmad Soebardjo 63 Pangeran Mohammad Noor
4 Abikoesno Tjokrosoejoso 34 Mr. R. Hindromartono 64 K.H. Abdul Fatah Hasan
5 Agus Muhsin Dasaad 35 Mr. R. Mas Sartono 65 Mr. Mas Besar Martokoesoemo
6 Bendoro Pangeran Hario Poeroebojo 36 Mr. R. Pandji Singgih 66 R. Asikin Natanegara
7 Bendoro Pangeran Hario Bintoro 37 Mr. R. Samsoedin
8 R. Boentaran Manoatmodjo 38 Mr. R. Sastromoeljono
9 Dr.Samsi Sastrawidagda 39 Mr. R. Soewandi
10 Dr.Soekiman Wirjosandjojo 40 Mr. Soesanto Tirtoprojo
Anggota Istimewa
1 lde Teitiro
11 Drs. K.R.M Ario Sosrodiningrat 41 Mr. Tan Eng H03
2 Itagaki Masamitu ‘
12 Drs. Mohammad Hatta 42 Ny. Mr. Maria Ulfa Santoso
3 Masuda Toyohiko
13 KH. Abdoel Wachid Hasyim 43 Ny. R. Soekaptinah S. Mangoenpoespito
4 Matuura Mitikiyo
14 H. Agus Salim 44 Oei Tiang Tjoei
5 Miyano Syoozoo
15 Ir. R. Ashar Sutedjo Moenandar 45 Oei Tjong Hauw
6 Tanaka Minoru
16 |r.R.M. Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo 46 PF. Dahler
7 Tokonomi Tokuzi
17 Ir. Soekarno 47 Parada Harahap
18 K.H Abdoel Halim 48 Prof. Dr.Mr. R. Soepomo
19 K.H Ahmad Sanoesi 49 Prof. Dr. Pangeran Ario Housein Djajadiningrat
20 K.H. Mas Mansoer 50 Prof. Dr. R. Asikin Widjajakoesoema
21 K.H. Masjkoer 51 Prof. Ir. R. Rooseno
22 K.R.M.T Hario Woerjaningrat 52 R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
23 Ki Bagoes Hadikoesoemo 53 R.A.A Wiranatakoesoemah
24 Ki Hadjar Dewantara 54 R. Abdoelrahim Pratalykrama
25 Lim Koen Hian 55 RM Margono Djojohadikoesoemo
26 Mas Aris 56 RM .T Ario Soerjo
27 Mas Soetardjo Kanohadiekoesoemo 57 R. Otto lskandardinata
28 Mr. A.A Maramis 58 R. Roeslan Wongsokoesoemo
29 Mpt.Dr.R Koesomaatmadja 59 R. Soedirman
30 Mr. J. Latuharhary 60 R. Soekardjo Wirjopranoto
10
PIDATO SOEKARNO 1 JUNI 1945

PANCASILA TRISILA EKASILA

Kebangsaan
Internasionalisme atau Sosio Nasionalisme
Perikemanusiaan

Mufakat atau
Demokrasi
Sosio Demokrasi Gotong Royong

Kesejahteraan Sosial

Ketuhanan Ketuhanan

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 32-33 11
PANITIA DELAPAN

Ir. Soekarno R. Otto Iskandardinata


(Ketua) (Kebangsaan)

Drs. Moh. Hatta M.S. Kartohadikoesoemo


(Kebangsaan) (Kebangsaan)

Mr. Moh. Yamin Ki Bagus Hadikoesoemo


(Kebangsaan) (Islam)

Mr. A.A. Maramis K.H Wachid Hasjim


(Kebangsaan) (Islam)

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 35 12
PANITIA SEMBILAN

Mr. A. Soebardjo
(Kebangsaan)

Ir. Soekarno
(Ketua)

K.H Wachid Hasjim


(Islam)

Drs. Moh. Hatta


(Kebangsaan)
H. Agus Salim
(Islam)

Mr. Moh. Yamin


(Kebangsaan) K.H. Kahar Moezakkir
(Islam)

Mr. A.A. Maramis R. Abikoesno


(Kebangsaan) Tjokrosujoso
(Islam)

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 35 13
PIAGAM JAKARTA 22 JUNI 1945

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan Peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan
selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini Kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Hukum Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sumber : Buku Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, 2012, hal. 87-94 14
SUSUNAN PENGURUS PANITIA PERSIAPAN
KEMERDEKAAN INDONESIA (PPKI)

Ketua: Ir. Soekarno


Wakil Ketua: Drs.Moh.Hatta

No Anggota

1 Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat 14 Sam Ratulangi


2 Raden.Pandji Soeroso 15 Andi Pangeran
3 Abdoel Kadir 16 Dr. Amir
4 Bandoro Pangeran Hario Poeroebojo 17 Abdoellah Abas
5 H. Abdoel Wachid Hasjim 18 Mr. T. Mohammad Hassan
6 Ki Bagoes Hadikoesoemo 19 Yap Tjwan Bing
7 Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo 20 A.Wiranatakoesoemah (anggota tambahan)
8 Prof. Dr. Mr. Soepomo 21 Ki Hadjar Dewantara (anggota tambahan)
9 R. Otto Iskandardinata 22 Mr. Kasman Singodimedjo (anggota
10 B.K.P.A Soerjo Hamidjojo 23 tambahan)
11 AA. Hamidhan 24 Sajuti Melik (anggota tambahan)
12 Mr. J. Latuharhary 25 Mr. lwa Koesoema Soemantri (anggota
13 I Gusti Ketut Pudja tambahan)
Mr. R. Achmad Soebardjo (anggota
tambahan)

Sumber : Setjen MPR RI, Konstitusi dan MPR Dalam Dinamika Sejarah, 2014, hal 95-97 15
Teks Proklamasi

16
PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945
(Disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan Peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini Kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

NASKAH PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945 TERSEBUT MERUPAKAN KESEPAKATAN FINAL, SAH DAN MENGIKAT SELURUH RAKYAT
DAN BANGSA INDONESIA. SEJAK DISAHKAN TANGGAL 18 AGUSTUS 1945, PANCASILA RESMI MENJADI DASAR NEGARA

17
PRINSIP-PRINSIP DALAM PEMBUKAAN (PREAMBULE)
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu,
Pengakuan Kemerdekaan dan HAM
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
Sebagai Hak Universal Segala Bangsa peri-kemanusiaan dan Peri-keadilan.

Penegasan Tentang Perjuangan Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
Pergerakan Kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Pengakuan Terhadap Eksistensi Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur,
Bangsa Indonesia sebagai Negara supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
Kemerdekaannya.
yang ber-Tuhan

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
1. Hakikat Tujuan Negara; segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah-darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
2. Cara Mencapai Tujuan Negara yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
Melalui Hukum Dasar dan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar Negara Indonesia yang
Kedaulatan Rakyat; terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
3. Prinsip Dasar Penyelenggaran pemeluk-pemeluknya menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Negara. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

18
INTISARI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
PANCASILA

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa


Indonesia adalah
bangsa yang ber-Tuhan dan menolak paham anti
Tuhan (atheisme)

Pada prinsipnya bangsa Indonesia wajib untuk


menyembah Tuhannya dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannyan masing-masing secara
leluasa berkeadaban, berkeadilan

01 Pada prinsipnya, bangsa Indonesia melaksanakan


perintah agama dan kepercayaannya masing-masing
dengan tetap mengedepankan harmoni dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
SILA KETUHANAN
YANG MAHA ESA Pada prinsipnya bangsa Indonesia menjalankan
perintah agama dan kepercayaannya masing-masing
dengan cara berbudi pekerti luhur dan sikap saling
menghormati
19
INTISARI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
PANCASILA

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Indonesia


adalah negara bangsa (nation state) yang merdeka,
bersatu dan berdaulat menuju kepada kekeluargaan
bangsa-bangsa di dunia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa


Indonesia adalah bangsa yang menghendaki
pergaulan bangsa-bangsa di dunia dengan prinsip
saling menghormati nilai-nilai nasionalisme setiap
bangsa yang tumbuh subur dalam taman sarinya

02
pergaulan bangsa-bangsa di dunia

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa


Indonesia merupakan bagian dari kemanusiaan
universal yang menjunjung tinggi hak asasi manusia
SILA KEMANUSIAAN dan mengembangkan persaudaraan dunia
YANG ADIL DAN berdasarkan nilai-nilai keadilan dan keadaban
BERADAB

