Salah satu efek samping dari pengobatan tertentu adalah hiposalivasi yang dapat
samping xerostomia. Obat-obat ini memiliki sifat antikolinergik atau simpatomimetik yang
akan menurunkan produksi saliva sehingga kadar asam di dalam mulut meningkat. Dengan
jumlah yang sedikit dan konsistensi yang kental, saliva akan kehilangan fungsinya sebagai
Allopurinol
Atorvastatin (Statin)
Penjelasan yang mungkin untuk penurunan laju aliran saliva pada pasien yang
menggunakan simvastatin diungkapkan oleh (Ferreira et al., 2007) yang menyatakan bahwa
pengobatan simvastatin menghasilkan penurunan yang signifikan dari profil lipid serum
tetapi kurang berpengaruh pada berat kelenjar parotis atau mungkin karena untuk
sel asinar kelenjar. Izumi dkk. ,(1997) menemukan bahwa pengendapan lemak di kelenjar
ludah utama dan tingkat keparahan pengendapan lemak dapat berkorelasi dengan tingkat
aliran saliva yang terganggu pada pasien tersebut, temuan klinis kelenjar ludah pada pasien
dengan hiperlipidemia termasuk pembesaran kelenjar parotis, infiltrasi lipid, dan gangguan
aliran saliva
Bisoprolol (Antihipertensi)
Betablocker mengacu pada kelompok campuran obat dengan sifat farmakodinamik dan
jantung atau infark miokard akut. Betablocker dianggap memiliki efek menguntungkan yang
sama ketika digunakan sebagai terapi lini pertama untuk hipertensi.4 Data di India
menunjukkan betablocker merupakan golongan obat yang diresepkan sebesar 84% pada
pasien kardiovaskular di rawat inap dimana obat yang digunakan yakni metoprolol dan
penyakit heart failure, hipertensi, infark miokard dan sirosis hepatik pada pasien rawat inap.
Bisoprolol dan propranolol merupakan obat golongan betablocker yang sering digunakan
Obat antihipertensi ialah kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah akibat hipertensi. Di satu sisi penggunaan obat ini membantu penderita hipertensi
untuk menurunkan tekanan darahnya, namun di sisi lainnya bisa berdampak buruk di rongga
mulut. Obat antihipertensi dapat memengaruhi aliran saliva secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung obat-obat ini akan memengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi
sistem saraf autonom atau dengan bereaksi pada proses seluler yang diperlukan saliva,
sedangkan secara tidak langsung obat antihipertensi akan memengaruhi saliva dengan
mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan memengaruhi aliran darah ke
kelenjar. Sebagai salah satu akibatnya, kondisi ini menimbulkan efek xerostomia.4
Saliva merupakan cairan oral yang terdiri yang terdiri dari campuran sekresi kelenjar
saliva mayor dan minor serta cairan sulkus gingiva yang ada pada rongga mulut. Saliva
berperan penting dalam proses pencernaan makanan, pengaturan keseimbangan air, menjaga
integritas gigi, sebagai buffer, dan aktivitas antibakterial. Obat antihipertensi secara langsung
akan memengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem saraf autonom atau dengan
bereaksi pada proses seluler yang diperlukan untuk saliva. Stimulasi saraf parasimpatis
menyebabkan sekresi yang lebih cair dan saraf simpatis memproduksi saliva yang lebih
sedikit (hiposalivasi) dan kental. Sedangkan secara tidak langsung akan memengaruhi saliva
dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan memengaruhi aliran darah
ke kelenjar yang mengarah pada kualitas saliva. Hal tersebut memungkinkan terjadi
perubahan pada lingkungan rongga mulut sehingga perubahan mikroorganisme flora normal
menjadi oportunistik dapat terjadi salah satunya adalah Candida Sp. 9.10
(16,99%), lichenoid reaction (4,5%), paralisis nervus fasial (1,2%), hiperplasia gingiva
(16,9%). Keluhan lain yang muncul adalah kesulitan berbicara, mengunyah, menelan karena
kurangnya produksi saliva yang dapat menyebabkan mulut menjadi kering (Kumar, et al.
2012)12 . Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nadiq, et al menyatakan
bahwa kondisi hiposalivasi menyebabkan penurunan jumlah komponen pada saliva seperti
seperti Candida albicans, jumlah koloni Candida albicans pada orang normal yaitu ≤ 400
CFU/ml, sedangkan pada kelompok hipertensi sebanyak 3 orang ditemukan koloni Candida
albicans ≥ 400 CFU/ml (Nurfajrina FR, et al. 2020)13 Oleh karena itu, kondisi sistemik
seperti hipertensi yang mengonsumsi obatobatan dalam jangka panjang sangat rentan
Haloperidol (Antipsikotik)
Obat psikotropika adalah salah satu dari banyak penyebab xerostomia. Xerostomia dapat
terjadi melalui beberapa mekanisme tetapi paling sering akibat efek sekunder antikolinergik
yang timbul dari penonaktifan reseptor muskarinik M3, menyebabkan kesehatan mulut yang
buruk.
Kelompok besar obat (antidepresan trisiklik, antipsikotik, dll.) memberikan efek yang
tidak diinginkan atau efek samping karena antagonisme reseptor kolinergik (juga dikenal
sebagai muskarinik) nonselektif. Dalam sistem saraf pusat, asetilkolin memodulasi fungsi
kognitif dan kontrol motoric. Pada sistem saraf kolinergik perifer, reseptor yang paling
sensitif terhadap obat antikolinergik dapat ditemukan pada kelenjar ludah, bronkial, dan
kelenjar keringat.
Efek samping antikolinergik yang paling sering adalah penurunan sekresi air liur
(hiposalivasi), mengakibatkan mulut kering, dari lebih dari 600 obat yang memiliki sifat
Mecobalamin
Meloxicam
Interzink
Chana