Anda di halaman 1dari 51

BAHAN PEMBINAAN PENERIMA KRISMA

PERTEMUAN I
PENDAHULUAN

Tujuan:
Peserta diajak untuk semakin mengerti arti Sakramen Krisma dan
menyadari pentingnya menerima sakramen ini dalam menghayati
kehidupan sehari hari.

PEMBUKA

1. Lagu Pembuka
Misal PS 670 "Tuhan Engkau Kuhormati".
2. Doa Pembuka,
Bisa meminta seorang peserta untuk berdoa spontan. Atau menngunakan doa
yang sudah dikonsep, misalnya:
Ya Tuhan Yesus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah
menghimpun kami di sini. Engkau pernah bersabda, "Di mana dua
atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, Aku hadir di tengah-tengah
mereka". Karena itu hadirlah di tengah kami, jiwailah kami semua
agar di awal persiapan Krisma ini kami Kau beri semangat. Sebab
Engkaulah Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin.
3. Perkenalan
Bisa menggunakan metode perkenalan lain yang lebih sesuai
( tergantung usia peserta – remaja/dewasa)
Selanjutnya para peserta diberi waktu untuk saling mengenal lebih
dekat.
MENGGALI PENGALAMAN PESERTA

1. Diskusikanlah

(Untuk Peserta Remaja dan Peserta Dewasa) Apa sajakah yang Anda ketahui
tentang Sakramen Krisma?
(Pembina menuliskan poin-poin jawabannya di papan)
2. Masukan dari Pembina
Sakramen Krisma adalah salah satu Sakramen dalam Gereja Katolik.
Sakramen adalah tanda dan sekaligus sarana kehadiran Allah yang
menyelamatkan dan mencurahkan rahmat-Nya. Sakramen ini disebut
Sakramen Krisma karena si penerima diurapi dengan minyak Krisma (SC=
Sacrum Chrisma) yang berasal dari campuran minyak zaitun dan balsem.
Dahulu para raja dan nabi juga diurapi dengan minyak zaitun (lih. 1Sam
16:13; 2Raj 9:6). Kata "Krisma" dan "Kristus" mempunyai akar kata yang
sama yang berarti "pengurapan". Dengan menerima Sakramen Krisma,
seseorang diurapi dengan anugerah Roh Kudus.
Sakramen ini juga disebut penguatan (confirmatio), sebab si penerima
dikukuhkan/dikuatkan sebagai anggota penuh Gereja dengan segala hak dan
kewajibannya. Dia juga dinyatakan telah kuat dan dewasa dalam iman.
Karena itu, dia sudah siap diutus untuk menjadi saksi Kristus.
Karena merupakan sakramen perutusan, Sakramen Krisma
diterimakan oleh pemimpin Gereja setempat yang berwenang. Pemimpin
Gereja setempat (Gereja lokal) yang dimaksudkan di sini adalah Uskup.
Namun, dalam upacara inisiasi baptisan dewasa, pastor juga diberi wewenang
untuk sekaligus menerimakan Sakramen Krisma.
Seperti Baptis dan imamat, Sakramen Krisma memberikan meterai
kekal. Dengan menerimanya berarti sepenuhnya kita menjadi milik Kristus,
kita dilibatkan dalam pelayanan-Nya dan dijanjikan akan menerima
perlindungan Ilahi pada saat pencobaan besar di akhirat. Karena memberikan
meterai kekal, sakramen ini diterimakan sekali untuk selamanya dan tidak
diulang.

Pentingnya Menerima Sakramen Krisma

Sakramen Krisma dapat diibaratkan sebagai pupuk. Sakramen Krisma


sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan hidup rohani kita.
Memang tanpa menerima Sakramen Krisma pun, hidup rohani kita tetap ada.
Tetapi, niscaya tidak akan tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, hidup rohani
kita akan tetap kerdil dan iman kita akan tetap kekanak kanakan.
Hidup rohani dapat juga digambarkan sebagai rangka manusia.
Rangka itu menentukan besar, panjang, tinggi, dan kokohnya seseorang.
Dengan adanya rangka dewasa, seseorang akan tumbuh menjadi besar dan
kuat. Demikian pula dengan sakramen Krisma, sakramen ini memberikan
struktur hidup rohani yang dewasa. Struktur hidup rohani yang dewasa
membuat orang mampu terbuka dan bekerja sama dengan Roh Kudus. Jadi,
Sakramen Krisma memberikan prinsip pertumbuhan dalam hidup rohani.
Tanpa Sakramen Krisma, hidup rohani seseorang akan kerdil, yakni tetap
kecil dan pendek.
Agar kokoh dan kuat, otot-otot yang mengisi rangka manusia harus
terus dilatih. Demikian pula dalam hidup rohani, Sakramen Krisma memang
telah memberikan struktur hidup rohani yang dewasa. Akan tetapi, hidup
rohani itu harus terus dibina dan dipupuk, agar semakin kuat, kokoh dan
dewasa. Dengan menerima Sakramen Krisma bukan berarti orang tersebut
sudah 100% dewasa dalam iman. Melainkan, penerimaan Krisma itu barulah
"rangka dasar" yang mesti dilatih, dibina, dan diupayakan terus-menerus.
Ada banyak cara untuk melatih "otot-otot rohani" kita. Misalnya
dengan berdoa pribadi, membaca dan merenungkan Kitab Suci, menerima
sakramen sakramen, khususnya Ekaristi Kudus pada hari Minggu dan
Sakramen Tobat, berkumpul dan saling menguatkan rekan-rekan seiman,
berpuasa dan melakukkan karya amal, serta mengikuti berbagai acara
penyegaran rohani, dsb. (Sangat baik apabila pembina memberikan contoh
contoh dari pengalamannya juga).

Syarat-syarat Menerima Sakramen Krisma

Kitab Hukum Kanonik tahun 1983 (KHK) menyebutkan syarat-syarat


penerimaan Sakramen Krisma sebagai berikut:
Kanon 889
1. Yang dapat menerima penguatan adalah semua dan hanya yang
telah dibaptis serta belum pernah menerimanya.
2. Di luar bahaya maut, agar seseorang boleh menerima penguatan
secara licit, bila ia dapat menggunakan akal, dituntut bahwa ia diajar
secukupnya, berdisposisi baik dan dapat memperbarui janji-janji
baptis.
Kanon 890
Umat beriman wajib menerima sakramen itu pada waktunya; para
orangtua dan gembala jiwa-jiwa, terutama Pastor paroki, hendaknya
mengusahakan agar umat beriman diberi pengajaran dengan baik
untuk menerima sakramen itu dan pada waktu yang baik datang
menerimanya.
Kanon 891
Sakramen penguatan hendaknya diberikan kepada umat beriman pada
sekitar usia dapat menggunakan akal, kecuali Konferensi Para Uskup
telah menentukan usia lain, atau jika ada bahaya maut atau, jika
menurut penilaian pelayan sakramen ada alasan berat yang
menganjurkan lain.

PENERAPAN

1. Kerja Sama Rahmat Tuhan dan Usaha Manusia


Dengan menerima Sakramen Krisma, seseorang memang diberi
kemampuan untuk terbuka dan bekerja sama dengan Roh Kudus. Namun
dalam kenyataan terkadang kita jumpai mereka yang telah menerima
Sakramen Krisma, tidak juga dewasa dalam iman. Seakan tidak ada bedanya
antara menerima Sakramen Krisma dan tidak. Jika demikian, apakah pada
orang itu Roh Kudus tidak dicurahkan? Atau bagaimana?
Untuk menjawab persoalan ini, kita mesti kembali pada pengertian dan
keyakinan kita tentang sakramen. Sakramen adalah tanda sekaligus sarana
kehadiran Allah yang menyelamatkan dan mencurahkan rahmat-Nya.
Sakramen merupakan sarana yang lazim dipakai Allah untuk mencurahkan
rahmat-Nya. Maka dalam kasus tersebut harus dikatakan, rahmat Roh Kudus
sudah dicurahkan.
Jika kemudian ternyata rahmat Roh Kudus itu tidak efektif, berarti ada
yang tidak beres dalam diri si penerimanya. Sebab rahmat Allah bekerja,
selalu mengandaikan dan menuntut kerja sama dari pihak manusia. Sekalipun
mampu, Allah tidak ingin bekerja sendirian. Seperti halnya biji, rahmat Tuhan
itu akan tumbuh dan berkembang manakala menemukan lahan jiwa yang
gembur dan subur. Karena itu, lahan jiwa manusia yang dicurahi rahmat Allah
mesti diolah agar sungguh menjadi lahan yang subur. Caranya antara lain
dengan tekun berdoa, menerima sakramen-sakramen, membaca Alkitab,
menghidupi semangat kasih dan pertobatan, dsb.
Itulah alasan perlunya diadakan persiapan untuk menerima Sakramen
Krisma. Persiapan Krisma ini dimaksudkan untuk memberikan "pengertian
secukupnya" agar calon penerima Krisma "berdisposisi baik serta dapat
membarui janji-janji baptis" (KHK 889). Dalam Persiapan Krisma ini para
calon penerima Krisma akan diajak melihat dan menyadari betapa pentingnya
menerima sakramen ini dan bagaimana berlimpahnya buah-buah yang
dijanjikan. Tentu, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana kita mesti
menanggapi dan bekerja sama dengan rahmat Roh Kudus. Bagaimana kita
menyusun niat-niat dan perubahan konkret sebagai konsekuensi orang yang
dinyatakan telah dewasa dalam iman.

2. Materi Persiapan Krisma


Selama enam - delapan minggu ini materi persiapan Krisma yang akan
kita gumuli bersama adalah sebagai berikut:
a. Krisma Sebagai Sakramen Inisiasi
Apakah inisiasi Kristen itu? Apa makna penerimaan Sakramen Krisma
dalam inisiasi Kristen?
b. Krisma Sebagai Sakramen Pengurapan Roh Kudus
Bagaimana peran Roh Kudus dalam hidup Gereja? Karunia dan buah
Roh apa saja yang dijanjikan Tuhan? Bagaimana kita mesti
bekerjasama dengan Roh Kudus?
c. Krisma Sebagai Sakramen Pendewasaan Iman
Apa artinya dewasa dalam iman? Sebagai anggota penuh Gereja, yang
menerima segala hak dan kewajiban, bagaimana kita mesti terlibat
dalam hidup menggereja?
d. Krisma Sebagai Sakramen Perutusan Sebagai Imam, Nabi, dan Raja di
Zaman Ini
Dengan menerima Sakramen Krisma, seseorang dinyatakan telah kuat
dan dewasa dalam iman sehingga sudah siap diutus. Tugas perutusan
sebagai imam, nabi, dan raja yang telah diterima dalam pembabtisan,
harus segera direalisasikan. Tetapi apa artinya menjadi imam, nabi,
dan raja? Bagaimana hal tersebut dikonkretkan dalam hidup sehari-
hari?
e. Persiapan Akhir
Untuk menerima Sakramen Krisma, kita mesti dalam keadaan
berahmat. Keadaan berahmat ini dapat diupayakan dengan tekun
berdoa (novena Roh Kudus, doa Triduum) dan ibn penerimaan
Sakramen Tobat. Dan tentu yang tak kalah pentingnya adalah geladi
bersih dan aneka hal teknis latihan penerimaan Krisma. Maka pada
bagian akhir, akan dilampirkan Tata Perayaan Penerimaan Krisma.

3. Hal-hal Teknis
Kesepakatan bersama ( tata tertip, tugas dan lain – lain)

PENUTUP
1. Lagu Penutup
Misal PS 632 "Dengarkanlah Maria"
2. Doa Penutup

PERTEMUAN II
KRISMA SEBAGAI SAKRAMEN INISIASI
Tujuan:
Peserta diajak untuk memahami dan menghayati arti dan makna
penerimaan Sakramen Krisma sebagai Sakramen Inisiasi.

