Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sangatlah unik, setiap individunya memiliki karakter yang berbeda
satu sama lain. Disatu sisi perbedaan tersebut mencerminkan keanekaragaman yang
menjadikan masing-masing individu memiliki karakteristik yang khas. Namun disisi
lain, perbedaan karakter manusia cukup menyulitkan dalam konteks hubungan sosial,
karena akan sulit untuk memahami satu sama lain.
Karakter atau watak seseorang sulit untuk diubah dan cenderung tidak bisa
untuk diubah, karena merupakan sifat dasar yang melekat pada diri masing-masing
individu. Definisi dari karakter atau watak sendiri adalah sifat batin manusia yang
mempengaruhi segenap pikiran, tingkah laku, budi pekerti dan tabiatnya. Karakter
menunjukkan perilaku individu yang relative permanen pada saat berinteraksi dengan
lingkungannya yang didasarkan pada pengetahuan tentang moral.
Dalam kehidupan sosialnya, manusia sering kali dinilai dari karakter dan
kepribadiannya. Dua hal yang berbeda tetapi tak jarang dipahami secara sama.
Karakter manusia umunya dilekatkan pada norma moral, sedangkan kepribadian tidak
ada kaitannya dengan moral. Kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin pada
sikap manusia yan membedakannya dari manusia lain. Meski berbeda, namun
karakter dan kepribadian sama-sama merupakan hasil interaksi antara manusia dengan
pengalaman hidup dan lingkungan sekitarnya. Karakter bisa dibentuk, sedangkan
kepribadian bisa diubah. Keduanya memiliki hubungan dalam pengaruhnya terhadap
perilaku manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu karakteristik manusia?
2. Ada berapa jenis karakteristik manusia?
3. Apa saja jenis masalah yang dihadapi manusia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik Manusia


Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.
Sedangkan Doni Koesoema A memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentuk-bentuk yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil dan juga dari bawaan lahir.1
Dari kompleksitas karakter manusia, Florence Littauer 2 dalam bukunya yang
bertajuk Personality Plus, mengklasifikasikan manusia ke dalam empat jenis
kepribadian, yaitu:
1. Koleris
Manusia yang memiliki kepribadian jenis koleris cenderung cocok
menjadi seorang pemimpin. Jiwa kepemimpinan yang dimiliki merupakan
sifat atau bakat bawaan lahir. Artinya, sifat kepemimpinan yang melekat
dalam pribadi seorang koleris begitu kuat. Manusia dengan pribadi koleris
umunya miliki ciri khas sebagai berikut:
a. Berjiwa dinamis, tegas, optimis, suka memimpin, senantiasa
tertangtang dengan perubahan dan seorang pembuat keputusan yang
baik.
b. Penuh gairah dalam arti mau bekerja keras guna mencapai target yang
telah ditentukan.
c. Berani menghadapi berbagai tantangan dan masalah
d. Mampu memecahkan permasalahan secara praktis dan cepat
e. Mampu belajar dari pengalaman apa yang terjadi saat ini dapat
dijadikan sebagai pelajaran dimasa mendatang
f. Mampu menentukan misi dan visi dengan baik
g. Dapat diandalkan dalam segala kondisi dan situasi

1
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik (Yogyakarta: Ar –Ruzz Media, 2011)
2
Florence Littauer, Personality Plus (Tangerang Selatan: Kharisma Publishing, 2011)
Dari berbagai ciri tersebut itulah yang mendasari layaknya seorang
koleris untuk menjadi seorang pemimpin. Ada banyak sifat positif yang
menjadi keunggulan dari seorang yang bertipe kepribadian koleris. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Senantiasa bersemangat dan pantang menyerah
Manusia koleris adalah visioner dan pekerja keras. Sebab itu, orang-
orang dengan kepribadian ini tak mudah menyerah meski mengalami
kegagalan berulang kali. Mereka tak mudah patah semangat dan
berpendirian kuat sampai mencapai tujuan yang ditetapkannya. Setiap
kegagalan yang dialami mempu dijadikan suatu pembelajaran untuk
memperbaiki diri dan strategi guna melangkah pada tahapan lebih
lanjut.

