Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA

DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DAERAH


BRIDGE CENTER JL. STADION KLABAT SELATAN KEL. RANOTANA KEC. SARIO
MANADO 95116

KONTRAK KERJA
NOMOR : /DISPORA/I/2023

Pada hari ini Kamis tanggal Lima bulan Januari tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga bertempat
di Dinas Kepemudaan dan Olahraga Daerah Provinsi Sulawesi Utara, kami yang bertanda
tangan di bawah ini:
1. Nama : M. M. SENDOH, SH, M.Si
NIP : 19640509 198703 1 016
Pangkat/ Gol. Ruang : Pembina Utama Madya / IVd
Jabatan : Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Daerah Provinsi
Sulawesi Utara
Bertindak untuk dan atas nama Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga Daerah
Provinsi Sulawesi Utara selaku Pengguna Anggaran (PA), selanjutnya dalam hal ini
disebut sebagai PIHAK KESATU.
2. Nama :
Tempat/Tgl. Lahir :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
No. Telp :
Bertindak untuk dan atas namanya sendiri selaku Tenaga Harian Lepas (THL)
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara yang melaksanakan tugas di Dinas Kepemudaan
dan Olahraga Daerah Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2023 tanggal 4 Januari 2023 tentang Penetapan
Tenaga Harian Lepas di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Tahun
Anggaran 2023, selanjutnya dalam hal ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama saling setuju dan sepakat
untuk mengadakan Kontrak Kerja yang mengikat dan berakibat hukum bagi kedua
belah pihak untuk melaksanakan tugas, tanggung jawab dan fungsi yang diemban dengan
ketentuan dan persyaratan sebagai berikut :

Pasal 1
DASAR PELAKSANAAN
(1) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Utara sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Utara;
(2) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2022 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun Anggaran 2023;
(3) Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 12 Tahun 2022 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah;
(4) Peraturan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 20 Tahun 2022 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tahun Anggaran
2023;
(5) Keputusan Gubernur Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2023 tentang Penetapan
Tenaga Harian Lepas di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Tahun

-1-
Anggaran 2023;
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK KESATU memberikan pekerjaan kepada PIHAK KEDUA sebagai Administrasi
pada Sub Bagian Umum dan Perlengkapan, dengan rincian tugas sebagai berikut:
(1) Mengagendakan surat masuk dan surat keluar;
(2) Menindak lanjuti surat masuk dan surat keluar;
(3) Melaksanakan administrasi kegiatan penerimaan dan pengiriman surat, naskah,
dokumen dan lainnya;
(4) Melaksanakan penyimpanan arsip dokumen dan surat;
(5) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang di perintahkan oleh atasan baik lisan
maupun tertulis untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN
(1) PIHAK KESATU membayarkan honorarium setiap satu bulan masa kinerja kepada
PIHAK KEDUA sebagai kompensasi atas jasa yang telah diberikan, setelah terlebih
dahulu melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas, tanggungjawab dan
fungsi PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK KEDUA wajib membuat laporan capaian kinerja bulanan yang dilaporkan
kepada PIHAK KESATU.
(3) PIHAK KESATU melalui atasan langsung memberikan penilaian kinerja terhadap
PIHAK KEDUA menggunakan Lembar Penilaian Kinerja (LPK) yang komponen
penilaian kinerjanya sebagai berikut :
a. Penugasan tugas pokok yang dinilai dari kemampuan menguasai tugas pokok dan
fungsi dalam pelaksanaan pekerjaan;
b. Produktivitas kerja yang dinilai dari kemampuan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan sesuai target yang telah ditentukan;
c. Kerjasama yang dinilai dari kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama
dengan rekan sekerja dan/atau dengan atasan dalam unit kerja ketika
menyelesaikan pekerjaan yang diemban;
d. Integritas yang dinilai dari sikap dan perilaku dalam hal kejujuran, keberanian dan
tanggungjawab dalam pelaksanaan tugas yang diemban;
e. Loyalitas yang dinilai dari ketaatan dan kesetiaan pengabdian terhadap pekerjaan
sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) PIHAK KEDUA wajib mengikuti aturan yang dibuat oleh PIHAK KESATU, yaitu:
a. Melaksanakan tugas, tanggung jawab dan fungsi secara penuh selama satu masa
kinerja sesuai ketentuan yang berlaku;
b. Mengikuti apel pagi, apel sore, dan apel kerja/kedinasan lainnya secara tepat
waktu, serta wajib melaksanakan presensi online dan/atau mengisi daftar hadir
(presensi manual);
c. Apabila akan meninggalkan tempat kerja selama jam kerja, maka wajib terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari atasan langsung dan pejabat
pengelola kepegawaian di Perangkat Daerah;
(5) PIHAK KEDUA wajib memakai pakaian dinas dan atribut pada hari kerja dan/atau
tugas kedinasan lainnya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pada hari senin sampai dengan hari rabu dan upacara hari besar nasional
menggunakan PDH kemeja lengan pendek warna putih dan celana/rok warna
khaki;

-2-
b. Pada hari kamis dan hari sabtu bagi perangkat daerah yang menerapkan 6
(enam) hari kerja menggunakan kemeja batik/tenun/lurik dan celana/rok warna
hitam;
c. Pada hari jumat menggunakan pakaian olahraga dan/atau menggunakan kemeja
batik/tenun/lurik dan celana/rok warna hitam;
d. Bagi Perangkat Daerah yang memiliki pakaian khusus yang tidak sesuai dengan
ketentuan pada huruf a, huruf b dan huruf c dapat disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku;
e. Papan nama dan tanda pengenal wajib digunakan dalam melaksanakan tugas
pada hari kerja dan/atau tugas kedinasan lainnya dikecualikan pada saat
menggunakan pakaian olahraga;
f. Ketentuan terkait jenis, model dan bahan kain pakaian dinas disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
g. Apabila terdapat perbedaan mekanisme pengunaan pakaian dinas dan atribut
antara ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja ini dengan ketentuan baru
yang mengatur tentang pakaian dinas yang ditetapkan oleh Gubernur atau
pejabat yang berwenang, maka mekanisme pemakaian pakaian dinas dan atribut
akan mengacu pada ketentuan yang baru tersebut.
(6) PIHAK KEDUA berhak atas cuti karena alasan penting yang terakumulasi selama
12 (dua belas) hari kerja selama 1 (satu) tahun masa kinerja dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. ibu, bapak, suami/istri, anak, adik/kakak kandung atau menantu sakit atau
meninggal dunia;
b. melangsungkan perkawinan yang pertama;
c. pria yang istrinya melahirkan normal atau caesar dengan melampirkan surat
keterangan rawat inap dari rumah sakit/puskesmas; dan
d. yang mengalami musibah kebakaran rumah atau bencana alam dengan
melampirkan surat keterangan dari Kelurahan atau Pemerintah Desa setempat.
(7) PIHAK KEDUA yang mengalami kehamilan anak pertama dan kedua berhak atas
cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan.
(8) PIHAK KEDUA berhak atas cuti sakit dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Apabila tidak masuk kerja karena alasan sakit selama 1 (satu) hari kerja dalam
satu masa kinerja, maka ketidakhadiran harus dibuktikan dengan surat
keterangan yang bersangkutan;
b. Apabila tidak masuk kerja karena alasan sakit sampai dengan 3 (tiga) hari kerja
dalam satu masa kinerja, maka ketidakhadiran harus dibuktikan dengan surat
keterangan dari rumah sakit pemerintah atau dokter sesuai fasilitas kesehatan
yang ditetapkan oleh Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan;
c. Apabila tidak masuk kerja karena alasan sakit dan membutuhkan perawatan
intensif dari rumah sakit sehingga memerlukan waktu lebih dari 3 (tiga) hari kerja
sampai dengan 14 (empat belas) hari, maka ketidakhadiran harus dibuktikan
dengan surat keterangan sakit/rawat inap dari rumah sakit.
(9) PIHAK KEDUA yang melaksanakan cuti karena alasan penting, cuti melahirkan dan
cuti sakit sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (6), ayat (7) dan ayat (8) tidak
dikenakan pemotongan terhadap honorarium.
(10) PIHAK KEDUA yang mengalami kehamilan anak ketiga dan seterusnya dapat
diberikan cuti melahirkan maksimal selama 3 (tiga) bulan dan selama melaksanakan
cuti tidak diberikan honorarium.
(11) Pengaturan Jam Kerja Tenaga Harian lepas mengikuti Jam Kerja Aparatur Sipil

-3-
Negara di masing-masing Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara.
(12) Apabila terdapat perbedaan mekanisme pemberian cuti antara ketentuan yang
tercantum dalam kontrak kerja ini dengan ketentuan baru yang mengatur tentang
Cuti Tenaga Harian Lepas (THL) yang ditetapkan oleh Gubernur atau pejabat yang
berwenang, maka mekanisme pemberian cuti akan mengacu pada ketentuan yang
baru tersebut.

Pasal 4
SUMBER DAN JUMLAH DANA
Sumber dan jumlah dana yang akan diterima oleh PIHAK KEDUA:
(1) Sumber dana sebagaimana tertuang dalam Dokumen Pelaksana Anggaran Dinas
(DPA-PD) Nomor DPA/A.1/2/19.0.00.0.00.01.0000/001/2023 Tahun Anggaran 2023
tanggal 4 Jaunari 2023.
(2) Dana yang diterima PIHAK KEDUA berupa honorarium jasa THL setiap satu bulan
masa kinerja adalah sejumlah Rp. 2.360.000,- (Dua Juta Tiga Ratus Enam
Puluh Ribu Rupiah) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku..
(3) Jaminan Kesehatan dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) dan Jaminan Ketenagakerjaan dari Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) diselenggarakan sesuai ketentuan
yang berlaku selama pelaksanaan kontrak.

Pasal 5
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Kontrak Kerja ini berlaku untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan terhitung mulai tanggal
Satu bulan Januari tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga (01-01-2023) sampai dengan tanggal
Tiga Puluh Satu bulan Desember tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga (31-12-2023).

Pasal 6
PEMBAYARAN
(1) Pembayaran jasa THL sebagaimana yang tercantum pada pasal 4 ayat (2) diatas
dilakukan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA melalui rekening Bank
SulutGo dengan mencantumkan :
 Nama Pemegang Rekening :
 Cabang :
 Unit :
 Nomor Rekening :
(2) Biaya administrasi bank dibebankan kepada PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut pembayaran honorarium untuk satu masa
kinerja apabila yang bersangkutan mengundurkan diri sebelum berakhirnya satu
masa kinerja tersebut.

Pasal 7
SANKSI DAN PEMUTUSAN KONTRAK KERJA
(1) PIHAK KESATU dapat memutuskan hubungan kerja apabila:
a. PIHAK KEDUA tidak mematuhi ketentuan dalam kontrak kerja ini;
b. PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan;

-4-
c. PIHAK KEDUA meninggal dunia; dan
d. PIHAK KEDUA mengundurkan diri.
(2) Bagi PIHAK KEDUA yang tidak membuat dan memasukkan laporan capaian kinerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dilakukan penangguhan pembayaran
honorarium pada bulan tersebut oleh PIHAK KESATU hingga laporan yang
dimaksud dimasukkan.
(3) Apabila PIHAK KEDUA mendapatkan penilaian kinerja dibawah nilai 60 (enam
puluh) pada satu bulan masa kinerja berdasarkan komponen penilaian kinerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) maka akan diberikan sanksi sebagai
berikut:
a. diberikan teguran tertulis dan dikenakan pemotongan 30 % (tiga puluh persen)
dari total honorarium yang akan diperoleh pada bulan berjalan;
b. secara terakumulasi selama 2 (dua) bulan masa kinerja diberikan Surat
Peringatan dan dikenakan pemotongan 50 % (lima puluh persen) dari total
honorarium yang akan diperoleh pada bulan berjalan;
c. secara terakumulasi selama 3 (tiga) bulan masa kinerja dikenakan pemutusan
kontrak kerja.
(4) Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (4) maka akan diberikan sanksi sebagai berikut:
a. tidak mengikuti apel pagi, apel sore dan/atau apel kerja lainnya masing-masing
dikenakan pemotongan 0,5 % (nol koma lima persen) dari total honorarium yang
akan diterima pada pembayaran bulan berjalan;
b. tidak hadir tanpa alasan yang sah (alpa) dikenakan pemotongan 10 %
(sepuluh persen) dari total honorarium yang akan diterima pada pembayaran
bulan berjalan;
c. datang terlambat lebih dari 30 menit dari jam kerja yang ditentukan dan
meninggalkan tugas selama jam kerja tanpa izin tertulis dari atasan langsung dan
pejabat pengelola kepegawaian dikenakan pemotongan 5% (lima persen) dari
total honorarium yang akan diterima pada pembayaran bulan berjalan;
d. bagi yang terjaring dalam suatu inspeksi mendadak yang dilaksanakan oleh
Kepala Perangkat Daerah atau tim yang dibentuk oleh Kepala Perangkat Daerah
dan/atau Tim Penegak Disiplin dan Kinerja (TPDK) dikenakan pemotongan 20%
(dua puluh persen) dari besaran honorarium yang akan diterima pada
pembayaran bulan berjalan disertai dengan Surat Peringatan dari Kepala
Perangkat Daerah dengan tembusan kepada Gubernur Sulawesi Utara melalui
Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Apabila terjaring
untuk kedua kalinya, dikenakan pemotongan 50 % (lima puluh persen) dari total
honorarium yang akan diterima pada pembayaran bulan berjalan disertai Surat
Peringatan dan Pemberhentian Sementara selama 1 Bulan tanpa pembayaran
honorarium pada masa kinerja bulan berikutnya.
(5) Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (5) maka akan dikenakan sanksi pemotongan 1 % (satu persen)
dari total honorarium yang akan diterima pada pembayaran bulan berjalan;
(6) Penjatuhan sanksi kepada PIHAK KEDUA oleh PIHAK KESATU diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. tidak hadir tanpa keterangan yang sah (alpa) secara terakumulasi selama 3 (tiga)
hari kerja dalam satu tahun masa kinerja dikenakan teguran tertulis dan
pemotongan 15 % (dua puluh lima persen) dari total pembayaran honorarium
pada masa kinerja bulan berjalan dihitung pada bulan dimana jumlah alpa selama

-5-
3 (tiga) hari terakumulasi;
b. tidak hadir tanpa keterangan yang sah (alpa) secara terakumulasi selama 5 (lima)
hari kerja dalam satu tahun masa kinerja dikenakan surat peringatan dan
pemotongan 30 % (lima puluh persen) dari total pembayaran honorarium pada
masa kinerja bulan berjalan dihitung pada bulan dimana jumlah alpa selama 5
(lima) hari terakumulasi;
c. tidak hadir tanpa keterangan yang sah (alpa) secara berturut-turut selama 5
(lima) hari kerja dalam satu tahun masa kinerja dikenakan pemutusan kontrak
kerja;
d. tidak hadir tanpa keterangan yang sah (alpa) secara terakumulasi selama 10
(sepuluh) hari kerja dalam satu tahun masa kinerja dikenakan pemutusan kontrak
kerja; dan
e. terbukti melakukan pelanggaran etika dikenakan pemutusan kontrak kerja.
(7) Bagi PIHAK KEDUA yang mendapat Surat Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali sejak
kontrak ini ditandatangani, dikenakan pemutusan kontrak kerja oleh PIHAK
KESATU.
(8) Bagi PIHAK KEDUA yang terbukti melakukan tindak kejahatan terkait pembuatan
dokumen palsu, plagiat tanda tangan, penyalahgunaan presensi serta hal-hal yang
dikategorikan tindak pidana umum dan/atau khusus dikenakan pemutusan kontrak
kerja oleh PIHAK KESATU.

Pasal 8
PERSELISIHAN
(1) Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA dalam
pelaksanaan kontrak kerja ini akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat.
(2) Apabila tidak tercapai musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), akan diselesaikan melalui peradilan wilayah hukum Pengadilan Negeri tempat
domisili PIHAK KESATU.

Pasal 9
FORCE MAJURE
(1) Jika timbul keadaan memaksa (force majure) yaitu hal-hal yang diluar kekuasaan
PIHAK KESATU sehingga tertundanya pembayaran honorarium dan/atau
pemutusan kontrak kerja, maka PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut kepada
PIHAK KESATU.
(2) Keadaan yang memaksa (force majure) yang dimaksud pada ayat (1), yaitu
perubahan kebijakan moneter, fiskal dan finansial berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 10
KETENTUAN LAIN-LAIN
(1) PIHAK KEDUA tidak menuntut untuk diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
(2) PIHAK KEDUA tidak menuntut untuk diperpanjang kontrak kerja pada tahun
selanjutnya.
(3) PIHAK KEDUA wajib mengusulkan permohonan perpanjangan pekerjaan sebagai
Tenaga Harian Lepas kepada PIHAK KESATU selambat-lambatnya pada hari kerja
ke 15 (lima belas) bulan Oktober tahun yang berjalan untuk selanjutnya akan
diusulkan kepada instansi yang berwenang memproses penetapan pengangkatan
Tenaga Harian Lepas melalui Keputusan Gubernur tahun selanjutnya.

-6-
(4) Pengecualian presensi online bagi PIHAK KEDUA yang secara teknis kerjanya di
daerah yang tidak dapat dijangkau oleh presensi online, terhadapnya diperkenankan
menggunakan presensi manual.
(5) Bea materai yang timbul karena pembuatan kontrak kerja ini dibebankan kepada
PIHAK KEDUA.
(6) PIHAK KEDUA wajib menyertakan fotokopi KTP, ijazah terakhir, dan buku tabungan
Bank SulutGo sebagai lampiran kontrak kerja ini.
(7) Kontrak kerja ini tidak termasuk dalam ruang lingkup kontrak kerja sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja.
(8) Segala lampiran yang melengkapi kontrak kerja ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
(9) Apabila dikemudian hari terdapat hal-hal yang sekiranya bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan teknis yang mengatur
tentang Tenaga Harian Lepas dalam Kontrak Kerja ini, maka akan diadakan
peninjauan dan penyesuaian atas persetujuan kedua belah pihak.

Pasal 11
PENUTUP
Demikian Kontrak Kerja ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup, mempunyai
kekuatan hukum yang sama, dan masing-masing pihak memperoleh 1 (satu) rangkap
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA

Materai Rp. 10.000,-

M. M. SENDOH, SH, M.Si


NIP. 19640509 198703 1 016 NPnP. 2020119710061

-7-

Anda mungkin juga menyukai