Anda di halaman 1dari 16

TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL

KEPADA KELUARGANYA

TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI


HOMOSEKSUAL KEPADA KELUARGANYA

Nadya Valerie Shanaz1, Irwansyah2


1, 2
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Jalan Salemba Raya Nomor 4, RW 5
No. Telp./HP: 10811844658, 2081511911183
E-mail: 1nadya.valerie01@ui.ac.id ,2irwansyah09@ui.ac.id

ABSTRAK
Perbedaan pandangan mengenai orientasi seksual dan norma yang diadopsi di Indonesia telah mempengaruhi
keputusan kaum homoseksual dalam mengungkapkan jati dirinya kepada lingkungannya, terutama keluarga. Perilaku
homoseksual tidak dianggap normal dan oleh karena itu tidak dapat diterima di masyarakat karena dianggap sebagai
perilaku menyimpang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana proses keterbukaan diri kaum homoseksual
terhadap keluarganya dan faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan dalam pengungkapan jati diri. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur terhadap 10 jurnal yang telah dikumpulkan berdasarkan
ketersesuaian dengan topik yang dibahas. Teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain komunikasi
interpersonal, pengungkapan diri, dan teori penetrasi sosial. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa proses
keterbukaan diri berlangsung secara berbeda antar tiap partisipan homoseksual. Proses komunikasi yang terjadi dalam
pengungkapan orientasi seksual tidak terjadi secara verbal saja, namun secara non verbal melalui perubahan
penampilan menjadi feminin. Hambatan juga ditemukan dalam proses pengungkapan diri kepada keluarga, yang
paling utama didasari oleh ketakutan akan mengecewakan keluarga. Meski demikian, homoseksual tetap memilih
untuk mengungkapkan jati dirinya kepada keluarga karena berbagai alasan, baik secara internal melalui keinginan
pribadi maupun dorongan pihak eksternal.

Kata kunci: Homoseksual, Komunikasi Interpersonal, Pengungkapan diri, Teori Penetrasi Sosial

SOCIAL PENETRATION THEORY IN SELF DISCLOSURE OF


HOMOSEXUALS TO THEIR FAMILIES

ABSTRACT
Differences in views about normal sexual orientation and the norms adopted by society in Indonesia has affected
homosexuals' decision in disclosing themselves to the society, especially family. Homosexual behavior is not
considered normal and thus cannot be accepted by society because it is considered as deviant act. This study aims to
explore the process of self-disclosure in homosexuals to their families and what factors encourage homosexuals to
finally disclose themselves. The method used in the research is literature review by collecting 10 academic journals
about the topic. Theories used are Interpersonal Communication, Self Disclosure, and Social Penetration Theory.
Through this study, it is found that the process of self disclosure happens differently in each homosexual participants.
Communication process in disclosing sexual orientation also not only happens verbally, but non verbally by using
feminine appearance. There are also obstacles experienced in self-disclosure to the family, mostly the fear of
disappointing the family. Nevertheless, homosexuals prefer to disclose their orientation to the family for several
reasons, either internally from their own willingness or external forces from the family.

Keywords: Homosexuality, Interpersonal Communication, Self Disclosure, Social Penetration Theory

Jurnal Riset Komunikasi 188


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

PENDAHULUAN Stuart (2013) mengatakan bahwa


heteroseksual merupakan jenis orientasi
Orientasi seksual didefinisikan
seksual yang saat ini paling banyak
sebagai perasaan ketertarikan baik secara
ditemukan di kalangan masyarakat. Oleh
emosional maupun seksual terhadap jenis
karena itu, segala bentuk orientasi seksual
kelamin tertentu. Orientasi seksual, secara
lainnya dianggap tidak lazim dan bahkan
umum dikategorikan menjadi empat, yaitu
dipandang sebagai perilaku menyimpang.
heteroseksual, biseksual, homoseksual dan
Tidak semua masyarakat dapat menerima
aseksual (Sinyo, 2014). Seseorang disebut
adanya perbedaan orientasi seksual tersebut,
heteroseksual jika memiliki ketertarikan
dikarenakan faktor sosial budaya dan norma
terhadap lawan jenis, contohnya seorang pria
yang berlaku di setiap negara berbeda-beda.
tertarik pada wanita dan begitu pula
Di Indonesia contohnya, homoseksualitas
sebaliknya. Sementara itu, seseorang disebut
dianggap sebagai hal yang tabu dan sulit
homoseksual jika merasa tertarik dengan
diterima oleh masyarakat umum. Karena
individu yang berjenis kelamin sama.
pada kodratnya manusia diciptakan untuk
Perilaku homoseksual dapat terjadi pada pria
menjalin hubungan dengan lawan jenis
maupun wanita. Perilaku homoseks yang
seperti pada kisah adam dan hawa, maka
terjadi pada pria disebut dengan istilah gay,
orientasi seksual yang dianggap lazim di
sementara pada wanita disebut dengan istilah
kalangan masyarakat adalah heteroseksual,
lesbian.
sementara perilaku homoseksual oleh
Lebih lanjut, seseorang juga dapat
masyarakat dianggap sebagai perilaku
memiliki orientasi seksual ganda atau yang
terlarang (Prabowo, 2014).
dikenal dengan istilah biseksual, yakni ketika
Hingga saat ini, di Indonesia belum
individu memiliki ketertarikan terhadap
dapat dilakukan perhitungan jumlah data
lawan jenis dan juga sesama jenis.
secara pasti ataupun akurat mengenai
Sebaliknya, terdapat pula individu yang tidak
populasi individu dengan penyimpangan
memiliki ketertarikan kepada lawan jenis
orientasi seksual berupa homoseksual. Hal ini
maupun sesama jenis, yang disebut dengan
dikarenakan tidak semua kaum homoseksual
istilah aseksual. Dari keempat kategori
bersedia mengungkapkan penyimpangan
orientasi seksual diatas, heteroseksual dan
yang mereka alami kepada lingkungannya,
homoseksual merupakan dua istilah yang
dan lebih memilih untuk menutupi jati
paling banyak dikenal masyarakat.
dirinya kepada lingkungannya. Mereka

