Anda di halaman 1dari 12

PENTINGNYA PENDIDIKAN AKHLAK DALAM PANDANGAN ISLAM

Arvian Dwi (2214.20.0078)


Mahasiswa STAI Publisistik Thawalib Jakarta
Prodi Kependidikan Islam
Dosen : Mahmudah

Abstrak
Dalam perspektif Islam, akhlak atau moral memiliki kedudukan yang tinggi. Demikian tingginya kedudukan akhlak
dalam Islam hingga Nabi shallallahu „alaihi wasallam menjadikannya sebagai barometer keimanan. Beliau bersabda:

‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬


“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abû Dâwûd dan Tirmidzî).

Dalam Islam, akhlak sangat terkait dengan keimanan dan tidak terpisah darinya. Keterkaitan antara iman
dengan akhlak juga terlihat jelas pada pengarahan-pengarahan Nabi shallallahu „alaihi wasallam tentang akhlak.
Beliau sering sekali mengaitkan keimanan kepada Allah dan hari akhir dengan akhlak. Ketika seseorang memiliki
orientasi dan cita-cita yang tinggi yaitu ridha Allah, maka dengan sendirinya ia akan menganggap rendah apa saja
yang bertentangan dengan cita-cita tersebut yaitu seluruh perbuatan atau sifat yang dibenci oleh Allah.

Akhlak Islami memiliki beberapa keistimewaan dan ciri-ciri khusus (karakteristik) yang membedakannya dari
sistem akhlak lainnya. Di antara karakteristik akhlak Islami tersebut adalah: (a) Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada
Rabb (Tuhan), (b) Insaniyah (bersifat manusiawi), (c) Syumuliyah (universal dan mencakup semua kehidupan), dan (d)
Wasathiyah (sikap pertengahan).

Suatu hal yang ditekankan dalam Islam adalah pendidikan akhlak wajib dimulai sejak usia dini karena masa
kanak-kanak adalah masa yang paling kondusif untuk menanamkan kebiasaan yang baik

A. Pengertian Akhlak Sedangkan secara terminologi, ada beberapa


definisi yang diutarakan oleh para ulama tentang
Akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk makna akhlak. Al-Ghazali memaknai akhlak dengan:
jama‟ dari khuluq.
Sebuah tatanan yang tertanam kuat dalam jiwa yang
Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab’u darinya muncul beragam perbuatan dengan mudah
(karakter) dan as-sajiyyah (perangai). dan ringan, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.

Sebagian lagi mendefinisikan akhlak dengan:


Sekumpulan nilai-nilai dan sifat yang menetap di Dengan demikian, ia akan selalu menghiasi dirinya
dalam jiwa, yang dengan petunjuk dan standarnya dengan al-akhlaq alkarimah (akhlak-akhlak yang
sebuah perbuatan dinilai baik atau buruk oleh mulia).
seseorang, yang untuk kemudian dia melakukan
perbuatan tersebut atau mengurungkannya. Landasannya adalah karena Allah mencintai dan
meridhoi akhlak yang mulia tersebut. Dan ia akan
Dari penjelasan di atas kiranya dapat kita meninggalkan al-akhlaq almadzmumah (akhlak-
simpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah ikhtiar akhlak yang tercela) karena Allah membenci al-
atau usaha manusia dewasa untuk mengarahkan akhlaq almadzmumah tersebut. Dengan demikian,
peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa ia berbuat sesuatu karena Allah dan meninggalkan
kepada Allah Ta‟ala dan berakhlak karimah. sesuatu karena Allah.

B. Konsep Akhlak Hal ini tidak akan terasa berat baginya


karena hatinya telah didominasi oleh kecintaan
Terkait dengan Konsep Keimanan Konsep akhlak yang sempurna kepada Allah. Konsekwensi dari
dalam Islam, menurut Ibn Taymiyah, terkait erat kecintaan tersebut adalah mencintai apa saja yang
dengan konsep keimanan. Hal ini disebabkan akhlak dicintai Allah dan membenci apa saja yang dibenci
dalam Islam berdiri di atas unsur-unsur berikut: oleh Allah.

