Anda di halaman 1dari 84

PELAKSANAAN KEWENANGAN PERSETUJUAN DOKUMEN ANALISIS

DAMPAK LALU LINTAS BERDASARKAN PASAL 7 PERATURAN DAERAH

KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 OLEH DINAS PERHUBUNGAN KOTA

MALANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat – Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan

Dalam Ilmu Hukum

Oleh:
SURYA WANA SARAGIH
125010107111163

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2016
HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN KEWENANGAN PERSETUJUAN DOKUMEN ANALISIS DAMPAK

LALU LINTAS BERDASARKAN PASAL 7 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

NOMOR 7 TAHUN 2010 OLEH DINAS PERHUBUNGAN KOTA MALANG

Oleh:

SURYA WANA SARAGIH

125010107111163

Sripsi ini telah disahkan oleh Majelis Peguji pada tanggal :

Dosen Penguji I Dosen Pembimbing

Dr. Iwan Permadi, SH., M.Hum Dr. Shinta Hadiyantina, SH., M.H
NIP. 19720117 200212 1 003 NIP. 19770305 200912 2 001

Ketua Bagian Mengetahui,


Hukum Administrasi Negara Dekan Fakultas Hukum

Lutfi Effendi, SH., M.Hum Dr. Rachmad Safa’at, SH., M.Si


NIP. 19600810 198601 1 002 NIP. 19620805 198802 1 001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i


LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………. viii
RINGKASAN………………………………………………………………… ix
SUMMARY……………………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….....… 1


A. Latar Belakang Penelitian …...…………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………......................................................... 11
C. Tujuan Penelitian …….………....................................................……......... 11
D. Manfaat Penelitian ………......…………………………………………….. 12
E. Sistematika Penulisan …………………………………………………….... 13

BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………………. 15


A. Pelaksanaan Kewenangan Persetujuan Dokumen Analisis Dampak Lalu
Lintas..………..…….……………………………………………………… 15
B. Kewenangan……………………………………………………..…………. 17
C. Izin …………………………..…………………………………………… 19
1. Pengertian Perizinan .……………………………………………………. 19
2. Jenis dan Sifat izin …………………….………........................................ 21
3. Fungsi Izin ………………………………………………………………. 24
D. Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) …………………………… 25
E. Kajian Pelaksaan Analisis Dampak Lalu Lintas............................................ 28
F. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 tahun 2010 Tentang Analisis
Dampak Lalu Lintas………………………………………………………… 33
1. Landasan Filosofis……………………………………………………….. 33
2. Landasan Yuridis ………………………………………………………… 33
3. Tinjauan Yuridis …………………………………………………………. 35

BAB III METODE PENELITIAN …………….....……………………...... 37


A. Jenis Penelitian ……... …………………......……………………………. 37
B. Pendekatan Penelitian ……………………...…………………………….. 37
C. Lokasi Penelitian …………………....……………………………………. 38
D. Jenis dan Sumber Data ………… .……………………………………….. 38
1. Data Primer ……………………………………………………………. 38
2. Data Sekunder …………………………………………………………. 38
E. Teknik Pengumpulan Data ….……………………………...………………. 39
F. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ……………………………………. 39
G. Teknik Analisa Data ....................................................................................... 40
H. Definisi Operasional …………………..…………………………………… 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …......……………… 42


A. Gambaran Umum Objek Penelitian …………….……...….…..…………..... 42
1. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Malang……………………… 42
2. Analisis Dampak Lalu Lintas …..………………………………………….. 43
3. Kajian Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang
Analisis Dampak Lalu Lintas …………………………………………….. 48
B. Hasil Analisis dan Pembahasan …...……….……………………………….. 52
1. Pelaksanaan Persetujuan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas oleh
Dinas Perhubungan Kota Malang terkait Analisis Dampak Lalu Lintas di
kota Malang ……………………………………………………………… 52
2. Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Wewenang Persetujuan Andalalin
oleh Dinas Perhubungan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7
Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas …..................................................................................................... 62

SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN …………………………………… 70


5.1 Kesimpulan ………………………………………………...….............. 70
5.3 Saran ……………………………………………………………………. 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Penetapan Pembimbing Skripsi


Lampiran 2 Surat Pernyataan Keaslian Skripsi
Lampiran 3 Undang-Undang No 7 Tahun 2010
RINGKASAN

Surya Wana Saragih, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum


Universitas Brawijaya, Februari 2017, PELAKSANAAN KEWENANGAN
PERSETUJUAN DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS
BERDASARKAN PASAL 7 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG
NOMOR 7 TAHUN 2010 OLEH DINAS PERHUBUNGAN KOTA MALANG,
Dr. Istislam, SH., M.Hum, Dr. Shinta Hadiyantina, SH., M.H.
Penulis mengangkat permasalahan tentang pelaksanaan kewenangan
persetujuan dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas berdasarkan Pasal 7 Peraturan
Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 oleh Dinas Perhubungan Kota Malang.
Pemilihan tema tersebut dilatarbelakangi perlunya sejauh mana kewenangan Dinas
Perhubungan dalam pemberian izin Andalalin agar tidak tercampur antara wewenang
dinas satu dengan dinas yang lainnya serta apa saja hambatan yang dialami oleh
Dinas perhubungan dalam melaksanakkan wewenang dan bagaimana solusi yang
diberikan Dinas Perhubungan terkait pasal 7 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7
Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang. Dari kasus ini,
peneliti tertarik meneliti tentang bagaimana pelaksanaan kewenangan persetujuan
dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas berdasarkan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota
Malang Nomor 7 Tahun 2010 oleh Dinas Perhubungan Kota Malang.
Karya tulis ini mengangkat rumusan masalah: (1) Bagaimana pelaksanaan
persetujuan dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas yang dilakukan oleh Dinas
Perhubungan Kota Malang terkait Analisis Dampak Lalu Lintas di kota Malang
menurut pasal 7 Peraturan Daerah kota Malang Nomor 7 tahun 2010; dan (2) Apa
hambatan dan bagaimana solusi yang diberikan Dinas Perhubungan terkait pasal 7
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010. Pada penelitian ini, peneliti
akan menggunakan jenis metode penelitian yuridis empiris. Hal ini dikarena peneliti
akan melihat, mengamati dan menganalisis obyek penelitian yang di lihat dari sudut
kenyataannya yang terdapat di lapangan, bukan dengan mengkaji peraturan-peraturan
atau mengkaji norma-norma dan membandingkannya antara satu peraturan satu
dengan yang lainnya seperti halnya yang dilakukan dalam jenis penelitian normatif.
Dalam pelaksanaan persetujuan dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas,
Dinas Perhubungan Kota Malang berperan sebagai pemberi izin dan persetujuan hasil
penilaian uji ANDALALIN yang dilakukan oleh tim peguji. Pelaksanaan wawenang
persetujuan hasil Analisis Dampak Lalu Lintas atau ANDALALIN oleh Dinas
Perhubungan ini dilakukan berdasarkan Pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang. Sementara terkait
kendala pelaksanaan wewenang persetujuan Andalalin oleh Dinas Perhubungan
sendiri selama ini belum mengalami kendala berarti.
SUMMARY

Surya Wana Saragih, State Administrative Law, Faculty of Law, University of


Brawijaya, in February 2017, APPROVAL AUTHORITY OF DOCUMENT
ANALYSIS OF THE IMPACT OF TRAFFIC UNDER ARTICLE 7 OF CITY
OF POOR REGULATION NUMBER 7 YEAR 2010 BY THE DEPARTMENT
OF TRANSPORTATION MALANG, Dr. Istislam, SH., M.Hum, Dr. Shinta
Hadiyantina, SH., M.H.
Authors raised concerns about the exercise of authority approval Traffic
Impact Assessment document pursuant to Article 7 of the Regulations of Malang City
Number 7 of 2010 by the Department of Transportation in Malang. Selection of the
theme is motivated need for the extent of the authority of the Department of
Transportation in licensing Andalalin so as not to be mixed between authorized
agencies of the agencies other and what are the barriers experienced by the
transportation bureau in melaksanakkan authority and how the solutions provided
Department of Transportation related to Article 7 of Regional Regulation Malang No.
7 of 2010 on Traffic Impact Analysis in Malang. Of these cases, researchers are
interested in examining how the exercise of authority approval Traffic Impact
Assessment document pursuant to Article 7 of the Regulations of Malang City
Number 7 of 2010 by the Department of Transportation in Malang.
This paper raised the formulation of the problem: (1) How is the
implementation of the document approval Traffic Impact Analysis conducted by the
Department of Transportation related Malang City Traffic Impact Analysis in Malang
according to Article 7 of Regional Regulation No. 7 Malang city in 2010; and (2)
What are the obstacles and how the solutions provided Department of Transportation
related to Article 7 of the Regulations of Malang City Number 7 Year 2010. In this
study, researchers will use this type of juridical empirical research methods. This is
caused researchers will see, observe and analyze the object of investigation in view of
the corner of fact contained in the field, not by reviewing regulations or reviewing the
norms and compare between one rule to one another as was done in this type of
research normative.
In the implementation of the consent document Traffic Impact Analysis,
Department of Transportation Malang act as the licensor and approval of test results
of the assessment conducted by a team ANDALALIN peguji. Implementation of
agreement results wawenang Traffic Impact Analysis or ANDALALIN by the
Department of Transportation is conducted pursuant to Article 7 Regional Regulation
No. 7 of 2010 Concerning the Traffic Impact Analysis in Malang. While related to
the exercise of powers constraints Andalalin approval by the Department of
Transportation itself has not experienced a significant issue.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dan salah satu

indikator kota yang baik, yang dapat ditandai dengan sistem transportasinya.

Sektor transportasi harus mampu memberikan kemudahan bagi seluruh

masyarakat dengan segala kegiatannya di semua lokasi yang berbeda yang

tersebar dengan karakteristik fisik yang berbeda pula. Pengukuran tingkat

keberhasilan suatu pembangunan yang dilaksanakan disuatu negara ataupun

daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan suatu negara dan daerah

khususnya di bidang ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi tersebut terbentuk dari

berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung akan

menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu negara dan

daerah tersebut. Transportasi di perkotaan juga harus sejalan dengan tata guna

tanah yang ada di wilayah perkotaan.

Pada hakikatnya penggunaan tanah diwilayah perkotaan adalah untuk

permukiman dan untuk bangunan-bangunan lainnya, seperti: perkotaan, pusat-

pusat perdagangan, pendidikan, pabrik-pabrik, sarana umum/fasilitas sosial

termasuk alun-alun. Sifat penggunaan tanah diwilayah perkotaan inilah yang

menyebabkan tanah dikota-kota dapat dibedakan dengan penggunaan tanah di

1
2

pedesaan, baik ditinjau dari volume penggunaannya maupun intensitas

pemakaiannya dan persyaratan yang diperlukan.

Sifat – sifat kehidupan dikota dapat digambarkan antara lain:1

1. Sifat penduduk kota yang anonim/individualitas

2. Memperoleh nafkah lebih banyak di bidang menjual jasa-jasa dan

perdagangan serta usaha-usaha dibidang non-pertanian, banyak jenis usaha

3. Dinamika hidup tinggi, sifat masyarakat heterogen

4. Segala sesuatu lebih didasarkan pada kebutuhan materi, masyarakat dengan

ciri hubungan kepentingan/pamrih

5. Penyakit mudah berjangkit (dibagian kota tertentu)

Dengan adanya sifat masyarakat perkotaan yang diuraikan diatas, tentu

kawasan perkotaan juga harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup di kota, antara

lain:

1. Harus ada suasana dan rasa aman dan tentram pada warga kota (aman dari

gangguan manusia, kebakaran, kebanjiran, longsor, putusnya sumber hidup,

lalu lintas). Setiap orang pada dasarnya menuntut adanya perlindungan bagi

jiwa raga dan harta bendanya dari segala bentuk gangguan merupakan hak

asasi manusia. Oleh karena itu, wajib bagi pemerintah untuk memberikan

perlindungan dari segala bentuk ancaman fisik/psychis sehingga terwujud

ketentraman.

2. Harus ada suasana tertib (di segala bidang dan urusan) Keteraturan dalam

segala urusan, kepentingan dan usaha untuk terpenuhinya hajat hidup sehari-

hari.

1
Hasni,S.H., M.H.,Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Edisi Kedua, hlm 54.

2
3

3. Segala sesuatu harus lancar terutama komunikasi dan lalu lintas (adanya

dinamika tinggi)

Karena perlu disertai usaha dalam mewujudkan kelancaran dalam segala

bentuk transportasi dan komunikasi.

4. Adanya suasana sehat (bebas dari penyakit menular, percemaran lingkungan,

pembinaan kesehatan jasmani/rohani)

Oleh karena itu, kota harus bebas dari pencemaran lingkungan. Tata ruang

harus menjamin kesegaran udara, cukup ruang terbuka, tempat rekreasi.