Jurnal Riset Komunikasi 189


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

cenderung ingin menghindari segala bentuk disclosure kepada keluarganya. Lebih lanjut,
diskriminasi dan respon negatif berupa penelitian ini berupaya menjelaskan
pengucilan, penolakan, maupun pengasingan bagaimana pengungkapan tersebut terjadi
dari lingkungannya, sehingga memilih untuk melalui proses komunikasi interpersonal
tidak melakukan pengungkapan diri atau self dengan anggota keluarga, yang dikaitkan
disclosure terkait orientasi seksualnya. dengan teori penetrasi sosial. Dari hasil
Karena homoseksualitas di Indonesia penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat
masih dianggap sebagai hal yang tabu, menjelaskan bagaimana pengungkapan diri
homoseksual cenderung menutupi atau self disclosure dilakukan kaum
identitasnya dengan tidak mengungkapkan homoseksual kepada keluarganya,
bahwa ia adalah seorang penyuka sesama bagaimana jalannya proses komunikasi
jenis atau homoseks. Dengan merahasiakan berlangsung hingga akhirnya tercapai
hal tersebut, homoseksual merasa akan keterbukaan diri secara utuh, aspek apa saja
terhindar dari ejekan dan pengucilan dalam yang melatarbelakangi keinginan
hubungan personal dengan individu lain di pengungkapan diri seorang homoseks serta
lingkungan sosialnya yang tidak menyetujui faktor-faktor lainnya yang turut berperan
perilaku homoseks. Tidak hanya di dalam mempengaruhi proses pengungkapan
lingkungan pertemanan dan pekerjaan, tersebut.
homoseksual juga cenderung merahasiakan
orientasi seksual mereka dari keluarga. Hal LANDASAN TEORI
ini dikarenakan pengungkapan orientasi Komunikasi Interpersonal
seksual kepada keluarga terutama pada Komunikasi merupakan kebutuhan
orangtua merupakan suatu hal yang sulit. fundamental bagi setiap umat manusia.
Menurut Cramer (dalam Maliza dan Sebagai makhluk sosial, manusia dan
Chusairi, 2013) pengungkapan diri terhadap komunikasi saling bergantung satu sama
orang tua dianggap sulit karena adanya lainnya. Tanpa komunikasi tidak mungkin
perasaan takut akan respon tidak terduga, akan terbentuk hubungan simbiosis antara
seperti penolakan atau rasa benci. manusia, dan sebaliknya tanpa manusia maka
Penelitian ini bertujuan untuk tidak mungkin dapat menghasilkan proses
mengkaji bagaimana kaum homoseksual di komunikasi. Sementara itu, istilah
Indonesia pada akhirnya memilih untuk interpersonal merujuk pada adanya suatu
dapat melakukan pengungkapan diri atau self proses interaksi antara dua orang atau lebih

