Anda di halaman 1dari 6

Bab 3

Sistem-sistem Ekonomi
Jika sistem-sistem ekonomi yang pernah ada di muka bumi ini ditelusuri keberadaannya,
maka itu berarti menelusuri eksistensi umat manusia dan peradabannya. Ketika penelusuran ini
dilakukan, maka praktis kegiatan ini tidak terlepas dari peradaban dan kebudayaan umat manusia
pada umumnya. Dalam konteks inilah, dengan terpaksa, harus membaca cerita-cerita kehidupan dan
pola hidup manusia di dalam Injil, khususnya Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, termasuk
buku-buku dan jurnal ilmiah cetakan lama. Namun dalam memenuhi tuntutan perubahan dan
kemajuan jaman yang begitu cepat sehingga di sini digunakan buku dan sumber- sumber yang
tergolong baru untuk menganalisis dan memberi narasi yang sesuai dengan tingkat perubahan
dan kemajuan pola pikir manusia di bidang struktur dan teknologi bisnis. Berarti muncul kewajiban
untuk lebih memahami jenis-jenis sumber daya alam (natural resources) semesta, kepemilikan
(penguasaan), tata cara manusia mengambilnya (mengolah), dan pola konsumsi yang diterapkan
dalam penggunaan dan praktik bisnisnya.
Jika ditelusuri dari awal mula peradaban, kebudayaan, kepemilikan, pengolahan, dan pola
konsumsi manusia terhadap sumber daya alam, maka sistem ekonomi yang pernah ada di atas
muka bumi paling kurang ada 9 (sembilan) yakni: sistem ekonomi bebas (free economics system),
sistem ekonomi feodal (feudalistic system), sistem ekonomi pra-kapitalis (pre-capitalism economics
system), istem ekonomi kapitalis (capitalism) yang biasa didahului oleh sistem kapitalis muda dan
merchantilis, sistem ekonomi liberalis (liberalism), sistem ekonomi laboralis (laboralism),
sistem ekonomi sosialis (socialism), sistem ekonomi komunis (communisme), dan sistem
ekonomi campuran (mixed economics system). sistem-sistem ini ada yang terpelihara rapi di
negara tertentu, di beberapa negara, atau di wilayah atau blok ekonomi tertentu. Ada yang
tertutup (closed economics system), ada yang semi terbuka (semi-opened economics system), dan
ada pula yang terbuka (opened economics system). Dikatakan tertutup jika · tidak berinteraksi
dengan sistem ekonomi lain, semi terbuka (rada terbuka) jika dalam hal tertentu berinteraksi secara
terbatas dengan sistem ekonomi lain, dan terbuka jika aktif berinteraksi dan saling isi mengisi dengan
sistem-sistem ekonomi lainnya (aktif menata ekspor-impor antar negara).

Sistem Ekonomi Bebas


Sistem ini terbentuk ketika hidup manusia di muka bumi tergantung kepada kemampuan
alam sekitarnya untuk memasoknya. Ketika itu, ada dugaan kuat bahwa manusia memakan
dedaunan, umbi-umbian, dan buah-buahan serta meminum air yang tersedia di sekitarnya. Lama
kelamaan mulai mengenal sumber panas (api) dan alat (batu atau kayu) pengolah bahan makanan
sehingga bahan makanan mulai diolah dengan cara tertentu untuk dinikmati. jadi siapa yang lihai
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia, dialah yang paling menikmatinya, walaupun
kesemua orang boleh disebut sejahtera. Akhirnya, pada tahap tertentu, ketersediaan bahan
makanan yang sehat mulai terbatas. Dukungan alam pun terhadap kehidupan manusia mulai
terasa ada batasnya; maka ketika itu ada dugaan kuat bahwa manusia mulai hidup berkelompok.
Kelompok manusia ini mulai menguasai dan menetap di wilayah ekonomi yang subur dan memiliki

