Anda di halaman 1dari 741

28

Tim Penyusun Ground Operations Manual Revisi 02 :

 Padang Baskoro  David Binsar  Benny F. Tamaka  Teddy Kurnia


 Jantoni Napitupulu  Yan Ardianto  Rianta  Acep Sugani
 Bachtiar Buchori  Tri Wibowo  Mashudi  Chendra Yuliza
 A. Zahiruddin  Hari Sasongko  Gusdi Hendra  Doddy Adhitya
 Harisman  Ramadha Tri H  Dewanti  Eko Probo
 Djalal Abduh  Ayuningtyas Mayangsari  Agus
 Nicholaas P.  Nines Emarita Rustamsyah
 Romi Fahjana  Indra Syafrudin
 Wahyu Adirasa
 Hartyanto Pratama
 Anisa Nurasri J
 Yongki Susila

Kantor Pusat PT. Gapura Angkasa


Gedung DAPENDRA, Lt. 1, 2 & 3
Jl. Angkasa, Blok B12 Kav. 8
Kota Baru Bandar Kemayoran
Jakarta 10610

Telp. : (62-21) 6545410 (Hunting)


Fax : (62-21) 6543762
SITA : JKTGPXH
E-mail : operation@gapura.id & quality@gapura.id
Website : http://www.gapura.co.id
KEBIJAKAN KESELAMATAN

TUJUAN
Keselamatan merupakan tujuan pada seluruh kegiatan perusahaan.
Penerapan/pelaksanaan program keselamatan dilakukan secara menyeluruh dengan tujuan :
a. Mencegah incident/accident melalui sistem pengelolaan keselamatan.
b. Menjaga reputasi perusahaan sebagai penyedia jasa ground handling, pergudangan (kargo)
dan jasa lainnya yang mengutamakan aspek keselamatan dalam setiap kegiatan.
c. Prinsip “keselamatan merupakan prioritas utama” berlaku disemua kegiatan. Semua
keputusan manajemen yang terkait dengan keselamatan ditetapkan secara bersama
dengan mempertimbangkan faktor-faktor keselamatan.

KOMITMEN
Manajemen beserta seluruh karyawan berkomitmen :
1. Menerapkan, mengembangkan dan meningkatkan strategi proses dan sistem manajemen
untuk memastikan bahwa semua kegiatan selalu mengutamakan kinerja keselamatan serta
memenuhi ketentuan/standar nasional maupun internasional.
2. Melaksanakan dan mematuhi program keselamatan dan prosedur perusahaan.
3. Memberikan saran untuk penyempurnaan prosedur keselamatan.
4. Aktif berkontribusi mengembangkan sistem keselamatan perusahaan.
5. Setiap pelanggaran terhadap komitmen harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan.

PERAN & TANGGUNG JAWAB


Manajemen dan seluruh karyawan berperan dan bertanggung jawab untuk :
a. Patuh terhadap persyaratan keselamatan merupakan tanggung jawab utama.
b. Kegiatan operasional sehari-hari harus mengacu pada aspek keselamatan. Untuk itu harus
dilakukan pelatihan, pendidikan dan pengawasan yang berkesinambungan.
c. Setiap peristiwa yang telah terjadi dan hampir terjadi atau berpotensi menggangu
keselamatan harus diinformasikan secara langsung dan terbuka (share) sehingga tercipta
budaya keselamatan.
Jakarta, 4 Februari 2015

AGUS PRIYANTO
Direktur Utama
KEBIJAKAN KEAMANAN

TUJUAN
Jaminan Keamanan terhadap penumpang, bagasi, kargo dan pos, karyawan serta aset
merupakan salah satu tujuan utama perusahaan.
Penerapan dan pelaksanaan program keamanan dilakukan secara menyeluruh dengan tujuan :
a. Menjaga reputasi perusahaan sebagai penyedia jasa ground handling, pergudangan (kargo)
dan jasa lainnya dengan mengutamakan aspek keamanan dalam setiap kegiatan.
b. Melindungi perusahaan beserta pelanggannya dari tindakan melawan hukum.
c. Melindungi properti perusahaan dan pelanggan dari gangguan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.

KOMITMEN
Manajemen beserta seluruh karyawan berkomitmen :
1. Melaksanakan dan mematuhi program keamanan dan prosedur perusahaan.
2. Melaporkan setiap adanya pelanggaran kepada atasan dan/atau pihak yang berwenang.
3. Memberikan saran untuk penyempurnaan prosedur keamanan.
4. Aktif berkontribusi mengembangkan sistem keamanan di bandara.
5. Setiap pelanggaran terhadap komitmen harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan.

PERAN & TANGGUNG JAWAB


Manajemen dan seluruh karyawan berperan dan bertanggung jawab untuk :
a. Patuh terhadap persyaratan keamanan, merupakan tanggung jawab utama.
b. Mendapatkan pelatihan atau program/prosedur keamanan disesuaikan dengan kebutuhan
berdasarkan fungsi agar bisa melaksanakan tugas dengan baik dan benar.
c. Melaporkan kepada atasan atau petugas security terhadap setiap masalah yang mungkin
membahayakan keamanan penumpang, bagasi, kargo dan pos, karyawan serta aset
perusahaan.
d. Melakukan identifikasi, dokumentasi dari segala bentuk ancaman keamanan.

Jakarta, 4 Februari 2015

AGUS PRIYANTO
Direktur Utama
KEBIJAKAN KUALITAS

1. Perusahaan menjamin bahwa pelayanan yang diberikan kepada pelanggan memenuhi


persyaratan standar mutu dan selalu berupaya meningkatkannya secara
berkesinambungan.

2. Perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 untuk menjamin konsistensi
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.

3. Perusahaan menerapkan standar keselamatan (safety), keamanan (security), dan


pelayanan (service) sesuai dengan peraturan pemerintah dan ketentuan (Standard Ground
Handling Agreement/Service Level Agreement, ISAGO Standard and Recommended
Practices) serta prosedur (Ground Operation Manual dan dokumen internal lainnya) di
dalam kegiatan operasional, pengelolaan sumber daya dan lingkungan kerja.

Jakarta, 4 Februari 2015

AGUS PRIYANTO
Direktur Utama
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

i. Daftar Isi Halaman


Daftar Isi ............................................................................................................... i
Daftar Distribusi Dokumen ...................................................................................... ii
Daftar Halaman Efektif ........................................................................................... iii
Catatan Perubahan Dokumen ................................................................................. iv
Pendahuluan .......................................................................................................... v
Definisi & Terminologi ............................................................................................. vi

SECTION 1 - OPERATION PERFORMANCE REPORT (OPR)


A. TUJUAN ............................................................................................................. OPR - 1
B. RUANG LINGKUP ................................................................................................ OPR - 1
OPR 1.0.0 TANGGUNG JAWAB ............................................................................... OPR - 1
OPR 1.1.0 Operasional Ground Handling ............................................................... OPR - 1
OPR 1.2.0 Operasional Warehousing .................................................................... OPR - 2
OPR 2.0.0 PROSEDUR PELAPORAN ........................................................................ OPR - 3
OPR 3.0.0 TATA CARA PENGISIAN ......................................................................... OPR - 3
OPR 3.1.0 Data Ground Handling Production ......................................................... OPR - 4
OPR 3.1.1 Flight ............................................................................................... OPR - 4
OPR 3.1.2 Type of Aircraft ................................................................................. OPR - 4
OPR 3.1.3 Passenger ........................................................................................ OPR - 5
OPR 3.1.4 Baggage .......................................................................................... OPR - 6
OPR 3.1.5 Cargo & Mail ..................................................................................... OPR - 7
OPR 3.2.0 Warehousing Production ...................................................................... OPR - 9
OPR 3.3.0 Additional Production (AHAN) ............................................................... OPR - 10
OPR 3.3.1 GSE Motorized .................................................................................. OPR - 10
OPR 3.3.2 Non Motorized .................................................................................. OPR - 12
OPR 3.4.0 Pencapaian Kinerja Operasional ............................................................ OPR - 14
OPR 3.4.1 Kinerja Handling Delay (SHD) ............................................................ OPR - 14
OPR 3.4.2 Mishandling Baggage (MHB) ............................................................ OPR - 18
OPR 3.4.3 Kinerja Baggage Delivery Time (BDT) ................................................ OPR - 23
OPR 3.4.4 Kinerja Cargo Handling Irregularity (CHI) .......................................... OPR - 28
OPR 3.4.5 Kinerja Warehousing Handling Irregularity (WHI) .............................. OPR - 31
OPR 3.4.6 Kinerja Accident dan Incident ........................................................... OPR - 33

Rev. 02 i-1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPR 3.5.0 Analisis Pencapaian Kinerja Operasional ................................................ OPR - 34


OPR 3.6.0 Form Laporan Kinerja Operasional ........................................................ OPR - 35

SECTION 2 - PASSENGER AND BAGGAGE HANDLING (PBH)


A. TUJUAN ............................................................................................................ PBH - 1
B. SISTEMATIKA .................................................................................................... PBH - 2
I. PASSENGER HANDLING ...................................................................................... PBH - 2
PBH 1.0.0 GENERAL .............................................................................................. PBH - 2
PBH 2.0.0 PELAYANAN PENUMPANG DAN BAGASI DEPARTURE FLIGHT ..................... PBH - 5
PBH 2.1.0 Persiapan Unit Pelayanan Penumpang dan Bagasi ................................... PBH - 5
PBH 3.0.0 PROSEDUR CHECK-IN PENUMPANG ........................................................ PBH - 6
PBH 3.1.0 Memeriksa atau mengamati fisik calon penumpang ................................. PBH - 6
PBH 3.2.0 Memeriksa dan memastikan Tiket Calon Penumpang ............................... PBH - 8
PBH 3.3.0 Memeriksa Dan Memastikan Travel Dokumen Calon Penumpang .............. PBH - 9
PBH 3.4.0 Menimbang Dan Mengirim Bagasi .......................................................... PBH - 14
PBH 3.5.0 Pemeriksaan bagasi ............................................................................. PBH - 15
PBH 4.0.0 DATA-DATA BAGASI .............................................................................. PBH - 17
PBH 5.0.0 AIRPORT TAX & BIAYA LAIN SESUAI KETENTUAN ..................................... PBH - 18
PBH 6.0.0 PROSES PENGATURAN SEAT DAN PENANGANAN PENUMPANG .................. PBH - 18
PBH 7.0.0 PROSES CHECK-IN ................................................................................. PBH - 20
PBH 7.1.0 Penumpang Yang Ditolak (Refusal Passenger) ........................................ PBH - 20
PBH 7.2.0 Pemeriksaan Tiket Penumpang ............................................................. PBH - 20
PBH 7.3.0 Pemeriksaan Dokumen Perjalanan ........................................................ PBH - 21
PBH 7.4.0 Prosedur Pemeriksaan Dokumen Perjalanan ........................................... PBH - 22
PBH 7.5.0 Tata Etika Check-In ............................................................................. PBH - 23
PBH 7.6.0 Aircraft Data ........................................................................................ PBH - 25
PBH 7.7.0 Seat Allocation .................................................................................... PBH - 25
PBH 7.8.0 Prosedur Seat Allocation ....................................................................... PBH - 25
PBH 7.9.0 Last Saleable Seats .............................................................................. PBH - 26
PBH 8.0.0 PENANGANAN PENUMPANG DI AIRPORT/TERMINAL ................................ PBH - 26
PBH 8.1.0 Pre & Post - Departure Information ....................................................... PBH - 26
PBH 8.1.1 Mechanized Out Station Non DCS ........................................................ PBH - 26
PBH 8.1.2 Passenger Boarding Survey (PBS) ....................................................... PBH - 27

Rev. 02 i-2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 8.1.3 Addition Deletion List (ADL) ................................................................ PBH - 27


PBH 8.1.4 Passenger Boarding Information (PBI) ................................................ PBH - 27
PBH 8.1.5 Mechanized Out Station Dengan DCS .................................................. PBH - 27
PBH 8.1.6 Non Mechanized Out Station ............................................................. PBH - 28
PBH 9.0.0 STANDAR PENERIMAAN PENUMPANG ..................................................... PBH - 28
PBH 10.0.0 PRE-DEPARTURE DOCUMENT ............................................................... PBH - 29
PBH 10.1.0 Passenger Information Sheet (PIS) ...................................................... PBH - 29
PBH 10.2.0 Flight Interuption Manifest (FIM) ......................................................... PBH - 30
PBH 10.3.0 Actual Passenger On Board (APB) ........................................................ PBH - 31
PBH 10.4.0 Notification To Captain (NOTOC) ......................................................... PBH - 32
PBH 10.5.0 Passenger Manifest (PAXMAN) ............................................................ PBH - 32
PBH 10.6.0 Passenger Transfer Messages (PTM) ................................................... PBH - 33
PBH 10.7.0 General Declaration (GENDEC) ........................................................... PBH - 33
PBH 11.0.0 CATERING UP-LIFT .............................................................................. PBH - 34
PBH 11.1.0 Definisi ............................................................................................. PBH - 34
PBH 11.2.0 Jumlah Makanan Yang Harus Dipesan .................................................. PBH - 34
PBH 11.3.0 Pelayanan Tanpa Makanan (No Meals Service) ..................................... PBH - 34
PBH 12.0.0 REPORTING & CLOSING TIME .............................................................. PBH - 35
PBH 13.0.0 MINIMUM CONNECTING TIME (MCT) .................................................... PBH - 36
PBH 14.0.0 STANDAR EMBARKASI ......................................................................... PBH - 37
PBH 14.1.0 Umum .............................................................................................. PBH - 37
PBH 14.2.0 Persiapan Boarding ............................................................................ PBH - 37
PBH 14.3.0 Prosedur Boarding ............................................................................. PBH - 38
PBH 14.4.0 Gate Announcement .......................................................................... PBH - 39
PBH 14.5.0 Gate No Show ................................................................................... PBH - 39
PBH 14.6.0 Boarding Tanpa Aviobridge ................................................................. PBH - 39
PBH 8.1.7 Menggunakan Bus ........................................................................... PBH - 39
PBH 8.1.8 Tanpa Menggunakan Bus ................................................................. PBH - 39
PBH 15.0.0 ARRIVAL ............................................................................................. PBH - 40
PBH 15.1.0 Persiapan ........................................................................................... PBH - 40
PBH 15.2.0 Pelaksanaan Arrival ............................................................................. PBH - 40
PBH 15.2.1 Mengarahkan para penumpang dari pesawat ke terminal
“landside area” ................................................................................................. PBH - 40

Rev. 02 i-3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 15.2.2 Prosedur Disembarkasi .................................................................... PBH - 41


PBH 15.2.3 Disembarkasi Tanpa Aviobridge ........................................................ PBH - 42
PBH 15.2.4 Penanganan Penumpang Transit ....................................................... PBH - 42
PBH 15.2.5 Penanganan Penumpang Connecting ................................................ PBH - 42
PBH 15.2.6 Penanganan Penumpang Di Baggage Claim Area ................................ PBH - 42
PBH 15.2.7 Baggage Delivery ............................................................................ PBH - 43
PBH 15.2.8 Baggage Irregularity ........................................................................ PBH - 43
PBH 16.0.0 PENUMPANG YANG MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS ......................... PBH - 43
PBH 16.1.0 VVIP/VIP/CIP .................................................................................. PBH - 43
PBH 16.1.1 Standar Prosedur Penanganan VVIP, VIP Dan CIP ............................... PBH - 43
PBH 16.1.2 Kategori VVIP .................................................................................. PBH - 44
PBH 16.1.3 Kategori VIP .................................................................................... PBH - 44
PBH 16.1.4 Kategori CIP/Government High Eselon .............................................. PBH - 44
PBH 16.1.5 Persiapan Pelaksanaan Pelayanan Penerbangan VVIP ......................... PBH - 45
PBH 16.1.6 Prosedur Keberangkatan .................................................................. PBH - 45
PBH 16.1.7 Prosedur Kedatangan ...................................................................... PBH - 47
PBH 16.1.8 Pakaian Petugas .............................................................................. PBH - 48
PBH 17.0.0 UNACCOMPANIED MINORS (UM) .......................................................... PBH - 49
PBH 17.1.0 Kondisi dan Penanganan .................................................................... PBH - 49
PBH 17.1.1 Syarat-syarat Unaccompanied Minors ................................................ PBH - 49
PBH 17.1.2 Penanganan UM Di Stasiun Keberangkatan ........................................ PBH - 49
PBH 17.1.3 Penanganan UM di Stasiun Transit .................................................... PBH - 49
PBH 17.1.4 Penanganan UM di Stasiun Tujuan .................................................... PBH - 50
PBH 17.1.5 Ketentuan Khusus Untuk Pendamping (UM) ....................................... PBH - 50
PBH 17.1.6 Dokumentasi .................................................................................. PBH - 50
PBH 18.0.0 EXPECTANT MOTHER .......................................................................... PBH - 51
PBH 19.0.0 BAYI YANG BARU LAHIR ....................................................................... PBH - 51
PBH 19.1.0 Definisi ............................................................................................. PBH - 52
PBH 19.1.1 Kondisi ........................................................................................... PBH - 52
PBH 19.1.2 Baby Basket ................................................................................... PBH - 52
PBH 20.0.0 BLIND AND DEAF PASSENGER .............................................................. PBH - 53
PBH 20.1.0 Umum ............................................................................................ PBH - 53
PBH 20.2.0 Seeing-Eye Dog/Hearing Dog ........................................................... PBH - 53

Rev. 02 i-4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 21.0.0 INADMISSABLE PASSENGER ................................................................. PBH - 53


PBH 21.1.0 Definisi ............................................................................................. PBH - 53
PBH 21.1.1 Kategori Inadmissable Passenger ...................................................... PBH - 53
PBH 21.2.0 Penanganan ...................................................................................... PBH - 54
PBH 22.0.0 DEPORTEE .......................................................................................... PBH - 54
PBH 22.1.0 Definisi ............................................................................................. PBH - 54
PBH 22.2.0 Kategori Deportee ............................................................................. PBH - 54
PBH 22.3.0 Penanganan ...................................................................................... PBH - 55
PBH 23.0.0 PENUMPANG STRANDED ...................................................................... PBH - 55
PBH 23.1.0 Definisi ............................................................................................. PBH - 55
PBH 23.2.0 Penanganan ...................................................................................... PBH - 55
PBH 24.0.0 INCAPACITATED PASSENGER ............................................................... PBH - 55
PBH 25.0.0 ASSYLUM SEEKER (HIGH RISK PASSENGER) .......................................... PBH - 56
PBH 25.1.0 Definisi dan Penanganan ..................................................................... PBH - 56
PBH 25.1.1 Ciri-Ciri Assylum Seeker ................................................................... PBH - 56
PBH 25.1.2 Penanganan ................................................................................... PBH - 57
PBH 26.0.0 FLIGHT DISRUPTION, BAGGAGE SECURITY & HANDLING CHECK-IN ........ PBH - 58
PBH 26.1.0 Definisi ............................................................................................. PBH - 58
PBH 26.2.0 Faktor Penyebab ............................................................................... PBH - 58
PBH 26.3.0 Penanganan Pada Saat Keterlambatan Pesawat (Flight Delay) ............... PBH - 59
PBH 26.4.0 Penanganan Pada Saat Penundaan Pesawat (Flight Postponed) ............. PBH - 59
PBH 26.5.0 Penanganan Saat Penerbangan Batal (Flight Cancelled) ........................ PBH - 59
PBH 26.6.0 Penanganan Saat Flight RTA/ RTB (Return To Apron / Return To Base) . PBH - 60
PBH 26.7.0 Penanganan Saat Pergantian Pesawat Udara (Change Aircraft) .............. PBH - 60
PBH 26.8.0 Penanganan Saat Flight Diversion Karena Alasan Tehnik ........................ PBH - 61
PBH 26.9.0 Baggage Security .............................................................................. PBH - 62
PBH 26.9.1 Dasar Dari Baggage Security ............................................................. PBH - 62
PBH 26.9.2 Tujuan Dari Reconciliation ................................................................ PBH - 63
PBH 26.9.3 Kategori Penumpang Dan Bagasi yang perlu dilakukan Rekonsiliasi ...... PBH - 63
PBH 26.9.4 Passenger And Baggage Reconciliation .............................................. PBH - 63
PBH 26.10.0 Baggage Handling Di Area Check-In Counter ........................................ PBH - 63
PBH 26.10.1 Tujuan Dan Konsep Dasar ................................................................ PBH - 63
PBH 26.10.2 Tiga Elemen Baggage Handling Di Area Check-In Counter ................... PBH - 64

Rev. 02 i-5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 27.0.0 TATA CARA BERHUBUNGAN DENGAN PENUMPANG ................................ PBH - 65


PBH 27.1.0 Service Manner ................................................................................. PBH - 65
PBH 27.1.1 Penampilan Standard Petugas Pasasi ................................................. PBH - 65
PBH 27.2.0 Personal Appearance ......................................................................... PBH - 66
PBH 27.2.1 Pakaian Seragam (Uniform) .............................................................. PBH - 66
PBH 27.2.2 Perilaku .......................................................................................... PBH - 66
II. BAGGAGE HANDLING .......................................................................................... PBH - 67
PBH 28.0.0 PENGERTIAN BAGGAGE HANDLING ...................................................... PBH - 67
PBH 28.1.0 Jenis Bagasi ....................................................................................... PBH - 67
PBH 28.1.1 Checked Baggage ............................................................................ PBH - 67
PBH 28.1.2 Unchecked Baggage / Cabin Baggage ................................................ PBH - 68
PBH 28.2.0 Baggage Handling procedures .............................................................. PBH - 71
PBH 28.2.1 Umum/General ............................................................................... PBH - 71
PBH 28.2.2 Pengecekan jumlah dan berat bagasi ................................................. PBH - 72
PBH 28.3.0 Jenis-jenis Baggage Tag ...................................................................... PBH - 73
PBH 28.3.1 Baggage Tag Normal (Single Sector) ................................................. PBH - 73
PBH 28.3.2 Online Transfer Baggage (Two Sector) .............................................. PBH - 73
PBH 28.3.3 Interline Baggage Tag (Two Sector) .................................................. PBH - 73
PBH 28.3.4 VIP/CIP/First Class/Executive Class Label ........................................... PBH - 73
PBH 28.3.5 Unaccompanied Minor Label ............................................................. PBH - 73
PBH 28.3.6 Doorside Label (Label Dekat Pintu) .................................................... PBH - 73
PBH 28.3.7 Checked Baggage Tag ..................................................................... PBH - 74
PBH 28.3.8 Limited Release Tag ......................................................................... PBH - 74
PBH 28.3.9 Fragile Tag/Sticker .......................................................................... PBH - 74
PBH 28.3.10 Group Tag ...................................................................................... PBH - 74
PBH 28.3.11 Rush Tag/Expedite Label .................................................................. PBH - 75
PBH 28.3.12 Hand Baggage Tag/Cabin Baggage Tag ............................................. PBH - 75
PBH 28.3.13 Wheelchair dan INCAD Baggage Tag ................................................. PBH - 75
PBH 28.4.0 Penanganan Online Transfer Baggage ................................................... PBH - 75
PBH 28.5.0 Penanganan Interline Baggage ............................................................. PBH - 75
PBH 28.5.1 Definisi ........................................................................................... PBH - 75
PBH 28.5.2 Penerimaan Interline Bagasi ............................................................. PBH - 76

Rev. 02 i-6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.5.3 Penerimaan Isi Bagasi berupa Uang/Perhiasan/Dokumen-dokumen/


Surat-surat Berharga dan atau sejenisnya ......................................................... PBH - 77
PBH 28.6.0 Penanganan Cabin Baggage/Unchecked Baggage .................................. PBH -77
PBH 28.6.1 Check-in counter ............................................................................. PBH - 77
PBH 28.6.2 Boarding Gate ................................................................................. PBH - 78
PBH 28.6.3 Ramp ............................................................................................. PBH - 78
PBH 28.6.4 Loading .......................................................................................... PBH - 79
PBH 28.7.0 Baggage Irregularity ........................................................................... PBH - 79
PBH 28.7.1 Missing Baggage (AHL atau BAH) ...................................................... PBH - 79
PBH 28.7.2 Found Baggage/On Hand Baggage (OHD atau BOH) ........................... PBH - 80
PBH 28.7.3 Damage Baggage (DPR) ................................................................... PBH - 81
PBH 28.7.4 Pilfered Baggage ............................................................................. PBH - 81
PBH 28.7.5 Delayed Baggage ............................................................................ PBH - 81
PBH 28.7.6 Security of Baggage ......................................................................... PBH - 82
PBH 28.7.7 Prosedur Pencarian Bagasi Hilang ..................................................... PBH - 84
PBH 28.7.8 Prosedur Penanganan Penemuan Bagasi Tidak Bertuan/Unclaimed
Baggage ...................................................................................................... PBH - 87
PBH 28.7.9 Prosedur Pengamanan Unclaimed Baggage Di Gudang Lost and Found PBH - 92
PBH 28.7.10 Prosedur Penanganan Keterlambatan Bagasi Untuk Penerbangan
Internasional dan Domestik ........................................................................... PBH - 93
PBH 28.7.11 Penerimaan dan Penolakan Bagasi .................................................. PBH - 94
PBH 28.7.12 Passenger’s Name and Address Identification ................................... PBH - 96
PBH 28.7.13 Movement of Baggage ................................................................... PBH - 96
PBH 28.7.14 Dangerous Goods in Passenger Baggage ......................................... PBH - 97
PBH 28.7.15 Apabila ditemukan barang-barang Dangerous Goods ........................ PBH - 97
PBH 28.7.16 Informasikan kepada penumpang mengenai tidak dapat diangkutnya
bagasi Dangerous Goods .............................................................................. PBH - 97
PBH 28.7.17 Security Removed Items ................................................................ PBH - 97
PBH 28.7.18 Penanganan Security Removed Items ............................................. PBH - 98
PBH 28.7.19 Penanganan Security Item Box ....................................................... PBH - 98
PBH 28.7.20 Penanganan Dangerous Goods ....................................................... PBH - 101
PBH 28.7.21 Free Baggage Allowance ................................................................ PBH - 101
PBH 28.7.22 Biaya Bagasi Lebih/Excess Baggage Weight Charge .......................... PBH - 101

Rev. 02 i-7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.7.23 Special Regulations ....................................................................... PBH - 101


PBH 29.0.0 LAMPIRAN .......................................................................................... PBH - 102
PBH 29.1.0 Announcement ................................................................................... PBH - 102
PBH 29.1.1 Dalam bahasa Inggris .................................................................... PBH - 102
PBH 29.1.2 Dalam bahasa Indonesia ............................................................... PBH - 102
PBH 29.2.0 Standar Announcement ....................................................................... PBH - 102
PBH 29.2.1 Umum ......................................................................................... PBH - 102
PBH 29.3.0 Pre Boarding Announcement ................................................................ PBH - 103
PBH 29.3.1 Dalam bahasa Indonesia ............................................................... PBH - 103
PBH 29.3.2 Dalam bahasa Inggris .................................................................... PBH - 103
PBH 29.4.0 Boarding Announcement ..................................................................... PBH - 104
PBH 29.4.1 Dalam bahasa Indonesia ............................................................... PBH - 104
PBH 29.4.2 Dalam bahasa Inggris .................................................................... PBH - 104
PBH 29.5.0 Announcement Untuk Flight Disruptions dengan Delayed Departure-
Durasi Keterlambatan Diketahui ........................................................................ PBH - 105
PBH 29.5.1 Dalam bahasa Indonesia ............................................................... PBH - 105
PBH 29.5.2 Dalam bahasa Inggris .................................................................... PBH - 105
PBH 29.6.0 Announcement Untuk Flight Disruptions dengan Delayed Departure-
Durasi Keterlambatan Tidak Diketahui ................................................................ PBH - 105
PBH 29.6.1 Dalam bahasa Indonesia ............................................................... PBH - 105
PBH 29.6.2 Dalam bahasa Inggris .................................................................... PBH - 106
PBH 29.7.0 Announcement Untuk Flight Disruptions karena Cancellation ................... PBH - 106
PBH 29.7.1 Dalam bahasa Indonesia ............................................................... PBH - 106
PBH 29.7.2 Dalam bahasa Inggris .................................................................... PBH - 106
PBH 29.8.0 Announcement Untuk Flight Disruptions karena Perubahan Route ............ PBH - 106
PBH 29.8.1 Dalam bahasa Indonesia ............................................................... PBH - 106
PBH 29.8.2 Dalam bahasa Inggris .................................................................... PBH - 107

SECTION 3 - AIRCRAFT HANDLING AND SERVICING (AHS)


A. TUJUAN ............................................................................................................ AHS - 1
AHS 1.0.0 PROSEDUR BUKA TUTUP CABIN ACCESS DOOR ........................................ AHS - 2
AHS 1.1.0 Persiapan Proses Membuka dan Menutup Cabin Access Door .................... AHS - 2
AHS 1.2.0 Pelaksanaan Membuka Pintu Cabin Penumpang Per Type Pesawat ........... AHS - 3

Rev. 02 i-8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 1.3.0 Pelaksanaan Menutup Pintu Cabin Penumpang Per Type Pesawat ............ AHS - 8
AHS 1.4.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B737 Series ......... AHS - 10
AHS 1.5.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B777 Series ......... AHS - 11
AHS 1.6.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B767 Series ......... AHS - 13
AHS 1.7.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B747 Series ......... AHS - 14
AHS 1.8.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk A330 Series ......... AHS - 15
AHS 1.9.0 Pelaksanaan Proses Penutupan Pintu Saat Departure .............................. AHS - 16
AHS 2.0.0 PROSES PENGOPERASIAN PINTU CARGO COMPARTMENT ........................ AHS - 16
AHS 2.1.0 Persiapan Pengoperasian ...................................................................... AHS - 17
AHS 2.1.1 Pesawat Wide Body (W/B) .................................................................. AHS - 17
AHS 2.1.2 Pesawat Narrow Body (N/B) ................................................................ AHS - 18
AHS 3.0.0 KETENTUAN PENGOPERASIAN POWER DRIVE UNIT (PDU) ........................ AHS - 19
AHS 3.1.0 Persiapan Pengoperasian Pwer Drive Unit ............................................... AHS - 19
AHS 3.2.0 Pelaksanaan Pengoperasian Pwer Drive Unit ........................................... AHS - 19
AHS 3.3.0 Penyelesaian Pengoperasian Pwer Drive Unit .......................................... AHS - 19
AHS 4.0.0 PROSEDUR MANAGEMENT ULD CONTROL ............................................... AHS - 20
AHS 4.1.0 Persiapan ULD Control .......................................................................... AHS - 20
AHS 4.2.0 Pelaksanaan Sub-unit Stock Control ULD ................................................ AHS - 20
AHS 4.3.0 Penyelesaian ULD Control Management ................................................. AHS - 24
AHS 5.0.0 PROSEDUR LOAD CONTROL ................................................................... AHS - 25
AHS 5.1.0 Persiapan Load Control ......................................................................... AHS - 25
AHS 5.2.0 Pelaksanaan Load Control ..................................................................... AHS - 27
AHS 5.3.0 Proses Pekerjaan Load Control .............................................................. AHS - 32
AHS 5.4.0 Proses Pekerjaan Load Control Terkait Last Minute Change (LMC) ............. AHS - 35
AHS 5.5.0 Penyelesaian Load Control .................................................................... AHS - 36
AHS 6.0.0 PROSEDUR TURNAROUND COORDINATION ............................................ AHS - 38
AHS 6.1.0 Pengertian Turnaround Coordination ..................................................... AHS - 38
AHS 6.2.0 Fungsi Turnaround Coordination ........................................................... AHS - 39
AHS 6.3.0 Persiapan Petugas Turnaround Coordinator (Ramp Dispatch) ................... AHS - 40
AHS 6.4.0 Pelaksanaan Turnaround Coordinator (Ramp Dispatch) ........................... AHS - 42
AHS 6.5.0 Pelaksanaan Turnaround Flight Ketika Penumpang ada di Dalam Pesawat
dan/atau Dalam Proses Embarkasi/Disembarkasi .................................... AHS - 42
AHS 6.6.0 Penyelesaian Turnaround Coordinator / Ramp Dispatch ........................... AHS - 51

Rev. 02 i-9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 7.0.0 PROSEDUR CATERING ORDER ................................................................ AHS - 52


AHS 7.1.0 Persiapan Catering Order ...................................................................... AHS - 52
AHS 7.2.0 Pelaksanaan Catering Order .................................................................. AHS - 52
AHS 7.3.0 Penyelesaian Catering Order ................................................................. AHS - 53
AHS 8.0.0 PROSEDUR FLIGHT DISPATCH ................................................................ AHS - 53
AHS 8.1.0 Persiapan Flight Dispatch ..................................................................... AHS - 53
AHS 8.2.0 Pelaksanaan Flight Dispatch ................................................................. AHS - 54
AHS 9.0.0 PROSEDUR PENANGANAN COCKPIT DAN CABIN CREW ............................. AHS - 55
AHS 9.1.0 Persiapan Penanganan Cockpit dan Cabin Crew ...................................... AHS - 55
AHS 9.2.0 Pelaksanaan Penanganan Cockpit dan Cabin Crew .................................. AHS - 56
AHS 9.3.0 Penyelesaian Penanganan Cockpit dan Cabin Crew ................................. AHS - 56
AHS 10.0.0 PROSEDUR PENGIRIMAN MOVEMENT DAN PEMBUATAN SCHEDULE
FLIGHT ............................................................................................... AHS - 56
AHS 10.1.0 Persiapan Pengiriman Movement dan Pembuatan Schedule Flight ............. AHS - 56
AHS 10.2.0 Pelaksanaan Pengiriman Movement dan Pembuatan Schedule Flight ......... AHS - 57
AHS 10.3.0 Pembuatan Jadwal Penerbangan ........................................................... AHS - 58
AHS 10.4.0 Penyelesaian Pengiriman Movement dan Pembuatan Schedule Flight ........ AHS - 58
AHS 11.0.0 PROSEDUR LOADING & UNLOADING ....................................................... AHS - 59
AHS 11.1.0 Persiapan Umum Proses Loading & Unloading ...................................... AHS - 59
AHS 11.2.0 Prosedur Proses Loading Pesawat Narrow Body .................................... AHS - 61
AHS 11.3.0 Prosedur Proses Membuka Pintu Compartment ..................................... AHS - 66
AHS 11.4.0 Prosedur Penempatan Cargo & Pos di Cabin Penumpang ....................... AHS - 68
AHS 11.5.0 Prosedur Proses Menutup Pintu Compartment ...................................... AHS - 69
AHS 11.6.0 Prosedur Proses Loading Pesawat Wide Body ....................................... AHS - 70
AHS 11.7.0 Prosedur Proses Unloading Pesawat .................................................... AHS - 79
AHS 11.8.0 Prosedur Proses Inspeksi Muatan/Barang Oleh Operator BTT & Loading
Master .............................................................................................. AHS - 90
AHS 12.0.0 PROSEDUR DEPARTURE & ARRIVAL CONTROL (TURN AROUND
COORDINATOR IN THE OFFICE) ........................................................................... AHS - 95
AHS 12.1.0 Pengertian dan Fungsi Turn Around Coordinator .................................... AHS - 95
AHS 12.2.0 Tugas dan Fungsi Turn Around Coordinator (Departure and Arrival control
sebagai Unit yang Mempunyai Otoritas ................................................................. AHS - 95

Rev. 02 i - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 12.3.0 Prosedur Persiapan Umum Team Turn Round Coordinator (Departure and
Arrival control) ................................................................................................... AHS - 96
AHS 12.4.0 Prosedur Persiapan Pelaksana Turn Round Coordinator/ (Departure and
Arrival control) ................................................................................................... AHS - 98
AHS 12.5.0 Penyelesaian Departure Control ............................................................ AHS - 104
AHS 13.0.0 PROSEDUR PELAYANAN PENERBANGAN VVIP ...................................... AHS - 104
AHS 13.1.0 Definisi dan Pengertian VVIP ................................................................ AHS - 104
AHS 13.2.0 Persiapan Pelayanan Penerbangan VVIP ................................................ AHS - 105
AHS 13.3.0 Pelaksanaan Pelayanan Penerbangan VVIP ............................................ AHS - 110
AHS 13.4.0 Remain Over Night (RON) .................................................................... AHS - 114
AHS 13.5.0 Pakaian Petugas ................................................................................. AHS - 115
AHS 14.0.0 STANDARD APPEARANCE MANUAL (SAM) ............................................ AHS - 115
AHS 14.1.0 Ketentuan Umum Standar Penampilan Kerja .......................................... AHS - 115
AHS 14.2.0 Ketentuan Umum Standar Perlengkapan Kerja dan Personal Protective
Equipment (PPE) .............................................................................................. AHS - 116
AHS 15.0.0 KRITERIA SDM ................................................................................... AHS - 120
AHS 15.1.0 Usia Minimum ................................................................................... AHS - 120
AHS 15.2.0 Jenis Kelamin .................................................................................... AHS - 120
AHS 15.3.0 Pendidikan Formal ............................................................................. AHS - 120
AHS 15.4.0 Persyaratan Fisik ............................................................................... AHS - 120
AHS 15.5.0 Persyaratan Soft Kompetensi .............................................................. AHS - 120
AHS 15.6.0 Pelatihan Bidang Tugas ...................................................................... AHS - 120

SECTION 4 – AIRCRAFT GROUND MOVEMENT (AGM)


A. UMUM .............................................................................................................. AGM - 1
B. TANGGUNG JAWAB ........................................................................................... AGM - 1
AGM 1.0.0 KETENTUAN BERTUGAS DI RAMP ........................................................ AGM - 2
AGM 1.1.0 Ketentuan Peralatan .......................................................................... AGM - 2
AGM 1.2.0 Ketentuan Umum Petugas di Area Ramp .............................................. AGM - 3
AGM 1.3.0 Ketentuan Khusus Petugas Operator ................................................... AGM - 4
AGM 1.4.0 Larangan yang Harus Dipatuhi Oleh Petugas ........................................ AGM - 4
AGM 1.5.0 Standar Perlengkapan Petugas ........................................................... AGM - 5
AGM 1.6.0 Ketentuan Persiapan pengoperasian Peralatan ..................................... AGM - 6

Rev. 02 i - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 1.7.0 Ketentuan Mengemudi di Ramp .......................................................... AGM - 6


AGM 1.8.0 Ketentuan Pergerakan Peralatan ......................................................... AGM - 7
AGM 1.9.0 Pengoperasian peralatan pada Cuaca Ekstrim ...................................... AGM - 11
AGM 1.10.0 Penempatan Peralatan Setelah Pengoperasian ..................................... AGM - 13
AGM 2.0.0 KEWASPADAAN BERTUGAS DI RAMP / RAMP SAFETY ........................... AGM - 13
AGM 2.1.0 Kewaspadaan Terhadap Kebisingan .................................................... AGM - 13
AGM 2.2.0 Kewaspadaan Terhadap Jet Blast dan Propeller Rotary .......................... AGM - 13
AGM 2.3.0 Kewaspadaan Terhadap Engine Star ................................................... AGM - 15
AGM 2.4.0 Kewaspadaan Terhadap Aircraft Refueling ........................................... AGM - 15
AGM 2.5.0 Kewaspadaan Terhadap Tumpahan Hydraulic Liquid ............................. AGM - 18
AGM 2.6.0 Kewaspadaan Terhadap Tumpahan Fuel ............................................. AGM - 18
AGM 3.0.0 KETENTUAN PELAYANAN PESAWAT DI APRON / AIRCRAFT HANDLING .. AGM - 20
AGM 3.1.0 Ketentuan Communication / Tanda Isyarat Tangan ................................ AGM - 20
AGM 3.2.0 Marshalling ......................................................................................... AGM - 31
AGM 3.3.0 Ketentuan Penempatan Wheel Chock .................................................... AGM - 33
AGM 3.4.0 Ketentuan Penempatan Safety Cone ..................................................... AGM - 37
AGM 3.5.0 Ketentuan Flight Deck Communication .................................................. AGM - 41
AGM 3.6.0 Ketentuan Umum Push Back dan Towing ............................................... AGM - 43
AGM 3.7.0 Ketentuan Pelaksanaan Aircraft Push Back ............................................. AGM - 44
AGM 3.8.0 Ketentuan Pelaksanaan Towing Pesawat ............................................... AGM - 48
AGM 3.9.0 Ketentuan Pelaksaan Main Gear Control ................................................ AGM - 50
AGM 3.10.0 Ketentuan Aircraft Power Back ............................................................. AGM - 52
AGM 3.11.0 Ketentuan Pengoperasian Lift Loader / Main Deck Loader (HLL / MDL) ..... AGM - 53
AGM 3.12.0 Ketentuan Pengoperasian Belt Conveyor Loader (BCL) ............................ AGM - 54
AGM 3.13.0 Ketentuan Pengoperasian Passenger Boarding Stairs (PBS) ..................... AGM - 56
AGM 3.14.0 Ketentuan Pengoperasian Garbarata / Aviobridge ................................... AGM - 58
AGM 3.15.0 Ketentuan Pengoperasian Manual Passenger Stairs (MPS) ....................... AGM - 64
AGM 3.16.0 Ketentuan Pengoperasian Water Service Truck / Water Service Car
(WST/WSC) ..................................................................................................... AGM - 66
AGM 3.17.0 Ketentuan Pengoperasian Lavatory Service Truck / Lavatory Service Car
(LST/LSC) ....................................................................................................... AGM - 70
AGM 3.18.0 Ketentuan Pengoperasian Baggage Towing Tractor (BTT) ...................... AGM - 74

Rev. 02 i - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 3.19.0 Ketentuan Pelayanan Air Stater Unit, Ground Power Unit & Air
Conditioning Unit (ASU, GPU & ACU) .................................................................. AGM - 76
AGM 3.20.0 Ketentuan Pengoperasian Fork Lift ........................................................ AGM - 77

SECTION 5 - CARGO AND MAIL HANDLING (CGM)


A. TUJUAN ............................................................................................................ CGM - 1
B. RUANG LINGKUP ............................................................................................... CGM - 1
CGM 1.0.0 PROSEDUR OUTBOUND CARGO & MAIL ................................................. CGM - 2
CGM 1.1.0 Acceptance Cargo & Dokumen ............................................................. CGM - 2
CGM 1.1.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 3
CGM 1.1.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 3
CGM 1.2.0 Storage Cargo & Mail ........................................................................... CGM - 11
CGM 1.2.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 11
CGM 1.2.2 Document Handling ........................................................................... CGM - 12
CGM 1.3.0 Stock Opname .................................................................................... CGM - 13
CGM 1.3.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 13
CGM 1.4.0 Build Up ............................................................................................. CGM - 13
CGM 1.4.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 13
CGM 1.4.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 14
CGM 1.4.3 Document Processing ........................................................................ CGM - 17
CGM 1.5.0 Movement .......................................................................................... CGM - 20
CGM 1.5.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 20
CGM 1.5.2 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 21
CGM 2.0.0 PROSEDUR INBOUND CARGO & MAIL .................................................... CGM - 21
CGM 2.1.0 Movement .......................................................................................... CGM - 21
CGM 2.1.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 21
CGM 2.1.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 23
CGM 2.1.3 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 23
CGM 2.2.0 Acceptance ......................................................................................... CGM - 23
CGM 2.2.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 23
CGM 2.2.2 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 24
CGM 2.3.0 Storage .............................................................................................. CGM - 25
CGM 2.3.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 25

Rev. 02 i - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 2.3.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 25


CGM 2.3.3 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 26
CGM 2.4.0 Stock Opname .................................................................................... CGM - 26
CGM 2.4.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 26
CGM 2.4.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 27
CGM 2.4.3 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 27
CGM 2.5.0 Penanganan Dokumen ......................................................................... CGM - 27
CGM 2.5.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 27
CGM 2.5.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 28
CGM 2.5.3 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 29
CGM 2.6.0 Penyerahan Cargo & Mail dan Dokumen Kepada Consignee .................... CGM - 29
CGM 2.6.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 29
CGM 2.6.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 29
CGM 2.6.3 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 30
CGM 3.0.0 PROSEDUR TRANSFER CARGO & MAIL ................................................... CGM - 31
CGM 3.1.0 Persiapan ........................................................................................... CGM - 31
CGM 3.2.0 Pelaksanaan ....................................................................................... CGM - 31
CGM 3.2.1 Transfer Internasional ke Internasional ............................................... CGM - 31
CGM 3.2.2 Transfer Domestik ke Internasional ..................................................... CGM - 32
CGM 3.2.3 Transfer Internasional ke Domestik ..................................................... CGM - 33
CGM 3.3.0 Penyelesaian ...................................................................................... CGM - 34
CGM 4.0.0 PROSEDUR CARGO & MAIL RUSH HANDLING ......................................... CGM - 34
CGM 4.1.0 Persiapan ........................................................................................... CGM - 34
CGM 4.2.0 Pelaksanaan ....................................................................................... CGM - 35
CGM 4.3.0 Penyelesaian ...................................................................................... CGM - 36
CGM 5.0.0 PROSEDUR PENANGANAN SPECIAL CARGO & MAIL ............................... CGM - 37
CGM 5.1.0 Perishable Cargo ................................................................................. CGM - 37
CGM 5.1.1 Persiapan ......................................................................................... CGM - 37
CGM 5.1.2 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 37
CGM 5.1.3 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 38
CGM 5.2.0 AVI Cargo (Live Animal) ....................................................................... CGM - 39
CGM 5.2.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 39
CGM 5.3.0 Dangerous Goods (DG) ....................................................................... CGM - 40

Rev. 02 i - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 5.3.1 Pelaksanaan Penanganan Penerimaan ................................................ CGM - 40


CGM 5.4.0 Wet cargo (Perishable) ........................................................................ CGM - 46
CGM 5.4.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 46
CGM 5.4.2 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 47
CGM 5.5.0 Human Remain ................................................................................... CGM - 48
CGM 5.5.1 Pelaksanaan ...................................................................................... CGM - 48
CGM 5.5.2 Penyelesaian ..................................................................................... CGM - 49
CGM 5.6.0 Valuable Cargo ................................................................................... CGM - 49
CGM 5.6.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 49
CGM 5.7.0 Diplomatic & Mail ................................................................................ CGM - 50
CGM 5.7.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 50
CGM 5.8.0 News Paper & Document ..................................................................... CGM - 50
CGM 5.8.1 Pelaksanaan ..................................................................................... CGM - 50
CGM 5.8.2 Penyelesaian .................................................................................... CGM - 51
CGM 6.0.0 PROSEDUR PENANGANAN IRREGULARITIES CARGO & MAIL ................... CGM - 51
CGM 6.1.0 Persiapan ........................................................................................... CGM - 51
CGM 6.2.0 Pelaksanaan ....................................................................................... CGM - 52
CGM 6.2.1 Damage Cargo & Mail Outbound .......................................................... CGM - 52
CGM 6.2.2 Shortlanded Cargo & Mail ..................................................................... CGM - 53
CGM 6.2.3 Damage Cargo & Mail Inbound ............................................................. CGM - 53
CGM 6.2.4 Found Cargo & Mail ............................................................................. CGM - 54
CGM 6.3.0 Penyelesaian ...................................................................................... CGM - 54
CGM 7.0.0 PROSEDUR PENANGANAN KOMPLAIN .................................................... CGM - 54
CGM 7.1.0 Persiapan ........................................................................................... CGM - 54
CGM 7.2.0 Pelaksanaan ....................................................................................... CGM - 55
CGM 7.2.1 Komplain Secara Lisan ..................................................................... CGM - 55
CGM 7.2.2 Komplain Secara Tertulis .................................................................. CGM - 56
CGM 7.3.0 Penyelesaian ...................................................................................... CGM - 56
CGM 8.0.0 PROSEDUR PENANGANAN KLAIM ........................................................... CGM - 56
CGM 8.1.0 Persiapan ........................................................................................... CGM - 56
CGM 8.2.0 Pelaksanaan ....................................................................................... CGM - 57
CGM 8.3.0 Penyelesaian ...................................................................................... CGM - 58
CGM 9.0.0 PROSEDUR PENANGANAN PEMBAYARAN SEWA GUDANG & JASA KADE .... CGM - 58

Rev. 02 i - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 9.1.0 Persiapan ........................................................................................... CGM - 58


CGM 9.2.0 Pelaksanaan ....................................................................................... CGM - 58
CGM 9.3.0 Penyelesaian ...................................................................................... CGM - 59
CGM 10.0.0 PROSEDUR PENANGANAN PESAWAT FREIGHTER ................................... CGM - 59
CGM 10.1.0 Outbound ......................................................................................... CGM - 59
CGM 10.1.1 Persiapan ....................................................................................... CGM - 59
CGM 10.1.2 Pelaksanaan ................................................................................... CGM - 60
CGM 10.1.3 Penyelesaian .................................................................................. CGM - 60
CGM 10.2.0 Inbound ............................................................................................ CGM - 61
CGM 12.2.1 Persiapan ....................................................................................... CGM - 61
CGM 12.2.2 Pelaksanaan ................................................................................... CGM - 61
CGM 12.2.3 Penyelesaian .................................................................................. CGM - 61
CGM 11.0.0 PROSEDUR PENGELOLAAN GSE CARGO & FASILITAS GUDANG ................ CGM - 62
CGM 11.1.0 Penggunaan Forklift ............................................................................ CGM - 62
CGM 11.1.1 Persiapan ....................................................................................... CGM - 62
CGM 11.1.2 Pelaksanaan ................................................................................... CGM - 62
CGM 11.1.3 Penyelesaian .................................................................................. CGM - 63
CGM 11.2.0 Penggunaan Baggage Towing Tractor (BTT) .......................................... CGM - 63
CGM 11.2.1 Persiapan ....................................................................................... CGM - 63
CGM 11.2.2 Pelaksanaan ................................................................................... CGM - 63
CGM 11.2.3 Penyelesaian .................................................................................. CGM - 64
CGM 11.3.0 Penggunaan Pallet Dolly ....................................................................... CGM - 64
CGM 11.3.1 Persiapan ....................................................................................... CGM - 64
CGM 11.3.2 Pelaksanaan ................................................................................... CGM - 64
CGM 11.3.3 Penyelesaian .................................................................................. CGM - 67
CGM 12.0.0 ALUR PROSES (FLOW CHART) ...................................................... CGM - 68
CGM 12.1.0 Acceptence Outbound .......................................................................... CGM - 68
CGM 12.2.0 Storage Outbound ............................................................................... CGM - 69
CGM 12.3.0 Stock Opname Outbound ..................................................................... CGM - 70
CGM 12.4.0 Build Up ............................................................................................. CGM - 71
CGM 12.5.0 Document Processing Outbound ........................................................... CGM - 72
CGM 12.6.0 Movement Outbound ........................................................................... CGM - 73
CGM 12.7.0 Movement Inbound ............................................................................. CGM - 74

Rev. 02 i - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.8.0 Acceptence Inbound ............................................................................ CGM - 75


CGM 12.9.0 Storage Inbound ................................................................................. CGM - 76
CGM 12.10.0 Stock Opname Inbound ....................................................................... CGM - 77
CGM 12.11.0 Penyerahan Cargo & Mail Kepada Consignee ......................................... CGM - 78
CGM 12.12.0 Transfer International to International .................................................. CGM - 79
CGM 12.13.0 Transfer Domestik to International ........................................................ CGM - 80
CGM 12.14.0 Transfer International to Domestik ........................................................ CGM - 81
CGM 12.15.0 Rush Handling ..................................................................................... CGM - 82
CGM 12.16.0 Penanganan Perishable Cargo & Mail ..................................................... CGM - 83
CGM 12.17.0 Irregularity Outbound .......................................................................... CGM - 84
CGM 12.18.0 Irregularity Inbound ............................................................................ CGM - 85
CGM 12.19.0 Missing cargo ...................................................................................... CGM - 86
CGM 12.20.0 Penanganan Komplain ......................................................................... CGM - 87
CGM 12.21.0 Penaganan Claim ................................................................................ CGM - 88
CGM 12.22.0 Pembayaran Jasa Sewa Gudang & Kade ................................................. CGM - 89
CGM 12.23.0 Penanganan Pesawat Freighter ............................................................. CGM - 90
CGM 12.24.0 UCM ................................................................................................... CGM - 91
CGM 12.25.0 LUC / UCR .......................................................................................... CGM - 92
CGM 12.26.0 SCM ................................................................................................... CGM - 93
CGM 12.27.0 GSE Cargo .......................................................................................... CGM - 94
CGM 13.0.0 STANDARD APPERANCE MANUAL (SAM) ................................................. CGM - 95
CGM 13.1.0 Ketentuan Umum Standar Penampilan Kerja ......................................... CGM - 95
CGM 13.2.0 Ketentuan Umum Standar Perlengkapan Kerja dan Personal Protective
Equipment (PPE) .............................................................................................. CGM - 95
CGM 14.0.0 KRITERIA SDM ..................................................................................... CGM - 99
CGM 14.1.0 Usia Minimum ..................................................................................... CGM - 99
CGM 14.2.0 Jenis Kelamin ...................................................................................... CGM - 99
CGM 14.3.0 Pendidikan Formal ............................................................................... CGM - 99
CGM 14.4.0 Persyaratan Fisik ................................................................................. CGM - 99
CGM 14.5.0 Persyaratan Soft Kompetensi ................................................................ CGM - 99
CGM 14.6.0 Pelatihan Bidang Tugas ........................................................................ CGM - 100

Rev. 02 i - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 6 - AVIATION SECURITY (AVS)


A. TUJUAN ............................................................................................................ AVS - 1
B. RUANG LINGKUP ............................................................................................... AVS - 1
AVS 1.0.0 KEBIJAKAN PENGAMANAN DAN ORGANISASI ........................................... AVS - 1
AVS 1.1.0 Organisasi .......................................................................................... AVS - 1
AVS 1.2.0 Tugas dan Tanggung Jawab ................................................................. AVS - 2
AVS 1.3.0 Prosedur Investigasi ............................................................................ AVS - 5
AVS 1.4.0 Program Pengamanan ......................................................................... AVS - 6
AVS 1.5.0 Kategori Tindak Pengamanan ............................................................... AVS - 7
AVS 1.6.0 Pelaksanaan Pengamanan .................................................................... AVS - 7
AVS 2.0.0 ACCESS CONTROL .................................................................................. AVS - 9
AVS 2.1.0 Umum .............................................................................................. AVS - 9
AVS 2.2.0 Kartu tanda Pengenal ........................................................................ AVS - 10
AVS 2.3.0 Parking Aircraft .................................................................................. AVS - 10
AVS 2.4.0 Preflight Security Check ...................................................................... AVS - 11
AVS 2.5.0 Transit atau Short Turn Arround .......................................................... AVS - 11
AVS 3.0.0 PENGAMANAN TERHADAP PENUMPANG DAN BAGASI ................................ AVS - 12
AVS 3.1.0 Check In ........................................................................................... AVS - 12
AVS 3.2.0 Screening dan Boarding ...................................................................... AVS - 19
AVS 4.0.0 PENGAMANAN PESAWAT DAN AREA KEGIATAN OPERASIONAL ................. AVS - 21
AVS 4.1.0 Keberangkatan pesawat ..................................................................... AVS - 21
AVS 4.2.0 Kedatangan pesawat .......................................................................... AVS - 22
AVS 4.3.0 Pesawat Udara diparkir lama/RON (Remain Over Night) ........................ AVS - 23
AVS 4.4.0 Pesawat Transit (Short Turn Arround) .................................................. AVS - 25
AVS 4.5.0 Tindakan yang diambil untuk evakuasi penumpang dan pesawat ketika
menerima ancaman ........................................................................... AVS - 25
AVS 5.0.0 PENGAMANAN DOKUMEN ........................................................................ AVS - 29
AVS 6.0.0 PASSENGER AND BAGGAGE RECONCILIATION ......................................... AVS - 29
AVS 7.0.0 PENGAMANAN PENGAWASAN KARGO DAN POS ........................................ AVS - 29
AVS 7.1.0 Security Control ................................................................................ AVS - 29
AVS 7.2.0 Penerimaan Pos ................................................................................ AVS - 32
AVS 7.3.0 Penerimaan Dangerous Goods ............................................................ AVS - 33
AVS 7.4.0 Penanganan Kargo di Gudang (Warehouse) ......................................... AVS - 33

Rev. 02 i - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AVS 7.5.0 Tempat penyimpanan untuk kargo yang tidak sesuai ............................ AVS - 33
AVS 7.6.0 Penanganan benda pengancam atau benda yang diamankan/disita
(potentially offensive or confiscated items) .......................................... AVS - 34
AVS 8.0.0 PELAYANAN PENERBANGAN VVIP ............................................................ AVS - 34
AVS 8.1.0 Persiapan .......................................................................................... AVS - 34
AVS 8.2.0 Prosedur Keberangkatan .................................................................... AVS - 34
AVS 8.3.0 Prosedur Kedatangan ......................................................................... AVS - 35
AVS 9.0.0 PENGAMANAN TERHADAP PENERBANGAN HAJI ........................................ AVS - 36
AVS 9.1.0 Tahap Keberangkatan (Embarkasi) ...................................................... AVS - 36
AVS 9.2.0 Tahap Kedatangan (Disembarkasi) ...................................................... AVS - 37
AVS 10.0.0 KONTIJENSI ......................................................................................... AVS - 39
AVS 10.1.0 Kondisi Rawan (Kuning / Yellow) ......................................................... AVS - 39
AVS 10.2.0 Kondisi Rawan (Merah / Red) ............................................................. AVS - 40
AVS 10.3.0 Penanganan Ancaman Bom ................................................................ AVS - 41
AVS 10.4.0 Pembajakan ..................................................................................... AVS - 43

SECTION 7 - EMERGENCY RESPONSE PLAN (ERP)


ERP 1.0.0 OPERATION CENTRE ............................................................................... ERP - 1
ERP 1.1.0 Tujuan .............................................................................................. ERP - 1
ERP 1.2.0 Dasar atau Acuan Rencana Tanggap Darurat (ERP) ............................... ERP - 1
ERP 1.3.0 Penetapan Rencana Tanggap Darurat (ERP) Internal PT. Gapura Angkasa ERP - 3
ERP 2.0.0 RUANG LINGKUP .................................................................................... ERP - 5
ERP 3.0.0 BATASAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PT. GAPURA ANGKASA ............. ERP - 6
ERP 3.1.0 Prosedur Pelaksanaan Kondisi Darurat ................................................. ERP - 8
ERP 3.1.1 Kecelakaan Pesawat Udara ................................................................. ERP - 8
ERP 3.1.2 Evakuasi Pesawat Udara ….................................................................. ERP - 10
ERP 3.1.3 Keadaan siaga darurat ketika pesawat berada di udara atau dalam suatu
penerbangan ..................................................................................... ERP - 11
ERP 3.1.4 Penanganan dan tanggap darurat petugas di darat, ketika terjadi
malfungsi pesawat pada saat terbang .................................................. ERP - 15
ERP 3.1.5 Ancaman Bom (Bomb Threat) ............................................................. ERP - 16
ERP 3.1.6 Apabila mengetahui ancaman melalui media tertulis atau barang yang
mencurigakan lainnya ........................................................................ ERP - 17

Rev. 02 i - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.1.7 Ancaman Pembajakan (Hijacking) ....................................................... ERP - 18


ERP 3.1.8 Keadaan Emergency Kebakaran Akibat Dangereous Goods (DG) ............. ERP - 19
ERP 3.1.9 Penanganan terhadap Penumpang yang Sakit dan Meninggal ................. ERP - 19
ERP 3.1.10 Penumpang keberangkatan yang meninggal dunia mendadak di
bandara keberangkatan .................................................................................... ERP - 20
ERP 3.1.11 Penumpang Kedatangan yang Meninggal ketika berada di perjalanan
Pesawat Udara ................................................................................................. ERP - 21
ERP 3.1.12 Kebakaran Bangunan/Gedung .......................................................... ERP - 22
ERP 3.1.13 Tanggap darurat yang diakibatkan oleh peristiwa kebakaran di Kantor
Cabang atau Perwakilan yang berada di luar Bandar Udara ................................... ERP - 24
ERP 3.2.0 Pelaksanaan Tanggap darurat Ketika Terjadi Krisis Operasional dan/atau
Kepegawaian …................................................................................................ ERP - 26
ERP 3.2.1 Tanggap darurat yang diakibatkan oleh peristiwa krisis kepegawaian di
Kantor Pusat .................................................................................................... ERP - 26
ERP 3.2.2 Tanggap darurat yang diakibatkan oleh peristiwa krisis kepegawaian di
Kantor Cabang dan/atau Perwakilan .................................................................. ERP - 27
ERP 3.2.3 Tanggap darurat krisis kepegawaian yang diakibatkan oleh peristiwa
Bencana Alam (gempa bumi, banjir besar, dan tsunami) atau Peristiwa Alam Besar
(Luar Biasa) yang terjadi di Kantor Pusat, Kantor Cabang dan/atau Kantor
Perwakilan ...................................................................................................... ERP - 28
ERP 3.2.4 Tanggap darurat krisis kepegawaian yang diakibatkan oleh Peristiwa
Peningkatan Ancaman Keamanan di Kantor Pusat, Cabang dan/atau Perwakilan .... ERP - 29
ERP 3.3.0 Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan Rencana Tanggap Darurat .............. ERP - 30
ERP 3.3.1 Lintas Komando dan Koordinasi dalam pelaksanaan Tindakan Tanggap ERP - 31
Darurat ............................................................................................
ERP 3.4.0 Struktur Organisasi Tanggap Darurat .................................................... ERP - 35
ERP 3.4.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa
Tingkat Pusat (Perusahaan) / Kantor Pusat ......................................................... ERP - 35
ERP 3.4.2 Struktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa
tingkat Cabang Kelas Utama .............................................................................. ERP - 36
ERP 3.4.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa
tingkat Cabang Kelas I & 2 ................................................................................ ERP - 37

Rev. 02 i - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.4.4 Sruktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa
tingkat Cabang Kelas 3, 4 dan Kantor Perwakilan ................................................. ERP - 38
ERP 4.0.0 KEADAAN DARURAT DAN SIAGA .............................................................. ERP - 39
ERP 4.1.0 Keadaan Darurat (Melibatkan Pesawat Udara) ...................................... ERP - 39
ERP 4.2.0 Fasilitas, Sarana Komunikasi dan Koordinasi ......................................... ERP - 40
ERP 5.0.0 PENDIDIKAN TANGGAP DARURAT (EMERGENCY RESPONSE PLAN
TRAINING) .......................................................................................................... ERP - 40
ERP 5.1.0 Simulasi Tanggap Darurat (Emergency Response Plan) ......................... ERP - 41
ERP 6.0.0 FORM EMERGENCY RESPONSE PLAN (ERP) .............................................. ERP - 42
ERP 6.1.0 Emergency Response Rehearsal Evaluation Report ............................... ERP - 42
ERP 6.2.0 Crash Handling Report ....................................................................... ERP - 43
ERP 6.3.0 Bomb Threat Check List ..................................................................... ERP - 44
ERP 6.4.0 Daftar Nomor Telepon Sebagai Sarana Komunikasi & Koordinasi
PT. Gapura Angkasa (Diisi Sesuai Dengan Lokasi Kantor Cabang) .......................... ERP - 47

SECTION 8 - MANAGEMENT SYSTEM (MGS)


A. TUJUAN ............................................................................................................ MGS - 1
B. RUANG LINGKUP ............................................................................................... MGS - 1
C. SISTEMATIKA ................................................................................................... MGS - 1
I. QUALITY MANAGEMENT SYSTEM ...................................................................... MGS - 1
MGS 1.0.0 PERANCANGAN DAN SASARAN MUTU .................................................... MGS - 1
MGS 1.1.0 Umum ................................................................................................ MGS - 1
MGS 1.2.0 Pengendalian dan Struktur Dokumen .................................................... MGS - 3
MGS 1.3.0 Format Penulisan dan Pembuatan Dokumen .......................................... MGS - 4
MGS 1.4.0 Revisi Dokumen .................................................................................. MGS - 8
MGS 1.5.0 Penyimpanan Dokumen ....................................................................... MGS - 9
MGS 1.6.0 Distribusi Dokumen ............................................................................. MGS - 10
MGS 1.7.0 Dokumen Eksternal ............................................................................. MGS - 11
MGS 1.8.0 Pengendalian Catatan Rekaman (Form-form) ......................................... MGS - 12
MGS 2.0.0 REALISASI PRODUK .............................................................................. MGS - 14
MGS 2.1.0 Umum ................................................................................................ MGS - 14
MGS 2.2.0 Kesesuaian Produk .............................................................................. MGS - 14
MGS 2.3.0 Pengendalian Produk tidak sesuai ......................................................... MGS - 15

Rev. 02 i - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 2.4.0 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan .................................................... MGS - 17


MGS 3.0.0 AUDIT .................................................................................................. MGS - 20
MGS 3.1.0 Umum ................................................................................................ MGS - 20
MGS 3.2.0 Audit Pengawasan Internal ................................................................... MGS - 21
MGS 3.3.0 Audit Mutu Internal ............................................................................. MGS - 21
MGS 3.3.1 Umum ........................................................................................... MGS - 21
MGS 3.3.2 Tujuan ........................................................................................... MGS - 22
MGS 3.3.3 Ruang Lingkup ................................................................................ MGS - 22
MGS 3.3.4 Tanggung Jawab ............................................................................ MGS - 22
MGS 3.3.5 Perencanaan .................................................................................. MGS - 24
MGS 3.3.6 Persiapan ....................................................................................... MGS - 24
MGS 3.3.7 Pelaksanaan ................................................................................... MGS - 24
MGS 3.3.8 Hasil Audit dan Pelaporan ................................................................ MGS - 25
MGS 3.3.9 Tindak Lanjut / Perbaikan Hasil Audit Internal .................................... MGS - 26
MGS 3.4.0 Audit Surveillance ................................................................................ MGS - 26
MGS 3.5.0 Audit Investigasi ................................................................................. MGS - 27
MGS 3.6.0 Audit Eksternal .................................................................................... MGS - 27
MGS 4.0.0 TINJAUAN MANAJEMEN ........................................................................ MGS - 28
MGS 4.1.0 Umum ................................................................................................ MGS - 28
MGS 4.2.0 Pelaksanaan Tinjauan Manajemen ........................................................ MGS - 28
MGS 4.3.0 Pembahasan dan Hasil dalam Rapat Tinjauan Manajemen ....................... MGS - 29
MGS 5.0.0 INSPECTOR SAFETY, SECURITY & QUALITY (SSQ) .................................. MGS - 31
MGS 5.1.0 Umum ................................................................................................ MGS - 31
MGS 5.2.0 Tanggung Jawab dan Wewenang .......................................................... MGS - 31
MGS 5.3.0 Inspector / Auditor Kompetensi, Kualifikasi dan Kode Etik ........................ MGS - 32
MGS 5.4.0 Lingkup Inspeksi / Audit ....................................................................... MGS - 33
MGS 5.5.0 Proses Inspeksi ................................................................................... MGS - 34
MGS 5.6.0 Pelaksanaan Inspeksi / Audit ................................................................ MGS - 34
MGS 5.7.0 Fungsi & Tugas Inspector / Auditor (Job Description) .............................. MGS - 34
MGS 6.0.0 FORM-FORM DAN TABEL MANAGEMENT REPRESENTATIVE (MR) ............. MGS - 36
MGS 6.1.0 Daftar Distribusi Dokumen (F-MR-01) ................................................... MGS - 36
MGS 6.2.0 Catatan Perubahan Dokumen (F-MR-02) ............................................... MGS - 37
MGS 6.3.0 Daftar Rekaman (Form F-MR-03) .......................................................... MGS - 38

Rev. 02 i - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.4.0 Daftar Induk Dokumen (F-MR-04A) ...................................................... MGS - 39


MGS 6.5.0 Pengajuan Perubahan Dokumen (F-MR-05B) ......................................... MGS - 40
MGS 6.6.0 Pengiriman dan Pengambilan Dokumen (F-MR-06A) ............................... MGS - 41
MGS 6.7.0 Permintaan tindakan perbaikan dan pencegah (F-MR-07C) ..................... MGS - 42
MGS 6.8.0 Daftar Permintaan Tindakan Perbaikan (F-MR-08) .................................. MGS - 43
MGS 6.9.0 Risalah Rapat Tinjauan Manajemen (F-MR-09) ....................................... MGS - 44
MGS 6.10.0 Daftar Induk Dokumen Eksternal (F-MR-11) ........................................... MGS - 45
MGS 6.11.0 Program Audit Mutu Internal Tahunan (F-MR-14) ................................... MGS - 46
MGS 6.12.0 Jadwal Pelaksanaan Audit (F-MR-15) ..................................................... MGS - 47
MGS 6.13.0 Audit Checklist (F-MR-16) .................................................................... MGS - 48
MGS 6.14.0 Laporan Hasil Audit Mutu Internal (F-MR-17) ......................................... MGS - 49
MGS 6.15.0 Non Confirmity Report (F-MR-18) .......................................................... MGS - 51
MGS 6.16.0 Daftar Halaman efektif (F-MR-19) ......................................................... MGS - 53
MGS 6.17.0 Tabel Penomoran ................................................................................ MGS - 54
MGS 6.18.0 Dokumen Pengesahan ......................................................................... MGS - 55
MGS 6.19.0 Kode Unit Kerja ................................................................................... MGS - 56
II. SAFETY MANAGEMENT SYSTEM .......................................................................... MGS - 59
MGS 7.0.0 SAFETY MANAGEMENT SYSTEM ............................................................. MGS - 59
MGS 7.1.0 Konsep Keselamatan ........................................................................... MGS - 59
MGS 7.2.0 Persyaratan Wajib ............................................................................... MGS - 59
MGS 7.3.0 Pengenalan Terhadap Indikator Kinerja Keselamatan, Target dan
Persyaratan ........................................................................................ MGS - 59
MGS 7.4.0 Penggunaan Manual ............................................................................ MGS - 61
MGS 8.0.0 KEBIJAKAN KESELAMATAN .................................................................... MGS - 61
MGS 8.1.0 Komitmen dan Kebijakan Tentang Keselamatan ..................................... MGS - 61
MGS 8.2.0 Tanggung Jawab dan Penanggung Jawab Keselamatan .......................... MGS - 62
MGS 8.3.0 Safety Accountable Executive ............................................................... MGS - 63
MGS 8.4.0 Struktur Organisasi .............................................................................. MGS - 63
MGS 9.0.0 IDENTIFIKASI BAHAYA DAN MANAJEMEN RESIKO .................................. MGS - 66
MGS 9.1.0 Umum ................................................................................................ MGS - 66
MGS 9.2.0 Prosedur Pelaksanaan .......................................................................... MGS - 66
MGS 9.3.0 Perubahan .......................................................................................... MGS - 71
MGS 10.0.0 PELAPORAN TENTANG KESELAMATAN DAN INVESTIGASI ....................... MGS - 72

Rev. 02 i - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 10.1.0 Pengenalan Tentang Sistem Pelaporan ................................................ MGS - 72


MGS 10.2.0 Sistem Pelaporan Accident dan Incident .............................................. MGS - 72
MGS 10.3.0 Safety Meeting .................................................................................. MGS - 76
MGS 10.4.0 Investigasi ........................................................................................ MGS - 76
MGS 10.5.0 Penanganan Laporan Keselamatan ..................................................... MGS - 78
MGS 10.6.0 Daftar Kode Faktor Penyebab ............................................................. MGS - 78
MGS 11.0.0 AUDIT KESELAMATAN ........................................................................... MGS - 81
MGS 11.1.0 Umum .............................................................................................. MGS - 81
MGS 11.2.0 Audit Keselamatan ............................................................................ MGS - 81
MGS 11.3.0 Proses audit keselamatan ................................................................... MGS - 82
MGS 11.4.0 Laporan audit dan tindaklanjut ........................................................... MGS - 83
MGS 12.0.0 PROGRAM DIRECT OBSERVATION SYSTEM (DOS) .................................. MGS - 84
MGS 12.1.0 Umum .............................................................................................. MGS - 84
MGS 12.2.0 Direct Observation System (DOS) ....................................................... MGS - 84
MGS 12.3.0 Tujuan ............................................................................................. MGS - 84
MGS 12.4.0 Pelaksanaan ..................................................................................... MGS - 84
MGS 12.5.0 Pelaporan dan Evaluasi ...................................................................... MGS - 85
MGS 13.0.0 FORM-FORM SMS ................................................................................. MGS - 86
MGS 13.1.0 Form Direct Observation Report (DOS) (F-ZQ-06) ................................. MGS - 86
MGS 13.2.0 Form Compliance to Procedure (F-ZQ-07) ............................................ MGS - 90
MGS 14.0.0 PENDIDIKAN DAN LATIHAN KESELAMATAN ............................................ MGS - 91
MGS 14.1.0 Umum .............................................................................................. MGS - 91
MGS 14.2.0 Kebutuhan Pelatihan ......................................................................... MGS - 91
MGS 14.3.0 Pelatihan Keselamatan Untuk Manajemen ........................................... MGS - 92
MGS 14.4.0 Pelatihan Keselamatan Untuk Personil Operasional ............................... MGS - 92
MGS 14.5.0 Komunikasi Keselamatan ................................................................... MGS - 94
MGS 14.6.0 Informasi Tentang Keselamatan Yang Mendesak .................................. MGS - 94
MGS 14.7.0 Pelaporan Kepada Manajemen ........................................................... MGS - 94
MGS 14.8.0 Pengenalan Tentang Keselamatan ...................................................... MGS - 95
MGS 14.9.0 Metode Pengenalan ........................................................................... MGS - 96

Rev. 02 i - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ii. DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN


Copy
Unit Pemegang Rev.
No.
Master Management Representative 02
1 Direktur Utama (DZ) 02
2 Direktur Operasi (DO) 02
3 Direktur Startegi & SDM (DI) 02
4 Direktur Keuangan (DF) 02
5 Head of Internal Auditor (ZA) 02
6 Corporate Secretary (ZS) 02
7 Head of Safety, Security & Quality Assurance (ZQ) 02
8 VP. Operation Services (OP) 02
9 VP. Commercial Services (OC) 02
10 VP. Maintenance & Engineer Services (OT) 02
11 VP. Human Capital (IH) 02
12 VP. Procurement (IB) 02
13 VP. Corporate Plan & IT Support (IP) 02
14 VP. Financial Analysis & Budgeting (FB) 02
15 VP. Accounting & Risk Management (FA) 02
16 VP. Treasury (FT) 02
17 Kantor Cabang Bandara Soekamo-Hatta, Cengkareng (CGK) 02
18 Kantor Cabang Bandara Ngurah Rai, Denpasar (DPS) 02
19 Kantor Cabang Bandara Juanda, Surabaya (SUB) 02
20 Kantor Cabang Bandara Kualanamu, Medan (KNO) 02
21 Kantor Cabang Bandara Hasanuddin, Makassar (UPG) 02
22 Kantor Cabang Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta (JOG) 02
23 Kantor Cabang Bandara Sepinggan, Balikpapan (BPN) 02
24 Kantor Cabang Bandara St. Iskandar Muda, Banda Aceh (BTJ) 02
25 Kantor Cabang Bandara Syarif Kasim II, Pekanbaru (PKU) 02
26 Kantor Cabang Bandara Minangkabau, Padang (PDG) 02
27 Kantor Cabang Bandara SM Badaruddin II, Palembang (PLM) 02
28 Kantor Cabang Bandara Halim Perdanakusuma, (HLP) 02

Rev : 02 ii - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

29 Kantor Cabang Bandara Achmad Yani, Semarang (SRG) 02


30 Kantor Cabang Bandara Adi Sumarmo, Solo (SOC) 02
31 Kantor Cabang Bandara Supadio, Pontianak (PNK) 02
32 Kantor Cabang Bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin (BDJ) 02
33 Kantor Cabang Bandara Sam ratulangi, Manado (MDC) 02
34 Kantor Cabang Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang (PGK) 02
35 Kantor Cabang Bandara Lombok Praya, Mataram (LOP) 02
36 Kantor Cabang Bandara Sentani, Jayapura (DJJ) 02
37 Kantor Cabang Bandara Frans Kaisiepo, Biak (BIK) 02
38 Kantor Cabang Pergudangan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng (CGO) 02
39 Kantor Cabang Hang Nadim, Batam (BTH) 02
40 Kantor Cabang Sultan Thaha, Jambi (DJB) 02
41 Kantor Cabang Fatmawati Soekarno, Bengkulu (BKS) 02
42 Kantor Cabang Husein Sastranegara, Bandung (BDO) 02
43 Kantor Cabang Komodo, Labuan Bajo (LBJ) 02
44 Kantor Cabang Patimura, Ambon (AMQ) 02
F-MR-01

Rev : 02 ii - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

iii. DAFTAR HALAMAN EFEKTIF


Bab Judul Bab Sub-bab Hal Tanggal Rev.
- Pembuka i i-1 23/04/15 02
ii ii - 1 23/04/15 02
iii Iii - 1 23/04/15 02
iv iv - 1 23/04/15 02
v v-1 23/04/15 02
vi vi - 1 23/04/15 02

1 Operation Performance OPR 1.0.0 OPR - 1 23/04/15 02


Report (OPR) OPR 2.0.0 OPR - 3 23/04/15 02
OPR 3.0.0 OPR - 3 23/04/15 02
OPR 3.1.0 OPR - 4 23/04/15 02
OPR 3.2.0 OPR - 9 23/04/15 02
OPR 3.3.0 OPR - 10 23/04/15 02
OPR 3.4.0 OPR - 14 23/04/15 02
OPR 3.5.0 OPR - 34 23/04/15 02
OPR 3.6.0 OPR - 35 23/04/15 02

2 Passanger and Baggage PBH 1.0.0 PBH - 2 23/04/15 02


Handling (PBH) PBH 2.0.0 PBH - 5 23/04/15 02
PBH 2.1.0 PBH - 5 23/04/15 02
PBH 3.0.0 PBH - 6 23/04/15 02
PBH 3.1.0 PBH - 6 23/04/15 02
PBH 3.2.0 PBH - 8 23/04/15 02
PBH 3.3.0 PBH - 9 23/04/15 02
PBH 3.4.0 PBH - 14 23/04/15 02
PBH 3.5.0 PBH - 15 23/04/15 02
PBH 4.0.0 PBH - 17 23/04/15 02
PBH 5.0.0 PBH - 18 23/04/15 02
PBH 6.0.0 PBH - 18 23/04/15 02
PBH 7.0.0 PBH - 20 23/04/15 02
PBH 7.1.0 PBH - 20 23/04/15 02
PBH 7.2.0 PBH - 20 23/04/15 02
PBH 7.3.0 PBH - 21 23/04/15 02
PBH 7.4.0 PBH - 22 23/04/15 02
PBH 7.5.0 PBH - 23 23/04/15 02
PBH 7.6.0 PBH - 25 23/04/15 02
PBH 7.7.0 PBH - 25 23/04/15 02
PBH 7.8.0 PBH - 25 23/04/15 02
PBH 7.9.0 PBH - 26 23/04/15 02
PBH 8.0.0 PBH - 26 23/04/15 02
PBH 8.1.0 PBH - 26 23/04/15 02
PBH 9.0.0 PBH - 28 23/04/15 02
PBH 10.0.0 PBH - 29 23/04/15 02
PBH 10.1.0 PBH - 29 23/04/15 02
PBH 10.2.0 PBH - 30 23/04/15 02

Rev. 02 iii - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 10.3.0 PBH - 31 23/04/15 02


PBH 10.4.0 PBH - 32 23/04/15 02
PBH 10.5.0 PBH - 32 23/04/15 02
PBH 10.6.0 PBH - 33 23/04/15 02
PBH 10.7.0 PBH - 33 23/04/15 02
PBH 11.0.0 PBH - 34 23/04/15 02
PBH 11.1.0 PBH - 34 23/04/15 02
PBH 11.2.0 PBH - 34 23/04/15 02
PBH 11.3.0 PBH - 34 23/04/15 02
PBH 12.0.0 PBH - 35 23/04/15 02
PBH 13.0.0 PBH - 36 23/04/15 02
PBH 14.0.0 PBH - 37 23/04/15 02
PBH 15.0.0 PBH - 40 23/04/15 02
PBH 15.1.0 PBH - 40 23/04/15 02
PBH 15.2.0 PBH - 40 23/04/15 02
PBH 16.0.0 PBH - 43 23/04/15 02
PBH 16.1.0 PBH - 43 23/04/15 02
PBH 17.0.0 PBH - 48 23/04/15 02
PBH 17.1.0 PBH - 48 23/04/15 02
PBH 18.0.0 PBH - 51 23/04/15 02
PBH 19.0.0 PBH - 51 23/04/15 02
PBH 19.1.0 PBH - 52 23/04/15 02
PBH 20.0.0 PBH - 53 23/04/15 02
PBH 20.1.0 PBH - 53 23/04/15 02
PBH 20.2.0 PBH - 53 23/04/15 02
PBH 21.0.0 PBH - 53 23/04/15 02
PBH 21.1.0 PBH - 53 23/04/15 02
PBH 22.0.0 PBH - 54 23/04/15 02
PBH 22.1.0 PBH - 54 23/04/15 02
PBH 22.2.0 PBH - 54 23/04/15 02
PBH 22.3.0 PBH - 55 23/04/15 02
PBH 23.0.0 PBH - 55 23/04/15 02
PBH 23.1.0 PBH - 55 23/04/15 02
PBH 23.2.0 PBH - 55 23/04/15 02
PBH 24.0.0 PBH - 55 23/04/15 02
PBH 25.0.0 PBH - 56 23/04/15 02
PBH 25.1.0 PBH - 56 23/04/15 02
PBH 26.0.0 PBH - 58 23/04/15 02
PBH 26.1.0 PBH - 58 23/04/15 02
PBH 26.2.0 PBH - 58 23/04/15 02
PBH 26.3.0 PBH - 59 23/04/15 02
PBH 26.4.0 PBH - 59 23/04/15 02
PBH 26.5.0 PBH - 59 23/04/15 02
PBH 26.6.0 PBH - 60 23/04/15 02
PBH 26.7.0 PBH - 60 23/04/15 02
PBH 26.8.0 PBH - 61 23/04/15 02
PBH 26.9.0 PBH - 62 23/04/15 02
PBH 26.10.0 PBH - 63 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 27.0.0 PBH - 65 23/04/15 02


PBH 27.1.0 PBH - 65 23/04/15 02
PBH 27.2.0 PBH - 66 23/04/15 02
PBH 28.0.0 PBH - 67 23/04/15 02
PBH 28.1.0 PBH - 67 23/04/15 02
PBH 28.2.0 PBH - 71 23/04/15 02
PBH 28.3.0 PBH - 73 23/04/15 02
PBH 28.4.0 PBH - 75 23/04/15 02
PBH 28.5.0 PBH - 75 23/04/15 02
PBH 28.6.0 PBH - 77 23/04/15 02
PBH 28.7.0 PBH - 79 23/04/15 02
PBH 29.0.0 PBH - 102 23/04/15 02
PBH 29.1.0 PBH - 102 23/04/15 02
PBH 29.2.0 PBH - 102 23/04/15 02
PBH 29.3.0 PBH - 103 23/04/15 02
PBH 29.4.0 PBH - 104 23/04/15 02
PBH 29.5.0 PBH - 105 23/04/15 02
PBH 29.6.0 PBH - 105 23/04/15 02
PBH 29.7.0 PBH - 106 23/04/15 02
PBH 29.8.0 PBH - 106 23/04/15 02

3 Aircraft Handling Services AHS 1.0.0 AHS - 2 23/04/15 02


(AHS) AHS 1.1.0 AHS - 2 23/04/15 02
AHS 1.2.0 AHS - 3 23/04/15 02
AHS 1.3.0 AHS - 8 23/04/15 02
AHS 1.4.0 AHS - 10 23/04/15 02
AHS 1.5.0 AHS - 11 23/04/15 02
AHS 1.6.0 AHS - 13 23/04/15 02
AHS 1.7.0 AHS - 14 23/04/15 02
AHS 1.8.0 AHS - 15 23/04/15 02
AHS 1.9.0 AHS - 15 23/04/15 02
AHS 2.0.0 AHS - 16 23/04/15 02
AHS 2.1.0 AHS - 16 23/04/15 02
AHS 3.0.0 AHS - 19 23/04/15 02
AHS 3.1.0 AHS - 19 23/04/15 02
AHS 3.2.0 AHS - 19 23/04/15 02
AHS 3.3.0 AHS - 19 23/04/15 02
AHS 4.0.0 AHS - 20 23/04/15 02
AHS 4.1.0 AHS - 20 23/04/15 02
AHS 4.2.0 AHS - 20 23/04/15 02
AHS 4.3.0 AHS - 24 23/04/15 02
AHS 5.0.0 AHS - 25 23/04/15 02
AHS 5.1.0 AHS - 25 23/04/15 02
AHS 5.2.0 AHS - 27 23/04/15 02
AHS 5.3.0 AHS - 32 23/04/15 02
AHS 5.4.0 AHS - 35 23/04/15 02
AHS 5.5.0 AHS - 36 23/04/15 02
AHS 6.0.0 AHS - 38 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 6.1.0 AHS - 38 23/04/15 02


AHS 6.2.0 AHS - 39 23/04/15 02
AHS 6.3.0 AHS - 40 23/04/15 02
AHS 6.4.0 AHS - 42 23/04/15 02
AHS 6.5.0 AHS - 42 23/04/15 02
AHS 6.6.0 AHS - 51 23/04/15 02
AHS 7.0.0 AHS - 52 23/04/15 02
AHS 7.1.0 AHS - 52 23/04/15 02
AHS 7.2.0 AHS - 52 23/04/15 02
AHS 7.3.0 AHS - 53 23/04/15 02
AHS 8.0.0 AHS - 53 23/04/15 02
AHS 8.1.0 AHS - 53 23/04/15 02
AHS 8.2.0 AHS - 54 23/04/15 02
AHS 9.0.0 AHS - 55 23/04/15 02
AHS 9.1.0 AHS - 55 23/04/15 02
AHS 9.2.0 AHS - 56 23/04/15 02
AHS 9.3.0 AHS - 56 23/04/15 02
AHS 10.1.0 AHS - 56 23/04/15 02
AHS 10.2.0 AHS - 56 23/04/15 02
AHS 10.3.0 AHS - 58 23/04/15 02
AHS 10.4.0 AHS - 58 23/04/15 02
AHS 11.0.0 AHS - 59 23/04/15 02
AHS 11.1.0 AHS - 59 23/04/15 02
AHS 11.2.0 AHS - 61 23/04/15 02
AHS 11.3.0 AHS - 66 23/04/15 02
AHS 11.4.0 AHS - 68 23/04/15 02
AHS 11.5.0 AHS - 69 23/04/15 02
AHS 11.6.0 AHS - 70 23/04/15 02
AHS 11.7.0 AHS - 79 23/04/15 02
AHS 11.8.0 AHS - 90 23/04/15 02
AHS 12.0.0 AHS - 95 23/04/15 02
AHS 12.1.0 AHS - 95 23/04/15 02
AHS 12.2.0 AHS - 95 23/04/15 02
AHS 12.3.0 AHS - 96 23/04/15 02
AHS 12.4.0 AHS - 98 23/04/15 02
AHS 12.5.0 AHS - 104 23/04/15 02
AHS 13.0.0 AHS - 104 23/04/15 02
AHS 13.1.0 AHS - 104 23/04/15 02
AHS 13.2.0 AHS - 105 23/04/15 02
AHS 13.3.0 AHS - 110 23/04/15 02
AHS 13.4.0 AHS - 114 23/04/15 02
AHS 13.5.0 AHS - 115 23/04/15 02
AHS 14.0.0 AHS - 115 23/04/15 02
AHS 14.1.0 AHS - 115 23/04/15 02
AHS 14.2.0 AHS - 116 23/04/15 02
AHS 15.0.0 AHS - 120 23/04/15 02
AHS 15.1.0 AHS - 120 23/04/15 02
AHS 15.2.0 AHS - 120 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 15.3.0 AHS - 120 23/04/15 02


AHS 15.4.0 AHS - 120 23/04/15 02
AHS 15.5.0 AHS - 120 23/04/15 02
AHS 15.6.0 AHS - 120 23/04/15 02

4 Aircraft Ground AGM 1.0.0 AGM - 2 23/04/15 02


Movement (AGM) AGM 1.1.0 AGM - 2 23/04/15 02
AGM 1.2.0 AGM - 3 23/04/15 02
AGM 1.3.0 AGM - 4 23/04/15 02
AGM 1.4.0 AGM - 4 23/04/15 02
AGM 1.5.0 AGM - 5 23/04/15 02
AGM 1.6.0 AGM - 6 23/04/15 02
AGM 1.7.0 AGM - 6 23/04/15 02
AGM 1.8.0 AGM - 7 23/04/15 02
AGM 1.9.0 AGM - 11 23/04/15 02
AGM 1.10.0 AGM - 13 23/04/15 02
AGM 2.0.0 AGM - 13 23/04/15 02
AGM 2.1.0 AGM - 13 23/04/15 02
AGM 2.2.0 AGM - 13 23/04/15 02
AGM 2.3.0 AGM - 15 23/04/15 02
AGM 2.4.0 AGM - 15 23/04/15 02
AGM 2.5.0 AGM - 18 23/04/15 02
AGM 2.6.0 AGM - 18 23/04/15 02
AGM 3.0.0 AGM - 20 23/04/15 02
AGM 3.1.0 AGM - 20 23/04/15 02
AGM 3.2.0 AGM - 31 23/04/15 02
AGM 3.3.0 AGM - 33 23/04/15 02
AGM 3.4.0 AGM - 37 23/04/15 02
AGM 3.5.0 AGM - 41 23/04/15 02
AGM 3.6.0 AGM - 43 23/04/15 02
AGM 3.7.0 AGM - 44 23/04/15 02
AGM 3.8.0 AGM - 48 23/04/15 02
AGM 3.9.0 AGM - 50 23/04/15 02
AGM 3.10.0 AGM - 52 23/04/15 02
AGM 3.11.0 AGM - 53 23/04/15 02
AGM 3.12.0 AGM - 54 23/04/15 02
AGM 3.13.0 AGM - 56 23/04/15 02
AGM 3.14.0 AGM - 58 23/04/15 02
AGM 3.15.0 AGM - 64 23/04/15 02
AGM 3.16.0 AGM - 66 23/04/15 02
AGM 3.17.0 AGM - 70 23/04/15 02
AGM 3.18.0 AGM - 74 23/04/15 02
AGM 3.19.0 AGM - 76 23/04/15 02
AGM 3.20.0 AGM - 77 23/04/15 02

5 Cargo and Mail Handling CGM 1.0.0 CGM - 2 23/04/15 02


(CGM) CGM 1.1.0 CGM - 2 23/04/15 02
CGM 1.2.0 CGM - 11 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 1.3.0 CGM - 13 23/04/15 02


CGM 1.4.0 CGM - 13 23/04/15 02
CGM 1.5.0 CGM - 20 23/04/15 02
CGM 2.0.0 CGM - 21 23/04/15 02
CGM 2.1.0 CGM - 21 23/04/15 02
CGM 2.2.0 CGM - 23 23/04/15 02
CGM 2.3.0 CGM - 25 23/04/15 02
CGM 2.4.0 CGM - 26 23/04/15 02
CGM 2.5.0 CGM - 27 23/04/15 02
CGM 2.6.0 CGM - 29 23/04/15 02
CGM 3.0.0 CGM - 31 23/04/15 02
CGM 3.1.0 CGM - 31 23/04/15 02
CGM 3.2.0 CGM - 31 23/04/15 02
CGM 3.3.0 CGM - 34 23/04/15 02
CGM 4.0.0 CGM - 34 23/04/15 02
CGM 4.1.0 CGM - 34 23/04/15 02
CGM 4.2.0 CGM - 35 23/04/15 02
CGM 4.3.0 CGM - 36 23/04/15 02
CGM 5.0.0 CGM - 37 23/04/15 02
CGM 5.1.0 CGM - 37 23/04/15 02
CGM 5.2.0 CGM - 39 23/04/15 02
CGM 5.3.0 CGM - 40 23/04/15 02
CGM 5.4.0 CGM - 46 23/04/15 02
CGM 5.5.0 CGM - 48 23/04/15 02
CGM 5.6.0 CGM - 49 23/04/15 02
CGM 5.7.0 CGM - 50 23/04/15 02
CGM 5.8.0 CGM - 50 23/04/15 02
CGM 6.0.0 CGM - 51 23/04/15 02
CGM 6.1.0 CGM - 51 23/04/15 02
CGM 6.2.0 CGM - 52 23/04/15 02
CGM 6.3.0 CGM - 52 23/04/15 02
CGM 7.0.0 CGM - 53 23/04/15 02
CGM 7.1.0 CGM - 53 23/04/15 02
CGM 7.2.0 CGM - 55 23/04/15 02
CGM 7.3.0 CGM - 56 23/04/15 02
CGM 8.0.0 CGM - 56 23/04/15 02
CGM 8.1.0 CGM - 56 23/04/15 02
CGM 8.2.0 CGM - 57 23/04/15 02
CGM 8.3.0 CGM - 58 23/04/15 02
CGM 9.0.0 CGM - 58 23/04/15 02
CGM 9.1.0 CGM - 58 23/04/15 02
CGM 9.2.0 CGM - 59 23/04/15 02
CGM 9.3.0 CGM - 59 23/04/15 02
CGM 10.0.0 CGM - 59 23/04/15 02
CGM 10.1.0 CGM - 59 23/04/15 02
CGM 10.2.0 CGM - 60 23/04/15 02
CGM 11.0.0 CGM - 62 23/04/15 02
CGM 11.1.0 CGM - 62 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 11.2.0 CGM - 63 23/04/15 02


CGM 11.3.0 CGM - 64 23/04/15 02
CGM 12.0.0 CGM - 68 23/04/15 02
CGM 12.1.0 CGM - 68 23/04/15 02
CGM 12.2.0 CGM - 69 23/04/15 02
CGM 12.3.0 CGM - 70 23/04/15 02
CGM 12.4.0 CGM - 71 23/04/15 02
CGM 12.5.0 CGM - 72 23/04/15 02
CGM 12.6.0 CGM - 73 23/04/15 02
CGM 12.7.0 CGM - 74 23/04/15 02
CGM 12.8.0 CGM - 75 23/04/15 02
CGM 12.9.0 CGM - 76 23/04/15 02
CGM 12.10.0 CGM - 77 23/04/15 02
CGM 12.11.0 CGM - 78 23/04/15 02
CGM 12.12.0 CGM - 79 23/04/15 02
CGM 12.13.0 CGM - 80 23/04/15 02
CGM 12.14.0 CGM - 81 23/04/15 02
CGM 12.15.0 CGM - 82 23/04/15 02
CGM 12.16.0 CGM - 83 23/04/15 02
CGM 12.17.0 CGM - 84 23/04/15 02
CGM 12.18.0 CGM - 85 23/04/15 02
CGM 12.19.0 CGM - 86 23/04/15 02
CGM 12.20.0 CGM - 87 23/04/15 02
CGM 12.21.0 CGM - 88 23/04/15 02
CGM 12.22.0 CGM - 89 23/04/15 02
CGM 12.23.0 CGM - 90 23/04/15 02
CGM 12.24.0 CGM - 91 23/04/15 02
CGM 12.25.0 CGM - 92 23/04/15 02
CGM 12.26.0 CGM - 93 23/04/15 02
CGM 12.27.0 CGM - 94 23/04/15 02
CGM 13.0.0 CGM - 90 23/04/15 02
CGM 13.1.0 CGM - 90 23/04/15 02
CGM 13.2.0 CGM - 90 23/04/15 02
CGM 14.0.0 CGM - 99 23/04/15 02
CGM 14.1.0 CGM - 99 23/04/15 02
CGM 14.2.0 CGM - 99 23/04/15 02
CGM 14.3.0 CGM - 99 23/04/15 02
CGM 14.4.0 CGM - 99 23/04/15 02
CGM 14.5.0 CGM - 99 23/04/15 02
CGM 14.6.0 CGM - 100 23/04/15 02

6 Aviation Security (AVS) AVS 1.0.0 AVS - 1 23/04/15 02


AVS 1.1.0 AVS - 1 23/04/15 02
AVS 1.2.0 AVS - 2 23/04/15 02
AVS 1.3.0 AVS - 5 23/04/15 02
AVS 1.4.0 AVS - 6 23/04/15 02
AVS 1.5.0 AVS - 7 23/04/15 02
AVS 1.6.0 AVS - 7 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AVS 2.0.0 AVS - 9 23/04/15 02


AVS 2.1.0 AVS - 9 23/04/15 02
AVS 2.2.0 AVS - 10 23/04/15 02
AVS 2.3.0 AVS - 10 23/04/15 02
AVS 2.4.0 AVS - 11 23/04/15 02
AVS 2.5.0 AVS - 11 23/04/15 02
AVS 3.0.0 AVS - 12 23/04/15 02
AVS 3.1.0 AVS - 12 23/04/15 02
AVS 3.2.0 AVS - 19 23/04/15 02
AVS 4.0.0 AVS - 21 23/04/15 02
AVS 4.1.0 AVS - 21 23/04/15 02
AVS 4.2.0 AVS - 22 23/04/15 02
AVS 4.3.0 AVS - 23 23/04/15 02
AVS 4.4.0 AVS - 25 23/04/15 02
AVS 4.5.0 AVS - 25 23/04/15 02
AVS 5.0.0 AVS - 29 23/04/15 02
AVS 6.0.0 AVS - 29 23/04/15 02
AVS 7.0.0 AVS - 29 23/04/15 02
AVS 7.1.0 AVS - 29 23/04/15 02
AVS 7.2.0 AVS - 32 23/04/15 02
AVS 7.3.0 AVS - 33 23/04/15 02
AVS 7.4.0 AVS - 33 23/04/15 02
AVS 7.5.0 AVS - 33 23/04/15 02
AVS 7.6.0 AVS - 34 23/04/15 02
AVS 8.0.0 AVS - 34 23/04/15 02
AVS 8.1.0 AVS - 34 23/04/15 02
AVS 8.2.0 AVS - 34 23/04/15 02
AVS 8.3.0 AVS - 35 23/04/15 02
AVS 9.0.0 AVS - 36 23/04/15 02
AVS 9.1.0 AVS - 36 23/04/15 02
AVS 9.2.0 AVS - 37 23/04/15 02
AVS 10.0.0 AVS - 39 23/04/15 02
AVS 10.1.0 AVS - 39 23/04/15 02
AVS 10.2.0 AVS - 40 23/04/15 02
AVS 10.3.0 AVS - 41 23/04/15 02
AVS 10.4.0 AVS - 43 23/04/15 02

7 Emergency Response Plan ERP 1.0.0 ERP - 1 23/04/15 02


(ERP) ERP 1.2.0 ERP - 1 23/04/15 02
ERP 1.3.0 ERP - 1 23/04/15 02
ERP 1.0.0 ERP - 3 23/04/15 02
ERP 2.0.0 ERP - 5 23/04/15 02
ERP 3.0.0 ERP - 6 23/04/15 02
ERP 3.1.0 ERP - 8 23/04/15 02
ERP 3.2.0 ERP - 24 23/04/15 02
ERP 3.3.0 ERP - 30 23/04/15 02
ERP 3.4.0 ERP - 35 23/04/15 02
ERP 4.0.0 ERP - 39 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 4.1.0 ERP - 40 23/04/15 02


ERP 4.2.0 ERP - 40 23/04/15 02
ERP 5.0.0 ERP - 40 23/04/15 02
ERP 5.1.0 ERP - 41 23/04/15 02
ERP 6.0.0 ERP - 42 23/04/15 02
ERP 6.1.0 ERP - 42 23/04/15 02
ERP 6.2.0 ERP - 43 23/04/15 02
ERP 6.3.0 ERP - 44 23/04/15 02
ERP 6.4.0 ERP - 47 23/04/15 02

8 Management System MGS 1.0.0 MGS - 1 23/04/15 02


(MGS) MGS 1.1.0 MGS - 1 23/04/15 02
MGS 1.2.0 MGS - 3 23/04/15 02
MGS 1.3.0 MGS - 4 23/04/15 02
MGS 1.4.0 MGS - 8 23/04/15 02
MGS 1.5.0 MGS - 9 23/04/15 02
MGS 1.6.0 MGS - 10 23/04/15 02
MGS 1.7.0 MGS - 11 23/04/15 02
MGS 1.8.0 MGS - 12 23/04/15 02
MGS 2.0.0 MGS - 14 23/04/15 02
MGS 2.1.0 MGS - 14 23/04/15 02
MGS 2.2.0 MGS - 14 23/04/15 02
MGS 2.3.0 MGS - 15 23/04/15 02
MGS 2.4.0 MGS - 17 23/04/15 02
MGS 3.0.0 MGS - 21 23/04/15 02
MGS 3.1.0 MGS - 21 23/04/15 02
MGS 3.2.0 MGS - 21 23/04/15 02
MGS 3.3.0 MGS - 21 23/04/15 02
MGS 4.0.0 MGS - 29 23/04/15 02
MGS 4.1.0 MGS - 29 23/04/15 02
MGS 4.2.0 MGS - 29 23/04/15 02
MGS 4.3.0 MGS - 29 23/04/15 02
MGS 5.0.0 MGS - 31 23/04/15 02
MGS 5.1.0 MGS - 31 23/04/15 02
MGS 5.2.0 MGS - 31 23/04/15 02
MGS 5.3.0 MGS - 32 23/04/15 02
MGS 5.4.0 MGS - 33 23/04/15 02
MGS 5.5.0 MGS - 34 23/04/15 02
MGS 5.6.0 MGS - 34 23/04/15 02
MGS 5.7.0 MGS - 34 23/04/15 02
MGS 6.0.0 MGS - 36 23/04/15 02
MGS 6.1.0 MGS - 36 23/04/15 02
MGS 6.2.0 MGS - 37 23/04/15 02
MGS 6.3.0 MGS - 38 23/04/15 02
MGS 6.4.0 MGS - 40 23/04/15 02
MGS 6.5.0 MGS - 40 23/04/15 02
MGS 6.6.0 MGS - 41 23/04/15 02
MGS 6.7.0 MGS - 42 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.8.0 MGS - 43 23/04/15 02


MGS 6.9.0 MGS - 44 23/04/15 02
MGS 6.10.0 MGS - 45 23/04/15 02
MGS 6.11.0 MGS - 46 23/04/15 02
MGS 6.12.0 MGS - 47 23/04/15 02
MGS 6.13.0 MGS - 48 23/04/15 02
MGS 6.14.0 MGS - 49 23/04/15 02
MGS 6.15.0 MGS - 51 23/04/15 02
MGS 6.16.0 MGS - 53 23/04/15 02
MGS 6.17.0 MGS - 54 23/04/15 02
MGS 6.18.0 MGS - 55 23/04/15 02
MGS 7.0.0 MGS - 58 23/04/15 02
MGS 7.1.0 MGS - 58 23/04/15 02
MGS 7.2.0 MGS - 58 23/04/15 02
MGS 7.3.0 MGS - 59 23/04/15 02
MGS 7.4.0 MGS - 61 23/04/15 02
MGS 8.0.0 MGS - 61 23/04/15 02
MGS 8.1.0 MGS - 61 23/04/15 02
MGS 8.2.0 MGS - 62 23/04/15 02
MGS 8.3.0 MGS - 63 23/04/15 02
MGS 8.4.0 MGS - 63 23/04/15 02
MGS 9.0.0 MGS - 66 23/04/15 02
MGS 9.1.0 MGS - 66 23/04/15 02
MGS 9.2.0 MGS - 66 23/04/15 02
MGS 9.3.0 MGS - 71 23/04/15 02
MGS 10.0.0 MGS - 72 23/04/15 02
MGS 10.1.0 MGS - 72 23/04/15 02
MGS 10.2.0 MGS - 72 23/04/15 02
MGS 10.3.0 MGS - 76 23/04/15 02
MGS 10.4.0 MGS - 76 23/04/15 02
MGS 10.5.0 MGS - 78 23/04/15 02
MGS 10.6.0 MGS - 78 23/04/15 02
MGS 11.0.0 MGS - 81 23/04/15 02
MGS 11.1.0 MGS - 81 23/04/15 02
MGS 11.2.0 MGS - 81 23/04/15 02
MGS 11.3.0 MGS - 82 23/04/15 02
MGS 11.4.0 MGS - 83 23/04/15 02
MGS 12.0.0 MGS - 84 23/04/15 02
MGS 12.1.0 MGS - 84 23/04/15 02
MGS 12.2.0 MGS - 84 23/04/15 02
MGS 12.3.0 MGS - 84 23/04/15 02
MGS 12.4.0 MGS - 84 23/04/15 02
MGS 12.5.0 MGS - 85 23/04/15 02
MGS 13.0.0 MGS - 86 23/04/15 02
MGS 13.1.0 MGS - 86 23/04/15 02
MGS 13.2.0 MGS - 90 23/04/15 02
MGS 14.0.0 MGS - 91 23/04/15 02
MGS 14.1.0 MGS - 91 23/04/15 02
Rev. 02 iii - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 14.2.0 MGS - 91 23/04/15 02


MGS 14.3.0 MGS - 92 23/04/15 02
MGS 14.4.0 MGS - 92 23/04/15 02
MGS 14.5.0 MGS - 93 23/04/15 02
MGS 14.6.0 MGS - 93 23/04/15 02
MGS 14.7.0 MGS - 94 23/04/15 02
MGS 14.8.0 MGS - 94 23/04/15 02
MGS 14.9.0 MGS - 95 23/04/15 02
F-MR-19

Rev. 02 iii - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

iv. DAFTAR CATATAN PERUBAHAN DOKUMEN


Diubah
Revisi No. Dokumen Tanggal Penjelasan Perubahan
oleh
01 M-OP-01 Tim 25 Nop 1. Kata “Pendahuluan“ pada GOM
Rev-00 belum ada.
2012
2. Tim memandang perlu adanya
“Pendahuluan“ yang berisikan
bagian dari maklumat tentang :
a. Informasi yang tertuang dalam GOM
mengandung ketentuan yang harus
selalu di perbaharui atau ditinjau
kembali.
b. Informasi yang tertuang dalam GOM
disadur dari Undang – undang,
Peraturan – peraturan ( International
& National ) dan Kebijakan –
kebijakan Management tertinggi
sebagai dasar hukum dalam
pelayanan.
c. GOM adalah sebagai bukti komitmen
Management dalam memberikan arah
pada seluruh kegiatan pelayanan
operasional perusahaan di setiap
Bandar Udara.
GOM merupakan salah satu pedoman
dan/atau dasar hukum bagi para
pelaksana pelayanan operasional
dilapangan selain ketentuan yang
diberlakukan oleh para Pelanggan dalam
melaksanakan tugas operasional.

