Kelompok 3
Fitriyani 1930306015
Dosen Pengampu
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia
yang dilimpahkan kepada pemateri sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Psikologi
Kepemimpinan. Pemateri menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pemateri mengucapkan banyak terimakasih
kepada dosen pengampu Mata Kuliah Psikologi Kepemimpinan. Semoga makalah ini bisa
menjadi penambahan pengetahuan bagi para pembaca.
Pemateri mohon maaf dalam penulisan atau pembuatan makalah ini terdapat
kekhilafan dan kekeliruan secara teknisi atau pun isinya. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat pemateri harapkan. Terakhir pemateri mengucapkan terimakasih.
Pemateri
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode penelitian dalam mempelajari perilaku kepemimpinan?
2. Apa itu Taksonomi perilaku kepemimpinan?
3. Apa itu model kepemimpinan tiga dimensi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan metode penelitian dalam mempelajari perilaki kepemimpinan.
2. Untuk menjelaskan ap itu taksonomi perilaku kepemimpinan.
3. Untuk menjelaskan ap aitu model kepemimpinan tigga dimensi
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode penelitian dalam mempelajari perilaku kepemimpinan
Metode yang digunakan untuk penelitian ini mencakup kuesioner deskripsi
perilaku, eksperimen laboratorium dan lapangan, serta peristiwa kritis.
1. Penelitian Kepemimpinan di Ohio State University
Kuesioner penelitian tentang kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh
penelitian awal Ohia State University selama tahun 1950-an. Tugas awal para peneliti
adalah mengidentifikasi kategori perilaku kepemimpinan yang relevan dan
mengembangkan kuesioner untuk mengukur seberapa sering pemimpin menggunakan
perilaku ini. Para peneliti telah menyusun daftar dan sekitar 1.800 contoh perilaku
kepemimpinan, kemudian mengurangi daftar tersebut hingga tinggal 150 perilaku
yang kelihatan bisa menjadi contoh yang baik tentang fungsi kepemimpinan yang
penting Kuesioner awal yang terdiri dari hal ini digunakan dengen sampel personel
militer dan sipil untuk menjelaskan perilaku para penyelia mereka.
Analisis faktor terhadap respons kuesioner menunjukkan bahwa para bawahan
memandang perilaku penyelia mereka terutama menurut dua kategori yang
didefinisikan secara luas yang disebut "perhatian dan "memprakarsai struktur." Dua
jenis perilaku ini tidak terlalu saling tergantung yang berarti bahwa pemimpin
menggunakan salah satu perilaku yang tidak harus sama tingkat penggunaannya
dengan perilaku lainnya.
1) Perhatian. Kategori perilaku ini mencakup perhatian pemimpin kepada orang
lain dan hubungan antarpradi. Pemimpin bertindak dalam cara yang bersahaba
dan mendukung, memperlihatkan perhatian terhadap kebutuhan dan perasaan
bawahan. Contohnya mencakup memberi bantuan kepada bawahan,
meluangkan waktu untuk mendengarkan permasalahan bawahan, mendukung
atau berjuang bagi bawahan tertentu, berkonsultasi dengan bawahan mengenai
hal penting, bet sedia menerima saran dari bawahan, dan memperlakukan
bawahan sebagai rekan.
2) Memprakarsai Struktur. Kategori perilaku ini mencakup perhatian pemimpin
untuk penyelesai an tugas Pemimpin menentukan dan membuat struktur
perannya sendiri dan peran para ba wahan guna mencapai tujuan formal.
Contolnya mencakup memberikan tugas kepada bawal an, mempertahankan
standar kinerja yang pasti, meminta bawahan mengikuti prosedur standar
2
menekankan kegunaan dari memenuhi tenggat walttu, mengecam kerja yang
buruk dan mengoordi nasikan aktivitas bawahan yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian awal, dua kuesioner yang telah direvisi dan
dipersingkat telah dibuat untuk mengukur perhatian dan memprakarsai struktur.
Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (Lender Behavior Description
Questionnaire/LBDQ), dan Deskripsi Perilaku Penyelia (Super visory Behavior
Description Questionnaire/SSDQ). Walaupun dua kuesioner ini sering diperlakukan
sebagai sama, mereka cukup berbeda menurut kandungan skala perilaku (Schriesheim
& Stogdill, 1975). Kuesioner ketiga, yang disebut sebagai Kuesioner Pendapat
Pemimpin (Leader Opinion Questionnaire/LOQ) telah diperlakukan oleh sejumlah
peneliti sebagai ukuran perilaku, tetapi hal itu dianggap lebih sesuai sebagai ukuran
sikap pemimpin.
Akhirnya, peneliti di Ohio State University mengembangkan kuesioner
keempat, yang disebut sebagai Kuesioner Deskripsi Perilaku Pemimpin (Leader
Behavior Description Questionnaire/LBDQ), Bentuk XII. Dalam LBDQ XII, cakupan
perhatian dan memprakarsai struktur dipersempit, dan 10 skala tambahan
ditambahkan (Stogdill, Goode, & Day, 1962). Beberapa skala yang baru mengukur
aspek perilaku kepemimpinan (misal, perwakilan, integrasi), tetapi yang lain
mengukus ciri atau traits (yaitu, toleransi pada ketidakpastian), atau keterampilan
(yaitu, akurasi prediksi kemampuan meyakinkan orang lain). Menarik untuk dicatat
bahwa, bahkan setelah skala baru ditambahkan, banyak peneliti terus menggunakan
hanya skala perhatian dan memprakarsai struktur.
3
hasilnya ke para karyawan dalam organisasi sebenarnya. Dalam usaha untuk
menanggulangi keterbatasan tersebut, dua buah studi telah dilakukan terhadap para
mahasiswa yang dipekerjakan untuk bekerja paruh waktu dengan penyelia yang
sebenarnya adalah salah satu peneliti. Perhatian dan memprakai sai struktur
dimanipulasi secara bebas dengan membuat para penyelia memperlihatkan tiap-tiap
perilaku kepemimpinan secara tinggi atau rendah kepada berbagai bawahan. Dalam
studi tertentu (Lowin, Hrapchak & Kavanaugh, 1969), para pemimpin yang perhatian
mempunyai lebih banyak bawaharr yang puas dan produktif, tetapi tidak terdapat efek
yang signifikan dari perilaku pemimpin yang membuat struktur. Pada studi lainnya
(Gilmore, Beehr & Richter, 1979), tidak ada satu pun dari kedua jenis perilaku
kepemimpinan tersebut dengan efek yang konsisten dan signifikan terhadap
produktivitas atau kualitas bawahan, mungkin karena manipulasi dari perilaku
pemimpin tersebut sangat lemah.
Eksperimen lapangan sulit dilakukan pada organisasi yang sebenarnya, dan
hanya sejumlah kecil dari eksperimen itu yang digunakan untuk meneliti efek dari
perilaku kepemimpinan. Dalam eksperimen lapangan ini, perilaku telah dimanipulasi
dengan program pelatihan. Studi dalam pabrik baja mendapati bahwa pelatihan
meningkatkan penggunaan perhatian oleh para manajer dalam grup eksperimen, dan
setelah pelatihan selesai, para manajer ini dinilai lebih efektif daripada para manajer
dalam grup kontrol (Hand & Slocum, 1972). Ha il untuk perilaku yang berorientasi
pada tugas adalah tidak pasti. Pada studi mengenai para penyelia rumah sakit.
pelatihan meningkatkan perilaku perhatian dan menghasilkan kepuasan dan tingkat
kehadiran bawahan yang lebih tinggi, yang diukur dua bulan setelah pelatihan
(Wexley & Nemeroff, 1975). Dalam studi terhadap para penyelia produksi lini
pertama, pelatihan meningkatkan penggunaan Iberapa perilaku yang berorientasi pada
hubungan (misalnya, mendengarkan secara aktif, mem benkan pujian), dan terdapat
peningkatan signifikan peringkat kinerja untuk para penyelia ini, satu talian setelah
pelatihan (Latham & Saari, 1979) Pada studi penyeliz, pelatihan hubungan antar
manusia menghasilkan lebih banyak penggunaan beberapa perilaku yang berorientasi
pada hu bungan (misalnya mendengarkan secara aktif, memberikan pujian,
konsultasi) dan peningkatan se banyak 17 persen produktivitas kerja (produksi per
jam) terjadi pada enam bulan setelah pelatihan diselesaikan (Porras & Anderson,
1981) Akhirnya, pada studi atas para penyelia produksi di pabrik mebel, produktivitas
meningkat (untuk 6 bulan hingga 2 tahun setelah pelatihan) pada tiga dari empat
4
departemen yang di situ
5
para penyelianya dilatih menggunakan lebih banyak pujian kepada para bawahannya
(Wikoff, Anderson & Crowell, 1983).
Sebagai rangkuman, penelitian eksperimen dalam latar laboratorium dan
lapangan menemukan bahwa peningkatan perilaku kepemimpinan yang berorientasi
ke hubungan biasanya menghasilkan kepuasan dan produktivitas para bawahan yang
lebih tinggi. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas jarang dimanipulasi pada
studi eksperimen, dan ketika hal tersebut dimanipulasi, hasilnya bersifat campur aduk
dan tidak konklusif
6
b. Mengawasi bawahan (mengarahkan, memberikan instruksi, memantau kinerja
)
c. Menetapkan dan mempertahankan hubungan baik dengan para bawahan
d. Menetapkan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan para bawahan
Menetapkan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan para atasan,
rekan sejawat dan pihak luar
e. Menerima tanggung jawab untuk mengawasi kebijakan organisasi,
melaksanakan tugas yang dibutuhkan, dan membuat keputusan yang
diperlukan.
7
lingkungan yang lebih umum membuat perelitian peristiwa kritis bisa melayani
beragam tujuan.
8
tingkat abstrak atau generalisasi. Beberapa taksonomi mempunyai sedikit kategori
perilaku yang didefinisikan secara luas, yakni taksonomi yang lain memiliki banyak
kategori perilaku yang difokuskan secara sempit. Misalnya, memprakarsai struktur
seperti yang didefenisikan oleh Flaishman (1953) adalah kategori yang didefenisikan
secara luas, menejelaskan peran pekerjaan adalah kategori “jangkauan menengah” dan
menentukan tujuan yang konkret adalah kategori konkret yang difokuskan secara
sempit. Ketiganya adalah kategori perilaku yang abstrak, tetapi penetapan tujuan
adalah bagian dari menjelaskan, yang merupakan bagian dari memprakarsai struktur
(lihat Tabel 3-2). Tingkat abstraksi optimal bagi kategori perilaku dalam taksonomi
tertentu tergantung pada tujuan taksonomi tersebut. Beberapa taksonomi perilaku
pemimpin atau manajer memuat campuran konstruksi pada berbagai tingkat abstraksi,
sehingga menciptakan kekacauan tambahan. Sumber ketiga dari banyaknya jenis
taksonomi perilaku adalah metode yang digunakan untuk mengembangkannya.
Beberapa taksonomi dikembangkan dengan meneliti pola kovarian diantara butir
perilaku pada kuesioner deskripsi perilaku yang menjelaskan manajer aktual (metode
analisis faktor), beberapa taksonomi dikembangkan dengan menilai contoh perilaku
grup sesuai dengan kesamaan yang dilihat dari arti tentang tujuan (klasifikasi
penilaian), dan beberapa taksonomi dikembangkan melalui deduksi dari teori
(pendekatan teoretis-deduktif). Tiap-tiap metode mempunyai biasnya sendiri, dan
penggunaan berbagai metode menghasilkan taksonomi yang agak berbeda, meskipun
tujuannya sama. Saat kombinasi metode tertentu telah digunakan, satu metode
biasanya lebih penting dari pada metode lainnya untuk memilih kategori perilaku.
1
Verifikasinya adalah bahwa perilaku yang berorientasi pada perubahan
merupakan meta kategori yang unik dan bermakna yang memperluas penelitian awal
serta memberi pandangan penting tentang kepemimpinan yang efektif. Masing-
masing dari tiga kategori ini memiliki tujuan utama yang berbeda. Kategori itu semua
juga sesuai untuk kepemimpinan yang efektif (Bab 12). Perilaku yang berorientasi
tujuan terutama peduli dengan pencapaian tugas dengan efisien dan dalam cara yang
dapat diandalkan. Perilaku yang berorientasi pada hubungan terutama peduli dengan
peningkatan rasa saling percaya, kerja sama, kepuasan kerja, dan identifikasi dengan
orga nisasi. Perilaku yang berorientasi pada perubahan terutama peduli dengan
pemahaman akan ling kungan, penemuan cara inovatif untuk beradaptasi dengan hal
itu, serta penerapan perubahan besar ke dalam strategi, produk, atau proses.
Carbar 3-4 memberikan dua cara alternatif untuk menunjukkan secara grafis
bagaimana tiga metakategori itu terkait dengan jenis tertentu perilaku kepemimpinan
Model kategori adalah paling berguna ketika perilaku yang khusus memiliki sasaran
tunggal atau sasaran utama yang jelas. Model ini konsisten dengan taksonomi
hierarkis, yakni setiap perilaku yang spesifik merupakan komponen dari hanya satu
metakategori. Tabel 3-3 memberi daftar perilaku pemimpin spesifik yang
menampilkan tiap-tiap metakategori.
Model multidimensi lebih berguna ketika banyak perilaku pemimpin
memengaruhi dengan kuat lebih dari satu sasaran. Contoh: ketika pemimpin
berkonsultasi dengan anggota tim tentang rencana tindakan untuk proyek tertentu,
hasilnya mungkin komitmen yang lebih besar untuk proyek (hubungan manusia),
penggunaan yang lebih baik untuk sumber daya dan karyawan yang ada (efisiensi
tugas), dan penemuan cara yang lebih inovatif untuk memuaskan klien (adaptasi).
Ketika pemimpin memberi pelatihan untuk karyawar. tertentu, hasilnya bisa
meningkatkan produktivitas (efisiensi tugas), peningkatan keterampilan karyawan
yang relevan untuk peningkatan karier (hubungan manusia), dan penerapan yang lebih
baik program baru yang inovatif (perubahan adaptif). Dalam model dimensi, yang
terlihat di gambar, perilaku khusus apa pun bisa ditempatkan ke dalam ruang tiga
dimensi, untuk menunjukkan seberapa besar perilaku merefleksikan perhatian pade
eden tugas hubungan manusia dan perubahan adaptif. Catat bahwa tidak seperti to
jaringan manajerial (Blake & Moulton, 1982), model ini digunakan untuk
mengklashas perilaku kepemimpinan khusus bukan untuk mengklasifikasikan
manajer ke dalam perta umum mereka pada tugas dan pad hubungan.
1
Yuk Gordon dan Taber (2012) baru-baru ini mengadakan kajian untuk menila:
dukur terhadap taksonomi hierarkis dan model tiga dimensi. Mereka membuat
kuesioner dengan sk untuk perilaku khusus yang telah diidentifikasi dalam penelitian
sebelumnya tentang kepemimpin yang efektif Analisis faktor untuk melakukan
konfirmasi digunakan untuk menentukan apaka tiap-tiap perilaku yang khusus bisa
dipilah ke dalam satu dari tiga metakategori melalui cara yang -konsisten dengan
asumsi tentang sasaran utama perilaku.
1. Perilaku yang Berorientasi Tugas
a. Mengatur aktivitas kerja unuk meningkatkan efisiensi
b. Merencanakan kegiatan jangka pendek
c. Menugaskan bekerjaan ke grup atau perorangan
d. Menjelaskan apa hasil yang diharapkan dari tugas
e. Menetapkan tujuan dan standar yang jelas untuk kinerja tugas tertentu
f. Menjelaskan peraturan, kebijakan, dan standar prosedur operasional
g. Mengarahkan dan mengoordinasikan aktivitas unit
h. Mengawasi kegiatan dan kinerja
i. Menyelesaikan masalah mendesak yang akan mengganggu pekerjaan
2. Parilaku yang Berorientasi Hubungan
a. Memberikan bantuan dan dorongan begi orang dengan tugas yang suliT
b. Memperlihatkan kepercayaan bahwa orang dapat melakukan tugas yang sulit
c. Bersosialisasi dengan orang untuk membangun hubungan
d. Mengakji kontribusi dan ket erhasilan
e. Membenkan latihan dan bantuan ketika diperlukan
f. Berkonsultasi dengan orang atas keputusan yang memengaruhi mereka
g. Membolehkan orang untuk menentukan cara terbaik melakukan tugas tertentu
h. Memberikan informasi kepada orang tentang tindakan yang memengaruhi
mereka
i. Membantu menyelesaikan konflik dalam cara yang positif
j. Menggunakan simbol upacara, ritual dan cerita untuk membangun identitas tim
k. Merekrut anggota baru yang kompeten untuk tim atau organisasi
3. Perilaku yang Berorientasi Perubahan
a. Memantau lingkungan eksternal untuk mendeteksi ancaman dan peluang
b. Menerjemahkan peristiwa untuk menjelaskan kebutuhan mendesak akan
perubahan
1
c. Memielajari pesaing dan orang luar untuk mendapatkan ide perbaikan
d. Memimpikan kemungkinan baru yang menarik bagi organisasi
e. Mendorong orang memandang masalah atau kesempatan dalam cara berbeda
f. Mengembangkan strategi baru yang inovatif dan berhubungan dengan
kompetensi penting.
g. Mendorong dan memfasilitasi inovasi dan kewirausahaan dalam organisasi
h. Mendorong dan menfasilitasi pembelajaran secara bersama dalam tim atau
organisasi Bereksperimen dengan pendekatan baru untuk mencapai sasaran
i. Membuat perubahan simbolis yang konsisten dengan visi atau strategi baru •
Mandorong dan inernfasilitasi usaha untuk menerapkan perubahan utama
j. Mengumumkan dan merayakan kemajuan dalam mer.erapkan perubahan
k. Mempengaruhi orang luar perusahaan untuk mendukung perubahan dan
menegosiaan kesepakatan.
1
berikutnya.
1
Perencanaan tindakan adalah pengembangan langkah tindakan dan jadwal riaci
untuk menerapkan kebijakan baru atau menjalankan proyek tertentu (lihat
panduan dalam Tabel 3-5) Perencanaan kontingensi adalah pengembangan
prosedur untuk menghindari atau menghadapi permasalahan atau bencana
potensial. Akhirnya, perencanaan juga termasuk menentukan bagaimana
mengalokasikan waktu ke sejumlah tanggung jawab dan aktivitas yang berbeda
("manajemer. waktu").
Perencanaan sebagian besar merupakan aktivitas kognisi yang melibatkan
pemrosesan in formasi, analisis, dan pembuatan keputusan. Perencanaan jarang
terjadi dalam satu episode perilaku tunggal. Perencanaan justru cenderung
menjadi proses berkepanjangan yang terjad selama periode waktu beberapa
minggu atau bulan. Kita melihat dala.n Bab 2 bahwa sebagian besar perencanaan
melibatkan perumusan agenda informal can implisit, bukannya dokumen dan
kesepakatan tertulis yang formal. Karena perencanaan adalah aktivitas kognisi
yang jarang ter jadi sebagai episode tunggal yang terputus, maka aktivitas ini sulit
diamati (Snyder & Glueck 1980), Meski demikian, terdapat beberapa aspek yang
dapat diamati, seperti menuliskan rencana, menyiapkan anggaran tertulis,
mengembangkan jadwal tertulis, dan bertemu dengan orang lain un. tuk membuat
formulasi sasaran dan strategi. Perencanaan paling dapat saat manajer meng ambil
tindakan untuk menerapkan rencana dengan mengomunikasikannya kepada orang
lain dan membuat pemberian tugas yang spesifik. Pentingnya perencanaan dan
pengorganisasian telah lama diakui dalam literatur mana jemen (Carroll & Gillen,
1987, Drucker, 1974, Fayol, 1949, Quinn, 1980; Urwick, 1952). Bukti hubung an
antara perencanaan dan keefektifan manajerial diberikan oleh beragam jenis studi
yang berbeda (misalnya, Boyatzis, 1982; Carroll & Gillen, 1987; Kim & Yukl,
1995; Kotter, 1982; Morse & Wagner. 1978, Shipper & Wilson, 1992; Yukl et al,
1990).
1
Tabel 3-6.
1
Tujuan perilaku klarifikasi ini adalah memandu dan mengoordinasi aktivitas kerja
dan memastikan agar orang mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Penting agar setiap bawahan memahami apa kewajiban, fungsi, dan
aktivitas yang dibutuh.can dalam pekerjaan serta hasil seperti apakah yang
diharapkan. Bahkan bawahan yang sangat kompeten dan termotivasi bisa gagal untuk
mencapai tingkat kinerja yang tinggi jika merasa bingung akan tanggung jawab dan
prioritasnya. Kebingungan tersebut mengakibatkan usaha yang salah arah dan
pengabaian tanggung jawab yang penting karena justru melakukan hal lain yang
kurang penting. Kalau pekerjaan semakin rumit dan semakin banyak aspek, semakin
sulit untuk menemukan apa yang harus dilakukan.
1
Derajat pengawasan yang tepat akan bergantung pada kompetensi bawahan dan
sifat perkerjaan itu. Pengawasan yang lebih sering lebih disukai saat bawahan tidak
berpengalaman dan merasa tidak aman, saat kesalahan memiliki konsekuensi yang
sangat mengganggu, saar tugas para bawahan sangatlah saling tergantung dan
membutuhkan koordinasi erat, dan saat dimungkinkar adanya gangguan arus kerja
yang disebabkan oleh kerusakan peralatan, kecelakaan, kekurang an bahan
kekurangan karyawan, dan selanjutnya. Pengawasan kinerja sangat sulit saat peker
aan melibatkan tugas unik yang tidak terstruktur yang di situ hasilnya hanya dapat
ditentukan setelah interval waktu yang amat lama. Sebagai contoh, lebih sulit
mengevaluasi kinerja ilmuwan Jenelitian atau manajer sumber daya manusia daripada
kinerja perwakilan penjualan atau manajer produksi. Pemantauan yang terlalu dekat
atau dengan cara yang mengomunikasikan ke tidakpercayaan bisa merendahkan
keyakinan diri dan mengurangi motivasi instrinsik bawahan.
Perilaku itu dijelaskan, dan penelitian atas perilaku ditinjau secara singkat.
Perilaku berorientasi hubungan yang lain dijelaskan dalam bab berikutnya, yang
mencakup memberikan konsultasi dan delegasi (Bab 4) dan pembentukan tim (Bab
11).
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian untuk
mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko yang
timbul sebagai konsekuensi daripada keputusan. Seorang pemimpin harus punya
pengetahuan, keterampilan, informasi yang mendalam dalam proses menyaring suatu
keputusan yang tepat. Disamping itu, seorang pemimpin yang efektif adalah
seseorang yang dapat mempengaruhi dan mengarahkan segala tingkah laku dari
bawahan sedemiian rupa sehingga segala tingkah laku bawahan sesuai dengan
keinginan pimpinan yang bersangkutan. Untuk itu seorang pemimpin setidaknya
harus memiliki kriteria-kriteria tertentu, misalnya kemampuan bisa “ perceptive “ dan
“ objektif. Da;am mengarahkan dan memotivasi bawahan agar melakukan pekerjaan
dengan sesuai, seorang pemimpin bisa memilih suatu gaya kepemimpinan tertentu,
apakah gaya autokratis, gaya partisipatif dan bahkan gaya free rein yang sesuai
dengan situasi dan lingkungan para bawahan. Hanya dengan jalan demikian
pencapaian tujuan dapat terlaksana dengan efesien dan efektif.
B. Saran
Marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang perbedaanya adalah kemampuan
untuk mengubah yang biasa, menjadi yang luar biasa. Perhatikanlah, sebuah
organisasi, tidak mungkin bisa bergerak mendekati bentuk kreatifitas apapun, bila
sang pemimpin menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh utama dalam penolakan
cara-cara yang lebih baik.
1
DAFTAR PUSTAKA
Yulk, G. (2015). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: PT Indeks