Page 1 of 6
daya dukung yang maksimal. Diduga bahwa kondisi ini merupakan titik awal munculnya sistem
feodalis.
Sistem Feodalis
Setelah. manusia mulai hidup berkelompok dan menetap di wilayah ekonomi tertentu, maka
dapat dipastikan bahwa di dalam kelompok-kelompok tersebut ada pemimpin dan penguasa. Mereka
ini tampil ke depan memimpin kelompoknya sambil menguasainya. Seraya melanjutkan pola hidup
dalam sistem ekonomi sebelumnya, maka mereka mulai melakukan seleksi tanaman dan sumber
air yang paling mendukung seraya menitik-beratkan arah hidupnya kepada bagian tanah yang
memiliki daya dukung yang maksimal. Di dalam sistem ini, siapa yang paling berani
mempertaruhkan nyawanya dialah yang berkuasa. Seakan - akan ada sistem premanisme di dalam
sistem tersebut. Berarti siapa yang paling berkuasa, maka dialah yang menguasai tanah subur dan
menentukan kehidupan, perekonomian kelompoknya. Saat itu, saling serang di dalam kelompok
atau antar kelompok dapat dipastikan selalu terjadi karena mernbaranya animo ingin menguasai yang
lain. Lama-kelamaan sistem ini makin larut dipelihara sehingga diduga ada sistem imbalan tertentu
yang dihalalkan kepada sang pemimpin kelompok. Akibatnya, pemimpin kelompok bisa lebih
menguasai bidang-bidang tanah yang subur ketimbang anggota kelompoknya. Berarti siapa yang
berkuasa dan menguasai tanah-tanah subur (dan termasuk modal) maka dialah yang menentukan
dan menguasai kehidupan perekonomian. Ada dugaan kuat, ketika itu, muncullah sistem barter
(barang ditukar dengan barang) dalam kelompok atau di antara kelompok yang berdekatan. Akibat
selanjutnya dari sistem ini adalah munculnya sistem pra-kapitalisme.

Sistem Pra-kapitalis
Dalam sistem ini, siapa yang berkuasa dan menguasai tanah-tanah subur serta aktif
melakukan pertukaran barang, maka dialah yang menguasai kehidupan perekonomian. Artinya,
kelebihan produksi kelompok tertentu yang dapat ditukarkan dengan barang lain dari
kelompok lain merupakan barang modal dan sekaligus merupakan kekayaan sang pemilik dan
pelaku ekonomi yang paling aktif melakukan barter. Dalam kondisi inilah diduga munculnya
alat pengganti barang yang dipertukarkan dalam satuan nilai tertentu karena hambatan ciri
khas barang yang dipertukarkan (barter). Alat ini berkembang menjadi satuan uang (currency)
yang dikenal secara umum dewasa ini. Kesemua ini menunjukkan bahwa dalam sistem pra-
kapitalisme, siapa (bisa perorangan dan boleh juga perkelompok) yang menguasai tanah-tanah
subur dan barang modal, maka dialah yang berkuasa dan menguasai kehidupan perekonomian
di dalam kelompoknya ataukah di antara kelompok-kelompok yang saling berdekatan dan
aktif saling melakukan pertukaran barang baik langsung maupun dengan alat bantu pengganti. Jadi
sudah ada pembenaran kepemilikan modal, tanah-tanah subur dan menguasai kehidupan
kelompok, termasuk kebebasan melakukan pertukaran barang (dagang secara bebas). Kejadian
selanjutnya adalah terbentuknya negara kecil-kecilan di anatara kelompok atau penyatuan kelompok
yang berdekatan dan memiliki kepentingan yang sama atau mirip. Dari posisi inilah terjadi
perkembangan yang berkelanjutan sehingga terbentuklah sistem ekonomi kapitalisme. Di
dalam sistem ini kegiatan ekonomi yang menonjol adalah kerajinan dan pertukangan. Tukar
menukar barang cenderung feodalistik, karena kegiatannya berpusat pada manorial estate, yakni
bidang atau kegiatan pertanian yang dipimpin oleh bangsawan.

Sistem Kapitalis Muda dan Merchantilis


Ketika sistem ini terpelihara, maka yang menonjol di dalam sistem perekonomian adalah
menumpas prinsip manorial estate. Tuan-tuan tanah dan kaum feodal diusahakan ditiadakan
dengan jalan menyewa tentara (bodyguard) untuk menjaga negara. Pada saat yang sama, negara
berusaha mendapatkan emas sebanyak mungkin untuk membiayai negara melalui kegiatan

Page 2 of 6
perdagangan dengan negara lain (menggalakkan kegiatan ekspor-impor) dan dengan
dukungan program industrialisasi dalam negeri tetapi mengurangi perhatian terhadap sector
pertanian. Jalan ini ditempuh dengan cara menekan upah buruh dan hasil pertanian agar ekspor dan
harga bisa bersaing di luar negeri.
Kebijakan ini mendorong faham Physiocratisme (Quesnary) yang beranggapan bahwa
bidang pertanian lebih produktif dan merupakan sumber kemakmuran, sedangkan perdagangan
dan industri tidak produktif sehingga faham merchantilisme harus ditolak. Dalam kegiatan
perdagangan, menurut faham merchantilisme, diusahakan agar ekspor jauh lebih besar daripada
impor sehingga surplusnya dibayar dalam satuan emas agar bisa digunakan untuk membeli emas.
Kedua anggapan ini memang kontradiktif namun kurang bijak jika tidak mempertimbangkan pengaruh
lingkungan dan keterbatasan yang dimiliki oleh suatu negara, terutama faktor kepemilikan barang
modal dan sistem pedagangan bebas. Akibarnya kedua sistem ini terpoles dengan sendirinya sehingga
muncullah sistem ekonorni kapitalisme murni.

Sistem Kapitalis
Sistem ini merupakan sistem pengganti sistem merchantilisme dan physiocratisme sebagai
produk dari gerakan individualis-nasionalis di berbagai sektor (bidang) seperti: kebebasan
perseorangan (liberte, egalite, paternite) dan karena ada invisible hand yang memimpin semua
tindakan perorangan ke arah kemakmuran. Ada empat prinsip utamanya, yakni membenarkan:

• Hak milik atas barang-barang modal dan alat produksi


• Membenarkan adanya ekonomi pasar
• Dalam sistem ekonomi ada perdagangan bebas
• Membenarkan tindakan ekonomi yang mengarah kepada usaha untuk mendapatkan laba
sebesar mungkin

Akibat buruk dari sistem ini adalah yang kaya makin kaya dan miskin makin melarat. Mereka
yang kaya makin bertingkah sambil menguasai dan menentukan kehidupan mereka yang kurang kaya
dan miskin. Akibatnya, masyarakat terbelah dua, yakni masyarakat kaya (kapitalis) dan masyarakat
miskin. Buruh muncul dari anggota masyarakat yang kurang kaya dan miskin padahal mereka ini
adalah tulang punggung pelaksana kegiatan ekonomi di lapangan. Akibatnya mereka saling bahu-
mernbahu menentang majikannya (kapitalis).

Sistem Laboralis
Sistem ini muncul sebagai akibat dari penguasaan kehidupan perekonomian hampir
secara penuh oleh kaum kapitalis dan memposisikan diri seakan-akan kaum borjuis. Kaum
borjuis adalah kelas sosial orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang
terkait dengan kepemilikan modal tersebut. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau kelas
pedagang yang mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan dan kekayaan (serta
pendidikan) mereka. Marxisme mengartikan borjuis sebagai kelas sosial yang memiliki alat-alat
produksi dalam masyarakat kapitalis. Marxisme memandang bahwa kelompok ini muncul dari
kelas-kelas orang kaya di perkotaan pada masa pra-(sebelum) dan awal masyarakat kapitalis.
Dalam masyarakat kapitalis kontemporer, istilah borjuis merujuk kepada kelas menengah dan
menengah atas dengan gaya hidup dan nilai-nilai yang didasarkan kepada kekayaan. Borjuis
sering merujuk kepada kelakuan menyendiri dan konservatif secara sosial yang disertai adat
menganggur dari orang kaya baru. Menurut Karl Marx masyarakat terbagi menjadi dua kelas, yaitu
kaum kapitalis (borjuis) dan kaum buruh (proletar).

Page 3 of 6
Berdasarkan elaborasi singkat di atas, maka kelihatan dengan jelas bahwa kaum buruh
memiliki ketergantungan besar kepada majikannya: kapitalis. Sebagai akibatnya buruh bersatu
melawan majikan dengan mendirikan aliran buruh (laboralisme). Buruh yang menentukan
kehidupan perekonomian. Konflik antara buruh dan majikan pun terjadi, seakan-akan terlahir
konflik baru, yakni konflik kapitalisme dan laboralisme. Akibatnya, munculah pihak penengah yang
menamakan diri aliran sosialis dengan strategi dan sasaran lain. Dasar ajarannya berpijak pada dasar
paham Plato dan kristiani.

Sistem Sosialis
Tarik-tarikan kepentingan antara kapitalisme dan laboralisme memunculkan paham baru,
yakni sosialisme. Paham ini lebih bersifat anjuran daripada perintah. Oleh sebab itu, pemerintah di
dalam sistem ini lebih demokratis, mendorong, dan membenarkan adanya pasar bebas untuk
mendorong mewujudkan kesejahteraan masyarakat (bangsa). Berhubung paham ini bersifat
anjuran, maka pandangan masyarakat mendua (ambivalen). Akibatnya, muncullah paham baru yang
mengutamakan peranan pemerintah pusat di dalam kehidupan perekonomian, yakni sistem
komunis (komunisme). Ciri dan karakteristik sistem ini adalah mengakui:
 Adanya pasar bebas dan lebih mendekati sistem perekonomian kapitalis.
 Membolehkan kepemilikan alat-alat produksi.
 Menizinkan kepemilikan harta kekayaan secara perorangan yang diselenggarakan oleh
koperasi produksi atau produksi.
 Dan semua perserikatan seperti serikat kerja, badan-badan hukum masyarakat dan bentuk
organisasi lainnya didasarkan pada prinsip kesukarelaan.

Sistem Komunis
Semua serba diatur dan ditentukan dari pemerintah pusat. Peranan pasar hampir tidak ada
karena diganti dengan peranan pemerintah yang otoriter dan bersifat sentralisasi. Di sini negara dan
aparat negara lebih dominan, lebih mendesak, dan berupaya mematikan potensi dan daya kreasi
unit-unit ekonomi yang ada di luar sektor negara. Mirip dengan sistem etatisme. Berarti
mengakui adanya monopoli sebagai pemusatan kekuasaan ekonomi di kelompok tertentu,
aparat negara misalnya. Namun harus digarisbawahi bahwa monopoli itu tidak efisien (in-efisiensi),
kurang inisiatif (in-inisiatif), dan bertendensi kuat sebagai pemusatan kekuasaan.
Di dalam sistem perekonomian komunis, negara yang menentukan bagi setiap orang di
mana harus bekerja, pekerjaan apa yang harus dipilih, apa yang harus dihasilkan dan dimakan,
besarnya harga yang harus dibayar, cara menanam modal, dan lain sebagainya.

Ciri dan karakteristik sistem ini adalah sebagai berikut:


• Hak milik perseorangan atas tanah, perusahaan, peternakan, perniagaan, dan bentuk
kekayaan atau keanggotaan organisasi kemasyarakatan dihapus.
• Seseorang tidak dibenarkan memilih pekerjaan sendiri.
• Semua lapangan ekonomi dikuasai pemerintah dan diatur menurut rencana yang telah
ditetapkan untuk beberapa tahun.
• Industri merupakan perusahaan besar yang meliputi seluruh negara dan dikuasai oleh
pemerintah sehingga apa yang dihasilkan, jumlah persediaan, termasuk perputaran dan
pendistribusian barang dikuasai negara.
• Perniagaan dalam negeri dikuasai dan diatur oleh koperasi-koperasi, kecuali di
pedesaan dibolehkan transaksi secara barter dan perniagaan luar negeri dikuasai dan
ditentukan oleh pemerintah pusat.
• Pengangkutan dilaut, darat, dan udara dimiliki dan diatur oleh pemerintah pusat.

Page 4 of 6
Jadi perbedaannya dengan sistem kapitalis terletak di hak kepemilikan alat- alat produksi dan
kepemilikan perorangan. Sistem ini juga mirip dengan sistem Fasisme, yakni sistem di mana
pemerintah memiliki semua industri yang di dalamnya terdapat sistem perekonomian dan
pemerintahan yang diktator

Sistem Ekonomi Indonesia


Mencermati sistem-sistem diatas, maka kelihatan bahwa sejak masa kolonial Belanda
hingga masa Soekarno, Soeharto, dan jaman reformasi masyarakat Indonesia telah berkesempatan
menempatkan diri dalam berbagai sistem ekonomi yang pernah ada di muka bumi. Unik dan
terdengar kaya dengan rekayasa sistem-sistem. Namun terkesan terombang-ambing karena tidak satu
pun dari system- sistem tersebut di atas yang mampu mengangkat perekonomian Indonesia lebih
baik daripada perekonomian negara-negara tetangganya sampai saat ini.
Sebelum wilayah republik ini dijajah oleh Belanda dan Jepang, masing- masing kerajaan
menganut sistem ekonomi feodal yang cenderung, dalam praktek, adalah sistem upeti.
Kerajaan pun saling serang karena alasan klasik: sumber daya alam dan kemampuan ekonomi
terbatas.
Di jaman kolonial, negara ini menikmati sistem kapitalis dengan pengerukan kekayaan alam
untuk kepentingan negara kolonial (Belanda). Di jaman Soekarno, di mana politik yang
menjadi panglima, bangsa ini menikmati sistem ekonomi terpimpin. Peralihan dari sistem kapitalis
yang liberalis kepada sistem sosialis-komunis. Walaupun demikian, tindakan ini hanya merupakan
refleksi dari anti-kolonialisme, anti-imperialisme, dan anti-kapitalisme ketika itu. Dalam arti,
menganut pemikiran Marxisme adalah tindakan dan cara terbaik untuk menghalau sistem
kapitalis dari bumi Indonesia. Akibatnya, sumber kebutuhan dana cair untuk pembangunan
menemui banyak jalan buntu.
Di jaman Soeharto, di mana kekuasaan menjadi panglima, sistemnya merupakan
inversi sistem Soekarno. Soeharto kembali merangkul badan-badan penyandang dana dunia seperti
IMF, World Bank, ADB, termasuk kelompok negara-negara atau negara donatur tertentu seperti
IGGI dan Jepang. Berarti kembali kepada sistem kapitalis dengan catatan tidak liberal. Alasannya
sederhana, Indonesia membutuhkan dana cair untuk pembangunan demi kesejahteraan
rakyatnya (masyarakat).
Di jaman reformasi, di mana hukum menjadi panglima, sistemnya berbeda. Di jaman ini
sistem demokrasi ekonomi menjadi pilihan utamanya. Namun menghindari free fight liberalism
dan etatisme. Artinya, di satu sisi eksploitasi terhadap manusia dan negara lain dihindari dan di
sisi lain negara dan aparat negara tidak mendominasi, tidak mendesak, dan tidak mematikan
potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi yang berada di luar sektor negara. Negara sangat menjaga
dan mengawal baik keseimbangan antara sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis.
Dalam konteks inilah sistem perekonomian Indonesia bergulir, yakni sebagai irisan dari kedua sistem
ini dengan menghindari sistem free fight liberalism dan etatism.
Masyarakat Indonesia masih cukup meyakini bahwa para pemimpinnya tidak hanya pintar
menyuruh rakyatnya apa yang perlu dilakukan tetapi para pemimpin mereka masih mampu dan
mau menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu yang terhitung penting bagi rakyat
kebanyakan. Simaklah gambar di bawah ini dengan baik agar mampu melakukan tindakan
memimpin dan melakukan sesuatu yang penting.

Page 5 of 6
Kesimpulan

Sistem-sistem ekonomi lebih populer dengan tata ekonomi atau paham ekonomi bangsa-
bangsa (negara-negara) untuk mencapai kemakmuran (kesejahteraan) bersama. Paham ini
terbentuk dari berbagai nilai yang diyakini seperti ideologi, pandangan hidup, budaya, dan lain-lain.
Jika dipersonifikasikan, maka berasal dari sistem ekonomi bebas, setelah itu sistem feodalis, dan
berkembang terus hingga terbentuknya sistem ekonomi kapitalis, laboralis, sosialis, dan komunisme.
Secara singkat, narasi sistem-sistem yang pernah lama diterapkan di wilayah dan blok ekonomi
tertentu secara teoritis dan menurut sejarah keberadaannya adalah demikian:

 Merchantilisme
Negara berusaha mendapatkan emas sebanyak mungkin dalam perdagangan dengan luar
negeri untuk menjamin kelangsungan hidupnya (nilai ekspor harus lebih besar darpada
nilai impor).

 Kapitalisme
Dasar ajarannya adalah kebebasan perseorangan (liberte). Prinsip singkatnya adalah
kebebasan seseorang memiliki alat-alat produksi, adanya prinsip ekonomi pasar, persaingan
bebas, dan dibenarkannyan prinsip keuntungan atau laba sebesar-besarnya. Di Perancis
dikenal dengan semboyan kebebasan (liberte), persamaan (egalite), dan persaudaraan
(fraternite).

 Komunisme
Sistem ini adalah sistem ekonomi pemerintah yang bersifat totaliter di mana putusan-putusan
ekonomi dibuat di tingkat pusat (pemerintah pusat).

 Sosialisme
Sistem ini melandaskan prinsip ekonominya pada ekonomi kesejahteraan dan lebih
cenderung berupa anjuran daripada perintah. Jadi pemerintahannya demokratis,
dorongannya adalah export-drive, seraya membenarkan pasar bebas.

 Fasisme
Sistem pemerintahan di mana pemerintah memiliki semua industri dan di dalamnya ada
sistem perekonomian dan pemerintahan yang diktator

 Etatisme
Sistem ekonomi di mana negara dan aparatus ekonomi negara dominan, mendesak, dan
mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi yang berada di luar sektor negara.

 Sistem Ekonomi Indonesia


Sistem ekonomi Indonesia adalah memadukan sistem kapitalis dan sosialis, dalam arti,
menjaga keseimbangan keduanya. Namun dalam kondisi tertentu cenderung berpihak
kepada salah satunya. Mau disebut sistem ekonomi campuran, masih terlalu dini. Tetapi
mau dikatakan perpaduan antara sistem ekonomi kapitalis dan sosialis: masih terlalu pagi.
Hal yang layak diketahui untuk sementara adalah kecenclerungannya tergantung kebutuhan
dan situasi yang sedang dihadapi.

Page 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai