10821018
KEDIRI
1
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.......................................................................................... 1
2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 1
3. TUJUAN......................................................................................................... 1
BAB 2 ISI.................................................................................................................... 3
1. Sistem Proteksi dan Rumah Sakit.................................................................. 3
2. Pencegahan Bahaya Kebakaran.....................................................................3
3. Keselamatan Terhadap Kebakaran Secara Umum.........................................4
4. Penanggulangan Bahaya Kebakaran..............................................................5
5. Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran............................................................6
6. Sistem dan Instalasi Detektor panas dan Detektor Asap.............................10
7. Ketentuan Penempatan Detektor Panas dan Detektor Asap...................... 10
8. Instalasi Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran di Rumah Sakit................... 11
9. Alat Pemadam Api Ringan...........................................................................14
10. Sistem dan Instalasi Alat Pemadam Api Ringan...................................... 15
11. Ketentuan Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).................... 16
12. Lokasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)................................................ 16
13. Sistem Pipa Tegak dan Kotak Selang Kebakaran......................................19
14. Tekanan Sisa dan Laju Aliran Air Minimum Pada Pipa Tegak...................23
15. Sistem Sprinkler Otomatis.......................................................................25
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 28
1. KESIMPULAN............................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 29
2
3
DAFTAR TABEL
Table 1.0 11
Table 2.0 11
Table 3.0 16
Table 4.0 18
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
saya mampu menyelesaikan Makalah Teknologi Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit dengan judul ”SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI RUMAH
SAKIT” ini dengan tepat waktu.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Safari Hasan S.IP.,
M.M.R,.sebagai dosen pengampu mata kuliah Teknologi Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit yang telah membimbing saya dalam penyusunan
makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
para pembaca serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk kedepannya. Saya sebagai penyusun pastinya tidak
pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini
yang mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu saya sangat mengharap
kritik dan saran yang membangun demi peningkatan makalah saya yang
selanjutnya.
5
BAB 1 PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut WHO (world health organization), rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu
institusi atau suatu organisasi sosial yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna baik itu secara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Dalam membangun rumah sakit pasti banyak pertimbangan
yang harus dilakukan antara lainnya adalah memikirkan mengenai
sistem proteksi kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah salah satu faktor
keandalan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran. Sistem
proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk bangunan rumah
sakit dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam
kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan dirinya dari
bahaya kebakaran.
2. RUMUSAN MASALAH
2.1. Dapat menjelaskan secara lengkap mengenai sistem
proteksi kebakaran pada rumah sakit!
3. TUJUAN
3.1. Memberikan pengetahuan mengenai sistem proteksi
kebakaran pada rumah sakit
1
3.2. Menjelaskan secara teknis sistem proteksi kebakaran pada
rumah sakit
2
BAB 2 ISI
1. Sistem Proteksi dan Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut WHO (world health organization), rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu
institusi atau suatu organisasi sosial yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna baik itu secara
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Dalam membangun rumah sakit pasti banyak pertimbangan
yang harus dilakukan antara lainnya adalah memikirkan mengenai
sistem proteksi kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah salah satu faktor
keandalan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran. Sistem
proteksi kebakaran aktif wajib diadakan untuk bangunan rumah
sakit dimana sebagian besar penghuninya adalah pasien dalam
kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan dirinya dari
bahaya kebakaran.
3
Tempelkan aturan dilarang merokok secara mencolok di
tempat-tempat strategis dan terapkan aturan ini pada semua orang,
pasien, petugas, pengunjung dan ibu ibu yang melahirkan.
Sediakan wadah puntung rokok yang besar di tempat merokok yang
ditunjuk, dan kosongkan sesering mungkin serta jangan membuang
sampah apapun pada wadah puntung rokok ini.
Jangan biarkan pasien merokok di tempat tidur. Jangan
pernah mentolerir merokok dimana oksigen disimpan atau
digunakan. Dalam kamar pasien banyak menggunakan tangki
oksigen. Ini termasuk unit perawatan intensif, kamar terapi
pernapasan, laboratorium, kamar operasi, ruang pemulihan, dan
ruang gawat darurat. Pasang area ini dengan tanda DILARANG
MEROKOK.
Peralatan yang rusak dan tidak layak digunakan juga
merupakan penyebab kebakaran di area perawatan kesehatan.
Bersihkan serat dan lemak dari peralatan memasak dan
peralatan cuci pakaian, tudung ventilator (ventilator hood), filter, dan
saluran.
Hindari penggunaan sambungan (ekstensi) kabel. Jika Anda
harus menggunakannya, jangan dibebani dengan beban lebih.
Pemasangan sambungan kabel dilarang melalui pintu atau di mana
kabel ini dapat terinjak. Dilarang memasang sambungan kabel lebih
dari satu sambungan dari satu outlet.
Bagian pemeliharaan dan perbaikan memeriksa dan
memelihara semua peralatan pada jadwal rutin. Berhati-hatilah
menggunakan peralatan yang dibawa pasien dari rumah dan ikuti
kebijakan mengenai penggunaannya.
4
Simpan tabung gas dengan aman dan jauh dari pasien. Beri
tanda silinder apabila sedang tidak digunakan.
Area perawatan dan penyimpanan harus bersih dan bebas
dari sampah antara lain serbuk gergaji, serutan kayu, kain
berminyak, dan lain-lain. Ruangan dan jalur evakuasi dipelihara
tetap bersih.
Pastikan bahwa tanda-tanda “EKSIT” (EXIT) selalu diterangi
dan pencahayaan darurat menyala dengan baik.
Jangan pernah membiarkan pintu EXIT/Darurat/Kebakaran
terbuka. Pintu ini tidak hanya melarang orang keluar/masuk dalam
keadaan normal, pintu ini dimaksudkan untuk menjaga penyebaran
api, bila terjadi kebakaran.
5
menjaga keselamatan mereka. Dalam hal ini petugas
harus:
a) jika terjadi kebakaran, tetap tenang;
berikan contoh pada pasien.
b) laporkan adanya api.
c) Padamkan api pada awal kebakaran
saat api masih kecil dan lokalisir agar
tidak menyebar, seperti kasus api
dalam keranjang sampah, hanya
dilakukan oleh petugas yang telah
dilatih untuk mengoperasikan alat
pemadam api portable.
d) Apabila penggunaan alat pemadam
api ringan kurang berhasil
memadamkan api, dapat digunakan
slang kebakaran berukuran kecil (1
atau 1½ inci) oleh petugas rumah
sakit yang terlatih.
e) pindahkan pasien yang berada dalam
bahaya asap atau api ke tempat yang
aman.
f) tutup pintu ruang pasien.
g) menjadi panutan bagi pasien.
6
5.1. Sistem Proteksi kebakaran pasif
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, nomor
26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan sistem
proteksi kebakaran pasif secara umum berlaku terhadap
bangunan gedung baru, bangunan gedung yang ada, baik
bersifat permanen maupun yang bersifat sementara. Dalam
hal konstruksi apabila gedung dipersyaratkan dalam
persyaratan teknis ini, jenis konstruksi bangunan gedung
harus memenuhi Ketentuan baku atau standar yang berlaku
tentang, “Standar Tipe Konstruksi Bangunan gedung”.
Hal-hal pokok menyangkut konstruksi pengamanan
terhadap bahaya kebakaran untuk hunian baru dan yang
sudah ada harus memenuhi persyaratan teknis ini dan
ketentuan baku atau standar yang berlaku tentang
“Persyaratan Teknis Keselamatan Jiwa”.
Kemudian adalah pasangan konstruksi tahan api
dalam Rancangan dan konstruksi dinding api dan dinding
penghalang api yang disyaratkan untuk pemisahan
bangunan gedung atau membagi bangunan gedung untuk
mencegah penyebaran api harus memenuhi ketentuan baku
atau standar yang berlaku tentang, “Standar Dinding Api dan
Dinding Penghalang Api”
Dalam pemeliharaan konstruksi tahan api gedung
harus memiliki penghalang api, dinding api, dinding luar
dikaitkan dengan lokasi bangunan gedung yang dilindungi,
persyaratan ketahanan api yang didasarkan pada tipe
konstruksi, partisi penahan penjalaran api, dan penutup
atap, harus dipelihara dan harus diperbaiki, diperbaharui
atau diganti dengan tepat apabila terjadi kerusakan,
perubahan, keretakan , penembusan, pemindahan atau
akibat pemasangan yang salah.
Apabila dinding atau langit-langit tahan api yang
terbuat dari bahan gipsum rusak hingga timbul lubang, maka
bagian dinding atau langit-langit gypsum tersebut harus
7
diganti atau dipulihkan kembali ketahanan apinya dengan
memakai sistem perbaikan yang disetujui atau
menggunakan bahan dan metoda yang setara dengan
konstruksi awalnya.
5.2. Sistem proteksi kebakaran aktif
Dalam sistem proteksi kebakaran aktif Otoritas
Berwenang Setempat (OBS) harus memiliki otoritas untuk
mempersyaratkan bahwa dokumen konstruksi untuk seluruh
sistem proteksi kebakaran diserahkan untuk diperiksa dan
izin akan diterbitkan sebelum pemasangan (installation),
rehabilitasi, atau modifikasi. Selanjutnya, OBS memiliki
otoritas untuk mensyaratkan bahwa uji-penuh serah terima
(full acceptance tests) dilaksanakan pada seluruh sistem
dengan dihadiri OBS, sebelum diberikan sertifikat final
seluruh sistem.
Pemilik/pengelola bangunan gedung (property)
bertanggung jawab atas pengujian yang benar dan
pemeliharaan peralatan dan sistem.
Penghalang tidak boleh ditempatkan atau disimpan
dekat slang kebakaran, dekat sambungan Instansi
Pemadam Kebakaran (IPK), atau katup kendali sistem
proteksi kebakaran, sehingga peralatan atau slang
kebakaran tidak segera terlihat dan sukar dicapai
(accessible).
Ruang bebas minimum harus disediakan untuk
memungkinkan akses ke dan untuk pengoperasian
peralatan proteksi kebakaran, sambungan Instansi
Pemadam Kebakaran, atau katup kendali sistem proteksi
kebakaran, sebagaimana disetujui oleh OBS. Instansi
Pemadam Kebakaran tidak boleh dihalangi atau dihambat
untuk dapat segera mencapai peralatan proteksi kebakaran.
Rekaman terinci yang mendokumentasikan semua
sistem dan peralatan uji dan pemeliharaan harus disimpan
oleh pemilik/pengelola bangunan gedung dan harus tersedia
untuk pemeriksaan oleh OBS.
8
Sistem yang sudah terpasang (existing) harus sesuai
dengan ketentuan tentang bangunan gedung yang sudah
ada atau diizinkan sebelum memakai persyaratan teknis ini
dan harus memenuhi ketentuan yang dinyatakan disini atau
diacu untuk bangunan gedung yang sudah ada.
Semua sistem proteksi kebakaran dan peralatannya
harus dipelihara sehingga dalam kondisi siap operasi yang
handal dan harus diganti atau diperbaiki bila cacat
(defective).
OBS, harus diberitahu bila sistem proteksi kebakaran
tidak dapat berfungsi dan pada saat sudah dapat
difungsikan kembali.
Bilamana suatu sistem proteksi kebakaran tidak
dapat berfungsi untuk lebih dari 4 jam dalam jangka 24 jam,
OBS harus diperbolehkan untuk memerintahkan agar
gedung dievakuasi, atau suatu penjagaan kebakaran harus
disediakan untuk bagian gedung yang tak terlindungi oleh
sistem proteksi kebakaran yang dimatikan sampai sistem
proteksi kebakaran tersebut difungsikan kembali.
Dalam hal sistem proteksi kebakaran gagal (tidak
siap berfungsi) atau terjadi sejumlah besar pengaktifan tidak
sengaja, OBS harus diperbolehkan untuk memerintahkan
agar disediakan penjaga kebakaran sampai sistem telah
diperbaiki.
Untuk jenis hunian yang sifatnya berbahaya
(hazardous nature) atau di mana ada bahaya khusus
(special hazard) selain bahaya normal pada suatu hunian,
atau akses ke peralatan pemadam kebakaran cukup sulit
(unduly difficult), atau bila ukuran atau konfigurasi gedung
atau isi gedung membatasi upaya normal pemadaman api,
maka OBS memiliki wewenang untuk menuntut
pengamanan tambahan terdiri dari tambahan peralatan
proteksi kebakaran, lebih dari satu jenis peralatan proteksi
kebakaran, atau sistem khusus yang sesuai untuk jenis
bahaya yang dimaksud.
9
6. Sistem dan Instalasi Detektor panas dan Detektor Asap
Instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran meliputi 2 jenis
yakni,
6.1. Sistem alarm kebakaran manual terdiri dari,
a) Panel alarm;
b) Titik panggil manual;
c) Signal alarm (alarm bell/buzzer/lampu).
6.2. Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis, terdiri
dari,
a) Panel alarm;
b) Detector panas dan asap;
c) Titik panggil manual;
d) Signal alarm (alarm bell/buzzer/lampu).
10
cakupan yang diberikan. Dengan demikian, jarak antara detektor
untuk detektor asap menjadi 7,5 meter dari dinding dan 15 meter
antar detektor. Untuk detektor panas, jarak antaranya menjadi 5,3
meter ke dinding dan 10 meter antar detektor. Data tersebut di atas
berlaku hanya untuk langit-langit datar, untuk langit-langit yang
miring atau langit-langit yang permukaannya tidak rata, jarak
antaranya akan berubah. Untuk langit-langit yang miring, detektor
harus dipasang sesuai kemiringan langit-langit dan diperlukan
tambahan 1% untuk setiap 10 kemiringannya sampai 25%. Terdekat
ditetapkan 600 mm untuk detektor asap dan 150 mm untuk detektor
panas.
Table 1.0
Table 2.0
Detektor
Detekto Detekt
Fungsi Ruang Detektor Detekt
r Laju or
Panas Kenaika Asap or Lain
11
Temper
atur
Ruang Operasi:
PERAWATAN
Kala/melahirkan/pemulihan/
Tidak Tidak Ya Tidak
post partum (LDRP)
12
PENUNJANG
● X-Ray (diagnostik
Tidak Tidak Ya Tidak
dan tindakan)
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
Bacteriologi
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
biochemistry
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
Cytology
● Laboratorium,
Tidak Tidak Tidak Tidak
pencucian gelas
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
histology
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
pengobatan nuklir
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
pathologi
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
serologi.
● Laboratorium,
tidak Tidak Ya Tidak
sterilisasi
13
● Laboratorium,
Tidak Tidak Ya Tidak
transfer media
● Ruang tunggu –
tubuh tidak Ya Tidak Tidak Tidak
didinginkan
ADMINISTRASI
Bronchoscopy, sputum
collection, dan administrasi Tidak Tidak Ya Tidak
pentamidine
14
Ruang kotor dan
Tidak Tidak Tidak Tidak
dekontaminasi
PELAYANAN
15
10. Sistem dan Instalasi Alat Pemadam Api Ringan
Kebakaran dibagi dalam 5 kelas berdasarkan terutama
kepada benda yang terbakar. Klasifikasi ini menolong asesmen
bahaya dan penentuan jenis media pemadam yang paling efektif.
Juga digunakan untuk klasifikasi, ukuran, dan pengujian alat
pemadam api ringan/ APAR.
Berikut adalah 5 kelas kebakaran berdasarkan kepada
benda yang terbakar:
10.1. Kelas A : meliputi benda mudah terbakar biasa:
antara lain kayu, kertas dan kain. Perkembangan
awal dan pertumbuhan kebakaran biasanya lambat,
dan karena benda padat, agak lebih mudah dalam
penanggulangannya. Meninggalkan debu setelah
terbakar habis.
10.2. Kelas B : meliputi cairan dan gas mudah
menyala dan terbakar antara lain bensin, minyak dan
LPG.Jenis kebakaran ini biasanya berkembang dan
bertumbuh dengan sangat cepat.
10.3. Kelas C : meliputi peralatan listrik yang hidup:
antara lain motor listrik, peralatan listrik, dan panel
listrik. Benda yang terbakar mungkin masuk dalam
kelas kebakaran lainnya. Bila daya listrik diputus,
kebakaran bukan lagi sebagai kelas C. Tidak penting
peralatan listrik dihidupkan atau dimatikan, tetap
peralatan tersebut masuk dalam Kelas C.
10.4. Kelas D : meliputi metal terbakar antara lain
magnesium, titanium and zirconium. Jenis kebakaran
ini biasanya sulit untuk disulut (ignited) tetapi
menghasilkan panas yang hebat. Kebakaran kelas D
amat sulit untuk dipadamkan, dan untungnya jarang
dijumpai.
10.5. Kelas K : meliputi minyak untuk memasak. Ini
adalah kelas terbaru dari kelas-kelas kebakaran.
16
11. Ketentuan Penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Jarak tempuh penempatan alat pemadam api ringan dari
setiap tempat atau titik dalam bangunan rumah sakit harus tidak
lebih dari 25 (dua puluh lima) meter. Setiap ruangan tertutup dalam
bangunan rumah sakit dengan luas tidak lebih dari 250 m2, harus
dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam api
ringan berukuran minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan. Setiap
luas tempat parkir yang luasnya tidak melebihi 270 m2 harus
ditempatkan minimal dua buah alat pemadam api ringan kimia
berukuran minimal 2 kg, yang ditempatkan antara tempat parkir
kendaraan dan gedung, pada tempat yang mudah dilihat dan
dicapai. Dapat dilihat pada tabel 3.0
Table 3.0
Data Processing
Centers,
Telecommunications Water mist
3 A, B, C
Records Storage, atau Halotron I
Collection An Server
Rooms
Ruangan Diesel
7 CO2 B, C
Generator
17
Kimia kering
8 Ruangan Lain A, B, C
serbaguna
18
dan bubuk kimia kering (dry powder) penempatannya
minimum 15 cm dari permukaan lantai.
12.6. Tidak diperbolehkan dipasang di dalam
ruangan yang mempunyai temperatur lebih dari 490C
dan di bawah 40C.
Untuk membedakan isi tabung APAR, pada tabung
dibutuhkan penandaan dengan warna yang menunjukkan apakah isi
APAR tersebut air, busa, bubuk kering, kimia basah atau bubuk klas
D. Penandaan warna tersebut ditunjukkan pada tabel 4.0
Table 4.0
Tabung warna
air A
merah
Tabung warna
merah dengan
panel putih ke
Busa kuning-kuninga A B
n (cream) di
atas instruksi
pengoperasian.
Tabung warna
merah dengan
Bubuk
panel biru di (A) B C
kering
atas instruksi
pengoperasian.
19
atas instruksi
pengoperasian.
Tabung warna
merah dengan
Kimia
panel kuning di A (B)
basah
atas instruksi
pengoperasian.
Tabung merah
dengan panel
Bubuk
biru di atas D
kelas D
instruksi
pengoperasian.
20
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung,
SNI 03-1735-2000 atau edisi terakhir, Tata Cara Perencanaan
Akses Bangunan Dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.
21
berlaku. Sambungan Siamese harus dipasang dengan penutup
untuk melindungi sistem pemipaan dari masuknya
puing-puing/kotoran. Apabila Dinas Pemadam Kebakaran (DPK)
setempat menggunakan kopling yang berbeda dengan yang sudah
ada, kopling kompatibel dengan peralatan DPK setempat harus
digunakan dan diameter minimumnya harus 65 mm. kemudian
Harus tidak ada katup yang tertutup antara sambungan siamese
dan sistem dan Katup searah (katup penahan balik) harus dipasang
pada masing-masing sambungan siamese dan ditempatkan secara
praktis di dekat titik penyambungan ke sistem. Sambungan siamese
harus diletakkan pada sisi bangunan yang menghadap ke jalan,
mudah terlihat dan dikenali dari jalan atau diletakkan pada titik jalan
masuk terdekat dengan peralatan pemadam kebakaran, dan harus
diletakkan sehingga sambungan selang dapat disambungkan ke
kopling sambungan siamese tanpa terganggu oleh bangunan,
pagar, tonggak-tonggak dan lain-lain. Setiap sambungan siamese
harus dirancang dengan penandaan dalam bentuk huruf besar,
tidak kurang 25 mm ( 1 inci) tinggi hurufnya, ditulis pada plat
dengan bunyi tulisan : “SAMBUNGAN PIPA TEGAK”. Jika sprinkler
otomatis juga dipasok oleh sambungan siamese, penandaan atau
kombinasi penandaan harus menunjukkan keduanya (contoh :
“SAMBUNGAN PIPA TEGAK DAN SPRINKLER OTOMATIS” atau
“SAMBUNGAN SPRINKLER OTOMATIS DAN PIPA TEGAK”.
Apabila sambungan siamese hanya melayani suatu bagian
bangunan, suatu penandaan harus dilekatkan pada posisi yang
menunjukkan bagian bangunan yang dilayani. Sambungan siamese
untuk masing-masing sistem pipa tegak harus diletakkan tidak lebih
dari 30 m (100 ft) dari hidran halaman terdekat yang dihubungkan
ke pasokan air dari sistem pemipaan hydrant kota. Sambungan
siamese harus diletakkan dengan tinggi tidak kurang dari 45 cm (18
inci) dan tidak lebih dari 120 cm (48 inci) di atas permukaan tanah
atau jalan.
Lokasi pipa tegak dan katup landing harus ditempatkan
terutama pada posisi sebagai berikut:
13.1. Di Dalam lobi stop asap;
22
13.2. Dalam daerah umum dan di dalam saf yang
terlindung, sedekat mungkin dengan tangga eksit jika
tidak ada lobi stop asap;
13.3. ditempatkan pada lobi dan di luar tangga eksit
yang diproteksi, dan diletakkan di dalam saf yang
terproteksi.
13.4. di dalam tangga eksit, bilamana tidak ada lobi
stop asap dan daerah umum.
Jumlah pipa tegak pada bangunan rumah sakit, setiap
tangga eksit yang disyaratkan, harus dilengkapi dengan pipa tegak
tersendiri. Pada bangunan rumah sakit bertingkat tinggi, minimal
mempunyai 2 tangga eksit, untuk itu diperlukan 2 buah pipa tegak
yang dipasang pada setiap tangga eksit.
Klasifikasi sistem pipa tegak ada 3 terdiri dari:
13.1. Sistem Kelas I
Sistem pipa tegak kelas I harus disediakan
dengan Katup landing Ø65 mm (2 ½ inci)
untuk memasok air yang digunakan oleh
petugas terlatih atau sambungan selang yang
digunakan oleh DPK.
13.2. Sistem Kelas II
Sistem pipa tegak kelas II harus disediakan
dengan katup landing Ø40 mm (1½”) yang
umumnya ditempatkan pada kotak selang
kebakaran (hidran kebakaran gedung) pada
hunian dengan bahaya kebakaran ringan dan
digunakan oleh penghuni.
13.3. Sistem Kelas III
Sistem kelas III merupakan gabungan dari
sistem kelas I dan sistem kelas II, di mana
katup landing Ø 65 mm (2½“) pada pipa tegak
dan katup slang Ø40 mm (1½ “) pada pipa
cabang dan berada pada kotak slang
kebakaran serta diletakkan di dalam koridor
atau ruangan yang berdekatan dengan saf
23
tangga menuju jalur eksit, keduanya
tersambung pada pipa tegak yang sama.
14. Tekanan Sisa dan Laju Aliran Air Minimum Pada Pipa
Tegak
Tekanan sisa (residual pressure), atau kadang-kadang
disebut juga sebagai tekanan akhir, adalah tekanan yang bekerja
pada suatu titik dalam sistem dengan suatu aliran yang disalurkan
oleh sistem. Dalam instalasi pipa tegak, tekanan sisa ini adalah
tekanan setelah katup landing atau katup selang kebakaran pada
kotak slang.
14.1. Tekanan Sisa pada Sistem Kelas I
Tekanan sisa minimum pada katup landing Ø
65 mm (2½ inci), adalah sebesar 6,9 bar (100
psi). Apabila tekanan sisa pada katup landing
melampaui 12,1 bar (175 psi), harus
dilengkapi katup penurun tekanan (Pressure
Reducing Valve) untuk membatasi tekanan
sisa.
14.2. Tekanan sisa pada sistem kelas II
Tekanan sisa minimum pada katup slang
kebakaran Ø 40 mm (1½ inci), adalah
sebesar 4,5 bar (65 psi). Apabila tekanan sisa
pada katup sambungan selang kebakaran Ø
40 mm melampaui 6,9 bar (100 psi), katup
penurun tekanan (Pressure Reducing Valve)
harus disediakan untuk membatasi tekanan
sisa.
14.3. Laju aliran minimum pada sistem kelas I
Untuk sistem kelas I, laju aliran minimum dari
pipa tegak hidrolik terjauh harus sebesar
1.893 liter/menit (550 USGPM). Laju aliran
minimum untuk pipa tegak tambahan harus
sebesar 946 liter/menit (250 US GPM) untuk
setiap pipa tegak, yang jumlahnya tidak
melebihi 4.731 liter/menit (1.250 USGPM).
24
14.4. Laju minimum pada sistem kelas II
Untuk sistem kelas II, laju aliran minimum
untuk pipa tegak terjauh dihitung secara
hidrolik adalah sebesar 379 liter/menit (100
US GPM). Aliran tambahan tidak
dipersyaratkan bila terdapat lebih dari 1 (satu)
pipa tegak.
14.5. Laju aliran minimum pada sistem kombinasi
Yang dimaksudkan dengan sistem kombinasi
terpadu adalah pipa tegak untuk sambungan
katup landing dan sambungan untuk sprinkler
kebakaran otomatis berada pada satu pipa
tegak. Laju aliran yang disyaratkan untuk pipa
tegak sistem kombinasi dalam suatu
bangunan yang seluruhnya diproteksi dengan
sistem sprinkler otomatis secara terpadu tidak
dipersyaratkan melampaui 3.785 liter/menit
(1.000 USGPM) kecuali disyaratkan oleh
instansi berwenang setempat. Yang
dimaksudkan dengan sistem kombinasi
parsial adalah pipa tegak untuk sambungan
katup landing dan pipa tegak untuk sistem
sprinkler otomatis dilayani oleh
masing-masing satu pipa tegak. Untuk sistem
kombinasi pada bangunan rumah sakit yang
dilengkapi dengan proteksi sprinkler otomatis
secara parsial, laju aliran yang dipersyaratkan
harus dinaikkan dengan jumlah yang setara
dengan kebutuhan sprinkler yang dihitung.
secara hidrolik atau 568 liter/menit (150
USGPM) untuk tingkat hunian bahaya
kebakaran ringan atau 1.893 liter/menit (500
USGPM) untuk tingkat bahaya kebakaran
sedang.
25
Kotak selang kebakaran atau sering juga disebut dengan
indoor hydrant box (hidran kebakaran di dalam gedung), terdiri dari,
lemari tertutup, slang kebakaran, rak slang, dan nozzle.
Lokasi kotak selang kebakaran peletakannya diatur sebagai
berikut, di koridor atau di ruangan yang berdekatan dengan saf
tangga yang menuju jalur Eksit dan disambungkan ke pipa tegak.
pengaturan ini memungkinkan untuk menggunakan secara tepat
slang bila tangga jalur eksit penuh dengan orang-orang yang
sedang lari keluar pada saat terjadinya kebakaran. pada setiap
bangunan umum/tempat pertemuan, tempat hiburan, perhotelan,
tempat perawatan, perkantoran, dan pertokoan/pasar untuk setiap
lantai dengan luas 800 m2 harus dipasang minimum 1 (satu) Kotak
Slang Kebakaran Ø40 mm (1½”).
Jarak jangkauan katup siang kebakaran yang berisi katup
berukuran Ø 40 mm (Ø 1½ inci), slang dengan panjang 40 m, rak
dan nozzle sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari lantai
bangunan berada pada jangkauan 40 m (130 ft) dari KSSK 40 mm
(1½ “).
Hidran halaman harus diletakkan di tiap bagian dari jalur
akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas
hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota yang memenuhi
persyaratan tersebut pada butir 4.8.1 tidak tersedia, maka harus
disediakan hidran halaman yang disambungkan dengan jaringan
pipa hidran kota. Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu
hidran halaman, maka hidran tersebut harus diletakkan sepanjang
jalur akses mobil pemadam sedemikian hingga tiap bagian dari jalur
tersebut berada dalam jarak radius 50 m dari hidran.
26
Sistem sprinkler sesuai klasifikasi hunian bahaya
kebakarannya, terdiri :
15.1. Sistem bahaya kebakaran ringan.
15.2. Sistem bahaya kebakaran sedang.
15.3. Sistem bahaya kebakaran berat.
27
28
BAB 3 PENUTUP
1. KESIMPULAN
Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat
alternatif serta penyesuaian pedoman teknis prasarana sistem
proteksi kebakaran aktif oleh masing-masing daerah disesuaikan
dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan
Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait lainnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung
dan lingkungan.
30