Semuanya diperlukan untuk kesehatan/kesegaran mental psikis.2

Transportasi dalam perkotaan dapat diatur dengan adanya studi analisis

dampak lalu lintas (andalalin). Studi Andalalin dalam rangka penetapan

perubahan rencana tata ruang maupun peruntukan, tata guna tanah menjadi

tanggung jawab Pemerintah daerah yang menetapkan perubahan rencana tata

ruang wilayah. Setiap perubahan tata ruang wilayah dan peruntukan atau tata

guna tanah di wilayah perkotaan, sebelum penetapan rencana tata ruang wilayah

tersebut, terlebih dahulu wajib dilakukan andalalin. Studi Andalalin merupakan

kewajiban pengembang/ pemrakarsa pembangunan/ investor yang akan

melakukan pengembangan/ pembangunan disuatu kawasan tertentu. Oleh karena

itu setiap pengembangan kawasan, lokasi dan/atau rencana pembangunan gedung

yang dapat menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu lintas yang signifikan juga

terlebih dahulu wajib dilakukan Andalalin. Hal tersebut diatas dapat

dikategorikan sebagai kebutuhan Andalalin.3

2
Ibid, hlm 61-63.
3
Imam Koeswahyono, SH., M.Hum, Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan Ruang di
Indonesia (Problematika Antara Teks dan Konteks), hlm 29.

3
4

Analisis Dampak Lalu Lintas atau yang disebut Andalalin adalah studi

atau kajian mengenai dampak lalu lintas dari suatu pembangunan, kegiatan

dan/atau usaha tertentu yang hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen

Andalalin atau perencanaan peraturan lalu lintas.4 Dokumen Andalalin adalah

hasil studi/kajian mengenai dampak suatu kegiatan dan/atau usaha tertentu

terhadap lalu lintas yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan, yang

terdiri dari dokumen kerangka acuan, dokumen analisis kinerja lalu lintas serta

dokumen manajemen dan rekayasa lalu lintas jalan.

Maksud dari pelaksanaan studi Analisis Dampak Lalu Lintas

(ANDALALIN) adalah untuk dapat mengantisipasi dampak yang ditimbulkan

oleh pembangunan pusat kegiatan atau pengembangan kawasan terhadap lalu

lintas disekitarnya. Dampak lalu lintas adalah pengaruh yang mengakibatkan

perubahan tingkat pelayanan lalu lintas menjadi tingkat yang lebih rendah,

diakibatkan oleh suatu kegiatan dan/atau usaha pada unsur-unsur jaringan

transportasi jalan. 5

Adapun tujuan dari Andalalin antara lain:

1. Memprediksi dampak yang ditimbulkan suatu pembangunan kawasan. Perlu

diprediksi untuk mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat

pengembangan baru sehingga (pemerintah) dapat menentukan kebijakan

mengenai tata guna lahan mempertimbangkan kondisi lalu lintas, jumlah dan

lokasi akses, serta alternative peningkatan/perbaikan.

2. Menentukan bentuk peningkatan/perbaikan yang diperlukan untuk

mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat pengembangan baru


4
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Kewajiban Analisis Dampak
Lalu Lintas
5
Yugihartiman M, Analisis Dampak Lalu Lintas.ppt

4
5

3. Menyelaraskan keputusan-keputusan mengenai tata guna lahan dengan

kondisi lalu lintas, jumlah dan lokasi akses, serta alternatif

peningkatan/perbaikan

4. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mempengaruhi putusan

pengembang dalam meneruskan proyek yang diusulkan.

5. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan

rekayasa lalu lintas (manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian

usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,

pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka

mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas).6

Untuk mendapatkan persetujuan Andalalin, pengembang/ pengusaha

mengajukan kepada Kepala Daerah melalui Kepala Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang membidangi perhubungan dan lalu lintas untuk dilakukan penilaian

(pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010)7.

Kajian studi andalalin hanya dapat dilakukan oleh konsultan yang

mempunyai tenaga ahli bersertifikat di bidang transportasi. Penyusunan Andalalin

harus disusun dan/atau disupervisi oleh tenaga professional dengan tingkat

pelatihan dan pengalaman yang memadai dibidang manajemen dan rekayasa lalu

lintas dan perencanaan transportasi dan mendapat persetujuan Kepala Instansi

yang berwenang di bidang lalu lintas. Adapun kualifikasi tenaga ahli penyusun

studi Andalalin diusulkan:

6
Ibid.
7
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Kewajiban Analisis Dampak
Lalu Lintas

5
6

1. Lulus S1, Sarjana teknik;

2. Telah mendapatkan pelatihan dan lulus dalam penyusunan analisis dampak

lalu lintas yang diselenggarakan oleh instansi berwenang yang ditunjuk oleh

pemerintah/ pemerintah daerah;

3. Memiliki sertifikasi keahlian yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang

dalam bidang transportasi atau lalu lintas angkutan jalan atau telah terdaftar

dalam tenaga ahli di bidang Andalalin pada instansi berwenang yang

ditunjuk.

Waktu yang dibutuhkan untuk penyusunan dokumen analisi dampak lalu

lintas adalah 2 (dua) minggu dengan asumsinya satu minggu untuk survey lalu

lintas serta pengumpulan data sekunder, satu minggu lagi untuk penyusunan

laporan, termasuk waktu pengurusan perijinan yang diselesaikan oleh

kewenangan pemberi ijin (pemerintah) tetapi biasanya waktu penyusunan

andalalin adalah tergantung siapa yang mengerjakan laporan Andalalin tersebut.8

Biaya yang harus dikeluarkan untuk kajian Andalalin adalah tergantung

besar kecilnya rencana bangunan dan besar kecilnya kemungkinan pengaruh pada

transportasi (ruang lingkup kajiannya). Pembayaran andalalin pada jangka pendek

pembangun/ pengembang yang membayar, biaya tersebut kemudian akan

dibebankan kepada pengguna namun dalam jangka panjang biaya itu akan

dikembalikan kepada pembangun/ pengembang berupa nilai investasi yang

meningkat serta kepada pengguna berupa kenyamanan dan kelancaran

transportasi.

8
Ibid.

6
7

Pelaksanaan analisis lalu lintas di Indonesia juga belum seragam, ada yang

melaksanakan Andalalin sebelum penerbitan ijin mendirikan bangunan (IMB) dan

ada pula yang sesudah penerbitan ijin mendirikan bangunan (IMB). Sekalipun

pada prakteknya jika pelaksanaan sebelum IMB atau bagian dari persyaratan IMB

maka dimungkinkan revisi besaran landuse, relokasi, revisi site plan, atau

penolakan IMB sedangkan jika dilaksanakan sesudah IMB dapat diupayakan

penekanan pada upaya penanganan dampak (jaringan jalan, manajemen lalu lintas,

operasional dan penyediaan fasilitas angkutan umum, pejalan kaki, dan kaki

lima). Namun kenyataannya kelengkapan dokumen andalalin ini baru pada tahap

pemenuhan persyaratan administrasi saja.9

Format analisis dampak lalu lintas adalah sebagaimana ditinjau kembali

oleh pejabat yang berwenang dapat dipermudah jika laporannya ditulis jelas dan

sesingkat mungkin. Tugas ini dapat lebih mudah jika format table dapat

digunakan untuk laporannya. Oleh sebab itu dianjurkan persyaratan yang dapat

dimasukkan adalah sebagai berikut:

1. Laporan analisis dampak lalu lintas harus jelas dan singkat. Gunakan sedapat

mungkin table-tabel dan gambar-gambar untuk presentasi dari hasil

penilaian/penaksiran.

2. Laporan akan ditinjau kembali oleh petugas yang terbiasa dengan analisis

dampak lalu lintas, oleh sebab itu tidak perlu untuk memasukkan penjelasan

detail dari metodelogi penilaian. Jika perlu catatan dapat dimasukkan dalam

9
Bambang Hestu Cipto Handoyo, 1995., Aspek Hukum Administrasi Negara Dalam Penataan
Ruang, Universitas Atmajaya Yogyakarta Press, Cetakan Pertama, hal.71-72.

7
8

metode modeling yang digunakan dalam situasi dimana tersedia metode

alternatif.10

Batasan minimal analisis yang harus dilakukan dalam menyusun Analisis

Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) harus disepakati oleh instansi yang

berwenang dan pengembang yang meliputi; defenisi kawasan yang akan

dikembangkan; asumsi- asumsi umum untuk (bagkitan lalu lintas, distribusi

perjalanan, pemilihan moda, pembebanan, tingkat pelayanan, dan managemen

akses yang diperlukan); batasan wilayah kajian berdasarkan kriteria-kriteria yang

telah disepakati; karakteristik dan intensitas tata guna lahan dan eksisting maupun

kondisi yang akan datang; penetapan tahun dasar yang dipakai sebagai dasar

analisis dan biasanya digunakan untuk pembangunan kawasan yang bertahap;

periode analisis; kebutuhan pengumpulan data lalu lintas; data demografi

eksisting dan masa mendatang, serta tingkat pertumbuhannya; penggunaan dan

pemilihan model untuk ramalan perjalanan; sumber data untuk memperoleh

bagkitan lalu lintas; koefisien penyesuaian data LHR (sehubungan dengan hari

libur, dan hari raya). Bangkitan/ tarikan lalu lintas dan angkutan jalan adalah

jumlah kendaraan masuk atau keluar rata- rata per hari atau selama jam puncak,

yang dibangkitkan atau ditarik oleh adanya rencana pembangunan pusat kegiatan,

permukiman, dan infrastruktur.11

Kewenangan Andalalin dapat digambarkan pada table berikut;

No Kewenangan Lokasi Pusat Kegiatan Keterangan


1 Pemerintah Pusat Pada Jalan Nasional yang Menteri/kementrian
berada di wilayah kota perhubungan
Metropolitan, berpenduduk
lebih dari 1 juta jiwa

10
Ibid.
11
Ibid.

8
9

2 Pemerintah Pada jalan Nasional/ jalan Pemerintah


Provinsi provinsi yang berada di provinsi
kota-kota bukan
metropolitan berpenduduk
kurang dari 1 juta jiwa
3 Pemerintah Pada jalan kabupaten/ kota Pemerintah
kabupaten/ kota dan jalan yang lebih kecil kabupaten/ kota

Dalam kondisi tertentu, terkait keputusan tentang Andalalin bagi pusat

kegiatan atau pengembangan kawasan yang berada pada ruas jalan nasional,

Menteri dapat melimpahkan kewenangannya kepada Pemerintah Provinsi.

Pengaturan pelimpahan kewenangan Mentreri kepada Pemerintah Provinsi dalam

persetujuan studi Andalalin ditetapkan dengan Keputusan Menteri.12

Adapun keterkaitan pembangunan kawasan perkotaan dan Andalalin dapat

digambarkan;

PEMBANGUNAN
WILAYAH PERKOTAAN

PEMBANGUNAN &
PENINGKATAN SISTEM PERUBAHAN
TRANSPORTASI PERUNTUKKAN LAHAN

ANALISIS
DAMPAK LALU
LINTAS
PENINGKATAN BANGKITAN TATA GUNA TANAH
LALU LINTAS (LAND USE) YANG BARU

PEMBANGUNAN PUSAT
KEGIATAN PERKOTAAN

12
Adi,Mohamad, Implementasi Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun
2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas,2014,hlm 4.

9
10

Gambar 1.1 Skema Analisis Dampak Lingkungan

Dalam pasal 3 ayat 1 peraturan daerah kota malang nomor 7 tahun 2010

tentang Analisis Dampak Lalu Lintas disebutkan kriteria kegiatan dan/atau usaha

yang wajib memiliki andalalin antara lain:13

a. Perumahan

b. Apartemen/kondominium

c. Toko/rumah toko/kantor/rumah kantor

d. Pusat perbelanjaan/pasar/perkantoran

e. Hotel/motel/penginapan

f. Rumah sakit/klinik

g. Industri/pergudangan

h. Sekolah/perguruan tinggi

i. Tempat kursus

j. Restoran/rumah makan

k. Gudang pertemuan/tempat hiburan/pusat olahraga

l. Terminal/pool kendaraan/gedung parkir

m. Bengkel kendaraan bermotor

n. Stasiun pengisian bahan bakar umum/ gas

Dalam hal ini, Dinas Perhubungan selaku instansi pengajuan persetujuan

dokumen Andalalin memiliki tanggungjawab untuk wewenang untuk meloloskan

dan tidak meloloskan pengajuan izin Andalalin oleh pemrakarsa atau pihak yang

mendirikan bangunan. Dinas perhubungan di sini memiliki tanggung jawab yang

besar pula dalam menegakkan standart kelayakan Andalalin sebelum melakukan


13
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Kewajiban Analisis Dampak
Lalu Lintas

10
11

persetujuan Andalalin. Dalam prosedur pembangunan gedung dan bangunan di

wilayah perkotaan, izin Andalalin hanya sebatas salah satu syarat awal perizinan

pendirian bangunan. Perizinan pendirian bangunan dilakukan pada beberapa tahap

dan diajukan ke beberapa instansi berwenang. Masalah yang muncul adalah

sejauh mana kewenangan Dinas Perhubungan dalam pemberian izin Andalalin

agar tidak tercampur antara wewenang dinas satu dengan dinas yang lainnya.

Selain itu perlu juga dianalisis apa saja hambatan yang dialami oleh Dinas

perhubungan dalam melaksanakkan wewenang dan bagaimana solusi yang

diberikan Dinas Perhubungan terkait pasal 7 Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 7 Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan persetujuan dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas

yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Malang terkait Analisis

Dampak Lalu Lintas di kota Malang menurut pasal 7 Peraturan Daerah kota

Malang Nomor 7 tahun 2010?

2. Apa hambatan dan bagaimana solusi yang diberikan Dinas Perhubungan

terkait pasal 7 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

11
12

1. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan kewenangan persetujuan

dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang

terkait pasal 7 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang.

2. Untuk menganalisis apa saja hambatan dan solusi yang dihadapi Dinas

Perhubungan terkait pasal 7 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun

2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sumbangan ilmu yang

berguna dalam ranah Hukum Adaministrasi Negara Khususnya dalam bidang

perizinan terkait dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor

7 Tahun 2010 tentang analisis dampak lalu lintas terkait izin dikota Malang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi dinas perhubungan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu wadah untuk mengetahui

kendala apa saja yang dialami Dinas Perhubungan dalam melaksanakan

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 tentang analisis

dampak lalu lintas di kota Malang.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat

tentang pentingnya pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7

12
13

Tahun 2010 tentang analisis dampak lalu lintas di kota Malang guna

kelancaran lalu lintas di kota Malang.

c. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber ilmu

pengetahuan dalam ranah hukum khususnya bidang Hukum Administrasi

Negara.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah yang akan diteliti, tujuan

dari penelitian dan manfaat penelitian ini.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab II berisi kajian umum yang ada didalamnya terdapat sub pokok

bahasan yang mengkaji, membahas dan memuat argumentasi ilmiah,

teori atau doktrin mengenai tinjauan umum tentang kewenangan Dinas

Perhubungan Kota Malang terkait pasal 2 ayat 1 Peraturan Daerah Kota

Malang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas

terhadap alun-alun Kota Malang.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab III berisi jenis penelitian, metode penddekatan, lokasi penelitian,

jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data dan

defenisi operasional.

BAB IV : PEMBAHASAN

13
14

Bab IV berisi mengenai pembahasan terhadap fokus kajian skripsi yang

membahas tentang kewenangan Dinas Perhubungan Kota Malang terkait

pasal 2 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010

tentang Analisis Dampak Lalu Lintas terhadap alun-alun Kota Malang

sehingga ditemukan kendala yang dialami Dinas Perhubungan terkait

tentang pelaksanaan izin.

BAB V : PENUTUP

Bab V berisi kesimpulan dan saran-saran dari penelitian yang telah

ditulis oleh penulis tentang kewenangan Dinas Perhubungan Kota

Malang terkait pasal 2 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas terhadap alun-alun

Kota Malang.

14
15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan Kewenangan Persetujuan Dokumen Analisis Dampak Lalu

Lintas

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana

pelaksanaan bisa diartikan penerapan.

Pengertian pelaksanaan menurut para ahli:14

a. Menurut Westra, pelaksanaan adalah sebagai usaha-usaha yang dilakukan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat

yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.

b. Menurut Bintoro Tjokoroadmudjoyo, pelaksanaan ialah sebagai proses dalam

bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal dari kebijakan guna mencapai suatu

tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam suatu program dan proyek.

c. Menurut Browne dan Wildavsky, mengemukakan pelaksanaan adalah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.

d. Lembaga Administrasi Negara RI merumuskan pengertian pelaksanaan

adalah upaya agar tiap pegawai atau tiap anggota organisasi berkeinginan dan

berusaha mencapai tujuan yang telah direncanakan.

14
Rahardjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapat dan Anggaran Daerah (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011).

15
16

Pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada

aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan

mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi

suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Pelaksanaan

kewenangan Persetujuan dokumen Analsis Dampak Lalu Lintas adalah kegiatan

yang dilakukan untuk melaksanakan analisis dampak lingkungan dari persetujuan

yang diberikan oleh pihak yang berwenang sampai terwujudnya tujuan analisis

dampak lalu lintas tersebut, yang dituangkan dalam bentuk dokumen analisis

dampak lalu lintas.

Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai

berikut:

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik

apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian

informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan;

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya jumlah sataf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna

pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan

tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan;

c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program

khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya dari

mereka yang menjadi implementer program;

16
17

d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang

mengatur tat aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit dalam

mencapai hasil yang memuaskan, Karena penyelesaian khusus tanpa pola

yang baku.

Keempat factor diatas, dipandang mempengaruhi keberhasilan suatu

proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling mempengaruhi

antara suatu faktor yang satu dan faktor yang lain. Selain itu dalam proses

implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur penting dan mutlak yaitu:

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan;

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program

perubahan dan peningkatan;

c. Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses

implementasi tersebut.

Dari pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa pelaksana suatu program

senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut.

B. Kewenangan

Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata wewenang disamakan dengan

kata kewenangan, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak,

kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab

kepada orang/badan lain.

Kewenangan secara umum merupakan lingkup kekuasaan yang dimiliki

seseorang atau kelompok untuk memerintah, mengatur, dan menjalankan tugas di

17
18

bidangnya masing-masing. Kewenangan merupakan unsur dari kekuasaan yang

dimiliki seseorang. Dalam berkuasa biasanya seorang pemegang kuasa

berwenangn untuk menjalankan kekuasaannya sesuai dengan wewenang yang

diberikan kepadanya.

Berikut pengertian kewenangan menurut para ahli :

a. Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum

organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-aturan

yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang-wewenang

pemerintahan oleh subjek hukum publik didalam hubungan hukum public.

b. Menurut Kaplan adalah kewenangan adalah kekuasaan Formal yang berhak

untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak

mengharapkan kapatuhan terhadap peraturan-peraturan.

c. Menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan

kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak

berbuat. Wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah, antara Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota, telah dibagi-bagi kewenangan pemerintah pusat dan daerah

provinsi dalam bidang transportasi dan perhubungan. Artinya urusan pemerintah

di bidang transportasi bertujuan untuk menciptakan transportasi yang aman,

nyaman dan terjangkau karena transportasi berhubungan dengan sarana dan

prasarana umum khususnya transportasi angkutan publik. Mengenai pembagian

urusan pemerintah daerah yang menyangkut penyediaan sarana dan prasarana

18
19

umum maka dalam hal ini berhubungan juga dengan elemen dasar yang

membangun kesatuan pemerintah, yakni mengenai keuangan daerah.

Maka dengan pembagian urusan kewenangan pemerintah di bidang

transportasi dalam hal ini dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Urusan Kewenangan Pemerintah Pusat di Bidang Transportasi Publik

b. Urusan Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi di Bidang Transportasi

Publik

c. Urusan Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota di Bidang

Transportasi Publik

C. Izin

1. Pengertian Perizinan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1989:341), kata izin adalah pernyataan mengabulkan (tidak

melarang dan sebagainya); persetujuan membolehkan. Perizinan adalah

pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik

dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Izin merupakan salah satu

instrumen yang paling banyak digunakan dalam hokum administrasi, untuk

mengontrol atau mengemudikan tingkah laku warga. Selain itu izin juga dapat

diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/ pembebasan dari suatu larangan.

Pengertian izin dalam arti sempit dan luas;

a. Dalam arti luas izin merupakan semua yang menimbulkan akibat kurang lebih

sama, yakni bahwa dalam bentuk tertentu diberi perkenaan untuk melakukan

sesuatu yang mesti dilarang.

19
20

b. Dalam arti sempit izin merupakan suatu tindakan dilarang, terkecuali

diperkenankan, dengan tujuan agar ketentuan-ketentuan yang disangkutkan

dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap

kasus.15

Pada umumnya sistem izin terdiri dari 3 yaitu larangan, persetujuan yang

merupakan dasar kekecualian (izin), ketentuan-ketentuan yang berhubungan

dengan izin. Adapun pengertian izin menurut para ahli yaitu:

a. Menurut E. Utrecht bahwa bila mana pembuat peraturan tidak umumnya

melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja

diadakan dengan cara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit,

maka perbuatan administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan

tersebut bersifat suatu izin. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa

berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan

tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-

undangan.

b. Menurut Spelt dan ten Berge (dalam Sri Pudyatmoko, 2009:7)

mengemukakan bahwa izin merupakan suatu persetujuan dari pengusaha

berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan

tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-

undangan (izin dalam arti sempit). Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Spelt

dan Ten Berge, izin dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan

sesuatu kecuali diizinkan. Artinya, kemungkinan untuk seseorang atau suatu

pihak tertutup kecuali diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian

15
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik,(Jakarta: Sinar
Grafika.,2011), hlm 168.

20
21

pemerintah mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang

atau pihak yang bersangkutan.

c. Menurut Van der Pot mengatakan bahwa Izin adalah dokumen yang

dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau

peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau

diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan

tertentu. Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan

dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk

pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk

melaksanakan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu

organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat

melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan.16

2. Jenis dan Sifat izin

Pada dasarnya izin merupakan keputusan pejabat/badan tata usaha negara

yang berwenang, Adrian Sutedi dalam bukunya yang berjudul Hukum Perizinan

Dalam Sektor Pelayanan Publik mengemukakan sifat izin, yang isi atau

substansinya memiliki bebrapa sifat:

a. Izin bersifat bebas adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang

penerbitannya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ yang

berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam

memutuskan pemberian izin.

16
Ibid.

21
22

b. Izin bersifat terikat adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang

penerbitannya terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta

oragan yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya

tergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan

mengaturnya. Contoh dari izin yang bersifat terikat adalah IMB, izin HO, izin

usaha industri, dan lain-lain.

c. Izin yang bersifat menguntungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai

sifat menguntungkan pada yang bersangkutan. Izin yang bersifat

menguntungkan isi nyata keputusan merupakan titik pusat yang memberi

augerah kepada yang bersangkutan. Dalam arti yang beersangkutan memiliki

hak-hak atau pemenuhan tuntutan yang tidak akan ada tanpa keputusan

tersebut. Misalnya SIM, SIUP, SITU dan lain-lain.

d. Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung

unsur-unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan

kepadanya. Selain itu izin yang bersifat memberatkan juga merupakan izin

yang memberi beban kepada orang lain atau masyarakat sekitarnya. Misalnya

izin yang diberikan kepada perusahaan tertentu, bagi masyarakat yang tinggal

di sekitarnya yang merasa dirugikan, izin tersebut adalah beban.

e. Izin yang segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan-

tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif

pendek, misalnya izin mendrikan bangunan (IMB), yang hanya berlaku untuk

mendirikan bangunan dan berakhir pada saat bangunan selesai didirkan.

22
23

f. Izin yang berlangsung lama, merupakan izin yang menyangkut tindakan-

tindakan yang berakhirnya atau masa berlakunya relatif lama, misalnya izin

usaha industri dan izin yang berhubungan dengan lingkungan.

g. Izin yang bersifat pribadi, merupakan izin yang isinya tergantung pada sifat

atau kualitas pribadi dan pmohon izin. Misalnya, izin mengemudi (SIM).

h. Izin yang bersifat kebendaan, merupakan izin yang isinya tergantung pad sifat

dan objek izin, misalnya izin HO, SITU, dan lain-lain.17

Terdapat juga istilah lain yang memiliki kesejajaran dengan izin yaitu:

a. Dispensasi ialah keputusan administrasi Negara yang membebaskan suatu

perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut.

Sehingga suatu peraturan undang-undang menjadi tidak berlaku bagi sesuatu

yang istimewa (relaxation legis).

b. Lisensi adalah suatu suatu izin yang meberikan hak untuk menyelenggarakan

suatu perusahaan. Lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang

meperkenankan seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan denngan izin

khusus atau istimewa.

c. Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar

dimana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan

itu menjadi tugas pemerintah, tetapi pemerintah diberikan hak

penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan

pejabat pemerintah. Bentuknya bisa berupa kontraktual atau kombinasi antara

lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan kewajiban serta

syarat-syarat tertentu.

17
Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta Ichtiar,1957).,hlm 187.

23
24

d. Rekomendasi

Selain dispensasi, lisensi dan konsensi dalam masalah perizinan juga dikenal

rekomendasi. Rekomendasi dapat diartikan sebagai pertimbangan yang

diberikan oleh badan atau pejabat yang berwenang untuk digunakan dalam

pemberian izin pada suatu bidang tertentu. Rekomendasi merupakan

instrumen yang cukup penting dalam soal perizinan karena rekomendasi

diberikan oleh badan atau pejabat yang mempunyai kompetensi atau kapasitas

khusus di bidang tertentu, bahkan didasarkan pada keahlian dalam suatu

disiplin tertentu. Penerbitan rekomendasi didahului oleh adanya permohonan

yang bias saja ditolak dan pemrosesannya dilakukan, seperti layaknya

penerbitan suatu izin pula. Agak berbeda dengan izin, rekomendasi

merupakan sesuatu yang tidak langsung mempunyai daya ikat. Artinya,

instansi yang berwenang menerbitkan izin dapat menggunakan rekomendasi

sebagai acuan atau referensi, tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi pejabat

atau instansi yang berwenang menerbitkan izin untuk menggunakan

pertimbangan lain. Namun demikian, mengingat rekomendasi dikeluarkan

oleh badan atau instansi yang mempunyai kewenangan dan keahlian pada

bidang tertentu maka mau tidak mau juga diindahkan.18

3. Fungsi Izin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Permohonan adalah permintaan

kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya. Terkait dengan permohonan izin,

biasanya pengajuan permohonan merupakan permulaan dari acara perizinan.