Jurnal Riset Komunikasi 190


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

dalam sebuah organisasi (Newstrom dan Teori Penetrasi Sosial (Social penetration
Davis, 2002:4). Komunikasi interpersonal Theory)
secara garis besar dapat diartikan sebagai Teori penetrasi sosial dikembangkan
proses pertukaran pesan yang dilakukan pada tahun 1973 oleh Irwin Altman dan
antara individu satu dengan lainnya. Dalmas Taylor. Melalui konsep penetrasi
Lebih spesifik, Joseph A. Devito sosial, Altman dan Taylor menjelaskan
mengartikan komunikasi interpersonal bagaimana proses berkembangnya kedekatan
sebagai proses pengiriman dan penerimaan dalam suatu hubungan. Altman dan Taylor
pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sebagaimana yang dikutip oleh Griffin (2009,
sekelompok kecil orang-orang dengan p. 114-115), berpendapat bahwa individu
umpan balik seketika. Seorang individu yang akan mampu untuk menjalin kedekatan
memiliki kemampuan komunikasi dengan individu lain melalui rangkaian
interpersonal yang baik dapat menggunakan proses komunikasi yang superfisial menuju
hal tersebut sebagai cara untuk ke komunikasi yang lebih intim. Teori
mengekspresikan emosinya serta untuk penetrasi sosial juga menjelaskan bahwa
mencapai tujuan pribadi, seperti kebutuhan dengan berkembangnya hubungan, keluasan
jasmani maupun rohani. Kegiatan dan kedalaman percakapan akan meningkat.
komunikasi interpersonal terjadi dalam Begitu pula sebaliknya, bila suatu hubungan
aktivitas sehari-hari, baik dalam bentuk menjadi rusak, maka keluasan dan
interaksi antar teman, keluarga, dan kedalaman sering kali akan menurun, dimana
lingkungan sosialnya. proses ini dinamakan depenetrasi.
Dalam konteks keluarga, Komunikasi Dalam teori penetrasi sosial, manusia
interpersonal adalah sebuah proses dianalogikan seperti bawang yang memiliki
penyampaian pesan dari seorang banyak lapisan, yang harus dikupas secara
komunikator (orangtua) kepada komunikan satu per satu untuk mengetahui lebih dalam
(anak) begitupun sebaliknya, untuk berbagi terkait dirinya. Analogi tersebut dapat dilihat
informasi, mengetahui perasaan antara satu melalui hubungan antara dua individu.
dengan yang lain, menghibur, mendidik, Ketika hubungan antara individu
mempengaruhi dan mengubah sikap, berkembang, maka seiring dengan
menciptakan harapan bersama, serta saling berjalannya proses komunikasi, informasi
mengerti agar dapat memperoleh sesuatu baru mengenai satu sama lain pun akan mulai
yang bisa dikerjakan dan dicapai bersama. terungkap. Semakin intim hubungan kedua

Jurnal Riset Komunikasi 191


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

individu tersebut, maka kedalaman dan sedangkan keluasan penetrasi merupakan


keluasan terkait pengetahuan mengenai satu variasi topik kehidupan individu yang
sama lain juga akan semakin bertambah. dibagikan dalam suatu percakapan
Dalam proses komunikasi tersebut, terjadi (Littlejohn dan Foss, 2009, p. 911). Baik
konsep yang dinamakan self disclosure atau kedalaman maupun keluasan penetrasi harus
pengungkapan diri antara pihak-pihak yang berjalan dengan seimbang dalam hubungan
berinteraksi. dan komunikasi antarpribadi agar tercapai
proses komunikasi yang efektif. Tetapi
kembali lagi pada dasarnya, self disclosure
merupakan suatu keputusan yang dibuat dan
setiap individu memiliki pilihan untuk tidak
melakukannya (West dan Turner, 2006, p.
243).

METODE PENELITIAN
Gambar 1. Analogi bawang
Sumber: emaze.com Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode
Pengungkapan Diri (Self-Disclosure)
literature review atau kajian literatur. Metode
Self disclosure atau pengungkapan
kajian literatur dalam penelitian ini dilakukan
diri merupakan konsep utama dalam teori
dengan menggunakan strategi komprehensif,
penetrasi sosial. Self disclosure umumnya
dimana peneliti melakukan pencarian dan
dilakukan dalam komunikasi verbal. Wood
pengumpulan artikel yang berkaitan dengan
(2010, p.254) menyebutkan bahwa suatu
teori dan konsep dasar yang dibahas dalam
hubungan akan berkembang semakin dalam
penelitian ini. Pencarian dilakukan melalui
dengan dilakukannya pembicaraan yang
database jurnal, yang kemudian setelah
intim. Self disclosure terbagi menjadi dua
diperoleh beberapa jurnal dilakukan
kategori, yaitu depth of penetration
pengelompokkan dengan mengkategorikan
(kedalaman penetrasi) dan breadth of
artikel yang telah diperoleh agar sesuai
penetration (keluasan penetrasi). Kedalaman
dengan konteks kasus yang akan dibahas.
penetrasi menyangkut jumlah informasi yang
Peneliti melakukan pencarian studi kasus
tersedia dalam setiap topik pembicaraan,
melalui internet, dan mengimplementasikan

Jurnal Riset Komunikasi 192


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

asumsi dasar dengan kasus kontemporer. paling layak untuk dibahas dalam penelitian
Kata kunci yang digunakan dalam pencarian ini. Dari 10 jurnal yang telah dipilih, peneliti
artikel yakni Interpersonal Communication, kemudian melakukan analisis secara
Social Penetration Theory, Self-Disclosure, komprehensif terhadap jurnal tersebut untuk
dan Homoseksual. mengkaji terkait tujuan penelitian, metode
Terdapat sebanyak 15 artikel jurnal penelitian yang digunakan, pembahasan dari
yang diperoleh melalui database dan dari hasil analisa kasus kontemporer dan
jumlah tersebut kemudian dilakukan proses kesimpulan penelitian, serta keterbatasan
seleksi untuk menentukan jurnal yang sesuai yang dialami dalam melakukan penelitian
untuk dibahas dan memiliki kesamaan sebelumnya.
dengan topik yang sedang dianalisis.
Hasilnya diperoleh 10 jurnal yang dinggap
Tabel 1. Artikel Review

Peneliti Judul Sampel dan Metode Hasil

Penelitian dilakukan
menggunakan Keterbukaan diri mengenai
Self Disclosure pendekatan kualitatif orientasi seksual para informan
Jessica Gay terhadap dengan teknik dilakukan melalui empat tahapan
Kusiki Keluarga pengambilan sampel penetrasi sosial.
(2017) mengenai secara purposive.
Orientasi Terdapat lima Meski pengungkapan pada
Seksualnya informan yang telah awalnya masih dipertimbangkan
memenuhi kriteria karena berbagai alasan, namun
yakni laki-laki sejumlah faktor baik dari internal
homoseksual, berusia maupun eksternal kemudian
17-24 tahun dan telah mempengaruhi keinginan untuk
melakukan tahapan melakukan pengungkapan diri.
pengungkapan diri
kepada pihak keluarga.

Keterbukaan diri homoseksual


dilakukan melalui beberapa

Jurnal Riset Komunikasi 193


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

Pendekatan kualitatif tahap, pertama informan terlebih


Self Disclosure dengan metode studi dahulu menemukan jati diri
Ria Adiyati Homoseksual di kasus. Dilakukan mereka melalui pemahaman
(2019) Surabaya dengan wawancara dengan tiga secara personal, kemudian
Lingkungan orang informan laki- mereka mulai menunjukkan jati
Sosialnya laki homoseksual. diri kepada lingkungannya
Sampel dipilih dengan melalui penampilan, bercerita
metode purposive. kepada lingkungan terdekatnya
dan melalui media sosial.

Pengungkapan diri didasari


karena salah satu anggota
keluarga tidak sengaja
Shintia Pendekatan kualitatif mengetahui bahwa informan
Adriani, dengan kajian adalah seorang gay. Berdasarkan
Arifa I. Pengungkapan fenomenologi. Teknik hal tersebut, empat orang
Anggai, dan Diri Gay wawancara dilakukan informan akhirnya memutuskan
Retno A. terhadap dengan memilih untuk mengakui identitas
Pradoponin Keluarga informan melalui seksualnya. Sedangkan dua
grum metode purposive informan lain yang memutuskan
(2017) sampling untuk menyembunyikan dari
keluarga karena takut
mengecewakan, dan takut akan
mengalami penolakan dari
keluarga.

The Process Of Studi deskriptif dengan Pengungkapan diri dapat


Disclosing A pendekatan kualitatif dilakukan atas keinginan sendiri
Gay’s Personal terhadap objek studi. maupun dorongan orang lain,
Dwianita, Status To His Informan dipilih dalam hal ini beberapa informan
Rizni Surrounding In melalui teknik terpaksa melakukan
Wajthia, Medan, North purposive sampling, pengungkapan lantaran
Sofiari Sumatera dengan berbagai lingkungannya sudah
Ananda Province, kriteria: laki-laki mencurigai kelainan orientasi
(2017) Indonesia homoseksual, telah seksual dari pengamatan
(A Study On melakukan terhadap perilaku informan.
Interpersonal pengungkapan diri Akibat kecurigaan tersebut,
Communication kepada keluarga, pengungkapan diri dilakukan
By Using Self- berusia diatas 24 tahun. lantaran terdesak dan
Disclosure menyebabkan adanya tahapan
Approach) penetrasi sosial yang terlewat.

Jurnal Riset Komunikasi 194


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

Ni Made Pendekatan kualitatif Seluruh responden melakukan


Wiwin dengan metode pengungkapan diri meski tidak
Kusuma wawancara, pemilihan berurutan dan ada tahapan
Yanti, I Self Disclosure sampel dilakukan penetrasi sosial yang dilewati.
Dewa Ayu Kalangan Gay dengan teknik Self disclosure tak hanya
Sugiarica kepada Keluarga purposive. Terpilih dilakukan secara verbal namun
Joni, Ni di Provinsi Bali lima responden yang juga non verbal melalui
Made Ras memenuhi tiga kriteria penampilan.
Amanda (gay, berdomisili di
Gelgel Bali, rentang usia 26-
(2019) 35 tahun)

Proses Pendekatan kualitatif Pengungkapan diri seorang


Pengungkapan menggunakan metode homoseksual dilakukan secara
Diri/ Self studi kasus secara verbal dan non verbal.
Rotua Disclosure Kaum komprehensif, Pengungkapan diri yang
Esterlina Gay dilakukan observasi dilakukan informan berbeda
Pasaribu (Studi Kasus dan wawancara antara keluarga dan lingkungan
(2015) Tentang mendalam kepada sosial atau pertemanannya,
Pengungkapan sampel. Wawancara dimana mereka lebih merasa
Diri/ Self mendalam atau Indepth nyaman untuk membuka diri
Disclosure Kaum interview dilakukan kepada teman, sementara ada
Gay Di Kota terhadap tiga orang rasa takut untuk mengungkapkan
Medan) informan yang telah diri kepada orang tua.
dipilih melalui metode
purposive sampling.

Jurnal Riset Komunikasi 195


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

Pengungkapan kaum gay


Pendekatan kualitatif pertama kali dilakukan kepada
Pengungkapan dengan menggunakan teman, bukan kepada keluarga
Informasi Privat metode studi kasus karena dianggap memiliki resiko
penolakan yang lebih besar.
Mytha Eliva Tentang Identitas eksploratif. Dilakukan
Selain itu, dalam pengungkapan
Veritasia Seksual Seorang wawancara secara kepada teman, seorang gay baik
(2015) Gay Kepada mendalam terhadap dengan peran maskulin maupun
Orang Lain informan yang dipilih feminin lebih memilih
menggunakan metode meceritakan kepada teman
purposive sampling. perempuan dibandingkan laki-
laki, karena perempuan
dipandang lebih mampu
memberikan dukungan secara
emosional.

Studi Kaum gay seringkali


Mega Ulva Fenomenologi Pendekatan kualitatif mendapatkan penolakan dari
Sari Keterbukaan dengan menggunakan lingkungan sosial, hingga
Sihombing, Mengekspresikan studi kasus deskriptif. mereka memutuskan mencari jati
Arifin Diri Kaum Gay di Wawancara dengan diri di lingkungan lain. Media
Sugianto Kota Medan informan, pemilihan sosial menjadi salah satu wadah
(2017) Melalui Jejaring sampel dilakukan eksistensi kaum gay, dimana
Sosial Facebook dengan metode selain mereka bisa membentuk
Sebagai Bentuk purposive sampling. komunitas, mereka juga bisa
Eksistensi Diri menunjukkan jati dirinya secara
bebas tanpa khawatir penolakan.

Studi deskriptif Terdapat pergeseran dengan


Gisela Winy Penyingkapan kualitatif dengan kemunculan media baru
Massie, Eko Diri Kaum melakukan pendekatan Facebook terhadap proses
Harry Lesbian Melalui dan wawancara pengungkapan jati diri kaum
Susanto Media Baru terhadap informan. lesbian. Media Facebook
(2018) Facebook Empat orang informan memberikan ruang bagi kaum
yang merupakan lesbian untuk dengan bebas
wanita lesbian dipilih mengekspresikan gagasan dan isi
berdasarkan kriteria. hati mereka.

Jurnal Riset Komunikasi 196


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

Pengungkapan identitas seorang


“Coming Out” Pendekatan kualitatif individu dengan orientasi
Anisah Dwi terhadap dengan metode studi seksual menyimpang
Septiani Orientasi Seksual kasus. Wawancara dilatarbelakangi faktor eksternal
(2017) pada Kaum dilakukan kepada lima dan internal, selain dorongan
Homoseksual informan yang telah dari lingkungan yang mulai
dipilih menggunakan mempertanyakan orientasi
metode purposive. mereka, homoseksual juga
memiliki faktor pribadi yang
mendasari keterbukaan, seperti
tidak ingin menikah, dsb.

HASIL PENELITIAN DAN informan. Beberapa informan mengaku sejak


PEMBAHASAN kecil sudah merasa memiliki karakteristik
sifat yang berbeda dan tidak sesuai dengan
Sebelum melakukan pengungkapan jenis kelaminnya, contohnya seorang laki-
diri kepada pihak keluarga, seorang laki yang sejak masih kanak-kanak lebih
homoseksual terlebih dahulu melakukan tertarik memainkan boneka dibandingkan
proses identifikasi diri, yakni proses mainan untuk laki-laki. Meski demikian,
pembentukan identitas dimana individu beberapa informan lain mengaku memiliki
tersebut berpikir mengenai siapa dirinya dan masa kecil yang normal, namun pada saat
identitas apa yang ingin dimilikinya. Paris beranjak remaja mereka baru menyadari
(2011) mengatakan, identitas seseorang tidak memiliki ketertarikan kepada lawan
bukan dilihat dari preferensi seksualnya saja, jenisnya.
melainkan juga mempertimbangkan ekspresi Para informan pada awalnya
gender yang dirasa cocok dengan dirinya. mengaku mengalami kesulitan dalam
Dalam proses pembentukan identitas seksual, menerima identitas dirinya karena menyadari
para informan dalam penelitian di atas norma-norma serta budaya dominan di
mengungkapkan sempat mengalami masyarakat, yang memandang ketertarikan
kebingungan gender atau gender confusion terhadap lawan jenis sebagai orientasi
atas perbedaan orientasi seksual yang seksual yang benar dan mutlak. Ketika
dialaminya. Tahapan identifikasi diri pun mencapai tahapan ini, informan menyadari
terjadi secara berbeda-beda pada tiap bahwa dirinya harus melakukan strategi

Jurnal Riset Komunikasi 197


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

untuk dapat mengungkapkan identitas diri pihak keluarga, informan juga terlebih
terkait orientasi seksual yang dialaminya dahulu mempertimbangkan tingkat
kepada pihak keluarga agar tidak mengalami kedekatan dengan anggota keluarga tersebut.
penolakan maupun pengasingan. Tingkat kedekatan dengan anggota keluarga
mempengaruhi seberapa banyak informasi
Faktor dibalik Keputusan Self Disclosure yang akan diceritakan dalam melakukan
Homoseksual kepada Keluarga pengungkapan dirinya. Berdasarkan
pengakuan dari informan pada penelitian di
Self disclosure atau pengungkapan atas, mereka cenderung lebih memilih untuk
diri merupakan keputusan pribadi setiap melakukan pengungkapan diri kepada
individu untuk dapat memilih akan saudara kandung terlebih dahulu
melakukannya ataupun tidak. Dalam dibandingkan orang tua mereka, karena
penelitian ini, para informan menyebutkan merasa kedekatan yang dimiliki antara kakak
memiliki beberapa alasan berbeda yang adik akan membuat pengungkapan diri
mendasari keputusan untuk melakukan berjalan lebih mudah dan resiko terjadinya
pengungkapan diri perihal orientasi penolakan maupun pengasingan pun lebih
seksualnya kepada pihak keluarga. Pertama, sedikit, dibandingkan jika bercerita kepada
beberapa informan memilih untuk orang tua.
melakukan pengungkapan diri karena Kemudian, sebagian besar informan
timbulnya perasaan tidak nyaman yang mengaku merasa lebih nyaman ketika
terjadi akibat menyembunyikan identitas bercerita kepada anggota keluarga
seksualnya selama bertahun-tahun. perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini
Kemudian, beberapa informan juga dikarenakan perempuan dipandang lebih
mengatakan pengungkapan diri dipilih untuk mampu memahami dan memberikan
dilakukan lantaran ingin menjalani hidup dukungan secara emosional. Sementara itu,
bebas tanpa adanya tuntutan dari pihak laki-laki menurut mereka selain karena
keluarga untuk melakukan pernikahan, sebab memiliki jenis kelamin yang merupakan
dirinya tahu tidak akan memiliki ketertarikan objek seksualnya, mereka juga cenderung
emosional maupun seksual dengan lawan memiliki tingkat homofobia yang lebih tinggi
jenis. dibandingkan perempuan. Oleh karena itu,
Ketika sudah memiliki keinginan dalam melakukan pengungkapan diri,
untuk melakukan pengungkapan diri kepada homoseksual lebih memilih untuk bercerita

Jurnal Riset Komunikasi 198


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

terlebih dahulu kepada saudara perempuan Proses komunikasi yang dilakukan pertama
ataupun ibu, dibandingkan saudara laki-laki kali kepada keluarga mereka awalnya tidak
dan ayah. terjadi secara lisan berupa percakapan,
Meski demikian, sebagian informan namun terdapat proses penyampaian
lain mengatakan proses pengungkapan informasi secara visual yang dilakukan
dirinya tidak didasari oleh keinginan pribadi, melalui bagaimana mereka menampilkan
melainkan karena terdesak dan sudah dirinya kepada keluarga.
dicurigai oleh pihak keluarga. Mereka Contohnya, beberapa informan
terpaksa mengakui identitas seksualnya penelitian mengaku sengaja untuk memberi
kepada pihak keluarga karena beberapa isyarat kepada keluarga mereka perihal jati
kejadian yang membuat pihak keluarga dirinya melalui penampilan yang lebih
mencurigai, seperti ketahuan memiliki feminim. Mereka sengaja mengubah warna
kedekatan yang tidak wajar dengan sesama rambut, menampilkan gerak-gerik tubuh
jenis ataupun sering terlihat memakai yang lebih luwes, ataupun menggunakan
pakaian serta aksesoris yang tidak sesuai pakaian maupun aksesoris yang tidak umum
dengan jenis kelaminnya. Pengungkapan diri digunakan seorang laki-laki.
pun akhirnya dilakukan tanpa Hasil temuan penelitian menyatakan
mempertimbangkan kedekatan dengan bahwa hampir seluruh informan sebelum
anggota keluarga tersebut. melakukan pengungkapan jati diri kepada
Tahapan dalam Self Disclosure keluarganya, mereka terlebih dahulu
Homoseksual kepada Keluarga berusaha menunjukan orientasi seksual
Penelitian ini menunjukkan bahwa mereka melalui cara berpakaian yang
proses pengungkapan diri seorang feminim, atau memperlihatkan gestur tubuh
homoseksual kepada keluarga terjadi dengan baik dari cara berjalan ataupun berbicara
cara dan tahapan yang berbeda-beda. layaknya seorang perempuan. Meski
Pertama, tahapan awal pengungkapan diri demikian, tidak semua informan melakukan
atau self disclosure pada homoseksual proses tersebut dan sebagian tetap
dilakukan secara non verbal. Hal ini sesuai berpenampilan layaknya seorang laki-laki.
dengan lapisan pertama pada konsep analogi Adapun tujuan dari informan yang
bawang Altman dan Taylor, dimana tahapan menampilkan keterbukaan melalui
awal pengungkapan diri dimulai dengan penampilan mereka bertujuan untuk
sesuatu yang dapat diamati melalui visual. menciptakan rasa keingintahuan dari pihak

Jurnal Riset Komunikasi 199


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

keluarga untuk bertanya, sehingga dapat menampilkan gaya berpakaian seperti laki-
mempermudah proses pengungkapan jati diri laki pada umumnya.
mereka. Pada irisan bawang keempat yakni
Selanjutnya, dalam penyampaian goals dan aspiration, sebagian dari informan
informasi sebagaimana yang digambarkan ada yang melewati tahap ini namun sebagian
Altman dan Taylor melalui teori bawang, lainnya memilih tidak. Bagi yang melalui
tidak semua informan melalui tahapan yang tahap ini, keterbukaan diri mengenai jati diri
sama dan berurutan. Misalnya, dalam dilakukan oleh sebagian informan dengan
tahapan kedua yakni penyampaian informasi cara memberikan pemaparan terlebih dahulu
berupa biographical data, informan tidak kepada anggota keluarganya perihal
perlu lagi menjelaskan informasi tersebut pengertian dari orientasi homoseksual dan
karena keluarga sudah mengetahui. sama informasi penting lainnya mengenai hal
halnya dengan tahapan kelima yakni tersebut, dengan harapan penjelasan yang
religious conviction, pihak keluarga pun diberikan mereka akan membantu pihak
sudah mengetahui informasi perihal agama keluarga untuk memahami dan merespon
dari para informan karena mereka anggota secara positif terhadap penyimpangan yang
keluarganya. mereka alami. Mereka memberi penjelasan
Kemudian, tahapan ketiga yang kepada pihak keluarga tak hanya perihal
dilalui homoseksual dalam melakukan informasi mengenai penyimpangan orientasi
pengungkapan diri yakni menceritakan seksual yang dialaminya, namun juga
preferensi pribadi. Hal ini menjadi suatu mengapa mereka mengalami hal tersebut dan
tahapan keterbukaan yang dilalui sebagian kemudian bagaimana rencana mereka
informan dan sebagian lagi memilih untuk kedepannya.
tidak perlu melakukannya. Contoh preferensi Kemudian, pada irisan keenam yakni
yang disampaikan kepada keluarga yakni deeply held fears and fantasies, informan
terkait selera berpakaian, dimana sebagian juga dapat menceritakan lebih dalam terkait
informan memang sengaja untuk memilih hal-hal yang berhubungan dengan
gaya berpakaian yang tidak umum bagi penyimpangan orientasi seksual yang mereka
seorang laki-laki dan menampilkan hal alami. Pada tahapan ini, mereka dapat
tersebut di depan keluarganya. Sementara itu, menceritakan pengalaman pribadi mereka
sebagian informan lain memilih untuk tidak yang membuat trauma dengan lawan jenis,
menampilkan preferensi tersebut dan tetap ataupun rasa takut yang mereka alami saat

Jurnal Riset Komunikasi 200


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

mengetahui jati dirinya sebagai homoseks. keterbukaan diri akhirnya dilakukan lantaran
Masalah pribadi tersebut menjadi salah satu sudah terdesak.
faktor yang mempengaruhi penyimpangan Dari hasil penelitian, hampir semua
yang mereka alami, sehingga beberapa informan pada awalnya merasa takut untuk
informan merasa tahapan ini penting dalam melakukan pengungkapan jati diri mereka
membantu proses pengungkapan diri. kepada pihak keluarga, dikarenakan
Terakhir, pada irisan ketujuh yakni kekhawatiran akan terjadinya penolakan
konsep diri, seluruh informan dari penelitian bahkan kemungkinan terburuknya akan
di atas pada akhirnya melakukan terjadi depenetrasi atau pemutusan hubungan
pengungkapan diri kepada pihak keluarga. dari anggota keluarga mereka. Hal tersebut
Meski demikian, terdapat beberapa informan yang menyebabkan keraguan untuk
yang melakukan pengungkapan diri karena melanjutkan ke proses pengungkapan diri.
terpaksa akibat sudah lebih dahulu dicurigai Meski demikian, seluruh informan dalam
ataupun diketahui oleh anggota keluarganya. penelitian diatas pada akhirnya memilih
Beberapa informan mengaku bahwa untuk tidak menutupi jati dirinya dan
sebenarnya mereka belum siap untuk kemudian melakukan pengungkapan diri
mencapai tahap pengungkapan konsep diri, kepada pihak keluarganya.
namun pada akhirnya hal tersebut terpaksa
dilakukan lantaran munculnya pertanyaan PENUTUP
dari pihak keluarga. Meski belum membuka
Simpulan
lapisan demi lapisan dari diri mereka, namun
informasi mengenai orientasi seksual para Berdasarkan uraian hasil analisis dan
informa dapat disimpulkan oleh pihak pembahasan yang telah dipaparkan, maka
keluarga melalui beberapa hal yang dapat dapat disimpulkan bahwa seluruh informan
diamati secara langsung, contohnya gaya setuju bahwa identitas diri perihal orientasi
berpakaian, tingkah laku maupun lingkungan seksualnya merupakan hal privat yang
pertemanan para informan yang didominasi cenderung ingin ditutupi dari pihak keluarga,
sesama jenis. Hal tersebut kemudian karena khawatir akan mendapat stigma
menyebabkan munculnya kecurigaan dari negatif bahkan berujung pada penolakan
pihak keluarga yang akhirnya menanyakan maupun pengasingan dari pihak keluarga.
langsung kepada informan, sehingga Meski demikian, keinginan untuk
memperdalam hubungan dengan anggota

Jurnal Riset Komunikasi 201


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

keluarga menjadi faktor utama yang analogi bawang dimana para informan
mendukung terjadinya proses pengungkapan menceritakan secara detail perihal orientasi
diri. Kedekatan dengan anggota keluarga seksual yang dialaminya.
juga mempengaruhi proses pengungkapan Kemudian, aplikasi dari konsep
diri, dimana keterbukaan informasi penetrasi sosial dalam proses pengungkapan
ditentukan oleh seberapa intim hubungan diri homoseksual kepada keluarga juga dapat
dengan anggota keluarga tersebut. terjadi secara tidak berurutan. Hal ini dapat
Secara keseluruhan, tahapan dilihat dari analogi lapisan bawang Altman
pengungkapan diri homoseksual terhadap dan Taylor, dimana dari hasil analisa
keluarganya terjadi secara berbeda-beda. terhadap informan, terdapat beberapa
Meski umumnya pengungkapan diri atau self lapisan-lapisan yang secara sengaja dilewati
disclosure dilakukan secara verbal melalui oleh para informan, misalnya melewati
percakapan lisan, namun proses komunikasi lapisan pertama dengan tidak mengenakan
non verbal diketahui menjadi faktor utama pakaian atau menunjukkan perilaku yang
yang mendominasi tahapan pengungkapan identik dengan lawan jenis, atau melewati
diri kaum homoseks kepada pihak keluarga, lapisan keenam tentang pengalaman pribadi
terutama bagi para informan yang melakukan informan yang mempengaruhi
pengungkapan diri karena telah dicurigai penyimpangan orientasi seksual yang
oleh pihak keluarga. Bagi informan yang dialaminya. Meski terdapat beberapa lapisan
melakukan pengungkapan diri karena yang dilewati, namun pada akhirnya mereka
terdesak, maka mereka hanya melalui dua tetap bisa mencapai lapisan paling akhir
tahapan yakni lapisan pertama yakni yakni pengungkapan diri seutuhnya tentang
pengungkapan diri melalui apa yang terlihat orientasi homoseksual.
secara visual, serta lapisan ketujuh dari

DAFTAR PUSTAKA
Alan E. Kazdin, (Ed), Encyclopedia of Effendy, Uchjana. (2002). Hubungan Masyarakat
Psychology: Volume 8, (New York: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT.
Oxford University Press, 2000) hal. 260. Remaja Rosdakarya.
Cangara H. (2014). Pengantar Ilmu Komunikasi. Griffin, Em. (2009). A First Look at
Depok : PT. Raja Grafindo Perkasa. Communication Theory. 7th ed. New
Erni, Amina. (2017). Komunikasi Interpersonal York: McGraw-Hill.
Keluarga Tentang Pendidikan Seks Pada Kadarsih, R. (2009). Teori penetrasi sosial dan
Anak Usia 1-5 Tahun. Jurnal Dakwah dan hubungan interpersonal. Jurnal Dakwah,
Komunikasi. 2. 10.29240/jdk.v2i1.275. Vol. X. No. 1, 53-66

Jurnal Riset Komunikasi 202


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom
TEORI PENETRASI SOSIAL DALAM PENGUNGKAPAN DIRI HOMOSEKSUAL
KEPADA KELUARGANYA

Kusiki, Jessica. "Gay Self Disclosure Against Kelima. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Families Regarding Their Sexual Persada.
Orientation," Journal of E- Septiani, Anisah Dwi. (2017). “Coming Out”
Communication vol.4 No.1,pp. 3-4, 2016. Terhadap Orientasi Seksual Pada Kaum
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss Homoseksual. Jurnal Sosial dan Politik, 6
(Editor). (2009). Encyclopedia of (3), 1-20
Communication Theory (2). California: Sinyo. (2014). Anakku Bertanya Tentang LGBT.
SAGE Publications, Inc. Jakarta: Gramedia.
Maliza, Berlian Laras Sarwenda dan Achmad Stuart, G.W. (2013). Principles and Practice
Chusairi. Adult Gay Self-Adjustment of Psychiatric Nursing. Missouri:
Factor in Parents Post-Disclosure of Elsevier Mosby.
Parents. Journal of Personality and Social West, Richard dan Lynn H. Turner. (2008).
Psychology vol 2 no 1, April, 2013. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Ruben, Brent.D dan Stewart, Lea P. (2013). Aplikasi (Buku 1). Edisi 3. Jakarta:
Komunikasi Dan Perilaku Manusia. Edisi Salemba Humanika.

Jurnal Riset Komunikasi 203


http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRKom

Anda mungkin juga menyukai