b. Mampu menetapkan target yang jelas


Tak bisa dipungkiri jika manusia koleris memang memiliki keunggulan
dalam memimpin. Semangatnya yang luat biasa mendorongnya untuk
pantang menyerah terhadap segala hambatan dan masalah yang
dihadapi. Orang-orang koleris bukanlah tipe manusia yang
menghindari masalah, justru sebaliknya berani menghadapi dan
memecahkan masalah. Dalam upaya memecahkan masalah, mereka
mampu menetapkan target yang jelas sehingga proses pemecahan
masalah menjadi lebih focus.

c. Memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi


Apa jadinya jika seorang pemimpin plin-plan dan tidak percaya diri?
Pastinya tidak berwibawa. Namun sifat ii bukanlah sifat dari manusia
koleris. Orang-orang berkepribadian koleris justru memiliki rasa
percaya diri yang begitu tinggi. Tidak terlalu peduli denga napa kata
orang lain, tetapi juga tidak abai dengan masukan bahkan kritikan.
Kepercayaan diri yang tinggi berimbas pada keteguhan dalam
pendirian dan segala sesuatu yang telah diputuskan.

d. Memiliki produktifitas yang tinggi


Manusia koleris yang visioner jelas memiliki banyak cita dan impian
yang ingin diwujudkan dalam hidupnya. Mereka cenderung
menerapkan prinsip time is money, sehingga waktu yang dimiliki tak
akan terbuang sia-sia, tetapi digunakan untuk melakukan sesuatu yang
memberikan manfaat, baik saat ini maupun dimasa mendatang. Sebab
itulah orang-orang koleris cenderung lebih produktif dibandingkan
dengan orang-orang bertipe kepribadian lainnya.

Dibalik sifat positif, manusia koleris juga memiliki sifat yang negatif.
Pada titik ekstrim, mereka dapat menjadi sosok diktator yang selalu ingin
tampil dominan dan tidak mau berada dibawah orang lain. Sifat negatif
lainnya, manusia koleris bisa menjadi sosok yang sok berkuasa, mendominasi
dan manipulatif.

2. Sanguinis
Kepribadian sanguinis dikenal sebagai jenis kepribadian yang mampu
menempatkan diri dengan baik dan mudah beradaptasi dengan cepat. Manusia
denga tipe atau jenis kepribadian ini memiliki beberapa sisi positif sebagai
berikut:
a. Pandai secara persuasive dan ingin terkenal di lingkungan
b. Terbuka dan senang berbicara
c. Mudah beradaptasi dengan lingkungan baru
d. Ramah, bersahabat dan mampu memecah suasana yang kaku
e. Mudah menjalin pertemanan
f. Responsive dan humoris
g. Senantiasa berusaha untuk menyenangkan orang lain
h. Memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang-orang yang
membutuhkan

Dari berbagai ciri tersebut, orang-orang sanguinis cenderung lebih


mudah bergaul dan spontan. Begi mereka, menikmati kegembiraan lebih
bermanfaat dibandingkan memikirkan hal-hal yang tidak penting. Sebab itu,
orang-orang sanguinis tak terlalu memandang masa lalu dan masa depan
sebagai suatu beban. Mereka lebih senang menikmati hidup dan
melewatknannya dengann kegembiraan. Bahkan mereka mampu menyalurkan
kebahagiaan dengan membuat orang orang di sekitarnya bahagia dan tertawa.
Tak hanya sifat-sifat positif, manusia dengan kepribadian sanguinis
juga memiliki sisi negatif yang menjadi kelemahannya. Beberapa sifat negatif
itu adalah sebagai berikut:
a. Memiliki emosi yang labil dan cenderung moody.
b. Kurang produktif karena terlalu sibuk dengan kesenangan.
c. Emosi yang cenderung moody berpengaruh pada pekerjaan, dimana
hasilnya bisa optimal jika berada pada lingkungan kerja yang
menurutnya menyenangkan. Sebaliknya, ketika bekerja dilingkungan
yang bagi mereka kurang menyenangkan maka hasil kerjanya kurang
optimal.
d. Terlalu membesarkan-besarkan jika menghadapi masalah.
e. Senangnya mereka bicara, sehingga menjadikan mereka cenderung
memiliki kedisiplinan yang rendah.