18
Ibid.

24
25

Permohonan ialah permintaan dari yang berkepentingan akan suatu keputusan.

Jadi, permintaan harus datang dari yang berkepentingan, yakni pihak yang

kepentingannya langsung berhubungan dengan suatu keputusan. Bila permintaan

tidak dilakukan oleh yang berkepentingan, maka penolakan untuk memberikan

izin, tidak menjadi keputusan TUN. Dari sudut kepastian hukum dan sehubungan

dengan ketentuan jangka waktu bagi keputusan atas permohonan, pada prinsipnya

permohonan harus diajukan dengan tertulis, kecuali bila diatur secara lain oleh

ketentuan undang-undang. Setidak-tidaknya permohonan memuat tanda tangan,

nama dan alamat pemohon, petunjuk mengenai izin yang diminta dan tanggal.

Disamping syarat-syarat formal ini, pemohon selanjutnya harus memberikan data

dan surat-surat (dokumen-dokumen, surat-surat bukti) yang diperlukan untuk

memutuskan permohonan. Dalam peraturan perundang-undangan khusus dapat

ditentukan lebih lanjut, data mana yang di perlukan. Selanjutnya pemohon hanya

wajib menyerahkan data yang dengan pantas dapat diperolehnya. Kadangkala

disini harus di pertimbangkan siapa yang lebih gampang akan dapat memperoleh

informasi tertentu, organ pemerintah atau pemohon. Disamping itu, pentingnya

permohonan harus dibandingkan dengan jerih payah untuk memperoleh data

bersangkutan.19

D. Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN)

Dalam sistem transportasi tujuan dari perencanaan adalah penyediaan

fasilitas untuk pergerakan penumpang atau barang dari satu tempat ke tempat

yang lain atau dari berbagai pemanfaatan lahan. Sedangkan dalam sistem

19
Ibid.

25
26

pengembangan lahan tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi

bangunan dan harus menguntungkan. Dilihat dari kedua tujuan tersebut sering kali

menimbulkan konflik.

Hal inilah yang menjadi asumsi mendasar dari Analisis Dampak Lalu

Lintas untuk menjembatani kedua tujuan di atas,atau degan kata lain proses

perencanaan transportasi dan pengembangan lahan mengikat satu sama lainnya.

Pengembangan lahan tidak akan terjadi tanpa sistem trasportasi, sedangkan sistem

transportasi tidak mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan

ekonomi atau aktivitas pembangunan. Pembangunan suatu kawasan atau

bangunan baru akan berdampak langsung terhadap lalu lintas di sekitar kawasan

terseebut.

Untuk itu diperlukan data historis lalu lintas yang digunakan sebagai dasar

untuk menetapkan pengaruh dari kawasan baru terhadap jalan-jalan disekitarnya.

Analisis Dampak Lalu Lintas ( Andalalin ) ini akan digunakan untuk

memperkirakan kondisi lalu lintas mendatang baik untuk kondisi tanpa adanya

“pembangunan kawasan” maupun “dengan adanya pembangunan kawasan”.

Analisis Dampak Lalu Lintas adalah suatu studi khusus yang menilai efek-efek

yang ditimbulkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu pengembangan

kawasan terhadap jaringan transportasi disekitarnya.

Studi analisis dampak lalu lintas (andalalin) adalah studi yang meliputi

kajian terhadap jaringan jalan yang terpengaruh oleh pengembangan kawasan,

sejauh radius tertentu. Kewajiban melakukan studi analisis dampak lalu lintas

26
27

tergantung pada bangkitan lalu lintas yang ditimbulkan oleh pengembangan

kawasan.20

Kajian Dampak Lalu Lintas (Andalalin) pada dasarnya merupakan analisis

pengaruh perkembangan tata guna lahan terhadap sistem pergerakan arus lalu

lintas disekitarnya. Pengaruh pergerakan arus lalu lintas ini dapat diakibatkan oleh

kendaraan yang keluar masuk dari atau ke lahan tersebut. Dampak ini juga dapat

bersifat positif bilamana jarak perjalanan menjadi pendek atau jumlah perjalanan

menjadi berkurang.21

Sasaran Analisis Dampak Lalu Lintas ditekankan pada :

a. Penilaian dan Formulasi dampak lalu lintas yang ditimbulkan oleh daerah

pembangunan baru terhadap jaringan jalan disekitarnya (jaringan jalan

eksternal), khususnya ruas-ruas jalan yang membentuk sistem jaringan utama.

b. Upaya sinkronisasi terhadap kebijakan pemeerintah dalam kaitannya dengan

penyediaan prasarana jalan, khususnya rencana peningkatan prasarana jalan

dan persimpangan di sekitar pembangunan utama yang diharapkan dapat

mengurangi konflik, kemacetan dan hambatan lalu lintas.

c. Penyediaan solusi-solusi yang dapat meminimumkan kemacetan lalu lintas

yang disebabkan oleh dampak pembangunan baru, serta penyusunan usulan

indikatif terhadap fasilitas tambahan yang diperlukan guna mengurangi

dampak yang diakibatkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan oleh

pembangunan baru tersebut, termasuk di sini upaya untuk mempertahankan

tingkat pelayanan prasarana sistem jaringan jalan yang telah ada.

20
Eprints.undip.ac.id/34306/6/2114_chapter_II.pdf diakses pada tanggal 1 juni 2016
21
Dikun, S. dan Arief, D.,”Strategi Masalah Luas Bangunan dan Lalu Lintas”, Bahan Seminar
Dampak Pemanfaatan Intensitas lahan gedung tinggi/Superblok di Jakarta terhadap lalu lintas
disekitarnya, Universitas Taruma Negara bekerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta,1993.

27
28

d. Penyusunan rekomendasi pegaturan sistem jaringan jalan internal, titik-titik

akses ked an dari lahan yang dibangun, kebutuhan fasilitas ruang parker dan

penyediaan sebesar mungkin untuk kemudahan akses ke lahan yang akan

dibangun.

Pelaksanaan analisis damapak lalu lintas di beberapa negara bervariasi

berdasarkan kriteria atau pendekatan tertentu. Secara nasional, sudah ada

ketentuan-ketentuan yang mengatur pelaksanaan analisis dampak lalu lintas,

antara lain adalah disahkannya Pertaturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 dan

Peraturan Bupati Malang Nomor 22 tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu

Lintas. Sedangkan ketentuan mengenai lalu lintas jalan yang berlaku sekarang

sebagaimana dalam Undang-Undang Lalu Lintas Jalan Nomor 22 Tahun 2009 dan

pengaturan pelaksanaanya ridak mengatura tentang dampak lalu lintas.

Beberapa pemerintahan daerah telah memberlakukan kajian analisis

dampak lalu lintas, diantaranya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur Kota Malang dengan Peraturana Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas, yang mana secara keseluruhan

telah menjelaskan jenis kegiatan atau pembangunan apa saja dan skala minimal

berapa yang wajib melakukan analisis dampak lalu lintas.22

E. Kajian Pelaksaan Analisis Dampak Lalu Lintas

Pelaksanaan analisis dampak lalu lintas di beberapa negara bervariasi

berdasarkan kriteria atau pendekatan tertentu. Secara nasional, sudah ada

ketentuan-ketentuan yang mengatur pelaksanaan analisis dampak lalu lintas,

22
Ibid.

28
29

antara lain adalah disahkannya Pertaturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 dan

Peraturan Bupati Malang Nomor 22 tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu

Lintas. Sedangkan ketentuan mengenai lalu lintas jalan yang berlaku sekarang

sebagaimana dalam Undang-Undang Lalu Lintas Jalan Nomor 22 Tahun 2009 dan

pengaturan pelaksanaanya ridak mengatura tentang dampak lalu lintas.

Beberapa pemerintahan daerah telah memberlakukan kajian analisis

dampak lalu lintas, diantaranya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur Kota Malang dengan Peraturana Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas, yang mana secara keseluruhan

telah menjelaskan jenis kegiatan atau pembangunan apa saja dan skala minimal

berapa yang wajib melakukan analisis dampak lalu lintas. Berdasarkan pedoman

teknis penyusunan analisis dampak lalu lintas Dinas Perhubunan, ukuran minimal

peruntukan lahan yang wajib melakukan amdalalin, dapat dilihat pada Tabel 1.

Berikut:

Tabel 1. Ukuran Minimal Peruntukan Lahan yang Wajib Dilakukan

Andalalin

Peruntukan Lahan Ukuran Minimal Kawasan Yang


Wajib Andalalin

Pemukiman 50 Unit
Apartemen 50 unit
Perkantoran 1.000 m2 luas lantai bangunan
Pusat perbelanjaan 500 m2 luas lantai bangunan
Hotel / Penginapan 50 Kamar
Rumah Sakit 50 Tempat Tidur
Klikik Bersama 10 Ruang Praktek Dokter
Sekolah /Universitas 500 Siswa
Tempat Kursus Bangunan dengan kapasitas 50
siswa/waktu
Industri / Pergudangan 2.500 m2 luas lantai bangunan

29
30

Restaurant 100 tempat duduk


Tempat Pertemuan 100 tamu
Terminal Wajib
Pelabuhan Wajib
SPBU 4 Slang pompa
Bengkel 2.000 luas lantai bangunan
Drive – Thrue, Bank Wajib
Sumber : Data sekunder, pedoman teknis Andalalin dinas Perhubungan 201323

1. Pengertian, Asas, Tujuan Lalu Lintas Angkutan Jalan

Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,yang dimaksud dengan lalu lintas

dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas

dari angkutan jalan, jaringan lalu lintas, prasarana Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, kendaraan, pengemudi,pengguna jalan serta pengelolaannya.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud lalu lintas itu sendiri

adalah gerak kendaraan dan orang di ruang Lalu Lintas Jalan. Sedangkan

Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat k

tempat lain degan menggunakan kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.

Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

diselenggarakan dengan memperhatikan :

1. Asas Transparan

Yang dimaksud dengan asas transparan adalah keterbukaan dalam

penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada masyarakat

23
Arief Subechi Widodho, Op.Cit, jlm.11

30
31

luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur sehingga

masyarakat mempunyai kesempatan erpartisipasi bagi pengembangan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Asas Akuntabel

Yang dimaksud dengan asas akuntabel adalah penyelenggaraan lalu

lintas dan akutan jalan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Asas Berkelanjutan

Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan adalah penjaminan kualitas

fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis lain kendaraan

dan rencana umum pembangunan serta pengembangan jaringan lalu

lintas dan angkutan jalan.

4. Asas Partisipatif

Yang dimaksud dengan asas partisipatif adalah pengaturan peran serta

masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap

pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan dan pelaporan atas

peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan.

5. Asas Bermanfaat

Yang dimaksud dengan asas bermanfaat adalah semua kegiatan

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat memberikan

nilai tambah sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat.

6. Asas Efisien dan Efektif

Yang dimaksud dengan asas efisien dan efektif adalah pelayanan dalam

penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh

31
32

setiap Pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan

berhasil guna.

7. Asas Seimbang

Yang dimaksud dengan asas seimbang adalah penyelenggaraan lalu lintas

dan angkutan jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan

antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban

pengguna jasa dan penyelenggara.

8. Asas Terpadu

Yang dimaksud dengan asas terpadu adalah penyelenggaraan pelayanan

lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan mengutamakan

keserasian dan kesaling bergantungan kewenangan dan tanggung jawab

antar instansi Pembina.

9. Asas Mandiri

Yang dimaksud dengan asas mandiri adalah Upaya penyelenggaraan lalu

lintas dan angkutan jalan melalui pengembangan dan pemberdayaan

sumber daya nasional.

Sedangkan menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan tujuan :

1. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,

tertib dan terpadu dengan modal angkutan lain untuk mendorong

perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperoleh

persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi

martabat bangsa.

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa.

32
33

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum.

F. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 tahun 2010 Tentang Analisis

Dampak Lalu Lintas

1. Landasan Filosofis

Bahwa berpotensi dan/atau pelaksanaan suatu kegiatan usaha sangat

berpotensi menimbulkan dampak berupa terganggunya kelasncaran lalu lintas

yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketertiban, keamanan, kenyamanan,

terpenuhinya hak atas lingkungan yang sehat. Dalam perkembangan kehidupan

ekonomi maupun social kemasyarakatan yang ada saat ini cukup pesat sehingga

memerlukan pengaturan-pengaturan yang pada dasarnya ditunjukkan untuk

memperkecil dampak yang ditimbulkannya. Untuk mencegah dampak lalu lintas

dari suatu kegiatan pembangunan diperlukan adanya analisis dampa lalu lintas

yang efektif, akurat, dan berkesinambungan yang mana berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan di atas maka diperlukan untuk membentuk Peraturan

Daerah tentang Analisis Dampak Lalu Lintas.

2. Landasan Yuridis

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dalam kaitannya dengan tata urutan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah jenis peraturan

yang terbawah. Karena merupakan jenis peraturan yang terbawah maka perda

kabupaten/kota haruslah bersifat teknis dan tak boleh bertentangan dengan

peraturan yang ada di atasnya. Kajian yuridis dalam naskah akademik diperlukan

sebagai landasan agar peraturan yang dibuat tidak bertentangan dengan peraturan

33
34

yang ada di atasnya. Dalam kaitannya dengan Analisis Dampak Lalu Lintas

(Andalalin) Kota Malang, peraturan yang harus dijadikan pertimbangan adalah,

antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa

Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebgaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 551)

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44370 sebagaimana telah

diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844)

c. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4444)

d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkatan

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025)

e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,

Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 3529)

34
35

f. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis mengenai

Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838)

g. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan ( Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4655)

h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintah antara Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pmerintah

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)

i. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2001-2011 ( Lembaran Daerah Kota

Malang Tahun 2001 Nomor 10 seri C)

j. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Urusan

Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah

Kota Malang Tahun 2008 Nomor 1 seri E,Tambahan Lembaran Daerah Kota

Malang Nomor 57)

3. Tinjauan Yuridis

Bahwa adanya pertumbuhan perkotaan tang sangat pesat dan kegiatan

pembangunan fisik di kota Malang yang dapat menimbulkan dampak negative

terhadap kelancaran lalu lintas di sekitar kawasan atau lokasi pembangunan

tersebut, apabila tidak dilakukan penataan teknis manajemen dan rekaya lalu lintas

35
36

yang memadai. Hal tersebut menjadi pendukung terbukanya akses jalan dan

kelancaran seluruh kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

Pemerintah Kota Malang perlu mengambil langkah-langkah konkrit

melalui pelaksanaan penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas bagi

pembangunan, kegiatan dan/atau usaha tertentu agar pembangunan kegiatan

dan/atau usaha tertentu tersebut tidak sampai menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Karena itu tujuan Peraturan Daerah yang telah dibentuk ini agar dapat

memberikan landasan hukum yang memadai,sekaligus sebagai upaya Pemerintah

Kota Malang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

pembangunan fisik yang dapat menimbulkan dampak tergangunya kelancaran lalu

lintas.

Selain itu tujuan lain dapat berupa kajian terhadap landasan untuk

perizinan pendirian, tata cara dan persyaratan perizinan, pembinaan dan

pengawasan, serta penentuan sanksi, agar Peraturan Daerah dapat berjalan dan

berlaku secara efektif dan efisien. Serta dapat dijadikan dokumen resmi yang

menyatu dengan konsep Rancangan Peraturan Daerah yang akan dibahas bersama

dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

36
37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam metode penelitian dan penulisan hukum, terdapat dua macam

metode penelitian yaitu metode penelitian yuridis empiris dan metode penelitian

yurudis normatif. Pada skripsi ini, peneliti menggunakan jenis metode penelitian

yuridis empiris karena dapat dilihat dari latar belakang obyek penelitian dan

instrumen-instrumen yang mendukung serta penyesuaian dengan rumusan

masalah dalam penelitian ini. Dalam penyelesaian permasalahan yang dibahas

juga, berdasarkan pada peraturan-peraturan yang berlaku, dengan menghubungkan

kenyataan yang telah terjadi di lapangan termasuk dalam masyarakat. Dalam arti

penulis melihat langsung bagaimana yang terjadi didalam lapangan.24

B. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis

sosiologis untuk mengkaji pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Kewajiban Analisis Dampak Lalu Lintas.

Pendekatan ini digunakan untuk melihat kinerja nyata atau penerapan dari

Peraturan Daerah Kota malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Kewajiban Analisis

Dampak Lalu Lintas di Kota Malang.25

24
Eprints.undip.ac.id/34306/6/6/2114_chapter_II.pdf diakses pada tanggal 1 juni 2016
25
Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm 122

37
38

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Dinas Perhubungan Kota Malang.

Peneliti memilih lokasi ini dengan alasan karena Dinas Perhubungan Kota Malang

yang memberikan izin Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama

berupa perilaku masyarakat melalui penelitian. Data yang berupa pengalaman,

pendapat, pernyataan, persepsi, sikap, tindakan yang diperoleh dari keterangan

narasumber atau responden. Adapun sumber data primer penelitian ini mengacu

pada hasil penelitian lapangan berupa wawancara dengan Kepala Sie Lalu Lintas

Dinas Perhubungan Kota Malang dan konsultan konstruksi selaku perencana

andalalin proyek bangunan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan informasi berupa arsip, dokumen resmi, buku-

buku, dan hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, surat kabar,

media elektronik dan komentar atas putusan pengadilan yang dapat digunakan

segera.26 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data kepustakaan

berupa buku, literature, jurnal, Perpustakaan Universitas Brawijaya, serta Undang-

Undang yang berkaitan dengan penelitian melalui studi pustaka dengan

mengambil data yang diperoleh secara teknis dan penelusuran situs internet

26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2007), hlm.12.

38
39

maupun tulisan dalam bentuk lain yang sesuai dengan permasalahan yang akan

diteliti.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh melalui tehnik

wawancara kepada pihak-pihak yang ada di Dinas Pekerjaan umum dan Dinas

Perhubungan Kota Malang terkait penelitian ini.

1. Interview

Wawancara dilaksanakan di Dinas Perhubungan Kota Malang dengan cara

komunikasi yaitu melalui kontak antara peneliti dengan sumber data (responden).

Adapun interview atau wawancara dilakukan kepada perwakilan dari Dinas

Perhubungan dan perwakilan dari konsultan kontraktor selaku perencana

konstruksi dan andalalin.

2. Observasi

Pengamatan yang dilakukan difokuskan kepada pengamatan langsung

untuk mengamati permasalahan-permasalahan yang diteliti.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh

gejala/kegiatan atau yang akan diteliti yang memiliki criteria tertentu. 27 Dalam

penelitian yang dilakukan peneliti, yang dapat dikatakan sebagai populasi adalah

27
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, UMM Press, Malang,2010,hlm.140.

39
40

Unit Kerja Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan dan Kepala Sie Rekonstruksi

Dinas Pekerjaan Umum dan staf perencanaan di perusahaan konsultan konstruksi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti yang merupakan

perwakilan dari populasi tersebut.28 Pengambilan sampel untuk petugas dilakukan

dengan cara purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sample dengan

pertimbangan/penelitian subjektif dari penelitian, jadi dalam hal ini peneliti

menentukan sendiri responden mana yang dianggap dapat mewakili populasi.

Sampel yang diambil peneliti adalah Kepala Sie Manajemen dan Rekayasa Lalu

Lintas dan Kepala Sie Pengelolaan Sarana Lalu Lintas dan staf perencanaan di PT

Dhiratama Cipta Persada Consulting Engineers, Mblimbing, Malang..29

3. Responden

Responden adalah orang-orang yang dipilih oleh peneliti untuk diteliti.

Dalam penelitian ini responden yang dipilih yaitu dari sampel yang telah

ditentukan dan mencantumkan identitas lengkap guna keabsahan data penelitian.

Responden ini terdiri dari Kepala Sie Bidang Rekontruksi Dinas Pekerjaan Umum

Kota Malang, Dinas Perhubungan Kota Malang, serta staf perencanaan di PT

Dhiratama Cipta Persada Consulting Engineers, Mblimbing, Malang.

G. Teknik Analisis data

Analisis data adalah sebagai tindak lanjut dari proses pengolahan data

merupakan kerja seseorang peneliti yang memerlukan ketelitian dan pencurahan

28
Ibid.
29
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta: Jakarta,2004, hlm.91

40
41

daya pikir yang optimal. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan deskriptif analisis, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan

cara menganalisis kemudian memaparkan atau menggambarkan atas data yang

diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan studi pustaka kemudian

dianalisis dan diinterpretasikan dengan memberikan kesimpulan.30

H. Defenisi Operasional

a. Pelaksanaan Kewenangan adalah usaha yang dilakukan untuk melaksanakan

semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan

dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan sesuai ruang

lingkup kekuasaan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk memerintah,

mengatur, dan menjalankan tugas di bidangnya masing-masing.

b. Analisis Dampak Lalu Lintas adalah studi atau kajian mengenai dampak lalu

lintas dari suatu pembangunan, kegiatan dan/atau usaha tertentu yang

hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen Andalalin atau perencanaan

pengaturan lalu lintas.

c. Dokumen Andalalin adalah hasil studi/kajian mengenai dampak suatu

kegiatan dan/atau usaha tertentu terhadap lalu lintas yang diperlukan bagi

proses pengambilan keputusan, yang terdiri dari dokumen kerangka acuan,

dokumen analisis kinerja lalu lintas serta dokumen manajemen dan rekayasa

lalu lintas jalan.

30
Supratman, Metode Penelitian Hukum, Alvabeta, Malang,2012, hlm.140

41
BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Malang

Dinas Perhubungan Kota Malang adalah instansi pemerintah yang

menjalankan fungsi sebagai lembaga pengatur segala sesuatu terkait

perhubungan di Kota Malang. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,dan Undang-undang nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah serta peraturan pemerintah nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi

Perangkat Daerah kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 6

Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dan Peraturan

Walikota nomor 45 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata

Kerja Dinas Perhubungan Kota Malang, maka Dinas Perhubungan Kota Malang

merupakan pelaksana otonomi Daerah di bidang Perhubungan yang dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. 30

Dalam melaksanakan tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah di bidang Perhubungan, Dinas Perhubungan mempunyai fungsi antara

lain merumuskan kebijakan teknis dibidang perhubungan yang meliputi

melaksanakan tugas teknis operasional bidang perhubungan yang meliputi teknis

30
www.dishub.malangkota.go.id/

42
43

lalu lintas dan parkir, teknis angkutan dan terminal, teknis pengujian kendaraan

bermotor, teknis perizinan, teknis pengendalian dan operasional berdasarkan

peraturan perundang–undangan yang berlaku.31

2. Analisis Dampak Lalu Lintas

Konsep dasar penegakan analisis dampak lalu lintas didasari oleh asumsi

bahwa pelaksanaan suatu kegiatan usaha sangat berpotensi menimbulkan dampak

berupa terganggunya kelancaran lalu lintas yang pada akhirnya akan

mempengaruhi ketertiban, keamanan, kenyamanan, terpenuhinya hak atas

lingkungan yang sehat. Sesuai dengan perkembangan zaman yang berpengaruh

pada kehidupan ekonomi maupun sosial masyarakat saat ini, maka diperlukan

sistem pengaturan yang ditujukan untuk menekan dampak negatif yang

ditimbulkan. Untuk menekan dampak lalu lintas sebagai dampak kegiatan

pembangunan diperlukan adanya analisis dampak lalu lintas yang efektif, akurat,

dan berkesinambungan. Adapun di kota Malang, peraturan terkait analisis

dampak lalu lintas ini tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010

tentang Analisis Dampak Lalu Lintas.

Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak lalu lintas terjadi pada 2 (dua)

tahap, yaitu :

31
www.dishub.malangkota.go.id/
44

a. Tahap Konstruksi/Pembangunan. Pada tahap inin aka terjadi bangkitan lalu

lintas akibat angkutan material dan mobilisasi alat berat yang membebani ruas

jalan pada rute material.

b. Tahap pasca konstruksi/saat beroperasi. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan

lalu lintas dari pengunjung, pegawai dan penjual jasa transportasi yang akan

membebani ruas-ruas jalan tertentu, serta timbulnya bangkitan parker

kendaraan.32

Adapun sasaran Analisis Dampak Lalu Lintas ditekankan pada :

a. Penilaian dan Formulasi dampak lalu lintas yang ditimbulkan oleh daerah

pembangunan baru terhadap jaringan jalan disekitarnya (jaringan jalan

eksternal), khususnya ruas-ruas jalan yang membentuk sistem jaringan

utama

b. Upaya sinkronisasi terhadap kebijakan pemeerintah dalam kaitannya

dengan penyediaan prasarana jalan, khususnya rencana peningkatan

prasarana jalan dan persimpangan di sekitar pembangunan utama yang

diharapkan dapat mengurangi konflik, kemacetan dan hambatan lalu lintas.

c. Penyediaan solusi-solusi yang dapat meminimumkan kemacetan lalu lintas

yang disebabkan oleh dampak pembangunan baru, serta penyusunan usulan

indikatif terhadap fasilitas tambahan yang diperlukan guna mengurangi

dampak yang diakibatkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan oleh

32
Arief Subechi Widodho, Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) Pada Pusat Perbelanjaan
Yang Telah Beroperasi Ditinjau Dari Tarikan Perjalanan ( Studi Kasus Pada Pacific Mall
Tegal), Thesis, Teknik Sipil UNDIP Semarang. 2007,Hlm 7.
45

pembangunan baru tersebut, termasuk di sini upaya untuk mempertahankan

tingkat pelayanan prasarana sistem jaringan jalan yang telah ada.

d. Penyusunan rekomendasi pegaturan sistem jaringan jalan internal, titik-titik

akses ked an dari lahan yang dibangun, kebutuhan fasilitas ruang parker

dan penyediaan sebesar mungkin untuk kemudahan akses ke lahan yang

akan dibangun.