Section 1. OPR
OPR 3.6.0 Form Laporan Kinerja
Operasional
Perubahan No. Form Laporan Kinerja
Operasional dari F-OP-01 Menjadi F-OP-
01C.
Section 2. PBH
1. A. TUJUAN
Penyempurnaan dan penambahan
tentang tujuan dibuatnya Manual
Pelayanan Penumpang & Bagasi.

Rev. 02 iv - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. PBH 2.0.0 PELAYANAN PENUM


PANG & BAGASI DEPARTURE
FLIGHT
Penyempurnaan proses persiapan
secara umum di Unit Pelayanan
Penumpang & Bagasi oleh Supervisor

3. PBH 3.1.0 Memeriksa atau


mengamati fisik calon penumpang
Penambahan ketentuan yang harus
dilaksanakan oleh petugas Check – in
Counter dalam menerima calon
penumpang.

4. PBH 3.2.0 Memeriksa dan


memastikan Ticket calon
Penumpang
Penyempurnaan tentang pemerik saan
Ticket.

5. PBH 3.3.0 Memeriksa dan


memastikan Travel Document calon
Penumpang
Penyempurnaan tentang ketentuan
pemeriksaan ( Pasport, Visa Exit dan
Entry Permit, Health Certificate ) bagi
para calon Penumpang.

6. PBH 3.4.0 Menimbang dan


Mengirim Bagasi
Penyempurnaan Baggage Profiling dan
baggage identivikasi meliputi kaidah
tentang safety & security.

Section 3. AHS
1. Tujuan
a. Tujuan pada Poin 01 s/d 3 dan 5
ditambah dan diperjelas tentang
kegunaan Manual ini.
b. Tujuan pada Poin 04 ditambahkan
tentang dasar-dasar yang di adop
dalam Manual.
c. Tujuan pada Poin 06 ditam bahkan
tentang kegunaan Manual ini sebagai
legal operasi pelayanan darat.

Rev. 02 iv - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. AHS 2.2.0 Pelaksanaan Sub-unit


Stock Control ULD
a. Memastikan bahwa ULD dan item
lainnya diperiksa terhadap kerusakan
dan kebocoran sebelum dimuat ke
pesawat dan tidak dimuat jika
terdapat kerusakan atau kebocoran.
b. Memastikan bahwa ULD yang dimuat
ke pesawat dilakukan cross check
terhadap nomor unitnya dengan
Loading Instruction/Report yang
diterbitkan oleh Load Control.

3. AHS 2.3.0 Penyelesaian ULD


Control Management
c. pelaporan kepada Airlines terhadap
adanya kondisi perangkat loading
system di dalam pesawat yang rusak.

4. AHS 3.0.0 Prosedur Load Control


a. Penyempurnaan proses persiapan
Unit Load Control.
b. Penyempurnaan proses pelaksanaan
petugas Load Control
c. Penambahan beberapa proses yang
harus dilakukan oleh Petugas Load
Control sebelum menyerahkan Load
Sheet kepada P.I.C
d. Penyempurnaan proses penyelesaian
akhir kegiatan petugas Load Control.
d. Penambahan Metode pengiriman
Movement ( MVT ) untuk Pesawat
Divert.

5. AHS 3.1.0 Persiapan load control


e. Pendokumentasian informasi verbal
saat terjadi perubahan load yang
berhubungan dengan weight and
balance & Discrepancy yang terjadi,
dimana harus dilaporkan ke Airline
serta menginformasikan secara detail
tentang proses crosscheck data
terbaru.

6. AHS 4.1.0 Pengertian Turn Arround


Coordinator ( Ramp Dispatch )
a. Pengertian Koordinator dalam
kegiatan turn-arround pesawat,
Rev. 02 iv - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

memanage waktu kegiatan pelayanan


darat.
b. Pengertian mengawasi atau
mensupervisi adalah melakukan
pengawasan langsung setiap
kegiatan pelayanan di satu pesawat.

7. AHS 4.2.0 Fungsi Tunrarround Co-


ordinator
a. Pengawasan, pencatatan pengingat
dan pelapor.
b. Menjaga dan memastikan efektifitas
koordinasi antar unit dan provider
lain.
c. Sebagai penghubung utama dalam
melakukan kegiatan komunikasi antar
instansi.

8. AHS 4.3.0 Persiapan Petugas


Turnarround Coordinator ( Ramp
Coordinator / Dispatch )
Penyempurnaan langkah – langkah
pada proses persiapan unit Ramp
Coordinator/Dispatch.

9. AHS 4.4.0 Pre Flight Duties Petugas


Turnarround Coordinator ( Ramp
Coordinator/Dispatch )
Penyempurnaan langkah – langkah pada
proses persiapan seorang petugas Ramp
Coordinator/ Dispatch.

10. AHS 4.5.0 Pelaksanaan


Turnarround Coordinator
Penyempurnaan dan penambahan
secara detail langkah – langkah pada
proses pelaksanaan tugas seorang
petugas Ramp Coordinator / Dispatch.

11. AHS 4.6.0 Pelaksanaan


Turnarround Flight Ketika
Penumpang ada di dalam Pesawat
dan/atau dalam Proses Embarkasi
/ Disembarkasi.
Prosedur tambahan dalam pelayanan
Ramp Coordinator / Dispatch.

Rev. 02 iv - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

12. AHS 4.7.0 Penyelesaian Turn


Arround Coordinator/Ramp
Coordinator
Penyempurnaan langkah – langkah
dalam proses penyelesaian akhir
kegiatan pelayanan seorang petugas
Ramp Co-ordinator.

13. AHS 9.0.0 Prosedur Loading /


Unloading
a. Penyempurnaan beberapa proses
pelayanan Loading dan Unloading.
b. Penambahan mekanisme yang harus
dilakukan oleh Load Master sebelum
melakukan proses Buka dan Tutup
pintu Compartment Pesawat.
c. Penambahan mekanisme
pemeriksaan fisik compartment
setelah dibuka pintu.
d. Pelaporan temuan atas kelainan
yang didapat dalam observasi
terhadap ( Barang, Comparment,
Pintu Compartment maupun
Fuselage sekitar pintu comparment )
Pesawat sebelum dan / atau
sesudah kegiatan membuka dan
menutup pintu pesawat.

14. AHS 9.2.0 Prosedur Prosedur


Proses Loading Pesawat Narrow
Body
Pemastian kegiatan loading-unloading
selalu memperhatikan stabilitas
pesawat dengan melakukan proses
unloading dimulai dari belakang dan
proses loading di mulai dari depan
untuk menghindari tipping dan
menggunakan tailed jack untuk
Freighter.

Section 4. AGM
1. A. Umum
Penyederhanaan ketentuan yang harus
dikerjakan pada proses Aircraft Ground
Movement.
2. B. Tanggung Jawab

Rev. 02 iv - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Penyederhanaan dan penyempur naan


Tanggungjawab dari personil ke PT.
Gapura Angkasa.
3. AGM 1.1.0 Ketentuan Peralatan
Penambahan ketentuan yang wajib
dimiliki setiap peralatan yang akan
dioperasikan di Ramp Area.
4. AGM 1.2.0 Ketentuan Umum
Petugas di Ramp Area
Penambahan ketentuan umum yang
wajib dipatuhi oleh setiap personil yang
berada di Ramp Area.

5. AGM 1.3.0 Ketentuan Khusus


Petugas Operator
Bab ini sebelumnya berada di AGM
1.1.0 pada Rev-00.

6. AGM 1.4.0 Larangan Yang Harus


Dipatuhi oleh Petugas
Penambahan ketentuan pelarangan
kepada para petugas yang berada di
Ramp Area.

7. AGM1.5.0 Standard Perleng kapan


Petugas
Sebagai pengganti AGM 1.2.3 pada
GOM Rev-00.

8. AGM 1.6.0 Ketentuan Persiapan


Pengoperasian Peralatan
Penambahan ketentuan yang harus
dilakukan oleh setiap personil operator
sebelum mengoperasikan peralatan.

9. AGM 1.7.0 Ketentuan Mengemudi


di Ramp Area
Penambahan ketentuan dan
penyempurnaan dari ketentuan
sebelumnya tentang berperilaku di
Ramp Area.

10. AGM 1.9.0 Ketentuan Perge rakan


Peralatan
Penambahan ketentuan tentang rambu
– rambu yang harus dipatuhi di Ramp

Rev. 02 iv - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Area oleh semua personil yang berada


di area tersebut.

11. AGM 1.10.0 Pengoperasian


Peralatan pada Cuaca Extrim
Penambahan ketentuan tentang
pengamanan peralatan, personel dan
Area kerja ketika terjadi cuaca buruk
kategori extrim.

12. AGM 1.11.0 Penempatan Pera-


latan Paska Operasi
Ketentuan tambahan yang harus
dilakukan oleh para operator dalam
menempatkan kembali peralatan GSE
yang selesai dibunakan dalam
pelayanan di Pesawat.

13. AGM 2.0.0 Kewaspadaan Bertu gas


di Ramp Area
Peringatan – peringatan tentang
ancaman yang perlu diwaspadai di
Ramp Area oleh segenap komunitas
yang berada disana.

Section 5. CGM
A.Tujuan
Penambahan informasi/tujuan mengenai
kegiatan penanganan cargo dan
warehouse di lingkungan PT. Gapura
Angkasa yang mengacu kepada standar
yang telah ditetapkan.

Section 6. AVS
1. Bagian “Tujuan dan ruang lingkup“ pada
GOM Rev-00 belum ada.
2. Tujuan
a. Standar Manual ini disusun sebagai
panduan kegiatan personil/petugas
dalam pelaksanaan fungsi keamanan
dan keselamatan di area pelayanan.
b. Standar Manual ini disusun untuk
pemenuhan persyaratan keamanan
dan keselamatan dalam menangani
pengamanan operasional dan asset
perusahaan.

Rev. 02 iv - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Standar Manual ini disusun sebagai


pemenuhan kebutuhan yang
dipersyaratkan dalam IATA ISAGO
Manual dan Recommended Practices,
Regulasi Keamanan dan Keselamatan
ICAO, serta program keselamatan
dan keamanan airlines.
d. Standar Manual ini merupakan milik
PT. Gapura Angkasa, revisi dan
modifikasi akan dilakukan oleh
perusahaan.
3. Ruang Lingkup
Standar Manual ini disahkan dan
diterbitkan untuk cakupan semua
aktivitas pengamanan di area pelayanan
operasional dan pengamanan asset oleh
PT. Gapura Angkasa.

4. AVS 1.0.0 Kebijakan Pengamanan


dan Organisasi
Perubahan susunan organisasi yang
semula pada M-OP-01 Head of Aviation
Security menjadi Manager Safety,
Security and Quality.

5. AVS 1.2.0 Tugas dan Tanggung


Jawab
Jabatan tertinggi pada M-OP-01
merupakan VP. Operasi, namun menjadi
VP. Penjaminan Kualitas.

Penambahan sub bab Prosedur


Investigasi (AVS 1.3.0)

6. AVS 1.6.0 Pelaksanaan


Pengamanan
a. Penyempurnaan berupa contoh
“perilaku aneh” pada no. 5.

7. AVS 2.1.0 Umum


a. Penyempurnaan proses pemeriksaan
identitas diri untuk berada di ramp
area.

Rev. 02 iv - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. AVS 2.3.0 Parking Aircraft


a. Penambahan kalimat untuk
memastikan tangga maintenance
dalam keadaan di lock/wheelchock.

9. AVS 3.1.0 Check-In


a. Perubahan dari Aviation Security
menjadi PT. Gapura Angkasa dalam
menjamin setiap dokumen
perjalanan.
b. Penyempurnaan pertanyaan-
pertanyaan (security question) point
4.
c. Perubahan kalimat kantung plastic
bersegel menjadi kantung plastic
transparan re-sealable.
d. Penambahan security tamper evident
bag (STEB) pada point 5.e.
e. Penambahan kalimat “PIC harus
mendapat informasi perihal tersebut
melalui NOTOC” pada point 21.
f. Penambahan proses pemuatan dan
penurunan security item box di
pesawat pada point 23.

10. AVS 10.2.9 Pengamanan Kejadian


Disruptive dan Unruly Passenger.
a. Penyempurnaan macam kejadian
Disruptive dan Unruly Passenger.

Section 7. ERP
1. Merubah ERP 3.9.0
yang semula membahas Tumpahan
Bahan Bakar di Area Apron menjadi
membahas mengenai Penumpang
Kedatangan Meninggal Di Pesawat
Udara

2. Merubah ERP 3.10.0


yang semula membahas Penumpang
Kedatangan Meninggal Dunia di Pesawat
Udara menjadi membahas mengenai
Penumpang Keberangkatan Yang
Meninggal Dunia Mendadak di Bandara
Keberangkatan

3. Merubah ERP 3.11.0

Rev. 02 iv - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

yang semula membahas Penumpang


Kedatangan Yang Sakit Mendadak
Dalam Perjalanan Di Pesawat Udara
menjadi membahas mengenai
Penumpang Keberangkatan Yang Sakit
Mendadak Dalam Perjalanan Di Pesawat
Udara

Section 8. MGS
I. Quality Management System (QMS)
1. MGS 3.3.0 Audit Mutu Internal
Penambahan prosedur pada
pelaksanaan audit Mutu Internal yaitu :
- Persyaratan auditor
- Lingkup Pelaksanaan secara
Independen
- Pelaporan Audit
- Klarifikasi tingkat/temuan audit

2. MGS 5.0.0 LAMPIRAN


a. Perbaikan pada form F-MR-07C
Permintaan Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan (PTPP).
b. Perbaikan pada form F-MR-18 Non
Conformity Report (NCR) yang
digunakan untuk pelaksanaan audit
mutu internal.

II. Safety Management System (SMS)


MGS 9.4.0 Investigasi
a. Penambahan point 3 yang
menyatakan bahwa Laporan Incident-
Accident yang dibuat sesuai form F-
OP-18
b. Penambahan point 4 yang
menyatakan bahwa Laporan hasil
investigasi harus dikirimkan ke kantor
pusat
c. Penambahan point 6 mengenai
prosedur pelaksanaan investigasi

02 M-OP-01 Tim 23 April Section 1. OPR


2015
1. OPR. 1.1.0 Operational Ground
Handling
2. Officer/Supervisor Apron : meng-
input/memasukkan, mengolah data
operasional harian dari unit didalam ruang
Rev. 02 iv - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

lingkup pengawasan - tanggung jawabnya


sehingga setiap bulan dibuat rekapitulasi
dan laporan meliputi :

a. Regular Domestik
b. Regular International.
c. Unschedule Domestik
d. Unschedule International
e. Frighter
f. Haji
g. RTA/RTB, Postponed, canceled

Perubahan/revisi F-OP-01C menjadi F-OP-


01D (perubahan pada kolom BHI menjadi
MHB dan perhitunngan BDT dibagi menjadi
First Baggage dan Last Baggage

3. 1. Laporan F-OP-01 harus


dibreakdown/dilaporkan berdasarkan nama-
nama Airline yang di layani oleh masing-
masing cabang.
Section 2. PBH
PBH 1.0.0 GENERAL
1. Prosedur dan ketentuan penanganan
irregularities (delay, cancel, postponed
dan lainnya) apabila Airline tidak
memilikinya maka, mengacu pada
Peraturan dan Ketentuan Pemerintah
Republik Indonesia, Dokumen IATA
(IGOM) dan dokumen/prosedur
operasional PT. Gapura Angkasa.
2. Apabila terjadi irregularities bagasi yang
menyangkut kepabeanan, dimana bagasi
tersebut harus disimpan di Bonded Store
maka segala biaya yang timbul harus
dibebankan kepada penumpang. Namun
apabila disimpan di lost and found, atas
persetujuan kepabeanan tidak
dikenakan biaya atau sesuai aturan
Airline.

PBH 2.1.0 Persiapan Unit Pelayanan


Penumpang dan Bagasi
1. Materi Briefing Supervisor

PBH 13.0.0 (Minimum Connecting


Time - MCT)

Rev. 02 iv - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Domestic to international 2 hours before


STD.
PBH 14.3.0 Prosedur Boarding
4. Melaksanakan silent boarding (yang
disesuaikan dengan peraturan dan
ketentuan dari Airport Authority).

PBH 15.2.1 Mengarahkan penumpang


ke terminal
Apron Bus (APB) sudah ready di area
parking stand 5 menit RTA.

PBH 28.8.1 Checked Baggage


(Merujuk Ketentuan Airline)
Maksimum berat Bagasi per potong yang
dapat diterima (Weight of Checked
Baggage per-pieces) 32 Kg dengan catatan
setiap potong barang yang mempunyai
berat 25 s/d 32 Kg sudah termasuk kategori
heavy weight, sehingga setiap proses
penerimaan kategori ini harus disematkan
label Heavy Weight. PBH Lamp. Standard
Announcement dimasukkan kedalam
lampiran

Section 3. AHS
AHS 2.0.0 PROSES PENGOPERASIAN
PINTU CARGO COMPARTMENT
Penyelesaian pada pesawat N/B
Apabila ditemukan kerusakan pada jaring
pengaman (cargo net) agar segera
dilaporkan kepada Airline.

Briefing Supervisor kepada unit kerja


sebelum melaksanakan pekerjaan
(Unit Apron)

Menanyakan dan memastikan secara visual


kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan
mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang
akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang dapat
menngakibatkan berkurangnya konsentrasi
personil.

Rev. 02 iv - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5.4.0 Proses Pekerjaan Load Control


Terkait Last Minute Change (LMC)
Posisi pesawat sedang taxi out & take off

Apabila perbedaan yang terjadi melebihi


ketentuan yang diijinkan, dalam
Keselamatan Penerbangan, maka petugas
Load Control harus segera menyampaikan
perbedaan atau perubahan data tersebut
kepada PIC meliputi posisi C of G (Centre of
Gravity) terbaru.

5.5.0 Penyelesaian Load Control


a. Melakukan Filing dokumen Load Control,
yang meliputi :
c.1 Flight data.
c.2 Load sheet.
c.3 Loading atau Off-loading
Instruction/Report (LIR).
c.4 NOTOC.
c.5 ULD dan bulk load statement
(termasuk laporan data planning dan
final cargo/mail report, LDM, CPM, CLI,
MVT).

AHS 6.0.0 Prosedur Turn Around


Coordination
Istilah Turn Around Coordinator yaitu
Ramp Dispatch untuk di area apron dan
Departure & Arrival Control untuk di office.

AHS 6.5.0 Pelaksanaan Turnaround


Coordination

2. Standby di area parking stand pesawat 5


menit sebelum STA/ETA atau sesuai
dengan permintaan airline.
k. Melakukan pencatatan semua kegiatan
handling flight diatas pada Ramp Activity
Checklist, dari mulai persiapan sampai
menyelesaikan pekerjaan

Section 4. AGM
AGM 1.0.0 KETENTUAN BERTUGAS DI
RAMP
AGM 1.1.0 Kententuan Peralatan

Rev. 02 iv - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Setiap peralatan penunjang pelayanan


darat pesawat udara (Ground Support
Equipment/GSE) harus memiliki
Sertifikat Kelaikan Operasi yang
diterbitkan oleh Direktorat Bandar
Udara.
2. Peralatan harus laik operasi dan dalam
mengoperasikan setiap jenis/type GSE
harus sesuai dengan fungsi dan
kapasitasnya terhadap pelayanan
setiap jenis/type pesawat yang
dilayani.
3. Harus dilengkapi dengan tanda “
Dilarang Merokok / No Smoking” di
dalam kendaraan yang dapat dilihat
dan dibaca dengan mudah oleh
driver/operator dan/atau oleh seluruh
penumpang, baik pada saat terang
atau gelap.
4. Semua peralatan motorize harus
dilengkapi Fire extinguisher dan dalam
kondisi serviceable.

AGM 1.3.0 Ketentuan Khusus Petugas


Operator

1. Setiap authorized petugas wajib


memiliki Tanda Izin Mengemudi (TIM)
yang berlaku yang dikeluarkan oleh
otoritas bandara atau instansi terkait
dan masih berlaku.
2. Mampu mengoperasikan alat pemadam
api ringan (APAR).

AGM 1.4.0 Ketentuan Khusus Petugas


Operator

1. Tidak diperkenankan melakukan


perbaikan, penyetelan, pengukuran
maupun pengetesan (repair,
adjusment, measurement, test)
komponen GSE selama GSE menempel
di pesawat.

AGM 1.7.0 Ketentuan Mengemudi di


Ramp

Rev. 02 iv - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Dilarang mengemudikan kendaraan


melintas atau berhenti dibawah sayap,
ekor atau body pesawat udara kecuali
kendaraan tersebut sedang
memberikan pelayanan kepada
pesawat udara

AGM 1.8.0 Ketentuan Pergerakan


Peralatan

1. Semua peralatan (termasuk safety cone


dan wheel chock) yang dipersiapkan
akan digunakan untuk pelayanan di
Ramp (Apron) harus berhenti di ERL,
sampai ada perintah bahwa ERA
dinyatakan aman.
2. Petugas harus melakukan test brake
sebelum mendekat ke pesawat.
3. Setiap pergerakan peralatan mendekat
atau menjauh ke/dari pesawat harus
dipandu oleh petugas pemandu (Guide
man).
4. Pergerakan peralatan mendekat ke
pesawat, harus dipandu oleh petugas
pemandu apabila:
a. Pandangan pengemudi terhalang.
b. Arah pergerakan mundur.
c. Memandu harus menggunakan tanda
isyarat baku.
d. Jaga jarak aman antara pesawat–
peralatan dan antara peralatan-
peralatan.
e. Operator GSE, harus segera berhenti
pada saat kehilangan kontak
pandang, komunikasi dengan
pemandu.
5. Apabila pada saat pengoperasian GSE
di pesawat mengalami gangguan
kerusakan, maka segera pindahkan GSE
ketempat yang aman dengan
menggunakan emergency sistem,
mencari GSE pengganti dan segera
laporkan kerusakan kepada unit
Maintenance

Rev. 02 iv - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 3.2.0 Marshaling


1. Petugas harus memeriksa dan
memantau area parkir dan daerah
sekitarnya sebelum kedatangan /
keberangkatan pesawat atau
pergerakan lainnya untuk memastikan
penugasan kepada personil yang
diperlukan guna terselenggaranya
operasional yang aman dengan
mempertimbangkan terhadap :
a. Type dan dimensi pesawat
b. Insfrastruktur dan jarak bebas
obstacle (clearences),
c. Peralatan GSE yang akan
dipergunakan untuk operasional
Section 5. CGM
CGM 11.3.0 Penggunaan Pallet Dolly
1. Perhatikan kecepatan maksimum yang
diijinkan saat menarik pallet dolly :
a. Service road 25 KM/jam
b. Make up / brake down area 15
KM/jam ;
c. Apron 10 KM/jam
Section 6. AVS
AVS 3.0.0 PENGAMANAN TERHADAP
PENUMPANG DAN BAGASI
AVS 3.1.0 Check-In
1. Setiap pengiriman bagasi dari area
Baggage Make up menuju pesawat dan
sebaliknya berada dibawah tanggung
jawab operator. Operator bertanggung
jawab terhadap keamanan bagasi yang
ditangani.
2. Security item dibawa oleh petugas
security ke pesawat untuk ditempatkan
dalam security item box atau tempat lain
yang telah disediakan oleh airline.

AVS 10.4.0 Pembajakan


1. Pergantian Tabel Contingency Plan
menjadi Keadaan Darurat Keamanan dan
dibagi menjadi dua bagian yaitu Kondisi

Rev. 02 iv - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Rawan (Kuning) dan Kondisi Gawat


(Merah).

Section 7. ERP
ERP 3.4.0 Struktur Organisasi
Tanggap Darurat
Perubahan Struktur Organisasi Tanggap
Darurat merujuk kepada perubahan
Struktur Organisasi Kantor Pusat No:
SKEP/DZ/5044/XI/2014.

ERP. 4.1.0 Fasilitas, Sarana


Komunikasi dan Koordinasi
Perubahan Kontak Direktur Operasi yang
bertindak sebagai Corporate Operation
Control Center (COCC).

Section 8. MGS
MGS 1.1.0 Umum
Simplifikasi KPI :
1. Key Performance Indicator dimaksud
terdiri dari:
a. Perspektif Keuangan
a.1 Sustainable Growth
b. Perspektif Customer
b.1 Consistent High Quality Product &
Services
b.2 Competitive Tariff
c. Perspektif Internal Proses
c.1 Revenue Enchancement
c.2 Operational Excellence
c.3 Product & Service Quality
Enhancement
d. Perspektif Learning Growth
d.1 High Performance Organization
d.2 Employer of Choice.

MGS 1.2.0 Pengendalian Dokumen


1. HIN dikeluarkan oleh unit yang
membidangi Operasi, Penjaminan
Kualitas dan Perawatan dan teknik GSE
(OP, ZQ & OT). Unit terkait dimaksud
terlebih dahulu melakukan koordinasi
sebelum HIN dikeluarkan

Rev. 02 iv - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 2.3.0 Pengendalian Produk tidak


sesuai
1. Apabila terjadi penyimpangan /
ketidaksesuaian terhadap standard yang
telah ditetapkan, maka Quality Control
wajib melakukan pencatatan dan bila
penyimpangan tersebut dapat
mengganggu kinerja perusahaan, maka
wajib melaporkan
penyimpangan/ketidak-sesuaian tersebut
kepada General Manager setempat untuk
diteruskan kepada Direktur terkait di
Kantor Pusat.

MGS 5.0.0 INSPECTOR SSQ


materi mengenai Inspector SSQ - GP)

MGS 6.0.0 FORM-FORM DAN TABEL


MANAGEMENT REPRESENTATIVE (MR)
MGS 6.16.0 Form Daftar Halaman
Efektif

MGS 12.0.0 Program Direct


Observation Report (DOS)

MGS 14.2.0 Kebutuhan Pelatihan


1. Pelatihan terkait Safety & Security terdiri
dari :
a. Aviation Security
b. Safety Management System (SMS)
c. Human Factor
d. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

F-MR-02

Rev. 02 iv - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

v. PENDAHULUAN
Informasi yang tertuang dalam Manual ini mengandung ketentuan – ketentuan yang
setiap saat selalu diperbaharui sesuai sistem pengelolaan Dokumen intern Perusahaan,
secara konstan dan transparan dan/atau dapat saja disesuaikan sebelum ketentuan waktu
peninjauan yang telah ditetapkan dalam sistem pengelolaan dokumen intern perusahaan,
apabila ada perkembangan kebutuhan pelayanan dan/atau perubahan peraturan
pemerintah, yang berpengaruh langsung dan berdampak luas pada jalannya pelayanan
disetiap Bandar Udara.

Tidak ada Pelanggan dan Pelaksanan pelayanan (Services Provider) dilapangan yang
dalam kegiatan pelayanannya dan / atau tindakanya dalam pelayanan atas dasar Manual
ini, yang tidak menghiraukan ketentuan hukum dan peraturan perundang – undangan
yang berlaku, karena setiap informasi yang dituangkan dalam manual ini dibuat atas dasar
Hukum dan Peraturan perundang – undangan yang berlaku, serta kebijakan manajemen
untuk mengamankan setiap tindakan pelayanan agar tepat dan akurat, sehingga setiap
implementasi dilapangan dimanapun Gapura Angkasa berada akan selalu sama secara;
Pemahaman, Penafsiran dan / atau tindakan pelaksanaan.

Manual ini diterbitkan dan di sahkan oleh Management sebagai bukti tanggungjawab
Management dalam memberikan arah pada pelayanan operasional disetiap cabang
Gapura Angkasa, agar tidak terjadi kesalahan, kelalaian, salah tafsir dan mengakibatkan
kerancuan dalam hal investigasi penyimpangan pelayanan yang terjadi.

Manual adalah pedoman dan / atau dasar hukum dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan
di seluruh kantor cabang PT.Gapura Angkasa, sehingga wajib sifatnya untuk dilaksanakan
apa yang tekandung dan tertuang dalam manual ini, bagi setiap karyawan PT. Gapura
Angkasa dimanapun pelayanan itu dilaksanakan, adapun apabila disuatu station dimana
Gapura Angkasa berada dan melaksanakan kegiatan pelayanan didalamnya dan karena
sistem yang dikembangkan distation tersebut mutlak hanya terjadi secara spesifik di
station dimaksud, maka station dimaksud wajib menerbitkan ketentuan (berupa Instruksi
Kerja dan/atau Prosedur) yang sesuai distation dimaksud dengan tetap melaporkan ke
Direktorat Operasi dan Direktorat Penjaminan Kualitas untuk diterbitkan pengesahan.

Manual diterbitkan dan disahkan dalam rangka memenuhi ketentuan Hukum dan/ atau
Peraturan perundang – undangan yang berlaku, termasuk ketentuan badan standardisasi

Rev. 02 v-1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Nasional maupun International yang didalamnya PT. Gapura Angkasa merupakan salah
satu anggota seperti :

1. Sebagai standar baku, yang secara umum merupakan :

a. Persyaratan ISO 9001:2008 yang mana PT. Gapura Angkasa sudah comply dengan
System Management Mutu dimaksud .

b. Sebagai persyaratan implementasi dan sertifikasi System Management Mutu (SMM),


PT. Gapura Angkasa harus memiliki Prosedur yang dapat digunakan untuk
memenuhi requirement para Pelanggan, sebagaimana tertuang dalam kesepakatan
kerjasama (Standard Ground Handling Agreement) .

c. Merupakan sarana pemenuhan persyaratan peraturan dan perundang – undangan


yang berlaku secara Nasional.

2. Manual terlampir merupakan petunjuk yang terdokumentasi dengan baik dan updated
sesuai ketentuan administrasi pengelolaan dokumen yang berlaku di PT. Gapura
Angkasa.

3. Manual terlampir dapat dijadikan dasar hukum secara internal PT. Gapura Angkasa,
untuk memberikan arah investigasi oleh para investigator dalam menangani setiap
kasus / penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan pelayanan, sehingga tercipta
azas good corporate governance di setiap pengambilan dan penetapan suatu
Keputusan, sebagai mana azas tersebut merupakan bagian yang wajib ditegakan dalam
dasar–dasar pengelolaan Perusahaan.

4. Guna memenuhi persyaratan dalam aplikasi Pelayanan kepada para Pelanggan


(Airlines) perlu dilakukan perumusan, pembuatan dan penetapan Manual yang
mengatur langkah–langkah terstruktur dan berjenjang sesuai fungsi dan tanggung
jawab yang ada, tentang Aircraft Services.

5. Manual dibentuk dan ditetapkan merupakan kodifikasi dari berbagai aturan – aturan
dasar dan system pelayanan secara Nasional maupun Internasional dan diberi Judul
“Manual Aircraft Services “.

6. Demikian Manual ini di buat dan ditetapkan atas dasar Azas Operasi Penerbangan yang
mengutamakan “Safety & Security”.

Rev. 02 v-2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

v.1 RUANG LINGKUP

Dokumen Ground Operation Manual ini bersifat umum dan digunakan di seluruh unit
kerja yang mendukung kegiatan operasional PT. Gapura Angkasa dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggannya.

v.2 TUJUAN

1. Sebagai pedoman kerja dalam proses pelayanan pelanggan PT. Gapura Angkasa,
baik pelanggan langsung maupun tidak langsung, yang meliputi proses pelayanan “
pre-flight service dan post-flight service dengan mengutamakan aspek “Safety and
Security“ serta Reliability, Punctuality, Assurance dan Customer Services dalam
pelayanan penerbangan.

2. Memberikan pedoman bagi seluruh karyawan yang berkontribusi terhadap kegiatan


Perusahaan dalam melakukan perbaikan secara terus-menerus dan
berkesinambungan.

3. Memberikan pedoman kegiatan kepada seluruh karyawan yang berkontribusi


terhadap kegiatan Perusahaan dalam menghadapi kejadian-kejadian yang memiliki
resiko bagi kegiatan perusahaan.

4. Menetapkan prosedur/tindakan-tindakan yang harus dilaksanakan oleh setiap


personil, penanggung jawab maupun unit kerja dalam menghadapi keadaan darurat
(emergency).

5. Memberikan panduan dasar kepada para investigator dalam melakukan investigasi


atas kejadian penyimpangan (Irregularity).

6. Menetapkan sistim pelaporan kinerja operasional yang standar, mudah, akurat,


sederhana serta akuntabel yang mencerminkan hasil kinerja kegiatan operasional di
cabang-cabang PT. Gapura Angkasa.

v.3 ACUAN NORMATIF

1. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.

2. Surat Keputusan Menteri maupun Direktorat Jenderal yang terkait dengan kegiatan
Perusahaan.

3. IATA Airport Handling Manual.

Rev. 02 v-3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Persyaratan Airlines / Pelanggan.

5. ICAO Regulations.

6. IATA Ground Operations Manual (IGOM).

7. IATA Dangerous Good Regulations (DGR).

8. IATA Live Animal Regulations (LAR).

9. IATA Unit Load Devices Regulations (ULD’s).

10. IATA Perishable Cargo Regulations (PCR).

11. IATA The Air Cargo Tarif.

12. Persyaratan ISO 9001.

13. Quality Manual PT. Gapura Angkasa.

Rev. 02 v-4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

vi. DEFINISI & TERMINOLOGI


Untuk memudahkan pemahaman bagi pengguna Ground Operations Manual ini, maka
tanpa mengesampingkan definisi / terminologi dokumen yang menjadi acuan Ground
Operations ini, disusunlah definisi dan terminologi sebagai berikut ;

Acceptance : Proses penerimaan cargo dan mail dari pengirim.

Accident : Kejadian yang berhubungan dengan beroperasinya


pesawat udara atau selama berlangsungnya kegiatan
operasional di darat yang mengakibatkan;

 Kematian atau luka serius,

 Kerusakan pada bagian penting dan atau struktur


pesawat atau Ground Support Equipment yang
mengharuskan dilakukannya “major repair” sehingga
berakibat pesawat atau Ground Support Equipment
tidak dapat dioperasikan.

 Kerusakan serius pada pesawat, peralatan Ground


Support Equipment atau fasilitas lainnya disebabkan
factor alam yang tidak dapat dihindari.

ACTM : Air Cargo Transfer Manifest, Form yang digunakan sebagai


bukti transfer cargo oleh satu airline ke airline yang lain.

Aircraft Cleaning : Pelayanan membersihkan kabin pesawat udara


setelah/selama pesawat mendarat.

Airside : Daerah pergerakan penerbangan, lapangan dan bangunan


yang berdekatan, atau bagian dari padanya yang diawasi
dan tidak bebas untuk dimasuki.

ALDW : Actual Landing Weight, Aktual berat pesawat pada saat


landing.

AMC : Apron Movement Control.

APB : -Dalam kepasasian berarti Actual Passenger On Board,


jumlah actual penumpang yang berangkat.

Rev. 02 vi - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

-Dalam peralatan GSE berarti Apron Bus, kendaraan yang


digunakan untuk menjemput dan atau mengantar
penumpang dari / ke pesawat.

Apron : Tempat atau daerah pada Bandar Udara yang telah


ditentukan untuk penempatan pesawat udara.

Asrama Haji : Tempat/lokasi sebagai terminal check-in dan terminal


kedatangan bagi jama’ah haji.

ASU : Air Starter Unit, Peralatan yang dipergunakan untuk


membantu menghidupkan engine pesawat udara.

Assylum Seeker / : Penumpang pesawat udara yang berasal dari negara yang

High Risk Passenger sedang konflik atau tidak aman kondisi sosial politiknya,
dan bermaksud untuk mendapatkan suaka atau menjadi
imigran di negara tujuan dengan cara ilegal.

Aviobridge : Peralatan mekanis yang menghubungkan pesawat dengan


bangunan Terminal Penumpang digunakan sebagai
jembatan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Aviation Security : Seseorang yang berwenang dan berhak melakukan


screening/pemeriksaan, penyaringan, pengawasan,
menolak, melarang berdasarkan peraturan dan atau
pelimpahan kewenangan.

AWB & SMU : Dokumen angkutan udara sebagai tanda bukti adanya
perjanjian antara pihak pengirim dan pihak pengangkut
kargo.

ATA : Actual Time Arrival, waktu aktual kedatangan pesawat.

ATB : Aircraft Tow Bar, Batang penghubung antara ATW/ATN


untuk mendorong/menarik pesawat.

ATC : Air Traffic Control, Pelayanan yang dilaksanakan oleh


Departemen Perhubungan (DGAC) untuk keperluan lalu
lintas Penerbangan, meliputi traffic advisory service,
avoidance advice, information.

Rev. 02 vi - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ATN : Aircraft Towing Tractor Narrow body, Kendaraan untuk


mendorong atau menarik pesawat berbadan kecil (N/B).

ATOW : Actual Take Off Weight, berat aktual pesawat pada saat
take off.

ATT : Aircraft Towing Tractor, kendaraan untuk mendorong


pesawat.

ATW : Aircraft Towing Tractor Wide Body, Kendaraan untuk


mendorong atau menarik pesawat berbadan lebar (W/B).

AUT : Air Unit Truck, Peralatan yang dipergunakan untuk


membantu mendinginkan cabin pesawat

AZFW : Actual Zero Fuel Weight (Aktual berat pesawat tanpa


bahan bakar).

Baggage : Artikel, harta benda atau barang milik pribadi penumpang


yang diperlukan secara pribadi dalam rangka melakukan
perjalanan (Personal Effect), sesuai ketentuan yang
berlaku disetiap Perusahaan Transportasi udara.

Baggage Claim Area : Area / tempat penumpang mengambil bagasi miliknya di


stasiun tujuan.

Baggage Conveyor : Ban berjalan untuk memindahkan bagasi dari check in


counter ke pemuatan bagasi dan atau dari break down
bagasi ke Baggage Claim Area.

Baggage Handling : Proses penanganan bagasi dimulai dari proses


penumpangn check-in hingga pengambilan kembali ketika
penumpang tiba di tempat tujuan.

Baggage Label : Label yang diberikan sebagai tanda suatu bagasi.

Bandar udara : Lapangan terbang yang dipergunakan untuk lepas landas


pesawat udara, naik-turun penumpang, dan/atau bongkar
muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan penerbangan dan sebagai tempat

Rev. 02 vi - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

perpindahan antar moda transportasi (definisi sesuai KM


Perhubungan No.54 tahun 2004).

BC 1.2 : Dokumen pabean yang digunakan sebagai pelindung


barang import yang diangkut dalam atau ke luar daerah
pabean.

BCL : Belt Conveyor Loader yaitu alat bantu untuk memindahkan


bagasi ke pesawat.

BCT : Baggage Cart yaitu alat angkut yang digunakan untuk


mengangkut bagasi, cargo dan pos dari/ke pesawat.

BDT : Baggage Delivery Time, Waktu yang diperlukan bagasi


tercatat (checked baggage) untuk sampai di conveyor
terminal kedatangan terhitung dari waktu block on
pesawat.

BHI : Baggage Handling Irregularity, Kasus kerusakan,


kehilangan, salah tujuan, tertinggal dan penyimpangan
lainnya yang timbul akibat kelalaian/kesalahan
penanganan bagasi tercatat.

Boarding : Kegiatan para penumpang naik ke pesawat udara di


bandara.

Boarding Lounge : Ruang tunggu keberangkatan yang disediakan untuk calon


penumpang sebelum naik ke pesawat.

Boarding Pass : Tanda bukti yang sah untuk naik ke pesawat yang
diterbitkan / diberikan pada penumpang check in.

Break Down : Proses pembongkaran/penurunan Cargo dari ULD/Cart


yang disesuaikan dengan Manifest SMU/AWB/CN-38
sebagai cek kesesuaian jumlah koli, berat, jenis serta isi
barang.

Briefing : Kegiatan memberikan arahan oleh atasan kepada


sekelompok orang sebelum melaksanakan tugas.

Rev. 02 vi - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

BTB : Bukti Timbang Barang, Tanda bukti dari pengelola


pergudangan yang menyatakan barang sudah di timbang
yang berisikan jumlah koli, berat, comoditi dan dimensi
barang.

BTT : Baggage Towing Tractor, alat yang digunakan untuk


menarik BCT/PDL/CDL dan alat GSE non motorized.

Build-up : Proses penempatan cargo atau mail ke dalam ULD (Pallet,


container), cart sesuai dengan SOP dari masing- masing
Airlines.

Cabin Baggage : Barang-barang milik penumpang yang tidak tercatat dan


diperbolehkan untuk dibawa dan ditempatkan dalam cabin
pesawat.

CAO : Cargo Aircraft Only, Pesawat yang khusus mengangkut


cargo.

Cargo : Semua barang yang diangkut atau yang akan diangkut


dengan menggunakan pesawat udara dan menggunakan
SMU/AWB atau Unaccompanied Baggage yang diangkut
sebagai cargo (tidak termasuk Post).

Cargo & Mail : Kargo dan pos incoming maupun outgoing yang diangkut

oleh pesawat udara.

Cargo Movement : Proses memindahkan cargo dan mail dari


warehouse/storage ke shipside atau sebaliknya.

Carry on Baggage : Barang bawaan penumpang yang bisa di bawa sampai ke


cabin pesawat, selama penerbangan berlangsung.

CDL : Container Dollies, Alat yang digunakan untuk mengangkut


container.

CDR : Cargo Damage Report, Suatu form / dokumen yang


dikeluarkan oleh airlines yang berisikan jenis kerusakan
barang yang ditangani.

Rev. 02 vi - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Check in Counter : Tempat proses pelaporan dan penerimaan calon


penumpang serta bagasinya.

Checked Baggage : Semua barang bawaan milik penumpang yang dilaporkan


di Check – in counter dan kepadanya diberlakukan
ketentuan dan/atau prosedur dalam pengangkutan.

CHI : Cargo Handling Irregularity, Kerusakan, kehilangan, salah


tujuan, tertinggal atau penyimpangan yang timbul akibat
kelalaian/kesalahan penanganan cargo dan mail yang
diakibatkan oleh groundhandling selama proses persiapan
pengangkutan, loading dan unloading.

CIQ : Customs, Imigration & Quarantine adalah institusi


pemerintah yang bertugas sesuai bidang tugas dan fungsi
masing-masing.

CLR : Cargo Lost Report, Suatu form / dokumen yang dikeluarkan


oleh airlines yang besikan tentang kehilangan cargo di
suatu stasiun.

CLI : Compartment Load Information.

CN-38 / AV-7 : Document yang dikeluarkan oleh Kantor Pos yang


merupakan bukti serah terima mail dari Kantor pos kepada
Ailrlines untuk diangkut pada suatu penerbangan sampai
ketempat tujuan.

C of G : Center of Gravity, titik keseimbangan pesawat udara.

CPM : Container Palet Message, Pesan yang dikirim setelah


keberangkatan pesawat oleh load control dari stasiun
keberangkatan yang berisikan data Uld (palet/container)
dan beratnya.

Crew : Seorang yang ditugasi oleh operator pesawat untuk


bertugas pada / dalam pesawat selama penerbangan.

Rev. 02 vi - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Crisis Centre : Suatu tempat/ruangan yang ditetapkan sebagai pusat


pengendalian penanganan kondisi emergency yang
mempunyai fasilitas sebagaimana dipersyaratkan.

CTL : Cargo Transporter Loader.

Damage Cargo : Cargo yang rusak atau beberapa bagian/isinya hilang.

Dangerous Goods (DGR) : Artikel / barang yang memiliki resiko tinggi terhadap
kesehatan, keselamatan ketika diangkut menggunakan
pesawat.

Debriefing : Kegiatan memberikan tanggapan, solusi atau informasi


oleh atasan kepada sekelompok orang setelah
melaksanakan tugas.

Deportee : Orang yang harus dikeluarkan dari suatu Negara atau


dikembalikan ke Negara asalnya atau origine stasionnya.

DCS : Departure Control System

DL : Delay Code, Kode keterlambatan keberangkatan pesawat


udara

Departure Baggage : Departure Baggage, Bagasi yang berangkat bersamaan


dengan penumpang di bandar udara.

Delivery Bill : Dokumen yang dikeluarkan oleh pengelola pergudangan


sebagai pembayaran biaya-biaya tertentu dan serah terima
barang kepada penerima barang.

Delivery Order : Surat jalan, Dokumen yang dikeluarkan oleh pengelola


pergudangan sebagai bukti penyerahan AWB (airwaybill)
atau SMU (Surat Muatan Udara) dan sebagai surat jalan.

DOW : Dry Operating Weight.

DOI : Dry Operating Index.

DPR : Damage Pilferage.

EIC : Equipment in Compartment.

ETA : Estimate Time Arrival, Perkiraan waktu kedatangan.


Rev. 02 vi - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ETD : Estimate Time Departure, Perkiraan waktu keberangkatan.

EZFW : Estimate Zero Fuel Weight (Perkiraan berat pesawat tanpa


bahan bakar).

Extra Flight : Penerbangan tambahan dari penerbangan yang telah


dijadwalkan sebelumnya.

FDCA : Found Cargo, Cargo diterima tanpa dimanifestir dan tanpa


dokumen diketemukan pada saat check dalam gudang dan
tidak teridentifikasi.

Freighter Flight : Penerbangan pesawat khusus angkutan kargo.

FFM : Freight Forward Message, Informasi keberangkatan cargo


yang berisi nama komoditi, jumlah koli dan berat yang
dikirim dengan system.

FIBAG : First Baggage, Bagasi yang pertama sampai di conveyor


belt terminal stasiun kedatangan dari pesawat.

FOD : Foreign Object Damage adalah benda asing (tidak


semestinya berada pada area tertentu) yang dapat
menimbulkan kerusakan pada pesawat, terutama engine
pesawat saat proses engine start (tersedot/terhisap).

Flight Disruption : Kondisi penerbangan delay, postpone, cancel, reschedule,


rerouting, RTA, RTB, emergency landing.

Flight Document : Kelengkapan dokumen penerbangan berupa: notoc,


gendec, load sheet, passenger manifest, cargo manifest,
loading instruction, copy of loading check list.

FLT : Fork Lift.

FOO : Flight Operation Officer, Petugas yang memiliki kecakapan


khusus (berlisensi) bertugas melaksanakan pelayanan
keperluan operasional penerbangan.

FRX : Apron Firex.

Rev. 02 vi - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

FS : Fault Station, Stasiun yang menjadi penyebab terjadinya


mishandling baggage.

General Cargo : Cargo yang tidak memerlukan penanganan khusus dan


memiliki tarif.

GFIS : General Flight Information Service, Sistem informasi yang


berisi jadwal penerbangan.

GHCN : Ground Handling Charge Notice.

GPU : Ground Power Unit, alat yang digunakan untuk menyuplai


electrical ke pesawat.

Ground handling : Pelayanan terhadap sebuah pesawat udara selama


pesawat berada di darat.

Ground Time : Satuan waktu yang ditentukan untuk satu kali jasa
pelayanan seluruh atau sebagian dari proses ground, yang
terdiri dari kedatangan dan keberangkatan.

GTC : Gas Turbin Compressor, Alat yang digunakan untuk


membantu menghidupkan mesin pesawat.

GSE : Ground Support Equipment, peralatan pendukung


pelayanan pesawat udara selama berada di darat.

Hajj Flight : Penerbangan yang dilakukan untuk mengangkut jemaah


haji.

Headset : Alat khusus (Standard Special Tool) yang dipergunakan


untuk berkomunikasi antara cokpit crew dengan petugas
darat.

Hijacking : Perebutan kekuasaan / pembajakan atas pesawat melalui


cara kekerasan, ancaman, atau bentuk Intimidasi lain.

HLL : High Lift Loader alat yang digunakan untuk


loading/unloading pallet dan container pada pesawat.

House AWB : Suatu dokumen yang dibuat atau dikeluarkan oleh agent
pengirim cargo yang merupakan bukti kontrak atau

Rev. 02 vi - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

perjanjian antara agent dan shipper untuk membawa cargo


tersebut ke tujuan.

Human Remain : Jenazah yang dapat diangkut dengan pesawat udara.

Hotline Number : Nomor telepon yang dapat dihubungi dengan mudah


dalam waktu operasional tidak.

Irregularity : Suatu kondisi dimana terjadi kelainan atau penyimpangan


dari keadaan normal.

IATA : International Air Transport Association adalah Asosiasi


Transportasi Udara Internasional.

ICAO : International Civil Aviation Organization, adalah Organisasi


penerbangan sipil dunia.

Inad Missible : Orang yang dilarang masuk di suatu negara dan harus
dikembalikan ke negara dari mana orang tersebut naik
pesawat udara.

Incident : Kejadian yang tidak dikategorikan kepada accident, namun


berhubungan dengan kegiatan operasional di darat yang
berdampak pada aspek keselamatan pada pesawat atau
Ground Support Equipment.

In Trim : Posisi C of G dalam batas-batas aman.

Invoice : Suatu dokumen yang dibuat oleh agent atau shipper yang
berisikan jumlah koli /pieces dan harga barang yang dikirim
oleh agent atau shipper.

Kecelakaan Kerja : Kecelakaan yang terjadi karena hubungan dengan


pekerjaan, termasuk penyakit yang timbul.

LABAG : Last Baggage, Bagasi yang terakhir sampai di conveyor belt


terminal stasiun kedatangan dari pesawat kedatangan.

Label Rush Baggage : Digunakan untuk memberangkatkan bagasi yang tidak


terangkut sesuai dengan jadwal penerbangan yang
dimaksud.

Rev. 02 vi - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Law Enforcement : Anggota Polisi atau Badan resmi Pemerintah yang

Officer mempunyai wewenang penegakan hukum.

LDM : Load Distribution Message, Pesan yang dikirim setelah


keberangkatan pesawat oleh load control dari stasiun
keberangkatan yang berisikan semua data muatan
penumpang, bagasi, cargo dan distribusinya.

LDW : Landing Weight ( Berat pesawat saat landing).

LIZFW : Loaded Index Zero Fuel Weight.

L.I.R : Loading Instruction / Report.

Live animal : Binatang hidup yang dibawa sebagai kargo atau checked
baggage milik penumpang yang memenuhi persyaratan
dapat dimuat ke dalam kompartment pesawat.

Loading : Proses muat barang (bagasi, cargo dan pos) dari gerobak
ke compartment barang di pesawat

Loading Master : Petugas yang mengatur dan mengawasi kegiatan


pemuatan dan penurunan barang berupa bagasi, kargo ke
dan dari cargo compartment pesawat udara.

LST : Lavatory Service Truck, alat yang digunakan untuk


menampung limbah toilet dari pesawat dan untuk
mensuplai air bersih ke toilet pesawat.

LUC / UCR : ULD Exchange Control / ULD Control Receipt.

MAC : Mean Accordance Chord.

Make Up Area : Tempat untuk proses penanganan bagasi penumpang yang


akan diberangkatkan berangkat sebelum dimuat ke
pesawat.

Manifest Cargo : Daftar muatan yang berisikan tentang cargo dan mail yang
diangkut, meliputi koli,berat,dan commodity barang sesuai
yang tertera di dalam SMU/AWB/CN-38 yang

Rev. 02 vi - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

diberangkatkan dalam suatu Penerbangan,serta nomor


penerbangan,tanggal dan tujuan penerbangannya.

MDL : Main Deck Loader

MSCA : Missing Cargo, Cargo tidak terima dari suatu Flight tetapi
cargo tersebut termanifestir.

MPA : Maskapai Penerbangan Asing, meliputi regular flight, extra


flight, unscheduled flight, charter flight, VVIP flight,
freighter dan hajj flight.

MPGA : Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia, meliputi regular


flight, extra flight, charter flight, VVIP flight dan hajj flight.

MPL : Maskapai Penerbangan Lainnya, meliputi regular flight,


extra flight, unscheduled flight, charter flight, hajj flight,
freighter flight dan VVIP flight.

MPS : Manual Passenger Stair.

MSAW : Missing Airwaybill, Penerimaan cargo tanpa dibarengi


dengan SMU/AWB, tetapi termanifestir dalam manifest
Cargo.

Narrow body : Jenis pesawat berbadan kecil/sempit menunjuk type


pesawat dengan memiliki satu lorong/aisle di Cabin
penumpang.

NOA : Notice of Arrival, Surat pemberitahuan kepada penerima


barang sebagai informasi bahwa barangnya telah
tiba.

NOTAM : Notification To Airman.

NOTOC : Notification To Captain, Merupakan


informasi/pemberitahuan yang berisikan data muatan
special cargo (AVI, PER, DG, HEA, HUM, LHO, VAL, dll)
yang ditujukan kepada Pilot Command.

Rev. 02 vi - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Off loaded Cargo : Cargo atau mail yang telah dimuat di dalam pesawat
atau mail tetapi diturunkan lagi, dikarenakan oleh
sesuatu

hal.

OTP : On Time Performance, Keberangkatan pesawat tepat


waktu.

Out of Trim : Posisi C of G di luar batas aman / berbahaya.

Packing List : Suatu dokumen yang dibuat oleh agent atau shipper yang
berisikan jumlah koli/pieces yang dikrim oleh agent atau
shipper.

Passenger (Pax) : Orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan


dari suatu tempat ketempat dengan menggunakan jasa
perusahaan transportasi udara.

Passenger Arrival : Penumpang yang datang di bandar udara dan tidak


melanjutkan penerbangan.

Passenger Transit : Penumpang yang datang di bandar udara dan melanjutkan


penerbangan kembali, baik dengan pesawat yang sama
(transit) atau pesawat yang berbeda (transfer) dalam hari
yang sama.

Passenger Profiling : Proses mencermati setiap calon penumpang pada saat


proses check in.

Pas Bandar Udara : Tanda ijin masuk ke area bandar udara sesuai kewenangan
yang diberikan pengelola bandara.

Payload : Total beban/load yang bisa dimuat.

PBH : Passenger and Baggage Handling.

PE : Persetujuan Ekspor, Lembar persetujuan yang sahkan


diberikan oleh petugas Bea dan Cukai.

PEB : Pemberitahuan Export kepada pihak Bea dan Cukai yang


dilakukan oleh pengirim (Agent).

Rev. 02 vi - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Pilfered Cargo : Cargo yang dikirim atau diterima dicheck isinya sudah
berkurang.

Pilot In Command : Pilot yang ditunjuk oleh operator pesawat menjadi Pilot in
Command dan bertanggung jawab dalam pengoperasian
serta keselamatan pesawat, penumpang, dan awak
pesawat, selama penerbangan. Pilot in Command memiliki
wewenang menentukan yang final terhadap pergerakan
pesawat.

Priority Baggage : Penanganan khusus bagasi baik saat keberangkatan dan


saat kedatangan.

PPE : Protective Personal Equipment adalah peralatan yang


harus dipakai oleh setiap petugas yang bertugas dalam
penanganan pesawat di ramp. (cont: safety shoes, ear
plug).

Person in Custody : Seseorang yang sedang dalam status tahanan yang dibawa
dari suatu tempat ke tempat lain dengan pesawat udara
dan dikawal (escort).

PIR : Property Irregularity Report, Dokumen yang dikeluarkan


sehubungan dengan terjadinya mishandling baggage.

PBS : Passenger Boarding Stairs, alat yang digunakan untuk


embarking/disembarking penumpang dari/ke pesawat
udara.

PDE : Pertukaran Data Electronik, Sistem aplikasi dari Bea dan


Cukai yang dipergunakan untuk melaporkan semua data
cargo yang datang maupun berangkat sesuai dengan
ketentuan Bea dan Cukai.

PDL : Pallet Dollies, alat yang digunakan untuk mengangkut


pallet.

PIBK : Pemberitahuan Impor Barang Khusus kepada Bea dan


Cukai mengenai impor barang khusus yang dilakukan oleh
importir (Agent).
Rev. 02 vi - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PIB : Pemberitahuan Impor Barang, kepada Bea dan Cukai


mengenai pengurusan barang impor barang yang
dilakukan oleh importer (Agent).

POD : Paid Of Delivery, Pemberitahuan dari ground handling


(cargo import department) kepada Airlines bahwa cargo
telah di serahkan kepada penerima.

PTI/SLI : Pemberitahuan Tentang Isi/Shipper Letter of Instruction.

Surat pemberitahuan yang dibuat oleh pengirim


(shipper/agent) tentang kebenaran isi barang yang akan
dikirim untuk dicantumkan ke dalam SMU/AWB.

PTO : Power Take Over berfungsi sebagai alat penghubung dari


tenaga mesin untuk menggerakkan pompa hydraulic.

RAC : Ramp Activity Checklist.

Re Build-up : Proses pemuatan kembali Cargo dan mail ke dalam ULD


yang sama atau lain atau ke gerobak sesuai dengan SOP
masing-masing Airlines.

Regular Flight : Penerbangan yang mempunyai periode keberangkatan


secara tertentu/terjadwal.

Restricted Area : Suatu daerah di bandara yang dibatasi dan hanya boleh
dimasuki oleh orang yang mengenakan kartu pengenal
tertentu.

RI : Reason of Irregularity, Penyebab terjadinya baggage


mishandling, khusus pada Origin Station.

RL : Reason of Lost, Penyebab terjadinya baggage


mishandling pada Origin Station, Any Station, Arrival
Station, Transfer Station dan Airport General.

RON : Remain Over Night, pesawat yang menginap di suatu


bandara.

RPM : Rotary Per Menit yaitu jumlah putaran mesin per menit.

Rev. 02 vi - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

RTA : Return To Apron, Kondisi dimana pesawat udara kembali


ke apron/gate setelah dipush back dan belum sempat
mengudara.

RTB : Return To Base, Kondisi dimana pesawat udara


kembali ke bandar udara keberangkatan setelah sempat
mengudara.

Sarana Kesehatan : Pihak penyelenggara pelayanan kesehatan pegawai dan


keluarga pegawai yang ditunjuk oleh perusahaan atau
fasilitas Kesehatan yang ada di Bandara setempat atau
yang ditunjuk oleh Bandara setempat.

SCM : Stock Check Message.

Security check : Pemeriksaan sekuriti menggunakan peralatan sekuriti


(security equipment, seperti : mesin X-ray, metal detector)
atau oleh petugas sekuriti terhadap calon penumpang,
bagasi dan kargo.

Staging area : Suatu tempat/lokasi sebagai tempat transit bagasi di dalam


container atau pallet sebelum dimuat ke dalam pesawat
udara atau setelah diturunkan dari pesawat udara yang
akan diteruskan/diangkut ke luar bandara.

Shift : Kelompok kerja beberapa orang petugas dalam jangka


waktu tertentu.

Security Control : Upaya mencegah percobaan digunakannya senjata,


masuknya barang – barang berbahaya, masuknya sabotir,
pembajak, teroris, ke dalam pesawat, untuk melakukan
tindak gangguan melawan hukum. (act of unlawful
interference).

Secondary Screening : Pemeriksaan fisik terhadap bagasi dan kargo sebagai


tambahan dari primary screening yang telah dilakukan.

Security Equipment : Peralatan khusus, baik sendiri mupun merupakan bagian


dari suatu sistem, yang dimaksudkan untuk mencegah dan

Rev. 02 vi - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

mendeteksi tindak melawan hukum yang ditujukan


terhadap penerbangan sipil beserta fasilitasnya.

SHD : Station Handling Delay, Keterlambatan waktu


keberangkatan penerbangan (departure).

SLA : Service Level Agreement.

SOP : Standard Operating Procedure.

STA : Schedule Time Arrival, jadwal waktu kedatangan pesawat.

STD : Schedule Time Departure.

STKP : Surat Tanda Kecakapan Personil, yaitu lisensi yang dimiliki


oleh seorang operator GSE (dikeluarkan oleh Direktorat
Keselamatan Penerbangan).

Storage : Penempatan cargo ke dalam gudang sesuai sifat, jenis,


tujuan dan penerbangan dari masing-masing.

TIM : Tanda Izin Mengemudi yang dikeluarkan Adbandara.

TOW : Take Off Weight ( Berat pesawat saat take off).

Trim : Posisi dari C of G.

UCM : ULD Control Message.

ULD : Unit Load Device, Semua tipe atau jenis container/pallet


yang digunakan sebagai alat untuk mempermudah dalam
pemuatan/penurunan cargo dan mail/bagasi di pesawat
udara.

Undelevered Cargo : Cargo yang ditolak oleh penerima atau cargo yang tidak
bisa diserahkan kepada penerima karena sesuatu hal.

Unloading : Proses bongkar atau menurunkan barang (bagasi, cargo


dan pos) dari dalam pesawat berdasarkan ketentuan atau
prosedur.

Unlawful : Tindakan gangguan melawan hukum Tindakan seseorang


/ Interference sekelompok orang untuk menguasai sebuah
pesawat udara sipil dengan menggunakan kekerasan atau
Rev. 02 vi - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ancaman atau berbagai bentuk intmidasi lainnya.


(Pengertian awam : pembajakan, ancaman bom, sabotase
dan teror lainnya terhadap penerbangan sipil)

Unschedule Flight : Penerbangan yang tidak mempunyai jadwal keberangkatan


yang terjadwal/tetap.

Valuable cargo : Sesuai dengan IATA Resolusi 102 adalah barang kiriman
yang berharga/bernilai berisi satu atau lebih banyak artikel.

Wet cargo : Wet cargo dapat diartikan sebagai kiriman yang


mengandung cairan atau dimana dengan keadaan
alaminya dapat menghasilkan atau mengeluarkan cairan
dan tidak tercantum dalam The IATA Dangerous Goods
Regulations.

Wide body : Jenis pesawat berbadan besar/lebar menunjuk type


pesawat dengan memiliki dua lorong/aisle di Cabin
penumpang.

WCK : Wheel Chock.

WHCR : Wheel Chair.

WMS : Warehousing Management System, Sistem Aplikasi yang


terintegrasi dari semua kegiatan warehousing.

Weapon : Berbagai barang/bahan yang dapat digunakan sebagai


senjata (pemukul, pembakar, peledak) dan menurut
ketentuan aviation security bandara/negara setempat
dikategorikan sebagai senjata.

WST : Water Service Truck, alat yang digunakan untuk mensuplai


air bersih ke pesawat.

WHI : Warehouse Handling Irregularity, Kerusakan, kehilangan,


salah tujuan, tertinggal atau penyimpangan yang timbul
akibat kelalaian/kesalahan penanganan cargo dan mail
selama proses di Warehousing.

ZFW : Zero Fuel Weight (Berat pesawat tanpa bahan bakar).

Rev. 02 vi - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 1 - OPERATION PERFORMANCE REPORT (OPR)

A. TUJUAN

Menetapkan sistem laporan kinerja operasional yang standar, mudah, akurat, sederhana
serta akuntabilitas, bisa dipertanggung-jawabkan yang mencerminkan hasil kinerja
kegiatan operasional di cabang-cabang PT. Gapura Angkasa.

B. RUANG LINGKUP

Berlaku untuk semua kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan:

1. Operasional Ground Handling.

2. Operasional Warehousing.

OPR 1.0.0 TANGGUNG JAWAB

Penanggung jawab pelaksanaan laporan kinerja operasional dilakukan secara berjenjang


sebagai berikut :

OPR 1.1.0 Operasional Ground Handling

1. Officer/Supervisor Pax & Baggage: meng-input/memasukkan, mengolah data


operasional harian dari unit didalam ruang lingkup pengawasan - tanggung jawabnya
sehingga setiap bulan dibuat rekapitulasi dan laporan meliputi :

a. Jumlah Pax & Bagasi Penumpang.

b. MisHandling Baggage (MHB).

c. Baggage Delivery Time (BDT) :

c.1 First baggage (Fibag).

c.2 Last baggage (Labag).

Selanjutnya Manager Operasi memeriksa, menyetujui dan menandatangani laporan


tersebut sebelum dikirim sebagai laporan kinerja Terminal.

2. Officer/Supervisor Apron : meng-input/memasukkan, mengolah data operasional


harian dari unit didalam ruang lingkup pengawasan - tanggung jawabnya sehingga
setiap bulan dibuat rekapitulasi dan laporan meliputi :

Rev. 02 OPR - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Regular Domestik.

b. Regular International.

c. Unschedule Domestik.

d. Unschedule International.

e. Frighter.

f. Haji.

g. RTA/RTB, Postponed, canceled.

Selanjutnya Supervisor Apron Manager Operasi memeriksa, menyetujui dan


menandatangani laporan tersebut sebelum dikirim sebagai laporan kinerja Apron.

3. Officer/Supervisor Cargo : meng-input/memasukkan data data operasional harian dari


unit didalam ruang lingkup pengawasan - tanggung jawabnya sehingga setiap bulan
dibuat rekapitulasi dan laporan meliputi :

a. Jumlah tonase maupun pieces cargo (domestik & internasional).

b. Cargo Handling Irregularity (CHI).

Selanjutnya Manager Operasi memeriksa, menyetujui dan menandatangani laporan


tersebut sebelum dikirim sebagai laporan kinerja Cargo.

4. Laporan OP-01 harus dibreakdown/dilaporkan berdasarkan nama-nama Airline yang


di layani oleh masing-masing cabang.

5. Manager Operasi/Manager Cargo/Senior Manager menerima, memeriksa, melakukan


cross-check, melakukan rekonsiliasi data laporan operasional tersebut dengan
laporan produksi keuangan kemudian melaporkan dalam bentuk laporan kinerja
operasional Cabang, di tuliskan kedalam bentuk Form F-OP-01 (terlampir) tata cara
pengisian perbagian/perkolomnya, diuraikan pada item OPR 3.0.0 tentang Tata Cara
Pengisian.

OPR 1.2.0 Operasional Warehousing

1. Officer/Supervisor, Warehouse/Supervisor Cargo: menginput/memasukkan, mengolah


data Cargo harian dari unit didalam ruang lingkup tanggung jawabnya sehingga
setiap bulan dibuat rekapitulasi dan laporan meliputi :

Rev. 02 OPR - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Jumlah tonase maupun pieces cargo (domestic & internasional).

b. Warehousing Handling Irregularity (WHI).

c. Accident/Incident.

Selanjutnya Manager Operasi memeriksa, menyetujui dan menandatangani laporan


tersebut sebelum dikirim sebagai laporan kinerja Warehousing.

2. Manager Adm dan Keuangan/Manager Operasi memeriksa, melakukan cross-check,


melakukan rekonsiliasi data laporan operasional tersebut dengan laporan produksi
keuangan kemudian melaporkan dalam bentuk laporan kinerja operasional Cabang.

OPR 2.0.0 PROSEDUR PELAPORAN

1. General Manager (GM)/Kepala Perwakilan menyetujui dan menandatangani Laporan


Kinerja Operasional pada Form F-OP-01 (terlampir).

2. Pengiriman OP-01 melaui e-mail : operation@gapura.id paling lambat tanggal 05


bulan berikutnya, tetapi jika tanggal 05 tersebut jatuh pada hari Sabtu, hari Minggu
atau hari besar nasional/hari libur nasional, maka dilaporkan selambat-lambatnya
ditambah “1 (satu) hari kerja setelah tanggal 05 tersebut kepada VP. Operation
Services dengan tembusan SM. Airside dan SM. Landside”.

OPR 3.0.0 TATA CARA PENGISIAN

Cabang dan airline diisi sesuai dengan three letter code kantor cabang dan airline yang
ditangani. Kolom Remarks (27), (58) : diisi dengan kejadian-
kejadian/keterangan/irreguralities yang belum terakomodir di dalam kolom-kolom lainnya.
Misalnya untuk VVIP flight diberi keterangan RI - 1, NBO - 105 bila menangani helikopter.

Rev. 02 OPR - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPR 3.1.0 Data Produksi Ground Handling

OPR 3.1.1 Flight

PRODUKSI GROUND HANDLING

FLIGHT

(1)

Posponed

Kolom Flight (1) : diisi sesuai dengan airlines atau flight yang dihandling oleh masing-
masing cabang.

OPR 3.1.2 Type of Aircraft

GROUND HANDLING PRODUCTION

TYPE OF AIRCRAFT

N/B W/B

(2) (3)

TOTAL

Kolom N/B (2) : diisi jumlah produksi narrow body dalam bulan tersebut. Contoh:
Jumlah penerbangan Reguler Airlines X sebanyak 320 narrow body, maka yang diisikan
ke kolom (2) adalah 320.
Kolom W/B (3) : diisi jumlah produksi wide body dalam bulan tersebut.

Contoh : jumlah penerbangan Reguler Airlines X sebanyak 45 wide body, maka yang
diisikan ke kolom (3) adalah 45.

Baris Total : diisi total pesawat kategori narrow body dan/atau wide body dalam bulan
tersebut.

Contoh : Total N/B sebanyak 320 dan W/B sebanyak 45, maka yang diisikan di baris
total 320 dan 45.

Rev. 02 OPR - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

GROUND HANDLING PRODUCTION

TYPE OF AIRCRAFT

N/B W/B

(2) (3)

320 45

TOTAL 320 45

OPR 3.1.3 Passenger

PRODUKSI GROUND HANDLING

PASSENGERS

Arr Tra Dep

(4) (5) (6)

TOTAL

Kolom Arr (4) : diisi dengan jumlah penumpang kedatangan yang dilayani pada bulan
tersebut. Contoh : Jumlah penumpang yang datang adalah 11.000 orang, maka di
kolom (4) diisi 11.000).

Kolom Tra (5) : diisi dengan jumlah penumpang transit yang dilayani pada bulan
tersebut. Contoh : Jumlah penumpang transit adalah 6.000 orang, maka di kolom (5)
diisi 6.000.

Kolom Dep (6) : diisi dengan jumlah penumpang keberangkatan yang dilayani pada
bulan tersebut. Contoh : Jumlah penumpang berangkat adalah 12.000 orang, maka di
kolom (6) diisi 12.000.

Baris Total (TTL) : diisi jumlah total penumpang sesuai kriteria masing-masing yang
ditangani, maka jumlah penumpang arrival diisi 11.000, transit diisi 6.000 dan departure
diisi 12.000.

Rev. 02 OPR - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PRODUKSI GROUND HANDLING

PASSENGER

Arr Tra Dep

(4) (5) (6)

11.000 6.000 12.000

TTL 11.000 6.000 12.000

OPR 3.1.4 Baggage

GROUND HANDLING PRODUCTION

BAGGAGE

Arr Dep

Pcs Wt Pcs Wt

(7) (8) (9) (10)

TTL

Kolom Pcs (7) : diisi dengan jumlah bagasi kedatangan yang dilayani pada bulan
tersebut dalam satuan koli/potong. Contoh : Jumlah bagasi yang datang adalah 20.000
koli/potong maka di kolom (7) diisi 20.000).

Kolom Wt (8) : diisi dengan jumlah bagasi kedatangan yang dilayani pada bulan
tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Berat bagasi yang datang adalah 25.000
kilogram maka di kolom (8) diisi 25.000.

Kolom Pcs (9) : diisi dengan jumlah bagasi keberangkatan yang dilayani pada bulan
tersebut dalam satuan koli/potong. Contoh : Jumlah bagasi yang berangkat adalah
35.000 koli/potong maka di kolom (9) diisi 35.000.

Kolom Wt (10) : diisi dengan jumlah bagasi keberangkatan yang dilayani tersebut
dalam satuan kilogram. Contoh : Berat bagasi yang berangkat adalah 40.000 kilogram
maka di kolom (10) diisi 40.000.

Rev. 02 OPR - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Baris Total : diisi jumlah total bagasi sesuai kriteria masing-masing yang ditangani.
Jumlah bagasi arrival diisi 20.000 dan 25.000, bagasi departure diisi 35.000 dan 40.000.

GROUND HANDLING PRODUCTION

BAGGAGE

Arr Dep

Pcs Wt Pcs Wt

(7) (8) (9) (10)

20.000 25.000 35.000 40.000

TTL 20.000 25.000 35.000 40.000

OPR 3.1.5 Cargo & Mail

CARGO & MAIL

DOMESTIC INTERNATIONAL

INBOUND OUTBOUND INBOUND OUTBOUND

Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt

(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

TOTAL

Kolom Pcs (11) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan domestic yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang datang adalah 10.000
pieces/koli maka di kolom (11) diisi 10.000.

Kolom Wt (12) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan domestic yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang datang adalah 25.000
kilogram, maka di kolom (12) diisi 25.000.

Kolom Pcs (13) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan domestic yang dilayani
pada bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang berangkat adalah
20.000 pieces/koli maka di kolom (13) diisi 20.000.

Rev. 02 OPR - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kolom Wt (14) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan domestic yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang berangkat adalah 40.000
kilogram maka di kolom (14) diisi 40.000.

Kolom Pcs (15) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan international yang dilayani
pada bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang datang adalah 150
pieces/koli maka di kolom (15) diisi 150.

Kolom Wt (16) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan international yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang datang adalah 3.000
kilogram, maka di kolom (16) diisi 3.000.

Kolom Pcs (17) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan international yang dilayani
pada bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang berangkat adalah
700 pieces/koli maka di kolom (17) diisi 700.

Kolom Wt (18) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan international yang dilayani
pada bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang berangkat adalah
8.000 kilogram, maka di kolom (18) diisi 8.000.

Baris Total : diisi total kargo sesuai kriteria masing-masing yang ditangani.

Jumlah incoming diisi 10.000 dan 25.000, jumlah outgoing diisi 20.000 dan 40.000.
Jumlah international inbound diisi 150 dan 3.000, jumlah outbound diisi 700 dan 8.000.

CARGO & MAIL

DOMESTIC INTERNASTIONAL

INBOUND OUTBOUND INBOUND OUTBOUND

Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt

(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

10.000 25.000 20.000 40.000 150 3.000 700 8.000

TOTAL 10.000 25.000 20.000 40.000 150 3.000 700 8.000

Rev. 02 OPR - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPR 3.2.0 Warehousing Production

WAREHOUSING PRODUCTION

DOMESTIC INTERNASTIONAL

INBOUND OUTBOUND INBOUND OUTBOUND

Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt

(19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)

TOTAL

Kolom Pcs (19) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan domestic yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang datang adalah 10.000
pieces/koli maka di kolom (19) diisi 10.000.

Kolom Wt (20) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan domestic yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang datang adalah 30.000
kilogram, maka di kolom (20) diisi 30.000.

Kolom Pcs (21) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan domestic yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang berangkat adalah 20.000
pieces/koli maka di kolom (21) diisi 20.000.

Kolom Wt (22) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan domestic yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang berangkat adalah 40.000
kilogram maka di kolom (22) diisi 40.000.

Kolom Pcs (23) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan international yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang datang adalah 15.000
pieces/koli maka di kolom (23) diisi 15.000.

Kolom Wt (24) : diisi dengan jumlah cargo kedatangan international yang dilayani pada
bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang datang adalah 30.000
kilogram, maka di kolom (24) diisi 30.000.

Kolom Pcs (25) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan international yang dilayani
pada bulan tersebut dalam satuan pieces/koli. Contoh : Cargo yang berangkat adalah
70.000 pieces/koli maka di kolom (25) diisi 70.000.

Rev. 02 OPR - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kolom Wt (26) : diisi dengan jumlah cargo keberangkatan international yang dilayani
pada bulan tersebut dalam satuan kilogram. Contoh : Cargo yang berangkat adalah
80.000 kilogram, maka di kolom (26) diisi 80.000.

Baris Total : diisi jumlah total kargo sesuai kriteria masing-masing yang ditangani, maka
jumlah incoming warehousing diisi 10.000 dan 30.000, jumlah outgoing warehousing diisi
20.000 dan 40.000. Jumlah inbound warehousing diisi 15.000 dan 30.000, jumlah
outbound warehousing diisi 70.000 dan 80.000.

WAREHOUSING PRODUCTION

DOMESTIC INTERNASTIONAL

INBOUND OUTBOUND INBOUND OUBOUND

Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt Pcs Wt

(19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)

10.000 30.000 20.000 40.000 15.000 30.000 70.000 80.000

TOTAL 10.000 30.000 20.000 40.000 15.000 30.000 70.000 80.000

OPR 3.3.0 Additional Production (AHAN)

OPR 3.3.1 GSE Motorized

GSE MOTORIZED

VIP
AHAN ATW ATN ACU ASR BCL BTT LLD GPU PBS LST WST MDL APB IPL FLT
CAR

(28) (29) (30) (31) (32) (33) (34) (35) (36) (37) (38) (39) (40) (41) (42) (43) (44)

TTL

Kolom ATW (29) : diisi dengan jumlah ATW yang disewakan dalam satuan
occation/sekali push. Contoh : ATW dipakai 5 kali pada bulan berjalan, diisi 5.

Kolom ATN (30) : diisi dengan jumlah ATN yang disewakan dalam satuan occation/sekali
push. Contoh: ATN dipakai 6 kali pada bulan berjalan, diisi 6.

Rev. 02 OPR - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kolom ACU (31) : diisi dengan jumlah ACU yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh : ACU dipakai selama 25 jam pada bulan berjalan, diisi 25.

Kolom ASR (32) : diisi dengan jumlah ASR yang disewakan dalam satuan per start
engine. Contoh : ASR dipakai start engine 20 kali pada bulan berjalan, diisi 20.

Kolom BCL (33) : diisi dengan jumlah BCL yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh : BCL dipakai selama 25 jam pada bulan berjalan, diisi 25.

Kolom BTT (34) : diisi dengan jumlah BTT yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh : BTT dipakai selama 15 jam pada bulan berjalan, diisi 15.

Kolom LLD (35) : diisi dengan jumlah LLD yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh : LLD dipakai selama 10 jam pada bulan berjalan, diisi 10.

Kolom GPU (36) : diisi dengan jumlah GPU yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh : GPU dipakai selama 20 jam pada bulan berjalan, diisi 20.

Kolom PBS (37) : diisi dengan jumlah PBS yang disewakan dalam satuan occation/sekali
pelayanan. Contoh : PBS dipakai sebanyak 20 kali pada bulan berjalan, maka diisi 20.

Kolom LST (38) : diisi dengan jumlah LST yang disewakan dalam satuan occation/sekali
pelayanan. Contoh : LST dipakai sebanyak 15 kali pada bulan berjalan, maka diisi 15.

Kolom WST (39) : diisi dengan jumlah WST yang disewakan dalam satuan
occation/sekali pelayanan. Contoh : WST dipakai selama 25 jam pada bulan berjalan, diisi
25.

Kolom MDL (40) : diisi dengan jumlah MDL yang disewakan dalam satuan hour (jam)
Contoh : MDL dipakai selama 20 jam pada bulan berjalan, diisi 20.

Kolom APB (41) : diisi dengan jumlah APB yang disewakan dalam satuan occasion/sekali
pelayanan. Contoh : APB dipakai sebanyak 15 kali pada bulan berjalan, maka diisi 15.

Kolom VIP CAR (42) : diisi dengan jumlah VIP CAR yang disewakan dalam satuan
occasion/sekali pelayanan. Contoh : VIP CAR dipakai sebanyak 25 kali pada bulan
berjalan, maka diisi 25.

Kolom IPL (43) : diisi dengan jumlah IPL yang disewakan dalam satuan occasion/sekali
pelayanan. Contoh : IPL dipakai sebanyak 15 kali pada bulan berjalan, maka diisi 15.

Rev. 02 OPR - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kolom FLT (44) : diisi dengan jumlah FLT yang disewakan dalam satuan occasion/sekali
pelayanan.

Contoh : FLT dipakai sebanyak 25 kali pada bulan berjalan, maka diisi 25.

GSE MOTORIZED

VIP
AHAN ATW ATN ACU ASR BCL BTT LLD GPU PBS LST WST MDL APB IPL FLT
CAR

(28) (29) (30) (31) (32) (33) (34) (35) (36) (37) (38) (39) (40) (41) (42) (43) (44)

5 6 25 20 25 15 10 20 20 15 25 20 15 25 15 25

TTL 5 6 25 20 25 15 10 20 20 15 25 20 15 25 15 25

OPR 3.3.2 Non Motorized

NON MOTORIZED

SKILLED UNSKILLED
BCT CDL FRX MPS PDL ATB ACK WCHR BCL-T WSC LSC
PERSON PERSON

(45) (46) (47) (48) (49) (50) (51) (52) (53) (54) (55) (56) (57)

Kolom SKILLED PERSON (45): diisi dengan jumlah SDM skill yang dipergunakan
customer dalam satuan man hour (jam). Contoh : SDM Skill dipergunakan dalam
hitungan 20 man hour pada bulan berjalan, diisi 20.

Kolom PERSONNEL UNSKILLED PERSON (46): diisi dengan jumlah SDM nonskill
yang dipergunakan customer dalam satuan man hour (jam). Contoh: SDM Non Skill
dipergunakan dalam hitungan 30 man hour pada bulan berjalan, diisi 30.

Kolom BCT (47): diisi dengan jumlah BCT yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh: BCT dipergunakan selama 25 jam pada bulan berjalan, diisi 25.

Rev. 02 OPR - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kolom CDL (48): diisi dengan jumlah CDL yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh: CDL dipergunakan selama 15 jam pada bulan berjalan, diisi 15.

Kolom FRX (49): diisi dengan jumlah FRX yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh: FRX dipergunakan selama 30 jam pada bulan berjalan, diisi 30.

Kolom MPS (50): diisi dengan jumlah BCT yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh: MPS dipergunakan selama 15 jam pada bulan berjalan, diisi 15.

Kolom PDL (51) : diisi dengan jumlah ATB yang disewakan dalam satuan hour (jam).
Contoh: PDL dipergunakan selama 25 jam pada bulan berjalan, diisi 25.

Kolom ATB (52) : diisi dengan jumlah ATB yang disewakan dalam satuan
occation/sekali pelayanan. Contoh: ATB dipakai 6 kali pada bulan berjalan, diisi 6.

Kolom ACK (53) : diisi dengan jumlah ACK yang disewakan dalam satuan per hour
(jam). Contoh: ACK dipergunakan selama 10 jam pada bulan berjalan, diisi 10.

Kolom WCHR (54) : diisi dengan jumlah WCHR yang disewakan dalam sekali pakai.
Contoh: WCHR dipergunakan selama 20 kali pada bulan berjalan, diisi 20.

Kolom BCL-T (55) : diisi dengan jumlah BCL-T yang disewakan dalam sekali pakai.
Contoh: BCL-T dipergunakan selama 20 kali pada bulan berjalan, diisi 20.

Kolom WSC (56) : diisi dengan jumlah WSC yang disewakan dalam sekali pakai.
Contoh: WSC dipergunakan selama 15 kali pada bulan berjalan, diisi 15.

Kolom LSC (57) : diisi dengan jumlah LSC yang disewakan dalam sekali pakai. Contoh:
LSC dipergunakan selama 20 kali pada bulan berjalan, diisi 20.

Rev. 02 OPR - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

NON MOTORIZED

SKILLED UNSKILLED
BCT CDL FRX MPS PDL ATB ACK WCHR BCL-T WSC LSC
PERSON PERSON

(45) (46) (47) (48) (49) (50) (51) (52) (53) (54) (55) (56) (57)

20 30 25 15 30 15 25 6 10 10 20 15 20

20 30 25 15 30 15 25 6 10 10 20 15 20

OPR 3.4.0 Pencapaian Kinerja Operasional

OPR 3.4.1 Kinerja Handling Delay (SHD)

Berdasarkan, Airport Handling Manual Edisi 1 Januari – 31 Desember 2015 Edisi 35


Chapter 730 delay code maka keterlambatan penerbangan yang disebabkan oleh
ground handling ditetapkan sebagai berikut:

Numeric Alphabetic Reason of delay

Passenger and Baggage

11 PD LATE CHECK-IN, acceptance after deadline

12 PL LATE CHECK-IN, congestion in check in area.

13 PE CHECK-IN ERROR, passenger and baggage

BOARDING, discrepancies and paging, missing check-in


15 PH
passenger

17 PC CATERING ORDER, late or incorrect order given to supplier

18 PB BAGGAGE PROCESSING, sorting, etc

Cargo and Mail

21 CD DOCUMENTATION, errors, etc

22 CP LATE POSITIONING

23 CC LATE ACCEPTANCE

26 CU LATE PREPARATION IN WAREHOUSE

Rev. 02 OPR - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Mail Only

28 CL LATE POSITIONING

29 CA LATE ACCEPTANCE

Aircraft and Ramp Handling

AIRCRAFT DOCUMENTATION LATE/INACCURATE, weight


31 GD
and balance, general declaration, pax manifest, etc.

LOADING/ UNLOADING, bulky, special load, cabin load, lack


32 GL
of loading staff

LOADING EQUIPMENT, lack of or breakdown, e.g. container


33 GE
palled loader, lack of staff

SERVICING EQUIPMENT, lack of or breakdown, lack of


34 GS
staff, e.g. steps

35 GC AIRCRAFT CLEANING

TECHNICAL EQUIPMENT, lack of or breakdown, lack of


39 GT
staff, e.g. push-back

Damage to Aircraft

DAMAGE DURING GROUND OPERATIONS, collisions (other


52 DG than during taxiing), loading/off-loading damage,
contamination, towing, extreme weather conditions

Flight Operations and Crewing

FLIGHT PLAN, late completion or change of, flight


61 FP
documentation

62 FF OPERATIONAL REQUIREMENTS, fuel, load alteration

Reactionary

92 RT THROUGH CHECK-IN ERROR, passenger and baggage

Miscellaneous

This code shall be used only when it is clear that a reason


99 MX
cannot be matched to a code above

Rev. 02 OPR - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPERATION PERFORMANCE ACHIEVEMENT

SHD

Delay Code Jumlah

(59) (60)

TTL

Kolom delay code (59) diisi dengan delay code yang terjadi atas kesalahan Ground
Handling pada bulan tersebut. Contoh : saat menangani penerbangan Airlines X terjadi
delay antara lain DL 15, DL 31, DL 32, others.

Kolom Jumlah (60) diisi jumlah kasus delay yang terjadi berkaitan dengan kolom (60).
Contoh : Terjadi kasus DL 15 sebanyak 1 kali, maka pada kolom tersebut diisi 1, terjadi
kasus DL 31 sebanyak 2 kali, maka pada kolom tersebut diisi 2, terjadi kasus DL 32
sebanyak 1 kali, maka pada kolom tersebut diisi 1, terjadi others sebanyak 2 kali, maka
pada kolom tersebut diisi 2.

OPERATION PERFORMANCE ACHIEVEMENT

SHD

Delay Code Jumlah

(59) (60)

DL 15 1

DL 31 2

DL 32 1

Others 2

TTL 6

Baris Total : diisi dengan total delay yang terjadi pada bulan tersebut.

Rev. 02 OPR - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Cara Perhitungan :

Total Delay
SHD = X x 100%
Total Produksi (baris total produksi type of aircraft/OPR 3.1.2)

Contoh: Jumlah produksi yang dilayani (N/B dan W/B) pada OPR 3.1.2 = 365.

Delay yang terjadi :

1. DL 15 : 1

2. DL 31 : 2

3. DL 32 : 1

4. Others : 2

5. Total : 6

Maka:

6
SHD = x 100% = 1,64%
365

Real. bln ini (84) 1,64 %

Target bln ini (85) 1,60 %

Target bln depan (86) 1,55 %

Target RKAP (87) 2,00 %

Hasil dari pembagian dan perkalian tersebut (1,64%) diisi pada baris (84) realisasi bulan
ini.

Baris target bulan ini (85) dan baris target bulan depan (86) diisi sesuai
kesepakatan managemen cabang. Contoh : target bulan ini 1,60 % dan target
bulan depan 1,55 %, maka baris (85) diisi 1,60 % dan baris (86) diisi 1,55%.

Baris target RKAP (87) diisi dengan target RKAP cabang tahun berjalan. Contoh :
target RKAP tahun berjalan ditentukan 0,2 %, maka baris (87) diisi 0,2 %.

Rev. 02 OPR - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPR 3.4.2 MisHandling Baggage (MHB)

Berdasarkan IATA Recommended Practice 1743e effective 1 Juni 2008, baggage


mishandling (s) dikelompokkan sebagai berikut :

Irregularity Codes

Primary Secondary
Reason for the baggage mishandling(s)
Code Code

Origin Station – Check In

S 11 Incorrect or no entries on tag

S 12 Not checked to final destination

S 13 Checked to final destination – 2 Separate Contracts


P 10
S 15 Wrong bag labeled i. e tag switch

S 16 Bag received too late from check in

S 17 Old tag not removed

S 18 Bag (s) not authorized to load

Origin Station – Failed to load

S 21 Bag left at station of origin/correctly labeled

P 20 S 23 Standby baggage left behind

S 25 Gate checked baggage left behind

S 26 Off-loading due space/weight restrictions

S 27 Local passenger rerouted, bag not rerouted

Any Station – Loading/Offloading

S 31 Sorting or loading error – wrong aircraft.

S 32 Off-loaded by error
P 30
S 33 Not off-loaded

Sorting or loading error – wrong container/wrong


S 35
compartment/behind cargo

P 40 Arrival Station

Rev. 02 OPR - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

S 41 Delivered to wrong area

S 42 Delayed delivery to claim area

S 43 Delayed delivery of oversized/odd sized baggage to claim


area

Transfer Station

S 51 Passenger rerouted, bag not rerouted

S 52 Interline – MCT (Minimum Coneccting Time) available

S 53 Interline – MCT (Minimum Coneccting Time) not available

Interline – Bag(s) not made available by inbound carrier


S 54
P 50 per local agreement

S 55 Online (own carrier) – MCT available

S 56 Online (own carrier) – MCT not available

S 57 Alliance partner

S 58 Codeshare partner

S 59 Bag (s) not authorized to load

Airport General

S 61 Industrial dispute i.e strike

S 62 Other reasons (i.e meteorological)

S 63 Airport security

P60 S 64 Unserviceable equipment (belt/sortation system, etc.)

S 65 Space/Weight restrictions due meteorological conditions

Error by non aviation carrier, e.g. Cruise or ground


S 66
transportation

S67 Customs, police, immigration actions

Miscellaneous

P 70 S 72 Passenger off-loaded, bag not off-loaded

S 73 Bag not claimed by passenger where required

Rev. 02 OPR - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

S 74 Bag switch, e.g. passenger takes wrong bag

Security (not identified by passenger at security check,


S 75
security removed item)

S 76 Found without tag

S 77 Errors by other carrier, e.g. tagging, etc.

S 78 Reason for mishandling not detectable

S 79 Report created in error

Damage

P 80 S 83 Damage to security inspected baggage

S 91 Pilferage including bag damage

Pilferage

S 91 Pilferage including bag damage

S 93 Pilferage from security inspected baggage


P 90
S 95 Pilferage from crew baggage

S 96 Pilferage from crew baggage including bag damage

S 98 Pilferage from security inspected crew baggage

Note 1 : For the purpose of reporting, a Handling Agent acting on behalf of a carrier shall be
considered to be that carrier.

Note 2 : The station responsible for the mishandled shall be identified by the IATA approved
three-letter location code. If the bag is not yet found, or if the responsible station cannot be
identified, the code XXX shall be used instead of a location code.

Rev. 02 OPR - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPERATION PERFORMANCE ACHIEVEMENT

MISHANDLING BAGGAGE (MHB)

ARRIVAL DEPARTURE

Jumlah Jumlah FS
Kasus RL Kasus RL
Kasus Pcs Kasus Pcs

(61) (62) (63) (64) (65) (66) (67) (68) (69)

TTL

AHL, DPR dan OHD ditetapkan sebagai mishandling baggage cases, untuk arrival
mishandling baggage pada kolom (61) dan departure mishandling baggage pada kolom
(65).

Kolom Jumlah Kasus (62) dan : diisi dengan jumlah arrival mishandling baggage
(62) dan departure mishandling baggage (66) yang terjadi. Contoh 1 : Jumlah AHL
sebanyak 25 kasus, diisi 25 pada kolom (55) (62), Jumlah DPR sebanyak 20 kasus, diisi
20 pada kolom (55) (62), Jumlah OHD sebanyak 5 kasus, diisi 5 pada kolom (55)
(62). Contoh 2 : Jumlah AHL sebanyak 20 kasus, diisi 20 pada kolom (66), Jumlah
DPR sebanyak 15 kasus, diisi 15 pada kolom (66), Jumlah OHD sebanyak 1 kasus, diisi
1 pada kolom (66).

Kolom Jumlah Pcs (56) (63) & (67): diisi dengan jumlah mishandling baggage arrival
(63) dan departure (67) masing-masing dalam satuan koli/potong. Contoh 1 : Jumlah
AHL sebanyak 50 koli, diisi 50 pada kolom (56) (63), Jumlah DPR sebanyak 30 koli,
diisi 30 pada kolom (56) (63), Jumlah OHD sebanyak 10 koli, diisi 10 pada kolom (56)
(63). Contoh 2 : Jumlah AHL sebanyak 40 koli, diisi 40 pada kolom (67), Jumlah DPR
sebanyak 20 koli, diisi 20 pada kolom (67), Jumlah OHD sebanyak 15 koli, diisi 15 pada
kolom (67).

Kolom RL (57) (64) & (69): diisi Secondary code baggage irregularity yang
dominan/banyak terjadi. Pengisian kolom ini hanya mencatat 3 (tiga) RL yang dominan.
Rev. 02 OPR - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Secondary code baggage irregularity ditulis berdasarkan urutan jumlah terbesar


baggage mishandling. Contoh 1: Baggage mishandling yang terjadi pada bulan berjalan
yang dominan disebabkan oleh S RL 21 sebanyak 4 kasus, S RL 76 sebanyak 5 kasus, S
RL 83 sebanyak 3 kasus, S RL 16 sebanyak 1 kasus, S RL 41 sebanyak 1 kasus, maka
pada kolom RL (57) (64) diisi secara urut S 76, S 21, S 83). Contoh 2: Baggage
mishandling yang terjadi pada bulan berjalan yang dominan disebabkan oleh S RL 21
sebanyak 8 kasus, S RL 76 sebanyak 10 kasus, S RL 83 sebanyak 3 kasus, S RL 16
sebanyak 2 kasus, S RL 41 sebanyak 1 kasus, maka pada kolom RL (57) (69) diisi
secara urut S 76, S 21, S 83).

Kolom FS (58) (69): diisi sesuai dengan kesalahan cabang itu sendiri dalam pelayanan
penanganan bagasi. Cabang wajib memonitor FS-nya yang terjadi di origin station,
transit station maupun destination station. diisi 3 cabang terbesar penyebab terjadinya
baggage mishandling yang dituliskan berdasarkan urutan terbesar. Contoh : Baggage
mishandling yang terjadi pada bulan berjalan yang dominan disebabkan oleh cabang
UPG sebanyak 2 kasus, SUB sebanyak 5 kasus, CGK sebanyak 10 kasus, MES sebanyak
8 kasus, BPN sebanyak 3 kasus, DPS sebanyak 6 kasus, maka pada kolom FS (58) diisi
secara urut CGK, MES, DPS.

Baris Total diisi dengan jumlah total dari kasus, pieces/koli baggage mishandling yang
terjadi. Contoh : Total sebanyak 50 kasus dan 90 koli, maka pada baris total ditulis 50
dan 90.

Perhitungan baggage handling irregularity Mishandling Baggage (MHB) berdasarkan


jumlah (pieces) bagasi mishandling yang terjadi.

Cara Perhitungan :

Total Pieces on Arrival & Departure Baggage Mishandling


MHB =
Total Pieces on Arrival & Departure Baggage

Contoh : terjadi baggage mishandling sebanyak 90 koli kolom (63) dan 10 koli (67)
dari penanganan arrival sebanyak 20.000 koli (kolom 7) dan penanganan departure
sebanyak 35.000 koli (kolom 9) pada bulan berjalan.

Rev. 02 OPR - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

90+10 100 2

MHB = = = =0,0018

20.000+35.000 55.000 1.100

MHB = terjadi 3 mishanding baggage setiap 1.650 bagasi yang ditangani.

Real. bln ini (84) 0,018

Target bln ini (85) 0.002

Target bln depan (86) 0,002

Target RKAP (87) 0,002

Hasil dari pembagian tersebut (0,0018) diisi pada baris real bulan ini (84) dengan
(0,0018) Baris target bulan ini (85) dan baris target bulan depan (86) diisi sesuai
kesepakatan managemen cabang. Contoh : target bulan ini (0,002) dan target bulan
depan (0,002), maka baris (85) diisi (0,002) dan baris (86) diisi (0,002).

OPR 3.4.3 Kinerja Baggage Delivery Time (BDT)

1. BDT dihitung berdasarkan waktu bagasi pertama (FIBAG) dan bagasi terakhir
(LABAG) yang sesuai dengan SLA.

Cara Perhitungan :

1. BDT N/B FIBAG

Produksi N/B - Produksi yang melewati batas BDT FIBAG


N/B FIBAG = x 100%
Produksi N/B

2. BDT N/B LABAG

Produksi N/B - Produksi yang melewati batas BDT LABAG


N/B LABAG = x 100%
Produksi N/B

Rev. 02 OPR - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. BDT N/B

BDT N/B FIBAG + BDT N/B LABAG


BDT N/B =
2

4. BDT W/B FIBAG

Produksi W/B - Produksi yang melewati batas BDT FIBAG


W/B FIBAG = x 100%
Produksi W/B

5. BDT W/B LABAG

Produksi W/B - Produksi yang melewati batas BDT LABAG


W/B LABAG = x 100%
Produksi W/B

6. BDT W/B

BDT W/B FIBAG + BDT W/B LABAG


BDT W/B =
2

Contoh :

2. Dasar perhitungan ketentuan BDT (sesuai SLA airline X),

N/B W/B

FIBAG ATA + 10 menit ATA + 15 menit

LABAG ATA + 20 menit ATA + 30 menit

a. Pesawat ke 1: N/B

 FIBAG = 9 menit (< 10 menit, sehingga bukan merupakan irregularity).

Rev. 02 OPR - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

 LABAG = 22 menit (> 20 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


LABAG dihitung 1.

b. Pesawat ke 2: N/B

 FIBAG = 12 menit ( > 10 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


FIBAG dihitung 1.

 LABAG = 25 menit (> 20 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


LABAG dihitung 1.

c. Pesawat ke 3: N/B

 FIBAG = 9 menit (< 10 menit, sehingga bukan merupakan irregularity).

 LABAG = 23 menit (> 20 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


LABAG dihitung 1.

d. Pesawat ke 4: N/B

 FIBAG = 11 menit ( > 10 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


FIBAG dihitung 1.

 LABAG = 27 menit (> 20 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


LABAG dihitung 1.

Apabila pesawat N/B ke 5 s/d N/B ke 320 tidak mengalami keterlambatan


pengiriman bagasi, maka FIBAG dan LABAG dihitung 0.

a. Pesawat 1: W/B

 FIBAG = 11 menit (< 15 menit, sehingga bukan merupakan irregularity).

 LABAG = 35 menit (> 30 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


LABAG dihitung 1

b. Pesawat 2: W/B

 FIBAG = 16 menit (> 15 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


FIBAG dihitung 1.

 LABAG = 40 menit (> 30 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


LABAG dihitung 1.

c. Pesawat 3: W/B

Rev. 02 OPR - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

 FIBAG = 12 menit (< 15 menit, sehingga bukan merupakan irregularity)

 LABAG = 32 menit (> 30 menit, sehingga merupakan irregularity), maka


LABAG dihitung 1.

Apabila pesawat W/B ke 4 s/d W/B ke 45 tidak mengalami keterlambatan


pengiriman bagasi, maka FIBAG dan LABAG dihitung 0.

Kolom Jumlah N/B FIBAG (70), N/B LABAG (71), W/B FIBAG (72) dan
(W/B) LABAG (73) diisi jumlah irregularity yang terjadi untuk masing-masing
kolom.

OPERATION PERFORMANCE ACHIEVEMENT

BAGGAGE DELIVERY TIME (BDT)

N/B W/B

FIBAG LABAG FIBAG LABAG

(70) (71) (72) (73)

2 4 1 3

TOTAL 2 4 1 3

3. BDT N/B

320 - 2
BDT N/B FIBAG = x 100% = 99,38%
320

320 - 4
BDT N/B LABAG = x 100% = 98,75%
320

99,38 + 98,75
BDT N/B = = 99,07%
2

Rev. 02 OPR - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Real. bln ini (84) 99,07 %

Target bln ini (85) 99,00 %

Target bln depan (86) 99,10 %

Target RKAP (87) 99,00 %

Hasil dari pembagian dan perkalian tersebut (99,07 %) diisi pada baris real bulan ini
(84) dengan 99,07 %.

Baris target bulan ini (85) dan baris target bulan depan (86) diisi sesuai
kesepakatan managemen cabang. Contoh : target bulan ini 99,00 % dan target
bulan depan 99,10 %, maka baris (85) diisi 99,00 % dan baris (86) diisi 99,10 %.

Baris target RKAP (87) diisi dengan target RKAP cabang tahun berjalan. Contoh :
target RKAP tahun berjalan ditentukan 99,00 %, maka baris (87) disi 99,00 %.

4. BDT W/B

45 - 1
BDT W/B FIBAG = x 100% = 97,78%
45

45 - 3
BDT W/B LABAG = x 100% = 93,33%
45

97,78% + 93,33%
BDT W/B = = 95,56%
2

Real. bln ini (84) 95,56 %

Target bln ini (85) 97,00 %

Target bln depan (86) 96,00 %

Target RKAP (87) 99,00 %

Rev. 02 OPR - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Hasil dari pembagian dan perkalian tersebut (95,56 %) diisi pada baris real bulan ini
(84) dengan 95,56 %.

Baris target bulan ini (85) dan baris target bulan depan (86) diisi sesuai
kesepakatan managemen cabang. Contoh: target bulan ini 97,00% dan target
bulan depan 96,00%, maka baris (78) (85) diisi 97,00 dan baris (79) (86) diisi
96,00%.

Baris target RKAP (87) diisi dengan target RKAP cabang tahun berjalan. Contoh :
target RKAP tahun berjalan ditentukan 99,00%, maka baris (87) diisi 99,00%.

OPR 3.4.4 Kinerja Cargo Handling Irregularity (CHI)

Secara garis besar, Cargo Handling Irregularity disebabkan oleh 3 (tiga) kelompok besar
yaitu :

1. Damage Cargo

yaitu kargo dan mail yang ditemukan dalam keadaan rusak baik kerusakan packing,
isi ataupun mutu dari kargo itu sendiri, meliputi Crushed, Broken, Dented, Hole,
Leakage, Open Seams, Tape Torn, Torn, Wet.

2. Missing Cargo

meliputi totally missing, partially missing, pilferage.

3. Others

meliputi Left Behind, Overcarried, Surplus, Found AWB, Missing AWB, Missing Mail
Bag, Miss-Handling (Miss Labelled / unlabelled ; Miss-contour ; Miss-counting ; Miss-
typing).

Perhitungan Cargo Handling Irregularity didasarkan atas jumlah cargo yang diproduksi
dengan cargo yang mengalami irregularity dikarenakan oleh 3 (tiga) kategori penyebab
tersebut diatas yang terjadi di Cabang tersebut.

Rev. 02 OPR - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PENCAPAIAN KINERJA OPERASIONAL


CARGO HANDLING IRREGULARITY (CHI)
Kasus INBOUND OUTBOUND FS

(74) (75) (76) (77)


Damage 5 10
Missing 10 5
Others 5 20
TTL 20 35

Kolom Cases (74): disi penyebab Cargo Handling Irregularity, yaitu Damage,
Missing dan Others.

Kolom Inbound (75) : diisi jumlah mishandling cargo inbound yang terjadi pada
bulan tersebut dalam satuan koli/potong.

Kolom Outbound (76) : diisi jumlah mishandling cargo outbound yang terjadi pada
bulan tersebut dalam satuan koli/potong.

Kolom FS (77) : diisi sesuai dengan kesalahan cabang dalam pelayanan


penanganan cargo.

Cara perhitungan:

Jumlah Mishandling/Irregularity Cargo & Mail inbound (Pcs)


CHI inbound = x 100%
Jumlah Cargo & Mail inbound (Pcs)

Jumlah Mishandling/Irregularity Cargo & Mail outbound (Pcs)


CHI outbound = x 100%
Jumlah Cargo & Mail outbound (Pcs)

Contoh:

1. Jumlah cargo dan mail inbound yang dilayani (kolom 11 + kolom 15 + pada
bulan tersebut: 10.150 koli/potong.

2. Jumlah cargo dan mail outbound yang dilayani (kolom 15 + kolom 17) pada
bulan tersebut: 20.700 koli/potong.

Rev. 02 OPR - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Jumlah cargo mishandling dan mail inbound yang terjadi (kolom 75) pada bulan
tersebut : 25 koli.

4. Jumlah cargo mishandling dan mail outbound yang terjadi (kolom 76) pada bulan
tersebut : 35 koli

Maka

25
CHI inbound = =0.003
10.150

35
CHI outbound = = 0,002
20.700

Real. bln ini (84) 0,003 0,002

Target bln ini (85) 0,015 0,02

Target bln depan (86) 0,015 0,02

Target RKAP (87) 0,015 0,02

Hasil dari pembagian dan perkalian tersebut (0,003) (0,002) diisi pada baris (84)
realisasi bulan ini dengan CHI inbound (75) 0,003 dan CHI Outbound (76) 0,002.

Baris target bulan ini (85) dan baris target bulan depan (86) diisi sesuai
kesepakatan managemen cabang. Contoh : target bulan ini untuk inbound dan
outbound adalah 0,015 dan 0,02 serta target bulan depan inbound dan outbound
adalah 0,015 dan 0,02 maka baris (85) diisi 0,015 dan 0,02 serta baris (86) diisi
0,015 dan 0,02.

Baris target RKAP (87) diisi dengan target RKAP cabang tahun berjalan. Contoh :
target RKAP tahun berjalan ditentukan 0,015 dan 0,02, maka baris (87) diisi
Inbound 0,015 dan outbound 0,02.

Rev. 02 OPR - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPR 3.4.5 Kinerja Warehousing Handling Irregularity (WHI)

Warehousing Handling Irregularity secara garis besar disebabkan oleh adanya


kesalahaan saat proses:

1. Damage Cargo

Yaitu kargo dan mail yang ditemukan dalam keadaan rusak baik kerusakan
packing, isi ataupun mutu dari kargo itu sendiri, meliputi Crushed, Broken,
Dented, Hole, Leakage, Open Seams, Tape Torn, Torn, Wet.

2. Missing Cargo

Meliputi totally missing, partially missing, pilferage.

3. Others

meliputi Left Behind, Overcarried, Surplus, Found AWB, Missing AWB, Missing
Mail Bag, Miss-Handling (Miss Labelled / unlabelled; Miss-contour; Miss-counting;
Miss-typing).

PENCAPAIAN KINERJA OPERASIONAL


WAREHOUSING HANDLING IRREGULARITY (WHI)
Kasus Inbound Outbound FS

(78) (79) (80) (81)


Damage 10 5
Missing 5 10
Others 20 10
TTL 35 25

Kolom kasus (78) : diisi dengan penyebab terjadinya warehousing mishandling


tersebut yaitu: Damage, Missing dan Others.

Kolom inbound (79) : diisi dengan jumlah mishandling warehousing inbound yang
terjadi pada bulan tersebut dalam satuan koli/potong.

Kolom Outbound (80): diisi dengan jumlah mishandling warehousing outbound


yang terjadi pada bulan tersebut dalam satuan koli/potong.

Kolom FS (78): diisi sesuai dengan kesalahan cabang itu sendiri dalam pelayanan
penanganan warehousing. FS dapat terjadi di origin station, transit station maupun
destination station. Cabang wajib memonitor FS-nya

Rev. 02 OPR - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Cara Perhitungan:

Jumlah Mishandling/Irregularity Warehousing inbound (Pcs)


WHI inbound = x 100%
Jumlah Produksi Warehousing inbound (Pcs)

Jumlah Mishandling/Irregularity Warehousing outbound (Pcs)


WHI outbound = x 100%
Jumlah Produksi Warehousing outbound (Pcs)

Contoh:

1. Jumlah produksi warehousing inbound pada bulan berjalan (kolom 19 + +


kolom 23) sebanyak 25.000 koli.

2. Jumlah produksi warehousing outbound pada bulan berjalan (kolom 21 + +


kolom 25) sebanyak 90.000 koli.

3. Jumlah mishandling cargo inbound yang terjadi (kolom 79) sebanyak : 35


koli.

4. Jumlah mishandling cargo outbound yang terjadi (kolom 80) sebanyak : 25


koli.

Maka :

35
WHI inbound= x 0,14
25.000

25
WHI outbound = = 0,027
90.000

Real. bln ini (84) 0,14 0.027

Target bln ini (85) 0,015 0,02

Target bln depan (86) 0,015 0,02

Target RKAP (87) 0,015 0,02

Rev. 02 OPR - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Hasil dari pembagian tersebut diisi pada baris (84) realisasi bulan ini dengan
warehousing inbound adalan 0,14 dan warehousing outbound adalah 0,027.

Baris target bulan ini (85) dan baris target bulan depan (86) target bulan
depan diisi sesuai kesepakatan managemen cabang. Contoh : target bulan ini untuk
inbound 0,015 dan outbound 0,02 dan target bulan depan untuk inbound 0,015 dan
outbound 0,02 maka baris (85) diisi (0,015) dan (0,02) dan baris (86) diisi (0,015)
dan (0,02).

Baris target RKAP (87) diisi dengan target RKAP cabang tahun berjalan. Contoh :
target RKAP tahun berjalan ditentukan inbound (0,015) dan outbound (0,02) maka
baris (87) diisi (0,015) & (0,02).

OPR 3.4.6 Kinerja Accident dan Incident

1. Accident adalah Kejadian yang berhubungan dengan beroperasinya pesawat udara


atau selama berlangsungnya kegiatan operasional di darat yang mengakibatkan;
Kematian atau luka serius, Kerusakan pada bagian penting dan atau struktur pesawat
atau Ground Support Equipment yang mengharuskan dilakukannya “major repair”
sehingga berakibat pesawat atau Ground Support Equipment tidak dapat
dioperasikan. Kerusakan serius pada pesawat, peralatan Ground Support Equipment
atau fasilitas lainnya disebabkan factor alam yang tidak dapat dihindari.

2. Kejadian yang tidak dikategorikan kepada accident, namun digolongkan menjadi


irregularities/kesalahan proses berhubungan dengan kegiatan operasional di darat
yang berdampak pada aspek keselamatan pada pesawat atau Ground Support
Equipment (GSE).

OPERATION PERFORMANCE ACHIEVEMENT

ACCIDENT/INCIDENT

ACC INC

(82) (83)

TOTAL

Rev. 02 OPR - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kolom Accident (82): diisi apabila terjadi Accident pada bulan berjalan. Misal pada
bulan berjalan terjadi 1 kali Accident, maka pada kolom (82) diisi 1; tetapi bila tidak
terjadi Accident, maka diisi 0.

Kolom Incident (83): diisi apabila terjadi Incident pada bulan berjalan. Misal pada
bulan berjalan terjadi 3 Incident, maka pada kolom (83) diisi angka 3 ; tetapi bila
tidak terjadi Incident, maka diisi 0.

OPERATION PERFORMANCE ACHIEVEMENT

ACCIDENT/INCIDENT

ACC INC

(82) (83)

1 3

TOTAL 1 3

OPR 3.5.0 Analisis Pencapaian Kinerja Operasional

Penilaian/kesimpulan dan evaluasi terhadap hasil kinerja operasional yang tertulis di


dalam form F-OP-01D mengenai Laporan Kinerja Operasional. Di dalam Laporan analisa
Pencapaian Kinerja Operasional tersebut terdapat beberapa point yang dinilai antara lain :

1. Pencapaian Station Handling Delay (SHD).

2. Pencapaian Mishandling Baggage (MHB).

3. Pencapaian Baggage Delivery Time (BDT).

4. Pencapaian Cargo Handling Irregularity (CHI).

5. Pencapaian Warehousing Handling Irregularity (WHI).

6. Accident & Incident.

Analisis Laporan Kinerja Opersional tersebut diperiksa & dievaluasi oleh General Manager
(GM) kepala perwakilan yang selanjutnya dikirimkan kepada VP. Operation Services.

Rev. 02 OPR - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

OPR 3.6.0 Form Laporan Kinerja Operasional

Form Laporan Kinerja Operasioan No. F-OP-01D terdapat pada halaman berikut.

Rev. 02 OPR - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Rev. 02 OPR - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Rev. 02 OPR - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Halaman ini memang dibuat kosong


(This page is intentionally blank)

Rev. 02 OPR - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 2 - PASSENGER AND BAGGAGE HANDLING (PBH)

A. TUJUAN

1. Standar Manual Passenger and Baggage Handling (PBH) ini diterbitkan dan disahkan
sebagai dasar panduan bagi seluruh personel/staff/karyawan yang berfungsi dalam
kegiatan penanganan/pelayanan Penumpang dan Bagasi pada satu penerbangan
meliputi jenis - jenis pelayanan pada :

a. Proses Pre-Flight.

b. Proses Post-Flight.

2. Standar Manual Passenger and Baggage Handling (PBH) ini diterbitkan dan disahkan
dalam rangka memenuhi persayaratan pelayanan yang berbasis mengutamakan
Keamanan dan Keselamatan disetiap proses pelayanan pesawat udara di darat, serta
sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personel/staff/karyawan
tentang Pelayanan berbasis keamanan dan keselamatan dalam proses pelaksanaan
pelayanan sebagaimana dicanangkan dalam Budaya Perusahaan.

3. diterbitkan dan disahkan sesuai dalam hubungannya dengan pemenuhan persyaratan


IATA-ISAGO Register yang ditetapkan dalam rangka mengimplementasikan ketentuan-
ketentuan dalam ISAGO Standard Manual (GOSM) dan ISAGO Standard Recomended
Practices (GOSARPS) termasuk implementasi dari UU Nomor 1 tahun 2009 tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Sipil Republik Indonesia dan ICAO Anex 19
tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Civil Internasional.

4. Standar Manual Passenger and Baggage Handling (PBH) ini diterbitkan dan disahkan
sebagai salah satu Manual milik PT.Gapura Angkasa yang tunduk pada revisi segera dan
modifikasi dan/atau penyesuaian, apabila dipandang perlu jika ada perbedaan atau
perubahan atau bertentangan secara parsial sebagian dan/atau seluruh isi Manual ini
dengan ketentuan Perundang-undangan, Persyaratan Spesifik pelanggan penerbangan,
dan ketentuan-ketentuan ICAO dan IATA atau Badan Standardisasi yang menetapkan
standard kualitas perusahaan.

5. Standar Manual Passenger and Baggage Handling (PBH) ini diterbitkan dan disahkan
sebagai legal operasi untuk seluruh kegiatan sebagaimana tertuang dalam poin 1 diatas.

Rev. 02 PBH - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

B. SISTEMATIKA

Dalam sistematika Standar Manual Passenger and Baggage Handling (PBH) dibagi menjadi
dua bagian besar pelayanan terdiri dari :

I. Manual Passenger Handling.

II. Manual Baggage Handling.

I. MANUAL PASSENGER HANDLING

Manual Passenger Handling ditetapkan mengacu kepada IATA Airport Handling Manual
(AHM) yang menjelaskan aturan tentang standard minimum dalam proses Pelayanan
Penumpang, seperti termaktub dalam IATA Airport Handling Manual-AHM 810-tentang
IATA STANDARD GROUND HANDLING AGREEMENT, Annex A-Ground Handling Services,
Section 4, Sub Section 4.1, 4.2, 4.3 (Ref. SGHA Tahun 1998), atau section 2, sub section
2.1, 2.2, 2.3, SGHA Tahun 2008, dalam manual ini diuraikan sebagai berikut :

PBH 1.0.0 GENERAL

1. Menginformasikan kepada penumpang mengenai waktu kedatangan dan/atau waktu


keberangkatan pesawat. Dalam praktek memberikan informasi yang dimaksud dengan
ketentuan ini adalah setiap personil pelayanan hendaknya melakukan koordinasi dengan
unit-unit penyedia informasi secara internal maupun external, mengkaji, memahami dan
betul-betul siap untuk menyampaikan informasi (lisan dan/atau tulisan) agar terhindar
dari kesalahan penyampaian informasi.

2. Mengatur kesiapan untuk penumpang-penumpang yang stop over, transfer dan transit
beserta bagasi-bagasinya dan menginformasikan kepada penumpang mengenai
pelayanan-pelayanan yang tersedia di Airport. Dalam melaksanakan tugas yang dimaksud
dalam kalimat ini adalah; setiap personil wajib mempersiapkan diri dengan data rencana
perjalanan penumpang dari dan ke station tujuan lainya, produk - produk layanan disetiap
airport yang akan disinggahi, serta ketentuan CIQ serta batasan - batasan lain yang
diberlakukan disetiap negara yang akan disinggahi maupun menjadi tujuan calon
penumpang, agar setiap keputusan yang diambil tidak mengakibatkan terlantarnya
penumpang dan/atau calon penumpang, serta dapat menyampaikan informasi yang baik,
benar dan akurat.

Rev. 02 PBH - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Menyediakan atau mengatur kesiapan peralatan khusus, fasilitas dan personil yang
terlatih, apabila tersedia, untuk membantu :

a. “Unaccompanied Minors”.

b. “Disabled passenger” (cacat).

c. “VIPs dan CIPs”.

d. Penumpang transit tanpa visa (TWOV).

e. “Deportees”.

f. Dan lain-lain sesuai spesifikasi.

(Biaya-biaya tambahan dapat dibebankan kepada Airlines).

4. Dalam implementasi pelayanan yang meliputi jenis - jenis pelayanan diatas, hendaknya
setiap personil sudah mengetahui prosedurnya dan siap melaksanakan, sehingga jenis
apapun pelayanan yang diminta oleh Airline, tidak akan menjadi masalah dalam
implementasi dilapangan, dan semuanya dapat dilaksanakan sesuai prosedur yang
berlaku, ketentuan yang paling mendasar yang harus dilakukan setiap personil adalah
mengikuti briefing atau arahan dari Supervisor dan/atau Airlines Representative sebelum
melaksanakan tugas pelayanan.

5. Apabila Airlines belum atau tidak mempunyai prosedur penanganan irregularities (delay,
cancel, Postponed dan lainnya) dan sudah dilakukan koordinasi dengan airline, maka
dalam kegiatan operasional yang menjadi acuan adalah Peraturan dan Ketentuan
Pemerintah Republik Indonesia, Dokumen IATA (IGOM) dan dokumen/prosedur
operasional PT. Gapura Angkasa. Dalam implementasi apabila kasus ini betul - betul
terjadi, personil pelayanan hendaknya sudah dibekali dengan setiap ketentuan dan/atau
prosedur tentang penanganan Irregularity Flight (Delayed Management, Postponed,
Cancelled), Supervisor harus siap didepan untuk memberikan instruksi tentang pembagian
tugas, dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh setiap fungsi.

6. Apabila terjadi irregularities bagasi yang menyangkut kepabeanan, dimana bagasi


tersebut harus disimpan di Bonded Store maka segala biaya yang timbul harus dibebankan
kepada penumpang. Namun apabila disimpan di lost and found, atas persetujuan
kepabeanan tidak dikenakan biaya sesuai aturan Airline. Memberitahukan Airlines
mengenai keluhan-keluhan dan klaim yang disampaikan oleh penumpang dan memproses

Rev. 02 PBH - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

klaim-klaim termasuk kompensasinya sesuai dengan yang telah disepakati dan membantu
proses klaim apabila ada kasus sampai terjadi tuntutan dengan menyiapkan semua data
- data yang diperlukan guna menjelaskan permasalahan yang terjadi, jika memang dalam
agreement disepakati untuk menyelesaikan klaim tersebut maka segeralah ditindaklanjuti
sesuai prosedur dan kebijakan dari Airlines.

7. Menangani masalah-masalah kehilangan, penemuan dan kerusakan barang, sesuai


dengan yang telah disepakati. Ground handling diwajibkan menyediakan tempat Lost &
Found disetiap Station berikut menempatkan Staff yang terlatih sesuai sistem / prosedur
dari Airline.

8. Membuat laporan kepada Airlines apabila ada penyimpangan yang ditemukan pada
penanganan penumpang dan bagasi. Pastikan setiap kejadian penyimpangan dicatat dan
dilaporkan kepada Airlines (Pelanggan) secara lengkap dan benar beserta datanya, baik
ketika terjadinya penyimpangan dalam pelayanan penumpang maupun bagasi.

9. Mengatur kesiapan :

a. “Check in position”.

b. “Service counter” / “desk” untuk pelayanan lain.

c. Ruang tunggu / Boarding Gate.

Seperti dijelaskan dalam Annex (es) B.


Maksud dari alinea diatas adalah ; Mengatur posisi counter dengan mengajukan
permintaan kepada Pengelola bandara. Pengertian mengatur adalah merupakan
kewajiban supervisor agar setiap jenis pelayanan yang diinginkan Airlines dapat terlaksana
dengan baik.

10. Menyediakan atau mengatur kesiapan personil dan fasilitas lain. Supervisor dituntut
berperan aktif untuk memastikan ketersediaan personil maupun fasilitas yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan penanganan penumpang & bagasi.

Rev. 02 PBH - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 2.0.0 PELAYANAN PENUMPANG DAN BAGASI DEPARTURE FLIGHT

PBH 2.1.0 Persiapan Unit Pelayanan Penumpang dan Bagasi

1. Supervisor melaksanakan daily briefing bersama seluruh personel yang di assign akan
bertugas hari/shift itu, dalam briefing persiapan tersebut disampaikan materi inti
meliputi :

a. Do’a bersama yang dipimpin langsung oleh Supervisor Unit Pelayanan Penumpang
dan Bagasi sesuai Agama dan Kepercayaan yang diyakini oleh masing-masing
staf/karyawan.

b. Distribusi tugas setiap personel (Assign job function of every staff) sesuai kecakapan
dan otorisasi yang dimiliki dibidang masing-masing.

c. Memastikan bahwa setiap staff yang ditugaskan dalam fungsi-fungsi Pelayanan


Penumpang & Bagasi, benar-benar dapat melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya dengan baik dan benar dan dipastikan bahwa staff tersebut telah/pernah
mengikuti pelatihan tentang cara melakukan pelayanan penumpang dan bagasi,
sesuai sistem dari Airline.

d. Memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas, apakah dalam
kondisi sehat secara fisik dan mental dan dalam penampilan yang rapih dan segar
dengan dilakukan test beberapa pertanyaan tentang tugas-tugas yang akan
dilaksanakan untuk mendapatkan respon yang akan dijadikan sebagai bahan
penilaian seorang Supervisor.

e. Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin, obat batuk)
Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat addictive (minuman
beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk, hyper aktif, reaksi
menghilangkan daya control dan ingatan.

f. Mengingatkan dan mengarahkan setiap staff yang telah di assign dalam fungsi-
fungsi pekerjaan, tentang keharusan bekerja sesuai; prosedur yang berlaku,
instruksi kerja yang berlaku dan mengingatkan mereka tentang resiko kerja

Rev. 02 PBH - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

termasuk kecelakaan kerja sebagai akibat apabila dalam bekerja tidak mengikuti
aturan yang ada.

2. Supervisor dalam briefing yang diikuti oleh jajaran pelaksana wajib mengingatkan dan
memastikan para staf/karyawan tentang :

a. Setiap Type Pesawat yang akan dioperasikan untuk mengingatkan batasan-batasan


dalam pelayanan.
b. Disamping pekerjaan kita melayani penumpang dengan sopan dan ramah, staf
harus tetap melayani sesuai dengan peraturan/prosedur yang berlaku.

c. Setiap Penumpang & Bagasi yang sudah diterima suatu penerbangan dan sebelum
menyerahkan kembali dokumen ke penumpang staf harus melakukan verifikasi
Dokument dengan cermat.

d. Koordinasi dengan unit terkait apabila terjadi kelainan/irregularity.

e. Dalam materi briefing agar keutamaan Keselamatan dan Keamanan termasuk


resiko-resiko yang dapat terjadi ketika para pelaksana mengabaikan Prosedur.

3. Pastikan hanya Authorized Personal yang sudah mendapatkan Training dari Airlines
dan pemegang Sine Code, yang boleh melaksanakan tugas pelayanan penumpang dan
bagasi, baik secara Manual maupun sistem.

4. Minta masukan dari setiap staff tentang kesiapan mereka untuk melaksanakan tugas
hari itu/shift itu dan mencatat setiap masukan yang disampaikan untuk dijadikan bahan
evaluasi atau koreksi.

5. Mempersilahkan staff untuk melaksanakan persiapan pribadi masing-masing sesuai


bidang tugas yang telah dipercayakan kepadanya.

PBH 3.0.0 PROSEDUR CHECK-IN PENUMPANG

PBH 3.1.0 Mengamati/profiling calon penumpang

Petugas check-in counter wajib memperhatikan fisik calon penumpang yang datang untuk
melakukan proses check-in pada suatu penerbangan, hal ini harus dilakukan untuk
memastikan apakah calon penumpang tersebut secara fisik memenuhi kriteria sebagai
penumpang Pesawat Udara sebagai mana ketentuan-ketentuan atau batasan-batasan yang
di tetapkan setiap airlines, adapun yang harus diperhatikan adalah :

Rev. 02 PBH - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Fisik secara utuh apakah calon penumpang memiliki kekurangan (disable/difable).

2. Apabila secara fisik terdapat kekurangan (disable/difable), apakah kekurangan


(disable/difable) tersebut tidak akan mengurangi kemampuan mobilisasi pribadinya.

3. Apabila secara fisik calon penumpang memiliki kekurangan (disable/difable), apakah


masih dapat dibantu dengan fasilitas yang tidak termasuk kategori khusus (WCHR,
Special Assistant).

4. Apabila secara fisik calon penumpang terganggu kesehatannya, maka harus dipastikan
bahwa kondisi penyakitnya bukan kategori yang dilarang dalam penerbangan/ jenis
penyakit menular (types of infectious diseases).

5. Apabila secara fisik calon penumpang tampak jelas dalam kondisi tidak sehat dan
membutuhkan alat bantu khusus (Stretcher Case/Meda Stretcher), pastikan apakah
pembukuan stretcher case tersebut sudah ada di sistem, apabila belum ada hendaknya
dibantu untuk dijelaskan bahwa pemesanan Stretcher Case harus melalui Penjualan
Tiket (Ticket Sales) dengan menyertakan data hasil pemeriksaan penyakit oleh Dokter
yang sudah menyandang Dokter Flight Surgeon atau Dokter KKP (Kantor Kesehatan
Pelabuhan) dan/atau yang ditunjuk oleh Airlines.

6. Apabila secara fisik calon penumpang tersebut dalam kondisi dipengaruhi Obat
Psychotropica (morfin, marijuana, ecstasy dan jenis lainya yang mempunyai reaksi
menghilangkan ingatan atau kesadaran) dan/atau pengaruh minuman beralkohol yang
dapat menghilangkan ingatan, apabila secara fisik tampak nyata dipengaruhi Obat
Psychotropica dan/atau minuman beralkohol, agar dipanggilkan Supervisor untuk
menangani calon penumpang tersebut.

7. Apabila secara fisik calon penumpang dalam keadaan hamil maka harus dipastikan
bahwa usia kehamilannya tidak lebih atau sama dengan 32 minggu atau sesuai
ketentuan Airlines, dengan menanyakan dan melampirkan Surat Keterangan Dokter
yang merawat kehamilan Ibu tersebut.

8. Apabila secara fisik calon penumpang membawa anak yang baru lahir kurang dari 2
minggu atau dibawah ketentuan yang ditetapkan oleh setiap airlines, maka calon
penumpang tersebut harus diberikan penjelasan yang lengkap terhadap segala
kemungkinan akibat yang akan diderita oleh si Bayi kemudian hari dan apabila Ibu
(orang tua) si bayi tersebut tetap memaksakan maka harus membuat pernyataan di

Rev. 02 PBH - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

(Form Of Indemnity) yang berisikan pernyataan akan membebaskan pengangkut dan


handling agent dari segala tuntutan terkait akibat yang diderita si Bayi dikemudian hari.

9. Apabila secara fisik bahwa calon penumpang tersebut adalah tahanan (Prisoners
Passenger) dalam kasus; Kriminal atau case melawan Hukum lainya (Act of Unlawful
interference) dan dengan pengawalan kondisi tangan di borgol (handcuffed), maka
ketentuan pengangkutannya harus memenuhi prosedur yang ditetapkan setiap airlines.

PBH 3.2.0 Memeriksa dan Memastikan Tiket Calon Penumpang

1. Pemeriksaan tiket calon penumpang, sebelum direlease harus diverifikasi terlebih


dahulu kesesuaian tiket yang dibawanya meliputi :

a. Masa berlaku tiket sesuai untuk penerbangan yang sedang ditangani.

b. Nama yang tertera di Tiket sama dengan Identitas yang ditunjukan oleh calon
penumpang.

c. Tujuan perjalanan dalam tiket dan Booking Data yang ada sesuai dengan nomor
penerbangan (Confirm Booking) diverifikasi kesesuaianya dengan rencana tujuan
calon penumpang.

d. Batasan pemberlakuan tiket (Restriction ticket; Nonendorseble, Valid on Flight


Shown only, Valid on Class shown only, ect) harus diperiksa disesuaikan dengan
kelas booking yang akan diterbangi calon penumpang yang tertera di Passenger
Names List (PNL).

e. Status dalam pembukuan harus diperhatikan dengan seksama dari kemungkinan


(double booking, status enroute station, code share dan allotment).

f. Tiket tidak terdaftar dalam blacklisted tiket yang dikeluarkan oleh Airlines.

g. Laporkan setiap adanya kelainan pada dokumen (Ticket) kepada Supervisor, apabila
petugas check-in tidak dapat menjelaskan dengan seksama kepada calon
penumpang dan/atau kondisi di check in counter sangat crowded.

2. Pastikan validasi tiket masih berlaku untuk penerbangan yang dimaksud dan tidak
mencakup pengecekan tentang tarif. Setiap personil yang di tugaskan dalam fungsi
pelayanan penumpang di check-in counter harus sudah terdidik dan terlatih tentang
pengetahuan passage knowledge dan Baggage Handling serta melakukan profiling
calon penumpang dan bagasi serta dapat mengoperasikan sistem yang disediakan
Rev. 02 PBH - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

oleh setiap Airlines, pastikan sebelum menyerahkan boarding pass dan label serta
travel dokumen kepada penumpang, bahwa tujuan penerbangan sesuai dengan yang
tertera di tiket, label bagasi jumlah dan tujuannya sesuai dengan tujuan penumpang,
persilahkan penumpang untuk memastikan kebenaran data yang disampaikan, arahkan
penumpang untuk melakukan transaksi lainya jika ada (CIQ) dan tunjukan posisi gate
serta waktu naik ke Pesawat.

3. Apabila diminta, memeriksa tiket yang dipergunakan tidak masuk dalam daftar hitam
(blacklist) dari pusat industri pelayanan tiket. Dokumen-dokumen yang termasuk dalam
daftar hitam (blacklist) tidak boleh dipergunakan dan secepatnya agar melaporkan
kepada Airline, sesuai dengan yang telah disepakati. Pemeriksaan tiket meliputi
keabsahan bahwa tiket tersebut betul milik penumpang yang sedang melapor, tiket
masih berlaku, dalam sistem tiket tidak sedang diblokir, apabila ketentuan dimaksud
dalam pemeriksaan ada salah satu yang tidak sesuai, setiap petugas check-in harus
segera melaporkan hal tersebut kepada supervisor dan/atau Airlines representative,
jelaskan kepada calon penumpang dengan sopan bahwa salah satu tahapan dari
pemeriksaan dokumen tersebut ada yang bermasalah dan akan ditindaklanjuti oleh
supervisor dan/atau Airlines representative.

4. Periksa dokumen-dokumen perjalanan (paspor, visa, vaksinasi dan sertifikat lainnya)


untuk penerbangan yang dimaksud, jika terdapat kelainan pada dokumen tersebut agar
dikoordinasikan dengan pihak Airline.

PBH 3.3.0 Memeriksa Dan Memastikan Travel Dokumen Calon Penumpang

Memeriksa dan memastikan kesesuaian travel document calon penumpang dengan


ketentuan-ketentuan serta perundang - undangan yang berlaku di Airlines, negara yang
akan ditinggalkan dan negara yang akan disinggahi sampai tujuan akhir, merupakan bagian
dari kewajiban petugas check-in counter, langkah ini dilakukan untuk menetapkan
penumpang direlease atau ditolak untuk terbang, adapun pemeriksaan dimaksud meliputi:

1. Passport Calon Penumpang

Pasport wajib diperiksa untuk calon penumpang yang akan melakukan perjalanan di
route International, adapun pemeriksaan meliputi :
a. Nama yang tertera dalam passport diverifikasi kesesuaiannya dengan data yang
tertera di Visa, Tiket dan PNL/Booking Data.

Rev. 02 PBH - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Masa berlaku (Validity) passport tidak kurang dari 6 Bulan atau sesuai ketentuan
yang ada dalam Travel Information Manual (Timatic).

c. Photo yang tertera dalam passport diverifikasi kesesuaiannya dengan wajah


penumpang yang ada dihadapan petugas check-in counter/sedang melapor untuk
check-in.

d. Tempat dan tanggal lahir calon penumpang yang tertera dalam passport.

e. Tempat dan tanggal dikeluarkan (issued) passport.

f. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam passport calon penumpang
kepada Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai prosedur dan langkah-
langkah yang harus dilakukan.

2. Laksana Passport

Laksana Passport yang diterbitkan oleh Department Immigrasi Indonesia untuk orang
asing yang akan dikembalikan ke negaranya karena tidak mempunyai passport dan
tidak mempunyai perwakilan negara di Indonesia maka wajib di verifikasi kesesuaian
dengan peruntukan dikeluarkannya Laksana Passport dimaksud, meliputi :

a. Nama yang tertera dalam Laksana Passport diverifikasi kesesuaiannya dengan data
yang tertera di Tiket dan PNL/Booking Data.

b. Masa berlaku (Validity) Laksana Passport sesuai ketentuan yang ada dalam Travel
Information Manual (Timatic).

c. Photo yang tertera dalam Laksana Passport diverifikasi kesesuaiannya dengan wajah
penumpang yang ada dihadapan petugas check in counter/sedang melapor untuk
check-in.

d. Tempat dan tanggal lahir calon penumpang yang tertera dalam Laksana Passport.

e. Tempat dan tanggal dikeluarkan (Issued) Laksana Passport.

f. Pemberlakuan Laksana Passport diverifikasi apakah sesuai dengan route perjalanan


calon penumpang sampai negara mana yang akan dituju oleh calon penumpang
tersebut.

Rev. 02 PBH - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam Passport calon penumpang
kepada Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai prosedur dan langkah-
langkah yang harus dilakukan.

3. Laissez Passer

Laissez Passer yang diterbitkan oleh Badan Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-
Bangsa untuk orang asing yang tidak memiliki kewarganegaraan dan akan
dikembalikan ke negara donor wajib di verifikasi kesesuaian dengan peruntukan
dikeluarkannya Laissez Passer dimaksud, meliputi :

a. Nama yang tertera dalam Laissez Passer diverifikasi kesesuaiannya dengan data
yang tertera di Tiket dan PNL/Booking Data.

b. Masa berlaku (Validity) Laissez Passer sesuai ketentuan yang ada dalam Travel
Information Manual (Timatic).

c. Photo yang tertera dalam Laissez Passer diverifikasi kesesuaiannya dengan wajah
penumpang yang ada dihadapan petugas check in counter/sedang melapor untuk
check-in.

d. Tempat dan tanggal lahir calon penumpang yang tertera dalam Laissez Passer.

e. Tempat dan tanggal dikeluarkan (Issued) Laissez Passer.

f. Pemberlakuan Laissez Passer diverifikasi apakah sesuai dengan route perjalanan


calon penumpang sampai negara mana yang akan dituju oleh calon penumpang
tersebut.

g. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam passport calon penumpang
kepada Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai prosedur dan langkah-
langkah yang harus dilakukan.

4. Entry Visa

Entry Visa/Visa/Ijin masuk yang dikeluarkan oleh Perwakilan Negara (Kedutaan


Besar/Konsulat General) yang akan dituju oleh calon penumpang yang tertera dalam
passport calon penumpang wajib diperiksa dan dilakukan verifikasi kesesuaian dengan
dokumen lainnya, adapun pemeriksaan meliputi :

Rev. 02 PBH - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Nama yang tertera dalam lembar visa jika nama itu diberlakukan di attached oleh
negara yang mengeluarkan visa tersebut, diverifikasi kesesuaiannya dengan nama
yang ada di passport dan tiket.

b. Tempat dan tanggal pengeluaran visa diverifikasi dengan tempat dan tanggal
dimana calon penumpang mulai akan melakukan perjalanan.
c. Tanggal mulai berlaku dan/atau masa kadaluarsa visa, diverifikasi kesesuaiannya
dengan tanggal rencana calon penumpang akan transit dan/atau masuk di negara
tujuan yang mengeluarkan visa.

d. Jenis Visa (Single Journey, Multiple Journey, Indefinitely, Benelux, Sengen, dan/atau
Entry Visa Included Entry Permit) yang diberlakukan harus diverifikasi dengan
tanggal-tanggal penggunaan visa dimaksud.

e. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam visa calon penumpang kepada
Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai prosedur dan langkah-langkah yang
harus dilakukan.

5. Exit Permit

Entry permit/ijin tinggal yang dikeluarkan oleh Departement Immigrasi ketika


penumpang mendarat disuatu negara dan tertera dalam passport calon penumpang
wajib diperiksa dan dilakukan verifikasi kesesuaian dengan dokumen lainnya, adapun
pemeriksaan meliputi :

a. Nama yang tertera dalam lembar Entry Permit jika nama itu diberlakukan/diattached
oleh negara yang mengeluarkan permit tersebut, diverifikasi kesesuaiannya dengan
nama yang ada di passport dan tiket.

b. Tanggal mulai berlaku dan/atau masa kadaluarsa entry permit, diverifikasi


kesesuaiannya dengan tanggal rencana calon penumpang akan transit dan/atau
masuk di negara tujuan yang mengeluarkan permit.

c. Tanggal ijin meninggalkan Indonesia (untuk Orang Asing) verifikasi kesesuaian


dengan ijin tinggal yang diberikan ketika mendarat di Indonesia, apakah calon
penumpang tersebut tidak Over Stay.

d. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam Entry Permit calon penumpang
kepada Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai prosedur dan langkah-
langkah yang harus dilakukan.
Rev. 02 PBH - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Re-entry Permit

Re-entry Permit/ijin tinggal dan menetap kembali yang dikeluarkan oleh Departement
Immigrasi ketika penumpang mendarat disuatu negara dan tertera dalam passport
calon penumpang wajib diperiksa dan dilakukan verifikasi kesesuaian dengan dokumen
lainnya, adapun pemeriksaan meliputi :

a. Nama yang tertera dalam lembar Entry Permit jika nama itu diberlakukan/diattached
oleh negara yang mengeluarkan permit tersebut, diverifikasi kesesuaiannya dengan
nama yang ada di passport dan tiket.

b. Tanggal mulai berlaku dan/atau masa kadaluarsa entry permit, diverifikasi


kesesuaiannya dengan tanggal rencana calon penumpang akan transit dan/atau
masuk di negara tujuan yang mengeluarkan permit.

c. Tanggal ijin meninggalkan Indonesia (untuk Orang Asing) verifikasi kesesuaian


dengan ijin tinggal yang diberikan ketika mendarat di Indonesia, apakah calon
penumpang tersebut tidak Over Stay.

d. Jenis Re-entry permit (murni Re-entry Permit saja atau gabungan antara Re-Entry
Permit dan Re-Entry Visa ) hal ini harus diverifikasi dengan cermat agar tidak terjadi
kesalahan merelease calon penumpang.

e. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam Entry Permit calon penumpang
kepada Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai prosedur dan langkah-
langkah yang harus dilakukan.

7. Kartu Tanda Penduduk (ID-Card)

Kartu Tanda Penduduk (ID-Card) wajib diperiksa untuk calon penumpang yang akan
melakukan perjalanan, guna mendapatkan kesesuaian data antara pemegang dan
travel dokumen lainya, adapun pemeriksaan meliputi :

a. Nama yang tertera dalam Kartu Tanda Penduduk (ID-Card) diverifikasi kesesuaianya
dengan data yang tertera di Tiket dan PNL/Booking Data.

b. Masa berlaku (Validity) Kartu Tanda Penduduk (ID-Card).

c. Photo yang tertera dalam Kartu Tanda Penduduk (ID-Card) diverifikasi kesesuaianya
dengan wajah penumpang yang ada dihadapan petugas check in counter/ sedang
melapor untuk check-in.

Rev. 02 PBH - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Tempat dan tanggal lahir Calon Penumpang yang tertera dalam Kartu Tanda
Penduduk (ID-Card).

e. Tempat dan tanggal dikeluarkan (Issued) Kartu Tanda Penduduk (ID-Card).

f. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam Kartu Tanda Penduduk (ID-
Card) calon penumpang kepada Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai
prosedur dan langkah-langkah yang harus dilakukan.

8. Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS)

Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS) wajib diperiksa untuk Calon Penumpang (Warga
Negara Asing yang sudah menetap di Indonesia) yang akan melakukan perjalanan
(Domestik maupun Internasional), guna mendapatkan kesesuaian data antara
pemegang Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS) dengan travel dokumen lainya,
adapun pemeriksaan meliputi :

a. Nama yang tertera dalam Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS) diverifikasi
kesesuaiannya dengan data yang tertera di passport, tiket dan PNL/Booking Data.

b. Masa berlaku (Validity) Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS).

c. Photo yang tertera dalam Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS) diverifikasi
kesesuaiannya dengan wajah penumpang yang ada dihadapan petugas check-in
counter/sedang melapor untuk check-in.

d. Tempat dan tanggal lahir calon penumpang yang tertera dalam Kartu Ijin Menetap
Sementara (KIMS).

e. Tempat dan tanggal dikeluarkan (Issued) Kartu Ijin Menetap Sementara (KIMS)

f. Laporkan setiap adanya kelainan yang terjadi dalam Kartu Ijin Menetap Sementara
(KIMS) calon penumpang kepada Supervisor untuk segera ditindaklanjuti sesuai
prosedur dan langkah-langkah yang harus dilakukan.

PBH 3.4.0 Menimbang Dan Mengirim Bagasi

1. Validasi Kalibrasi Timbangan

Pastikan bahwa timbangan yang dipakai untuk check-in telah dilakukan kalibrasi secara
periodik dan data kalibrasinya disimpan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai
dengan ketentuan pemerintah dan Airlines.

Rev. 02 PBH - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Penimbangan Bagasi

Timbang bagasi penumpang yang akan dimasukkan ke dalam kompartemen pesawat.

3. Label Bagasi

Berikan/pasang checked baggage label/checked tag pada “checked baggage” dan


“uncheked baggage” untuk cabin baggage.

4. Heavy Baggage

Apabila ditemukan bagasi per koli dengan berat yang melebihi ketentuan airline/negara
yang dituju, maka dikategorikan sebagai heavy baggage dan harus diberi sticker
“Heavy Weight”, dan dilaporkan kepada Load Control.

5. Pengiriman Dari Check-in Counter

Kirim bagasi dengan label ‘‘checked baggage” dari check-in counter ke baggage sorting
area (make-up area), untuk selanjutnya dibawa dan dimuat ke pesawat sesuai dengan
tujuannya.

6. Biaya Tambahan

Biaya-biaya tambahan yang timbul sebagai akibat dari diberlakukannya penanganan


khusus terhadap bagasi penumpang dapat dibebankan kepada penumpang sesuai
aturan yang berlaku.

PBH 3.5.0 Pemeriksaan bagasi

Pemeriksaan bagasi harus dilakukan dengan cermat dan teliti, pastikan beberapa ketentuan
pemeriksaan dilakukan oleh petugas check-in counter seperti :

1. Pastikan bahwa barang yang dibawa oleh calon penumpang termasuk kategori bagasi
(Personal Effect).

2. Pastikan bagasi yang tidak ada sticker security check agar dilakukan screening ulang
di airport security check point.

3. Setiap penumpang hanya diijinkan membawa satu koli bagasi kabin dengan ukuran
dan berat yang telah ditentukan oleh airline (dimensi dan berat), serta tidak
bertentangan dengan regulasi pemerintah.

4. Pastikan setiap bagasi memiliki name tag sebagai identitas.

Rev. 02 PBH - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Pastikan label lama (old label) dicabut dari bagasi.

6. Pastikan kemasan barang memenuhi kaidah “ Safety and Security“ dan telah melalui
screening X-Ray dengan ditandai adanya sticker security check tanda barang telah
melalui proses screening.

7. Pastikan pemeriksaan meliputi fisik luar secara seksama dan kemasan tidak terdapat
kelainan yang memungkinkan tidak amannya isi bagasi dari tindakan dan/atau
perlakuan proses loading/unloading.

8. Pastikan penimbangan berat dilakukan secara seksama dan berat bagasi tidak melebihi
kemampuan daya tampung lantai pesawat (Floor Load Limitation).

9. Pastikan dalam pemeriksaan fisik bagasi bahwa ukurannya tidak melebihi ukuran
dimensi pintu dan panjang ruang compartment pesawat.

10. Pastikan didalam bagasi tersebut tidak ada (uang, perhiasan, handphone, laptop,
document tender/certificate, mainan anak yang menggunakan batery, obat yang
dikonsumsi dalam perjalanan, makanan Bayi yang dibutuhkan dalam perjalanan
dan/atau barang berharga lainnya).

11. Pastikan didalam bagasi checked baggage dan uncheked baggage tidak terdapat
benda-benda (LAGs) apabila ada agar diperiksa secara seksama untuk memastikan
apakah barang-barang tersebut termasuk batasan yang diijinkan diangkut pesawat.

12. Pastikan isi bagasi bukan jenis dan kategori barang berbahaya (Dangerous Goods) yang
tidak diperbolehkan dibawa ke dalam pesawat sesuai dengan persyaratan regulasi
(Dangerous Goods Regulation, table 2.3.A) dan Airlines.

13. Apabila diketahui terdapat bagasi dengan kategori berbahaya (Dangerous Goods) yang
tidak boleh dibawa oleh penumpang, maka jelaskan kepada calon penumpang; untuk
alasan kenyamanan, keamanan dan keselamatan penerbangan, bagasi dengan jenis
dan kategori berbahaya tersebut harus dipisahkan/keluarkan dan kejadian tersebut
dilaporkan kepada Supervisor dan/atau Airlines representative guna diambil langkah
selanjutnya.

14. Pastikan dalam melakukan penerimaan special bagasi seperti barang bebas bea,
sweeping bagasi dan yang termasuk category security item harus ditempatkan
ditempat yang telah disediakan di compartment serta mengacu kepada ketentuan
pemerintah dan Airlines.
Rev. 02 PBH - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

15. Bagasi yang dibawa oleh courier service, tetap melalui screening authority (X-Ray)
dan dibuktikan dengan label security checked.

16. Pastikan security item milik penumpang yang melakukan perjalanan harus
ditempatkan ditempat yang telah disediakan di compartment sesuai dengan
ketentuan airline dan kemudian siapkan Notoc (Notification to Captain).

17. Memastikan ketentuan pembatasan LAGs dan larangan membawa security item
dalam handbag dengan menunjukkan sign posted awareness tentang SECIT & LAGs.

18. Pastikan label, dan marka bagasi terpasang sesuai kategori dan jenis barang yang
dibawa calon penumpang. dan Perlakukan bagasi dari mulai check-in counter
sampai ke make up dan delivery ke pesawat, sesuai ketentuan perlakuan setiap jenis
dan kategorinya.

19. Melaporkan semua informasi dan data rinci ke load control terkait jumlah
penumpang check-in, penumpang transit, actual penumpang onboard beserta cabin
bagasinya, sweeping bagasi termasuk barang bebas bea yang tidak memenuhi
persyaratan dibawa kedalam cabin pesawat, dan barang-barang yang akan diangkut
atas persetujuan Airlines.

PBH 4.0.0 DATA-DATA BAGASI

1. Masukkan data-data bagasi ke dalam tiket penumpang dan sobek flight coupon yang
digunakan bila ada (tidak berlaku untuk e-tiket).

2. Masukkan data-data bagasi untuk penumpang-penumpang yang tidak memiliki tiket,


sesuai dengan yang telah disepakati bersama, untuk :

a. “Initial Flight”.

b. “Subsequent Flight”.

Pastikan setiap check baggage yang diterima didata dalam kolom-kolom yang ada pada
lembar flight coupon, passenger manifest dan atau pada label bagasi sesuai dengan
urutan station dan/atau negara yang akan diterbangi oleh calon penumpang.

3. Terhadap bagasi yang melebihi baggage allowance sesuai dengan yang di persyaratkan
airline maka penumpang harus membayar atas kelebihan excess baggage tersebut dan

Rev. 02 PBH - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

setelah dihitung petugas harus melaporkan kepada load control sesuai dengan yang di
persyaratkan.

4. Dengan perjanjian yang telah disepakati, mengisi tiket excess baggage, menerima
pembayaran “Excess Baggage Tiket” dan menyobek kupon “Excess Baggage Tiket” yang
telah dipakai.

PBH 5.0.0 AIRPORT TAX & BIAYA LAIN SESUAI KETENTUAN

Sesuai dengan yang telah disepakati bersama, menerima pembayaran airport tax dan/atau
biaya pelayanan lainnya dari penumpang yang berangkat dan melaporkan kepada pihak yang
berwenang.

PBH 6.0.0 PROSES PENGATURAN SEAT DAN PENANGANAN PENUMPANG

1. Mengatur “seat allocation/Airline selection sistem”

2. Mengeluarkan “boarding pass”, untuk :

a. “Initial Flight”

b. “Subsequent Flight”

3. Pastikan sebelum mengeluarkan boarding pass apakah seat yang disiapkan sesuai dengan
calon penumpang yang sedang ditangani, untuk menghindari kesalahan penempatan
penumpang dipesawat maka setiap personel check-in counter harus menguasai prosedur
seat selection. Pemberian seat dipesawat harus sesuai dengan jenis penumpang yang
ditangani seperti; Handicap Passenger (blind passenger, deft, native language only),
Unacompanied Minor Passenger, Elderly Passenger, Expectance Mother, Passenger
traveling with baby or children, Stretcher Case, Traveling with Group, CIP, VIP, Frequent
Member, Enlarge Crew, Extra Crew, Sablo Ticket.

4. Pastikan hanya penumpang yang memenuhi ketentuan airline yang dapat ditempatkan di
emergency exit seat.

5. Bila ada penumpang dalam kondisi sakit harus diperiksakan ke dokter kesehatan bandara
untuk mendapatkan surat keterangan fit untuk terbang dan mengisi MEDIF & Surat
Pernyataan. (Penumpang yg kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk terbang agar
dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan medis ke dokter yang direkomendasikan oleh
Airlines).
Rev. 02 PBH - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Menolak penumpang yang berada dalam pengaruh alkohol (mabuk).

7. Mengarahkan penumpang melalui pengawasan menuju pesawat.

8. Pastikan sebelum mengarahkan penumpang ke pesawat, bahwa informasi perintah


boarding sudah diterima dan dikonfirmasi ke petugas Ramp Dispatch, briefing driver bus
terkait, posisi pesawat dan registrasi pesawat apabila pesawat diparkir di posisi remote
area dan tidak mungkin penumpang dilepaskan berjalan menuju pesawat, informasikan
ke petugas ramp di pesawat agar setiap pengiriman bus disertai petugas pengawal
dan/atau security menuju pesawat.

9. Apabila posisi parkir pesawat di remote area yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki
maka sebelum melakukan proses boarding, supervisor/senior boarding gate staff harus
melakukan briefing kepada; Petugas Passenger & Baggage yang akan menjadi assistance
penumpang dan petugas security yang akan ditugaskan mengamankan jalur pergerakan
penumpang dari gate sampai ke pesawat, ketentuan proses boarding ini harus dilakukan
pengamanan oleh petugas Avsec/security disetiap titik yang memungkinkan crossing
dengan jalur kendaraan operasi, jalur yang dinyatakan daerah terbatas untuk umum,
monitor kegiatan kendaraan yang bergerak disekitar jalur penumpang menuju pesawat,
utamakan penumpang yang lewat dari pada kendaraan operasi dan lainnya.

10. Melakukan penghitungan jumlah penumpang pada saat naik ke pesawat/boarding (hasil
penghitungan agar dicocokkan/disesuaikan dengan dokumen-dokumen pesawat).
Pastikan jumlah penumpang yang dilepas dari boarding gate dengan yang naik ke
pesawat jumlahnya sama, untuk menghindari terjadinya discrepancies maka petugas
yang berada dipesawat melakukan penghitungan terhadap setiap penumpang yang
masuk kedalam pesawat, lakukan pengumuman dengan menggunakan public
announcement (announcement) didalam kabin pesawat untuk memastikan penumpang
tidak ada yang salah naik pesawat.

a. Menangani kasus-kasus “Denied Boarding Compensation” (Kompensasi


Keberangkatan yang ditolak), sesuai dengan kesepakatan dengan airline.

b. Menyediakan fasilitas untuk menerima dan memproses “unaccompanied baggage”.

Rev. 02 PBH - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 7.0.0 PROSES CHECK-IN

PBH 7.1.0 Penumpang Yang Ditolak (Refusal Passenger)

Mengacu kepada persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan, PT. Gapura


Angkasa boleh menolak atau membatalkan tempat duduk yang telah dipesan apabila
penumpang :

1. Tidak memiliki tiket yang masih berlaku.

2. Tidak memiliki dokumen perjalanan yang masih berlaku (passport, visa yang disyaratkan
oleh negara tujuan/negara transit yang akan dilalui oleh penumpang (untuk
Internasional Flight).

3. Penumpang yang dari penampilannya, tingkah laku dan kondisi kesehatannya dapat
menyebabkan resiko/membahayakan penumpang lainnya.

4. Penumpang dibawah pengaruh alkohol, obat-obat terlarang atau narkotik.

5. Penumpang yang menggunakan tiket milik orang lain (nama yang tercantum dalam tiket
tidak sesuai dengan nama penumpang yang bersangkutan).

6. Ibu hamil, yang telah mendekati masa kelahirannya (antara 2 minggu/ kurang dari 2
minggu).

7. Anak-anak di bawah umur 5 tahun yang melakukan perjalanan sendiri tanpa


pendamping.

8. Calon penumpang membawa bayi baru lahir (baik normal/prematur).

PBH 7.2.0 Pemeriksaan Tiket Penumpang

Pada saat penumpang menyerahkan tiket (tidak berlaku untuk e-tiket) untuk check-in baik
dengan pembukuan yang sudah konfirm atau masih waiting List, tiket harus diperiksa
sebagai berikut :

1. Stampel masa berlaku tiket (validation stamp).

2. Masa berlaku tiket (perhatikan kolom “valid before/no valid after”)

3. Status pembukuan penumpang yang terlihat pada flight coupon.

4. Flight coupon harus digunakan secara berurutan.

5. Kelas pembukuan penumpang harus sama dengan yang tertera pada tiket.

Rev. 02 PBH - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Tiket harus dalam kondisi bersih/tidak ada coretan dan baik/tidak sobek.

7. Tiket tidak termasuk di dalam daftar hitam (blacklist).

PBH 7.3.0 Pemeriksaan Dokumen Perjalanan

1. Passport adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh public authority yang berwenang
untuk warga negara nasional maupun negara asing dari negara yang mengeluarkan.
Penumpang harus memiliki passport yang masih berlaku bagi semua negara atau negara
yang akan dilalui dalam perjalanannya.
Ada beberapa dokumen perjalanan yang resmi selain passport yaitu Certificates of
Identity, Military ID Card, Identifications Card, Travel Certificates, Seaman Discharge
Books and Records, Affidavits dan sebagainya, yang berlaku hanya untuk beberapa
negara dan untuk tujuan khusus. Dokumen perjalanan tersebut harus diperiksa apakah
diakui di negara tujuan atau negara transit.

2. Hal-hal yang harus diperiksa dalam Passport antara lain :

a. Masa berlaku passport.

b. Negara-negara yang akan dikunjungi.

c. Masa berlaku visa negara tujuan.

d. Masa berlaku exit permit/atau ijin tinggal untuk foreign passport.

e. Photo dalam passpor sesuai dengan penumpang yang check-in.

3. Visa adalah suatu data yang tertera dalam passport atau dokumen perjalanan lain yang
dibuat oleh petugas consular suatu pemerintahan untuk menunjukkan bahwa pemegang
visa tersebut diberikan wewenang untuk memasuki negara yang akan dikunjungi
dan/atau memasuki kembali suatu negara.
Transit visa atau visa exemption untuk suatu negara bukan jaminan untuk diterima di
negara tersebut, keputusan akhir tergantung pada pejabat berwenang di airport negara
yang dimaksud.

4. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat memeriksa Visa :

a. Negara tujuan.

b. Negara keberangkatan.

c. Stasiun transit.
Rev. 02 PBH - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Transit Without Visa (TWOV); penumpang yang memenuhi kondisi TWOV tidak
memerlukan (transit) visa untuk negara yang akan dituju. Fasilitas TWOV ini tidak
diperuntukkan bagi orang yang menggunakan “ISA Ticket” (If Seat Available),
contohnya: staff airline/staff ground handling agent atau penumpang yang melakukan
perjalanan dengan menggunakan ID (Industrial Discount) Tiket.

6. Re-entry Permit dan Exit Permit; re-entry permits memberi hak kepada pemegang untuk
kembali ke negara domisili. Ijin ini biasanya berlaku untuk warga negara asing yang
tidak memiliki kewarganegaraan dan expatriate yang bekerja di negara tersebut. Exit
permits memberi hak bagi pemegang untuk meninggalkan suatu negara.

7. Health of Certificate

a. Sertifikat vaksinasi cacar air dan kolera tidak diberlakukan bagi para penumpang yang
bepergian dari dan ke Indonesia.

b. Sertifikat vaksinasi demam kuning berlaku untuk 10 tahun dimulai untuk penumpang
yang bepergian ke Angola, Gambia, Guinea, Mali, Mauritania, Nigeria, Sudan, Zaire,
Bolivia, Brazil, Columbia dan negara lainnya yang memberlakukan hal itu.

PBH 7.4.0 Prosedur Pemeriksaan Dokumen Perjalanan

Check passport or other


support documents

Valid
Non-stop flight to
Destination Country of Yes No
destination ?
Citizenship ?

Yes
No

ACCEPT
Check TIM for required
Check TIM for required
documents for transfer
documents for destination
stations or if TWOV
or any transfer station
applicable

Yes Travel documents No


OK ?

ACCEPT REFUSE CARRIAGE

Rev. 02 PBH - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Timatic Adalah Automated Travel Information Manual yang ada/dimuat dalam Univacc
1100/83 berdasarkan Data Processing Centre dari SITA di Atlanta USA. Timatic
memberikan informasi-informasi yang ada dalam Buku Travel Information Manual (TIM)
dan dapat dilihat melalui Display Terminal (DT) dalam waktu 24 jam sehari atau 7
hari dalam seminggu, seperti informasi mengenai :

a. Passport.

b. Visa.

c. Health.

d. Tax.

e. Customs.

f. Currency.

2. Direkomendasikan agar selalu memperhatikan segala perubahan-perubahan yang terjadi


baik mengenai regulations, validity dan peraturan-peraturan lainnya yang terbaru yang
diberlakukan di setiap negara baik melalui TIM yang terakhir atau bisa juga melalui
peraturan/regulations terbaru yang diberikan oleh negara yang bersangkutan melalui
Perwakilannya di Indonesia. Untuk diketahui TIM tersebut diterbitkan setiap bulan.

PBH 7.5.0 Tata Etika Check-in

1. Memberi salam pada penumpang yang datang untuk check-in.

2. Menanyakan dokumen perjalanan penumpang dengan sopan.

3. Memeriksa nama penumpang pada tiket dan PNL (nama penumpang yang tercantum
dalam PNL lebih diutamakan), flight number dan tanggal.

4. Memeriksa kondisi tiket/bukan e-tiket (tidak sobek/rusak, tidak termasuk dalam daftar
hitam/blacklist), masa berlaku tiket dan status pembukuannya serta tanyakan tujuan
akhir penerbangan penumpang dan seat yang diinginkannya.

5. Memeriksa Passpor dan visa untuk negara yang bersangkutan apakah masih berlaku
atau tidak, berdasarkan peraturan lokal dalam TIM (Travel Information
Manual)/TIMATIC (untuk International Flight).

6. Memeriksa Passport/ID card dan document lainnya untuk dicocokkan dengan


penumpang dan tiketnya serta memasukkan datanya ke sistem.
Rev. 02 PBH - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Mempersilakan penumpang untuk meletakkan bagasi di timbangan. Mengingatkan


kepada penumpang agar tidak menyimpan barang berharga dan barang-barang
berbahaya (dangerous goods) pada bagasi tersebut (checked baggage).

8. Untuk memenuhi ‘prosedur security’ beberapa pertanyaan (baggage profiling) yang


harus diajukan kepada penumpang adalah sebagai berikut :

a. Apakah ini bagasi milik Bapak/Ibu ?

b. Apakah Bapak/Ibu mengemas sendiri bagasi ini ?

c. Apakah Bapak/Ibu membawa barang-barang untuk orang lain ?

d. Apakah Bapak/Ibu pernah meninggalkan bagasi ini setelah bagasi dikemas ?

e. Bila jawaban penumpang meragukan, laporkan kepada supervisor. Bagasi harus


diperiksa ulang kecuali supervisor yakin tidak ada yang mencurigakan dan bersama
dengan airline representative menolak jika bagasi tidak aman untuk diangkut.

f. Semua bagasi diberi label dengan tujuan yang benar dan tuliskan berat dan jumlah
total bagasi pada kolom yang tersedia pada tiket.

g. Tempelkan claim tag bagasi pada cover tiket penumpang.

h. Setiap satu orang penumpang diijinkan membawa satu bagasi cabin dan bagasi cabin
diberi label.

i. Apabila total berat bagasi melebihi berat yang diijinkan, beritahu penumpang untuk
membayar kelebihan berat bagasinya di kasir yang tersedia (kasir airline).

j. Memberitahukan kepada penumpang yang membawa baby stroller atau wheelchair


pribadi, bahwa penggunaan baby stroller atau wheelchair pribadi hanya
diperbolehkan sampai di boarding gate saja dan selanjutnya barang-barang tersebut
akan diberi label dan di muat di compartment pesawat.

k. Sobek flight coupon untuk penerbangan yang bersangkutan bila ada, jika
menggunakan e-tiketing maka lembaran tiketnya dikembalikan lagi kepada
penumpang.

l. Menyerahkan kembali dokumen penumpang (passport dan tiket) termasuk boarding


pass, meminta airport tax dan memberitahukan penumpang untuk membayar fiskal

Rev. 02 PBH - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

(untuk penerbangan Internasional), serta mengarahkan penumpang agar melewati


counter pemeriksaan passport dan menunggu di boarding lounge.

m. Mengucapkan selamat jalan kepada penumpang.

PBH 7.6.0 Aircraft Data

Agar pelaksanaan prosedur chek-in berjalan lancar, data-data pesawat/penerbangan yang


lengkap harus dimiliki oleh petugas, seperti :

1. Konfigurasi seat untuk setiap kelas.

2. Area non smoking.

3. Baby basket fitting untuk pesawat berbadan besar.

4. Lokasi stretcher case.

5. Seat untuk extra crew.

6. Seat rest untuk active crew.

7. Seat di emergency exits.

PBH 7.7.0 Seat Allocation

Seat untuk penumpang dialokasikan berdasarkan atas :

1. Peraturan/Persyaratan Keselamatan Operasional.

2. Keinginan/permintaan dan kenyamanan penumpang.

PBH 7.8.0 Prosedur Seat Allocation

Petunjuk umum dalam alokasi tempat duduk untuk penumpang :


1. Incapacitated penumpang, ibu yang membawa bayi, anak-anak dan orang tua tidak
boleh ditempatkan di dekat pintu keluar atau emergency exit door/emergency exit
window.

2. Keranjang bayi harus dilekatkan/tempelkan pada fitting yang tersedia. Penumpang


yang membawa bayi harus diberi tempat duduk di kursi yang ada fitting (fasilitas) baby
basket.

3. Penumpang VIP/CIP harus ditempatkan di row pertama di C-class atau Y-class (apabila
class service yang ada hanya economy).

Rev. 02 PBH - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Unaccompanied Minors harus ditempatkan di tempat yang dapat terlihat oleh Flight
Supervisor/Purser, dan lebih baik lagi ditempatkan di dekat gallery dan aisle.

5. Penumpang group agar diberi tempat duduk/kursi bersama-sama/ berdekatan.

6. Keluarga dan anggotanya harus ditempatkan bersama-sama/berdekatan.

7. Extra crew dan active crew diberi tempat duduk/kursi sesuai dengan yang telah
ditentukan.

PBH 7.9.0 Last Saleable Seats

1. Untuk alasan keselamatan/safety, beberapa seats di pesawat udara sebaiknya dijual


atau diberikan kepada penumpang pada pilihan yang terakhir sekali atau sebagai ‘Last
Saleable Seats’.

2. Tidak ada penumpang yang diperbolehkan duduk di seats tersebut, kecuali seats
penumpang yang telah ditentukan.

3. Pengaturan/konfigurasi Last Saleable Seats tergantung jenis pesawat dan perusahaan


penerbangan/airline yang bersangkutan.

PBH 8.0.0 PENANGANAN PENUMPANG DI AIRPORT/TERMINAL

PBH 8.1.0 Pre & Post - Departure Information

PBH 8.1.1 Mechanized Out Station Non Sistem Airline

Suatu mechanized out station dihubungkan langsung ke online sistem Arline dengan alat
Display Terminal. Stasiun menerima informasi sebelum keberangkatan yang dibutuhkan
seperti :

1. Advance Boarding Advice (ABA); ABA adalah suatu form Destination List (DL) yang
dikeluarkan dan dikirimkan oleh kantor reservation di kota keberangkatan 3 (tiga) hari
sebelum keberangkatan.

2. Passenger Name List (PNL); Data penumpang yang pembukuannya pasti untuk setiap
kelas. Biasanya dikirim 24 jam sebelum keberangkatan. Passenger Name List (PNL)
berisi tentang :
a. Nama penumpang yang melakukan pembukuan/reservation yang urutan namanya
sesuai dengan alpabhetical.

Rev. 02 PBH - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Jumlah penumpang yang melakukan pembukuan untuk setiap class of service.


Penumpang yang standby tidak termasuk dalam daftar ini.

c. Passenger Name Record (PNR) atau kode booking.

d. Connecting flight.

e. Special Service Requirements (SSR).

f. Other Service Information (OSI).

PBH 8.1.2 Passenger Boarding Survey (PBS)

PBS digunakan untuk menyiapkan catering, rencana pemuatan dan kontrol pada waktu
keberangkatan. Dikirim 24 jam sebelum keberangkatan penerbangan. PBS berisi :

1. Jumlah pembukuan penumpang pada setiap segmen dan kelas dalam penerbangan
termasuk penumpang transit.

2. Pilihan pelayanan khusus berupa makanan khusus dan keranjang bayi.

3. Pilihan OSI (Other Service Information)

PBH 8.1.3 Addition Deletion List (ADL)

Berisikan data tambahan dan/atau pengurangan terhadap PNL sebelumnya yang dikirim
sesuai prosedur dan ketentuan Airline.

PBH 8.1.4 Passenger Boarding Information (PBI)

PBI dipakai hanya untuk kota keberangkatan jika diperlukan, dimana data-data dalam PBI
sudah termasuk dalam PNL seperti OSI, SSR, inbound/outbound passenger.

PBH 8.1.5 Mechanized Out Station Dengan sistim airline

Stasiun utama telah dilengkapi dengan Sistem ini dapat menampilkan kembali informasi
sebelum keberangkatan jika diperlukan dan untuk membuat loadsheet maupun passenger
manifest.

Rev. 02 PBH - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 8.1.6 Non Mechanized Out Station

Suatu kantor dianggap sebagai non mechanized apabila tidak mempunyai akses langsung
ke sistem airline melalui Display Terminal (DT). Hubungan dan informasi dilakukan melalui
teletype.

PBH 9.0.0 STANDAR PENERIMAAN PENUMPANG

1. Saat melayani penumpang, penampilan diri petugas harus mencerminkan kesan yang
rapih, siap membantu, sopan, tenang, percaya diri, penuh perhatian dan ramah.

2. Ekspresi raut wajah, perilaku dan bahasa antara satu dengan yang lainnya harus
menciptakan hubungan yang baik.

3. Untuk mendapatkan kondisi tersebut, diperlukan cara bersikap saat melayani seperti hal-
hal dibawah ini :

a. Senyum; Senyum yang hangat akan menarik perhatian dan menimbulkan kepercayaan
penumpang.

b. Sopan; Perlakukan penumpang dengan sopan dan rasa hormat. Kenalilah penumpang
secara personal, dengan menyebutkan nama penumpang pada saat memulai
percakapan. Hal tersebut akan memberikan rasa penghargaan yang tinggi.

c. Bijaksana dan diplomatis; Mendengarkan masalah yang dikemukakan oleh penumpang


dengan penuh perhatian. Berpikirlah terlebih dahulu sebelum memberikan penjelasan
yang memuaskan dan hindarilah perdebatan dengan penumpang.

d. Dapat dipercaya/diandalkan; Jangan memberikan janji-janji apapun kepada


penumpang apabila tidak dapat memenuhinya. Harus diingat bahwa Anda mewakili
Perusahaan dan harus menjaga citra Perusahaan.

4. Beberapa larangan untuk petugas, selama melayani penumpang :


a. Berperilaku sombong dan bersikap memerintah.

b. Berteriak dan berbicara dengan suara keras.

c. Membentak baik terhadap penumpang maupun teman sejawat.

d. Bermalas-malasan.

e. Meminta tip atau hadiah kepada penumpang.

Rev. 02 PBH - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Memandang rendah dan tidak menghormati orang lain.

g. Bertengkar, berkelahi dan tidak bekerjasama dengan orang lain.

h. Mengunyah permen karet atau makan permen bahkan merokok.

i. Mudah terbawa emosi.

j. Tidak boleh menggunakan Handphone.

k. Tidak boleh menggunakan kaca mata hitam.

l. Tidak menggunakan tanda pengenal (Pas Bandara).

PBH 10.0.0 PRE-DEPARTURE DOCUMENT

PBH 10.1.0 Passenger Information Sheet (PIS)

1. PIS adalah dokumen penerbangan yang digunakan untuk pemberitahuan kepada


Purser.

2. Tujuan dibuatnya Passenger Information Sheet ini adalah untuk melaporkan kepada
Flight Service Manager, semua hal-hal yang khusus mengenai penumpang yang akan
berangkat.

3. Pendistribusian PIS adalah sebagai berikut :


a. Original : untuk FSM.

b. Copy 1 : dilampirkan pada loadsheet.

c. Copy 2 : station file.

4. Informasi khusus yang ada pada PIS adalah sebagai berikut :

a. VVIP/VIP/CIP.

b. Sick/or invalid passengers.

c. Unaccompanied Minor.

d. Passenger travel in group.

e. Down-graded passengers.

f. Deportees.

g. Penumpang lainnya yang memerlukan perhatian khusus.

Rev. 02 PBH - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Penumpang-penumpang yang memerlukan makanan khusus, seperti :

a. BBML : Baby Meal.

b. FPML : Fruit Plate Meal.

c. HNML : Hindu Meal.

d. KSML : Kosher Meal.

e. MOML : Moslem Meal.

f. NSML : No salt Added meal.

g. ORML : Oriental Meal.

h. SFML : Sea Food Meal.

i. SPML : Special Meal.

j. VGML : Vegetarian Meal.

k. VLML : Vegetarian Lactomeal.

6. Completion

Form ini memiliki beberapa kolom yang memberikan penjelasan, seperti :

a. Flight number.

b. Date.

c. Station.

d. Name.

e. Destination.

f. Seat numbers.

g. Hal-hal khusus/Particulars.

PBH 10.2.0 Flight Interuption Manifest (FIM)

Digunakan apabila ada flight irregularity dan pihak Airlines/pengangkut harus


mentransfer/memindahkan penumpang ke pengangkut lain untuk porsi perjalanan
lanjutannya/sisanya.

Rev. 02 PBH - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 10.3.0 Actual Passenger On Board (APB)

1. Form (APB) hanya digunakan untuk penerbangan domestik saja, setelah seluruh
penumpang selesai melakukan proses check-in dan check-in counter telah ditutup,
form APB harus diisi/dilengkapi dengan benar. Data-data jumlah penumpang actual
yang ada dalam APB harus sesuai dengan jumlah penumpang yang ada dalam manifest
dan loadsheet.

2. Berisi tentang jumlah total penumpang yang naik ke pesawat (penumpang dewasa,
anak-anak dan bayi) dan notifikasi/pemberitahuan apabila ada penumpang yang
memerlukan penanganan khusus.

3. APB disiapkan oleh petugas di boarding gate dan ditandatangani oleh Cabin Crew.

4. Completion

a. Flight No./Nomor Penerbangan.

b. Date/tanggal.

c. Adult/Child/Infant.

d. Total Souls.

e. Particulars/Hal-hal khusus.

f. VIP/CIP.

g. Others/lain-lain.

h. Nama dan tanda tanganpetugas handling agent.

i. Tanda tangan cabin crew.

5. Distribusi

a. Original : untuk Stasiun tujuan melalui cabin crew.

b. Copy 1 : untuk Pilot in Command.

c. Copy 2 : untuk file Stasiun keberangkatan.

d. Copy 3 : untuk Departemen Akuntansi.

Rev. 02 PBH - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 10.4.0 Notification To Captain (NOTOC)

Pemberitahuan kepada PIC mengenai jumlah dan jenis barang tertentu (live animal,
Security item ,DG yang akan diangkut ke pesawat sehingga Pilot In Command (PIC) dapat
mengatur temperatur dan penerangan (lampu) di compartment selama penerbangan.

PBH 10.5.0 Passenger Manifest (PAXMAN)

Form yang berisi jumlah penumpang dan bagasi yang naik ke pesawat.
1. Passenger Manifest untuk Penerbangan Domestik, berisi tentang :

a. Nomor penerbangan.

b. Tanggal Penerbangan.

c. Nama crew.

d. Registrasi pesawat.

e. Nama penumpang.

f. Berat penumpang.

g. Nomor tiket.

h. Total jumlah bagasi.

i. Berat checked bagasi.

j. Berat Unchecked bagasi.

k. Berat excess baggage.

l. Nomor tiket excess baggage.

m. Remarks/keterangan.

2. Passenger Manifest untuk Penerbangan Internasional, berisi tentang :

a. Flight number.

b. Date/Tanggal penerbangan.

c. Aircraft Registration.

d. Point of embarkation.

e. Owner of Operator.

Rev. 02 PBH - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Surename or Initials.

g. Class/sex.

h. Weight of passenger.

i. Checked baggage weight.

j. Unchecked baggage weight.

k. Excess baggage weight.

l. Excess baggage tiket number.

m. Total of baggage.

n. Remarks.

PBH 10.6.0 Passenger Transfer Messages (PTM)

1. Transfer messages harus memuat informasi mengenai penumpang yang akan di transfer
di stasiun berikutnya.

2. Passenger Transfer Messages dibuat dengan teletype dalam format IATA. Message ini
harus segera dibuat setelah proses check-in penumpang dan bagasi selesai
dilaksanakan.

PBH 10.7.0 General Declaration (GENDEC)

General Declaration adalah dokumen yang diperlukan untuk penerbangan Internasional


yang berisi informasi sebagai berikut :

1. Memperoleh inward & outward clearance di Bandara Internasional melalui customs,


public health dan imigrasi.

2. Memberikan informasi seperti :

a. Flight routing.

b. Jumlah total crew dan penumpang.

c. Pernyataan kesehatan dari crew dan penumpang Dis-insecting dan sanitary


treatment selama penerbangan.