3. Melankolis
Secara gramatikal melankolis diartkan sebagai keadaan yang lamban,
pendiam, murung, sayu, sedih dan muram. Senada denga pengertian tersebut,
manusia dengan jenis kepribadian melankolis, menurut Florence Littauer
adalah orang-orang yang cenderung introvert atau tertutup dan sulit
berkembang di lingkungan sosialnya. Di sisi lain, mereka sekaligus sebagai
pemikir yang lebih senang memikirkan segala sesuatu sebelum melakukannya.
Orang-orang melankolis cenderung pesimis atau tidak berpikir ke arah yang
negatif. Manusia dengan kepribadian melankolis memiliki ciri sebagai berikut:
a. Perfeksionis
Manusia melankolis cenderung terpacu untuk bekerja dengan hasil
sempurna. Setiap pekerjaan selalu dikerjakan dengan sebaik-baiknya,
meski jenis pekerjaan tersebut tergolong remeh.

b. Merasakan kepuasan di belakang layar


Sifatanya yang introvert menjadikan orang-orang melankolis tidak
senang menjadi pusat perhatian. Mereka akan lebih nyaman dan
merasakan kepuasan tersendiri jika bekerja di belakang layar.
c. Pemikir dan analitis
Sifat ini merupakan keunggulan dari kepribadian melankolis. Orang-
orang dengan kepribadian ini mampu menganalisa secara mendalam
saat dihadapkan pada suatu pekerjaan. Cara berpikirnya sistematis
sehingga mereka mampu merinci setiap tahapan untuk menyelesaikan
pekerjaan, termasuk potensi kedala-kendala yang mungkin muncul dan
dihadapi.

d. Memiliki rasa sensitifitas dan kepekaan yang tinggi


Orang-orang melankolis mudah terenyuh terhadap kondisi orang-orang
disekitarnya. Mereka juga memiliki perasaan yang mudah peka. Sebab
itu, mereka adalah pendengar yang baik, sehingga bisa menjadi tempat
curhat yang baik.

e. Lebih mementingkan orang lain


Sifat rela berkorban dimiliki oleh mereka yang berkepribadian
melankolis. Mereka akan lebih memprioritaskan kepentingan orang
lain dibandingkan dirinya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang
setia dan siap berkorban demi orang-orang yang penting baginya.

Dibalik sifat positif melankolis, adapula terselip sifat negatif mereka.


Orang-orang melankolis lambat dalam menangkap hal-hal yang berbau humor.
Hal ini menyebabkan mereka sulit bergaul secara informal. Meski
perfeksionis, namu orang-orang melankolis juga kuran percaya diri dalam
mengambil keputusan, sehingga ragu-ragu dan membutuhkan pendapat atau
persetujuan oran lain sebelum mengambil keputusan.

4. Phlegmatis
Jenis kepribadian phlegmatis hamper mirip dengan melankolis. Hanya
saja, phlegmatis lebih terbuka dalam arti mereka bersedia untuk berbaur dalam
keramaian. Sementara melankolis cenderung terkesan menutup diri dan
merasa lebih nyaman dalam kesendirian.
Manusia phlegmatis adalah orang-orang dengan kepribadian yang
menyenangi kedamain. Mereka tidak suka dan cenderung menghindari
terjadinya konflik. Sebab itu, mereka tetap bersedia menjalankan perintah
meski sebenarnya mereka tidak menyukainya. Jika menghadapi masalah,
mereka berusaha mencari solusi damai yang mempu meredam kemungkinan
terjadinya pertikaian. Bahkan lebih ekstrim lagi, mereka merasa tidak
keberatan jika harus mnegalami sakit atau menanggung kerugian asalkan
masalah yang dihadapi dapat segera di selesaikan.
Berikut beberapa sisi positif yang menjadi kelebihan dari orang-orang
berkepribadian phlegmatis:
a. Tak banyak bicara tetapi bijaksana,
b. Sifatnya yang cinta damai menjadikan mereka sebagai pengaruh yang
bak.
c. Senang melakukan hal yang sama secara berulang tanpa merasakan
kebosanan.
d. Memiliki kepedulian dan empati yang tinggi terhadap oran-orang di
sekitarnya.
e. Mampu bekerja dengan baik meski dibawah tekanan.
f. Pandai menyembunyikan emosi.

Sementara sifat-sifat negatif yang melekat pada orang-orang


berkepribadian phlegmatis yang sekaligus menjadi kelemahannya adalah
sebagai berikut:
a. Sifatnya yang tidak menyukai konflik justru menimbulkan
kecenderungan untuk menghindari masalah.
b. Senang menunda dan menggantung permasalahan yang ada dengan
harapan masalah tersebut dapat selesai dengan sendirinya.
c. Tidak bersedia untuk berkonfrontasi dengan orang lain secara
langsung, sehingga enggan untuk melibatkan diri dalam suatu hal.
d. Tidak memiliki ketegasan sebagai pemimpin.

B. Jenis-Jenis Masalah Yang Dihadapi Manusia


Pada hakekatnya masalah secara umum menunjuk pada adanya kesenjangan
antara keadaan sekarang (pencapaian) dengan tujuan. Dalam penelitian mengacu pada
focus yang dipandang belum selesai dalam tataran teoritik dan praktik atau lebih
seringnya dikatakan bahwa adanya kesenjangan antara teori dan praktik (kenyataan)
dan memerlukan penyelesaian. Apabila hakekat ini ditarik dalam bidang konseling
maka masalah pada hakekatnya adalah kesenjangan antara kondisi sekarang individu
denga napa yang diharapkan individu atau lingkungannya dan di dalamnya terdapat
hambatan mencapai tujuan.3
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah. Diantaranya
adalah:
1. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu
sendiri maupun oleh lingkungannya.
2. Masalah timbul akibat dari proses belajar yang salah.
3. Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

Cavanagh dan Levitov menjelaskan masalah berdasarkan terpenuhi atau


tidaknya terpenuhinya kebutuhan individu:4
1. Kebutuhan memberi dan menerima kasih sayang
Kebutuhan memberi dan menerima kasih sayang adalah kebutuhan
yang utama pada individu. Individu adalah makhluk sosial yang memiliki
kebutuhan akan keintiman dan kebutuhan untuk mengekspresikan kasih
sayang dalam hidupnya, sehingga dapat berfungsi secara efektif. Menerima
kasih sayang dapat membuat individu merasa hangat, diterima dan dicintai.
Ketika individu menerima kasih sayang, maka individu dapat memberikan
kasih sayang kepada orang lain karena reinforcement kasih sayang yan
diterimanya. Selain menerima kasih sayang, memberi kasih sayang juga
merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk dipenuhi. Individu yang
tidak dapat memberikan kasih sayang kepada orang lain cenderung menjadi
individu yang frustasi, merasa tidak berguna dan secara emosional tidak stabil.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam mendapatkan dan memberi kasih
sayang dapat menjadi salah satu karakteristik masalah dalam konseling.

3
Andi Mappiare, Kamus Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: PT. Rajawali Grafindo Persada, 2006)
4
Michael Cavanagh & Justin Levitov, The Conseling Experience: A Theoritical and Practical Approach
(Illionis: Waveland Press Inc, 2002)
2. Kebutuhan terhadap kebebasan
Salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi pada individu adalah
kebebasan dalam membuat pilihan dalam hidupnya. Kebebasan dalam
memilih mengimplikasikan bahwa individu membuat keputusan berdasarkan
siapa diri mereka, bukan apa yang harus ditampilkan dari diri mereka atau
berdasarkan apa yang orang lain harapkan dari diri mereka. Kebebasan yang
dimaksud disini adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan tanpa
tanggungjawab adalah kebebasan yang egosentris, sembrono dan merusak,
sedangkan tanggungjawab tanpa kebebasan adalah hidup yang tanpa pilihan,
makna dan tujuan. Masalah muncul ketika individu tidak memiliki kebebasan
untuk membuat pilihan dalam hidupnya.