20
INTISARI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
PANCASILA

Pada prinsipnya menegaskan bahwa kita mendirikan suatu


Negara Kebangsaan Indonesia untuk seluruh rakyat
Indonesia, bukan negara untuk satu kelompok, maupun
untuk satu golongan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan Indonesia


bernafaskan semangat kebangsaan yang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia yang
senasib dan sepenanggungan dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia

03 Pada prinsipnya menegaskan bahwa Persatuan Indonesia


adalah sikap kebangsaan yang saling menghormati
perbedaan dan keberagaman masyarakat dan bangsa
Indonesia
SILA PERSATUAN
INDONESIA Pada prinsipnya menegaskan kebangsaan Indonesia
bukanlah kebangsaan yang sempit dan berlebihan
(chauvinisme), melainkan keban saan yan menghormati
eksistensi bangsa-bangsa lain
21
INTISARI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
PANCASILA

Pada prinsipnya menegaskan bahwa Negara Indonesia negara


Indonesia adalah negara demokrasi yang mengakui dan
menjunjung tinggi Kedaulatan Rakyat

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia


memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah
untuk mufakat dalam pengambilan setiap keputusan

Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia


meyakini jalan musyawarah untuk mufakat dapat menjaga
keselamatan dan keberlangsungan bangsa dan negara

04 Pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak


mengenal sistem diktator mayoritas dan tirani minoritas

SILA KERAKYATAN YANG Pada prinsipnya bangsa Indonesia dalam mengambil


DIPIMPIN OLEH HIKMAT keputusan senantiasa dipimpin oleh nilai-nilai ketuhanan,
KEBIJAKSANAAN DALAM kemanusiaan, persatuan, dan keadilan dalam semangat
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk
PERMUSYAWARATAN/
mewujudkan keadilan
PERWAKILAN
22
INTISARI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM
PANCASILA

Pada prinsipnya negara Indonesia didirikan untuk


bersungguh—sungguh memajukan kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia baik lahir maupun batin

Pada prinsipnya dalam negara Indonesia setiap warga


negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak, bermartabat dan berkeadilan
bagi kemanusiaan

05 Pada prinsipnya negara Indonesia wajib menjamin


setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan,
pekerjaan dan penghidupan yang layak, bermartabat
dan berkeadilan
SILA KEADILAN SOSIAL
BAGI SELURUH RAKYAT
INDONESIA

23
KESEPAKATAN DASAR
PERUBAHAN UUD 1945

Dari Perubahan pertama sampai dengan perubahan ke-empat (1999-2002), MPR memiliki
kesepakatan dasar berkaitan dengan perubahan yang mengemuka sejak Panitia Ad Hoc III (PAH)
Badan Pekerja MPR dan ditegaskan kembali dalam PAH I BP MPR yakni :

1. Tidak mengubah Pembukaan UUD 1 945

2. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Mempertegas sistem presidensial

4. Penjelasan UUD 1945 yang memuat haI-hal normatif akan dimasukan ke dalam pasal-pasal

5. Perubahan dilakukan dengan cara “adendum”

24
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Bahan Tayang Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR

KEDAULATAN
RAKYAT

UNDANG-UNDANG DASAR
MENGATUR 4 HAL PENTING:
MPR/DPR PRESIDEN

1. Prinsip kedaulatan rakyat dan


negara hukum.
2. Pembatasan kekuasaan
organ-organ negara.
3. Mengatur hubungan antar
lembaga-lembaga negara.
LEMBAGA 4. Mengatur hubungan kekuasaan
TNI POLRI
NEGARA
antar lembaga-lembaga negara.

Merupakan hukum dasar tertulis dan tertinggi serta


merupakan puncak dari seluruh peraturan
perundang-undangan.
26
SEJARAH PERJALANAN UNDANG-UNDANG DASAR

Konstitusi RI UUD
UUD 1945 UUD 1945 UUD NRI
Serikat 1949 Sementara Tahun
18 AGUSTUS Dekrit Presiden
1945 S.D. 27 27 DESEMBER 1950 5 JULI 1959 S.D. 1945 Hasil
DESEMBER 1949 1949 S.D. 17 17 AGUSTUS 1950 TAHUN 1999 Perubahan
AGUSTUS 1950 S.D. 5 JULI 1959

1. Masa peralihan 1.Banyak negara bagian 1.Lembaga Konstituante 1.Di bagian konsideran 1.Perubahan pertama
revolusi fisik belum yang tidak tunduk selama 2,5 Tahun belum disebutkan bahwa tahun 1999, ditetapkan
tuntas kepada pemerintah dapat Menyelesaikan Piagam Jakarta Tanggal 19 Oktober
2. Rongrongan penjajah federal tugasnya tertanggal 22 juni 1945 1999.
tidak mengakui 2.Wibawa pemerintah 2.Rapat tidak Memenuhi menjiwai UUD 1945 dan 2.Perubahan kedua tahun
kemerdekaan Berkurang. Kuorum adalah merupakan suatu 2000, ditetapkan
Indonesia 3.Dari 16 negara bagian 3.Situasi tanah air rangkaian kesatuan tanggal 18 Agustus
3. Praktek hanya 3 negara bagian semakin genting dengan Konstitusi 2000.
penyelenggaraan yang tunduk: Negara 4.Tanggal 5 Juli 1959 Tersebut 3.Perubahan ketiga tahun
Negara menggunakan Republik Indonesia, Presiden mengeluarkan 2.Menetapkan UUD 1945 2001, ditetapkan
Sistem parlementer Indonesia Timur, dan dekrit untuk kembali ke berlaku lagi bagi tanggal 9 November
sedangkan UUD 1945 Negara Sumatera Timur UUD 1945 segenap bangsa 2001
menggunakan sistem Indonesia dan seluruh 4.Perubahan keempat
Presidensiil tumpah darah Indonesia tahun 2002, ditetapkan
terhitung mulai hari tanggal 10 Agustus
tanggal penetapan dekrit 2002.
ini dan tidak berlakunya
lagi UUDS 1950

27
PROSES PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Latar Belakang
Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan Tujuan Perubahan
Perubahan

Antara lain: 1. Pembukaan 1. Kekuasaan tertinggi di tangan MPR Menyempurnakan aturan dasar,
1. Amandemen UUD 1945 2. Batang Tubuh: 2. Kekuasaan yang sangat besar pada mengenai:
● 16 bab Presiden 1. Tatanan negara
2. Penghapusan doktrin Dwi
● 37 pasal 3. Pasal-pasal yang terlalu “luwes” 2. Kedaulatan Rakyat
Fungsi ABRI
● 49 ayat sehingga dapat menimbulkan 3. HAM
3. Penegakan hukum, HAM, dan ● 4 pasal Aturan Peralihan multitafsir 4. Pembagian kekuasaan
pemberantasan KKN ● 2 ayat Aturan Tambahan 4. Kewenangan pada Presiden untuk 5. Kesejahteraan Sosial
4. Otonomi Daerah 3. Penjelasan mengatur haI-hal penting dengan 6. Eksistensi negara demokrasi dan
5. Kebebasan Pers undang-undang negara hukum
6. Mewujudkan kehidupan 5. Rumusan UUD 1945 tentang semangat 7. Hal-hal Iain sesuai dengan
penyelenggara negara belum cukup perkembangan aspirasi dan kebutuhan
demokrasi
didukung ketentuan konstitusi bangsa

Dasar Yuridis Kesepakatan Dasar Sidang MPR Hasil Perubahan

1. Pasal 3 UUD 1945 1. Tidak mengubah Pembukaan 1. Sidang Umum MPR 1999 Tanggal 1. Pembukaan
2. Pasal 37 UUD 1945 UUD 1945 14-21 Okt 1999 2. Pasal-pasal:
3. TAP MPR No.IX/MPR/1999 2. Tetap mempertahankan Negara 2. Sidang Tahunan MPR 2000 ● 21 bab
4. TAP MPR No.IX/MPR/2000 Kesatuan Republik Indonesia Tanggal 7-18 Agt 2000 ● 73 pasal
5. TAP MPR No.XI/MPR/2001 3. Mempertegas sistem presidensiil 3. Sidang Tahunan MPR 2001 ● 170 ayat
4. Penjelasan UUD 1945 yang memuat Tanggal 1-9 Nov 2001 ● 3 pasal Aturan Peralihan
haI-hal normatif akan dimasukan ke 4. Sidang Tahunan MPR 2002 ● 2 pasal Aturan Tambahan
dalam pasal-pasal Tanggal 1-11 Agt 2002
5. Perubahan dilakukan dengan cara
“adendum”
28
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

● Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi
pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor
75 Tahun 1959)

● Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Umum
MPR Tahun 1999), sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 11 Tahun 2006

● Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan
MPR Tahun 2000), sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 2006

● Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan
MPR Tahun 2001), sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 2006

● Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan
MPR Tahun 2002), sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 2006

● Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah (Risalah Rapat Paripurna ke-5
Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini

29
BENTUK DAN
KEDAULATAN
BAB I
Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]

Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
INDONESIA Dilaksanakan menurut
Undang- Undang Dasar
Negara Indonesia adalah
[Pasal 1 (2)***]
Negara Hukum
[Pasal 1 (3)***]

30
PENATAAN KEKUASAAN
LEMBAGA NEGARA

UUD NRI Tahun 1945


PUSAT

KPU BPK Bank Presiden DPR MPR DPD MA MK KY


Sentral

Kementerian
Negara

Badan-badan lain yang


Dewan
fungsinya berkaitan dengan
Pertimbangan
kekuasaan kehakiman

TNI / POLRI

DAERAH

Perwakilan Pemerintahan
BPK Provinsi Daerah Provinsi
Lingkungan Lingkungan
Peradilan Umum Peradilan Militer

Gubernur DPRD
Lingkungan Lingkungan
Peradilan Agama Peradilan TUN
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota DPRD
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang
YUDIKATIF
merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna
MA/MK
menegakkan Hukum dan keadilan Pasal 24 (1)***

EKSEKUTIF Memegang kekuasaan LEGISLATIF Memegang kekuasaan


Presiden Pemerintahan Pasal 4 (1) DPR membentuk UU Pasal 20 (1)*
31
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
BAB II

Anggota DPR ditambah Anggota DPR dan anggota


utusan daerah dan MPR DPD dipilih melalui
golongan pemilu

Wewenang Sesudah Perubahan


1. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (1)***
dan Pasal 37****];
Wewenang Sebelum Perubahan
2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal 3 ayat (2)***/****] ;
1. Menetapkan dan mengubah UUD 1945; 3. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
2. Menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara; jabatannya menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (3)***/****];
3. Memilih dan memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden; 4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam
4. Membuat Putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga hal terjadi kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
negara Iainnya; 5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden
5. Memberikan penjelasan/penafsiran terhadap Putusan MPR; dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara
6. Meminta pertanggungjawaban Presiden.
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai
berakhir masa jabatannya
[Pasal 8 ayat (3)****].

32
MEKANISME PERUBAHAN
UNDANG-UNDANG DASAR

LEMBAGA YANG PROSES OBJEK


BERWENANG PERUBAHAN PERUBAHAN

Pasal-pasal
MPR berwenang Undang-Undang
Usul perubahan N Diajukan secara tertulis
mengubah dan diajukan oleh dan ditunjukkan dengan Dasar
Menetapkan sekurang-kurangnya jelas bagian yang
1/3 dari jumlah diusulkan untuk diubah
Undang-Undang
anggota MPR beserta alasannya
Dasar [Pasa| 37 (1)****] [Pasal 37 (2)****]

[Pasal 3 ayat (1)] Yang tidak dapat


dilakukan perubahan
1. Pembukaan Undang-
Undang Dasar
(Kesepakatan Dasar)
Putusan dilakukan Sidang MPR dihadiri 2. Bentuk Negara
dengan persetujuan oleh
Kesatuan Republik
sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya
50% + 1 anggota dari 2/3 dari jumlah anggota
Indonesia
seluruh anggota MPR MPR [Pasal 37 (5)****]
[Pasal 37 (4)****] [Pasal 37 (3)****]

33
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
BAB VII

Anggota DPR dapat diberhentikan


Anggota DPR DPR dari jabatannya, yang syarat-syarat
dipilih melalui
MEMEGANG KEKUASAAN dan tata caranya diatur dalam
pemilihan umum
MEMBENTUK UU undang-undang
[pasal 19 (1)**]
[PASAL 20 (1)*] [pasal 22b**]

Fungsi, Wewenang dan Hak

Antara lain tentang: 7. Pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam pemberian amnesti
1. Memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi dan abolisi [Pasal 14 (2)*] ;
pengawasan [Pasal 20A (1)**] ; 8. Persetujuan atas perpu [Pasal 22 (2)] ;
2. Mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan 9. Pembahasan dan persetujuan atas RAPBN yang diajukan oleh
pendapat [Pasal 20A (2)**] ; Presiden [Pasal 23 (2) dan (3)***] ;
3. Pengajuan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil 10. Pemilihan anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Presiden [Pasal 7B (1)***] ; [Pasal 23F (1)***] ;
4. Persetujuan dalam menyatakan perang, membuat perdamaian 11. Persetujuan calon hakim agung yang diusulkan oleh KY [Pasal 24A
dan perjanjian [Pasal 11 (1) dan (2)****] ; (3)***] ;
5. Pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam 12. Persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota KY [Pasal 24B
pengangkatan duta [Pasal 13 (2)*] ; (3)***] ;
6. Pemberian pertimbangan kepada Presiden dalam menerima 13. Pengajuan tiga orang calon anggota hakim konstitusi [Pasal 24C
penempatan duta negara lain [Pasal 13 (3)*] ; (3)***] ;

34
MEKANISME PEMBENTUKAN
UNDANG-UNDANG

Dalam hal RUU


tidak disahkan
Terkait dengan dalam waktu 30
kewenangan DPD MENDAPAT
hari, RUU tersebut
PERSETUJUAN sah menjadi UU dan
BERSAMA wajib diundangkan
[Pasal 20 (5)**]
DPD
DPR
Dapat mengajukan
PRESIDEN
RUU yang sesuai RUU dibahas Mengesahkan
dengan Memegang kekuasaan oleh DPR dan UU
kewenangannya Membentuk UU Presiden untuk [Pasal 20 (4)*]
[Pasal 22D (1)***] [Pasal 20 (1)*] mendapat Berhak
persetujuan Mengajukan RUU
bersama [Pasal 5 (1)*]
[Pasal 20
ikut membahas dan Anggota berhak (2)*]
memberikan Mengajukan usul RUU
pertimbangan atas (Pasal 21*)
RUU yang sesuai TIDAK MENDAPAT
Tidak boleh
dengan PERSETUJUAN
BERSAMA diajukan Iagi dalam
kewenangannya
[Pasal 220 (2)***] persidangan masa
itu
[Pasal 20 (3)*]

35
PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Mengajukan
Memberi
[Pasal 23 (2)***]
pertimbangan DPD
[Pasal 23 (2)***]
RAPBN

Pemerintah menjalankan
Presiden DPR
YA
RAPBN

Membahas bersama
[Pasal 23 (2)***]
PERSETUJUAN

RAPBN

Pemerintah menjalankan
RAPBN tahun lalu
TIDAK [Pasal 20 (3)*]

RAPBN

36
PERATURAN PEMERINTAH SEBAGAI
PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

Menjadi UU
Presiden
SETUJU

Dalam hal ihwal


kegentingan yang Perpu itu harus
mendapat
DPR
memaksa, berhak
persetujuan
menetapkan
DPR
Perpu [Pasal 22 (2)]
[Pasal 22 (1)] TIDAK
SETUJU

Harus dicabut
[Pasal 22 (3)]

37
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
BAB VII

Anggota DPD dipilih


dari setiap provinsi
melalui pemilu
Anggota DPD dapat
[Pasal 22C (1)***]
diberhentikan dari
jabatannya, yang
Anggota DPD dari setiap
DPD syarat-syarat
provinsi jumlahnya sama
dan tata caranya diatur
dan jumlah seluruh
dalam undang-undang
anggota DPD itu tidak
[pasal 22D (4)***]
iebih dari 1/3 jumlah
anggota DPR
[Pasal 22C (2)***]