Rev. 02 PBH - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Pastikan saat selesai melakukan kegiatan check-in, seluruh barang milik Airlines seperti
boarding pass, transit card, baggage tags dan property kelengkapan check-in lainnya telah
disimpan/amankan di tempat yang terkunci, untuk memastikan keamanannya.

PBH 11.0.0 CATERING UP-LIFT

PBH 11.1.0 Definisi

Jumlah makanan dan permintaan khusus yang dipesan oleh Airlines untuk diuplift ke
pesawat berdasarkan informasi pada PNL, PBI, PBS.

PBH 11.2.0 Jumlah Makanan Yang Harus Dipesan

Pemesanan makanan harus diatur dengan benar agar tidak kurang atau berlebihan,
pemesanan catering ini hanya dapat dilakukan oleh petugas Airlines (catering control),
petugas PT. Gapura Angkasa/Ground Handling Agent hanya sebagai Liason Officer
(penghubung) antara Airlines dan local catering service.
Makanan yang dipesan, seperti total number of meal, permintaan special meal, baby meal
berdasarkan pada Special Service Information yang terdapat pada :

a. Passenger Boarding Information (PBI).

b. Total leg occupation.

c. Segment occupation.

d. Transit passengers.

e. Joining passengers.

f. Passenger Boarding Survey (PBS).

g. Request of special meals.

h. Particular passenger.

PBH 11.3.0 Pelayanan Tanpa Makanan (No Meals Service)

Kondisi ini diberlakukan bagi penumpang yang sama sekali tidak melakukan pembukuan
dan tiba terlambat untuk melakukan proses check-in, bisa diterima untuk melakukan
perjalanan dengan Airlines (contoh Garuda Indonesia), dengan pertimbangan:

Rev. 02 PBH - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Mengacu kepada ‘On Time Performance’, dan tidak mengakibatkan pesawat


delay/terlambat berangkat, maka penumpang yang bersangkutan wajib menandatangani
‘No Meals Service Form’ sebelum boarding/naik ke pesawat.
Contoh form Garuda Indonesia :

Formulir Pelayanan Tanpa Makanan


No Meals Service Form

Sehubungan dengan waktu persiapan pelayanan yang tidak mencukupi yang disebabkan
oleh keterlambatan melapor check-in, penumpang-penumpang yang bertanda tangan di
bawah ini :
As a regard of the inadequate time meal service preparation caused by late check-in report,
passenger(s) undersigned below :
Nama No.Penerb. Tujuan Waktu Melapor Tanda Tangan
Name Flight No. Destination Reporting Time Signature

Menyetujui hal-hal berikut ini :


Agree(s) to the following :

Pelayanan makanan/minuman selama penerbangan tidak akan diberikan kepada


penumpang tersebut di atas.
Any kind of meal/drink service during the flight not be given to the passenger(s).
 P.T.Garuda Indonesia tidak akan dituntut atas setiap kondisi tersebut di atas.
P.T.Garuda Indonesia shall not be claimed for any above mentioned condition.
 P.T.Garuda Indonesia menyesal dengan ketidaknyamanan ini dan mengharapkan anda
bisa menikmati perjalanan yang menyenangkan.
P.T.Garuda Indonesia regrets for this inconvenience and wish you a pleasant flight.

Nama dan tanda tangan petugas : ………………………………………………..


Name and agent staff Signature
Tanggal : ……………………………………………….
Date

Rev. 02 PBH - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 12.0.0 REPORTING & CLOSING TIME

Reporting Time dan Closing Time yang diberlakukan khusus untuk penerbangan Domestik
dan Internasional (seperti contoh : Garuda Indonesia untuk Type Pesawat B 747, A 330,
B737 NG, B 737 Series), adalah sebagai berikut :

REPORTING TIME CLOSING TIME


Category Category
STATION
Narrow Narrow
Wide Body Wide Body
Body Body

Two (2) Two (2)


20 minutes 30 minutes before
1. Domestic hours hours
before STD STD
before STD Before STD

Two (2)
hours before
30 minutes before
2. Domestic to STD
Two (2) STD
International *) Except for 20 minutes
hours *) Except for MEA
or MEA before STD
before STD Destination 1
Regional Destination
hours before
4 hours
before

PBH 13.0.0 MINIMUM CONNECTING TIME (MCT)

1. Minimum Connecting Time yang berlaku (seperti contoh untuk penerbangan Garuda
Indonesia di bandar udara Soekarno-Hatta Cengkareng disesuaikan dengan kebijakan
tertulis dari Garuda), adalah sebagai berikut :

DARI / KE ( FROM / TO ) MINIMUM CONNECTING TIME (MCT)

 International to international 1 hours before STD


 International to Domestic 1.30 hours before STD
 Domestic to International 2 hours before STD
 Domestic to Domestic 45 minutes before STD
Catatan: Waktu dapat berubah sesuai dengan kebijakan airline

2. Cabang lainnya disesuaikan dengan kebijakan Airlines.

Rev. 02 PBH - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 14.0.0 STANDAR EMBARKASI

Untuk alasan keselamatan penerbangan, menaikkan penumpang hanya dapat


dilakukan/diperbolehkan apabila cabin crew sudah berada di pesawat. Petugas di
darat/ground staff harus berdiri di gate untuk memandu penumpang dan mengarahkan
penumpang menuju pintu masuk pesawat.

PBH 14.1.0 Umum

1. Melaksanakan boarding/menaikkan penumpang harus dimulai dalam waktu yang


cukup/lebih awal untuk menjamin keberangkatan pesawat dapat tepat waktu.

2. Untuk setiap tipe pesawat, stasiun keberangkatan harus menetapkan batas waktu untuk
boarding berdasarkan kondisi/keadaan setempat, seperti jarak menuju ke pesawat,
Airport lay out dan lain-lain.

3. Dalam keadaan normal, waktu yang diperlukan untuk menaikkan semua penumpang
adalah kurang lebih 30 menit.

PBH 14.2.0 Persiapan Boarding

1. Briefing dengan Boarding Gate Supervisor.

2. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti: test unit, handling label, form-form
declaration, NOTOC, PIS, indemnity, security item, ATK, announcement book DT, handy
talky, telephone, hand counter, megaphone atau alat komunikasi lainnya untuk
announcement, WCHR, bus penumpang dan payung apabila boarding dilakukan tidak
melalui Aviobridge dan lain-lain.

3. Memeriksa aircraft position/parking stand.

4. Mempersiapkan dokumen penerbangan pendukung yang diperlukan seperti APB/PIS,


security items envelope, limited release tag.

5. Memeriksa seluruh dokumen penerbangan dan dimasukkan ke dalam flight bag.

6. Berkoordinasi dengan cabin attendants untuk mengetahui kesiapan cabin passenger.

7. Memeriksa apakah ada CIP/VIP, Unaccompanied Minors atau penumpang lainnya yang
memerlukan penanganan khusus dan memberitahukan kepada cabin attendant/biasanya
Inflight Service Supervisor.

8. Apabila diperlukan, gunakan hand sign board.


Rev. 02 PBH - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 14.3.0 Prosedur Boarding

1. Menempatkan petugas pada lokasi yang tepat untuk memeriksa penumpang dan
memandu/mengarahkan penumpang.

2. Melakukan general boarding announcement via Public Announced Service (PAS) kecuali
silent airport.

3. Melaksanakan boarding announcement 10 menit untuk pesawat wide body dan pesawat
narrow body sebelum Boarding Time.

4. Melaksanakan silent boarding, khusus untuk penumpang yang membutuhkan penanganan


khusus seperti : wheel chair, UM, elderly, children traveling with family, blind and deaf
passenger (disesuaikan dengan peraturan dari airport authority).

5. Boarding sesuai row berdasarkan jenis pesawat sesuai ketentuan Airline.

6. Melaksanakan sweeping cabin baggage jika ada bagasi yang ukuran dan beratnya
melebihi ketentuan yang berlaku (semua sweeping baggage dilabel untuk dimuat di
compartment pesawat).

7. Melaksanakan Boarding Management sesuai dengan ketentuan Airline dengan contoh


sebagai berikut :

a. Menaikkan penumpang transit terlebih dahulu ke pesawat.

b. Penumpang yang melakukan perjalanan dengan bayi/anak kecil, UM dan penumpang


lainnya yang memerlukan penanganan khusus harus dinaikkan terlebih dahulu.

c. Incapacitated passenger harus selalu didampingi.

d. Penumpang Executive/Business Class, VIP/CIP.

e. Penumpang Economy Class.

f. Petugas boarding gate memeriksa boarding pass penumpang dan flight coupon apakah
sesuai dengan tujuan penerbangan, mengumpulkan boarding pass/transit card. (Untuk
penerbangan Garuda Indoneia, petugas menyerahkan kepada penumpang potongan
boarding pass yang terdapat barcode.

g. Hitung jumlah total penumpang yang naik ke pesawat dan dicocokan dengan jumlah
penumpang dalam Passenger Manifest.

h. Memberikan final call untuk penumpang agar segera naik/masuk ke pesawat.


Rev. 02 PBH - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

i. Menyerahkan flight dokumen yang penting kepada Inflight Service Supervisor seperti
APB/PIS/General Declaration/NOTOC/PASSENGERMAN/ Security Items.

PBH 14.4.0 Gate Announcement

Announcement dibuat dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau sesuai dengan
permintaan Airlines yang bersangkutan, dengan urutan announcement sebagai berikut:

1. Pre-boarding announcement.

2. Boarding announcement untuk penumpang yang memerlukan perhatian khusus.

3. Boarding announcement untuk penumpang executive/bisnis class.

4. Boarding announcement untuk penumpang lainnya.

5. Final call jika diperlukan.

6. Dalam hal perubahan rute, penerbangan batal/canceled, perubahan aircraft,


keterlambatan dan iregularities lainnya agar segera diinformasikan kepada penumpang.

PBH 14.5.0 No Show Gate

Apabila penumpang yang sudah melakukan check-in atau penumpang transit tidak
muncul/show up di gate sampai waktu boarding selesai, bagasi penumpang yang
bersangkutan harus diturunkan dari pesawat dan proses check-in yang telah dilakukan harus
segera dibatalkan.

PBH 14.6.0 Boarding Tanpa Aviobridge

PBH 14.6.1 Menggunakan Bus

1. Apabila boarding tidak dapat dilakukan dengan menggunakan aviobridge dan jarak ke
pesawat, baik kondisi/lay out Airport maupun Airport Regulation mengharuskan
penumpang menggunakan transportasi bus, petugas harus menyediakan bus yang dapat
digunakan pada waktu boarding.

2. Mengatur transportasi yang terpisah untuk penumpang Business class/VIP/CIP.

3. Petugas boarding gate harus mengarahkan penumpang menuju ke pesawat.

PBH 14.6.2 Tanpa Menggunakan Bus

1. Staff yang bertugas harus memandu penumpang menuju ke pesawat.

Rev. 02 PBH - 39
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Menghindari/menjauhi tempat-tempat yang dapat membahayakan/ mengakibatkan


kecelakaan bagi penumpang (oli, baling-baling, wing tips, area engine yang berbahaya
ketika engine “running”).

3. Apabila boarding berlangsung pada saat turun hujan, harus tersedia payung untuk para
penumpang.

PBH 15.0.0 ARRIVAL

PBH 15.1.0 Persiapan

Setelah mengetahui ETA, maka hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang petugas adalah

1. Mengikuti briefing dan pembagian tugas.

2. Memeriksa dimana pesawat akan parkir.

3. Memeriksa telex mengenai data penumpang arrival.

4. Mempersiapkan fasilitas Apron dan sarana pendukung yang dibutuhkan.

PBH 15.2.0 Pelaksanaan Arrival

PBH 15.2.1 Mengarahkan para penumpang dari pesawat ke terminal “landside area“

1. Pastikan sebelum menjemput dan melakukan assistance kedatangan penumpang,


semua personil yang berfungsi menjemput pesawat memahami dan mengetahui hal-
hal yang diminta oleh station keberangkatan (UM, INCAP, MEDA, INAD/DEPO,
Tahanan, dll).

2. Pastikan semua fasilitas yang diminta untuk membantu pelayanan penumpang yang
datang sudah disiapkan dengan baik (apron bus, executive vanbus, wheelchair,
oxigent, ambulance dan peralatan lainnya).

3. Pastikan ada staff yang ditugaskan untuk menangani penumpang yang mempunyai
penerbangan lanjutan hal ini dilakukan apabila pesawat mengalami keterlambatan,
sehingga waktu transit menjadi sangat terbatas.

4. Pastikan seluruh fasilitas dan staff yang akan melakukan fungsi pelayanan diatas sudah
siap di Parking Stand – 5 menit dari ETA (Remote Parking) dan – 5 menit dari ETA
(Gate Parking stand).

Rev. 02 PBH - 40
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Assist penumpang sesuai urutannya dari mulai ; F/Class, C/Class, Y/Class disusul
Passenger Short Connecting Time, dan selanjutnya Handicap Passenger.

6. Menyerahkan dan mengantarkan bagasi sesuai dengan prosedur lokal/setempat.

7. Pastikan petugas Loading dan Unloading sudah dibekali dengan Load Message,
Container Pallets Message dan informasi spesifik lainya terkait proses penurunan bagasi
yang memerlukan perhatian khusus.

8. Turunkan bagasi sesuai urutan prioritasnya (VIP, CIP, F/Class, C/Class, Frequence
Member, Bagasi kepunyaan Handicap Passenger, Unacompanied Minor) dan/atau
instruksi khusus apabila ada dan perintahkan petugas Baggage Towing Tractor untuk
segera menarik ke Break down area.

9. Keluarkan bagasi ke Conveyor sesuai urutan prioritas.

10. Periksa setiap bagasi yang diambil oleh penumpang dipintu keluar kedatangan dan
lakukan pencocokan label bagasi yang dibawa setiap penumpang guna menghindari
Cross Pick Up.

11. Arahkan Penumpang yang tidak menemukan bagasinya ke unit Lost & Found untuk
dilakukan pencarian (Tracing) ketempat-tempat yang memungkinkan (Pesawat, Break
Down Area, Cargo in Coming/Import dan Station Origin), dan apabila sampai waktu
tertentu belum dapat jawaban maka petugas lost & Found akan mengeluarkan Form
Property Irregularity Riport (PIR).

PBH 15.2.2 Prosedur Disembarkasi

1. Mengambil dokumen dan Security Items bila ada dari Purser atau sesuai dengan
ketentuan Airline.

2. Untuk penerbangan Internasional, memandu dan mengarahkan penumpang ke counter


C.I.Q. (Custom, Immigration, Quarantine) dan Baggage Claim Area.

3. Apabila ada penumpang yang membawa baby stroller atau wheelchair milik pribadi,
pastikan bahwa barang-barang tersebut sudah diturunkan dari pesawat dan telah
disiapkan di gate sebelum penumpang turun.

4. Memandu penumpang transit dan connecting menuju transfer desk untuk pembukuan
selanjutnya/reconfirmation.

Rev. 02 PBH - 41
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Penumpang VIP/CIP/First/Executive harus diberikan penanganan yang khusus


didampingi dan dipandu oleh special escorter menuju arrival hall.

PBH 15.2.3 Disembarkasi Tanpa Aviobridge

Prosedur yang diberlakukan adalah sama dengan prosedur yang ada untuk proses
keberangkatan (lihat boarding tanpa aviobridge 8.6)

PBH 15.2.4 Penanganan Penumpang Transit

1. Merupakan kebijaksanaan dari masing-masing Airlines yang bersangkutan untuk


mengijinkan penumpang transit turun/keluar dari pesawat apabila lama ground time
dan keadaan/peraturan di Airport tersebut memungkinkan.

2. Apabila penumpang transit diijinkan untuk turun dari pesawat, staff yang bertugas
menemui penumpang di area kedatangan.

3. Staff yang bertugas memandu penumpang transit menuju ruang tunggu.

PBH 15.2.5 Penanganan Penumpang Connecting

1. Immediate Connecting Flight

Penumpang diproses untuk penerbangan berikutnya dan dipastikan bagasinya telah di


transfer ke penerbangan lanjutannya.

2. Overnight Connecting Flight

a. Petugas menemui serta memandu penumpang di area kedatangan.

b. Memeriksa tiket dan dokumen perjalanan lainnya untuk penerbangan


berikutnya/lanjutan.

c. Memberitahukan kepada penumpang agar membuat pembukuan lanjutan,


akomodasi darat dan prosedur untuk penerbangan lanjutannya.

d. Memastikan alamat penumpang.

e. Memberitahukan informasi yang diperlukan kepada pengangkut/Airline lainnya


apabila penumpang melanjutkan perjalanannya dengan pengangkut/Airline lainnya.

PBH 15.2.6 Penanganan Penumpang Di Baggage Claim Area

Rev. 02 PBH - 42
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Petugas harus berada di Baggage Claim Area untuk memberikan pelayanan dan
membantu penumpang yang memiliki masalah dengan bagasinya.

2. Staff yang bertugas harus mengambil dan mencocokkan claim tag penumpang dengan
baggage tag yang menempel pada bagasinya atau sesuai dengan ketentuan Airline.

PBH 15.2.7 Baggage Delivery

1. Untuk kenyamanan penumpang, bagasi sebaiknya dapat sampai di area Baggage


Delivery secepatnya sesuai dengan ketentuan Airline.

2. Bagasi VIP, CIP, priority, transfer dan Bisnis Class harus diturunkan secepatnya/lebih
dahulu.

3. Melakukan rekonsiliasi bagasi

PBH 15.2.8 Baggage Irregularity

Informasi dan prosedur yang berhubungan dengan penanganan Baggage Irregularity


dapat dilihat di Section 1 Operation Performance Report (OPR 5.4.2)

PBH 16.0.0 PENUMPANG YANG MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS

PBH 16.1.0 Kategori VVIP/VIP/CIP

Beberapa penumpang khusus yang memiliki posisi dan jabatan tinggi, dikategorikan dan
diperlakukan sebagai Very Very Important Person (VVIP), Very Important Person (VIP)
dan Commercial Important Person (CIP).

PBH 16.1.1 Standar Prosedur Penanganan VVIP, VIP Dan CIP

1. Memberikan salam/greeting.

2. District Manager atau Station Manager membantu selama keberangkatan dan


kedatangan.

3. Bagasi VIP/CIP harus dilekatkan Baggage Identification Tag yang sesuai seperti
VIP/CIP label dan label doorside dan/atau dimuat dalam container untuk bagasi
kelas C atau F.

4. Pilot in Command dan Purser harus diinformasikan dengan :

a. Actual passenger on Board (APB) untuk domestik.

Rev. 02 PBH - 43
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Passenger Information Sheet (PIS) untuk internasional.

c. Lisan.

d. Stasiun kedatangan harus diberitahukan melalui PSM (Passenger Service


Message).

PBH 16.1.2 Kategori VVIP

1. Presiden RI.

2. Wakil Presiden RI.

3. Presiden Negara Asing.

4. Pemimpin Negara Asing.

5. Perdana Menteri Negara Asing.

PBH 16.1.3 Kategori VIP

1. Ketua MPR/DPR/DPA.

2. Menteri-menteri RI.

3. Gubernur-gubernur RI.

4. Duta Besar RI.

5. Panglima TNI.

6. Ketua MA dan Jaksa Agung.

7. Kepala Staff AD/AU/AL/POLRI.

PBH 16.1.4 Kategori CIP/Government High Eselon

1. Direktur/Sekjen dari Departemen Pemerintah.

2. Presiden Direktur dari perusahaan yang berhubungan dengan Airlines yang


bersangkutan.

PBH 16.1.5 Persiapan Pelaksanaan Pelayanan Penerbangan VVIP

1. Melakukan koordinasi dengan pihak Penerbangan, Airport Authority, Protokol VVIP


dan instansi-instansi tekait lainnya perihal persiapan pelaksanaan pelayanan

Rev. 02 PBH - 44
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

penerbangan VVIP tersebut, menyiapkan informasi perihal kesiapan dan


kemampuan ground handling cabang setempat untuk melayani penerbangan VVIP.

2. Melakukan evaluasi untuk menghitung estimasi kebutuhan SDM dan perlengkapan


lainnya yang dibutuhkan, masing-masing meliputi jumlah dan
spesifikasi/kompetensi yang diperlukan.

3. Menyiapkan “Contigency Plan”, sebagai antisipasi terhadap situasi emergency yang


mungkin terjadi.

4. Melaksanakan “Screening” bagi petugas yang terlibat pada pelayanan penerbangan


VVIP, khususnya kepada petugas baru yang direkrut dalam rangka pelayanan VVIP.

5. Menyiapkan Pass Bandara untuk semua petugas yang bekerja pada penerbangan
VVIP.

6. Membuat check list kegiatan yang akan dilakukan, dan wajib untuk disosialisasikan
kepada seluruh petugas ground handling yang terlibat dalam pelayanan
penerbangan VVIP.

7. Melakukan uji coba / gladi kotor terpadu perihal pelaksanaan pelayanan VVIP, bila
dimungkinkan dilakukan bersama dengan pihak Penerbangan, Protokol dan instansi
terkait lainnya.

PBH 16.1.6 Prosedur Keberangkatan

Seluruh kegiatan operasional ada dibawah tanggung jawab Person In Charge (PIC)
koordinasi pelaksanaan operasional melalui Operation Control, dengan tahapan sebagai
berikut:

1. H - 3 (Jam)

a. Person In Charge (PIC) berkoordinasi dengan pihak protokol perihal rencana


pelaksanaan pelayanan operasional yang berkaitan dengan aspek security.

b. Person In Charge (PIC) melakukan briefing kepada seluruh petugas pelaksana.

2. H - 2.5 (Jam)

a. Seluruh petugas siap melaksanakan tugas dan berada pada posisi dan area
yang telah ditentukan.

3. H - 2 (Jam)
Rev. 02 PBH - 45
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Pax handling berkoordinasi dengan pihak protokol perihal penyelesaian proses


dukumen perjalanan, informasikan setiap kendala dan penyelesaiannya kepada
Person In Charge (PIC).

b. Petugas Pax Handling / Greeting Service Officer, berkoordinasi dengan protokol


perihal pelayanan yang harus dilakukan selama VVIP berada di ruang tunggu dan
selama ceremony.

4. H - 1.5 (Jam)

a. Person In Charge (PIC) berkoordinasi dengan pihak protokol untuk penempatan


peralatan GSE di area yang berdekatan dengan pesawat udara atau berada pada
posisi di pesawat udara.

5. H - 1 (Jam)

a. Person In Charge (PIC) memastikan bahwa semua proses ground handling


sebelum tahapan boarding, telah selesai dilaksanakan dengan baik dan aman
sesuai prosedur yang berlaku.

6. H - 30 (Menit)

a. VVIP tiba di Bandara.

b. Petugas Pax Handling / Greeting Service Officer, berkoordinasi dengan pihak


protokol perihal kegiatan yang harus dilaksanakan.

c. Kegiatan selanjutnya disesuaikan dengan tata cara dari pihak protokol.

7. H - 15 (Menit)

a. Semua SDM dan peralatan lainnnya yang tidak lagi berhubungan dengan
pelayanan VVIP meninggalkan area pesawat udara.

8. H - 0 (Jam) ATD.

9. H + 15 (Menit) :

a. Seluruh dokumen harus didistribusikan ke unit dan instansi terkait.

b. Filing dukumen.

10. H + 30 ( Menit )

Rev. 02 PBH - 46
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Penangung jawab operasi/Person In Charge (PIC) mengadakan debriefing dan


evaluasi.

PBH 16.1.7 Prosedur Kedatangan

Seluruh kegiatan operasional ada dibawah tanggung jawab Person In Charge (PIC),
koordinasi pelaksanaan operasional melalui operation control, dengan tahapan sebagai
berikut :
1. H - 3 (Jam)

a. Person In Charge (PIC) berkoordinasi dengan pihak protokol perihal rencana


pelaksanaan pelayanan operasional yang berkaitan dengan aspek security.

b. Person In Charge (PIC) melakukan briefing kepada seluruh petugas pelaksana.

2. H - 2 (Jam)

a. Seluruh petugas siap melaksanakan tugas dan berada pada area yang telah
ditentukan.

b. Petugas Pax Handling / Greeting Service Officer, berkoordinasi dengan pihak


protokol perihal pelayanan yang harus dilakukan selama VVIP berada di ruang
tunggu dan selama ceremony.

c. Person In Charge (PIC) berkoordinasi dengan pihak protokol untuk penempatan


peralatan GSE di area yang berdekatan dengan rencana parkir pesawat udara.

3. H - 1 ( Jam ) :

a. Penangung jawab operasi/Person In Charge (PIC), menyatakan bahwa semua


persiapan pelayanan penerbangan VVIP yang berkaitan dengan aspek ground
handling telah siap. Person In Charge (PIC) memegang komando semua kegiatan
operasional pelayanan.

b. Pax Handling/Greeting Service Officer, melaksanakan koordinasi dengan pihak


protokol / instansi terkait, perihal proses atau kegiatan pelayanan.

4. H - 0 (Jam) ATA.

5. H + 5 (Menit)

Rev. 02 PBH - 47
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Person In Charge (PIC) memperhatikan proses keseluruhan dan


menginformasikan kepada pihak protokol bahwa proses ceremony dapat
dilakukan.

b. Proses kegiatan selanjutnya sesuai dengan tahapan penyambutan, upacara dan


lainnya yang ditentukan oleh pihak protokol.

6. H + 10 ( Menit )
a. Petugas Pax Handling / Greeting Service Officer, melakukan koordinasi dengan
pihak protokol / instansi terkait, perihal pelayanan yang harus dilakukan selama
VVIP berada di ruang tunggu dan selama ceremony.

b. Petugas Pax handling melakukan koordinasi dengan pihak protokol perihal


penyelesaian proses dukumen perjalanan, informasikan setiap situasi
baru/kendala dan penyelesaiannya kepada penanggung jawab operasi/Person In
Charge (PIC).

7. H + 15 (Menit)

a. Apabila pesawat RON (remain over night), penanggung jawab operasi/Person In


Charge (PIC) melakukan koordinasi dengan instansi terkait perihal pelayanan
yang harus dilakukan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai
ground handling.

b. Setelah semua pelayanan selesai dilaksanakan, penanggung jawab


operasi/Person In Charge (PIC) melakukan debriefing dan membuat resume
perihal seluruh kegiatan dimaksud serta melaporkan ke Management dan unit
terkait.

PBH 16.1.8 Pakaian Petugas

Seluruh Petugas pelayanan VVIP diharuskan mengenakan pakaian sesuai aturan yang
tercantum dalam Standard Appearance Manual yang berlaku.
Apabila diminta/diperlukan untuk mengenakan pakaian selain yang tercantum dalam
Standard Appearance Manual, hal tersebut harus dikoordinasikan dengan pihak
penerbangan, pihak protokol dan unit terkait.

Rev. 02 PBH - 48
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 17.0.0 UNACCOMPANIED MINORS (UM)

PBH 17.1.0 Kondisi dan Penanganan

Seorang anak dikategorikan sebagai Unaccompanied minors (UM) jika ia melakukan


perjalanan tanpa ditemani oleh penumpang dewasa dan berumur: 7 - 12 tahun
(internasional) dan 7 - 10 tahun (domestik).

PBH 17.1.1 Syarat-syarat Unaccompanied Minors adalah sebagai berikut :

1. UM harus dalam kondisi yang sehat.

2. Penanganan UM hanya berlaku dari airport ke airport.

3. UM dijemput di stasiun tujuan dan tidak ada pelayanan antar.

PBH 17.1.2 Penanganan UM Di Stasiun Keberangkatan

1. Pembukuan untuk penumpang UM harus sudah pasti.

2. Penumpang UM harus diserahkan bersama-sama dengan dokumen perjalanan kepada


petugas di chek-in counter oleh orang tuanya/pengantar setelah menandatangani “UM
Handling Advice form”.

3. Petugas check-in counter harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Melakukan prosedur check-in secara normal.

b. Melekatkan UM Identification tag pada seluruh checked dan unchecked baggage.

c. Petugas pasasi membantu proses bea cukai, imigrasi, security control dan
mendampingi UM sampai ruang tunggu keberangkatan.

d. Menyerahkan UM kepada Flight Service Manager (FSM) atau cabin crew bersama-
sama dengan dokumen-dokumen yang diperlukan.

e. Tulis nama FSM atau cabin crew yang akan mengawasi UM selama dalam
penerbangan dan menyimpan 1 copy dari Handling Advice Form.

PBH 17.1.3 Penanganan UM di Stasiun Transit

Flight Service Manager akan memutuskan apakah UM diperbolehkan menunggu di


pesawat atau tidak, atau diarahkan ke ruang tunggu keberangkatan. Apabila diarahkan
ke ruang tunggu, maka petugas pasasi harus mendampingi UM selama waktu transit.

Rev. 02 PBH - 49
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 17.1.4 Penanganan UM di Stasiun Tujuan

1. Flight Service Manager atau cabin crew akan menyerahkan UM kepada petugas pasasi
selanjutnya mendampingi sejak proses turun dari pesawat sampai melalui proses CIQ
serta menangani bagasinya dan kemudian membawa UM kepada orang yang akan
menjemput di airport kedatangan.

2. Apabila UM didampingi, pendamping membantu UM dan ia bertanggung jawab untuk


membawa kepada orang yang akan menjemput di airport kedatangan.

3. Orang yang menjemput UM harus menunjukkan kartu identitas/ID yang sah.

PBH 17.1.5 Ketentuan Khusus Untuk Pendamping UM

1. UM dari umur 1 - 8 tahun harus didampingi oleh seorang pendamping untuk satu UM.

2. UM dari umur 8 - 12 tahun dapat didampingi oleh seorang pendamping untuk 2 (dua)
orang UM, kecuali memiliki keluarga di negara tujuan.

PBH 17.1.6 Dokumentasi

1. Tiket

a. Harus memiliki tiket yang masih berlaku/valid.

b. Dalam kolom nama pada tiket, setelah nama diikuti dengan tulisan “UM” dan umur
UM.

2. UM Handling Advice Form F

Form ini dikeluarkan oleh kantor yang mengeluarkan tiket yang berisi data-data tentang
:
a. Orang tua/pengantar UM.

b. Orang yang akan menemui/menjemput di stasiun tujuan.

c. Orang yang dipercaya mendampingi UM selama dalam penerbangan.

d. UM Handling Advice Form harus ditandatangani oleh orangtua dari UM dan/atau


pendampingnya.

3. Passenger Manifest

Rev. 02 PBH - 50
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 18.0.0 EXPECTANT MOTHER

1. Pada dasarnya ibu hamil boleh melakukan perjalanannya tanpa Medical Clearance,
dengan syarat atau ketentuan Airline :
a. Kelahiran diperkirakan minimal 4 (empat) minggu.

b. Tidak ada tanda-tanda kelahiran prematur.

c. Kehamilan sebelumnya normal.

d. Ibu tersebut dalam kondisi sehat.

2. Ibu hamil dapat dikategorikan sebagai incapacitated passenger bila :


a. Perkiraan kelahiran kurang dari 1 (satu) minggu.

b. Waktu kehamilan tidak pasti.

c. Pernah melahirkan kembar sebelumnya.

d. Kemungkinan terjadi komplikasi dalam kehamilan.

3. Apabila ibu hamil dalam kondisi seperti tersebut diatas maka hal-hal yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut :
a. Medical Clearance.

b. Medical Information Form (MEDIF/INCAD).

4. Ibu hamil ataupun ibu yang baru melahirkan yang akan melakukan perjalanan khusus
(seperti menggunakan penerbangan Garuda Indonesia), diberlakukan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
Kategori Umur Kehamilan Diterima / Ditolak
 Diterima tanpa pembatasan
Kehamilan Non-  Mengisi MEDIF
Kembar, kembar, Sampai dengan 32 (Medical Information Form for
Kesehatan Normal, minggu Air Travel)
Tanpa Komplikasi  Mengisi MEDIF 2 untuk 36
minggu
 Diterima dgn. pembatasan
 Medical Clearance harus
didapat 7 hari sebelum
Kehamilan dengan keberangkatan
Tidak relevan
Komplikasi  Medical Clearance harus
ditanda tangani oleh dokter
Garuda atau dokter yang
ditunjuk oleh Garuda

Rev. 02 PBH - 51
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Ibu yang baru Dalam 7 hari setelah  Tidak direkomendasikan untuk


melahirkan melahirkan diterima

PBH 19.0.0 BAYI YANG BARU LAHIR

PBH 19.1.0 Definisi dan penaganan

Bayi di bawah umur 2 tahun diperbolehkan melakukan perjalanan dengan syarat- syarat
sebagai berikut :

1. Bayi tersebut ditemani oleh penumpang dewasa (ibunya) (membayar tarif dewasa).

2. Penumpang tersebut melakukan perjalanan dengan flight yang sama, class yang sama
dan tujuan yang sama dengan bayi tersebut.

3. 1 (satu) orang bayi harus ditemani/didampingi oleh 1 (satu) orang dewasa (ibunya)
yang dapat bertanggung jawab sepenuhnya terhadap bayi tersebut.

PBH 19.1.1 Kondisi

1. Bayi dibawah umur 7 hari tidak diperbolehkan melakukan perjalanan.

2. Bayi berumur antara 7 hari - 1 tahun diperkenankan dengan syarat didampingi oleh
salah satu orang tuanya.

3. Bayi berumur 1 - 2 tahun diperkenankan dengan syarat didampingi oleh salah satu
orang tuanya atau sebagai UM dengan pendamping.

4. Bayi prematur dianggap sebagai Medical Case dan ditangani sebagai Incapacitated
Passenger.

PBH 19.1.2 Baby Basket

1. Baby basket (BSCT) dan makanan untuk bayi tersedia di pesawat berbadan besar (wide
body aircraft).

2. Penumpang yang membawa bayi yang ingin menggunakan fasilitas Baby basket dan
baby food tidak dikenakan biaya dan harus dipesan jauh sebelumnya/pada saat
melakukan pembukuan.

3. Karena jumlah baby cradle yang terbatas dalam setiap pesawat, baby cradle digunakan
berdasarkan sistem first come first serve. Petugas check-in counter harus

Rev. 02 PBH - 52
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

memberitahukan masalah keterbatasan jumlah baby cradle tersebut kepada


penumpang.

4. Baby cradle dapat digunakan untuk bayi dengan berat maksimum 9 kg.

PBH 20.0.0 BLIND AND DEAF PASSENGER

PBH 20.1.0 Umum

Semua ketentuan yang berlaku untuk penumpang normal juga berlaku untuk penumpang
blind and deaf (buta dan tuli), kecuali :

1. Check-in dilakukan oleh pendampingnya.

2. Satu orang petugas pasasi memandu penumpang menuju pesawat pada saat proses
boarding berlangsung.

3. Pada saat di dalam pesawat penumpang akan dibantu oleh cabin crew.

4. Pada saat di Airport/stasiun tujuan penumpang harus tetap didampingi


petugas/pendamping sampai ada seseorang yang datang menjemputnya.

PBH 20.1.1 Seeing-Eye Dog/Hearing Dog

Seekor anjing yang telah dilatih untuk membantu orang buta maupun tuli yang dibawa
oleh penumpang dapat turut diangkut oleh pesawat yang sama dengan syarat:

1. Harus ditempatkan di cargo compartment. Hewan tersebut harus dimasukkan dalam


kandang yang kokoh, cukup luas untuk berdiri dan berputar.
2. Membawa seeing-eye dog tidak diperbolehkan apabila negara yang akan dikunjungi
tidak mengijinkan.
3. Indemnity form yang harus disediakan adalah Shipper’s Certification of Live Animals.
4. Notification to Captain, APB atau PIS.

PBH 21.0.0 INADMISSABLE PASSENGER

PBH 21.1.0 Definisi

Inadmissable passenger adalah penumpang yang tidak diperbolehkan memasuki suatu


negara oleh pejabat yang berwenang di negara tersebut karena bermasalah dengan
dokumen perjalanannya.

Rev. 02 PBH - 53
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 21.1.1 Kategori Inadmissable Passenger, mengacu kepada penumpang kedatangan


tanpa :

1. Dokumen perjalanan yang lengkap (tanpa passport/visa atau passport/visa yang sudah
tidak berlaku lagi).

2. Bekal yang cukup.

3. Return tiket (tiket / e-tiket untuk perjalanan lanjutan).

4. Visa yang diperlukan.

5. Surat-surat lainnya yang diperlukan.

PBH 21.2.0 Penanganan

1. Inadmissable passenger harus dikirim kembali ke stasiun keberangkatan (Origin Station).

2. Untuk pemulangannya Kapten dan FSM harus diinformasikan, pemberitahuannya


dilakukan melalui PIS (Passenger Information Sheet). Di beberapa negara, Airlines yang
membawa/mengangkut penumpang dalam kondisi tersebut akan dikenakan denda yang
cukup besar.

3. Stasiun tujuan akhir dan en route station harus di informasikan.

PBH 22.0.0 DEPORTEE

PBH 22.1.0 Definisi

Deportee adalah penumpang yang diakui oleh suatu negara sebagai orang yang secara
ilegal tinggal dinegara tersebut dan diperintahkan oleh pejabat yang berwenang keluar dari
negara tersebut.

PBH 22.1.1 Kategori Deportee adalah sebagai berikut :

1. Deportee tanpa pendamping.

2. Deportee dengan pendamping, jika:


a. Membahayakan keamanan penerbangan/perilakunya dapat menyebabkan
ketidaknyamanan bagi penumpang lainnya.

b. Memerlukan pengawalan pada transit/transfer station.

Rev. 02 PBH - 54
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Masuk dalam daftar orang yang dicari oleh pihak kepolisian di negara tempat
tinggalnya/di negara lain.

PBH 22.2.0 Penanganan

1. Penumpang dalam kondisi tersebut di atas harus dikembalikan ke negara asal


penumpang tersebut.

2. Dalam proses pemulangannya, Kapten dan FSM serta stasiun tujuan dan lanjutannya
harus diberitahu.

PBH 23.0.0 PENUMPANG STRANDED

PBH 23.1.0 Definisi

Penumpang stranded adalah penumpang yang bukan karena kesalahannya tidak dapat tiba
di stasiun tujuannya, tetapi dialihkan ke stasiun alternatif.

PBH 23.2.0 Penanganan

1. Berkoordinasi dengan pihak pengangkut untuk merubah perjalanannya (reroute)


penumpang tersebut apabila memungkinkan.

2. Memberangkatkan penumpang tersebut pada kesempatan penerbangan pertama yang


ada.

3. Berkoordinasi dengan pihak pengangkut dalam hal penyediaan akomodasi hotel,


makanan dan transportasi.

4. Membantu penumpang untuk memberikan informasi kepada keluarga penumpang.

PBH 24.0.0 INCAPACITATED PASSENGER

1. Kategori Incapacitated

a. Medical Case (MEDA) termasuk Stretcher/tandu.

b. Wheel Chair case.

2. Pada umumnya disediakan untuk penumpang yang mengalami kesulitan pada saat
menuju ke / dari pesawat.

Rev. 02 PBH - 55
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. WCHR (R for Ramp): Penumpang dapat naik/turun tangga dan dapat berjalan dari/ke
cabin, sehingga WCHR hanya diperlukan untuk jarak dari/ke pesawat melalui ramp
area maupun aviobridge.

b. WCHS (S for Step): Penumpang tidak dapat naik/turun tangga sendiri tetapi mereka
dapat berjalan ke tempat duduknya di pesawat. WCHS digunakan untuk ke pesawat
sampai di depan pintu.

c. WCHC (C for Cabin): Penumpang sama sekali tidak dapat berjalan sendiri sehingga
memerlukan WCHC sampai ke tempat duduknya di pesawat.

3. Larangan/Batasan

Incapacitated passengers tidak diperkenankan melakukan perjalanan melalui udara


apabila mereka (incapacitated passenger) :

a. Dapat menyebabkan resiko/membahayakan diri mereka sendiri, atau penumpang


yang lain dan barang-barang milik penumpang lain.

b. Tidak dapat menjaga diri sendiri selama perjalanan.

c. Merupakan sumber infeksi atau ketidaknyamanan bagi penumpang lain.

d. Tidak dapat menggunakan tempat duduk standard di pesawat.

4. Dokumentasi Yang Dibutuhkan

a. MEDIF part 1.

b. MEDIF part 2.

c. IATA Fitness for Air Travel.

PBH 25.0.0 ASSYLUM SEEKER (HIGH RISK PASSENGER)

PBH 25.1.0 Definisi

Assylum Seeker adalah penumpang yang bermaksud mendapatkan suaka atau menjadi
imigran pada negara tertentu secara ilegal.

PBH 25.1.1 Ciri-Ciri Assylum Seeker

1. Penumpang bepergian jauh tetapi tidak membawa bagasi.

Rev. 02 PBH - 56
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Penumpang hanya memiliki tiket sekali jalan saja dan tidak dibeli/disiapkan dari
negara/kota asal.

3. Tujuan atau urutan perjalanan tidak sesuai dengan maksud kepergian.

4. Menggunakan rute yang sangat menyimpang atau berganti Airlines, padahal akan
lebih ekonomis jika ia/mereka melakukan penerbangan langsung.

5. Tiket dibeli di tempat keberangkatan dan biasanya dibayar secara tunai.

6. Penampilan penumpang tampak miskin tetapi melakukan perjalanan dengan ongkos


yang mahal tanpa alasan yang jelas.

7. Penumpang mempunyai surat/dokumen atau mata uang yang tidak sesuai dengan
kebangsaan di paspor.

8. Sengaja melakukan check-in pada waktu Petugas sangat sibuk (berharap Petugas
tidak teliti) karena menjelang dilaksanakannya proses boarding ke pesawat.

9. Penumpang tidak dapat menunjukkan surat atau dokumen lainnya yang


menguatkan data di dalam passportnya.

10. Penumpang/passport penumpang mempunyai ciri-ciri seperti yang pernah


diinformasikan oleh Station/Airline/Kedutaan/Instansi lain.

11. Penumpang pria muda/dewasa bepergian tanpa keluarga atau berkelompok dengan
sesamanya, berasal dari negara yang sedang mengalami
kesulitan/kekacauan/konflik, dengan urutan perjalanan yang sama dan tujuan yang
sama (terutama bila passport/visa dikeluarkan oleh pejabat yang sama dan tiket
mereka dibuat oleh agen yang sama pula).

12. Bahasa dan ciri-ciri etnis pakaian tampak tidak cocok dengan kebangsaan di
passpor.

13. Penumpang tidak dapat bicara dengan bahasa kebangsaannya atau tidak mengerti
bahasa Inggris atau bahasa Internasional lainnya.

14. Tidak membawa pakaian dingin padahal menuju ke suatu tempat yang berhawa
dingin.

15. Penumpang kadang-kadang melakukan check-in yang dilakukan oleh agent,


disusupkan pada grup agent.

Rev. 02 PBH - 57
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 25.2.0 Penanganan

1. Gunakanlah pendekatan yang baik dan sopan/tersamar tetapi konsisten terhadap


ketentuan dan prosedur yang berlaku.

2. Terhadap penumpang yang diduga kuat bermasalah, gunakan urutan pemeriksaan


berlapis (multi-leveled checking) sesuai kebutuhan (Petugas -> Supervisor -> Internal
Security -> Petugas/Aparat Penegak hukum).

3. Fokus pengawasan dapat dipersempit pada penerbangan tertentu dan ciri penumpang
tertentu apabila negara asal penumpang sudah dapat dideteksi.

4. Dugaan terhadap Assylum seeker harus dilakukan secara hati-hati guna mencegah
terjadinya ketersinggungan penumpang atau timbulnya tuntutan hukum.

Sebagai antisipasi dari kecurigaan terhadap asylum seeker, maka petugas dapat membuat
copy dokumen sebagai tindak pencegahan lebih lanjut apabila diperlukan.

PBH 26.0.0 FLIGHT DISRUPTION, BAGGAGE SECURITY & HANDLING CHECK-IN

PBH 26.1.0 Definisi

Flight Disruptions adalah penyimpangan-penyimpangan (irregularities) yang terjadi


terhadap keberangkatan suatu pesawat udara, dimana hal tersebut adalah menjadi
tanggung jawab dari pihak Airlines.

PBH 26.1.1 Faktor-faktor penyebab :

1. Karena alasan tehnik (technical reason).

2. Keberangkatan tertunda karena keterlambatan tibanya pesawat, rotasi Crew, rotasi


pesawat.

3. Karena terjadi pergantian pesawat udara.

4. Diversion karena technical reason.

5. Pembatalan karena shortage/kurangnya crew Staff / pesawat.

6. Karena alasan komersial dari pihak Airlines.

Rev. 02 PBH - 58
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 26.2.0 Penanganan pada saat Keterlambatan Pesawat (flight Delay)

1. Segera menginformasikan melalui Public Announcement/Local Announcement kepada


para penumpang keterlambatan keberangkatan pesawat tersebut.

2. Menyampaikan permohonan maaf kepada para penumpang atas nama Airlines.

3. Menginventarisir ulang data-data/tiket-tiket penumpang yang mempunyai penerbangan


lanjutan/connecting flight.

4. Melakukan koordinasi dengan pihak Airlines untuk membuat pembukuan/reservation


apabila misconnect dengan penerbangan lanjutannya, berikan pengertian kepada
penumpang yang bersangkutan.

5. Mengacu kepada aturan pemerintah dan maskapai penerbangan maka Standard Service
yang diberikan sesuai aturan yang berlaku

PBH 26.3.0 Penanganan Pada Saat Penundaan Pesawat (Flight Postponed)

1. Mengatur akomodasi penginapan dan transportasi dari/ke tempat penginapan serta


mengingatkan tentang rencana keberangkatan selanjutnya.

2. Membuat catatan bagasi milik penumpang yang tidak dibawa ke penginapan, dan
laporkan ke pihak security pengamanannya.

3. Mengirimkan message/telex terkait penerbangan yang tertunda/postponed kepada


station tujuan.

4. Membuat catatan-catatan tentang irregularity ini, dan laporkan ke pihak Airlines.

5. Untuk penerbangan Internasional, jika ada persetujuan dengan pihak Imigrasi,


kumpulkan Passport mereka untuk diserahkan ke pihak Imigrasi. Buat catatan dan bukti
serah terima untuk dokumen-dokumen tersebut.

PBH 26.4.0 Penanganan Saat Penerbangan Batal (Flight Cancelled)

1. Segera menginformasikan melalui Public Announcement/Local Announcement kepada


para penumpang yang telah melakukan proses Check-in tentang alasan dibatalkannya
keberangkatan pesawat.

2. Menyampaikan permohonan maaf kepada para penumpang atas nama Airlines.

Rev. 02 PBH - 59
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Menyarankan kepada para penumpang untuk melapor ke special counter guna proses
selanjutnya.

4. Berkoordinasi dengan pihak terkait terutama pihak baggage handling untuk segera
menyerahkan bagasi kepada penumpang.

5. penyerahan bagasi dilakukan sesuai prosedur yang berlaku

6. Bagi penumpang yang dipindahkan/ditransfer ke maskapai penerbangan lain maka


bagasinya juga dipindahkan ke penerbangan yang baru.

7. Bagi penumpang yang menghendaki bagasinya disimpan di bandara/airport, agar


diperiksa kondisinya apakah sudah terkunci supaya penyimpanannya terjamin Buat
catatan dan laporkan kepada pihak security.

8. Membuat catatan-catatan tentang irregularity ini, dan laporkan ke pihak Airlines.

PBH 26.5.0 Penanganan Saat Flight RTA/ RTB (Return To Apron / Return To
Base)

1. Mengarahkan para penumpang kembali ke Departure Hall atau Boarding Lounge.

2. Membagikan Gate Card/Transit Card pada saat penumpang memasuki Departure Hall
atau Boarding Lounge.

3. Penumpang First Class/Business Class harus diarahkan kembali menunggu di


Executive/Business Lounge.

4. Menghubungi Departure Control flight coordinator untuk mencari informasi alasan-


alasan penyebab terjadinya RTA/RTB dan estimasi waktu keberangkatan selanjutnya,
kemudian menginformasikan kepada penumpang melalui public announcement.

5. Menyampaikan permohonan maaf kepada para penumpang atas nama Airlines.

6. Menyarankan kepada para penumpang untuk melapor ke Special Counter seandainya


ada penumpang yang ingin membatalkan atau merubah perjalanannya guna proses
selanjutnya.

7. Memberikan refreshment sesuai dengan Standard Service yang telah ditentukan oleh
pihak Airlines.

Rev. 02 PBH - 60
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Mendata/mencatat penumpang yang mempunyai penerbangan lanjutan untuk


diantisipasi dan perlu ditindak lanjuti jika estimasi waktu yang diberikan tidak dapat
dipenuhi.

PBH 26.6.0 Penanganan Saat Pergantian Pesawat Udara (Change Aircraft)

1. Menghubungi Departure Control untuk mencari informasi alasan-alasan penyebab


pergantian pesawat dan estimasi waktu untuk keberangkatannya.

2. Segera menginformasikan melalui Public Announcement/Local Announcement kepada


para penumpang tentang alasan pergantian pesawat dan estimasi waktu pesawat akan
diberangkatkan.

3. Menyampaikan permohonan maaf kepada para penumpang atas nama Airlines.

4. Mendata jumlah penumpang per kelas yang ada untuk dapat diakomodasikan ke
pesawat penggantinya.

5. Melakukan re-seating dengan melakukan proteksi seats/tempat duduk terlebih dahulu


untuk penumpang VIP/CIP, F/Class, C/Class, Frequent Flyer, penumpang yang
membutuhkan penanganan khusus, seperti STRC/WCHR Passenger, Elderly Passenger,
UM, Deportee/Inad, Expectant Mother, Escorter HUM, Extra Crew, termasuk penumpang
yang mempunyai penerbangan lanjutan.

6. Melakukan koordinasi dengan pihak Airlines untuk mengakomodasikan penumpang yang


tidak mendapat tempat duduk/seats dengan memberikan prioritas utama untuk pesawat
berikutnya yang ada.

7. Menyarankan kepada para penumpang untuk melapor ke Special Counter seandainya


ada penumpang yang ingin membatalkan atau merubah perjalanannya guna proses
selanjutnya.

8. Memberikan refreshment sesuai dengan Standard Service yang telah ditentukan oleh
pihak Airlines.

PBH 26.7.0 Penanganan Saat Flight Diversion Karena Alasan Tehnik

1. Mengarahkan para penumpang menuju ke Departure Hall atau Boarding Lounge.

2. Membagikan Gate Card/Transit Card pada saat para penumpang memasuki Departure
Hall atau Boarding Lounge.

Rev. 02 PBH - 61
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Penumpang First Class/Business Class diarahkan menunggu di Executive/Business


Lounge.

4. Menghubungi Departure Control/Ramp Handling atau pihak tehnik untuk mencari


informasi alasan-alasan penyebab dialihkannya pesawat/flight divert dan estimasi waktu
untuk keberangkatannya kembali.

5. Segera menginformasikan melalui Public Announcement/Local Announcement kepada


para penumpang tentang alasan dialihkannya pesawat dan estimasi waktu pesawat akan
diberangkatkan kembali.

6. Menyampaikan permohonan maaf kepada para penumpang atas nama Airlines.

7. Menyarankan kepada para penumpang untuk melapor ke Special Counter seandainya


ada penumpang yang ingin membatalkan atau merubah perjalanannya guna proses
selanjutnya.

8. Memberikan refreshment sesuai dengan Standard Service yang telah ditentukan oleh
pihak Airlines.

9. Mendata/mencatat penumpang yang mempunyai penerbangan lanjutan untuk


diantisipasi dan perlu ditindak lanjuti jika estimasi waktu yang diberikan tidak dapat
dipenuhi.

10. Apabila penerbangan tersebut pada akhirnya dinyatakan postponed/ditunda, maka


dengan persetujuan pihak Airlines, mengatur akomodasi penginapan serta transportasi
dari dan ke tempat penginapannya kepada para penumpang yang menjadi tanggungan
Airlines dan menginformasikan reporting time berikutnya kepada penumpang yang
bersangkutan maupun pihak penginapan/hotel.

PBH 26.8.0 Baggage Security

PBH 26.8.1 Dasar Dari Baggage Security

1. Mengacu kepada IATA Baggage Services Manual, 4 th, Eff. 1 April 1999, Chapter 4.
Untuk masalah bagasi, harus dibuat ukuran/standard untuk mencegah/prevention
terhadap penggunaan bagasi penumpang/Passenger’s Baggage sebagai alat oleh
pihak-pihak tertentu untuk melakukan sabotase/sabotage pesawat.

2. Mengacu kepada ICAO Standard 4.3.1. Annex 17, secara spesifik membutuhkan
ukuran-ukuran dan pengawasan security dimana operator/Airlines dalam hal ini Ground
Rev. 02 PBH - 62
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Handling harus dapat mengaplikasikannya untuk bagasi dari penumpang yang


membatalkan keberangkatannya setelah melakukan proses check-in.

3. Hal ini umum disebut “Passenger and Baggage Reconciliation”.

PBH 26.8.2 Tujuan Dari Reconciliation

1. Untuk mencegah terjadinya bagasi terangkut ke pesawat tanpa penumpang / pemilik.

2. Artinya, bahwa check-in staff, departure staff dan juga ramp staff harus mengetahui
secara tepat penumpang-penumpang yang telah melakukan proses check-in tersebut
telah benar-benar on-board di pesawat yang dimaksud.

3. Pastikan jumlah bagasi yang di loading ke pesawat sesuai dengan total bagasi yang
tertera pada sistem, dan diterima di make-up area serta tercatat pada loading check
list.

PBH 26.8.3 Kategori Penumpang Dan Bagasi yang perlu dilakukan rekonsiliasi

1. Originating passengers / baggage (local Check-in).

2. On-line connecting passengers / baggage.

3. Interline connecting passengers / baggage.

4. Direct transit passengers / baggage.

PBH 26.8.4 Passenger And Baggage Reconciliation

dapat dilakukan secara :

1. Manual.

2. Menggunakan computer.

PBH 26.9.0 Baggage Handling Di Area Check-in Counter

PBH 26.9.1 Tujuan Dan Konsep Dasar

Mengacu kepada IATA Baggage Services Manual, 4th Edition, Effective 1 April 1999,
Chapter 5, yang perlu diperhatikan adalah tujuan dari konsep dasar untuk
mengaplikasikan Baggage Handling yaitu :

1. Menerima bagasi dari penumpang.

Rev. 02 PBH - 63
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Mengangkutnya dari Point A ke Point B.

3. Memberikan bagasi ke penumpang yang bersangkutan.

PBH 26.9.2 Tiga Elemen Baggage Handling Di Area Check-in Counter

1. Exception Baggage adalah untuk bagasi-bagasi yang terlalu besar/heavy, fragile


atau yang perlu sistim conveyor khusus, misalnya: musical instruments, pets
travelling sebagai bagasi, Wheelchairs dan peralatan olahraga, seperti sufboards,
peralatan ski. Direkomendasikan, bahwa untuk penanganan exception baggage
sebaiknya ditentukan suatu alur kerja yang pasti, seperti untuk hal-hal sebagai
berikut :

a. Bagaimana bagasi tersebut akan ditandai sebagai Exception Baggage.

b. Siapa yang akan membawa bagasi tersebut ke Make-up area.

c. Rute mana yang akan dilalui bagasi tersebut dari Check-in Counter ke Baggage
Make-up area.

2. Positive Closeout, direkomendasikan agar dibuat/di set up suatu Standard Closeout


Time dimana memperbolehkan baik penumpang maupun bagasinya mempunyai
waktu yang cukup untuk tiba di pesawat sebelum keberangkatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :

a. Check-in Staff untuk setiap pesawat yang berangkat harus mengkonfirmasikan


kepada Ramp Staff tentang penerimaan bagasi terakhir.

b. Jarak dan waktu yang harus ditempuh oleh para penumpang ke Gate/Boarding
Lounge, Security Check, Immigration Check, juga untuk rekonsiliasi di Gate.

c. Jarak dan waktu yang harus ditempuh oleh bagasi dari mulai dari Check-in
Counter ke Make-up area, Sorting area, ke pesawat udara dan rekonsiliasi
dengan penumpang Boarding.

d. Closeout Time dalam satuan menit, harus sering ditekankan sebelum


keberangkatan pesawat/departure, misalnya 30 menit sebelum keberangkatan.

3. Late Check Baggage, direkomendasikan agar ditetapkan/di set up Late Check


Baggage Procedures, dimana baik penumpang maupun bagasinya masih dapat
tiba/on board di pesawat walaupun setelah Positive Closeout. Late Check Baggage

Rev. 02 PBH - 64
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Procedures sering dibutuhkan untuk para penumpang yang tiba di Check-in Counter
setelah Positive Closeout.
Sama seperti Exception Baggage yang disebut terdahulu, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :

a. Late Check Baggage membutuhkan suatu perencanaan untuk menentukan


berapa lama Late Check Baggage tersebut diangkut ke pesawat udara dan
rekonsiliasi dengan penumpang yang bersangkutan.

b. Pihak Airline yang bertanggung jawab untuk memutuskan apakah Late Check
Baggage tersebut masih bisa diterima.

c. Karena resiko penerimaan Late Check Baggage tersebut tidak mempengaruhi


keberangkatan pesawat, direkomendasikan menggunakan Limited Release Tag
untuk kasus ini.

PBH 27.0.0 TATA CARA BERHUBUNGAN DENGAN PENUMPANG

PBH 27.1.0 Service Manner

Tujuan akhir dari pelayanan penumpang adalah kepuasan penumpang. Service yang baik
memegang peranan penting untuk membuat penumpang merasa nyaman dan
menyenangkan. Ada beberapa faktor yang menentukan untuk meningkatkan pelayanan
yang baik kepada penumpang antara lain penampilan diri, sikap, perilaku dan pengetahuan
yang berhubungan dengan pekerjaan.

PBH 27.1.1 Penampilan Standard Petugas Pasasi

1. Penampilan Standard Untuk Wanita :

a. Kosmetik : tidak berlebihan/tidak mencolok, sederhana.

b. Deodorant : seperlunya.

c. Tata rambut : di atas kerah, tata rambut sepantasnya, warna alami.

d. Parfume : wangi lembut/tidak menyengat.

e. Perhiasan : seperlunya.

f. Sepatu : disemir bersih.

g. Seragam : seragam kedinasan,rapih dan bersih.


Rev. 02 PBH - 65
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h. Tangan dan kuku : dipelihara rapih, cat kuku sepantasnya.

2. Penampilan Standard Secara Fisik Untuk Pria :

a. Rambut : dipotong pendek, di atas krah baju, warna alami .

b. Cambang : tidak diijinkan.

c. Kumis : dipelihara rapih, dipotong pendek.

d. Kuku : potong pendek, bersih.

e. Sepatu : disemir bersih.

f. Seragam : seragam kedinasan, rapih dan bersih.

PBH 27.2.0 Personal Appearance

PBH 27.2.1 Pakaian Seragam (Uniform)

Petugas di Airport harus menggunakan pakaian seragam kedinasan termasuk atributnya


(kelengkapan seragam). Hal tersebut dapat memberikan kesan yang baik kepada
penumpang. Pakaian seragam kedinasan hanya untuk digunakan pada waktu kerja.

PBH 27.2.2 Perilaku

Pada saat berhadapan langsung dengan penumpang, sangat penting menggunakan


bahasa yang sopan seperti di bawah ini :

1. Berbicara dengan jelas, jangan terlalu cepat dan jangan berbisik

a. Menggunakan kata “Pak”, “Ibu” atau “Sir” dan “Mam/Madame” pada saat
percakapan berlangsung.

b. Hindari penggunaan kata-kata/bahasa teknik yang berhubungan dengan Airlines.

c. Hindari perdebatan dengan penumpang.

d. Memberi salam “selamat pagi/siang/malam” pada penumpang dengan hangat dan


tersenyum serta memandang wajah penumpang yang diajak bicara.

e. Gunakan “ Magic Words ” dengan ekspresi yang sopan seperti:

e.1 Bisa saya bantu Pak/Bu ? / Boleh saya Bantu Pak/Bu ?

e.2 May I help you Sir/Madame ?

Rev. 02 PBH - 66
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e.3 Apa yang dapat saya lakukan untuk Bapak/Ibu ?

e.4 What can I do for you Sir/Madame ?

e.5 Gunakan pangkat (bila ada) dan menyebutkan nama penumpang.

e.6 Menjaga agar tetap berkomunikasi dan menggunakan “eye contact” serta
melakukan komunikasi dengan menggunakan body language.

II. BAGGAGE HANDLING

PBH 28.0.0 PENGERTIAN BAGGAGE HANDLING

Yang dimaksud dengan Baggage Handling adalah proses penanganan bagasi penumpang di
stasiun keberangkatan,kedatangan dan transit, yaitu mulai dari baggage profiling, labelling
saat penumpang melakukan proses check-in, kemudian memuat bagasi tersebut ke
container/pallet atau gerobak bagasi (baggage cart/BCT), melaksanakan baggage sorting,
dan transfer baggage, menarik bagasi ke pesawat, memuat bagasi ke pesawat (baggage
loading) dan sebaliknya hingga sampai kepada penyerahan bagasi (baggage delivery)
tersebut ke penumpang yang bersangkutan pada saat penumpang tiba di stasiun tujuan
akhir.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa Baggage Handling adalah termasuk dari proses
penanganan bagasi yang dilakukan pada saat ‘pre-flight service’ dan ‘post-flight service’ pada
suatu penerbangan.
Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan/irregularities baik terhadap barang-barang
bawaan penumpang (checked baggage) maupun bagasi yang dibawa ke cabin pesawat
(cabin baggage), maka penumpang tersebut akan melaporkan kasusnya ke bagian Lost &
Found Department yang juga merupakan bagian dari pelayanan baggage handling.

PBH 28.1.0 Jenis Bagasi

PBH 28.1.1 Checked Baggage (Merujuk Ketentuan Airline)

1. Adalah semua barang-barang milik penumpang yang tercatat, ditimbang dan diangkut
ke dalam compartment pesawat.

2. Checked baggage (bagasi tercatat) ini harus diberi label sebagai tanda pengenal sesuai
dengan kota tujuan.

Rev. 02 PBH - 67
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Semua checked baggage ini harus dilaporkan oleh penumpang yang bersangkutan
pada saat melakukan proses check-in.

4. Maksimum berat Bagasi per potong yang dapat diterima (Weight of Checked Baggage
per-pieces) 32 Kg dengan catatan setiap potong barang yang mempunyai berat 25 s/d
32 Kg sudah termasuk kategori heavy weight, sehingga setiap proses penerimaan
kategori ini harus disematkan label Heavy Weight.

5. Maksimun Dimensi Bagasi Perpotong tidak melebihi dimensi pintu dan ruang
compartment dan/ atau dimensi pintu dan ruang ULD ( Wide Body Type ) setiap jenis
Pesawat.

6. Pemuatan bagasi ke dalam ULD harus mengikuti kaidah safety, termasuk penggunaan
net strap dan batas ketinggian penyusunan bagasi (offset limit).

7. Bagasi dengan kemasan besar dan/atau berat setiap potong lebih dibanding dengan
yang lainnya (heavy baggage) harus ditempatkan pada susunan paling bawah,
sedangkan bagasi dengan kemasan kecil dan/atau ringan berdasarkan pada class of
service (business/premium) harus ditempatkan pada bagian atas.

PBH 28.1.2 Unchecked Baggage / Cabin Baggage (Merujuk Ketentuan Airline)

Adalah barang-barang milik penumpang yang tidak tercatat dan diperbolehkan untuk
dibawa ke dalam cabin pesawat. Penumpang bertanggung jawab terhadap Cabin baggage
(barang jinjingan) yang dibawanya tersebut.

1. Setiap cabin baggage harus dapat diletakkan di bawah tempat duduk atau di dalam
rak (hatrack/luggage bin) di atas tempat duduk penumpang.

2. Untuk keamanan dan kenyamanan, pada saat proses check-in, penumpang tersebut
harus diinformasikan tentang ketentuan yang diperkenankan dan batasan yang boleh
dibawa sebagai cabin baggage/unchecked baggage.

3. Batasan/ukuran yang diperbolehkan adalah :

a. Dimensi : L 56 x W 23 x H 36 (115 cm / 45 inch total)


b. Berat maksimum : 7 kg.

4. Jumlah cabin baggage sesuai dengan ketentuan Airline.

5. Ketentuan penanganan cabin baggage :

Rev. 02 PBH - 68
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Meminta kepada penumpang agar Cabin baggagenya tidak boleh diletakkan di gang
(di aisle) atau diantara tempat duduk, sehingga dapat menghalangi jalan terutama
apabila dalam keadaan darurat/ emergency situation.

b. Petugas check-in counter dibantu oleh petugas Security melakukan pemantauan


terhadap penumpang yang masih membawa cabin baggage yang melebihi ukuran
standar di antara area check-in counter dengan foyer/corridor yang menuju ke
boarding gate/ruang tunggu.

c. Apabila petugas Security menemukan/melihat penumpang masih membawa


oversize cabin baggage (tentunya setelah dilakukan pengecekan ulang dengan
menggunakan test cabin unit, meminta dan mengarahkan penumpang kembali ke
petugas check-in counter untuk menyelesaikan oversize cabin baggage-nya.

d. Petugas boarding gate harus memantau ukuran cabin baggage dengan acuan di
atas. Bila terlihat melebihi dari ketentuan batasan dan ukuran, petugas tidak boleh
mengijinkannya untuk dibawa ke dalam cabin pesawat. Petugas harus melakukan
sweeping oversize cabin baggage sesuai dengan ketentuan yang ada, dengan
memberikan “Limited Release Tag”.

6. Carry-on Baggage

Selain bagasi cuma-cuma seperti checked baggage dan cabin baggage di atas, barang
bawaan lainnya yang tidak dikenakan biaya tambahan adalah :

a. Satu tas tangan wanita, buku saku atau dompet uang yang biasanya dipakai sebagai
perlengkapan dalam perjalanan dan tidak boleh diisi dengan barang-barang
sehingga dikenakan/diperlakukan sebagai bagasi.

b. Satu baju mantel atau selimut.

c. Satu kamera atau alat penglihat jauh.

d. Makanan bayi untuk selama dalam penerbangan.

e. Satu payung atau tongkat.

f. Sejumlah buku bacaan yang pantas untuk keperluan selama penerbangan.

g. Satu kursi roda yang dapat dilipat untuk orang lumpuh dan/atau alat pembantu lain
yang dipergunakan semata-mata oleh penumpang yang tidak dapat berjalan sendiri,

Rev. 02 PBH - 69
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

dengan syarat bahwa penumpang yang bersangkutan tergantung kepada alat


pembantu tersebut.

h. Tas bepergian, koper, mesin ketik, kamera ukuran besar, radio, tempat kosmetik
besar, semuanya harus ditimbang bersama-sama bagasi lainnya dan akan
dikenakan biaya kelebihan bagasi apabila total berat bagasi sudah melebihi dari
“free baggage allowance” yang telah ditentukan.

7. Baggage Shipped as Cargo/Unaccompanied Baggage

a. Bagasi tersebut berisi pakaian dan barang-barang pribadi milik penumpang itu
sendiri, seperti misalnya: portable musical instruments, portable typewriter, portable
musical equipment, tetapi tidak termasuk: machinery, machine atau spare-parts,
money, securities, jewelry, watches, plate dan plated ware, furs, films, cameras,
perfumes, articles of household furnishing, merchandise dan salesman samples.

b. Tidak ada jaminan bagi penumpang yang bersangkutan, bahwa barang-barang


tersebut akan dapat diangkut bersamaan di dalam pesawat yang sama dengan
penumpang tersebut.

8. Penumpang harus memberitahukan isi dari barang-barangnya tersebut, melengkapi


dokumen-dokumen yang diperlukan dan membayar biaya tambahan untuk ‘collection,
delivery dan customs’. Pengiriman harus melalui Cargo Warehouse .Tujuan akhir dari
Baggage Handling Seperti sudah disebutkan di bagian awal, bahwa tujuan akhir dari
pelayanan bagasi (baggage handling) adalah : Customer Satisfaction, yaitu kepuasan
pelanggan dalam hal ini adalah penumpang dan pihak Airlines.
Untuk mencapai tujuan akhir tersebut, maka harus diperhatikan beberapa aspek yang
tidak boleh diabaikan, yaitu :

a. Aspek safety (keselamatan).

b. Aspek secure (keamanan).

c. Aspek convenience (kenyamanan).

d. Aspek punctuality (ketepatan waktu).

e. Aspek reliability (kehandalan pelayanan yang diberikan).

9. Baggage Handling menurut IATA Airport Handling Manual.

Rev. 02 PBH - 70
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Uraian Baggage Handling seperti yang diatur di dalam IATA Airport Handling
Manual/AHM 810-tentang IATA STANDARD GROUND HANDLING AGREEMENT, Annex
A-Ground Handling Services, Section 3, Sub Section 4.4 (Ref.AHM 18 th, Edition, 1998)
dan/atau Sub Section 3.1 (ref.AHM 35th, edition 2015) sebagai berikut :
a. Menangani bagasi di “baggage sorting area”.

b. Menyiapkan pengiriman/pengantaran ke dalam pesawat.

b.1 “bulk baggage”.

b.2 “Unit Load Devices” (ULDs).


(sesuai dengan instruksi dari Airline).

c. Menetapkan berat bagasi yang di “built up”/disusun di ULDs.

d. Menurunkan/mengeluarkan bagasi dari traktor/kendaraan.

e. Membongkar dan/atau mengosongkan ULDs.

f. Memeriksa bagasi-bagasi yang datang untuk “transfer connection”.

g. Memisahkan bagasi transfer.

h. Menyimpan bagasi transfer dalam suatu periode yang telah disepakati bersama
sampai waktu keberangkatan/ pengiriman.

i. Menyediakan, atau mengatur kesiapan pengangkutan transfer bagasi ke “sorting”


area dari Airline yang akan menerima.

j. Menangani bagasi crew, sesuai dengan yang telah disepakati bersama.

PBH 28.2.0 Baggage Handling procedures

PBH 28.2.1 Umum/General

1. Tujuan utama dari Baggage Handling adalah proses dimana bagasi milik penumpang
harus diangkut bersamaan dalam satu pesawat dengan penumpangnya.

2. Peraturan mengenai free allowance dan cabin baggage/unchecked baggage harus


diikuti, karena apabila tidak dipatuhi akan melanggar IATA Resolutions dan akan
menimbulkan ‘heavy fines’.

Rev. 02 PBH - 71
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Jika berhubungan dengan Interline Carriage, bagasi harus ditimbang secara benar
dan data-datanya dicantumkan pada ‘Passenger Tiket and Baggage Check’ demi
menghindarkan masalah bagi ‘Connecting Carrier’ dan penumpang di stasiun transit.

4. Pengamatan secara cermat dan teliti mengenai kondisi bagasi penumpang harus
dilakukan pada saat penerimaan bagasi waktu proses check-in. Apabila
packing/kemasan tidak baik atau sudah rusak, penumpang harus diinformasikan bahwa
Airlines tidak bertanggung-jawab terhadap resiko kerusakan atau kehilangan isi bagasi
jika harus diangkut.

PBH 28.2.2 Pengecekan jumlah dan berat bagasi

1. Semua bagasi yang diterima baik checked baggage dan cabin baggage yang tidak
termasuk berat penumpang harus ditimbang untuk menentukan jumlah dan berat
bagasi secara ‘actual’.

2. Cabin baggage/unchecked baggage harus diamati apakah sesuai untuk dibawa ke


dalam Passenger’s Cabin.

3. Baggage Entries

Data-data bagasi secara detail harus dicantumkan ke dalam sistem computer. Baggage
tagging

a. Bagasi dapat diproses check-in secara langsung ke stasiun tujuan atau stasiun
stopover.

b. Kode stasiun (three letter code) yang tepat harus terlihat pada label.

c. Lengkapi baggage tag dengan jumlah berat checked baggage dalam satuan kilo,
flight number dan tanggal di bagian depan.

d. Penumpang harus membubuhkan tanda tangan pada ‘Limited Release’ Tag di kolom
yang sudah disediakan apabila checked baggage yang diterima pada saat check-in
dalam kondisi rusak.

e. Baggage claim tag harus ditempelkan pada E-tiket atau boarding pass.

f. Tiap cabin baggage diberikan label nama untuk pencantuman nama penumpang
yang bersangkutan.

Rev. 02 PBH - 72
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.3.0 Jenis-jenis Baggage Tag

PBH 28.3.1 Baggage Tag Normal (Single Sector)

Digunakan untuk bagasi yang diangkut dari point ke point.

PBH 28.3.2 Online Transfer Baggage (Two Sector)

Digunakan untuk route domestik saja (termasuk joint service flight), untuk bagasi yang
diangkut melalui lebih dari satu stasiun transit, dimana terdapat 2 (dua) flight number
yang berbeda tanpa stopover.

PBH 28.3.3 Interline Baggage Tag (Two Sector)

Untuk bagasi yang diangkut melalui lebih dari satu stasiun transit menggunakan 2 (dua)
flight number yang berbeda, tanpa stopover, baik dengan penerbangan Airlines yang
sama maupun dengan Carrier/Airlines lain.

PBH 28.3.4 VIP/CIP/First Class/Executive Class Label

1. Disamping dengan normal baggage tag, VIP/CIP/First Class/Executive Label ini harus
digunakan terutama untuk penumpang VIP/CIP/First Class dan Executive Class.

2. Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam identifikasi serta pelayanan yang lebih
cepat dalam proses penurunan/bongkar bagasi (unloading) dari containers di pesawat
udara.

PBH 28.3.5 Unaccompanied Minor Label

Sebagai Label tambahan untuk penumpang dengan kategori Unaccompanied Minor (UM),
disamping normal baggage tag.

PBH 28.3.6 Doorside Label (Label Dekat Pintu)

Digunakan sebagai tambahan pada normal baggage tag khusus untuk bagasi yang
memerlukan penanganan lebih cepat (domestik route/manual loading pada pesawat
narrow body), misalnya karena short connecting time, urgent delivery dan sebagainya.

Rev. 02 PBH - 73
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.3.7 Checked Baggage Tag

Bila ada bagasi yang berbentuk kardus atau sejenisnya, agar tidak terjadi kekeliruan
dengan barang cargo, maka checked baggage tag ini harus ditempelkan pada bagasi
tersebut untuk mengidentifikasikan bahwa barang tersebut adalah bagasi.

PBH 28.3.8 Limited Release Tag

Dimaksudkan adalah sebagai pengganti dari normal baggage tag, label ini harus
dipergunakan untuk bagasi-bagasi yang pada saat proses check-in menunjukkan kondisi
sebagai berikut :
1. Perishables (mudah busuk).

2. Packing yang kurang baik/tidak semestinya (unsuitable package/inadequate package)

3. Mudah pecah (fragile).

4. Diterima dalam keadaan rusak (damage).

5. Pets.

6. Surfboard.

7. Bagasi yang diterima terlambat/terakhir pada saat proses check-in (late check-in).

8. Sweeping Oversize Cabin Baggage.

PBH 28.3.9 Fragile Tag/Sticker

Label/Sticker tambahan yang digunakan khususnya untuk bagasi-bagasi yang mudah


pecah sebagai pemberitahuan kepada petugas loading/unloading pada saat bongkar-
muat, agar penanganan bagasi tersebut diperlakukan secara lebih hati-hati.

PBH 28.3.10 Group Tag

Khusus digunakan untuk penumpang yang merupakan kelompok/group, tujuannya adalah


untuk mempermudah identifikasi dan agar petugas yang menangani dapat memberikan
perhatian yang lebih.

Rev. 02 PBH - 74
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.3.11 Rush Tag/Expedite Label

Digunakan untuk ‘mishandled baggage’ yang harus secepatnya dikirimkan ‘dalam


kesempatan pertama’ (firav-first availability) ke penumpang/pemilik dari bagasi yang
dimaksud.

PBH 28.3.12 Hand Baggage Tag/Cabin Baggage Tag

Adalah tag yang digunakan sebagai tanda pengenal yang digantungkan atau disematkan
pada cabin baggage/unchecked baggage milik penumpang. Disini tercantum kolom yang
memuat nama, alamat, kota, negara dan nomor telepon penumpang yang bersangkutan.

PBH 28.3.13 Wheelchair dan INCAD Baggage Tag

Tag ini digunakan sebagai tambahan dari normal standard baggage tag, gunanya untuk
mengidentifikasikan bahwa barang tersebut adalah berupa Wheelchair dan INCAD milik
penumpang dimana perlu penanganan yang cepat bagi penyerahannya di transfer area
dan claim area.

PBH 28.4.0 Penanganan Online Transfer Baggage

1. Khusus untuk penerbangan domestik saja (termasuk joint services).

2. Jika bagasi tersebut diangkut lebih dari satu stasiun transit dimana terdapat dua nomor
penerbangan yang berbeda, tanpa stopover.

3. Harus pada hari yang sama atau sesuai dengan ketentuan Airline.

4. Passenger Transfer Message (PTM) harus dikirim oleh petugas di stasiun keberangkatan.

5. Stasiun Transit harus mengisi dan melengkapi ‘Baggage Transfer Record, ketika
melakukan transferring bagasi ke Carrier/Airlines berikutnya (joint services).

PBH 28.5.0 Penanganan Interline Baggage

PBH 28.5.1 Definisi

Interline Bagasi adalah checked baggage yang diangkut melalui lebih dari satu stasiun
transit menggunakan dua nomor penerbangan atau lebih yang berbeda, tanpa stopover
dan melibatkan dua atau lebih Carrier/Airlines, diberi Interline Baggage Tag.

Rev. 02 PBH - 75
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.5.2 Penerimaan Interline Bagasi

1. Terdapat dua nomor penerbangan yang bisa dilakukan ‘connecting/lanjutan’, dan harus
pada hari yang sama atau sesuai dengan ketentuan Airline.

2. Apabila pesawat dari stasiun keberangkatan mengalami keterlambatan, sedangkan


penerbangan lanjutannya berangkat lebih awal pada hari berikutnya, maka kondisi
lanjutan yang diperkenankan adalah :

a. Masih di dalam 6 jam.

b. Lebih dari 6 jam tetapi tidak lebih dari 12 jam.

c. Stasiun keberangkatan melakukan check-in langsung terhadap bagasinya.

d. Tiap-tiap Airlines yang terkait, sepakat untuk melakukan pengangkutan dari


Interline Bagasi ini.

e. Pets (Merujuk Ketentuan Airline)

e.1 Tidak diperkenankan diangkut sebagai Interline Bagasi, kecuali jika semua
Airlines yang terkait sudah memiliki pembukuan yang pasti/confirmed booking.

e.2 Pets tersebut harus diletakkan di dalam kandang/kennel yang kokoh, kuat
dengan mengacu kepada IATA Live Animal Regulations (LAR).

e.3 Bagasi tersebut harus tertutup, dikemas dengan baik dan terkunci rapat.

e.4 Data-data detail bagasi harus dicantumkan pada masing-masing flight-coupon


penumpang yang bersangkutan.

e.5 Memberikan prioritas pada saat unloading, sorting dan delivery.

e.6 Pada kasus terbatasnya berat dan ruang (weight and space) untuk diangkut,
maka tiap Airlines setuju untuk memberikan prioritas pertama untuk
mengangkutnya pada penerbangan yang tersedia berikutnya.

e.7 Stasiun transit harus mengeluarkan ‘Interline Baggage Transfer Receipt.

Rev. 02 PBH - 76
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.5.3 Penerimaan Isi Bagasi berupa Uang/Perhiasan/Dokumen-dokumen/


Surat-surat Berharga dan atau sejenisnya

1. Petugas Check-in counter dalam melaksanakan tugasnya harus memperhatikan hal-


hal sebagai berikut :

a. Pada saat melakukan proses check-in, setelah memberikan standard Greeting


kepada penumpang, agar mengingatkan kembali kepada penumpang yang
bersangkutan untuk tidak menyimpan Uang/Perhiasan/Dokumen-dokumen/Surat
Berharga di dalam checked baggage/koper. Dan menyarankan untuk dibawa
sebagai cabin baggage.

b. Ingatkan kepada penumpang dengan cara yang sopan dan ramah tentang syarat-
syarat perjanjian/peraturan pengangkutan yang tercantum di dalam Tiket, bahwa
pengangkut/Airlines tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan
Uang/Perhiasan/Dokumen-dokumen/Surat Berharga yang dimasukkan ke dalam
checked baggage.

PBH 28.6.0 Penanganan Cabin Baggage/Unchecked Baggage

Petugas Check-in counter maupun Boarding Gate dalam melaksanakan tugas-tugasnya,


harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

PBH 28.6.1 Check-in counter

1. Pada saat melakukan labelling checked bagagge milik penumpang, sekaligus


menanyakan seberapa banyak dan seberapa besar cabin baggage/unchecked baggage
yang akan dibawa oleh penumpang.

2. Supervisor/Group Leader disarankan saat mobile di area check-in turut memperhatikan


antrian sambil melihat apakah ada penumpang yang membawa cabin
baggage/unchecked baggage yang tidak sesuai dengan ketentuan.

3. Apabila menemukannya agar dilakukan pengecekan melalui Test Unit Cabin Baggage
yang ada di area check-in counter dan foyer/corridor.

4. Jika menemukan ada cabin baggage/unchecked baggage yang melebihi dari ketentuan
yang diperkenankan, diminta penumpang melaporkannya sebagai checked baggage,
hal ini untuk mengurangi terjadinya oversize cabin baggage/unchecked baggage dan

Rev. 02 PBH - 77
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

mengingatkan apabila terdapat barang berharga lainnya supaya dikeluarkan dan


dibawa oleh penumpang.

PBH 28.6.2 Boarding Gate

1. Apabila petugas masih menemukan/melihat penumpang membawa oversize cabin


bagagge/unchecked baggage, diminta penumpang tersebut untuk kembali ke check-in
counter agar melaporkan oversize cabin baggage/unchecked baggage, bilamana
waktunya masih memungkinkan.

2. Jika memang harus melakukan sweeping terhadap oversize cabin baggage/unchecked


baggage, agar terlebih dahulu benar-benar menanyakan isi dari cabin
baggage/unchecked baggage tersebut, apabila berisi perhiasan, uang, dokumen dan
barang berharga lainnya untuk diambil dan dibawa sendiri oleh penumpang yang
bersangkutan, hal tersebut untuk menghindari terjadinya kehilangan.

3. Oversize cabin baggage tersebut diberi Label Limited Release Tag yang diisi dengan
data yang benar dan harus ditanda tangani oleh penumpang tersebut, dan data-
datanya dimasukkan ke dalam sistim Airline

4. Jika menemukan kelainan-kelainan di luar ketentuan yang telah ditetapkan, mohon


untuk dikoordinasikan dengan pihak Airlines.

5. Menginformasikan kepada petugas Ramp Handling mengenai sweeping oversize cabin


baggage/unchecked baggage yang ada.

6. Memantau dengan seksama penyerahan dan pemuatannya ke dalam pesawat.

7. Mengirimkan telex ke stasiun tujuan/transit tentang sweeping oversize cabin


baggage/unchecked baggage tersebut dengan menyebutkan jumlah, nomor Limited
Release Tag dengan copy telex ke Lost & Found stasiun pemberangkatan dan pihak
Airlines.

PBH 28.6.3 Ramp

1. Menginformasikan kepada pihak loading tentang adanya penambahan Bagasi hasil dari
sweeping cabin/unchecked baggage di boarding gate.

2. Mengawasi dan memantau pengambilan dan penyerahannya dari boarding gate serta
pemuatannya ke dalam pesawat.

Rev. 02 PBH - 78
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Melaporkan ke Lost & Found setelah pesawat block off.

PBH 28.6.4 Loading

1. Mencatat pada Loading Check List nomor-nomor bagasi penambahan dari hasil
sweeping cabin/unchecked baggage yang diterima dari boarding gate.

2. Mengawasi dan memantau sampai dengan pemuatannya ke dalam pesawat.

3. Melaporkan ke Lost & Found setelah pesawat block off.

PBH 28.7.0 Baggage Irregularity

Pada umumnya kasus penyimpangan-penyimpangan/irregularities yang sering timbul dari


hasil pelayanan Baggage Handling akan tampak pada saat penumpang tiba di stasiun tujuan
akhir, atau pada saat ‘post-flight service’. Dari sini bisa diukur atau dinilai apakah kinerja
ground handling itu berhasil atau tidak, artinya apakah Standard Level Agreement (SLA)
atau Service Delivery Standard (SDS) yang telah disepakati ground handling dengan pihak
Airlines dapat dipenuhi atau tidak. Sehingga apabila ground handling tidak dapat
memenuhinya, maka ground handling akan dikenai ‘penalty’Dari kasus penyimpangan ini
akan timbul complain/keluhan bahkan claim dari penumpang maupun Airlines.
Pada umumnya kasus-kasus yang timbul di area kedatangan/arrival hall, bisa
dikelompokkan sebagai berikut :

1. Missing Baggage dengan code AHL (Advice if Handling) atau BAH (Baggage Advice
Handling).

2. Found Baggage dengan code OHD (On Hand Baggage) atau BOH (Baggage On Hand).

3. Damage/Pilfered Baggage dengan code DPR (Damage/Pilfered).

PBH 28.7.1 Missing Baggage (AHL atau BAH)

Apabila penumpang kehilangan bagasinya pada saat tiba di tempat tujuannya,


penumpang tersebut harus melapor kepada Pengangkut/Airlines atau ground handling
yang menanganinya, dalam hal ini adalah Lost & Found Department di Airport kedatangan.
Petugas Lost & Found kemudian akan segera mengambil tindakan berdasarkan laporan
yang dibuat oleh penumpang, sebagai berikut :
1. Meminta maaf dan memberikan penjelasan dengan baik mengenai hilangnya bagasi
tersebut.

Rev. 02 PBH - 79
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Mulai melakukan pencarian di area sekitar baggage hall, baggage sorting area,
baggage conveying devices, cargo tracing offices dan lain-lain.

3. Membuat ‘Property Irregularity Report’ (PIR) yang harus ditanda tangani oleh
penumpang apabila bagasi tersebut tidak juga diketemukan.

4. Mengisi dengan lengkap data alamat, nomor telepon penumpang sebagai local contact.
Simpan Original PIR dan baggage claim tag milik penumpang tersebut.

5. Mengirim Tracing Telex/message ke stasiun asal/awal dan enroute stasiun jika stasiun
kehilangan tidak dilengkapi CRT (Cathode Ray Tube). Cari bagasi dengan
menggunakan sistem BAGTRAC/BAHAMAS atau WORLD TRACER jika stasiun
kehilangan dilengkapi dengan CRT.

6. Berikan kompensasi kepada penumpang sesuai dengan aturan yang berlaku.

7. Memonitor bagasi yang belum diketemukan dan tetap menginformasikannya kepada


penumpang.

8. Memberitahukan penumpang apabila bagasi telah diketemukan.

9. Membuat Laporan Harian di dalam Log Book tentang Missing Baggage.

PBH 28.7.2 Found Baggage/On Hand Baggage (OHD atau BOH)

1. Apabila diketemukan bagasi dengan identifikasi, langsung dikirim ke stasiun kehilangan


dengan menggunakan ‘Rush tag’ label.

2. Apabila diketemukan bagasi tanpa identifikasi, agar disimpan dengan baik.

3. Mencatat tanggal ditemukan, Flight Number yang mengangkut bagasi tersebut dengan
menggunakan On Hand Baggage Summary Form.

4. Mencoba mencari/melacak pemilik bagasi berdasarkan informasi yang ada pada bagasi
tersebut.

5. Memberitahukan kepada Kantor Pengangkut/Airlines yang bersangkutan di Airport


kedatangan.

6. Membuat Laporan harian di dalam Log Book tentang Found Baggage/On Hand
Baggage.

Rev. 02 PBH - 80
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.7.3 Damage Baggage (DPR)

1. Apabila penumpang tiba di tempat tujuan dan menerima bagasi dalam kondisi yang
rusak, maka penumpang tersebut harus melaporkannya ke Lost & Found Department.

2. Claim bagasi yang rusak hanya dapat diterima apabila bukti-bukti yang dapat
digunakan untuk memperkuat claim.

3. Jika bagasi rusak, maka penyelesaiannya tergantung dari peraturan Airlines yang
mengangkut bagasi itu sendiri.

4. Claim bagasi rusak harus dilengkapi dengan :

a. Copy PIR.

b. Copy Claim Form.

c. Copy Passenger Manifest.

d. Tiket asli dan claim tag asli milik penumpang ditahan.

PBH 28.7.4 Pilfered Baggage

Jika penumpang melaporkan bahwa bagasi yang diterimanya berkurang isinya, maka
receiving station yang menerima claim tersebut akan melakukan tindakan sebagai berikut
:

1. Menimbang ulang bagasi tersebut.

2. Mencocokkan claim tag bagasi dengan passenger manifest.

3. Membuat PIR.

4. Membuat Claim Form.

5. Mencek kondisi fisik bagasi.

PBH 28.7.5 Delayed Baggage

1. Apabila bagasi mengalami keterlambatan yang diakibatkan karena ‘mishandled


baggage’, maka claim dapat diajukan atau penggantian akan diberikan serta
Irregularity tersebut harus dilaporkan ke Bagian Claim Airlines yang bersangkutan.

Rev. 02 PBH - 81
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Kepada penumpang yang mengalami kejadian ini, pihak Airlines akan memberikan
“kompensasi sementara” (“first need compensation”) akibat keterlambatan bagasi
(personal effect),

3. Ketentuan pemberian kompensasi Internasional dan Domestik diberikan sesuai dengan


aturan yang berlaku dan ketentuan dari Airline. Catatan:

a. Kompensasi sementara juga diberlakukan untuk ‘interline passenger’ (interline


baggage) dimana pihak Airlines tersebut sebagai pengangkut terakhir dalam
pengangkutan bagasi.

b. Kompensasi sementara ini diberlakukan hanya sekali saja dalam hal perjalanan
penumpang saja (bukan berkaitan dengan tempat tinggal/domisili yang
bersangkutan).

PBH 28.7.6 Security of Baggage

Direkomendasikan bahwa langkah-langkah berikut dapat dijadikan pedoman untuk


memastikan keterlambatan, kehilangan, kerusakan checked baggage atau hilangnya
sebagian isi checked baggage yang diakibatkan oleh ‘baggage irregularity’ dapat
dikurangi/diminimalisasikan, sebagai berikut :
1. Passenger Check-in :
a. Pastikan bahwa seluruh checked baggage mempunyai/tercantum identitas
penumpang.

b. Pastikan bahwa seluruh checked baggage sudah terkunci atau terbungkus dengan
baik.

c. Pastikan bahwa penumpang yang bersangkutan memang mengetahui dengan benar


akan isi dari pada bagasi yang dibawanya, tidak membahayakan keamanan dan
keselamatan penerbangan.

d. Beri tag pada checked baggage sampai ke tujuan akhir sesuai dengan yang
tercantum di tiket, berikan perhatian khusus untuk interline baggage transfer jika
diperlukan di intermediate point.

e. Ingatkan penumpang untuk membawa sendiri barang-barang berharga ke dalam


cabin bagasi, jangan diletakkan di dalam checked baggage-nya.

Rev. 02 PBH - 82
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Buang semua label-label/tag yang lama, kemudian tempelkan label/tag yang baru
sesuai sesuai dengan tujuannya sekarang.

g. Tolak bagasi-bagasi yang dianggap tidak sesuai atau tidak aman untuk diangkut
sebagai checked baggage.

2. Baggage Make-Up Area


a. Make-up area, sorting area harus berada di bawah pengawasan satu orang
Supervisor di setiap waktu. Area ini harus berada di tempat terbuka, hindari tempat-
tempat yang tidak/sulit terawasi dan dengan penerangan (lampu) yang baik.

b. CCTV (Circuit Closed TV) untuk pengawasan sangat dianjurkan.

c. Akses menuju make-up area harus terkontrol dengan ketat, dan jika tidak beroperasi
harus dikunci.

3. Ramp dan Staging Area

a. Dimana memungkinkan, muat bagasi ke dalam container di make-up area dan


kemudian ke pesawat udara.

b. Perhitungkan dengan tepat pengiriman bagasi-bagasi di make-up area ke pesawat,


jangan terlalu cepat, juga jangan terlalu lama.

c. Perhatikan agar rute/jarak dari make-up area ke pesawat udara sesingkat mungkin
dan dapat terawasi dengan baik.

d. Transfer bagasi ke dalam truk yang sesuai dan hindari adanya overloading.

e. Ramp handling harus selalu melihat/mengawasi compartemen yang memuat bagasi


dan melakukan pengawasan selama proses pemuatan.

f. Sebelum hatch/pintu compartemen ditutup, ramp handling harus mengawasi


letak/keberadaan bagasi dan melaporkan setiap ada kerusakan atau kehilangan isi
bagasi.

4. Baggage Claims Area

a. Signed untuk mengarahkan harus jelas.

b. Checked baggage yang tidak diambil harus dipindahkan ke area yang aman, dan
laporkan ke pihak Airlines.

Rev. 02 PBH - 83
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Pencegahan terhadap pencurian dan kerusakan bagasi (baggage theft and pilferage
prevention).

d. Demi pencegahan terhadap pencurian dan kerusakan bagasi, direkomendasikan:


d.1 Seluruh area harus diawasi dan akses/jalan masuk harus dikontrol.

d.2 Seluruh area harus mempunyai penerangan yang mamadai/baik.

d.3 Apabila diperlukan, kamera pengawas (CCTV) harus digunakan.

d.4 Bagasi yang ditangani di luar jam (waktu) operasional, harus disimpan di area
yang aman.

PBH 28.7.7 Prosedur Pencarian Bagasi Hilang

Untuk mempercepat proses pencarian bagasi yang hilang, perlu diketahui prosedur/cara-
cara pencarian bagasi hilang sebagai berikut :

1. Action - Hari 1

a. Lakukan pencarian di area arrival.

b. Lakukan pencarian di aircraft, kemungkinan tertinggi tertinggal di bulk pesawat.

c. Lakukan pencarian di cargo area, kemungkinan terbawa.

d. Memeriksa telex/message yang masuk.

e. Apabila keempat langkah tersebut telah dilakukan, tetapi bagasi tidak ditemukan,
buat AHL dan check matching WM/FW/AP area.

f. Apabila ada informasi keberadaan bagasi dari action file agar ditransfer ke dalam
file AHL.

g. Lakukan permintaan Onhand Baggage yang ada di stasiun lain dengan transaksi
ROH.

h. Bila bagasi belum ditemukan keberadaannya, agar terus dilakukan pencarian .di-
tracing melalui action file dengan transaksi PXF pada area AP.

i. Semua hasil tracing baik telex maupun di action file agar dimasukkan ke dalam
sistem airlines.file AHL dengan transaksi AAH/AFE.

j. Bagasi yang sudah ditemukan dan sudah diserahkan ke penumpang agar dilakukan
Close File dengan CAH, bila ada Cost yang keluar dimasukkan ke dalam file AHL.

