MANAJEMEN RISIKO
DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN ANGGARAN 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Inspektorat I, dapat menyelesaikan
penyusunan Pedoman Pengawasan Managemen Risiko.
Kami menyadari bahwa Pedoman Pengawasan ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu saran, masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
guna penyempurnaan Pedoman Pengawasan Manajemen Risiko di lingkungan Itjen
KKP.
Demikian Pedoman ini disusun, atas saran, masukan dan kritik yang akan diberikan
diucapkan terima kasih.
Darmadi Aries W.
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Pengawasan Manajemen Risiko (MR) 1
C. Ruang Lingkup 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dari tahun ke tahun cukup
besar, misalnya pada Tahun Anggaran (TA) 2018 KKP mengelola anggaran
senilai Rp7,33 Triliun dan TA 2019 senilai Rp5,48 Triliun dimana sekitar 76%-nya
merupakan belanja barang dan modal. Kondisi ini cukup rawan dan memiliki risiko
tinggi dalam proses pelaksanaan kegiatannya mengingat lebih dari 70% dari
belanja barang dan modal adalah kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan fisik. Hal tersebut juga berpotensi terjadinya penyimpangan yang cukup
tinggi dalam pelaksanaan kegiatan sehingga perlu adanya pengendalian dan
pengawasan yang baik. Namun hal ini terkendala dengan keterbatasan Sumber
Daya Manusia (SDM) dan anggaran untuk mengawasi seluruh kegiatan yang ada.
1
5. Memberikan Rekomendasi atas implementasi MR untuk perbaikan Kinerja
Mitra Itjen KKP.
C. Ruang lingkup
2
BAB II
PROSES MANAJEMEN RISIKO
A. Penetapan Konteks
B. Penilaian Risiko
1. Identifikasi Risiko
Teknik identifikasi yang digunakan oleh organisasi hendaknya sesuai dengan
sasaran, kemampuan dan jenis risiko yang dihadapai organisasi. Informasi
yang relevan dan terkini sangat penting dalam proses identifikasi risiko.
Tahapan ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko yang harus dikelola
organiasai melalui proses yang sistematis dan terukur. Proses ini juga harus
mengupayakan untuk mengidentifikasi risiko baik yang dalam kendali
organisasi maupun diluar kendali organisasi. Proses tersebut dimulai dengan
3
mengidentifikasi secara komprehensif ekstensif dan instensif mengenai risiko
apa saja yang dapat terjadi dimana dan bilamana.
a) Komponen Risiko
Risiko dalam manajemen risiko bukan sekedar suatu kejadian, peristiwa,
atau kondisi yang dapat berkembang/terjadi. Namun mencakup pula
berbagai informasi yang terkait dengan kejadian peristiwa atau kondisi.
Untuk itu dalam proses identifikasi risiko informasi yang dikumpulkan
antara lain mencakup:
1) Sumber risiko
2) Kejadian
3) Konsekuensi
4) Pemicu
5) Pengendalian
6) Perkiraaan kapan risiko terjadi dan dimana risiko itu terjadi
b) Proses Identifikasi
Proses identifikasi risiko yang efektif dapat ditunjukan bila menggunakan
tahapan yang terstruktur pada proses, proyek dan kegiatan sesuai dengan
kriteria yang telah digunakan ketika menetapkan konteks manajmen risiko.
Informasi yang bermutu baik adalah keharusan dalam proses identifikasi
risiko. Titik awal untuk identifikasi adalah mengumpulkan informasi historis
baik yang berasal dari dalam organiasi atau jika tidak tersedia bisa juga
dari organisasi organiasasi sejenis yang kemudian dimatangkan melalui
diskusi dengan pihak pihak terkait.
2. Analisis Risiko
Analisis risiko merupakan tahapan dalam penilaian risiko setelah tahap
identifikasi risiko yang telah dibahas. Analisis risiko adalah upaya memahami
sifat sifat risiko dan kemudian menentuan peringkat risiko. Hasil analisis risiko
ini akan menjadi masukan bagi evaluasi risiko dan proses pengambilan
keputusan mengenai perlakuan risiko yang sesuai dan efektif.
Proses analisis risiko dimulai dengan meninjau dua aspek risiko dari risiko yang
sudah teridentifikasi sebelumnya, yaitu dampak dan kemungkinannya. Tingkat
risiko akan ditentukan oleh kombinasi dari dampak dengan kemungkinan.
Skala dan kombinasi yang digunakan harus konsisten dengan kriteria risiko
yang ditetapkan sebelumnya.
5
Tujuan analisis risiko adalah melakukan analisis dampak dan kemungkinan
semua risiko yang dapat menghambat tercapainya tujuan sasaran organisasi,
juga semua peluang yang mungkin dihadapi organisasi.
Berikut adalah alasan diperlukannya analisis risiko secara kualitatif atau kuantitatif
yaitu:
• Untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang konsekuensi atau
kemungkinan sehingga keputusan mengenai prioritas risiko dapat berbasis
data dan infomasi daripada menduga duga
• Untuk lebih memahami risiko dan penyebabnya
• Membantu setiap orang memilih opsi yang memiliki perbedaan dalam hal
biaya dan manfaat serta potensi peluang dan ancaman
• Menyediakan pemahaman yang lebih baik tentang risiko kepada individu yang
harus bekerja dengan menghadapi risiko
• Menyediakan pemahaman mengenai risiko tersisa setelah strategi
penanganan risiko ditetapkan
6
tidak dalam bentuk terukur melainkan suatau pertanyaan atau suatu
gambaran.
b) Analisis kuantitatif dan semi kuantitatif
Penggunakan metode kuantitatif khususnya pengertian nilai
probabilitasnya yang akan digunakan memerlukan suatu data memadai
sehingga pemberian angka tersebut memamng mempunyai makna yang
betul dan sesuai dengan kaidah statistic.
C. Evaluasi Risiko
Hal hal yang penting dalam evaluasi risiko adalah menyusun kriteria evaluasi
risiko dan menentukan metode evaluasi risiko :
7
1. Kriteria Evaluasi Risiko
Keputusan dalam mengevaluasi biasanya didasarkan pada peringkat risiko
yang telah diperoleh dari hasil risiko, tetapi dapat juga didasarkan atas nilai
ambang yang ditetapkan sesuai dengan :
a. Tingkat dampak yang ditentukan;
b. Kemungkinan timbulnya suatu kejadian tertentu;
c. Efek kumulatif dari beberapa kejadian;
d. Rentang ketidakpastian terhadap tingkat tingkat risiko pada satu level
kepercayaan.
Kriteria-kriteria evaluasi risiko tersebut diatas pada dasarnya harus disusun
secara obyketif dan dapat dinyatakan baik. Akan tetapi masih terdapat
kemungkinan distorsi dalam penyusunan kriteria yang penyebabnya antara
lain:
a. Pertimbangan nilai-nilai pribadi
b. Pengaruh kejadian kejadian yang lalu
2. Metoda evaluasi risiko
a. Metoda Evaluasi Kualitatif
Metoda ini merupakan metoda evaluasi yang paling sering dipakai. Urutan
prioritas risiko yang memerlukan perlakuan disusun sesuai dengan
peringkat yang dihasilkan
b. Metoda Evaluasi Kuantitatif
Metoda evaluasi kuantitatif memerlukan ketersediaan data yang cukup
dan akurat serta informasi mengenai distribusi probabilitas yang jelas.
D. PENANGANAN/PERLAKUAN RISIKO
Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko yang
memerlukan perlakuan lebih lanjut. Manajemen organisasi harus melakukan
kajian dan menentukan jenis serta bentuk penanganan atau perlakuan risiko yang
diperlukan. Penanganan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan
yang dapat mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadinya
risiko, kemudian menerapkan pilihan tersebut.
Perlakukan risiko tidak harus bersifat khusus untuk satu situasi tertentu, juga tidak
harus berlaku umum, ini berarti setiap risiko memerlukan bentuk perlakuan yang
8
khas untuk setiap risiko itu sendiri. Untuk setiap risiko memerlukan perlakuan
risiko, perlu dilakukan pemeriksaan ulang yang cukup komprehensif terhadap
informasi dan data hasil analisis risiko. Hal ini diperlukan untuk memahami sumber
atau penyebab informasi, apa pemicu timbulnya risiko, bagaimana besar
kemungkinan terjadinya, serta seberapa besar dampaknya. Selain itu, perlu juga
dipahami kondisi lingkungan serta siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang
berisiko tersebut.
Secara umum, perlakuan terhadap suatu risiko dapat berupa salah satu dari
empat perlakuan sebagai berikut:
• Menghindari risiko, berarti tidak melaksanakan atau meneruskan kegiatan
yang menimbulkan risiko tersebut;
• Membagi risiko, yaitu suatu tindakan untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya risiko atau dampak risiko;
• Mitigasi¸ yaitu melakukan perlakuan risiko untuk mengurangi kemungkinan
timbulnya risiko, atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi
keduanya, yaitu kemungkinan dan dampak;
• Menerima risiko, yaitu tidak melakukan perlakuan apapun terhadap risiko
tersebut.
E. Monitoring Risiko
Kegiatan monitoring risiko biasanya selalu disertai dengan reviu risiko. Monitoring
adalah pemantauan rutin terhadap proses aktual manajemen risiko dibandingkan
dengan rencana atau harapan yang akan dihasilkan, sedangkan reviu adalah
peninjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini atau dengan fokus
tertentu. Monitoring dan reviu harus sudah menjadi bagian yang direncanakan
dalam proses manajemen risiko.
Proses monitoring dan dan reviu harus mencangkup semua aspek dari proses
manajemen risiko dengan tujuan:
• Memastikan bahwa pengendalian risiko dan perlakuan risiko masih tetap
efektif, baik secara desain maupun pelaksanaannya;
9
• Mengindentifikasi terjadinya risiko-risiko yang baru.
F. Komunikasi Risiko
Komunikasi risiko tidak untuk menyelesaikan seluruh masalah, akan tetapi, yang
perlu digarisbawahi adalah kekeliriuan atau pengabaian komunikasi risiko dapat
berakibat hilangnya kepercayaan atau lemahnya pengelolaan risiko.
10
BAB III
PROGRAM KERJA PENGAWASAN MANAJEMEN RISIKO
A. Tujuan Pengawasan
Ruang lingkup pengawasan yaitu tata kelola, Proses Manajemen Risiko dan
keluaran (output) penerapan Manajemen Risiko di Satker.
C. Kriteria
11
D. Langkah-langkah Kerja Pengawasan
Langkah – langkah:
a. Dapatkan dokumen MR yang telah disusun;
b. Lakukan analisis, apakah Pimpinan Satker telah menetapkan tujuan atau
proses bisnis;
c. Lakukan analisis, apakah parameter penerapan Manajemen Risiko telah
disusun, seperti ruang lingkup penerapan Manajemen Risiko dan keluaran
(output) Proses Manajemen Risiko yang dijalankan;
d. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.
Langkah – langkah:
a. Dapatkan dokumen MR yang telah disusun;
b. Lakukan analisis, apakah satker telah mengidentifikasi kejadian yang
merupakan Risiko (event) yang berpotensi menghambat, atau
menggagalkan pencapaian sasaran atau tujuan Satker;
c. Lakukan analisis, apakah satker telah mengidentifikasi penyebab dari
setiap kejadian yang merupakan risiko;
d. Lakukan analisis, apakah satker telah mengidentifikasi dampak negatif
dari kejadian yang merupakan risiko;
e. Lakukan analisis, apakah satker telah mendokumentasikan proses
identifikasi Risiko ke dalam Formulir Manajemen Risiko Satker;
f. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.
12
3. TEO: Hasil Analisis Risiko belum Akurat
Tujuan: Mengetahui level risiko tingkat Satker dan menilai akurasi level resiko
Langkah – langkah:
a. Dapatkan matrik kriteria ukuran kemungkinan dan ukuran dampak;
b. Lakukan analisis, apakah satker telah menentukan pembobotan
kemungkinan secara akurat;
c. Uji apakah satker telah menentukan pembobotan dampak secara akurat;
d. Uji apakah satker telah menentukan level risiko secara benar;
e. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.
Langkah – langkah:
a. Dapatkan dokumen MR yang telah disusun;
b. Lakukan analisis, apakah satker telah:
• menyusun risiko yang signifikan dengan memperhatikan matriks
analisis risiko;
• risiko-risiko telah dibuatkan penanganan lebih lanjut;
• hasil evaluasi Risiko telah didokumentasikan;
• telah menentukan mitigasi Risiko yang akan dijalankan;
• telah menetapkan target penurunan level risiko;
• telah mendokumentasikan opsi mitigasi risiko yang akan dijalankan
beserta rencana mitigasi risiko;
• Rencana Pengendalian yang telah disusun dan telah sesuai dengan
mitigasi risiko;
• telah mengomunikasikan kepada pihak-pihak terkait dalam rangka
melaksanakan pengendalian yang telah disusun;
• telah menjalankan setiap Rencana Pengendalian;
13
• telah mendokumentasikan hasil pelaksanaan mitigasi Risiko yang telah
dijalankan;
c. Tuangkan dan simpulkan dalam Kertas Kerja Pengawasan.
14
BAB IV
PENUTUP
15