1. Keimanan kepada Allah Ta'ala sebagai satu- Kecintaan kepada Allah tersebut, dalam hati
satunya Pencipta alam semesta, Pengatur, orang-orang yang beriman bertingkat-tingkat. Ia
Pemberi rizki, dan Pemilik sifat-sifat berbanding lurus dengan pengenalan seseorang
rububiyah lainnya. terhadap Allah (ma‟rifatullah). Semakin seseorang
2. Mengenal Allah Subhanahu wa Ta‟ala mengenal Allah maka akan semakin kuat
(ma‟rifatullah) serta mengimani bahwa Dia- kecintaannya terhadap Allah. Allah berfirman:
lah satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi
(disembah). ِ ‫َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ َش ُّد ُحبًّا هَّلِل‬
3. Mencintai Allah dengan kecintaan yang
menguasai segenap perasaan manusia “Adapun orang-orang yang beriman, mereka amat
(puncak kecintaan) sehingga tidak ada sangat cintanya kepada Allah.” (QS. al-Baqarah:
sesuatu yang dicintai (mahbub) dan 165)
diinginkan (murad) selain Allah Subhanahu
Inilah rahasianya mengapa tema utama
wa Ta‟ala.
surat-surat makkiyyah adalah memperkenalkan
4. Kecintaan ini akan menuntun seorang
Allah Ta'ala kepada para hamba-Nya. Kalau kita
hamba untuk memiliki orientasi kepada satu
amati, surat-surat makkiyyah menitikberatkan
tujuan, memusatkan seluruh aktifitas
isinya pada bukti-bukti kekuasaan Allah Subhanahu
hidupnya ke satu tujuan tersebut, yaitu
wa Ta‟ala di alam semesta, dalil-dalil keesaan Allah
meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta‟ala.
dalam penciptaan alam, pengaturannya dan
5. Orientasi ini akan membuat seseorang
kepemilikannya. Juga mengungkap tentang
meninggalkan egoisme, hawa nafsu dan
keluasan rahmat Allah dan nikmat-nikmat-Nya yang
keinginan- keinginan rendah lainnya.
melimpah.
Jadi, ketika seseorang memiliki orientasi
Semua ini dalam rangka memperkenalkan
dan cita-cita yang tinggi yaitu ridha Allah, maka
Allah Ta'ala kepada para makhluk-Nya. Bahkan lima
dengan sendirinya ia akan menganggap rendah apa
ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah
saja yang bertentangan dengan cita-cita tersebut
shallallohu alaihi wasallam juga bertemakan
yaitu seluruh perbuatan atau sifat yang dibenci oleh
ma‟rifatullah.
Allah.
Karena, dengan mengenal Allah secara baik, adalah bagaimana ia berhasil mendapatkan ridha
seorang hamba akan mencintai Allah dan Allah Subhanahu wa Ta‟ala.
mengagungkan-Nya. Ma‟rifatullah di sini
maksudnya adalah ma‟rifat (mengenal) sifatsifat Hal ini telah diisyaratkan oleh Allah dalam firman-
Allah yang Maha sempurna dan juga nama-nama- Nya:
Nya yang Maha indah. Juga dengan mentafakkuri
makhluk-makhlukNya yang tersebar di jaga raya. َ ‫َوَأنَّ ِإ َل ٰى َر ِّب‬
‫ك ْال ُم ْن َت َه ٰى‬
Ketika seseorang telah mengenal Allah “Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan
dengan baik maka pastilah ia akan mengagumi-Nya, segala sesuatu.” (QS. anNajm: 42)
mensyukuri-Nya, beribadah kepada-Nya semata
Tidak dipungkiri bahwa Islam itu memiliki
dan tunduk patuh terhadap syari'atNya. Dengan
tujuan dan sasaran-sasaran lain yang bersifat social
mengenal Allah secara baik, mengenal nama-nama-
humanity (kemanusiaan) dan sosial
Nya yang Maha indah (al-asma‟ al-husna) dan sifat-
kemasyarakatan. Namun setelah dikaji lebih dalam,
sifat-Nya yang Maha tinggi, maka akan tumbuhlah
ternyata ditemukan bahwa sasaran-sasaran ini
dalam hati orang yang beriman kecintaan kepada
adalah dalam rangka mewujudkan sasaran yang
Allah yang ini merupakan landasan akhlak dalam
lebih besar, yaitu mardhatillah. Inilah sasaran dari
Islam.
semua sasaran dan tujuan dari semua tujuan.
Kesimpulannya, konsep akhlak dalam Islam sangat
Segala yang ada dalam Islam baik syariat,
terkait dengan keimanan, bahkan ia adalah bagian
akhlak, bimbingan dan arahan, itu semata-mata
tak terpisahkan dari keimanan.
dimaksudkan hanya untuk menyiapkan manusia
agar menjadi seorang hamba yang mukhlis
C. Karakteristik Akhlak Islam
(memurnikan pengabdiannya) kepada Allah semata,
Sesungguhnya akhlak-akhlak Islami memiliki bukan kepada selain-Nya. Karenanya, maka ruh dan
beberapa karakteristik dan keistimewaan yang totalitas Islam itu adalah tauhid. Bertolak dari sini
membedakannya dari sistem akhlak lainnya. maka dapat kita katakana bahwa tujuan dari akhlak
Islam adalah untuk mewujudkan ridha Allah Ta‟ala
Di antara karakteristik akhlak Islam tersebut dan meraih balasan yang baik di sisi-Nya
adalah:
Adapun Rabbbaniyah mashdar (rabbaniyah
1. Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb sumber) maknanya adalah bahwa manhaj
(Tuhan) (konsep/sistem) yang telah ditetapkan oleh Islam
Yang dimaksud dengan rabbaniyah di sini guna mencapai tujuan akhir tersebut adalah manhaj
meliputi dua hal: yang Rabbani karena sumbernya adalah wahyu
a. Rabbbaniyah dari sisi tujuan akhirnya Allah kepada penutup para rasul-nya, Muhammad
(Rabbbaniyah al-ghoyah) shallallahu „alaihi wasallam.
b. Rabbaniyah dari sisi sumbernya
(Rabbbaniyah al-mashdar) Manhaj (konsep) ini tidak lahir sebagai hasil
rekayasa dari ambisi individu, keluarga, golongan,
Rabbbaniyah al-ghoyah maknanya adalah partai atau ambisi dari suatu bangsa tertentu.
Islam menjadikan tujuan akhir dan sasaran terjauh Tetapi ia datang dari kehendak Allah yang
yang hendak dijangkau oleh manusia adalah menginginkannya sebagai hidayah dan nur (cahaya
menjaga hubungan yang baik dengan Allah dan penerang), penjelas, kabar gembira, dan obat serta
berhasil meraih ridha-Nya. Inilah tujuan akhir yang rahmat bagipara hamba-Nya. Sebagaimana firman-
digariskan oleh Islam sehingga segenap usaha dan Nya:
kerja keras manusia serta puncak cita-citanya
‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َجا َء ُك ْم بُرْ َهانٌ ِمنْ َر ِّب ُك ْم َوَأ ْن َز ْل َنا‬ Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-
kitab (al-Quran) itu dan tidak pula mengetahui
‫ِإ َل ْي ُك ْم ُنورً ا م ُِبي ًنا‬ apakah iman itu, tetapi Kami jadikan al-Quran itu
sebagai cahaya, yang dengannya Kami tunjuki siapa
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang
yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami.
kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (yaitu
Dan sesungguhnya engkau benar-benar menuntun
Muhammad shallallahu „alaihi wasallam dan
manusia kepada jalan yang lurus.”
mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. an- (QS. asySyuura: 52)
Nisa’: 174)
Pernah sekelompok orang-orang kafir
‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َجا َء ْت ُك ْم َم ْوعِ َظ ٌة ِمنْ َر ِّب ُك ْم َوشِ َفا ٌء‬ Mekkah meminta kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam agar beliau mendatangkan al-Qur'an versi
َ ‫ور َو ُه ًدى َو َرحْ َم ٌة ل ِْلمُْؤ ِمن‬
‫ِين‬ ِ ‫ص ُد‬ُّ ‫لِ َما فِي ال‬ lain yang lebih bersahabat terhadap penduduk
Mekkah dan tidak mencala tradisi mereka yang
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang
kental dengan kesyirikan. Mereka meminta seperti
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh
itu karena menyangka bahwa Nabi shallallahu alaihi
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
wasallam memiliki peran dalam mengarahkan isi al-
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
Qur'an. Tentang ini Allah Ta‟ala berfirman:
beriman.” (QS. Yunus: 57)