PEMBUKA
1. Lagu Pembuka
Misal PS 592 "Syukur kepada-Mu Tuhan"
2. Doa Pembuka
Bisa meminta salah satu peserta memimpin doa secara spontan atau
menggunakan konsep doa yang tersedia, misalnya:
Puji syukur kepada-Mu Bapa, karena berkat Sakramen Baptis kami
semua telah Kau-angkat menjadi putra-putri-Mu. Terima kasih juga
karena kami telah Kau-gabungkan dengan Tubuh Kristus, yakni
Gereja. Kami mohon rahmat-Mu agar makin hari kami makin bersatu
erat dengan Engkau dan Gereja, demi Kristus Tuhan dan pengantara
kami, Amin.
MENGGALI PENGALAMAN PESERTA

Ritus Inisiasi
Untuk masuk dalam suatu kelompok, biasanya seseorang harus
melalui suatu inisiasi (Latin: in + ire= masuk ke dalam; initiare =
memasukkan ke dalam). Yaitu proses masuk ke dalam suatu kelompok
dengan memenuhi berbagai persyaratan dan ritus upacara. Dalam masyarakat,
kita mengenal berbagai contoh inisiasi. Masa orientasi siswa, pergantian
kewarganegaraan, perpindahan warga ke RT/RW baru, dan sunat adalah
contoh inisiasi. Dengan rangkaian kegiatan masa orientasi, para siswa baru
diterima sebagai warga sekolah tersebut. Setelah melewati rangkaian tes
pemahaman mengenai UUD, GBHN, Pancasila, Sejarah Nasional Indonesia,
dan reformasi serta mengurus perlengkapan administrasi yang diperlukan,
seorang WNA diterima sebagai warga negara Indonesia. Dengan melapor
pada ketua RT/RW baru dan menyerahkan surat pengantar, seorang penduduk
baru diterima resmi sebagai penduduk di RT/RW tersebut.
Dalam masyarakat Jawa, sunat juga dipandang sebagai ritus inisiasi,
yakni peralihan memasuki awal masa kedewasaan. Namun, sunat tidak
berhubungan dengan iman Katolik. Dalam konsili pertama di Yerusalem
ditegaskan, bahwa sunat bukan syarat untuk diselamatkan Kristus (Kis 15:1-
21). Syarat keselamatan diganti dengan baptis. Sekalipun tidak diwajibkan,
remaja Katolik juga tidak dilarang bersunat. Hal ini lebih dimotivasi oleh
alasan kesehatan, bukan alasan keagamaan.
Melalui berbagai kegiatan inisiasi itu seseorang secara resmi diterima
sebagai warga kelompoknya. Sebagai anggota resmi, dia menerima hak dan
kewajiban seperti anggota yang lain.

1. Pengertian Inisiasi Kristen


 Baptis: Seseorang resmi diterima sebagai anggota Gereja dan
disatukan dengan sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.
 Krisma: Keanggotaannya dalam Gereja dikukuhkan sehingga dia
menerima hak dan kewajiban seperti umat yang lain. Sebagai anggota
Gereja yang penuh, dia mulai mengemban tritugas imamat Kristus
sebagai imam, nabi, dan raja.
 Ekaristi: Masuknya orang tersebut sebagai anggota Gereja dirayakan
dalam kesatuan dengan Kristus, Sang Kepala, dan dalam persekutuan
dengan anggota Gereja lainnya. Dalam Ekaristi, dia bersatu dengan
Kristus dalam Sabda dan Ekaristi.

2. Tahapan Inisiasi Kristen


Inisiasi Kristen berlangsung tahap demi tahap sebagai berikut:
(a) Masa prakatekumenat untuk para simpatisan
(1) Tahap pertama: upacara pelantikan menjadi katekumen
(b) Masa katekumenat untuk para katekumen
(2) Tahap kedua: upacara pemilihan sebagai calon baptis.
(c) Masa persiapan akhir untuk para calon baptis
(3) Tahap ketiga: upacara sakramen sakramen inisiasi.
(d) Masa Pendalaman Iman (mistagogi) bagi baptisan baru.
Dahulu Sakramen Krisma memang diterimakan oleh Uskup langsung
setelah permandian. Sekaligus, baptisan baru menerima komuni pertama
dalam perayaan Ekaristi itu.
Akan tetapi, dalam praktik dewasa ini urutan inisiasi Kristen agak lain.
Sakramen Krisma biasanya diberikan setelah menerima komuni pertama.
Perbedaan urutan inisiasi ini disebabkan oleh:
Sejak abad II praktik baptisan bayi makin populer. Padahal, rangkaian tiga
sakramen inisiasi diberikan kepada baptisan dewasa. Maka, penerimaan
Sakramen Krisma ditunda sampai anak tersebut dewasa.
Sakramen Krisma menjadi wewenang Uskup sedangkan setiap imam
boleh membaptis. Maka untuk menerima Sakramen Krisma dari tangan
Uskup, para baptisan harus menunggu giliran Uskup mengunjungi parokinya.
Apalagi sejak Edik Milan (th.313 M), agama Kristen menjadi agama negara
sehingga semakin banyaklah orang yang minta dipermandikan.
Paus Pius X (th.1910) memandang Sakramen Ekaristi sebagai sumber
rahmat. Karena itu, beliau mendorong anak-anak yang sudah bisa
menggunakan akal budinya untuk segera menyambut komuni.

3. Kesatuan dan Perbedaan Sakramen Inisiasi


Persamaan antara Sakramen Baptis, Krisma, dan Ekaristi adalah
ketiganya sama-sama sakramen inisiasi. Ketiganya merupakan tanda dan
sekaligus sarana kehadiran Allah yang menyelamatkan. Karena itu, ketiganya
juga sama-sama menganugerahkan rahmat Roh Kudus.
Roh Kudus yang diterimakan dalam ketiga sakramen itu adalah Roh
Kudus yang satu dan sama, namun berbeda perannya. Roh Kudus yang kita
terima dalam pembabtisan menghapus dosa-dosa kita dan menjadikan kita
anak-anak Allah dan ahli waris atas janji janji Allah (Rm 8: 15). Roh Kudus
syang kita terima dalam Sakramen Krisma memampukan kita untuk menjadi
saksi-saksi Kristus. Berkat Roh Kudus, kita dimungkinkan untuk
melaksanakan tritugas imamat Kristus, yakni menjadi imam, nabi, dan raja.
Sedangkan Roh Kudus yang diterima dalam Ekaristi, mempersatukan kita
secara sakramental dengan Tuhan dan sesama (lih. 1Kor 10:16-17; 1Kor
12:13).
Lalu apa perbedaan antara Sakramen Baptis dan Sakramen Krisma?
Baptis adalah gerak ke dalam, kita diterima secara resmi sebagai anggota
Gereja. Sedangkan Krisma adalah gerak ke luar, kita diutus ke masyarakat,
untuk menjadi saksi Kristus. Dalam Sakramen Baptis kita dikuduskan dalam
misteri Paskah, yaitu misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.
Sedangkan dalam Sakramen Krisma kita dianugerahi roh kenabian, yang
memungkinkan kita sanggup mengemban tugas perutusan sebagai imam, nabi,
dan raja. Di sini Sakramen Krisma berkaitan dengan peristiwa Pentakosta (Kis
2:1-11).
Dalam Baptis, ubun-ubun kita diurapi dengan minyak Krisma, yang
berarti kita menerima martabat sebagai imam, nabi, dan raja. Sementara
dalam Krisma, Bapa Uskup menumpangkan tangan dan mengolesi dahi kita
dengan minyak Krisma. Itu berarti secara resmi kita diutus melaksanakan
tugas sebagai imam, nabi, dan raja.
Dengan menerima Sakramen Krisma, keanggotaan kita sebagai warga
Gereja menjadi penuh. Kita menerima hak dan kewajiban seperti anggota
yang lain. Yang termasuk hak anggota Gereja adalah mendapat pelayanan
rohani, berpastisipasi dalam liturgi, terlibat dalam kegiatan Gereja, dan
sebagainya. Sedangkan
kewajiban seorang Katolik antara lain merayakan Misa hari Minggu,
berpartisipasi menanggung biaya kegiatan Gereja, dan sebagainya. Karena
mempunyai hak dan kewajiban penuh, kita harus ikut bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup Gereja paroki kita.
4. Buah-buah Sakramen Krisma
(Hendaknya pembina memberikan contoh-contoh konkret mengenai buah
sakramen Krisma, terlebih yang dekat dengan lingkungan dan dunia peserta)

Katekismus Gereja Katolik No. 1303 mencatat buah-buah sakramen


Krisma sebagai berikut:
a) Menyempurnakan dan memperdalam rahmat pembaptisan:
Ia menjadikan kita anak-anak Allah dengan lebih sungguh, dan
membuat kita berkata, “Abba, Ya Bapa " (Rm 8:15)
❖ la menyatukan kita lebih teguh dengan Kristus
 Ia menambah karunia Roh Kudus di dalam kita
 la mengikat kita lebih sempurna pada Gereja
b) Menganugerahkan kekuatan khusus Roh Kudus, supaya sebagai
saksi-saksi Kristus yang andal:
 Menyebarluaskan dan membela iman dengan perkataan dan
perbuatan
 Mengakui nama Kristus dengan lebih berani
 Tidak pernah malu karena salib Kekuatan khusus Roh Kudus ini
juga disebut roh kenabian (roh profetis).

D. PENUTUP
1. Lagu Penutup Misal PS 603 "Curahkan Rahmat"

2. Doa Penutup
 Spontanitas dari salah satu peserta dengan isi Syukur atas
rahmat baptis dan Ekaristi
 Kerinduan untuk menyambut Sakramen Krisma
PERTEMUAN III
KRISMA SEBAGAI SAKRAMEN
PENGURAPAN ROH KUDUS

Tujuan:
Menumbuhkan sikap baru dalam diri para peserta untuk senantiasa
menghargai dan menghayati pentingnya peran Roh Kudus dalam
hidup imara dan mau bekerja sama dengan Nya.

PEMBUKA
1. Lagu Pembuka
Misal PS 565 "Datanglah, ya Roh Pencipta
2. Doa Pembuka
Misal PS 147 "Doa Penerangan Roh Kudus

MENGGALI PENGALAMAN KITAB SUCI


1. Pengantar
Dalam lagu pembuka tadi, Roh Kudus disebut sebagai penghibur,
pengurapan ilahi, sapta karunia. Roh Kudus disebut sebagai apa lagi dalam
teks lagu itu? (Peserta diajak mencermati isi syair lagu).
Sekarang mari kita baca kisah turunnya Roh Kudus
atas para rasul dalam Kis 2: 1-7!
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah, di mana mereka duduk, dan tampaklah kepada mereka lidah lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya.
Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala
bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang
banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu
berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang cengang dan
heran lalu berkata, "Bukanlah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?"

Pendalaman Teks Kisah 2: 1-7 di Atas !


1. Mengapa Roh Kudus dilambangkan dengan angin dan lidah-lidah api?
(angin menunjukkan kekuatan, tetapi juga berhembus bebas ke mana Dia
mau (bdk. Yoh 3:8), lidah api melambangkan semangat yang berkobar-
kobar dan memberi pencerahan).
2. Perubahan apa yang terjadi dalam diri para murid? (dari bersembunyi
karena takut, menjadi berani keluar untuk mewartakan kebangkitan
Kristus dengan lantang).
3. Mengapa para pendengar tercengang-cengang dan heran? (sebab mereka
mendengar para rasul yang berasal dari Galilea itu berkata-kata dalam
bahasa mereka sendiri).

2. Masukan dari Pembina


Dalam perikop di atas Roh Kudus dilambangkan dengan angin dan
lidah api. Orang tidak tahu dari mana datangnya dan ke mana perginya angin.
Sebab tak seorang pun dapat melihatnya. Namun orang dapat merasakan efek-
efek positif angin yang berhembus, seperti udara menjadi lebih sejuk, pohon-
pohon bergoyang, perahu dapat melaju, dan seterusnya. Demikianlah Roh
Kudus tidak diketahui dari mana datangnya, namun dapat dirasakan
pengaruhnya. Roh Kudus juga dilambangkan dengan lidah-lidah api. Api
berfungsi untuk menghangatkan dan menerangi. Lidah lidah api tersebut mau
menggambarkan jiwa para rasul yang berkobar-kobar dan terbakar oleh api
cinta kasih.
Berkat kedatangan Roh Kudus, para rasul sungguh berubah. Mereka
yang semula serba takut dan ragu-ragu, menjadi berani dan percaya diri.
Mereka keluar dari tempat persembunyiannya dan mulai berani mewartakan
"perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah" (Kis 2:11), yakni
membangkitkan Yesus dari kematian. Roh Kudus telah melepaskan lidah
rasul-rasul yang kelu untuk mewartakan nama Tuhan Yesus. Roh Kudus
itulah yang telah mengobarkan semangat para rasul seperti nyala api, sehingga
mereka berani dan tidak takut lagi. Roh Kudus sungguh telah mengubah para
rasul menjadi manusia yang baru.
Dengan turunnya Roh Kudus, semua bangsa mengerti pewartaan para
rasul. Sebab mereka mengertinya dalam bahasa mereka masing-masing. Hal
ini sungguh bertolak belakang dengan kisah Menara Babel (Kej 11), di mana
bahasa manusia dikacaubalaukan. Yang terjadi di sini, semua bangsa justru
dipersatukan. Itulah karya Roh Kudus.
Roh Kudus yang turun pada hari Pentakosta ini sebelumnya telah
dijanjikan oleh Yesus pada perjamuan malam terakhir. Dia adalah Roh
Kebenaran yang akan memimpin para murid pada seluruh kebenaran (Yoh
16:13). Dialah penghibur yang diutus Bapa, yang akan mengajarkan segala
sesuatu kepada para murid dan akan mengingatkan mereka akan semua hal
yang telah dikatakan oleh Yesus (Yoh 14:26). Dialah "penolong yang lain",
yang akan menyertai para murid selama lamanya (Yoh 14:16). Berkat Roh
Kudus para murid dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus (lih. Kis 1:8).
Dengan demikian, mereka tidak dibiarkan sendirian (bdk. Yoh 14:18).
Roh Kudus inilah yang kedatangan-Nya juga dinantikan orang
Yahudi. Perjanjian Lama menyatakan bahwa Roh Kudus akan tinggal pada
Mesias yang mereka nantikan. Pada saat pembaptisan Yesus di sungai
Yordan, Roh Kudus turun atas Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus
inilah Mesias, putra Allah (Luk 3:22). Selanjutnya, Roh Kudus membimbing-
Nya berpuasa di padang gurun (bdk. Luk 4:1) dan sejak itu menyertai
perjalanan hidup Yesus.
Namun kepenuhan zaman mesianis terwujud ketika Roh Kudus
dicurahkan tidak saja kepada orang tertentu, melainkan kepada seluruh umat
mesianis. Itulah yang terjadi pada peristiwa Pentakosta, seperti yang pemah
dinubuatkan oleh nabi Yoel (2:28-32) dan dikutip Petrus dalam khotbah
perdananya (Kis 2:17-20). Selanjutnya, Roh Kudus menyertai hidup Gereja
(lih. Kis 13:2).

3. Praktik Penumpangan Tangan

Dalam Perjanjian Baru, kita mendapati dua praktik penganugerahan


Roh Kudus. Yang satu Roh Kudus diterimakan pada saat Baptis (1Kor 12:13
dan Yoh 3:5). Yang lain, Roh Kudus dianugerahkan lewat penumpangan
tangan setelah baptis (Kis 8:14-19; Kis 19:1-6). Manakah yang benar?
Seperti telah diuraikan pada pertemuan kedua, sekalipun Roh Kudus
yang diterimakan adalah Roh yang satu dan sama, namun fungsi dan perannya
berbeda. Dalam Kis 2:38 terdapat dua unsur, yakni Baptis dalam nama Yesus
Kristus untuk penghapusan dosa dan pemberian Roh Kudus. Dalam Kisah
para rasul, buah
baptis hanyalah penghapusan dosa. Roh Kenabian (roh profetis) tidak
diberikan dalam Baptis. Dalam praktik biasanya roh kenabian diberikan
melalui penumpangan tangan kepada para calon sebagai tanda
penganugerahan Roh Kudus.
Dalam liturgi Sakramen Krisma dewasa ini, sebelum menumpangkan
tangan, Bapak Uskup akan merentangkan tangan kepada para calon Krisma
sambil berdoa memohon kehadiran Roh Kudus. Kemudian masing-masing
calon Krisma menghadap Bapak Uskup. Bapak Uskup akan menumpangkan
tangannya sambal membuat tanda salib di dahi calon Krisma dengan minyak
Krisma seraya berkata " .......(nama calon) terimalah tanda karunia Roh
Kudus".

4. Berbagai Karunia Roh Kudus


a) Sapta Karunia Roh Kudus
Dalam tradisi, karunia-karunia Roh Kudus biasanya dihubungkan
dengan Yesaya 11: 2-3a, "Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan
pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan
Tuhan, ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Dalam Perjanjian Lama
bahasa Yunani (LXX), takut akan Tuhan pada ay. 3a diterjemahkan dengan
roh kesalehan. Dengan demikian lengkaplah ketujuh karunia roh ini
disebutkan sebagai karunia Roh Tuhan.
Roh Hikmat membantu hati kita untuk mengenal perkara-perkara
Allah dan menilai segala sesuatu menurut "kacamata" Allah. Karena itu, kita
akan dapat lebih mementingkan hal-hal surgawi daripada hal-hal duniawi.

Roh Pengertian memampukan akal budi kita untuk mengenal


keagungan Tuhan, memahami kebenaran illahi dan melaksanakannya dalam
hidup sehari-hari. Kita dibantu memahami kebenaran illahi karena Roh Kudus
menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah
(1Kor 2:10). Roh Nasihat membantu kita agar dapat menilai dan mengambil
keputusan secara tepat dan memilih jalan yang paling aman dan berkenan
pada Allah. Keputusan yang kita ambil tidak berdasarkan emosi, hawa nafsu,
atau kesalahpahaman.
Roh Keperkasaan menguatkan kehendak kita agar tekun dalam iman,
berani menanggung risiko sebagai orang Kristen, dan memikul salib kita.
Bukankah sering kita mempunyai banyak niat baik, namun pelaksanaannya
berbeda karena berbagai alasan? Roh
Keperkasaan akan membantu mewujudkan niat baik kita ini.
Roh Pengenalan membantu kita untuk mengenal Tuhan dan diri
sendiri. Selain itu, kita dibantu mengenal ciptaan sebagai hal yang sementara
sehingga kita tidak terbuai atau lekat padanya.
Roh Takut akan Allah mengajar kita untuk menghormati Allah dengan
penuh cinta dan memperbesar kejijikan kita terhadap dosa. Dengan karunia
roh ini, kita akan semakin percaya pada Allah dan semakin rendah hati karena
menyadari kedosaan kita.
Roh Kesalehan akan menyembuhkan hati kita yang keras agar makin
terbuka untuk mencintai Allah dan sesama. Karena tahu berterima kasih
terhadap pemberian-pemberian Allah, kita mudah bersyukur dan memuji
Allah. Sedangkan terhadap sesama, kita dibantu lebih bersikap murah hati.

b) Sapta Karunia Roh Sebagai Lawan Tujuh Cacat Jiwa

Santo Bonaventura melihat bahwa ketujuh karunia Roh Kudus itu


dapat menghancurkan tujuh cacat jiwa/ dosa pokok yang sering mengincar
kita. Roh hikmat menghancurkan kemewahan yang berlebihan; Roh
Pengertian menghancurkan kerakusan (akan makanan); Roh Nasihat
menghancurkan keserakahan (akan harta benda); Roh Keperkasaan
menghancurkan kemalasan; Roh Pengenalan menghancurkan kemarahan; Roh
Takut akan Tuhan menghancurkan kesombongan; dan Roh Kesalehan
menghancurkan iri hati.

c) Rupa-rupa Karunia Tetapi Satu Roh


Selain ketujuh karunia Roh Kudus di atas, menurut Rasul Paulus
masih ada berbagai karunia Roh Kudus. Ada orang yang dianugerahi karunia
untuk berkata-kata dengan hikmat, karunia berkata-kata dengan pengetahuan,
penuh iman, karunia untuk menyembuhkan, kuasa mengadakan mukjizat,
karunia untuk bernubuat, karunia untuk membedakan macam macam roh,
karunia berkata-kata dengan bahasa roh (Bdk. 1Kor 12:8-10). "Tetapi
semuanya ini dikerjakan oleh roh yang satu dan yang sama, yang memberikan
karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya"
(1Kor 12:11). Semua karunia yang diberikan secara cuma-cuma itu bukan
untuk disombongkan, melainkan "untuk kepentingan bersama" (1Kor 12:7)
dan untuk membangun Tubuh Kristus (bdk. Ef 4:11-12). Dan di antara
berbagai karunia itu, menurut rasul Paulus, karunia cinta kasihlah yang paling
utama (lih. 1Kor 13:1-13).

Bacalah Galatia 5:16.19-26 !

Refleksi Pribadi
a. Tulislah buah-buah Roh menurut Paulus! Gambar manakah yang
mendukung buah buah Roh? Mengapa?
b. Tulislah perbuatan-perbuatan daging menurut Paulus! Gambar
manakah yang mendukung hal itu? Mengapa?
c. Selama ini Anda hidup menurut Roh atau menurut daging?

Rangkuman

Semua orang yang telah dipermandikan adalah Bait Roh Kudus (1Kor
6:19). Sebagai orang yang telah dikuduskan dalam sengsara, wafat, dan
kebangkitan Kristus, hendaklah kita hidup dalam pimpinan Roh sehingga
menghasilkan buah-buah Roh. Tanpa kesediaan dipimpin Roh, tak mungkin
kita menghasilkan
buah-buah Roh.
Hidup menurut Roh dapat dibina dengan menerima sakramen-
sakramen, membaca Alkitab, dan hidup dalam semangat kasih dan pertobatan.
Dengan demikian, Allah Tritunggal kerasan bertakhta di hati kita. Namun
demikian dari pengalaman kita, setan akan senantiasa menggoda kita,
termasuk melalui ketujuh
dosa pokok itu. Karena itu, kita mesti tetap hati-hati dan waspada.

PENERAPAN

Untuk Direnungkan

Mari Berdoa Kepada Roh Kudus

Apakah kita sudah sering berdoa kepada Roh Kudus? Memang harus
kita akui bahwa kita jarang berdoa kepada Roh Kudus. Kalaupun berdoa,
barangkali kita menggunakan doa doa resmi seperti veni creator (Datanglah
ya Roh Pencipta), novena Roh Kudus, dan sebagainya. Doa-doa spontan dan
pribadi lebih sering kita tujukan kepada Allah Bapa, Yesus Kristus, dan
Bunda Maria. Pribadi Roh Kudus, seakan jauh sekali dari diri kita, sehingga
kita jarang berdoa dan memohon pada-Nya.
Padahal, Roh Kudus adalah penolong yang dijanjikan Yesus. Dia akan
menyertai kita selama-lamanya (bdk. Yoh 14:16). Dialah yang membimbing
Gereja pada seluruh kebenaran (bdk. Yoh 16:13). Dan lebih dari itu, menurut
Rasul Paulus, sebenarnya Roh Kudus begitu dekat dengan kita. Sebab tubuh
orang yang telah dipermandikan sebenarnya adalah Bait Roh Kudus (1Kor
6:19). Roh Kudus berkenan tinggal di dalamnya. Namun, betapa kita sering
melalaikan hal ini. Bukankah kita jarang menyapa dan berdoa kepada Roh
Kudus? Yang sering kita lakukkan justru sebaliknya. Kita sering mencemari
Bait Roh Kudus ini. Bukankah berbagai perbuatan kedagingan kita justru
membuat Roh Kudus berduka? Sebab kesucian Bait-Nya kita cemari sendiri!
Dalam bukunya "Roh Kudus: Sahabat Kita yang Paling Agung"
(Malang: Dioma 2000) Romo Paul O'Sullivan, OP mengingatkan kelalaian
kita akan hal ini. Dia menganjurkan agar calon Krisma juga diajar bagaimana
mesti mencintai dan menghormati Roh Kudus. Beliau menyebutkan beberapa
cara menghormati Roh Kudus, antara lain dengan mempersembahkan doa
harian, Misa, Komuni dan perbuatan baik kita; juga dengan
mempersembahkan semua kegiatan harian untuk menghormati Roh Kudus.
Selain itu, kita dapat memanjatkan doa-doa khusus kepada Roh Kudus, yaitu
dengan memberikan perhatian pada kata "Roh Kudus" sewaktu membuat
tanda salib, mendoakan Kemuliaan, dan peristiwa mulia ketiga dalam doa
rosario. Betapa sering kita mendoakan sebatas di bibir saja. Cara yang lain
adalah dengan mempraktikkan kebajikan dalam hidup, khususnya keutamaan
kerendahan hati dan kemurnian.
Apabila secara pribadi kita dekat dengan Roh Kudus, kiranya karunia
dan buah-buah Roh yang kita mohon akan dilimpahkan-Nya. Bukankah
Tuhan Yesus sendiri pernah bersabda,"Allah Bapa akan memberikan Roh
Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Luk 11:13).

Refleksi Pribadi
1. Sebutkan dua cacat jiwa yang paling sering menggoda Anda!
2. Apa niat Anda untuk mengatasi dua godaan itu!
3. Kalau begitu karunia Roh Kudus apa yang paling Anda perlukan?

PENUTUP
1. Lagu Penutup
Misal PS 568" Utuslah Roh-Mu, ya Tuhan"
2. Doa Penutup
Misal PS 93 "Mohon Tujuh Karunia Roh Kudus"

PERTEMUAN IV

KRISMA SEBAGAI SAKRAMEN


PENDEWASAAN IMAN

Tujuan:
Peserta disadarkan akan tanggung jawabnya sebagai orang yang
dewasa dalam iman untuk memupuk di imannya sendiri dan mau
terlibat dalam hidup menggereja.
PEMBUKA
1. Lagu Pembuka
Misal PS 650 "Siapa yang Berpegang"
2. Doa Pembuka
Misal PS 21 "Doa Iman"

MENGGALI PENGALAMAN PESERTA

Pengantar
Pembina mengajak para peserta berdialog yang arah pembicaraannya: seorang
dikatakan dewasa apabila bisa menggunakan kebebasannya secara
bertanggung jawab. Misalnya dengan panduan pertanyaan berikut ini)
1. Menurut Anda manakah yang lebih diberi kebebasan oleh orangtua,
anak SD ataukah anak SMA? Bisa memberikan contoh? Mengapa?
2. Apakah Anda juga menyukai hari bebas?
3. Apa yang akan Anda lakukan seandainya Anda diberi satu hari untuk
berbuat semau Anda?
4. Apakah kebebasan itu bisa merugikan orang lain? Merugikan diri
sendiri?
5. Bagaimana orang dewasa menggunakan kebebasannya?

Masukan dari Pembina

Kebebasan itu bisa dimanfaatkan tetapi bisa juga mencelakakan diri


sendiri. Tetapi kebebasan juga dapat berarti positif apabila kita
menggunakannya secara bertanggung jawab.
Seseorang disebut dewasa, salah satunya apabila dapat menggunakan
kebebasannya secara bertanggung jawab. Orang yang dewasa berani
mengambil keputusan sendiri (tidak hanya membebek) dan berani juga,
menanggung segala akibatnya (tidak lari dari tanggung jawab.

(Selanjutnya peserta diminta menyebutkan ciri orang yang disebut dewasa!)

Dewasa Dalam Iman


Dengan menerima Sakramen Krisma, kita dinyatakan telah dewasa
dalam iman. Kita juga dikukuhkan sebagai anggota penuh Gereja dengan
segala hak dan kewajibannya. Maka kita juga harus turut bertanggung jawab
atas tugas Gereja untuk meneruskan karya keselamatan Kristus.
Tuntutan bagi orang yang dinyatakan telah dewasa dalam iman, antara
lain:

a. Bertanggung Jawab Sendiri untuk Memupuk Imannya.


Iman itu bukanlah sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus bergerak dan
berkembang. Tetapi kalau tidak dipelihara, juga bisa mati. Orang yang tak
pernah lagi pergi ke gereja, berkontak dengan rekan-rekannya seiman, pelan-
pelan imannya akan terkikis. Sebaliknya, iman yang terus dipupuk dan
dipelihara akan tumbuh
dan berkembang. Orang yang dewasa dalam iman akan menyadari pentingnya
memupuk iman dan mengusahakannya.
Dia merasa butuh untuk membina imannya, sekalipun tidak disuruh
atau dinilai. Kalau dulu pergi ke gereja dan ikut kegiatan rohani lantaran
disuruh orangtua, dinilai guru agama, diajak teman, dan sebagainya; maka
sekarang sudah berani bersikap mandiri. Pergi ke gereja dan mengikuti
berbagai kegiatan rohani lantaran merasa butuh. Bahwa hal itu bermanfaat
baginya. Lepas dari ada teman atau tidak. Bila perasaan butuh ini sudah
muncul, maka dia akan berusaha mencari pemenuhannya. Entah dengan cara
tekun merayakan Ekaristi hari Minggu, membaca Alkitab dan buku-buku
rohani, terlibat dalam kegiatan Misdinar, Mudika, atau lingkungan, mengikuti
pendalaman iman, rekoleksi, retret, dan sebagainya.
Orang yang bertanggung jawab atas pertumbuhan imannya berarti
tangguh. Dia tidak gampang menyerah dan putus asa sekalipun menghadapi
berbagai tantangan iman. Dia tidak gampang menukarkan Kristus dan
"menggadaikan" imannya hanya karena iming-iming nilai, jabatan, jodoh,
dsb. Bukankah tak sedikit orang meninggalkan Kristus karena mendapat pacar
lain agama?
(Selanjutnya pembina dapat memberikan contoh-contoh konkret di
lingkungannya mengenai godaan untuk "menukarkan Kristus").

b. Berani Menjadi Saksi Kristus


Ada dua syarat untuk menjadi saksi. Pertama, ia harus mengalami
peristiwanya. Kedua, dia berani menyampaikan fakta itu secara jujur. Karena
itu, seseorang baru bisa menjadi saksi Kristus yang andal bila mempunyai
pengalaman akan Kristus. Orang yang tak pernah menjalin hubungan pribadi
dengan Kristus,
baik dalam doa maupun mendengarkan Sabda-Nya, bagaimana bisa menjadi
saksi Kristus yang baik?
Orang yang dewasa dalam iman berani menjadi saksi Kristus baik
dengan perkataan maupun dengan kesaksian hidupnya. Dia tidak gampang
terseret "arus kedosaan" lingkungannya, tetapi justru berani menjadi tanda
dari nilai-nilai injil. Berani menjadi saksi Kristus berarti juga berani
menunjukkan identitasnya sebagai pengikut Kristus. Tidak malu ataupun takut
bahwa dirinya seorang Kristen. Karena itu seorang saksi Kristus harus berani
membela imannya manakala diserang dan berani
mempertanggungjawabkannya bila ditanyai.
Menjadi saksi Kristus juga berkaitan dengan tugas perutusan kita
sebagai imam, nabi, dan raja. Hal ini akan kita bicarakan secara mendalam
mulai pada pertemuan V.

c. Terlibat Dalam Hidup Menggereja


Orang yang dewasa dalam iman itu mau menerima hak dan kewajibannya.
Karena itu dia tidak lagi bersifat pasif, cuek terhadap situasi dan persoalan
Gereja. Tetapi dengan segala kemampuan dan keterbatasannya, dia turut
berusaha bagaimana caranya agar Gereja dapat makin tumbuh dan
berkembang. Lebih lanjut perihal keterlibatan dalam hidup menggereja, akan
dibicarakan pada bagian berikut ini.

MENGGALI PENGALAMAN KITAB SUCI

1. Bacalah Kis 2:41-47 Dengan Saksama!


2. Pertanyaan Pendalaman

1. Ayat mana yang menarik bagi Anda? Mengapa?


2. Apa saja yang dilakukan jemaat perdana?
3. Apakah Anda memiliki pengalaman seperti Jemaat Perdana?
4. Mengapa mereka disukai semua orang?

Masukan dari Pembina


Jemaat perdana tidak hidup sendiri-sendiri tetapi selalu hidup dalam
persekutuan. Mereka tidak hanya berkumpul untuk memecahkan roti dan
memuji Allah (liturgia = perayaan iman), tetapi juga "bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul" (kerygma = pewartaan iman), "bertekun dalam
persekutuan" (koinonia = persaudaraan iman), "menjual harta miliknya dan
membagi bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluannya
masing-masing " (diakonia = pelayanan kasih), sehingga "mereka disukai
semua orang" (martyria = kesaksian iman). Maka tiap-tiap hari Tuhan
menambahkan jumlah mereka.
Itulah lima aspek kegiatan Gereja yang harus selalu ada. Kelima aspek
yang lazim dikenal sebagai Panca tugas Gereja ini harus ada bersama-sama,
tidak boleh salah satu aspek begitu ditekankan sampai aspek yang lain
diabaikan. Liturgi (perayaan iman) adalah ibadat Gereja yang merupakan
sumber dan puncak hidup orang Kristen (SC 10). Semua kegiatan kita mesti
bersumber dari liturgi. Dari liturgi itu, kita menimba inspirasi dan kekuatan
untuk hidup sehari-hari. Sebaliknya, semua kegiatan kita pada akhimya
bermuara pada liturgi. Dalam Misa hari Minggu kita mempersembahkan
segala keberhasilan dan kegagalan kita dalam Minggu yang lalu. Yang
termasuk kegiatan liturgi adalah perayaan sakramen-sakramen, ibadat sabda,
ibadat harian, dan juga berbagai upacara sakramentali: pemberkatan rumah,
pemakaman, dll.
Akan tetapi perayaan iman saja belumlah cukup. Iman yang dirayakan
dalam liturgi itu harus terwujud juga dalam kerygma, diakonia, koinonia, dan
martiria. Kerygma adalah karya pewartaan iman mengenai kabar gembira
Kristus. Kerygma ini dapat dikemas dalam kegiatan di sekolah minggu,
remaka, mudika, pelajaran agama, pelajaran katekumen, persiapan komuni
pertama, persiapan Krisma, kursus perkawinan, mimbar radio, pendalaman
iman, dan sebagainya. Diakonia (pelayanan kasih) dapat dilakukan dengan
cara mengunjungi orang sakit, lansia, dan miskin, mengunjungi panti asuhan,
menjadi pengurus RT/RW atau membentuk karya kesehatan dan pendidikan
yang memberikan sumbangan bagi masyarakat sekitar. Koinonia
(persaudaraan iman) diwujudkan lewat kunjungan antar warga, aneka
kegiatan mudika dan lingkungan, dan berbagai kegiatan dalam kelompok
kerasulan. Martyria (kesaksian iman) adalah perwujudan iman seorang
Katolik sebagai garam dan terang di tengah keluarga, pergaulan, dan
masyarakat (Mat 5:13-16), khususnya melalui kesaksian hidup jujur, adil,
murah hati, penuh kasih dan pengampunan.
Tetapi bagaimana mewujudkan kelima aspek tersebut, bukankah
jumlah umat Katolik separoki sangat banyak? Bahkan kita sering tidak
mengenal siapa yang duduk di kiri dan kanan kita sewaktu merayakan Misa
di Gereja Paroki. Semua aspek hidup menggereja tersebut baru efektif
diwujudkan manakala kita mau terjun dan terlibat dalam kelompok-kelompok
basis, baik teritorial:kring, blok, lingkungan, wilayah, stasi; maupun
kelompok kerasulan/kategorial: WKRI, legio mariae, SSV, mudika,
karismatik, dsb. Dalam kelompok basis, kita dapat saling mengenal dan
bertemu. Dengan sering bertemu saudara seiman maka keanggotaan kita
sebagai warga Gereja akan dimantapkan. Kita masing-masing akan semakin
akrab dan dapat saling meneguhkan.
Selain itu, dengan sering bertemu maka banyak ide dapat dilontarkan dan
dibahas bersama dan banyak persoalan juga dapat dipecahkan bersama.
Dengan kata lain, kelompok-kelompok basis itu memungkinkan kita untuk
menumbuhkembangkan iman.

PENERAPAN

Refleksi Pribadi

1. Apa yang akan Anda lakukan untuk memelihara dan memupuk iman
Anda? Tulislah sekonkret mungkin : kegiatan, waktu, dan tempatnya!
2. Sudahkah Anda mulai terlibat dalam kegiatan lingkungan/kelompok
kerasulan? Ceritakanlah satu pengalaman menarik!
3. Pernahkan Anda diserang atau dikucilkan karena Anda pengikut
Kristus? Bagaimana perasaan Anda? Apa yang kemudian Anda
lakukan?
4. Tulislah berbagai kegiatan di paroki dan lingkungan Anda! Sudahkah
mencakup kelima aspek tersebut?
5. Apa saja hambatan dan kesulitan untuk terlibat dalam hidup
menggereja? Bagaimanakah hal tersebut dapat diatasi?
6. Tulislah niat-niat konkret Anda untuk terlibat dalam kelompok-
kelompok basis, baik kategorial maupun teritorial!

Untuk Direnungkan

Hidup Menggereja Tidak Sekadar Pergi ke Gereja Banyak orang


Katolik baru mau menoleh ke lingkungan apabila mereka membutuhkan,
entah untuk koor pernikahan, atau saat kematian. Tetapi bila tidak merasa
butuh, mereka tidak mau tahu dengan lingkungannya. Bila diundang doa
lingkungan, pendalaman iman, latihan koor, selalu ada saja alasannya; mulai
dari yang sibuk kerja, mau ujian, sedang ke luar kota, sampai yang kurang
enak badan. Sudah pergi ke gereja pada hari Minggu, baginya sudah cukup.
Bukankah itu yang diminta Tuhan dalam firman III, yaitu Kuduskanlah Hari
Tuhan?
Tetapi kita dibaptis bukan untuk mencari selamat sendiri-sendiri. Kita
diselamatkan Kristus dalam dan melalui Gereja. Gereja adalah kita semua
yang telah dibaptis. Kita semua bertanggung jawab atas macet dan
berkembangnya Gereja. Apalagi dengan menerima Sakramen Krisma, kita
menjadi anggota Gereja yang penuh. Kita mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Kita ikut bertanggung jawab atas keberhasilan tugas Gereja untuk
meneruskan karya keselamatan Kristus. Bersama. anggota gereja yang lain,
kita diundang untuk terus membina iman kita.

Kelompok kecil, seperti lingkungan/kring dan berbagai kelompok


kategorial: Mudika, remaka, legio mariae, choice, karismatik, WKRI, SSV,
dll. Adalah tempat yang tepat untuk menumbuhkan dan membina iman kita.
Di dalam kelompok kelompok kecil itu kita dapat saling mengenal,
memerhatikan, melayani, dan mengembangkan semangat persaudaraan.
Dalam lingkungan dan kelompok kerasulan itu, kita akan ditantang untuk
menyumbangkan talenta yang telah dianugerahkan Tuhan, misalnya untuk
mengajar minggu gembira, memperkuat koor, mengelola keuangan, dan
sebagainya. Mengapa talenta-talenta ini tidak disumbangkan? Tuhan tidak
menghendaki kita memendam talenta kita dan disembunyikan untuk diri
sendiri (Bdk. Mat 25:14-30).
Tetapi hal yang sebaliknya memang bisa terjadi. Kita merasa tidak
memiliki apa-apa yang dapat disumbangkan untuk kelompok. Tetapi
percayalah, kehadiran kita sudah memberikan sumbangan yang besar bagi
yang lain! Kehadiran kita akan turut meneguhkan dan menyemangati yang
lainnya.

PENUTUP

1. Lagu Penutup
Misal PS619 "Alangkah Bahagianya"
2. Doa Penutup
Misal PS 180 "Doa untuk Jemaat Setempat"

PERTEMUAN V

KRISMA SEBAGAI SAKRAMEN


PERUTUSAN

PERSEMBAHAN ROHANI KAUM BERIMAN AWAM

Tujuan:
Agar peserta menyadari dan menghayati martabatnya sebagai imam
rajawi yang diundang untuk senantiasa mempersembahkan kurban
rohani.

PEMBUKA
1. Lagu Pembuka
Misal PS 690 "Pada-Mu, Tuhan dan Allahku"
2. Doa Pembuka
Misal PS 153 "Doa Kekudusan"

MENGGALI PENGALAMAN TRADISI GEREJA

1. Arti Imamat Umum

Dengan dipermandikan, seseorang diikutsertakan dalam misteri


sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Dia juga diikutsertakan dalam
tritugas imamat Kristus sebagai imam, nabi, dan raja (LG 10,12). Setiap orang
yang telah dibaptis dijadikan umat baru "kerajaan dan imam-imam bagi Allah
dan Bapa Nya" (Why 1:6). Lumen Gentium 10 merumuskan imamat umum
semua orang yang telah dibaptis sbb.:
Sebab mereka yang dibaptis, karena kelahiran kembali dan
pengurapan Roh Kudus, disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci,
untuk sebagai orang kristiani, dengan segala perbuatan mereka,
mempersembahkan kurban rohani, dan untuk
mewartakan daya-kekuatan Dia, yang telah memanggil mereka dari kegelapan
ke dalam cahaya-Nya yang mengagumkan (lih. 1Ptr 2:4-10). Maka hendaknya
semua murid Kristus, yang bertekun dalam doa dan memuji Allah (lih. Kis
2:42-47), mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup, suci, berkenan
kepada Allah (lih. Rm 12:1). Hendaknya mereka di seluruh bumi memberi
kesaksian tentang Kristus, dan kepada mereka yang memintanya memberi
pertanggungjawaban tentang harapan akan hidup kekal, yang ada pada mereka
(lih. 1Ptr 3:15).

2. Diutus Menjadi Imam Rajawi

Imam adalah pemimpin ibadat. Ia bertindak sebagai perantara yang


mempersembahkan kurban umat kepada Tuhan. Sekaligus dia memohonkan
berkat dan pengampunan Tuhan bagi umat. Dalam masyarakat Yahudi, hanya
orang-orang dari suku Lewi, keturunan Harun, yang bisa diangkat menjadi
imam (lih. Im 8:1-36).
Tetapi, Yesus Kristus adalah imam agung Sebab Dialah satu-satunya
perantara kita kepada Allah Bapa. Dia telah mempersembahkan kurban bagi
penebusan dosa-dosa kita, bukannya dengan darah binatang, melainkan
dengan darah-Nya sendiri. Di kayu salib, Yesus Kristus telah bertindak
sekaligus sebagai imam, altar, dan kurban, sekali untuk selama-lamanya (lih.
Ibr 9:11-28)
Memang Gereja Katolik mempunyai imam-imam yang berkat
Sakramen Imamat menerima imamat jabatan untuk menggembalakan umat
Allah dengan melaksanakan tugas-tugas mengajar, menguduskan, dan
memimpin (KHK 1008). Namun sebenarnya, setiap orang yang telah
dipersatukan dengan hidup dan perutusan Kristus, juga diikutsertakan dalam
imamat rajawi (lih. Why 1:6). Secara konkret bagaimana kaum beriman awam
dapat menjalankan tugas imamat rajawi, Lumen Gentium art. 34 menulis:
Para awam, sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan
diurapi dengan Roh Kudus, secara ajaib dipanggil dan disiapkan,
supaya secara makin melimpah menghasilkan buah-buah Roh dalam
diri mereka. Sebab semua karya, doa-doa dan usaha kerasulan
mereka, hidup mereka selaku suami istri dan dalam keluarga, jerih
payah mereka sehari-hari, istirahat bagi jiwa dan badan mereka, bila
dijalankan dalam Roh, bahkan beban-beban bila ditanggung dengan
sabar, menjadi kurban rohani, yang dengan perantaraan Yesus
Kristus berkenan kepada Allah (lih. 1Ptr 2:5). Kurban itu dalam
perayaan Ekaristi, bersama dengan persembahan Tubuh, penuh
khidmat dipersembahkan kepada Bapa. Demikianlah para awam pun
sebaga penyembah Allah, yang di mana-mana hidup dengan
suci, membaktikan dunia kepada Allah.

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

 Tujuan Imamat kaum beriman awam adalah bagaimana mereka


menghasilkan buah buah roh dalam hidup mereka.
 Seluruh hidup kita, yaitu keberhasilan dan kegagalan, suka dan duka,
jerih payah dan istirahat kita, dapat menjadi kurban rohani, asalkan
dijalankan dalam semangat Roh. Demikian pula pelbagai beban dan
kesukaran hidup yang ditanggung dengan sabar bisa menjadi kurban
rohani.
 Mereka yang tertimpa aneka kemalangan (kemiskinan, kelemahan,
penyakit, dll.) diundang menyatukan penderitaan mereka dengan
Kristus yang menderita sengsara demi keselamatan dunia (LG41§6,
bdk. Kol 1:24).
 Kurban rohani ini dipersembahkan kepada Bapa dan dipersatukan
dengan kurban Kristus yang dihadirkan kembali dalam Misa Kudus.
 Kita diajak hidup secara suci untuk membaktikan dunia bagi Allah.
Melalui pekerjaan harian yang kita jalankan dalam semangat Roh, kita
ikut menguduskan lingkungan dan pekerjaan kita bagi Tuhan.
 Liturgi adalah perayaan bersama, maka kita diundang untuk
berpartisipasi secara sadar dan aktif (SC 14), juga dengan bersedia
menjadi petugas liturgi: koor, misdinar, penghias altar, lektor, asisten
imam, dsb (lih. KGK 903).
 Orang tua menjalankan tugas pengudusan dan keluarga dengan cara:
hidup berkeluarga dalam semangat dard mengusahakan pendidikan
kristiani bagi anak-anaknya (KHK 835 § 4).

4. Pendalaman

1. Bagaimanakah menjadikan penderitaan, sakit, dan kegagalan kita


sebagai kurban rohani? (ditanggung dengan sabar dan dipersatukan
dengan penderitaan Kristus yang menderita demi keselamatan kita)
2. Mengapa kita harus berpartisipasi aktif dalam liturgi? Bagaimana kita
perlu mempersiapkan diri sebagai petugas liturgi? (Sebab liturgi
adalah perayaan kita bersama. Kita berpartisipasi dalam perayaan
Ekaristi entah sebagai umat (ikut menyanyi, menjawab doa-doa dan
bersikap liturgi yang
benar) ataupun menyediakan diri sebagai petugas liturgi. Pembina bisa
memberikan contoh aneka persiapan teknis dan praktis untuk petugas-
petugas liturgi).
3. Menurut Anda, sejauhmana kita semestinya memberikan kolekte?
Apakah sekadar ikhlas (2Kor 8:9), ataukah juga dalam jumlah yang
pantas dengan berkat yang telah kita terima (bdk. Sir 35:9)? (Kolekte
sebagai simbol persembahan diri kita, yang akan dipergunakan untuk
mendukung karya
kerasulan Gereja dan pelayanan orang miskin, hendaknya kita berikan
secara ikhlas, bebas, dan dalam jumlah yang pantas sepadan dengan
berkat yang kita terima. Catatan: hendaknya ditanamkan sikap peduli
dan terlibat dalam karya kerasulan Gereja, serta dengan murah hati
(tidak pelit!) memberikan kolekte dan aneka sumbangan untuk Gereja
dan pelayanan orang kecil, miskin, menderita, dan tersingkir).
4. Bagaimana secara konkret kita bisa menguduskan "lingkungan dan
pekerjaan" kita sehari-hari? (Dengan menjalankan pekerjaan kita
dalam semangat Roh, maka harus bekerja dengan tekun, jujur,
berdedikasi, sabar, dan tetap mau peduli dan menolong yang lain).
5. Untuk orangtua: Bagaimana secara konkret Anda mendidik anak-anak
secara kristiani? (Pembina hendaknya mengingatkantanggung jawab
orangtua untuk mendidik anak-anak secara kristiani (semangat doa,
semangat kasih, pelayanan, dan pengampunan), baik dengan kata
maupun terlebih dengan teladan mereka sehari-hari. Termasuk
keterlibatan orangtua dalam hidup menggereja akan menjadi contoh
bagi anak anak. Demikian pula keterbukaan dan kerelaan orangtua
manakala ada di antara anaknya yang terpanggil untuk menjadi imam,
atau biarawan-wati.

MENGGALI PENGALAMAN PESERTA

1. Mengunjukkan Persembahan Rohani


Dalam persiapan persembahan setelah mengunjukkan persembahan
roti dan anggur, imam mengundang kita:
Imam :
Berdoalah, Saudara-Saudari, supaya persembahanku dan
persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa.
Umat:
Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan
keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
1. Persembahan siapakah yang diunjukkan oleh imam kepada Tuhan?
(persembahan imam sendiri dan persembahan umat).
2. Apakah persembahan imam/pastor? (roti dan anggur)
3. Apakah persembahan umat? (persembahan atau kurban rohani yang
disimbolkan dalam bentuk kolekte).
4. Mengapa umat juga mempersembahkan kurban rohani? (Karena
berkat pembaptisan, mereka juga mendapat martabat imamat umum).

2. MASUKAN PEMBINA

Berkat pembaptisan kita memang menerima imamat umum sehingga


kita juga diundang untuk mempersembahkan persembahan rohani kepada
Tuhan. Persembahan rohani ini juga disimbolkan dengan kolekte yang akan
digunakan untuk mendukung karya kerasulan Gereja. Dalam perayaan
Ekaristi persembahan atau kurban rohani kita ini disatukan dengan kurban
Kristus berupa roti dan anggur yang akan dikonsekrasikan menjadi Tubuh dan
Darah Kristus. Persembahan kita berkenan kepada Tuhan karena disatukan
dengan kurban Kristus sendiri.

PENERAPAN

1. Refleksi Pribadi

a. Sejauhmana Anda telah menghayati pengalaman suka-duka harian


dalam semangat Roh sehingga bisa dijadikan kurban rohani?
b. Sejauh mana Anda sudah terlibat aktif dalam liturgi Gereja? Apa yang
secara konkret bisa Anda lakukan?
c. Bagaimana Anda menyucikan pekerjaan Anda setiap hari sehingga
bisa menjadi persembahan yang berkenan bagi Tuhan?

2. Membangun Niat-niat Konkret Sebagai Imam Rajawi


(Peserta ditugaskan untuk merenungkan dan menuliskan niat-niat konkretnya
untuk mewujudkan tugas perutusan sebagai imam rajawi yang siap
mempersembahkan persembahan rohani kepada Tuhan).

3. Untuk Direnungkan

Mari Membawa Kurban Rohani

Berkat pembaptisan kita semua telah menerima martabat imamat


umum. Kita semua telah dijadikan "kerajaan dan imam-imam bagi Allah dan
Bapa-Nya" (Why 1:6). Dengan menerima Krisma, berarti imamat umum ini
bukan sekadar martabat dan potensi, melainkan suatu tugas yang mesti
direalisasikan. Kita diundang senantiasa membawa kurban rohani, di mana
seluruh hidup kita selayaknya dipersembahkan sebagai kurban yang hidup,
suci, berkenan kepada Allah (lih. Rm 12:1). Setiap kali merayakan Ekaristi,
kita mempersembahkan kurban rohani kita ini untuk disatukan dengan kurban
Kristus di altar. Memang kurban rohani kita ini tidaklah berarti, sama halnya
dengan air yang dicampurkan dengan anggur. Kurban kita menjadi berkenan
pada Tuhan karena disatukan dengan kurban Kristus yang dihadirkan kembali
dalam perayaan Ekaristi.
Apa saja yang bisa kita persembahkan sebagai kurban rohani? Semua
pengalaman suka-duka selama satu minggu, asal saja kita jalankan dalam
semangat roh. Kesukaran kita dalam pelajaran, nilai ulangan yang pas-pasan
karena kita berlaku jujur, kesulitan orangtua dalam mendidik anak, pengusaha
yang tidak bisa mendapat untung banyak karena berlaku adil terhadap para
karyawannya, perjuangan berat mengamalkan ajaran Yesus untuk
mengampuni dan mendoakan mereka yang mencela, memfitnah, dan
memusuhi kita. Tetapi juga tentunya segala keberhasilan, rezeki yang kita
dapatkan sebagai hak kita, nilai ujian bagus karena kita telah belajar tekun dan
berlaku jujur, kesehatan yang berangsur-angsur membaik, dsb. Selain itu,
segala penyakit, penderitaan dan jerih lelah kita menghidupi keluarga,
kejenuhan dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas kuliah, asal saja kita
jalankan dengan penuh kesabaran, juga bisa kita jadikan sebagai kurban
rohani. Dengan demikian seluruh suka-duka harian yang kita jalankan dalam
semangat roh, kita persembahkan sebagai kurban rohani untuk dipersatukan
dengan kurban Kristus sendiri yang dihadirkan kembali dalam perayaan
Ekaristi. Dengan demikian Ekaristi sungguh menjadi puncak hidup kita di
mana semua kurban rohani selama satu minggu ini kita persembahkan. Dalam
perayaan Ekaristi ini kita juga menimba rahmat, yakni menerima Sabda
Kristus dan menyambut Komuni Kudus. Dengan bekal santapan Sabda dan
Sakramen ini, kita sungguh menemukan sumber kekuatan untuk melanjutkan
tugas perutusan kita di tengah masyarakat.
Persembahan rohani ini juga kita simbolkan dengan persembahan in
natura (barang) dan in paecunia (uang), yakni berupa kolekte, yang nantinya
akan dipakai untuk mendukung karya kerasulan Gereja (bdk. 2Kor 8:4) dan
pelayanan orang miskin (bdk. 2Kor 9:12). Seberapa besar? Kiranya anjuran
Sir 35:9 ini bisa dijadikan pegangan, "Berikanlah kepada Yang Mahatinggi,
berpadanan dengan apa yang la berikan kepadamu, dengan murah hati dan
sesuai dengan hasil tanganmu. Berpadanan berarti sesuai, selaras, dan pantas
dengan aneka berkat yang kita terima. Saat kita tengah berkabung, paceklik
dan gagal panen, Tuhan juga tahu. Demikian pula saat kita menerima rezeki
berlimpah, lulus ujian dengan nilai bagus, sembuh dari sakit, niscaya kita akan
meniru orang kusta Samaria yang tahu berterima kasih (Luk 17:11-19).
Dengan murah hati berarti tidak pelit. Sesuai dengan hasil tanganmu artinya
sesuai dengan hasil keringatmu jadi, jangan menjadikan kolekte sebagai
sarana money laundry dari hasil penindasan terhadap karyawan (lihat Yak
5:4), bisnis dengan jalan curang (lihat Ams 11:1; 16:8; 20:17; 21:6), atau
korupsi uang rakyat.
Jika demikian, maka kolekte kita pun sungguh mencerminkan persembahan
rohani kita.

PENUTUP

1. Lagu Penutup
Misal PS 378 "Ya Tuhan, Allahku"
2. Doa Penutup
Misal PS 197 "Doa untuk Aneka Bidang Pekerjaan"
PERTEMUAN VI
KRISMA SEBAGAI SAKRAMEN PERUTUSAN
MENJADI NABI DI ZAMAN MODERN

PEMBUKA

1. Lagu Pembuka
Misal PS 692 "Yesus Mengutus Murid-Nya"
2. Doa Pembuka
Misal PS 173 "Doa agar Kristus Semakin Dikenal"

Pengantar
Pembina memberi pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan
perutusan untuk menggali pengalaman peserta.

Masukan Pembina

Berkat pembaptisan, kita juga menerima martabat sebagai nabi, yang


melalui kata-kata dan kesaksian hidup menyatakan kehendak Tuhan bagi
lingkungan dan masyarakat sekitar kita. Namun untuk menjadi seorang nabi,
kita harus menyiapkan hati, bahwa tak jarang kita juga akan ditolak dan
dimusuhi. Namun seorang nabi sejati tidak akan mundur, sebaliknya akan
merasa
bahagia atas segala penghinaan dan penganiayaan karena nama Yesus (lih.
Mat 5:11-12).
MENGGALI PENGALAMAN TRADISI GEREJA

1. Diutus Menjadi Nabi

Nabi adalah juru bicara Allah. Dia mewartakan kehendak Allah untuk
orang-orang sezamannya. Nabi kerap dimusuhi, dikejar-kejar, bahkan
dibunuh. Sebab pewartaan-Nya sering memerahkan telinga dan memanaskan
hati pendengarnya. Rancangan Tuhan kerap tidak seperti rancangan manusia
(Yes 55:8). Tetapi nabi sejati tidak akan gentar menghadapi tantangan
dan ancaman.
Yesus Kristus adalah nabi agung. Dia mewartakan kedatangan
Kerajaan Allah baik dengan perkataan-Nya, karya-karya-Nya maupun dengan
kesaksian hidup-Nya. Sekarang ini tugas kenabian-Nya tidak hanya
diteruskan oleh hierarki, melainkan juga oleh kaum awam seperti ditulis
Lumen Gentium art. 35 berikut ini:
Karena itulah awam diangkat-Nya menjadi saksi dan dibekali-Nya
dengan perasaan iman dan rahmat Sabda (lih. Kis 2: 17-18; Why
19:10), supaya kekuatan Injil bersinar dalam hidup sehari-hari, dalam
keluarga maupun masyarakat....Hendaklah (harapan) itu mereka
ungkapkan dengan pertobatan yang tiada hentinya dan dengan
perjuangan. "Melawan para penguasa dunia kegelapan, menentang
roh-roh jahat' (Ef 6:12), juga melalui struktur struktur hidup
duniawi....Begitu pula para awam menjadi bentara yang tangguh,
pewarta iman akan hal-hal yang diharapkan (lih. Ibr 11:1), bila
mereka tanpa ragu-ragu memadukan pengakuan iman dengan
penghayatan iman. Penyiaran Injil itu, yakni pewartaan Kristus, yang
disampaikan dengan kesaksian hidup dan kata-kata, memperoleh ciri
yang khas dan daya guna yang istimewa justru karena dijalankan
dalam keadaan-keadaan biasa dunia ini".

2. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


 Tujuan tugas kenabian adalah agar kekuatan Injil bersinar dalam hidup
sehari-hari, baik di keluarga, kelas/tempat kerja, maupun di
masyarakat.
 Sebagai nabi, kita sendiri harus terus menerus bertobat dan berjuang
melawan arus dunia yang jahat dan kehidupan yang bertentangan
dengan Injil.
 Penginjilan dilakukan dengan pengakuan iman dan penghayatan iman
 Penginjilan kaum awam mempunyai ciri khas dan daya guna yang
lebih efektif sebab dijalankan dalam keadaan-keadaan biasa.
 Mewartakan Kristus tidak cukup dengan kesaksian hidup. "Tentulah
rasul yang sejati mencari kesempatan-kesempatan untuk mewartakan
Kristus dengan kata-kata, baik kepada mereka yang tidak
beriman ...maupun kepada kaum beriman" (AA 6).
 Suami istri dipanggil untuk menjadi saksi iman dan cinta akan Kristus
di tengah keluarganya.
 Kaum awam yang mempunyai talenta untuk mendampingi, mengajar,
dan mendidik diundang terlibat dalam kegiatan pewartaan iman.

3. Pendalaman

1. Bagaimana menjadi nabi di zaman sekarang? Apa sajakah risikonya?


(Ditolak, dicueki, dianggap sok suci, dimusuhi karena mau bertindak
jujur dan penuh dedikasi, dikucilkan, dsb.).
2. Mengapa pewartaan kaum awam yang dijalankan dalam keadaan-
keadaan biasa jauh lebih efektif daripada khotbah dan mimbar agama
di televisi? (Karena orang langsung melihat kesaksian hidup konkret
setiap hari dan bagaimana orang Kristen berusaha mempraktikkan
ajaran kasih Kristus. Melihat itu orang akan bertanya dalam hati: apa
rahasianya koq orang Katolik itu sabar dan tahan menderita, suka
berdamai dan mengampuni, sedikit bicara
banyak kerja, murah hati, setia pada pasangan dan keluarga, dsb. Bila
ada yang bertanya, inilah pintu masuk untuk mewartakan Kristus yang
kita imani dan telah memberikan kekuatan kita untuk melakukan itu
semua).
3. Dalam lingkungan masyarakat yang penuh korupsi dan ketidakadilan,
apa yang bisa dibuat seorang Katolik? Sanggupkah dia melawan arus
kedosaan masyarakat demikian? (Ditekankan betapa besar godaan
untuk ikut arus, demikian pula dengan para anggota parlemen dan
pejabat pemerintahan yang katolik, mereka bisa jadi hanyalah garam
yang hambar dan terang yang redup. Keteguhan pada komitmen
pribadi dan penimbaan rahmat kekuatan dari Sakramen Ekaristi dan
Sakramen Tobat akan menguatkan penciptaan budaya tandingan:
budaya bebas korupsi).
4. Apa saja yang bisa Anda lakukan untuk mewartakan kabar sukacita
Kristus di kelas tempat kerja, masyarakat, dan juga dunia digital?
Sejauhmana internet juga bisa kita manfaatkan untuk mewartakan
Injil? (Perlunya kesadaran untuk memanfaatkan aneka sarana,
termasuk intemet: email, blog, facebook, milis, untuk
memperkenalkan Kristus dengan cara yang halus dan tepat guna.
Termasuk dalam berbagi pengalaman iman yang bisa meneguhkan
saudara seiman lainnya).

PENERAPAN

1. Refleksi Pribadi

a. Sebagai pelajar/mahasiswa, karyawan, atau dalam profesi Anda saat


ini, sudahkah Anda menampilkan diri sebagai saksi Kristus bagi orang
sekitar? Sejauhmana Anda menjadi
garam dan terang bagi mereka?
b. Sudah siapkah Anda menjelaskan dan mempertanggungjawabkan
iman Katolik apabila ada orang yang bertanya kepada Anda? Lalu
bagaimana Anda perlu membekali diri agar bisa mempertanggung
jawabkan iman?
c. Apa saja yang akan Anda lakukan untuk mewartakan kabar sukacita
Injil di dunia modern ini?
d. Tidak sedikit orang akhimya meninggalkan Kristus dan Gereja Katolik
karena tergiur oleh iming-iming jabatan, kekayaan, dan
jodoh.Sebaliknya, tidak sedikit para martir yang berani menumpahkan
darahnya demi iman. Bagaimana dengan Anda sendiri, apakah Anda
akan tetap setia dalam iman Katolik?
2. Membangun Niat-niat Konkret Sebagai Nabi di Zaman Ini

(Peserta ditugaskan untuk merenungkan dan menuliskan niat-niat konkretnya


untuk mewujudkan tugas perutusan sebagai nabi baik dalam kesaksian hidup
maupun kata kata di tengah keluarga, kelas/tempat kerja, pergaulan dan
masyarakat!)

3. Untuk Direnungkan

Suka-Duka Nabi dan Pewarta Injil

Untuk menjalankan tugas perutusan sebagai nabi atau pewarta Injil,


memang kita harus siap menanggung risiko ditolak dan menderita. Kita ingat
nabi Musa yang diprotes umatnya, nabi Yeremia yang dimasukkan ke dalam
sumur, nabi Amos yang diusir dari wilayah Israel (Am 7:10-17). Ketika Yesus
menuju kota Yerusalem, Dia berkata, "Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku
harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi
dibunuh kalau tidak di Yerusalem. Yerusalem, Yerusalem, engkau yang
membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus
kepadamu!" (Luk 13:33-34a).
Bagaimana dengan nasib St. Paulus sebagai pewarta Injil? Dia menulis
pengalamannya begini:
"Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara;
didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut Lima kali aku
disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan,
tiga kali aku didera satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali
mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung katung di
tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam hahaya banjir
dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan
dari pihak orang-orang bukan Yahudi, bahaya di kota, bahaya di
padang gunun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-
saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat, kerap
kali aku tidak tidur, aku lapar dan dahaga, kerap kali aku berpuasa,
kedinginan dan tanpa pakaian, dan dengan tidak menyebut banyak hal
lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat
jemaat." (2Kor 11:23b-28).

Penderitaan dan bahkan mahkota kemartiran juga terjadi di bumi


Indonesia. Niscaya Anda ingat akan nama Pastor Dionisius dan Bruder
Redemptus, keduanya karmelit tak berkasut (OCD) dari negeri Belanda yang
dibunuh di Aceh pada abad XVI dan kita peringati setiap 1 Desember. Bila
kita menengok negara tetangga, dalam sejarah mereka ada banyak barisan
imam dan kaum awam yang dengan gagah berani menjadi martir demi iman.
Kita ingat nama Andreas Dun Lac dari Vietnam (24 Nov), Andreas Kim
Taegon dari Korea (20 Sept), dan Paulus Miki dari Jepang (6 Feb). Dan
benarlah pepatah yang mengatahkan bahwa darah para martir menyuburkan
perkembangan Gereja.
Kendati mereka menderita dan bahkan terbunuh, mereka tidak gentar.
Mereka mengimani Sabda Kristus, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh
sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah,
karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi
yang sebelum kamu." (Mat 5:10-12).
Demikian pula mereka yang berjerih lelah dalam pewartaan Injil,
merasa berbahagia karena namanya terdaftar di surga (lih. Luk 10:20) dan
kedatangannya dinanti-nantikan, "Dan bagaimana mereka dapat
memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa
indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" (Rm 10:5).
Apabila kita melihat dan menyadari peluang dan kebutuhan akan pewarta-
pewarta Injil, khususnya untuk pedalaman Kalimantan dan Papua, demikian
pula kebutuhan pewartaan Injil untuk aneka bidang kehidupan masyarakat
Indonesia, kita akan mengamini Sabda Yesus ini, "Tuaian memang banyak,
tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja pekerja untuk tuaian itu (Mat 9:37-38)."
Mungkin banyak orang sudah berdoa bagi tumbuh suburnya panggilan
khusus menjadi imam atau biarawan-wati, namun apakah juga ada kerelaan
berkurban dan keberanian di antara orang muda Katolik sendiri, terlebih yang
sudah menerima sakramen Krisma, untuk menanggapi panggilan Tuhan untuk
bekerja di kebun anggur? Demikian pula adakah kerelaan dan dukungan dari
orangtua dan keluarga dekat manakala ada yang tertarik mengikuti Kristus
sebagai imam atau biarawan-wati? Bagaimana dengan Anda sendiri?
Sebagai kaum awam pun kita bisa turut ambil bagian dalam
mendukung karya kerasulan para rasul Kristus, seperti diakui para Bapa
Konsili Vatikan II, "Sebab seperti kaum pria dan wanita, yang membantu
Paulus dalam pewartaan Injil (lih. Kis 18:18-26; Rm 16:3), begitu pula para
awam, yang berjiwa kerasulan sejati, melengkapi apa yang kurang pada
saudara-saudara mereka, dan menyegarkan semangat para gembala maupun
Umat beriman lainnya (lih. 1Kor 16:17-18)" (AA 10).
Memang mungkin kita tidak akan dianugerahi mahkota kemartiran,
demikian pula ada keterbatasan dalam mewartakan Injil melalui tulisan
ataupun kata-kata, namun kesaksian hidup yang selaras dengan semangat
Injil, seperti kebenaran, kejujuran,
pelayanan pada yang miskin dan tersingkir, kemurahhatian dan kerelaan
berkurban, mudah memaafkan, sabar, setia dalam perkawinan, dsb., kiranya
akan membuat garam kita tidak hambar dan terang kita tidak redup (bdk. Mat
5:14-16). Begitu pula sebagai nabi, kita harus berani menyatakan, menegur,
dan mengingatkan orang lain, lingkungan kerja, dan masyarakat kita bila
mulai melenceng dari jalan yang benar: kurangnya tanggung jawab dan
dedikasi atas pekerjaan, korupsi dan kebocoran dana di sana-sini, pejabat
pemerintah dan parlemen yang tak mau peduli dan memperjuangkan
kesejahteraan umum, dsb. Kendati kita akan selalu berusaha memilih cara
yang halus dan tepat sasaran, kita akan tetap dihadapkan pada risiko kenabian:
dianggap sok suci, dikucilkan, dimusuhi, difitnah, dsb. Beranikah Anda?

PENUTUP

1. Lagu Penutup
Misal PS 697 "Bimbinglah Aku, Tuhanku
2. Doa Penutup
Misal PS 178 "Doa untuk Gereja yang Dianiaya”
PERTEMUAN VII
KRISMA SEBAGAI SAKRAMEN PERUTUSAN:
MEMIMPIN DIRI SENDIRI DAN ORANG SEKITAR

PEMBUKA

1. Lagu Pembuka
Misal PS 691 "Yesus Diutus Bapa"
2. Doa Pembuka
Misal PS 181 "Doa untuk Para Petugas Gereja"

Pengatar

Berkat pembaptisan, kita semua menerima martabat sebagai raja, yang


mesti kita emban terlebih setelah menerima sakramen Krisma. Sebagai raja,
kita diundang untuk ikut mendatangkan Kerajaan Allah di sekitar kita. Maka
bersama semua orang yang berkehendak baik kita mencoba menyehatkan
dan memperbarui situasi masyarakat yang mengarah pada dosa.

MENGGALI PENGALAMAN TRADISI GEREJA

Diutus Menjadi Raja

Raja adalah pemimpin rakyat. Namun di Israel, raja harus memerintah


atas nama Allah Raja adalah wakil Allah yang kelihatan. Raja tidak bisa
memimpin semaunya sendiri. Raja Saul ditolak oleh Allah dan digantikan
oleh Raja Daud karena dia mengabaikan Tuhan (1Sam 15).
Kristus adalah raja semesta alam. Karena ketaatan Nya yang
sempurna, bahkan sampai mati di kayu salib, Kristus dimuliakan oleh Allah
untuk memasuki kemuliaan kerajaan-Nya. Para murid-Nya juga diajak-Nya
untuk turut memerintah sebagai raja, seperti dirumuskan Lumen Gentium art.
36:
Kuasa itu disalurkan-Nya kepada para murid, supaya mereka pun
diangkat ke dalam kebebasan rajawi, dan dengan mengingkari diri
serta hidup suci mengalahkan kerajaan dosa dalam diri mereka
sendiri (lih. Rm 6:12); bahkan supaya mereka melayani Kristus juga
dalam sesama, dan dengan demikian dengan rendah hati dan
kesabaran mengantarkan saudara-saudaranya kepada sang Raja:
mengabdi kepada-Nya berarti memerintah. Sebab Tuhan ingin
memperluas kerajaan-Nya juga melalui kaum beriman awam, yaitu
kerajaan kebenaran dan kehidupan, kerajaan kesucian dan rahmat,
kerajaan keadilan, cinta kasih dan damai (.....). Jadi, kaum beriman
wajib mengakui makna sedalam-dalamnya, nilai serta tujuan segenap
alam tercipta, yakni: demi kemuliaan Allah. Lagi pula mereka wajib
saling membantu juga melalui kegiatan duniawi untuk hidup dengan
lebih suci, supaya dunia diresapi semangat Kristus, dan dengan lebih
tepat mencapai tujuannya dalam keadilan, cinta kasih, dan
damai....Selain itu, hendaklah kaum awam dengan kerja sama yang
erat menyehatkan lembaga-lembaga dan kondisi-kondisi masyarakat,
bila ada yang merangsang untuk berdosa. Maksudnya yakni supaya
itu semua disesuaikan dengan norma-norma keadilan, dan menunjang
keutamaan-keutamaan, bukan malah merintanginya. Dengan
demikian mereka meresapi kebudayaan dan kegiatan manusia dengan
nilai moral.
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

 Semua orang Kristen diundang untuk "mengingkari diri serta hidup


suci mengalahkan kerajaan dosa dalam diri mereka sendiri" (LG 36).
 Kerajaan Allah yang kita upayakan adalah: kerajaan kebenaran dan
kehidupan, kerajaan kesucian dan rahmat, kerajaan keadilan, cinta
kasih dan damai.
 Di mana pun orang Kristen berada, hendaknya bekerja sama dengan
semua orang yang berkehendak baik untuk menyehatkan lembaga-
lembaga dan kondisi masyarakat agar tidak mengarah pada dosa.
Maka norma keadilan, keutamaan, dan moral harus dijadikan
pegangan.
 Suara hati kristiani hendaknya dijadikan tolok ukur apabila
menghadapi berbagai dilemma, "Sebab tiada tindakan manusiawi satu
pun, juga dalam urusan-urusan duniawi, yang dapat dilepaskan dari
kedaulatan Allah" (LG36).
 Kita yang berbakat memimpin juga diundang untuk melayani
persekutuan kristiani (lih. EN 73; KGK 910), misalnya dengan
menjadi ketua dan pengurus lingkungan, aneka kelompok kategorial,
ataupun dewan pastoral paroki (lih. KGK 911).
 Seturut teladan Kristus, memimpin adalah melayani, bukannya
menguasai, apalagi memanipulasi (bdk. Mat 20:28).

Pendalaman

1. Mengapa memimpin dan menguasai diri bu gub sendiri itu jauh lebih
sulit? (kita sendiri yang mengontrol, kita mudah memaafkan atau
memaklumi kelemahan dan kegagalan diri, dsb.).
2. Bagaimana agar pembicaraan kita dengan teman-teman tidak
mengarah pada dosa? (Perlu kriteria pembicaraan seperti dalam
ilustrasi no.14 "Menggosip dengan penuh kasih", hlm. 131).
3. Berilah contoh situasi masyarakat dan blingkungan Anda yang tidak
sesuai dengan norma keadilan, keutamaan, dan moral! Apa yang
masih bisa Anda lakukan?
4. Pemimpin adalah pelayan. Jika demikian, kepemimpinan yang
bagaimanakah yang mesti dihindarkan? (Gila hormat, sikap
sewenang-wenang, memaksakan kehendak dan menggunakan
kekerasan, bersikap sebagai penguasa, dsb.).

PENERAPAN

1. Refleksi Pribadi

a. Kerajaan dosa apa saja yang mesti Anda atasi dalam diri Anda sendiri?
Apa yang akan Anda upayakan lagi untuk mengatasinya?
b. Dalam lingkungan pergaulan, sekolah/ tempat kerja Anda, situasi apa
saja yang bisa mengarah pada dosa? Apa yang bisa Anda lakukan
untuk menyehatkan situasi demikian?
c. Bersediakah Anda seandainya dipilih menjadi pengurus kelompok
kategorial atau lingkungan? Mengapa? Apa yang perlu Anda
persiapkan untuk terlibat dalam pengembangan Gereja setempat?

2. Membangun Niat-niat Konkret Sebagai Raja

(Peserta ditugaskan untuk merenungkan dan menuliskan niat-niat konkretnya


untuk mewujudkan tugas perutusan sebagai raja atas diri sendiri, tetapi juga
di tengah keluarga, kelas/tempat kerja, pergaulan dan masyarakat!)

3. Untuk Direnungkan

"Tuhan Yesus membutuhkan mata, mulut, tangan dan kaki Anda"

Sepanjang hidup-Nya Tuhan Yesus mewartakan Kerajaan Allah.


Dengan tiada bosan dan dengan berbagai cara Dia mengajarkan Kerajaan
Allah, yaitu suatu suasana di mana Allah menjadi raja dan setiap orang rela
dipimpin oleh Allah. Kerajaan Allah akan terwujud di mana ada kasih,
sukacita, persaudaraan, saling pengertian, kebenaran, kejujuran, keadilan, dan
kedamaian.
Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan mengajar,
tetapi juga dengan karya-karya-Nya. Dia menjamah dan menyembuhkan
orang-orang sakit, sehingga orang buta dapat melihat, orang tuli dapat
mendengar, orang bisu dapat berbicara, orang kusta menjadi tahir, dan orang
mati dihidupkan [23.27, 5/6/2022] My Net: kembali (bdk Mat 11:2-5). Itulah
keselamatan yang dialami semua orang yang terbuka hati dan percaya pada
Yesus. Selain itu, melalui hidup-Nya sehari-hari Yesus juga mewartakan
Kerajaan Allah. Dia mewartakan kabar baik kepada kaum miskin dan
menderita (Luk 4:17-19). Dia mau menerima dan
memberkati anak-anak (Mrk 10:14). Dia mengunjungi para sahabat-Nya
(Luk10:38-42). Dia menyapa dan bergaul dengan para pendosa (Luk 19:1-10).
Tetapi Dia juga tidak menolak tamu-tamu dari golongan atas (Yoh 3:1-3).
Semua golongan disapa, diperhatikan, dan dicintai Yesus. Mereka semua
sungguh mengalami kehadiran Allah yang meraja dan menyelamatkan.
Kerajaan Allah memang telah dimulai dalam diri Yesus Kristus.
Namun, perwujudannya di dunia ini sampai sekarang belum selesai. Padahal,
Allah menghendaki kita semua mengalami keselamatan, mengalami Kerajaan
Allah itu. Tetapi, siapakah yang harus melanjutkan karya keselamatan Yesus?
Kita yang sudah dipermandikan inilah yang mesti melanjutkan karya
keselamatan Kristus. Sebab dengan dibaptis, kita semua masuk dalam
komunitas penerus karya keselamatan Kristus. Seluruh diri kita sungguh
dibutuhkan oleh Tuhan Yesus
untuk melanjutkan karya keselamatan-Nya. Tuhan Yesus sungguh
membutuhkan:
 Mata kita untuk memandang dengan penuh kasih dan pengertian;
 Telinga kita untuk mendengarkan keluh kesah dan jeritan hati sesama;
 Mulut kita untuk menghibur, meneguhkan, dan menyuarakan
kebenaran dan kedamaian;
 Hati kita untuk turut merasakan beban hidup dan penderitaan sesama;
 Tangan kita untuk merengkuh, menolong, dan melindungi yang lemah;
 Kaki kita untuk menjangkau, mendekati, mengunjungi meraka yang
tersisih, entah karena ekonomi, status sosial, cacat fisik, atau sakit.

Tetapi, bersedia dan relakah kita?

PENUTUP

1. Lagu Penutup
Misal PS 655 "Ku Hendak Mengikut Kristus"
2. Doa Penutup
Misal PS 195 "Doa untuk Masyarakat"
PERTEMUAN VIII
PERSIAPAN AKHIR

Tujuan:
Peserta diajak untuk menyiapkan hati Agar bersuasana rahmat
sehingga layak menyambut Roh Kudus serta memahami jalannya
upacara Krisma

PEMBUKA

1. Lagu Pembuka
Misal PS 605 "Dengarlah, ya Tuhan"
2. Doa Pembuka (oleh Pembina)

MENGGALI PENGALAMAN PESERTA


Tanya Jawab
Pembina menanyakan kesiapan hati para peserta, misalnya:
 Apakah Anda sudah merasa siap untuk menerima Sakramen Krisma?
 Hal-hal apa yang sudah Anda siapkan?
 Dalam hal apa Anda belum merasa siap?
 Dan sebagainya

MENGGALI PENGALAMAN TRADISI GEREJA

1. Menyiapkan Suasana Berahmat

Untuk menerima rahmat Roh Kudus, para calon Krisma harus


disiapkan agar berdisposisi (memiliki sikap batin) yang baik (KHK 889 § 2).
Sama seperti ketika kita akan kedatangan tamu istimewa, kita tentu
mempersiapkan segala sesuatu agar sang tamu kerasan dan berkenan di hati.
Demikian juga, kita perlu menyiapkan batin kita agar Roh Kudus, khususnya
roh kenabian (roh profetis) yang akan dianugerahkan dalam Sakramen
Krisma, berkenan dan kerasan tinggal dalam Bait-Nya, dalam hati kita (bdk.
1Kor 6:19). Agar dapat menyambut rahmat Roh Kudus dengan layak, maka
kita harus berada dalam suasana berahmat. Dalam KGK 1310 dirumuskan,
"Untuk menerima Penguatan, orang
harus berada dalam suasana rahmat. Karena itu, dihimbau supaya menerima
Sakramen Tobat, sehingga dibersihkan sebelum menerima anugerah Roh
Kudus. Di samping itu, doa yang intensif juga harus mempersiapkan orang
untuk menerima kekuatan dan
rahmat Roh Kudus dengan kerelaan batin".

a. Berdoa Intensif Dengan Novena Roh Kudus dan Doa Triduum


Persiapan Krisma

Dalam Kis 1:12-14 dikisahkan bahwa para murid dan Bunda Maria berdoa
selama sembilan hari berturut turut. Mereka berdoa dengan penuh iman dan
harap untuk menantikan kedatangan Roh Kudus. Hal yang sama dapat kita
lakukan sebagai persiapan batin menyambut Sakramen Krisma. Kita dapat
mendoakan Novena Roh Kudus dari Puji Syukur No. 91-94. Syukur
bila kita dapat mendoakannya bersama-sama. Selain itu, kita juga bisa
mengadakan doa triduum, yakni berdoa intensif selama tiga hari berturut-turut
untuk mempersiapkan diri menyambut rahmat Roh Kudus dalam Sakramen
Krisma.

b. Menerima Sakramen Tobat

Suasana berahmat juga dapat diupayakan dengan menerima Sakramen


Tobat. Sakramen ini pun Sakramen Roh Kudus sebab Roh Kuduslah yang
merupakan sumber dan prinsip penghapusan dosa. Kepada para rasul-Nya,
Yesus bersabda, "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa
orang, dosanya diampuni dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada,
dosanya tetap ada" (Yoh 20:22-23). Dengan menerima Sakramen Tobat dosa-
dosa kita diampuni, jiwa kita dibersihkan kembali sehingga Roh Kudus akan
makin leluasa berkarya dalam diri kita.
Rahmat Sakramen Tobat akan membantu kita bertumbuh dalam hidup
rohani. Sebab sakramen ini tidak hanya mengampuni dosa-dosa kita, tetapi
juga memberikan rahmat khusus yang memungkinkan kita lebih kuat
menghadapi godaan sehingga kita tidak gampang jatuh dalam dosa lagi.
Selain itu, dengan penitensi (denda dosa), imam mengajak kita untuk melihat,
menyadari, dan memberantas akar-akar dosa dalam diri kita sehingga kita
tidak mudah jatuh lagi dalam dosa yang sama. Dengan demikian, rahmat
Sakramen Tobat sungguh membantu kita untuk bertumbuh dalam
hidup rohani.

c. Tugas

Bicarakanlah kemungkinan untuk mengadakan Ibadat Tobat bersama


dan kemudian menerima Sakramen Tobat secara pribadi.

2. Memahami Upacara Krisma


Dalam perayaan Ekarisi, liturgi Krisma diletakkan di antara homili dan
doa umat. Ada tiga bagian pokok dalam liturgi Krisma, yaitu pembaruan janji
baptis, penumpangan tangan, dan pengurapan dengan minyak Krisma. Untuk
lebih jelasnya, silakan melihat Tata Perayaan Penerimaan Krisma Sekarang
kita melihat ketiga bagian pokok dalam liturgi Krisma.

a) Pembaruan Janji Baptis


 Setiap orang yang akan dibaptis, harus mengucapkan janji baptis. Janji
baptis berisi penolakan terhadap Setan dan pengakuan iman akan
Allah Tritunggal dan Gereja. Dalam baptisan bayi, pengucapan janji
baptis diwakili oleh orangtua dan wali baptis.
 Orang yang akan menerima Sakramen Krisma, juga harus
memperbarui janji baptisnya (KHK 889 § 2). Pembaruan janji
baptis dalam liturgi Krisma menunjukkan kesatuan antara Sakramen
Baptis dan Sakramen Krisma. Bila dahulu Anda dibaptis sewaktu
masih bayi, inilah kesempatan Anda untuk pertama kali mengucapkan
janji baptis secara pribadi. Dengan mengucapkan janji baptis berarti
Anda mau berpegang teguh pada iman Katolik dan mau hidup
berdasarkan isi janji tersebut.
 Silakan Anda membaca isi janji baptis lihat juga Penolakan Setan
dalam Puji Syukur no. 107.
Bersediakah Anda memperbarui iman Anda? Tahukah Anda
konsekuensi dari janji tersebut?

b) Penumpangan Tangan

 Dahulu ritus penumpangan tangan oleh Uskup merupakan salah satu


bagian pokok dalam penerimaan Sakramen Krisma (lih. Kis 8:14-19;
Kis 19:1-6). Penumpangan tangan itu adalah tanda pelimpahan
wewenang atau penganugerahan Roh Kudus.
 Sebelum menumpangkan tangan, Uskup mengulurkan tangan dan
berdoa agar Roh Kudus mencurahkan tujuh karunia-Nya kepada para
calon.
 Kemudian Anda akan maju satu per satu menghadap Uskup. Beliau
akan menum pangkan tangannya sambil membuat tanda salib di dahi
Anda dengan minyak Krisma.

c) Pengurapan dengan minyak Krisma

 Calon Krisma maju satu per satu


 Dengan didampingi Wali Krisma, Anda maju ke hadapan Uskup
dengan menyerahkan "Kartu Krisma" kepada imam pendamping.
Imam pendamping akan membacakan "Nama Krisma" Anda untuk
Bapak Uskup.
 Wali Krisma meletakkan tangan kanannya atas bahu calon. Hal ini
melambangkan dukungan Wali Krisma sebab dialah yang akan turut
memerhatikan perkembangan iman Anda. Anda bisa minta nasihat dan
pendapatnya manakala mengalami kesulitan dalam penghayatan iman.
Agar menunjukkan kesatuan dengan Sakramen Baptis, sedapat
mungkin Wali Krisma Anda sekaligus juga Wali Baptis Anda (bdk.
KGK 1311).
 Sambil menumpangkan tangan pada kepala Anda, Uskup akan
mengurapi dahi Anda dengan minyak Krisma. Beliau akan berkata
(Nama Krisma)....., terimalah tanda karunia Roh Kudus. "Dan Anda
menjawab "Amin. Dengan pengurapan minyak Krisma ini berarti
Anda diteguhkan sebagai anggota Gereja yang dewasa; keanggotaan
Anda dikukuhkan. Dengan pengurapan minyak Krisma, Anda sungguh
diurapi oleh Roh Kudus, khususnya dengan roh profetis-Nya. Karena
itu, sebagai orang yang telah diurapi (Ibrani: messiah; Yunani:
Kristos), Anda juga mengambil bagian dalam tugas perutusan Kristus,
yakni sebagai imam, nabi, dan raja.
 Kemudian Bapak Uskup akan mengucapkan salam damai, "Damai
Kristus", dan Anda menjawab "Terima kasih". Dahulu salam damai ini
disertai dengan tamparan lembut di pipi Anda. Hal ini mau
mengungkapkan, apakah Anda sungguh berani menjadi saksi Kristus,
termasuk jika dihina dan dianiaya demi nama Kristus (bdk. Mat 5:11)?
Apakah kita juga berani menanggung segala konsekuensi sebagai saksi
Kristus ini?
 Selanjutnya, Anda menuju ke petugas lain yang akan mengusap
lelehan minyak Krisma di dahi Anda dengan kapas. Kemudian Anda
kembali ke tempat duduk.

PENERAPAN

1. Geladi Bersih

Para peserta diajak berlatih teknis upacara penerimaan Sakramen


Krisma dengan sungguh sungguh agar upacara penerimaan Krisma nantinya
dapat berjalan dengan lancar.

2. Lain-lain

Kalau waktunya memungkinkan, para peserta dapat diajak berbicara beberapa


hal teknis seperti :
 Jadwal pengakuan dosa, doa triduum, latihan, dan geladi bersih
 Pakaian yang mesti dikenakan
 Petugas doa umat dan pembawa persembahan dari antara mereka.
 Dan lain-lain

PENUTUP

DOA SYUKUR SPONTAN

Anda mungkin juga menyukai