Rev. 02 PBH - 84
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k. Hasil tracing yang baru agar diberitahukan kepada penumpang.

l. Bila bagasi telah ditemukan, lakukan Suspend sesuai sistem airlines sebelum
diserahkan.

2. Action - Hari 2

a. Memeriksa telex yang masuk.

b. Memasukkan data hasil tracing dari telex ke dalam AHL.

c. Lakukan perubahan element kedalam sistem airlines. Tanyakan kepada penumpang


kemungkinan adanya informasi terbaru tentang data bagasi, seperti merk atau
informasi tentang isi bagasi dan tambahkan ke file.

d. Lakukan transaksi ke stasiun lain dengan memberi informasi tentang ciri-ciri AHL.

e. Retrieve OHD stasiun lain kemungkinan untuk analisa matching dengan AHL.

f. Mintakan OHD dengan ROH untuk identify kemungkinan match.

g. Informasikan hasil tracing yang terbaru kepada penumpang.

3. Action - Hari 3

a. Memeriksa telex yang masuk.

b. Memeriksa action file

c. Masukkan data hasil tracing dari telex maupun action file ke dalam AHL.

d. Lakukan perubahan element kedalam sistem airlines.

e. Memeriksa file, kemungkinan ada matching yang terlewatkan.

f. Analisa matching score dan minta ke stasiun OHD untuk identify dan lakukan
SUSPEND bila terdapat kesesuaian.

g. Lakukan tracing ke stasiun lain dengan memberi informasi tentang ciri-ciri AHL.

h. Retrieve OHD stasiun lain kemungkinan untuk analisa matching dengan AHL.

i. Informasikan hasil tracing yang terbaru kepada penumpang.

4. Action - Hari 4

a. Memeriksa telex masuk.

b. Memeriksa action file.


Rev. 02 PBH - 85
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Masukkan data hasil tracing baik dari telex maupun action file ke dalam AHL.

d. Lakukan perubahan element pada file AHL apabila ada informasi terbaru dari
penumpang bila mungkin ROH ke stasiun lain untuk identify.

e. Lakukan tracing ke stasiun lain PXF transaksi dengan memberi informasi tentang
ciri-ciri AHL.

f. Bila berhubungan dengan penerbangan lain agar di tracing ke Airline lain yang
kemungkinan dapat tagless maupun tertinggal.

g. Retrieve OHD ke stasiun lain, kemungkinan untuk analisa matching dengan AHL.

h. Lakukan close file bila bagasi telah ditemukan atau lakukan SUSPEND transaksi.

i. Informasikan hasil tracing yang terbaru kepada penumpang.

5. Action - Hari 5

a. Memeriksa telex masuk.

b. Memeriksa action file.

c. Masukkan data hasil tracing baik dari telex maupun action file ke dalam AHL.

d. Lakukan perubahan element pada file AHL apabila ada informasi terbaru dari
penumpang dan check match di area HIS/M bila mungkin ROH ke stasiun lain
untuk identify.

e. Lakukan tracing ke stasiun lain melalui PXF transaksi dengan memberi informasi ke
stasiun lain tentang ciri-ciri AHL.

f. Bila berhubungan dengan penerbangan lain agar di tracing ke Airline lain yang
kemungkinan dapat tagless maupun tertinggal dengan transaksi PXF AP area.

g. Retrieve OHD ke stasiun lain, kemungkinan untuk analisa matching dengan AHL
melalui DOH/ROF.

h. Melakukan erase pada area action file message yang sudah tidak berhubungan
dengan AHL.

i. Hubungi pihak Airlines untuk minta bantuan tracing bila belum ditemukan sampai
dengan hari ke 5.

j. Tampilkan history file lalu masukkan ke dalam file AHL dengan transaksi AAH.

Rev. 02 PBH - 86
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Catatan :
Action-Hari 6 sampai seterusnya dapat dilakukan seperti Action-Hari 1 dan seterusnya.

PBH 28.7.8 Prosedur Penanganan Penemuan Bagasi Tidak Bertuan/Unclaimed Baggage

Untuk memberikan baku mutu pelayanan penanganan bagasi yang lebih prima/baik
kepada penumpang dan untuk menjaga citra pihak Airlines dan ground handling, perlu
diberitahukan tentang Prosedur Penanganan Penemuan Bagasi Tak Bertuan/Unclaimed
Baggage sebagai berikut :

1. Checked Bagagge

Penemuan baggage tidak bertuan baik mempunyai label stasiun Onhand maupun tidak
ada label yang didapatkan dari area keberangkatan maupun kedatangan, prosedur
penanganannya adalah sebagai berikut :

a. Onhand baggage harus dimasukkan ke dalam sistem Airline.

b. Untuk membantu stasiun lain yang kemungkinan melaporkan kehillangan,petugas


dapat juga memberitahukan melalui sistem Airline.

c. Onhand yang sudah dimasukkan ke sistem harus diberi label OHD dan ditulis nomor
file OHD lalu disegel (setiap unit Lost & Found setidak-tidaknya mempunyai
peralatan segel/Spot sealing machine).

d. Penyimpanan bagasi OHD yang sudah diberi label/disegel harus disusun dan
ditempatkan pada gudang yang terkunci (diharapkan mempunyai rak digudang
tersebut).

e. Tidak diperbolehkan membuka bagasi Onhand selama di gudang Lost & Found.

f. Onhand baggage yang disimpan di gudang Lost & Found sesuai aturan Airline yang
berlaku diserahkan kepada pihak Airlines untuk ditindak lanjuti sebagai secondary
tracing dengan file OHD.

g. Jika ternyata ada penumpang yang mengambil bagasi OHD tersebut maka harus
dibuatkan berita acara serah terima/tanda terima dan kasus dilakukan Close file.

h. Bagasi OHD yang berisi makanan mudah rusak atau diperkirakan tidak bisa disimpan
selama 3 hari di Lost & Found, dan tidak diambil oleh penumpang, agar segera
dimusnahkan dengan disaksikan oleh pihak pejabat pihak Airlines dan Security

Rev. 02 PBH - 87
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

setempat/ground handling serta dibuatkan berita acara pemusnahan dengan copy


pihak Airlines.

i. Jika ada stasiun lain yang mengajukan permintaan, maka bagasi harus dikirim ke
stasiun tersebut.

2. Penanganan Over Carried, Unclaimed dan / atau Hold Baggage

a. Over Carried Baggage adalah penemuan bagasi di area kedatangan (Arrival Station)
yang mempunyai label dengan tujuan stasiun lain agar diamankan dan didata
sebelum dikirimkan ke Station yang tertera di Label.

b. Ketentuan penanganan dan pengiriman kembali Over Carried Baggage ke Station


Tujuan sesuai Label harus memperhatikan beberapa hal seperti :

b.1 Masukan semua data (Label, Type dan Nama Penumpang) dalam data On Hand
Baggage (OHD) dan kirimkan pesan dengan transaksi FWD/Forward message
ke Station yang dituju, tunggu response dari Station Tujuan.

b.2 Apabila Station Tujuan merespones agar Bagasi segera dikirim, maka lakukan
pemasangan label ‘Rush Tag’ tanpa melepas label bagasi sebelumnya.

b.3 Lakukan pemeriksaan keamanan ulang (X-Ray dan Detector lainya) bersama
petugas Avsec, sebelum Bagasi diserahkan ke petugas Baggage Checker untuk
di on board kan ke Pesawat.

b.4 Serahkan Bagasi kepada petugas Baggage Checker dengan menerbitkan


Delivery Order / Buku Serah Terima Bagasi.

b.5 Laporkan Jumlah Berat dan Potong (Pieces and Weight) bagasi tersebut ke Unit
Load Control untuk didata dalam Load Sheet (Weight & Balance).

b.6 Kirimkan telex ke Station Tujuan tentang kepastian Bagasi tersebut on board
penerbangan berapa, agar di informasikan kepada Penumpang yang
memilikinya.
c. Unclaimed Baggage adalah penemuan Bagasi di area kedatangan (Arrival Station)
dengan Label sesuai tujuan dan / atau tanpa label, akan tetapi tidak diambil oleh
pemiliknya, agar segera dilakukan pengamanan dan dibawa ke ruang Lost & Found
sampai ada penumpang yang claim, dan apabila tidak terdapat claim dari

Rev. 02 PBH - 88
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

penumpang, segera masukan data - data bagasi tersebut di sistem Airline dengan
status On Hand (OHD).

d. Ketentuan penanganan dan pengiriman kembali Unclaimed Baggage ke Station yang


meminta harus memperhatikan beberapa hal seperti :

d.1 Masukin semua data (Label, Type dan Nama Penumpang) dalam data On Hand
Baggage (OHD) dan kirimkan pesan ke Station origin, tunggu response dari
Station Origin.

d.2 Apabila Station Origin merespones agar Bagasi segera dikirim ke suatu station,
maka lakukan pemasangan label ‘Rush Tag’ tanpa melepas label lama bagasi
yang tertempel sebelumnya.

d.3 Lakukan pemeriksaan keamanan ulang (X-Ray dan Detector lainya) bersama
petugas Avsec, sebelum Bagasi diserahkan ke petugas Baggage Checker untuk
di on board kan ke Pesawat sesuai instruksi dari Station Origin.

d.4 Serahkan Bagasi kepada petugas Baggage Checker dengan menerbitkan


Delivery Order / Buku Serah Terima Bagasi.

d.5 Laporkan Jumlah Berat dan Potong (Pieces and Weight) bagasi tersebut ke Unit
Load Control untuk didata dalam Load Sheet (Weight & Balance).

d.6 Kirimkan telex ke Station Tujuan Akhir dengan tembusan Origin Station tentang
kepastian Bagasi tersebut on board penerbangan berapa, agar di informasikan
kepada Penumpang yang memilikinya.

e. Hold Baggage adalah bagasi yang karena alasan keamanan dan/atau karena
keterlambatan transfer menyebabkan harus tertunda pengirimannya ke pesawat
yang dituju oleh pemilik bagasi tersebut, sehingga tidak sampai di station tujuan
bersama-sama pemiliknya, hal ini agar segera dilakukan pengamanan dan dibawa
ke ruang Lost & Found, segera masukan data-data bagasi tersebut ke sistem Airline
dengan status On Hand (OHD).

f. Ketentuan penanganan dan pengiriman kembali Hold Baggage ke Station yang


meminta tanpa didampingi pemiliknya (Unaccompanied Baggage) harus
memperhatikan beberapa hal seperti :

Rev. 02 PBH - 89
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f.1 Masukan Insert semua data (Label, Type dan Nama Penumpang) dalam data
On Hand Baggage (OHD) dan kirimkan pesan dengan transaksi FWD/Forward
message ke Station yang dituju, bahwa ada bagasi yang karena alasan
keamanan harus dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas Avsec (Airport
Authority) dan prosesnya memakan waktu lama.

f.2 Apabila Station Origin merespones agar Bagasi segera dikirim ke suatu station,
maka lakukan pemasangan label ‘Rush Tag’ tanpa melepas label lama bagasi
yang tertempel sebelumnya.

f.3 Lakukan pemeriksaan keamanan ulang (X-Ray dan Detector lainya) dan berikan
pengamanan selama proses pengiriman kembali bersama petugas Avsec,
sebelum bagasi diserahkan ke petugas Baggage Checker untuk di on board kan
ke pesawat.

f.4 Serahkan Bagasi kepada petugas Baggage Checker dengan menerbitkan


Delivery Order/Buku Serah Terima Bagasi.

f.5 Laporkan Jumlah Berat dan Potong (Pieces and Weight) bagasi tersebut ke Unit
Load Control untuk didata dalam Load Sheet (Weight & Balance)

f.6 Kirimkan telex ke station tujuan copy ke Airlines, tentang kepastian Bagasi
tersebut on board penerbangan berapa, agar di informasikan kepada
penumpang yang memilikinya.

g. Ketentuan penanganan dan pengiriman kembali Hold Baggage ke Station tujuan


yang didampingi pemiliknya (Accompanied Baggage) harus memperhatikan
beberapa hal seperti :

g.1 Informasikan kepada pendamping (penumpang pemilik bagasi) tersebut bahwa


bagasi dengan (Nomor Claim Tag...) masih dilakukan pemeriksaan keamanan
oleh Avsec Airport Authority agar pendamping (penumpang pemilik bagasi)
tersebut ikut menemui petugas Avsec yang melakukan pemeriksaan.

g.2 Apabila waktu pemeriksaan akan menyebabkan keterlambatan untuk on board


jadwal penerbangan sesuai penumpang check-in, maka segera ditawarkan
kepada pemilik bagasi tersebut untuk pindah ke penerbangan berikutnya atau
menunda penerbangannya.

Rev. 02 PBH - 90
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g.3 Jelaskan reason tentang penundaan tersebut kepada pemilik bagasi bahwa hal
ini dilakukan semata-mata untuk menjamin keamanan dan keselamatan
penerbangan.

g.4 Lakukan re-check in proses dengan penerbangan berikutnya dan ganti semua
label lama disesuaikan dengan label penerbangan yang baru.

g.5 Buatkan catatan, kirim telek ke station tujuan dan laporkan kepada Airlines
secara lengkap tentang kejadian penyimpangan/irregularity tersebut.

3. Unchecked Baggage

a. Penemuan barang-barang pribadi/barang ketinggalan di dalam cabin maupun di


area boarding lounge yang tidak diambil oleh penumpang.

b. Prosedur Penanganannya adalah sebagai berikut :

b.1 Penemuan barang ex cabin, serah terima dilakukan oleh pihak Security Gapura
kepada pihak Lost & Found dengan dibuatkan tanda terima dan melaporkan ke
pihak Airlines.

b.2 Petugas Lost & Found kemudian memasukkan ke sistem airlines sebagai Found
Property dengan transaksi RFP (Register Found Property).

b.3 Sistem akan menyimpan data penemuan barang tersebut selama 90 hari dari
sejak dimasukkannya data penemuan tersebut kedalam sistem.

b.4 Penyimpanan barang temuan eks cabin agar disimpan di dalam locker khusus
dimana dapat dikunci dan terjamin tidak terjadi kehilangan.

b.5 Pengambilan barang temuan oleh penumpang agar dibuatkan berita acara
serah terima disaksikan oleh petugas Security.

b.6 Dibuatkan laporan penemuan dan penyerahan setiap bulan ke Subdit Dukungan
Operasi Kantor Pusat dan copy ke pihak Airlines.

b.7 Barang temuan yang sudah diambil penumpang agar ditambahkan ke dalam
file dengan AFP/Amend Found Property tanggal pengambilannya.

Rev. 02 PBH - 91
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.7.9 Prosedur Pengamanan Unclaimed Baggage Di Gudang Lost and Found

Untuk menjaga terhadap Unclaimed Baggage yang disimpan di gudang Lost & Found,
serta untuk memelihara citra positif ‘Customer’, maka perlu diperhatikan ketentuan yang
mengatur tata cara penyimpanannya, yaitu :

1. Terhadap seluruh Unclaimed Baggage (Checked Baggage dan Found Cabin Baggage)
yang disimpan dan atau dibawah pengawasan Unit Lost & Found sesuai aturan airline
yang berlaku agar disimpan di gudang yang aman dari kemungkinan terbawa oleh
pihak ketiga, rusak terkena benda cair/kimia maupun tersangkut benda tajam, yang
dapat menimbulkan tambahan kerugian.

2. Gudang harus selalu terkunci dengan 2 (dua) anak kunci, satu disimpan oleh Supervisor
On Duty dan yang lain disimpan oleh Security ground handling, hingga salah satu
pihak dapat membuka gudang untuk kepentingan tugasnya, namun demikian harus
berkoordinasi dengan pemegang kunci lainnya.

3. Supervisor On Duty di Lost & Found harus memperhatikan catatan/laporan penerimaan


dan pengeluaran bagasi dari gudang, dan bertanggung jawab atas kunci gudang yang
disimpannya.

4. Dilarang melakukan pembongkaran terhadap bagasi tanpa disaksikan oleh penumpang


dengan alasan/ tujuan apapun, kecuali atas izin Stasiun Manager pihak Airlines yang
bersangkutan atau yang mewakili dan disaksikan oleh petugas Security pihak
Airlines/ground handling.

5. Izin permohonan pembongkaran bagasi oleh Stasiun Manager pihak Airlines yang
bersangkutan harus berdasarkan pada alasan sebagai proses awal untuk penghapusan
(pemusnahan dan pelimpahan) dan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.

6. Permohonan pembongkaran oleh Unit Keamanan pihak Airlines/ground handling harus


berdasarkan pada alasan untuk mencari kecocokan identitas dalam rangka investigasi,
dan selanjutnya bagasi harus disegel dan dibuatkan Berita Acara yang akurat.

7. Apabila ketentuan di atas dilanggar dan kemudian hari pihak Airlines menerima
tuntutan ganti rugi dari pemilik bagasi, maka petugas yang diduga melakukan
pembongkaran ilegal harus mempertanggung jawabkannya kepada perusahaan.

Rev. 02 PBH - 92
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Pembongkaran bagasi oleh Instansi Pemerintah yang berkompeten, seperti Bea &
Cukai, Polri, Kejaksaan dan Karantina untuk tujuan keamanan negara adalah di luar
tanggung jawab ground handling.

PBH 28.7.10 Prosedur Penanganan Keterlambatan Bagasi Untuk Penerbangan


Internasional dan Domestik

Atas nama pihak Airlines, dalam hal ini sebagai pengangkut/Airlines, ground handling
menyampaikan permohonan maaf kepada penumpang atas keterlambatan dan atau tidak
/ belum tibanya bagasi milik mereka. Ground handling harus berusaha secepatnya
membawa bagasi tersebut dalam kesempatan pertama.

1. Usaha Pencarian

a. Melakukan koordinasi dengan Stasiun yang lain untuk mengusahakan agar bagasi
dikirim secepatnya ke Stasiun AHL.

b. Selalu menginformasikan status pencarian bagasi dimaksud kepada penumpang.

c. Berikan informasi tentang bagian/unit, alamat, nomor telepon, hari serta jam
pelayanan dari ground handling maupun Airlines kepada penumpang apabila ingin
menghubungi ground handling, mengenai status bagasinya.

d. Setelah itu jelaskan kepada penumpang bahwa pelayanan tentang pencarian bagasi
sesuai aturan yang berlaku

2. Pengantaran Bagasi/Baggage Delivery

Menginformasikan bahwa setelah bagasi tersebut tiba, akan diantarkan dengan segera
ke alamat penumpang yang bersangkutan di rumah atau di hotel; atau bisa juga
penumpang tersebut yang mengambilnya sendiri di Airport.

3. Prosedur Klaim/Claim Procedure

Apabila bagasi penumpang tersebut belum juga diterima sesuai aturan airlines yang
berlaku, penumpang tersebut dapat mengajukan ‘claim’ kepada pihak Airlines dengan
membawa dokumen-dokumen sebagai berikut :

a. PIR (Property Irregularitiy Report) asli yang berwarna merah muda.

b. Fotocopy Kartu Identitas (Paspor, KTP atau SIM).

c. Tiket asli atau fotocopy.


Rev. 02 PBH - 93
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. MBQ (Missing Baggage Questionnaire) agar diisi lengkap dan ditanda tangani.

Berikan informasi tentang bagian/unit (misalnya Customer Service & Passenger Claim
Prevention), alamat, nomor telepon, hari dan jam pelayanan dari pihak Airlines serta
menyarankan kepada penumpang bahwa dokumen-dokumen tersebut dapat dikirim
atau dibawa sendiri ke alamat tersebut.

PBH 28.7.11 Penerimaan dan Penolakan Bagasi

Atas nama Airlines, petugas check-in counter berhak untuk mengetahui isi dari bagasi
penumpang dan jika ingin memeriksanya harus sepengetahuan dan disaksikan sendiri
oleh penumpang yang bersangkutan.
1. Bagasi dapat diterima petugas apabila:

a. Packing yang kuat, terkunci dan tidak mudah rusak.

b. Beratnya tidak melebihi berat yang telah ditentukan dan apabila melebihi, maka
akan dikenakan biaya tambahan.

c. Setelah itu bagasi tersebut diberi label/sticker sesuai dengan tujuan dan jenis
bagasi tersebut.

2. Penumpang akan menerima tanda bukti penerimaan bagasi (baggage label/limited


release tag) bersama-sama dengan boarding pass dan tiket yang sudah melalui proses
check-in.

3. Ground handling dapat menolak bagasi yang dianggap dapat membahayakan pesawat,
penumpang dan barang-barang lain milik penumpang, atau yang sekiranya mudah
rusak karena pengangkutan seperti bagasi yang tidak di-packing/dikemas dengan tidak
semestinya.

a. Apabila petugas check-in counter menemukan bagasi yang tidak terkunci, rusak,
unsuitable package, receive damage agar disampaikan kepada pemiliknya dan
bagasi tersebut diberikan label “limited released” dijelaskan dan ditandatangani
oleh penumpang.

b. Setelah profiling bagasi dilakukan diberikan stamp (no valuable items) pada
baggage claim tag (terlampir).

c. Apabila terjadi kerusakan atau kebocoran bagasi (terutama DG) di make up area
pastikan bagasi tersebut tidak diloading ke ULD dan apabila ditemukan kerusakan
Rev. 02 PBH - 94
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

tersebut di pesawat pada saat loading, pastikan bagasi tersebut tidak dimuat ke
dalam pesawat dan lakukan penanganan sesuai ketentuan yang berlaku baik
pemerintah maupun airline.

d. Evaluasi dan pastikan pula bahwa bagasi lainnya yang berada di sekitar bagasi yang
mengalami kerusakan/leakage tersebut dalam kondisi baik, tidak tercemar, tidak
rusak sehingga layak untuk diterbangkan.

e. Evaluasi dan pastikan sisa-sisa kebocoran di dalam ULD sudah dibersihkan sehingga
tidak mengganggu ULD tersebut maupun bagasi lain di dalamnya, pastikan pula
bahwa alat - alat lain seperti peralatan di dalam pesawat ataupun di make up area
tidak terkontaminasi, dan pastikan bagasi tersebut ditempatkan di tempat yang
terpisah dari bagasi lainnya.

f. Apabila didapati bagasi yang berisi DG leakage dan diperbaiki kondisi isi maupun
packingnya, pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan ulang terhadap kondisi
bagasi tersebut dalam keadaan baik dan layak untuk diterbangkatkan.

g. Temuan tersebut segera dilaporkan kepada airline, airport authority, dan diteruskan
kepada unit pax handling, load control, dan ramp officer pada kesempatan pertama
untuk penyesuaian loadsheet.

h. Penanganan loading/unloading batterai basah pada kursi roda listrik (electric


wheelchair operated with wet battery) :

h.1 Memastikan packing baterai tidak rusak/ bocor dan kondisinya tetap kering.

h.2 Jika baterai dikemas terpisah dengan kursi roda, pastikan posisi pemuatan,
penempatan selalu tegak (tidak rebah). Namun jika baterainya menyatu dengan
kursi roda, pastikan pemuatan, penempatan dari kursi roda tersebut, posisi
tetap tegak. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah air baterai tumpah.

h.3 Memastikan kabel connector dilepaskan/disconnected dan diisolastif dengan


baik untuk mencegah korsleting (arus pendek).

h.4 Memastikan baterai dan kursi roda, telah dilengkapi dengan label-label yang
diperlukan antara lain; hazard label class 8, Handling label set up dan
wheelchair with battery attached atau wheelchair with battery splitted.

Rev. 02 PBH - 95
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h.5 Informasikan dan tanyakan kepada Load Control di compartment mana harus
dimuat, untuk kemudian diperhitungkan dalam pembuatan loadsheet.

h.6 PIC harus diberitahu tentang keberadaan wet battery tersebut (lokasi pada
cargo compartment).

h.7 Kirim berita ke stasiun transit dan tujuan yang menyebutkan nama penumpang,
nomor kursi, serta lokasi kursi roda dan baterai.

PBH 28.7.12 Passenger’s Name and Address Identification

1. Bagasi-bagasi yang akan dikirim disamping harus di-packing/dikemas dengan baik juga
harus diberi tanda yang memuat nama, alamat penumpang yang direkatkan di koper.

2. Selain memasukkan nama keluarga dan inisialnya, penumpang juga dianjurkan untuk
memasukkan alamat dan nomor teleponnya.

Nama :
Name :

Alamat :
Address :

Kota :
City :

Negara : Tel :
Country : Phone :

3. Artikel-artikel seperti obat-obatan, uang, barang-barang perhiasan, dokumen-dokumen


berharga sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam checked baggage, tetapi harus dibawa
terus oleh penumpang.

PBH 28.7.13 Movement of Baggage

Bagasi akan diangkut dengan pesawat yang sama dengan pemiliknya, kecuali jika ada
kejadian-kejadian/limitation khusus seperti pesawat ‘take off’ dengan keterbatasan
load, maka, bagasi akan diangkut dengan penerbangan berikutnya dalam
kesempatan pertama.

Rev. 02 PBH - 96
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 28.7.14 Dangerous Goods in Passenger Baggage

Artikel-artikel berikut tidak diperkenankan dibawa penumpang baik sebagai checked


baggage maupun cabin baggage yang dikategorikan sebagai dangerous goods, yaitu:

1. Tas kantor dan tas yang dilengkapi alat pengaman berisi alarm didalamnya.

2. Bahan peledak, peluru-peluru dan petasan, kembang api.

3. Gas bertekanan seperti butane, oksigen, propane, aqualung cylinders.

4. Benda padat yang mudah terbakar, seperti korek api dan lain-lain.

5. Cairan yang mudah terbakar, seperti korek api gas, cat dan thinner.

6. Zat oksidasi, seperti bleaching powder dan peroksida.

7. Zat beracun, seperti arsenic, cyanides, insecticides, weed killers.

8. Radio active material.

9. Corrosive material, seperti mercury dan wet batteries.

10. Bahan-bahan yang mengandung magnet.

PBH 28.7.15 Apabila ditemukan barang-barang Dangerous Goods seperti yang tertera
diatas dan tidak dilaporkan oleh penumpang pada saat check-in, maka barang
tersebutharus dikeluarkan dari bagasi penumpang.

PBH 28.7.16 Informasikan kepada penumpang mengenai tidak dapat diangkutnya


bagasi Dangerous Goods tersebut, serta laporkan kepada pihak yang berwenang dan
airline.

PBH 28.7.17 Security Removed Items

1. Demi alasan keamanan, benda-benda berikut tidak diperkenankan dibawa oleh


penumpang ke dalam kabin pesawat udara, tetapi harus dipisahkan setelah
penumpang melakukan proses check-in.

2. Apabila ditemukan senjata api di dalam Checked baggage yang tidak dideclare oleh
penumpang didalam proses penanganan bagasi, maka harus dilaporkan kepada
aviation security bandara dan penumpang serta bagasinya tidak akan diberangkatan
sampai proses sebagaimana prosedur penanganan Security Item (mengacu kepada
ketentuan regulasi dan Airlines).
Rev. 02 PBH - 97
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Benda-benda tersebut dikategorikan Security Removed Items, seperti :

a. Senjata api (pistol/pistol yang berbentuk pena/senjata laras panjang).

b. Senjata tajam (pisau/gunting/pedang/kampak dan lain-lain).

c. Senjata mainan yang menyerupai seperti replika pistol/pisau dan lain-lain.

d. Amunisi (peluru).

PBH 28.7.18 Penanganan Security Removed Items

1. Pada Penerbangan Domestik; Senjata api, senjata tajam, senjata mainan, beberapa
Airlines menerapkan kebijakan dapat diangkut dengan ketentuan; dimasukkan ke
dalam amplop khusus (Envelope for Restricted Articles) termasuk Peluru ( Senjata Api
) dan harus ditempatkan ke dalam Security Item Box/Safety Box yang dirancang khusus
untuk menempatkan Security Item termasuk peluru dan ditempatkan di cargo
compartment tiap pesawat udara.

2. Pada proses penerimaan security item jenis Senjata Api harus dipastikan peluru dan
senjata apinya sudah dipisahkan yang dilakukan oleh pemilik atau petugas Avsec
Airport Authority.

PBH 28.7.19 Penanganan Security Item Box

1. Security Item Safety Box tersebut mempunyai Nomor Urut dan Registrasi pesawat
untuk memudahkan pengawasan guna menghindari terjadinya kehilangan Box
tersebut.

2. Security Item Box harus tetap berada di pesawat untuk digunakan dalam penerbangan
berikutnya dengan mengacu kepada prosedur yang ada.

3. Pemegang kunci Security Items Box ini adalah Station Manager Operator di departure
station dan destination station dimana dalam pelaksanaannya dapat didelegasikan
kepada jajarannya.

4. Berat dari Security Item Box harus dimasukkan ke dalam perhitungan dalam
pembuatan Loadsheet sebagai ‘Extra in Compartment’ (column EIC).

5. Petugas Help Desk / Check-in counter menyerahkan Security Removed Items yang
telah dimasukkan ke dalam Envelope for Restricted Articles tersebut kepada petugas

Rev. 02 PBH - 98
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Security dengan menggunakan formulir ‘Serah Terima Security Removed Items’ (lihat
contoh).

6. Petugas yang menyerahkan (Help Desk / Check-in counter) menanda tangani formulir
tersebut, dan petugas yang menerima (Security) juga harus menanda tangani formulir
tersebut.

7. Envelope yang sudah terisi Security Removed Item tersebut dibawa oleh Petugas
Security Ground Handling Agent ke pesawat dan dimasukkan ke dalam Security Item
Box dan dikunci, untuk selanjutnya diletakkan di dalam cargo compartment sesuai
aturan dari Airline.

8. Pemuatan Security Item Box ini di pesawat dilakukan paling akhir (last minutes)
sebelum pesawat take-off, dan dilakukan oleh petugas Loading dimanadan
pelaksanaannya diawasi oleh petugas Security dengan sepengetahuan Load Master.
Untuk hal ini Load Master harus membubuhkan tanda tangannya pada formulir ‘Serah
Terima Security Removed Items’ tersebut, sebagai tanda bukti bahwa benar telah
dilaksanakan pemuatannya sesuai dengan prosedur yang berlaku.

9. Informasi mengenai pengiriman Security Items dikirim melalui LDM (Load Message)
dan telex tersendiri, mengingat pentingnya informasi ini untuk menghindari resiko
terjadinya kehilangan.

10. Penurunan Security Item Box di stasiun kedatangan dilakukan paling awal setelah pintu
cargo door comparment dibuka dan dilakukan oleh petugas Loading dan diawasi oleh
petugas Security dan sepengetahuan Load Master.

11. Setelah itu petugas Security di stasiun kedatangan mengambil Security Removed Items
tersebut, dan kemudian menyerahkannya kepada petugas Lost & Found dengan
menggunakan formulir ‘Serah Terima Security Removed Items’ yang ditanda tangani
oleh petugas Security dan petugas Lost & Found (lihat contoh).

12. Selanjutnya petugas Lost & Found menyerahkannya kepada penumpang / pemilik
Security Removed Items itu, dengan mengambil lembaran / claim slip Security
Removed Items milik penumpang / pemilik yang harus sudah ditanda tangani oleh
penumpang / pemiliknya untuk keperluan file Lost & Found. Sebagai tanda bukti
bahwa Security Removed Items tersebut sudah diterima oleh penumpang / pemilik
yang bersangkutan.

Rev. 02 PBH - 99
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

13. Petugas Security harus pro-aktif di dalam menangani pelayanan untuk Security
Removed Items, pengecekan harus dilaksanakan oleh petugas Security, baik Security
Removed Items itu ada atau tidak ada di dalam Security Item Box.

14. Security Item Box tetap di bawah pengawasan Security Officer, serta memperhatikan
/ mencatat part number Security Item Box harus sesuai dengan registrasi pesawat.

Contoh formulir ‘Serah Terima Security Removed Items’ :

SERAH TERIMA SECURITY REMOVED ITEMS

DESKRIPSI
GAPURA ANGKASA

FLT A/C PARKIR SECURITY


NO TGL KE TRANSIT DARI TOTAL KET.
NBR REG PESAWAT REMOVED
ITEMS

KEBERANGKATAN KEDATANGAN

TANGGAL : TANGGAL : TANGGAL : TANGGAL :


___________________ ___________________ ______________ _______________

PETUGAS LOAD PETUGAS LOST &


PETUGAS HELP DESK / PETUGAS SECURITY MASTER FOUND
CHECK-IN COUNTER YANG MENERIMA / YANG
YANG MENYERAHKAN : YANG MENYERAHKAN : MENGETAHUI : YANG MENERIMA :
___________________ ___________________ ______________ _______________

TANDA TANGAN : TANDA TANGAN : TANDA TANGAN : TANDA TANGAN :


___________________ ___________________ ______________ _______________

Keterangan :

Transaksi Keberangkatan
1. Lembar ke-1 : untuk file Help Desk / Check-in counter
2. Copy ke-2 : untuk file Security

Rev. 02 PBH - 100


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Transaksi Kedatangan
1. Lembar ke-1 : untuk file Security
2. Copy ke-2 : untuk file Lost & Found

PBH 28.7.20 Penanganan Dangerous Goods

1. Pada saat penumpang melakukan proses check-in, ada benda-benda/barang-barang


yang dibawa oleh penumpang tersebut yang dikategorikan sebagai dangerous goods
tidak diperkenankan sama sekali untuk dibawa penumpang tersebut baik sebagai
checked baggage maupun cabin baggage demi alasan keamanan dan keselamatan
penerbangan.

2. Apabila penumpang tetap berangkat dan barang DG nya ditinggal di airport, maka
Petugas Help Desk/Check-in counter menerima barang-barang tersebut, mencatat
nama, nomor penerbangan, nomor tempat duduk, jenis dan jumlah benda/barang,
alamat serta nomor telepon yang bisa dihubungi dari penumpang bersangkutan.
Lembaran asli berisikan data-data penumpang diberikan kepada penumpang
bersangkutan dan lembaran copy disematkan bersamaan dengan barang-barang tadi
yang sudah dimasukkan ke dalam amplop, lalu disimpan di stasiun keberangkatan.

3. Informasikan kepada penumpang bersangkutan bahwa barang-barang tersebut harus


diambil kembali setidak-tidaknya di stasiun keberangkatan paling lama 2 (dua) minggu
dari tanggal keberangkatannya.

PBH 28.7.21 Free Baggage Allowance

Free Baggage Allowance ditentukan berdasarkan ketentuan aturan Airlines yang berlaku
Biaya Bagasi Lebih/Excess Baggage Weight Charge
(Biaya bagasi lebih/excess baggage diberlakukan sesuai aturan Airline yang berlaku).

PBH 28.7.22 Special Regulations

1. Special Regulation (sport equipment sesuai aturan Airline yang berlaku.

2. Baggage on Extra Seat sesuai ketentuan Airline yang berlaku.

3. Domestic Pets in Passenger’s Cabin sesuai aturan Airline yang berlaku.

4. Baggage Pool sesuai dengan ketentuan dari Airline yang berlaku.

5. Baggage Entry sesuai dengan ketentuan dari Airline yang berlaku.


Rev. 02 PBH - 101
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 29.0.0 LAMPIRAN

PBH 29.1.0 Announcement

Announcement Di Pesawat Oleh Petugas Darat (Sebelum Pesawat Ditutup) Setelah semua
penumpang naik ke pesawat, petugas pasasi/darat harus memberikan announce di dalam
pesawat, dengan prosedur sebagai berikut :

PBH 29.1.1 Dalam bahasa Inggris :

1. Good (morning/afternoon/evening) Ladies and Gentleman.

2. This is your ground staff speaking.

3. Now you are on board … (name of Airlines)… flight number ……leaving for ……

4. We repeat again flight number …. Leaving for ….

5. Please ensure that you are on the right flight.

6. Thank you for flying … (name of Airlines)… and we wish you a pleasant flight.

PBH 29.1.2 Dalam bahasa Indonesia :

1. Selamat (pagi/siang/sore/malam) para penumpang yang terhormat.

2. Di sini petugas darat Anda berbicara.

3. Anda kini berada dalam pesawat … (nama Airline)… dengan nomor penerbangan …
tujuan …

4. Kami ulangi nomor penerbangan …. dengan tujuan ….

5. Kami harap Anda berada di dalam penerbangan yang benar.

6. Terima kasih Anda telah memilih terbang dengan …. (nama Airlines)… dan semoga
penerbangan Anda menyenangkan.

PBH 29.2.0 Standar Announcement

PBH 29.2.1 Umum


1. Sebelum melaksanakan announcement, teks announcement dibaca terlebih
dahulu agar dapat didengar dengan jelas.
2. Announcement tentang irregularities harus dilakukan sesegera mungkin.
3. Announcement diberikan dengan pengucapan yang jelas dan tidak terlalu cepat.

Rev. 02 PBH - 102


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Announcement dibuat dalam bahasa lokal (Indonesia) dan bahasa Inggris. Jika
memungkinkan dibuat dalam bahasa lainnya sesuai dengan permintaan Airlines.

PBH 29.3.0 Pre Boarding Announcement

PBH 29.3.1 Dalam bahasa Indonesia :

1. Selamat (pagi/siang/sore/malam). Selamat datang di penerbangan …. dengan


nomor penerbangan …. tujuan ….

2. Para penumpang yang terhormat, kami mohon perhatian Anda.

3. Demi kenyamanan dan kelancaran bersama maka naik ke pesawat akan diatur
sebagai berikut :

a. Penumpang yang membawa anak-anak dan orang tua yang membutuhkan


pertolongan akan naik ke pesawat terlebih dahulu. Untuk itu kami persilahkan
untuk menunggu di dekat pintu.

b. Penumpang kelas eksekutif dapat naik ke pesawat pada saat boarding


berlangsung (atau menunggu sampai penumpang kelas ekonomi selesai).

c. Selanjutnya penumpang kelas ekonomi akan naik ke pesawat berdasarkan urutan


nomor kursi.

d. Siapkan boarding pass dan kartu identitas Anda serta mohon perhatikan nomor
kursinya, tunjukkan kepada petugas di pintu keluar dan awak pesawat. Terima
kasih.

PBH 29.3.2 Dalam bahasa Inggris

1. Good (morning/afternoon/evening) ladies and gentleman. Welcome to the…. flight


number …. to ….

2. May I have your attention please.

3. For your convenience and to avoid boarding congestion, we will board according
following sequences :

a. Passenger travelling with young children and anyone requiring any assistance or
extra time in boarding will be boarding first. For that please waiting at near the
gate.

Rev. 02 PBH - 103


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Executive class passenger are welcome to board at your own convenience (or
wait until boarding of economy class pasenger has finished).

c. Economy class passenger will be boarding by row.

d. Please show your boarding pass and identity card to boarding gate staff at the
door as well as the flight attendant upon entering the aircraft. Thank you.

PBH 29.4.0 Boarding Announcement

PBH 29.4.1 Dalam bahasa Indonesia

1. (nama Airlines).. dengan penerbangan.. tujuan..

2. Para penumpang dipersilahkan segera naik ke pesawat.

3. Penumpang yang membawa anak-anak dan orang tua yang membutuhkan


pertolongan kami persilahkan untuk naik ke pesawat sekarang.

4. Bapak-bapak/Ibu-ibu terima kasih Anda telah menunggu untuk naik ke pesawat.

5. Kami akan memanggil dengan urutan nomor kursi sebagai berikut :

a. Penumpang dengan nomor kursi….sampai nomor…. dipersilahkan naik ke


pesawat.

b. Kepada penumpang yang belum dipanggil kami mohon untuk tetap duduk,
sampai nanti kami panggil ke urutan selanjutnya.

c. Penumpang C–Class dapat naik setiap saat (atau setelah penumpang Y-Class
kembali).

d. Kini kami persilahkan penumpang….untuk segera naik ke pesawat.

PBH 29.4.2 Dalam bahasa Inggris

1. (name of Airlines)…with flight number….to….will start boarding soon.

2. Elderly passenger and those travelling with children are requested to board now.

3. Executive passengers are welcomed to board at your own convenience.

4. Ladies & Gentleman thank you for waiting.

5. We would like to start boarding by row.

a. Passenger with row number….up to…please start boarding now.


Rev. 02 PBH - 104
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. All other passenger please remain seated until your row number is called.

c. All remaining passenger may board now.

PBH 29.5.0 Announcement Untuk Flight Disruptions dengan Delayed


Departure-Durasi Keterlambatan Diketahui

PBH 29.5.1 Bahasa Indonesia

1. Selamat (pagi/siang/sore/malam).

2. Kami mohon perhatian Anda.

3. Penerbangan…(nama Airlines)…...dengan nomor penerbangan……..tujuan…. akan


mengalami kelambatan kurang lebih ……karena …..

4. Atas nama…(nama Airlines).. kami mohon maaf.

5. Terima kasih atas perhatian Anda

PBH 29.5.2 Bahasa Inggris

1. Good (morning/afternoon/evening) ladies & gentleman.

2. May I have your attention please.

3. (name of Airlines)… with flight number …. to ….will be delayed till approximately ….


due to ….

4. On behalf of …(name of Airlines)... we apologize for this inconvenience.Thank you.

PBH 29.6.0 Announcement Untuk Flight Disruptions dengan Delayed


Departure-Durasi Keterlambatan Tidak Diketahui

PBH 29.6.1 Dalam bahasa Indonesia

1. Selamat (pagi/siang/sore/malam). Kami mohon perhatian Anda.

2. (Nama penerbangan)……...dengan nomor penerbangan…….. tujuan…. akan


mengalami kelambatan karena …..

3. Pemberitahuan selanjutnya akan kami beritahukan segera.

4. Atas nama…(nama Airlines).. kami mohon maaf.

5. Terima kasih atas perhatian Anda.

Rev. 02 PBH - 105


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

PBH 29.6.2 Dalam bahasa Inggris

1. Good (morning/afternoon/evening) ladies & gentleman.


2. May I have your attention please.
3. (name of Airlines)… with flight number …. to ….will be delayed due to ….
4. The new departure time will follow as soon as possible (passenger are requested to
remain at the gate)
5. On behalf of …(name of Airlines)... we apologize for this inconvenience. Thank you.

PBH 29.7.0 Announcement Untuk Flight Disruptions karena Cancellation

PBH 29.7.1 Dalam bahasa Indonesia

1. Selamat (pagi/siang/sore/malam).

2. Mohon perhatian.

3. Penerbangan……...dengan nomor penerbangan……..tujuan…. dibatalkan karena


alasan …..

4. Atas nama….. kami mohon maaf.

5. Para penumpang dimohon melapor ke counter ….

6. Terima kasih atas perhatian Anda.

PBH 29.7.2 Dalam bahasa Inggris

1. Good (morning/afternoon/evening) ladies & gentleman.

2. May I have your attention please.

3. (name of Airlines)… with flight number …. to ….has been cancelled due to ….

4. On behalf of …. we apologize for this cancellation.

5. All passenger are requested to report to the ….Thank you.

PBH 29.8.0 Announcement Untuk Flight Disruptions karena Perubahan Route

PBH 29.8.1 Dalam bahasa Indonesia

1. Selamat (pagi/siang/sore/malam).

2. Kami mohon perhatian Anda. Karena keadaan/alasan ….. di …. Penerbangan ….


dengan nomor penerbangan …. tujuan …. akan di rubah rute penerbangannya dari
Rev. 02 PBH - 106
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

…. langsung ke ….Para penumpang tujuan …. dimohon lapor ke counter …. untuk


pembukuan kembali.

3. Atas nama…(nama Airlines).. kami mohon maaf.

4. Terima kasih atas perhatian Anda

PBH 29.8.2 Dalam bahasa Inggris

1. Good (morning/afternoon/evening) ladies & gentleman. May I have your attention


please.
2. Due to …. at …. Flight …. with flight number …. to …. will now fly directly from …. to
…. All passengers to …. are requested to report at …. for further booking
arrangement.
3. On behalf of … (name of Airlines)... we apologize for this inconvenience.Thank you.

Rev. 02 PBH - 107


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Halaman ini memang dibuat kosong


(This page is intentionally blank)

Rev. 02 PBH - 108


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 3 - AIRCRAFT HANDLING AND SERVICING (AHS)

A. TUJUAN

1. Standar Manual Aircraft Handling and Servicing (AHS) ini diterbitkan dan disahkan
sebagai dasar panduan bagi seluruh personel / staff / karyawan yang berfungsi dalam
kegiatan penanganan / pelayanan pesawat udara di darat (bandar udara) yang meliputi
jenis - jenis pelayanan ; Proses Buka dan Tutup Pintu Pesawat (Cabin Access Door,
Compartment Access Door, Power Drive Unit), Proses Penyimpanan dan Pengendalian
Unit Load Devices /ULD (Pallets, Iglo, Containers), Proses Load Control, Proses
Pelayanan Turn Around Coordinator, Proses Pelayanan Crew Administration, Prosedur
Pengiriman Movement dan Pembuatan Flight Schedule, Proses Loading &
Unloading/Load Master, Procedure Departure Control, Prosedur Pelayanan Penerbangan
VVIP, dan Standard Appearance Manual / SAM.

2. Standar Manual Aircraft Handling and Servicing (AHS) ini diterbitkan dan disahkan dalam
rangka memenuhi persayaratan pelayanan yang berbasis mengutamakan Keamanan dan
Keselamatan disetiap proses pelayanan pesawat udara di darat, serta sebagai sarana
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personel/staff/karyawan tentang
Pelayanan berbasis keamanan dan keselamatan dalam proses pelaksanaan pelayanan
sebagaimana dicanangkan dalam Budaya Perusahaan.

3. Standar Manual Aircraft Handling and Servicing (AHS) ini diterbitkan dan disahkan,
sesuai dalam hubungannya dengan pemenuhan persyaratan IATA - ISAGO Register yang
ditetapkan dalam rangka mengimplementasikan ketentuan - ketentuan dalam ISAGO
Standard Manual (GOSM) dan ISAGO Standard Recomended Pratices (GOSRP).

4. Standar Manual Aircraft Handling and Servicing (AHS) ini diterbitkan dan disahkan dalam
rangka mengimplementasikan / UU Nomor 01 tahun 2009 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan Civil Republik Indonesia dan ICAO Anex 19 tentang
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Civil Internasional.

5. Standar Manual Aircraft Handling and Servicing (AHS) ini diterbitkan dan disahkan
sebagai salah satu Manual milik PT.Gapura Angkasa yang tunduk pada revisi segera dan
modifikasi dan/atau penyesuaian, apabila dipandang perlu jika ada perbedaan atau
perubahan atau bertentangan secara parsial sebagian dan/atau seluruh isi Manual ini
dengan ketentuan Perundang - undangan, Persyaratan Spesifik pelanggan penerbangan,
Rev. 02 AHS - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

dan Ketentuan - ketentuan ICAO dan IATA atau Bandan Standarisasi yang menetapkan
standard kualitas perusahaan.

6. Standar Manual Aircraft Handling and Servicing (AHS) ini diterbitkan dan disahkan
sebagai legal operasi untuk seluruh kegiatan sebagaimana tertuang dalam poin 01 (satu)
diatas.

B. RUANG LINGKUP
Standar Manual Aircraft Handling and Servicing (AHS) ini diterbitkan dan disahkan untuk
petunjuk dan arah kegiatan pelayanan pesawat udara didarat disuatu Bandar Udara,
mencakup semua aktifitas pelayanan di area terbuka (Ramp/Apron & Loading Supervision)
dan In Door (Ruang DEPCO, Load Control dan Crew Administrasi serta Catering Control)

AHS 1.0.0 PROSEDUR BUKA TUTUP CABIN ACCESS DOOR

AHS 1.1.0 Persiapan Proses Membuka dan Menutup Cabin Access Door

1. Supervisor melaksanakan daily briefing bersama seluruh personel yang di assign akan
bertugas hari/shift itu, dalam briefing persiapan tersebut disampaikan materi inti
meliputi:

a. Distribusi tugas setiap personel (Assign job function of every staff) sesuai kecakapan
bidang masing - masing.

b. Memastikan bahwa setiap staff yang di assign dalam fungsi - fungsi Pengoperasian
Aircraft Access Door benar - benar dapat melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya, dan dipastikan bahwa staff tersebut telah / pernah mengikuti pelatihan
tentang cara membuka dan menutup pintu cabin penumpang dan/ atau pintu cargo
compartment, sesuai jenis Pesawat yang dioeparasikan oleh Airlines dan Pelatihan
tersebut merupakan kebutuhan mandatori sebagaimana yang telah diprogramkan
oleh Perusahaan (Cq. HRD Development Programme).

c. Memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas dalam kondisi sehat
secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa pertanyaan tentang tugas -
tugas yang akan dilaksanakannya.

d. Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa

Rev. 02 AHS - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin, obat batuk)
Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat addictive (minuman
beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk, hyper aktif, reaksi
menghilangkan daya control dan ingatan.

e. Mengingatkan dan mengarahkan setiap staff yang telah di assign dalam fungsi -
fungsi pekerjaan, tentang keharusan bekerja sesuai ; prosedur yang berlaku, instruksi
kerja yang berlaku dan mengingatkan mereka tentang resiko kerja termasuk
kecelakaan kerja sebagai akibat apabila dalam bekerja tidak mengikuti aturan yang
ada.

2. Supervisor dalam briefing yang diikuti oleh jajaran pelaksana dan dalam kegiatan ini
dipastikan agar diingatkan tentang :

a. Jenis dan/atau Type Pesawat yang akan dioperasikan.

b. Mekanisme Pengoperasian Pintu Pesawat.

c. Bahasa dan/atau kode non verbal yang akan digunakan.

d. Koordinasi dengan unit yang relevan dan berkepentingan apabila terjadi kelainan/
irregularity.

e. Kembangkan materi briefing dengan tambahan materi tentang keutamaan


Keselamatan dan Keamanan termasuk resiko - resiko yang dapat terjadi ketika para
pelaksana mengabaikan Prosedur.

3. Pastikan hanya Authorized Personal yang sudah mendapatkan Training dari Airlines yang
boleh melaksanakan tugas untuk membuka maupun menutup pintu pesawat
(electrically, hydraulically, pneumatically).

AHS 1.2.0 Pelaksanaan Membuka Pintu Cabin Penumpang Per Type Pesawat

1. Pelajari dan pahami prosedur dan tekhnis pengoperasian setiap masing -masing type
pesawat, system yang diterapkan (electrically, hydraulically, pneumatically) atau yang
dikembangkan sebagaimana tertuang dalam Aircraft Original Equipment Manufacture
(OEM) dan/ atau sesuai persyaratan yang ditetapkan setiap Airlines, serta penting
untuk memastikan bahwa pelaksana adalah siap untuk melaksanakan tugas secara fisik
dan mental serta mempunyai otorisasi sebagaimana diharuskan.

Rev. 02 AHS - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Standby 10 menit sebelum ETA di Parking Stand yang telah ditetapkan dan jangan
berada di dalam Boarding Bridge atau Passenger Boarding Step sampai kedua alat
tersebut terpasang dengan sempurna didinding luar pintu pesawat untuk type pesawat
B 737, B 767, B 777, B 747, A 330 dan / atau type pesawat yang lain dan mendapat
release aman dari petugas Operator yang mengoperasikan Boarding Bridge atau
Passenger Boarding Step.

3. Apabila pesawat menggunakan Passenger Boarding Stair/Step (PBS), pastikan bahwa


PBS sudah benar-benar terpasang dengan sempurna pada posisi yang siap pakai dan
aman dengan terlebih dahulu dikonfirmasikan kepada Operator PBS sebelum naik dan
lakukan pemeriksaan kondisi disekitar bagian anak tangga PBS apakah tidak terdapat
(Cairan, Pasir/Tanah dan Kotoran lainya) yang dapat menyebabkan kecelakaan apabila
terinjak oleh penggunanya, selanjutnya lakukan pemeriksaan dinding bagian luar pintu
pesawat dan sekitarnya, sebelum memberikan Kode Aman (Release Code) kepada
Cabin Crew.

4. Apabila pesawat menggunakan Aviobridge, pastikan bahwa lantai Aviobridge/


Passenger Boarding Bridge dalam kondisi bebas dari (Cairan, Tanah /Pasir) dan kondisi
carpet yang melapisi lantai aman untuk dilewati penggunanya, jangan mendekat ke
bagian consol operator sampai benar-benar Aviobridge telah terpasang dengan
sempurna dan Aviobridge Safety Door Seal dibuka oleh Operator, tanda posisi sudah
siap untuk dipergunakan dan tetap dengan terlebih dahulu mengkonfirmasi kepada
Aivobridge Operator, sebelum mendekat ke pintu pesawat untuk memberikan kode
aman kepada Cabin Crew.

5. Apabila mekanisme atau system pintu pesawat harus dibuka dari dalam oleh cabin
crew, petugas darat harus memastikan bahwa di sisi luar pintu pesawat dalam keadaan
aman, sebelum memberikan release code melalui jendela kaca kepada Cabin Crew dan
pastikan komunikasi antara petugas darat dan cabin crew dapat diterima dengan baik
(Clear Communication), setelah itu petugas darat harus segera mundur menjauh dari
dekat pintu pesawat sampai berada pada posisi yang aman, untuk menghindari
terjadinya kecelakaan apabila terjadi kesalahan prosedur pengoperasian oleh cabin
crew dalam proses membuka pintu pesawat, hal ini harus dilakukan karena akibat
escape slide raft deployed/Slading Door terbuka (Tekanan Depleyment mencapai 1000

Rev. 02 AHS - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

- 2000 PSI) dapat menyebabkan kecelakaan dan luka yang serius bahkan dapat
berdampak kematian.

6. Standar Hand Signal ( Non Verbal Communication ) yang digunakan oleh Ground
Handling Personel dengan Cabin Crew untuk memastikan keamanan dan keselamatan
dalam proses membuka dan menutup Cabin Access Door adalah, mengetuk pintu
(Knocking on the Door) ,dan mengacungkan ibu jari ke atas kepada Cabin Crew
(thumbs up Signal) sebagaimana diuraikan pada poin pengoperasian berikut dibawah
ini.

7. Untuk langkah selanjutnya baik pesawat menggunakan Aviobridge maupun PBS,


petugas darat kemudian memberi tanda kepada cabin crew melalui kaca jendela yang
terdapat pada pintu pesawat dengan mengacungkan jempol sebagai tanda pintu
penumpang pesawat bagian luar dalam kondisi aman dan sudah siap untuk dibuka,
adapun langkah tersebut digambarkan sebagai berikut:

“sign ok & clear”

8. Perhatikan respon dari dalam dengan cermat agar tidak terjadi kesalahan interpretasi
(Disinterpretasi komunikasi) dan apabila komunikasi sudah diterima bahwa pintu akan
segera dibuka, petugas darat harus mundur (retreat to safe position) menjauh dari
dekat pintu pesawat sampai berada pada posisi yang aman, untuk menghindari
terjadinya kecelakaan apabila terjadi kesalahan prosedur pengoperasian oleh cabin
crew dalam proses membuka pintu pesawat, hal ini harus dilakukan karena akibat
escape slide raft deployed/Slading Door terbuka (Tekanan Depleyment mencapai 1000
- 2000 PSI) dapat menyebabkan kecelakaan dan luka yang serius bahkan dapat
berdampak kematian.

9. Apabila dalam seluruh proses yang ada diprosedur sudah dilakukan bahkan lebih dari
dua kali hand signal disampaikan kepada cabin crew, akan tetapi Pintu Pesawat belum
juga terbuka dan respon dari cabin crew terkait perintah menunggu tidak ada, maka
petugas ground handling harus segera menghubungi Head set man (Aircraft Mechanic)

Rev. 02 AHS - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

untuk meminta konfirmasi dan informasi terkait tertundanya pembukaan pintu pesawat
kepada Pilot in Command (PIC).

10. Apabila Pesawat menggunakan MPS (Manual Pax Stair/Step) pastikan posisi MPS dalam
sudah siap dan benar - benar aman dengan mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada
MPS Operator, sebelum memberikan kode bahwa disikitar pintu pesawat bagian luar
dalam keadaan siap dan aman kepada Cabin Crew, langkah selanjutnya petugas darat
harus mundur menjauh dari dekat pintu pesawat sampai berada pada posisi yang aman
dan untuk menghindari terjadinya kecelakaan apabila terjadi kesalahan prosedur
pengoperasian oleh cabin crew dalam proses membuka pintu pesawat, petugas darat
harus turun dari MPS hal ini harus dilakukan karena akibat escape slide raft
deployed/Slading Door terbuka (Tekanan Depleyment mencapai 1000 - 2000 PSI)
dapat menyebabkan MPS terpental yang dapat menyebebkan kecelakaan dan luka
yang serius bahkan dapat berdampak kematian.

11. Setelah pintu pesawat terbuka dengan aman, petugas darat harus melakukan
pengamanan celah pintu yang ada anrtara dinding pesawat dengan PBS/MPS sebelum
Penumpang diijinkan keluar oleh Cabin Crew, dengan mengatifkan pagar pengaman
(Handriil) PBS/MPS mendekati dinding luar pesawat yang terbuka dan lakukan
penguncian untuk mengamankan proses embarkasi dan disembarkasi penumpang.

12. Ketentuan, akses kabin Pesawat tidak akan dibuka kecuali GSE (PBS/MPS dan / atau
Boarding Bridge atau Catering Vehicles) diposisikan di pintu pesawat, kecuali jika:

a. Sebuah perangkat yang dapat menahan beban diri seseorang digunakan/terpasang


di pintu yang terbuka untuk mencegah seseorang jatuh dari Pintu Pesawat.

b. Tangga udara Integral yang ada di badan pesawat dioperasikan.

c. Ada petugas tekhnik yang terlatih atau personel ground handling yang di dalam
cabin pesawat dan/atau petugas yang menggunakan perlengkapan pakaian khusus.

d. Ada perangkat penahan beban diri seseorang yang efektif dan dirancang lewat
penggunaan proses penilaian risiko untuk memastikan hal itu akan dapat mencegah
personil dengan tanpa sengaja jatuh dari pintu akses kabin yang terbuka.

e. Ada sebuah jaring penahan selebar pintu terpasang menutup pintu dengan daya
lekat pada setiap jangkar di badan pesawat yang mempunyai kemampuan menahan
beban diri seseorang ketika tidak sengaja melewati pintu yang terbuka.
Rev. 02 AHS - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Tidak ada usaha yang dilakukan sebagaimana ketentuan diatas maka cara terbaik
adalah dengan melakukan penutupan pintu sampai GSE yang sesuai sudah
terpasang dengan aman diposisi di pintu.

Notes : Perangkat tali tunggal yang dipasang di pintu dalam keadaan terbuka tidak
akan cukup untuk mencegah seseorang terjatuh dari pesawat, jika peralatan GSE
akan ditarik maka sebaiknya tempatkan seseorang untuk menjaga pintu atau
lakukan penutupan sementara.

13. Ketentuan penarikan (PBS/MPS & Aviobridge) dari Pesawat dalam kondisi Pintu
Pesawat masih terbuka karena adanya aktivitas Ground Engineer :

a. Sebelum menarik (PBS/MPS & Aviobridge), petugas Operator (PBS/MPS &


Aviobrdge) harus melakukan koordinasi dengan Ramp Dispatch dan / atau Ground
Engineer yang ada di Cockpit atau Cabin Pesawat bahwa (PBS/MPS & Aviobridge)
akan ditarik (Waktu = + 2 Jam dari ATA).

b. Mintakan Ground Engineer untuk memasang Door Sield Pintu Pesawat dan
menempatkan salah satu petugas mereka diposisi pintu yang terbuka untuk
mengawasi.

c. Mintakan petugas Aircraft Mechanic untuk segera menempatkan tangga kerja


mekhanik (Mechanic Stair).

d. Mintakan petugas ground enginer agar melakukan penutupan cabin access Door
sampai Tangga Kerja Mekhanik diposisikan dengan aman di pintu Pesawat.
Notes : Tidak boleh menarik (PBS/MPS/Aviobride) apabila Cabin Access Door dalam
keadaan terbuka dan tidak terjaga keamanannya walau dalam hitungan waktu
kurang dari satu menit.

14. Pengoperasian pintu Pesawat yang dilakukan oleh Petugas Ground Handling dan/atau
aircraft Mechanic, ketentuan sebagai berikut harus diperhatikan :

a. Pastikan bahwa ijin pengoperasian Pintu Pesawat telah diberikan oleh Airlines yang
bersangkutan.

b. Petugas yang akan melakukan pengoperasian Pintu Pesawat sudah mendapatkan


Pelatihan dan Praktek lapangan yang cukup tentang tatacara dan/atau mekanisme
pengoperasian Pintu Pesawat yang disampaikan oleh Airlines dimaksud.

Rev. 02 AHS - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Sebelum membuka Pintu Pesawat lakukan komunikasi dengan Aircraft Mechanic dan
diteruskan dengan Cabin Crew untuk mengkonfirmasi tentang kesiapan Pesawat
(Pintu) untuk di operasikan.

d. Lakukan langkah-langkah pengoperasian secara benar sesuai urutan langkah


pengoperasian dengan penuh kehati - hatian sebagaimana ketentuan yang tertuang
dalam prosedur tekhis setiap type Pesawat yang akan dioperasikan.

e. Apabila dalam proses pengoperasian buka pintu pesawat terjadi kelainan dan Pintu
Pesawat tidak dapat dibuka, maka petugas pembuka pintu pesawat harus segera
menghentikan upayanya untuk membuka pintu pesawat dan lakukan koordinasi
dengan Ground Engineer yang ada di Pesawat untuk memberikan bantuan.

15. Dalam keadaan Emergency, ketentuan proses pembukaan pintu pesawat dibuka dari
dalam oleh Cabin Crew dengan komando langsung dari PIC sesuai dengan aturan
Emergency Door Opening dari masing-masing Airlines.

AHS 1.3.0 Pelaksanaan Menutup Pintu Cabin Penumpang Per Type Pesawat

1. Pelajari dan pahami prosedur dan tekhnis pengoperasian setiap masing -masing type
pesawat, system yang diterapkan atau yang dikembangkan Pelajari dan pahami
prosedur dan tekhnis pengoperasian setiap masing - masing type pesawat, system
pengoperasian yang diterapkan atau dikembangkan (electrically, hydraulically,
pneumatically) sebagaimana tertuang dalam Aircraft Original Equipment Manufacture
(OEM) dan/ atau sesuai persyaratan yang ditetapkan setiap Airlines, serta penting
untuk memastikan bahwa pelaksana adalah siap untuk melaksanakan tugas secara fisik
dan mental.

2. Standby 10 menit sebelum ETD di Parking Stand yang telah ditetapkan dan berada di
dalam Boarding Bridge atau Passenger Boarding Step sampai seluruh kegiatan
embarkasi penumpang selesai dilaksanakan.

3. Monitor menit - menit terakhir kegiatan embarkasi penumpang, dokumentasi


penerbangan dan / atau kegiatan aircraft mechanic (jika ada) dan selalu melakukan
komunikasi dengan petugas Boarding Gate, Ramp, A/C Mechanic dan cabin crew untuk
mengetahui perkembangan terakhir sebelum mendapatkan instruksi pesawat untuk
ditutup dari Ramp Dispatch.

Rev. 02 AHS - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Pastikan sebelum melakukan proses menutup pintu pesawat tentang beberapa hal
sebagai berikut :

a. Mendapat instruksi dari petugas Ramp Koordinator bahwa semua proses Embarkasi
telah selesai dilaksanakan.

b. Pastikan bahwa benar kegiatan embarkasi penumpang telah selesai dan/atu


sebagaimana ddinyatakan oleh petugas Ramp Koordinator.

c. Seluruh flight document sudah dinyatakan komplit oleh Flight Service Manager
(Purser).

d. Up-lifting Catering sudah selesai dilakukan dan dinyatakan clear oleh Flight Service
Manager (Purser).

e. Tidak ada petugas / personel darat yang masih tertinggal didalam cabin pesawat
kecuali yang ditugaskan dalam penerbangan tersebut.

f. Ramp Dispatch sudah resmi menyatakan Aircraft Door Closed.

5. Personel yang diberi tugas melakukan penutupan pintu cabin pesawat harus
memeriksa kondisi disekitar pintu bahwa keadanya aman dan tidak terdapat kelainan
secara fisik hasil pemindaian secara visual dan tidak terdapat benda yang dapat
menjadi penghalang yang dapat menyebabkan proses penutupan pintu pesawat
tekendala.

6. Memastikan sekali lagi kepada Flight Service Manager bahwa tidak terdapat
penumpang yang salah on board/ naik dan termasuk tidak terdapat pegawai darat
yang masih tertinggal di cabin penumpang (belum keluar).

7. Apabila pesawat menggunakan Aviobridge dan Pintu ditutup oleh petugas Cabin Crew
maka lakukan - langkah untuk membantu proses penutupan pintu (jika diperlukan dan
/ atau inisiatif sendiri) dengan terlebih dahulu meperhatikan proses - proses penutupan
/ assistant penutupan sesuai prosedur yang telah ditetapkan untuk masing - masing
type dan system yang ada di pesawat tersebut.

8. Selanjutnya petugas operator Aviobridge akan memasang Safety Door Seal dan
melaksanakan tugasnya sesuai petunjuk dan manual yang ada.

9. Apabila pesawat menggunakan PBS / MPS, personel yang akan melakukan proses
penutupan pintu harus meperhatikan Pintu pengaman samping kiri dan kanan PBS/MPS

Rev. 02 AHS - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

(Handrail fully retracted) harus ditarik ke posisi (Non Active Position) tidak aktif,
ketinggian permukaan PBS/MPS apakah aman untuk pergerakan daun pintu pesawat,
sebelum melakukan penarikan / penutupan pintu pesawat.

10. Apabila terjadi proses menutup pintu cabin pesawat sudah selesai dilakukan/ pesawat
sudah tertutup, maka selanjutnya petugas darat melakukan inspeksi akhir (Observe ;
Door seal, Door Handle in the stowed position, Fuselage condintion) dalam rangka
memastikan bahwa Pintu sudah benar - benar tertutup dengan sempurna. Apabila
terjadi proses menutup pintu cabin pesawat sudah selesai dilakukan/ pesawat sudah
tertutup, akan tetapi secara tiba - tiba kondisi (LMC data Loadsheet ) mengharuskan
dilakukan re-opening cabin access door, karena alasan kepentingan keselamatan dan
kemanan penerbangan, maka langkah sebagai berikut harus dilakukan :

a. Info segera Ground Engineer on duty (Head Set Man) untuk berkomunikasi dan/atau
meminta ijin ke PIC bahwa petugas Ground memerlukan komunikasi verbal
langsung dengan Cabin dan/atau Cocpit Crew.

b. Setelah mendapatkan ijin dari PIC, sebelum dilakuka proses Re-Open cabin access
door, maka langkah - langkah selanjutnya mengikuti langkah dan aturan yang
berlaku dalam proses pembukaan pintu pesawat sebagaimana diuraikan di setiap
langkah diatas.

AHS 1.4.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B737 Series

1. Membuka pintu pesawat dari luar :

a. Ketika membuka pintu penumpang pesawat dari luar, ikuti perintah yang ada dalam
panel handle exterior, perhatikan kondisi dinding pesawat disekitar pintu pesawat,
perhatikan posisi exterior handle apakah dalam tempat yang semestinya, apabila
berdasarkan kondisi pengamatan tidak terdapat kelainan lakukan langkah - langkah
; pegang handle dengan dua tangan lalu tarik ke arah luar dan putar ke arah open
direction, kemudian tarik ke arah luar sampai pintu pesawat menghadap ke luar dan
hold-open is engaged.

b. Ketika hasil pengamatan sekitar pintu pesawat terdapat kelainan secara fisik
dan/atau posisi handle tidak pada tempatnya, terdapat cacat pada daun pintu atau
dinding disekitar pintu, maka petugas pembuka pintu jangan melakukan

Rev. 02 AHS - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pekerjaannya sampai petugas Ground Engineer mengetahui kondisi tersebut,


buatkan evidence (Photo).
Notes : pastikan aircraft interior clear.

2. Membuka pintu pesawat dari dalam :

a. Pindahkan atau ganti mode select level pada posisi manual.

b. Pastikan area sekitarnya pintu pesawat bagian dalam maupun luar dalam keadaan
clear.

c. Gerakan handle pintu ke arah 90 derajat open position, kemudian pastikan shear
pin retracted dan pintu sudah benar - benar terbuka penuh.

d. Setelah membuka pintu dari dalam, pasang safety strap melintang di pintu pesawat.

3. Menutup pintu pesawat dari luar :

Pastikan area luar dan sekitarnya dalam keadaan aman dan clear dari kemungkinan
terhalangnya pergerakan pintu pesawat, tanyakan kepada cabin crew bahwa di cockpit
maupun cabin tidak terdapat Ground Engineer/petugas Ground lainya yang tidak harus
berada didalam penerbangan tersebut, kemudian pegang assist handle , kemudian
tekan open release pastikan pada posisi kebawah sambil menutar handle exterior ke
arah close position dan memastikan pintu pesawat benar-benar tertutup dengan posisi
pintu berada pada tempatnya dan handle pintu terkunci.

4. Menutup pintu pesawat dari dalam :

Pastikan area luar dalam keadaan clear, tanyakan kepada cabin crew bahwa di cockpit
maupun cabin tidak terdapat Ground Engineer / petugas Ground lainya yang tidak
harus berada didalam penerbangan tersebut, kemudian pegang assist handle ketika
menekan hold closed release pastikan pada posisi kebawah sambil menutar handle
interior ke arah close position.dan memastikan pintu pesawat benar-benar tertutup.

AHS 1.5.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B777 Series

1. Membuka pintu pesawat dari luar :

a. Ketika membuka pintu penumpang pesawat dari luar, ikuti perintah yang ada dalam
panel handle exterior, perhatikan kondisi dinding pesawat disekitar pintu pesawat,
perhatikan posisi exterior handle apakah dalam tempat yang semestinya, apabila

Rev. 02 AHS - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

berdasarkan kondisi pengamatan tidak terdapat kelainan lakukan langkah - langkah


; pegang handle dengan dua tangan lalu tarik ke arah luar dan putar ke arah open
direction, kemudian tarik ke arah luar sampai pintu pesawat menghadap ke luar dan
hold-open is engaged.

b. Ketika hasil pengamatan sekitar pintu pesawat terdapat kelainan secara fisik
dan/atau posisi handle tidak pada tempatnya, terdapat cacat pada daun pintu atau
dinding disekitar pintu, maka petugas pembuka pintu jangan melakukan
pekerjaannya sampai petugas Ground Engineer mengetahui kondisi tersebut,
buatkan evidence (Photo).

Notes : pastikan aircraft interior clear.

2. Membuka pintu pesawat dari dalam :

a. Pindahkan atau ganti mode select level pada posisi manual.

b. Pastikan area sekitarnya baik dalam maupun luar dalam keadaan clear.

c. Gerakan handle pintu ke arah 90 derajat open position, kemudian pastikan shear
pin retracted dan pintu sudah benar - benar terbuka penuh.

d. Setelah membuka pintu dari dalam, pasang safety strap melintang di pintu pesawat.

3. Menutup pintu pesawat dari luar :

Pastikan area luar dan sekitarnya dalam keadaan aman dan clear, tanyakan kepada
cabin crew bahwa di cockpit maupun cabin tidak terdapat Ground Engineer / petugas
Ground lainya yang tidak harus berada didalam penerbangan tersebut, kemudian
pegang assist handle, kemudian tarik hold open handle sambil menutup pintu
kemudian sambil memutar handle exterior ke arah close position dan memastikan pintu
pesawat benar-benar tertutup dengan posisi pintu berada pada tempatnya dan handle
pintu terkunci.

4. Menutup pintu pesawat dari dalam :

a. Pastikan area luar dalam keadaan clear, tanyakan kepada cabin crew bahwa di
cockpit maupun cabin tidak terdapat Ground Engineer / petugas Ground lainya yang
tidak harus berada didalam penerbangan tersebut, kemudian pegang assist handle,
pastikan mode select handle pada posisi disarm dan bendera kuning tidak kelihatan
pada dinding pintu sebelah bawah.

Rev. 02 AHS - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Putar interior handle 180 derajat sampai benar - benar tertutup dan pastikan marka
merah yang ada di pintu sesuai atau segaris.

AHS 1.6.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B767 Series

1. Membuka pintu pesawat dari luar :

Ketika membuka pintu penumpang pesawat dari luar, perhatikan exterior Disarm
handle nya, kemudian pegang dengan satu tangan lalu tarik ke arah atas exterior
handle nya pelan pelan open position , pintu latch akan bergerak kea rah dalam dan
sampai ke atas sampai terkunci.Setelah pintu terbuka, pasang safety strap.
Note : pastikan aircraft interior clear.

2. Membuka pintu pesawat dari dalam :

a. Tarik arm yang berwarna kuning, arahkan pada posisi Manual.

b. Gerakan handle pintu kearah open position, kemudian angkat pintu sampai posisi
uplatch is engaged.

c. Setelah membuka pintu dari dalam, pasang safety strap melintang di pintu pesawat.

3. Menutup pintu pesawat dari luar :

a. Pastikan interior handle dalam posisi unlatched (open position) jika interior handle
belum open position maka belum bisa untuk menutup pintu.

b. Pastikan red exterior disarm betul betul dalam posisi disarm.


c. Jika exterior handle belum pada posisi open, angkat ke atas handle open position.

d. Sebelum menutup pintu dari luar pastikan keadaan inboard clear.

e. Tekan uplatch release button.

f. Pintu akan turun sebanyak kira - kira 3 inches.

g. Lepaskan tangan dari uplatch button lalu tarik pintu pesawat sampai di lantai
pesawat.

h. Memastikan pintu pesawat benar-benar tertutup dengan posisi pintu berada pada
tempatnya dan handle pintu terkunci.

4. Menutup pintu pesawat dari dalam :

Rev. 02 AHS - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Pastikan area luar dalam keadaan clear, kemudian pegang assist handle, pastikan
mode select handle pada posisi disarm dan bendera kuning tidak kelihatan pada
dinding pintu sebelah bawah.

b. Putar interior handle 180 derajat sampai benar - benar tertutup dan pastikan marka
merah yang ada di pintu sesuai atau segaris.

AHS 1.7.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk B747 Series

1. Membuka pintu pesawat dari luar :

Ketika membuka pintu penumpang pesawat dari luar, perhatikan exterior handle nya,
tekan latch lever yang terletak pada pintu bagian luar, kemudian pegang dengan dua
tangan lalu tarik ke arah luar dan putar 90 derajat ke arah open direction, kemudian
tarik ke arak keluar sambil memegang assist handle sampai pintu pesawat menghadap
ke luar sampai hold-open is engaged.
Note : pastikan aircraft interior clear.

2. Membuka pintu pesawat dari dalam :

a. Pindahkan atau ganti mode select lever pada posisi manual.

b. Pastikan area sekitarnya baik luar maupun dalam keadaan clear.

c. Gerakan handle pintu ke arah 90 derajat open position, kemudian pastikan shear
pin retracted dan pintu sudah benar - benar terbuka penuh.

d. Setelah membuka pintu dari dalam, pasang safety strap melintang di pintu pesawat.

3. Menutup pintu pesawat dari luar :

a. Pastikan area luar dan sekitarnya dalam keadaan aman dan clear, kemudian pegang
assist handle, kemudian tekan open release pastikan pada posisi kebawah sambil
menutar handle exterior ke arah close position dan memastikan pintu pesawat
benar-benar terkunci.

b. Memastikan pintu pesawat benar-benar tertutup dengan posisi pintu berada pada
tempatnya dan handle pintu terkunci.

4. Menutup pintu pesawat dari dalam

Rev. 02 AHS - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Pastikan area luar dalam keadaan clear, kemudian pegang assist handle, ketika
mengangkat Hold open release pastikan pada posisi kebawah sambil menutar handle
interior ke arah close position dan memastikan pintu pesawat benar-benar tertutup.

AHS 1.8.0 Pelaksanaan Pengoperasian Aircraft Access Door Untuk A330 Series

1. Membuka pintu pesawat dari luar

Ketika membuka pintu pesawat penumpang pesawat dari luar, perhatikan exterior
handle nya, tekan latch lever yang terletak pada pintu bagian luar, kemudian pegang
dengan satu tangan lalu tarik ke arah atas dan open direction, kemudian tarik ke arak
keluar sambil memegang assist handle sampai pintu pesawat menghadap ke luar
sampai hold-open is engaged.
Note : pastikan aircraft interior clear.

2. Membuka pintu pesawat dari dalam :

a. Pindahkan atau ganti mode select lever pada posisi manual.

b. Pastikan area sekitarnya baik luar maupun dalam keadaan clear.

c. Gerakan handle pintu ke arah bawah (open position), kemudian pastikan share pin
retracted dan pintu sudah benar - benar terbuka penuh.

d. Setelah membuka pintu dari dalam, pasang safety strap melintang di pintu pesawat.

3. Menutup pintu pesawat dari luar :

a. Pastikan area luar dan sekitarnya dalam keadaan aman dan clear, kemudian pegang
assist handle, kemudian tekan open release pastikan pada posisi kebawah sambil
menutar handle exterior ke arah close position.

b. Memastikan pintu pesawat benar-benar tertutup dengan posisi pintu berada pada
tempatnya dan handle pintu terkunci.

4. Menutup pintu pesawat dari dalam :


Pastikan area luar dalam keadaan clear, kemudian pegang assist handle, ketika
mengangkat Hold open release pastikan pada posisi kebawah sambil menutar handle
interior ke arah close position dan memastikan pintu pesawat benar-benar tertutup.

Rev. 02 AHS - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 1.9.0 Pelaksanaan Proses Penutupan Pintu Saat Departure

1. Setelah semua penumpang on board, dan tidak ada lagi petugas ground handling yang
masih ada di dalam pesawat, maka petugas tersebut mengembalikan posisi Handrail
PBS/MPS ke posisi tertutup.

2. Apabila menggunakan aviobridge, petugas on duty memastikan bahwa semua


penumpang sudah on board dan tidak ada ground staff yang masih di dalam pesawat,
mempersilakan cabin crew untuk menutup pintu penumpang dari dalam, dengan
dibantu secara inisiatif dalam menarik pintu oleh petugas darat.

3. Apabila pintu pesawat akan ditutup oleh cabin crew dan cabin crew tersebut meminta
bantuan Petugas Darat, maka lakukan tahapan penutupan sebagaimana diinstruksikan
oleh cabin crew tersebut (terbatas menarik handle pintu sampai cabin crew dapat
mengerjakan langkah selanjutnya), setelah pintu tertutup dengan sempurna,
perhatikan secara visual kondisi pintu dan sekitarnya apakah tidak terdapat kelainan
(Door Seal, Rubber Door Seal tertutup sempurna ), sebelum memerintahkan penarikan
Aviobridge/PBS/MPS.

4. Membuka kembali pintu pesawat setelah ditutup, apabila karena alasan apapun, yang
mengharuskan komunikasi verbal langsung antara petugas darat dengan Crew ( Cabin
atau Cockpit ) maka pintu pesawat yang sudah tertutup harus dibuka kembali, sebelum
dilakukan proses pembukaan kembali, petugas darat terlebih dahulu harus meminta
ijin melalui petugas Ground to Flight Deck Communication agar menghubungi PIC
untuk meminta ijin dibukanya kembali pintu cabin dengan menyebutkan alasan
“mengapa sampai harus dibuka kembali pintu pesawat“ dan pastikan bahwa ijin
membuka kembali pintu pesawat tersebut diterima atas sepengetahuan dari Pilot in
Command.

AHS 2.0.0 PROSES PENGOPERASIAN PINTU CARGO COMPARTMENT

Ketentuan terlampir memberikan panduan tentang tata cara pengoperasian (membuka-


menutup) pintu Cargo pesawat, sehingga proses tersebut dapat dilaksanakan dengan lancar
dan aman

Rev. 02 AHS - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 2.1.0 Persiapan Pengoperasian

1. Melakukan pemeriksaan secara phisik terhadap kondisi pintu cargo compartment, cargo
net dan dinding disekitar pintu.

2. Melaporkan kepada Aircraft Teknisi apabila ditemukan irregularity.

3. Photo subject apabila diketemukan irregularities.

AHS 2.1.1 Pesawat Wide Body (W/B)

1. Pelaksanaan

a. Tarik tuas pembuka (Master Latch Lock Handle) dan memastikan posisinya ke
bawah secara penuh.

b. Memastikan lampu hijau yang ada pada switch panel dalam posisi “ON”.

c. Operate Control switch panel keposisi open sampai pintu pada posisi terbuka
penuh (jika diinginkan pergerakan pintu dapat dihentikan setiap saat).

d. Apabila pintu cargo telah terbuka periksa lampu yang ada pada switch panel
dalam posisi OFF.

e. Buka jaring pengaman.

f. Untuk bulkcompartement dibuka secara manual, dengan cara menarik tuas


searah tanda yang ada di petunjuk dan mendorong ke dalam sampai terbuka
penuh.

2. Jika pintu tidak terbuka, terdapat beberapa tahap yang harus diperhatikan :

a. Hentikan mengoperasikan switch panel.

b. Tunggu kurang lebih 1 menit.

c. Operasikan kembali, jika pintu tetap tidak terbuka, tunggu lagi kurang lebih 10
menit.

d. Apabila pintu tetap tidak bisa terbuka maka segera dilaporkan ke Aircraft Teknisi.

3. Penyelesaian

a. Apabila akan menutup pintu cargo setelah terbuka agar jedah waktu kurang lebih
1 menit untuk menghindari panas dan kerusakan motor penggerak (overheat).

Rev. 02 AHS - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Pastikan lampu hijau pada Switch panel “ON “.

c. Operate cargo door control switch ke posisi close sampai pintu benar-benar
tertutup (pergerakan pintu dapat dihentikan setiap saat jika diinginkan).

d. Mengangkat tuas (handle) sampai masuk pada posisi semula, jangan


memaksakan tuas jika terasa ada perlawanan secara mekanis dan segera
melaporkan ke Aircraft teknisi.

e. Memeriksa lampu yang ada pada switch panel dalam posisi OFF.

f. Untuk bulk compartement ditutup secara manual, dengan cara memutar tuas
mengikuti tanda yang ada di petunjuk dan menarik sampai pintu benar-benar
pada posisi tertutup.

g. Yakinkan bahwa tuas benar-benar dalam posisi flash / tepat pada posisinya.

AHS 2.1.2 Pesawat Narrow Body (N/B)

1. Pelaksanaan

a. Pintu dibuka dari luar dengan cara menarik tuas (handle) pintu keluar.

b. Memutar tuas (handle) pintu searah jarum jam.

c. Pintu didorong secara perlahan-lahan kedalam hingga mencapai posisipintu


terbuka penuh dan dalam posisi aman.

d. Buka jaring pengaman.

e. Lakukan loading-unloading.

2. Penyelesaian

a. Pasang jaring pengaman, sebagai pengaman agar cargo dan bagasi tidak
menumpuk pada pintu cargo, apabila terjadi guncangan, sehingga akan
menyulitkan membuka pintu cargo atau akan terlebih dulu jatuh apabila pintu
dibuka di stasiun kedatangan.

b. Apabila ditemukan kerusakan pada jaring pengaman (cargo net) agar segera
dilaporkan kepada Airline.

c. Pintu ditutup dengan cara menarik tali penarik pintu (lanyard) sampai tuas
(handle) pintu dapat dijangkau.

Rev. 02 AHS - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Setelah tuas (handle) pintu ditarik,tali penarik (lanyard) dilepas.

e. Tuas (handle) pintu diputar searah jarum jam dan pintu ditarik sampai cargo
compartment tertutup penuh.

f. Pada saat pintu cargo compartment tertutup penuh, tuas (handle) pintu
dilepaskan.

AHS 3.0.0 KETENTUAN PENGOPERASIAN POWER DRIVE UNIT (PDU)

PDU adalah alat bantu untuk memposisikan ULD maupun pallet di dalam compartment
pesawat.

AHS 3.1.0 Persiapan Pengoperasian Power Drive Unit (PDU)

1. Load Master melakukan funsional test Power Drive Unit.

2. Apabila terdapat kerusakan dalam fungsional test laporkan kepada Aircraft teknisi.

3. Siapkan loading instruction report (LIR) yang dirilis oleh load control.

AHS 3.2.0 Pelaksanaan Pengoperasian Power Drive Unit (PDU)

1. Pintu cargo compartment dalam posisi terbuka.

2. Power switch harus dalam posisi ON, YZ (lock doorseal) dan XZ (lock ULD) semuanya
harus diturunkan.

3. Mengoperasikan JOYSTICK posisi IN untuk memasukkan ULD dan posisi OUT untuk
mengeluarkan ULD.

4. Merubah posisi tuas ke posisi manual (pada A/C type B-747).

5. Check posisi/area sesuai loading instruksi :

a. Posisikan muatan tersebut (container, pallet).

b. Lakukan tahapan memposisikan muatan sesuai loading instruksi, untuk menjaga


keseimbangan pesawat saat di darat.

AHS 3.3.0 Penyelesaian Pengoperasian Power Drive Unit (PDU)

1. Setelah selesai memposisikan ULD, container, pallet check dan pastikan YZ (lock
doorseal) dan XZ (lock ULD) semuanya harus dinaikan agar system lock terkunci
dengan sempurna, untuk menjaga agar tidak bergerak saat pesawat terbang.
Rev. 02 AHS - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Power switch harus dalam posisi OFF.

AHS 4.0.0 PROSEDUR MANAGEMENT ULD CONTROL

AHS 4.1.0 Persiapan ULD Control

1. Supervisor Unit ULD Control melaksanakan daily briefing bersama seluruh personel
yang di assign akan bertugas melakukan kontrol ULD hari/shift itu, dalam briefing
persiapan tersebut disampaikan materi inti meliputi :

a. Menyiapkan personel yang sudah terlatih dan berpengalaman untuk melakukan


tugas- tugas memanage ULD sesuai Prosedur Penanganan dan Penyimpanan ULD.

b. Mendistribusi tugas setiap personel (Assign job function of every staff) sesuai
kecakapan bidang masing - masing dalam menegement ULD control.

c. Memastikan bahwa setiap staff yang di assign dalam fungsi - fungsi tersebut dapat
melaksanakan tugas yang dibebankan.

d. Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin, obat batuk)
Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat addictive (minuman
beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk, hyper aktif, reaksi
menghilangkan daya control dan ingatan.

e. Personil struktural/fungsional mengingatkan, mengarahkan dan mengawasi secara


berkala setiap staff yang telah di assign dalam fungsi - fungsi pekerjaan, tentang
keharusan bekerja sesuai ; prosedur yang berlaku, instruksi kerja yang berlaku dan
mengingatkan mereka tentang resiko kerja termasuk kecelakaan kerja sebagai
akibat apabila dalam bekerja tidak mengikuti aturan yang ada.

AHS 4.2.0 Pelaksanaan Sub-unit Stock Control ULD

1. Melakukan pemeriksaan / verifikasi data Stock Opname ULD yang dicatat di Data Base
dengan yang ada di Staging penyimpanan ULD, sesuai Airlines, meliputi spesifikasi
peruntukan (Baggage, Cargo, Live Animal, Other Load, Dangerous Goods) dan
Unserviceability ULD sesuai ULD Tag yang tersemat disetiap ULD yang ada.

Rev. 02 AHS - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Memeriksa minimum stock ULD setiap Airlines dan mengirimkan data kebutuhan
minimum maupun kelebihan actual stock ULD dari yang ditetapkan sesuai requirement
oleh setiap Airlines.

3. Menyiapkan stock ULD yang akan didistribusikan ke Unit Cargo dan Baggage Handling
sesuai data Configurasi ULD untuk setiap type pesawat yang telah ditetapkan oleh Unit
Load Control.

4. Memeriksa dan memastikan kondisi fisik semua ULD yang ada di staging penyimpanan
sebelum didistribusikan ke unit - unit pelayanan (Cargo dan Baggage Handling) untuk
digunakan.

5. Memisahkan dan melaporkan ULD hasil verifikasi secara fisik dipisahkan dalam dua
kategori yang termasuk memenuhi kriteria keamanan dan keselamatan penerbangan /
layak udara (Airworthy) dan yang tidak termasuk, kepada setiap airlines.

6. Langkah mengidentifikasi kondisi setiap ULD yang ada di stok/staging (ULD Staging
Area), sebelum didistribusi ke unit - unit pemakai, agar dilakukan pemeriksaan :

a. Bagian luar dan dalam fisik ULD, apakah memenuhi kaidah keamanan dan
keselamatan barang yang akan dimuat dalam suatu penerbangan.

b. Bagian dinding bawah ULD, apakah masih normal tidak (Cekung / Cembung) yang
akan mempersulit dalam proses penguncian di atas Dollies dan/atau Compartment
Pesawat.

c. Sisi - sisi bagian bawah ULD yang berhubungan dengan system penguncian, apakah
tidak ada yang bengkok yang akan mempersulit pada waktu diposisikan di
compartmen pesawat.

d. Seluruh fisik termasuk bagian penguci, apakah memenuhi kaidah keamanan dan
keselamatan penerbangan (Airworthy) sehingga diketahui kemampuan maksimum
ULD tersebut dalam menampung jumlah satuan dan berat barang yang akan dimuat
didalamnya.

e. Pisahkan dan berikan tanda / label ULD (Unserviceable Tag) pada ULD yang secara
keseluruhan fisik tidak memungkinkan untuk digunakan, karena tidak memenuhi
kaidah keamanan dan keselamatan penerbangan (Airworthy).

Rev. 02 AHS - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Pisahkan dan berikan tanda / label ULD (Maximum Half Load Capacity) pada ULD
yang secara fisik terlihat masih bagus akan tetapi dibeberapa bagian tidak
memenuhi kaidah keamanan penerbangan akan tetapi secara keselamatan masih
dapat diterima.

7. Hasil identifikasi sebagaimana dilakukan diatas, dituangkan dalam daftar rekapitulasi


harian ULD (ULD Daily Log Book).

8. Memastikan semua ULD dan kelengkapannya ditempatkan pada tempat yang aman
(diletakkan diatas rak dan / atau dollies, hendaknya tidak diletakkan langsung diatas
tanah), untuk menghindari kerusakan, pencurian, dan mishandling yang terjadi pada
saat penyimpanan.

9. Memastikan semua ULD yang rusak dilabel dengan label Unserviceable ULD ( Typically
Black Lettering on an Orange Background ) untuk memudahkan dalam hal identifikasi
dan pengawasan sebagaimana ditetapkan oleh Airlines dan/ atau ketentuan labeling
umum yang ada di IATA - AHM.

10. Menempatkan semua ULD yang rusak (damage) yang kondisinya total tidak dapat
digunakan untuk menempatkan barang maupun penerbangan, pada tempat yang
terpisah/tersendiri agar tidak dipergunakan oleh unit cargo, bagasi dan atau unit
lainnya.

11. Membersihkan semua label yang tidak dipergunakan lagi pada ULD yang akan dipakai
dan memastikan semua ULD yang akan dimuat sudah diberi ULD tag sesuai dengan
muatan didalamnya (ULD tag berisi tentang nomor ULD, tujuan, nomor penerbangan,
jenis muatan, berat ULD dan berat kotor dari muatan tersebut).

12. Menginformasikan kepada BTT operator untuk mendistribusikan semua ULD yang akan
dipergunakan untuk mengangkut cargo ataupun bagasi sesuai dengan kebutuhan
setiap flight sebagaimana tertuang dalam rencana configurasi penggunaan ULD dari
unit Load Control.

13. Khusus untuk muatan Dangerous Goods yang ditempatkan dalam Containers / Pallets,
hazard label dari DG tersebut harus dipasang dibagian luar dari empat sisi vertikal ULD,
agar tampak dari segala sisi dan dipastikan dalam penarikan maupun penempatannya
dipesawat tetap memperlihatkan hazard label dari DG tersebut.

Rev. 02 AHS - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

14. Begitu juga untuk ULD yang berisi muatan DG CAO (Cargo Aircraft Only) maka label
CAO harus dipasang di empat dinding vertikal bagian ULD yang digunakan dengan
tujuan agar setiap orang dapat melihat dan tidak termuat kedalam pesawat
penumpang.

15. Mengecek kondisi fisik setiap ULD yang diterima dan megirim telex ke stasiun asal
(termasuk airline yang bersangkutan) apabila ditemukan irregularities (seperti
kesalahan nomor ULD pada CPM yang diterima, ULD rusak, dll).

16. Mengirim telex UCM IN ke stasiun asal untuk ULD yang diterima dan telex UCM OUT
untuk ULD yang dikirim baik yang berisi cargo,bagasi ataupun yang dikirim sebagai
empty ULD.

17. Melakukan pengechekan minimal satu kali sehari terhadap semua ULD yang ada di
area stock (meliputi kondisi, dan posisi penempatannya).

18. Melakukan recording rotasi ULD untuk setiap airlines agar data stock ULD dapat
diketahui setiap saat.

19. Melakukan recording terhadap semua ULD yang dinyatakan rusak dan melaporkannya
kepada airlines yang bersangkutan via telex / email dan dilengkapi dengan photo agar
dapat diinformasikan mengenai penanganan selanjutnya.

20. Membuat LUC / UCR apabila terjadi pinjam meminjam ULD antar airlines.

21. Melakukan stock check ULD untuk dapat mengetahui jumlah aktual ULD dengan
laporan di buku stock, dan melaporkannya ke airlines sesuai dengan hari ataupun
tanggal yang telah ditentukan.

22. Mengirim telex SCM sesuai dengan format standar yang diberikan oleh airlines, pada
hari yang sudah ditentukan oleh airlines (airlines requirement).

23. Dalam hal penanganan ULD yang digunakan untuk mengangkut Dangerous Goods
(Typically the ULD tag standard in Black lettering with prominent red hatching
surrounding the tag on both side), maka ULD tersebut harus dipastikan dalam kondisi
serviceable dan tidak terdapat kerusakan pada dinding, pintu, sistem penguncian ,
lantai tidak bocor (floor) ataupun framenya memenuhi keamanan dan keselamatan
penerbangan (Airworthy), dan DG yang ditempatkan didalamnya harus pada posisi
yang benar dan distrapping yang kuat, agar mampu menahan goncangan pada saat
pesawat takeoff dan landing ataupun pada saat terkena turbulence.
Rev. 02 AHS - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

24. Jika yang digunakan adalah pallet maka jaring/netting serta pengikat tambahan (Tie
Down Ring) untuk DG tersebut harus benar-benar diperhatikan, untuk netting normal
pemasangan fitting minimal 4 buah pada sisi lebar pallet dan 5 buah pada sisi panjang
pallet yang digunakan, ini juga berlaku untuk muatan selain DG apabila barang yang
dimuat termasuk kategory heavy weight.

25. Gunakan alas tambahan/spreader dalam memindahkan maupun menempatkan ULD di


Rack Staging agar tidak tersodok Fork Lift.

26. Apabila ULD yang digunakan terkontaminasi oleh DG yang bocor maka ULD tersebut
harus diganti dengan ULD yang lain, dan ULD yang terkontaminasi tadi harus
ditempatkan pada tempat tersendiri serta dijauhkan dari kontak dengan manusia agar
uap radiasi atau bahaya kontaminasi yang terjadi tidak terhirup oleh para petugas,
karena akan sangat membahayakan bagi kesehatan.

27. Apabila terjadi Irregularity sebagaimana diuraikan diatas, segera dibuat laporan
kejadian dan disampaikan kepada badan yang berwenang dalam penanganan DG dan
Airlines Representative, untuk diberikan instruksi penanganan selanjutnya dan
peringatan kepada shipper yang mengirim DG dimaksud (terutama untuk DG yang
termasuk dalam class 6/toxic).

28. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam hal penanganan ULD adalah pada
saat proses build-up dan handling dipesawat, pada saat build-up harus diperhatikan
penggunaan spreader mutlak diperlukan apabila barang yang diangkut termasuk
kategori heavy cargo (hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan floor ULD dan
floor pesawat, serta ketinggian build-up muatan jangan melebihi ketentuan yang
diberikan (maximal ketinggian 163 cm), hal ini untuk memberikan jarak yang cukup
antara muatan dan atap compartment pesawat agar terhindar dari benturan pada saat
take off, landing dan saat terkena turbulence.

29. Pada saat handling dipesawat perlu diperhatikan agar floor ULD benar-benar berada
didalam side rails dan locks compartment untuk masing-masing ULD dan lock benar-
benar terpasang (untuk menghindari kerusakan ULD dan compartment pesawat.

AHS 4.3.0 Penyelesaian ULD Control Management

1. Melakukan pencatatan terhadap semua data ULD hasil verifikasi, stock opname dan
kerusakan - kerusakan yang ada di ULD Log Book dan kirimkan telex ke station tujuan

Rev. 02 AHS - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

penerbangan airlines meliputi ULD yang dipinjam atau ULD hasil meminjam dari Airlines
lain yang mempunyai kerjasama.

2. Membuat laporan semua data ULD hasil verifikasi, kondisi stock opname dan kerusakan
- kerusakan yang ada di ULD bila ada irregularities kepada Airilnes.

3. Melakukan Filing Data meliputi Irregularities, Stock Opname, termasuk memperbaharui


semua data dalam System Data Base ULD setiap Airlines.

AHS 5.0.0 PROSEDUR LOAD CONTROL

AHS 5.1.0 Persiapan

1. Hanya pemegang otorisasi sign Loadsheet, Notoc dan LIR (Signature Sertification &
Authorization Only) yang dapat di assign sebagai pelaksana Load Control sebagaimana
yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh Airline

2. Supervisor menetapkan dan memastikan petugas Load Control yang di assign


berkualifikasi sesuai dengan Airline dan Tipe Pesawat yang akan ditangani dengan
sertifikat Load Control sebagaimana ditetapkan pada point 1 diatas.

3. Supervisor melaksanakan daily briefing bersama seluruh personel yang di assign akan
bertugas hari/shift itu sesuai dengan kualifikasi masing - masing personel dan dalam
briefing persiapan tersebut disampaikan materi meliputi :

a. Distribusi tugas setiap personel sesuai kualifikasi dari Airline yang beroperasi saat
itu.

b. Memastikan bahwa setiap staff yang di assign dalam fungsi - fungsi tersebut siap
dan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan serta memastikan sertifikat load
control dan kompetensi yang dimiliki dari Airline masih berlaku.

c. Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin, obat batuk)
Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat addictive (minuman
beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk, hyper aktif, reaksi
menghilangkan daya control dan ingatan.

Rev. 02 AHS - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Mengingatkan dan mengarahkan kepada setiap staff yang telah di assign dalam
fungsi - fungsi pekerjaann yang akan ditangani, tentang keharusan dalam bekerja
untuk menerapkan; prosedur yang berlaku, instruksi kerja yang berlaku dan
mengingatkan mereka tentang resiko pekerjaannya, termasuk akibat fatal dari
resiko kerja yaitu ; kecelakaan kerja sebagai dampak serius apabila dalam bekerja
tidak mengikuti aturan yang berlaku serta tidak berkonsentrasi dengan baik.

4. Setiap staff yang di assign sebagai Load Controller harus memastikan untuk melakukan
verifikasi semua dokumen yang berisikan data - data setiap tipe pesawat yang ada dan
terinstal di sistem Airline sebelum memulai pekerjaan. Adapun data dimaksud harus
sesuai dengan manual Airline seperti :

a. Aircraft Registration.

b. Aircraft Seat Configuration.

c. Aircraft Type.

d. DOW and DOI.

e. Basic Empty Weight.

f. Crew Index and Crew Baggage.

g. Pantry /Galleys Modul.

h. Potable Water.

5. Memastikan proses pembuatan LIR sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
masing - masing airlines (Airlines Operation Manual) dan atau referensi AHM 505.

6. Membaca data dan telex yang tertuang di Particular Book untuk dipelajari dan
ditindaklanjuti.

7. Apabila hasil verifikasi data - data sebagaimana dilakukan di 5 dan 6 diatas terdapat
kelainan atau ketidak sesuaian antara data Enginering Information dengan sistem
Airlines maupun Form Manual Loadsheet, maka petugas Load Control harus
melaporkan temuannya kepada Supervisor dan/ atau Airlines Representative jika ada,
untuk mendapatkan ketegasan data yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan
Load Sheet/ Weight and Balance, yang betul -betul Updated atau Sertified Data yang
terakhir dikeluarkan.

Rev. 02 AHS - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Apabila sebagaimana kejadian di poin 7, Airlines Representative tidak dapat


menunjukan updated data atau sertified data yang diakui valid, maka Airline
Representative harus segera melakukan komunikasi internal Airline dengan Unit terkait
untuk mendapatkan jawaban keabsahan data. Apabila ternyata data tidak juga didapat
maka Airline Representative didampingi supervisor melakukan verifikasi data dengan
Pilot In Command (PIC) di Pesawat untuk mendapatkan keputusan data yang akan
digunakan sebagai basic pembuatan Load Sheet/ Weight and Balance.

9. Apapun keputusan yang didapat pada point 8, harus dicatat pada particular book
(Nama, Jabatan, Permasalahan dan keputusan masalah)

10. Melaksanakan seat editing sesuai Airline requirement meliputi :

a. Block seat sesuai permintaan pelanggan dan/atau alasan trimsheet untuk


mendapatkan CG ideal.

b. Downline Station Protection seat jika diperlukan sesuai penjatahan kursi untuk
stasiun berikutnya (seat allotment for next station).

11. Menghitung dan mengirim Estimate Zero Fuel Weight (EZFW) sesuai dengan ketentuan
yang diminta dan ditetapkan oleh Airlines berdasarkan rencana Pembukuan penumpang,
bagasi, cargo, mail, ULD Configuration, dan EIC/Flight Kit (jika ada).

AHS 5.2.0 Pelaksanaan Load Control

1. Menerima data - data rencana; Penumpang, Bagasi, Cargo dan Pos serta rencana Fuel
dari Flight Plan setiap jadwal penerbangan yang diterbitkan/disahkan oleh Airlines

2. Membuat perencanaan alokasi; Bagasi, Cargo dan Pos di Compartment Pesawat


(termasuk menerbitkan configurasi pemakaian ULD/ Containers dan Pallets untuk
Bagasi, Cargo dan Pos pada penerbangan yang menggunakan jenis pesawat Wide
Body)

3. Menginstruksikan Unit ULD Control untuk mendistribusikan ULD ke Unit; Cargo & Mail
Handling dan Baggage Handling sesuai configurasi pemakaian ULD yang telah
direncanakan.

4. Mendistribusikan data configurasi pemakaian ULD ke Unit; Cargo & Mail Handling dan
Baggage Handling sebelum Unit - unit tersebut melakukan build up (Cargo, Mail dan
Baggage).

Rev. 02 AHS - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Menerbitkan serta menandatangani Loading Instruction/Report (LIR) sesuai rencana


configurasi pemakaian ULD yang telah didistribusikan ke Unit - unit ; Cargo, Baggage
Handling dan ULD Control berdasarkan data sebagai berikut:

a. Rencana joining dan transit penumpang serta bagasi.

b. Final cargo (baik joining maupun transit cargo).

c. Final mail (baik joining maupun transit mail).

d. Pemakaian Ballast (jika diperlukan untuk alasan Weight and Balance).

e. Alokasi space dan pemakaian ULD untuk pesawat wide body sesuai dengan
compartment locking system pesawat.

f. Aturan pengangkutan Dangerous Goods dan Special Loads sesuai Edisi terbaru IATA
Dangerous Goods Regulation dan ketentuan dari Customer Airlines (termasuk
tentang segregasi dan penempatannya di pesawat).

g. Floor/Compartment Weight Limitation dan Aircraft Structure Limitation (pastikan


tidak melebihi batasan).

h. Aircraft Weight and Balance Limitation (pastikan C of G berada dalam batas-batas


yang ditentukan/Within Limit) yang ditentukan oleh Airlines.

i. Target % MAC untuk keperluan Fuel Saving disesuaikan dengan tipe pesawat dan
ketentuan dari Customer Airlines.

6. Sebelum Load Control staff menerbitkan dan menandatangani Loading Instruction


Report (LIR), harus dipastikan kembali ke Unit - unit; Cargo, Pax & Bagaggae Handling
bahwa rencana Cargo, Pos maupun Pax dan Baggae tidak ada perubahan, agar tidak
terjadi kesalahan penetapan confirugasi penggunaan ULD maupun penerbitan LIR.

7. Load Control harus memastikan ulang ke Unit ULD Control untuk menanyakan apakah
konfigurasi pemakaian ULD dimaksud dapat dipenuhi dengan stock ULD yang ada dan
meminta laporan nomor - nomor ULD yang akan dipergunakan baik untuk Cargo & Post
maupun bagasi.

8. Pembuatan LIR harus disesuaikan dengan ketentuan dan/atau kebijakan dari masing -
masing airlines.

Rev. 02 AHS - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

9. Dalam membuat LIR, harus dipastikan pengunaan istilah - istilah baku sesuai dengan
AHM 510, meliputi pemakaian kode - kode (coding scheme) sebagai berikut kecuali
ditetapkan lain oleh airlines :

a. B - Bagasi.

b. C - Cargo.

c. D - Crew baggage.

d. E - Equipment in compartement.

e. F - First class baggage dan priority baggage.

f. H - ULD.

g. M - Mail.

h. N - No ULD at position.

i. Q - Courier baggage.

j. S - Sort on arrival.

k. T - Load untuk transfer ke penerbangan lanjutan.

l. U - Unserviceable ULD.

m. W - Cargo dalam pengawasan security.

n. X - Empty ULD.

o. Z - Load yang secara sengaja di campur dengan beberapa tujuan.

10. Menggunakan ULD volume code :

a. 0 - No Volume available.

b. 1 - seperempat volume tersedia.

c. 2 - setengah volume tersedia.

d. 3 - tiga per empat volume tersedia.

11. Membuat dan mengeluarkan Off-Loading Instruction/Report ketika diperlukan untuk


transit Flight sesuai dengan ketentuan dari Airlines harus mencakup hal-hal berikut :

a. Instruksi Off-Load.

Rev. 02 AHS - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Laporan Off-Load, termasuk adanya ketidaksesuaian muatan.

c. Summary Special Loads.

12. Jika LIR dibuat dan dikeluarkan secara manual, pastikan bahwa keakuratan
perhitungan secara manual sudah diverifikasi/cross check terlebih dahulu sebelum
didistribusikan ke Unit Load Master.

13. Memberikan Informasi tambahan pada LIR (tentang tansfer pax/bagasi, DG, Special
Load).

14. Prosedur untuk identifikasi dan penempatan Special load yang tidak sesuai dengan
Loading Weight Allowance pesawat konvensional mengacu pada ketentuan dari
Airlines.

15. Menerbitkan dan menandatangani Loading Instruction/Report (LIR) serta


mendistribusikan/menyerahkan kepada petugas Loading Master (Loading Supervision).

16. Melakukan short briefing tentang isi LIR dengan petugas Load Master/Loading
Supervision untuk memastikan bahwa data - data yang tertuang dalam LIR dapat
diaplikasikan di Compartment Pesawat dan dipahami serta dimengerti oleh petugas
Loading Master/Loading Supervision.

17. Menyerahkan Container Pallets Message dan Load Message (CPM/COPAM & LDM)
kepada petugas Load Master/Loading Supervision yang berisikan data - data tentang
Load yang akan diturunkan/datang (Unloading process). dari station lain. di Registrasi
pesawat tersebut.

18. Kegiatan awal (- 3 s.d. - 2 dari jam ETD) melakukan monitoring kegiatan/ proses
penerimaan Penumpang, Bagasi, Cargo dan Post dari waktu kewaktu (dengan media
komunikasi sistem Airlines DCS, telepon dan Handy Talky/HT) untuk mengetahui dan
mengikuti perkembangan yang terjadi (tidak termasuk kegiatan di pesawat sampai
kegiatan tersebut dimulai dilakukan oleh petugas Ramp & Load Master untuk Turn
arround flight).

19. Kegiatan di (- 90 s.d. - 60 menit dari ETD) melakukan monitoring kegiatan/proses


penerimaan Penumpang dan Bagasi serta menerima laporan akhir penerimaan Cargo
dan Post dari petugas acceptance cargo & post di Warehouse (melalui media; Telex,
Fax, Email dan Handy Talky/HT) diikuti dengan langkah penyesuaian LIR apabila dalam
laporan akhir dari Unit Cargo Handling mengharuskan adanya penyesuaian serta
Rev. 02 AHS - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

meneruskan hasilnya untuk diinstruksikan kepada petugas Loading Master/Loading


Supervision (dengan Handy Talky / HT) agar melakukan penyesuaian di compartment
pesawat.

20. Kegiatan di (- 60 s.d. - 30 menit dari ETD) melakukan monitoring kegiatan/proses


penerimaan penumpang dan memastikan jumlah ULD/Container yang digunakan untuk
menempatkan Bagasi ke Unit Baggage Checker (Make Up Area) termasuk kegiatan
Loading/Unloading di pesawat yang dilakukan Loading Master/Loading Supervision dan
kegiatan refueling yang dilaporkan oleh petugas Ramp Dispatch dengan menggunakan
media komunikasi Handy Talky (HT).

21. Kegiatan di (- 30 s.d. - 20 menit dari ETD) menerima laporan akhir proses penerimaan
penumpang dan bagasi dari Unit Pax & Baggage Handling dan menerima laporan aktual
penggunaan ULD/Containers dari Unit Baggage Checker serta aktual loading di pesawat
termasuk penyimpangannya jika terjadi dari petugas Load Master/Loading Supervision
(Media komunikasi yang digunakan sistem Airlines DCS /HT).

22. Catatan : pada kesempatan / detik - detik di poin ini petugas Load Control harus
melakukan langkah - langkah yang cepat dan cermat, karena apabila harus terjadi
penyesuaian Loading Position di pesawat harus segera diinstruksikan kepetugas Load
Master/ Loading Supervision, mengingat waktunya berada di critical time.

23. Kegiatan akhir ( - 20 s.d. - 10 menit ) melakukan verifikasi data akhir ke Unit - unit
(Cargo, Pax & Bag, Load Master/Loading Supervision dan Ramp Dispatch) sebelum
menerbitkan Load Sheet (Weight & Balance), adapun data yang diverifikasi meliputi :
Pemakaian ULD (Cargo, Post dan Bagasi), Actual Loading, Actual Passenger Board,
Actual Fuel Up lift termasuk distribusi muatan di Bulk, Posisi penempatan DG / Special
Load lainya dan Transit Load.

24. Kegiatan akhir Desktop Load Control Staff menerbitkan Load Sheet/ Weight and
Balance Chart.

25. Kegiatan di (- 10 menit dari ETD) mengirimkan Load Sheet ke Pesawat dan sebelum
Load Sheet diserahkan ke PIC, sekali lagi petugas Load Control melakukan verifikasi
data dengan melihat langsung LIR yang sudah berisi Actual Loading dari petugas Load
Master/Loading Supervision, Actual Passenger Board dari petugas Pax & Bag serta
laporan Fuel yang sudah disign oleh Aicraft Mechanic.

Rev. 02 AHS - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

26. Menyerahkan Load Sheet kepada Pilot In Command (PIC) dan PIC membubuhkan
tanda tangannya sebagai tanda persetujuan terhadap isi Load Sheet (approved),
selanjutnya petugas Load Control kembali ke Office.

27. Kegiatan finishing, Load Control staff mengumpulkan semua data-data meliputi; Load
Sheet, LIR, NOTOC, Configuration Chart of ULD, Movement Message mengirim LDM
dan CPM dan message pemberitahuan lainnya ke enroute station sampai ke final
destination.

28. Filing semua data satu kegiatan pelayanan dalam satu jadwal penerbangan.

AHS 5.3.0 Proses Pekerjaan Load Control

1. Pembuatan Loadsheet menggunakan sistem Airlines, secara periodik dalam waktu yang
tidak terlalu lama dilakukan rekonsiliasi data sistem Airlines dengan data - mutahir yang
diterbitkan Airlines meliputi :

a. Basic weight dan basic index sesuai dengan type pesawat, version, jumlah crew,
pantry.

b. Take off fuel dan trip fuel sesuai dengan fueling order.

c. Running (linear) load limitation.

d. Compartment load limitation.

e. Area Load Limitation.

f. Contact Load Limitation.

g. Point Load Limitation.

h. Asymmetrical Load Limitation.

i. Combined Load Limitation.

j. Cummulative Load Limitation.

k. Banner Load Limitation.

l. Compressible Load.

m. Recheck untuk memastikan data terakhir akurat.

n. Penempatan DG dan special load sesuai dengan apa yang tertera di Notoc.

Rev. 02 AHS - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

o. Total berat dalam loadsheet tidak melebihi berat yang diijinkan.

p. Perhitungan weight and balance benar, termasuk LMC masih dalam batas-batas
yang diijinkan.

2. Memastikan perhitungan berat dalam pembuatan Load Plan dan Loadsheet tidak
melanggar batas batas structure pesawat yang telah ditentukan oleh airlines (AHM
513) yang meliputi:

a. Running (linear) load limitation.

b. Compartment load limitation.

c. Area Load Limitation.

d. Contact Load Limitation.

e. Point Load Limitation.

f. Asymmetrical Load Limitation.

g. Combined Load Limitation.

h. Cummulative Load Limitation.

i. Banner Load Limitation.

j. Comppressible Load.

3. Menghitung weight and balance pesawat dan memastikan C of G masih dalam


ketentuan yang diinstruksikan oleh airlines dan tidak keluar dari batas struktur pesawat
(AHM 513).

4. Memastikan data standar berat penumpang dan bagasi masuk dalam perhitungan
weight and balance sesuai dengan ketentuan airlines.

5. Memastikan bahwa perhitungan weight and balance untuk penumpang yang duduk/
menempati crew seat telah sesuai dengan ketentuan / prosedur yang diberlakukan oleh
setiap airlines (AHM 533), dengan tetap menggunakan crew seat index. Penggunaan
hard ballast, karena alasan keseimbangan (Weight & Balance) pesawat harus
dipastikan termasuk dalam perhitungan (Weight and Balance Calculation) untuk
memastikan C of G masih dalam batas-batas operasional (AHM 537).

Rev. 02 AHS - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Jika ballast menggunakan fuel, maka harus dipastikan berat ballast fuel tersebut
termasuk dalam berat Zero Fuel weight, dan tidak boleh dipergunakan selama dalam
penerbangan atau saat penerbangan.

7. Sebelum Loadsheet diserahkan kepada Pilot in Command :

a. Loadsheet harus sudah dicek dan diverifikasi serta dipastikan semua data, baik data
penumpang, crew, data distribusi load dan data fuel sudah benar.

b. Proses re-cek Loadsheet harus menggunakan check list mencakup:

b.1. Basic weight dan basic index sesuai dengan type pesawat, version, jumlah crew,
pantry.

b.2. Take off fuel dan trip fuel sesuai dengan fueling order.

b.3. Data transit sesuai dengan LDM/Loadsheet.

b.4. Recheck untuk memastikan keakuratan data terakhir .

b.5. Penempatan DG dan special load sesuai dengan apa yang tertera di Notoc.

b.6. Total berat dalam loadsheet tidak melebihi berat yang diijinkan.

b.7. Perhitungan weight and balance benar, termasuk LMC masih dalam batas-batas
yang diijinkan.

c. Petugas Load Control yang akan menyampaikan Load Sheet ke PIC melakukan final
verifikasi di Pesawat antara data dalam Load Sheet dengan data yang dimiliki
petugas Ramp untuk Fuel dan Actual Load Distribution yang dikerjakan oleh Load
Master serta data Actual Passenger Board (APB) yang dikerjakan oleh Passenger
Handling.

8. Jika Load Sheet dikirim via ACARS, pastikan dengan format yang dikerjakan sudah
benar sesuai dengan ketentuan dari Customer Airlines ke PIC dan konfirmasi
penerimaan Load Sheet di pesawat oleh PIC kepada Ramp Dispatch staff, atau message
ke Load Control harus clear diterima sebelum pesawat berangkat.

9. Jika ada perbedaan yang significant tentang keakuratan Load Sheet/Weight And
Balance, agar dilaporkan segera ke PIC melalui Company Channel (131.9) dan
Customer Airlines.

Rev. 02 AHS - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Setiap ada perubahan lisan tentang informasi muatan atau data yang berpengaruh
terhadap perhitungan berat dan keseimbangan pesawat baik yang dilakukan oleh pihak
Customer Airline (s) atau pihak Ground Handling agen, harus dicatat secara manual
atau system (komputer).

11. Perubahan pada menit terakhir (LMC) dilakukan sesuai dengan ketentuan dari
Customer Airlines (AHM 551) :

a. Berat total LMC tidak melebihi Underload sebelum LMC.

b. Tidak melebihi load limit compartment.

c. C of G masih dalam batas yang diijinkan.

AHS 5.4.0 Proses Pekerjaan Load Control Terkait Last Minute Change (LMC)

Setiap diketahui dan/atau patut diduga adanya perubahan atau perbedaan data
sebagaimana tersebut dalam proses diatas dan/atau adanya restriction yang diakibatkan
terjadinya perubahan cuaca secara tiba-tiba, NOTAM, alternate station dan perubahan
muatan ( penumpang, cargo, pos dan bagasi ) yang akan berpengaruh terhadap akurasi
data weight and balance / Load Sheet, maka kejadian ini harus segera disampaikan ke
Pilot in Command sesuai dengan prosedur Airlines, dalam situasi apapun untuk menjaga
tetap terjaminnya Keselamatan & Keamanan Penerbangan, apabila terjadinya perbedaan
data tersebut diketahui oleh Load Control pada saat :

a. Pintu Pesawat masih terbuka : Petugas Load Control harus segera menghadap
langsung ke PIC untuk menjelaskan perbedaan data dimaksud dan lakukan langkah -
langkah koreksi sebagaimana harusnya dengan diusahakan tidak menyebabkan
keterlambatan yang terlalu panjang.

b. Pintu pesawat sudah tertutup : PIC hanya bisa berkomunikasi dengan Ground Aircraft
Mechanic, maka Petugas Load Control harus segera berkoordinasi dengan Ramp
Dispatch untuk menyampaikan berita adanya perbedaan data tersebut kepada Pilot in
Command (PIC) dengan meminta tolong petugas Ground Mechanic yang akan
melakukan komunikasi Ground to Flight Deck dengan menggunakan head set dan
harus dipastikan Pilot in Command menerima dan memahami perbedaan / perubahan
data dimaksud, apabila kesulitan komunikasi antara Aircraft Mechanic dengan PIC,
maka Petugas Load Control harus menyampaikan langsung berita perbedaan tersebut

Rev. 02 AHS - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

kepada PIC dengan meminta ijin Pintu Pesawat dibuka kembali, untuk selanjutnya
kirimkan dokumen updated terakhir yang disetujui PIC dinaikkan ke pesawat dan
ditanda tangani oleh Pilot In command.

c. Posisi pesawat sedang taxi out & take off : posisi Ground Aircraft Mechanic sudah
selesai melakukan pemanduan (Komunikasi dengan Ground staff sudah selesai), maka
Petugas Load Control harus segera berkoordinasi dengan petugas Departure Control
untuk melakukan komunikasi dengan PIC melalui Company Channel kepada PIC agar
perubahan data yang terjadi diketahui oleh PIC dan apabila komunikasi via company
channel secara langsung dari DEPCO tidak dapat dilakukan, maka petugas Departure
Control harus meminta tolong Air Traffic Control Tower agar menyampaikan berita
kepada PIC untuk berkenan membuka Company Channel dan berkomunikasi ke
(131.95) dengan DEPCO, setelah frequency terbuka maka petugas Load Control harus
segera menyampaikan perbedaan atau perubahan data tersebut. Apabila perbedaan
yang terjadi melebihi ketentuan yang diijinkan, dalam Keselamatan Penerbangan,
maka petugas Load Control harus segera menyampaikan perbedaan atau perubahan
data tersebut kepada PIC meliputi posisi C of G (Centre of Gravity) terbaru.

d. Apabila perbedaan yang terjadi melebihi ketentuan yang diijinkan dalam Keselamatan
Penerbangan untuk posisi Landing Weight Over Limits, maka pesawat diminta/
diharuskan untuk menyesuaikan berat (sebutkan jumlah kelebihan yang harus
dibuang) ketika akan mendarat di station tujuan atau RTB. Apabila berita sudah
diterima PIC, langkah selanjutnya yang harus dilakukan Petugas Load Control & DEPCO
adalah memberitahu enroute station melalui media (telex, email, fax dan telepon )
tentang kondisi penerbangan tersebut agar mereka (Station tujuan dan alternate)
mempersiapkan segala sesuatunya sebelum pesawat mendarat.

AHS 5.5.0 Penyelesaian Load Control

1. Menerima Off-loading atau Loading Instruction/Report (LIR) yang sudah


ditandatangani oleh Load Master disertai informasi tentang aktual pemuatan.

2. Melakukan adjustment bila diperlukan termasuk memasukkan data ULD number,


informasi tambahan (SI) per bay/compartment, muatan di Bulk, sesuai dengan
ketentuan Airlines.

Rev. 02 AHS - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Release Flight dan mengirim message ke stasiun tujuan yang berkaitan dengan data
penumpang, bagasi, cargo,mail dan transit dengan format dan alamat sesuai
dengan ketentuan Airlines yang meliputi:

a. LDM/CLI untuk Narrow Body.

b. LDM/CPM untuk Wide Body.

c. Melakukan Filing dokumen Load Control, yang meliputi :

c.1 Flight data.

c.2 Load sheet.

c.3 Loading atau Off-loading Instruction/Report (LIR).

c.4 NOTOC.

c.5 ULD dan bulk load statement (termasuk laporan data planning dan final
cargo/mail report, LDM, CPM, CLI, MVT).

4. Supervisor harus memastikan file weight and balance tersimpan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan ketentuan airlines atau unit terkait namun tidak boleh kurang
dari 3 bulan.

5. Mencatat irregularity yang terjadi di buku partikular (Particular Book).

6. Supervisor melaksanakan daily debriefing bersama seluruh personel yang di assign


bertugas sebagai Load Control hari/shift itu, dalam debriefing evaluasi kinerja hari
itu disampaikan materi inti meliputi :

a. Catatan kinerja setiap staff Load Control pada hari itu, baik yang memenuhi
prosedur dan requirement yang ada maupun keadaan penyimpangan dari
prosedur yang terjadi dan tidak dapat dihindari.

b. Mengarahkan setiap staff tentang langkah - langkah dalam mengatasi setiap


penyimpangan termasuk pentingnya efisiensi waktu dalam mengerjakan fungsi
kontrol.

c. Mengajak seluruh staff Load Control untuk menemukan cara atau jalan untuk
mengatasi setiap permasalahan yang terjadi, serta mencatat semua langkah
walaupun tidak harus digunakan semuanya.

Rev. 02 AHS - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Memberikan apresiasi untuk staff yang bekerja sangat baik hari itu dan
memberikan catatan koreksi untuk staff yang masih belum mencapai performa
yang diharapkan.

7. File/document yang masa simpannya lebih dari 3 bulan, dikembalikan ke airlines


dibuktikan dengan tanda terima dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

AHS 6.0.0 PROSEDUR TURNAROUND COORDINATION

AHS 6.1.0 Pengertian Turnaround Coordination

1. Turn Around Coordination merupakan unit pelayanan tersendiri yang


mengatur/mengendalikan kegiatan pelayanan operasional pesawat udara di darat,
secara kegiatan fungsi ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian kegiatan yang saling terintregasi
satu dengan lainnya dan kegiatan tersebut dibedakan atas dasar tempat kegiatan yang
dilakukan.

2. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa Turn Around Coordination adalah coordination


dan/atau pengendali kegiatan pelayanan pesawat udara didarat dan dibedakan karena
dilakukan ditempat yang berbeda, adapun tugas keduanya sama saling mengisi, dan
pembagian tersebut dilakukan mencakup rentang kegiatan yang lebih dari satu
penerbangan dikerjakan dalam waktu yang hampir bersamaan fungsi keduanya sebagai
berikut :

a. Untuk Coordinator kegiatan yang dilakukan di satu pesawat, fungsi tersebut


dinamakan Ramp Dispatch.

b. Untuk Coordinator kegiatan yang dilakukan di satu Bandar Udara yang terdiri dari
beberapa pesawat, fungsi tersebut dinamakan Departure and Arrival Control.

3. Koordinasi dan Pengawasan kegiatan Turnaround Pesawat (Aircraft Turnaround) sangat


penting untuk mencapai operasi yang aman, selamat dan efisien melalui kepatuhan
semua unsur yang terlibat didalamnya kepada ketentuan dan perundang - undangan
serta prosedur yang berlaku untuk setiap jenis pelayanan.

4. Turn Round Coordinator akan mengawasi atau mensupervisi seluruh kegiatan pelayanan
pesawat udara baik Departure maupun Arrival dan memastikan kinerja yang aman dari
semua proses kegiatan selama pesawat di darat.

Rev. 02 AHS - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kegiatan Departure & Arrival Pesawat :

AHS 6.2.0 Fungsi Turnaround Coordinator

1. Mengawasi, mencatat, mengingatkan dan melaporkan seluruh kegiatan Ground Handling


untuk memastikan seluruh kegiatan pelayanan pesawat yang dilakukan oleh setiap
fungsi pelayanan berjalan aman, efektif dan tepat waktu dengan tingkat kepatuhan yang
tinggi terhadap ketentuan dan perundang - undangan serta standar prosedur yang
berlaku.

2. Menjaga koordinasi yang efektif dengan provider lainnya yang terlibat dalam fungsi -
fungsi pelayanan pesawat.

3. Bertindak sebagai penghubung utama dengan semua instansi operasional termasuk


Crew pada isu - isu yang timbul ketika mengawasi kegiatan pelayanan di pesawat

Rev. 02 AHS - 39
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 6.3.0 Persiapan Petugas Turnaround Coordinatior (Ramp Dispatch)

1. Supervisor Ramp Dispatch melaksanakan daily briefing bersama seluruh personel yang
di assign akan bertugas hari/shift itu sebagai petugas Ramp Dispatch dan dalam briefing
persiapan tersebut disampaikan materi inti meliputi :

a. Distribusi tugas setiap personel (Assign job function of every staff) sesuai kecakapan
bidang masing - masing.

b. Memastikan bahwa setiap staff yang di assign sebagai fungsi turnaround Coordinator
harus pernah mengikuti pelatihan dan/atau lulus test dalam pelatihan tentang
Turnaround Coordinator dan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan.

c. Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin, obat batuk),
Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat addictive (minuman
beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk, hyper aktif, reaksi
menghilangkan daya control dan ingatan.

d. Mengingatkan dan mengarahkan setiap staff yang telah di assign dalam fungsi Turn
Round Coordinator, tentang keharusan bekerja sesuai; prosedur yang berlaku,
instruksi kerja yang berlaku dan mengingatkan mereka tentang resiko kerja termasuk
kecelakaan kerja sebagai akibat apabila dalam bekerja tidak mengikuti aturan yang
ada.

e. Mengingatkan tentang pentingnya meningkatkan manajemen keselamatan pada


proses pelayanan pesawat.

f. Mengingatkan tentang keharusan untuk meningkatkan kinerja ketepatan waktu


melalui kepatuhan terhadap presisi jadwal waktu yang telah ditetapkan setiap
penerbangan.

g. Memastikan kepatuhan dan kesamaan waktu unit Operasional yang berkelanjutan


dengan prosedur perusahaan dan proses yang dijadikan dasar kinerja pelayanan
pesawat.

Rev. 02 AHS - 40
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h. Kelancaran kegiatan tergantung atau dipastikan oleh bagaimana cara mengatasi


aktifitas yang kritis dan pemanfaatan seefisien mungkin waktu yang ada pada setiap
kegiatan secara keseluruhan.

2. Membaca, mempelajari dan menindaklanjuti data - data pesan serta incoming message
penting yang tercatat di particular/log book.

3. Print out jadwal kedatangan dan keberangkatan penerbangan

4. Melakukan pengecekan terhadap serviceability Handy Talky, dengan melakukan test


communication ke seluruh unit yang berada di satu frequency dan pastikan mendapat
response atau jawaban dari unit terkait

5. Menyiapkan peralatan keselamatan kerja seperti :

a. Ear plug.

b. Safety Vest

c. Safety Shoes.

d. Jas hujan.

6. Memastikan tersedianya kendaraan antar jemput operasional untuk menuju ke posisi


parking stand yang jauh.

7. Memastikan rencana parking stand yang akan digunakan ke unit terkait


(Operation/Depco).

8. Mempersiapkan semua data yang diperlukan untuk penanganan flight seperti


pembukuan penumpang, meal order, rencana fuel, ETA/ETD flight, arrival special
information and request, kondisi APU pesawat.

9. Menyiapkan data - data special request yang harus ada atau dilakukan ketika pesawat
mendarat seperti (Handling Meda Stretcher case, Handicap Passenger, Unacompanied
Passenger, Transit Passenger).

10. Melakukan konfirmasi untuk memastikan tentang kesiapan GSE dan Kendaraan
Pengangkut, WCHR, Special Assistant, agar disiapkan oleh unit - unit yang terkait dengan
pelayanan tersebut sebelum menuju ke Parking Stand yang telah ditetapkan.

Rev. 02 AHS - 41
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 6.4.0 Pelaksanaan Turnaround Coordinator

1. Memakai peralatan keselamatan kerja sebagaimana yang diatur dalam prosedur untuk
petugas yang wilayah kejanya di Ramp/Apron side.

2. Standby di area parking stand pesawat 5 menit sebelum STA/ETA atau sesuai dengan
permintaan airline.

3. Melakukan pengecekan terhadap situasi dan kondisi area parking stand pesawat yang
akan digunakan, dengan melakukan FOD check, Obstacle Check (Bangunan yang tidak
dapat dipindahkan) dan kondisi lainya yang dapat menghambat pergerakan pesawat.

4. Ramp Check tentang kesiapan semua unit pendukung yang akan melakukan pelayanan
dipesawat sebelum pesawat masuk ke Parking Stand meliputi :

a. Peralatan meliputi ; GSE (LLD, BCL, PBS, WST, LST, BTT, GPU, ASR, ACU, Dollies,
Wheel Chock, Safety Cone, Firex, dan lain-lain) Marshaller, Loading Master, Petugas
pasasi (untuk penanganan WCHR, WCHC, UM), A/C Cleaner, A/C Porter, Aircraft
Maintenance, Aviation Security, Fuel Supplier, Catering Truck, AMC.

b. Melakukan briefing / remainder kepada seluruh personel yang akan terlibat dalam
pelayanan di pesawat terkait apa yang harus mendapatkan perhatian khusus (Quick
Handling, VIP/CIP, Special Assistant, Crew Exceeding Hours, Boarding Time) dan
memastikan kesiapan unit - unit tersebut sebelum melakukan pelayanan.

c. Mengingatkan para operator GSE agar selalu berkonsentrasi dan berhati - hati dalam
melaksanakan pelayanan, dan diingatkan kepada mereka (GSE Operator) agar :

c.1 Dalam menggerakan peralatan di sisi udara untuk tidak melakukan belokan
menikung patah yang dapat menyebabkan kesulitan pengendalian ketika terjadi
over speed.

c.2 Ketika melakukan pergerakan akan mendekati pesawat posisi peralatan GSE dan/
atau rangkaian Cart/ULD dalam posisi paralel dengan posisi badan pesawat
(Aircraft Fuselage).

c.3 Ketika menempatkan/ parkir peralatan GSE dan/atau rangkaian Cart/ULD harus
paralel dengan badan pesawat (Aircraft Fuselage), tidak menutupi jalur evakuasi
fuel truck dan roda terpasang Wheel Chock.

Rev. 02 AHS - 42
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Monitoring posisi Pesawat melalui Handy Talky yang disampaikan oleh Unit Departure
Control dan menyampaikan setiap perkembangan yang terjadi kepada unit - unit yang
ada disekitar Ramp area.

e. Memberikan Komando kepada Unit pemandu (Marshaller, Wing Man dan Wheel
Chock) agar mempersiapkan diri untuk melakukan pemanduan.

f. Memastikan dan mengingatkan melalui Handy Talky agar semua unit pelayanan yang
ada disekitar pergerakan pesawat, tidak melakukan pergerakan apapun kecuali
(Marshalling & Wing Man) selama Pesawat bergerak dengan kekuatannya menuju
Parking Stand.

g. Memastikan semua bagian Pesawat yang termasuk dalam katagori perlu perhatian
khusus (Special Part) sudah terpasang safety cones (Engine & Wing tip for turnaround
flight, Engine, Aircraft Nose, Aircraft tail and Wing Tip for remind overnight (RON)
untuk melindungi bagian - bagian tersebut dari kemungkinan tertabrak oleh GSE
maupun Kendaraan lainya.

h. Memastikan setiap GSE yang mendekati ke pesawat harus dipandu oleh Guide Man.

i. Perhatikan dan pastikan bahwa semua peralatan GSE yang bergerak disekitar
Pesawat, baik yang bergerak mendekat dan/ atau menjauhi pesawat, harus bergerak
secara hati - hati dan perlahan - lahan tidak melebihi kecepatan orang berjalan normal
(05 Km/Jam) :

i.1 PBS & MPS kecuali Boarding Bridge (Aviobridge) ketika diposisikan ke pesawat
harus dibantu petugas pemandu dan menempel tanpa menekan dinding pesawat
dengan bumper PBS/MPS atau sesuai dengan ketentuan Airline.

i.2 Penempatan GPU, Baggage Cart, Dollies, AC Car atau LST dan WST ketika
melakukan pelayanan tidak boleh menghalangi jalur evakuasi penumpang,
menghalangi kendaraan bahan bakar (Fueling vehicle) dan awak pesawat ketika
terjadi emergency.

i.3 Penempatan maupun pengoperasian peralatan di satu penerbangan yang ada


dibawah koordinasi satu Ramp Dispatch tidak boleh menyebabkan gangguan
untuk kegiatan pada penerbangan lain yang ada di sekitar kegiatannya.

i.4 Penggunaan peralatan Hight Lift Porter (LLD), Maindeck Porter (MDL) dan
Baggage Conveyor Porter (BCL) yang dilengkapi dengan “Safety Rails atau
Rev. 02 AHS - 43
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Guides“ telah terpasang dengan sempurna sebelum para operator melaksanakan


pelayanan Loading / Unloading.

j. Setelah semua proses dimulai, disembarking penumpang sudah selesai, petugas


Ramp Dispatch (Turnaround Coordinator) langsung menuju ke Cockpit untuk
menyampaikan briefing tentang rencana penerbangan selanjutnya (Next Schedule
Flight), dalam briefing disampaikan beberapa hal seperti :

j.1 Rencana jadwal penerbangan selanjutnya.

j.2 Rencana Jumlah Penumpang yang akan On Board.

j.3 Rencana adanya Special Passenger (VIP, CIP and Others).

j.4 Rencana Boarding Penumpang.

j.5 Request plan Fuel Uplift jika ada permintaan khusus dari PIC.

k. Melakukan pencatatan semua kegiatan handling flight diatas pada Ramp Activity
Checklist, dari mulai persiapan sampai menyelesaikan pekerjaan seperti :

k.1 Pemakaian semua peralatan GSE, proses refueling, cleaning, catering, loading
unloading.

k.2 Melaporkan kesiapan pesawat untuk berangkat kepada Departure Control.

k.3 Melaporkan actual catering onboard kepada Cabin Crew.

k.4 Melakukan koordinasi dengan petugas pax handling mengenai special pax yang
akan berangkat, maupun kesiapan penumpang yang lain.

k.5 Melaporkan kesiapan pesawat kepada Departure Control untuk selanjutnya dapat
memulai boarding penumpang.

k.6 Memastikan ATT/Aircraft Towing Tractor sudah terpasang ke pesawat.

k.7 Melakukan koordinasi dengan bagian Pax Handling mengenai proses boarding
dan bagasi sweeping.

k.8 Memastikan semua dokumen pendukung penerbangan telah onboard seperti


loadsheet, pax manifest, cargo dokumen, notoc Gendec atau APB.

k.9 Memastikan semua muatan sudah dimuat ke pesawat seperti bagasi,


penumpang, cargo, mail.

Rev. 02 AHS - 44
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k.10 Monitoring proses keberangkatan pesawat dari sisi parkir atau apron.

l. Mencatat aktivitas yang dilakukan para pelaksana pelayanan termasuk Flight Cabin
Crew dan segala penyimpangan yang terjadi (Irregularity) yang berpotensi
menyebabkan keterlambatan dan/atau terganggunya keamanan dan keselamatan
dalam pelayanan

m. Memberikan informasi kepada cabin crew mengenai rencana jumlah penumpang,


catering order, special meal, special pax yang akan onboard (VVIP, WCHR, UM, dll).

n. Melakukan monitoring dan supervisi seluruh proses kegiatan yang sedang


berlangsung.

o. Melakukan Turnaround Check kesemua unit - unit yang berkegiatan disekitar Pesawat
dan menanyakan apakah ada terjadi kesulitan atau hambatan dalam prosesnya dan
apabila diketemukan adanya hambatan yang berpotensi menyebabkan terjadinya
keterlambatan, Ramp Dispatch harus segera mencari dan menetapkan solusi, atau
melaporkan ke unit Departure Control.

p. Melakukan closed communication dengan unit - unit lainya (Aircraft Mechanic,


Fueling, Catering dan Aircraft Cleaning) untuk mendapatkan informasi kesiapan unit
- unit dimaksud.

q. Melaporkan kesiapan akhir jalannya semua proses pelayanan yang dilakukan disekitar
pesawat ke Unit Departure Control.

r. Menanyakan kesiapan akhir penerimaan Penumpang dan Bagasi ke Unit Pax & Bag,
serta memastikan posisi pengiriman Cargo, Post dan Bagasi ke unit - unit (Out Going
Cargo dan Baggage Checker).

s. Aktivitas menjelang Boarding (- 40 Menit dari STD/ETD - Wide Body & - 30 Menit dari
STD/ETD - Narrow Body) Ramp Dispatch kembali melakukan Walk Around Check
disekitar Pesawat yang ditangani untuk memastikan proses pelayanan tidak terjadi
kendala dalam kegiatan ini Ramp Dispatch menanyakan langsung unit - unit
pelayanan yang ada dan menjelaskan kepada mereka bahwa Pesawat direncanakan
akan boarding - 30 menit (Wide Body Aircraft) dan - 20 menit (Narrow Body Aircraft
) sebelum STD/ETD.

t. Mengahiri kegiatan Walk around check, Ramp Dispatch menemui :

Rev. 02 AHS - 45
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

t.1 Aircraft Mechanic untuk menanyakan kesiapan Pesawat ditinjau dari sudut
pandang mechanic termasuk kegiatan refueling.

t.2 Purser (Flight Service Manager/Supervisor) untuk menanyakan kesiapan di Cabin.

t.3 PIC untuk menyampaikan tentang kesiapan keseluruhan kegiatan pelayanan dan
melakukan penerbangan sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

t.4 Apabila jawaban dari PIC menyatakan bahwa pesawat siap terbang sesuai
jadwal, maka Ramp Dispatch segera melaporkan ke Unit Departure Control, Unit
Passenger Handling dan fasilitas lainya yang akan digunakan dalam proses
boarding.

u. Kegiatan - 30 menit (Wide Body Aircraft) dan - 20 menit (Narrow Body Aircraft)
nouncing boarding diumumkan keseluruh unit pelayanan untuk mengingatkan
mereka bahwa pesawat sedang boarding.

v. Melakukan monitoring kegiatan Boarding termasuk finishing kegiatan lainya yang


belum selesai (Proses Loading, Refueling maupun Perbaikan Ringan yang dilakukan
Mechanic).

w. Mengingatkan unit (Cargo & Pos, Baggage Handling dan Loading Master) agar tidak
terdapat Cargo, Pos maupun Bagasi yang tertinggal baik di sekitar Pesawat maupun
di staging dan Make Up area.

x. Memonitor kegiatan Load Master dalam dan melaporkan actual loading ke unit Load
Control.

y. Melaporkan Remaining, Trip, Taxi dan Total Fuel Up lift ke Unit Departure Control dan
Load Control.

z. Monitoring kegiatan akhir proses boarding untuk memastikan semua penumpang


sudah on board.

aa. Kegiatan akhir proses pelayanan pesawat didarat (-15 menit dari STD/ETD) petugas
Ramp Dispatch melakukan “last walk around check “ untuk memastikan bahwa
seluruh unit palayanan selain Pax & Baggage sudah betul - betul selesai
melaksanakan kegiatannya dengan ditandai :

aa.1 Pintu Cargo Compartment sudah ditutup.

aa.2 BCL dan LLD (Wide Body) sudah ditarik ke belakang Safety line.
Rev. 02 AHS - 46
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

aa.3 ATT beserta Towbar sudah terpasang di Nose Gear Pesawat.

aa.4 Fueling Truck sudah selesai melakukan pengisian bahan bakar.

aa.5 Catering Up Lift sudah selesai dilakukan dan Catering Truck sudah ditarik.

aa.6 Semua peralatan dan kendaraan sudah berada diposisi belakang safety line
(Stand by) untuk memberikan jarak aman pada pergerakan pesawat.

aa.7 PBS pintu belakang sudah ditarik (untuk A/C dengan PBS) dan diposisikan di
belakang Safety Line.

aa.8 Petugas Wing Man diinstruksikan untuk melakukan walk around check FOD
sebelum pesawat di Push Back.

aa.9 Melakukan verifikasi akhir data - data Fuel Up Lift, Loading Instruction/Report
dengan Load Master dan Load Control sebelum Load Sheet diserahkan ke PIC.

aa.10 Kembali keposisi monitoring kegiatan serah terima Flight Documentation (Load
Sheet, Notoc, dan Pax Manifest).

bb. Melaporkan berakhirnya seluruh kegiatan pelayanan ke PIC dan meminta tanda
tangan Ramp Activity Check List dari PIC sebelum pesawat direlease untuk tutup pintu
cabin.

cc. Menginstruksikan petugas yang di assign untuk menutup pintu Pesawat.

dd. Menunggu di posisi yang aman sampai pesawat Push Back, dan melaporkan segala
kegiatan ke Unit Departure Control.

ee. Melakukan debriefing dengan personel yang telah selesai malaksanakan pelayanan di
pesawat yang dikontrol/disupervisi.

AHS 6.5.0 Pelaksanaan Turnaround Flight Ketika Penumpang ada di Dalam


Pesawat dan/atau Dalam Proses Embarkasi/Disembarkasi

1. Dalam kondisi mengharuskan dilakukan pelayanan cepat (Quick Handling) dan/atau


dikarenakan Transit Flight yang mempunyai keterbatasan waktu ground time, dengan
penumpang transit didalam pesawat dan/ atau dengan berlangsungnya proses
embarkasi / disembarkasi penumpang.

2. Dalam kondisi demikian petugas Turnaround Coordinator/Ramp Supervisor harus


memperhatikan ketentuan berikut, hal ini mutlak harus dilaksanakan oleh Petugas
Rev. 02 AHS - 47
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Turnaround Coordinator (Ramp Dispatch/Supervisor) bersama seluruh jajaran pelayanan


yang terlibat pesawat disekitarnya :

a. Departue Control (Operation Control Office) menyampaikan instruksi kepada Ramp


Dispatch tentang permintaan PIC untuk melakukan Quick Handling dengan rencana
pelayanan ground handling dilakukan dengan Penumpang Remaind On Board atau
dalam proses Embarkasi dan Disembarkasi, agar segera dilakukan koordinasi dan
briefing seluruh jajaran yang akan terlibat dalam pelayanan.

b. Departure Control menyampaikan rencana serupa kepada Airport Authority (Cq.


Apron Movement Control, Fire Fighting Station), untuk mendapatkan perhatian
khusus (Special Attention) dalam proses pelayanan dan meminta mereka melakukan
Supervisi ditempat pelayanan pesawat dimaksud.

c. Departure Control harus menanyakan kepada Airport Authority tentang apakah ada
ketentuan/prosedur khusus yang harus diberlakukan untuk pelayanan dengan Pax On
Board atau dalam proses embarkasi/disembarkasi.

d. Departure Control harus memastikan kesiapan Unit PKPPK (Fire Fighting Station)
untuk memberikan perhatian khusus dan/ atau membantu melakukan proteksi
(Support) proses pelayanan dimaksud.

e. Departure Control memberitahukan ke Unit Fuel Supply bahwa rencana pengisian


bahan bakar pesawat (refueling) dengan penumpang tetap ada didalam pesawat dan
/ atau dalam proses embarkasi / disembarkasi, agar mereka mempersiapkan proteksi
area refueling (Fuel Safety Zone) dan area tempat Hose disambungkan dan
ditempatkan (Fuel Hose Safety), serta waspada terhadap kemungkinan terjadinya
kebocoran (over uplifted, Bed Connection, Listric Static) pelayanan fueling dilakukan
sesuai prosedur yang harus mereka lakukan.

f. Sebagai Penanggungjawab pelaksanaan kegiatan pelayanan dipesawat, Ramp Co-


ordintaor/Supervisor harus melakukan Briefing kepada seluruh Personel dari semua
unit yang akan terlibat dalam pelayanan sebelum Pesawat mendarat, dan
disampaikan kepada mereka tentang :

f.1 Seluruh Personnel yang terlibat agar meningkatkan perhatian, kewaspadaan dan
kehati - hatiannya dalam melaksanakan pelayanan dengan Pax on board atau
dalam proses Embarkasi/Disembarkasi dan mengingatkan mereka agar

Rev. 02 AHS - 48
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

menghindarkan pemicu timbulnya api selama proses pelayanan. Seluruh


Personnel yang terlibat harus sudah mengetahui dan peduli bahwa Pesawat
sudah dilengkapi dan didesign untuk menghadapi keadaan darurat (Emergency
Evacuation).

f.2 Seluruh Personnel yang terlibat harus sudah mengetahui bagaimana


menempatakan peralatan GSE di pesawat, agar jalur Evakuasi (EXITS) keadaan
darurat pesawat tetap terbebas dari halangan, rintangan atau hambatan kecil
sekalipun, (Emergency Escape Slide Doors). Seluruh Personnel harus diingatkan
bahwa ketika proses refuelling dengan penumpang dipesawat atau proses
embarkasi / disembarkasi, Fuel Truck harus diberikan akses khusus dan jalur
keluar yang terbebas dari halangan, rintangan dan hambatan sekecil apapun.

f.3 Apabila menggunakan Aviobridge/Boarding Bridge maka tidak diperlukan


tambahan PBS /MPS dipintu pesawat lainya/sesuai prosedur airlines pelanggan,
dengan catatan sisi sebelah kanan pesawat, khusus dijalur-jalur deployment
emergency escape slide door terbebas dari halangan, rintangan dan hambatan.

f.4 Apabila menggunakan PBS/MPS maka harus disiapkan atau diposisikan di dua
pintu utama yang dibuka sebelah kiri / sesuai prosedur airlines pelanggan,
dengan catatan sisi sebelah kanan pesawat, khusus dijalur-jalur deployment
emergency escape slide door terbebas dari halangan, rintangan dan hambatan.

f.5 Apabila pesawat menggunakan tangganya sendiri (Integral Step) maka


dibutuhkan tambahan satu PBS/MPS dibagian pintu sebelah kiri yang tidak
dilengkapi tangga.

f.6 Instruksikan kepada petugas Pax & Bag Handling untuk selalu mengawasi proses
embarkasi/disembarkasi penumpang dan mengingatkan penumpang untuk tidak
mengaktifkan peralatan elektronic selama dekat dan berada didalam pesawat
yang dapat menimbulkan percikan api.

f.7 Kegiatan penarikan, pemuatan dan pembongkaran Bagasi, Cargo & Pos harus
dihentikan ketika prosedur baku tidak dapat dilakukan secara komit oleh semua
pihak yang terlibat.

Rev. 02 AHS - 49
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f.8 Seluruh personnel harus tahu dan peduli cara memproteksi dari timbulnya
penyebab kebakaran termasuk cara memadamkan dan/ atau memanggil untuk
mendatangkan PKPPK (Fire Fighting).

g. Sebagai Tanggungjawab Ramp Dispatcher melakukan Briefing kepada seluruh


Personel Awak Kabin (Cabin Crew) dan sampaikan secara langsung rencana refuelling
dengan pax remaind on board kepada PIC dan Airlines Representative agar mereka
sama - sama peduli (aware) tentang beberapa hal yang harus di lakukan atau
disiapkan seperti :

g.1 Flight Crew (Cockpit Crew) harus setuju dengan rencana dimaksud (Pax Remaind
On Board) untuk melakukan pengendalian tindakan pencegahan dan
mengobservasi pelaksanaan prosedur oleh para pihak yang terkait.

g.2 Kondisi cabin Pesawat harus tetap terang dengan “No Smoking Sign is On and
Fasten Seat Belt sign is Off “ dan pastikan seluruh penumpang yang ada di tempat
duduk tidak mengenakan sabuk keselamatan sampai proses refuelling selesai.

g.3 PIC atau Senior Cabin Crew/Purser yang berada di cockpit atau di pintu utama
bertanggungjawab untuk memberitahukan segera petugas Refueller apabila
tercium adanya bau tumpahan fuel atau ancaman bahaya lainya di cabin area
dan mengingatkan petugas Aicraft Cleaning untuk tidak menggunakan peralatan
electric sampai refuelling atau kondisi memungkinkan.

g.4 PA (Public Address Announcement) harus tetap on dan berfungsi dengan baik
untuk menyampaikan pengumuman, instruksi dan pemberitahuan lainya kepada
penumpang maupun petugas yang berada di dalam pesawat.

g.5 Ketentuan standard setiap Pintu dan emergency exit window harus dijaga oleh
satu cabin crew dan satu cabin crew maksimum mengontrol 50 penumpang
dan/atau sesuai ketentuan airlines pelanggan.

g.6 Di assign beberapa cabin crew untuk melakukan supervisi keadaan penumpang
selama proses refuelling berjalan dan selalu mengingatkan mereka penumpang
untuk tidak mengaktifkan selular phone.

g.7 Dalam keadaan darurat (Emergency) sekurang - kurangnya dua pintu utama
diujung pesawat ditambah satu jendela darurat harus dikontrol oleh Cabin Crew,
sampai proses evakuasi selesai.

Rev. 02 AHS - 50
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h. Petugas Ramp Dispatch selalu melakukan walk around check selama proses refuelling
berlangsung untuk memastikan prosedur dilaksanakan oleh setiap unit pelayanan
tanpa kecuali dan selalu menyampaikan setiap perkembangan ke unit departure
control, PIC dan Cabin Crew.

i. Petugas Ramp Dispatch mencatat semua kejadian yang terjadi pada rentang waktu
proses refueling berlangsung, secara cermat dan lengkap, selanjutnya dilaporkan ke
DEPCO.

AHS 6.6.0 Penyelesaian Turnaround Coordinator / Ramp Dispatch

1. Sebelum meninggalkan Pesawat Petugas Turnaround Coordinator/Ramp


Coordinator harus memastikan beberapa ketentuan keamanan meliputi apabila Pesawat
tidak langsung baik schedule dalam waktu ground time (turnaround time) dan/ atau
pesawat akan menunggu untuk dischedule berikutnya lebih dari satu jam dengan kondisi
pesawat akan dikosongkan dan/atau pesawat akan remaind over night (RON) maka
harus dipastikan beberapa prosedur :

a. Pastikan seluruh kegiatan disembarkasi sudah selesai dan seluruh Cockpit dan Cabin
Crew telah meninggalkan pesawat.

b. Pastikan kegiatan pembersihan cabin area dan proses unloading Catering equipment
sudah selesai.

c. Pastikan kegiatan Turnaround Aircraft Machanic sudah selesai, APU shut down, semua
lampu penerangan di pesawat dimatikan dan petugas Mechanic sudah akan
meninggalkan Pesawat.

d. Pastikan petugas Aviation Security melaksanakan walk around check (Security


Inspection) untuk memastikan tidak ada lagi; orang, petugas, kegiatan didalam
pesawat dan pesawat dinyatakan aman untuk ditutup pintu.

e. Pastikan petugas Aircraft Mechanic melakukan penutupan pintu pesawat.

f. Tarik (Aviobridge/Boarding Bridge, PBS/MPS, Mechanic Step dan peralatan GSE


lainnya) dari sekitar pesawat dan kembalikan ditempat yang sudah ditentukan oleh
airport authority.

g. Lakukan inspeksi sekali lagi untuk memastikan bahwa Pesawat betul - betul aman
untuk ditinggalkan.

Rev. 02 AHS - 51
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Melaporkan kegiatan handling flight sesuai dengan yang tercatat pada Ramp Activity
Checklist dan menentukan / menetapkan Delay Code apabila terjadi irregularity kepada
Depco sesuai dengan Faktor yang paling dominan sebagai penyebab keterlambatan.

3. Mencatat dan melaporkan kepada; atasan (Supervisor/ Manager, Depco, Airlines


Representative) apabila terjadi irregularity.

4. Melakukan debriefing dengan materi; evaluasi kinerja pelayanan yang baru saja
dilakukan, termasuk mengingatkan hal - hal yang dianggap/masuk kategori Irregularity,
agar semua pihak mengerti dan dapat memperbaiki kinerja pelayanannya di
penerbangan selanjutnya.

5. Melakukan filling semua dokumen yang digunakan pada saat penanganan flight seperti
RAC, Work Order Security dan mencatat semua irregularity dan pesan - pesan yang
harus ditindaklanjuti dalam Buku Particular.

6. Melakukan serah terima pekerjaan kepada group/shift berikutnya.

AHS 7.0.0 PROSEDUR CATERING ORDER

AHS 7.1.0 Persiapan catering order

1. Membaca, mempelajari dan menindaklanjuti data - data yang tertulis diparticular/log


book.

2. Print out data :


a. PBS (Passenger Booking Service).

b. PBC (Passenger Booking Connection).

c. PBI (Passenger Booking Information).

3. Menyiapkan dan membuat catering order yang ditujukan ke catering supplier setelah
mendapat persetujuan dari Airlines.

AHS 7.2.0 Pelaksanaan catering order

1. Print jadwal penerbangan Departures dan Arrival

2. Melakukan konfirmasi ke Catering Supplier mengenai :

a. Registrasi Pesawat.

b. Type pesawat.
Rev. 02 AHS - 52
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. STD.

d. Parking stand.

3. Monitoring proses transaksi check in Penumpang.

4. Monitoring kesesuaian Meal on board dengan jumlah penumpang.

5. Monitoring permintaan dari Crew, Pasasi.

6. Melaksanakan penambahan order meal atas persetujuan Airlines.

7. Mengkonfirmasi catering uplift termasuk special meals ke pihak Ramp Dispatch.

8. Updating data ke system Airlines setiap perubahan order.

9. Mencatat semua transaksi dengan Catering Supllier dalam check list.

AHS 7.3.0 Penyelesaian Catering Order

1. Melaksanakan pencatatan jumlah catering order dengan actual jumlah penumpang on


board di pesawat.

2. Mengirim telex mengenai meal uplift sector berikutnya ke stasiun tujuan, bila
penerbangan tersebut double uplift meals.

3. Melakukan filling :

a. Catering Oder Sheet.

b. PBS, PBI, PBC, CF (Catering Figure).

c. Jadwal Penerbangan Departures dan Arrival.

4. Membuat laporan Catering Order Sheet, Wasted Meal.

5. Melakukan serah terima pekerjaan.

AHS 8.0.0 PROSEDUR FLIGHT DISPATCH

AHS 8.1.0 Persiapan flight dispatch

1. Mempersiapkan dan menindaklanjuti log book.

2. Mempersiapkan incoming/out going message yang berhubungan dengan penerbangan.

3. Melaksanakan briefing dan debriefing dengan personel yang lain.

Rev. 02 AHS - 53
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Menyiapkan NOTAM, INTAM, Sigificant Weather, TAFOR, METAR dan Foto Satelit.

5. Menyiapkan form-form yang diperlukan seperti :

a. Dispatch Release.

b. Take Off Data.

6. Menyiapkan Route Chart, Approach Chart, Take Off dan Landing Limitation table.

7. Mengetahui Aircraft Serviceability.

8. GSE Availability dan Serviceability baik Departure station, enroute, alternate dan
destination.

AHS 8.2.0 Pelaksanaan flight dispatch

1. Menyusun, melengkapi dan menganalisa NOTAM/Weather (Departure station, enroute,


Alternate, Destination), Flight level dan Route yang akan diterbangi dengan mengambil
data weather dari briefing office.

2. Mengirim data-data seperti flight number, type pesawat, registrasi, DOW (Dry Operating
Weight), penumpang, cargo, mail, Payload, Pilot in Command, flt Level, Route
penerbangan dll ke Flight Plan Center.

3. Menerima Flight Plan untuk selanjutnya dilakukan crosscheck data, seperti :

a. Trip fuel.

b. Taxi fuel.

c. Holding fuel.

d. Alternate fuel.

e. Route reserve fuel (sesuai dengan aturan airlines).

f. Extra / ballast fuel (bila ada).

g. Flight route

4. Mengirim ATC Clearance ke Briefing Office atau melakukan recheck RPL(repetitive Flight
Plan).

5. Menginformasikan requirement fuel, Trip fuel, Flying time ke unit Departure Control dan
Ramp Dispatch.

Rev. 02 AHS - 54
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Melaksanakan Briefing, Debriefing dengan Cockpit crew.

7. Menginformasikan Final Fuel dari hasil briefing ke Departure Control untuk selanjutnya
disampaikan kepada unit terkait (seperti ke Load Control dan Ramp).

8. Apabila system down, maka Flight Plan menggunakan data flight plan lama sesuai
dengan aturan airlines.

9. Setelah melakukan dispatch (dilakukan oleh pemegang license FOO), monitor flight
dari departure sampai tiba di destination.

10. Penyelesaian flight dispatch

11. Melakukan filling yang meliputi :

a. Copy Flight Plan.

b. Dispatch Release.

c. ATC Clearance.

d. NOTAM.

e. Weather data.

AHS 9.0.0 PROSEDUR PENANGANAN COCKPIT DAN CABIN CREW

AHS 9.1.0 Persiapan penanganan Cockpit dan Cabin Crew

1. Membaca particular/log book.

2. Melaksanakan briefing debriefing.

3. Mempelajari dan menindaklanjuti crew rotation, jumlah crew sesuai dengan Message
yang diterima.

4. Menyiapkan form-form yang dibutuhkan seperti :

a. Voucher hotel

b. Crew allowance

c. Boarding pass untuk extra crew

d. Voucher meal disesuaikan dengan ketentuan airlines

5. Mengantarkan voucher hotel kepada crew.

Rev. 02 AHS - 55
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Penandatanganan voucher hotel dilakukan oleh Airlines.

AHS 9.2.0 Pelaksanaan Penanganan Cockpit dan Cabin Crew

1. Menyampaikan informasi kepada crew yang meliputi :

a. Schedule penerbangan berikutnya (rotasi).

b. Akomodasi dan fasilitas hotel.

c. Perubahan jadwal rotasi crew (apabila ada perubahan).

d. Transportasi dari hotel ke airport dan dari airport ke hotel.

e. Konfirmasi tersedianya kamar hotel.

f. Crew Information Sheet.

2. Menyiapkan dan menyampaikan kepada crew yang meliputi :

a. Voucher hotel.

b. Proses VSSK.

c. Crew allowance.

d. Boarding Pass untuk extra crew.

e. Voucher meals.

3. Membantu pemesanan special meal crew ke catering control.

AHS 9.3.0 Penyelesaian Penanganan Cockpit dan Cabin Crew

1. Filing voucher hotel dan document telex, fax.

2. Membuat irregularity report di log book dan melaporkan ke Airlines.

AHS 10.0.0 PROSEDUR PENGIRIMAN MOVEMENT DAN PEMBUATAN SCHEDULE


FLIGHT

AHS 10.1.0 Persiapan Pengiriman Movement dan Pembuatan Schedule Flight

1. Mempersiapkan dan menindaklanjuti log book.

2. Mempersiapkan incoming/out going message.

3. Melaksanakan briefing debriefing dengan personal yang lain.

Rev. 02 AHS - 56
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Menyiapkan operation control check list.

AHS 10.2.0 Pelaksanaan Pengiriman Movement dan Pembuatan Schedule Flight

1. Melakukan koordinasi kerja dengan bagian terkait.

2. Membuat daily schedule seperti Flight Number, A/C type, STA/ETA, STD/ETD, A/C dan
Crew Rotation, Fuel, Pilot in Command.

3. Mencatat waktu-waktu pergerakan pesawat (Block on, block off, boarding, airborne
dll).

4. Mengirim data Movement flight meliputi :

a. Data kedatangan flight :

a.1. Address.

a.2. Flight Number.

a.3. Actual arrival time.

a.4. Remaining fuel (tergantung permintaan airlines).

b. Data keberangkatan flight :

b.1. Address.

b.2. Flight Number.

b.3. Tanggal keberangkatan.

b.4. Registrasi Pesawat.

b.5. stasiun keberangkatan (origin stasiun).

b.6. Actual Time Block off/ Airborne (UTC).

b.7. Estimate Time Arrival dan Stasiun Tujuan.

b.8. Delay code/kode keterlambatan (jika terlambat).

b.9. Passenger on Board.

b.10. Supplementary Information.

b.11. Flying Time (UTC).

b.12. Pilot in Command.

Rev. 02 AHS - 57
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.13. Cargo/Mail.

b.14. Route dan Alternate.

b.15. Fuel Uplift.

b.16. Remaining Fuel.

5. Mencatat semua informasi yang berkaitan dengan pergerakan pesawat.

6. Memasukan data-data dalam movement disesuaikan dengan aturan masing- masing


Airlines.

7. Melakukan pengiriman movement ke stasiun tujuan (destination), Departure station,


dan Flight Control.

8. Penentuan delay code harus seijin/disetujui oleh Airlines.

AHS 10.3.0 Pembuatan Jadwal Penerbangan

1. Melakukan koordinasi dengan semua unit.

2. Menerima data schedule flight dari masing-masing airlines baik berupa surat, maupun
berupa telex/email.

3. Menyusun schedule penerbangan harian, Summer/Winter Schedule.

4. Untuk schedule penerbangan harian informasinya terdiri dari :

a. Schedule Arrival (Airlines code, Flt number, STA, ATA, Rotasi pesawat, Parking
stand, A/C Registrasi, Irregularity, keterangan).

b. Schedule Departure (Airlines code, Flt Number, STD, ATD, Gate, Parking stand, A/C
Registrasi, Irregularity, Keterangan).

5. Untuk schedule penerbangan Summer/Winter Schedule, data disusun berdasarkan


informasi yang diterima masing-masing airlines melalui CS Info untuk disusun , dan
apabila sudah disetujui dan ditandatangani oleh Manager Operasi selanjutnya
disebarkan ke semua unit terkait melalui Manager Customer Service.

6. Membuat Repetitive Flight Plan untuk penerbangan regular.

AHS 10.4.0 Penyelesaian Pengiriman Movement dan Pembuatan Schedule Flight

1. Melakukan filling yang meliputi :

Rev. 02 AHS - 58
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Movement message.

b. Load sheet.

c. Jadwal penerbangan Departures dan Arrival

d. Summer/Winter Schedule.

AHS 11.0.0 PROSEDUR LOADING & UNLOADING

AHS 11.1.0 Persiapan Umum Proses Loading & Unloading

1. Hanya petugas pemegang otorisasi Loading Master (Signature Certification &


Authorization Loading Master Only) yang dapat di assign sebagai pelaksana Loading
Supervision di Pesawat sebagaimana daftar yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh
Airlines.

2. Supervisor Unit Loading & Unloading memastikan dan menetapkan petugas Loading
Supervision yang akan di assign di setiap Pesawat, dan mereka harus memiliki
kualifikasi sesuai dengan Tipe Pesawat yang akan ditangani. Authorisasi Loading
Master tersebut dibutuhkan untuk memastikan bahwa yang bersangkutan dapat
berfikir, bertindak dan memahami tentang:

a. Weight & balance pesawat.

b. Aircraft Limitation Compartment Struktur.

c. System keamanan dan keselamatan pesawat, barang dan petugas, System


instrumen Loading & Unloading untuk menghidari kerusakan pada pesawat.

d. Pencegahan pergerakan Barang di compartment dan kebocoran selama


penerbangan.

e. Pengoperasian PDU disetiap type pesawat.

3. Memastikan sarana Komunikasi selama proses Loading & Unloading dengan


menggunakan fasilitas radio komunikasi Handy Talky), untuk itu personel yang di
assign sebagai Loading Supervisor harus memahami dan dapat menggunakan system
komunikasi radio dengan baik dan benar

Rev. 02 AHS - 59
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Petugas yang diassign sebagai Loading Supervisor harus menguasai dan dapat
mengoperasikan Aicraft Power Drive Unit (PDU), Membuka dan menutup Pintu
Compartment Pesawat dengan baik dan benar.

5. Supervisor Unit Loading & Unloading melaksanakan daily briefing bersama seluruh
personel yang di assign sebagai Loading Supervisor dan akan bertugas hari/shift itu,
sesuai type rating masing - masing dan dalam briefing persiapan tersebut disampaikan
materi inti meliputi :

a. Distribusi tugas setiap personel (Assign job function of every staff) sesuai kecakapan
type rating pesawat yang beroperasi saat itu.

b. Memastikan bahwa setiap staff yang di assign dalam fungsi - fungsi tersebut siap
dan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan.

c. Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin, obat batuk)
Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat addictive (minuman
beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk, hyper aktif, reaksi
menghilangkan daya control dan ingatan.

d. Mengingatkan dan mengarahkan setiap staff yang telah di assign dalam fungsi -
fungsi pekerjaann sesuai tipe pesawat yang akan ditangani, tentang keharusan
dalam bekerja untuk menerapkan; prosedur yang berlaku, instruksi kerja yang
berlaku dan mengingatkan mereka tentang resiko pekerjaannya, termasuk akibat
fatal dari resiko kerja yang dapat timbul yaitu seperti; kecelakaan kerja sebagai
dampak serius apabila dalam bekerja tidak mengikuti aturan yang berlaku serta
tidak berkonsentrasi dengan baik.

e. Mengingatkan seluruh staff yang telah di assign sebagai Loading Supervisor bahwa,
mereka hanya menerima perintah untuk melakukan pemuatan kedalam
compartment pesawat atas instruksi dari Load Control, artinya tidak diperkenankan
memasukan/menempatkan barang dicompartment pesawat tanpa ada instruksi
langsung dari Load Control.

Rev. 02 AHS - 60
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Setiap Instruksi dari Load Control harus benar - benar clear diterima dengan
melakukan konfirmasi penerimaan berita instruksi tersebut serta mencatat semua
pesan yang disampaikan termasuk mencatat nama petugas Load Control yang
menginstruksikan.

AHS 11.2.0 Prosedur Proses Loading Pesawat Narrow Body

1. Persiapan loading pesawat narrow body

a. Melakukan serah terima pekerjaan antara petugas shift malam dengan petugas shift
pagi atau antara petugas shift pagi dengan shift siang dan seterusnya (Untuk
Pelayanan Operasional 24 Jam).

b. Seluruh personel yang ditetapkan (assigned) sebagai Loading Supervisor diwajibkan


membaca dan mempelajari Buku Particular yang berisikan data - data dan informasi
yang harus ditindaklanjuti.

c. Setiap Loading Supervisor diwajibkan mengetahui spesifik pelayanan yang menjadi


kebijakan setiap Airlines meliputi tentang :

c.1. Batasan ijin memuat jenis Barang Berbahaya (DG) sampai kelas tertentu.

c.2. Batasan ijin memuat Live Animal jenis tertentu seperti (Ular, Laby - Laby/
produk Laut lainya, Jenis Kelabang dst).

c.3. Batasan bahkan larangan untuk mengangkut barang jenis/kategori Cargo


maupun Pos selain Bagasi.

c.4. Batasan berat yang diijinkan tiap satu potong barang, berkaitan dengan aturan
negara tujuan barang tersebut.

c.5. Batasan tentang ijin memuat barang berupa cairan.

d. Memastikan bahwa semua Sertifikat seperti Load Master Course dan Dangerous
Good masih berlaku.

e. Memeriksa kelengkapan pemakaian Personnel Protective Equipment (PPE; Ear Plug,


Safety Shoes, Hand Glove & Safety Jacket / Rompi).

f. Menyiapkan form-form yang digunakan dalam proses Loading & Unloading (Form
Delivery Order).

Rev. 02 AHS - 61
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g. Mengikuti briefing tentang Loading Instruction/Report dan Unloading


Instruction/Report yang disampaikan oleh petugas Load Control di unit Load
Control.

h. Menerima dan mempelajari Loading Instruction/Report dan Unloading


Instruction/Report termasuk rencana penempatan muatan kategori Special Load,
Dangerous Goods dan Dead Load / Performance pesawat Tail Heavy Check.

i. Stand by (- 60 menit dari STA/ETA) di Parking Stand Pesawat dan menerima Cargo
& Pos yang akan di Loading dengan menandatangani form serah terima Cargo &
Pos (Cagro & Mail Delivery Order ) yang diserahkan oleh Petugas Operator BTT.

j. Memeriksa kesiapan dan kondisi Cargo & Mail di shipside yang baru
diserahterimakan oleh petugas operator, adapun pemeriksaan tersebut meliputi:

j.1. Kemasan Luar (Kondisi Outer Packaging) setiap pieces barang dari
kemungkinan kemasan bocor, apabila adanya kerusakan dan kebocoran segera
dipisahkan dan pastikan tidak dimuat kedalam compartment pesawat.

j.2. Jenis Label dan Marking pada setiap kemasan.

j.3. Jenis dan kategori barang tidak termasuk daftar larangan untuk diangkut.

j.4. Melakukan pemilahan (Sorting) dengan mengelompokan barang dengan jenis


label dan marka yang sama.

j.5. Memperhatikan Marking untuk jenis DG agar dapat diperlakukan sesuai kategori
dan jenisnya serta prosedur segregation mupun separation dapat dilakukan.

j.6. Untuk pelayanan Pesawat yang dioperasikan oleh Airlines yang menerapkan
kebijakan melarang untuk memuat cargo & pos dan sejenisnya sebagai jenis
komoditi transport, selain / kecuali Bagasi, maka petugas Loading Supervisor
wajib mengetahui kebijakan dimaksud untuk memastikan setiap barang yang
datang di Airside dilakukan verifikasi (Crosschecked) bukan termasuk jenis dan
category barang yang dilarang untuk dimuat (cargo & pos), dan apabila ada
kiriman barang jenis / category cargo dan pos yang dikirim melalui Unit Baggage
handling, sebagaimana data hasil verifikasi, maka petugas Loading Supervisor
wajib mengconfirmasi ke Baggage Handling atau Passenger Handling tentang
kebenaran pemilik barang tersebut, dengan menyebutkan Nomor Label yang
ada dibarang selanjutnya melaporkan kasus ini kepada representatif airlines.
Rev. 02 AHS - 62
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k. Jika dalam proses verifikasi antara cargo manifest dengan real barang yang diterima
dari Operator, diketemukan adanya kelainan seperti :

k.1. Kerusakan kemasan (Leakage) terutama muatan barang berbahaya (Dangerous


Goods) agar segera beri tanda dan dipisahkan dari barang lainya dan tidak
dimuat kedalam compartment pesawat.

k.2. Ada barang lain sekitar DG dengan kemasan bocor dikhawatirkan


terkontaminasi , segera memindahkan ketempat yang aman dan berikan tanda
untuk tidak di muat kepesawat serta melaporkan ke unit Load Control, Cargo
dan Depco serta Airlines representatif.

l. Memastikan seluruh muatan cargo yang ada dirangkaian Cargo Cart tidak terdapat
kategori Cargo Aircraft Only (CAO), apabila dalam rangkaian tersebut terdapat
kategori CAO, Loading Supervisor harus segera mengim kembali Cargo tersebut ke
Warehouse.

m. Menerima Bagasi yang akan di Loading ke Pesawat dengan menandatangani form


serah terima Bagasi (Baggage Delivery Order) yang diserahkan oleh Petugas
Operator BTT.

n. Melakukan cross check atau verifikasi jumlah Baggage Cart yang deterima dengan
jumlah yang tertulis di Delivery Order (DO) di cocokan dengan data yang diterima
dari Load Control dalam LIR.

o. Memastikan tersedianya tenaga bongkar muat/porter (Porter/Porter) yang cukup


untuk setiap type pesawat.

p. Meminta disediakan BCL kepada Operator apabila diperlukan seperti adanya Cargo
Dead Load (Heavy Cargo/ 25K,40K & 60K, Live Animal).

2. Pelaksanaan Loading pesawat jenis Narrow Body

a. Mengarahkan / briefing kepada para petugas bongkar muat (Porter/Porter) tentang


perlunya:

a.1. Menggunakan PPE.

a.2. Mengingatkan tentang perlunya kehati - hatian dan kecermatan dalam


penempatan barang sesuai Label, Priority dan Marka yang terdapat disetiap
pieces barang.

Rev. 02 AHS - 63
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.3. Memperhatikan kemasan bagian luar setiap barang (Outer Packaging) sebelum
ditempatkan di compartment pesawat.

a.4. melaporkan setiap ditemukan kelainan pada barang, orang, alat dan/ atau
pesawat.

a.5. memperhatikan bagian yang berbentuk tonjolan - tonjolan di badan pesawat


(Antene, Pitot tube) agar dihindari.

a.6. menghindari bagian Exhaust fan dan Engine, Air intake (Pipa untuk udara
masuk).

b. Memerintahkan Porter (Porter) untuk memulai menempatkan Cargo dan Pos di


Compartment sesuai berat yang telah ditetapkan untuk setiap compartment
sebagaimana tercatat dalam LIR dan disusul dengan penempatan Bagasi dengan
proses yang sama sesuai dengan berat yang telah ditetapkan.

c. Pastikan dalam proses penempatan Barang di Compartment mengikuti system


penempatan yang tidak menyebabkan posisi Pesawat berat kebagian tertentu ;
misalnya hindarkan pesawat berat kebelakang yang akan menyebakan “tail tipping“,
gunakan system keseimbangan ballast dengan menempatkan sedikit barang di
Compartment 1 selama memuat atau membongkar di compartment 2 dan apabila
akan menempatkan barang di compartment 3 agar dipastikan bahwa di
Compartemnt 1 & 2 sudah terisi barang terlebih dahulu sebagai penjaga
keseimbangan.

d. Perhatikan jenis pesawat yang akan di Loading/Unloading, apakah performance


pesawat ada beban fix engine di belakang (engine ada dibagian ekor), sehingga
performance keseimbangan mengarah berat kebagian belakang/tail tipping.

e. Dalam penempatan/pemuatan/loading & unloading jenis barang berbahaya (DG),


para petugas Porter/Porter dan Operator harus diingatkan agar berhati- hati dan
melakukan langkah-langkah pencegahan terjadinya :

e.1. Kerusakan pada kemasan, containers (ULD) dalam proses loading/unloading.

e.2. Reaksi antar DG agar diperhatikan waktu menempatkan jenis DG categori


Separasi dan segregasi sesuai prosedurnya masing - masing (IATA - DGR) dan
pastikan tidak terjadi interaksi antara satu dengan lainya. Pastikan barang tidak

Rev. 02 AHS - 64
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

akan bergerak ketika pesawat take off dan landing sehingga menyebabkan
perubahan posisi yang akan mengakibatkan terjadinya interaksi.

e.3. Laporkan kepada Airlines, Load Control dan Warehouse bahwa barang/cargo
tidak dimuat karena apabila kemasan bocor.
f. Mencatat satu persatu empat digit terakhir nomor label dalam form Loading
Check List tentang; Cargo & Pos serta Bagasi yang ditempatkan di compartment
pesawat.

g. Melaporkan kondisi space yang tersisa disetiap compartment dan/atau kondisi


kekurangan space akibat adanya barang jenis; over size dan/ atau barang yang
harus menggunakan spreader (volume minus) kepada unit Load Control.

h. Meminta ijin Load Control untuk mengoptimalkan space yang tersisa di


Compartment apabila berat yang diijinkan dicompartment tersebut masih
tersedia.

i. Melaporkan sisa; Cargo & Pos yang tidak tertampung di compartment pesawat
ke unit; Load Control, Outgoing & Export Cargo untuk mendapatkan instruksi
lebih lanjut.

j. Melaporkan posisi penempatan Security Item, DG dan Live Animals di


compartment kepada Load Control.

k. Melaporkan langsung aktual load (Actual Loading) di compartment pesawat dari


sisi udara ke Unit Load Control dan menandatangani LIR yang telah selesai
dilaksanakan disetiap berakhirnya proses pelayanan loading & unloading.

l. Menyerahkan salinan/ copy LIR yang berisikan Actual Loading yang sudah
ditandatangani oleh Loading Supervisor ke Unit Load Control untuk dilakukan
verifikasi data sebelum Load Sheet diserahkan kepada PIC.

m. Menempatkan/mengirimkan salinan / copy LIR di Compartment I 1 untuk station


transit dan tujuan.

n. Mengikuti de-briefing yang disampaikan oleh petugas Ramp Dispatch setelah


pesawat Airborne.

o. Melakukan pencatatan hal - hal penting di Particulare Book untuk ditindaklanjuti


oleh petugas lainya dan melakukan filing data - data di office.

Rev. 02 AHS - 65
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 11.3.0 Prosedur Proses Membuka Pintu Compartment

1. Untuk pesawat ex RON sebelum petugas Loading Supervisor membuka pintu


compartment harus melakukan langkah - langkah atau tahapan proses sebagai berikut
:
a. Lakukan pemeriksaan fisik bagian luar Pesawat dengan cara mengelilingi dan
mengawasi setiap bagian dinding luar disekitar tiap pintu compartment.

b. Perhatikan bagian Handle Pintu Compartment setiap pintu sebelum disentuh untuk
proses membukanya.

c. Perhatikan karet penahan (Rubber Seal) disekeliling tiap pintu compartment.

d. Lakukan pencatatan dengan cermat hasil observasi/ assestment tersebut.

e. Laporkan setiap adanya kejanggalan dibagian - bagian yang diobservasi ke petugas;


Aviation Security, Aircraft Mechanic dan Ramp Dispatch.

f. Jangan sekali - kali membuka pintu compartment apabila kelainan yang ditemukan
belum diketahui secara fisik oleh ; Aviation Security, Aircraft Mechanic dan Ramp
Dispatch.

g. Mintakan aproval dari Aircraft Mechanic apabila ada kelainan yang diketemukan
untuk membuka pintu compartment.

h. Catat aproval dari mechanic tersebut dengan jelas dan disaksikan oleh petugas
Avsec, sebelum Loading Supervisor membuka pintu compartment.

i. Setelah tahapan diatas clear dilakukan, baru petugas Loading Supervisor melakukan
pembukaan pintu compartment pesawat.

2. Untuk pesawat ex RON setelah petugas Loading Supervisor membuka pintu


compartment harus melakukan langkah - langkah atau tahapan proses sebagai berikut
:
a. Periksa setiap sudut disetiap compartment dengan menyalakan system penerangan
yang ada dan dibantu oleh petugas Avsec dengan menggunakan senter (flashlight).

b. Pastikan bahwa di setiap compartment tidak terdapat barang dan/atau benda yang
dimuat tanpa sepengetahuan Loading Supervisor.

c. Apabila ada barang di Compartment ( TS atau Aircraft Mechanic Tools, Safety Box,
Medif Box ) harus diturunkan dan diperiksa kebenaran isinya dan disaksikan oleh
Rev. 02 AHS - 66
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

petugas Avsec sebelum dimuat kembali kedalam compartment dan laporkan data
tersebut ke unit Load Control.

d. Catat setiap temuan yang ada di compartment baik berupa barang dan / atau
kerusakan dinding compartment dengan cermat dan laporkan ke petugas Avsec dan
Aircraft Mechanic.

e. Setelah tahapan proses diatas dilakukan dan hasilnya clear, maka petugas Loading
Supervisor boleh mengistruksikan kepada para Porter/Porter untuk menempatkan
Cargo & Pos disusul dengan Bagase sesuai ketentuan proses pemuatan.

3. Untuk proses pemuatan/Loading barang - barang katagori Heavy Cargo, maka dalam
proses penempatan di compartment pesawat harus dibantu dengan Baggage Conveyor
Porter (BCL), untuk menghindari resiko kecelakaan pada petugas dan kerusakan pada
Pesawat.

4. Cargo yang distate sebagai heavy cargo adalah jenis barang apapun yang beratnya
sesuai dengan ketentuan Airline yang berlaku dan akan menimbulkan kesulitan dalam
penempatan dicomparment apabila tidak dibantu dengan BCL.

5. Dalam proses pemuatan atau Loading seluruh personel yang terlibat harus selalu
memperhatikan Hazard Label, Handling Label, Separasi dan Segregasi dan dalam
penempatanya harus sesuai Loading Instruksi/Report yang telah ditetapkan oleh Load
Control.

6. Memastikan Cargo dengan label CAO tidak termuat kedalam pesawat penumpang.

7. Memastikan Wheelchair dengan wet battery sudah terlabel RCM, battery disconnected,
posisi up right, loading di doorside, dan melaporkan lebih awal ke Load Control.

8. Jika menemukan muatan dengan kemasan rusak (Bocor, Robek, Pecah dan/ atau tidak
proper lagi) setelah dimuat di Compartment Pesawat (terutama jenis Dangerous
Goods), maka muatan tersebut agar segera diturunkan dari compartment dengan
petunjuk dari ahli evakuasi Barang Berbahaya (DG) dan dipindahkan ke dalam Cargo
Cart serta dilaporkan ke unit Acceptance Warehouse, Load Control, PIC dan Airlines.

9. Jika kejadian sebagimana diuraikan di poin diatas adalah jenis DG dan beberapa barang
disekitarnya ikut terkontaminasi, maka petugas Loading Supervisor harus segera
mengevakuasi barang - barang yang terkontaminasi tersebut keluar dari compartment
untuk kemudian dilakukan pembersihan sesuai prosedur evakuasi DG.
Rev. 02 AHS - 67
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Dalam proses penempatan barang di compartment petugas Loading Supervisor harus
dibantu oleh petugas Aviation Security dalam menjamin keamanan terhadap Cargo &
Pos serta Bagasi yang dimuat.

11. Apabila dalam proses pengawasan terdapat kelainan, maka petugas Avsec bersama -
sama petugas Loading Supervisor melakukan pemeriksaan terhadap para Porter/Porter
untuk memastikan tidak terjadi ( Pencurian sebagian atau seluruhnya dari isi barang).

12. Mengirim 1 lembar copy Loading Checklist ke stasiun tujuan dan transit (apabila
pesawat transit) dalam amplop dan dimasukkan di compartment 1.

13. Melakukan final check di cargo compartment dan shipside.

14. Menutup pintu Cargo Compartment sesuai prosedur yang ada.

15. Stand by di shipside sampai pesawat push back.

AHS 11.4.0 Prosedur Penempatan Cargo & Pos di Cabin Penumpang

1. Beberapa Airlines memberikan kebijakan yang membolehkan jenis dan kategori barang
tertentu untuk dimuat atau ditempatkan di atas Cabin Penumpang seperti ; Bank Notes,
Gold (Valuable Goods), Alat Musik (Bass Ceilo) dan jenis lainya, adapun yang harus
diperhatikan dalam penempatan Barang di Cabin Penumpang adalah :

2. Pastikan Seat yang akan digunakan untuk menempatkan barang tersebut dekat dengan
posisi Crew Seat.

3. Pastikan bahwa barang tersebut dikemas sesuai ketentuan untuk ditempatkan di Cabin
Penumpang.

4. Pastikan Cabin dan Cockpit Crew mendapatkan informasi tentang adanya Barang yang
akan ditempatkan di Seat Penumpang.

5. Pastikan Berat dan dimensi Barang tidak melebihi kemampuan / daya tahan dan daya
tampung seat yang akan digunakan.

6. Gunakan Extra pengamanan (Extra Belt) untuk mengikat barang tersebut supaya tidak
bergerak atau terjatuh ketika pesawat take of dan landing serta tidak membahayakan
penumpang maupun cabin crew.

7. Pastikan tidak ada barang lain selain yang sudah diikat di seat tersebut agar tidak
terjadi over weight yang akan melebihi kemampuan seat tersebut.

Rev. 02 AHS - 68
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Jangan menempatkan Barang di Cabin Penumpang dengan menggunakan Emergency


Exit seat dan Aisle seatsehingga akan menjadi penghalang ketika terjadi keadaan
darurat.

9. Dalam penempatan barang yang panjang dan harus berdiri (Up side) maka pastikan
barang tidak menutupi sign peringatan yang ada di pesawat (No Smoking, Fastent Seat
Belt, Emergency Exit Sign).

AHS 11.5.0 Prosedur Proses Menutup Pintu Compartment

1. Sebelum petugas Loading Supervisor mengakhiri kegiatan penempatan barang di


Compartment Pesawat, beberapa proses harus dilakukan terlebih dahulu dalam rangka
memastikan bahwa proses yang dilakukan memenuhi kaidah keamanan dan
keselamatan, adapun langkah dari proses tersebut adalah :

a. Lakukan pemeriksaan dalam comparment terkait ; posisi penempatan barang, jaring


pengaman compartment sudah terpasang dengan baik dan benar, petugas
PorterPorter sudah turun dari Compartment.

b. Perhatikan penempatan barang yang menggunakan Spreader dan dipastikan bahwa


disekeliling barang yang ada diatas spreader tersebut tidak ditempatkan barang
lainnya (Floor Load and Strength Limitation of Aircraft compartment).

c. Perhatikan penempatan Cargo jenis Live Animal terdapat jarak (Ruang kosong dari
barang lainya) untuk suplai udara dan disusun tidak melebihi ketentuan jumlah
tumpukan maksimal sebagaimana tertuang dalam ketentuan IATA LAR.

d. Perhatikan penempatan cargo jenis DG sesuai ketentuan separasi dan segregasi


yang berlaku.

e. Koordinasikan dengan Aircraft Mechanic terkait (TS, Tools, Mediv Box dan Safety
Box) sebelum dimuat kembali ke Compartment.

f. Pastikan seluruh muatan dalam compartment aman dari pergeseran (Suddenly


Reposition) ketika pesawat Takeoff and Landing maupun moving di darat yang
dapat mempengaruhi keseimbangan pesawat (Changing of Centre of gravity
position).

Rev. 02 AHS - 69
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Apabila langkah - langkah dalam proses pada poin diatas sudah dilakukan dan hasilnya
dinyatakan aman, maka langkah selanjutnya melakukan penutupan pintu
compartment.

3. Setelah pintu compartment tertutup dengan sempurna, petugas Loading Supervisor


harus melakukan Walk Around Check dari compartment depan sampai ke compartment
belakang sambil memperhatikan dinding pesawat disekitar pintu compartment untuk
memastikan tidak terdapat kerusakan pada dinding pesawat yang diakibatkan proses
loading.

4. Melaporkan hasil walk round check ke petugas Aircraft Mechanic dan Ramp Dispatch
bahwa kegiatan Loading sudah selesai dilaksanakan dengan aman dan selamat.

5. Memerintahkan petugas Aviation Security untuk melakukan tugas Body search


terhadap para petugas Porter/Porter untuk memastikan tidak terjadi irregularity
(pencurian barang).

AHS 11.6.0 Prosedur Proses Loading Pesawat Wide Body

1. Persiapan Loading Pesawat Wide Body

a. Melakukan serah terima pekerjaan antara petugas shift malam dengan petugas shift
pagi atau antara petugas shift pagi dengan shift siang dan seterusnya (Untuk
Pelayanan Operasional 24 Jam).

b. Seluruh personel yang ditetapkan (assigned) sebagai Loading Supervisor diwajibkan


membaca dan mempelajari Buku Particular yang berisikan data - data dan infirmasi
yang harus ditindaklanjuti.

c. Memastikan bahwa semua Sertifikat seperti Load Master Course dan Dangerous
Good masih berlaku.

d. Memeriksa kelengkapan termasuk Personnel Protective Equipment (PPE; Ear Plug,


Safety Shoes, Hand Glove & Safety Jacket /Rompi).

e. Menyiapkan form-form yang digunakan dalam proses Loading & Unloading ( Form
Delivery Order dan Antelpak).

f. Mengikuti briefing tentang Loading Instruction/Report dan Unloading


Instruction/Report yang disampaikan oleh petugas Load Control di unit Load
Control.
Rev. 02 AHS - 70
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g. Menerima dan mempelajari Loading Instruction/Report dan Unloading


Instruction/Report termasuk rencana penempatan muatan kategori Special Load,
Dangerous Goods dan Dead Load/Performance pesawat Tail Heavy Check.

h. Stand by (-10 menit dari ETA) di Parking Stand Pesawat dan menerima Cargo & Pos
yang akan di Loading dengan menandatangani form serah terima Cargo & Pos
(Cargo & Mail Delivery Order) yang diserahkan oleh Petugas Operator BTT.

i. Memeriksa kesiapan dan kondisi Cargo & Mail di shipside yang baru diserah
terimakan oleh petugas operator, adapun pemeriksaan tersebut meliputi:

i.1 Memperhatikan semua ULDs yang sudah berisi Cargo & Pos serta Bagasi
dengan seksama satu persatu (Pallets & Containers) apakah ULDs itu sendiri
termasuk laik operasi (Airworthy Sertified), tidak terdapat kebocoran,
kerusakan, system penguncian berfungsi, dan semua barang yang ditempatkan
didalamnya tidak ada yang rusak atau bocor, sehingga apabila terdapat barang
yang rusak atau bocor segera dipisahkan dan dikeluarkan untuk tidak dimuat di
ULDs/Pesawat.

i.2 Cocokan jumlah ULD (Pallets dan Container) yang berisi Cargo & Pos dan
mencatat nomor - nomornya untuk diverifikasi (Crosschecked) dengan data
nomor - nomor ULDs yang tercatat dalam LIR dari Load Control.

i.3 Jenis Label dan Marking pada setiap Pallets dan Containers.

i.4 Memperhatikan Marking ULD yang memuat barang jenis DG agar dapat
diperlakukan sesuai kategori dan jenis DG sebagaimana prosedur segregation
mupun separation yang berlaku.

i.5 Merperhatikan Pallets atau Containers secara keseluruhan untuk memastikan


tidak terdapat Pallets dan Containers yang berlabel CAO (Cargo Aircraft Only).

j. Apabila dalam proses verifikasi sebagaimana dilakukan pada point i, diatas


ditemukan adanya kelainan seperti :

j.1 ULD terlihat ada rembesan cairan atau berbau gas yang tidak sedap, maka
harus segera meningkatkan kewaspadaan terhadap ULD tersebut dan jauhkan
dari pelayanan Sisi Udara berikan tanda agar tidak dimuat ke compartment.

Rev. 02 AHS - 71
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

j.2 Tindakan lebih lanjut periksa kemungkinan adanya kerusakan kebocoran


kemasan (Leakage) apabila muatan yang bocor tersebut jenis barang
berbahaya (Dangerous Goods) maka pisahkan ULD itu dari yang lainya agar
tidak terkontaminasi.

j.3 Selanjutnya lakukan verifikasi isi dan evaluasi isi yang terkontaminasi dengan
yang tidak terkontaminasi (oleh ahli evakuasi DG) dan pisahkan barang - barang
yang tidak terkontaminasi di ULD yang baru.

j.4 Untuk ULD beserta isi yang terkontaminasi agar diberi tanda khusus supaya
tidak dimuat ke compartment pesawat.

j.5 Loading Supervisor menginstruksikan operator BTT agar menarik ULD dan isi
yang terkontaminasi tersebut kembali ke Warehouse.

j.6 Apabila ternyata seluruh barang yang ada sekitar DG yang bocor kemasan
dalam ULD tersebut telah terkontaminasi semua maka segera dipindahkan
ketempat yang aman dan berikan tanda untuk tidak di muat kepesawat serta
melaporkan kejadian tersebut ke unit Load Control, Cargo dan Depco serta
Airlines Representatif.

j.7 Selanjutnya perintahkan BTT operator untuk menarik kembali ke Warehouse.

k. Memastikan seluruh muatan cargo yang ada dirangkaian ULD (Pallets & Containers)
tidak terdapat kategori Cargo Aircraft Only (CAO), apabila dalam rangkaian tersebut
terdapat kategori CAO, Loading Supervisor harus segera mengirim kembali ULD
Cargo Aircraft Only tersebut ke Warehouse.

l. Menerima rangkaian ULD ( Container ) Bagasi yang akan di Loading ke Pesawat


dengan menandatangani form serah terima Bagasi (Baggage Delivery Order ) yang
diserahkan oleh Petugas Operator BTT.

m. Melakukan cross check atau verifikasi jumlah Containers yang deterima dengan
jumlah yang tertulis di Delivery Order (DO) dan selanjutnya di cocokan dengan data
Nomor ULD yang diterima dari Operator dengan data LIR dari Load Control.

n. Melakukan inspeksi terhadap semua ULD yang berisi (Cargo & Pos maupun Bagase)
tentang kondisi Serviceability ULD yang akan ditempatkan di Compartment,
perhatikan alas, dinding dan pintu pada Containers ; Alas, Nets dan Tie-down ring

Rev. 02 AHS - 72
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pada Pallets, apakah tidak akan menghambat proses Loading / Penempatan di


Compartment dan aman untuk kondisi take off dan landing di pesawat.

o. Memastikan tersedianya tenaga bongkar muat/porter (Porter/Porter) yang cukup


untuk setiap type pesawat.

p. Memastikan Lift Porter (LLD) beserta operator sudah stand by dipintu compartment
untuk menjalankan perintah dari Loading Supervisor.

q. Meminta disediakan BCL kepada Operator untuk proses Bulk Load apabila diperlukan
seperti adanya Cargo Dead Load (Heavy Cargo, / Live Animal atau (sesuai ketentuan
Airline).

2. Pelaksanaan Loading Pesawat Wide Body ex RON

a. Mengarahkan / briefing kepada para petugas bongkar muat (Porter/Porter) tentang


perlunya:

a.1 menggunakan PPE.

a.2 mengingatkan tentang perlunya kehati - hatian dan kecermatan dalam


penempatan barang sesuai Label, Priority dan Marka yang terdapat disetiap
pieces barang.

a.3 Memperhatikan kemasan bagian luar setiap barang (Outer Packaging) sebelum
ditempatkan di compartment pesawat.

a.4 melaporkan setiap ditemukan kelainan pada barang, orang, alat dan/ atau
pesawat.

a.5 memperhatikan bagian yang berbentuk tonjolan - tonjolan di badan pesawat


(Antene, Pitot tube) agar dihindari.

a.6 menghindari bagian Exhaust fan dan Engine, Air intake (Pipa untuk udara
masuk).

b. Loading Supervisor melakukan pembukaan pintu compartment pesawat dan


memeriksa kondisi dalam compartment untuk memastikan tidak ada barang yang
tidak terkontrol sudah ada di compartment.

c. Loading Supervisor mengaktifkan Power Drive Unit dengan menggerakan joy stick
ke semua arah yang memungkinkan dalam rangka functional test.

Rev. 02 AHS - 73
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Memerintahkan Porter untuk memulai menempatkan ULD yang berisi Cargo dan
Pos dari Pallets Dollies ke atas LLD untuk selanjutnya dinaikan di Compartment
sesuai Nomor yang telah ditetapkan untuk setiap posisi dicompartment
sebagaimana tercatat dalam LIR dan disusul dengan penempatan Bagasi dengan
proses yang sama sesuai dengan berat yang telah ditetapkan di LIR.

e. Mencatat satu persatu Nomor ULD (Pallets & Containers) dalam form Loading Check
List yang berisikan tentang; Cargo & Pos serta Bagasi dan sudah diposisikan /
ditempatkan di compartment pesawat.

f. Melaporkan kondisi space yang tersisa disetiap compartment dan/atau kondisi


kekurangan space akibat adanya system penguncian ULD di compartment yang
tidak berfungsi dengan baik.

g. Meminta ijin Load Control untuk mengoptimalkan space yang tersisa di


Compartment apabila masih ada ULD yang berisi (Cargo & Pos) yang tidak masuk
dalam rencana LIR sebelumnya untuk diijinkan dinaikan dicompartment yang masih
tersedia.

h. Melaporkan sisa ULD yang berisi (Cargo & Pos) yang tidak tertampung di
compartment pesawat ke unit : Aut Going & Export Cargo untuk dikembalikan ke
Warehouse.

i. Melaporkan posisi penempatan Security Item, DG dan Live Animals di compartment


kepada Load Control.

j. Melaporkan langsung aktual load (Actual Loading) di compartment pesawat dari sisi
udara (Pesawat) ke Unit / Office of Load Control (menggunakan two way
communication radio) dan selanjutnya menandatangani LIR yang telah selesai
dilaksanakan disetiap berakhirnya proses pelayanan loading & unloading dalam satu
penerbangan.

k. Menyerahkan salinan/ copy LIR yang berisikan Actual Loading yang sudah
ditandatangani oleh Loading Supervisor ke Unit/Office of Load Control untuk
dilakukan verifikasi data - data dengan Load Sheet sebelum Load Sheet diserahkan
kepada PIC.

l. Menempatkan salinan / copy LIR di Bulk Compartment untuk station transit dan
tujuan.

Rev. 02 AHS - 74
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

m. Mengikuti de-briefing yang disampaikan oleh petugas Ramp Dispatch setelah


pesawat Airborne.

n. Melakukan pencatatan hal - hal penting di Particulare Book untuk ditindaklanjuti


oleh petugas lainya dan melakukan filing data - data di office.

3. Prosedur Proses Membuka Pintu Compartment Pesawat Wide Body

a. Untuk pesawat ex RON sebelum petugas Loading Supervisor membuka pintu


compartment harus melakukan langkah - langkah atau tahapan proses sebagai
berikut :

a.1 Lakukan pemeriksaan fisik bagian luar Pesawat dengan cara mengelilingi dan
mengawasi setiap bagian dinding luar disekitar tiap pintu compartment.

a.2 Perhatikan bagian Handle Pintu Compartment setiap pintu sebelum disentuh
untuk proses membukanya.

a.3 Perhatikan karet penahan atau segel karet (Rubber Seal) disekeliling tiap pintu
compartment.

a.4 Lakukan pencatatan dengan cermat hasil observasi/ assestment tersebut.

a.5 Laporkan setiap adanya kejanggalan dibagian - bagian yang diobservasi ke


petugas; Aviation Security, Aircraft Mechanic dan Ramp Dispatch.

a.6 Jangan sekali - kali membuka pintu compartment apabila kelainan yang
ditemukan belum diketahui secara fisik oleh ; Aviation Security, Aircraft
Mechanic dan Ramp Dispatch .

a.7 Mintakan aproval dari Aircraft Mechanic apabila ada kelainan yang diketemukan
untuk membuka pintu compartment.

a.8 Catat aproval dari mechanic tersebut dengan jelas dan disaksikan oleh petugas
Avsec, sebelum Loading Supervisor membuka pintu compartment.

a.9 Setelah tahapan diatas clear /aman dan selesai dilakukan, baru petugas Loading
Supervisor boleh melakukan pembukaan pintu compartment pesawat.

Rev. 02 AHS - 75
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Prosedur Proses Pemeriksaan Compartment setelah Pintu dibuka

a. Untuk pesawat ex RON setelah petugas Loading Supervisor membuka pintu


compartment harus melakukan langkah - langkah atau tahapan proses sebagai
berikut :

a.1 Periksa sudut - sudut disetiap compartment dengan menyalakan system


penerangan yang ada dan dibantu oleh petugas Avsec dengan menggunakan
senter (flashlight).

a.2 Pastikan bahwa di setiap compartment tidak terdapat barang dan/atau benda
yang dimuat tanpa sepengetahuan Loading Supervisor.

a.3 Apabila ada barang di Compartment (TS atau Aircraft Mechanic Tools, Safety
Box, Medif Box) harus diturunkan dan diperiksa kebenaran isinya dan disaksikan
oleh petugas Avsec sebelum dimuat kembali kedalam compartment dan
laporkan data tersebut ke unit Load Control.

a.4 Apabila ada Lock yang terlepas/hilang dan Net yang hilang segera dilakukan
pencatatan termasuk semua temuan item yang ada di compartment baik berupa
barang dan/atau kerusakan dinding compartment dengan cermat dan laporkan
ke petugas Avsec dan Aircraft Mechanic dan Airlines Representatif.

a.5 Setelah tahapan proses diatas dilakukan dan hasilnya clear, maka petugas
Loading Supervisor boleh mengistruksikan kepada para Porter/Porter untuk
menempatkan Cargo & Pos disusul dengan Bagase sesuai ketentuan proses
pemuatan.

5. Prosedur Proses Menutup Pintu Compartment

a. Sebelum petugas Loading Supervisor mengakhiri kegiatan penempatan barang di


Compartment Pesawat, beberapa proses harus dilakukan terlebih dahulu dalam
rangka memastikan bahwa proses yang dilakukan memenuhi kaidah keamanan dan
keselamatan, adapun langkah dari proses tersebut adalah :

a.1 Lakukan pemeriksaan dalam comparment terkait ; posisi penempatan


barang/ULD, kunci - kunci ULD sudah terpasang, jaring pengaman
compartment sudah terpasang dengan baik dan benar, petugas PorterPorter
sudah turun dari Compartment.

Rev. 02 AHS - 76
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.2 Penting Loading Supervisor untuk memeriksa dan memastikan semua pengunci
ULD ( ULD Lock ) pada Rail Guide agar dalam posisi mengunci (on/ Locked )
walaupun diposisi/tempat/compartment tersebut tidak terdapat ULD yang
ditempatkan/diposisikan.

a.3 Perhatikan setiap susunan Barang yang di build -di Pallets, apakah tinggi dan
lebar penyusunan tidak melebihi dimensi pintu compartment pesawat yang
akan menyebabkan hambatan ketika proses pemuatan dilakukan. Perhatikan
penempatan barang yang menggunakan Pallets Spreader agar dipastikan
bahwa disekeliling barang yang ada diatas spreader tersebut tidak ditempatkan
barang lainya (Floor Load and Strength Limitation of Aircraft compartment).

a.4 Perhatikan penempatan Cargo jenis Live Animal terdapat jarak (Ruang kosong
dari barang lainya) untuk suplai udara dan disusun tidak melebihi ketentuan
jumlah tumpukan maksimal sebagaimana tertuang dalam ketentuan IATA LAR.

a.5 Perhatikan penempatan cargo jenis DG dari kemungkinan terjadinya kebocoran


(leakage) dan apabila kedapatan kondisi kemasan bocor dan sudah berada di
compartment, maka segera lakukan evakuasi ULD dengan DG didalamnya
tersebut dari compartment pesawat, evaluasi seluruh isi ULD dan pisahkan yang
terkontaminasi dan yang tidak terkontaminasi.

a.6 Lakukan pemeriksaan dengan seksama bekas ULD diposisikan, apabila ternyata
tempat tersebut terkontaminasi, segera lakukan pembersihan dengan
menggunakan tekhnik dan prosedur yang berlaku dan usahakan tidak
menyebabkan keterlambatan penerbangan.

a.7 Segera melaporkan hasil evaluasi atas kasus adanya shipment DG bocor di
Compartment tersebut ke Load Control, Aircraft Mechanic, Warehouse dan
Airlines Representatif.

a.8 Koordinasikan dengan Aircraft Mechanic terkait ( TS, Tools, Mediv Box dan
Safety Box ) sebelum dimuat kembali ke Compartment.

a.9 Pastikan seluruh muatan dalam compartment aman dari


pergeseran/pergerakan (Suddenly Reposition or Moving) ketika pesawat Take
off and Landing maupun bergerak di darat yang dapat mempengaruhi
keseimbangan pesawat (Changing of Centre of gravity position).

Rev. 02 AHS - 77
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.10 Perhatikan seluruh NET yang mengikat barang pada Pallets dalam posisi tegak
berdiri, tidak ada susunan barang yang miring kekiri / kanan, depan ataupun
belakang.

a.11 Lakukan pencatatan hasil veirfikasi akhir tersebut untuk bukti bahwa pekerjaan
aman telah dilakukan, khusus Freighter sebelum proses penutupan pintu
compartment agar dilakukan pemotretan posisi setiap ULD yang ada di
Compartment Uper Deck dan Lower Deck.

b. Apabila langkah - langkah dalam proses di poin a, diatas sudah dilakukan dan
hasilnya dinyatakan aman, maka langkah selanjutnya Loading Supervisor boleh
melakukan penutupan pintu compartment sesuai prosedur pengoperasian akses
door compratment setiap type pesawat.

c. Setelah pintu compartment tertutup dengan sempurna, petugas Loading Supervisor


harus melakukan Walk Around Check dari compartment depan sampai ke
compartment belakang sambil memperhatikan dinding pesawat disekitar pintu
compartment untuk memastikan tidak terdapat kerusakan pada dinding pesawat
yang diakibatkan proses loading.

d. Melakukan verifikasi data yang dicatat dala Actual Loading (LIR) sebelum dilakukan
pelaporan ke Unit Load Control agar tidak terjadi kesalahan dalam penulisan dan
atau penempatan muatan.

e. Melaporkan Actual Loading ke Unit Load Control sesuai data LIR beserta
perubahannya yang sudah diverifikasi kebenaranya dan dinyatakan sertified serta di
sign oleh petugas Loading Supervisor, untuk kemudian disampaikan satu copy di
dalam Compartment, satu copy untuk Load Control dan rest untuk filling unti
Loading & Unloading.

f. Melaporkan hasil walk round check ke petugas Aircraft Mechanic dan Ramp Dispatch
bahwa kegiatan Loading sudah selesai dilaksanakan dengan aman dan selamat.

g. Memerintahkan petugas Aviation Security agar melakukan tugas Body search


terhadap para petugas Porter Porter untuk memastikan tidak terjadi irregularity
(pencurian barang).

6. Prosedur Proses Pengoperasian Power Drive Unit

Rev. 02 AHS - 78
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Sebelum petugas Loading Supervisor memulai mengoperasikan Power Drive Unit


(PDU) untuk memulai kegiatan penempatan barang di Compartment Pesawat,
beberapa proses harus dilakukan terlebih dahulu dalam rangka memastikan bahwa
proses yang dilakukan memenuhi kaidah keamanan dan keselamatan, adapun
langkah dari proses tersebut adalah :

a.1 Setelah pintu Compartment Pesawat dibuka, petugas Loading Supervisor masuk
kedalam compartment untuk menyalakan lampu.

a.2 Loading Supervisor melakukan observasi compartment dan menyusun lock di


rail guide compartment sesuai skema rencana penempatan barang yang
tertuang dalam LIR dan memastikan tidak ada hambatan di rail guide yang akan
dilalui ULD.

a.3 Loading Supervisor melakukan functional tes Power Drive Unit sebelum
diaktifkan untuk mentransfer ULD dari dan ke Compartment.

a.4 Loading Supervisor stand by di Console box power drive unit yang sudah dalam
posisi on untuk menerima Pallets & Containers yang akan ditransfer dari LLD ke
Compartment pesawat.

a.5 Loading Supervisor dibantu oleh Porter/Porter mendrive Pallets atau Containers
melalui Rail Guide Compartment menuju posisi penempatan sebagaimana telah
di ditetapkan dalam skema di LIR yang dikeluarkan dan disign oleh Load
Control.

a.6 Loading Supervisor melakukan penguncian setiap Pallets mupun Containers


yang telah diposisikan sesuai skema dalam LIR dan mengaktifkan seluruh Lock
yang ada di Rail Guide compartment walaupun tidak ditempatkan ULD diposisi
tersebut.

AHS 11.7.0 Prosedur Proses Unloading Pesawat

1. Ketentuan Umum sebelum Proses Unloading dilaksanakan sebagai berikut :


a. Hanya petugas pemegang otorisasi Loading Master (Signature Sertification &
Authorization Loading Master Only) yang dapat di assign sebagai pelaksana Loading
Supervisor di Pesawat sebagaimana daftar yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh
Airline.

Rev. 02 AHS - 79
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Supervisor memastikan dan menetapkan petugas Loading Supervision yang di


assign di setiap Pesawat berkualifikasi sesuai dengan Type Rating Pesawat yang
akan ditangani dengan sertifikat Loading Master, sebagaimana ditetapkan pada poin
diatas, Sertifikat Authorisasi Loading Master tersebut dibutuhkan untuk memastikan
bahwa yang bersangkutan memahami ; weight & balance pesawat, struktur
pesawat, system keamanan pesawat, instrumen dan system Loading & Unloading
di type pesawat tersebut.

c. Komunikasi selama proses Loading & Unloading menggunakan fasilitas radio


komunikasi Handy Talky/Two Way Communication Radio (HT), untuk itu personel
yang di assign sebagai Loading Supervisor harus memahami dan dapat
menggunakan system komunikasi radio dengan baik dan benar.

d. Petugas yang diassign sebagai Loading Supervisor harus menguasai dan dapat
mengoperasikan Aicraft Power Drive Unit (PDU), Membuka dan menutup Pintu
Compartment Pesawat dengan baik dan benar.

e. Supervisor Unit Loading & Unloading melaksanakan daily briefing bersama seluruh
personel yang di assign sebagai Loading Supervisor sesuai type rating masing -
masing dan mereka akan bertugas pada hari/shift itu. Sebelum kegiatan inti
dilakukan briefing merupakan tahapan pekerjaan yang mutlak harus dilakukan, dan
dalam briefing persiapan tersebut disampaikan materi inti meliputi :

e.1 Distribusi tugas setiap personel (Assign job function of every staff) sesuai
kecakapan tipe pesawat yang beroperasi saat itu.

e.2 Memastikan bahwa setiap staff yang di assign dalam fungsi - fungsi tersebut
siap dan dapat melaksanakan tugas yang dibebankan.

e.3 Memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas tersebut
apakah dalam kondisi sehat secara fisik dan mental dengan sedikit dilakukan
test beberapa pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya,
hal ini akan mengetahui sedikit kondisi kestabilan psikis (psychological
condition) staff tersebut.

e.4 Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat
tugas dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test
beberapa pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau

Rev. 02 AHS - 80
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

tidak dalam pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin,
obat batuk) Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat
addictive (minuman beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk,
hyper aktif, reaksi menghilangkan daya control dan ingatan

e.5 Mengingatkan dan mengarahkan seluruh setiap staff yang telah di assign dalam
fungsi - fungsi pekerjaann sesuai type pesawat yang akan ditangani, tentang
keharusan bekerja selalu menerapkan; prosedur yang berlaku, instruksi kerja
yang berlaku dan mengingatkan mereka tentang resiko pekerjaannya,
termasuk akibat fatal dari resiko kerja yang dapat timbul yaitu seperti;
kecelakaan kerja sebagai dampak serius apabila dalam bekerja tidak mengikuti
aturan yang berlaku serta tidak berkonsentrasi dengan baik.

e.6 Mengingatkan seluruh staff yang telah di assign sebagai Loading Supervisor
bahwa mereka hanya boleh menerima perintah untuk melakukan pemuatan dan
pembongkaran dari dan kedalam compartment pesawat atas instruksi Load
Contro, artinya tidak diperkenankan memasukan/menempatkan dan
menurunkan barang dari dan ke dalam compartment pesawat tanpa ada
instruksi langsung dan/ atau sepengetahuan dari Load Control.

e.7 Setiap Instruksi dari Load Control harus benar - benar clear diterima dengan
melakukan konfirmasi penerimaan berita instruksi tersebut sebelum
melaksanakannya serta mencatat semua pesan yang disampaikan termasuk
mencatat nama petugas Load Control yang menginstruksikan, sebelum
menindaklanjuti pesan tersebut.

2. Prosedur Proses Persiapan Unloading Pesawat Narrow Body

a. Melakukan serah terima pekerjaan antara petugas shift malam dengan petugas shift
pagi atau antara petugas shift pagi dengan shift siang dan seterusnya (Untuk
Pelayanan Operasional 24 Jam).
b. Seluruh personel yang ditetapkan (assigned) sebagai Loading Supervisor diwajibkan
membaca dan mempelajari Buku Particular yang berisikan data - data dan infirmasi
yang harus ditindaklanjuti.

c. Memastikan bahwa semua Sertifikat seperti Load Master Course dan Dangerous
Good masih berlaku.

Rev. 02 AHS - 81
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Memeriksa kelengkapan pemakaian Personnel Protective Equipment (PPE; Ear Plug,


Safety Shoes, Hand Glove & Safety Jacket / Rompi).

e. Menyiapkan form-form yang akan digunakan dalam proses Unloading ( Form


Delivery Order dan Antelpak).

f. Mengikuti briefing tentang Unloading Instruction/Report yang disampaikan oleh


petugas Load Control di unit Load Control.

g. Menerima dan mempelajari Unloading Instruction/Report, LDM dan TPM termasuk


rencana penanganan muatan kategori Special Load, Dangerous Goods dan Dead
Load dan memperhatikan Performance pesawat Tail Heavy Check.

h. Stand by (5 menit dari STA/ETA) di Parking Stand Pesawat yang telah direncanakan
dan mengikuti arahan / briefing dari petugas Ramp Dispatch.

i. Memeriksa kesiapan SDM dan peralatan penunjang (Baggage Cart, Cargo Cart dan
BCL) yang diprepare oleh petugas operator, adapun pemeriksaan tersebut meliputi
:

i.1 Jumlah Cart yang akan digunakan, apakah sudah sesuai atau mencukupi
kebutuhan rencana Barang (Cargo & Pos maupun Bagasi) yang akan di
Unloading/Arrival.

i.2 Kondisi BCL apakah berfungsi baik dengan meminta operator BCL melakukan
tes fungsi (Functionaly Test).

i.3 Apakah jumlah Porter Porter yang akan terlibat dalam proses Unloading sudah
cukup sesuai kebutuhan .Mengarahkan / briefing petugas Porter/Porter tentang
muatan yang akan diturunkan terutama apabila ada jenis Cargo/Kiriman DG
dan Special Load (Live Animal, Perishable, Valuable, and Vulnerable items),
Bagasi (Transfer Baggage, Rush Baggage Transit dan Rush Tag), agar mereka
meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian serta kecermatan dalam
bekerja.

3. Prosedur Proses Pelaksanaan Unloading Pesawat Narrow Body

a. Loading Supervisor sudah stand by diposisi yang aman dari pergerakan pesawat
bersama personel Porter (5 menit dari STA/ETA) sampai proses pergerakan pesawat

Rev. 02 AHS - 82
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

memasuki parking stand betul - betul berhenti sempurna dan engine shut down ,
anti collision beacon off.

b. Menunggu aba - aba /perintah dari aircraft mechanic yang menyatakan release
bahwa pesawat aman untuk mulai proses pelayanan.

c. Apabila tidak terdapat petugas Aircraft Mechanic yang dapat berkomunikasi dengan
PIC di flight deck maka release yang menyatakan pesawat aman untuk dilakukan
pelayanan disampaikan oleh petugas Marshalling setelah menerima instruksi Non
Verbal dari PIC dan secara visual ; Engine shut down, Lampu anti collision off,
pesawat benar - benar aman.

d. Perhatikan jalur masuk ke arah pintu compartment agar terhindar dari kecelakaan
akibat pergerakan GSE atau kendaraan lainya disekitar pesawat.

e. Memperhatikan bagian - bagian yang menonjol pada dinding Pesawat seperti


(Antenna, Pitot Tube) yang dapat menyebabkan terluka, dan bagian van yang dapat
menghisap (Air intake , Exhaust Van, Engine intake).

f. Loading Supervisor melakukan pemeriksaan kondisi atau keadaan Pintu


Compartment dan dinding luar pesawat (Fuselage) disekitar pintu Compartment
sebelum proses membuka pintu dilakukan.

g. Apabila dalam pemeriksaan tersebut diketemukan adanya kelainan ; Dent, Scratch,


pada dinding (Fuselage) maupun Pintu compartment, temuan tersebut segera
dilaporkan ke petugas Aircraft Mechanic, Ramp Dispatch dan Avsec, dan proses
pembukaan pintu compartment untuk sementara jangan diteruskan sampai Aicraft
Mechanic dan Avsec betul - betul menyaksikan kelainan tersebut.

h. Setelah Aircraft Mechanic dan Avsec menyatakan release untuk melakukan aktifitas,
baru Loading Supervisor boleh melakukan proses pembukaan pintu compartment.

i. Ketika dalam proses membuka pintu compartment oleh Loading Supervisor


menemui / mendapatkan kesulitan, maka Loading Supervisor jangan mencoba
usaha lainya yang tidak lajim dan tidak diajarkan, langkah yang paling bijaksana
menghubungi aircraft mechanic karena merekalah yang tahu cara mengatasinya.

j. Setelah pintu compartment berhasil dibuka, Loading Supervisor segera


mengamankan Loading Check List yang dikirim dari station origin dan melakukan
pemeriksaan sejenak dengan memasukan bagian kepala kedalam compartment dan
Rev. 02 AHS - 83
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

gunakan indra penciuman dan penglihatan sebelum memerintahkan petugas


Porter/Porter untuk naik kedalam compartment.

k. Apabila berdasarkan pemeriksaan sejenak yang dilakukan oleh Loding Supervisor


dirasakan sudah cukup aman, baru selanjutnya memeritahkan petugas Loder Porter
untuk naik ke compartment dan ingatkan mereka tentang label priority dan
Executive class untuk diturunkan lebih awal.

l. Loading Supervisor selanjutnya melakukan pencatatan jumlah pieces barang yang


diturunkan dari compartment dan ditempatkan disetiap Baggage Cart.

m. Loading Supervisor menerbitkan Delivery Order yang berisikan Jumlah


Baggage/Cargo Cart sebagai bukti serah teima barang (Arrival Baggage/Cargo)
dengan Operator BTT dan memerintahkan Operator BTT untuk menarik / mengirim
Bagasi tersebut ke Break Down Area dan Cargo ke Warehouse Area.

n. Perhatikan setiap proses penurunan Barang (Cargo & Pos maupun Bagasi) secara
seksama dan apabila diketemukan / dilaporkan (oleh Porter/Porter) adanya kelainan
seperti ; kerusakan kemasan (Leakage) terutama muatan barang berbahaya
(Dangerous Goods) agar diperintahkan kepada petugas Porter Porter untuk
menghindar sampai kondisi barang dinyatakan aman untuk dievakuasi dan segera
dipisahkan dari barang lainya, serta apabila seluruh barang yang ada sekitar DG
ditempatkan (Compartment) terkontaminasi segera memindahkan ketempat yang
aman dan berikan tanda untuk tidak disentuh oleh petugas lain yang tidak
berotorisasi, sampai dilakukan penanganan oleh petugas yang mempunyai otorisasi
evakuasi dan siapkan laporan ke unit Load Control, Cargo, Depco dan Airlines.

o. Setiap menemukan kelainan seperti; Kerusakan Kemasan ( Sobek, Pecah dan / atau
bocor) petugas Loading Supervisor harus mengambil tindakan untuk
memisahkan/mengamankan barang yang mengalami kerusakan kemasan dengan
disaksikan oleh petusa Avsec dan barang tersebut harus di kirim / diserahkan
langsung ke pemiliknya di area kedatangan secara bersama - sama antara petugas
( Lost & Found, Avsec dan Perwakilan Loading Supervisor) .

p. Loading Supervisor mencatat tentang :

p.1 Jumlah Arrival Bagasi.

p.2 Jumlah Transit Bagasi.

Rev. 02 AHS - 84
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

p.3 Jumlah Arrival Cargo & Pos.

p.4 Jumlah Transit Cargo & Pos.

q. Loading Supervisor melaporkan catatan tentang :

q.1 Jumlah Arrival Bagasi.

q.2 Jumlah Transit Bagasi.

q.3 Jumlah Arrival Cargo & Pos.

q.4 Jumlah Transit Cargo & Pos.

kepada unit Load Control, Cargo dan Baggage Handling.

r. Loading Supervisor mencatat dan melaporkan semua penyimpangan yang terjadi


dalam proses Unloading kepada Unit Load Control, Cargo, Baggage Handling ( Lost
& Found ) dan DEPCO.

s. Loading Supervisor mempersiapkan proses Loading ( Menaikan barang) untuk


jadwal Penerrbangan berikutnya yang di assign dengan menggunakan Registrasi
Pesawat yang sama.

Note; Proses Loading mengacu pada Poin - poin yang memuat proses Loading di
atas.

4. Prosedur Proses Persiapan Unloading Pesawat Wide Body

a. Melakukan serah terima pekerjaan antara petugas shift malam dengan petugas
shift pagi atau antara petugas shift pagi dengan shift siang dan seterusnya
(Untuk Pelayanan Operasional 24 Jam).

b. Seluruh personel yang ditetapkan (assigned) sebagai Loading Supervisor


diwajibkan membaca dan mempelajari Buku Particular yang berisikan data - data
dan informasi yang harus ditindaklanjuti.

c. Memastikan bahwa semua Sertifikat seperti Load Master Course dan Dangerous
Good masih berlaku.

d. Memeriksa kelengkapan termasuk Personnel Protective Equipment (PPE; Ear


Plug, Safety Shoes, Hand Glove & Safety Jacket / Rompi).

e. Menyiapkan form-form yang akan digunakan dalam proses Loading & Unloading
(Form Delivery Order dan Antelpak).
Rev. 02 AHS - 85
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Mengikuti briefing tentang Unloading Instruction/Report yang disampaikan oleh


petugas Load Control di unit Load Control.

g. Menerima dan mempelajari Unloading Instruction/Report, LDM, CPM, TPM, dan


FFM termasuk rencana unloading muatan kategori Special Load, Dangerous
Goods dan Dead Load.

h. Load Control akan mengingatkan tentang Performance Loading & Unloading


pesawat apakah kecenderungan Tail Heavy Check atau Nose Heavy, hal ini
sangat penting untuk diantisipasi oleh petugas Loading Supervisor dalam proses
Loading maupun Unloading.

i. Stand by (-5 menit dari STA/ETA ) di Parking Stand Pesawat dan menerima
Cargo & Pos yang akan di Loading dengan menandatangani form serah terima
Cargo & Pos (Cagro & Mail Delivery Order ) yang diserahkan oleh Petugas
Operator BTT.

j. Memeriksa kesiapan dan kondisi Cargo & Mail di shipside yang baru
diserahterimakan oleh petugas operator, adapun pemeriksaan tersebut meliputi:

j.1 Jumlah Pallets dan Container yang berisi Cargo & Pos dan mencatat nomor
- nomornya.

j.2 Jenis Label dan Marking pada setiap Pallets dan Containers.

j.3 Memperhatikan Marking ULD yang memuat barang jenis DG agar dapat
diperlakukan sesuai kategori dan jenis DG sebagaimana prosedur
segregastion mupun separation yang berlaku.

j.4 Merperhatikan Pallets atau Containers secara keseluruhan untuk memastikan


tidak terdapat Pallets dan Containers yang berlabel CAO ( Cargo Aircraft
Only)

k. Loading Supervisor melakukan pemeriksaan kesiapan alat - alat bantu/ GSE dan
SDM meliputi :

k.1 High Lift Porter sudah diposisi area parking stand dengan kondisi serviciable
bersama Operator LLD.

k.2 Baggage Conveyor Porter sudah diposisi parking stand dengan kondisi
serviciable bersama Operator BCL.

Rev. 02 AHS - 86
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k.3 Empty Pallets Dollies dan Containers Dollies sudah diposisi parking stand
bersama Operator BTT.

k.4 Petugas Porter/Porter sudah diposisi parking stand dengan jumlah sesuai
requirement/kontrak.

k.5 Mengarahkan / briefing petugas Operator (LLD, BCL dan BTT) termasuk
petugas Porter/Porter tentang muatan yang akan diturunkan terutama
apabila ada jenis Cargo / Kiriman DG dan Special Load (Live Animal,
Perishable, Valuable, and Vulnerable items), Bagasi (Transfer Baggage, Rush
Baggage Transit dan Rush Tag), agar mereka meningkatkan kewaspadaan
dan kehati-hatian serta kecermatan dalam bekerja.

5. Prosedur Proses Pelaksanaan Unloading Pesawat Wide Body

a. Loading Supervisor sudah stand by diposisi yang aman dari pergerakan pesawat
bersama personel Porter/Porter (5 menit dari ETA ) sampai proses pergerakan
pesawat memasuki parking stand betul - betul berhenti sempurna dan engine
shut down, anti collision beacon off.

b. Menunggu aba - aba/perintah dari aircraft mechanic yang menyatakan release


bahwa pesawat aman untuk mulai proses pelayanan.

c. Apabila tidak terdapat petugas Aircraft Mechanic yang dapat berkomunikasi


dengan PIC dengan flight deck maka release yang menyatakan pesawat aman
untuk dilakukan pelayanan disampaikan oleh petugas Marshalling setelah
menerima instruksi Non Verbal dari PIC dan secara visual ; Engine shut down,
Lampu anti collision off, Wheel Chock On dan pesawat benar - benar aman.

d. Perhatikan jalur masuk ke arah pintu compartment agar terhindar dari


kecelakaan akibat pergerakan GSE (LLD & BCL, BTT dan PDL maupun CTL) atau
kendaraan lainya (Catering Truct, LST dan WST ) disekitar pesawat.

e. Memperhatikan bagian - bagian yang menonjol pada dinding Pesawat seperti


(Antenna, Pitot Tube) yang dapat menyebabkan terluka, dan bagian van yang
dapat menghisap (Air intake , Exhaust Van, Engine intake)

f. Loading Supervisor naik ke atas LLD untuk melakukan pemeriksaan kondisi atau
keadaan Pintu Compartment dan dinding luar pesawat (Fuselage) disekitar pintu

Rev. 02 AHS - 87
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Compartment sebelum proses membuka pintu dilakukan ( proses berlaku untuk


semua pintu compartment termasuk Bulk).

g. Apabila dalam pemeriksaan tersebut diketemukan adanya kelainan; Dent,


Scratch, pada dinding (Fuselage) maupun Pintu compartment, temuan tersebut
segera dilaporkan ke petugas Aircraft Mechanic, Ramp Dispatch dan Avsec, dan
proses pembukaan pintu compartment untuk sementara jangan diteruskan
sampai Aicraft Mechanic dan Avsec betul - betul menyaksikan kelainan tersebut.

h. Setelah Aircraft Mechanic dan Avsec menyatakan release untuk melakukan


aktifitas, baru Loading Supervisor boleh melakukan proses pembukaan pintu
compartment (Note follows ; Operating Aircraft Access Door Procedures).

i. Ketika dalam proses membuka pintu compartment oleh Loading Supervisor


menemui / mendapatkan kesulitan, maka Loading Supervisor jangan mencoba
usaha lainya yang tidak lazim dan tidak diajarkan, langkah yang paling bijaksana
menghubungi aircraft mechanic karena merekalah yang tahu cara mengatasinya.

j. Setelah pintu compartment berhasil dibuka, Loading Supervisor segera


mengamankan Loading Check List yang dikirim dari station origin dan melakukan
pemeriksaan sejenak dengan masuk kedalam compartment dan menyalakan
lampu, sejenak gunakan indra penciuman dan penglihatan sebelum memeriksa
secara keseluruhan kondisi muatan yang ada dalam (Pallets & Containers)
sebelum memerintahkan petugas Porter/Porter untuk masuk ke compartment.

k. Loading Supervisor membuka semua ULD Pin Lock yang terpasang di Rail Guide
dan menghidupkan power untuk melakukan functional test Power Drive Unit
(PDU) yang ada dibalik dinding sebelah kanan pintu compartment bagian dalam
dan memastikan semua fungsi sudah siap untuk dioperasikan.

l. Apabila berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh Loading Supervisor pada


(Poin j & k) diatas dirasakan sudah cukup aman, baru selanjutnya Loading
Supervisor memerintahkan petugas Porter Porter untuk masuk ke compartment
dan diingatkan kepada mereka ( Porter Porter ) tentang pentingnya memeriksa
untuk memastikan semua Lock Pin di Rail Guide telah di posisi release dan label
Containers dan Pallets yang berisi priority dan Executive class termasuk DG dan
Special Goods lainya untuk diturunkan sesuai prioritasnya.

Rev. 02 AHS - 88
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

m. Loading Supervisor selanjutnya melakukan pencatatan jumlah ULD & pieces


barang yang diturunkan dari compartment mupun Bulk Compartment yang
ditempatkan disetiap Baggage Cart.

n. Loading Supervisor menerbitkan Delivery Order yang berisikan Jumlah Containers


atau Pallets dan Baggage/Cargo Cart sebagai bukti serah teima barang ( Arrival
Baggage/Cargo ) dengan Operator BTT dan memerintahkan Operator BTT untuk
menarik / mengirim Bagasi tersebut ke Break Down Area dan Cargo ke
Warehouse Area.

o. Perhatikan setiap proses penurunan Barang (Cargo & Pos maupun Bagasi) secara
seksama dan apabila diketemukan / dilaporkan (oleh Porter/Porter) adanya
kelainan seperti; kerusakan kemasan (Leakage) terutama muatan barang
berbahaya (Dangerous Goods) agar diperintahkan kepada petugas Porter Porter
untuk menghindar sampai kondisi barang diperiksa dan dinyatakan aman untuk
dievakuasi dan segera dipisahkan dari barang lainya, serta apabila seluruh barang
yang ada sekitar DG ditempatkan (Compartment/ULD) terkontaminasi, segera
memindahkan ketempat yang aman dan berikan tanda untuk tidak disentuh oleh
petugas lain yang tidak berotorisasi, sampai dilakukan penanganan oleh petugas
yang mempunyai otorisasi evakuasi , dan siapkan irregularity report untuk
dilaporkan ke unit Load Control, Cargo, Depco dan Airlines.

p. Setiap menemukan kelainan seperti; Kerusakan Kemasan (Sobek, Pecah dan /


atau bocor) tampak dari luar ULD atau dari Bulk Compartment, petugas Loading
Supervisor harus mengambil tindakan untuk memisahkan/mengamankan barang
yang mengalami kerusakan kemasan tersebut dengan disaksikan oleh petusa
Avsec, dan barang tersebut harus di kirim / diserahkan langsung ke pemiliknya
di area kedatangan secara bersama - sama antara petugas (Lost & Found, Avsec
dan Perwakilan Loading Supervisor).

q. Loading Supervisor mencatat Jumlah ULD yang berisi tentang :

q.1 Arrival Bagasi.

q.2 Transit Bagasi.

q.3 Arrival Cargo & Pos.

q.4 Transit Cargo & Pos.

Rev. 02 AHS - 89
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

dan mencocokan dengan data di; LDM, CPM dan LIR

r. Loading Supervisor melaporkan catatan tentang :

r.1 Arrival Bagasi.

r.2 Transit Bagasi.

r.3 Arrival Cargo & Pos.

r.4 Transit Cargo & Pos.

kepada unit Load Control, Cargo dan Baggage Handling.

s. Loading Supervisor mencatat dan melaporkan semua penyimpangan yang terjadi


dalam proses Unloading kepada Unit Load Control, Cargo, Baggage Handling
(Lost & Found) dan DEPCO.

t. Loading Supervisor mempersiapkan proses Loading ( Menaikan barang) untuk


jadwal Penerrbangan berikutnya yang di assign dengan menggunakan Registrasi
Pesawat yang sama.

Notes : Proses Loading mengacu pada Poin - poin yang memuat proses Loading
di atas.

AHS 11.8.0 Prosedur Proses Inspeksi Muatan / Barang oleh Operator BTT &
Loading Master

1. Inspeksi atau pemeriksaan merupakan bagian langkah dari proses serah terima, dalam
rangka memastikan kebenaran barang atau jasa yang diserah terimakan, karena
pengertian Serah Terima adalah; bermakna sebagai penyerahan, pemindahan atau
pengalihan yang meliputi; Tanggungjawab keutuhan, keamanan, keselamatan,
kelayakan dan kesesuaian suatu barang atau jasa yang menjadi object serah terima
antara para pihak yang terlibat.

2. Proses Ketika Operator BTT Menerima Cargo & Pos di Staging Warehouse dari petugas
Build - Up, adalah sebagai berikut :

a. Operator BTT harus memastikan setiap (ULD & Cart) yang berisi Cargo & Pos
diperhatikan secara seksama, meliputi ; Susunan barang tidak melebihi kapasitas
(ULD & Cart), Penempatan Barang sesuai ketentuan prioritas dan keselamatan
barang yang dimuat, Label dan Makring jenis barang special care tampak jelas

Rev. 02 AHS - 90
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

terlihat (DG, CAO, Perishable, Live Animal dst.), Jumlah Rangkaian tidak melebihi
ketentuan maksimum yang diijinkan otoritas Bandara dan jumlah real ULD & Cart
dalam rangkaian sesuai dengan data yang tertulis dalam Delivery Order (DO).

b. Operator BTT harus memastikan bahwa barang Cargo & Pos atau Bagasi yang ada
di dalam (ULD & Cart ) tidak mengalami kerusakan kemasan ( Bocor, Pecah dan /
atau Sobek ).

c. Operator BTT harus memastikan bahwa barang yang akan dikirim ke Airside
dinyatakan aman untuk proses; penarikan, pemuatan di compartment dan
penerbangan.

d. Ketika Operator BTT menemukan adanya; kesalahan prosedur dalam penempatan,


kelebihan kapasitas dalam setiap ULD & Cart, ketidak jelasan Marka dan Label (DG,
CAO, Live Animal, Fragile), dan bahkan adanya kerusakan pada Kemasan dan Isi
Cargo & Pos yang terlihat jelas, maka serah terima harus ditunda, sampai
kekurangan - kekurangan tersebut diselesaikan oleh Unit Build - Up , Make - Up
Area dan Acceptance Cargo di Warehouse.

e. Operator BTT harus mencatat dan melaporkan kejadian guna menyikapi


argumentasi selanjutnya ketika Cargo & Pos tersebut tidak dapat terangkut
dipesawat yang sudah dijadwalkan, khususnya ketika terjadi claim dari ; Shipper,
Airlines maupun Consignee.

3. Proses Ketika Operator BTT Menerima Bagasi di Staging Make - up dari petugas
Baggage Checker adalah sebagai berikut :

a. Operator BTT harus memastikan setiap (ULD & Cart) yang berisi Bagasi diperhatikan
secara seksama, meliputi ; Susunan barang tidak melebihi kapasitas (ULD & Cart),
Penempatan Barang sesuai ketentuan prioritas dan keselamatan barang yang
dimuat, Label jenis barang special care tampak jelas terlihat (DG, Perishable, Live
Animal, Fragile dst.), Jumlah Rangkaian tidak melebihi ketentuan maksimum yang
diijinkan pengelola Bandara dan jumlah real ULD & Cart dalam rangkaian sesuai
dengan data yang tertulis dalam Delivery Order (DO).

b. Operator BTT harus memastikan bahwa barang bagasi yang ada di dalam (ULD &
Cart) tidak mengalami kerusakan kemasan (Bocor, Pecah dan / atau Sobek).

Rev. 02 AHS - 91
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Operator BTT harus memastikan bahwa barang bagasi yang akan dikirim ke Airside
dinyatakan aman untuk proses; penarikan, pemuatan di compartment dan
penerbangan.

d. Ketika Operator BTT menemukan adanya; kesalahan prosedur dalam penempatan,


kelebihan kapasitas dalam setiap ULD & Cart, ketidak jelasan Marka dan Label (DG,
Live Animal, Fragile dst.) dan bahkan adanya kerusakan pada Kemasan dan Isi
Bagasi, maka serah terima harus ditunda sampai kekurangan - kekurangan tersebut
diselesaikan oleh Baggage Checker / Unit Build - up bagasi di Make - up area.

e. Operator BTT harus mencatat dan melaporkan kejadian guna menyikapi


argumentasi selanjutnya ketika Cargo tersebut tidak dapat terangkut dipesawat
yang sudah dijadwalkan, khususnya ketika terjadi claim dari ; Penumpang atau
Airlines.

4. Proses Ketika Loading Supervisor (Load Master) Menerima Cargo & Pos di Staging Air
Side / Parking Stand dari petugas BTT adalah sebagai berikut :

a. Loading Supervisor (Load Master) harus memastikan setiap (ULD & Cart) yang berisi
Cargo & Pos diperhatikan secara seksama, meliputi ; Susunan barang tidak melebihi
kapasitas ( ULD & Cart), Penempatan Barang sesuai ketentuan prioritas dan
keselamatan barang yang dimuat, Label jenis barang special care tampak jelas
terlihat (DG, CAO, Pesishable, Live Animal dst.), Jumlah Rangkaian tidak melebihi
ketentuan maksimum yang diijinkan otoritas Bandara dan jumlah real ULD & Cart
dalam rangkaian sesuai dengan data yang tertulis dalam Delivery Order (DO).

b. Loading Supervisor (Load Master) harus memastikan bahwa barang Cargo & Pos
yang ada di dalam (ULD & Cart) tidak mengalami kerusakan kemasan (Bocor, Pecah
dan / atau Sobek).

c. Loading Supervisor (Load Master) harus memastikan bahwa barang yang diterima
di Airside dinyatakan aman untuk proses; pemuatan di compartment dan
penerbangan.

d. Ketika Loading Supervisor (Load Master) menemukan adanya ; kesalahan prosedur


dalam penempatan, kelebihan kapasitas dalam setiap ULD & Cart dan menyebabkan
kerusakan pada barang, ketidak jelasan Marka dan Label (DG, CAO, Live Animal,
Fragile) yang akan menyebabkan ketidak amanan dalam penerbangan, dan bahkan

Rev. 02 AHS - 92
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

adanya kerusakan yang jelas terlihat pada Kemasan dan Isi Cargo, maka serah
terima harus ditunda sampai kekurangan - kekurangan atau kerusakan tersebut
mendapatkan penjelasan penyebabnya dari petugas Operator BTT dan petugas
Pengawal Cargo & Pos, apabila kerusakan tersebut tidak layak untuk dimuat ke
Compartment, segera cagro / pos tersebut dikembalikan ke Warehouse.

e. Loading Supervisor (Load Master) harus mencatat dan melaporkan kejadian diatas
guna menyikapi argumentasi selanjutnya ketika Cargo & Pos tersebut tidak dapat
terangkut dipesawat yang sudah dijadwalkan, khususnya ketika terjadi claim dari ;
Shipper, Airlines maupun Consignee.

5. Proses Ketika Loading Supervisor (Load Master) Menerima Bagasi di Staging Air Side /
Parking Stand dari petugas BTT adalah sebagai berikut :

a. Loading Supervisor (Load Master) harus memastikan setiap (ULD & Cart) yang berisi
Bagasi diperhatikan secara seksama, meliputi ; Susunan barang tidak melebihi
kapasitas (ULD & Cart), Penempatan Barang sesuai ketentuan prioritas dan
keselamatan barang yang dimuat, Label jenis barang special care tampak jelas
terlihat (DG, Live Animal, Fragile dst.), Jumlah Rangkaian tidak melebihi ketentuan
maksimum yang diijinkan pengelola Bandara dan jumlah real ULD & Cart dalam
rangkaian sesuai dengan data yang tertulis dalam Delivery Order (DO).

b. Loading Supervisor (Load Master) harus memastikan bahwa barang bagasi yang ada
di dalam (ULD & Cart ) tidak mengalami kerusakan kemasan (Bocor, Pecah dan /
atau Sobek ).

c. Loading Supervisor (Load Master) harus memastikan bahwa barang bagasi yang
akan dikirim ke Airside dinyatakan aman untuk proses; penarikan, pemuatan di
compartment dan penerbangan.

d. Ketika Loading Supervisor (Load Master) menemukan adanya; kesalahan prosedur


dalam penempatan, kelebihan kapasitas dalam setiap ULD & Cart dan menyebabkan
kerusakan pada barang, ketidak jelasan Marka dan Label (DG, Live Animal, Fragile
dst.) yang akan menyebabkan ketidak amanan dalam penerbangan, dan bahkan
adanya kerusakan yang terlihat jelas pada Kemasan dan Isi Bagasi, maka serah
terima harus ditunda sampai kekurangan - kekurangan atau kerusakan tersebut
mendapatkan penjelasan penyebabnya dari petugas Operator BTT dan petugas

Rev. 02 AHS - 93
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Pengawal Bagasi, apabila kerusakan tersebut tidak layak untuk dimuat ke


Compartment, segera cagro/pos tersebut dikembalikan ke Make - up Area.

e. Loading Supervisor (Load Master) harus mencatat dan melaporkan kejadian guna
menyikapi argumentasi selanjutnya ketika Bagasi tersebut tidak dapat terangkut
dipesawat yang sudah dijadwalkan, khususnya ketika terjadi claim dari; Penumpang
atau Airlines.

6. Pencatatan yang penting dan harus dilakukan dalam proses “Serah Terima”.

a. Apabila didapati atau diketemukan adanya kerusakan pada Barang (Cargo & Pos
maupun Bagasi) langkah - langkah sebagai berikut harus segera dilakukan:

a.1 Hasil penilaian atas tingkat kerusakan yang ada

a.2 Hasil penilaian efek kemungkinan kerusakan pada :

a.2.1 keselamatan penerbangan yang dijadwalkan

a.2.2 keselamatan staf yang menangani

a.2.3 keselamatan pengiriman barang itu sendiri, termasuk barang lain


ditempat yang sama dan apakah kondisi barang masih dinilai fit untuk
melanjutkan perjalanan penerbangannya

a.3 Jika diperlukan berdasarkan hasil penilaian keluarkan item yang rusak dari ULD
dan/ atau Pesawat termasuk kiriman lainya yang terkontaminasi.

a.4 Pencatatan secara detail tentang irregularity tersebut untuk diberitahukan /


dilaporkan kepada ; Airlines, PIC dan Load Control.

b. Apabila kondisi kerusakan barang (Cargo & Pos maupun Bagasi) masih fit untuk
perjalanan udara, harus dipastikan bahwa telah dilakukan pencatatan yang detail
meliputi ; Lokasi kejadian, waktu kejadian, proses terjadinya, dan kondisi ketika
kerusakan diketemukan dan kirim telex ke en route dan destination station, untuk
menyampaikan pesan tentang; kerusakan sudah diketahui dan dicatat dan instruksi
untk lebih berhati - hati memperlakukan barang yang rusak tersebut di station -
station berikutnya.

c. Apabila kondisi kerusakan barang (cargo & Pos maupun Bagasi) tidak layak untuk
perjalanan udara, maka harus segera dilakukan; Tempatkan barang kiriman
ditempat yang aman, Jauhkan dari tempat yang digunakan untuk menempatkan
Rev. 02 AHS - 94
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

barang yang siap untuk diterbangkan dan sesuaikan dokumentasi ( Loadsheet,


Loading Instruction/Report, Cargo/Pax & Bag Manifest ), informasikan ke unit ; Load
Control, Pax & Bag, Warehouse.

d. Untuk jenis kiriman barang berbahaya ( Dangerous Goods /DG) semua langkah
penanganan harus mengacu kepada DG Regulation yang update dan untuk petugas
yang tidak mempunyai otorisasi tidak diperkenankan melakukan evakuasi jenis
barang berbahaya ( cukup melaporkan ) dan/ atau atas petunjuk dan arahan
pemegang otorisasi.

AHS 12.0.0 PROSEDUR DEPARTURE & ARRIVAL CONTROL (TURN AROUND


COORDINATOR IN THE OFFICE)

AHS 12.1.0 Pengertian dan fungsi Turn Around Coordinator

1. Turn Round Co-ordintor (di dalam ruangan operation) merupakan unit fungsi
Koordinasi dan Pengawasan kegiatan Turnaround Pesawat (Aircraft Turnaround) yang
dilakukan didalam ruangan dan unit ini merupakan bagian penting untuk mencapai
operasi yang aman, selamat dan efisien melalui kepatuhan semua unsur yang terlibat
didalam kegiatan pelayanan kepada ketentuan dan perundang - undangan serta
prosedur yang berlaku untuk setiap jenis pelayanan (Produk Hukum Nasional dan
Internasional).

2. Turn Round Coordinator (di dalam ruangan operation) berfungsi sebagai pengawas
atau supervisi seluruh sub-unit Turnaround Coordinator yang berada dan melakukan
supervisi langsung disetiap pesawat atau sering disebut sebagai Ramp Dispatch yang
mengendalikan kegiatan seluruh pelayanan dan memastikan kinerja yang aman dari
semua proses turn around di setiap satu pesawat udara.

AHS 12.2.0 Tugas dan Fungsi Turn Around Coordinator (Departure and Arrival
control sebagai Unit yang Mempunyai Otoritas

1. Menetapkan Delayed Code sesuai contributing factor utama.

2. Menghentikan proses pelayanan pesawat Udara apabila :

a. Kondisi cuaca extrime/ Sangat Buruk : Hujan Lebat, Hujan lebat disertai petir, Hujan
ringan didominasi Petir, Angin Kencang mengarah terjadinya badai.

b. Terjadi Kebakaran.
Rev. 02 AHS - 95
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Banjir di Bandara (Apron).

d. Gempa Bumi.

e. Bom Threat.

3. Meneruskan berita yang diterima dari PIC ke unit atau bagian yang relevan dengan
kasus yang terjadi, terkait kemungkinan adanya kelainan dan/ atau ketidak sesuaian
proses pelayanan dengan prosedur yang terjadi pada penerbangannya.

4. Mengingatkan semua unit termasuk seluruh station yang berhubungan dengan


kegiatan kontrolnya, tentang adanya : Perubahan NOTAM, Akan terjadinya (Cuaca
Buruk/ Extrimes, Angin Badai) agar semua personel dan /atau station mepersiapkan
rencana pengamanan pesawat, alat (GSE) dan atau Kendaraan lainya.

5. Mengirim Movement Message Departure Flight ke station tujuan dan alternate dan
Movement Message Arrival Flight ke station origin dan alternate station sesuai format
dan ketentuan yang berlakuk disetiap airlines.

6. Mencatat seluruh perkembangan kegiatan pelayanan pesawat di darat dalam Jurnal


Operasi Harian (Operational Daily Journal) dari mulai pelayanan sampai pesawat
Airborne.

7. Melakukan koordinasi internal dan lintas instansi atau department dalam rangka
menjaga koordinasi yang efektif dengan provider lainya yang terlibat dalam fungsi -
fungsi pelayanan turnaround pesawat, menjaga kepentingan komunikasi dan
pelaksanaan pelayanan pesawat udara airlines.

8. Bertindak sebagai penghubung utama dengan semua instansi operasional termasuk


Crew pada isu - isu yang timbul ketika mengawasi kegiatan pelayanan di pesawat
selama turnaround.

AHS 12.3.0 Prosedur Persiapan Umum Team Turn Round Coordinator


(Departure and Arrival control)

1. Supervisor Unit Departure Control melaksanakan daily briefing bersama seluruh


personel yang di assign akan bertugas hari/shift itu sebagai petugas Operation Control
(Operation) dan dalam briefing persiapan tersebut disampaikan materi inti meliputi :

a. Distribusi tugas setiap personel (Assign job function of every staff) sesuai kecakapan
bidang masing - masing.
Rev. 02 AHS - 96
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Memastikan bahwa setiap staff yang di assign sebagai fungsi Operation Control
harus pernah mengikuti pelatihan dan / atau lulus test dalam pelatihan tentang Turn
Round Coordinator dan Flight Operation Officer (FOO) serta dapat melaksanakan
tugas yang dibebankan.

c. Memastikan bahwa setiap staff yang di assign sebagai fungsi Operation Control
harus pernah mengikuti pelatihan Radio Telephony (Radio Communication System).

d. Supervisor memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas satu
persatu, apakah mereka dalam kondisi sehat secara fisik dan mental dengan
dilakukan test beberapa pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan
dilaksanakannya.

e. Menanyakan dan memastikan secara visual kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang termasuk golongan sedative (aspirin, obat batuk)
Psychotropica (obat terlarang morfin, marijuana, ecstasy), zat addictive (minuman
beralkohol) lainnya yang menimbulkan reaksi mengantuk, hyper aktif, reaksi
menghilangkan daya control dan ingatan.

f. Mengingatkan setiap staff yang telah di assign dalam fungsi Operation Controler,
agar berhati - hati dalam mengarahkan setiap unit yang terlibat dalam pekerjaan,
mengingat setiap perkataan yang disampaikan oleh Operation Control dapat
dijadikan atau diterjemahkan sebagai instruksi oleh para pelaksana dilapangan,
karena Operation merupakan central dari kegiatan operasional pelayanan, untuk itu
arahkan mereka agar selalu bekerja sesuai ; prosedur yang berlaku, instruksi kerja
yang berlaku dan mengingatkan (para pelaksana pelayanan) tentang resiko kerja
termasuk kecelakaan kerja yang diakibatkan apabila bekerja tidak mengikuti aturan
yang ada.

g. Mengingatkan tentang pentingnya meningkatkan manajemen keselamatan pada


proses Aircraft Turnaround.

h. Mengingatkan agar menggunakan Bahasa Operasional yang dipahami oleh semua


pihak, ketika berkomunikasi dengan media ; Telephon, Handy Talky, Company
Channel, Telex maupun Email.

Rev. 02 AHS - 97
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

i. Mengingatkan tentang keharusan untuk meningkatkan kinerja ketepatan waktu


melalui kepatuhan terhadap presisi jadwal waktu yang telah ditetapkan setiap
penerbangan.

j. Memastikan kepatuhan yang berkelanjutan dengan prosedur perusahaan, airlines


dan prosedur lainya yang dijadikan dasar kinerja pelayanan Aircraft Turnaround.

k. Ingatkan bahwa, kelancaran kegiatan tergantung bagaimana cara mengatasi /


memanage aktifitas yang kritis atau pada kegiatan kritis dan pemanfaatan seefesien

mungkin waktu yang ada pada setiap kegiatan secara keseluruhan.

AHS 12.4.0 Prosedur Persiapan Pelaksana Turn Round Coordinator/


(Departure and Arrival control)

1. Seluruh staff yang di assign sebagai Operation Controller harus / wajib membaca dan
mempelajari catatan - catatan yang tertuang dalam buku - buku:
a. Buku Particular (Log Book) yang berisikan catatan - catatan tentang pesan dari; shift
sebelumnya, Airlines, Other Station dan other department untuk ditindaklanjuti,
dengan prioritas utama.

b. Buku In coming telex yang berisikan pesan - pesan yang disampaikan melalui Telex
baik dari ; inter departement, Airlinines dan/atau antar station untuk ditindaklanjuti
dan/atau dijadikan perhatian.

c. Buku Irregularity Report yang berisikan catatan - catatan irregularity/penyimpangan


dan NOTAM yang terjadi di station yang dicontrol maupun out station, untuk
dijadikan perhatian khusus agar hal serupa dapat dihindari dan diinformasikan.

d. Crew Rotation Record (Cropa) yang disampaikan oleh setiap airlines, untuk
dipersiapkan segala sesuatunya terkait manage crew administration.

e. Daily Flight Schedule yang diterbitkan oleh setiap Airlines, untuk didata ulang,
sebagai konsumsi informasi setiap unit/departement yang terlibat dalam pelayanan.

f. Departure Flight Movement Message yang berisikan data - data tentang


keberangakatan pesawat disetiap penerbangan dari out station, untuk disesuaikan
dengan schedule turnaround flight berikutnya.

2. Seluruh staff yang di assign sebagai Operation Controller harus mempersiapkan sarana
dan fasilitas yang akan digunakan dalam tugas dan dilakukan:
Rev. 02 AHS - 98
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Functionally Test sistem Airline yang di assign oleh setiap Airlines.

b. Functionally Test Radio Two Way Communication (UHF) Ground to Ground


communication dengan melakukan test komunikasi keseluruh station radio yang on
line dengan matery “ memeriksa dan menyamakan waktu (Time Check & Set) dan
seluruh unit yang mendengar harus memberikan response “ Time Check & Set “ dan
tambahan tentang kondisi penerimaan (Loud & Clear / Readable one, two, three,
four or five).

c. Functionally Test Radio Two Way Communication (VHF) Ground to Air


Communication dengan melakukan test ke Pesawat yang sedang ada di Ground dan
membuka channel yang sama.

d. Functionally Test Message Switching System dengan mengirim pesan singkat ke unit
- unit pelayanan (Just Say Hello with a little joke as an ice breaking before doing
the activities) sambil menanyakan kesiapan mereka.

e. Functionally Test Telephone and Faximail dengan melakukan komunikasi ke unit -


unit terdekat.

3. Staff yang di assign sebagai Operation Controler Radio Ground to Air (VHF/UHF)
Communication harus / wajib mempersiapkan :

a. Data-data Registrasi Pesawat untuk setiap flight yang datang dan berangkat.

b. Jadwal Harian Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat (Daily Flight Schedule


for Arrival and Departure) yang memuat semua route dari station setempat dan
/ atau diluar station.

c. Rencana Perputaran Pesawat & Crew (Aircraft & Crew Rotation Plan)

d. Rencana Penerbangan (Flight Plan) seluruh schedule flight.

e. Weather Forecast (Prakiraan Cuaca) dan NOTAM yang berlaku station setempat,
station tujuan dan station alternate.

f. Rencana Parkir Pesawat (Aircraft Parking Position Plan) yang disiapkan oleh
Apron Movement Control (AMC)

g. Informasi-informasi lainya terkait perubahan ; Jadwal penerbangan, rotasi Crew,


dan Registrasi Pesawat serta kebijakan lain yang ditetapkan oleh Airlines.

Rev. 02 AHS - 99
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h. Data Serviceability & availability GSE disetiap station yang di kontrol GP.

i. Rencana ; Fuel, Catering, Penumpang, Cargo & Pos serta special handling lainya
(VIP, CIP, WCHR, STCR, UM dll.)

j. Data Serviceability & availability GSE disetiap station yang di kontrol GP.

k. Data Arrival and Departure Flight Schedule dalam sistem Airline sesuai Daily Flight
yang dikirim setiap Airlines.

4. Prosedur Pelaksanaan Operation Control dengan Radio Ground to Air (VHF)


Communication dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menyampaikan informasi terkait Crew Rotation.

b. Menyampaikan informasi tentang Aircraft Rotation.

c. Menyampaikan informasi perubahan Flight Plan.

d. Menyampaikan informasi tentang NOTAM.

e. Menyampaikan informasi tentang Cuaca ( Weather Forecast ) distation yang akan


dituju maupun alternate station.

f. Menyampaikan informasi rencana Parking Stand.

g. Mencatat data - data yang disampaikan oleh PIC after airborne.

h. Melakukan inserting data - data yang disampaikan oleh PIC dalam sistem Airline
i. Menerima informasi tentang permintaan disiapkan GSE on arrival (GPU, GTC
maupun AUT, Ambulift).

j. Menerima informasi tentang permintaan disiapkan special assistant (WCHR,


STCR/Ambulance, Airport Doctor, Security Guide / Avsec).

k. Menerima informasi request penggantian Crew (Cockpit / Cabin Attendant).

l. Menerima informasi request special menu untuk (Cockpit Crew).

5. Prosedur Pelaksanaan Operation Control dengan Radio Ground to Gound (UHF)


Communication dengan tahapan sebagai berikut :

a. Melakukan updating data flight information di sistem Airlines sebagai sumber


data informasi unit - unit pelayanan lainya, meliputi :

a.1 Up dating Registrasi Pesawat.

Rev. 02 AHS - 100


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.2 Up dating Schedule Keberangkatan setiap penerbangan.

a.3 Up dating Schedule Kedatangan setiap penerbangan.

a.4 Up dating perubahan type /jenis pesawat.

a.5 Up dating route / alternit station yang akan digunakan.

a.6 Up dating kondisi cuaca.

a.7 Up dating waktu (Time Check).

b. Insert data di sistem Airline yang dicatat dalam Daily Journal

c. Memproses data - data setiap penerbangan yang dilaporkan oleh Ramp


Dispatch/Dispatch menjadi Departure Movement.

d. Melakukan verifikasi data - data setiap penerbangan yang sudah dijadikan


Departure Movement Message dengan Unit Ramp Dispatch dan Load Control
sebelum dikirim ke station tujuan.

e. Mengirim Departure Movement Message ke enroute station sampai ke final


destination station dengan copy ke Airlines Operation (Movement Message
address of any Airlines, conducted in accordance of requirement of each airlines).

f. Melakukan kegiatan pengontrolan (Control Co-ordination) dengan petugas


Turnaround Coordinator (Ramp Dispatch) disetiap penerbangan, dengan
mengingatkan mereka tentang :

f.1 Waktu pelayanan setiap penerbangan.

f.2 Waktu pelayanan setiap unit pelayanan.

f.3 Memastikan kegiatan yang dikendalikan Ramp Dispatch disetiap


penerbangan berjalan dengan lancar.

f.4 Mengingatkan sisa waktu pelayanan yang dimiliki oleh setiap unit pelayanan.

f.5 Menanyakan kesiapan akhir kegiatan pelayanan disetiap penerbangan


kepada petugas Ramp Dispatch.

f.6 Melakukan koordinas dengan Crew Control (Airlines).

f.7 Melakukan koordinasi dengan unit fueling suply.

f.8 Melakukan koordinasi dengan unit Aircraft maintenant (Airlines).

Rev. 02 AHS - 101


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f.9 Meminta informasi kondisi real cuaca di enroute, alternate dan final
destination.

f.10 Memastikan kesiapan peralatan di enroute, alternate dan final destination.

f.11 Menginformasikan special request dari setiap penerbangan ke unit - unit


pelayanan yang dituju (GSE, Pax & Bag dan Warehouse).

g. Melakukan penilaian kinerja pelayanan seluruh unit dan penetapan delayed code
keterlambatan penerbangan di setiap penerbangan, meliputi :

g.1 Penyebab utama terjadinya keterlambatan.

g.2 Penetapan delayed code setiap penerbangan berdasarkan penyebab utama.

g.3 Mendistribusikan pesan (Message) special request pelayanan meliputi tetapi


tidak terbatas; Quick Handling, Special Assistance, Ground Support
Equipment, Ambulance, Sparepart, Ahli dan/atau hal lainya terkait
permintaan PIC di satu penerbangan, ke enroute station sampai ke final
destination station.

g.4 Menyiapkan dan menginformasikan kepada seluruh pihak ketiga (Pertamina,


Cleaning Services, Airport Authority, Customs, Imigrasi, Karantina, Bagian
Transportasi, dll) yang kegiatannya berhubungan dengan Operasional
Airlines dan jadwal keberangkatan/kedatangan pesawat.

g.5 Menginformasikan ke seluruh unit terkait apabila terjadi perubahan jadwal


keberangkatan / kedatangan, rotasi pesawat dan crew, penanganan khusus
serta melaporkan ke airlines terkait dengan :

g.5.1 GSE : Pelayanan pesawat

g.5.2 Catering : Perubahan makanan

g.5.3 Crew control : Perubahan crew

g.5.4 Flight Dispatcher : Perubahan flight plan

g.5.5 Passenger services : Perubahan penumpang

g.5.6 Load Control : Perubahan weight and balance

g.5.7 Load Master : Perubahan distribusi load

Rev. 02 AHS - 102


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g.6 Memonitor seluruh aktifitas di ramp area (keberangkatan dan kedatangan),


memastikan ketepatan dan keselamatan penerbangan melalui radio/HT dan
atau CCTV.

g.7 Melakukan koordinasi dengan Airlines meliputi kejadian - kejadian sebagai


berikut :

g.7.1 Adanya keterlambatan jadwal kedatangan pesawat yang


berkelanjutan, agar disiapkan keputusan - keputusan terkait Crew
Rest Hours Minuse / Crew Exiding Hours, Catering Expired, Transit
Passenger, Connecting Passenger.

g.7.2 Adanya penyebab dominan keterlambatan yang disebabkan oleh


lebih dari dua factor penyebab (Penetapan Delayed Code).

g.7.3 PIC request sesuatu yang diluar kebijakan atau prosedur yang
berkalu di Airlines tersebut.

g.7.4 Penetapan minimum crew active di satu penerbangan.

g.7.5 Pesawat mengalami kerusakan tekhnis yang berkepanjangan.

g.7.6 Keadaan pesawat dalam ancaman (Security Threat).

g.7.7 Pesawat dalam keadaan darurat (ERP).

g.7.8 Adanya penyimpangan/ irregularity dalam satu jadwal penerbangan

g.7.9 Menyiapkan langkah antisipasi yang harus dilakukan dalam satu


penerbangan.

g.7.10 Setiap message/telex yang diterima atau dikirm yang isinya


berhubungan dengan irregularities penerbangan atau yang
berkaitan dengan kebijakan airlines.

g.8 Menyimpan data - data Movement Message setiap Penerbangan untuk waktu
selama 90 Hari kalender dan seterusnya diserahkan ke setiap Airlines dengan
dibuatkan BA serah terima.

6. Prosedur Pelaksanaan Operation Control dengan fungsi mengirim Arrival Movement


dengan tahapan sebagai berikut :

Rev. 02 AHS - 103


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Setiap origin, transit station akan mengirim berita rencana kedatangan setiap
jadwal penerbangan di station tujuan, transit dan alternate.

b. Data - data yang diterima dari station Origin, Transit dan Alternate akan di baca
dan diolah serta didistribusi ke unit - unit pelayanan yang ada.

c. Memastikan Actual Time Arrival (ATA) setiap jadwal kedatangan penerbangan.

d. Mengumpulkan data - data untuk di sampaikan dalam Arrival Movement Message


dari petugas Ramp Dispatch.

e. Menyiapkan message Arrival Movement Message yang akan dikirim ke Origin,


Transit dan Alternate station dahwa penerbangannya sudah sampai di tujuan.

f. Menyimpan data - data Movement Message setiap Penerbangan untuk waktu


selama 90 Hari kalender dan seterusnya akan diserahkan ke setiap Airlines
dengan dibuatkan BA serah terima

AHS 12.5.0 Penyelesaian Departure Control

1. Mencatat semua kegiatan dalam “daily journal flight report” secara baik dan benar.

2. Menyimpan data - data Movement Message setiap Penerbangan untuk waktu selama
90 Hari kalender dan seterusnya akan sebelum diserahkan ke setiap Airlines dengan
dibuatkan BA serah terima

3. Melakukan daily debriefing bersama seluruh staff yang terlibat dalam pelayanan guna
melakukan evaluasi dan koreksi untuk mendapatkan langkah - langkah preventive di
pelayanan - pelayanan berikutnya agar tidak terulang kembali kasus atau
penyimpangan yang sama.

AHS 13.0.0 PROSEDUR PELAYANAN PENERBANGAN VVIP

AHS 13.1.0 Definisi dan Pengertian VVIP

1. VVIP singkatan dari kata dalam bahasa inggris “Very Very Important Person“

2. Pengertian VVIP adalah Orang yang karena jabatan atau kedudukan serta
kepentingannya harus diperlakukan secara khusus dalam berbagai aspek pelayanan.

3. Hubungan perlakuan khusus VVIP tersebut kaitannya sangat erat atau sering
diterapkan didunian Penerbangan, Perhotelan dan perlakuan ketika figur yang

Rev. 02 AHS - 104


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

mempunyai atau menyandang jabatan atau kedudukan serta kepentingan yang sangat
tinggi tersebut harus muncul di area publik.

4. Hubungan perlakuan khusus terhadap VVIP dimaksud adalah kolaborasi atau


perpaduan antara dua system pelayanan yang sesungguhnya saling bertentangan akan
tetapi harus bersatu, yaitu “ System Pelayanan secara murni dan nyata pelayanan yang
menjunjung tinggi azas; kenyamanan, kesenangan, kemudahan dan kecepatan
dipadukan dengan System Pengamanan pengawalan, pemeriksaan, pembatasan dan
kerahasiahan “.

5. Kelompok atau kategori VVIP adalah ; Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, Kepala
Gereja Katholik Roma, Raja - raja dan Kaisar.

AHS 13.2.0 Persiapan Pelayanan Penerbangan VVIP

1. Menerima informasi akan adanya Penerbangan VVIP dari Maskapai Penerbangan atau
langsung dari Sekretariat Negara.

2. Menyiapkan atau membentuk team kecil yang dikepalai oleh Manager Operasi untuk
tingkat Cabang yang ada Manager Operasi atau General Manager untuk cabang yang
tidak mempunyai Manager Operasi.

3. Ketua Team kecil mengadakan rapat koordinasi internal untuk menetapkan para
penanggungjawab pelayanan seperti :

a. Penanggungjawab pelayanan Penumpang & Bagasi.

b. Penanggungjawab pelayanan Operasi/Turnaround Coordinator.

c. Penanggungjawab pelayanan Ground Support Equipment / GSE.

d. Penanggungjawab pelayanan Keamanan.

e. Penanggungjawab pelayanan Umum.

4. Ketua Team kecil melakukan koordinasi dengan Airlines yang akan menerbangkan
tamu VVIP.

5. Ketua Team Kecil memerintahkan para penanggungjawab pelayanan untuk


mempersiapkan sarana & prasarana serta fasilitas yang akan dipergunakan dalam
pelayanan.

6. Penanggungjawab pelayanan Penumpang dan Bagasi mempersiapkan :


Rev. 02 AHS - 105
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Form ; Manifest, APB, Label, Boarding Pass / Boarding Card dan Security Items,
Baggage Check List.

b. Peralatan Mobil Timbangan (Portable Weighing Scale).

c. Peralatan Laptop & Printer.

d. Personnel yang akan terlibat dalam pelayanan Pax & Bag.

7. Penanggungjawab pelayanan Operasi mempersiapkan :

a. Form ; Notoc, Load Sheet, Loading Instruction/Reports, Loading Check List dan
Ramp Check List.

b. Peralatan komunikasi ( VHF & UHF )

c. Peralatan Computer Laptop.

d. Personnel Ramp Dispatch merangkap Dispatcher ( FOO ).

e. Personnel Load Control.

f. Personnel Loading Supervisor/Load Master.

g. Personnel Porter/Porter.

8. Penanggungjawab pelayanan GSE mempersiapkan :

a. Peralatan 2 Unit Passenger Boarding Stair ( PBS ) yang 1 Unit di lapisi Red Carpet
tanpa Canopy.

b. Peralatan 1 Unit ATW lengkap dengan Towbar sesuai type Pesawat.

c. Peralatan 1 Unit Air Starter Unit.

d. Peralatan 1 Unit Ground Power Unit.

e. Peralatan 1 Unit Air Unit Truck / AC Car.

f. Peralatan 1 Unit Lavatory Service Truck.

g. Peralatan 1 Unit Water Service Truck.

h. Peralatan 1 Unit Baggage Conveyor Porter (BCL).

i. Peralatan 1 Unit High Lift Porter ( LLD / untuk Type Wide Body).

j. Peralatan Marshalling (Truck Marshalling, Bed Marshalling dan Wheel Chock serta
Safety Cone).
Rev. 02 AHS - 106
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k. Peralatan 6 Unit Baggage Cart atau 6 Dollies Containers ( untuk pesawat type Wide
Body).

l. Personnel sesuai alat yang akan di operasikan lengkap dengan STKP yang masih
berlaku.

m. Seluruh peralatan sudah disiapkan dan didaftar sekurang - kurangnya dalam waktu
H - 2 sebelum operasional dilaksanakan.

n. Team Aircraft Servicing (Cleaning Services) beserta peralatanya.

9. Penanggungjawab pelayanan keamanan (Avsec) mempersiapkan :

a. Portable Detector (Hand heald metal detector).

b. Peralatan Komunikasi dengan External .

c. Form Screening.

d. Personnel 3 Orang untuk pengamanan pelayanan dan koordinator keamanan.

10. Penanggungjawab pelayanan Umum mempersiapkan :

a. Radio komunikasi untuk personnel.

b. Logistik untuk personnel.

c. Wi-fi modem untuk penunjang email.

d. Computer Laptop.

e. Perijinan dan pass khsusus.

f. Komunikasi dengan instansi lain yang terlibat dalam pelayanan.

g. Personnel lapangan.

11. Ketua Team kecil (Manager Operasi atau Yang ditunjuk) melakukan inspeksi lapangan
untuk memastikan hasil kesiapan Sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang
pelayanan.

12. Ketua Team kecil bersama Penanggungjawab Keamanan mengikuti pertemuan


dengan Instansi Pemerintahan maupun Pengamanan VVIP untuk mendapatkan
informasi - informasi dalam rangka menyusun skenario pelayanan.

13. Ketua Team kecil melakukan rapat persiapan dengan unit - unit pelayanan yang berada
diluar kendali Gapura Angkasa, seperti; Airport authority, Administrator Bandar Udara,
Rev. 02 AHS - 107
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Instansi Pengamanan (Militer & Polri, Paspampres), Airlines, Pemasok bahan bakar
pesawat (Fuel Supply), Aicraft Mechanic dan Catering Services untuk membahas
scenario pelayanan yang dipadukan dengan system pengamanan, agar semua pihak
faham dan dapat melaksanakan dengan baik dan benar.

14. Ketua Team kecil harus mendapatkan contact person penanggungjawab dari setiap
instansi dan/atau unit - unit pelayanan yang bertanggungjawab dalam pelayanan VVIP,
untuk memudahkan akses komunikasi dan koordinasi dalam hal menerapkan sandi -
sandi dan penggunaan pass khusus.

15. Ketua Team kecil melakukan pendataan seluruh personnel yang akan terlibat dalam
pelayanan yang disampaikan oleh para Penanggungjawab pelayanan dari setiap unit.

16. Para Penanggungjawab pelayanan harus mencatat nomor (Telpon dan Hand Phone)
para personnel yang akan terlibat dalam pelayanan team VVIP.

17. Penanggungjawab Keamanan melakukan Screening dan briefing kepada para


personnel yang akan terlibat dalam pelayanan VVIP, untuk mengarahkan mereka
tentang skenario pelayanan, seperti :

a. Semua personnel pelayanan bekerja berdasarkan perintah (komando) dari


Penanggungjawab masing-masing, tidak diperkenankan melakukan inisiatif dan
proactif dan apabila mengetahui adanya potensial hazard atau security threat
disekitar area operasional pelayanan, hanya diperbolehkan menyampaikan /
menginformasikan kepada Penanggungjawab pelayanan masing-masing dan/ atau
kepada Penanggungjawab pelayanan keamanan.

b. Semua personnel yang sudah ditetapkan menjadi Team VVIP (termasuk tenaga
cadangan ) tidak diperkenankan untuk jauh dari area pelayanan dan harus selalu
berada dalam pengawasan atau pengendalian Penanggungjawab pelayanan
masing-masing.

c. Apabila karena adanya sesuatu hal yang tidak bisa ditinggalkan yang menyebabkan
assigned personnel tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya, maka personnel
tersebut segera memberitahu Penanggungjawab unit pelayanan masing-masing,
agar segera disiapkan tenaga pengganti (mengaktifkan tenaga Cadangan).

Rev. 02 AHS - 108


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Semua personnel yang sudah didaftar sebagai team pelayanan VVIP harus menjaga
kerahasiahan sand-sandi dan atribut-atribut yang akan digunakan dalam
operasional pelayanan.

e. Semua personnel harus menjaga kerahasiahan skenario pelayanan dari jam ke jam
yang sudah ditetapkan secara korporasi oleh Penanggungjawab Umum
Pengamanan VVIP.

f. Semua personnel yang terlibat tanpa kecuali Ketua Team kecil harus didaftarkan
dan dilaporkan kepada penanggungjawab umum pengamanan VVIP.

g. Semua peralatan GSE dan Radio Komunikasi yang akan digunakan harus
dicatat/didaftar Nomor-nomor inventorynya dan dilaporkan kepada
penanggungjawab umum pengamanan VVIP.

h. Semua Penanggungjawab pelayanan dan/ atau personnel yang terlibat pelayanan


VVIP, tidak diperkenankan mengganti personnelnya dengan personnel yang tidak
terdaftar dalam waktu berjalanya pelayanan, apabila keadaan mendesak maka
Penggungjawab pelayanan harus mengambil alih pekerjaan tanpa menimbulkan
perhatian/sorotan.

i. Dalam hal pergerakan peralatan (GSE) harus menunggu perintah dari FSO yang
ditetapkan oleh Team VVIP dari Paspampres.

j. Dalam membuka pintu compartment harus menunggu perintah dari FSO yang
ditetapkan oleh Team VVIP dari Paspampres.

18. Ketua Team kecil melakukan koordinasi kesiapan akhir dengan pihak Penerbangan,
Airport Authority, Protokol VVIP dan instansi-instansi terkait lainnya perihal persiapan
pelaksanaan pelayanan penerbangan VVIP, termasuk menginformasikan perihal
kesiapan dan kemampuan ground handling untuk melayani penerbangan VVIP.

19. Menyiapkan “Contigency Plan”, sebagai antisipasi terhadap situasi emergency yang
mungkin terjadi.

20. Membuat check list kegiatan yang akan dilakukan, dan wajib untuk disosialisasikan
kepada seluruh petugas ground handling yang terlibat dalam pelayanan penerbangan
VVIP.

Rev. 02 AHS - 109


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

21. Melakukan uji coba / gladi kotor terpadu perihal pelaksanaan pelayanan VVIP, bila
dimungkinkan dilakukan bersama dengan pihak Penerbangan, Protokol dan instansi
terkait lainnya.

AHS 13.3.0 Pelaksanaan Pelayanan Penerbangan VVIP

1. Keberangkatan

a. Person In Charge (PIC) sebagai penanggungjawab seluruh kegiatan operasional


melakukan briefing kepada seluruh petugas pelaksana, serta berkoordinasi dengan
pihak protokol perihal rencana pelaksanaan pelayanan Operasional yang berkaitan
dengan aspek security.

b. Unit Operation Control sebagai koordinator pelaksanaan operasional berkoordinasi


dengan seluruh unit terkait dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

b.1 H - 2.5 (Jam)

b.1.1 Seluruh petugas diinspeksi beserta peralatan yang akan digunakan dan
siap melaksanakan tugas serta berada pada posisi dan area yang telah
ditentukan.

b.2 H - 2 (Jam)

b.2.1 Operation Center menyiapkan dokumen penerbangan sesuai rencana


penerbangan, antara lain; Flight Plan, ATC Flight Plan, NOTAM, Weather
forecast, Foto Satelite dan lainnya sebagai data dukung Penerbangan.

b.2.2 Ramp Dispatcher stand-by disekitar pesawat udara untuk mulai


menjalankan tugas sesuai ramp checklist yang ada serta disesuaikan
dengan tata cara atau prosedur penanganan VVIP Flight dari pihak
protokol.

b.2.3 Proses refueling dilakukan dibawah pengawasan Aircraft Mechanic dan


Flight Security Officer (FSO) serta Paspampres.

b.2.4 Petugas Load Control selesai membuat perhitungan weight & balance
sementara / load planning dan menyiapkan dokumen lainnya yang
diperlukan.

Rev. 02 AHS - 110


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.2.5 Petugas Load Master menerima perintah pemuatan Bagasi dari Flight
Security Officer (FSO) dan memulai mengawasi proses loading bagasi,
dan melaporkan data kepada Load Control.

b.2.6 Catering Up lift sudah dilaksanakan dibawah pengawasan langsung dari


Paspampres dan Flight Security Officer (FSO).

b.2.7 Cockpit & Cabin Crew on board di pesawat dan melaksanakan persiapan
- persiapan.

b.3 H - 1.5 (Jam)

b.3.1 Ramp Dispatcher melakukan Walk Round Check seluruh kegiatan


pelayanan pesawat udara dan melaporkan hasilnya kepada Ketua Team
kecil.

b.3.2 Seluruh penumpang pendamping VVIP naik ke pesawat (Boarding).

b.3.3 Seluruh kegiatan pelayanan selesai dilakukan kecuali penumpang VVIP.

b.4 H - 1 (Jam)

b.4.1 Flop, Load Control menyerahkan load sheet dan data penerbangan yang
dibutuhkan.

b.4.2 Ketua Team kecil (Manager Operasi atau yang ditunjuk ) memastikan
laporan yang disampaikan oleh Ramp Dispatch bahwa semua proses
ground handling telah selesai dilaksanakan dengan baik dan aman
sesuai prosedur yang berlaku.

b.4.3 Ketua Team Kecil melaporkan kepada Flight Security Officer (FSO)
bahwa seluruh pelayanan telah selesai dilaksanakan dan semua
personnel yang akan terlibat dipelayanan akhir sudah siap ditempat
masing - masing.

b.4.4 Rombongan pelepas VVIP mempersiapkan diri disekitar tempat yang


akan dilalui VVIP.

b.5 H - 30 (Menit)

b.5.1 Rombongan penumpang VVIP tiba di Bandara.

b.5.2 Kegiatan selanjutnya disesuaikan dengan tata cara dari pihak protokol.

Rev. 02 AHS - 111


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.6 H - 15 ( Menit )

b.6.1 Ramp Dispatcher dan Flight Security Officer (FSO) menuju tangga depan
pesawat udara, setelah dinyatakan “clear” pintu depan pesawat udara
ditutup. Tangga depan ditarik. Kemudian menuju tangga pesawat
belakang pesawat udara, setelah dinyatakan “clear” FSO masuk ke
pesawat udara dan pintu belakang pesawat udara ditutup. Ramp
Dispatcher turun, tangga belakang ditarik.

b.7 H - 0 ( Jam )

b.7.1 ATD.

b.8 H + 15 ( Menit )

b.8.1 Operation Control mengirim telex / movement message yang berkaitan


dengan keberangkatan pesawat udara VVIP.

b.8.2 Seluruh dokumen harus didistribusikan ke unit dan instansi terkait.

b.8.3 Filing dukumen.

b.9 H + 30 ( Menit )

b.9.1 Penangung jawab operasi / Manager Operasi mengadakan debriefing


dan evaluasi.
2. Kedatangan

a. Person In Charge (PIC) sebagai penanggungjawab seluruh kegiatan operasional


melakukan briefing kepada seluruh petugas pelaksana, serta berkoordinasi dengan
pihak protokol perihal rencana pelaksanaan pelayanan Operasional yang berkaitan
dengan aspek security.

b. Unit Operation Control sebagai koordinator pelaksanaan operasional berkoordinasi


dengan seluruh unit terkait dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

b.1 H - 2 (Jam).

b.1.1 Seluruh petugas siap melaksanakan tugas dan berada pada area yang
telah ditentukan.

b.2 H - 1 (Jam).

Rev. 02 AHS - 112


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.2.1 Penangung jawab operasi/manager operasi, menyatakan bahwa semua


persiapan pelayanan penerbangan VVIP yang berkaitan dengan aspek
ground handling telah siap. Manager operasi memegang komando
semua kegiatan operasional pelayanan.

b.2.2 Operation Control mendistribusikan informasi perihal kedatangan


pesawat udara VVIP kepada Instansi terkait.

b.2.3 Departure Control (depco) melaksanakan pemeriksaan atas kegiatan


operasional.

b.3 H - 30 (Menit)

b.3.1 Ramp Dispatcher mengkoordinasikan kegiatan di ramp area sesuai


check list.

b.4 H - 0 (Jam)

b.4.1 ATA

b.5 H + 5 ( Menit )

b.5.1 Operator memandu pesawat udara ke tempar parkir yang ditentukan.

b.5.2 Block on / wheel chock dipasang, fire extinguisher berada di tempatnya.

b.5.3 PBS (pax boarding stairs/steps) merapat ke pintu pesawat udara, pintu
pesawat udara siap dibuka.

b.5.4 Ramp Dispatcher menuju tangga belakang pesawat udara, setelah


dinyatakan “clear” pintu belakang pesawat udara dibuka, Flight Security
Officer (FSO) keluar/turun dari pesawat. Kemudian Ramp Dispatcher
dan FSO menuju tangga depan pesawat udara, setelah dinyatakan
“clear” pintu depan pesawat udara dibuka. Ramp Dispatcher turun.

b.5.5 Person In Charge (PIC) memperhatikan proses keseluruhan dan


menginformasikan kepada pihak protokol bahwa proses ceremony dapat
dilakukan.

b.5.6 Proses kegiatan selanjutnya sesuai dengan tahapan penyambutan,


upacara dan lainnya yang ditentukan oleh pihak protokol.

Rev. 02 AHS - 113


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.6 H + 10 (Menit)

b.6.1 Operation Control mengirim Telex yang berkaitan dengan kedatangan


pesawat udara tersebut.

b.7 H + 15 (Menit)

b.7.1 Operation Control menyelesaikan, mengumpulkan, mendistribusikan


dan filing dokumen penerbangan.

b.7.2 Unloading kargo dan bagasi dilaksanakan, petugas Load Master


mengawasi pelaksanaan tersebut dan melaporkan kepada unit terkait /
Operation Control. Serah terima cargo dan bagasi dengan pihak protokol
harus dibuat secara tertulis dengan jelas.

b.7.3 Apabila pesawat RON (remain over night), Penanggung jawab operasi /
Person In Charge (PIC) melakukan koordinasi dengan instansi terkait
perihal pelayanan yang harus dilakukan berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawab sebagai ground handling.

b.7.4 Setelah semua pelayanan selesai dilaksanakan, penanggung jawab


operasi / Manager Operasi melakukan debriefing dan membuat resume
perihal seluruh kegiatan dimaksud serta melaporkan ke Management
dan unit terkait.

AHS 13.4.0 Remain Over Night (RON)

1. Manager Operasi sebagai penanggungjawab seluruh kegiatan operasional melakukan


briefing kepada seluruh petugas pelaksana, serta berkoordinasi dengan instansi
terkait, perihal tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan ground handling selama
pesawat RON, dengan tahapan sebagai berikut :

a. Walaupun keamanan pesawat RON menjadi tanggung jawab instansi yang


berwenang, PT. Gapura Angkasa tetap menyediakan Petugas keamanan untuk
keamanan internal (sesuai dengan kesepakatan Airline).

b. Setiap pelaksanaan pelayanan ground handling pada saat RON harus dengan
permintaan secara resmi oleh pihak penerbangan, pihak protokol yang
bersangkutan dan dibawah pengawasan Petugas keamanan yang berwenang.