38
KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN
DAERAH

KEWENANGAN DPD

Dapat Memberi Dapat melakukan


I. RUU yang berkaitan dengan Ikut Membahas
mengajukan Pertimbangan pengawasan

1. Otonomi Daerah ✔ ✔ ✔

2. Hubungan Pusat dan daerah ✔ ✔ ✔

3. Pembentukan dan pemekaran serta


✔ ✔ ✔
penggabungan daerah

4. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber


✔ ✔ ✔
daya ekonomi lainnya

5. Perimbangan keuangan pusat dan daerah ✔ ✔

6. RAPBN ✔ ✔

7. Pajak ✔ ✔

8. Pendidikan ✔ ✔

9. Agama ✔ ✔

II. Pemilihan Anggota BPK ✔


39
SYARAT, MASA JABATAN, WEWENANG, KEWAJIBAN
DAN HAK PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN BAB III

Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam
seorang warga negara Indonesia sejak satu pasangan secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah menerima [Pasal 6A (1)***]
kewarganegaraan lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden memegang
serta mampu secara rohani dan jasmani untuk jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Wakil Presiden dapat dipilih kembali dalam jabatan yang
presiden dan wakil presiden sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.
[Pasal 6 (1)***] (Pasal 7 *)

Fungsi, Wewenang dan Hak

12.Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14


Antara lain tentang: (2)*];
1.Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)]; 13.Memberi gelar, tanda jasa, dan Iain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU
2.Berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*]; (Pasal 15)*;
3.Menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*]; 14.Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
4.Memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*]; 15.Pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
5.Memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10); 16.Pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*]
6.Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara Iain serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****]; 17.Hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan
7.Membuat peljanjian internasional lainnya... dengan persetujuan DPR [Pasal 11 yang memaksa [Pasal 22 (1)];
(2)***]; 18.Pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan
8.Menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12); pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
9.Mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden 19.Peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan
memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*]; pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
10.Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan 20.Penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR
DPR [Pasal 13 (3)*]; [Pasal 24A (3)***];
11.Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 21.Pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B
14 (1)*]; (3)***];
22.Pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang
anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
40
PRESIDEN PERLU MENDAPAT PERSETUJUAN DAN
PERTIMBANGAN DPR SERTA PERTIMBANGAN MA

DPR Presiden MA

DENGAN Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian


PERSETUJUAN dengan negara lain dan internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
[Pasal 11 (1)**** dan (2)***]

Menyatakan keadaan bahaya


(Pasal 12)
DENGAN
PERTIMBANGAN
Mengangkat dan menerima Duta
[Pasal 13 (2)* dan (3)*]

Memberi grasi dan rehabilitasi


[Pasal 14 (1)*] DENGAN
DENGAN PERTIMBANGAN
PERTIMBANGAN
Memberi amnesti dan abolisi
[Pasal 14 (2)*]

memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang


diatur dengan undang-undang
[Pasal 15 *]
41
KEMENTERIAN NEGARA DAN
DEWAN PERTIMBANGAN

PRESIDEN

Dibantu menteri-menteri negara


Pembentukan,
Membentuk suatu [Pasal 17 (1)]
pengubahan, dan
dewan pertimbangan
pembubaran
yang bertugas yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
kementerian
memberikan nasihat [Pasal 17 (2)*]
negara
dan pertimbangan
diatur dalam
kepada Presiden membidangi urusan tertentu
undang-undang
(Pasal 16) **** dalam pemerintahan
[Pasal 17 (4) ***]
Pasal 17 (3)*]

42
PEMILIHAN PRESIDEN DAN
WAKIL PRESIDEN

Presiden dan Wakil Presiden dipilih


dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat Mendapatkan suara >50% jumlah suara
[Pasal 6A (1)***] dalam pemilu dengan sedikitnya 20% di
PEMILU setiap provinsi yang tersebar di lebih dari
diusulkan partai politik atau gabungan 1/2 jumlah provinsi
partai politik peserta pemilu sebelum [Pasal 6A (3)***]
pelaksanaan pemilu
[Pasal 6A (2)***]

DALAM HAL TIDAK ADA PASANGAN CALON PRESIDEN DAN


WAKIL PRESIDEN TERPILIH

Pasangan calon yang


memperoleh suara
terbanyak pertama dalam
pemilu
Pasangan yang Presiden dan
PEMILU memperoleh
suara terbanyak Wakil Presiden
Pasangan calon yang
memperoleh suara
terbanyak
kedua dalam pemilu [Pasal 6A (4)****]
43
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DALAM HAL
KEDUANYA BERHALANGAN TETAP SECARA BERSAMAAN

[Pasal 8 (3)****]

Parpol atau gabungan yang


pasangan calon Presiden dan Mengusulkan pasangan
Wapresnya meraih suara calon Presiden dan MPR
terbanyak pertama dalam Wapres
pemilu sebelumnya
Selambat-lambatnya Presiden dan
dalam waktu 30 hari Wakil Presiden
menyelenggarakan
Parpol atau gabungan yang sidang MPR untuk
pasangan calon Presiden dan Mengusulkan pasangan memilih
Wapresnya meraih suara calon Presiden dan
terbanyak kedua dalam pemilu Wapres
sebelumnya

PEMILIHAN WAKIL PRESIDEN DALAM HAL


TERJADI KEKOSONGAN WAKIL PRESIDEN

MPR

Selambat-lambatnya Wakil Presiden


Presiden Mengajukan dua calon Wapres
dalam waktu 60 hari Terpilih
menyelenggarakan sidang
[Pasal 8 (2)***] MPR untuk memilih
Wapres
44
MEKANISME PENGUSULAN PEMBERHENTIAN PRESIDEN
DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN

Presiden dan/atau
DPR MPR Wakil Presiden terus
menjabat

Pendapat DPR bahwa Presiden DPR menyelenggarakan Wajib menyelenggarakan sidang


dan/atau Wakil Presiden telah sidang paripurna untuk untuk memutuskan usul DPR paling
USUL DPR TIDAK
melakukan pelanggaran hukum meneruskan usul lambat 30 hari sejak usul diterima
DITERIMA
ataupun telah tidak lagi pemberhentian kepada [Pasal 7B (6)***]
memenuhi syarat MPR
[Pasal 7B (2)***] [Pasal 7B (5)***]
Keputusan diambil dalam sidang
paripurna, dihadiri
sekurang-kurangnya ¾ jumlah
Pengajuan permintaan DPR kepada
anggota, disetujui
MK hanya dapat dilakukan dengan
sekurang-kurangnya ⅔ jumlah yang
dukungan sekurang-kurangnya 2/3
hadir, setelah Presiden dan/atau
dari jumlah anggota yang hadir USUL DPR DITERIMA
wakil presiden diberi kesempatan
dalam sidang paripurna yang
menyampaikan penjelasan
dihadiri oleh sekurang-kurangnya
[Pasal 7B (7)***]
2/3 dari jumlah anggota
[Pasal 7B (3)***]
Presiden dan/atau
Wakil Presiden
diberhentikan
MK TERBUKTI

TIDAK TERBUKTI
wajib memeriksa, mengadili, dan memutus
paling lama 90 hari setelah permintaan
diterima
[Pasal 7B (4)***]
45
PEMERINTAHAN DAERAH
BAB VI

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi


dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang [Pasal 18 (1)**]

PEMERINTAHAN DAERAH

Gubernur, Bupati, Kepala Pemerintahan Daerah DPRD Anggota DPRD


Walikota dipilih secara
dipilih melalui Pemilu
demokratis
[Pasal 18 (3) **]
[Pasal 18 (4)**] Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan
[Pasal 18 (2)**]

Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan


pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat
[Pasal 18 (5) **]

Berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan


lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan
[Pasal 18 (6)**]
46
PEMERINTAHAN DAERAH
(Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah)

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi,


kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-
undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah
[Pasal 18 A (1)**]

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara
adil dan selaras berdasarkan undang- undang
[Pasal 18 A (2)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta


hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang
[Pasal 18 B (2)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat


khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang- undang
[Pasal 18 B (1)**]

47
PEMILIHAN UMUM
BAB VIIB

Parpol/ Gabungan Perseorangan


Partai Politik
Parpol [Pasal 22E
[Pasal 22E (3)***]
[Pasal 6A (2)***] (4)***]

PEMILIHAN UMUM KPU


[Pasal 22E
“luberjurdil” setiap lima tahun (5)***]
[Pasal 22E (1)***]

Presiden dan Anggota


Anggota DPR Anggota DPD
Wapres DPRD

[Pasal 22E (2)***]

48
KEKUASAAN KEHAKIMAN (MAHKAMAH AGUNG)
BAB IX

Calon hakim agung


Hakim agung harus
diusulkan oleh komisi
memiliki integritas dan MA Yudisial kepada DPR
kepribadian yang tidak PASAL 24A ***
untuk mendapat
tercela, adil,
persetujuan dan
profesional, dan Umum
ditetapkan sebagai
berpengalaman di
Agama hakim agung oleh
bidang hukum
presiden
[pasal 24A (2)***] Militer
[Pasal 24A (3)***
TUN

Kewajiban dan Wewenang

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah


undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang [Pasal 24A (1)***];
2. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***];
3. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi [Pasal 14 (1)*].

49
KOMISI YUDISIAL
BAB IX

Anggota KomisI Yudisial


harus Mempunyai Anggota Komisi
pengetahuan dan Yudisial diangkat dan
pengalaman di bidang diberhentikan oleh
hukum serta memiliki Presiden dengan
integritas dan kepribadian KY persetujuan DPR
yang tidak tercela PASAL 24B *** [Pasal 24B (3)***]
[Pasal 24B (2)***]

Wewenang

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)***] ;


2. Mempunyai wewenang Iain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim [Pasal 24B (1)***].

50
KEKUASAAN KEHAKIMAN
(MAHKAMAH KONSTITUSI) BAB IX

Hakim konstitusi harus Mempunyai sembilan orang


memiliki integritas dan anggota hakim konstitusi yang
kepribadian yang tidak tercela, ditetapkan oleh Presiden, yang
adil, negarawan yang menguasai diajukan masing-masing tiga
konstitusi dan ketatanegaraan, MK orang oleh MA, tiga orang oleh
serta tidak merangkap sebagai DPR dan tiga orang oleh
pejabat negara Presiden
[Pasal 24C (5)***] [Pasal 24C (3)***]

Wewenang dan Kewajiban

1. Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum [Pasal 24C (1)***];
2. Wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran
oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 24C (2)***].

51
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BAB VIIIA)
(Keanggotaan, Tugas, dan Wewenang)

Anggota BPK dipilih oleh Hasil pemeriksaan keuangan


DPR dengan memperhatikan negara diserahkan kepada
pertimbangan DPD dan DPR, DPD, dan DPRD, sesuai
diresmikan oleh Presiden dengan kewenangannya
[Pasal 23F (1)***] [Pasal 23E (2)***]

Untuk memeriksa pengelolaan dan Hasil pemeriksaan tersebut


tanggung jawab keuangan negara ditindaklanjuti oleh lembaga
diadakan satu perwakilan dan/atau badan
Badan Pemeriksa Keuangan
BPK
sesuai dengan undang-undang
yang bebas dan mandiri [Pasal 23E (3)***]
[Pasal 23E (1)***]

BPK berkedudukan di ibukota negara,


dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi
[Pasal 23G (1)***]
52
PAJAK, PUNGUTAN LAIN, MACAM DAN HARGA MATA UANG, DAN
HAL-HAL LAIN MENGENAI KEUANGAN NEGARA

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk


keperluan negara
[Pasal 23A***]

diatur dengan

Undang-Undang

diatur dengan Ditetapkan dengan

Hal-hal lain mengenai Macam dan harga


keuangan negara BANK SENTRAL mata uang
BAB VIII
[Pasal 23C***] [Pasal 23B****]

Bank Sentral
[Pasal 23D ****]

Susunan Kedudukan Kewenangan Tanggung Jawab Independensi

Diatur dengan undang-undang


53
WARGA NEGARA DAN PENDUDUK
(BAB X)

Warga negara ialah


orang-orang Indonesia asli Penduduk ialah warga
dan orang-orang bangsa lain WARGA NEGARA negara Indonesia dan orang
yang disahkan dengan asing yang bertempat tinggal
undang-undang sebagai DAN PENDUDUK di Indonesia
warga negara [Pasal 26 (2)**]
[Pasal 26 (1)]

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan


pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya [Pasal 27 (1)]

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan [Pasal 27 (2)]

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara
[Pasal 27 (3)**]

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan


tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28)
54
HAK ASASI MANUSIA
(BAB XA)

Berkewajiban menghargai hak asasi Untuk hidup serta Membentuk keluarga dan melanjutkan
orang lain serta tunduk kepada mempertahankan keturunan, hak anak atas kelangsungan
pembatasan yang ditetapkan hidup dan kehidupan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
Undang-Undang [Pasal 28J]** [Pasal 28A]** perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi [Pasal 28B]**

Perlindungan terhadap perlakuan


diskriminatif, pemajuan, penegakan, dan
Mengembangkan diri, mendapat
pemenuhan HAM adalah tanggung jawab
pendidikan, memperoleh manfaat dari
negara, terutama pemerintah [Pasal
IPTEK, seni dan budaya, memajukan diri
28I]**
secara kolektif [Pasal 28C]**

HAK ASASI
Hidup sejahtera lahir dan batin, MANUSIA Pengakuan yang sama dihadapan
memperoleh pelayanan kesehatan, hukum, hak untuk bekerja, perlakuan
mendapat kemudahan dan perlakuan yang adil dalam hubungan kerja,
khusus untuk memperoleh kesempatan kesempatan yang sama dalam
dan manfaat guna mencapai persamaan pemerintahan, dan berhak atas status
dan keadilan, berhak atas jaminan sosial kewarganegaraan [Pasal 28D]**
serta perlindungan hak milik pribadi
[Pasal 28H]**

Berkewajiban menghargai hak Kebebasan memeluk agama, meyakini


asasi orang lain serta tunduk kepercayaan, memilih kewarganegaraan,
Perlindungan diri pribadi, keluarga,
kepada pembatasan yang memilih tempat tinggal, kebebasan
kehormatan, martabat, harta benda, dan
ditetapkan Undang-Undang berserikat, berkumpul dan berpendapat
rasa aman serta untuk bebas dari
[Pasal 28J]"" [Pasal 28E]**
penyiksaan [Pasal 286]**
55
AGAMA
(BAB XI)

Negara berdasar atas


Ketuhanan Yang Maha Esa
[Pasal 29 (1)]

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap


penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu
[Pasal 29 (2)]

56
PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
(BAB XII)

Pertahanan dan
Usaha pertahanan dan
Tiap-tiap warga negara Keamanan Negara keamanan negara
berhak dan wajib ikut
dilaksanakan melalui
serta dalam usaha
sistem pertahanan dan
pertahanan dan
TNI (AD, AL, AU) POLRI keamanan rakyat semesta
keamanan negara
oleh TNI dan POLRI,
[Pasal 30 (1)**]
sebagai kekuatan utama,
dan rakyat, sebagai
Sebagai alat negara yang
Sebagai alat negara menjaga keamanan dan
kekuatan pendukung
bertugas mempertahankan, ketertiban masyarakat [Pasal 30 (2)**]
melindungi, dan bertugas melindungi,
memelihara keutuhan dan mengayomi, melayani
kedaulatan negara masyarakat, serta
[Pasal 30(3)**] menegakkan hukum [Pasal
30(4)**]

Susunan dan kedudukan TNI POLRI, hubungan kewenangan TNI


dan POLRI, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang
terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan
undang-undang [Pasal 30(5)**]

57
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN (BAB XIII)

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,


yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang
[Pasal 31 (3)****]

Negara memprioritaskan anggaran


Setiap warga negara wajib pendidikan sekurang-kurangnya 20%
mengikuti pendidikan dasar dan dari APBN dan APBD untuk
pemerintah wajib membiayainya memenuhi kebutuhan
[Pasal 31 (2)****] penyelenggaraan pendidikan nasional
PENDIDIKAN
[Pasal 31 (4)****]
DAN
KEBUDAYAAN
Pemerintah memajukan ilmu
Setiap warga negara berhak pengetahuan dan teknologi dengan
mendapatkan pendidikan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
[Pasal 31 (1)****] dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat
manusia
[Pasal 31 (5)****]

Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di


tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
Negara menghormati dan memelihara
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional
nilai-nilai budayanya
[Pasal 32 (2)****]
[Pasal 32 (1)****]
58
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL (BAB XIV)

Bumi dan air dan kekayaan alam yang


Cabang-cabang produksi yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
penting bagi negara dan negara dan dipergunakan untuk
menguasai hajat hidup orang sebesar-besar kemakmuran rakyat
banyak dikuasai oleh negara [Pasal 33 (3)****]
[Pasal 33(2)]
PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN Diselenggarakan berdasar atas
Disusun sebagai usaha bersama SOSIAL demokrasi ekonomi dengan prinsip
berdasar atas asa kekeluargaan kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
[Pasal 33(1)] berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional [Pasal 33 (4)****]

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial Negara bertanggung jawab atas


Fakir miskin dan anak-anak
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan penyediaan fasilitas pelayanan
yang terlantar dipelihara oleh
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai kesehatan dan fasilitas pelayanan
negara [Pasal 34 (1)****]
dengan martabat kemanusiaan [Pasal 34 (2)****] umum yang layak [Pasal 34 (3)****]

59
BENDERA, BAHASA, LAMBANG NEGARA, DAN LAGU
KEBANGSAAN (BAB XV)

1. Bendera Negara Indonesia ialah


Sang Merah Putih (Pasal 35)
2. Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia (Pasal 36)
3. Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A)**
4. Lagu Kebangsaan ialah Indonesia
Raya (Pasal 36B)**

Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan.


(Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009)

60
ATURAN PERALIHAN

Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini ****)

Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini ****)

Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung ****)

ATURAN TAMBAHAN

Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk
diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
tahun 2003 ****)

Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal ****)

61
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Bahan Tayang
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pilihan Bentuk Negara

Dalam sidang BPUPKI yang membahas rancangan Undang-Undang Dasar, mengenai pilihan bentuk
negara. Ada anggota yang mengusulkan bentuk Negara Kesatuan (unitarisme) dan ada yang
mengusulkan bentuk Negara Serikat (Federalisme)

Dari risalah sidang BPUPKI tercatat ada 17 (tujuh belas) orang yang mengusulkan Negara Kesatuan
(uni) dan ada 4 (empat) orang yang mengusulkan Negara Federal

1. Dipilihnya Negara Kesatuan oleh Anggota BPUPKI dikarenakan Negara Kesatuan dianggap
lebih menjamin persatuan yang kuat.
2. Sedangkan bentuk negara federasi adanya syarat membentuk beberapa negara bawahan
terlebih dahulu sebelum membentuk Negara Republik Indonesia Serikat sebagai negara
atasan.

63
BENTUK NEGARA INDONESIA

1. Negara Indonesia ialah Negara


Kesatuan yang berbentuk Republik
Pasal 1 Ayat (1).
2. Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan bentuk negara yang dipilih
sebagai komitmen bersama para pendiri
bangsa.
3. Negara kesatuan adalah bentuk yang
ditetapkan sejak awal berdirinya negara
Indonesia dan dipandang paling tepat
untuk mewadahi ide persatuan sebuah
bangsa yang majemuk ditinjau dari
berbagai latar belakang.
4. Negara Kesatuan adalah suatu negara
yang hanya mempunyai satu pusat
pemerintahan yang mengatur seluruh
daerah tidak ada negara dalam negara,
satu kepala negara, satu badan legislatif
yang berlaku bagi seluruh wilayah
negara bersangkutan.

64
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

WIB WITA WIT


(WAKTU INDONESIA BARAT) (WAKTU INDONESIA TENGAH) (WAKTU INDONESIA TIMUR)

Peta Indonesia
17.491 Pulau
3 Zona Waktu

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 25A) **

65
WILAYAH NEGARA DAN
DEKLARASI JUANDA

1. Tanggal 13 Desember 1957


pemerintah Indonesia 1. Deklarasi Juanda, Indonesia
mengeluarkan Deklarasi Djuanda. menganut konsep negara
2. Penentuan batas Iaut 12 mil yang kepulauan yang berciri Nusantara
diukur dari garis-garis yang (Archipelagic State).
Pengakuan menghubungkan titik terluar pada 2. Konsep itu kemudian diakui
masyarakat pulau-pulau Negara Republik dalam Konvensi Hukum laut PBB
internasional Indonesia akan ditentukan dengan 1982 (UNCLOS 1982 = United
undang-undang. Nations Convention on the law of
mengenai batas laut
3. Deklarasi Juanda menegaskan the Sea yang ditandatangani di
teritorial Indonesia
bahwa Indonesia merupakan satu Montego Bay, Jamaika, tahun
hanya sepanjang kesatuan wilayah Nusantara. Laut 1982.
3 mil Iaut terhitung bukan Iagi sebagai pemisah, tetapi 3. Indonesia meratifikasi UNCLOS
dari garis pantai sebagai pemersatu bangsa 1982 tersebut dengan
pasang surut terendah Indonesia. Prinsip ini kemudian menerbitkan Undang-Undang
ditegaskan melalui Peraturan Nomor 17 Tahun 1985.
Pemerintah Pengganti 4. Sejak itu dunia internasional
Undang-Undang Nomor mengakui Indonesia sebagai
4/PRP/1960 tentang Perairan negara kepulauan.
Indonesia.

Berkat pandangan visioner Deklarasi Djuanda, Bangsa Indonesia akhirnya memiliki tambahan wilayah
seluas 2.000.000 kilometer persegi, termasuk sumber daya alam yang dikandungnya.
66
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
DALAM UNDANG-UNDANG DASAR

Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. [Pasal 1 (1)]

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang. [ Pasal 18 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. [Pasal 18B (1)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. [Pasal 18B (2)**]

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. [Pasal 25A**]

Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.
[Pasal 37 (5)****]

67
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Bahan Tayang
Bhinneka Tunggal Ika
ISTILAH DAN PENGERTIAN BHINNEKA TUNGGAL IKA

Istilah Bhinneka Tunggal Ika ditulis oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma yang terjemahan isinya berbunyi :
“Bahwa agama Budha dan Siwa (hindu) merupakan zat yang berbeda tapi nilai-nilai kebenaran jina (Budha) dan Siwa
(Hindu) adalah tunggal. Terpecah belah tetapi satu jua artinya tidak ada dharma yang mendua”

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas pada sidang-sidang BPUPKI antara
Muhammad Yamin, Ir. Soekarno, I Gusti Bagus Sugriwa sekitar dua setengah bulan sebelum proklamasi

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diusulkan oleh Muhammad Yamin kepada Ir. Soekarno agar dijadikan
semboyan negara.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua. Bhinneka Tunggal Ika oleh pendiri bangsa
diberikan penafsiran baru karena dinilai relevan dengan keperluan strategis Bangsa Indonesia, yang memiliki makna,
walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, budaya, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu
kesatuan sebangsa dan setanah air.

69
BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI
SEMBOYAN NEGARA

SEMBOYAN BHINNEKA
KEANEKARAGAMAN SUMPAH PEMUDA
TUNGGAL IKA

1. Bangsa yang majemuk memiliki


jumlah penduduk yang cukup 1. Kami putra dan putri Indonesia 1. Ikrar untuk bersatu padu
besar mengaku bertumpah darah yang mendirikan Negara Kesatuan
satu, tanah air Indonesia Republik Indonesia
2. Memiliki bahasa daerah yang
berbeda-beda 2. Kami putra-putri Indonesia 2. Cita-cita membangun sebuah
mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia yang bersatu
3. Mempunyai suku bangsa yang bangsa Indonesia
beragam 3. Semboyan yang mengungkapkan
3. Kami putra-putri Indonesia rasa persatuan dan kesatuan
4. Mempunyai agama yang menjunjung bahasa persatuan, yang berasal dari
berbeda bahasa Indonesia keanekaragaman

5. Warna kulit bermacam-macam

6. Adat istiadar dan

7. Banyak lagi perbedaan lainnya

Semboyan adalah Perkataan atau kalimat pendek yang dipakai sebagai dasar tuntunan
(pegangan hidup); intisari suatu usaha dan sebagainya; slogan; moto. 70
KEKAYAAN DAN
KEBERAGAMAN BANGSA

BERAGAM
BUDAYA
INDONESIA ± 265
JUTA JIWA
JUMLAH
PENDUDUK
(BPS 2019)
6
AGAMA
RESMI

IBUKOTA NEGARA
JAKARTA

2500 BERAGAM
ADAT
1340 FLORA DAN
FAUNA
BAHASA ISTIADAT SUKU BERANEKA
DAERAH BANGSA RAGAM
(BPS (BPS
2010) 2010)
71
BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM
UNDANG-UNDANG DASAR

Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari
1. jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap
provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi
Presiden dan Wakil Presiden. [Pasal 6A (3)***]

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu
2. dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. [ Pasal 18 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus
3. atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. [Pasal 183 (1)**]

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. [Pasal 183 (2)**]

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
4. dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang. (Pasal 25A**)

72
BHINNEKA TUNGGAL IKA DALAM
UNDANG-UNDANG DASAR

Yang menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
5. Iain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. [Pasal 26 (1)**]

Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
6. dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. [Pasal 29 (2)]

Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin
7. kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
[Pasal 32 (1)****]

Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
[Pasal 32 (2)****]

Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. (Pasal 36A**)
8.

73
SEKRETARIAT JENDERAL
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

Bahan Tayang
Ketetapan MPR RI

SEKRETARIAT JENDERAL MPR RI


KETETAPAN MPR RI NOMOR I/MPR/2003

TENTANG PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM


KETETAPAN MPRS DAN MPR RI TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN
TAHUN 2002

Ada 139 TAP MPRS & TAP MPR


(1960 s.d 2002)
“Dikelompokkan menjadi 6 (enam) pasal berdasarkan materi dan status hukumnya”

75
DASAR HUKUM PEMBENTUKAN TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003

1. Pasal I Aturan Tambahan UUD NEGARA RI TAHUN 1945


“Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status
hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003”

2. Pasal I Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945


"Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
menurut Undang-Undang Dasar ini”

3. Pasal ll Aturan Peralihan UUD NEGARA RI TAHUN 1945


“Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan
Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”

4. TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999 sampal dengan perubahan yang kelima tahun 2002
tentang Peraturan Tata Tertib MPR RI

5. TAP MPR RI Nomor III/MPR/2002 tentang Penetapan Pelaksanaan Sidang Tahunan MPR
RI Tahun 2003

76
SUBSTANSI TAP MPR RI NOMOR I/MPR/2003

PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan)

PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan)

PASAL 3
TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8
Ketetapan)

PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang
(11 Ketetapan)

PASAL 5
TAP MPR yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan ditetapkannya Peraturan Tata Tertib baru oleh
MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan)

PASAL 6
TAP MPRS/TAP MPR yang dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena
bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesal dilaksanakan (104 Ketetapan)

77
PASAL 1
TAP MPRS/TAP MPR YANG DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:

1. Ketetapan MPRS RI Nomor X/MPRS/ 1966 tentang Kedudukan Semua Lembaga-Lembaga


Negara Tingkat Pusat dan Daerah pada Posisi dan Fungsi yang Diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945.
2. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/ 1973 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-kerja
Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
3. Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/1973 tentang Keadaan Presiden dan/atau Wakil Presiden
Republik Indonesia Berhalangan.
4. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/ 1978 tentang Kedudukan dan Hubungan Tata-Kerja
Lembaga Tertinggi Negara dengan/atau Antar Lembaga-Lembaga Tinggi Negara.
5. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/ 1988 tentang Pemilihan Umum.
6. Ketetapan MPR RI Nomor XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden Republik Indonesia.
7. Ketetapan MPR RI Nomor XIV/MPR/1998 tentang Perubahan dan Tambahan atas Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
8. Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

Kedelapan TAP tersebut telah berakhir masa berlakunya dan/atau telah diatur di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
78
PASAL 2
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN
(3 KETETAPAN)

Ada 3 (tiga) TAP, yaitu:

1. Ketetapan MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis


Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia
bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.
2. Ketetapan MPR RI Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
3. Ketetapan MPR RI Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor Timur.

79
Pasal 2

1. TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966

TENTANG: TETAP BERLAKU DENGAN


Pembubaran Partai Komunis Indonesia, KETENTUAN:
Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh ketentuan dalam Ketetapan
Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia MPRS RI Nomor XXV/MPRS/1966 ini,
bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan ke depan diberlakukan dengan
Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau berkeadilan dan menghormati
Mengembangkan Faham atau Ajaran hukum, prinsip demokrasi dan hak
Komunisme/ Marxisme-Leninisme. asasi manusia.

80
Pasal 2

2. TAP MPR RI Nomor XVI/MPR/1998

TETAP BERLAKU DENGAN


KETENTUAN:
Pemerintah berkewajiban mendorong
TENTANG: keberpihakan politik ekonomi yang
Politik Ekonomi Dalam Rangka lebih memberikan kesempatan dukungan
Demokrasi Ekonomi. dan pengembangan ekonomi, usaha
kecil menengah, dan koperasi
sebagai pilar ekonomi dalam
membangkitkan terlaksananya
pembangunan nasional dalam rangka
demokrasi ekonomi sesuai dengan
hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

81
Pasal 2

3. TAP MPR RI Nomor V/MPR/1999

TETAP BERLAKU DENGAN


KETENTUAN:
Ketetapan ini tetap berlaku sampal
TIMOR LESTE
terlaksananya ketentuan dalam
Pasal 5 dan Pasal 6 Ketetapan MPR
RI Nomor V/MPR/1999.
(Karena masih adanya masalah-masalah
kewarganegaraan, pengungsian,
pengembalian aset negara, dan hak
perdata perseorangan)
TENTANG:
Penentuan Pendapat di
Timor Timur.

82
PASAL 3
TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN TERBENTUKNYA
PEMERINTAHAN HASIL PEMILU 2004

Ada 8 (delapan) TAP, yaitu:

1. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999-2004.
2. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
3. Ketetapan MPR RI Nomor VIII/MPR/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-Lembaga TInggi
Negara pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2000.
4. Ketetapan MPR RI Nomor III/MPR/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden Republik Indonesia
Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Republik Indonesia.
5. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/ 2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia.
6. Ketetapan MPR RI Nomor X/ MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2001.
7. Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat
Pemulihan Ekonomi Nasional.
8. Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, Dewan Pertimbangan Agung, Dewan
Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung pada Sidang Tahunan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

Kedelapan TAP tersebut tidak berlaku karena Pemerintahan hasil Pemilu


2004 telah terbentuk 83
PASAL 4
TAP MPRS/TAP MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI DENGAN
TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG

Ada 11 (sebelas) TAP, yaitu:

1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.


2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. TAP MPR Nomor XV/MPR/ 1998 Tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. TAP MPR Nomor III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan.
5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional.
6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000 Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000 Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan.
10. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan
dan Pencegahan KKN.
11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam.
84
Pasal 4

1. TAP MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966


Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera

SUBSTANSI:
Setiap korban perjuangan menegakkan dan melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat dalam melanjutkan
pelaksanaan Revolusi 1945 mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila adalah Pahlawan
Ampera.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan.

HASIL KAJIAN:
Karena undang-undang yang mengatur tentang pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan sudah disahkan (UU No. 20 Tahun 2009) maka ketetapan ini tidak berlaku lagi.

85
Pasal 4

2. TAP MPR Nomor XI/MPR/1998


Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN.

SUBSTANSI:
Perlu berfungsinya lembaga-Iembaga negara dan penyelenggaranegara, menghindarkan praktek KKN serta
upaya pemberantasan KKN harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Terlaksananya seluruh ketentuan yang terdapat di dalam TAP MPR RI No. XI/MPR/1998

HASIL KAJIAN:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 belum dilaksanakan dan/atau dituangkan
ke dalam undang-undang maka Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan daya
guna/efficacy).

86
Pasal 4

3. TAP MPR Nomor XV/MPR/ 1998


Tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan
Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

SUBSTANSI:
Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung
jawab di daerah secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber
daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Undang-undang tentang pemerintahan daerah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 183 UUD
Negara RI Tahun 1945.

HASIL KAJIAN:
Karena amanat dari Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 belum seluruhnya dituangkan ke dalam
undang-undang maka Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
87
Pasal 4

4. TAP MPR Nomor III/MPR/2000


Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.

TAP MPR RI No.III/MPR/2000 UUD No.12 Tahun 2011

UUD No.10 Tahun 2004

UUD NRI UUD NRI


UUD 1945 TAHUN TAHUN 1945
1945

TAP MPR TAP MPR


UU/
UU PERPU UU/PERPU

PERPU PP PP

PP PERPRES
PERPRES
PERDA
KEPRES PROVINSI

PERDA PERDA
PERDA KAB/KOTA

88
Pasal 4

4. TAP MPR Nomor III/MPR/2000


Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan.

SUBSTANSI:
1. Tata urutan peraturan perundang-undangan; AMANAT TAP MPR No.
2. Lembaga Negara yang berwenang menguji I/MPR/2003:
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; Dibentuknya undang-undang sesuai
3. Lembaga Negara yang berwenang menguji peraturan dengan substansi TAP MPR RI No.
perundang-undangan di bawah undang-undang III/MPR/2000.
terhadap undang-undang.

HASIL KAJIAN:
Dengan telah terbentuknya 3 (tiga) undang-undang yang mengatur 3 (tiga) substansi utama dalam TAP MPR RI No.
III/MPR/2000, yaitu:
1. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang di dalamnya diatur
tentang Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan;
2. UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK yang mengatur bahwa kewenangan menguji UU terhadap UUD
dilakukan oleh MK dan;
3. UU Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang MA yang menegaskan
bahwa kewenangan menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang dilakukan oleh MA, maka Ketetapan ini tidak berlaku lagi.
89
Pasal 4

5. TAP MPR Nomor V/MPR/2000


Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional.

SUBSTANSI:
Ketetapan ini mempertegas perlunya kesadaran dan komitmen yang kuat untuk memantapkan persatuan
dan kesatuan nasional dalam menghadapi berbagai masalah bangsa mencapai tujuan nasional.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu diwujudkan persatuan dan kesatuan nasional antara lain melalui pemerintahan yang mampu
mengelola kehidupan secara baik dan adil, serta mampu mengatasi berbagai permasalahan sesuai dengan
arah kebijakan dan kaidah pelaksanaan dalam TAP MPR RI No. V/MPR/2000.

HASIL KAJIAN:
Berbagai amanat yang terdapat dalam ketetapan ini tetap diperlukan sebagai pedoman dalam penyusunan
berbagai kebijakan maupun penyusunan peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan Persatuan
dan Kesatuan Nasional serta menjamin keutuhan NKRI
maka Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

90
Pasal 4

6. TAP MPR Nomor VI/MPR/2000


Tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

SUBSTANSI:
Mengamanatkan pemisahan lembaga TNI dan POLRI, menentukan peran dan fungsi masing-masing, serta
terwujudnya kerjasama dan saling membantu.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan pemisahan kelembagaan TNI dan
POLRI.

HASIL KAJIAN:
Pemisahan TNI dan POLRI secara kelembagaan telah diatur dengan UU No. 2/2002 tentang Kepolisian
Negara RI, UU No.3/2002 tentang Pertahanan Negara, dan UU No. 34/2004 tentang TNI, namun
kerjasama dan saling membantu antara TNI dan POLRI masih perlu diatur dengan undang- undang maka
Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

91
Pasal 4

7. TAP MPR RI Nomor VII/MPR/2000


Tentang Peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Peran Kepolisian Negara
Republik Indonesia (POLRI).

SUBSTANSI:
Ketetapan ini mengamanatkan tentang jati diri, peran, susunan dan kedudukan, tugas bantuan, dan
keikutsertaan TNI dan POLRI dalam penyelenggaraan negara.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan pasal 5 ayat (4) dan
pasal 10 ayat (2) tentang hak memilih dan dipilih TNI dan POLRI yang disesuaikan dengan UUD, dan
pembentukkan undang-undang tentang penyelenggaraan wajib militer dan yang berkaitan dengan tugas
bantuan antara TNI dan POLRI.

HASIL KAJIAN:
Belum terbentuknya undang—undang mengenai penyelenggaraan wajib militer, dan tugas bantuan antara
TNI dan POLRI maka Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

92
Pasal 4

8. TAP MPR Nomor VI/MPR/2001


Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

SUBSTANSI:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan
berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika
kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian,
keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai
luhur budaya banqsa.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan
pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakkan hukum yang berkeadilan dan berkesetaraan,
etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta menjiwai seluruh
pembentukan undang-undang.

HASIL KAJIAN:
Ketetapan ini belum sepenuhnya dijadikan pedoman dalam perumusan berbagai kebijakan maupun
penyusunan peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan dengan Etika Kehidupan Berbangsa
dan Bernegara maka Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).
93
Pasal 4

9. TAP MPR Nomor VII/MPR/2001


Tentang Visi Indonesia Masa Depan.

SUBSTANSI:
Visi Indonesia masa depan diperlukan untuk menjaga kesinambungan arah penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia melalui visi ideal, visi antara
dan visi Iima tahunan.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Perlu diwujudkan masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera,
maju, mandiri serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara sesuai dengan arah kebijakan dan
kaidah pelaksanaan.

HASIL KAJIAN:
Dengan dijadikan TAP MPR RI No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan sebagai salah satu
landasan operasional dari Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025, bahkan menjadi sumber inspirasi, motivasi, kreativitas, serta arah kebijakan
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara maka Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya
laku/validity dan daya guna/efficacy).
94
Pasal 4

10. Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001


Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN.

SUBSTANSI:
Ketetapan ini mengamanatkan untuk mempercepat dan Iebih menjamin efektivitas pemberantasan KKN
sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas KKN, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang serta peraturan pelaksanaannya untuk percepatan dan
efektivitas pemberantasan dan pencegahan KKN sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam ketetapan
ini.

HASIL KAJIAN:
Karena amanat dari TAP MPR RI No. Vlll/MPR/2001 belum dilaksanakan dan/atau dituangkan ke dalam
undang-undang maka ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan daya guna/efficacy).

95
Pasal 4

11. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001


Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.

SUBSTANSI:
● Ketetapan ini mendorong pembaharuan agraria melalui proses yang berkesinambungan berkenaan
dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria,
dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum;
● Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan, laut dan angkasa dilakukan secara optimal,
adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan untuk keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat
Indonesia.

AMANAT TAP MPR No. I/MPR/2003:


Memerintahkan pembentukan undang-undang untuk mendorong pembaharuan agraria dan pengelolaan sumber
daya alam yang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keutuhan NKRI, HAM, supremasi hukum, KESRA,
demokrasi, kepatuhan hukum, partisipasi rakyat, keadilan termasuk kesetaraan gender, pemeliharaan sumber
agraria/sumber daya alam, memelihara keberlanjutan untuk generasi kini dan generasi yang akan datang, memperhatikan
daya tampung dan daya dukung lingkungan, keterpaduan dan koordinasi antar sektor dan antar daerah, menghormati dan
melindungi hak masyarakat hukum adat, desentralisasi, keseimbangan hak dan kewajiban negara, pemerintah, masyarakat
dan individu sesuai dengan arah kebijakan sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan ini.

HASIL KAJIAN:
Ketetapan ini diperlukan untuk mendorong percepatan pembentukan dan pengharmonisan berbagai
undang-undang, terutama yang berkaitan dengan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam
secara konprehensif. Oleh karena itu Ketetapan ini tetap berlaku. (memiliki daya laku/validity dan
daya guna/efficacy). 96
PASAL 5
TAP MPR YANG DINYATAKAN MASIH BERLAKU SAMPAI DENGAN DITETAPKANNYA
PERATURAN TATA TERTIB YANG BARU OLEH MPR HASIL PEMILU 2004

Kelima TAP MPR yang terdapat di dalam Pasal 5 tentang Peraturan Tata Tertib MPR, yaitu:

1. TAP MPR No. II/MPR/1999


2. TAP MPR No. I/MPR/2000
3. TAP MPR No. II/MPR/2000
4. TAP MPR No. V/MPR/2001
5. TAP MPR No. V/MPR/2002

Sudah tidak berlaku lagi karena telah terbentuknya Peraturan Tata Tertib MPR hasil
PEMILU 2004.

97
PASAL 6
TAP MPRS/ TAP MPR YANG DINYATAKAN TIDAK PERLU LAGI DILAKUKAN TINDAKAN
HUKUM LEBIH LANJUT, BAIK KARENA BERSIFAT FINAL (EINMALIG), TELAH
DICABUT, MAUPUN TELAH SELESAI DILAKSANAKAN.

Ketetapan di dalam pasal ini berjumlah 104 Ketetapan.

98

Anda mungkin juga menyukai