Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu Dr. M.Afrilianto, M.Pd

Disusun oleh :
Ai sutiani (22060195)
Asti Ananda (22060331)
Nanin Wulandari (22060307)
Pipit Pitriawati (22060280)
Rahmi Azri Andriyani (22060301)
Tita (22060374)

Program Studi PGSD Non Regular


IKIP SILIWANGI 2023
PENDAHULUAN

Demokrasi di Indonesia telah menjadi pokok dalam perjalanan sejarah negara ini sejak
meraih kemerdekaan pada tahun 1945. Sebagai negara kepulauan yang berpenduduk lebih dari
270 juta jiwa, Indonesia menjadi salah satu negara demokratis terbesar di dunia. Setelah melewati
berbagai tantangan politik dan sosial, Indonesia telah mengalami perkembangan yang signifikan
dalam mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi yang inklusif dan partisipatif.

Sejak diberlakukannya UUD 1945, demokrasi di Indonesia telah mengalami perubahan


dan perkembangan yang signifikan. Proses transisi dari Orde Baru ke Era Reformasi pada tahun
1998 merupakan tonggak penting dalam sejarah demokrasi Indonesia. Era Reformasi membawa
perubahan besar dalam sistem politik dan mengubah paradigma kekuasaan yang selama ini
terpusat pada satu pihak.

Pada masa-masa awal reformasi, Indonesia telah melaksanakan pemilihan umum yang
bebas dan adil serta mengadopsi prinsip-prinsip demokrasi dalam sistem politiknya. Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai lembaga legislatif yang
mewakili kepentingan rakyat, dipilih melalui pemilihan umum secara langsung. Selain itu,
pemilihan presiden juga dilaksanakan secara langsung oleh rakyat Indonesia. Pemilihan umum
yang diselenggarakan secara berkala memberikan kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk
berpartisipasi dalam menentukan arah kebijakan dan kepemimpinan negara. Prinsip kebebasan
berpendapat, berorganisasi, dan berserikat juga diakui dan dilindungi oleh konstitusi.

Salah satu aspek penting dari pendidikan demokratis adalah pemberian kebebasan
berpendapat, di mana siswa dan guru memiliki hak untuk menyatakan pendapat, mengemukakan
ide-ide, dan berdiskusi dalam lingkungan pendidikan. Guru tidak hanya menjadi pemberi
informasi, tetapi juga fasilitator dalam mendukung siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis,
berdebat, dan membentuk pandangan mereka sendiri, pendidikan demokratis juga mengajarkan
nilai-nilai demokrasi, seperti menghormati hak asasi manusia, keadilan, kesetaraan, keragaman,
toleransi, dan partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat. Melalui pembelajaran ini, siswa
diberdayakan untuk mengakui dan menghormati hak-hak orang lain, memahami pentingnya
menghargai perbedaan, dan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang inklusif.
PEMBAHASAN

Hakikat Demokrasi

Hakikat demokrasi adalah kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, rakyat yang
berhak membuat dan melaksanakan peraturan yang ditetapkan sendiri berdasarkan suara
mayoritas. Rakyat berhak memilih anggota badan legislatif, eksekutif dan yudikatif
berdasarkan suara mayoritas. Dengan demikian, hakikat dari demokrasi adalah segala
keputusan ditentukan oleh suara mayoritas rakyat.

Print, orson & nielsen dalam fuad (2006:27), “demokrasi sebagai cara hidup, adanya
keinginan untuk berkompromi, toleransi, dan kesediaan mendengar dan menerima pendapat
orang lain”. Zartman (2000:232) dalam fuad (2006:26) mengartikan bahwa: “demokrasi
sebagai suatu sistem politik dengan sistem kedaulatan di tangan rakyat, penguasa
mempertanggung jawabkan secara berkala terhadap yang dipimpinnya, hak minoritas
dilindungi, dan persaingan politik antar individu dan antar gagasan sangat terbuka”.

Oleh karena itu, demokrasi adalah suatu sistem politik berkedaulatan tertinggi berada
di tangan rakyat dipraktekan dengan adanya kebebasan dalam menetukan cara hidup untuk
berkompromi, bertoleransi, kesediaan mendengar dan menerima pendapat orang lain, hak
minoritas dilindungi, pertanggungjawaban penguasa, serta keterbukaan dalam persaingan
politik dan mengemukakan gagasan. Demokrasi melalui pendidikan akan mempermudah untuk
dipelajari, dipahami, dan diamalkan oleh warga negaranya di dalam kehidupan sehari-hari
dengan berperilaku secara demokratis. Hal tersebut sependapat dengan zamroni (2002:10),
“demokrasi yang didasarkan pada keyakinan akan martabat kehormatan setiap individu hanya
akan berhasil apabila didampingi dengan pendidikan yang bertujuan mengembangkan manusia
seutuhnya”.

Pendidikan demokrasi dalam konteks negara republik indonesia memiliki landasan


normatif sebagaimana dituangkan dalam pasal 3 undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab”. Oleh karena itu, pendidikan demokrasi harus mengandung nilai-nilai
demokrasi, salah satunya adanya kebebasan dengan ada batasannya. Seseorang bebas
melakukan sesuatu asalkan tidak merugikan orang lain dan menaati normanorma yang berlaku
di dalam masyarakat baik itu norma hukum, norma adat, norma kesusilaan dan norma
kesopanan, serta saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

Instrumentasi demokrasi Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD NKRI 1945


adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD).

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat


Amandemen UUD 1945 dilakukan pula terhadap ketentuan tentang lembaga
permusyawaratan rakyat, yakni MPR. Sebelum dilakukan perubahan, MPR merupakan
lembaga tertinggi Negara. Dengan ketentuan baru ini maka terjadilah perubahan
mendasar dalam sistem ketatanegaraan kita. Perubahan apakah itu ? Perubahan dari
sistem vertical, hierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadi sistem yang
horizontalfundamental dengan prinsip checks and balances (saling mengawasi dan
mengimbangi) antarlembaga negara. Dalam kaitan dengan pemilihan Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung, timbul kewenangan baru bagi MPR, yakni melantik
Presiden dan Wakil Presiden (Pasal 3 Ayat (2) UUD 1945). Kewenangan lain yang
muncul berdasarkan ketentuan Pasal 3 Ayat (3) UUD 1945 adalah MPR berwenang
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD.
2. Dewan Perwakilan Rakyat
Menurut ketentuan Pasal 20 A Ayat (1) UUD 1945 fungsi DPR ada tiga, yaitu
fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Mari kita pahami ketiga
fungsi tersebut.
a. Fungsi legislasi adalah fungsi membentuk undang-undang yang dibahas
dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
b. Fungsi anggaran adalah fungsi menyusun dan menetapkan anggaran
pendapatan dan belanja negara bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD.
c. Fungsi pengawasan adalah fungsi melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, undang-undang, dan peraturan pelaksanaannya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 20 A Ayat (2) DPR mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat. Mari kita perhatikan apa makna dari ketiga hak DPR
tersebut.

a. Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah
mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
b. Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR sebagai lembaga untuk menyatakan
pendapat terhadap kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di tanah air atau situasi dunia internasional.

3. Dewan Perwakilan Daerah

Ketentuan mengenai Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan hal baru dalam UUD
1945. Ketentuan ini diatur dalam bab tersendiri dan terdiri atas dua pasal, yaitu Pasal 22 C
dengan 4 ayat dan Pasal 22 D dengan 4 ayat. Sistem perwakilan di Indonesia merupakan sistem
yang khas. Mengapa dikatakan khas? Sebab di samping terdapat DPR sebagai lembaga
perwakilan berdasarkan aspirasi rakyat, juga ada DPD sebagai lembaga penampung aspirasi
daerah. Demikianlah dinamika yang terjadi dengan lembaga permusyawaratan dan perwakilan
di negara kita yang secara langsung mempengaruhi kehidupan demokrasi. Dinamika ini tentu
saja kita harapkan akan mendatangkan kemaslahatan kepada semakin sehat dan dinamisnya
Demokrasi Pancasila yang tengah melakukan konsolidasi menuju demokrasi yang matang
(maturation democracy). Hal ini merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi segenap
komponen bangsa

Praksis Demokrasi Berlandaskan UUD 1945

Berikut adalah beberapa prinsip-prinsip demokrasi yang diterapkan dalam praksis


berlandaskan UUD 1945:

1. Kedaulatan Rakyat: Prinsip ini menekankan bahwa kekuasaan tertinggi berada pada
rakyat dan dijalankan secara langsung atau melalui perwakilan yang dipilih secara
demokratis. Rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan
keputusan politik.
2. Pemerintahan yang Berdasarkan Hukum: Prinsip ini menegaskan bahwa setiap
tindakan pemerintah harus didasarkan pada hukum dan berada dalam batas-batas yang
ditetapkan oleh konstitusi. Tidak ada pihak yang dikecualikan dari hukum, termasuk
pejabat pemerintah.
3. Pemisahan Kekuasaan: Prinsip ini mengatur pembagian kekuasaan antara eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Setiap lembaga memiliki peran dan kewenangan yang terpisah,
sehingga saling mengawasi dan mengimbangi satu sama lain untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan.
4. Perlindungan Hak Asasi Manusia: UUD 1945 menjamin hak asasi manusia untuk setiap
warga negara Indonesia. Prinsip ini mencakup hak atas kebebasan berpendapat,
beragama, berserikat, berorganisasi, serta hak atas keadilan dan perlindungan hukum.
5. Sistem Pemilihan yang Bebas dan Adil: Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya
pemilihan yang bebas, langsung, rahasia, jujur, dan adil. Pemilihan umum merupakan
mekanisme yang digunakan untuk menentukan perwakilan rakyat dalam lembaga
legislatif dan eksekutif.
6. Kebebasan Pers: Prinsip ini menegaskan pentingnya kebebasan pers dalam
menyampaikan informasi dan berfungsi sebagai pengawas kebijakan pemerintah.
Kebebasan pers yang bertanggung jawab membantu mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pemerintah.
7. Otonomi Daerah: Prinsip ini memberikan kebebasan bagi daerah-daerah di Indonesia
untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri dalam batas-batas yang ditetapkan oleh
hukum. Otonomi daerah bertujuan untuk mempercepat pembangunan dan
meningkatkan pelayanan publik di tingkat lokal.

Esensi dan Urgensi Demokrasi Indonesia


Esensi demokrasi Indonesia adalah memberikan suara kepada rakyat, melindungi hak-hak asasi
manusia, memastikan partisipasi politik yang inklusif, menghormati pluralisme, mendorong keadilan,
dan menuntut akuntabilitas pemerintah. Dalam konteks Indonesia, demokrasi bukan hanya sebuah
sistem pemerintahan, tetapi juga merupakan sarana untuk mencapai

Esensi demokrasi Indonesia adalah bahwa rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan politik dan memiliki kendali atas pemerintahan mereka. Prinsip-prinsip demokrasi, seperti
pemilihan umum yang bebas dan adil, kebebasan berbicara, kebebasan pers, serta kebebasan berserikat
dan berkumpul, adalah inti dari sistem demokrasi Indonesia.

Urgensi demokrasi Indonesia terletak pada perlindungan hak asasi manusia, pengurangan
ketimpangan sosial dan ekonomi, transparansi pemerintah, penyelesaian damai konflik politik, dan
pemberdayaan individu dan masyarakat. Dengan demokrasi yang kuat, Indonesia dapat mencapai
stabilitas politik, kemajuan sosial dan ekonomi, serta meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh warga
negara.

Demokrasi Indonesia juga penting dalam konteks global. Sebagai salah satu negara demokrasi terbesar
di dunia dengan populasi yang beragam, Indonesia menjadi contoh penting bagi negara-negara lain
dalam mewujudkan sistem pemerintahan yang inklusif, partisipatif, dan akuntabel.

Secara keseluruhan, esensi dan urgensi demokrasi Indonesia terletak pada pemenuhan hak-hak dasar
warga negara, akuntabilitas pemerintah, penyelesaian konflik damai, perlindungan hak asasi manusia,
dan memberikan contoh bagi negara-negara lain. Demokrasi adalah pondasi yang kuat untuk
membangun masyarakat yang adil, sejahtera.

Prinsip-prinsip Demokrasi Indonesia

Berikut adalah beberapa prinsip utama demokrasi yang menjadi landasan pemerintahan:

a. Kedaulatan Rakyat: Prinsip ini mengakui bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara
berada di tangan rakyat. Kedaulatan rakyat berarti bahwa warga negara memiliki hak
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik melalui pemilihan umum,
pemilihan wakil, atau referendum.
b. Pemerintahan yang Terbatas: Prinsip ini menetapkan batasan-batasan kekuasaan
pemerintah. Pemerintahan yang terbatas bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan dengan mengatur pembagian kekuasaan antara lembaga-lembaga
pemerintah, menjamin perlindungan hak-hak individu, dan menghormati aturan
hukum.
c. Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi: Prinsip ini menjamin hak setiap individu
untuk menyatakan pendapat, berpendapat, dan berbicara secara bebas tanpa takut akan
penindasan atau pembatasan oleh pemerintah. Kebebasan berpendapat dan berekspresi
penting untuk mendorong perdebatan, pertukaran ide, dan akuntabilitas pemerintah.
d. Perlindungan Hak Asasi Manusia: Prinsip ini menjamin pengakuan dan perlindungan
hak asasi manusia yang mendasar bagi semua warga negara. Hak asasi manusia
meliputi hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, seperti hak atas kebebasan
beragama, kesetaraan, privasi, dan pendidikan.
e. Pemerintahan Berdasarkan Hukum: Prinsip ini menekankan pentingnya menghormati
aturan hukum dan menjalankan keadilan. Pemerintahan berdasarkan hukum berarti
bahwa tidak ada individu atau kelompok yang berada di atas hukum dan semua warga
negara, termasuk pejabat pemerintah, harus tunduk pada aturan yang sama.
f. Akuntabilitas Pemerintah: Prinsip ini menuntut bahwa pemerintah harus bertanggung
jawab kepada rakyat. Akuntabilitas pemerintah mencakup transparansi,
pertanggungjawaban, dan keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan serta
pemantauan dan kontrol publik terhadap tindakan pemerintah.
g. Perlindungan Minoritas: Prinsip ini menekankan pentingnya melindungi hak-hak
minoritas dan memastikan partisipasi dan representasi mereka dalam proses politik.
Perlindungan minoritas memastikan bahwa semua kelompok, terlepas dari suku,
agama, ras, atau latar belakang lainnya, memiliki hak yang sama dan dihormati dalam
sistem demokratis.

Prinsip-prinsip ini tidak hanya menjadi pijakan dalam sistem pemerintahan demokratis,
tetapi juga menjadi panduan untuk membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan
berkeadilan.
PENUTUP

KESIMPULAN

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara baik secara langsung maupun melalui perwakilan-perwakilan rakyat.

Secara klasik, pembagian bentuk pemerintahan menurut Plato, dibedakan menjadi Monarki,
Tirani, Aristokrasi, Oligarki, Demokrasi dan Mobokrasi/Okhlokrasi. Bentuk pemerintahan
monarki, aristokrasi, dan demokrasi dikatakan sebagai bentuk pemerintahan yang baik,
sedangkan bentuk tirani, origarfi dan mobograsi adalah bentuk yang buruk dari pemerintahan.

Sistem politik dewasa ini dibedakan menjadi dua (Huntington, 2001), yaitu sistem politik
demokrasi dan nondemokrasi. Sistem politik demokrasi adalah sistem pemerintahan dalam
suatu negara yang menjalankan prinsip-prinsip demokrasi.

Perkembangan baru menunjukkan bahwa demokrasi tidak dipahami sebagai bentuk


pemerintahan dan sistem politik, tetapi demokrasi dipahami sebagai sikap hidup atau
pandangan hidup demokratis.

Anda mungkin juga menyukai