3. Kebutuhan bermain atau hiburan


Bermain meningkatkan kekuatan individu, bermain adalah sumber dari
penemuan dan kreatifitas. Pada orang dewasa, bermain atau hiburan dapat
meningkatkan kesehatan psikologis. Salah satu contohnya adalah bermain golf
bagi orang dewasa adalah hobi, berbagai psikiatri menyarankan orang dewasa
untuk memiliki hobi, karena dapat meninkatkan kesejahteraan psikologis
individu. Bentuk bermain atau hiburan dapat berupa mendaki gunung,
berenang, tenis, menulis, membaca, melukis atau mendengarkan music.
Bentuk bermain lain diantaranya adalah bermain dengan anak dan menolong
orang yang kurang beruntung. Kurangnya bermain dan hiburan dapat
menimbulkan masalah.

4. Kebutuhan terhadap penerimaan stimulasi


Individu membutuhkan berbagai macam pengalaman dan perubahan
dalam hidup untuk mengurangi kejenuhan. Mereka membutuhkan pengalaman
yang menyegarkan dan tantangan baru agar merasa hidup. Selain
melaksanakan kegiatan rutin, individu juga perlu menyisihkan waktunya untuk
pengalaman baru dan pertemanan, kerja dan lain-lain. Individu yang
mendapatkan stimulasi yang rendah akan terjebak dalam kegiatan rutin yang
menjenuhkan. Ketika individu tejebak dalam kegiatan rutin secara terus
menerus, maka individu tersebut gagal untuk tumbuh dan berkembang.
Kurangnya hiburan atau bermain dapat menjadi salah satu karakteristik
masalah dalam konseling.

5. Kebutuhan terhadap penghargaan


Banyak individu yang merasa tidak dihargai atas usaha yang telah
dilakukannya. Banyak klien yang datang kepada konselor karena mereka
merasa tidak dihargai saat dirumah, tempat kerja, maupun dalam hubungan
pertemanan.

6. Kebutuhan terhadap harapan


Harapan sangat penting dalam kehidupan individu. Harapanlah yang
akan memeprtahankan semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ketika individu kehilangan harapan, maka individu tidak memiliki semangat
dalam hidupnya dan individu berhenti untuk mecoba hal-hal dan pengalaman
baru. Harapan adalah motivasi terbesar bagi individu dalam menjalani
kehidupan. Kehilangan harapan adalah salah satu jenis masalah yang muncul
dalam proses konseling. Seringkali individu tidak menyadari kapan harapan-
harapan dalam hidupnya hilang, tiba-tiba individu merasa putus asa dengan
diri, hubungan atau pekerjaannya.

7. Kebutuhan terhadap tujuan hidup


Tujuan hidup akan mengarahkan kemana individu melangkah dalam
hidupnya. Banyak individu yang tidak menyadari tujuan hidupnya, seiring
dengan perkembangan teknologi dan media sosial di masyarakat, individu
tidak memiliki waktu yang cukup untuk memikirkan apa tujuan hidupnya dan
lebih banyak dipengaruhi oleh apa yang ditampilkan oleh sosial media.
Kehilangan tujuan hidup merupakan salah satu jenis masalah yang muncul
dalam proses konseling.
BAB III
KESIMPULAN
1. Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu
sistem yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan
Doni Koesoema A memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian
dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang
yang bersumber dari bentuk-bentuk yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga
pada masa kecil dan juga dari bawaan lahir.
2. Dari kompleksitas karakter manusia, Florence Littauer dalam bukunya yang bertajuk
Personality Plus, mengklasifikasikan manusia ke dalam empat jenis kepribadian,
yaitu:
a. Koleris
b. Sanguinis
c. Melankolis
d. Phlegmatis
3. Cavanagh dan Levitov menjelaskan masalah berdasarkan terpenuhi atau tidaknya
terpenuhinya kebutuhan individu:
a. Kebutuhan memberi dan menerima kasih sayang
b. Kebutuhan terhadap kebebasan
c. Kebutuhan bermain atau hiburan
d. Kebutuhan terhadap penerimaan stimulasi
e. Kebutuhan terhadap penghargaan
f. Kebutuhan terhadap harapan
g. Kebutuhan terhadap tujuan hidup
DAFTAR PUSTAKA
Cavanagh, Michael & Levitoc, Justin. 2002. The Counseling Experience, A Theoritical and
Practical Approach. Illionis: Waveland Press Inc
Littauer, Florence. 2011. Personality Plus. Tangerang Selatan: Kharisma Publishing
Mu’in, Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. Rajawali Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai