Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM PENGAWASAN

MANAJEMEN RISIKO

DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Inspektorat I, dapat menyelesaikan
penyusunan Pedoman Pengawasan Managemen Risiko.

Tujuan dari pengawasan adalah mengidentifikasi permasalahan implementasi


Manajemen Risiko (MR) yaitu: Penilaian Risiko, Rancangan MR, serta Pemantauan
MR yang dilakukan oleh Mitra Itjen serta memberikan saran perbaikan atas
permasalahan dan pengembangan MR selanjutnya, sehingga dapat meningkatkan
efektifitas penerapannya sebagai alat bantu pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan program/kegiatan di lingkungan KKP.

Kami menyadari bahwa Pedoman Pengawasan ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu saran, masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
guna penyempurnaan Pedoman Pengawasan Manajemen Risiko di lingkungan Itjen
KKP.

Demikian Pedoman ini disusun, atas saran, masukan dan kritik yang akan diberikan
diucapkan terima kasih.

Jakarta, 22 April 2020


a.n. Inspektur Jenderal
Inspektur I,

Darmadi Aries W.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Pengawasan Manajemen Risiko (MR) 1
C. Ruang Lingkup 2

BAB II. PROSES MANAJEMEN RISIKO 3


A. Penetapan Konsteks 3
B. Penilaian Risiko 3
C. Evaluasi Risiko 7
D. Penanganan/Perlakuan Risiko 8
E. Monitoring Risiko 9
F. Komunikasi Risiko 10

BAB III. PROGRAM KERJA PENGAWASAN MANAJEMEN RISIKO 11


A. Tujuan Pengawasan 11
B. Ruang Lingkup Pengawasan 11
C. Kriteria 11
D. Langkah-Langkah Kerja Pengawasan 12

BAB IV. PENUTUP 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dari tahun ke tahun cukup
besar, misalnya pada Tahun Anggaran (TA) 2018 KKP mengelola anggaran
senilai Rp7,33 Triliun dan TA 2019 senilai Rp5,48 Triliun dimana sekitar 76%-nya
merupakan belanja barang dan modal. Kondisi ini cukup rawan dan memiliki risiko
tinggi dalam proses pelaksanaan kegiatannya mengingat lebih dari 70% dari
belanja barang dan modal adalah kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan fisik. Hal tersebut juga berpotensi terjadinya penyimpangan yang cukup
tinggi dalam pelaksanaan kegiatan sehingga perlu adanya pengendalian dan
pengawasan yang baik. Namun hal ini terkendala dengan keterbatasan Sumber
Daya Manusia (SDM) dan anggaran untuk mengawasi seluruh kegiatan yang ada.

Sehubungan dengan kondisi tersebut, diperlukan suatu Rancangan untuk


mengendalikan Risiko agar pengendalian dan pengawasan lebih mudah dan
efektif sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Latar belakang tersebut menjadi
dasar untuk membuat pedoman Pengawasan MR yang dapat membantu menilai
sampai setingkat apa pengendalian Kegiatan di mitra KKP. Hal ini sangat
diperlukan oleh Inspektorat Jenderal dalam menilai tingkat pengendalian yang
dilaksanakan oleh Mitra inspektorat jenderal terhadap kegiatan yang dilakukan
agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

B. Tujuan Pengawasan Manajemen Risiko (MR)

Tujuan dari Pengawasan MR adalah:


1. Menilai hasil Penilaian Risiko yang dibuat Oleh Mitra Itjen;
2. Menilai hasil Rancangan Manajemen Risiko yang dibuat Oleh Mitra Itjen;
3. Menilai efektivitas Pengendalian Risiko yang dibuat Oleh Mitra Itjen;
4. Menilai hasil Rancangan Pemantauan Manajemen Risiko yang dibuat oleh
Mitra Itjen;

1
5. Memberikan Rekomendasi atas implementasi MR untuk perbaikan Kinerja
Mitra Itjen KKP.

C. Ruang lingkup

Ruang lingkup Pengawasan MR adalah:


1. Menilai hasil Penilaian Risiko yang dibuat Oleh Mitra Itjen;
2. Menilai hasil Rancangan Manajemen Risiko yang dibuat Oleh Mitra Itjen;
3. Menilai hasil Rancangan Pemantauan Manajemen Risiko yang dibuat Oleh
Mitra Itjen;

2
BAB II
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Gambar 1 Proses Manajemen Risiko

A. Penetapan Konteks

Penetapan konteks dilakukan oleh manajemen untuk menentukan batasan atau


parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan dalam:
1. Pengelolaan risiko;
2. Menentukan lingkungan kerja;
3. Kriteria risiko.

B. Penilaian Risiko
1. Identifikasi Risiko
Teknik identifikasi yang digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai dengan
sasaran, kemampuan dan jenis risiko yang dihadapai organisasi. Informasi
yang relevan dan terkini sangat penting dalam proses identifikasi risiko.
Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang harus dikelola
organiasai melalui proses yang sistematis dan terukur. Proses ini juga harus
mengupayakan untuk mengidentifikasi risiko baik yang dalam kendali
organisasi maupun diluar kendali organisasi. Proses tersebut dimulai dengan

3
mengidentifikasi secara komprehensif ekstensif dan instensif mengenai risiko
apa saja yang dapat terjadi dimana dan bilamana.

Sasaran identifikasi risiko adalah mengembangkan daftar sumber risiko dan


kejadian yang komprehensif serta memiliki dampak terhadap pencapaian
sasaran dan target yang teridentifikasi dari konteks. Dokumen utama yang
dihasilkan dalam proses ini adalah daftar risiko.

a) Komponen Risiko
Risiko dalam manajemen risiko bukan sekedar suatu kejadian, peristiwa,
atau kondisi yang dapat berkembang/terjadi. Namun mencakup pula
berbagai informasi yang terkait dengan kejadian peristiwa atau kondisi.
Untuk itu dalam proses identifikasi risiko informasi yang dikumpulkan
antara lain mencakup:
1) Sumber risiko
2) Kejadian
3) Konsekuensi
4) Pemicu
5) Pengendalian
6) Perkiraaan kapan risiko terjadi dan dimana risiko itu terjadi

b) Proses Identifikasi
Proses identifikasi risiko yang efektif dapat ditunjukan bila menggunakan
tahapan yang terstruktur pada proses, proyek dan kegiatan sesuai dengan
kriteria yang telah digunakan ketika menetapkan konteks manajmen risiko.
Informasi yang bermutu baik adalah keharusan dalam proses identifikasi
risiko. Titik awal untuk identifikasi adalah mengumpulkan informasi historis
baik yang berasal dari dalam organiasi atau jika tidak tersedia bisa juga
dari organisasi organiasasi sejenis yang kemudian dimatangkan melalui
diskusi dengan pihak pihak terkait.

c) Metode untuk mengidentifikasi Risiko


Metode pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko
tergantung pada proses penentuan konteks manajemen risiko. Proses
4
identifikasi risiko dapat menggunakan berbagai metode antara lain metode
yang berbasis brainstorming, check list, wawancara kejadian masa lalu,
flowcharting dan lain lain. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
risiko merupakan lanjutan dari metode yang digunakan pada tahapan
menentukan konteks manajemen risiko dana bila diperlukan diperlengkap
atau diperdalam dengan metode lain. Kesinambungan ini perlu
dipertahankan sehingga tidak terjadai kerancuan dalam keseluruhan
proses manajemen risiko.

d) Hasil Proses Identifikasi Risiko


Semua metode yang digunakan pada akhirnya harus dikompilasikan untuk
menghasilkan apa yang menjadi tujuan proses identifikasi risiko yaitu daftar
risiko (risk register). Daftar risiko adalah suatu rekaman data mengenai
riwayat risiko dan perkembangan perlakuannya. Dengan demikian daftar
risiko merupakan data dasar dalam proses manajemen risiko yang harus
selalu dimutakhirkan sesuai dengan perkembangan dan dinamika proses
serta konteks organisasi. Secara umum struktur isi dari daftar risiko meliputi
tiga hal yaitu bagian pertama untuk pengendalian dokumen, bagian kedua
untuk identitas risiko dan bagian ketiga adalah riwayat risiko.

2. Analisis Risiko
Analisis risiko merupakan tahapan dalam penilaian risiko setelah tahap
identifikasi risiko yang telah dibahas. Analisis risiko adalah upaya memahami
sifat sifat risiko dan kemudian menentuan peringkat risiko. Hasil analisis risiko
ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan
keputusan mengenai perlakuan risiko yang sesuai dan efektif.
Proses analisis risiko dimulai dengan meninjau dua aspek risiko dari risiko yang
sudah teridentifikasi sebelumnya, yaitu dampak dan kemungkinannya. Tingkat
risiko akan ditentukan oleh kombinasi dari dampak dengan kemungkinan.
Skala dan kombinasi yang digunakan harus konsisten dengan kriteria risiko
yang ditetapkan sebelumnya.

5
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan kemungkinan
semua risiko yang dapat menghambat tercapainya tujuan sasaran organisasi,
juga semua peluang yang mungkin dihadapi organisasi.
Berikut adalah alasan diperlukannya analisis risiko secara kualitatif atau kuantitatif
yaitu:
• Untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang konsekuensi atau
kemungkinan sehingga keputusan mengenai prioritas risiko dapat berbasis
data dan infomasi daripada menduga duga
• Untuk lebih memahami risiko dan penyebabnya
• Membantu setiap orang memilih opsi yang memiliki perbedaan dalam hal
biaya dan manfaat serta potensi peluang dan ancaman
• Menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang risiko kepada individu yang
harus bekerja dengan menghadapi risiko
• Menyediakan pemahaman mengenai risiko tersisa setelah strategi
penanganan risiko ditetapkan

1) Tahapan Proses Analisis Risiko


Proses analisis risiko dengan menentukan tingkat kemungkinan dan dampak
dari risiko yang teridentifikasi, melakukan identifikasi dan evaluasi
pengendalian risiko yang ada, menentukan peringkat risiko dan dokumentasi
proses analisis risiko.
a) Kemungkinan dan Dampak
b) Identifikasi dan evaluasi pengendalian risiko yang ada
c) Pemeringkatan Risiko

2) Metode analisis Risiko


Terdapat beberapa macam metoda analisis sesuai dengan jenis pengukuran
dan skala yang digunakan untuk mengukur factor-faktor risiko sesuai dengan
pemahaman ini maka terdapat 2 macam metoda analisis risiko yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif
a) Analisis kualitatif
Didasarkan pada suatu pengalaman dan pengetahuan dari para subyek
dan pemangku risiko terkait sehingga data yang digunakan lebih bersifat

6
tidak dalam bentuk terukur melainkan suatau pertanyaan atau suatu
gambaran.
b) Analisis kuantitatif dan semi kuantitatif
Penggunakan metode kuantitatif khususnya pengertian nilai
probabilitasnya yang akan digunakan memerlukan suatu data memadai
sehingga pemberian angka tersebut memamng mempunyai makna yang
betul dan sesuai dengan kaidah statistic.

3) Teknik Analisis Risiko


Beberapa teknik yang digunakan dalam proses analisis risiko adalah :
a) Skema pemeringkatan risiko
Dengan langkah antara lain:
• Identifikasi nilai-nilai kemungkinan
• Publikasi peringkat nilai kemungkinan
• Identifikasi bidang dampak
• Menetapkan peringkat nilai dampak
• Publikasi peringkat nilai dampak
b) Analisis Sebab-Akibat
c) Metoda Kuantitatif
• Benchmarking
• Analisis Sensitivitas

C. Evaluasi Risiko

Tujuan dari evaluasi risiko adalah membantu proses pengembalian keputusan


berdasarkan analisis risiko. Proses evaluasi akan menentukan risiko-risiko mana
yang memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas risiko risiko
tersebut. Hasil analisis risiko menjadi masukan untuk dievaluasi lebih lanjut
menjadi urutan prioritas perlakuan risiko sekaligus menyaring risiko-risiko tertentu
untuk ditindaklanjuti atau diperlukan khusus.

Hal hal yang penting dalam evaluasi risiko adalah menyusun kriteria evaluasi
risiko dan menentukan metode evaluasi risiko :

7
1. Kriteria Evaluasi Risiko
Keputusan dalam mengevaluasi biasanya didasarkan pada peringkat risiko
yang telah diperoleh dari hasil risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai
ambang yang ditetapkan sesuai dengan :
a. Tingkat dampak yang ditentukan;
b. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu;
c. Efek kumulatif dari beberapa kejadian;
d. Rentang ketidakpastian terhadap tingkat tingkat risiko pada satu level
kepercayaan.
Kriteria-kriteria evaluasi risiko tersebut diatas pada dasarnya harus disusun
secara obyketif dan dapat dinyatakan baik. Akan tetapi masih terdapat
kemungkinan distorsi dalam penyusunan kriteria yang penyebabnya antara
lain:
a. Pertimbangan nilai-nilai pribadi
b. Pengaruh kejadian kejadian yang lalu
2. Metoda evaluasi risiko
a. Metoda Evaluasi Kualitatif
Metoda ini merupakan metoda evaluasi yang paling sering dipakai. Urutan
prioritas risiko yang memerlukan perlakuan disusun sesuai dengan
peringkat yang dihasilkan
b. Metoda Evaluasi Kuantitatif
Metoda evaluasi kuantitatif memerlukan ketersediaan data yang cukup
dan akurat serta informasi mengenai distribusi probabilitas yang jelas.

D. PENANGANAN/PERLAKUAN RISIKO
Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko yang
memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen organisasi harus melakukan
kajian dan menentukan jenis serta bentuk penanganan atau perlakuan risiko yang
diperlukan. Penanganan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan
yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadinya
risiko, kemudian menerapkan pilihan tersebut.

Perlakukan risiko tidak harus bersifat khusus untuk satu situasi tertentu, juga tidak
harus berlaku umum, ini berarti setiap risiko memerlukan bentuk perlakuan yang
8
khas untuk setiap risiko itu sendiri. Untuk setiap risiko memerlukan perlakuan
risiko, perlu dilakukan pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap
informasi dan data hasil analisis risiko. Hal ini diperlukan untuk memahami sumber
atau penyebab informasi, apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar
kemungkinan terjadinya, serta seberapa besar dampaknya. Selain itu, perlu juga
dipahami kondisi lingkungan serta siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang
berisiko tersebut.

Secara umum, perlakuan terhadap suatu risiko dapat berupa salah satu dari
empat perlakuan sebagai berikut:
• Menghindari risiko, berarti tidak melaksanakan atau meneruskan kegiatan
yang menimbulkan risiko tersebut;
• Membagi risiko, yaitu suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya risiko atau dampak risiko;
• Mitigasi¸ yaitu melakukan perlakuan risiko untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya risiko, atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi
keduanya, yaitu kemungkinan dan dampak;
• Menerima risiko, yaitu tidak melakukan perlakuan apapun terhadap risiko
tersebut.

E. Monitoring Risiko

Kegiatan monitoring risiko biasanya selalu disertai dengan reviu risiko. Monitoring
adalah pemantauan rutin terhadap proses aktual manajemen risiko dibandingkan
dengan rencana atau harapan yang akan dihasilkan, sedangkan reviu adalah
peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini atau dengan fokus
tertentu. Monitoring dan reviu harus sudah menjadi bagian yang direncanakan
dalam proses manajemen risiko.

Proses monitoring dan dan reviu harus mencangkup semua aspek dari proses
manajemen risiko dengan tujuan:
• Memastikan bahwa pengendalian risiko dan perlakuan risiko masih tetap
efektif, baik secara desain maupun pelaksanaannya;

9
• Mengindentifikasi terjadinya risiko-risiko yang baru.

F. Komunikasi Risiko

Komunikasi risiko tidak untuk menyelesaikan seluruh masalah, akan tetapi, yang
perlu digarisbawahi adalah kekeliriuan atau pengabaian komunikasi risiko dapat
berakibat hilangnya kepercayaan atau lemahnya pengelolaan risiko.

10
BAB III
PROGRAM KERJA PENGAWASAN MANAJEMEN RISIKO

A. Tujuan Pengawasan

Tujuan pengawasan Manajemen Risiko, antara lain:


1. Memastikan/meyakinkan atas proses pengelolaan risiko;
2. Meyakinkan bahwa risiko telah dievaluasi secara benar;
3. Melakukan evaluasi proses manajemen risiko;
4. Melakukan evaluasi laporan risiko;
5. Melakukan reviu pengelolaan risiko;
6. Memberikan rekomendasi terhadap Proses Manajemen Risiko yang
digunakan oleh Pemimpin Satker untuk memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan tata kelola, Proses Manajemen Risiko dan keluaran (output)
penerapan Manajemen Risiko di Satker.

B. Ruang Lingkup Pengawasan

Ruang lingkup pengawasan yaitu tata kelola, Proses Manajemen Risiko dan
keluaran (output) penerapan Manajemen Risiko di Satker.

C. Kriteria

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;


2. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
3. Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara;
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/PERMEN-KP/2016
tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

11
D. Langkah-langkah Kerja Pengawasan

1. TEO: Penetapan Konteks belum Akurat

Tujuan: Teridentifikasinya parameter-parameter dasar sebagai batasan


dalam menetukan sasaran atau tujuan Manajemen Risiko di Satker.

Langkah – langkah:
a. Dapatkan dokumen MR yang telah disusun;
b. Lakukan analisis, apakah Pimpinan Satker telah menetapkan tujuan atau
proses bisnis;
c. Lakukan analisis, apakah parameter penerapan Manajemen Risiko telah
disusun, seperti ruang lingkup penerapan Manajemen Risiko dan keluaran
(output) Proses Manajemen Risiko yang dijalankan;
d. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.

2. TEO: Identifikasi Risiko belum Akurat

Tujuan: Terindentifikasinya semua risiko yang berpotensi untuk menghambat,


atau menggagalkan pencapaian sasaran atau tujuan.

Langkah – langkah:
a. Dapatkan dokumen MR yang telah disusun;
b. Lakukan analisis, apakah satker telah mengidentifikasi kejadian yang
merupakan Risiko (event) yang berpotensi menghambat, atau
menggagalkan pencapaian sasaran atau tujuan Satker;
c. Lakukan analisis, apakah satker telah mengidentifikasi penyebab dari
setiap kejadian yang merupakan risiko;
d. Lakukan analisis, apakah satker telah mengidentifikasi dampak negatif
dari kejadian yang merupakan risiko;
e. Lakukan analisis, apakah satker telah mendokumentasikan proses
identifikasi Risiko ke dalam Formulir Manajemen Risiko Satker;
f. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.

12
3. TEO: Hasil Analisis Risiko belum Akurat

Tujuan: Mengetahui level risiko tingkat Satker dan menilai akurasi level resiko

Langkah – langkah:
a. Dapatkan matrik kriteria ukuran kemungkinan dan ukuran dampak;
b. Lakukan analisis, apakah satker telah menentukan pembobotan
kemungkinan secara akurat;
c. Uji apakah satker telah menentukan pembobotan dampak secara akurat;
d. Uji apakah satker telah menentukan level risiko secara benar;
e. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.

4. TEO: Aktifitas Pengendalian tidak Didasarkan pada Level Resiko yang


akurat

Tujuan: Menilai aktifitas pengendalian resiko

Langkah – langkah:
a. Dapatkan dokumen MR yang telah disusun;
b. Lakukan analisis, apakah satker telah:
• menyusun risiko yang signifikan dengan memperhatikan matriks
analisis risiko;
• risiko-risiko telah dibuatkan penanganan lebih lanjut;
• hasil evaluasi Risiko telah didokumentasikan;
• telah menentukan mitigasi Risiko yang akan dijalankan;
• telah menetapkan target penurunan level risiko;
• telah mendokumentasikan opsi mitigasi risiko yang akan dijalankan
beserta rencana mitigasi risiko;
• Rencana Pengendalian yang telah disusun dan telah sesuai dengan
mitigasi risiko;
• telah mengomunikasikan kepada pihak-pihak terkait dalam rangka
melaksanakan pengendalian yang telah disusun;
• telah menjalankan setiap Rencana Pengendalian;

13
• telah mendokumentasikan hasil pelaksanaan mitigasi Risiko yang telah
dijalankan;
c. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.

14
BAB IV
PENUTUP

Demikian Pedoman Pengawasan Manajemen Resiko lingkup Inspektorat Jenderal


KKP ini disusun, dan semoga pedoman ini dapat dijadikan acuan dalam langka
pelaksanaan pengawasan manajemen resiko dilingkungan mitra kerja Inspektorat
Jenderal KKP Tahun 2020.

15

Anda mungkin juga menyukai