َ ‫ك ْال ِك َت‬
‫اب ِت ْب َيا ًنا لِ ُك ِّل َشيْ ٍء َو ُه ًدى‬ َ ‫َو َن َّز ْل َنا َع َل ْي‬ ‫ُون‬َ ‫ِين اَل َيرْ ج‬ َ ‫ت ۙ َقا َل الَّذ‬ ٍ ‫َوِإ َذا ُت ْت َل ٰى َع َلي ِْه ْم آ َيا ُت َنا َب ِّي َنا‬
َ ‫َو َرحْ َم ًة َو ُب ْش َر ٰى ل ِْلمُسْ لِم‬
‫ِين‬ ُ‫آن َغي ِْر ٰ َه َذا َأ ْو َب ِّد ْل ُه ۚ ُق ْل َما َي ُكون‬ ٍ ْ‫ت ِبقُر‬ ِ ‫لِ َقا َء َنا اْئ‬
َ ‫لِي َأنْ ُأ َب ِّد َل ُه ِمنْ ت ِْل َقا ِء َن ْفسِ ي ۖ ِإنْ َأ َّت ِب ُع ِإاَّل َما ي‬
‫ُوح ٰى‬
“Dan telah Kami turunkan kepadamu wahai
Muhammad al-kitab (al-Quran) untuk menjelaskan ‫اب َي ْو ٍم َعظِ ٍيم‬َ ‫ْت َربِّي َع َذ‬ ُ ‫صي‬ َ ‫ِإ َليَّ ۖ ِإ ِّني َأ َخافُ ِإنْ َع‬
segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat
dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
Kami yang nyata, orang-orang yang tidak
diri.” (QS. an-Nahl: 89)
mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata:
Jadi, jelaslah bahwa akhlak Islam –dan juga "Datangkanlah alQuran yang lain dari ini atau
semua ajaran Islam- bersumber dari Allah gantilah dia". Katakanlah wahai Muhammad kepada
Subhanahu wa Ta‟ala. Dia-lah pemilik manhaj mereka, "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari
(konsep) ini. Posisi Rasul shallallahu „alaihi pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali
wasallam dalam manhaj ini tidak lain hanyalah da‟i apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku
dan muballigh yang menyeru manusia kepada takut jika mendurhakai Robbku akan siksa pada
manhaj ini dan sebagai penjelas perintah-Nya yang hari yang besar (kiamat).” (QS. Yunus: 15)
mungkin masih samar bagi sebagian manusia.
Ayat ini beisi penegasan kepada segenap
Tentang ini Allah berfirman: manusia bahwa Nabi shallallohu alaihi wasallam
tidak ikut menyusun sedikitpun dari al-Qur'an.
‫ت‬َ ‫ك رُوحً ا ِمنْ َأم ِْر َنا ۚ َما ُك ْن‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
َ ‫ك َأ ْو َح ْي َنا ِإ َل ْي‬ Beliau tidak lain hanyalah mengikuti apa yang

‫َت ْد ِري َما ْال ِك َتابُ َواَل اِإْلي َمانُ َو ٰ َل ِكنْ َج َع ْل َناهُ ُنورً ا‬
diwahyukan Allah kepadanya dan kemudian
menyampaikan wahyu tersebut kepada segenap
‫ك َل َت ْهدِي ِإ َل ٰى‬ َ ‫َن ْهدِي ِب ِه َمنْ َن َشا ُء ِمنْ عِ َبا ِد َنا ۚ َوِإ َّن‬ manusia. Jadi, al-Qur'an yang merupakan sumber
pertama manhaj Islam benar-benar murni dari
‫صِ َراطٍ مُسْ َتق ٍِيم‬ Allah Ta'ala
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahai
Muhammad ruh (alQuran) dengan perintah Kami.
Dalam ayat yang lain, Allah menyebut kitab- َّ‫صاَل ِة ۚ ِإن‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َّ ‫ِين آ َم ُنوا اسْ َتعِي ُنوا ِبال‬
Nya sebagai cahaya yang terang benderang (nurun
mubin). Allah Ta'ala berfirman ‫ين‬ ِ ‫هَّللا َ َم َع الص‬
َ ‫َّاب ِر‬

‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َق ْد َجا َء ُك ْم بُرْ َهانٌ ِمنْ َر ِّب ُك ْم َوَأ ْن َز ْل َنا‬ “Wahai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan kepada Allah dengan menetapi
‫ِإ َل ْي ُك ْم ُنورً ا م ُِبي ًنا‬ kesabaran dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 153)
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. Demikian pula zakat, tampak jelas sekali
(Muhammad dan mukjizatnya) dan telah Kami aspek kemanusiaan pada ibadah ini. Dengan zakat
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang manusia akan mewujudkan sikap tolong-menolong
(alQuran).” (QS. an-Nisa’: 174) dan kepedulian sosial di antara mereka. Ibadah
zakat memiliki aspek kemanusiaan bagi yang
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa mengeluarkannya dan bagi yang menerimanya. Bagi
Islam adalah satu-satunya ajaran Allah yang murni yang mengeluarkan zakat (muzakki) zakat adalah
di muka bumi ini. Ia adalah manhaj tunggal yang sebagai tazkiyah (pembersih dan penyuci jiwanya)
mashdar (sumber) nya selamat dari campur tangan dari sifat kikir dan individualis, sedangkan bagi
dan intervensi manusia. Hal itu disebabkan al- pihak yang menerimanya (mustahiq) zakat sebagai
Qur'an telah dijamin dan senantiasa dijaga sarana pemenuhan kebutuhannya dan
kemurniannya oleh Allah Subhanahu wa Ta‟ala membebaskan dirinya dari kefakiran.
sebagai dustur (undang-undang) Ilahi bagi segenap
manusia hingga akhir zaman. Ibadah puasa sebagai sarana untuk
mendidik iradah (daya kehendak) manusia agar ia
2. Insaniyah (manusiawi) memiliki kemauan yang kuat dan mampu bersabar
Sesungguhnya akhlak Islam memiliki menghadapi berbagai musibah, serta mendidik
sebuah risalah atau misi yang sangat penting yaitu perasaannya agar peka terhadap penderitaan
memerdekakan manusia, membahagiakan, sesamanya. Sehingga selanjutnya ia merasa
menghormati dan memuliakan manusia. Dari terpanggil untuk selalu membantu sesame.
tinjauan ini maka risalah Islam adalah risalah yang Ibadah haji merupakan muktamar “Rabbani-
insaniyah (manusiawi), karena ia diturunkan untuk insani”. Di situ Allah memanggil hamba-hamba-Nya
manusia, sebagai pedoman hidup manusia, untuk yang mukmin:
mewujudkan kemaslahatan manusia dan selaras
‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ْ
ٍ ‫لِ َي ْش َه ُدوا َم َناف َِع َل ُه ْم َو َيذ ُكرُوا اسْ َم ِ فِي ي‬
‫َّام‬
dengan fitrah manusia.

