Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

TUGAS UAS TEKNOLOGI SARANA DAN PRASARANA RUMAH


SAKIT

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI RUMAH SAKIT

NYOMAN ARYAGUNA PRAMANA KAMAJAYA

10821018

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTA

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

PRODI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

KEDIRI

1
2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 1
3. TUJUAN......................................................................................................... 1
BAB 2 ISI.................................................................................................................... 3
1. Sistem Proteksi dan Rumah Sakit.................................................................. 3
2. Pencegahan Bahaya Kebakaran.....................................................................3
3. Keselamatan Terhadap Kebakaran Secara Umum.........................................4
4. Penanggulangan Bahaya Kebakaran..............................................................5
5. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran............................................................6
6. Sistem dan Instalasi Detektor panas dan Detektor Asap.............................10
7. Ketentuan Penempatan Detektor Panas dan Detektor Asap...................... 10
8. Instalasi Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran di Rumah Sakit................... 11
9. Alat Pemadam Api Ringan...........................................................................14
10. Sistem dan Instalasi Alat Pemadam Api Ringan...................................... 15
11. Ketentuan Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).................... 16
12. Lokasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)................................................ 16
13. Sistem Pipa Tegak dan Kotak Selang Kebakaran......................................19
14. Tekanan Sisa dan Laju Aliran Air Minimum Pada Pipa Tegak...................23
15. Sistem Sprinkler Otomatis.......................................................................25
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 28
1. KESIMPULAN............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 29

2
3
DAFTAR TABEL

Table 1.0 11
Table 2.0 11
Table 3.0 16
Table 4.0 18

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
saya mampu menyelesaikan Makalah Teknologi Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit dengan judul ”SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI RUMAH
SAKIT” ini dengan tepat waktu.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Safari Hasan S.IP.,
M.M.R,.sebagai dosen pengampu mata kuliah Teknologi Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit yang telah membimbing saya dalam penyusunan
makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
para pembaca serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk kedepannya. Saya sebagai penyusun pastinya tidak
pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini
yang mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu saya sangat mengharap
kritik dan saran yang membangun demi peningkatan makalah saya yang
selanjutnya.

Kediri, 17 Juli 2023

Nyoman Aryaguna P.K

5
BAB 1 PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut WHO (world health organization), rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu
institusi atau suatu organisasi sosial yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna baik itu secara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Dalam membangun rumah sakit pasti banyak pertimbangan
yang harus dilakukan antara lainnya adalah memikirkan mengenai
sistem proteksi kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah salah satu faktor
keandalan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran. Sistem
proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk bangunan rumah
sakit dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam
kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan dirinya dari
bahaya kebakaran.

2. RUMUSAN MASALAH
2.1. Dapat menjelaskan secara lengkap mengenai sistem
proteksi kebakaran pada rumah sakit!

3. TUJUAN
3.1. Memberikan pengetahuan mengenai sistem proteksi
kebakaran pada rumah sakit

1
3.2. Menjelaskan secara teknis sistem proteksi kebakaran pada
rumah sakit

2
BAB 2 ISI
1. Sistem Proteksi dan Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut WHO (world health organization), rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu
institusi atau suatu organisasi sosial yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna baik itu secara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Dalam membangun rumah sakit pasti banyak pertimbangan
yang harus dilakukan antara lainnya adalah memikirkan mengenai
sistem proteksi kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah salah satu faktor
keandalan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran. Sistem
proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk bangunan rumah
sakit dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam
kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan dirinya dari
bahaya kebakaran.

2. Pencegahan Bahaya Kebakaran


Asap sebagai akibat kebakaran paling fatal di area rumah
sakit. Saat ini, banyak area di rumah sakit yang melarang merokok,
namun demikian apabila merokok dimungkinkan di area tertentu,
peraturan larangan merokok harus ditegakkan.
Batasi merokok di semua area yang ditunjuk atau setelah
merokok mereka yang merokok secara langsung dipantau oleh para
profesional perawatan kesehatan.

3
Tempelkan aturan dilarang merokok secara mencolok di
tempat-tempat strategis dan terapkan aturan ini pada semua orang,
pasien, petugas, pengunjung dan ibu ibu yang melahirkan.
Sediakan wadah puntung rokok yang besar di tempat merokok yang
ditunjuk, dan kosongkan sesering mungkin serta jangan membuang
sampah apapun pada wadah puntung rokok ini.
Jangan biarkan pasien merokok di tempat tidur. Jangan
pernah mentolerir merokok dimana oksigen disimpan atau
digunakan. Dalam kamar pasien banyak menggunakan tangki
oksigen. Ini termasuk unit perawatan intensif, kamar terapi
pernapasan, laboratorium, kamar operasi, ruang pemulihan, dan
ruang gawat darurat. Pasang area ini dengan tanda DILARANG
MEROKOK.
Peralatan yang rusak dan tidak layak digunakan juga
merupakan penyebab kebakaran di area perawatan kesehatan.
Bersihkan serat dan lemak dari peralatan memasak dan
peralatan cuci pakaian, tudung ventilator (ventilator hood), filter, dan
saluran.
Hindari penggunaan sambungan (ekstensi) kabel. Jika Anda
harus menggunakannya, jangan dibebani dengan beban lebih.
Pemasangan sambungan kabel dilarang melalui pintu atau di mana
kabel ini dapat terinjak. Dilarang memasang sambungan kabel lebih
dari satu sambungan dari satu outlet.
Bagian pemeliharaan dan perbaikan memeriksa dan
memelihara semua peralatan pada jadwal rutin. Berhati-hatilah
menggunakan peralatan yang dibawa pasien dari rumah dan ikuti
kebijakan mengenai penggunaannya.

3. Keselamatan Terhadap Kebakaran Secara Umum


Jauhkan produk kertas, sprei, pakaian, dan barang mudah
terbakar lainnya, dari perangkat yang memproduksi panas,
termasuk lampu baca.
Jangan gunakan perangkat yang menghasilkan bunga api,
termasuk mainan atau peralatan bermotor, di daerah di mana
oksigen digunakan.

4
Simpan tabung gas dengan aman dan jauh dari pasien. Beri
tanda silinder apabila sedang tidak digunakan.
Area perawatan dan penyimpanan harus bersih dan bebas
dari sampah antara lain serbuk gergaji, serutan kayu, kain
berminyak, dan lain-lain. Ruangan dan jalur evakuasi dipelihara
tetap bersih.
Pastikan bahwa tanda-tanda “EKSIT” (EXIT) selalu diterangi
dan pencahayaan darurat menyala dengan baik.
Jangan pernah membiarkan pintu EXIT/Darurat/Kebakaran
terbuka. Pintu ini tidak hanya melarang orang keluar/masuk dalam
keadaan normal, pintu ini dimaksudkan untuk menjaga penyebaran
api, bila terjadi kebakaran.

4. Penanggulangan Bahaya Kebakaran


4.1. Persiapan bila terjadi kebakaran
Area rumah sakit harus memiliki rencana
darurat lengkap. Direktur atau manajer keselamatan
kebakaran harus mengawasi latihan kebakaran,
sehingga semua petugas memahami apa yang harus
dilakukan jika terjadi kebakaran. Hal-hal yang harus
diketahui petugas:
a) Lokasi alarm kebakaran di area kerja
mereka dan bagaimana meresponnya.
b) Lokasi alat pemadam kebakaran
ringan (APAR) di area kerja mereka,
dan bagaimana dan kapan
digunakannya.
c) Lokasi Instalasi gas oksigen dan
bagaimana cara menutup aliran gas
oksigen pada sistem pipa gas sesuai
prosedur.
4.2. Dalam kejadian kebakaran
Dalam banyak kasus, dimana pasien dan
keluarga tidak dapat membantu diri mereka sendiri,
menjadi tanggung jawab petugas rumah sakit untuk

5
menjaga keselamatan mereka. Dalam hal ini petugas
harus:
a) jika terjadi kebakaran, tetap tenang;
berikan contoh pada pasien.
b) laporkan adanya api.
c) Padamkan api pada awal kebakaran
saat api masih kecil dan lokalisir agar
tidak menyebar, seperti kasus api
dalam keranjang sampah, hanya
dilakukan oleh petugas yang telah
dilatih untuk mengoperasikan alat
pemadam api portable.
d) Apabila penggunaan alat pemadam
api ringan kurang berhasil
memadamkan api, dapat digunakan
slang kebakaran berukuran kecil (1
atau 1½ inci) oleh petugas rumah
sakit yang terlatih.
e) pindahkan pasien yang berada dalam
bahaya asap atau api ke tempat yang
aman.
f) tutup pintu ruang pasien.
g) menjadi panutan bagi pasien.

5. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran


Sistem deteksi dan alarm kebakaran harus dipasang sesuai
dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, nomor
26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Sistem
proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah
sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik
yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan
baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun
cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Sistem proteksi dibagi
menjadi dua yakni sistem proteksi kebakaran pasif dan aktif.

6
5.1. Sistem Proteksi kebakaran pasif
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, nomor
26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan sistem
proteksi kebakaran pasif secara umum berlaku terhadap
bangunan gedung baru, bangunan gedung yang ada, baik
bersifat permanen maupun yang bersifat sementara. Dalam
hal konstruksi apabila gedung dipersyaratkan dalam
persyaratan teknis ini, jenis konstruksi bangunan gedung
harus memenuhi Ketentuan baku atau standar yang berlaku
tentang, “Standar Tipe Konstruksi Bangunan gedung”.
Hal-hal pokok menyangkut konstruksi pengamanan
terhadap bahaya kebakaran untuk hunian baru dan yang
sudah ada harus memenuhi persyaratan teknis ini dan
ketentuan baku atau standar yang berlaku tentang
“Persyaratan Teknis Keselamatan Jiwa”.
Kemudian adalah pasangan konstruksi tahan api
dalam Rancangan dan konstruksi dinding api dan dinding
penghalang api yang disyaratkan untuk pemisahan
bangunan gedung atau membagi bangunan gedung untuk
mencegah penyebaran api harus memenuhi ketentuan baku
atau standar yang berlaku tentang, “Standar Dinding Api dan
Dinding Penghalang Api”
Dalam pemeliharaan konstruksi tahan api gedung
harus memiliki penghalang api, dinding api, dinding luar
dikaitkan dengan lokasi bangunan gedung yang dilindungi,
persyaratan ketahanan api yang didasarkan pada tipe
konstruksi, partisi penahan penjalaran api, dan penutup
atap, harus dipelihara dan harus diperbaiki, diperbaharui
atau diganti dengan tepat apabila terjadi kerusakan,
perubahan, keretakan , penembusan, pemindahan atau
akibat pemasangan yang salah.
Apabila dinding atau langit-langit tahan api yang
terbuat dari bahan gipsum rusak hingga timbul lubang, maka
bagian dinding atau langit-langit gypsum tersebut harus

7
diganti atau dipulihkan kembali ketahanan apinya dengan
memakai sistem perbaikan yang disetujui atau
menggunakan bahan dan metoda yang setara dengan
konstruksi awalnya.
5.2. Sistem proteksi kebakaran aktif
Dalam sistem proteksi kebakaran aktif Otoritas
Berwenang Setempat (OBS) harus memiliki otoritas untuk
mempersyaratkan bahwa dokumen konstruksi untuk seluruh
sistem proteksi kebakaran diserahkan untuk diperiksa dan
izin akan diterbitkan sebelum pemasangan (installation),
rehabilitasi, atau modifikasi. Selanjutnya, OBS memiliki
otoritas untuk mensyaratkan bahwa uji-penuh serah terima
(full acceptance tests) dilaksanakan pada seluruh sistem
dengan dihadiri OBS, sebelum diberikan sertifikat final
seluruh sistem.
Pemilik/pengelola bangunan gedung (property)
bertanggung jawab atas pengujian yang benar dan
pemeliharaan peralatan dan sistem.
Penghalang tidak boleh ditempatkan atau disimpan
dekat slang kebakaran, dekat sambungan Instansi
Pemadam Kebakaran (IPK), atau katup kendali sistem
proteksi kebakaran, sehingga peralatan atau slang
kebakaran tidak segera terlihat dan sukar dicapai
(accessible).
Ruang bebas minimum harus disediakan untuk
memungkinkan akses ke dan untuk pengoperasian
peralatan proteksi kebakaran, sambungan Instansi
Pemadam Kebakaran, atau katup kendali sistem proteksi
kebakaran, sebagaimana disetujui oleh OBS. Instansi
Pemadam Kebakaran tidak boleh dihalangi atau dihambat
untuk dapat segera mencapai peralatan proteksi kebakaran.
Rekaman terinci yang mendokumentasikan semua
sistem dan peralatan uji dan pemeliharaan harus disimpan
oleh pemilik/pengelola bangunan gedung dan harus tersedia
untuk pemeriksaan oleh OBS.

8
Sistem yang sudah terpasang (existing) harus sesuai
dengan ketentuan tentang bangunan gedung yang sudah
ada atau diizinkan sebelum memakai persyaratan teknis ini
dan harus memenuhi ketentuan yang dinyatakan disini atau
diacu untuk bangunan gedung yang sudah ada.
Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya
harus dipelihara sehingga dalam kondisi siap operasi yang
handal dan harus diganti atau diperbaiki bila cacat
(defective).
OBS, harus diberitahu bila sistem proteksi kebakaran
tidak dapat berfungsi dan pada saat sudah dapat
difungsikan kembali.
Bilamana suatu sistem proteksi kebakaran tidak
dapat berfungsi untuk lebih dari 4 jam dalam jangka 24 jam,
OBS harus diperbolehkan untuk memerintahkan agar
gedung dievakuasi, atau suatu penjagaan kebakaran harus
disediakan untuk bagian gedung yang tak terlindungi oleh
sistem proteksi kebakaran yang dimatikan sampai sistem
proteksi kebakaran tersebut difungsikan kembali.
Dalam hal sistem proteksi kebakaran gagal (tidak
siap berfungsi) atau terjadi sejumlah besar pengaktifan tidak
sengaja, OBS harus diperbolehkan untuk memerintahkan
agar disediakan penjaga kebakaran sampai sistem telah
diperbaiki.
Untuk jenis hunian yang sifatnya berbahaya
(hazardous nature) atau di mana ada bahaya khusus
(special hazard) selain bahaya normal pada suatu hunian,
atau akses ke peralatan pemadam kebakaran cukup sulit
(unduly difficult), atau bila ukuran atau konfigurasi gedung
atau isi gedung membatasi upaya normal pemadaman api,
maka OBS memiliki wewenang untuk menuntut
pengamanan tambahan terdiri dari tambahan peralatan
proteksi kebakaran, lebih dari satu jenis peralatan proteksi
kebakaran, atau sistem khusus yang sesuai untuk jenis
bahaya yang dimaksud.

9
6. Sistem dan Instalasi Detektor panas dan Detektor Asap
Instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran meliputi 2 jenis
yakni,
6.1. Sistem alarm kebakaran manual terdiri dari,
a) Panel alarm;
b) Titik panggil manual;
c) Signal alarm (alarm bell/buzzer/lampu).
6.2. Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis, terdiri
dari,
a) Panel alarm;
b) Detector panas dan asap;
c) Titik panggil manual;
d) Signal alarm (alarm bell/buzzer/lampu).

7. Ketentuan Penempatan Detektor Panas dan Detektor


Asap
Semua detektor asap mempunyai per syaratan jarak antar
detektor yang sama, juga semua detektor panas mempunyai
persyaratan jarak antar detektor yang sama meskipun berbeda
dengan detektor asap.
Sesuai standar untuk area umum jarak antara setiap titik
dalam area yang diproteksi dan detektor terdekat ke titik tersebut
harus tidak melebihi dari 7,5 meter untuk detektor asap dan 5,3
meter untuk detektor panas.
Untuk memastikan bahwa proteksi yang dicakup di sudut
ruangan dan untuk memastikan tidak ada celah pada titik yang
berhubungan dari banyak detektor, jarak antaranya harus dikurangi.
Untuk memastikan cakupan lengkap denah segi empat,
jarak antara detektor dan dinding harus dikurangi sampai 5 meter
untuk detektor asap, dan 3,5 meter untuk detektor panas.
Untuk memastikan cakupan lengkap, jarak antar detektor
harus dikurangi sampai 10 meter antar detektor asap, dan 7 meter
antar detektor panas.
Untuk koridor kurang dari 2 meter lebarnya, hanya garis
pusat membutuhkan pertimbangan dimana tidak penting untuk
mengurangi jarak antara detektor untuk melengkapi seluruh

10
cakupan yang diberikan. Dengan demikian, jarak antara detektor
untuk detektor asap menjadi 7,5 meter dari dinding dan 15 meter
antar detektor. Untuk detektor panas, jarak antaranya menjadi 5,3
meter ke dinding dan 10 meter antar detektor. Data tersebut di atas
berlaku hanya untuk langit-langit datar, untuk langit-langit yang
miring atau langit-langit yang permukaannya tidak rata, jarak
antaranya akan berubah. Untuk langit-langit yang miring, detektor
harus dipasang sesuai kemiringan langit-langit dan diperlukan
tambahan 1% untuk setiap 10 kemiringannya sampai 25%. Terdekat
ditetapkan 600 mm untuk detektor asap dan 150 mm untuk detektor
panas.

8. Instalasi Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran di Rumah


Sakit
Lokasi penempatan instalasi sistem deteksi dan alarm
kebakaran di rumah sakit, seperti ditunjukkan pada tabel 1.0.

Table 1.0

Jumlah luas Sistem alarm


Jumlah lantai minimum/lantai dan deteksi
(m3) kebakaran

1 1 Tanpa batas Manual

2 2-4 T.A.B Otomatik

3 >4 T.A.B Otomatik

Lokasi penempatan detektor kebakaran pada ruangan di


dalam rumah sakit ditunjukkan pada tabel 2.0.

Table 2.0

Detektor

Detekto Detekt
Fungsi Ruang Detektor Detekt
r Laju or
Panas Kenaika Asap or Lain

11
Temper
atur

PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS

Ruang Operasi:

● Kamar operasi Tidak Tidak Ya Tidak

● Ruang penunjang Tidak Tidak Ya Tidak

● Ruang melahirkan Tidak Tidak Ya Tidak

● Delivery Suite Tidak Tidak Ya Tidak

● Labour Suite Tidak Tidak Ya Tidak

● Ruang Pemulihan Tidak Tidak Ya Tidak

● Ruang bayi Tidak Tidak Ya Tidak

● Ruang Trauma Tidak Tidak Ya Tidak

● Gudang anestesi Tidak Tidak Ya Tidak

PERAWATAN

Ruang Pasien Tidak Tidak Ya Tidak

Ruang Toilet Tidak Tidak Tidak Tidak

Perawatan intensif Tidak Tidak Ya Tidak

Isolasi protektif Tidak Tidak Ya Tidak

Isolasi Infeksius Tidak Tidak Ya Tidak

Isolasi ruang antara Tidak Tidak Tidak Tidak

Kala/melahirkan/pemulihan/
Tidak Tidak Ya Tidak
post partum (LDRP)

Koridor pasien Ya tidak Tidak Tidak

12
PENUNJANG

Radiologi : Tidak Tidak Ya Tidak

● X-Ray (bedah dan


Tidak Tidak Ya Tidak
perawatan kritis)

● X-Ray (diagnostik
Tidak Tidak Ya Tidak
dan tindakan)

● Ruang gelap Ya Tidak Ya Tidak

● Laboratorium, Umum Tidak Tidak Ya Tidak

● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
Bacteriologi

● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
biochemistry

● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
Cytology

● Laboratorium,
Tidak Tidak Tidak Tidak
pencucian gelas

● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
histology

● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
pengobatan nuklir

● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
pathologi

● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
serologi.

● Laboratorium,
tidak Tidak Ya Tidak
sterilisasi

13
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
transfer media

● Autopsy Tidak Tidak Tidak Tidak

● Ruang tunggu –
tubuh tidak Ya Tidak Tidak Tidak
didinginkan

● Farmasi Ya Tidak Tidak Tidak

ADMINISTRASI

Pendaftaran dan ruang


ya Tidak Tidak Tidak
tunggu

DIAGNOSA DAN TINDAKAN

Bronchoscopy, sputum
collection, dan administrasi Tidak Tidak Ya Tidak
pentamidine

Ruang Pemeriksaan Ya Tidak Tidak Tidak

Ruang Pengobatan Ya Tidak Tidak Tidak

Ruang Tindakan Ya Tidak Tidak Tidak

Terapi fisik dan terapi hidro Ya Tidak Tidak Tidak

Ruang kotor atau tempat


Tidak Tidak Tidak Tidak
sampah

Ruang bersih atau tempat


Ya Tidak Tidak Tidak
bersih

STERILISASI DAN SUPLAI

Ruang peralatan sterilisasi Ya Tidak Tidak Tidak

14
Ruang kotor dan
Tidak Tidak Tidak Tidak
dekontaminasi

Tempat bersih dan gudang


Ya Tidak Tidak Tidak
steril

Gudang peralatan Ya Tidak Tidak Tidak

PELAYANAN

Pusat persiapan makanan Tidak Tidak Tidak Tidak

Tempat cuci Tidak Tidak Tidak Tidak

Gudang dietary harian Ya Tidak Tidak Tidak

Laundry, umum Tidak Tidak Tidak Tidak

Sortir linen kotor dan


Tidak Tidak Tidak Tidak
gudang

Gudang linen bersih Ya Tidak Tidak Tidak

Linen dan ruang bedpan Ya Tidak Tidak Tidak

Kamar mandi Ya Tidak Tidak Tidak

Kloset janitor Tidak Tidak Tidak Tidak

9. Alat Pemadam Api Ringan


Alat pemadam api ringan harus disediakan di bangunan
rumah sakit sesuai dengan pedoman ini. Jenis alat pemadam api
ringan harus sesuai dengan klasifikasi bahaya kebakaran yang ada
: Kelas A, B, C, D atau K. Peraturan dan standar alat pemadam api
ringan harus dipasang sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan teknis sistem
proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.dan SNI
03-3987-1995 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan
Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.

15
10. Sistem dan Instalasi Alat Pemadam Api Ringan
Kebakaran dibagi dalam 5 kelas berdasarkan terutama
kepada benda yang terbakar. Klasifikasi ini menolong asesmen
bahaya dan penentuan jenis media pemadam yang paling efektif.
Juga digunakan untuk klasifikasi, ukuran, dan pengujian alat
pemadam api ringan/ APAR.
Berikut adalah 5 kelas kebakaran berdasarkan kepada
benda yang terbakar:
10.1. Kelas A : meliputi benda mudah terbakar biasa:
antara lain kayu, kertas dan kain. Perkembangan
awal dan pertumbuhan kebakaran biasanya lambat,
dan karena benda padat, agak lebih mudah dalam
penanggulangannya. Meninggalkan debu setelah
terbakar habis.
10.2. Kelas B : meliputi cairan dan gas mudah
menyala dan terbakar antara lain bensin, minyak dan
LPG.Jenis kebakaran ini biasanya berkembang dan
bertumbuh dengan sangat cepat.
10.3. Kelas C : meliputi peralatan listrik yang hidup:
antara lain motor listrik, peralatan listrik, dan panel
listrik. Benda yang terbakar mungkin masuk dalam
kelas kebakaran lainnya. Bila daya listrik diputus,
kebakaran bukan lagi sebagai kelas C. Tidak penting
peralatan listrik dihidupkan atau dimatikan, tetap
peralatan tersebut masuk dalam Kelas C.
10.4. Kelas D : meliputi metal terbakar antara lain
magnesium, titanium and zirconium. Jenis kebakaran
ini biasanya sulit untuk disulut (ignited) tetapi
menghasilkan panas yang hebat. Kebakaran kelas D
amat sulit untuk dipadamkan, dan untungnya jarang
dijumpai.
10.5. Kelas K : meliputi minyak untuk memasak. Ini
adalah kelas terbaru dari kelas-kelas kebakaran.

16
11. Ketentuan Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Jarak tempuh penempatan alat pemadam api ringan dari
setiap tempat atau titik dalam bangunan rumah sakit harus tidak
lebih dari 25 (dua puluh lima) meter. Setiap ruangan tertutup dalam
bangunan rumah sakit dengan luas tidak lebih dari 250 m2, harus
dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam api
ringan berukuran minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan. Setiap
luas tempat parkir yang luasnya tidak melebihi 270 m2 harus
ditempatkan minimal dua buah alat pemadam api ringan kimia
berukuran minimal 2 kg, yang ditempatkan antara tempat parkir
kendaraan dan gedung, pada tempat yang mudah dilihat dan
dicapai. Dapat dilihat pada tabel 3.0

Table 3.0

No Ruangan Jenis Kelas

1 Kamar Operasi (Or) Water mist A, B, C

Fasilitas MRI Dan


2 Water mist A, B, C
Kamar Pasien

Data Processing
Centers,
Telecommunications Water mist
3 A, B, C
Records Storage, atau Halotron I
Collection An Server
Rooms

Intensive Care Units


4 Water mist A, B, C
(ICU)

5 Heliports/Helipads FFFp beroda A, B, C

6 Dapur Besar/Komersial Kimia basah K

Ruangan Diesel
7 CO2 B, C
Generator

17
Kimia kering
8 Ruangan Lain A, B, C
serbaguna

12. Lokasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


APAR harus ditempatkan di tempat yang mudah terlihat,
termasuk instruksi pengoperasiannya dan tanda identifikasinya.
sehingga mudah dicapai (APAR harus tidak terhalang oleh
peralatan atau material-material) sehingga mudah dicapai (APAR
harus tidak terhalang oleh peralatan atau material-material). Selain
itu APAR harus diletakkan dekat dengan area yang berpotensi
bahaya kebakaran, akan tetapi tidak terlalu dekat karena bisa rusak
oleh sambaran api. dekat dengan area yang berpotensi bahaya
kebakaran, akan tetapi tidak terlalu dekat karena bisa rusak oleh
sambaran api, di mana APAR tidak akan rusak karena terkorosi
oleh proses kimia, sehingga APAR terlindungi dari kerusakan jika
ditempatkan di luar ruangan.
Dalam area khusus, Apabila bahan yang disimpan mudah
terbakarnya tinggi di dalam ruangan yang kecil atau tempat tertutup,
tempatkan APAR di luar ruangan (ini akan digunakan oleh
pengguna untuk memadamkan api).
Untuk ruangan yang berisi peralatan listrik, tempatkan APAR
di dalam atau dekat ruangan, Pada kendaraan atau di area di area
dimana APAR ditempatkan di area yang bising atau bergetar,
pasang APAR dengan pengikat yang dirancang untuk tahan
terhadap getaran.
Pemasangan APAR ditentukan sebagai berikut:
12.1. APAR di pasang di dinding.
12.2. APAR dipasang bersama hidran gedung.
12.3. APAR dipasang bersama hidran gedung.
12.4. Dipasang pada dinding dengan pengikat atau
dalam lemari kaca dan dapat dipergunakan dengan
mudah pada saat diperlukan.
12.5. Dipasang sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas berada pada ketinggian maksimum 120
cm dari permukaan lantai, kecuali untuk jenis CO2

18
dan bubuk kimia kering (dry powder) penempatannya
minimum 15 cm dari permukaan lantai.
12.6. Tidak diperbolehkan dipasang di dalam
ruangan yang mempunyai temperatur lebih dari 490C
dan di bawah 40C.
Untuk membedakan isi tabung APAR, pada tabung
dibutuhkan penandaan dengan warna yang menunjukkan apakah isi
APAR tersebut air, busa, bubuk kering, kimia basah atau bubuk klas
D. Penandaan warna tersebut ditunjukkan pada tabel 4.0

Table 4.0

Sesuai untuk penggunaan


Jenis Warna tabung kelas kebakaran (tanda kurung
kadang-kadang digunakan)

Tabung warna
air A
merah

Tabung warna
merah dengan
panel putih ke
Busa kuning-kuninga A B
n (cream) di
atas instruksi
pengoperasian.

Tabung warna
merah dengan
Bubuk
panel biru di (A) B C
kering
atas instruksi
pengoperasian.

Carbon Tabung warna


dioxide merah dengan B
CO2 panel hitam di

19
atas instruksi
pengoperasian.

Tabung warna
merah dengan
Kimia
panel kuning di A (B)
basah
atas instruksi
pengoperasian.

Tabung merah
dengan panel
Bubuk
biru di atas D
kelas D
instruksi
pengoperasian.

13. Sistem Pipa Tegak dan Kotak Selang Kebakaran


Sistem pipa tegak harus disediakan di bangunan rumah
sakit sesuai dengan pedoman ini. Lokasi sambungan pemadam
kebakaran/ siamese harus diletakkan di lokasi yang mudah diakses
oleh mobil pemadam kebakaran, Sistem ini harus meliputi :
13.1. Sistem pipa tegak Dan alat control atau
panelnya;
13.2. Katup control;
13.3. Pipa tegak;
13.4. Landing valve;
13.5. Kotak selang kebakaran yang berisi katup
kebakaran 1 ½ inch plus selang dan nozzle atau
katup kebakaran 2 ½ inch;
13.6. Sambungan Siamese;
13.7. Hidran halaman.

Peraturan dan standar sistem pipa tegak dan slang


kebakaran harus dipasang sesuai dengan, Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan, SNI 03-1745-2000 atau edisi terakhir; Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang

20
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung,
SNI 03-1735-2000 atau edisi terakhir, Tata Cara Perencanaan
Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.

Sistem pipa tegak dalam bangunan rumah sakit terdiri dari :

13.1. Sistem pipa tegak kering;


13.2. Sistem pipa tegak basah;
13.3. Kombinasi pipa tegak kering dan pipa tegak
basah.

Sistem pipa tegak kering atau sistem pipa tegak basah


dilengkapi dengan katup landing dan sambungan siamese. Pipa
tegak kering dipasang dalam bangunan rumah sakit dimana
ketinggian yang layak dihuni lebih dari 10 m, tetapi tidak lebih dari
40 m. pipa tegak kering dipasang dalam bangunan rumah sakit
untuk tujuan pemadaman kebakaran yang dilakukan oleh petugas
dinas kebakaran. Pipa tegak kering, dalam keadaan normal kering
(tidak berisi air), tetapi akan diisi dengan air yang dipompa dari
mobil pompa pemadam kebakaran melalui sambungan siamese.
Sistem pipa tegak basah, dipasang pada bangunan dimana
ketinggian bangunan rumah sakit lebih dari 40 m. Pipa tegak basah,
dipasang dalam bangunan untuk tujuan pemadaman kebakaran
oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dan pipa diisi
secara tetap dengan air yang diperoleh dari sumber pasokan air
bertekanan.
Setiap katup landing Ø 65 mm (2½“) dengan panjang slang
40 m harus dapat melayani luas ruangan pada setiap lantai tidak
lebih dari 930m2 . Pipa tegak kering atau pipa tegak basah
dilengkapi dengan katup landing Ø65 mm ( 2½“) di setiap lantainya.
Pipa tegak kering dan pipa tegak basah dilengkapi dengan
sambungan siamese yang berguna untuk menyambungkan selang
kebakaran berukuran Ø65 mm (Ø2½“) dari mobil pemadam
kebakaran yang posisinya berada pada permukaan akses
bangunan. Setiap sambungan siamese harus mempunyai
sedikitnya dua kopling Ø 65 mm (2½”) sesuai ketentuan yang

21
berlaku. Sambungan Siamese harus dipasang dengan penutup
untuk melindungi sistem pemipaan dari masuknya
puing-puing/kotoran. Apabila Dinas Pemadam Kebakaran (DPK)
setempat menggunakan kopling yang berbeda dengan yang sudah
ada, kopling kompatibel dengan peralatan DPK setempat harus
digunakan dan diameter minimumnya harus 65 mm. kemudian
Harus tidak ada katup yang tertutup antara sambungan siamese
dan sistem dan Katup searah (katup penahan balik) harus dipasang
pada masing-masing sambungan siamese dan ditempatkan secara
praktis di dekat titik penyambungan ke sistem. Sambungan siamese
harus diletakkan pada sisi bangunan yang menghadap ke jalan,
mudah terlihat dan dikenali dari jalan atau diletakkan pada titik jalan
masuk terdekat dengan peralatan pemadam kebakaran, dan harus
diletakkan sehingga sambungan selang dapat disambungkan ke
kopling sambungan siamese tanpa terganggu oleh bangunan,
pagar, tonggak-tonggak dan lain-lain. Setiap sambungan siamese
harus dirancang dengan penandaan dalam bentuk huruf besar,
tidak kurang 25 mm ( 1 inci) tinggi hurufnya, ditulis pada plat
dengan bunyi tulisan : “SAMBUNGAN PIPA TEGAK”. Jika sprinkler
otomatis juga dipasok oleh sambungan siamese, penandaan atau
kombinasi penandaan harus menunjukkan keduanya (contoh :
“SAMBUNGAN PIPA TEGAK DAN SPRINKLER OTOMATIS” atau
“SAMBUNGAN SPRINKLER OTOMATIS DAN PIPA TEGAK”.
Apabila sambungan siamese hanya melayani suatu bagian
bangunan, suatu penandaan harus dilekatkan pada posisi yang
menunjukkan bagian bangunan yang dilayani. Sambungan siamese
untuk masing-masing sistem pipa tegak harus diletakkan tidak lebih
dari 30 m (100 ft) dari hidran halaman terdekat yang dihubungkan
ke pasokan air dari sistem pemipaan hydrant kota. Sambungan
siamese harus diletakkan dengan tinggi tidak kurang dari 45 cm (18
inci) dan tidak lebih dari 120 cm (48 inci) di atas permukaan tanah
atau jalan.
Lokasi pipa tegak dan katup landing harus ditempatkan
terutama pada posisi sebagai berikut:
13.1. Di Dalam lobi stop asap;

22
13.2. Dalam daerah umum dan di dalam saf yang
terlindung, sedekat mungkin dengan tangga eksit jika
tidak ada lobi stop asap;
13.3. ditempatkan pada lobi dan di luar tangga eksit
yang diproteksi, dan diletakkan di dalam saf yang
terproteksi.
13.4. di dalam tangga eksit, bilamana tidak ada lobi
stop asap dan daerah umum.
Jumlah pipa tegak pada bangunan rumah sakit, setiap
tangga eksit yang disyaratkan, harus dilengkapi dengan pipa tegak
tersendiri. Pada bangunan rumah sakit bertingkat tinggi, minimal
mempunyai 2 tangga eksit, untuk itu diperlukan 2 buah pipa tegak
yang dipasang pada setiap tangga eksit.
Klasifikasi sistem pipa tegak ada 3 terdiri dari:
13.1. Sistem Kelas I
Sistem pipa tegak kelas I harus disediakan
dengan Katup landing Ø65 mm (2 ½ inci)
untuk memasok air yang digunakan oleh
petugas terlatih atau sambungan selang yang
digunakan oleh DPK.
13.2. Sistem Kelas II
Sistem pipa tegak kelas II harus disediakan
dengan katup landing Ø40 mm (1½”) yang
umumnya ditempatkan pada kotak selang
kebakaran (hidran kebakaran gedung) pada
hunian dengan bahaya kebakaran ringan dan
digunakan oleh penghuni.
13.3. Sistem Kelas III
Sistem kelas III merupakan gabungan dari
sistem kelas I dan sistem kelas II, di mana
katup landing Ø 65 mm (2½“) pada pipa tegak
dan katup slang Ø40 mm (1½ “) pada pipa
cabang dan berada pada kotak slang
kebakaran serta diletakkan di dalam koridor
atau ruangan yang berdekatan dengan saf

23
tangga menuju jalur eksit, keduanya
tersambung pada pipa tegak yang sama.

14. Tekanan Sisa dan Laju Aliran Air Minimum Pada Pipa
Tegak
Tekanan sisa (residual pressure), atau kadang-kadang
disebut juga sebagai tekanan akhir, adalah tekanan yang bekerja
pada suatu titik dalam sistem dengan suatu aliran yang disalurkan
oleh sistem. Dalam instalasi pipa tegak, tekanan sisa ini adalah
tekanan setelah katup landing atau katup selang kebakaran pada
kotak slang.
14.1. Tekanan Sisa pada Sistem Kelas I
Tekanan sisa minimum pada katup landing Ø
65 mm (2½ inci), adalah sebesar 6,9 bar (100
psi). Apabila tekanan sisa pada katup landing
melampaui 12,1 bar (175 psi), harus
dilengkapi katup penurun tekanan (Pressure
Reducing Valve) untuk membatasi tekanan
sisa.
14.2. Tekanan sisa pada sistem kelas II
Tekanan sisa minimum pada katup slang
kebakaran Ø 40 mm (1½ inci), adalah
sebesar 4,5 bar (65 psi). Apabila tekanan sisa
pada katup sambungan selang kebakaran Ø
40 mm melampaui 6,9 bar (100 psi), katup
penurun tekanan (Pressure Reducing Valve)
harus disediakan untuk membatasi tekanan
sisa.
14.3. Laju aliran minimum pada sistem kelas I
Untuk sistem kelas I, laju aliran minimum dari
pipa tegak hidrolik terjauh harus sebesar
1.893 liter/menit (550 USGPM). Laju aliran
minimum untuk pipa tegak tambahan harus
sebesar 946 liter/menit (250 US GPM) untuk
setiap pipa tegak, yang jumlahnya tidak
melebihi 4.731 liter/menit (1.250 USGPM).

24
14.4. Laju minimum pada sistem kelas II
Untuk sistem kelas II, laju aliran minimum
untuk pipa tegak terjauh dihitung secara
hidrolik adalah sebesar 379 liter/menit (100
US GPM). Aliran tambahan tidak
dipersyaratkan bila terdapat lebih dari 1 (satu)
pipa tegak.
14.5. Laju aliran minimum pada sistem kombinasi
Yang dimaksudkan dengan sistem kombinasi
terpadu adalah pipa tegak untuk sambungan
katup landing dan sambungan untuk sprinkler
kebakaran otomatis berada pada satu pipa
tegak. Laju aliran yang disyaratkan untuk pipa
tegak sistem kombinasi dalam suatu
bangunan yang seluruhnya diproteksi dengan
sistem sprinkler otomatis secara terpadu tidak
dipersyaratkan melampaui 3.785 liter/menit
(1.000 USGPM) kecuali disyaratkan oleh
instansi berwenang setempat. Yang
dimaksudkan dengan sistem kombinasi
parsial adalah pipa tegak untuk sambungan
katup landing dan pipa tegak untuk sistem
sprinkler otomatis dilayani oleh
masing-masing satu pipa tegak. Untuk sistem
kombinasi pada bangunan rumah sakit yang
dilengkapi dengan proteksi sprinkler otomatis
secara parsial, laju aliran yang dipersyaratkan
harus dinaikkan dengan jumlah yang setara
dengan kebutuhan sprinkler yang dihitung.
secara hidrolik atau 568 liter/menit (150
USGPM) untuk tingkat hunian bahaya
kebakaran ringan atau 1.893 liter/menit (500
USGPM) untuk tingkat bahaya kebakaran
sedang.

25
Kotak selang kebakaran atau sering juga disebut dengan
indoor hydrant box (hidran kebakaran di dalam gedung), terdiri dari,
lemari tertutup, slang kebakaran, rak slang, dan nozzle.
Lokasi kotak selang kebakaran peletakannya diatur sebagai
berikut, di koridor atau di ruangan yang berdekatan dengan saf
tangga yang menuju jalur Eksit dan disambungkan ke pipa tegak.
pengaturan ini memungkinkan untuk menggunakan secara tepat
slang bila tangga jalur eksit penuh dengan orang-orang yang
sedang lari keluar pada saat terjadinya kebakaran. pada setiap
bangunan umum/tempat pertemuan, tempat hiburan, perhotelan,
tempat perawatan, perkantoran, dan pertokoan/pasar untuk setiap
lantai dengan luas 800 m2 harus dipasang minimum 1 (satu) Kotak
Slang Kebakaran Ø40 mm (1½”).
Jarak jangkauan katup siang kebakaran yang berisi katup
berukuran Ø 40 mm (Ø 1½ inci), slang dengan panjang 40 m, rak
dan nozzle sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari lantai
bangunan berada pada jangkauan 40 m (130 ft) dari KSSK 40 mm
(1½ “).
Hidran halaman harus diletakkan di tiap bagian dari jalur
akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas
hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota yang memenuhi
persyaratan tersebut pada butir 4.8.1 tidak tersedia, maka harus
disediakan hidran halaman yang disambungkan dengan jaringan
pipa hidran kota. Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu
hidran halaman, maka hidran tersebut harus diletakkan sepanjang
jalur akses mobil pemadam sedemikian hingga tiap bagian dari jalur
tersebut berada dalam jarak radius 50 m dari hidran.

15. Sistem Sprinkler Otomatis


Sistem sprinkler otomatis harus dipasang sesuai dengan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008,
tentang Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan dan SNI 03-3989-2000 atau edisi
terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan Pemasangan Sistem
Sprinkler Otomatis Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung.

26
Sistem sprinkler sesuai klasifikasi hunian bahaya
kebakarannya, terdiri :
15.1. Sistem bahaya kebakaran ringan.
15.2. Sistem bahaya kebakaran sedang.
15.3. Sistem bahaya kebakaran berat.

Adapun pembatasan dan kepadatan densitas pancaran dan


daerah kerja maksimum dari sprinkler tersebut. Area maksimum
lantai pada setiap lantai yang diproteksi oleh springkler disuplai oleh
satu pipa tegak sistem sprinkler atau pipa tegak kombinasi harus
sebagai berikut :

15.1. Bahaya kebakaran ringan - 52.000 ft2 (4.831 m2).


15.2. Bahaya kebakaran sedang - 52.000 ft2 (4.831 m2).
15.3. Bahaya kebakaran ekstra.

Selain berdasarkan luas, jumlah sprinkler juga menentukan


klasifikasi bahaya kebakaran yang dipilih. Jumlah sprinkler per satu
katup kendali :

15.1. Sistem bahaya kebakaran ringan = 500 sprinkler;


15.2. Sistem bahaya kebakaran sedang = 1000
sprinkler; dan
15.3. Sistem bahaya kebakaran berat = 1000 sprinkler.

Sistem bahaya kebakaran ringan, Kepadatan pancaran


yang direncanakan 5 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang
diperkirakan 84 m2.
Sistem bahaya kebakaran sedang, Kepadatan pancaran
yang direncanakan 5 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang
diperkirakan : 72 ~ 360 m2.
Sistem bahaya kebakaran berat (bahaya pada proses),
Kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5 ~ 10 mm/men. Daerah
kerja maksimum yang diperkirakan 260 m2. Dan (bahaya pada
gudang penimbunan tinggi) Kepadatan pancaran yang
direncanakan 7,5 ~ 30,0 mm/men. Daerah kerja maksimum yang
diperkirakan 260 ~ 300 m2.

27
28
BAB 3 PENUTUP
1. KESIMPULAN
Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat
alternatif serta penyesuaian pedoman teknis prasarana sistem
proteksi kebakaran aktif oleh masing-masing daerah disesuaikan
dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan
Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait lainnya.

29
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan.

SNI 03-1745-2000 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan


Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung.

SNI 03-1735-2000 atau edisi terakhir, Tata Cara Perencanaan Akses


Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung.

SNI 03-3987-1995 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan


Pemasangan Alat Pemadam Api Ringan Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.

SNI 03-3989-2000 atau edisi terakhir; Tata Cara Perencanaan Dan


Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatis Untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung.

30

Anda mungkin juga menyukai