Anda di halaman 1dari 21

B.

Hadas untuk mengangkat hadas, niat untuk bisa


melaksanakan salat, atau sekedar niat
Hadas merupakan perkara abstrak yang
fardu wudu. Wajibnya niat ini
menghalangi sahnya salat ataupun ibadah lain
dilandaskan kepada hadis Nabi ‫ ﷺ‬yang
yang semakna dengan salat. Hadas juga bisa
sangat masyhur :
disebut dengan perkara-perkara yang ‫ىون ام ئرما لكل امنإو تاينلاب لامعألا امنإ‬
membatalkan wudu (hadas kecil) serta perkara- Artinya : “Hanyasanya amal-amal itu
perkara yang mewajibkan mandi (hadas besar). dengan niat. Dan hanyasanya bagi setiap
orang adalah apa yang ia niatkan.” (HR.
Wudu
Bukhari no. 1, Muslim no. 1907)
Arti asli dari wudu adalah baik dan b. Membasuh wajah, berdasarkan firman
bahagia. Di dalam istilah syarak, wudu Allah :
bermakna perbuatan menggunakan air untuk ‫غاف‬FFFFFFFFFFFFFFFFF‫مكهوجو اولس‬

membasuh bagian-bagian tubuh tertentu yang Artinya : “Maka basuhlah wajah kamu!”
Batasan wajah adalah dari tempat
diiringi niat. Pembahasan ini mencakup rukun,
tumbuh
syarat, sunah, makruh, pembatal serta hal-hal
rambut hingga dagu, serta dari telinga
yang tidak boleh dilakukan jika belum berwudu.
kanan ke telinga kiri. Seluruh kulit wajah
1. Rukun Wudu mesti terkena air, kecuali kulit di balik

Yang dimaksud dengan rukun adalah jenggot yang tebal. Dalam hal ini, cukup

perkara wajib yang masuk dalam bagian membasuh zahir jenggotnya saja.

ibadah. Rukun wudu adalah sebagai berikut : c. Membasuh kedua tangan hingga siku,
berdasarkan firman Allah :
a. Niat, yaitu keinginan untuk melakukan
‫قفارمال ىإل مكيديأو‬
sesuatu beriringan dengan perbuatan. Artinya : “Dan (basuhlah) tangan kamu
Jika keinginan saja tanpa perbuatan, hingga siku!”
maka itu disebut ‘azam. Maka niat Siku disini adalah pertemuan antara
harus diiringkan dengan perbuatan lengan atas dan lengan bawah. Baik kulit
pertama wudu, yaitu membasuh wajah. maupun bulu di tangan, harus dibasuh
Niat ini tempatnya di hati, sehingga dengan air.
orang yang lidahnya melafazkan niat, d. Mengusap sebagian kepala, meskipun
namun hatinya kosong, maka ibadahnya sebagian rambut saja asal masih dalam
tidak sah. Niat yang dipakai dalam
wudu adalah niat
1 |Page
batasan kepala, berdasarkan firman Allah dengan dalil yang telah disebutkan
: sebelumnya.
‫مكسوؤرب اوحسماو‬
b. Airnya mengalir pada bagian yang
Artinya : “Dan usaplah dengan/sebagian
dibasuh. Karena membasuh (ghasl)
kepala kamu!”
dalam Bahasa Arab maknanya adalah
Jika seseorang malah membasuh kepala,
mengalirkan air pada bagian yang ingin
bukan mengusap, maka wudunya tetap
dibersihkan. Ini berbeda dengan
sah meskipun tindakan itu berlebihan.
mengusap, yang maksudnya adalah
e. Membasuh kaki hingga mata kaki,
membasahi bagian yang diusap, baik
berdasarkan firman Allah :
airnya mengalir ataupun tidak.
‫نيبعكال ىإل مكلجرأو‬
c. Tidak ada penghalang antara air dan kulit.
Artinya : “Dan (basuhlah) kaki kamu
Hal ini mencakup cincin yang
hingga dua mata kaki!”
menghalangi sampainya air ke kulit,
Mata kaki adalah tulang menonjol pada
ataupun kotoran di balik kuku. Imam
samping-samping kaki. Hingga mata
Muslim (no. 243) meriwayatkan tentang
kaki disini maksudnya, mata kaki juga
seorang lelaku yang berwudu namun
harus dibasuh.
meninggalkan bagian kuku kakinya. Nabi
f. Berurutan, atau biasa disebut tertib. Ini
‫ ﷺ‬melihat hal tersebut kemudian bersabda
karena perintah wudu di dalam QS : al-
:
Maidah ayat 6 diberikan secara ‫كءوضو نسحأف عجرا‬
berurutan, mulai dari wajah hingga kaki. Artinya : “Kembalilah dan perbaiki
Hadis- hadis mengenai wudu juga wudumu!”
dilakukan secara berurutan. d. Tidak terjadi hal-hal yang membatalkan
2. Syarat Wudu wudu pada saat berwudu. Seandainya
Maksud syarat adalah segala perkara wudu batal, misalkan terjadi kentut saat
yang wajib dilaksanakan, meskipun ia bukan seseorang sedang mengusap kepala,
bagian dari ibadah. Ada beberapa syarat maka ia harus mengulang wudu dari awal
wudu karena separuh wudunya tadi telah batal.
: e. Berkesinambungannya niat hingga akhir
a. Menggunakan air mutlak yang suci lagi wudu. Dalam artian, niatlah yang
menyucikan. Ini didasarkan pada jenis- menjadi pembeda antara basuhan biasa
jenis air yang bisa dipakai bersuci, dengan basuhan wudu, sehingga
orang yang
2 |Page
berwudu hendaklah sadar bahwa setiap yang ia lakukan nanti di masjid. Meskipun
basuhan wudunya bertujuan untuk hal ini sah, tetapi tidak saya rekomendasikan.
mengangkat hadas.
3. Sunah-sunah Wudu
f. Syarat tambahan, bagi orang yang
senantiasa berhadas, seperti orang yang Yang dimaksud dengan sunah wudu

sudah tidak mampu lagi menahan kentut, adalah perkara-perkara yang sebaiknya

buang air kecil ataupun buang air besar. dilakukan agar wudu tidak sekedar tindakan

Termasuk bagi wanita yang mengalami mengangkat hadas, namun juga wasilah

keputihan ataupun istihadah. Bahwa untuk mendapatkan fadilah pahala. Meskipun

orang-orang dengan kondisi seperti ini, jika ditinggalkan seseorang tidak akan

berarti ia berada dalam keadaan darurat, berdosa, namun tetap saja rugi karena

dimana secara teknis, wudunya tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan meraup laba

sah, karena hadasnya senantiasa terjadi. yang afdal. Sunah- sunah wudu sangat

Maka cara bersucinya pun khusus, yaitu banyak, dan disini barangkali hanya

dimulai dengan menunggu masuknya disebutkan beberapa :

waktu salat. Saat waktu salat masuk, a. Membaca basmalah, ini dilandaskan
barulah ia istinja, mengganti pembalut kepada hadis keutamaan basmalah yang
(bisa juga popok), kemudian bersuci. masyahur. Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda :
Setelah itu ia harus segera bersiap salat ‫الل مساب اوؤضوت‬

(menutup aurat, menyiapkan tempat) dan Artinya : “Berwudulah kalian dengan

segera salat. Jika ada jeda antara nama Allah!” (HR. an-Nasai no 61)

perbuatan-perbuatan yang disebutkan di b. Membasuh tangan tiga kali sebelum

atas, maka ia harus mengulang dari awal mencidukkannya ke dalam bejana. Ini

kembali, karena hadasnya keluar pada berdasarkan perbuatan Nabi ‫ ﷺ‬dari

saat jeda yang tidak ada sangkut-pautnya Abdullah bin Zaid yang diriwayatkan

dengan salat. oleh Imam Bukhari (2183) dan Muslim


(235).
Dalam wudu tidak disyaratkan
c. Bersiwak atau menggosok gigi,
muwâlâh, yaitu pelaksanaannya harus berdasarkan sabda Nabi ‫ ﷺ‬:
langsung selesai. Maksudnya, seseorang bisa ‫ءوضو لك عم كاوسلاب مهترمأل يتمأ ىلع قشأ نأ ال ول‬
saja melaksanakan seluruh perbuatan Artinya : “Seandainya aku tak takut
wudunya di rumah kecuali membasuh kaki, memberatkan umatku, sungguh aku
perintahkan mereka untuk bersiwak
3|Page
setiap berwudu!” (HR. Bukhari no. 847 saat istinsyaq, kecuali engkau sedang
dan Muslim no. 252) berpuasa!” (HR. Abu Daud dan
Bersiwak bisa dilakukan dengan benda Tirmidzi)
apapun yang agak kasar yang sekira-kira h. Mengusap kedua telinga, baik bagian
bisa menyingkirkan kotoran gigi, seperti luar maupun dalamnya berdasarkan hadis
kayu arak, kain ataupun sikat gigi. dari
d. Berkumur, beristinsyâq (memasukkan air Ibnu Abbas tentang sifat wudu Nabi ‫ﷺ‬
ke hidung) dan beristintsar (meniupkan yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
air dari hidung). Ini berdasarkan hadis (74).
Abdullah bin Zaid yang telah disebutkan i. Tiga kali dalam basuhan maupun usapan,
sebelumnya. berdasarkan sifat wudu Nabi ‫ ﷺ‬yang

e. Menyela-nyela jenggot yang lebat, dicontohkan oleh Usman bin Affan ,


karena ini yang dilakukan oleh Nabi ‫ﷺ‬ diriwayatkan oleh Muslim (230)
berdasarkan riwayat Abu Daud (145). j. Mendahulukan yang kanan dari yang kiri,
f. Mengusap seluruh kepala. Maksudnya, berdasarkan hadis Nabi ‫ ﷺ‬:

jika pada rukun cukup mengusap ‫مكنمايمب اوؤدباف متأضوت اذإ‬


Artinya : “Apabila kamu berwudu, maka
sebagian, maka sunahnya seluruh kepada
mulailah dari bagian kananmu!” (HR.
ikut diusap. Ini juga didasarkan pada
Ibn Majah)
hadis Abdullah bin Zaid sebelumnya.
k. Menggosok bagian yang dibasuh,
Mengusap imâmah atau sorban dan
berdasarkan riwayat Imam Ahmad.
kopiah juga disunahkan setelah
l. Muwâlâh, karena Nabi ‫ ﷺ‬tidak pernah
mengusap sebagian ubun-ubun,
menyela-nyela perbuatan wudu beliau
berdasarkan hadis dari al-Mughirah bin
dengan perbuatan lain.
Syu’bah  mengenai Nabi ‫ ﷺ‬yang
m. Melebihkan saat membasuh wajah,
mengusap ubun-ubun serta imâmah
tangan dan kaki, berdasarkan riwayat al-
beliau, diriwayatkan oleh Muslim (274).
Bukhari no. 136 dan Muslim no.246.
g. Menyela-nyela jari tangan dan kaki. Nabi
n. Tidak berlebih-lebihan dalam
‫ ﷺ‬bersabda :
‫الإ قاشنتسالا يف غلابو عباصألا نيب للخو ءوضوال غبسأ امئاص نوكت نأ‬ menggunakan air, tidak pula terlalu pelit.

Artinya : “Sempurnakanlah wudu, sela- o. Menghadap kiblat, karena itu adalah arah

selalah jari-jari dan berlebih-lebihanlah yang paling mulia.


p. Tidak bercakap saat berwudu.
q. Membaca doa :
4 |Page
Modul Kajian Fikih Bersama Ustadz H. Fakhry Emil Habib, Lc. Dipl.

‫هلوسرو هدبع ادمحم نأ دهشأو هل كيرش ال هدحو الل الإ هإل الأ دهشأ‬ Artinya : “Atau salah seorang kamu
)234 ‫ملسم( يذم‬ mendatangi tempat buang hajat,” (QS :
‫رتال( ينلعجاو نيرهطتملا نم ينلعجاو نيباوتال نم ينلعجا مهلال‬ an-Nisa ayat 43)
)55
b. Tidur yang nyaman berbaring,
‫كيإل بوتأو كرفغتسأ تنأ الإ هإل الأ دهشأ كدمحبو مهلال كناحبس‬ berdasarkan sabda Nabi ‫ ﷺ‬:
)‫(يئاسنال‬
‫أضوتيلف مان نم‬
4. Makruh-makruh Wudu
Artinya : “Siapa yang tidur hendaklah ia
Ada beberapa hal yang sebaiknya berwudu!” (HR. Abu Daud no. 203)
tidak dilakukan saat berwudu, di antaranya : Namun orang yang tidur sembari duduk,
wudunya tidak batal, berdasarkan hadis
a. Berlebihan menggunakan air
riwayat Imam Muslim (376) tentang para
b. Mendahulukan yang kiri dari pada yang
sahabat yang tertidur saat menunggu
kanan
dilaksanakannya salat.
c. Mengelap air bekas wudu, karena Nabi ‫ﷺ‬
c. Hilang akal karena mabuk, pingsan, sakit
diberi secarik kain untuk mengelap air
maupun gila. Tidur saja membatalkan
wudunya, tetapi beliau tidak menyentuh
wudu, apalagi yang lebih parah dari pada
kain tersebut. (Bukhari 256, Muslim 317)
tidur.
d. Membasuh lebih dari tiga kali, atau
d. Bersentuhan kulit laki-laki dan
kurang dari tiga kali.\
perempuan yang sama-sama besar dan
e. Berlebih-lebihan dalam berkumur dan
bukan mahram tanpa penghalang.1 Dalam
istinsyâq bagi orang yang berpuasa.
artian, jika yang bersentuhan adalah kain
5. Perkara-perkara yang Membatalkan Wudu
pakaian, maka wudu tidak batal,
Jika terjadi satu dari beberapa perkara meskipun hukumnya tetap haram karena
yang disebutkan di bawah ini, maka berpotensi menimbulkan syahwat. Ini
seseorang dianggap berhadas kecil. Yaitu : berdasarkan firman Allah :

a. Keluar sesuatu dari dua jalan, apapun itu ‫ءاسنلا متسمال وأ‬
Artinya : “Atau kamu menyentuh
yang keluar. Berdasarkan firman Allah :
perempuan.” (QS : An-Nisa ayat 43)
‫طئاغال نم مكنم دحأ ءاج وأ‬

1
Bagi orang awam, boleh mengikuti fatwa lain yang bukan dari sumber asal-asalan. Disini, penulis
menyatakan bahwa wudu tidak batal, selama fatwa lain mengedepankan apa yang rajih berdasarkan dalil-dalil
tersebut disandarkan kepada ijtihad ulama yang muktabar, yang penulis kaji.

5 |Page
Suami istri bukanlah mahram. Justru ‫أضوتي ىتح ثدحأ اذإ مكدحأ ةالص الل لبقي ال‬
suami-istri adalah potensi syahwat yang Artinya : “Allah tidak akan menerima
paling besar. Mahram itu disebut salat seorang kamu jika ia berhadas
mahram karena haram dinikahi. hingga ia berwudu,” (HR. Bukhari no.
Catatan : Bagi orang awam, boleh 135, Muslim no. 225)
mengikuti fatwa lain yang menyatakan b. Tawaf mengelilingi ka’bah, karena
bahwa wudu tidak batal ketika hukumnya sama dengan salat. Nabi ‫ﷺ‬
bersabda :
bersentuhan, selama fatwa lain tersebut
‫ هيف نوملكتت مكنأ لاإ ةالصال لثم تيبال لوح فاوطال‬، ‫نمف‬
disandarkan kepada mufti yang ‫ريخب الإ نوملكتي لاف هيف ملكت‬
muktabar, bukan dari sumber asal-asalan. Artinya : “Tawaf sekitar rumah Allah
Disini, penulis mengedepankan apa yang (kakbah) adalah seperti salat. Hanya
rajih berdasarkan dalil-dalil yang penulis saja kalian bisa berbincang-bincang
kaji. Tentu ada ustadz lain yang memiliki padanya. Maka siapa yang berbincang,
pandangan berbeda, dan itu wajar karena janganlah ia berbincang kecuali dengan
ini adalah masalah khilafiyah. hal-hal baik.” (HR. Tirmidzi 960, hakim
e. Menyentuh kemaluan dengan telapak 1/459)
tangan tanpa penghalang. c. Menyentuh mushaf Alquran dan
‫أضوتيلف هركذ سم نم‬ membawanya meskipun tanpa
Artinya : “Siapa yang menyentuh menyentuh secara langsung. Allah ‫ﷺ‬
zakarnya, hendaklah ia berwudu!” berfirman :
6. Pantangan bagi Orang yang Berhadas Kecil ‫نورهطملا الإ هسمي ال‬
Artinya : “Tidak boleh menyentuhnya
Orang yang berhadas, memiliki
(Alquran) kecuali orang-orang yang
beberapa pantangan yang tidak boleh ia
suci!” (QS : al-Waqi’ah ayat 79)
lakukan, karena ia tidak dalam keadaan suci
Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda :
sempurna. Dengan kata lain, perbuatan- ‫رهاط الإ نآرقال سمي ال‬
perbuatan berikut ini harus dilakukan dalam Artinya : “Tidak boleh menyentuh
keadaan suci sempurna, yaitu : Alquran kecuali orang yang suci.” (HR.
Daruquthni 1/459)
a. Salat. Ini didasarkan kepada QS. al-
Namun mushaf yang juga merangkum
Maidah ayat 6 tentang kewajiban wudu
terjemahan ataupun tafsiran, boleh
yang sebelumnya telah disebutkan. Nabi
dipegang walaupun tidak dalam keadaan
‫ ﷺ‬juga bersabda :

6 |Page
.

suci sempurna, karena yang dilarang a. Bahwa khuf itu dikenakan dalam
hanyalah mushaf Alquran yang murni. keadaan suci sempurna. Ini
Bagi orang yang wudunya batal, maka ia berdasarkan hadis dari
boleh saja membaca quran tanpa
menyentuh mushaf. Solusinya adalah, ia
tetap baca Alquran sembari meletakkan
mushaf di atas rehal, dan membalikkan
lembaran mushaf menggunakan sejenis
lidi.

7. Mengusap Khuf

Khuf adalah sejenis pembungkus kaki


yang terbuat dari kulit, menutupi hingga ke
mata kaki.

Pada dasarnya, rukun wudu yang


kelima adalah membasuh kaki. Akan tetapi
bagi orang yang mengenakan khuf,
membasuh kaki itu boleh diganti dengan
mengusap khuf. Ini didasarkan pada
perbedaan cara membaca
(‫ )مكلجرأو‬di dalam QS : al-Maidah ayat 6, serta
hadis yang diriwayatkan oleh Jarir bin
Abdullah , yang melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬buang
air kecil, kemudian berwudu dan mengusap
khuf beliau. (Bukhari no. 1478, Muslim no.
272)

Ada beberapa persyaratan sehingga


membasuh kaki dapat digantikan dengan
sekedar mengusap khuf, yaitu :

7 |Page
.
al-Mughirah bin Syu’bah  yang safar
bersama Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau kemudian
ingin melepas khuf Nabi, namun Nabi
bersabda :
‫نيترهاط امهتلخدأ ينإف امهعد‬
Artinya : “Biarkan saja khuf itu. Sungguh
aku mengenakan keduanya dalam keadaan
keduanya suci,”
b. Bahwa khuf itu menutupi bagian yang
wajib dibasuh saat berwudu (seluruh kaki,
mencakup mata kaki), karena jika tidak,
berarti namanya bukan khuf.
c. Kedap air, kecuali sedikit lubang bekas
jahitan, maka itu dimaafkan.
d. Bahannya kuat, sekira-kira bisa dibawa
berjalan.
e. Terbuat dari bahan yang suci.

Lamanya masa kebolehan memakai khuf


adalah sehari-semalam bagi orang yang mukim,
dan tiga hari – tiga malam bagi orang yang
musafir. Suraij bin Hani` mendatangi Aisyah 
bertanya tentang aturan mengusap
khuf, namun kemudian Aisyah menganjurkan
agar ia mendatangi Ali, karena Ali lebih
mengetahui hal ini dibandingkan dirinya,
karena Ali sering menemani Nabi bersafar ‫ﷺ‬.
Ketika ditanya, Ali menjawab, “Nabi ‫ﷺ‬
memberikan (kebolehan mengusap khuf itu) tiga
hari tiga malam bagi musafir, dan sehari
semalam bagi mukim.” (Muslim no. 276)

8 |Page
Tempo sehari semalam atau tiga hari tidur. Kecuali junub, baru dilepas. (HR.
tiga malam ini dihitung sejak hadas pertama Tirmizi no 96, Nasai no 1/83)
setelah pemakaian, bukan sejak pemakaian.
Misalnya ia mukim, mengenakan khuf pada
pukul 7 pagi, dan baru berhadas pukul 10 8. Perban
pagi. Maka ia boleh mengenakan khuf itu Sebagaimana yang sebelumnya telah
hingga pukul 10 pagi esok hari. Jika ia ingin dijelaskan bahwa hukum asal berwudu adalah
melanjutkan pemakaian khuf, ia mesti membasuh bagian yang harus dibasuh.
melepasnya dulu, mengulang wudu Namun bagaimana dengan orang yang
sempurna, baru kemudian khuf dikenakan menggunakan perban, sehingga ia tidak bisa
kembali. membasuh bagian yang tertutup? Ini

Cara mengusap khuf adalah dengan mencakup perban tulang patah (jabâir) serta

membasahi tangan, lalu diusapkan pada perban luka (‘ashâib).


bagian atas khuf (ini yang wajib). Selanjutnya Seseorang yang mengenakan perban
disunahkan untuk melanjutkan usapan ke karena keperluan medis, jika ia hendak
bagian bawah khuf. berwudu ataupun mandi, harus melaksanakan
Ada beberapa hal yang membatalkan hal-hal berikut :
kebolehan mengusap khuf, yaitu : a. Ia harus tetap membasuh bagian sehat
a. Mencopot salah satu khuf. Jika ia ingin yang bisa dibasuh
pakai kembali, maka ia harus berwudu b. Ia juga membasuh bagian atas perban.
sempurna terlebih dahulu. c. Ia bertayamum, sebagai ganti taharah
b. Habis masa kebolehannya, baik dengan bagi bagian kulit yang tidak terkena air
standar mukim maupun musafir. karena tertutup perban. Tayamum ini

c. Terjadi hadas besar, karena mengusap harus tetap memperhatikan rukun tartib
khuf hanya bisa menggantikan basuhan berwudu. Tayamum juga harus diulang
kaki dalam wudu, bukan pada mandi. untuk setiap salat wajib, penjelasan
Shafwan bin ‘Assal  berkata bahwa selengkapnya ada pada pembahasan
Nabi ‫ ﷺ‬memerintahkan para sahabat tayamum nanti.
apabila safar, untuk mengusap khuf, dan Dalil utama kebolehan ini tentu saja
tidak perlu menanggalkannya karena firman Allah di dalam QS : al-Baqarah ayat
buang air besar, kecil, maupun karena 286. Juga terdapat hadis yang cukup panjang
9|Page
.

dari Jabir , tentang seorang yang kepalanya Namun perlu diperhatikan, bahwa
terluka tertimpa batu dalam perjalanan. Ia salat yang dilakukan dengan cara bersuci
kemudian mimpi basah, dan bertanya kepada seperti ini tidak selamanya dipandang telah
anggota rombongannya, “Adakah kalian menggugurkan kewajiban. Dengan kata lain,
menemukan rukhshah (kemudahan) bagiku ada kalanya salat yang dilakukan mesti
untuk bertayamum?” diulang kembali setelah sehat. Itu bisa
Rombongannya menjawab, “Kami tidak diakibatkan beberapa hal berikut :
menemukan rukhshah bagimu, karena engkau
a. Jika perban dipasang saat pasien tidak
masih bisa menggunakan air.” Ia kemudian
dalam keadaan suci sempurna.
mandi, namun meninggal.
b. Jika perban dipasang pada bagian yang
Berita ini kemudian sampai kepada harus diusap saat tayamum (wajah dan
Rasululullah ‫ﷺ‬, dan beliau bersabda :
tangan).
،‫ةقرخ‬، ‫لاؤسال يعال ءافش امنإف ؟اوملعي مل ذإ اوألس الأ !الل مهلتق هولتق اهيلع حسمي مث‬
c. Jika perban melabihi batas darurat.
‫هحرج ىلع رصعيو مميتي نأ هيفكي ناك امنإ هدسج رئاس لسغيو‬

Artinya : “Mereke telah Jika terjadi hal-hal di atas, maka salat


membunuhnya, Allah pun akan membunuh tetap wajib, dan dilaksanakan demi
mereka. Mengapa mereka tidak bertanya menghormati waktu (‫)تقوال ةمرحل‬. Namun salat
ketika mereka tidak tahu? Hanyasanya obat ini hanya berstatus penghormatan waktu,
kebodohan itu adalah bertanya. Cukup bagi kewajiban asal belum gugur karena syarat
dia sebenarnya bertayamum, kemudian utama salat tidak terpenuhi, yaitu suci.
menaruh secarik kain di atas lukanya. Ia Wallahu a’lam.
kemudian mengusap bagian atas perban
tersebut, dan membasuh bagian tubuhnya
yang lain (yang sehat)” (HR. Abu Daud
no.336)

Berbeda dengan mengusap khuf,


mengusap perban ini tidak memiliki batas
waktu. Orang sakit bisa terus melakukan hal
ini hingga perbannya sudah bisa
ditanggalkan.

10 |Page
Mandi kepada konteksnya. Maka sebab-sebab hadas
besar adalah sebagai berikut :
Mandi adalah perbuatan membasuh
tubuh menggunakan air, disertai niat khusus. a. Keluar mani, baik bagi laki-laki maupun
Tujuannya bisa untuk sekedar kebersihan, bisa perempuan. Yang dimaksud dengan mani
untuk mengangkat hadas, bisa pula untuk adalah cairan yang keluar dari kemaluan
menambah semangat. pada puncak syahwat.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (278)
Allah  berfirman :
dan Muslim (313), bahwa Ummu Sulaim
‫نيرهطتملا بحيو نيباوتال بحي الل نإ‬  mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬dan berkata, “Wahai
Artinya : “Sesungguhnya Allah Rasulullah! Sungguh Allah tidak malu
mencintai orang-orang yang bertaubat dan terhadap kebenaran. Maka apakah
mencintai orang-orang yang bersuci.” (QS : al- perempuan harus mandi jika ia mimpi
Baqarah ayat 222) (basah)?”. Lalu Nabi ‫ ﷺ‬menjawab :
‫ءامال تأر اذإ معن‬
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda dari Abu Hurairah  :
Artinya : “Ya, jika ia melihat air (mani)”
‫اموي مايأ ةعبس لك يف لستغي نأ ملسم لك ىلع قح‬، ‫لسغي‬
Dalam riwayat Abu Daud (236) dan
‫هدسجو هسأر هيف‬
lainnya, dari Aisyah  berkata bahwa
Artinya : “Kewajiban atas setiap muslim,
Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah ditanya tentang laki-
mandi satu hari pada setiap tujuh hari. Ia
laki yang melihat kebasahan (air mani)
membasuh kepala dan badannya,” (HR. Bukhari
namun tidak ingat dia mengalami mimpi.
no. 85, Muslim no. 849)
Nabi kemudian menyatakan dia harus
1. Perkara-perkara yang Mewajibkan Mandi mandi. Ada pula lelaki lain yang ingat
mengalami mimpi namun tidak
Perkara yang mewajibkan mandi,
mendapati air mani, maka Nabi
disebut juga dengan penyebab hadas besar,
menjawab bahwa ia tidak perlu mandi.
atau penyebab junub. Junub sendiri pada
Ummu Sulaim juga bertanya tentang
dasarnya memiliki makna jauh, selanjutnya
wanita yang melihat air mani, maka Nabi
digunakan untuk melambangkan hubungan
menjawab bahwa ia perlu mandi, karena
badan serta keluar mani, selanjutnya
wanita adalah saudara laki-laki.
diperlebar maknanya menjadi hadas besar.
Dengan kata lain, makna junub ini b. Berhubungan badan, meskipun tanpa
keluar mani. Diriwayatkan oleh Imam
bergantung

11 |Page
Bukhari (287) dan Muslim (348), dari Artinya : “Dan janganlah kamu dekati
Abu Hurairah , bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda
mereka (istri-istri kamu) sampai mereka
:
suci.” (QS : al-Baqarah ayat 222)
‫لسغال هيلع بجو دقف اهدهج مث عبرألا اهبعش نيب سلج اذإ لزني مل نإو‬
Artinya : “Apabila ia (laki-laki) telah Jika darah yang keluar tidak memenuhi

duduk di atas keempat persendiannya standar haid, berarti wanita tersebut

(perempuan), kemudian dia hanya mengalami hadas kecil. Dalam hal

menggagahinya, maka sudah wajib ini, ia setiap hendak salat dia cukup

mandi meskipun dia tidak ejakulasi.” bersuci sebagaimana orang yang dâim al-

Dari riwayat Imam Muslim (349), bahwa hadats bersuci, berdasarkan hadis dari

Aisyah  berkata, “Dan ketika khitan Fatimah binti Hubaisy  terkait jawaban

menyentuh khitan, mandi menjadi Nabi ‫ ﷺ‬baginya :


‫قأ اذإف يلصو مدال كنع‬F ‫يلسغاف تربدأ اذإو ةالصال يعدف ةضيحال تلب‬
wajib,”
Artinya : “Maka apabila kamu
Keluar mani menyebabkan wajib mandi,
baik bagi laki-laki maupun perempuan. mengalami haid, tinggalkanlah salat.

Terkait orang yang melakukan hubungan Apabila (durasi) haid telah berlalu

badan yang haram, seperti menggauli (namun darah masih keluar), maka

istri dari dubur, berhubungan sesama basuhlah darah tersebut, kemudian

jenis ataupun berhubungan dengan salat.” (HR. Bukhari no. 226, Muslim

hewan, maka ia juga wajib mandi. no.

Hubungan yang halal saja 333)

menyebabkan junub, apalagi yang d. Melahirkan, ini karena anak yang keluar

haram. itu sebenarnya adalah air mani, namun

c. Haid, yaitu darah natural yang keluar wujudnya telah berubah. Maka

dari pangkal rahim perempuan pada hari- hukumnya sama dengan hukum keluar

hari tertentu dalam kondisi sehat. Haid mani, sama-sama menyebabkan hadas

adalah salah satu penyebab hadas besar.

besar, sehingga harus disucikan e. Nifas, yaitu darah yang keluar dari rahim

berdasarkan firman Allah : perempuan, setelah rahimnya kosong,

‫نرهطي ىتح نهوبرقت الو‬ baik karena melahirkan, maupun


keguguran. Durasi minimalnya tidak ada
(boleh jadi perempuan melahirkan dan
tidak ada darah nifas yang keluar,
12 |Page
.

sehingga ia tetap wajib melaksaanakan d. Berdiam diri di masjid. Sedangkan


salat), durasi maksimalnya 60 hari, sekedar lewat di masjid, tanpa berdiam
sedangkan kebanyakan wanita diri, maka hal ini diperbolehkan,
mengalami nifas selama 40 hari. Ulama berdasarkan firman Allah :
telah berijmak, bahwa konsekuensi ‫ليبس يرباع الإ ابنج الو‬
hukum nifas sama dengan haid. Artinya : “Dan tidak boleh pula dalam
f. Meninggal. Untuk sebab ini, yang keadaan junub (mendekati tempat salat)
memandikan adalah orang lain. Nabi ‫ﷺ‬ kecuali hanya sekedar lewat.”
bersabda terkait seorang lelaki yang Nabi ‫ ﷺ‬juga bersabda :
terjatuh dari tunggangannya kemudian ‫بنج الو ضئاحل دجسمال لحأ ال‬

terinjak saat ia berihram : Artinya : “Aku tidak menghalalkan

‫ردسو ءامب هولسغا‬ masjid bagi wanita haid dan tidak pula
Artinya : “Mandikanlah ia dengan air bagi orang junub,” (HR. Abu Daud no.
dan sidr (ziziphus spina-christi).” (HR. 232)
Bukhari no. 1208, Muslim no. 1206) Sekedar lewat di masjid juga
diperbolehkan berdasarkan sabda Nabi ‫ﷺ‬
2. Pantangan Bagi Orang yang Berhadas Besar
kepada Aisyah  ketika Aisyah
Yang dimaksud dengan berhadas mempertanyakan bagaimana mungkin ia
besar di dalam pembahasan ini mencakup
bisa mengambil tikar Nabi yang berada
hubungan badan, keluar mani, setelah
di
melahirkan, setelah haid dan setelah nifas.
dalam masjid, sedangkan ia sedang
Larangan bagi wanit yang sedang haid dan dalam
sedang nifas akan diberikan setelahnya. keadaan haid :
‫كدي يف تسيل كتضيح نإ‬
Pantangan bagi orang yang berhadas besar
Artinya : “Sungguh (darah) haid engkau
adalah sebagai berikut :
itu tidak di tangan engkau.” (HR.
a. Salat Muslim no. 298)
b. Tawaf Maka dari sini dapat dipahami, bahwa
c. Menyentuh dan membawa mushaf. Tiga wanita haid boleh sekedar lewat di
hal ini dilarang bagi orang yang berhadas masjid selama darahnya aman
besar, berdasarkan dalil-dalil yang tersembunyi. Jika ditakutkan darahnya
sebelumnya telah dijelaskan di dalam keluar, maka jangankan berdiam diri,
pembahasan pantangan hadas kecil. sekedar lewat pun haram ia lakukan

13 |Page
.
karena ditakutkan akan mengotori masjid.
Perlu ditegaskan

14 |Page
kembali, berdiam diri di masjid lain yang dapat membuat kesucian
hukumnya haram mutlak bagi wanita masjid menjadi ternoda.
haid maupun orang yang junub. g. Puasa, meskipun ia mampu secara fisik,
e. Membaca Alquran, berdasarkan sabda berdasarkan sabda Nabi ‫ ﷺ‬ketika ditanya
Nabi ‫ ﷺ‬: maksud dari kurangnya agama wanita :
‫ئاحال أرقت ال‬F‫آرقال نم ائيش بنجال الو ض‬F ‫ ن‬Artinya : ‫ ؟مصت ملو لصت مل تضاح اذإ سيأل‬Artinya :
“Tidak boleh orang haid dan tidak pula “Bukankah wanita itu bila ia haid, ia
junub membaca sesuatupun tidak salat dan tidak puasa?”
dari Alquran.” (HR. Tirmidzi no. 131) (HR. Bukhari no. 298 dan Muslim no.
Catatan : Diperbolehkan bagi orang yang 80) Ulama juga telah berijmak terkait
junub membaca Alquran jika niatnya larangan puasa bagi wanita haid, juga
bukan untuk tilawah. Maka ia boleh nifas karena hukumnya mengikuti haid.
membaca semisal ayat kursi dengan niat h. Berhubungan badan, berdasarkan firman
zikir, akhir surat al-Baqarah dengan niat Allah di QS. al-Baqarah ayat 222 yang
doa, ayat-ayat ruqyah dengan niat sebelumnya telah dijelaskan. Juga
memohon kesembuhan (istisyfâ`) terdapat banyak hadis yang mendukung.
ataupun ayat-ayat perintah dan larangan i. Talak, hal ini haram dilakukan oleh
dengan niat memberi peringatan (tanbîh). suami, berdasarkan firman Allah :
‫اوصحأو نهتدعل نهوقلطف ءاسنال متقلط اذإ يبنال اهيأ اي‬
Bagi wanita haid dan nifas, ada
‫ةدعلا‬
beberapa tambahan larangan, yaitu :
Artinya : “Wahai Nabi, apabila kamu
f. Lewat di masjid jika ia takut akan ceraikan para wanita, maka ceraikanlah
mengotori masjid, semisal darahnya mereka (dengan menimbang) iddah
banyak dan pembalutnya tidak mereka, dan hitunglah iddah tersebut.”
mencukupi. Ini berdasarkan hadis yang (QS. At-Thalaq ayat 1)
sebelumnya telah dijelaskan. Nabi ‫ ﷺ‬juga memerintahkan Ibn Umar 
Menjaga kebersihan masjid dari najis ini untuk merujuk istrinya, karena talak
sangat penting, sehingga larangan ini tersebut dijatuhkan saat istrinya haid.
juga berlaku bagi orang tua ataupun Perlu digarisbawahi, meskipun haram,
anak-anak yang tidak bisa diberikan talaknya tetap sah dan jatuh.
pengertian tentang kesucian. Takutnya j. Bersuci dengan niat mengangkat hadas,
nanti mereka malah buang air atau karena hadasnya tidak akan terangkat
melakukan tindakan
15 |Page
selama durasi haid dan nifas. Terus Kemudian beliau pun menyiramkan air
melakukan ibadah yang jelas-jelas tidak tersebut ke seluruh tubuh beliau.
sah, seolah bermain-main dengan ibadah. Rukun kedua ini dapat terlaksana
Maka hukumnya haram. walaupun seseorang menceburkan dirinya
Namun jika wudu ataupun mandi ke dalam kolam ataupun sungai, asal
dilakukan tanpa niat mengangkat hadas, diiringi dengan niat.
misalnya sekedar untuk menghilangkan 4. Sunah-sunah Mandi
kantuk dan membersihkan badan, maka
Yang sebelumnya disebutkan terkait
hukumnya boleh.
rukun mandi, merupakan cara minimal. Agar
Ini adalah perkara yang menjadi ibadah mandi besar ini menjadi afdal, maka
pantangan bagi orang yang berhadas besar. Agar ada beberapa sunah yang bisa dilaksanakan,
ia bisa kembali melakukan hal-hal tersebut, yang ada beberapa kemiripan dengan sunah
maka ia harus menyingkirkan terlebih dahulu wudu sebelumnya. Di antaranya :
hadas besarnya, dengan mandi. Mandi inilah
a. Membasuh tangan sebelum
yang kemudian disebut dengan mandi junub atau
mencidukkannya ke tempat penampungan
mandi besar.
air.
3. Rukun Mandi b. Beristinja sebelum mandi, dilanjutkan
a. Niat di dalam hati. Jika ia kemudian dengan membersihkan kemaluan serta
melafazkan niatnya dengan lisan, maka lipatan-lipatan badan.
itu lebih baik, karena melafazkan niat itu c. Berwudu sebelum mandi. Seandainya
membantu rukun niat di dalam hati orang yang mandi ini memegang
sehingga ia tidak dijebak waswas. kemaluannya saat mandi, maka wudunya
Dalilnya sama dengan dalil wajibnya niat batal. Makanya, kemaluan dibersihkan
dalam berwudu. langsung pada saat istinja, sehingga saat
b. Menyampaikan air ke seluruh tubuh, ini mandi, tinggal menyiramkan air saja ke
berdasarkan perbuatan Nabi ‫ ﷺ‬yang
bagian kemaluan, tanpa menyentuhnya,
diriwayatkan oleh Imam Bukhari (253)
berdasarkan riwayat Imam Bukhari (246),
dari Jabir , bahwa Nabi ‫ ﷺ‬mengambil air
dari hadis Maimunah .
sebanyak 3 kali cidukan dan
menyiramkannya ke kepala beliau. d. Mengeraikan rambutnya dengan tangan
yang telah dibasahi dengan air, kemudian
dibasuh.
16 |Page
e. Mendahulukan yang kanan dari pada yang Tayammum
kiri, berdasarkan perbuatan Nabi ‫( ﷺ‬HR.
Muslim no. 316) Tayamum merupakan sebuah tindakan

Mendahulukan yang kanan untuk setiap mengusapkan debu ke wajah dan tangan dengan
perbuatan baik merupakan sunah Nabi ‫ﷺ‬ cara dan niat khusus. Hal ini dilakukan karena
yang bersifat umum. Aisyah  tidak selamanya manusia mampu menggunakan
meriwayatkan bahwa Nabi ‫ ﷺ‬menyukai air untuk bersuci. Dengan kata lain, tayammum
tayammun (mendahulukan yang kanan) merupakan perbuatan bersuci yang dilakukan
saat memakai sandal, mengeraikan saat darurat, sehingga kedaruratan tersebut harus
rambut, bersuci serta seluruh kegiatan jelas ada, barulah tayamum boleh dilaksanakan,
beliau. dan gugurlah kewajiban.
f. Menggosok bagian yang dibasuh. Ini juga
Dalil pensyariatan terdapat pada Alquran
bertujuan untuk memperkecil perbedaan
dan hadis. Allah  berfirman :
dengan Mazhab Maliki yang mewajibkan
gosokan pada setiap basuhan. ‫طئاغال نم مكنم دحأ ءاج وأ رفس ىلع وأ ىضرم متنك نإو‬
‫مكهوجوب اوحسماف ابيط اديعص اومميتف ءام اودجت ملف ءاسنال متسمال وأ هنم مكيديأو‬
g. Membasuh sebanyak tiga kali,
sebagaimana juga disunahkan dalam Artinya :”Dan apabila kamu sakit atau

berwudu. dalam perjalanan, atau salah satu kamu datang


dari tempat buang air, atau kamu menyentuh
h. Berdoa setelah mandi, sama dengan doa
setelah berwudu. perempuan, maka jika kamu tidak menemukan
air, bertayamumlah dengan debu yang baik,
Masih banyak sebenarnya sunah yang
maka usaplah wajah dan tanganmu dari debu
lain, namun ini yang barangkali bisa penulis
itu.” (QS : al-Maidah ayat 6)
sajikan dalam tulisan ini, mengingat
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga bersabda :
panjangnya jika semua disajikan.
‫دجن مل اذإ اروهط انل اهتبرت تلعجو ادجسم اهلك ضرلأا انل تلعجو ءامال‬
Terkait hal yang makruh dilakukan
Artinya : “Dan dijadikan bagi kita bumi
saat mandi, maka ia sama saja dengan hal
itu seluruhnya sebagai masjid (tempat sujud),
makruh dilakukan saat berwudu, dari
dan dijadikan tanahnya bagi kita sebagai alat
berlebih-lebihan menggunakan air, berlebih-
lebihan dalam membasuh, ditambah dengan
mandi di dalam air sedikit yang tergenang,
seperti di dalam bak yang tidak mencapai dua
kulah.
17 |Page
bersuci jika kita tidak menemukan air.” (HR. adalah jarak, yang sekira-kira
Muslim no. 522) ditempuh, maka waktu

1. Alasan Tayammum

Seseorang diperbolehkan untuk


bertayamum karena kondisi darurat. Dengan
kata lain, tanpa kondisi darurat, salat yang
dilakukan dengan tayamum mesti diganti
kembali. Dan kondisi yang membolehkan
pelaksanaan tayamum adalah sebagai berikut
:

a. Tidak menemukan air, meskipun ia


memiliki persediaan air yang ia
alokasikan untuk minum. Ini berdasarkan
QS : al-Maidah ayat 6 yang sebelumnya
telah dituliskan. Ketiadaan air ini harus
dibuktikan terlebih dahulu dengan
melakukan pencarian air sebatas tempat
yang mungkin untuk dijangkau. Jika ada
air, namun harus dibeli, maka ia harus
membeli air tersebut jika air dijual
dengan harga yang wajar dan dia mampu
membelinya. Jika tidak, barulah ia boleh
bertayammum. Salat yang ia lakukan
dengan sebab ini tidak perlu diganti.
b. Air ada, namun jaraknya jauh. Ini karena
Allah tidak membebani seseorang
melainkan dalam batas kemampuannya.
Masalahnya disini, berapa jarak dekat
dan jauh yang menjadi standar
kemampuan kita mencari air? Standarnya

18 |Page
salat tidak habis. Yang kita jadikan standar
disini adalah standar waktu salat yang paling
pendek, yaitu subuh dan magrib, kurang lebih
satu jam. Standar perjalanan yang kita rujuk
juga adalah perjalanan yang paling minimal,
yaitu berjalan kaki. Jarak berjalan kaki
selama satu jam itu adalah sekitar 2,5-3km.
Dengan kata lain, seseorang yang tinggal di
Lubuk Basung misalkan, tidak harus pergi ke
laut ataupun ke Danau Maninjau untuk
mencari air karena jaraknya telah lebih dari
2,5km. Salat yang ia lakukan dengan keadaan
ini juga tidak perlu diganti.
c. Air ada, namun tidak bisa digunakan, semisal
karena air itu dijaga oleh orang jahat, ataupun
ada hewan buas disana. Ini juga bisa terjadi
jika orang yang hendak bersuci itu memiliki
penyakit yang menghalanginya untuk
menggunakan air. Dalam keadaan seperti ini,
diperbolehkan bertayamum berdasarkan hadis
tentang orang yang kepalanya terluka, yang
sebelumnya telah dibahas dalam pembahasan
perban. Orang yang melakukan salat dengan
keadaan ini tidak perlu mengulang kembali
salatnya.
d. Sangat dingin, sehingga orang yang
hendak bersuci takut akan tertimpa penyakit
jika ia tetap menggunakan air. Ia juga
tidak memiliki alat untuk

19 |Page
menghangatkan air tersebut. Hal ini juga c. Menggunakan debu tanah yang suci, yang
ditaqrir oleh Nabi ‫ ﷺ‬dalam riwayat Abu
tidak bercampur dengan tepung ataupun
Daud, al-Hakim dan Ibn Hibban. Akan
kapur. Ini berdasarkan dalil-dalil yang
tetapi orang yang bertayammum karena
sebelumnya telah dijelaskan, bahwa yang
alasan ini, harus mengulang (qadhâ)
dijadikan alat bersuci untuk umat Nabi
kembali salatnya saat ia sudah mampu
Muhammad ‫ ﷺ‬adalah tanah bumi. Dan
bersuci sempurna, karena hakikatnya ini
untuk bersuci, tentu alatnya juga suci. Jika
bukanlah keadaan darurat.
ia bercampur dengan bubuk lain, semisal
2. Syarat Pelaksanaan Tayamum
kapur ataupun kopi, tentu ia sudah tidak
Tayamum baru akan dianggap sah jika
bisa lagi disebut debu tanah.
syarat-syaratnya terpenuhi, yaitu :
d. Orang yang bertayammum harus
a. Masuknya waktu salat, sebab sebelum
menyingkirkan seluruh najis terlebih
waktu salat masuk, berarti kedaruratan
dahulu. Ini karena tayammum hanya bisa
belum ada. Berdasarkan hadis yang
menggantikan wudu dan mandi.
diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2/222) :
Sedangkan istinja dan izâlah tetap harus
‫تيلصو تحسمت ةالصال ينتكردأ امنيأ‬
dilaksanakan sesuai dengan aturannya.
Artinya : “Dimana salat wajib bagiku,
e. Ia harus mencari kiblat sebelum
maka aku pun mengusap (tayammum)
bertayamum, agar tidak ada jeda antara
kemudian aku salat.”
perbuatan tayammum dengan pelaksanaan
b. Mencari air terlebih dahulu saat waktu
salat.
salat telah masuk. Ini karena redaksi ayat
3. Rukun Tayammum
tayammum, “maka jika kamu tidak
a. Niat di dalam hati, jika dilafazkan, itu
menemukan air”. Tidak menemukan air
lebih baik karena membantu hati agar
itu baru dianggap sah, jika telah dilakukan
fokus dan tidak terjebak waswas. Yang
pencarian sebelumnya. Apakah seseorang
diniatkan saat tayamum adalah tayamum
harus mengulang kembali pencarian air
untuk ibadah, bukan untuk mengangkat
setiap waktu salat masuk? Tidak, jika
hadas, karena hakikatnya tayamum tidak
berdasarkan pencarian pertama ia yakin
bisa mengangkat hadas.
bahwa air memang tidak ada. Namun jika
b. Mengambil debu, kemudian mengusap
ia menemukan tanda-tanda baru adanya
wajah.
air, semisal bunyi gemericik hujan ataupun
c. Mengambil debu, kemudian mengusap
bayangan hujan, maka ia mesti mencari
tangan hingga siku. Berdasarkan QS. al-
air.
20 |Page
Maidah ayat 6. Debu untuk wajah dan Ternyata ia sedang junub dan ia tidak
tangan mesti berbeda, berdasarkan riwayat mendapati air. Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬bersabda

Abu Daud (318) dari Ammar bin Yasir . :


‫إف ديعصلاب كيلع‬F F‫ كيفكي هن‬Artinya
d. Tertib.
: “Hendaklah kamu menggunakan debu
4. Sunah-sunah Tayamum
(tayammum), maka sungguh debu itu
a. Seluruh sunah wudu yang bisa dilakukan,
sudah mencukupimu!”
kecuali mengusap sebanyak tiga kali, yang
6. Pembatal Tayammum
malah makruh hukumnya dalam
a. Segala perkara yang membatalkan wudu.
tayammum.
b. Adanya air, karena debu hanyalah
b. Memisahkan jari saat mengambil debu.
pengganti, yang fungsinya batal secara
c. Mengibaskan debu sehingga yang
otomatis saat ditemukan alat bersuci dasar.
digunakan dalam mengusap tidak terlalu
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
tebal.
‫ملسملا روهط بيطال ديعصال نإ ريخ كلذ نإف‬، ‫رشع ءامال دجي مل نإو‬
5. Hal Penting Terkait Tayammum ‫نينس‬، ‫هترشب هسميلف ءامال دجو اذإف‬،
a. Tayammum harus diulang setiap hendak Artinya : “Sesungguhnya debu yang baik
melakukan ibadah wajib. Berbeda dengan itu merupakan alat bersuci bagi seorang
wudu yang tak perlu diulang selama tidak muslim, meskipun ia tidak menemukan air
batal. Ini karena tayamum tidak selama 10 tahun. Maka jika ia menemukan
mengangkat hadas, ia hanya berfungsi air, maka hendaklah ia gunakan air itu
sebagai jalan agar ibadah yang tadinya untuk membasuh kulitnya. Itu adalah lebih
haram dilakukan saat berhadas menjadi baik.”
halal. Ibnu Umar  berkata : Jika seseorang baru menemukan air
‫ثدحي مل نإو ةالص لكل مميتي‬
setelah ia melaksanakan salat, maka salat
Artinya : “Seseorang mesti bertayamum
yang telah ia laksanakan itu sah, tidak
untuk setiap salat, meskipun ia tidak
perlu diganti. Jika ia menemukan air
berhadas.” (HR. Baihaqi 1/221)
ketika sedang salat (misalnya turun hujan),
b. Tayammum juga bisa menggantikan
maka salatnya juga sah, namun lebih baik
mandi wajib, bukan hanya wudu. Ini
jika ia batalkan dan laksanakan dengan
berdasarkan QS. al-Maidah ayat 6, dan
wudu sempurna.
juga hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari
c. Muncul kemampuan untuk menggunakan
(341) dan Muslim (682) tentang seorang
air, bagi orang yang sakit.
lelaki yang menyendiri saat
pelaksanaan salat.
21 |Page

Anda mungkin juga menyukai