Anda di halaman 1dari 49

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatan lainnya. RSUD Banten dibangun sebagai
rumah sakit pusat rujukan Provinsi Banten. Luasnya pelayanan kesehatan
yang disediakan RSUD Banten sebagai rumah sakit rujukan maka semakin
kompleks peralatan dan fasilitasnya. Setiap kegiatan pelayanan yang
dilakukan dapat menjadi potensi bahaya baik kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja. Kecelakaan kerja yang dapat terjadi seperti tertusuk
jarum, tergores, terjatuh dan kebakaran. Dan penyakit akibat kerja seperti
terpapar iritasi, keracunan karena uap dan gas beracun,

radiasi sinar

elektromagnetik dan raidoaktif dapat menyebabkan katarak, tumor dan lain


lainnya. Potensi bahaya di rumah sakit selain penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit,
yaitu kebakaran. Kebakaran dapat mengancam keselamatan jiwa pasien,
karyawan maupun pengunjung dan rumah sakit memiliki potensi tertinggi
untuk terjadi kebakaran karena di rumah sakit terdapat banyak bahan bahan
yang dapat memicu kebakaran dan memicu besarnya api seperti oksigen,
elpiji, dan B3.
Menurut Standar Nasional Indonesia, kebakaran adalah sebuah fenomena
yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperature kritis dan bereaksi
secara kimia dengan oksigen ( sebagai contoh) yang menghasilkan panas,
nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon dioksida, atau produk dan efek
lainnya. Untuk mencegah terjadinya kebakaran, diperlukan sistem protektif
pasif, sistem protektif aktif, dan penerapan manajemen keselamatan
kebakaran (fire safety management). Ketiga komponen tersebut tidak dapat
dipisahkan. Alarm, springkel, hidran merupakan sistem proteksi aktif,
sedangkan jalur evakuasi, smoke detector, heat detector adalah system

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

protektif pasif dan pedoman penyelamatan jiwa adalah petunjuk evakuasi


jiwa ketika terjadi kebakaran.
Manajemen keselamatan kebakaran di rumah sakit sangat penting,
mengingat mayoritas penghuni di rumah sakit tidak mampu secara fisik
seperti pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan, pasien yang memerlukan
alat bantu kesehatan seperti oksigen dan ventilator, pasien ICU-HICU,
terlebih pada keadaan ketika sedang dilakukannya operasi.
Oleh karena itu sistem proteksi kebakaran di rumah sakit perlu
diperhatikan. Selain dari sarana dan prasarana, SDM pun harus dilatih agar
karyawan

mengerti

yang

harus

dilakukan

jika

kebakaran

terjadi.

Mengevakuasi pasien di rumah sakit akan menjadi hal yang sulit, maka lebih
ditekankan pada pencegahan dan penanggulangan sebelum kebakaran itu
terjadi. Untuk itu penulis ingin mengetahui sistem protektif kebakaran di
rumah sakit dalam hal ini di RSUD Banten.
1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Pengalaman belajar lapangan (PBL) III / Magang K3 di RSUD
Banten ini bertujuan untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh selama perkuliahan serta dapat
memberikan pengalaman langsung (hands of experience) di
lapangan dalam mengidentifikasi risiko dan menjalankan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja.

1.2.2

Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
c.

Mengetahui gambaran umum K3 di RSUD Banten.


Mengetahui implementasi K3 RSUD Banten.
Mampu Melakukan Identifikasi risiko di tempat kerja.
Mengetahui manajemen kebaran di RSUD Banten.
Mampu menyusun rencana pengendalian bersama pembimbing
lapangan berdasarkan hasil identifikasi risiko.

1.3 Manfaat

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Berbagai manfaat diharapkan dapat diperoleh oleh setiap pihak yang terlibat,
baik mahasiswa, Departemen K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, maupun institusi tempat kerja praktik dilaksanakan, yaitu RSUD
Banten:
1.3.1

Bagi RSUD Banten


1. Mahasiswa dapat memberikan masukan apabila ada yang tidak
sesuai antara ilmu yang didapat selama perkuliahan dengan
kondisi lapangan yang ada.
2. Rumah sakit dapat melibatkan mahasiswa kerja praktik dalam
pelaksanaan program K3.
3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan
bermanfaat antara rumah sakit dengan Departemen K3 FKM UI.

1.3.2

Bagi mahasiswa
1. Mengetahui dan mengerti dengan berbagai permasalahan nyata
mengenai K3 yang terjadi di lapangan.
2. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang
lebih aplikatif dalam bidang kesehatan masyarakat.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah.
4. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam menggunakan
metode yang relevan untuk melakukan analisa situasi,
mengidentifikasi masalah, menetapkan alternative pemecahan
masalah, merencanakan program pengendalian serta memonitor
dan mengevaluasi keberhasilan suatu program pengendalian.
5. Mendapatkan
pengalaman
dalam
merencanakan
dan
memobilisasi sumber daya untuk mendapatkan intervensi
mengenai kesehatan.
6. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi
diri serta adaptasi dunia kerja

1.3.3

Manfaat bagi FKM UI


1. Terjalinnya kerjasama yang baik antara Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dengan RSUD
Banten

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

2. Dapat menjadikan laporan pengalaman belajar lapangan sebagai


bahan referensi untuk pengembangan FKM UI.
3. Dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa/i demi peningkatan
kualitas tenaga kesehatan masyarakat yang terampil.

1.4 Ruang Lingkup


Pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan III / magang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah Banten selama satu bulan di bulan Januari
2016.. Penulsi diberi kesempatan untuk mengetahui kegiatan K3 yang
dilakukan, mengetahui potensi bahaya yang ada, serta upaya pengendalian
yang telah dilakukan oleh rumas sakit. Laporan ini dilengkapi dengan data
primer dan sekunder. Data primer berupa observasi dan data sekunder
berupa gambaran umum rumah sakit, struktur organisasi dan data data
lainnya. Dalam kegiatan kerja praktik ini, saya membatasi ruang lingkup

laporan dengan memilih topik Sistem Proteksi Kebakaran di RSUD


Banten.

BAB II
KEGIATAN LAPANGAN

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

2.1 Waktu Pelaksanaan


Waktu kerja praktik dilakukan selama 4 minggu terhitung dari tanggal
1 Januari 2016 - 31 Januari 2016. Kegiatan dilakukan setiap hari Senin sampai
dengan Jumat pukul 07.00 16.00 WIB.
2.2 Lokasi Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktik berlangsung di fungsi Health, Safety,
Environment (HSE) RSUD Banten yang beralamatkan di Jl.Syeh Nawawi AlBantani Keluarahan Banjarsri Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang
Banten.
2.3 Pembimbing Lapangan
Pelaksana kerja praktik mendapatkan bimbingan dari:
1. Pembimbing akademik kerja raktik, yaitu Bapak DR. Ir. Sjahrul Meizar
Nasri,M.Sc.
2. Pembimbing lapangan kerja praktik, yaitu Bapak Indra Gunawan, SKM,
M.Si.
2.4 Jadwal Kegiatan
N
o

Kegiatan

Perkenalan

Adaptasi lokasi

Observasi flow
proses K3

Identifikasi risiko
kebakaran di
lantai 1

Penyusunan
program
intervensi lantai
1

Identifikasi
Risiko Kebakaran
di lantai 2

Penyusunan
program
intervensi lantai

1
1

1
2

1
3

1
4

1
5

1
8

1
9

2
0

2
1

2
2

2
5

2
6

2
7

2
8

2
9

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
2
8

Identifikasi
Risiko Kebakaran
di lantai 3

Penyusunan
program
intervensi lantai
3

1
0

Identifikasi
Risiko Kebakaran
di lantai 4

1
1

Penyusunan
program
intervensi lantai
4

1
2

Identifikasi
Risiko Kebakaran
di luar RS

1
3

Penyusunan
program
intervensi luar
RS

1
4

Pembuatan
laporan magang

Minggu pertama magang, briefing dengan penanggung jawab


K3RS untuk membuat rencana kegiatan magang, perkenalan dengan
seluruh staff K3, mengumpulkan data pelaksanaan program K3 RSUD
Banten dan identifikasi risiko kebakaran di lantai 1 kemudian melakukan
penyusunan program intervensi untuk lantai 1.
Minggu kedua hingga pertengahan minggu ketiga, identifikasi
risiko di lantai 2 dan 3 RSUD Banten dan menyusun program intervensi.
Minggu ke empat identifikasi risiko kebakaran di luar gedung rumah
sakit dan menyusun kembali program intervensi. Identifikasi Risiko
kebakaran terdapa beberapa kondisi, tempat dan sumber yang dapat
menimbulkan kebakaran di RSUD Banten. Diantaranya api dapat
bersumber dari kompor gas, tabung LPG, genset, korsleting listrik,
bahan kimia, autoclave, alat rontgen, tabung oksigen, ataupun rokok.
Dan ruangan yang berpotensi diantaranya ruang gizi, ruang genset,
ruang laboraorium, ruang panel listrik, ruang sterilisasi, dan ruang yang
berpotensi terjadi konsleting listrik. Identifikasi tersebut sebagai langkah

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

awal

untuk

mengembangkan

sistem

proteksi

kebakaran.

Hasil

identifikasi risiko tersebut saya buat dalam tabel untuk memudahkan


dalam penentuan tindakan pengendalian.
Pada minggu terakhir proses magang diisi dengan penyelesaian
identifikasi secara keseluruhan dalam bentuk laporan tertulis. Diskusi
juga dilakukan, baik dengan pembimbing lapangan di RSUD Banten
maupun dengan pembimbing magang di kampus. Dan terakhir
presentasi hasil magang dilakukan di depan pembimbing untuk
menerangkan pencapaian apa saja yang didapat dari kegiatan magang
ini.

BAB III

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Gambaran Umum RSUD Banten

3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Banten


Rumah Sakit Umum Daerah Banten berlokasi di Jl.Syekh Nawawi Albantani, Cipocok Jaya, Serang-Banten merupakan salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah Sakit Umum Daerah Banten
merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baru yang ada di lingkungan
pemerintahan Provinsi Banten yang didirikan oleh Wakil Gubernur Banten pada
Bulan Oktober Tahun 2013 berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2013
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Daerah Banten. Sebagai SKPD Baru RSUD Banten dipimpin oleh Direktur yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan
asas otonomi daerah.
Rumah Sakit Umum Daerah Banten (RSUD Banten) sebagai SKPD di
bidang pelayanan kesehatan memiliki peran strategis dalam meningkatkan derajat
kesehatan melalui upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
khususnya di wilayah Banten sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

3.2 Tugas dan Fungsi RSUD Banten


Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang selanjutnya disingkat dengan
RSUD Banten adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan mengutamakan
pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik, dan penunjang medik.

3.3 Tugas Pokok RSUD Banten

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Rumah Sakit Umum Daerah Banten merupakan Satuan Kerja Perangkat


Daerah (SKPD) yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

3.4 Fungsi RSUD Banten


Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, RSUD Banten
mempunyai fungsi sebagaimana berikut :
a. penyelenggaraan pelayanan medis dan nonmedis;
b. penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan nonmedis;
c. penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan;
d. penyelenggaraan pelayanan rujukan;
e. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan;
f. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan; dan
g. penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan.

3.5 Visi Dan Misi RSUD Banten


3.5.1

Visi :
Seluruh jajaran dan unit kerja di lingkungan RSUD Banten perlu memiliki

pandangan dan komitmen agar RSUD Banten senantiasa dapat eksis, antisipatif,
proaktif dan inovatif di masa depan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi
serta menghadapi perubahan lingkungan internal maupun eksternal organisasi
maupun perkembangan permasalahan kesehatan secara lokal, regional maupun
global. Sejalan dengan pandangan dan harapan dimaksud maka Visi RSUD
Banten dinyatakan dalam rumusan, yaitu : Rumah Sakit Pilihan Utama
Dengan Pelayanan Santun. Visi tersebut di atas untuk mendukung terwujudnya
Provinsi Banten menjadi daerah kondusif untuk berinvestasi yang berorientasi
pada pembangunan.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

3.5.2

Misi :
Pernyataan misi mengandung secara eksplisit apa yang harus dicapai oleh

dan kegiatan spesifik apa yang harus dilaksanakan dalam upaya mencapai visi.
Sejalan dengan pemikiran tersebut maka RSUD Banten memiliki misi :
1. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia Rumah Sakit secara
berkesinambungan dalam hal Skill, Knowledge dan Attitude.
2.

Mengembangkan bangunan yang atraktif dan peralatan medis yang


canggih dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran.

3. Memberikan pelayanan yang berstandar nasional dan menyenangkan


pelanggan.
4. Berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Banten
melalui pelayanan kesehatan perorangan dalam mendukung RPJMD Provinsi
Banten.
3.5.3

Motto RSUD Banten


Kesembuhan Anda Kebahagiaan Kami

3.5.4

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah RSUD Banten

1. Tujuan
Tujuan merupakan gambaran hal-hal yang ingin dicapai atau dihasilkan
secara nyata dalam jangka waktu tertentu. Sebagai bagian internal dalam proses
perencanaan strategis, tujuan organisasi difokuskan pada penentuan sasaran
tindakan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan operasional
organisasi.
Berdasarkan pengertian tersebut maka RSUD Banten menetapkan tujuan
sebagai berikut :

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

1. Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi (skill, knowledge dan attitude)


sesuai standar di bidangnya masing- masing;
2. Tersedianya bangunan yang attraktif, menarik dan fungsional serta peralatan
medis yang up to date sesuai dengan perkembangan IPTEKDOK sarana dan
prasarana yang memadai dan sesuai standar rumah sakit kelas B;
3. Tersedianya sistem dan subsistem yang memadai dalam rangka kelancaran
pengelolaan rumah sakit;
4. Terselenggaranya pelayanan terhadap pasien yang sesuai dengan kualitas dan
menyenangkan serta santun.
5. Terselenggaranya

pelayanan

kesehatan

perorangan

yang

mendukung

pembangunan kesehatan daerah yang berkaitan dengan peningkatan derajat


kesehatan masyarakat Banten dan MDGst.
2. Sasaran
1. Peningkatan kepuasan pasien rawat jalan dan rawat inap.
2. Peningkatan pelayanan penyembuhan dan pemulihan.
3. Pengurangan rata-rata lama pasien dirawat

3.5.5

Sumber Daya Manusia RSUD Banten

Sumber Daya Manusia yang ada dilingkungan RSUD Banten terdapat dua jenis
Jabatan, yaitu Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional. Jabatan Struktural terdiri
dari Jabatan Struktural Eselon II b, Eselon III b, Eselon IV a, serta Jabatan
Fungsional yang terdiri dari Fungsional Umum (Staf/Pelaksana) dan Jabatan
Fungsional Tertentu antara lain dokter, perawat, bidan, apoteker, dll.
Komposisi pegawai dilingkungan RSUD Banten sampai dengan Tahun 2014
menurut tingkat pendidikan formal sebagaimana tercantum pada tabel dibawah ini
adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1
Distribusi Pegawai RSUD Banten

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Berdasarkan Status Pegawai dan Jenis Pendidikan Tahun 2014


NO

Jenis Tenaga

1.
2.

Status Pegawai
Strata Pendidikan
1. Magister ( S2 )
2. Spesialis
3. Strata 1 & Diploma IV (Nakes)
4.
Strata 1 Profesi Kedokteran
Kedokteran
5. Strata 1 Profesi Kedokteran Gigi
6. Strata 1 & Diploma IV (Non
7. Diploma III (Nakes)
Nakes)
8. Diploma III (Non Nakes)
9. Diploma I
10. SMA

Jumlah
PNS
104

Non PNS
679

26
11
21
4
4
3
33
1
1

29
65
17
2
89
277
24
176

Sumber data : Subbag Umum & Kepegawaian RSUD Banten Tahun 2014

3.5.6

Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya upaya

pelaksanaan kinerja, adapun sarana dan prasarana RSUD Banten yaitu :


1. Bangunan Gedung
Terletak di pusat ibu kota Provinsi Banten dekat dengan pusat
pemerintahan dan fasilitas gedung pemerintah yang lainnya. Memiliki luas tanah
50.000 M2 dengan luas bangunan (Perkantoran dan Pelayanan) Bangunan
RSUD Gedung A Lt.1 1740 m2, Bangunan Teras 345 m2, Gedung A Lt.2 1897
m2, Gedung A Lt.3 1492 m2, Bangunan RSUD Gedung B Lt.1 1414 m2,
Bangunan Teras 27 m2, Gedung B Lt.2 1414 m2, Gedung B Lt.3 1414 m2,
Gedung B Lt.4 1414 m2, Sisa tanah yang belum dikembangkan sesuai dengan
Master Plan yang dimiliki, beberapa gedung memerlukan perbaikan dan
peningkatan untuk menunjang pelayanan.