Bagi siapa saja yang mau mempelajari ‫ت َع َل ٰى َما َر َز َق ُه ْم ِمنْ َب ِهي َم ِة اَأْل ْن َع ِام ۖ َف ُكلُوا‬
ٍ ‫َمعْ لُو َما‬
َ ‫اِئس ْال َفق‬َ ‫ِم ْن َها َوَأ ْط ِعمُوا ْال َب‬
kitabullah dan sunnah RasulNya, niscaya akan
tampak jelas dan gamblang baginya bahwa Islam itu
‫ِير‬
telah mengarahkan perhatian dan kepeduliannya “… Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat
yang sangat besar pada sisi kemanusiaan. Jika kita bagi mereka dan agar mereka menyebut nama Allah
amati rangkaian ibadah-ibadah yang besar, kita pada hari-hari yang telah ditentukan.” (QS. al-Hajj:
akan dapati salah satu sisinya pasti memiliki aspek 28)
kemanusiaan. Shalat misalnya, ia adalah suatu
ibadah yang besar, namun salah satu aspek Maka, mempersaksikan berbagai manfaat
kemanusiaannya adalah ia sebagai penolong dalam konteks ayat di atas mencerminkan sisi
manusia dalam mengarungi lika-liku kehidupan dan (aspek) kemanusiaan dalam sasaran-sasaran ibadah
mengatasi problematikanya di alam yang fana ini. haji.
Di atas itu semua, kita mendapatkan Rasul kesempatan untuk menanamkannya sebelum
shallallahu „alaihi wasallam menilai sebagai ibadah kiamat terjadi, maka hendaklah ia tanam dan ia
setiap amal apapun yang dilakukan seorang muslim, akan mendapatkan pahala dengan hal itu.” (HR.
apabila mendatangkan manfaat material atau Ahmad)
kegembiraan bagi manusia.
3. Syumuliyah (Universal dan mencakup semua
Ibadah dalam Islam jangkauannya sisi kehidupan)
menyentuh semua aspek kehidupan. Tidak hanya
terbatas pada ritual-ritual (asysya‟aa‟ir) yang Universalitas Islam meliputi semua zaman,
sudah biasa kita kenal berupa shalat, puasa, zakat kehidupan dan eksistensi manusia. Islam adalah
dan haji. Akan tetapi mencakup pula seluruh gerak risalah yang panjang terbentang sehingga meliputi
dan semua aktivitas yang dapat meningkatkan semua abad sepanjang zaman, terhampar luas
kualitas kehidupan manusia atau mensejahterakan sehingga meliputi semua cakrawala umat, dan
manusia. begitu mendalam sehingga menyentuh
urusanurusan dunia dan akhirat.
Semua pekerjaan yang bermanfaat yang
dilakukan seorang muslim demi pengabdiannya Demikian pula akhlak Islam, ia berlaku
kepada masyarakat, atau menolong personil- secara universal, untuk segenap manusia, pada
personilnya, khususnya mereka yang tergolong setiap zaman. Islam bukan risalah bagi bangsa
kaum dhu‟afa‟ dan papa juga merupakan salah satu tertentu yang mengklaim bahwa mereka sajalah
bentuk ibadah. yang merupakan bangsa yang dipilih Allah, dan
bahwa semua bangsa yang lain harus tunduk
Oleh karena itu, kita dapati banyak hadits- kepadanya.
hadits yang menganjurkan bersedekah setiap hari
di mana matahari terbit padanya. Menyingkirkan Islam bukan risalah untuk wilayah (daerah)
duri dari tengah jalan adalah ibadah, membantu terentu, yang semua daerah di muka bumi harus
seorang yang lemah untuk menaiki kendaraannya tunduk mengikutinya dan menjadi sekutunya.
atau membantu mengangkatkan barang mereka ke Islam bukan risalah untuk kelas tertentu
kendaraanya adalah sedekah, bahkan senyum anda yang dalam aktivitasnya menundukkan kelas-kelas
di hadapan saudara anda adalah sedekah. Juga kata- yang lain untuk mengabdikan diri mereka kepada
kata yang baik adalah sedekah, dan semua hal yang kelas tersebut. Islam tidak mengenal pertentangan
baik (ma‟ruf) adalah sedekah. Lebih dari itu, kelas di masyarakat. Tidak ada kelas elit dan rakyat
seorang yang menyalurkan syahwatnya pada kecil. Tidak ada kelas borjuis dan kelas proletar.
tempat yang halal tercatat sebagai ibadah dan akan Semua memiliki hak yang sama dalam Islam. Islam
mendapatkan pahala atas perbuatannya itu. adalah risalah bagi mereka semua.
Bahkan Islam memotivasi para pemeluknya Islam benar-benar merupakan hidayah
untuk menebar kemanfaatan bagi manusia dengan Tuhan manusia bagi segenap manusia, rahmat bagi
berbagai bentuk, di antaranya adalah dengan sekalian hamba-Nya.
menanam tanaman. Islam menjanjikan pahala bagi
setiap orang yang menanam sebuah biji atau sebuah Dan hal inilah yang telah ditegaskan oleh al-
tunas. Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda: Qur'an sejak periode Mekkah

‫ت السَّا َعةُ َوفِي يَ ِد َأ َح ِد ُك ْم فَ ِسيلَةٌ فَِإ ِن ا ْستَطَا َع‬ ِ ‫إن قَا َم‬ ‫ِين‬ َ ‫َو َما َأرْ َس ْل َن‬
َ ‫اك ِإاَّل َرحْ َم ًة ل ِْل َعا َلم‬
‫َأ ْن اَل تَقُو َم َحتَّى يَ ْغ ِر َسهَا فَ ْليَ ْغ ِر ْسهَا‬ “Dan tiadalah Kami mengutus engkau wahai
Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi semesta
“Jika kiamat datang, sementara di tangan salah
alam.” (QS. alAnbiya’: 107)
seorang kalian ada tunas kurma, lalu ia mempunyai
Juga firman-Nya: Karakteristik lain dalam Islam yang cukup
menonjol adalah wasathiyah (sikap pertengahan).
‫ون‬ َ ‫ك الَّذِي َن َّز َل ْالفُرْ َق‬
َ ‫ان َع َل ٰى َع ْب ِد ِه لِ َي ُك‬ َ ‫ار‬َ ‫َت َب‬ Atau dengan ungkapan lain tawazun
َ ‫ل ِْل َعا َلم‬
‫ِين َن ِذيرً ا‬ (berkeseimbangan). Yang dimaksud dengan sikap
pertengahan di sini adalah keseimbangan di antara
“Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan dua hal yang saling bertolak belakang (berlawanan).
(al-Quran) kepada hamba dan Rasul-Nya yaitu Seimbang dalam arti tidak lebih berat ke satu sisi
Muhammad, agar menjadi pemberi peringatan dan mengabaikan sisi yang lainnya.
kepada seluruh alam.”
Contoh dari dua hal yang saling bertolak
(Qs. al-Furqan: 1) belakang tersebut ialah sisi spiritual (rohani) dan
material (fisik), individual dan sosial/komunal, sisi
Syumuliyah atau kesempurnaan dan duniawi dan ukhrawi, sikap idealisme dan realisme,
keterpaduan Islam juga tampak sangat menonjol dan seterusnya.
pada aspek akhlak dan adabadabnya. Akhlak
Islamiyah adalah bukan seperti yang dikenal oleh Pertengahan dalam Islam maknanya
sebagian orang dengan sebutan “akhlak-akhlak memberikan kepada masing-masing aspek haknya
keagamaan” yang tampak dalam pelaksanaan ritual- yang sesuai dengan porsinya, tanpa ada unsur
ritual peribadatan seperti menghindari daging babi, berlebihan atau mengurangi, dan juga tanpa
miras dan sebagainya. Tetapi akhlak Islam ialah mengabaikan hak-hak yang lainnya. Semua aspek di
akhlak yang jangkauannya menyentuh semua sisi atas mendapatkan perhatian dan haknya dalam
dan bidang kehidupan. Islam secara adil, proporsional, harmonis dan tidak
sampai melampaui batasnya.
Akhlak dalam Islam tidak pernah
meninggalkan satu sisi pun dari sekian sisi Hal ini selaras dengan yang diisyaratkan oleh Allah
kehidupan manusia, baik itu bersifat rohani atau Ta'ala dalam firman-Nya :
jasmani, keagamaan atau duniawi, intelektual atau
rasa, individual atau sosial. Dalam semua sisi ْ ‫﴾َأاَّل ت‬٧ ﴿ َ‫ض َع ْال ِميزَ ان‬
‫َط َغوْ ا فِي‬ َ ‫َوال َّس َما َء َرفَ َعهَا َو َو‬
tersebut Islam telah meletakkan dan menetapkan
manhaj (sistem) yang terbaik untuk menuju pada
ِ ‫﴾ ْال ِم‬
٨ ﴿ ‫يزَان‬
keluhuran. Maka apa pun yang telah dipilah-pilah “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia
oleh manusia dalam bidang akhlak dengan nama meletakkan mizan (keadilan). Agar engkau tidak
filsafat, tradisi, kearifan lokal, norma-norma melampaui batas tentang mizan itu.”
kemasyarakatan dan sebagainya, sebenarnya telah
dicakup oleh disiplin akhlak dalam Islam secara (QS. ar-Rahman : 7-8)
integratif, sempurna dan -bahkan- mendapatkan
Dalam memandang manusia misalnya, Islam
nilai tambah.
tidak sebagaimana filsafat spiritualisme yang
Seandainya bukan karena khawatir menganggap manusia menyerupai malaikat atau
memperbanyak halaman makalah ini tentu akan makhluk yang yang semi malaikat. Juga tidak
penulis cantumkan ayat-ayat alQur'an yang secara memandang manusia sebagai makhluk yang mirip
rinci dan detail mengajarkan akhlak-akhlak seorang hewan. Manusia dalam pandangan Islam adalah
muslim terhadap dirinya, keluarganya, tetangganya, makhluk yang memiliki akal dan hawa nafsu,
masyarakatnya, dan adabadab dalam berbicara, memiliki spiritualitas malaikat dan juga memiliki
bermu‟amalah, berniaga dan sebagainya. naluri kehewanan. Di depan manusia ada dua jalan
yang ia bisa memilihnya. Jalan ketakwaan dan jalan
4. Wasathiyah (Bersikap Pertengahan) kedurhakaan. Manusia memiliki potensi untuk
berbuat jahat dan juga berbuat baik (ketakwaan).
Oleh karena itu Islam menuntut setiap manusia
untuk melakukan mujahadah dan riyadhah engkau tunaikan. Maka berilah masingmasing itu
(melawan hawa nafsunya) agar dia dapat haknya.” (HR. Bukhari)
menyucikan dirinya. Allah berfirman:
D. Kedudukan Akhlak dalam Islam
﴿ ‫﴾فََأ ْلهَ َمهَا فُجُو َرهَا َوتَ ْق َواهَا‬٧ ﴿ ‫س َو َما َس َّواهَا‬ٍ ‫َونَ ْف‬ Islam sangat menjunjung tinggi akhlak dan menyeru
٩ ﴿ ‫﴾قَ ْد َأ ْفلَ َح َم ْن َز َّكاهَا‬٨﴾ seluruh manusia kepadanya. Demikian tingginya
kedudukan akhlak dalam Islam hingga ia menjadi
“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya barometer keimanan.
(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu.” (QS. asySyams: 7-9). ‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬
Konsep Islam dalam penyucian jiwa “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
(tazkiyah an-nafs) tidak sampai pada adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abû
mengharamkan hal-hal yang thayyib (baik) seperti Dâwûd dan Tirmidzî)
mengonsumsi makanan yang bergizi dan lezat,
menikah dan berketurunan, bekerja dan mencari Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi
kekayaan, memakmurkan bumi dan memajukan wasallam menegaskan bahwa tujuan diutusnya
kesejahteraan dan sebagainya. Semua ini tidak beliau tidak lain adalah untuk menyempurnakan
diharamkan, bahkan dimotivasi. Tetapi Islam tidak akhlak. Abû Hurairah radhiyallahu „anhu
merestui jika umatnya tenggelam dalam kesibukan meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu
dan kesenangan dunia seraya melupakan kehidupan alaihi wasallam bersabda:
akhirat yang kekal abadi, larut dalam kelezatan fisik
sambil mengabaikan tuntutan rohani. Atau hanya ‫ق‬ َ ‫ت ُِألتَ ِّم َم‬
ِ َ‫صالِ َح اَْأل ْخال‬ ُ ‫ِإنَّ َما ب ُِع ْث‬
berpikir untuk kemaslahatan pribadi seraya “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
mengabaikan kemaslahatan masyarakatnya. menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR.
Ahmad; dishahihkan dalam Silsilah ash-
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga
Shahîhah no.45)
bersabda:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga
“Adapun aku, maka aku adalah orang yang paling
menginformasikan bahwa tidak ada sesuatu yang
takut kepada Allah dan paling bertakwa di antara
lebih berat pada mîzâ n (timbangan amal) seorang
kalian, akan tetapi aku berpuasa dan juga berbuka
hamba pada hari kiamat kelak selain dari akhlak
(tidak berpuasa), aku shalat malam dan juga tidur di
yang baik. Ini menunjukkan betapa urgennya akhlak
sebagian malam, dan aku juga menikahi wanita.
dalam pandangan Islam.
Maka barangsiapa yang tidak suka dengan
sunnahku maka ia bukan dari golonganku.” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

(HR. Bukhari dan Muslim)


‫َان َأ ْثقَ ُل ِم ْن ُحس ِْن‬
ِ ‫ُوض ُع فِى ْال ِميز‬
َ ‫َما ِم ْن َش ْى ٍء ي‬
Ketika beliau melihat sebagian sahabatnya berlebih- ‫ق‬ِ ُ‫ْال ُخل‬
lebihan dalam beribadat, puasa dan shalat malam di
luar kemampuan raga, keluarga dan masyarakatnya, Tidak ada sesuatu yang diletakkan di Mîzâ n yang
beliau segera mengurnya, “Sesungguhnya bagi lebih berat daripada akhlak yang baik.
badanmu ada haknya yang harus engkau tunaikan,
bagi istrimu ada haknya yang harus engkau (HR. Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, Tirmidzî
tunaikan, bagi tetanggamu ada haknya yang harus dan Ahmad)15
Di samping itu, akhlak yang baik juga Sesungguhnya seorang mukmin, dengan akhlaknya
menjadi penyebab utama seseorang masuk ke yang baik, dapat menyusul derajat orang yang tekun
dalam surga. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam shalat malam (qiyamaul lail) dan berpuasa di siang
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abû Hurairah hari. (HR. Ahmad, al-Hâ kim dan Baihaqi;
radhiyallahu „anhu, ia berkata: dishahihkan dalam Silsilah ashShahîhah no. 795)

‫ ع َْن َأ ْكثَ ِر َما‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُسِئ َل َرسُو ُل هَّللا‬ Jika akhlak yang baik menyebabkan seorang
hamba meraih kedudukan yang tinggi di sisi Allah
ِ ُ‫اس ْال َجنَّةَ فَقَا َل « تَ ْق َوى هَّللا ِ َو ُحس ُْن ْال ُخل‬
‫ق‬ َ َّ‫يُ ْد ِخ ُل الن‬ dan derajat yang tinggi di surga, maka sebaliknya,
» akhlak yang buruk menyebabkan seorang hamba
ditimpa kemurkaan Allah dan terjauhkan dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah surgaNya.
ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau Abû Hurairah radhiyallahu „anhu
bersabda, „Takwa kepada Allah dan akhlak yang meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang
baik. (HR. Tirmidzî; ia berkata, Hadits Shahîh) berkata kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam:
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa
barangsiapa yang memperindah akhlaknya, maka ‫صاَل تِهَا‬ َ ‫ُول هَّللا ِ ِإ َّن فُاَل نَةَ ي ُْذ َك ُر ِم ْن َك ْث َر ِة‬
َ ‫يَا َرس‬
Nabi shallallahu alaihi wasallam menjamin
‫ص َدقَتِهَا َغي َْر َأنَّهَا تُْؤ ِذي ِجي َرانَهَا‬ َ ‫صيَا ِمهَا َو‬ ِ ‫َو‬
untuknya sebuah rumah (istana) di surga yang
paling tinggi. Dari Abû Umâmah radhiyallahu „anhu ‫ُول هَّللا ِ فَِإ َّن‬
َ ‫ال يَا َرس‬ َ َ‫ار ق‬ ِ َّ‫ال ِه َي فِي الن‬ َ َ‫بِلِ َسانِهَا ق‬
bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ‫صاَل تِهَا‬ َ ‫ص َدقَتِهَا َو‬ َ ‫صيَا ِمهَا َو‬ ِ ‫فُاَل نَةَ ي ُْذ َك ُر ِم ْن قِلَّ ِة‬
bersabda:
‫ار ِم ْن اَأْلقِ ِط َواَل تُْؤ ِذي ِجي َرانَهَا‬ ِ ‫ق بِاَأْل ْث َو‬ َ ‫َوِإنَّهَا ت‬
ُ ‫َص َّد‬
‫ك ْال ِم َرا َء‬ َ ‫ض ْال َجنَّ ِة لِ َم ْن ت ََر‬ِ َ‫ت فِ ْي َرب‬ ٍ ‫َأنَا زَ ِع ْي ٌم بِبَ ْي‬ ‫ال ِه َي فِي ْال َجنَّ ِة‬ َ َ‫بِلِ َسانِهَا ق‬.
َ‫ت فِ ْي َو َس ِط ْال َجنَّ ِة لِ َم ْن تَ َرك‬ ٍ ‫َوِإ ْن َكانَ ُم ِحقًّا َوبِبَ ْي‬ Wahai Rasulullah, sesungguhnya Fulanah itu sering
‫ت فِ ْي َأ ْعلَى ْال َجنَّ ِة لِ َم ْن‬ ِ ‫ب َوِإ ْن َكانَ َم‬
ٍ ‫ازحًا َوبِبَ ْي‬ َ ‫ْال َك ِذ‬ disebut-sebut tentang banyaknya shalat, puasa dan
‫ رواه ابوداود‬.ُ‫َح َّسنَ ُخلُقَه‬ sedekahnya, hanya saja ia menyakiti para
tetangganya dengan lisannya.
Aku menjamin sebuah rumah di tepian surga bagi
Maka beliau bersabda, “Dia di neraka.” Kemudian
siapa yang meninggalkan debat kusir meskipun ia
orang itu bertanya lagi, “Wahai Rasulullah,
benar, aku menjamin sebuah rumah (istana) di
sesungguhnya Fulanah itu sering disebut-sebut
tengah-tengah surga bagi siapa yang meninggalkan
tentang sedikit-nya puasa, sedekah dan shalatnya, ia
dusta meskipun ia bercanda dan aku menjamin
bersedekah hanya dengan beberapa potong keju
sebuah rumah (istana) di surga yang paling tinggi
saja. Akan tetapi ia tidak menyakiti para
bagi siapa yang memperindah akhlaknya. (HR. Abû
tetangganya dengan lisannya.” Maka beliau
Dâ wû d dan Tirmidzî)
bersabda, “Dia di surga.” (HR. Bukhâri dan
Seorang hamba yang baik akhlaknya, Ahmad)
meskipun sedikit ibadahnya, dapat mencapai
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga
derajat orang yang ahli shalat dan puasa. Tentang
menyebutkan bahwa seburuk-buruk manusia
ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
adalah siapa yang dijauhi oleh manusia karena
Dalam Musnad Imam Ahmad, lafazh hadits di atas keburukan akhlaknya.
berbunyi:
Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
‫ك بِ ُح ْس ِن ُخلُقِ ِه د ََر َجةَ الصَّاِئ ِم ْالقَاِئ ِم‬
ُ ‫ِإ َّن ْال ُمْؤ ِمنَ لَيُ ْد ِر‬
-‫ َأوْ وض َد َعهُ النّاس‬- ُ‫اس َم ْن تَ َر َكهُ النّاَس‬
ِ َّ‫ِإ َّن َش َّر الن‬ Dengan pendidikan akhlak yang baik ini,
seorang anak akan menyongsong masa depannya
‫اِتِّقا َ َء فُحْ ِش ِه‬ yang cerah, di dunia dan di akhirat. Kebutuhan
terhadap pendidikan akhlak sangatlah urgen sekali
Sesungguhnya seburuk-buruk manusia di sisi Allah
karena pengaruh akhlak yang baik akan berdampak
adalah siapa yang ditinggalkan oleh orang-orang
pada individu anak tersebut dan masyarakatnya.
karena takut akan kekasarannya. (HR. Bukhâ ri dan
Sebaliknya, akibat buruk dari mengabaikan
Muslim)
pendidikan akhlak akan menimpa individu anak
tersebut dan masyarakatnya.
E. Pendidikan Akhlak Dimulai Sejak
Dini Oleh karena itu, sejak masa awal
pertumbuhan anak, pendidikan akhlak wajib
Suatu hal yang ditekankan dalam Islam adalah mendapat perhatian yang serius dari setiap orang
pendidikan akhlak wajib dimulai sejak usia dini tua dan pendidik.
karena masa kanakkanak adalah masa yang paling
kondusif untuk menanamkan kebiasaan yang baik. Sebagian besar manusia yang menyimpang
Yang dimaksud dengan pendidikan akhlak adalah akhlaknya tidak lain disebabkan pendidikan yang
pembiasaan seorang anak untuk berakhlak baik dan salah di masa kecilnya. Ibn al-Qayyim rahimahullah
berperangai luhur sehingga hal itu menjadi berkata:
pembawaannya yang tetap dan sifatnya yang
Akhlak-akhlak yang buruk ini akan menjadi
senantiasa menyertainya.
sifat dan kepribadian yang tetap bagi sang anak.
Termasuk dalam pendidikan akhlak adalah Sehingga, seandainya ia berupaya keras untuk
menjauhkan anak dari akhlak yang tercela dan menghindarinya, niscaya suatu ketika ia akan
perangai yang buruk. Seorang anak akan tumbuh terjatuh lagi pada akhlak-akhlak buruk tersebut.
sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh Oleh karena itu, engkau dapati sebagian besar
sang pendidik terhadapnya. manusia menyimpang akhlaknya, dan hal itu tidak
lain disebabkan oleh pendidikan yang ia tumbuh
Tentang ini Ibn alQayyim rahimahullah berkata: berkembang di atasnya.
“Termasuk sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh Meskipun tidak mustahil, akan tetapi sangat
anak kecil adalah perhatian terhadap perkara sulit merubah akhlak buruk yang telah tertanam
akhlaknya. Karena, ia akan tumbuh sesuai dengan sejak kecil. Oleh karena itu, pembiasaan akhlak yang
apa yang dibiasakan oleh pendidiknya di masa baik dan penghindaran akhlak yang buruk harus
kecilnya.” dimulai sejak usia dini. Tentang ini Ibn alQayyim
rahimahullah berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah
mencontohkan kepada para pendidik perihal Demikian pula, anak kecil wajib dijauhkan -
menanamkan kebiasaan yang baik semenjak kecil. jika ia sudah dapat memahami- dari majelis-majelis
Umar bin Abi Salamah radhiyallahu „anhu berkata: lahwu (hiburan yang mengandung kesia-siaan),
mendengarkan hal-hal yang kotor, dan kata-kata
.»‫ك‬ َ ِ‫ َو ُكلْ بِيَ ِمين‬، َ ‫« يَا ُغالَ ُم َس ِّم هَّللا‬
َ ‫ك َو ُكلْ ِم َّما يَلِي‬ yang buruk. Karena, jika perkara-perkara tersebut
‫ك ِط ْع َمتِى بَ ْع ُد‬ َ ‫ت تِ ْل‬
ْ َ‫فَ َما زَال‬ sampai tersangkut pada pendengarannya, maka
menjadi sulit sekali baginya untuk
meninggalkannya ketika ia sudah besar, juga sangat
“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah
sulit bagi walinya untuk menyelamatkan anak
“BISMILLAH”), makanlah dengan tangan kananmu
tersebut dari kebiasaan-kebiasaan buruknya.
dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.”
Karena, merubah kebiasaan adalah suatu perkara
Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR.
yang paling sulit, pemilik kebiasaan tersebut harus
Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)
mendatangkan tabiat (karakter) kedua, padahal merasa aman dari keburukannya. (HR. Ahmad,
keluar dari kendali karakter adalah sangat sulit Bukhari dan Muslim)
sekali.
Hadits ini menunjukkan bahwa tidak
Tentang urgensi perhatian orang tua mungkin akan berpadu antara keimanan yang benar
terhadap pendidikan akhlak anak-anaknya, dengan akhlak yang buruk. Sebaliknya, akhlak yang
baik merupakan indikator kebaikan iman
Ali bin Abî Thâlib radhiyallahu „anhu juga berkata sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi
tentang firman Allah: wasallam:

‫ِين آ َم ُنوا ُقوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأهْ لِي ُك ْم َنارً ا‬


َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬ ‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu Orang mukmin yang paling sempurna imannya
dan keluargamu dari api neraka . (QS. at-Tahrim adalah siapa yang paling baik akhlaknya. (HR. Abû
[66]: 6), ia berkata, “Tanamkanlah kepada mereka Dâ wû d dan Tirmidzî)
adab yang baik dan ajarilah mereka.”
Keterkaitan antara iman dengan akhlak juga terlihat
jelas pada pengarahanpengarahan Nabi shallallahu
alaihi wasallam tentang akhlak. Beliau sering sekali
F. Keterkaitan antara Keimanan dan mengaitkan keimanan kepada Allah dan hari akhir
Akhlak dengan akhlak, sebagaimana sabda beliau:

Dalam Islam, akhlak sangat terkait dengan iman dan


‫اهلل صلى اهلل عليه‬ ِ ‫ول‬ َ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫َأيِب ُهَر ْيَر َة رضي اهلل عنه قَ َال‬
tidak terpisah darinya. Keterkaitan antara iman dan
akhlak tersebut ditunjukkan oleh hadits berikut: ِ ‫اهلل واْليوِم‬
‫اآلخ ِر َف ْلَي ُق ْل خَرْي اً َأو‬ ِ ِ ِ
ْ َ َ ‫(م ْن َكا َن يُؤم ُن ب‬ َ :‫وسلم‬
Tidak ada iman bagi siapa yang tidak
،ُ‫اآلخ ِر فَالَ يُْؤ ِذ َج َاره‬ ِ ‫وم‬ ِ ‫اهلل واْلي‬
ِ ِ ِ ِ
bersifat amanah dan tidak ada agama bagi siapa َ َ ‫ َو َم ْن َكا َن يُؤم ُن ب‬،‫ت‬ ْ ‫ص ُم‬
ْ َ‫لي‬
ِ ِ ِ ِ
َ ‫وم ْن َكا َن يُؤم ُن بِاهلل واليَوم اآلخ ِر َفْليُ ْك ِر ْم‬
yang tidak menjaga perjanjian.
ُ‫ضْي َفهُ) َر َواه‬ َ
(HR. Ahmad, al-Bazzar dan Thabrani)
‫اْلبُ َخا ِري َو ُم ْسلِ ٌم‬
Keimanan yang kuat akan membuahkan
akhlak-akhlak yang terpuji seperti amanah dan Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
memegang perjanjian. Oleh karena itu, barangsiapa dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
yang menyianyiakan amanah dan melanggar sallam bersabda: ”Barangsiapa yang beriman
perjanjian maka ini merupakan indikasi kosongnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari
orang tersebut dari nilai-nilai keimanan.
akhir maka hendaknya dia berbicara yang baik
Demikian pula terkait dengan menjaga hak- atau (kalau tidak bisa hendaknya) dia diam.
hak tetangga, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
bersabda: hari akhir maka janganlah ia menyakiti
tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada
ْ‫َوهَّللا اَل يُْؤ مِنُ َوهَّللا ِ اَل يُْؤ مِنُ َوهَّللا ِ اَل يُْؤ مِنُ قِي َل َو َمن‬ Allah dan hari akhir maka hendaknya dia
‫َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل الَّذِي اَل َيْأ َمنُ َجا ُرهُ َب َو ِاي َق ُه‬ memuliakan tamunya.” (HR. al Bukhari dan
Muslim)
Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah
beriman, demi Allah tidaklah beriman!” Para Keimanan yang terhunjam dalam hati
sahabat bertanya, “Siapakah wahai Rasulullah?” seorang mukmin akan melahirkan perkataan-
Beliau menjawab, “Orang yang tetangganya tidak perkataan yang baik dan perbuatan-perbuatan yang
terpuji. Hal ini karena iman adalah keyakinan yang rabbaniyah di sini meliputi dua hal:
tertambat dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan Rabbbaniyah dari sisi tujuan akhirnya
dibuktikan dengan amal perbuatan. Tentang (Rabbbaniyah al-ghoyah) dan Rabbaniyah
keindahan sifat dan akhlak seorang mukmin, dari sisi sumbernya (Rabbbaniyah al-
diriwayatkan sebuah hadits: mashdar)

‫ِن َل َك َم َث ِل‬ ِ ‫َوالَّذِي َن ْفسُ م َُح َّم ٍد ِب َي ِد ِه ِإنَّ َم َث َل ْالمُْؤ م‬ b. Insaniyah (bersifat manusiawi)
‫ت َف َل ْم‬ ْ ‫ت َط ِّيبًا َو َو َق َع‬ْ ‫ض َع‬َ ‫ت َط ِّيبًا َو َو‬ ْ ‫ال َّنحْ َل ِة َأ َك َل‬
c. Syumuliyah (universal dan mencakup
‫َت ْكسِ ر ولم ُت ْفسِ د‬ semua kehidupan)

Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, d. Wasathiyah (sikap pertengahan)


sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin
bagaikan seekor lebah, ia mengomsumsi apa yang 5. Suatu hal yang ditekankan dalam Islam
baik dan mengeluarkan apa yang baik (madu) serta adalah pendidikan akhlak wajib dimulai
jika hinggap (di suatu ranting) ia tidak membuat sejak usia dini karena masa kanak-kanak
patah dan tidak membuat rusak. (HR. Ahmad) adalah masa yang paling kondusif untuk
menanamkan kebiasaan yang baik.
G. Penutup
Dari pemaparan makalah di atas penulis 6. Islam memandang sedemikian urgennya
dapat mengambil beberapa kesimpulan penting akhlak sehingga misi diutusnya Nabi
berikut: Muhammad shallallahu alaihi wasallam
adalah untuk menyempurnakan akhlak.
1. Secara terminologi 7. Dalam Islam, akhlak sangat terkait dengan
pengertian akhlak adalah sebuah tatanan iman dan tidak terpisah darinya.
yang tertanam kuat dalam jiwa yang darinya Keterkaitan antara iman dengan akhlak juga
muncul beragam perbuatan dengan mudah terlihat jelas pada pengarahanpengarahan
dan ringan, tanpa membutuhkan pemikiran Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang
dan pertimbangan. akhlak. Beliau seringsekali mengaitkan
2. Konsep akhlak dalam Islam sangat terkait keimanan kepada Allah Ta‟ala dan hari
erat dengan konsep keimanan. akhir dengan akhlak.
3. Ketika seseorang memiliki orientasi dan Demikianlah beberapa kesimpulan yang
cita-cita yang tinggi yaitu ridha Allah, maka dapat penulis petik dari pembahasan
dengan sendirinya ia akan menganggap makalah di atas. Semoga bermanfaat
rendah apa saja yang bertentangan dengan
cita-cita tersebut yaitu seluruh perbuatan
atau sifat yang dibenci oleh Allah.
4. Akhlak Islam memiliki beberapa
keistimewaan dan ciri-ciri khusus
(karakteristik) yang membedakannya dari
sistem akhlak lainnya.

Di antara karakteristik akhlak Islam


tersebut adalah:

a. Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada


Rabb (Tuhan), yang dimaksud dengan

Anda mungkin juga menyukai