The Institution of Highways and Transportation (1994)

merekomendasikan pendekatan teknis dalam melakukan analisis dampak lalu

lintas, sebagai berikut :

a. Gambaran kondisi lalu lintas saat ini (eksisting)

b. Gambaran Pembangunan yang akan dilakukan

c. Estimasi pilihan moda dan tarikan perjalanan

d. Analisis Penyebaran Perjalanan

e. Identifikasi Rute Pembebanan Perjalanan

f. Identifikasi Tahun Pembebanan dan Pertumbuhan Lalu Lintas

g. Analisis Dampak Lalu Lintas

h. Analisis Dampak Lingkungan

i. Pengaturan Tata Letak Internal

j. Pengaturan Parkir

k. Angkutan Umum

l. Pejalan Kaki, Pengendara sepeda dan penyandang cacat

Dari keseluruhan tahapan di atas, penilitian ini tidak melakukan tahapan

dampak lingkunan, pengaturan tata letak internal, analisis angkutan umum,


46

analisis pejalan kaki, pengendara sepeda dan penyandang cacat, dan lain-lain

terkecuali yang dilakukan analisis hanyalah Analisis Dampak Lalu Lintas.

Analisis dampak lingkungan tidak dilakukan oleh peneliti karena telah dilakukan

pada awal pembangunan. Pengaturan tata letak internal tidak dilakukan

mengingat bangunan tersebut telah terbangun dan telah beroperasi.33

Adapun tujuan dari Andalalin antara lain:

1. Memprediksi dampak yang ditimbulkan suatu pembangunan kawasan. Perlu

diprediksi untuk mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat

pengembangan baru sehingga (pemerintah) dapat menentukan kebijakan

mengenai tata guna lahan mempertimbangkan kondisi lalu lintas, jumlah dan

lokasi akses, serta alternative peningkatan/perbaikan.

2. Menentukan bentuk peningkatan/perbaikan yang diperlukan untuk

mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat pengembangan baru

3. Menyelaraskan keputusan-keputusan mengenai tata guna lahan dengan

kondisi lalu lintas, jumlah dan lokasi akses, serta alternatif

peningkatan/perbaikan

4. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mempengaruhi putusan

pengembang dalam meneruskan proyek yang diusulkan.

5. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan

rekayasa lalu lintas (manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian

usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,

pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka

33
Ibid hlm.20
47

mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas).34

Upaya perizinan Andalalin adalah upaya pemerintah untuk menegakkan

dan mengupayakan bangkitan lalu lintas seiring dengan kemajuan

pembangunan. Bangkitan Lalu Lintas yang dimaksud dalam hal ini adalah

jumlah kendaraan masuk dan keluar rata-rata per hari atau selama jam puncak

yang dibangkitkan oleh suatu kegiatan dan/atau usaha. 35 Upaya ini

direalisasikan melalui Perencanaan Pengaturan Lalu Lintas adalah perencanaan

manajemen dan rekayasa lalu lintas terhadap kegiatan dan/atau usaha tertentu

yang meliputi pengaturan sirkulasi di bagian dalam suatu kegiatan dan/atau

usaha sampai dengan jalan disekitar suatu kegiatan dan/atau usaha, yang

merupakan jalan akses suatu kegiatan dan/atau usaha tersebut. Manajemen dan

Rekayasa Lalu Lintas yang dimaksud dalam hal ini adalah serangkaian usaha

dan kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan,

dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan,

mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas.

Hasil dari analisis dampak lalu lintas sendiri dimasukkan dalam

dokumen Andalalin. Dokumen izin Andalalin adalah hasil studi/kajian

mengenai dampak suatu kegiatan dan/atau usaha tertentu terhadap lalu lintas

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan, yang terdiri dari dokumen

34
Ibid.
35
Ibid.
48

kerangka acuan, dokumen analisis kinerja lalu lintas serta dokumen manajemen

dan rekayasa lalu lintas jalan.36

3. Kajian Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas

Adapun norma yang mengatur tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di

Kota Malang adalah Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010

Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Dalam Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas, terdapat beberapa

pasal yang digunakan menjadi norma acuan atau pedoman dalam suatu kegiatan

dan/atau usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di dalam suatu

kawasan atau lokasi. Yakni dalam Bab II Kewajiban Dan Kriteria Pasal 2 Ayat 1

yang berisi “Setiap Pengenmbang/Pengusaha pusat kegiatan dan/atau

permukiman yang berpotensi menimbulkan dampak lalu lintas yang dapat

mempengaruhi tingkat pelayanan yang diinginkan, wajib dilakukan Andalalin

(Analisis Dampak Lalu Lintas)”

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis

Dampak Lalu Lintas ini mulai berlaku pada tanggal yang diundangkan. Agar

setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Malang.

Peraturan Daerah ini disahkan di kota Malang pada tanggal 5 November 2010

36
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang
49

oleh Walikota Malang, Bapak Drs. Peni Suparto, M. AP. Dan Peraturan Daerah

ini diundangkan di kota Malang pada tangal 23 Desember 2010 oleh sekretaris

Daerah Kota Malang, Dr. Drs. H. Shofwan, Sh,M.Si.

Pengertian Andalalin sendiri dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 9 Peraturan

Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu

Lintas. Adapun bunyi dari Pasal 1 Ayat 9 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor

7 Tahun 2010 tersebut adalah sebagai berikut.

Pasal 1
(9) Analisis Dampak Lalu Lintas yang selanjutnya disebut Andalalin adalah
studi atau kajian mengenai dampak lalu lintas dari suatu pembangunan,
kegiatan dan/atau usaha tertentu yang hasilnya dituangkan dalam bentuk
dokumen Andalalin atau perencanaan pengaturan lalu lintas.37

Secara khusus, kewajiban pelaku usaha untuk memenuhi Andalalin

dituangkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun

2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Adapun bunyi dari Pasal 2 Ayat 1

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 tersebut adalah sbeagai

berikut.

Pasal 2
(1) Setiap Pengembang/Pengusaha pusat kegiatan dan/atau permukiman
yang berpotensi menimbulkan dampak lalu lintas yang dapat
mempengaruhi tingkat pelayanan yang diinginkan, wajib dilakukan
Andalalin.38

Berdasarkan Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2010 tersebut, dengan jelas disebutkan bahwa Pengembang atau

Pengusaha pusat kegiatan dan permukiman diwajibkan melakuka Andalalin.

37
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas
38
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas
50

Hasil Andalalin tersebut, merupakan salah satu syarat bagi

Pengembang/Pengusaha untuk mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

Dengan demikian, pengurusan Andalalin oleh pengusaha atau pengembang harus

dilakukan sebelum adanya pembangunan fisik suatu bangunan.

Adapun setelah melakukan Andalalin pengusaha atau pengembang akan

mendapat Dokumen Andalalin. Hal ini dijelaskan dalam Dokumen Pasal 4

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak

Lalu Lintas yang menyatakan bahwa:

Pasal 4
Andalalin tersebut sekurang-kurangnya memuat :
a. analisis bangkitan dan tarikan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. simulasi kinerja Lalu Lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;
c. rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;
d. tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Pengembang/Pengusaha dalam
penanganan dampak; dan
e. rencana pemantauan dan evaluasi.39

Dalam Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas juga dijelaskan terkait pihak-pihak yang berwenang

melakukan Andalalin dan pihak-pihak yang memiliki wewenang mengeluarkan

dokumen Andalalin. Hal ini dijelaskan pada Pasal 5 Nomor 7 Tahun 2010

Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas bahwa Andalalin dilakukan oleh lembaga

konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat.40 Selain itu, untuk

mendapatkan persetujuan dokumen Andalalin Pengembang/Pengusaha

mengajukan kepada Kepala Daerah melalui Kepala Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang membidangi perhubungan dan lalu lintas untuk dilakukan penilaian.

39
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas
40
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas
51

Hal ini tercantum dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7Tahun

2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas.41

Penilaian yang dimaksud dilakukan oleh Tim yang minimal

beranggotakan dari unsur Dinas Perhubungan, Badan Lingkungan Hidup dan

Bagian Hukum ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.42 Hasil penilaian

dokumen Andalalin tersebut berupa rekomendasi kepada Kepala Daerah.43

Dokumen Andalalin yang sudah disetujui oleh Kepala Daerah dijadikan sebagai

salah satu persyaratan untuk mengurus Ijin Mendirikan Bangunan. 44 Selanjutnya,

dilakukan evaluasi secara berkala terhadap Andalain bangunan tersebut untuk

dilaporkan dilaporkan kepada Kepala Daerah melalui Kepala Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang membidangi.

Lebih lanjut, dalam Peraturan Daerah Kota Malang Tahun 2010 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas juga dijelaskan adanya sanksi atas pelanggaran

Andalalin oleh pengusaha atau pengembang. Sanksi tersebut meliputi sanksi

adminitrasi dan sanksi pidana. Adapun sanksi administrasi dijelaskan dalam

Pasal 11 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis

Dampak Lalu Lintas. Sanksi administrasi tersebut berupa pencabutan izin

Andalalin beserta segala akibat hukumnya.45 Sementara itu sanksi ketentuan

41
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas
42
Pasal 8 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
43
Pasal 8 ayat 3 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
44
Pasal 9 ayat 1 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
45
Pasal 11 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
52

pidana dijelaskan dalam Pasal 13 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun

2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Adapun bumyi Pasal 13 Peraturan

Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu

Lintas adalah sebagai berikut.

Pasal 13
Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 2, diancam dengan
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).46

Adapun pelaksanaan persetujuan ANDALALIN dilakukan oleh Kepala

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi perhubungan dan lalu lintas

untuk dilakukan penilaian, yaitu Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas

Perhubungan Kota Malang.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Pelaksanaan Persetujuan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas oleh

Dinas Perhubungan Kota Malang terkait Analisis Dampak Lalu Lintas di

kota Malang

Berdasarkan hasil wawancara kepada Bapak Agoes Moeliadi, Atd, MT,

selaku Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,

menyatakan bahwa wawenang pelaksanaan studi Analisis Dampak Lalu Lintas

atau ANDALALIN oleh Dinas Perhubungan dilakukan berdasarkan Pasal 7

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di

46
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas
53

Kota Malang.47 Adapun Pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota Malang berbunyi:

“Untuk mendapatkan persetujuan dokumen Andalalin sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5, Pengembang/Pengusaha mengajukan kepada
Kepala Daerah melalui Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
membidangi perhubungan dan lalu lintas untuk dilakukan penilaian.” 48

Kemudian dijelaskan pula oleh Bapak Agoes Moeliadi bahwa tujuan riil

dari studi Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) untuk:

a. Memprediksi dampak yang ditimbulkan suatu pembangunan kawasan;

b. Menentukan bentuk peningkatan/perbaikan yang diperlukan untuk

mengakomodasikan perubahan yang terjadi akibat pengembangan baru;

c. Menyelaraskan keputusan-keputusan mengenai tata guna lahan dengan

kondisi lalu lintas, jumlah dan lokasi akses, serta alternatif

peningkatan/perbaikan;

d. Mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat mempengaruhi putusan

pengembang dalam meneruskan proyek yang diusulkan;

e. Sebagai alat pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen dan

rekayasa lalu lintas.49

Lebih lanjut, dalam buku pedoman Andalalin yang dipublikasikan Sie

Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang ditunjukkan keterkaitan

pembangunan kawasan perkotaan dan Andalalin. Adapun skema keterkaitan

47
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
48
Pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di Kota
Malang
49
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
54

pembangunan kawasan perkotaan dan Andalalin tersebut ditunjukkan dalam

gambar berikut.

Gambar 4.1 Skema Keterkaitan Pembangunan Kawasan Perkotaan dan


Andalalin

Skema di atas menjelaskan bagaimana pembangunan perkotaan harus

sinergi dengan pembanguan sistem transportasi guna meningkatkan bangkitan

lalu lintas. Dalam hal ini pembangunan dan/atau pelaksanaan suatu kegiatan

usaha sangat berpotensi menimbulkan dampak berupa terganggunya kelancaran

lalu lintas yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketertiban, keamanan,

kenyamanan, dan terpenuhinya hak atas lingkungan yang sehat. Untuk itu,

Pemerintah Daerah Kota Malang menitikberatkan perhatian pembangunan yang

sesuai dengan Andalalin.

Kepala Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang sendiri

menyatakan bahwa dalam mengurus Andalalin, Pengembang harus melalui

beberapa tahap, mulai dari pengajuan izin Andalalin, penilaian Andalalin,


55

Persetujuan izin Andalalin, hingga evaluasi Andalalin. Dalam menjalankan

prosedur Andalalin ini, Dinas Perhubungan Kota Malang bekerja sama dengan

Badan Lingkungan Hidup dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota

Malang.

Adapun prosedur pengajuan dokumen kelayakan ANDALALIN menurut

narasumber adalah sebagai beriut.

2. Pemrakarsa bekerja sama dengan konsultan untuk melakukan analisis

dampak lingkungan.

3. Setelah analisis dampak lingkungan yang dilakukan oleh konsultan jadi,

hasil analisis diajukan ke Dinas Perhubungan untuk dilakukan penilaian.

Adapun penilaian dilakukan oleh Tim Andalalin yang terdiri dari Kepolisian

dan Dinas PU.

4. Tahap penilaian kemudian disidangkan oleh tim peneliti dengan dihadiri

oleh pemrakarsa.

5. Jika syarat kalayakan Andalalin terpenuhi, maka dokumen andalalin

disahkan dan harus dilaksanakan oleh pemrakarsa.

Pada tahap pertama, pengembang atau pihak yang hendak mendirikan

bangunan sebagai pemrakarsa bekerja sama dengan konsultan untuk melakukan

perencanaan analisis dampak lingkungan. Perencanaan analisis dampak

lingkungan inilah yang selanjutnya diajukan ke Dinas Perhubungan untuk

dilakukan penilaian Andalalin. Pengembang mengajukan pengajuan izin

Andalalin kepada Kepala Daerah melalui Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
56

yang membidangi perhubungan dan lalu lintas untuk dilakukan penilaian.50

Pengembang atau pembangun melakukan Andalalin dengan menunjuk lembaga

konsultan yang memiliki tenaga ahli bersertifikat.51 Adapun kriteria lembaga

konsultan tersebut ditentukan dalam Pasal 5 ayat 2 Peraturan Bupati Malang

Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Kriteria tersebut

meliputi:

a. Lulusan penguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah

terakreditasi oleh instansi yang berwenang atau lulus ujian negara atau

perguruan tinggi luar negeri yang ijazahnya telah disahkan oleh instansi

pemerintah yang berwenang di bidang pendidikan;

b. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman sekurang-kurangnya di bidang

teknik perencanaan transportasi, teknik manajemen dan rekayasa lalu lintas

dan teknik tata ruang.

Kedua, dilakukan penilaian oleh Tim penilai. Berdasarkan Pasal 8 ayat 2

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak

Lalu Lintas dari Dinas Perhubungan, Badan Lingkungan Hidup dan Bagian

Hukum.52 Sementara berdasarkan Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun

2012 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas dijelaskan bahwa Tim penguji

andalalin sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah

dan sekurang-kurangnya beranggotakan: a) Dinas Perhubungan Komunikasi dan


50
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
51
Pasal 5 ayat 1 Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
52
Pasal 8 ayat 2 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
57

Informatika; b) Dinas Bina Marga; c) Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang; dan d)

Kepolisian Negara Republik Indonesia.53 NArasumber Bapak Agous menyatakan

bahwa Tim Andalalin yang biasa menguji kelayakan Andalalin selama ini terdiri

dari Kepolisian dan Dinas PU. Namun, narasumber menyatakan bahwa idealnya

tim pengujian ANDALALIN disertai pula oleh perwakilan Badan Lingkungan

Hidup dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Malang atau paling

tidak diketahui oleh kedua pihak tersebut untuk lebih mensinergikan hasil

perencanaan andalalin yang diajukan pemrakarsa bangunan. Tahap penilaian

kemudian disidangkan oleh tim peneliti dengan dihadiri oleh pemrakarsa.54

Ketiga, setelah dinyatakan lulus penilaian Andalalin, pengembang akan

mendapatkan hasil penilaian dokumen Andalalin berupa rekomendasi kepada

Kepala Daerah yang selanjutnya digunakan sebagai dasar persetujuan dokumen

Andalalin. Dokumen Andalalin ini akan dijadikan pengantar pengurusan Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T)

Kota Malang.55 Dokumen hasil Andalalin tersebut paling sedikit memuat:

a. Analisis bangkitan dan tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat

pembangunan;

b. Simulasi kinerja lalu lintas tanpa dan dengan adanya pengembangan;

c. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak;

53
Pasal 9 ayat 2 Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
54
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
55
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
58

d. Tanggung jawab Pemerintah Daerah dan pengembang atau pembangun dalam

penanganan dampak;

e. Rencana pemantauan dan evaluasi; dan

f. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan.56

Terakhir, jika syarat kalayakan Andalalin terpenuhi, maka dokumen

andalalin disahkan dan harus dilaksanakan oleh pemrakarsa. Hal ini sesuai

dengan Pasal 6 ayat 3 Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas yang berbunyi:

“Tanggung jawab pengembang atau pembangun dalam penanganan


dampak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dilakukan dalam
lokasi pusat kegiatan, permukiman atau infrastruktur yang dibangun atau
dikembangkan.”57

Dalam pelaksanaan andalalin oleh pemrakarsa ini akan dilakukan evaluasi

Andalalin secara berkala oleh Tim penilai untuk mengawasi perkembangan

pembangunan Usaha dan Pemukiman. Jika ditemukan adanya pelanggaran, maka

pengusaha akan diberi peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut yang masing-masing

peringatan berjangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterima yang jika tidak

diindahkan maka akan dijatuhkan sanksi administratif.58

Adapun tenggang waktu masa persetujuan yang dibutuhkan dalam

penilaian hasil uji Andalalin menurut narasumber paling lambat 60 hari atau 2

bulan setelah dilakukan uji kelayakan andalalin. Idealnya, narasumber

56
Pasal 6 ayat 2 Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
57
Pasal 6 ayat 3 Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
58
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
59

menyatakan bahwa tenggang waktu persetujuan Andalalin bahkan hanya

membutuhkan waktu antara 2-4 minggu.59 Hal ini sendiri sesuai dengan Pasal 8

ayat 2 Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Analisis

Dampak Lalu Lintas yang berbunyi”:

“Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan


persetujuan dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja
sejak diterimanya dokumen hasil Andalalin secara lengkap dan
memenuhi persyaratan.”60

Selanjutnya, narasumber menyatakan bahwa pelaksanaan Analisis

Dampak Lalu Lintas (Andalalin) Kota Malang melalui pertimbangan terhadap

perda lain, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa

Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebgaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 551)

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44370 sebagaimana telah

diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

59
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
60
Pasal 8 ayat 2 Peraturan Bupati Malang Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Analisis Dampak Lalu
Lintas
60

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844)

c. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4444)

d. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkatan

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025)

e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63,

Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 3529)

f. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis mengenai

Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838)

g. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan ( Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4655)

h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pmerintah

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)


61

i. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2001-2011 (Lembaran Daerah Kota

Malang Tahun 2001 Nomor 10 seri C)

j. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Urusan

Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah (Lembaran Daerah

Kota Malang Tahun 2008 Nomor 1 seri E,Tambahan Lembaran Daerah Kota

Malang Nomor 57)61

Narasumber juga memberikan contoh dokumen persetujuan Andalalin

dalam pembangunan Drive Thru ATM BRI Kayutangan. Dalam dokumen

tersebut, ditunjukkan bahwa analisis dampak lingkungan dilikakukan

berdasarkan peraturan ketentuan sebagai berikut.

1. Undang-Undang No. 22 tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

2. Undang-Undang No 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 2011 tentang Managemen dan Rekayasa,

Analisis Dampak, serta Managemen Kebutuhan Lalu Lintas

4. Peraturan Pemerintah No 79 tahun 2013 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

5. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 13 tahun 2014 tentang Rambu Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan

6. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 34 tahun 2014 tentang Marka Jalan

61
Cetak Biru Keselamatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, diakses melalui
http://dishub.malangkota.go.id/buku-artikel/ tanggal 15 Januari 2017
62

7. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 75 tahun 2015 tentang

Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas

8. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 96 tahun 2015 tentang pedoman

Pelaksanaan Kegiatan Managemen dan Rekayasa Lalu Lintas

9. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 111 tahun 2015 tentang Tata Cara

Penetapan Batas Kecepatan

10. Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan

11. Peraturan Menteri Perhubungan No 49 tahun 2014 tentang Alat Pemberi

Isyarat Lalu Lintas62

Berdasarkan contoh ini, narasumber menegaskan bahwa pemberian

persetujuan dokumen andalalin disinergikan dengan peraturan yang lain sehingga

pelaksanaan pembangunan berdasarkan andalalin tidak melanggar peraturan yang

lain.63 Sinkronisasi dokumen Andalalin dengan peraturan yang ada ini dilekukan

demi tercapainya tujuan Andalalin.

4.2.2 Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Wewenang Persetujuan Andalalin

oleh Dinas Perhubungan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas

Sejak diberlakukan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010

tentang Analisis Dampak Lalu Lintas, banyak masyarakat maupun para

pengembang/pengusaha yang masih belum mengetahui bahwa telah diberlakukannya

62
Dokumen Andalalin pembangunan Drive Thru ATM BRI Kayutangan
63
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
63

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 terhadap pembangunan suatu

bangunan yang dapat menimbulkan bangkitan lalu lintas. Peraturan Daerah tersebut

merupakan wujud dari bentuk penegakan hukum bagi masyarakat terlebih pada pihak

pengembang/ pengusaha yang ingin mendirikan suatu bangunan dimana bangunan

tersebut memiliki efek bangkitan arus lalu lintas yang dapat berdampak kemacetan

jika tidak mematuhi aturan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010

tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Adapun peran Dinas Perhubungan dalam hal

ini adalah sebagai pemberi izin persetujuan ANDALALIN yang selanjutnya

ditandatangani oleh kepala daerah.

Sebelum dikeluarkannya persetujuan dokumen ANDALALIN, maka pihak

yang hendak mendirikan bangunan harus melalui penilaian ANDALALIN.

Penegakan Andalalin sendiri memerlukan adanya sinergi antara pihaknya dengan

Tim penilai Andalalin. Setelah keluarnya Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010

Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas Kota Malang, penegakan Andalalin menjadi

syarat wajib pendirian bangunan di Kota Malang. Meskipun demikian, narasumber

mengakui bahwa pihak Dinas Pehubungan dan BP2T Kota Malang sebelumnya

memang belum menegakkan peraturan Andalalin sesuai prosedur, terutama sebelum

keluarnya Perda No 7 tahun 2010.64

Terkait kendala pelaksanaan wewenang persetujuan ANDALALIN oleh Dinas

Perhubungan sendiri selama ini belum mengalami kendala berarti. Berdasarkan hasil

wawancara kepada Bapak Agoes Moeliadi, Atd, MT, selaku Kepala Bagian Sie

64
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
64

Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang, menyatakan bahwa

pelaksanaan wewenang persetujuan ANDALALIN oleh Dinas Perhubungan selama

lima tahun terakhir tidak menemui kendala berarti. Narasumber menyatakan bahwa

sejak tahun 2012, penegakan izin Andalalin dilakukan secara optimal. Adapun pada

tahun sebelumnya, pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas Kota Malang dapat dikatakan belum optimal karena

masih pada tahap sosialisasi dan persiapan. Namun, mulai tahun 2012, pelaksanaan

Andalalin dan izin mendirikan bangunan sudah disinergikan guna memperbaiki

kinerja pembangunan gedung untuk usaha dan pemukiman.65

Di sisi lain, peneliti meneliti menemukan bahwa bentuk praktek evaluasi

Andalalin atas izin Andalalin yang diberikan serta pendataan terkait bangunan yang

belum memiliki Andalalin sudah rutin dilakukan. Sebagai tindak lanjut, pihak Dinas

Perhubungan Kota Malang sudah mengirimkan beberapa peringatan kepada pihak

pemrakarsa atau pengembang yang terbukti melanggar Andalalin atau yang tidak

memiliki Andalalin untuk segera melakukan perbaikan. Namun, pemberian sanksi

administrasi ataupun sanksi pidana selama ini belum diberikan karena menimbang

situasi yang belum memungkinkan saat ini.66

Lebih lanjut, diketahui pula bahwa upaya penertiban Andalalin sebagai

tenggung jawab Dinas Perhubungan atas pemberian persetujuan ANDALALIN

selama ini masih belum maksimal. Adapun upaya penegakannya masih menemui

65
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
66
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
65

berbagai kendala-kendala teknis. Namun, Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas

Dinas Perhubungan Kota Malang menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya

mendisiplinkan pelaku usaha dan menegakkan Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas.67

Sejak diberlakukan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010

tentang Analisis Dampak Lalu Lintas, banyak masyarakat maupun para

pengembang/ pengusaha yang masih belum mengetahui bahwa telah

diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 terhadap

pembangunan suatu bangunan yang dapat menimbulkan bangkitan lalu lintas.

Peraturan Daerah tersebut selama ini diartikan semata-mata merupakan wujud dari

bentuk penegakan hukum yang belum optimal pelaksanaannya.

Pihak yang berwenang untuk memberikan ijin Andalalin pun juga tidak dapat

bekerja dengan maksimal karena penerapan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7

Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas bisa dianggap belum maksimal.

Sebagai bukti, narasumber menjelaskan bahwa sebelumnya, pemberian IMB masih

banyak yang tidak disertai dokumen Andalalin.68 Dari pernyataan narasumber,

bahwa sejak dikeluarkannya andalalin tahun 2006 hingga sekarang keluar Peraturan

Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010, total para pengembang/pengusaha yang

telah mengurus/ mendapatkan ijin Andalalin hanya sekitar 30 perusahaan/bangunan

67
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
68
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
66

saja. Hal itu disebabkan kurangnya sosialisasi dari penerapan Peraturan Daerah yang

bersangkutan.

Disamping itu, Dinas Perhubungan yang bersangkutan dinilai masih bersifat

pasif, dalam artian bahwa Dinas Perhubungan sendiri tidak bisa bergerak jika para

pengembang/pengusaha tidak mengurus ijin Andalalin ke Dinas Perhubungan.

Penilaian Andalalin sendiri masih belum optimal dan pemberian dokumen kelayakan

Andalalin sendiri juga masih banyak memberikan toleransi kepada pihak

pengembang. Selain itu, pemberian izin pendirian bangunan sendiri seringkali

mengabaikan prosedur Andalalin. Dalam hal ini, keluarnya dokumen kelayakan

Andalalin dapat bersamaaan dengan keluarnya IMB, yang artinya pembuatan IMB

dilakukan sebelum prosedur Andalalin itu selesai. Dari pihak pengembang sendiri,

banyak yang baru mengurus Andalalin setalah pembangunan fisik gedung dijalankan

sehingga dari pihak Dinas Perhubungan seringkali terpaksa memberi kelonggaran

karena tuntutan kebutuhan usaha dan pemukiman saat ini.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui kendala pengajuan izin andalalin,

dilakukan pengumpulan informasi dari narasumber Resa Bagus Dharma Prana,

selaku staf perencanaan di PT Dhiratama Cipta Persada Consulting Engineers,

Mblimbing, Malang. Narasumber dipilih sebagai perwakilan konsultan yang

memiliki pengalaman dalam hal perencanaan Andalalin. Berdasarkan keterangan

narasumber, diketahui bahwa tidak ada kendala yang berarti dalam pengajuan

Andalalin di Dinas Perhubungan saat ini. Adapun kendala yang biasa ditemui adalah

ketidaksesuaian antara perencanaan konstruksi bangunan dengan beberapa

persyaratan Andalalin. Atas adanya kendala tersebut, konsekuensinya adalah adanya


67

revisi perencanaan konstruksi bangunan oleh konsultan. Adapun bentuk perencanaan

kembali ini bukan termasuk dalam kendala berarti karena dinilai tidak menggangu

pembangunan bangunan yang direnacakan serta tidak membebani konsultan. Di sisi

lain, narasumber juga menyatakan bahwa kendala lain terdapat pada ketidaksesuaian

prosedur pengajuan Andalalin yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan dengan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh Badan Pelayanan Perizinan

Terpadu (BP2T) Kota Malang. Kendala ini dinilai cukup berarti karena seharusnya

izin Andalalin digunakan untuk mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang

dikeluarkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Kota Malang. Tapi

pada beberapa kasus IMB dan izin Andalalin keluar secara bersamaan atau justru

IMB dikeluarkan lebih dulu.69

Di sisi lain, diakui oleh narasumber Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas

Dinas Perhubungan Kota Malang bahwa selama ini sinergi antara pihak Dinas

Perhubungan selaku penilai Andalalin dan pemberi dokumen Andalalin dengan

Badan pihak Pelayanan Perizinan Terpadu selaku pemberi Izin Mendirikan

Bangunan masih terbatas. Dari pihak instansi-instansi terkait dinilai tidak saling ada

komunikasi/ tidak saling bersinergi karena masing-masing instansi bekerja sendiri

dan hanya melaksanakan sesuai apa yang ada pada bidang masing-masing. Selain itu,

rumitnya alur kepengurusan dalam mengurus ijin-ijin yang diperlukan untuk

mendirikan suatu kegiatan/usaha juga dinilai menjadi salah satu kendala dalam

69
Hasil wawancara kepada staf perencanaan di PT Indra Karya Consulting Engineers, Mblimbing,
Malang, 18 Januari 2017
68

penegakan Perda No 7 tahun 2010 Kota Malang tentang Analisis Dampak

Lingkungan.70

Sedangkan untuk hambatan eksternal terkait penerapan Peraturan Daerah Kota

Malang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas adalah

implementasi peraturan itu sendiri ada faktor lain yang menjadi hambatan yakni

kurangnya sosialisasi Peraturan Daerah yang bersangkutan pada masyarakat maupun

para pengembang/pengusaha. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak adanya campur

tangan pemerintah kota untuk melaksanakan aturan yang ditetapkan dalam Peraturan

Daerah tersebut. Serta minimnya usaha untuk lebih sosialisasi Peraturan Daerah

tersebut padahal banyak media-media yang dapat digunakan sebagai proses

sosialisasi adanya Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 tersebut.71

Temuan ini sesuai pula dengan hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa

Adapun hambatan-hambatan tersebut antara lain hambatan internal dan eksternal.

Adapun hambatan Internal dalam hal ini meliputi kendala dari pihak instansi yang

bersangkutan tidak adanya kesinergian antar lembaga instansi yang berwenang dalam

penetapan Andalain baik dalam penilaian, perizinan, pengawasan, maupaun

penegakan sanksi. Selain itu, kurangnya komunikasi dan arahan dari instansi terkait

dengan para pengembang atau pengusaha yang ingin mendirikan suatu kegiatan/usaha

untuk mendapatkan ijin andalalin juga menjadi kendala penegakan Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Kedua,

70
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
71
Hasil wawancara kepada Kepala Bagian Sie Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Malang,
20 Januari 2017
69

instansi-instansi yang berwenang dalam penetapan Andalain hanya melakukan apa

yang para pengembang/pengusaha mohonkan untuk mendapatkan ijin mendirikan

bangunan untuk suatu kegiatan/usaha, sementara penilaian Andalalin oleh pihak-

pihak terkait (Dinas Perhubungan Kota Malang, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BP2T) Kota Malang, dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Malang) sendiri masih belum

optimal dan pemberian dokumen kelayakan Andalalin sendiri juga masih banyak

memberikan toleransi kepada pihak pengembang. Kemudian, belum adanya

penerapan sanksi nyata, baik administratif maupun pidana, dari instansi berwenang

terhadap pengembang atau pengusaha yang terbukti melanggar Andalalin. Selama ini

pihak berwenang masih memberikan kelonggaran terkait pelanggaran Andalalin oleh

pengusaha. Adapun alasan pemberian kelonggaran tersebut disebabkan oleh

pemberlakuan Perda yang dinilai masih baru dan belum optimal sehingga pihak

pengusaha masih diberi waktu untuk melakukan pembenahan. Sementara itu

hambatan eksternal meliputi kurang pahamnya para pengembang atau pengusaha

untuk mendirikan bangunan yang diperuntukkan sebagai pusat kegiatan/ usaha yang

diwajibkan memiliki ijin Andalalin serta kurangnya perhatian dari pemerintah kota

dalam mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010

Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas.72

72
David Purba, Efektifitas Pelaksanaan Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun
2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Skripsi, Universitas Brawijaya, 2016
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan persetujuan dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas,

Dinas Perhubungan Kota Malang berperan sebagai pemberi izin dan

persetujuan hasil penilaian uji ANDALALIN yang dilakukan oleh tim peguji.

Pelaksanaan wawenang persetujuan hasil Analisis Dampak Lalu Lintas atau

ANDALALIN oleh Dinas Perhubungan ini dilakukan berdasarkan Pasal 7

Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas

di Kota Malang.

2. Terkait kendala pelaksanaan wewenang persetujuan ANDALALIN oleh Dinas

Perhubungan sendiri selama ini belum mengalami kendala berarti. Sejak tahun

2012, penegakan izin Andalalin dilakukan secara optimal. Adapun pada tahun

sebelumnya, pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas Kota Malang dapat dikatakan belum optimal

karena masih pada tahap sosialisasi dan persiapan. Namun, mulai tahun 2012,

pelaksanaan Andalalin dan izin mendirikan bangunan sudah disinergikan guna

memperbaiki kinerja pembangunan gedung untuk usaha dan pemukiman.

70
71

B. Saran

Berdasarkan temuan analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka

peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Kepada Pihak Lembaga Terkait Perizinan Andalalin

Diharapkan pihak-pihak terkait yang berwenang dalam perizinan Analisis

Dampak Lalu intas (Andalalin) dan Izin mendirikan bangunan (IMB), yakni

Dinas Perhubungan Kota Malang, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

(BP2T) Kota Malang, dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Malang, untuk lebih

bersinergi dalam pengakan Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun

2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Selama ini diketahui bahwa

instansi-instansi terkait belum sinergi dalam penegakan Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Analisis Dampak Lalu Lintas.

Praktek perizinan Andalain dan IMB juga berjalan sendiri-sendiri sehingga

penegakan Andalalin belum berjalan optimal. Selain itu, diharapkan kepada

instansi terkait terutama Dinas Perhubungan untuk lebih aktif dalam

sosialisasi Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang

Analisis Dampak Lalu Lintas.

2. Kepada Pihak Pengawas Andalalin

Dalam segi pengawasan, pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 7 Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas harus lebih

ditingkatkan lagi baik dari pihak pemerintah Kota Malang melalui instansi

yang berwenang yakni Badan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
72

selaku instansi yang berwenang untuk eksekusi dalam penegakan

Peraturan Daerah yang telah diberlakukan. Untuk pengawasan itu sendiri

diharapkan ke depannya agar lebih optimal dilaksanakan karena melihat

kenyataan yang ada di lapangan bahwa Satpol PP selaku pihak yang

berwenang dalam pengawasan tidaklah melakukan tugasnya dengan baik.

Satpol PP tidak melakukan pengawasan saat para pengembang/pengusaha

melakukan pembangunan. Namun saat bangunan sudah terwujud secara

fisik dan dinyatakan melanggar ketentuan, tidak mungkin untuk

membongkar lagi bangunan tersebut. Maka dari itu, saran dari peneliti

agar pengawasan lebih ditingkatkan lagi dan lebih optimal sejak mulai

dibangunnya pembangunan yang masuk kriteria wajib Andalalin. Itu

semua bertujuan untuk menghindari adanya pelanggaran yang dapat

dilakukan oleh pihak pengembang/pengusaha dan pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 dapat berjalan dengan lancar

untuk pembangunan ke depannya.

3. Kepada Pengembang atau Pengusaha Bangunan

Bagi Pihak Pengembang/pengusaha yang akan mendirikan suatu

kegiatan/usaha khususnya masuk dalam kriteria wajib andalalin, maka para

pengembang/pengusaha dapat melakukan konsultasi terlebih dahulu pada

pihak-pihak bersangkutan terkait dalam mendirikan suatu kegiatan/usaha yang

bertujuan untuk memaksimalkan pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Malang

Nomor 7 Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Pihak-pihak yang

dapat menjadi konsulator yakni dari instansi-instansi terkait seperti Dinas


73

Pekerjaan Umum, BP2T, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perhubungan.

Konsultasi tersebut berfungsi sebagai parameter pengembang/pengusaha

untuk mengetahui apa saja yang diwajibkan bagi pengembang/pengusaha

untuk memenuhi syarat-syarat dalam mendirikan bangunan untuk suatu

kegiatan/usaha serta otomatis aturan yang terdapat dalam Peraturan Daerah

Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas

dapat terlaksana dengan maksimal untuk ke depannya.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: Sinar
Grafika.,2011)

Arief Subechi Widodho, Analisis Dampak Lalu Lintas (Andalalin) Pada Pusat
Perbelanjaan Yang Telah Beroperasi Ditinjau Dari Tarikan Perjalanan
(Studi Kasus Pada Pacific Mall Tegal), Thesis, Teknik Sipil UNDIP
Semarang.2007

Bambang Hestu Cipto Handoyo, 1995., Aspek Hukum Administrasi Negara Dalam
Penataan Ruang, Universitas Atmajaya Yogyakarta Press

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta: Jakarta,2004

C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Pemerintah Daerah Di Indonesia: Hukum


Administrasi Daerah, 2012

Dikun, S. dan Arief, D,”Strategi Masalah Luas Bangunan dan Lalu Lintas”, Bahan
Seminar Dampak Pemanfaatan Intensitas lahan gedung tinggi/Superblok di
Jakarta terhadap lalu lintas disekitarnya, Universitas Taruma Negara
bekerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta,1993.

Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, UMM Press, Malang,2010

Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Edisi Kedua, 2010

Imam Koeswahyono, Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan Ruang di


Indonesia (Problematika Antara Teks dan Konteks), 2012

Sani, Ridwan Abdullah (2014) Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi


Kurikulum 2013. Bumi Aksara, Jakarta.

Siswanto Sunarso, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, 2006

Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)

Supratman, Metode Penelitian Hukum, Alvabeta, Malang,2012

Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta Ichtiar,1957)

Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Kewajiban Analisis
Dampak Lalu Lintas

Yugihartiman M, Analisis Dampak Lalu Lintas.ppt

74
Eprints.undip.ac.id/34306/6/6/2114_chapter_II.pdf diakses pada tanggal 1 juni 2016

75

Anda mungkin juga menyukai