2. Alat Transportasi
Kendaraan roda 4 yang dimiliki RSUD Banten sementara sebanyak 17 buah,
yaitu 4 ambulans, 1 mobil jenazah, 1 mobil barang, 11 mobil direksi. Kendaraan roda 2
sejumlah 10 buah.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

3.6 PELAYANAN DI RSUD BANTEN


3.6.1

Pelayanan Medik
Pelayanan medis yang tersedia di RSUD Banten, yaitu pelayanan gawat

darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan medik spesialis penunjang,


pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik subspesialis, pelayanan medik
spesialis gigi dan mulut.

3.6.2 Pelayanan Kefarmasian


Meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

3.6.3 Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan


Meliputi asuhan keperawatan dan kebidanan.

3.6.4 Pelayanan Penunjang Klinik


Meliputi

pelayanan

laundry/linen,

jasa

boga/dapur,

teknik

dan

pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, system informasi


dan komunikasi, pemulasaran jenazah, system penanggulangan kebakaran,
pengelolaan gas medic, dan pengelolaan air bersih.

3.6.5

Pelayanan Rawat Inap


Jumlah tempat tidur perawatan 137 buah.

3.7 Tenaga Medis di RSUD Banten


Tenaga Medis
Dokter Umum

Status Kepegawaian
PNS

Non PNS

11

Jumlah
21

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Dokter Gigi

Dokter Spesialis Penyakit


Dalam

Dokter Spesialis Anak


Dokter Spesialis Bedah Umum

Dokter Spesialis Obgyn

Dokter Spesialis Radiologi


Dokter Spesialis Patologi Klinik

Dokter Spesialis Anestesi

Dokter Spesialis Mata

Dokter Spesialis THT KL

Dokter Spesialis Syaraf

Dokter Spesialis Jantung &


Pembuluh Darah
Dokter Spesialis Kulit &
Kelamin
Dokter Spesialis Jiwa
Dokter Spesialis Paru

1
1

Dokter Spesialis Ortopedi

Dokter Spesialis Urologi

Dokter Spesialis Bedah Syaraf

Dokter Spesialis Bedah


Digestive

Dokter Spesialis Bedah Plastik

Dokter Spesialis Andrologi

Kedokteran Forensik

Dokter Spesialis Bedah Mulut

Dokter Spesialis Prostodontis

3.8 Struktur Organisasi


3.4.1

Struktur Organisasi RSUD Banten

3.4.2

Struktur Sub-komite K3
STRUKTUR ORGANISASI K3 RUMAH SAKIT UMUM

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

PROVINSI BANTEN
KEPALA INSTALASI K3RS
INDRA GUNAWAN,SKM, M.Si
NIP.19771020 200112 1 005

ENDA AHADIA
WP, SKM
KAK
APAR
Hydrant

WAHYU
AGUSNINGRUM
, SKM
Analisa 5
Faktor
Kegiatan K3
Bulanan
Promosi K3

HERTY
ANDRINI, SKM
Usulan Kebutuhan
Alat
Arsip
Inventaris Barang
PAK, PAHK

Analisa KAK
Jalur Evakuasi
Lift

3.4.3

Tujuan K3RS

A. Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk
SDM Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/
pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit
sehingga proses pelayanan rumah sakit berjalan baik dan lancar.
B. Tujuan Khusus
a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS
b. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen,
pelaksana dan pendukung program.
c. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja
d. Terlindungnya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK
e. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh
f. Peningkatan mutu, citra dan produktifitas rumah sakit
g. Mengoptimalisasi sarana dan prasarana yang tersedia sesuai
dengan standar.
3.4.4

Ruang Lingkup K3RS Provinsi Banten

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Ruang lingkup K3RS terdiri dari beberapa bagian diataranya adalah


sebagai berikut:
1. Ilmu Analisa Resiko dan pengendalian Bahaya di tempat kerja
2. Ilmu Ergonomi
3. Penanggulangan Penyakit Akibat Kerja, Kecelakaan Akibat Kerja, Dan
Penyakit Akibat Hubungan Kerja.
4. Fire Management
5. Patient Safety and Work Health
6. Penanggulangan Bencana
7. Inspeksi Potensi Bahaya
8. Penerapan SMK3 di Rumah Sakit

3.4.5

Penerapan K3RS

1. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan Rumah Sakit


2. Menyediakan Organisasi K3RS sesuai dengan Kepmenkes Nomor
432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah
Sakit
3. Melakukan sosialisasi K3RS pada seluruh jajaran Rumah Sakit.
4. Membudayakan perilaku K3RS (Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit)
5. Meningkatkan SDM yang professional dalam bidang K3 di masingmasing unit kerja di Rumah Sakit
6. Meningkatkan system informasi K3RS
3.4.6

Perencanaan dan Penerapan K3RS Provinsi Banten

1.
2.
3.
4.

Pengembangan K3RS
Pembudayaan Perilaku K3RS
Pengembangan SDM K3RS
Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standar Operasional

5.
6.
7.
8.

Prosedur K3RS
Pelayanan kesehatan kerja
Pelayanan keselamatan kerja
Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
Pengembangan manajemen tanggap darurat

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

9. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan


K3
10. Review program tahunan
3.4.7

Strategi K3RS Provinsi Banten

1. Advokasi ke pimpinan Rumah Sakit, Sosialisasi dan pembudayaan


K3RS
2. Menyusun kebijakan K3RS yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah
Sakit
3. Membentuk organisasi K3RS
4. Perencanaan K3 sesuai Standar K3RS yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan
5. Menyusun pedoman, petunjuk teknis dan SOP-K3RS
6. Melaksanakan 12 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit (K3RS)
7. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan Program K3RS
8. Melakukan Internal Audit Program K3RS dengan menggunakan
instrument penilaian sendiri (Self assesment) akreditasi Rumah Sakit
yang berlaku
9. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.
3.4.8

Pengorganisasian K3RS Provinsi Banten


Organisasi K3RS Provinsi Banten dipimpin oleh seorang Kepala

Instalasi yang membawahi Koordinator K3RS serta petugas K3RS yang


telah ditetapkan penugasannya.
3.4.9

Pola Ketenagaan

Ketua
Sekertaris
Anggota

: 1 orang, Kaulifikasi : Umum


: 1 orang,S1 Kesehatan Masyarakat
: 2 orang, S1 Kesehatan Masyarakat

3.4.10 Tupoksi K3 RSUD Provinsi Banten

No

Jabata
n

Tugas Pokok dan Fungsi

1.

Kepala Kepala Instalasi K3 RSUD Provinsi


Instalas Banten mempunyai tugas pokok
i
K3 memimpin, membuat dan menyusun

Uraian Tugas
1. Memimpin semua
kegiatan K3 di
RSUD Provinsi

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

RSUD
Provins
i
Banten.

2.

Bagian
Kesekr

kebijakan yang berkaitan dengan


K3RS, sebagai petunjuk pelaksanaan,
melakukan koordinasi pada bawahan,
melakukan pengendalian, melakukan
pengawasan, memberi saran masukan
dan rekomendasi serta menyiapkan
program-program
K3RS
RSUD
Provinsi Banten.

Banten
2. Membuat
kebijakan,
peraturanperaturan yang
berkaitan dengan
K3.
3. Menetapkan
program-program
K3 RSUD
Provinsi Banten.
4. Melakukan
monitoring dan
evaluasi setiap
program yang
telah
dilaksanakan.
5. Melaporkan
semua kegiatan
K3 RSUD
Provinsi Banten
kepada Direktur
RSUD Provinsi
Banten.
6. Memimpin
pelasanaan Audit
K3 mengenai
permasalahanpermasalahan
yang ad di RSUD
Provinsi Banten.
Khusunya di
bidang
keselamatan dan
kesehatan kerja.
7. Membentuk
segera organisasi
tanggap darurat
bencana
kebakaran dan
bencana lainnya.
Bagian Kesekretariatan mempunyai 1. Mengurus
tugas
pokok
mengkoordinasikan
masalah-masalah

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

etariata
n

semua keperluan K3 dan tugas-tugas


K3.

2.

3.

3.

Safety
Fire
dan
Protecti
on
Emerge
ncy
Respon
e Plan
(Renca
na
tanggap
darurat)

Mempunyai tugas mengumpulkan 1.


data, mengolah dan merencanakan
program dari safety fire dan
emergency
raspon
plant
serta 2.
mengevaluasi data dan membuat
rekomendasi berkaitan dengan tanggap
darurat di RSUD Provinsi Banten serta
membuat program tahunan dan
laporan mengenai tanggap darurat di
RSUD Provinsi Banten.
3.

4.

5.

administrasi yang
dibutuhkan d K3
RSUD Provinsi
Banten.
Menampung
semua laporan
dari tiap instalasi
maupun ruangan di
area kerja RSUD
Provinsi Banten
terkait mengenai
masalah K3RS.
Menyusun laporan
dari setiap
coordinator yang
melaporkan setiap
kegaiatan K3 untuk
diteruskan ke
Kepala Instalasi
K3RS.
Membuat program
tanggap darurat
tahunan.
Mengumpulkan
dan mengolah data
terkait masalah
program maupun
kegiatan tanggap
darurat di RSUD
Provinsi Banten.
Mengevaluasi data
hasil kegiatan yang
telah dilakukan.
Membuat laporan
berkala, bulanan
rutin untuk di
serahkan kepada
kepala instalasi
mengenai kegiatan
yang telah
dilakukan.
Membuat program
pelatihan evakuasi

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

4.

PAK
dan
Pendidi
kan,
pelatiha
n dan
promos
i
kesehat
an

Mempunyai
tugas
pemantauan 1.
mengenai penyakit akibat kerja dan
memberikan arahan,seminar, pelatihan
terkait masalah K3 di Rumah Sakit
serta merencanakan program yang
akan di laksanakan di RSUD Provinsi
2.
Banten serta membuat laporannya.

3.

4.

5.

6.

5.

Maping
Area
dan
Analisa

dan tanggap
darurat secara
periodic
Membuat program
tahunan terkait
mengenai
pendidikan,pelatih
an dan promosi
kesehatan.
Mengadakan
seminar mengenai
K3 di RSUD
Provinsi Banten
Memberikan
arahan-arahan
terkait bagaimana
bekerja secara
aman dan selamat.
Mengadakan
pertemuan safety
setiap 1 bulan
sekali untuk
sharing masalah
keselamatan dan
kesehatan kerja
yang ada di setiap
ruangan.
Membuat laporan
dari kegiatan yang
telah dilakukan
Mengevaluasi
program-program
yang telah
dilakukan.
Membuat laporan
berkala untuk di
tunjukkan kepada
kepala instalasi.

Mempunyai tugas memetakan area 1. Maping area yang


yang berbahaya serta memetakan alat
memilki potensi
proteksi kebakaran dan membuat jalur
bahaya di RS.
2.
Maping area
evakuasi di rumah Sakit Umum

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Bahaya

Daerah Provinsi Banten.


3.
4.

5.

6.

6.

PAK,
PAHK

Mempunyai tugas memantau masalah 1.


penyakit akibat kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja pada karyawan
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Banten.

2.

3.

4.

5.

system proteksi
kebakaran.
Membuat jalur
evakuasi bencana
Menentukan
tempat berkumpul
darurat.
Membuat laporan
bulanan rutin untuk
diberikan kepada
kepala instalasi
Membuat SOP
mengenai
pekerjaan yang
dilakukan.
Mendata mengenai
penyakit akibat
kerja yang ad di
Rumah Sakit
Umum Daerah
Umum Provinsi
Banten.
Mendata mengenai
Penyakit akibat
hubungan kerja
yang ada di Rumah
Sakit Umum
Daerah Provinsi
Banten.
Membuat SOP
mengenai program
yang telah dibuat.
Membuat laporan
rutin bulanan
mengenai program
yang telah
dilaksanakan.
Memastikan pasien
dan pengunjung
serta karyawan
Rumah Sakit
Umum Daerah
Provinsi Banten

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

selalu dalam
keadaan selamat
dan sehat.
INSTALASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
3.3.4

Peningkatan SDM Yang Profesional Dalam Setiap Unit Kerja


Peningkatan sumber daya manusia di setiap unit kerja yang ada di

Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten yaitu dengan cara melakukan
sosialisasi mengenai peningkatan kapasitas dan efektivitas kerja khususnya
dibidang kesehatan dan keselamatan kerja serta sosialisasi mengenai programprogram K3RS yang berhubungan dengan peningkatan SDM yang Profesional
dan bekerja sesuai dengan prosedur serta standar yang telah diterapkan
berdasarkan peraturan dan Standar di Rumah Sakit.
Program-program yang diterapkan dalam meningkatkan kapasitas serta
kemampuan SDM di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi yaitu diantaranya:
1. Promosi mengenai program K3RS
2. Safety meeting guna meningkatkan kapasitas karyawan
3. Promosi mengenai kesehatan dan Keselamatan Kerja.
3.3.5

Kajian Mengenai Resiko Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi


Banten
Mengenai resiko yang ada disetiap lingkungan kerja di sekitar Rumah

Sakit Umum Daerah Provinsi Banten serta analisa mengenai penyakit akibat
kerja, penyakit akibat hubungan kerja dan penyakit akibat kecelakaan kerja
yang

dilakukan

pemeriksaan

serta

pemantauan

setiap

bulan

guna

meningkatkan produktifitas karyawan, untuk mengetahui hal tersebut diatas


maka K3RS Provinsi Banten Mengadakan kerja sama untuk melakukan
medical check Up Salah satu program dari K3RS Provinsi Banten adalah
melakukan analisa guna mengetahui paparan setiap pekerjaan terhadap
karyawan rumah sakit.
3.3.6

Program Kerja K3RS

Berikut merupakan bagian dari program-program K3RS yang akan


diterapkan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten :

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

No

Program K3RS

1.

Pembudayaan Perilaku K3RS


a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit baik bagi SDM
rumah sakit, pasien maupun pengantar pasien.
b. Penyebaran media informasi maupun komunikasi melalui Film, pamfelt,

2.

poster, dll
c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit di rumah sakit.
Pengembangan SDM K3RS
a. Pelatihan intern rumah sakit khusus SDM rumah sakit.
b. Pengiriman SDM rumah sakit untuk melakukan pendidikan formal,

3.

pelatihan, seminar yang berkaitan dengan K3.


Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja.
a. Mapping lingkungan tempat kerja yang dianggap berbahaya, area tempat
kerja yang belum melaksanakan program K3RS dan area tempat peletakan

4.

alat pemadam kebakaran.


b. Evaluasi lingkungan tempat kerja, wawancara SDM rumah sakit.
Pelayanan kesehatan kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, kesehatan berkala,
serta khusus.
b. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani bagi karyawan rumah sakit.
c. Pemberian imunisasi pada SDM rumah sakit yang bekerja pada resiko

5.

tinggi.
d. Melaksanakan kegiatan surveilan kesehatan kerja.
Pelayanan Keselamatan Kerja
a. Pembinaan dan pengawasan K3RS, sarana dan prasarana dan peralatan
kesehatan.
b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di rumah
sakit.
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan

6.

rumah sakit.
d. Pengadaan peralatan K3RS.
Pengembangan Manajemen Tanggap Darurat
a.
b.
c.
d.

Menyusun rencana tanggap darurat rumah sakit.


Pembentukan organisasi tanggap darurat
Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat.
Inventarisasi tempat-tempat yang beresiko dan berbahaya serta membuat

denahnya.
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan.


g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk evakuasi apabila

8.

terjadi bencana.
h. Memberikan APD pada petugas tempat-tempat yang beresiko
i. Sosialisasi dan penyuluhan keseluruh SDM rumah sakit
j. Evaluasi system tanggap darurat.
Pengelolaan jasa, dan B3
a. Inventarisasi jasa,B3 dan barang berbahaya
b. Membuat prosedur pengadaan,penyimpanan, dan penanggulangan dengan
menggunakan panduan MSDS.

BAB IV
NILAI BELAJAR

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Selama menjalani kerja praktik di RSUD Banten, Banyak tambahan ilmu


pengetahuan yang saya dapatkan. Dengan observasi langsung ke lapangan,
berdiskusi dengan pembimbing lapangan, identifikasi risiko di rumah sakit hingga
menyusun program rencana intervensi. Kegiatan tersebut menambah wawasan
saya sehingga saya mampu menganalisa dan memahami ilmu yang saya dapatkan
dibangku kuliah dan membandingkannya dilapangan. Adapun implementasi ilmu
yang saya terapkan dan pelajari dari kerja praktik ini yaitu sistem proteksi
kebakaran di RSUD Banten. Sistem proteksi kebakaran yang diterapkan di RSUD
Banten sebagai berikut :
1. Manajemen Proteksi Kebakaran
1.1 Prosedur Tanggap Darurat
Prosedur

tanggap

darurat

adalah

tata

cara

dalam

mengantisipasi keadaan darurat, meliputi rencana/rancangan,


pendidikan

dan

latihan,

penanggulangan

keadaan

darurat,

pemindahan dan penutupan.


Adapun isi prosedur tanggap darurat mengenai aspek
pencegahan yang dilakukan terhadap kesiapan peralatan proteksi
kebakaran, persediaan air, akses masuk kendaraan pemadam
kebakaran, kesiapan tempat aman, dan kesiapan jalur evakuasi,
aspek pemadaman dini, penyelamatan jiwa pada saat mulai terjadi
kebakaran dan pemeriksaan secara berkala terhadap peralatan
pemadam yang ada.
Peralatan proteksi kebakaran yang ada di RSUD Banten
baik aktif maupun pasif diantaranya alarm manual yang terpasang
pada dinding di setiap lantai baik gedung A maupun gedung B.
Alarm di gedung A sudah aktif dan di gedung B belum aktif, Untuk
hidran, RSUD Banten tidak memiliki hidran gedung, yang
terpasang hanya hidran halaman. Smoke detector sudah terpasang
di beberapa ruangan seperti lobby dan ruang pendaftaran pasien,
ada pintu darurat yang menghubungkan dengan selasar dari lantai 3

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

ke lantai 1 sedangkan lantai 4 menggunakan tangga untuk


evakuasi, petunjuk arah untuk evakuasi sudah ada namun denah
jalur evakuasi belum terpasang. Untuk titik kumpul RSUD Bante
memiliki 4 titik kumpul. Prosedur pemeriksaan alat proteksi
kebakaran dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk hidran dan 1 bulan
sekali untuk APAR, tidak ditemukan data pengecekan smoke
detector dan alarm.

1.2 Organisasi Proteksi Kebakaran


Struktur

organisasi

kebakaran

menurut

Permen

PU

No.20/PRT/M/2009 unsur pokok organisasi penanggulangan


kebakaran bangunan bangunan gedung terdirid ari penangung
jawab,

personil

komunikasi,

pemadam

kebakaran,

penyelamat/paramedic, ahli tekhnik, pemegang peran kebakaran


lantai dan keamanan. Dan RSUD Banten saat ini belum
membentuk struktur organisasi proteksi kebakaran.

1.3 Sumber Daya Manusia


Salah

satu

bentuk

pengembangan

dan

pembekalan

keterampilan dalam tanggap darurat kebakaran yang dilakukan


RSUD Banten adalah dengan melaksanakan pelatihan pemadaman
kebakaran yang rutin dilakukan setiap tahun dan diikuti oleh
perwakilan dari tiap unit dan bagian di RSUD banten. Tujuan
diadakannya pelatihan ini agar seluruh pegawai siap dalam
menangani keadaan darurat kebakaran. Berdasarakan data yang
saya dapatkan, pelatihan tersebut meliputi pelatihan pemadaman
api sederhana menggunakan APAR dan karung basah. Pelatihan
terakhir kali dilakukan pada bulan 2015 yang diikuti oleh
karyawan bertempat di halaman belakang RSUD Banten.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Penyelenggaraan pelatihan ini dilakukan secara berjenjang hingga


seluruh karyawan mendapatkan kesempatan yang sama.

2. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif


2.1 Alarm
Alarm adalah komponen dari sistem yang memberikan
isyarat/tanda setelah kebakaran terjadi, tanda tersebut dapat berupa
audio atupun visual. Instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran,
meliputi 2 jenis :
1. Sistem alarm kebakaran manual, terdiri dari
a) Panel Alarm;
b) Titik panggil manual;
c) Signal alarm (alarm bel/buzzer/lampu).
2. Sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis, terdiri dari :
a) panel alarm;
b) detektor panas dan asap;
c) titik panggil manual;
d) Signal alarm (alarm bel/buzzer/lampu).
RSUD Banten memiliki 4 alarm manual. Terpasang di gedung
A dan gedung B, namun alarm di gedung B belum aktif. Alarm
manual di lantai 1 ada 2 titik, dan masing masing 1 alarm di lantai
2 dan 3. Lantai 4 termasuk dalam gedung B, sudah terpasang alarm
manual maupun otomatis tetapi belum berfungsi. Untuk alarm
otomatis terhubung langsung dengan detector asap, sehingga ketika
ada asap yang terdeteksi oleh detector asap, signal langsung
diterima oleh alarm. Saya tidak menemukan dokumentasi
pengecekan

alarm

RSUD

Banten

dilakukannya pengecekan alarm.

karena

belum

pernah

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

2.2 Hidran
Hidran adalah suatu sistem penanggulangaan kebakaran yang
efektif dengan menggunakan media air bertekanan yang dialirkan
melalui pipa pipa dan selang kebakaran. Hidran dilengkapi
dengan selang dan nozel yang tersimpan dalam kotak bercat merah.
Hidran memilki 2 jenis yaitu hidran gedung dan hidran halaman.
1. Hidran gedung adalah hidran yang terletak di gedung dan
system serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam
bangunan gedung tersebut.
2. Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan.
Dan peralatan disediakan serta dipasang di lingkungan tersebut.
RSUD Banten tidak memiliki hidran gedung. Hidran halaman
yang ada berjumlah 10 hidran, 2 diantaranya dilengkapi dengan
selang dan nozel. Titik hidran yang terpasang yaitu, 3 buah hidran
di depan gedung, 2 hidran disamping kanan, 3 hidran disamping
kiri, dan 2 hidran dibelakang gedung. Hidran halaman diletakkan
di sisi sisi jalur/jalan disekitar gedung. Pada saat saya kerja
praktik tidak melakukan pengecekan hidran karena terakhir
pemeriksaan hidran pada tanggal 4 November 2015 dan dilakukan
setiap tiga bulan sekali. Kondisi hidran terakhir adalah baik hanya
saja untuk debit air kurang dari standar terkait kekuatan pompa air
masih kurang.

2.3 Detektor kebakaran


Detector yang terpasang di RSUD Banten adalah detector
asap. Detektor asap (smoke detector) adalah alat yang mendeteksi
partikel yang terlihat atau yang tidak terlihat dari suatu

10 M

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

pembakaran. Sesuai standar untuk area umum jarak detector asap


harus tidak melebihi 7,5 meter dari dinding dan 15 meter antar
detector.

Gambar pemasangan detector asap

Untuk memastikan cakupan lengkap denah, jarak antara


detektor dan dinding harus dikurangi sampai 5 meter untuk
detektor asap sehingga jarak antar detector adalah 10 m.
Detector yang terpasang di RSUD Banten masih kurang.
Detector tidak terpasang di beberapa ruangan seperti ruang
kepegawaian yang memiliki risiko kebakaran kelas A, di dapur,
laboratorium, radiologi, fisioterapi, IGD dan koridor. Untuk jarak
antar detector yang ada melebihi 10 m.
2.4 APAR
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yaitu peralatan portabel
yang dapat dibawa dan dioperasikan dengan tangan, berisi bahan
pemadam bertekanan yang dapat disemprotkan dengan tujuan
memadamkan api. Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat
pemadam api ringan (APAR) diatur dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per-04/MEN/1980. Adapun
jenis alat pemadam api ringan harus sesuai dengan klasifikasi
bahaya kebakaran yang ada : Kelas A, B, C, D atau K.
Sebagain besar APAR yang digunakan di RSUD Banten adalah
APAR berjenis dry chemical dan CO2 yang bisa digunakan untuk
memadamkan api kelas A,B dan C. APAR yang ada dipasang pada

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

dinding dengan ketinggian lebih dari 120 cm dan beberapa APAR


diletakkan pada tempat yang tidak mudah terlihat dan sulit
dijangkau seperti dibalik tembok dan dibelakang pintu. Berikut
tabel inspeksi yang digunakan untuk pengecekan APAR di RSUD
Banten :
Tabel inspeksi APAR Di RSUD Banten
Januari 2016
N
O

Lokasi
penempata
n

Lantai 1

Informasi
Loby
toilet
R.askes
Kasir
Obgyn
Lift
Radiologi
Farmasi
Depo
Obat IGD
Dekat
ruang
bedah
plastic
IGD

Permasalahan

Tindak lanjut

Terdapat
masalah
pada
indicator tekanan yaitu pada
penunjuk tekanan / jarumnya
tidak berfungsi dengan baik.
Selang berkarat namun masih
dapat efektif
Penempatan tabung APAR
yang sesui serta terdapat
masalah
pada
indicator
tekanan yaitu pada penunjuk
tekanan / jarumnya tidak
berfungsi dengan baik
Semua APAR sudah Expaire
Penempatan APAR yang tidak
sesuai

Segera
ulang

pengisian

Pengajuan
yang rusak

APAR

Segera
memindahkan
APAR yang tidak
sesuai

Lantai 2

Lift

gudang

Nurse
stasion R.
kebidanan
Bank
darah
Ruang

Semua APAR sudah Expaire


Ada beberapa selang berkarat
namun masih efektif
Penempatan APAR yang tidak
sesuai

Segera
ulang

pengisian

Pengajuan
yang rusak

APAR

Segera
memindahkan
APAR yang tidak

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

nifas
Lift R.
kebidanan
Poli THT
R.
kepagawai
n
Mushola
ICU
Ruang
ICU
Lift ICU
Tangga
darurat
Lantai 3

sesuai

Ruang bedah
Ruang bedah

Semua APAR sudah Expaire


Penempatan
APAR
tidak
sesuai
Ada beberapa Selang berkarat

Ruang direktur
R. perawatan
bedah

Segera
ulang

pengisian

Pengajuan
yang rusak

APAR

Segera
memindahkan
APAR yang tidak
sesuai

Lift lantai 3
GM
Nurse station
GM
R. prwatan
bedah
Lift gudang
lantai 3
R. VIP anak
Lift VIP anak
Ruang OKA
4

Lantai 4

Lift
perawatan

Semua APAR sudah Expaire


Ada beberapa selang berkarat

Segera

pengisian

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

anak kelas
3
Lift
gudang
lantai 4
Lift
R.
penyakit
dalam
Nurse
stasion
lantai 4
R.
penyakit
dalam
Gudang
Sudah Expaire
farmasi

ulang

Instalasi Gizi

Segera

Pengajuan

APAR

yang rusak

Segera

pengisian

ulang

Sudah Expaire

pengisian

ulang
7

Instalasi
laundry

Belum terpasang

Kantin

Belum terpasang

Segera pemasangan
APAR
Segera pemasangan
APAR

2.5 Sprinkel Otomatis


Sprinkle adalah suatu sistem instalasi pemadam kebakaran
yang dipasang secara tetap/permanen di dalam bangunan yang
dapat

memadamkan

kebakaran

secara

otomatis

dengan

menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaran. Persyaratan


pemasangan sprinkler diatur dalam SNI 03-3989-2000 . RSUD
Banten belum memiliki sprinkle terkait perencanaan awal
pembangunan gedung yang tidak membuat jaringan air.

3. Sarana penyelamatan jiwa


3.1 Pintu Darurat

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Pintu darurat di RSUD Banten berjenis pintu geser, terhubung


dengan selasar dari lantai 3 ke lantai 1. Sedangkan lantai 4 hanya
terdapat tangga biasa sebagai jalur evakuasi. Dalam Kepmenkes
1087 tentang Standar K3RS, Khusus pintu darurat menggunakan
pegangan panik (panic handle), penutup pintu otomatis (automatic
door closer) dan membuka ke arah tangga darurat/arah evakuasi
dengan bahan tahan api minimal 2 jam.
Menurut SNI 03-1764-2000 penempatan pintu darurat harus
diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat
menjangkau pintu keluar. Dan jumlah minimal 2 pintu darurat
setiap lantainya dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang
bertuliskan keluar/exit denga warna tulisan hijau diatas putih
tembus cahaya dan dibelakang tanda tersebut dipasang dua buah
lampu pijar yang selalu menyala.

3.2 Tangga Darurat


Tangga darurat adalah tangga yang dirancang khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran, tangga darurat harus dipasang
tanda exit dan terpasang tanda yang menunjukkan level lantai..
Dalam

peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

Nomor

26/PRT/M/2008 bahwa tangga darurat harus aman dan terlindungi


dari api dan gas panas yang beracun. Konstruksi tangga harus dari
konstruksi tetap yang permanen, tidak licin, tangga dipisahkan dari
ruangan ruangan lain dengan dinding beton yang tebalnbya
minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang mempunyai
ketahanan kebakaran selama 2 jam.
Pintu paling atas membuka kearah luar dan semua pintu
lainnya membuka kearah ruangan tangga, pintu paling bawah
membuka ke luar dan langusng terhubung ke luar. Supaya asap
kebakaran tidak masuk ke dalam ruangan tangga, maka di depan

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

tangga dipasang exhaust fan. Sedangkan pada ruangan tangga


dipasang pressure fan. Di dalam dan di depan tangga diberi alat
penerangan sebagai petunjuk arah ke tangga.
Tangga kebakaran dan bordes harus memiliki lebar minimal
1,20 m dan tidak boleh menjepit ke arah bawa dan dilengkapi
dengan pegangan yang kuat setinggi 1,10, mempunyai lebar
injakan anak tangga minimal 28 cm dan tinggi maksimal anak
tangga 20 cm.
RSUD Banten belum memiliki tangga darurat seperti yang
dijelaskan diatas. Hingga kini menggunakan tangga biasa sebagai
jalur evakuasi terutama untuk lantai 4. Dan tidak ada tanda yang
menunjukkan level tangga.

3.3 Petunjuk Arah


Petunjuk arah harus ditempatkan di tempat yang mudah
terlihat dan harus terbaca dalam huruf , simbol, maupun pictogram.
Petunjuk arah di RSUD Banten sebagian besar sudah terpasang dan
mudah terlihat. Namun ada beberapa yang tidak terpasang seperti
tanda exit pada pintu selasar, petunjuk memegang handle pada
tangga dan masih kurang tanda exit sebagai petunjuk jalur evakuasi
disetiap lantainya.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Gambar Pemasangan Petunjuk Arah di RSUD Banten
(Sumber: Dokumentasi K3RS)

3.4 Tempat Berhimpun


Menurut SNI 03/6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah
daerah pada bangunan yang dipisahkan dari ruangan lain dari
penghalang asap kebakaran dimana lingkungan yang dapat
dipertahankan dijaga untuk jangka waktu selama daerah tersebut
masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran. Terdapat 4
titik tumpu di RSUD Banten. 1 titik kumpul berada di depan
gedung, 1 titik kumpul berada disamping kanan dan kiri dan 1 titik
tumpul berada di belakang gedung.
Tempat berkumpul harus dapat menampung jumlah
penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal 0,3 m 2 per
orang.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Gambar Titik Kumpul di RSUD Banten


(Sumber: Dokumentasi K3RS)

BAB V
ANALISA
Cara penilaian manajemen dan sistem proteksi kebakaran di RSUD Banten
ini dengan mengacu pada Permen PU No.26/PRT/M/2008, Permen Pu
No.20/PRT/M/2009, Standar Nasional Indonesia, dan. Namun hanya mengacu
pada beberapa elemen saja karena terdapat beberapa elemen yang tidak bisa
dibandingkan terkait tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut dan
keterbatasan waktu.
1. Manajemen Proteksi Kebakaran
1.1 Prosedur Tanggap Darurat

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Menurut PERMEN PU NO.20/PRT/M/2009 Prosedur tanggap


darurat

kebakaran

mencakup

pembentukan

tim

perencanaan,

penyusunan analisis risiko, fire safety plan, dan fire emergency plan.
Struktur organisasi penanggulangan kebakaran termasuk didalam
pedoma tanggap darurat dan RSUD Banten belum memiliki struktur
penanggulangan kebakaran. Informsai prosedur untuk kejadian
kebakaran atau kejadaian darurat belum terlihat di tempat strategis
RSUD Banten. Telepon darurat baik internal maupun internal juga
tidak

dipasang.

Berikut

checklist

yang

saya

buat

untuk

membandingkan prosedur tanggap darurat dengan permen Pu No.


20/PRT/M/2009.
Tabel dan gambar kesesuaian APAR di RSUD Banten
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.
Per-04/MEN/1980
No. Permen PU NO.20/PRT/M/29

Sesuai/Tidak sesuai
Sesuai/tidak sesuai

Setiap
memiliki

unit
tim

bangunan

gedung Tidak sesuai

penanggulangan

kebakaran masing masing


2

Terdapat penanggung jawab yang Tidak sesuai


membawahi seluruh pimpinan tim
penanggulangan

kebakaran

setiap

unit bangunan gedung.


3

Terdapat operator komunikasi

Tidak sesuai

Terdapat tim penyelamat kebakaran

Tidak sesuai

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat,


penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat
kebakaran di RSUD Banten yang nantinya dapat menjadi usulan
dan diimplementasikan dalam sistem tanggap darurat kebakaran.
Prosedur tanggap darurat yang penulis usulkan antara lain :

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

1. Prosedur mengenai hal hal yang harus dilakukan jika terjadi


kebakaran
a. tekan tombol alarm yang terdekat hingga lampu
berkedip dan terdengar suara alarm
b. lakukan pemadaman api dengan alat yang tersedia
seperti APAR
c. berikan informasi jika terjadi kabakaran dengan
menunjukkan dimana lokasi kebakaran terjadi lakukan
berulang hingga tim pemadam bertindak
d. lakukan

pengamanan

kebakaran

dari

bahan

seperti
yang

memutuskan
memicu

rantai

meluaskan

kebakaran
e. bila api semakin membesar, berikan informasi melalui
pengeras suara atau bila perlu meminta bantuan dari
pihak luar (pemadam kebakaran kota)
f. apabila api sudah padam monitoring dan cari informasi
sebab kebakaran.
Prosedur ini disampaikan kepada seluruh karyawan pada saat
pelatihan pemadaman dan di pasang pada papan informasi disetiap
ruangan RSUD Banten
2. prosedur evakuasi
a. bila

situasi

kebakaran

tidak

terkendali,

lakukan

evakuasi segera
b. evakuasi dipimpin oleh atasan masing masing dengan
cara sebagai berikut :
-

keluar melalui pintu darurat dan berkumpul


ditempat yang telah ditentukan

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

atasan memastikan tidak ada anggota yang


tertinggal di dalam gedung

3. pelatihan tanggap darurat


pelatihan tanggap darurat di RSUD Banten sudah dilakukan
berjenjang namun dilakukan dalam jangka waktu yang lama,
karena satu gelombang peltihan setiap tahunnnya. Usulan yang
saya ajukan adalah pelatihan dilakukan setiap 3 bulan dengan
target selama satu tahun seluruh karyawan mendapatkan satu
kali pelatihan.
4. Audit sistem proteksi kebakaran
Audit dapat dilakukan internal maupun kesternal dari
organisasi penanggulangan kebakaran ataupun vendor APAR
dan hidran. Tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang
diperiksa, tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan
kerja.
Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui
dan

dipahami

oleh

selurh

karyawan,

pasien

maupun

pengunjung karena prosedur inilah yang nantinya dapat


memberikan keselamatan dan jalan keluar dari bahaya
kebakaran.
1.2 Organisasi Proteksi Kebakaran
RSUD Banten belum membentuk organisasi proteksi
kebakaran. Adapun organisasi proteksi kebakaran tersebut terdiri
dari karyawan yang mewakili dari masing masing instalasi dan
ruangan. Menurut PERMEN PU NO.20/PRT/M/2009 menyatakan
bahwa perlunya dibentuk tim penanggulangan kebakaran dan
sehingga setiap unit memiliki tim dibawah tim koordinator proteksi
kebakaran. Dengan tidak adanya organisasi proteksi kebakaran di
RSUD Banten, apabila terjadi kebakaran, api dapat cepat

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

membakar seluruh gedung dan menimbulkan banyak kerugian.


Untuk pemenuhan peraturan PERMEN PU NO.20/PRT/M/2009
belum terpenuhi.
Untuk itu penulis mencoba memberikan usulan organisasi
proteksi kebakaran berikut uraian tugas dan tanggung jawabnya :
1. Penanggung jawab
1.2.1

Bertanggung

jawab

terhadap

seluruh

kegiatan

organisasi proteksi kebakaran


1.2.2

Memantau dan mengkoordinasikan anggot organisasi


untuk menjalankan tugas tugasnya

1.2.3

Membentuk tim rehabilitasi bersama ketu organisasi


proteksi kebakaran paska kebakaran

2. Ketua Organisasi Proteksi Kebakaran


1.2.4

meningkata

1.3 Sumber Daya Manusia


Sumber daya manussia di RSUD Banten terdiri dari dokter,
perawat, analis, radiographer, fisioterapist, kasir, staff manajemen,
office boy, dan lain sebagainya. Dari seluruh asumber daya yang
ada diharapkan memiliki kemampuan dalam penanggulangan
kebakaran. Ada beberapa yang sudah diberikan pelatihan, namun
infromasi hasil dari pelatihan tidak disampaikan ke karyawan
lainnya sehingga hanya orang yang ikut pelatihan saja yang
memahaminya.
2. Sistem Proteksi Aktif
2.1 APAR

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

APAR di RSUD Banten berjumlah 56 buah, adapun untuk


pemilihan jenis APAR yaitu CO2 dan dry chemical yang
merupakan pemadam jenis A, B dan C. Perbandingan antara
pemasangan APAR di RSUD Banten dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per-04/MEN/1980 saya buat
dalam tabel sebagai berikut
Tabel dan gambar kesesuaian APAR di RSUD Banten
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.
Per-04/MEN/1980
NO

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Sesuai/belum

Transmigrasi no. Per-04/MEN/1980

sesuai

Tersedia alat pemadam api ringan.

Sesuai

APAR diletakkan ditempatkan pada Beberapa

belum

posisi yang mudah dilihat dengan sesuai


jelas, mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi dengan pemberian
tanda pemasangan.
3

Tinggi pemasangan APAR, bagian Beberapa

belum

paling atas berada pada ketinggina sesuai


1,2 m dari permukaan lantai kecuali
CO2 daan dry chemical ditempatkan
lebih rendah dengan syarat tidak
kurang 15 cm dari permukaan lantai.
5

Jaraj penempatan APAR satu dengan Beberapa


lainnya adalah 15 meter

sesuai

APAR diperiksa 6 bulan sekali atau Sesuai


12 bulan sekali.

belum

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Gambar Pemasangan APAR di RSUD Banten


(Sumber: Dokumentasi K3RS)

Berdasarkan hasil observasi, pemasangan APAR sebagian besar


masih

belum

sesuai

dengan

standar. Jumlah APAR

kurang

dibandingkan dengan luas lantai, penempatan APAR ditempat yang


tidak mudah dilihat dan tersembunyi, banyak APAR yang dipasang di
dinding dengan ketinggian bagian atas APAR melebihi 1,2 M dan jarak
apar satu dengan lainnnya lebih dari 15 meter.
2.2 Hidran
Hidran di RSUD Banten hanya terdapat diluar gedung,
sedangkan

didalam

tidak

tersedia

terkait

perencanaan

pembangunan gedung RSUD Banten. Berikut tabel kesesuaian


hidran di RSUD Banten dengan SNI 03-1745-2000.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Tabel dan gambar kesesuaian Pemasangan Hidran di


RSUD Banten dengan SNI 03-1745-2000
NO SNI 03-1745-2000
1

Sesuai/tidak sesuai

Hidran diletakkan pada area yang Sesuai


mudah terlihat

12

Peralatan dan komponen : hidran Sesuai


terdiri dari selang dan nozel

Debit air minimum 2400 L/menit Tidak sesuai


dan serta mampu mengalirkan air
minimal selama 45 menit.

Sambungan selang dan kotak Sesuai


hidran tidak boleh terhalang

Pengecekan

hidran

secara Sesuai

berkala

Gambar Pemasangan Hidran di RSUD Banten


(Sumber: Dokumentasi K3RS)

Berdasarkan tabel check list perbandingan tersebut dapat


disimpulkan penempatan hidran sudah sesuai, inspeksi dan
pemeriksaan hidran dilakukan 3 bulan sekali dan semua hidran
dalam kondisi baik. Namun perencanaan dan pemasangan hidran di

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

RSUD Banten belum sesuai karena debit air belum mencapai


minimum yang disyaratkan yaitu 2400L.

2.3 Alarm kebakaran


Alarm yang tersedia di RSUD Banten terhubung ke seluruh
ruangan. Alarm manual terpasang sebanyak 4 titik. Alarm di
gedung A sudah aktif namun alarm di gedung B belum aktif.
Diperlukan perbaikan pemasangan untuk alarm di gedung B.
Alarm otomatis terhubung langsung dengan detector asap.
Ketika detector menangkap asap alarm otomatis akan berbunyi.
Untuk alarm manual, apabila terjadi kebakaran petugas dapat
membuka kotak alarm dan menekan tombol. Namun pemeriksaan
alarm tidak pernah dilakukan. Sedangkan alam Pedoman Teknis
Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif oleh
Kemenkes RI mengatur tentang pemeriksaan alarm harus
dilakukan setiap 6 buln sekali. Sehingga tidak terjamin alarm
dapat berfungsi ketika saat harus digunakan.

Gambar Pemasangan Alarm di RSUD Banten

(Sumber: Dokumentasi K3RS)

2.4 Sprinkle
Sprinkle

merupakan

sistem

yang

digunkan

untuk

memadamkan kebakaran pada sebuah bangunan. Sprinkle akan

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

secara otomatis menyala bila ada kebakaran yang terjadi. Hal yang
harus diperhatikan dalam perencanaan sistem sprinkle adalah jenis,
sistem, fungsi, dan penyedia air. Perencanaan awal suatu sistem
pencegahan kebakaran dimulai sejak perencanaan pembangunan.
Pembangunan gedung RSUD Banten tidak merencakan penyediaan
air untuk sprinkle, sehingga tidak ditemukan sprinkle di gedung A
maupun gedung B RSUD Banten.
2.5 Detector kebakaran
Detector kebakaran yang terdapat di RSUD Banten adalah
jenis detector asap. Jumlah yang terpasang belum memenuhi
ketentuan dan jarak pemasangan detector dengan detector yang
lainnya lebih dari standar (3 m). Penentuan jarak ini dimaksudkan
agar dapat mendeteksi asap yang ada diseluruh ruangan sebelum
terjadinya api. Berikut tabel kesesuaian pemasangan detector asap
dengan SNI 03-3985-2000.
Tabel dan gambar kesesuaian Pemasangan Hidran di
RSUD Banten dengan SNI 03-3985-2000
No
1

SNI 03-3985-2000
Terdapat

detector

Sesuai/tidak sesuai

kebakaran

di Tidak sesuai

seluruh ruangan
2

Diakukan

pemeriksaan

secara Tidak sesuai

berkala
3

Penyimpanan

hasil

dari

semua Tidak sesuai

pemeriksaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa pemasangan detector
kebakaran di RSUD Banten belum memenuhi seluruh standar.
Karena jumlah, jarak dan tidak dilakukan pemeriksaan secara
berkala. Sehingga tidak diketahui kesensitifitasnya.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

3. Sarana penyelamatan jiwa


3.1 Pintu Darurat
Dalam Kepmenkes 1087 tentang Standar K3RS, Khusus pintu
darurat menggunakan pegangan panik (panic handle), penutup pintu
otomatis (automatic door closer) dan membuka ke arah tangga
darurat/arah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam. Pintu
darurat di RSUD Banten tidak sesuai dengan Kepmenes 1087 tentang
standar K3RS. Pintu berjenis pintu geser, tentu tidak menggunakan
penutup pintu otomatis dan terbuat dari kaca bukan bahan tahan api.
Jumlah pintu darurat tidak sesuai SNI SNI 03-1764-2000
karena jumlah pintu darurat hanya 1 pada lantai 1,2 dan 3. Dan tidak
dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan keluar/exit

Gambar Pintu Darurat di RSUD Banten


(Sumber: Dokumentasi K3RS)

3.2 Tangga Darurat


RSUD Banten belum memiliki tangga darurat. Untuk
evakuasi yang tersedia selasar dan terhubunga hanya sampai lantai
3. untuk lantai 4 karena hingga kini menggunakan tangga biasa
sebagai jalur evakuasi.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

3.3 Petunjuk Arah


Menurut

Peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

No.26/PRT/M/2008, Petunjuk arah exit di RSUD banten sudah


jelas dan mudah terlihat dengan tulisan hijau diatas dasar putih
tembus cahaya. Namun beberapa seperti tulisan exit di pintu
selasar, dan pintu exit lainnya tidak terpasang. Petunjuk arah
evakuasi juga masih kurang.
3.5 Tempat Berhimpun
Dari 4 titik kumpul di RSUD Banten. 1 titik kumpul berada
di depan gedung, namun terdapat panel listrik yang berisiko terjadi
kebakaran sehingga titik kumpul didepan RSUD Banten masih
berisiko terhadap keselamatan. Dan titik kumpul yang terletak
disamping kiri tampak tidak terurus dengan rumput yang tinggi
yang berisiko terdapat binatang seperti ular.

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktik di RSUD Banten mengenai sistem proteksi
kebakaran dapat disimpulkan :
1. Sistem proteksi kebakaran di RSUD Banten masih memiliki beberapa
kelemahan yaitu belum dibentuknya panitia tanggap darurat kebakaran dan
bencana dengan uraian kerja yang jelas, sarana proteksi sprinkle tidak ada,
smoke detector yang kurang, penempatan apar yang belum sesuai seperti
tinggi APAR yang digantung di dinding melebihi standar yaitu 120m,
letaknya yang tersembunyi sehingga tidak udah dilihat dan beberapa tidak
dipasang cara penggunaanya. Untuk inspeksi dan pemeliharaan APAR
dilakukan rutin tiap bulannya namun pemeliharaan hidran masih belum
dilakukan dengan rutin.
2. Program pencegahan dan pengendalian kebakaran yang terorgansir akan
menekan risiko timbulnya api dan menekan risiko timbulnya kebakaran.
Beberapa program pencegahan kebakaran yang sudah sudah dilakukan di
RSUD Banten yaitu larangan merokok yang sudah disebar diseluruh area
rumah sakit, memenej pengguanaan listrik yang berlebih. Namun
pengawasannya masih rendah
3.

Saran
1. Penambahan alat proteksi kebakaran seperti smoke detector dan
pemasangan sprinkle,
2. Meningkatkan pengawasan terhadap perokok di area RSUD Banten

Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

3. Sosialisasi kepada karyawan untuk melaporkan hal hal yang berpotensi


terjadinya kebakaran, kecelakakaan kerja, maupun nearmiss
4. Penempatan prosedur kejadian kebakaran di tempat strategis untuk
memudahkan proses tanggap darurat
5. Melakukan audit K3 yang dapat dilakukan minimal 1 tahun sekali.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai