Anda di halaman 1dari 18

BUKU

PANDUAN
WUDHU DAN
TAYAMUM

Disusun Oleh:
Nama : Reni Mayasari
NPM : 2101011080
Kelas : B

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO


1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas berkat dan
rahmat-Nyalah kita senantiasa diberi kesehatan dan berkah yang tak terhingga.
Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada keharibaan junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan kita umat beliau
hingga akhir zaman.
Buku panduan ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah. Saya harap dengan
selesainya tugas ini dapat memudahkan kita semua untuk lebih memahami tentang
“Tata Cara Wudhu dan Tayamum” dengan benar. Saya juga menyadari dalam
pembuatan buku panduan ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi. Oleh karena itu kepada para
pembaca, saya sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna kesempurnaan buku panduan ini dan perbaikan dalam berbagai hal untuk
kedepannya.

Metro, 15 Oktober 2021


Penyusun

Reni Mayasari
NPM. 2101011080

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................... 1
BAB II TATA CARA WUDHU DAN TAYAMUM
A. Wudhu................................................................................................... 2
B. Tayamum.............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Islam sebagai agama sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk selalu
menjaga kebersihan baik kebersihan dirinya maupun kebersihan sekitarnya. Juga
menjaga kebersihan lahir maupun kebersihan batin. Menjaga kebersihan lahir/
luar dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi untuk membersihkan batin
dari hadas hanya dapat dilakukan sesuai dengan apa yang telah digariskan Tuhan
melalui Nabi-Nya.
Ketika seseorang hendak berhubungan dengan Tuhannya harus dalam
keadaan bersih baik bersih lahirnya dari segala macam najis maupun bersih batin
atau jiwanya dari hadas baik hadas yang besar maupun hadas kecil.
Menghilangkan hadas besar adalah dengan cara mandi, sedangkan untuk
menghilangkan hadas kecil adalah dengan berwudhu atau tayamum. Kesemuanya
telah diatur tentang tatacara pelaksanaannya, syarat rukunnya, maupun segala hal
yang berkaitan dengannya.
Jika berhadas besar maka mandilah dengan menggunakan air. Dan jika
dalam keadaan sakit, berpergian, atau berhadats kecil atau menggauli perempuan
dan tidak menemukan air maka bertayamumlah dengan menggunakan debu yang
suci. Kemudian usaplah kedua wajah kalian dan kedua tangan kalian sampai ke
siku-siku dengan menggunakan debu suci itu. Allah SWT tidak menghendaki atas
kalian kesulitan dalam menjalankan hukum-hukum agama Islam. Akan tetapi,
Allah menghendaki kesucian kalian dari dosa-dosa, dari penyakit-penyakit dan
Allah menyempurnakan nikmat pada kalian dengan penjelasan syariat Islam
supaya kalian bersyukur kepada-Nya atas nikmat-Nya dan memuji-Nya.

1
BAB II
TATA CARA WUDHU DAN TAYAMUM

A. Wudhu
Wudhu adalah salah satu cara untuk menghilangkan hadas kecil.
Wudhu dilakukan apabila hendak melaksanakan salat ataupun ibadah-ibadah
lain yang mana dalam ibadah tersebut diperlukan suci dari hadas kecil.
Wudhu adalah membersihkan anggota tertentu, atau pekerjaan tertentu yang
diawali dengan niat, yaitu membasuh muka, tangan, dan kaki serta mengusap
kepala.
1. Rukun Wudhu
Adapun yang menjadi rukun dari wudlu adalah sebagai berikut:
a. Niat.
Niat secara bahasa adalah menyengaja (al-qasdu), sedangkan niat
menurut syara’adalah menyengaja melakukan suatu hal atau suatu
pekerjaan dibarengi dengan melakukan pekerjaan tersebut. Orang yang
berwudlu dengan melakukan pekerjaan berwudlu dibarengi dengan niat
dalam hatinya. Dalam hatinya niat menghilangkan hadas kecil karena
Allah SWT.
b. Membasuh muka
Rukun kedua dari rukun wudlu membasuh muka, maksudnya adalah
membasahi muka atau mengalirkan air ke muka. Dalam membasuh muka
maka seluruh bagian muka harus yakin terbasuh, yaitu mulai dari tempat
tumbuhnya rambut sampai dagu, dan dari telinga kanan sampai telinga
kiri. Sebab jika ada bagian muka yang tidak terbasuh maka wudlunya
tidak sah, oleh karena itulah ulama menganjurkan melebihkan dari batas
muka tersebut.
c. Membasuh tangan sampai siku
Rukun wudlu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan sampai siku,
dalam membasuh ini disyaratkan adanya air mengalir tidak hanya
membuat tangan basah oleh air.

2
d. Membasuh kepala
Membasuh kepala adalah rukun selanjutnya. Dalam membasuh kepala
tidak disyaratkan seluruh bagian kepala terbasahi, akan tetapi cukup
membasuh sebagian saja. Juga diperbolehkan membasahi rambutnya saja
walaupun Cuma satu rambut. Jika yang dibasuh tersebut hanya
rambutnya saja maka adanya rambut yang dibasahi tidak keluar dari
batas kepala.
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Mengurutkan basuhan/rukun sesuai urutan rukun diatas
Dalam mengerjakan wudhu haruslah melakukan rukun sesuai urutan
rukun diatas, jadi setelah membasuh muka secara betul barulah membasuh
tangan, lalu setelah membasuh kepala, demikian selanjutnya sampai kaki.

2. Syarat Wudhu
Syarat wudhu diantaranya adalah:
a. Islam
b. Tamyiz, yaitu dapat membedakan mana yang baik dan buruk. 
c. Tidak berhadas besar. 
d. Berwudhu dengan air suci lagi mensucikan. 
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air sampai ke anggota
wudhu seperti cat, atau yang sebagainya.
f. Mengetahui mana yang wajib (fardhu) dan mana yang sunnah. 

3. Sunnah Wudhu
Sunnah wudhu diantaranya:
a. Membaca basmalah saat awal berwudhu.
b. Mmebasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan. 
c. berkumur-kumur.
d. Membasuh lubang hidung sebelum berniat. 
e. Menyapi seluruh kepala dengan air.
f. Medahulukan anggota tubuh kanan dari pada kiri. 
g. Menyapu kedua telinga luar dan dalam. 

3
h. Membasuh sebanyak tiga kali. 
i. Membersihkan sela-sela jari tangan dan kaki. 
j. Membaca doa sesudah wudhu.

4. Hal-hal yang membatalkan wudhu


1. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur, seperti air seni, tinja, mani, dan
kentut. 
2. Hilang akal dan perasaan seperti pingsan, mabuk, gila, tidur nyenyak,
atau pengaruh obat bius baik banyak maupun sedikit. 
3. Murtad. 
4. Junub. 
5. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan dan hari-jari, tanpa
menggunakan pembatas (dengan syahwat).

5. Tata Cara Wudhu


Sebelum berwudhu, harus sudah membersihkan seluruh najis yang
menempel pada badan jika
memang ada najis. 

a. Membaca Basmalah

Bismillahirarahmanirrahim

Sambil mencuci kedua tangan


hingga pergelangan hingga
bersih.

4
b. Kemudian berkumur-kumur
sebanyak tiga kali sambil
membersihkan gigi.

c. Mencuci lubang hidung


sebanyak tiga kali

d. Mencuci muka sebanyak tiga kali.


Mulailah dari tempat tumbuhnya
rambut, kepala hingga bawah dagu,
dan dari telinga kanan ke kiri,
sambil membaca doa niat berwudhu.

5
Bacaan niat wudhu

Nawaitul wudhuu-a liraf'll hadatsil ashghari fardhal lilaahi ta'aalaa


Artinya: "Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu karena
Allah".

e. Mencuci kedua tangan


hingga siku sebanyak tiga
kali. 

f. Menyapu sebagian rambut kepala


sebanyak tiga kali. 

6
g. Membersihkan telinga
dengan menyapu
keduanya sebanyak tiga
kali.

h. Langkah berwudhu yang terakhir


adalah mencuci kaki hingga mata kaki
sebanyak tiga kali. 

Tata cara berwudhu di atas wajib dikerjakan secara berurutan, artinya


yang harus dahulu didahulukan dan yang harus akhir diakhirkan.  Selesai
berwudhu disunnahkan untuk membaca doa sambil mengkadap kiblat dan
mengangkat kedua tangan.  Doa setelah wudhu yang sunnah dibaca adalah:

Asy-hadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu wa asyhadu anna
muhammadan 'abduhu warasuuluhu. Allahumaj'alnii minattawwaabiina,
waj'alnii minal mutathahhiriina waj'alnii min 'ibadikash shaalihiina

7
Artinya: "Aku bersaksi tiada Tuhan selainkan Allah dan tidak ada yang
menyekutukan bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi MUhammad adalah
HambaNya dan UtusanNya. Ya Allah jadikanlah aku orang yang ahli taubat,
dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orang-
orang yang shaleh."

8
B. Tayamum
Tayammum merupakan salah satu cara untuk bersuci yang sifatnya
adalah naluri dalam artian adanya tayammum adalah apabila bersuci
dengan menggunakan atau alat bersuci yang utama yaitu air tidak ada atau
tidak bisa karena adanya halangan maka bersucinya dengan cara tayammum.
Tayammum menurut bahasa adalah “menuju”, sedang menurut istilah ahli
fiqh Tayammum adalah menyampaikan atau mengusapkan debu yang suci ke
muka dan kedua tangan sebagai ganti dari wudlu atau mandi atau pengganti
membasuh anggauta dengan syarat-syarat husus.
1. Syarat-Syarat Tayamum
Syarat dari adanya tayamum itu ada lima macam, yaitu:
a. Adanya Uzur sebab bepergian atau karena sakit.
Syarat dari diperbolehkannya tayamum adalah adanya uzur atau halangan
yang menyebabkan tidak bisa menggunakan air. Halangan sakit yang
menyebabkan diperbolekannya tayamum tentunya harus berdasarkan
rekomendasi dari dokter yang ahli dimana jika dia menggunakan air akan
menyebabkan kematian atau menyebabkan bertambah parah penyakitnya.
b. Sudah masuk waktu salat.
Tayamum sebagai alat bersuci pengganti tidak setiap waktu dan setiap
saat dilakukan. Jika adanya tayamum dilakukan untuk salat maka adanya
tayamum dilakukan setelah masuk waktu, jadi seumpama tayamum
dilakukan karena mau salat zuhur tentulah tayamum tersebut dilakukan
setelah masuk waktu zuhur. Tayamum tidak boleh dilakukan sebelum
masuk waktu zuhur jika untuk salat zuhur.
c. Setelah mencari Air.
Apabila adanya tayamum itu bukan karena suatu penyakit akan tetapi
karena tidak ada air, maka tayamum bisa dilakukan jika setelah
mencari air kearah barat, timur, utara, dan selatan.
d. Adanya Uzur/halangan menggunakan Air.
Apabila adanya tayamum dilakukan karena adanya suatu penyakit yang
menyebabkan tidak menggunakan air maka ketika tayamum harus
dipastikan halangan atau penyakit yang membolehkan dia tayamum itu

9
masih ada, misalnya pada pagi hari menurut dokter tidak boleh terkena air
penyakitnya, maka ketika dia tayamum hendak salat zuhur harus yakin
bahwa penyakit yang menghalanginya memakai air tersebut masih ada.
e. Debu yang Suci.
Debu yang digunakan untuk tayamum harus debu yang suci, kering dan
belum pernah dipakai untuk bersuci dan tidak bercampurnajis.

2. Fardu Tayamum
Fardunya tayamum ada 4, yaitu:
a. Niat
b. Mengusap muka
c. Mengusap kedua tangan
d. Tartib

3. Sunnah Tayamum
Sunnah dari Tayamum ada 3, yaitu:
a. Membaca basmalah
b. Mendahulukan anggota kanan
c. Berturut-turut

4. Tata Cara Tayamum


a. Siapkan tanah berdebu atau debu
yang bersih.
Ulama memperbolehkan
menggunakan debu yang berada
di tembok, kaca, atau tempat lain
yang dirasa bersih;

10
b. Disunnahkan menghadap
kiblat, lalu letakkan kedua
telapak tangan pada debu,
dengan posisi jari-jari kedua
telapak tangan dirapatkan.
Dalam keadaan tangan masih
diletakan di tembok atau debu,
lalu ucapkan basmallah dan
niat:

Nawaytu tayammuma li istibaakhati sholati lillahi ta'ala


Artinya: "Aku berniat tayamum agar diperbolehkan sholat karena Allah."

c. Kemudian, usapkan kedua telapak tangan


pada seluruh wajah.
Dianjurkan untuk meratakan debu pada
seluruh bagian wajah. Dan itu cukup
dengan satu kali menyentuh debu.

d. Selanjutnya
bagian tangan, letakkan kembali
telapak tangan pada debu, kali
ini jari tangan direnggangkan.
Lalu tengadahkan kedua telapak
tangan, dengan posisi telapak
tangan kanan di atas tangan kiri.
Rapatkan jari-jari tangan, dan
usahakan ujung jari kanan tidak

11
keluar dari telunjuk jari kiri, atau telunjuk kanan bertemu dengan
telunjuk kiri.

e. Telapak tangan kiri mengusap lengan


kanan hingga ke siku. Kemudian,
tangan kanan diputar untuk diusapkan
juga sisi lengan kanan yang lain, dan
telapak tangan mengusap dari siku
hingga dipertemukan kembali jempol
kiri mengusap jempol kanan.
Lakukan hal yang sama pada tangan
kiri seperti tadi.

f. Pertemukan kedua telapak tangan dan


usap-usapkan di antara jari-jarinya.

g. Setelah tayamum,
dianjurkan juga oleh sebagian
ulama untuk membaca doa
bersuci.

12
Asyhadu an laa Ilaaha illalloh wahdahu laa syariika lahu. Wa asyhadu anna
Muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu. Allahummaj'alni minat tawwaabiina,
waj'alni minal mutatohhirina, waj'alni min 'ibaadikas sholihiina. Subhanaka
allahumma wa bihamdika astagfiruka wa atuubu ilaika.

Artinya: "Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu
bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku sebagai orang-orang yang
bertaubat, jadikanlah aku sebagai orang-orang yang bersuci, dan
jadikanlah aku sebagai hamba-hamba-Mu yang saleh. Mahasuci Engkau,
ya Allah. Dengan kebaikan-Mu, aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Engkau. Dan dengan kebaikan-Mu, aku memohon ampunan dan
bertaubat pada-Mu."

Note: Untuk bacaan (lafadz yang sering dibaca/digunakan orang-


orang pada umumnya pada waktu akan berwudhu atau
bertayamum, tidak ada dalil yang mengharuskan untuk
membaca lafadz ini karena niat adalah kerja hati jadi tidak
perlu dilafadzkan dengan zahar/keras.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Wudhu secara bahasa artinya nama untuk suatu perbuatan yang
memanfaatkan air dan digunakan untuk membersihkan anggota-anggota
badan tertentu. Wudhu menurut syara’ adalah kegiatan kebersihan khusus
atau perbuatan tertentu yang dimulai dengan niat yang khusus.
Maksudnya wudhu dalam peneletian ini adalah wudhu yang telah
disyariatkan kepada umat Islam sebelum memulai sebuah ibadah seperti
shalat dan membaca Al-Quran. Menurut bahasa, tayamum berarti menuju
ke debu. Sedangkan menurut pengertian syari’at, tayamum adalah
mengusapkan debu ke wajah dan kedua tangan dengan niat untuk
mendirikan shalat atau lainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hafsah. 2011. Fiqh. Bandung: Citapustaka Media Perintis.


Rifa’i, Moh. 1978. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: CV. Toha Putra.
Sinaga, Ali Imran. 2011.  Fikih. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

15

Anda mungkin juga menyukai