Anda di halaman 1dari 30

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PERKOTAAN


CIWIDEY

3.1 Gambaran Kebijakan Spasial Menurut RTRW Kabupaten Bandung


Tahun 2016-2036
Dalam kaitannya dengan pengelolaan sampah di Kawasan Perkotaan
Ciwidey, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung (selanjutnya di sebut
RTRW Kabupaten Bandung), menuangkan kebijakan di dalam rencana struktur
ruang yang mendukung pengembangan sistem persampahan di Kabupaten
Bandung. Adapun dalam RTRW Kabupaten Bandung dijelaskan struktur ruang
yang ada di Kabupaten Bandung memiliki kebijakan sebagai berikut:

a. Penetapan sistem pusat kegiatan


b. Peningkatan sistem jaringan prasarana utama, dan
c. Pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya

Adapun lebih jelasnya, kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana


lainnya, dilakukan melalui strategi:

a. Pengembangan sumber daya air


b. Pengembangan jaringan listrik dan energi
c. Pengembangan jaringan telekomunikasi
d. Pengembangan fasilitas pengelolaan sampah
e. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan bahan berbahaya dan
beracun
f. Pengembangan sistem drainase
g. Pengembangan sistem pelayanan air minum dan
h. Pengembangan sistem kebencanaan

Sesuai dengan yang tertuang dalam poin d, yaitu “pengembangan fasilitas


pengelolaan sampah”, maka secara lebih jelas untuk pengembangan fasilitas

67
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, disusunlah rencana struktur ruang
bagian persampahan sebagai berikut:

a. Peningkatan pelayanan persampahan dengan penanganan individual yang


ramah lingkungan melalui penanganan 3R dan bank sampah
b. Optimalisasi operasional dan teknologi pengolahan tempat pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah legok nangka dan tempat pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah babakan ciparay dengan sistem pengolahan
sistem sanitary landfill atau controlled landfill
c. Pengembangan bangunan daur ulang dengan penyediaan tempat
pengelolaan sampah terpadu 3R pada setiap kecamatan
d. Penyediaan tempat penampungan sementara dan komposter pada setiap
kecamatan
e. Pembangunan sarana titik pengelolaan sampah di Kecamatan Pasirjambu,
Kecamatan Baleendah, Kecamatan Kutawaringin, dan Kecamatan
Majalaya
f. Pembangunan stasiun peralihan antara di Kecamatan Majalaya,
Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Kutawaringin, dan Kecamatan
Cicalengka
g. Pemanfaatan sampah menjadi biogas, pembangkit listrik, bahan bakar, dan
pupuk

Dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bandung terdapat pula


rencana penetapan pusat kegiatan yang meliputi:

a. PKN, mencangkup seluruh wilayah Kabupaten Bandung yang merupakan


bagian dari PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya
b. PKL Soreang-Kutawaringin-katapang yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan kabupaten atau ibukota kabupaten, perdagangan dan jasa
regional, perumahan, pemukiman, industri, pariwisata dan pertanian.
c. PKLp Banjaran Majalaya, Baleendah, Cileunyi-Rancaekek dan Cicalengka
yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa, perumahan, pemikiman,
industri, pertanian, perkebunan dan konservasi.

68
d. PPK Ciwidey, Pasirjambu, Pangalengan, Cangkuang, Ciparay,
Dayeuhkolot, Bojongsoang, Margahayu, Margaasih, Cilengkrang dan
Cimenyan yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa, wisata alam,
industri, agroindustry, perumahan, pemukiman,pertanian, perkebunan, dan
kehutanan
e. PPL Rancabali, Cimaung, Arjasari, Pameungpeuk, Kertasari, Pacet, Ibun,
Solokanjeruk, Paseh, Nagreg, dan Cikancung yang berfungsi sebagai
perumahan, pemukiman, pertanian, perkebunan, transport alam,
agroindustry, kehutanan, dan konservasi

Cakupan pelayanan pusat kegiatan ditetapkan sesuai dengan pembagian


WP (Wilayah Pengembangan), meliputi:

a. WP Soreang-Kutawaringin-Katapang dengan pusat PKL Soreang-


Kutawaringin-Katapang terdiri dari:
1. PPK Ciwidey
2. PPK Pasirjambu
3. PPL Rancabali
b. WP Banjaran dengan pusat PKLp Banjaran terdiri dari:
1. PPK Cangkuang
2. PPK Pangalengan
3. PPL Pameungpeuk
4. PPL Arjasari
5. PPL Cimaung
c. WP Baleendah dengan pusat PKLp Baleendah yang terdiri dari PPK
Dayeuhkolot dan PPK Bojongsoang
d. WP Majalaya dengan pusat PKLp Majalaya terdiri dari
1. PPK Ciparay
2. PPL Solokanjeruk
3. PPL Pacet
4. PPL Kertasari
5. PPL Paseh

69
6. PPL Ibun
e. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat PKLp Cileunyi-Rancaekek
f. WP Cicalengka dengan pusat PKLp Cicalengka, PPL Nagreg, dan PPL
Cikancung
g. WP Margahayu-Margaasih dengan pusat PPK Margahayu dan Masrgaasih
h. WP Cilengkrang-Cimenyan dengan pusat PPK Cilengkrang dan Cimenyan

Untuk fungsi utama dari masing-masing WP ( Wilayah Pengembangan ) yaitu:

a. WP Soreang-Kutawaringin-Katapang berfungsi sebagai kawasan


pemerintahan, jasa dan perdagangan, perumahan, pemukiman, pertanian,
pariwisata, dan industri di Kecamatan Katapang
b. WP Banjaran berfungsi sebagai kawasan industri, jasa dan perdagangan,
perumahan, pemukiman, pertanian, dan pariwisata
c. WP Baleendah berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan,
pertanian, industri, perumahan, pemukiman, dan pendidikan
d. WP Majalaya berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan, pertanian,
industri, perumahan, dan pemukiman
e. WP CIleunyi-Rancaekek berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan,
pertanian, industri, perumahan, pemukiman, dan konservasi
f. WP Cicalengka berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan,
pertanian, industri, perumahan, dan pemukiman
g. WP Margahayu-Margaasih berungsi sebagai kawasan jasa dan
perdagangan, industri non-polutif, perumahan dan pemukiman
h. WP Cilengkrang-Cimenyan berfungsi sebagai kawasan jasa dan
perdagangan, pertanian, perumahan, pemukiman, pariwisata, dan
konservasi.

70
71
72
3.2 Gambaran Pengelolaan Sampah Eksisting di Kawasan Perkotaan
Ciwidey

3.2.1 Aspek Teknis Operasional


Aspek teknis operasional pengelolaan sampah merupakan sistem
manajemen yang mengintergrasikan berbagai sub-sistem yang terdapat dalam
pengelolaan sampah yang ada di Kawasan Perkotaan Ciwidey. Kawasan
Perkotaan Ciwidey termasuk kedalam zona pelayanan Wilayah Pengembangan
(WP) Soreang. Pengelolaan sampah terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu
pengurangan dan penanganan sampah.

1. Pengurangan Sampah

Upaya yang dilakukan masyarakat dan pemerintah Kabupaten Bandung


saat ini dirasa masih kurang, dilihat berdasarkan ketersediaan sarana dan
prasarana persampahan yang tidak ada atau sangat minim. Upaya atau kegiatan
pengurangan sampah yang sedang berjalan di Kawasan Perkotaan Ciwidey, yaitu
recycle dalam bentuk pengadaan Bank Sampah dan unit komposting oleh
beberapa orang yang bekerja pada bidang perkebunan yang di dirikan oleh Ibu Sri
Siti di Desa Panundaan.

Saat ini di Kawasan Perkotaan Ciwidey terdapat satu Bank Sampah yang
sudah beroperasi yaitu Bank Sampah Kampung Waluri di Desa Lebakmuncang
yang sudah beroperasi selama 1 bulan. Bank Sampah ini merupakan Bank
Sampah yang di kelola oleh inisiator yaitu Bapak Dedi Rahman dengan lembaga
masyarakat dengan melakukan musyawarah terakit dengan pengelolaan sampah.
Bank Sampah ini merupakan inisiatif dari salah satu masyarakat yaitu Bapak Dedi
Rahman lalu melakukan investasi dengan biaya pribadi untuk membangun Bank
Sampah tersebut. Untuk saat ini pengelolaan sampah yang dilakukan hanya
mencakup sampah non-organik. Sampah yang terkumpul setiap harinya sekitar 5
kg/org/hari.

73
Gambar 3.3 Sekretariat Bank Sampah Kampung Waluri
Sumber: Hasil Observasi 2017

1
2
pemilahan 3 4 5
penyetoran ke pengangkutan
sampah penimbangan pencatatan
bank sampah
rumah tangga

Gambar 3.4 Mekanisme Bank Sampah Kampung Waluri


Sumber: Hasil Observasi 2017

Sistem pengelolaan sampah saat ini di Bank Sampah Kampung Waluri


meliputi pemilahan dan pengumpulan langkah-langkah yang dilakukan antara
lain:

1) Pertama, sampah yang diberikan oleh masyarakat dipilah berdasarkan


jenisnya yaitu: botol plastik, gelas plastik, dus karton, botol kaca, plastik,
tutup botol plastik, dus besar, kaleng, dan barang bekas tidak terpakai.
2) Kedua, sampah yang sudah dipilah kemudian di setorkan kepada bank
sampah.
3) Ketiga, sampah yang dipisahkan jenisnya dilakukan penimbangan oleh
petugas. Penimbangan ini juga merupakan penentuan harga yang akan
dituliskan dalam buku tabungan nasabah
4) Keempat, jenis sampah dilakukan pencatatan dalam buku setoran bank
sampah, sedangkan harga sampah dilakukan pencatatan pada buku
tabungan nasabah

74
5) Kelima, sampah yang telah dipisahkan berdasarkan jenisnya oleh petugas
bank sampah akan dilakukan pengangkutan untuk selanjutnya dijual
kepada pengepul baik di dalam Kawasan Perkotaan Ciwidey dan
Kecamatan Soreang.

Syarat-syarat menjadi nasabah Bank Sampah Kampung Waluri, yaitu:

1) Nasabah merupakan warga dari desa tersebut yaitu Desa Lebakmuncang


(dikarenakan masih terbatasnya sumber daya manusia untuk mencakup
nasabah dari desa lain)
2) Nasabah mendaftar di sekretariat Bank Sampah dengan membayar
Rp.2.000 mendapatkan buku tabungan
3) Nasabah melakukan transaksi dengan membawa sampah yang sudah
dipilah, di ukur untuk penentuan harga. Harga sampah dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu:

Tabel III.1 Harga Sampah Berdasarkan Jenisnya di Bank Sampah Kampung


Waluri

N Foto Jenis Harga (kg) Keterangan


o
1

Botol plastik 1 liter/botol


Botol plastik 1.500
plastik 500 ml

Gelas
plastik/sedotan 1.000 Gelas plastik minuman
plastik

Plastik putih bening/keresek


Plastik 500
hitam berbagai ukuran

75
N
Foto Jenis Harga (kg) Keterangan
o
4

Dus karton
1.500 Dus karton kecil makanan
(kecil)

Dus Besar 3.000 Dus besar warna cokelat

Tutup botol
800 Tutup botol plastik berwarna
plastik

Botol kaca berbagai jenis


Botol kaca 2.500
ukuran

Kaleng minuman/kaleng
Kaleng 1.300
makanan

76
N
Foto Jenis Harga (kg) Keterangan
o
9

Barang Bekas 4.000 Sepatu/baju/alat rumah tangga

Sumber : Hasil Observasi 2017

4) Sampah yang sudah di ukur dan diberi harga ditulis pada buku tabungan
nasabah. Saat ini sudah terdapat 65 Nasabah pada Bank Sampah Kampung
Waluri
5) Pengambilan uang tunai dari tabungan untuk saat ini dapat di ambil jika
jangka waktu menabung sudah 1 tahun

2. Penanganan Sampah

Untuk penanganan sampah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Ciwidey


yang saat ini diterapkan yaitu pola operasional penanganan sampah individual
(langsung oleh masyarakat). Untuk penanganan sampah dibagi menjadi 2 (dua)
golongan yaitu :

1) Sampah Pemukiman
Penanganan sampah pemukiman saat ini di Kawasan Perkotaan
Ciwidey ditangani oleh masyarakat secara langsung sebesar 52% sampah
pemukiman. Tidak adanya rute pengangkutan sampah pemukiman yang
dilakukan oleh UPTD Sampah Soreang Kabupaten Bandung, dikarenakan
masyarakat yang tidak ingin membayar retribusi sampah, jauhnya jarak
rute pengangkutan dari sumber menuju TPA, dan tidak adanya sarana dan
prasarana persampahan di Kawasan Perkotaan Ciwidey. Hal ini membuat
masyarakat harus melakukan penanganan dan pengelolaan sampah secara
individu.
Penanganan yang dilakukan oleh masyarakat adalah
mengumpulkan sampah dengan menggunakan wadah yang selanjutnya

77
dilakukan pembakaran sampah. Pada umumnya hampir setiap rumah
memiliki tungku pembakaran khusus untuk sampah di halaman rumahnya.
Pemilahan dilakukan untuk memisahkan antara sampah yang dapat
dibakar, yang dapat dijual, dan tidak dapat dibakar (sampah organik) maka
akan dibuang ke sungai Ciwidey ataupun di kubur.
Sampah yang dapat dijual biasanya sudah dipisahkan oleh
masyarakat itu sendiri lalu sampah tersebut di jual kepada pengepul
sampah. Penjualan sampah non-organik kepada pengepul sampah ini
dilakukan 2 minggu sekali.

Gambar 3.5 Skema Penanganan Sampah Pemukiman di Kawasan


Perkotaan Ciwidey
Sumber : Hasil Observasi 2017

2) Sampah Non-pemukiman
Untuk sampah non-pemukiman berasal dari pasar, terminal, hotel-
hotel, tempat wisata, jalan raya, perkebunan, kios perdagangan dan jasa
sebesar 48% sampah non-pemukiman. Jenis sampah ini dapat berupa
sampah organik dan non-organik maupun residu sampah. Penanganan
sampah non-pemukiman ini dilakukan pengangkutan oleh UPT Sampah
Soreang Kabupaten Bandung, dengan rute Jl. Raya Ciwidey dan Pasar

78
Terminal Ciwidey. Sampah yang diangkut menggunakan moda dump
truck yang mengangkut sampah dari TPS di pasar Ciwidey, tempat wisata
yaitu taman kelinci, hotel-hotel, dan kios perdagangan dan jasa yang
berada di Alun-alun Ciwidey. Sampah perkebunan memiliki penanganan
dan pengelolaan sampah itu sendiri yang dilakukan oleh pihak terkait.
Sehingga tidak dilakukan pengangkutan oleh UPTD Sampah Soreang
maupun masyarakat.
Sedangkan untuk sampah non-pemukiman lainnya tidak ada
pengelolaan langsung baik oleh masyarakat maupun pihak-pihak terkait.
Pengelolaan sampah langsung dilakukan oleh UPTD Sampah Soreang
Kabupaten Bandung.

Gambar 3.6 Skema Penanganan Sampah Non-pemukiman di Kawasan


Perkotaan Ciwidey
Sumber : Hasil Observasi 2017

 Timbulan Sampah
Dilihat berdasarkan arahan tata ruang, Ciwidey termasuk kedalam PPK
Ciwidey, maka timbulan sampah yang di hasilkan di Kawasan Perkotaan Ciwidey
bersumber dari kawasan perdagangan dan jasa, pemukiman, agroindustri, wisata
alam. Berikut merupakan jumlah timbulan sampah pada UPTD Soreang:

79
Tabel III.2 Jumlah Timbulan Sampah UPTD Soreang Tahun 2017

Volume Jumlah Penduduk


Jumlah
Jumlah sampah Terlayani Jumlah sampah
sampah
No Kecamatan Penduduk yang tidak terangkut
terangkut
(jiwa) dihasilkan KK Jiwa (kg)
UPT (kg)
(kg)
1 Soreang 124.042 49.616 18.457 73.828 29.531 20.085
2 Katapang 128.936 51.574 15.943 63.772 25.508 26.066
3 Kutawaringin 102.53 41.012 11.7735 46.940 18.776 22.236
4 Margaasih 153.88 61.533 14.365 57.46 22.984 38.549
5 Margahayu 141.658 56.663 25.509 102.036 40.814 15.849
6 Ciwidey 79.567 31.826 9.460 37.840 15.136 16.690
7 Pasirjambu 92.883 37.153 - - - 37.153
8 Rancabali 57.384 22.953 - - - 22.953
Jumlah 880.88 352.33 95.469 381.876 152.749 199.581
Sumber: UPT Penanganan Sampah Wilayah Soreang Tahun 2017

Berdasarkan Tabel III.1 dapat diketahui bahwa jumlah timbulan sampah di


WP Soreang sebesar 352.33 kg/hari. Untuk jumlah penduduk yang terlayani
pangangkutan sampah oleh UPTD pengangkutan sampah Soreang yaitu
Kecamatan Soreang, Katapang, Kutawaringin, Margaasih, Margahayu, dan
Ciwidey. Sedangkan untuk Kecamatan Pasirjambu dan Rancabali tidak dilakukan
pengangkutan sampah dikarenakan sebagian besar sampah dikelola oleh
masyarakat pengelola sampah mandiri. Untuk Kecamatan Ciwidey jumlah sampah
yang diangkut oleh UPT adalah sebesar 15.136 kg, dan untuk jumlah sampah
yang tidak terangkut sebesar 16.690 kg. Sampah yang terangkut oleh UPT adalah
sampah/residu dari hotel, pertokoan, sarana umum, pasar, terminal, dan jalan.
Sedangkan untuk sampah yang tidak terangkut sebagian besar adalah jenis
sampah rumah tangga, yang dikelola sendiri oleh masyarakat.

80
10%
19%

Soreang
Katapang
27% Kutawaringin
17% Margaasih
Margahayu
Ciwidey

15% 12%

Gambar 3.7 Presentase Pelayanan Sampah Oleh UPTD Soreang


Sumber: UPT Penanganan Sampah Wilayah Soreang Tahun 2017

Untuk presentase pelayanan sampah tertinggi di UPTD Soreang yaitu


Kecamatan Margahyu, Soreang, Katapang, Margaasih, Kutawaringin, dan
Ciwidey. Sedangkan untuk Kecamatan Pasirjambu dan Rancabali tidak
tersedianya pengangkutan sampah. Presentase pelayanan sampah ini berdasarkan
pelayanan sampah yang dilakukan pengangkutan. Untuk Kecamatan Ciwidey
pelayanan yang dilakukan oleh UPTD Soreang adalah pengangkutan sampah dari
TPS Ciwidey, dan kawasan sekitar pasar yaitu terminal, pertokoan dan
perdagangan.

 Tahapan Penanganan Sampah


1) Pewadahan Sampah
Saat ini pewadahan sampah menjadi salah satu masalah dalam penanganan
sampah karena masih banyak masyarakat yang tidak memiliki wadah sampah
tetap ataupun layak.

81
Tabel III.3 Jenis Pewadahan Sampah di Kawasan Perkotaan Ciwidey
No Sumber Gambar Keterangan

 Kantong plastik/karung
dengan volume 5-30 liter
 Untuk wadah sampah
Pemukiman/
pemukiman, dan
1 non-
pertokoan
pemukiman
 Tidak terdapat
pemilahan sampah dari
sumbernya

 Wadah non-permanen
untuk volume 5-8 liter
sampah
2 Pemukiman  Wadah sampah untuk
sampah rumah tangga
(pemukiman)

 Wadah non permanen


untuk volume 10-50 liter
sampah
 Untuk sarana umum
seperti kantor desa,
3 Sarana Umum
masjid, balai pertemuan
 Terdapat warna dan
keterangan pemilahan
sampah berdasarkan
jenisnya

 Wadah berupa tong


untuk volume sampah 5-
80 liter sampah
 Sampah dibakar
Pemukiman /
langsung pada wadah
4 non-
tong tersebut
pemukiman
 Sumber sampah dapat
dari satu rumah tangga
maupun beberapa rumah
tangga (kolektif)

82
No Sumber Gambar Keterangan
 Keranjang bambu
dengan volume 40-60
liter
 Untuk wadah sampah
pasar, terminal,
perdagangan, dan sarana
5 Pasar (TPS)
umum, pariwisata (non-
pemukiman)
 Terdapat pemilahan
sampah di TPS
 Gerobak sampah untuk 1
m3
Sumber: Hasil Observasi 2017

Berdasarkan hasil observasi, sebagian masyarakat menggunakan kantok


plastik hitam dan karung sebagai wadah sampah, bahkan terdapat sampah yang di
biarkan didepan rumah tanpa di wadahi. Selain itu terdapat wadah sampah yang
terbuat dari kantong bambu, wadah ini digunakan untuk mengangkut sampah
pasar dan terminal yang selanjutnya dikumpulkan di TPS Ciwidey. Untuk sampah
non-pemukiman, wadah sampah yang di gunakan adalah kantong plastik hitam
ukuran besar, dan wadah yang terbuat dari beton/semen.
2) Pengumpulan Sampah
Pola pengumpulan sampah di Kawasan Perkotaan Ciwidey yaitu:
 Pengumpulan Individual Langsung, dioperasikan untuk kawasan
pertokoan, pasar dan terminal serta TPS Ciwidey yang berada di jalan
utama. Mengumpulkan sampah secara langsung door to door ke
sumber sampah yang tersimpan dalam wadah individual. Sampah
dikumpulkan dengan menggunakan truk sampah oleh UPTD Soreang.
 Pengumpulan Komunal Tidak Langsung, dioperasikan untuk kawasan
pemukiman. Mengumpulkan sampah langsung dari sumbernya
menggunakan wadah dari tiap-tiap rumah tangga, sampah
dikumpulkan pada titik sampah yaitu pada lahan kosong (yang sudah
tersedia). Sampah yang sudah dikumpulkan dari tiap-tiap rumah
tangga selanjutnya dikelola oleh RW atau petugas desa setempat.

83
3) Pengangkutan Sampah
Saat ini sistem pengangkutan sampah pada umumnya di Kabupaten Bandung
lebih banyak dilakukan dengan pola pengangkutan langsung dari titik sumber
sampah. Pola ini menyebabkan terjadi efisiensi waktu yang cukup banyak
sehingga ritasi waktu pengangkutan hanya tercapai rata-rata maksimum 1,27
rit perhati dari standar kriteria 3-4 rit per hari.
Untuk waktu pengangkutan sampah di Kawasan Perkotaan Ciwidey ini
langsung dari titik sumber sampah yaitu TPS Ciwidey di Pasar Ciwidey dan
alun-alun Ciwidey sepanjang jalan raya Ciwidey dengan menggunakan Dump
Truck. Waktu jarak tempuh truk sampah dari UPTD Soreang menuju TPS
Ciwidey adalah 30-40 menit. Sedangkan untuk pengangkutan sampah terjadi
pada pagi hari dalam kurun waktu 2 kali pengangkutan dalam 1 minggu.
Tabel III.4 Kondisi Sarana Pengangkutan Sampah Eksisting UPT Penanganan
Sampah Soreang

No Jenis Kendaraan Kapasitas m3 Kondisi Saat ini


1 Arm Roll 6 Rusak berat
2 Dump Truck 6 Baik
3 Dump Truck 6 Baik
4 Dump Truck 6 Rusak
5 Arm Roll 6 Rusak
6 Arm Roll 6 Rusak berat
7 Arm Roll 6 Baik
8 Dump Truck 6 Baik
9 Dump Truck 6 Baik
10 Arm Roll 6 Rusak
11 Dump Truck 6 Rusak
12 Arm Roll 6 Baik
13 Dump Truck 6 Baik
14 Dump Truck 6 Baik
15 Dump Truck 6 Baik
16 Dump Truck 6 Baik
17 Arm Roll 6 Baik
18 Dump Truck 6 Baik
19 Arm Roll 6 Baik
20 Arm Roll 6 Baik
21 Arm Roll 6 Baik
22 Dump Truck 6 Baik
23 Dump Truck 6 Baik
24 Dump Truck 6 Baik
25 Dump Truck 6 Baik
Sumber: Rencana Induk Persampahan Kabupaten Bandung 2016

84
4) Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah di Kawasan Perkotaan Ciwidey dilakukan oleh beberapa
pihak, yaitu:
a) UPT Penanganan Sampah Soreang
Untuk pengolahan sampah yang dilakukan oleh UPT penanganan
sampah Soreang meliputi residu sampah yang berasal dari kawasan
non pemukiman seperti kawasan pariwisata, kawasan perdagangan
dan jasa, kawasan komersil, kawasan pendidikan, kawasan
perkantoran, dan kawasan perkebunan. Dilakukan pengangkutan di
TPS Ciwidey yang selanjutnya diangkut menuju UPT penanganan
sampah soreang hingga ke TPA Sari Mukti.

Gambar 3.8 Visualisasi TPS Ciwidey (kiri), dan TPS Liar (kanan)
Sumber: Hasil Observasi 2017

b) Masyarakat.
Untuk pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat sebagian
besar merupakan sampah pemukiman tidak teratur. Masyarakat
mengelola sampah langsung dari sumbernya dikarenakan tidak adanya
pengangkutan untuk pemukiman. Masyarakat mengolah sampah
dengan beberapa cara yaitu:
 Sampah organik ditimbun pada lahan kosong atau pada kebun
 Sampah organik dikubur pada lahan kosong

85
 Sampah non-organik dibakar pada lahan kosong atau halaman
belakang rumah
 Sampah non-organik dikelola dengan cara dipilah dan dijual
 Sampah organik dan non-organik di buang ke sungai

Gambar 3.9 Visualisasi Tempat Pembakaran Sampah


Sumber: Hasil Observasi 2017

86
87
3.2.2 Aspek Peran Serta Masyarakat
Dalam pengelolaan sampah saat ini di Kawasan Perkotaan Ciwidey, peran
serta masyarakat merupakan faktor utama keberhasilan pengelolaan sampah
berbasis masyarakat karena masyarakat sebagai produsen dan konsumen. Serta
masyarakat dapat menyadari bahwa suatu permasalahan sampah merupakan
tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Pengelolaan sampah berbasis
masyakat ini bertujuan untuk kemandirian masyarakat dalam mengelola sampah
serta dapat mempertahankan kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan.

Berdasarkan hasil observasi, kemandirian masyarakat dalam pengelolaan


sampah sudah terlaksana dengan baik hingga saat ini pengelolaan sampah dari
sumber sampah tetap dilakukan oleh masyakarat. Akan tetapi pengelolaan sampah
tidak ramah lingkungan, yang berarti pengelolaan sampah masih memberikan
dampak lainnya seperti polusi udara (bau), polusi tanah, serta polusi air. Hal ini
dikarenakan pengelolaan sampah dikelola dengan cara dibakar, dibuang ke sungai,
ditimbun, dan dikubur.

Terdapat suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dan perangkat


desa sebagai program dalam pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah
pengelolaan sampah. Dimana pengelolaan sampah tersebut melakukan upaya
yaitu dalam membentuk Bank Sampah, sosialisasi terkait dengan sampah,
pengelolaan sampah, dan dampak sampah. Upaya ini didukung oleh masyarakat
dan masyarakat pun ikut serta dalam program ini, yang sudah terealisasi di 2 (dua)
desa yaitu Desa Lebakmuncang dan Desa Ciwidey. Program ini sudah beroperasi
selama 1 bulan, dan desa lainnya yang akan mengambangkan program ini adalah
Desa Panundaan.

88
Tabel III.5 Jenis-Jenis Upaya Pengelolaan Sampah Oleh Masyarakat
Pihak Penyelenggara
Upaya UPT/
Rumah Swasta/ Lokasi Kegiatan Keterangan
Pengelolaan Desa/
Tangga investor
Kec
pada umumnya pengumpulan sampah
Pengumpulan
dilakukan oleh beberapa rumah tangga yang
Sampah dari  Semua Desa
bekerja sama untuk mengelola sampah baik
sumber
itu dibakar, dibuang, maupun dikubur
beberapa masyarakat sudah melakukan
Pemilahan Desa Ciwidey,
 pemilahan sampah langsung dari sumbernya
Sampah Lebak Muncang
untuk diberikan pada bank sampah
Bank sampah ini sudah terealisasi dalam
Desa Ciwidey,
Pendirian kurun waktu ± 2 bulan yang didirikan oleh
  Lebakmuncang,
Bank Sampah investor (masyarakat) yang bekerja sama
Panundaan
dengan desa
Desa
Pendirian pengomposan sampah organik hanya
Lebakmuncang,
Unit  dilakukan oleh beberapa orang yang bekerja
Panundaan,
Komposting pada dibidang perkebunan dan pertanian
Panyocokan
umumnya sampah yang dilakukan
Pengangkuta pengangkutan ke TPS adalah sampah pasar
n sampah ke  Desa Ciwidey Ciwidey yang dikumpulkan langsung oleh
TPS para pedagang pasar dan dilakukan
pengangkutan ke TPS
Sumber: Hasil Observasi 2017

Keingingan masyarakat dalam ikut serta secara langsung dalam


pengelolaan sampah sudah dibuktikan dengan adanya usaha pemilahan sampah
secara langsung. Usaha lainnya adalah masyarakat membentuk suatu lembaga
untuk pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan sampah seperti terbentuknya
Bank Sampah Kampung Waluri dan Bank Sampah Ciwidey. Meskipun kedua
Bank Sampah ini beru beroperasi selama 1 bulan akan tetapi antusias masyarakat
akan Bank Sampah sangat tinggi. Masyarakat merasa terbentuknya Bank Sampah
ini menguntungkan mereka agar dapat mengelola sampah dengan baik tanpa harus
merusak lingkungan serta mendapatkan uang secara tidak langsung.

Akan tetapi pemahaman masyarakat mengenai sampah dan


pengelolaannya masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan program dari
Bank Sampah yang hanya bisa mengumpulkan sampah belum bisa mengelola
sampah lebih lanjut, maupun mengelola sampah manjadi suatu produk yang
bernilai. Masih rendahnya pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah

89
ditunjukan dengan cara pengelolaan sampah yang tidak sesuai, serta dampak yang
akan ditimbulkan dari cara tersebut. Serta tidak adanya pendekatan dan pelatihan
dari Pemerintah Kabupaten Bandung menyebabkan masyarakat masih melakukan
pengelolaan sampah dengan cara dibakar, dibuang, ditimbun, dan dikubur.

3.2.3 Aspek Kelembagaan


Kelembagaan persampahan di Kawasan Perkotaan Ciwidey dipegang oleh
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung sebagai lembaga regulator dan
operator. Bidang terkait sebagai regulator dan UPTD sebagai operator
pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung. Penerapan strategi dalam
pengembangan kelembagaan baik regulator dan operator dilihat berdasarkan
potensi dan permasalahan serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Strategi yang di terapkan meliputi:

a) Pemisahan fungsi antara dinas sebagai regulator dan UPTD sebagai


operator
b) Pembentukan dan penguatan kelembagaan pada masing-masing sistem
kegiatan pengelolaan sampah berupa unit pelaksana teknis dinas (UPTD)
pengelolaan sampah, UPTD tersebut salah satunya dibentuk sebagai
pengelola pelayanan pada wilayah pelayanan yang telah ditetapkan
c) Penguatan koordinasi dinas, UPTD, kecamatan, kelurahan, dan
kelembagaan masyarakat
d) Pembentukan kelembagaan masyarakat sebagai operator pengelolaan
sampah pada tingkat wilayah yang lebih kecil (RT/RW/kelurahan)
e) Penguatan UPTD menjadi UPTD dengan manajemen pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD) pada jangka
menengah.

Arahan pembentukan unit pelaksana teknis dinas di Kabupaten Bandung


khususnya sebagai operator pengelolaan sampah dibagi menjadi 4 (empat) UPTD,
yaitu UPTD wilayah pelayanan Soreang, UPTD wilayah pelayanan Baleendah,
UPTD wilayah pelayanan Rancaekek dan UPTD wilayah pelayanan Ciparay
sebagai lembaga yang mengelola pelayanan pengumpulan dan pengangkutan

90
sampah. Sedangkan untuk pengolahan sampah dan pemrosesan akhir sampah di
TPS 3R, TPST hingga TPA dapat dilakukan melalui UPTD pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah. Selain itu, terkait dengan pengelolaan sampah maka
terdapat UPTD yang dibentuk untuk melaksanakan operasional penanganan
sampah yang terdiri dari:

1) UPTD Perbengkelan dan Pemeliharaan


2) UPTD Pemanfaatan dan Pengelolaan Sampah
3) UPTD Pengangkutan Sampah

Kepala
DLH

Sekretariat

Bidang Tata SDA dan Bidang Pengawasan Bidang Pengelolaan


Lingkungan Peningkatan dan Pengendalian Sampah

Seksi Pemantauan Seksi Perencanaan


Seksi Kajian Seksi Konservasi
Kualitas Lingkungan Pengelolaan Sampah
AMDAL SDA

Seksi Manajemen Seksi Pengendalian Seksi Pengendalian Seksi Pengembangan


Lingkungan Kerusakan Pencemaran Sarana dan Prasarana
Lingkungan Lingkungan

Seksi Inventariasi Seksi Pembinaan dan


Seksi Peningkatan Sekse Penataan Pengawasan
Data Lingkungan
Kapasitas Hukum Lingkungan

UPTD Perbengkelan UPTD Pemanfaatan dan


Pengelolaan Sampah
dan Pemeliharaan

UPTD Pengangkutan UPTD Lingkungan


Sampah Wilayah I

UPTD UPTD
Lingkungan Lingkungan
Wilayah II Wilayah III

Gambar 3.11 Visualisasi Kelembagaan Persampahan di Kabupaten Bandung


Sumber: RIP Persampahan Kabupaten Bandung Tahun 2017-2037

91
3.2.4 Aspek Pembiayaan dan Retribusi
Pembiayaan persampahan di Kabupaten Bandung didanai dari APBN,
APBD, swasta dan sumber dana lainnya untuk sistem pengelolaan persampahan di
Kabupaten Bandung. Pembiayaan yang di danai dari APBD Kabupaten Bandung
yaitu berdasarkan sumber dana alokasi umum untuk program kinerja pengelolaan
persampahan dan juga untuk peningkatan operasi dan pemeliharaan sarana dan
prasarana persampahan.

Tabel III.6 Anggaran Pembiayaan Persampahan UPT Penanganan Sampah


Soreang
Rincian Perhitungan
No Uraian Harga Jumlah
Volume Satuan
Satuan
1 Belanja Langsung        
  Uang Lembur PNS Bidang Kebersihan UPT Soreang       42.350.000
  - Golongan III 40 JOK 20.000 800.0000
  - Golongan II 150 JOK 17.000 2.550.000
  - Golongan I 3.000 JOK 13.000 39.000.000
2 Belanja Alat Tulis Kantor       4.929.000
  - Folder File Plap 80 buah 15.000 1.200.000
  - Kertas HVS F4 32 rim 39.000 1.216.000
  - Kertas HVS A4 2 rim 36.000 72.000
  - Tinta Printer 12 botol 60.000 720.000
  - Map Kertas Biasa 200 buah 730 146.000
  - Map Kertas Snelhekter 15 pak 25.000 375.000
  - Catridge 6 buah 200.000 1.200.000
3 Belanja Peralatan Kebersihan dan Bahan Pembersih       103.010.000
  - Terpal Plastik 42 buah 340.000 14.280.000
  - Rambang 42 buah 670.000 28.140.000
  - Gacok 212 buah 75.000 15.900.000
  - Carangka 736 buah 30.000 22.080.000
  - Sepatu Boot 100 set 75.000 7.500.000
  - Masker 200 set 15.000 3.000.000
  - Sarung Tangan 200 set 32.500 6.500.000
  - Sapu Lidi Bergagang 150 buah 20.000 3.000.000
  - Pengki 15 buah 17.000 255.000
  - Cangkul 15 buah 80.000 1.200.000
  - Sekop 15 buah 44.000 660.000

92
Rincian Pembiayaan
No Uraian Harga Jumlah
Volume Satuan Satuan
  - Lap Pel 10 buah 15.000 150.000
  - Ember 10 buah 13.500 135.000
  - Sapu Ijuk 10 buah 21.000 210.000
3 Belanja BBM/Gas       2.392.610.000
  - BBM/Gas Operasional Truck dan Pick Up 414.600 liter 5.150 2.135.190.000
  - BBM Pick Up dan Motor Roda 2 Diesel 2.400 liter 5.150 12.360.000
  - BBM Pick Up dan Motor Roda 2 Bensin 2.400 liter 6.900 16.560.000
  - BBM Pick Up dan Motor Roda 3 15.000 liter 6.900 103.500.000
  - Pelumas 1 paket 125.000.000 125.000.000
4 Belanja Jasa Lainnya       1.458.000.000
  - Honor Pegawai Harian Lepas/PHL 24.300 HOK 60.000 1.458.000.000
5 Belanja Jasa Service 1 paket 60.000.000 60.000.000
6 Belanja Pengadaan       7.350.000
  - Fotocopy 42.000 lembar 175 7.350.000
7 Belanja Makanan dan Minuman       167.850.000
  - Makanan/Minuman Pengangkut Sampah 38.400 dus 4.000 153.600.000
  - Makanan/Minuman Pengangkut Rapat 250 box 15.000 3.750.000
  - Makanan/Minuman Kegiatan 300 box 35.000 10.500.000
8 Belanja Perjalanan Dinas       10.750.000
  - Gol III 20 HOK 200.000 4.000.000
  - Gol II 30 HOK 175.000 5.250.000
  - Gol I 10 HOK 150.000 1.500.000
9 Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin       353.000.000
  - Pemeliharaan dan Perbaikan Operasional 1 Ls 285.000.000 285.000.000
  - Pemeliharaan dan Perbaikan Kendaraan (container) 1 Ls 68.000.000 68.000.000
Jumlah 4.599.839.000
Sumber:DPA SKPD Kabupaten Bandung Tahun 2017

Retribusi persampahan adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang


merupakan wujud partisipasi masyarakat daerah dalam ikut serta membangun
daerah. Penarikan retribusi dilakukan berdasarkan sistem penagihan setelah
pelayanan diberikan secara teratur, dan struktur tarif harus disosialisasikan kepada
masyarakat. Untuk hasil pungutan retribusi sampah akan masuk kedalam kas
daerah digabungkan dengan pajak-pajak dan sumber penerimaan lainnya. Dengan
demikian sistem pendanaan untuk kegiatan pengelolaan sampah hanya akan
menrima aliran dana dari APBD Kabupaten Bandung. Potensi pendapatan
retribusi diasumsikan berdasarkan SK retribusi persampahan yang dikeluarkan

93
oleh Pemerintah Kabupaten Bandung sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Bandung termasuk besaran setiap kategori.
Tabel III.7 Struktur dan BesarnyaTarif Retribusi Pelayanan Sampah di Kabupaten
Bandung
No Pola Pelayanan Kelas Obyek Tarif
Tarif Rumah Tinggal    
1. kelas utama Rp. 8.000/bln/KK
I.a untuk pengangkutan dan pengelolaan sampah dari 2. kelas I Rp. 6.000/bln/KK
TPS ke TPA dilingkungan rumah tinggal 3. kelas II Rp. 5.000/bln/KK
4. kelas III Rp. 4.000/bln/KK
I
1. kelas utama Rp. 9.500/bln/KK
I.b untuk pengambilan, pengangkutan dan
2. kelas I Rp. 7.500/bln/KK
pembuangan sampah dari rumah tinggal dengan pola
individual langsung dari sumber ke TPA 3. kelas II Rp. 6.500/bln/KK
4. kelas III Rp. 5.500/bln/KK
     
Tarif Bukan Rumah Tinggal    
II.a untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan Rp. 30.000/m3
sampah dari toko di jalur protokol  
II.b untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan Rp. 30.000/m3
sampah dari perusahaan industri  
1. hotel bintang Rp. 35.000/m3
II.c untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan
sampah dari hotel/penginapan 2. hotel melati Rp. 30.000/m3
3. hotel losmen Rp. 27.500/m3
II.d untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan Rp. 35.000/m3
II sampah dari restoran dan rumah makan  
II.e untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan Rp. 27.500/m3
sampah rumah sakit dan puskesmas  
II.f untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan
sampah bioskop/tempat hiburan dan keramaian   Rp. 35.000/m3
umum
II.g untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan   Rp. 35.000/m3
sampah perusahaan jasa dan perkantoran
II.h untuk pelayanan pengangkutan dan pengelolaan Rp. 35.000/m3
sampah perusahaan angkutan / gudang  
     
Tarif Retribusi Sampah Pasar    
1. pedagang glosir Rp. 3.000/hari
III III.a besarnya tarif retribusi pengangkutan sampah
2. pedagang toko Rp. 2.500/hari
khusus di lokasi pasar dan kaki lima serta pedagang
musiman 3. pedagang kios Rp. 2.000/hari
4. pedagang lapangan Rp. 1.500/hari
Sumber: DISPERTASIH Kabupaten Bandung 2012

94
3.2.5 Aspek Pengaturan/regulasi
Pengaturan/Regulasi mengenai persampahan di Kabupaten Bandung telah
didukung dengan adanya Perda No.15 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah.
Dalam Perda ini dijelaskan bahwa Pengaturan/Regulasi merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan pengelolaan sampah diwilayah Kabupaten Bandung yang
lebih efektif, efisien, komperhensif dan implementatif dikarenakan pengelolaan
sampah Kabupaten Bandung memiliki prinsip berwawasan lingkungan.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung dilaksanakan berdasarkan
implementasi pembiayaan berdasarkan pajak daerah dan retribusi daerah.

Selain itu dijelaskan bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan


pelayanan pengelolaan sampah sesuai dengan peraturan dan mekanisme yang
berlaku, ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah, memperoleh informasi
serta pembinaan dalam melaksanakan pengelolaan sampah yang baik dan benar,
serta mendapatkan kompensasi sebagai akibat dari dampak negatif yang
diakibatkan penimbunan sampah di TPA. Kompensasi tersebut ditentukan
berdasarkan hasil musyawarah dan dinilai kelayakannya oleh lembaga berwenang.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung meliputi pengurangan sampah


dan penanganan sampah. Untuk pengurangan sampah berdasarkan perda
dijelaskan bahwa terdapat 3 (tiga) kegiatan 3 R ( Recude, Reuse, dan Recycle)
meliputi: pembatasan timbulan sampah, pendaur ulangan sampah, dan
pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan untuk penanganan sampah berdasarkan
perda dijelaskan bahwa kegiatan pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah yang selanjutnya
dilakukan pengumpulan dalam bentuk pengambilan sampah ke TPS, dilakukan
pengangkutan sampah dari sumber yaitu TPS, sampah diolah dalam bentuk
mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, lalu sampah dilakukan
pemrosesan akhir dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media secara aman.

Untuk sistem pelayanan pengangkutan sampah dilaksanakan dalam 3 pola


pengumpulan yaitu:

95
a) Pola individual langsung (door to door)
b) Pola operasional individual tidak langsung
c) Pola operasi komunal langsung

Dijelaskan pula mengenai peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah,


peran serta yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Menjaga kebersihan lingkungan


b) Mengawasi dan mengorganisir diri
c) Memberikan usul, pertimbangan dan saran kepada pemerintah daerah
d) Memberikan saran, pertimbangan dan pendapat dalam penyelesaian
sengketa persampahan

Gambar 3.12 Visualisasi Peraturan dalam Pengelolaan Sampah


Sumber : Hasil Observasi, 2017

96

Anda mungkin juga menyukai