Kata ekonomi dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan dengan
“pengetahuan dan penyelidikan mengenai asas- asas penghasilan (produksi), pembagian
(distribusi) dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (konsumsi)”
Pengertian ekonomi tersebut di atas disebutkan dengan jelas dalam sebuah Hadis Nabi
riwayat Bukhari sebagai berikut :
“Sungguh bahwa seseorang di antara kamu membawa tali (pagi-pagi hari) lalu ia pergi
berangkat mencari seikat kayu api ke bukit-bukit dipanggulnya, kemudian ia menjual
(memperoleh, meminta dan menjauhi kefakiran) itu lebih baik lagi dari pada ia hidup meminta-
minta kepada manusia, kerja mereka bisa memberinya atau memperolehnya”. (H.K. Malik)
Dari hadits Nabi Saw di atas dapat dijelaskan masalah-masalah ekonomi di dalam bagian-
bagiannya :
1. Mengerjakan kayu api, adalah berarti berusaaha menambah produksi.
2. Berusaha menjualnya adalah mengerjakan distribusi (pembagian)
3. Memakannya adalah berarti memenuhi konsumsi (pemakaian)
4. Mensedekahkannya kepada orang lain, adalah mengajarkan rencana sosial.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dinamakan ekonomi ialah pengetahuan
tentang kegiatan yang mengatur urusan harta kekayaan, baik yang menyangkut tentang sektor
produksi, distribusi dan konsumsi.
Adapun yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah terdiri dari dua kata, yaitu sistem
dan ekonomi. Sistem adalah seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas, ekonomi diartikan sebagai alokasi sumber daya material.
Maka sistem ekonomi dapat didefnisikan sebagai sebuah perangkat nilai-nilai yang dapat
membangun organisasi kegiatan sumber daya material menurut kerangka referensi tertentu.
Terlepas dan segala kekurangan yang ada pada teori ekonomi tersebut, paham
kapitalis saat ini sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia, perluasan ini telah
menjangkau dunia Islam, terbukti dengan banyaknya ekonom di negara-negara itu
yang secara terang-terangan menganut paham tersebut. Hal ini tentu saja sedikit
banyak telah memberi warna terhadap analisis-analisis ekonomi Islam.
Kenyataan ini diperkuat lagi bahwa ekonomi Islam belum memiliki alat
analisis yang orisinil dari khasanah ekonomi Islam sendiri, ataupun alat analisis
ekonomi Barat. Walaupun adanya asumsi bahwa alat analisis yang dimiliki
ekonomi Barat besifat matematis-analisis saja, sehingga dipandang bebas nilai.
Asumsi inilah yang sebenarnya merupakan ekpresi amoralitas dari ekonomi
Kapitalisme. Jika penggunaan alat ini akan terus dilakukan, maka dikhawatirkan
hasil postulasi ekonomi Islam “sama” (tidak jauh berbeda) dengan ekonomi
Kapitalisme. Atau jika tidak hanya memberi label “moral” terhadap ekonomi
Kapitalisme. Oleh sebab itu harus ditemukan formulasi yang tepat untuk
membangun ekonomi Islam secara integral.
Dalam sistem ekonomi kapitalis, di satu pihak memberikan seluruh manfaat produksi
dan distribusi dibawah penguasan para ahli, yang mengesampingkan soal- soal kesejahteraan
masyarakat banyak dan membatasi mengalirnya kekayaan hanya melalui saluran-saluran
yang tidak wajar. Di sisi lain, menjamin kesejahteraan semua pekerja kepada beberapa orang
yang hanya mementingkan diri sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di antara tujuan ekonomi Islam adalah
sebagai berikut :
a. Mencari kesenangan akhirat yang diridhoi Allah SWT, dengan segala kapital yang
diberikan kepada makhluk- Nya.
b. Dianjurkan memperjuangkan nasib sendiri mencari rizki dan hak milik dengan
tidak melupakan hari akhirat, tempat kembali semua makhluk-Nya.
c. Berbuat baik kepada masyarakat sebagaimana halnya Allah SWT berbuat baik
tanpa dihitung-hitung.
d. Dilarang membuat kerusakan di muka bumi.