Dengan Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi
Dengan Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi
Kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi, maka semakin jelas bahwa untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan Koperasi, kegiatan usaha simpan pinjam perlu
ditumbuhkembangkan agar KSP dan atau USP pada koperasi dapat melaksanakan fungsinya
untuk menghimpun dana (tabungan koperasi dan simpanan berjangka koperasi) serta
memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya serta koperasi lain dan atau calon
anggotanya.
Persyaratan penting yang perlu dimiliki oleh KSP/USP koperasi sebagai lembaga keuangan
ialah harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan dari anggota pada khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu KSP/USP sebagai lembaga keuangan
mikro yang dimiliki dan dipergunakan oleh para anggotanya harus dikelola secara
professional dan meyakinkan.
Untuk mewujudkan fungsi KSP/USP sesuai dengan tujuannya, dianggap perlu adanya upaya
peningkatan dan perluasan wawasan pengetahuan tentang Manajemen KSP/USP bagi para
pemula yang akan berkecimpung dalam bidang perkoperasian khususnya pada
KSP/USP baru yang akan dibentuk sebagai salah satu kelembagaan alternative dari exit
strategy proyek UPK dan PPK-P2KP.
Sebelum kita dapat memahami konsepsi dan ruang lingkup manajemen koperasi, terlebih
dahulu kita perlu memahami kembali konsepsi atau definisi dari manajemen itu sendiri.
Dalam literature banyak cara orang mendefinisikan manajemen, karenanya banyak pula
definisi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli di bidang manajemen. Meskipun
berbeda-beda di dalam mendefinisikan pengertian manajemen pada umumnya mereka
menyetujui unsur dasar dan tujuan yang sama dari manajemen . Salah satu definisi yang
lengkap diungkapkan oleh Griffin dalam bukunya Management (Ensiklopedia ekonomi,
Bisnis dan Manajemen, 1992), sebagai berikut :
Dengan menyatukan manajemen Koperasi sebagai bagian dari koperasi dan sebagai
representasi prinsip-prinsip penting koperasi itu sendiri, kita dapat mengembangkan
manajemen dan demokrasi di dalam koperasi sebagaimana dinyatakan Peter Davis, sebagai
berikut: “pengembangan prinsip-prinsip manajemen koperasi, akan membuat perusahaan
koperasi harus dikelola secara professional dan kooperatif sedemikian rupa sehingga
keterlibatan anggota dan demokrasi, akan tetap menjadi kunci keberhasilan dalam praktek
koperasi. Dengan memiliki prinsip-prinsip manajemen koperasi kita juga meletakkan dasar
sebagai criteria untuk menilai pelatihan-pelatihan manajemen koperasi, serta menilai kinerja
manajemen dalam koperasi “.
Tabel 1. Tujuh prinsip manajemen Koperasi Peter Davis
Untuk memperjelas hubungan prinsip manajemen dan prinsip koperasi, Dubashi pada tahun
1970 meringkasnya sebagai berikut:
2. Pengorganisasian · Demokrasi
· Federalisme
Yang dimaksud perangkat organisasi koperasi menurut pasal 21 UU koperasi nomor 25 tahun
1992:
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Pengawas
Tiga serangkai (tri partiet) inilah yang dikenal sebagai manajemen koperasi yang akan
menjalankan tata laksana kehidupan koperasi.
2.1. Rapat Anggota
· Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar
koperasi.
4. rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi, serta pengesahan
laporan keuangan
· Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara.
· Hak suara dalam koperasi sekunder dapat diatur dalam anggaran dasar dengan
mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha koperasi anggota secara berimbang.
· Rapat anggota berhak meminta keterangan dan pertanggung jawaban Pengurus dan
Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi.
· Selain Rapat Anggota biasa sebagai mana telah diuraikan, Koperasi dapat melakukan
Rapat Anggota Luar Biasa apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan segera yang
wewenangnya ada pada Rapat Anggota.
· Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah anggota koperasi
atau atas keputusan pengurus yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar.
· Rapat anggota Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan wewenang Rapat
Anggota Biasa. Persyaratan, tata cara dan tempat penyelenggaraan Rapat Anggota biasa dan
Rapat Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran Dasar.
2.2. Pengurus
· Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota,
· Untuk pertama kali ( koperasi yang baru berdiri ), susunan dan nama anggota Pengurus
dicantumkan dalam akta pendirian koperasi,
· Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota Pengurus diatur dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi,
· Pengurus bertugas:
2. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan
belanja koperasi (RAPBK),
· Pengurus berwenang:
3. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai
dengan tanggungjawabnya dan keputusan Rapat Anggota,
4. pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola ( manajer, kepala unit dan karyawan
koperasi lainnya ) yang diberi wewenang untuk mengelola usaha. Dalam hal pengurus
koperasi bermaksud untuk mengangkat Pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut
diajukan kepada Rapat Anggota untuk mendapat persetujuan. Pengelola bertanggung jawab
kepada pengurus. Hubungan antara pengurus dengan pengelola usaha merupakan hubungan
kerja berdasarkan kontrak (perikanan).
· Setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu ) bulan sebelum
diselenggarakan rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan tahunan yang memuat
sekurang-kurangnya: a) perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir dan perhitungan
hasil usaha dari tahun yang bersangkutan, b) keadaan dan usaha Koperasi serta hasil usaha
yang dapat dicapai. Laporan tahunan yang dimaksud harus ditanda tangani oleh semua
anggota pengurus, apabila salah seorang anggota Pengurus tidak menandatangani laporan
tahunan tersebut, anggota yang bersangkutan menjelaskan menjelaskan alasan secara tertulis.
2.3.Pengawas
· Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota,
· Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas ditetapkan
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi,
· Pengawas bertugas:
· Pengawas berwenang:
· Dalam kondisi tertentu koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan public,
a. Sisi pasiva: yaitu KSP/USP melakukan penarikan dana dari anggota dan pihak-pihak
lainnya. Dari anggota dapat berupa tabungan, simpanan atau dalam bentuk lainnya.
Sedangkan dari pihak lain dapat berupa pinjaman atau penyertaan lainnya.
b. Sisi aktiva: KSP/USP melakukan kegiatan usaha yang berhubungan dengan penggunaan
atau pengalokasian dana terutama dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan.
Dengan kata lain KSP/USP menghadapi dua kegiatan yang saling berkaitan antara satu
dengan lainnya:
1) Pada satu sisi, dana simpanan yang terkumpul harus disalurkan dalam bentuk pinjaman
kepada anggota yang membutuhkan. Berarti terjadi arus dana keluar dan akan kembali
diterima secara bertahap pada masa yang akan datang.
2) Pada sisi lain, KSP/USP harus mampu melayani anggota penyimpan yang hendak
menarik kembali simpanannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Oleh karena itu, KSP/USP harus mampu mengatur arus dana agar selalu seimbang antara arus
dana yang masuk dan arus dana yang keluar. Arus dana masuk di KSP/USP terdiri dari:
· Penerimaan simpanan pokok dan simpanan wajib untuk KSP, dan modal disetor untuk
USP
· Penerimaan dana dari pihak ketiga berupa pinjaman, untuk KSP dan modal tidak tetap
untuk USP;
· Pemberian pinjaman
· Penarikan simpanan berupa tabungan atau simpanan berjangka anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya.
· Penyetoran ke bank.
· Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib untuk anggota KSP yang keluar;
Dari pengalaman sehari-hari dapat diperkirakan besarnya pengeluaran dalam setiap hari,
minggu atau bulan, sehingga likuiditas minimum dapat ditetapkan secara lebih tepat.
Kesemuanya itu perlu didukung oleh pencatatan-pencatatan yang akurat, teliti, rapi dan
sistematis.
Dalam menghadapi masalah berkaitan dengan upaya nenyeimbangkan arus dana, KSP/USP
perlu melakukan manajemen aktiva-pasiva dengan pendekatan asset allocation approach.
Pendekatan ini nengalokasikan sumber-sumber dana. Dana yang memiliki sifat perputaran
yang cukup tinggi hendaknya penggunaannya diprioritaskan dalam aktiva yang tingkat
likuiditasnya cukup tinggi pula. Sedangkan dana yang perputarannya relatif rendah,
pengalokasiannya dapat diprioritaskan pada pemberian pinjaman dan aktiva jangka panjang
lainnya. Ilustrasi asset allocation approach pada KSP/USP dapat dilihat dalam gambar 3.
(1) sumber dana yang berasal dari tabungan sebaiknya digunakan untuk cadangan likuiditas
atau pinjaman yang sifatnya jangka pendek.
(2) Simpanan berjangka dapat digunakan untuk pinjaman dan investasi dalam surat berharga
yang sifatnya jangka pendek, dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan, dan sebagian
dapat digunakan untuk cadangan likuiditas.
(3) Kekayaan bersih yang berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah dan cadangan
(KSP) atau modal tetap dan cadangan (USP) dapat digunakan untuk pemberian pinjaman dan
investasi surat berharga untuk memperoleh pendapatan, dan untuk investasi aktiva tetap
(sebagai aktiva tidak produktif). Pinjaman dan surat berharga disebut sebagai aktiva produktif
(earning assets).