Rev. 02 AHS - 114


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Sebelum pelaksanaan pelayanan ground handling dilakukan, Manager Operasi


membuat rencana pelaksanaan, mengkonfirmasikan estimasi waktu penyelesaian
kepada pihak terkait dan seluruh rangkaian pelaksanaan harus sudah dapat
diselesaikan H - 120 (menit) atau sesuai dengan permintaan pihak
penerbangan/pihak protokol.

d. Manager Operasi bertanggung jawab untuk melakukan konfirmasi terhadap Airline,


perihal pelayanan yang telah diselesaikan.

e. Tahapan pelaksanaan pelayanan pada saat RON yang tidak tercakup sesuai
AHM/Standar pelayanan Ground Handling harus selalu dibawah petunjuk atau
supervisi pihak penerbangan dan atau pihak protokol.

AHS 13.5.0 Pakaian Petugas

1. Seluruh Petugas pelayanan VVIP diharuskan mengenakan pakaian sesuai aturan yang
tercantum dalam Standard Appearance Manual yang berlaku.

2. Apabila diminta / diperlukan untuk mengenakan pakaian selain yang tercantum dalam
Standard Appearance Manual, hal tersebut harus dikoordinasikan dengan pihak
penerbangan, pihak protokol dan unit terkait.

AHS 14.0.0 STANDARD APPEARANCE MANUAL (SAM)

AHS 14.1.0 Ketentuan Umum Standar Penampilan Kerja

1. Setiap petugas yang melakukan fungsi pelayanan di Ramp Area/Apron Side harus
memperhatikan penampilan diri serta mengenakan pakaian seragam yang bersih dan
rapi dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Memenuhi Standar Appearance Manual yang telah ditentukan oleh Perusahaan.

b. Memakai perlengkapan kerja dan Personal Protective Equipment (PPE) / Alat


Pelindung Diri yang telah ditentukan oleh Perusahaan.

c. Rambut tidak diperkenankan panjang / gondrong, tidak boleh mengenai leher kemeja
dan harus senantiasa rapi.

d. Tidak diperkenankan memelihara jenggot atau bulu dagu.

Rev. 02 AHS - 115


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Cambang yang dibiarkan tumbuh melebihi garis batas bawah daun telinga tidak
diperkenankan.

f. Kumis hanya dapat dibenarkan pemeliharaannya, selama terpelihara rapi dan sesuai
kepantasan panjangnya, serta tidak melebihi batas luar sudut bibir.

g. Kuku harus dipotong pendek tanpa melebihi ujung jari dan selalu terpelihara rapi.

AHS 14.2.0 Ketentuan Umum Standar Perlengkapan Kerja dan Personal


Protective Equipment (PPE)

1. Safety Shoes petugas Apron Side :

a. Bahan dari kulit dengan kelenturan dan kekuatan tinggi.

b. Warna sepatu hitam (coklat tua untuk wanita) dan tidak bertali.

c. Bahan/alas sepatu tidak keras/cukup lentur, anti slip tanpa paku ataupun logam,
tahan terhadap oli/bahan kimia lainnya.

d. Tahan benturan.

e. Tinggi hak sepatu tidak lebih dari 3 cm.

Contoh seperti gambar berikut :

2. Sarung Tangan (Gloves) petugas GSE Operator WST/LST :

a. Bahan dari karet.

b. Tahan terhadap bahan kimia/tidak bereaksi terhadap bahan kimia.

c. Tidak tembus air (waterproof).

Rev. 02 AHS - 116


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Contoh seperti gambar berikut :

3. Sarung Tangan (Gloves) petugas Load Master, GSE Operator, Porter :

a. Bahan dasar Cotton Polyester.

b. Menyerap keringat.

c. Tidak licin pada saat mengangkat barang.

Contoh seperti gambar berikut :

Rev. 02 AHS - 117


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Safety Vest

a. Bahan tahan air dengan warna dasar hijau (lime green), ukuran S/M/L.

b. Bagian depan menggunakan Velcro tape dari bahan dasar plastic.

c. Tulisan Gapura Angkasa disablon di bagian punggung dengan warna sesuai logo
asli.

d. Striplight warna silver dengan pantulan warna terang (lebar 5cm).

Contoh seperti gambar berikut :

5. Jas Hujan (Rain Coat) :

a. Bahan tahan air (waterproof) warna hijau (lime green), ukuran S/M/L.

b. Restleting plastik dan kancing pada bagian depan.

c. Striplight warna silver (horizontal) dengan pantulan warna terang di bagian


depan/dada dan belakang/punggung (5 cm).

d. Logo Gapura di sablon di bag. Belakang/punggung dengan warna sesuai asli.

Contoh seperti gambar berikut :

Rev. 02 AHS - 118


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Ear Plug (untuk petugas Load Master, Ramp Dispatch, A/C Line Maintenance)

a. Bahan dari material yang lembut yang tidak menimbulkan goresan pada kulit.

b. Mampu menahan kebisingan.

Contoh seperti gambar berikut :

Rev. 02 AHS - 119


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AHS 15.0.0 KRITERIA SDM

AHS 15.1.0 Jenis Kelamin & Usia Minimum

Laki-laki atau perempuan usia yang dipersyaratkan saat penerimaan awal bekerja pada
jabatan untuk fungsi di Aircraft Handling Officer adalah minimum 18 tahun dan maksimum
27 tahun.

AHS 15.2.0 Jenis Kelamin

Laki-laki atau perempuan.

AHS 15.3.0 Pendidikan Formal

Pendidikan yang dipersyaratkan adalah minimum SLTA/D3 berbagai jurusan.

AHS 15.4.0 Persyaratan Fisik

1. Berbadan sehat.

2. Tidak memiliki cacat fisik.

3. Tidak buta warna.

AHS 15.5.0 Persyaratan Soft Kompetensi

1. Services orientation.

2. Oral communication.

3. Ability to learn and follow procedures.

4. Stress tolerance.

5. Initiative.

6. Fast learner.

7. Team orientation.

AHS 15.6.0 Pelatihan Bidang Tugas

1. Basic Station Handling Course.

2. Pelatihan sesuai fungsi tugas (merujuk dokumen Manual Pedoman Pelatihan).

3. Dangerous Goods Awareness.


Rev. 02 AHS - 120
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Aircraft Knowledge

5. Safety and Security Awareness

Rev. 02 AHS - 121


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Halaman ini memang dibuat kosong


(This page is intentionally blank)

Rev. 02 AHS - 122


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 4 - AIRCRAFT GROUND MOVEMENT DAN SERVICES (AGM)

A. UMUM

Panduan ini dibuat untuk semua kegiatan yang melakukan fungsi pelayanan di Ramp
Area, guna memberikan panduan tentang tatacara melaksanakan kegiatan Aircraft
Ground Movement dengan menggunakan peralatan yang sesuai fungsi dan kapasitasnya
dan memperhitungkan :

1. Tipe dan berat pesawat.

2. Kondisi cuaca.

3. Kondisi apron dan sekitarnya.

Guna mencegah terjadinya insiden / eksiden yang dapat menimbulkan personil luka,
kerusakan pesawat maupun kerusakan Ground Support Equipment ataupun peralatan
lainnya yang dapat menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.

Mengingat dalam pelaksanaan berkaitan dengan beberapa aspek kegiatan, maka Aircraft
Ground Movement dikelompokan dalam beberapa Ketentuan sebagai berikut :

1. Ketentuan Umum di Ramp.

2. Kewaspadaan Bertugas di Ramp/Ramp Safety.

3. Ketentuan Pelayanan Pesawat di Apron/Aircraft Handling.

B. TANGGUNG JAWAB

PT. Gapura Angkasa bertanggung jawab :

1. Menjamin bahwa SOP yang digunakan telah disosialisasikan dan sesuai dengan revisi
terakhir yang berlaku.

2. Terlaksananya aktivitas pengoperasian peralatan GSE sesuai prosedur yang berlaku.

3. Menjamin tersedianya sarana dan prasarana sesuai yang dipersyaratkan.

4. Mengatur, menyediakan dan menentukan jumlah petugas yang sesuai untuk


dilibatkan dalam pelaksanaan.

5. Menjamin bahwa semua petugas sudah mendapat pelatihan dan mempunyai sertifikat
atau Lisensi yang masih berlaku sesuai bidang tugasnya.
Rev. 02 AGM - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Menugaskan petugas pelaksana yang berkompeten (authorized person), mempunyai


pengalaman yang cukup dan mempunyai kinerja yang dapat dipertanggung jawabkan.

AGM 1.0.0 KETENTUAN BERTUGAS DI RAMP

AGM 1.1.0 Kententuan Peralatan

1. Setiap peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (Ground Support


Equipment/GSE) harus memiliki Sertifikat Kelaikan Operasi yang diterbitkan oleh
Direktorat Bandar Udara.

2. Peralatan harus laik operasi dan dalam mengoperasikan setiap jenis/type GSE harus
sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya terhadap pelayanan setiap jenis/type
pesawat yang dilayani.

3. Selain mengacu kepada prosedur internal perusahaan dalam mengoperasikan GSE,


pengoperasian dan ketentuan juga mengacu kepada regulasi pemerintah dan
persyaratan dari customer airlines.

4. Harus dilengkapi, mempunyai, mengfungsikan steady light warna merah


(SKEP/91/IV/2008).

5. Harus dilengkapi dengan tanda “Dilarang Merokok / (No Smoking)” di dalam


kendaraan yang dapat dilihat dan dibaca dengan mudah oleh driver/operator
dan/atau oleh seluruh penumpang, baik pada saat terang atau gelap.

6. Semua peralatan motorize harus dilengkapi Fire extinguisher dan dalam kondisi
serviceable.

7. Semua peralatan yang digunakan harus sesuai dengan kondisi environment bandara
(service road, limitasi ketinggian kendaraan dengan obstacle di service road maupun
apron).

8. Semua lampu kendaraan harus dapat dioperasikan/menyala (flashing light


“berwarna kuning”, turning, reversing, stoping light dan lainnya).

9. Bila tidak sedang digunakan peralatan wajib diparkir, ditempatkan di designated area
yang ditentukan oleh Otoritas Bandara dalam kondisi hand brake “on”, wheel chock
terpasang dan perlengkapan keselamatan difungsikan.

Rev. 02 AGM - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Peralatan yang tidak laik operasional/rusak, harus dicantumkan “unserviceable tag”
serta mendapatkan emergency prosedur sesuai dengan type masing-masing GSE
dan segera dilaporkan kepada unit trouble shooting GSE dan dipindahkan dari area
operasional ke area maintenance.

11. GSE yang telah dilakukan perbaikan atau perawatan sebelum digunakan untuk
pelayanan harus dipastikan “serviceable” dan kondisi seluruh sistemnya (mekanikal
& elektronik) berfungsi dengan baik yang diperiksa oleh personil (mekanik/QC) yang
mempunyai wewenang.

AGM 1.2.0 Ketentuan Umum Petugas di Area Ramp

1. Wajib memahami bahwa Airside merupakan restricted area, semua personel, ketika
memasuki dan berada di area tersebut harus harus mendapatkan izin dari Otoritas
bandara.

2. Wajib mengetahui, mengerti prosedur yang berlakudalam melaksanakan tugas dan


berada di area tersebut.

3. Memakai uniform dari perusahaan.

4. Jika memasuki restricted area dapat menunjukan kartu identitas perusahaan dan
Pass Bandara sesuai area yang diijinkan dan masih berlaku.

5. Meyakini dirinya dalam kondisi sehat jasmani-rohani saat melaksanakan tugas dan
dilarang berada dibawah pengaruh alkhohol, narkoba.

6. Mengetahui bahwa pergerakan pesawat merupakan prioritas utama di area dimakud.

7. Dilarang merokok di semua area ramp.

8. Wajib menjaga kebersihan area kerja.

9. Memeriksa dan menyingkirkan barang yang bersifat FOD (mur, baut, kertas, plastik,
wadah minum/cangkir/kaleng, kain, pecahan aspal/trotoar, komponen bagasi/tag,
limbah pesawat dan/atau spillage) dari area apronside ketempat sampah khusus
FOD dan/atau dibersihkan serta segera melaporkan ke unit Operasi.

10. Wajib mengetahui, mengatasi potensi bahaya di area kerja.

Rev. 02 AGM - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 1.3.0 Ketentuan Khusus Petugas Operator

1. Tidak memiliki cacat fisik yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja.

2. Setiap authorized petugas wajib memiliki Tanda Izin Mengemudi (TIM) yang berlaku
yang dikeluarkan oleh otoritas bandara atau instansi terkait dan masih berlaku.

3. Hanya authorized petugas yang mempunyai SKP / Lisensi yang masih berlaku
diizinkan mengoperasikan peralatan sesuai dengan type rating yang dimiliki.

4. Hanya petugas yang telah ditunjuk, ditugaskan atau authorize yang diizinkan
melaksanakan kegiatan tertentu.

5. Wajib mengetahui tata letak, fungsi bagian-bagianpesawat yang menonjol/


protrusions, berbahaya, sensitif dan waspada terhadap benturan.

6. Wajib memahami dan mentaati rambu-rambu, marka, peraturan yang berlaku,


mengerti maksud dan tujuan ramp safety, peduli bahaya dan resiko tugas sehingga
dapat bekerja dengan hati-hati.

7. Wajib melengkapi diri dengan memakai PPE (Personel Protective Equipment).

8. Wajib mengoperasikan GSE dengan mengikuti Prosedur yang berlaku.

9. Mampu dan mengerti bahasa verbal maupun non verbal.

10. Mampu mengoperasikan alat pemadam api ringan (APAR).

AGM 1.4.0 Larangan Yang Harus Dipatuhi oleh Petugas

1. Petugas tidak diperkenankan berada di area Ramp apabila tidak berkepentingan.

2. Tidak melaksanakan tugas saat dalam kondisi tidak sehat.

3. Tidak diperkenankan merokok selama berada atau bertugas di Ramp.

4. Tidak diperkenankan berdiri, berjalan tidak pada tempatnya (di roller, conveyor belt
dll).

5. Tidak diperkenankan melakukan perbaikan, penyetelan, pengukuran maupun


pengetesan (repair, adjusment, measurement, test) komponen GSE selama GSE
menempel di pesawat.

6. Tidak diperkenankan berada dekat platform loader yang sedang berfungsi.

Rev. 02 AGM - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Tidak diperkenankan meloncat dari kendaraan yang sedang berjalan dan menaiki
kendaraan sesuai kapasitas tempat duduk yang tersedia.

8. Tidak mempergunakan HP disekitar pesawat.

9. Tidak diperkenankan memakai sepatu yang dasar/sol memakai paku payung atau
sejenisnya yang memungkinkan terjadinya percikan api bila menyentuh lantai apron.

AGM 1.5.0 Standar Perlengkapan Petugas

1. Uniform standar yang ditentukan.

2. Personal Protective Equipment (PPE).

3. Melengkapi diri dengan alat bantu pelaksanaan tugas.

4. Standar Perlengkapan Petugas.

Tabel standar perlengkapan petugas :

Safety Ear Head Sarung Tangan Badge/ Jas


Rompi
shoes Plug set Kain Latex Light Hujan
Marshaller √ √ √ X √ X √ √
ATT
√ √ √ X √ X X √
Operator
BTT
√ √ √ X √ X X √
Operator
BCL
√ √ √ X √ X X √
Operator
HLL
√ √ √ X √ X X √
Operator
WST
√ √ √ X X √ X √
Operator
LST
√ √ √ X X √ X √
Operator
Wing-walker √ √ √ X √ X X √
Head Set
√ √ √ √ √ X X √
Man

Rev. 02 AGM - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 1.6.0 Ketentuan Persiapan Pengoperasian Peralatan

1. Lakukan walk around check untuk meyakinkan bahwa peralatan dalam kondisi laik
operasi.

2. Lakukan daily check secara konsisten.

3. Penggunaan equipment yang tidak sesuai dengan fungsi, spesifikasi dan


kemampuannya harus ada perintah resmi dari yang berwenang.

4. Dalam pengoperasian peralatan yakinkan bahwa kemampuannya sesuai dengan


yang diijinkan, work instruction atau manufacture operation manual.

5. Lakukan fungsional test sebelum GSE digunakan (Hand brake, service brake, semua
lampu, engine, fungsi lain sesuai spesifikasi GSE).

6. Semua perlengkapan safety devices(Firex dan perlengkapan safety lainnya) harus


tersediasesuai yang dipersyaratkan, tidak expired dan berada pada tempatnya.

7. Yakinkan bahwa semua elektric cable, Hose dan perlengkapan setiap peralatan
tersedia sesuai sebagaimana peruntukannya dan layak operasi juga berada pada
tempat yang ditentukan.

8. Menempatkan safety equipment dan perlengkapan yang dibutuhkan pada


tempatnya.

Apabila mengetahui tanda-tanda/indikasi yang berpotensi menimbulkan kerusakan


segera ditindak lanjuti ke unit perawatan GSE.

AGM 1.7.0 Ketentuan Mengemudi di Ramp

1. Setiap authorized petugas wajib memiliki Tanda Izin Mengemudi (TIM) yang berlaku
yang dikeluarkan oleh otoritas bandara atau instansi terkait dan masih berlaku.

2. Setiap personil yang mengoperasikan GSE wajib membawa kartu SKP / Lisensi GSE
yang masih berlaku.

3. Secara umum pengendara harus mentaati dan mengikuti traffic signs.

4. Pengendara harus mematuhi kecepatan maksimum yang ditentukan Otoritas


bandara setempat (sesuai limitasi traffic speed signs yang ada).

5. Dilarang mengemudikan / mengoperasikan peralatan dalam keadaan pengaruh


alkohol atau obat terlarang.
Rev. 02 AGM - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Dilarang mengemudikan kendaraan melintas atau berhenti dibawah sayap, ekor atau
body pesawat udara kecuali kendaraan tersebut sedang memberikan pelayanan
kepada pesawat udara.

7. Tidak menambah tenaga mesin dengan mendadak / memainkan pedal gas sehingga
menimbulkan suara mesin yang berisik.

8. Tidak membawa/mengangkut personil dan menempatkan barang di tempat duduk


yang tidak diperuntukan.

9. Menurunkan kecepatan ketika akan berada di persimpangan jalan.

10. Menyalakan lampu sebagaimana fungsinya, atau ketika peralatan digunakan pada
malam hari, jarak pandang rendah.

11. Tidak berkendara melintas runway tanpa izin autoritas yang berwenang.

12. Apabila berkendara akan melintas persimpangan harus menurunkan kecepatan dan
berhenti diujung jalan untuk meyakinkan bahwa disekeliling tidak ada pesawat,
peralatan yang akan melintas.

AGM 1.8.0 Ketentuan pergerakan peralatan

1. Area pelayanan

a. ERL (Equipment Restraint Line) adalah garis disekitar pesawat yang menentukan
area aman untuk GSE dan peralatan lainnya berlalu-lalang (ditentukan minimal 5
meter dari pesawat).

b. ERA (Equipment Restraint Area) adalah area yang harus bersih dari semua
equipment/peralatan selama pesawat bergerak masuk ataupun keluar.

c. DESA (Designated Equipment Staying Areas) adalah area dimana semua


Equipment/peralatan yang tidak dipergunakan dalam proses pelayanan harus
ditempatkan/diparkir.

Berikut gambar batas area pelayanan untuk pergerakan peralatan (GSE):

Rev. 02 AGM - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Loading Bridge Equipment Restraint


Movement Line

Equipment Restraint
Area

(Gambar dari sisi atas)


Rev. 02 AGM - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Area yang mempunyai potensi hazard (dibawah wing tip dan depan engine) harus
diberi tanda berupa safety cone sebagai indikasi bahwa setiap petugas harus
waspada.

3. Semua peralatan (termasuk safety cone dan wheel chock) yang dipersiapkan akan
digunakan untuk pelayanan di Ramp (Apron) harus berhenti di ERL, sampai ada
perintah bahwa ERA dinyatakan aman.

4. Pergerakan petugas dan equipment untuk mendekatipesawat atau memasuki ERA


hanya diperbolehkan apabila :

a. Anti-collision telah dipadamkan.

b. Pesawat telah berhenti sempurna dan wheel chock telah terpasang.

c. Engine pesawat telah dimatikan / shut down.

d. Telah dilakukan operasional test pada Brake dan Hand Brake.

e. Headset man memberikan tanda bahwa telah diperbolehkan mendekat ke


pesawat.

5. Kecepatan pergerakan 2 – 4 km/hrs.

6. Sebelum menggerakan GSE, operator harus memastikan bahwa tidak ada peralatan,
kendaraan, personel, atau penghalang lain yang akan mempengaruhi gerakan.

7. Semua GSE sebelum menuju daerah operasi agar dilakukan fungsional test
peralatan.

8. Petugas harus melakukan test brake sebelum mendekat ke pesawat.

9. Setiap pergerakan peralatan mendekat atau menjauh ke/dari pesawat harus dipandu
oleh petugas pemandu (Guide man).

10. Pergerakan peralatan mendekat ke pesawat, harus dipandu oleh petugas pemandu
apabila:

a. Pandangan pengemudi terhalang.

b. Arah pergerakan mundur.

c. Memandu harus menggunakan tanda isyarat baku.

d. Jaga jarak aman antara pesawat–peralatan dan antara peralatan-peralatan.

Rev. 02 AGM - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Operator GSE, harus segera berhenti pada saat kehilangan kontak pandang,
komunikasi dengan pemandu.

11. Posisi GSE yang akan mendekat dan melayani di sekitar/area parkir pesawat harus
pada posisi sejajar terkecuali GSE yang menempel dengan pesawat.

12. Peralatan yang memiliki kemampuan untuk naik/turun (elevating devices) harus
berada pada posisi tertutup/turun penuh sewaktu berjalan mendekati, menjauhi
pesawat.

13. Peralatan yang dilengkapi dengan stabilizer stand harus dalam posisi retract pada
saat bergerak dan extand apabila pada posisi berhenti/dipergunakan atau parkir.

14. Tidak diperkenankan meninggalkan equipment dimana mesin dalam kondisi hidup di
area ERL dan ERA.

15. Manuver peralatan tidak diperkenankan membuat sudut putar yang ekstrim.

16. Penempatan peralatan yang melakukan pelayanan di sekitar pesawat, agar


diposisikan:

a. Tidak mengganggu pergerakan peralatan lainnya.

b. Tidak mengganggu akses evakuasi, ketika terjadi keadaan darurat.

17. Dalam situasi emergency seluruh peralatan harus segera dipindahkan untuk
memudahkan proses evakuasi terkecuali peralatan yang digunakan dalam proses
evakuasi.

18. Semua peralatan yang berhenti di ERA harus dalam posisi Transmisi netral, hand-
brake ditarik atau wheel-chock “ON’ position.

19. Posisi operator yang mengoperasikan electrical, motorized GSE, harus berada pada
posisi mudah menjangkau emergency control.

20. Apabila pada saat pengoperasian GSE di pesawat mengalami gangguan kerusakan,
maka segera pindahkan GSE ketempat yang aman dengan menggunakan emergency
sistem, mencari GSE pengganti dan segera laporkan kerusakan kepada unit
maintenance.

21. Apabila GSE hendak melintasi runwaymaka harus meminta izin terlebih dahulu
kepadaApron Movement Control (AMC), dilengkapi radio komunikasi dua arah atau

Rev. 02 AGM - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

meminta untuk dipandu atau dengan memperhatikan cross runway traffic light
apabila tersedia.

22. Pastikan setiap pergerakan GSE yang melintasi jalur pergerakan Pesawat (Taxiing
Aircraft), dalam kondisi perlintasan aman, tidak terdapat pergerakan pesawat baik
yang menuju dan/atau yang akan meninggalkan parking area.

23. Pastikan setiap GSE tidak melintasi jalur pergerakan Penumpang yang datang
maupun berangkat atau dari dan ke Pesawat sampai perlintasan dipastikan
aman,untuk proses tersebut sekurang–kurangnya ada petugas yang memandu dan
mengamankan perlintasan.

AGM 1.9.0 Pengoperasian Peralatan pada Cuaca Extrim

1. Pada kondisi cuaca buruk dan petir sering menyambar :

a. Koordinasikan dengan Ramp Koordinator untuk menghentikan semua aktivitas,


apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk operasional pelayanan.

b. Dilarang mengfungsikan HT, HP di Ramp.

c. Semua peralatan yang berkaitan dengan aliran listrik harus segera dimatikan.

d. Dilarang berada di area terbuka, dibawah PBS, MPS, maupun Aviobridge.

e. Berlindung di daerah tertutup, gedung perkantoran.

f. Pastikan bahwa grounding kabeltelah terpasang dengan sempurna untuk


peralatan yang dilengkapi dengan grounding kabel.

2. Pada kondisi cuaca buruk, gelap dan jarak pandang rendah :

a. Koordinasikan dengan Ramp Koordinator untuk menghentikan semua aktivitas,


apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk operasional pelayanan.

b. Pergunakan marshalling light apabila jarak pandang sangat rendah.

c. Semua aktivitas pergerakan peralatan wajib dibantu dengan marshalling.

3. Hentikan pergerakan peralatan, bila tidak yakin dengan clearence antara peralatan
dengan peralatan, peralatan dengan pesawat dan peralatan dengan halangan
lainnya.

4. Pada kondisi cuaca buruk dan angin bertiup kencang :

Rev. 02 AGM - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Koordinasikan dengan Ramp Koordinator untuk menghentikan semua aktivitas,


apabila kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk operasional pelayanan.

b. Yakinkan bahwa penambahan jumlah wheel chock yang dioperasikan telah


dilakukan sesuai SOP ataupun rekomendasi Airline.

c. Yakinkan bahwa semua hand-brake, wheel chock dan pengaman lainnya pada
peralatan GSE telah difungsikan.

d. Lakukan dengan ektra hati–hati ketika akan membuka atau menutup pintu
compartment, akses door pesawat.

e. Berikut batasan yang harus dilakukan apabila kecepatan angin melebihi 25 knot.

Diatas
48-72 72-111
111
km/hrs km/hrs
Keterangan km/hrs
(30-45 (45-70
(70
mph) mph)
mph)

Amankan BCT, Dollies,Tow bars, MPS dan Non motorized


√ √ √
terlindung atau dekat dengan gedung .
Pastikan parkir brake, wheel chock telah difungsikan pada
√ √ √
semua GSE
Yakinkan bahwa ULD yang kosong dalam posisi aman pintu
√ √ √
ataupun net dalam posisi terpasang dan tertutup .
Yakinkan bahwa wheel chock telah dipasang sesuai prosedur
√ √ √
atau rekomendasi Airline
Yakinkan bahwa stabilizer pada peralatan telah berfungsi
√ √ √
sempurna

Tutup pintu Pax, Cargo dan akses lainnya √ √

Jangan operasikan booms atau peralatan yang mempunyai


√ √
fungsi elevating
Pindahkan semua peralatan GSE ke luar ERA ( Equipment
√ √
Restraint Line)
Amankan tangga penumpang dan posisikan diluar ERA, :
 Pada jenis dimana dapat dilakukan perubahan ketinggian
maka posisikan pada ketinggian minimum untuk
meminimalkan tiupan angin . √ √
 Pada jenis tangga yang tidak dapat dirubah ketinggiannya,
maka pindahkan di luar ERA, fungsikan semua stabilizer
dan pasang wheel chock

Rev. 02 AGM - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 1.10.0 Penempatan peralatan setelah Pengoperasian

1. Peralatan yang tidak digunakan harus parkir di DESA (Designated Equipment Staying
Area) tempat yang ditentukan oleh otoritas bandara :

a. Serta tidak mengganggu akses pergerakan peralatan lain.

b. Tidakmenghambat akses peralatan pemadam kebakaran (Fire Fighting


Equipment).

c. Tidak menghambataksesFuel Hydrant Emergency Stop.

2. Pada waktu GSE parkir, yakinkan bahwa roda dalam keadaan lurus, rem tangan
difungsikan, stabilizer stand dalam posisi extend, wheel chock dipasang, posisi
transmisi netral dan mesin dimatikan.

3. Catat setiap kelainan, kerusakan peralatandan segera laporkan untuk perbaikan.

AGM 2.0.0 KEWASPADAAN BERTUGAS DI AREA RAMP (RAMP SAFETY)

AGM 2.1.0 Kewaspadaan Terhadap Kebisingan (Noise)

1. Pada saat starting dan engine running setiap petugas yang berada disekitarnya
harus menggunakan penutup telinga (earplug).Hal ini dimaksudkan untuk
melindungi telinga dari kebisingan (noise) yang bisa mengakibatkan gangguan pada
pendengaran baik sementara ataupun permanen.

2. Penutup telinga yang digunakan harus sesuai dengan standard atau ketentuan yang
berlaku.

AGM 2.2.0 KewaspadaanTerhadap Jet Blast dan Propeller Rotary

1. Jet blast (semburan jet engine) memiliki tekanan dan temperatur tinggi.

2. Pada saat pesawat bergerak di daerah Ramp/Apron semua petugas, kendaraan dan
peralatan harus berhenti di tempat yang telah ditentukan (dibelakang garis
batas/restraint line) sampai pesawat benar-benar berhenti atau menjauh.

3. Semua petugas yang berada disekitar area dimana saat pesawat approach
mendekati parkir stand atau taxi agar memperhatikan Iddle Thrust Power Hazard
Area dan Propeller Rotary Area.

Rev. 02 AGM - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Iddle Thrust Power Hazard Area dan Propeller Rotary Area untuk setiap type
pesawat berbeda.

5. Apabila pada kondisi tertentu harus berjalan di dekat engine pesawat diharuskan
sudah mendapat izin dari petugas yang berwenang serta meningkatkan
kewaspadaan, jangan menyentuh bagian engine, rem atau roda karena
kemungkinan temperaturnya sangat panas.

6. Berikut effect jet blast dari pesawat A330 :

Rev. 02 AGM - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 2.3.0 Kewaspadaan Terhadap Engine Start

1. Petugas harus memastikan bahwa Equipment Restraint Area (ERA) sudah bersih
darisemua equipment terkecuali yang masih diperlukan.

2. Sebelum pelaksanaan, petugas harus melaksanakan Final Walk Around Checkuntuk


memastikan :

a. Seluruh pintu akses dan pintu panel di pesawat telah tertutup dan terkunci
dengan benar.

b. Tutup pitot tube, wheel chock, static ground wire telah dilepas.

3. Ground power unithanya diijinkan tidak dilepas apabila diperlukan untuk pesawat
yang APU unserviceable.

4. Dalam proses starting engine flight deck crew harus mengadakan komunikasi
dengan petugas ground untuk memastikan bahwa proses starting dapat dimulai,
komunikasi umumnya menggunakan head set atau hand signal.

5. Setiap Petugas di Apron/Ramp menghindari gerakan-gerakan yang memungkinkan


terjadinya salah interpretasi dengan flight deck crew selama proses engine starting
ataupun pergerakan pesawat.

AGM 2.4.0 Kewaspadaan Terhadap Aircraft Refueling

1. Persyaratan Baku :

a. Selama proses refueling harus selalu dibawah pengawasan Ground mekanik yang
mempunyai kompetensi sesuai persyaratan.

b. Grounding cable harus terpasang.

c. Posisi fuel truk tidak terhalang oleh peralatan lain yang dapat menghalangi jalur
evakuasi saat emergency.

d. Proses Aircraft refueling tidak dilaksanakan atau harus dihentikan apabila cuaca
buruk dan sangat ekstrim (petir menyambar dengan intensitas tinggi).

e. Jalur, akses, pintu darurat harus terhindar dari GSE, peralatan lain dansegala
sesuatu yang dapat menghalangi jalur evakuasi saat emergency.

Rev. 02 AGM - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Safety Area :

a. Dilaksanakan dalam jarak 30 meter dari RADAR pasawat yang sedang akfif atau
90 meter dari instalasi RADAR yang-sedang aktif.

b. Tidak dilaksanakan dalam jarak 45 m (150 ft) dari aliran udara yang keluar dari
ekor turbojet engine yang sedang beroperasi atau pada 22.5 m (75 ft) dari aliran
udara turboprop engine.

c. Semua aktivitas GSE di sekitar pesawat harus berada diluar radius 3m dari wing
tips Fuel Vent.

d. Pengoperasian GPU hendaknya ditempatkan jauh dari titik pengisian bahan bakar
(minimal 6 meter dari fueling vent).

3. Potensial Hazard :

a. Tidak mengaktifkan radio dan RADAR ataupun handphone.

b. Tidak menggunakan korek api dan pemantik lainya ataupun merokok.

c. Tidak boleh melakukan pemutusan atau penyambungan aircraft electrical


equipment seperti GPU, Batteries Charger.

d. Pengoperasian switch listrik di pesawat yang mengontrol bagian sayap dan


tangki.

e. Peralatan yang memakai roda yang terbuat dari bahan metal tidak boleh
mendekati pesawat.

f. Tidak memakai sepatu yang alasnya terbuat terdapat bahan dari metal.

g. Pada saat refueling, APU tidak boleh switch “ON” dan atau “OFF” kecuali situasi
emergency.

4. Refueling saat penumpang remain on board, embark dan disembark :

a. Petugas yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan harus memberi informasi


kepada Cockpit, Cabin crew dan petugas disekitar bahwa proses refueling akan
dilakukan atau telah selesai.

b. Petugas yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan harus segera memberi


informasi kepada Cockpit, Cabin crew dan petugas disekitar apabila terjadi
bahaya berkaitan dengan proses refueling.
Rev. 02 AGM - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Pastikan semua aktivitas dicabin tidak menimbulkan potensi yang berbahaya.

d. Pastikan bahwa semua pintu pesawat, Cabin aisles dan jalur embark-disembark
tidak terdapat penghalang yang dapat menghambat proses evakuasi.

5. Refueling dilakukan dengan satu engine pesawat dioperasikan maka :

a. Proses refueling harus dilakukan pada posisi berlawanan dengan posisi engine
dimaksud.

b. Tidak diperkenankan Passenger berada di cabin pesawat.

c. Semua aktivitas pelayanan GSE harus dihentikan sampai proses refueling selesai.

Refueling pesawat A320 :

Rev. 02 AGM - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 2.5.0 Kewaspadaan TerhadapTumpahan Hydraulic Liquid

1. Persiapan :

a. Segera lokalisir area tumpahan.

b. Beri tanda tidak boleh melintasdengan safety cone.

2. Pelaksanaan :

a. Taburkan serbuk gergaji kayu atau sejenisnya di area tumpahan (koordinasikan


dengan pihak terkait).

b. Bersihkan taburan serbuk tersebut dengan menyapu dan masukan dalam tempat
khusus sampah/plastik atau kontainer lainnya.

c. Ulangi penaburan serbuk tersebut dan bersihkan seperti tersebut diatas, berulang
kali sampai zat tumpahan betul-betul kering.

d. Siram dengan air dan keringkan.

e. Yakinkan bahwa area tumpahan aman untuk dilewati.

3. Akhir pelaksanaan :

a. Tempatkan semua alat di lokasi yang aman.

b. Yakinkan bahwa area telah betul-betul bersih sehingga tidak memungkinkan


adanya FOD.

c. Informasikan ke unit terkait bahwa pelaksanaan telah selesai dan daerah aman
untuk dilewati.

AGM 2.6.0 Kewaspadaan Terhadap Tumpahan fuel

1. Persiapan :

a. Segera Lokalisir area tumpahan ± 15 meter.

b. Fire Extinguiser disiagakan disekitar area tumpahan.

c. Hubungi dan informasikan perihal tersebut dengan unit terkait.

2. Pelaksanaan :

a. Proses refueling harus dihentikan.

Rev. 02 AGM - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Segera jauhkan peralatan dan personil yang tidak berkepentingan dari area
tumpahan fuel.

c. Sejauh mungkin kegiatan di sekitar area tumpahan fuel dibatasi untuk


mengurangi resiko percikan api.

d. Tidak menghidupkan APU sampai tumpah fuel bersih.

e. Tidak mengoperasikan switch apapun untuk mencegah percikan api.

f. Ketika mobil pelayanan PK-PPK tiba segera perintahkan


melakukanpenyemprotan area tumpahan sampai bersih.

g. Setelah penyemprotan selesai dan konsentrasi tumpahan fuel telah berkurang.

h. Keringkan dengan menggunakan sapu karet untuk mengarahkan zat cair


tersebut ke area yang aman sehingga mudah dan cepat kering.

3. Akhir pelaksanaan :

a. Yakinkan bahwa tumpahan tersebut sudah aman.

b. Segera informasikan mobil PK-PPK kembali ke tempatnya.

c. Informasikan ke unit terkait, bahwa area telah aman dan kegiatan Aircraft
handling dapat dilanjutkan.

Rev. 02 AGM - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 3.0.0 KETENTUAN PELAYANAN PESAWAT DI APRON/AIRCRAFT


HANDLING

AGM 3.1.0 Nonverbal Communication/Tanda Isyarat Tangan

Nonverbal Communication adalah cara berkomunikasi dengan isyarat tangan dimana


dalam kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan komunikasi dengan oral.
Persyaratan baku dalam melakukan komunikasi dengan isyarat tangan adalah sebagai
berikut:

1. Penentuan petugas yang berfungsi sebagai pemberi dan penerima panduan harus
jelas agar tidak timbul kerancuan.

2. Petugas yang memberikan panduan harus mengetahui, memahami dan


menggunakan tanda isyarat tangan yang baku seperti yang dijelaskan pada
ketentuan ini dengan mengacu kepada Standar ICAO Annex 2.

3. Instruksi petugas tersebut harus diperhatikan dan dipatuhi, sampai keseluruhan


proses selesai dilaksanakan dan diakhiri dengan pemberian tanda "Akhir Instruksi".

4. Petugas pemandu harus berada pada posisi yang memungkinkan dapat dilihat oleh
petugas terpandu pada saat manuver.

5. Terpandu segera berhenti/diam apabila tidak dapat melihat petugas pemandu.

6. Pada saat proses pemanduan pesawat, di area yang berdekatan tidak diperkenankan
melaksanakan pemanduan peralatan untuk menghindari kerancuan, pemanduan
peralatan boleh dilakukan kembali setelah pesawat sudah dalam keadaan berhenti
sempurna.

7. Demikian pula pada saat kendaraan, pesawat berjalan, berangkat, departure, tidak
diperbolehkan memberikan tanda isyarat tangan sampai lepas dari daerah parkir,
gate.

8. Tanda isyarat tangan dapat dilihat pada gambar berikut :

Rev. 02 AGM - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Tanda Isyarat Tangan untuk GSE

Rev. 02 AGM - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Rev. 02 AGM - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Rev. 02 AGM - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Rev. 02 AGM - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Tanda Isyarat Tangan untuk Marshalling

Menunjukan Sebagai Pemandu Terpandu bergerak ke Pemandu

1. Arahkan kedua tangan kedepan tegak 1. Gerakan tangan naik-turun.


lurus dengan posisi badan dan gerakan 2. Arahkan gerakan disamping kepala.
keatas lurus dengan badan berdiri.
2. Gunakan Marshaling badge atau light.

Bergerak Perlahan-Lahan Open/Close Stair forward/afft

Rev. 02 AGM - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Turunkan lengan dan tangan kiri sejajar 1. Tangan kiri menunjuk keatas samping
kanan. membentuk sudut 450 dengan badan.
2. Gerakan naik-turun perlahan-lahan. 2. Gerakan lengan kanan dengan berputar
ke depan, ke atas sampai batas bahu.

Belok kanan dari pandangan Terpandu Belok Kiri dari pandangan Terpandu

1. Tangan kiri tegak lurus dengan badan. 1. Tangan kanan tegak lurus dengan
2. Lengan kanan digerakan naik-turun, badan.
kecepatan gerakan mengindikasikan 2. Lengan kiri digerakan naik-turun,
kecepatan laju terpandu. kecepatan gerakan mengindikasikan
kecepatan laju terpandu.

Berhenti Berhenti darurat

Rev. 02 AGM - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Tangan kiri dan kanan tegak lurus 1. Luruskan tangan kanan dan kiri
dengan badan. membentuk sudut 600 dengan badan.
2. Gerakan perlahan ke atas kepala sampai 2. Gerakan kedua tangan naik turun dan
pada titik berhenti marshalling badge/ kemudian membentuk tanda silang
lamp membentuk silang.

Posisi Stanby Posisi Selesai Memandu

1. Posisi tegak berdiri dengan kedua 1. Berikan salam kepada terpandu, apabila
tangan turun lurus kebawah membentuk memungkinkan beri salam standar
sudut 45. militer.
2. Pertahankan posisi tersebut sampai 2. Jaga pandangan dengan terpandu
terpandu siap melakukan manuver sampai berlalu / lewat.
selanjutnya.

Petunjuk Kebakaran Mengalihkan Pemanduan

Rev. 02 AGM - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Tangan kiri lurus menunjuk keatas atau 1. Kedua tangan lurus kedepan menunjuk
kebawah menunjukan tempat terjadinya api pemandu pengganti.
/ asap. 2. Pergerakan tangan seakan berputar dari
2. Tangan kanan lurus, bergerak seakan-akan depan,atas dan kembali ke depan, sampai
berputar membentuk angka 8 dimulai dari terpandu mengerti.
kebawah ke atas (tegak lurus bahu) dan
berulang-ulang sampai terpandu mengetahui
informasi tersebut.

Break Set Break Release

1. Letakan tangan kanan keatas diatas bahu 1. Letakan tangan kanan keatas diatas bahu
dengan telapak tangan terbuka. dengan telapak tangan mengepal.
2. Gerakan telapak tangan, sampai mengepal. 2. Gerakan telapak tangan, sampai terbuka.
3. Pastikan bahwa terpandu telah 3. Pastikan bahwa terpandu telah
melaksanakan hal tersebut dengan melaksanakan hal tersebut dengan
menunjukan ibu jarinya menunjukan ibu jarinya.

Pemasangan Wheel Chock Melepas Wheel Chock

Rev. 02 AGM - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Pegang marshaling badge/light dengan 3. Kedua tangan lurus kedepan menunjuk


posisi ujung kedalam, tangan diangkat pemandu pengganti.
terbuka diatas kepala. 4. Pergerakan tangan seakan berputar dari
2. Gerakan badge/light kedalam sampai depan,atas dan kembali ke depan,
hampir bersentuhan saat chock telah sampai terpandu mengerti.
dipasang.

Start Engine Cut Engine

1. Tangan diangkat keatas dengan jari 1. Tangan diangkat keatas dengan jari
telunjuk menunjuk nomor mesin telunjuk menunjuk nomor mesin
(ditandai dengan telunjuk jari dan (ditandai dengan telunjuk jari dan
tangan kanan/kiri). tangan kanan/kiri).
2. Lengan dengan badge/light menunjuk 2. Tangan lainnya dianggkat setinggi bahu
keatas diangkat setinggi kepala dan dan digerakkan disekitar leher, seakan-
diputar sesuai putaran mesin akan gerakan memotong.

Menyambung GPU Melepas GPU

Rev. 02 AGM - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Telapak tangan kiri terbuka dengan posisi 1. Telapak tangan kiri terbuka dengan posisi
horizontal diatas kepala. horizontal diatas kepala.
2. Telapak tangan kanan terbuka vertikal 2. Telapak tangan kanan terbuka vertikal
digerakan keatas menyentuh telapak tangan menyentuh telapak tangan kiri dan
kiri. digerakan kebawah .
3. Posisi kedua tangan menggambarkan huruf 3. Posisi kedua tangan menggambarkan huruf
“T”. “T”.

Affirmative / All Clear Negative

1. Tempatkan lengan kanan setinggi kepala 1. Tangan kanan menunjuk kesamping tegak
dengan telapak tangan mengepal dan ibu lurus dengan badan.
jari terbuka,atau badge/light kearah 2. Ibu jari tangan kanan, badge/light menunjuk
menunjuk atas. kebawah.
2. Tangan kiri turun kebawah dengan telunjuk, 3. Tangan kiri turun kebawah dengan telunjuk,
badge/light menunjuk kebawah. badge/light menunjuk kebawah.

Memasang Interphone Do not touch control

Rev. 02 AGM - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Tangan kanan diangkat sebatas kepala


1. Angkat kedua tangan tegak lurus dengan
dengan lengan membentuk sudut 900
badan.
dengan telapak mengepal.
2. Gerakan kedua tangan dengan telapak
2. Tangan kiri turun kebawah dengan
tangan terbuka menuju ke daun telinga.
telunjuk, badge/light menunjuk
kebawah.

AGM 3.2.0 Marshalling

Marshalling adalah kegiatan pemanduan saat Aircraft Power-in adalah pergerakan


pesawat maju yang dilakukan dalam proses memasuki posisi parkir dengan
menggunakan kekuatan mesin pesawat itu sendiri.

1. Persiapan :

a. Check jadual kedatangan pesawat.

b. Pastikan nomor parkir stand yang akan digunakan.

c. Petugas harus memeriksa dan memantau area parkir dan daerah sekitarnya
sebelum kedatangan / keberangkatan pesawat atau pergerakan lainnya untuk
memastikan penugasan kepada personil yang diperlukan guna terselenggaranya
operasional yang aman dengan mempertimbangkan terhadap :

c.1. Type dan dimensi pesawat,

c.2. Insfrastruktur dan jarak bebas obstacle (clearences), serta.

c.3 Peralatan GSE yang akan dipergunakan untuk operasional.

d. Petugas harus standby di parkir stand 10 menit sebelum STA/ETA (sebelum


pesawat memasuki area parker).

e. Petugas Marshalling harus memastikan :

e.1 Semua petugas dan peralatan harus berada diluar equipment restraint
area/ERA.

e.2. Melakukan inspeksi kondisi permukaan apron untuk memastikan bahwa


kondisi apron layak / memadai untuk pergerakan / pelayanan darat pesawat
udara.

e.3 Melakukan inspeksi kondisi permukaan apron untuk memastikan terbebas


dari benda-benda yang dapat menimbulkan kerusakan pesawat udara (FOD).

Rev. 02 AGM - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e.4 Marshalling badge-light, tangga-mobil khusus untuk marshalling, wheel


chock, safety cone,firex tersedia dalam jumlah cukup, dalam kondisi Laik
Operasional dan ditempatkan di tempat yang seharusnya.

f. Pelaksanaan Pemanduan Pesawat/Marshalling menggunakan tanda isyarat tangan


yang sudah baku (standard ICAO Annex 2), mengetahui dan menyetujui tentang
bagaimana komunikasi yang akan dilakukan pada saat pesawat akan bermanuver
sebagaimana telah diuraikan dalam tanda isyarat tangan/nonverbal
communication.

2. Pelaksanaan :

a. Tangga/standing stand diposisikan pada tempat yang tepat (center line dengan
parkir stand), tanpa halangan sehingga betul-betul dapat teramati oleh Flight
Crew pesawat yang dipandu, menjaga kontak/komunikasi visual sampai pesawat
benar-benar berhenti dengan sempurna.

b. Pemanduan harus memperhatikan :

b.1 Nose wheel harus mengikuti marka.

b.2 Signal aman dari wing-walker.

c. Pada siang hari Marshalling dilakukan dengan menggunakan marshalling wands


atau paddles dengan warna terang menyolok.

d. Pada malam hari dan atau cuaca yang buruk dengan jarak pandang rendah
marshalling maupun wing walker harus menggunakan Marshalling Light.

e. Marshaller menggunakan jaket fluorescent yang terlihat jelas oleh pilot.

f. Pada kondisi area parkir sempit harus dibantu wingwallker di posisi kiri dan kanan
ujung sayap pesawat.

g. Selama proses wing-walker harus betul–betul memperhatikan setiap ujung


pesawat (sayap, horisontal maupun vertikal stabilizer).

h. Wing-walker melakukan pemasangan wheel chock apabila marshaller telah


memberikan signal berhenti, jumlah dan tata cara pemasangan sesuai SOP
terlampir.

Rev. 02 AGM - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

i. Marshaller memberikan informasi dengan isyarat tangan apabila wheel chock


telah terpasang.

3. Akhir Pelaksanaan:

a. Berikan isyarat bahwa pemanduan pesawat parkir telah selesai dengan


baik/aman.

b. Berikan isyarat bahwa komunikasi selanjutnya dilakukan secara verbal dengan


Head Set Man.

AGM 3.3.0 Ketentuan Penempatan Wheel Chock

Penempatan wheel chock adalah merupakan rangkaian kegiatan pada proses parkir
pesawat.

1. Pemasangan wheel chockdapat dilakukan :

a. Pesawat telah benar–benar berhenti dengan sempurna.

b. Engine telah dimatikan dan putaran mesin/propeler telah berhenti.

c. Anti collision light telah dimatikan.

d. Tanda aman diberikan oleh petugas yang berwenang.

e. Waspada terhadappotensi bahaya kecelakaan antara lain: panas brake, gear door
dan antena.

2. Persyaratan penempatan wheel chock :

a. Spesifikasi teknis jenis wheel chock sesuai dengan yang ditentukan oleh Subdit.
Maintenance & Engineering Services.

b. Jumlah dan penempatan wheel chock sesuai prosedur atau yang


direkomendasikan oleh Airline.

c. Dalam kondisi angin kencang penambahan penempatan jumlah wheel chock perlu
dilakukan untuk pengamanan pesawat.

d. Wheel chock tidak diperbolehkan diambil sampai tanda aman diberikan oleh
petugas yang berwenang.

d.1 Tractor dan towbar dihubungkan dengan nose gear.

d.2 Parking brake tractor dipasang / difungsikan.


Rev. 02 AGM - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Setelah selesai dipergunakan, wheel chock harus disimpan kembali kedalam


kendaraan marshalling dan bebas dari pergerakan pesawat karena dapat menjadi
FOD.

3. Spesifikasi Teknis

Bentuk, warna, dan ukuran sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Subdit
Maintenance & Engineering Services antara lain berukuran (Panjang = 37 cm, Tinggi
= 14 cm, Lebar = 13 cm, Luas Sisi Segitiga = 3,5 cm) berbentuk limas segitiga
mendatar berwarna orange terang, berbahan karet padat/pejal, bagian sisi-sisi
bergerigi memanjang dan terdapat pegangan berbahan baja yang dibalut karet
untuk mengangkat.

(Gambar Wheel Chock)

4. Posisi penempatan yang direkomendasikan :

a. Ditempatkan di roda pada Main Landing Gear bagian luar di depan atau
dibelakang dan tepat ditengah aicraft tire, sehingga pesawat aman.

b. Perhatikan “Down dan Up Sloop “ permukaan apron :

b.1. Penempatan yang direkomendasikan :

L/H -MLG R/H -MLG

Posisi wheelchock
menyentuh dengan
lembut

Rev. 02 AGM - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.2. Penempatan yang tidak direkomendasikan :

Penempatan tidak Wheel chock


aman, mudah terlalu kecil
tergelincir

b.3. Jumlah Wheel chock yang direkomendasikan pada saat Turnaround :

Rev. 02 AGM - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.4. Jumlah Wheel chock yang direkomendasikan pada saat RON, Night Stop,
High Wind

Rev. 02 AGM - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 3.4.0 Ketentuan Penempatan Safety Cone

Safety cone berfungsi sebagai tanda agar semua kendaraan, peralatan operasional
yang berlalu lalang mempunyai jarak aman pergerakannya terhadap pesawat.

1. Persyaratan penempatan pada pesawat pada saat Turnaround & RON:

a. Depan setiap engine,setiap wing tip dan area yang berpotensi menyebabkan
terjadinya benturan terhadap pesawat/accident.

b. Jarak penempatan ± 1meter di sekitar daerah yang harus dilindungi.

c. Penempatan safety cone diperbolehkan apabila :

c.1. Pesawat telah berhenti dengan sempurna, wheel chock telah dipasang.
Rev. 02 AGM - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c.2. Engine telah dimatikan dan atau putaran mesin/propeler telah berhenti.

c.3. Anti collision lights telah dimatikan.

c.4. Wheel chock terpasang dan sebelum kendaraan dan equipment mendekati
pesawat.

d. Penambahan safety cone yang diposisikan di depan atau belakang diharuskan:

d.1. Ground clearance pesawat sangat rendah, yang memungkin terjadi benturan
terhadap pergerakan GSE dan peralatan lainnya.

d.2. Apabila pesawat di parkir di area terbuka.

d.3. Depan dan belakang pesawat parkir merupakan service road.

d.4. Sesuai permintaan Airline.

e. Safety cone dapat segera dipindahkan/dicabut dari area dimana diletakan sesaat
pesawat akan dipindahkan, Push Back menjelang departure.

2. Spesifikasi teknis

Bentuk, warna, dan ukuran sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Subdit.
Maintenance & Engineering Services antara lain berukuran (Tinggi keseluruhan = 75
cm, Lebar kerucut sisi atas = 5 cm, Diameter kerucut sisi bawah = 27 cm, Panjang
alas sisi persegi = 22 cm, Tinggi alas persegi = 5 cm, Tinggi sticker scotlite pada
kerucut = 20 cm) berbentuk kerucut dengan alas persegi enam, berwarna orange
terang dan terdapat sticker scotlite pada bagian sisi kerucut dan berbahan plastik
tebal.

(Gambar Safety Cone)

Rev. 02 AGM - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Tata Letak Penempatan Safety Cone :

a. Pesawat Jet dengan 4 engine :

b. Pesawat Jet dengan 2 engine :

Rev. 02 AGM - 39
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Pesawat Jet Commuter dengan 2 engine :

d. Pesawat Propeller dengan 2 engine :

Rev. 02 AGM - 40
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 3.5.0 Ketentuan flight Deck Communication

Flight Deck Communication adalah komunikasi verbal antara Head Set Man dengan
PIC/Flight Deck Crew selama di darat.

1. Persiapan

a. Check kondisi head set dan pastikan bahwa laik operasional.

b. Pergunakan Head set standar.

c. Perhatikan marka yang ada di sekitar parkir stand dan pastikan bahwa telah
memahami prosedur keselamatan di Ramp/Apron.

d. Bahasa yang digunakan adalah bahasa standar penerbangan (Phraseology in


English) dengan intonasi dalam level konstan dan jelas.

e. Hubungkan jack Head set pada communication port.

2. Pelaksanaan saat Arrival

a. Cockpit - “Ground …. Come in“.


Cockpit akan menjawab “Ground - cockpit …… Go head”
Informasikan Chock Indan seterusnya lakukan komunikasi dengan memberikan
informasi kondisi ataupun pelaksanaan gorund-handling diluar pesawat.

b. Apabila telah dilakukan komunikasi, akan tetapi tidak ada jawaban maka gunakan
call button untuk mengingatkan PIC bahwa petugas diluar mencoba melakukan
komunikasi dan apabila hal tersebut telah dilakukan, tetapi tidak mendapat
jawaban maka “hand signal “ perlu untuk dilakukan .

3. Pelaksanaan Push Back

a. Cockpit “Ground - cockpit “.

b. Ground “Cockpit – ground, go ahead“

c. Cockpit “Confirm by-pass pin inserted and external checks completed“.

d. Ground “Confirmed complete”.

e. Cockpit “Clear for hydraulic ” atau “clear to pressurise“.

f. Ground “Hydraulic clear “ atau “clear to pressurise”.

g. Cockpit “Are you, ready to Push Back“.

Rev. 02 AGM - 41
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h. Ground “All ground check completed, All doors closed, clear for Push Back and
brake released“.

i. Cockpit “Brake released, off chock time….. , Aircraft nose facing …… “.

j. Ground/headset man memberikan aba-aba ke operator bahwa”Aircraft facing …….


And brake released“untuk memulai Push Back.

k. Setelah pesawat selesai di Push Back berikan aba-aba ke operator untuk berhenti
dan “Cockpit - ground …… Push Back completed and brake set“.

l. Cockpit “Brake set, disconnect equipment, standbye”.

m. Headset man memberikan signal ke operator bahwa “brake set “.

n. Operator melepas Towbar and bypass pin.

o. Traktor menjauh dari pesawat.

p. Ground ”Cockpit – ground clear to disconnect ”Look for signal on the left/right

Perlihatkan by-pass pin kepada cockpit crew sebelum berlalu dari area tersebut.
4. Pelaksanaan saat Engine Start

a. Semua petugas di Ramp (Apron) harus segera menjauhi pesawat ketika ”Rotary
Beacon Light” telah dihidupkan.

b. Pastikan bahwa Ramp/Apron telah bersih dari semua peralatan, petugas dan benda
apapun yang dapat membahayakan ketika akan dilakukan engine starting.

c. Pada umumnya engine start dilakukan pada saat push back.

d. Dimulai dengan komunikasi standar : “Ground - cockpit“.

e. Ground akan menjawab : “Cockpit - Ground ….…… Go head “

f. Cockpit “Clear for hydraulic“.

g. Ground ”Hydraulic clear“.

h. Cockpit “Ground check, Clear to start engine“.

i. Ground “All ground check complete and all doors closed, ready for engine start
Confirm park brake”.

j. Cockpit “Brake set ,clear to star no …” .

Rev. 02 AGM - 42
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k. Ground “Clear no ……” .

l. Cockpit “Starting …..” .

m. Ground “N1 rotation" .

n. Tahapan tersebut diatas diulang ketika akan melakukan engine start untuk no
engine berikutnya.

o. Ketika semua engine telah start Cokpit akan memerintahkan “Clear to disconnect”
and signal on the “Left/Right, Off chock“.

p. Look for signal on the “Left/Right “.

AGM 3.6.0 Ketentuan Umum Push Back dan Towing

1. Pemasangan towbar

a. Pastikan shear bolt dalam keadaan baik dan towbar dalam kondisi laik operasi.

b. Pastikan bahwa bypass steering pin sudah dipasang dipesawat sebelum


memasang towbar.

c. Khusus pesawat yang tidak dilengkapi dengan bypass steering (CRJ1000, etc),
operator wajib berkoordinasi dengan Mekanik incharge sebelum memasang
towbar untuk memastikan bahwa Steering switch dalam posisi “OFF” atau torque
link nose gear dilepas sesuai ketentuan.

d. Hubungkan Towbar Head ke nose Gear Attacment, Roda towbar harus dalam
posisi extend, sehingga ketinggiannya cukup memudahkan untuk mengarahkan,
menghubungkan ke Nose Landing Gear.

e. Pada saat memasang towbar ke pesawat (nose gear), towbar harus dilepas dari
traktor atau mengikuti persyaratan dari airline / customer.

f. Kemudian hubungkan Eye Towbar dengan traktor :

f.1 Arahkan ATT perlahan-lahan dengan posisi Tow head ke posisi Eye Towbar
dengan dipandu oleh Guide man, untuk ketepatannya geser dan angkat
Towbar tepat sehingga memungkinkan Pin dapat dipasang.

f.2 Dalam mengangkat dan mengeser, posisi kedua kaki petugas harus
disamping Towbar dimaksudkan untuk memudahkan evakuasi diri apabila
terjadi emergency (tidak diperbolehkan posisi kaki melangkahi Towbar).
Rev. 02 AGM - 43
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f.3 Naikkan towbar wheels

f.4 Dilarang berjalan melintasi atau duduk di towbar manakala sudah terhubung
antara Nose Landing Gear dengan ATT.Pada saat Towbar,ATT dan nose gear
sudah terhubung/terpasang, operator tidak diperkenankan meninggalkan,
harus tetap standby di posisi ruang kemudi.

f.5 Select transmission shift lever pada ATW/ATN ke posisi neutral dan tarik
parking brake ke posisi ‘ON’.

f.6 Setelah tractor atau towbarless telah terhubung dengan nose gear, petugas
harus memastikan bahwa nose gear atau roda pesawat sudah aman dan
terkunci dalam mekanisme alat tersebut.

f.7 Petugas harus memastikan bahwa nose gear pesawat sudah terpasang di
towbarless kemudian diangkat sebelum dilakukan pergerakan

f.8 Selama traktor terhubung ke pesawat dan mesin dalam kondisi hidup,
Petugas tidak diperbolehkan meninggalkan traktor tanpa pengawasan.

2. By pass steering pin

a. Pemasangan By pass steering pin sesuai Aircarft prosedur manual.

b. Pada jenis pesawat yang tidak memakai Pin dimaksud, maka release by pass
steering dilakukan dengan memutar Hydraulic valve di Cockpit ataupun di
Landing Gear compartement.Dalam hal ini operator Push Back menerima
informasi dari Head-set man ataupun Aircraft Teknisi bahwa hal tersebut
sudah dilaksanakan dan aman untuk segera melakukan pergerakan pesawat.

AGM 3.7.0 Ketentuan pelaksanaan Aircarft Push Back

Pushback adalah kegiatan menggerakkan/memindahkan pesawat udara dari posisi


semula ke posisi yang dituju dengan arah gerakan mendorong pesawat dengan
menggunakan GSE.
1. Persiapan
a. Check jadual kedatangan pesawat.

b. PergunakanGSE yang laik operasi.


c. Persiapkan ATT yang akan digunakan dengan menyesuaikan jenis, berat dengan
maksimum MTOW pesawat sebagai ilustrasi dapat dilihat tabel sebagai berikut :
Rev. 02 AGM - 44
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ATT
No. A/C MTOW Jenis Pesawat
Berat Jenis
1 4.000 kg F-110 SCHOPF > 50.000 kg A319,A320,A321,A318,
Berat = 8000kg B737 series, ATR 42-500
2 12.000 kg 1. WGQY > 150.000 kg A300,A310B757,B767-
15GUANGTHAI 200/300
Berat = 15000 kg

2. TMX 150 – 12 TLD


Berat = 11.700 kg
3 18.000 kg > 260.000 kg A330,B767-
400,B777,MD11
4 40.000 kg 1. TBL 400MLDOUGLAS > 400.000 kg A340,A350,B747,
Berat = 36.000 kg B777-300ER
2. F 396SCHOPF
Berat = 39.000 kg
3. F 396 CSCHOPF
Berat = 39.000 kg
5 60.000 kg 1. F1 – 500BLISSFOX < 400.000 kg A380
Berat = 54.000 kg

d. Sebelum menuju daerah operasi harus dilakukan fungsional test peralatan.

e. Inspeksi kondisi permukaan Apron dari FOD, “down slope” dan ”up slope” untuk
meyakinkan bahwa apron dalam kondisi bersih dan dapat disesuaikan laju
kecepatan traktor.

f. Pastikan bahwa semua service doors, panels pada pesawat sudah tertutup dan
terkunci.

g. Pastikan bahwa power cables, loading bridges, wheel chock dan lain-lain sudah
dilepaskan dari pesawat udara.

h. Memastikan jarak aman antara pesawat, fasilitas atau halangan lain yang berada
dijalur pergerakan pesawat.

i. Petugas yang melakukan fungsi marshalling atau wing-walker harus


menggunakan wands / bads dengan warna mencolok/high visibility colour.

j. Sebelum menggerakkan/memindahkan pesawat, semua personil yang terlibat


harus sudah sepakat menggunakan metode komunikasi (Verbal atau Nonverbal).

2. Pelaksanaan Push Back

a. Pelaksanaan Push–back dinyatakan siap/ready dalam kondisi :

a.1 Posisi towbar sudah terpasang.

Rev. 02 AGM - 45
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.2 By pass steering pin harus terpasang.


a.3 Pastikan bahwa system hydarulic pressure di pesawat “On” (pressurized).
b. Sebelum melepaskan towbar dari nose gear, maka tensi / tegangan pada towbar
harus dikendorkan lebih dahulu.

c. Pastikan bahwa brake pesawat telah release sebelum pelaksanaan dimulai dan
wheel chock telah dilepas.

d. Waspadai kondisi cuaca :

c.1 Kondisi cuaca tidak baik, pengoperasian harus pada kecepatan rendah/low
speed.

c.2 Kondisicuaca sangat ekstrim tidak baik, sangat rendah visibility, kegiatan
dimaksud dihentikan, atau ditunda.

e. Dalam pelaksanaan, operator harus mematuhi aba-aba atau petunjuk Head-set


Man.

f. Kegiatan pushback harus dibantu oleh Wing-walker yang bertugas :

f.1 Mempersiapkan, memasang towbar, By pass steering pin (opsional sesuai


instruksi Airline).

f.2 Melaksanakan FOD inspeksi.

f.3 Sebagai wing-walker.

g. Pergerakan traktor harus searah operator ATT menghadap.

h. Sebelum dimulainya gerakan, operator harus meyakinkan bahwa posisi traktor


sejalan dengan centreline pesawat, roda pada towbar telah ditarik sepenuhnya,
dan traktor dalam modus drive yang sesuai.

i. Penambahan ataupun pengurangan kecepatan harus dilakukan dengan halus


untuk menghindari hentakan dan beban lebih di nose gear.

j. Radius belokan dibuat seoptimal mungkin untuk meminimalkan gesekan pada


Nose Wheel dan beban puntir pada main landing gear.

k. Petugas saat melakukan pemasangan towbarless dan mengangkat pesawat


,harus meyakinkan GSE termasuk tangga penumpang sudah terlepas dari
pesawat dan pilot sudah diberi tahu.

Rev. 02 AGM - 46
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

l. Petugas pada saat pushback harus mengacu kepada rekomendasi dari produsen
pesawat untuk setiap jenis pesawat, dan tidak boleh melebihi limit belokan
maksimum nose gear yang diperbolehkan.

m. Petugas harus meyakinkan agar dalam pelaksanaan pushback atau towing


petugas tidak melangkah atau melewati towbar.

n. Pada saat melakukan Komunikasi dengan pilot, hadset man wajib menjaga jarak
dengan nose gear , tractor maupun towbar untuk menjaga keselamatan petugas.

o. Apabila terjadi kehilangan komunikasi dengan pilot, agar segera diinformasikan ke


pilot untuk menggunakan motede komunikasi cadangan (non verbal).

p. Segera informasikan ke pilot apabila terjadi hilangnya komunikasi antara traktor


dan pesawat pada saat pushback.

q. Apabila terjadi kerusakan shear-bolt pada saat melakukan pushback, dengan


segera operator tractor menurunkan kecepatan, kemudian melakukan
pengereman dan secara bersamaan Head-set Man menginstruksikan ke cockpit
untuk melakukan pengereman dengan halus.

r. Petugas operator saat memberhentikan pesawat atau memperlambat saat


bergerak , pastikan melakukan pengereman dengan lembut.

s. Pesawat tidak diperkenankan melakukan Start engine saat pushback di atas


lapisan es atau apron yang licin.

t. Pushback dengan engine pesawat hidup (running) :

s.1 Engine harus dalam kondisi idle.

s.2 Hanya 2 (dua) engine yang boleh dihidupkan (B747, DC10, MD11).

3. Akhir pelaksanaan
a. Saat selesai pushback, Ground Engineer mengintruksikan pilot untuk "Brake Set".

b. Wing-walker melepas towbar, bypass steering pin dari pesawat.

c. Pindahkan towbar dan traktor di posisi kiri atau kanan pesawat didaerah aman
dan terlihat oleh Cockpit Crew.

d. Sebelum pesawat taxi, yakinkan bahwa seluruh equipment dan personnel telah
menjauh sampai diposisi aman, Ground staff harus menunjukkan bypass steering

Rev. 02 AGM - 47
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pin sudah dilepas danmemberi signal final clearance ke Cockpit Crew bahwa
pesawat aman untuk taxi.

e. Cockpit Crew harus membalas signal tersebut sebagai konfirmasi.

Setelah selesai pelaksanaan, traktor, Towbar, Firex segera meninggalkan daerah


tersebut dan diposisikan di DESA (Designated Equipment Staying Area).

AGM 3.8.0 Ketentuan pelaksanaan Towing pesawat

Towing adalah pergerakan menarik pesawat dari suatu tempat ke tempat lain yang
telah ditentukan, dengan atau tanpa bebandidalamnya yang menggunakanGround
Support Equipment khusus.

1. Persiapan

a. Sebelum menuju daerah operasi harus dilakukan fungsional test peralatan.

b. GSE yang dipergunakan, harus servicable dan sesuai dengan spesifikasi


penggunaannya (W/B & N/B).

c. Pastikan kondisi shear bolt dalam keadaan baik dan towbar dalam kondisi laik
operasi.

d. Pastikan pemasangan tow bar sesuai prosedur pemasangan.

e. Petugas operator harus tetap standby pada saat Towbar dan traktor sudah
terpasang pada nose gear.

f. Pastikan bahwa semua service doors, panels pada pesawat sudah tertutup dan
terkunci.

g. Pastikan bahwa semua bypass steering pin sudah terpasang dengan benar dan
systim hidraulik pressure pesawat “On”.

h. Pastikan bahwa power cables, loading bridges, wheel chock dan lain-lain sudah
dilepaskan dari pesawat udara.

i. Sebelum menggerakkan/memindahkan pesawat, semua personil yang terlibat


harus sudah sepakat menggunakan metode komunikasi (Verbal atau Nonverbal).

j. Sesuai peraturan authorized personil harus berada di flight deck compartment


selama proses towing.

Rev. 02 AGM - 48
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Pelaksanaan Towing

a. Pada kondisi cuaca :

a.1 Pada cuacanormal Pengoperasian peralatan, kecepatan tidak lebih dari 10


KM/jam.

a.2 Pada kondisi tidak baik, pengoperasian harus pada kecepatan rendah/low
speed (dibawah10 KM/jam).

a.3 Ekstrim/sangat tidak baik, sangat rendah visibility, kegiatan dimaksud


dihentikan, atau ditunda.

a.4 Pada saat melakukan towing pada turunan, operator harus menjaga
kecepatan sangat rendah untuk menghindari pesawat over taking.

b. Pergerakan traktor harus searah operator menghadap (maju), tidak


diberbolehkan melakukan pergerakan dengan arah berlawanan (mundur).

c. Pada saat melaksanakan towing :

c.1 Lampu navigasi dan anti collision pesawat harus menyala.

c.2 Lampu anti collision (steady red) pada traktor/kendaraan towing harus
menyala.

c.3 Memastikan ada jarak yang aman antara pesawat, fasilitas atau halangan lain
yang berada dijalur pergerakan pesawat.

d. Dalam kondisi pergerakan pesawat terdapat potensi bahaya (terdapat obstacle)


pelaksanaan towing harus dibantu oleh Petugas wing walker. Dimana jumlah
petugas wing walker di sesuaikan dengan jumlah obstacle. Posisi masing-masing
wing walker berada di area terluar ujung pesawat (wing)/bagian pesawat
terdekat dengan obstacle dan terlihat oleh operator ATW/ATN Penambahan dan
penurunan kecepatan diusahakan berlangsung secara lembut/smooth.

e. Selama proses wing-walker harus betul–betul memperhatikan setiap ujung


pesawat (sayap, horisontal maupun vertikal stabilizer).

f. Apabila komunikasi antara operator dan flight deck putus, pergerakan harus
dihentikan.

Rev. 02 AGM - 49
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g. Apabila terjadi irregularity pada saat towing, operator GSE harus segera
memberikaninstruksi petugas yang berada didalam flight compartment untuk
segera mengaktifkan brake pesawat.

3. Transition Towing

a. Proses tersebut dilakukan dimana kondisi apron sangat sempit, dimana pesawat
sulit dalam melakukan manuver.

b. Prosedur proses towing seperti tersebut diatas.

c. Proses tersebut adalah memposisikan pesawat dari parkir stand ke diujung


landasan untuk siap terbang.

d. Pada proses transation towing diperlukan kehati-hatian sangat tinggi mengingat


area manuver sempit.

e. Keberadaan Headset man dan Wing-walker sangat dominan.

f. Headset man melakukan komunikasi dengan cockpit crew dan memberikan


instruksi kepada operator towing.

g. Operator towing harus berkonsentrasi penuh, berkomunikasi dengan headset


man dan wing walker.

4. Penyelesaian Towing

a. Sebelum akhir proses towing, Operator ATT harus mengerem ATT secara
perlahan sebelum berhenti dengan sempurna, kemudian diinformasikan dengan
flight deck crew agar segera mengaktifkan parking brake pesawat.

b. Setelah pesawat berhenti sempurna, brake set dan wheel chock terpasang
towbar dilepas.

c. Jauhkan traktor dari pesawat.

AGM 3.9.0 Ketentuan pelaksanaan Main Gear Control

1. Persiapan

a. Pasang sling pada kedua main gear dan hubungkan masing-masing ke traktor
penarik.

Rev. 02 AGM - 50
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Pastikan panjang sling melebihi ekor pesawat dan pastikan sambungan antara
sling, main gear dan traktor telah tersambung dengan sempurna.

c. Sebelum pelaksanaan sudah sepakat komunikasi yang digunakan (nirkabel atau


hand signal dan sudah diverifikasi kode warna dan angka).

d. Posisikan peralatan GSE yang tidak digunakan diluar area pergerakan agar
Apabila terjadi emergency evakuasi maka seluruh GSE dan penghalang lainnya
harus telah dipindahkan agar tidak mengganggu proses evakuasi.

2. Pelaksanaan

a. Head set man siap untuk melaksanakan tugasnya.

b. Peran Head set man sangat dominan dengan memberikan instruksi kepada Flight
deck dan operator GSE.

c. Standar komunikasi antara head-set man dengan flight deck sebagai berikut:

c.1 “Left, left” – flight deck apply left steering.


c.2 “Right, right” – flight deck apply right steering.
c.3 “Steady” – flight deck hold steering in current position.
c.4 “Reduce turn” – flight deck reduce steering angle.
c.5 “Neutral” – flight deck place steering in neutral position.
c.6 “Rollers are open” – standby for hand signal.

d. Petugas harus mengamati main gear dan lampu indikator untuk memverifikasi
sebelum memberikan semua sinyal jelas kepada pilot.

e. Apabila terjadi irregularities saat pergerakan, headset man menginstruksikan


flight deck untuk mengerem dengan lembut.

f. Apabila terjadi evakuasi penumpang pada saat pushback, petugas melepas main
gear tractor jika posisinya berhadapan dengan proses evakuasi.

3. Penyelesaian

a. Pasang wheel chock sesuai prosedur yang berlaku.

b. Lepas sling.

c. Pindahkan semua peralatan, GSE dan perintahkan semua petugas yang sudah
tidak berkepentingan meninggalkan area tersebut.

Rev. 02 AGM - 51
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Informasikanbahwa pelaksanaan telah selesai.

AGM 3.10.0 Ketentuan Aircraft power back

Powerback adalah pergerakan pesawat mundur dari posisi parkir ke posisi taksi dengan
menggunakan daya dorong balik mesin pesawat udara itu sendiri (Aircraft Engine
Thrust Reversed).

1. Persiapan

a. Setiap petugas pelaksanan harus mengenali hazard zone, Jet blast, propeller
rotary area, wheel track, jalur pesawat dan jarak pandang.

b. Pelaksanaan pada pergerakan harus dibantu oleh marshaller dan wing-walker


untuk memberikan panduan.

c. Komunikasi antara marshaller dan cockpit crew harus sudah disepakati dengan
menggunakan nirkabel atau hand signal.

d. Inspeksi secara visual terhadap :

d.1 Memastikan bahwa area mencukupi untuk pelaksanaan tersebut.

d.2 Memastikan bahwa manuver area cukup memungkinkan untuk pelaksanaan


tersebut

d.3 Apron bebas dari FOD.

d.4 Power cables, loading bridges dan lain-lain sudah dilepaskan.

d.5 Memastikan bahwa semua wheel chocks sudah dilepaskan.

d.6 Menempatkan safety cone di daerah tertentu sebagai hazard signal

2. Pelaksanaan

a. Diizinkan oleh aerodrome control tower/Apron Movement Control dimana kegiatan


dimaksud dapat dilaksanakan.

b. Pelaksanaan kegiatan disupervisi petugas yang mempunyai kompetensi dan


authorized dari Airline.

c. Petugas pemandu dan wing-walker harus berada didaerah aman dan cukup jarak
pandang dengan pesawat.

Rev. 02 AGM - 52
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Marshaller merupakan petugas yang memberikan tanda ataupun arah pergerakan


pelaksanaan tersebut.

e. Semua petugas terkait harus memperhatikan komando dari petugas marsheller.

f. Apabila komunikasi antara marshaller, wing-walker dan cockpit crew terhalang


atau putus, maka cockpit crew harus segera menghentikan pergerakan dimaksud.

g. Selama pergerakan wing-walker harus selalu memberikan aba-aba aman dan


apabila manuver area tidak layak untuk pergerakan lebih lanjut maka segera
diberikan aba-aba sehingga marshaller dapat memberikan signal bahwa
pergerakan segera dihentikan.

h. Petugas marshaller memberikan sinyal berhenti ketika pesawat telah mencapai


area pergerakan yang cukup untuk maju ke taxi way.

i. Petugas marshaller memastikan pelaksanaan selesai dengan sinyal lurus ke


depan.

j. Petugas tidak bisa melakukan power back apabila tidak mendapatkan ijin dari
Airodrome Control Tower / Apron Movement Control, seluruh area tidak cukup
terang, jarak pandang terbatas sampai kondisi cuaca bagus, dan permukaan
tertutup oleh salju atau es, tidak ada kesepakatan antara marshaler dan pilot, dan
jika masih ada petugas tidak melengkapi dengan PPE. Dalam pelaksanaan
Powerback, petugas Marshaller dan wing walker harus menggunakan Protective
Goggles selain PPE standard

k. Dalam pelaksanaan Powerback, petugas Marshaller dan wing walker harus


menggunakan Protective Goggles selain PPE standard.

AGM 3.11.0 Ketentuan Pengoperasian Lift Loader – Maindeck Loader (LLD –


MDL)

1. Persiapan

a. Petugas harus mengidentifikasi hazard area sekitar area operasional.

b. Sebelum menuju ke daerah operasional agar dilakukan fungsional test peralatan.

c. Standby di staging area/parking spot 5 menit sebelum STA / ETA dan tidak
menghalangi pergerakan peralatan lain.

Rev. 02 AGM - 53
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Pelaksanaan

a. Pada saat mendekat ke pesawat kecepatan equipment rendah (2-4 km/jam) dan
harus dipandu oleh petugas pemandu.

b. Petugas harus melakukan test brake sebelum mendekat ke pesawat.

c. Equipment harus diposisikan mendekat pintu compartment atau Cargo door dan
Jaga jarak aman :

c.1 Antara rubber bumper peralatan dengan doorseal cargo compartement.

c.2 Antara guide bar peralatan dengan doorseal cargo compartement.

d. Pastikan bahwa guide bar, safety rail dalam posisi full extend selama
pelaksanaan.

e. Dalam pergerakan ke, dari pesawat dalam proses memposisikan peralatan,


scissor harus dalam posisi full down.

f. Pada saat proses pelaksanaan loading-unloading brake dalam posisi “ON” dan
stabilizer stand fully extend, transmisi netral.

g. Bridge Platform peralatan harus diposisikan selevel dengan platform cargo


compartement pesawat.

3. Akhir Pelayanan

a. Sebelum menutup pintu cargo compartement, pastikan bridge platform peralatan


full down dan memastikan pergerakan pintu cargo aman.

b. Peralatan dipindahkan/ditarik apabila semua pelaksanaan loading unloading telah


selesai.

c. Setelah pintu compartment tertutup sempurna HLL-MDL diposisikan pada GSE


parkir area yang ditentukan dalam posisi scissor turun penuh, transmisi Netral
,mesin dimatikan, posisi hand brake “ON”, stabilizer posisi extend.

AGM 3.12.0 Ketentuan Pengoperasian Belt Conveyor Loader (BCL)

1. Persiapan
a. Standby di staging area parking spot 5 menit sebelum STA / ETA.

Rev. 02 AGM - 54
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Periksa BCLsebelum menuju ke daerah operasional, yakinkan bahwa BCL dalam


kondisi serviceable dan laik operasi.

c. Posisikan peralatan di ERL dan tidak menghalangi pergerakan peralatan lain.

2. Pelaksanaan

a. Setelah pesawat parkir dengan sempurna, mesin pesawat dimatikan, wheelchock


dipasang dan anticollison dimatikan, Posisikan peralatan secara perlahan-lahan
mendekat ke pesawat dengan bantuan guide man dan boom dalam posisi full
down.

b. Tidak diperbolehkan terdapat beban ataupun petugas berada diatas


boom/conveyor pada saat bergerak menuju ataupun meninggalkan pesawat.

c. Atur ketinggian boom sesuai ketinggian bulk compartement, select transmission


shift lever keposisi netral, tarik parking brake ke posisi On, set stabilizer keposisi
extend dan pasang wheel chock.

d. Petugas dilarang naik / turun ke/dari Bulk compartement menggunakan BCL


dalam kondisi conveyor berputar.

e. Equipment harus diposisikan mendekat pintu compartment atau bulk kemudian


safety guide di “ON’.

f. Harus terdapat celah, jarak aman antara bumper BCL dengan skin compartment.

g. Selama proses pelaksanaan dan engine hidup harus tetap dibawah pengoperasian
operator GSE dan berada dekat dengan jangkauan emergency kontrol.

h. Pada saat pengoperasian brake dalam posisi “ON”, wheel chock terpasang, dan
stabilizer full extend.

i. BCL harus tetap berada pada posisinya sampai semua muatan selesai di loading.

3. Akhir Pelayanan

a. Boom/conveyor diturunkan untuk memberi ruang yang aman untuk menutup


pintu compartment.
b. Setelah pintu compartment tertutup sempurna,stabilizer di retract, wheel chock
dilepas, dan safety guide “OFF”BCL ditarik mundur menuju parkir area yang
ditentukan.

Rev. 02 AGM - 55
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Parkir di designated area yang ditentukan,select transmission shift lever keposisi


netral,mesin dimatikan, posisi hand brake “ON” dan wheel chock terpasang,
stabilizer posisi extend.

AGM 3.13.0 Ketentuan Pengoperasian Passenger Boarding Stairs (PBS)

1. Persiapan

a. Sebelum menggunakanPassenger Boarding Stair (PBS), operatorharus memeriksa


bahwa anak tangga (step) mempunyai cukup pencahayaan/terang, handrail
bersih, kondisi lantaibebas dari benda-benda yang dapat menyebabkan bahaya
tersandung dan bebas darisampah/FODserta tumpahancairan/minyak lainnyayang
dapat membuat penumpang tergelincir.

b. PBS harus sudah Standby di staging area 5 menit sebelum STA / ETA dengan
posisi agar tidak menghalangi pergerakan peralatan lain.

c. Semua Tangga penumpang PBS harus dilengkapi dengan bumper karet.

d. Stabilizer dalam posisi full up/retracted dan Safety Strap di PBS terpasang.

e. PastikanSliding Door pada PBS dalam posisi terbuka untuk mengakomodir


pergerakan buka atau tutup pintu pesawat dengan aman.

2. Pelaksanaan

a. Sebelum menggerakan PBS ke arah pesawat :

a.1 Memastikan engine pesawat sudah shut down, Anti collision light sudah
padam dan semua wheel chock serta safety cone sudah dipasang.

a.2 Identifikasi hazard yang berkaitan dengan obstacle agar terhindar dari
kerusakan terhadap “antena, pitot tubes and stall warning device“.

a.3 Lakukan operational check system sebelum mendekati pintu pesawat.

a.4 Lakukan test brake sebelum mendekat ke pesawat.

a.5 Mengatur tinggi stairs dengan pintu pesawat.

a.6 Mendekatkan PBS ke pesawat harus dipandu petugas pemandu dengan


kecepatan sangat rendah.

a.7 Pada proses memposisikan PBS tidak boleh ada orang berada di atas PBS.

Rev. 02 AGM - 56
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.8 Tidak diperbolehkan melakukan manufer ekstrim di sisi pesawat.

b. PBS harus bergerak perlahan–lahan ke ambang pintu pesawat dengan menempel


tanpa menekan antara rubber bumper dan pesawat atau sesuai dengan
ketentuan Airline.

c. Sebelum passengger service door dibuka, pastikan posisi sliding door pada PBS
terbuka, untuk memungkinkan terdapat ruangan yang cukup aman ketika service
door dibuka.

d. Setelah PBS diposisikan di pesawat, seluruh perlengkapan keamanan PBS harus


difungsikan.

e. Untuk PBS yang memiliki system “Auto-Leveller“, jikakarena suatu hal operator
tidak berada di tempat, maka kunci PBS dan kunci pelindung kontrol box harus
diambil/dicabut untuk menghindari dioperasikan oleh pihak yang tidak
berwenang.

f. Ketika service door telah dibuka sliding doorpada PBS agar ditutup kembali.

g. Petugas harus selalu memonitor peralatan saat dioperasikan.

h. Petugas harusselalu mengamati keberadaan penumpang selama proses embark–


disembark di area apron (ramp), mengingat jet blast atau propeler wash, gerakan
pesawat lain, GSE, Bus yang akan melintas.

i. Keberadaan penumpang di area ramp (apron) ada dibawah pengawasan dan


tanggung jawab semua petugas ground handling.

j. Petugas tidak boleh memindahkan PBS apabila :

j.1 Pintu pesawat dalam keadaan terbuka.

j.2 Kecuali pintu pesawat sudah tertutup oleh personil yang berwenang,

j.3 Kecuali pada pintu pesawat telah dipasang strapping line dan terdapat
personil yang selalu menunggu di pintu pesawat.

3. Akhir Pelayanan

a. Mengkonfirmasikan kepada ramp koodinator apakah proses embark-disembark


sudah selesai.

Rev. 02 AGM - 57
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Mundurkan Sliding Door di PBS untuk memberikan ruangan yang cukup agar
pintu pesawat dapat ditutup.

c. Hidupkan PBS, naikan stabilizer, mundurkan beberapa inchi dari pesawat untuk
memungkinkan terdapat ruangan yang cukup untuk menurunkan stairs dan frame
ke posisi full down.

d. Memastikan tidak ada orang lain di atas PBS sebelum dipindahkan .

e. Memastikan area clear/aman pada waktu memindahkan peralatan dan pintu


pesawat sudah tertutup sempurna.

f. Memundurkan PBS dari pesawat dan harus di pandu oleh petugas pemandu.

g. Stand By di Staging di Equipment Restraint Line.

h. Pastikan pesawat telah meninggalkan parkir area kemudian pindah dan parkir PBS
di DESA yang sudah ditentukan.

i. Apabila pemindahan PBS dilakukan karena pesawat akan RON, yakinkansudah


tidak ada petugas di dalam cabin dan kondisi service door sudah tertutup.

j. Apabila pemindahan PBS dilakukan pada pesawat sedang maintenance,


koordinasikan dengan Aircraft teknisi dan apabila kondisi service door masih
terbuka, pasang safety strap serta terdapat personil yang selalu menunggu pintu
pesawat, sebelum PBS ditarik/dipindahkan.

k. Sebelum meninggalkan PBS pastikan :

k.1 Mesin telah dimatikan.

k.2 Semua switch pada posisi “OFF”.

k.3 Transmisi Neutral.

k.4 Hand brake “ON” atau wheel chock terpasang.

k.5 Stabilizer posisi extend.

AGM 3.14.0 Ketentuan Pengoperasian Garbarata (Aviobridge)

1. Persiapan pengoperasian

a. Sebelum mengoperasikan Garbarata Passenger Boarding Bridge/Aviobridge),


operatorharus memeriksa bahwa Garbarata mempunyai cukup pencahayaan/

Rev. 02 AGM - 58
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

terang, kondisi lantaibebas dari benda–benda yang dapat menyebabkan bahaya


tersandung dan bebas dari sampah/FOD serta tumpahan cairan/minyak lainnya
yang dapat membuat penumpang tergelincir.

b. Sebelum mengoperasikan Garbarata, operator harus memastikan bahwa tidak


ada peralatan, kendaraan, personel, atau penghalang lain yang akan
mempengaruhi gerakan Garbarata.

c. Test danperiksa :

c.1 Gerakan garbarata menggunakan switch control.


c.2 Panel pada konsul kendali.
c.3 Pastikan bahwa limit safety switch bekerja pada saat garbarata menyentuh
pesawat.
c.4 Gerakan auto level.
c.5 Lampu-lampu penerangan dan indikator.
c.6 Catat hasil test dan pemeriksaan visual dan operasional dalam buku laporan
pemeriksaan harian.

d. Operator Garbarata harus selalu memonitor jadwal kedatangan pesawat udara


yang akan dilayani garbarata.

e. Pastikan bahwa area parking stand dan area pergerakan garbarata bebas dari
obstacle/FOD (Foreign Object Damage). Memastikan area pergerakan aviobridge
bebas dari orang melintas maupun kendaraan dan alat GSE sebelum memulai
pergerakan aviobridge.

f. Pastikan kunci konsul sudah posisi off dan telah dilepas untuk menghindari
dioperasikan oleh orang yang tidak berwenang.

2. Pelaksanaan

a. Operator Garbarata harus sudah siap di konsul kendali (console control) 5 menit
sebelum STA / ETA. ketika akan melakukan pelayanan ke pesawat, wheel bogey
harus berada di posisi area parkir yang benar dan aman sebelum pesawat
memasuki parking stand dan pastikan mempunyai jarak yang aman terhadap
wing tip, engine dan badan pesawat.

b. Ketika dalam proses pengoperasian pastikan tidak terdapat personil di lorong


garbarata terkecuali operator yang mengoperasikan.
Rev. 02 AGM - 59
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Garbarata tidak boleh melakukan pergerakan apapun pada saat pesawat sedang
bergerak memasuki area parking stand sampaiengine pesawat off, lampu anti
collision beacon off dan telah mendapatkan clearance dari petugas ground
engineer.

d. Pastikan bahwa nose wheel sudah berhenti pada posisi yang telah ditentukan dan
wheel chock telah dipasang.

e. Garbarata harus bergerak perlahan–lahan ke ambang pintu pesawat:

e.1 Ruber bumper menempel tanpa menekan dinding badan pesawat atau sesuai
dengan ketentuan Airline.

e.2 Perhatikan dan yakinkanbahwa pergerakan Garbarata tidak akan merusak


peralatan pesawat “antena, pitot tubes and stall warning device“.

e.3 Setelah Garbarata diposisikan di pesawat, seluruh peralatan keamanan


(safety devices) Garbarata harus difungsikan.

e.4 Untuk Garbarata yang memiliki system “Auto-Leveller“, ketika operator tidak
berada di control box, kunci pelindung controlbox harus diambil/dicabut
untuk menghindari alat dioperasikan oleh pihak yang tidak berwenang.

f. Laksanakan pelayanan garbarata sesuai dengan check list untuk pelayanan


(docking).

3. Pelayanan garbarata pada pesawat berbadan lebar (wide body) dengan 2 (dua)
pintu:

a. Laksanakan pelayanan garbarata (docking) dengan mengoperasikan garbarata


nomor 2 terlebih dahulu.

b. Setelah garbarata nomor 2 bergerak, garbarata nomor 1 dapat dioperasikan.

c. Laksanakan pelayanan garbarata sesuai dengan check list untuk pelayanan


(docking).

4. Pelayanan garbarata pada pesawat udara berbadan lebar (wide body) dengan 1
(satu) pintu

a. Menggunakan garbarata nomor 1.

Rev. 02 AGM - 60
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Laksanakan dengan menggeser nomor 2 ke kanan 50 cm, kemudian operasikan


garbarata nomor 1 sesuai check list.

5. Pelayanan garbarata pada pesawat udara berbadan kecil (narrow body) :

a. Laksanakan pelayanan dengan garbarata nomor 2.

b. Laksanakan pelayanan sesuai check list.

6. Check List Docking

a. Hidupkan lampu bagian dalam.

b. Hidupkan lampu bagian luar bila malam hari/cuaca gelap.

c. Masukkan kunci pada emergency stop dan nyalakan powernya, lampu indicator
“power in “akan menyala.Putar selector control ke posisi manual dan
memperlihatkan situasi Ramp di sekitar wheel bogey.

d. Buka pintu gulung (rolling door).

e. Sesuaikan arah cabin dengan pintu pesawat yang dilayani.

f. Gerakan joystick dengan halus untuk maju dan membelok. Kombinasikan gerakan
ini dengan menekan tombol vertical drive untuk menyesuaikan ketinggian dengan
lantai pesawat.

g. Majukan Garbarata perlahan hingga mencapai jarak +/- 2 meter dari pintu
pesawat yang dituju.

h. Atur ketinggian kabin, bemper kabin disesuaikan dengan pesawat yang dilayani
dan jaga jarak aman.

i. Gerakan Garbarata hingga bemper menempel pada body pesawat.

j. Turunkan canopy dengan menekan kedua tombol kiri dan kanan canopy, maka
indikator canopy down akan menyala.

k. Putar selector ke posisi auto, lengan auto level turun menyentuh body pesawat,
lampu indikator auto level akan menyala dan layar CCTV akan mati.

l. Buka rantai pengaman.

m. Beri kode “OK“pada kru kabin bahwa docking sudah OK dan pintu dapat dibuka.

7. Akhir Pelayanan (Penarikan/UN-Docking)

Rev. 02 AGM - 61
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Koordinasikan dengan Ramp Koordinator, Cabin Crew ataupun Aircraft teknisi


bahwa proses undocking akan dilaksanakan.

b. Apabila undocking dilakukan pada pesawat RON, yakinkansudah tidak ada


petugas, personel didalam cabin dan dalam kondisi service door masih terbuka,
pasang safety strap sebelum Garbarata ditarik/dipindahkan.

c. Tutup pintu gulung (rolling) depan kabin.

d. Periksa apakah GPU 400 Hertz masih melayani pesawat.

e. Pindahkan posisi selector ke manual, lengan auto level akan keatas.

f. Tarik canopy dengan menekan kedua tombol UP, lampu indicator canopy down
mati.

g. Gerakan joy stick untuk mundur sampai garis aman.

h. Setelah pintu pesawat tertutup

h.1 Pastikan safety device telah terpasang melintang pada akses depan Bridges
head.

h.2 Pastikan safety device telah terpasang melintang pada akses depan Bridges
head.

h.3 Garbarata ditarik mundur (parkir Garbarata) hingga wheel bogey berada
pada posisi marka yang ditentukan (arrival–departure).

i. Atur agar Garbarata pada posisi level.

j. Atur agar posisi kabin pada sumbu Garbarata.

k. Gerakan selector control ke posisi off.

l. Tekan tombol emergency stop dan keluarkan kunci.

m. Matikan lampu bagian dalam dan luar.

8. Petunjuk Auto Level tidak bekerja normal

a. Alarm dibawah kabin berbunyi.

b. Indikator service warning menyala.

c. Indikator auto level berkedip.

Rev. 02 AGM - 62
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Kode Error didalam konsul kendali menunjukan kode 06 atau 11.

e. Tindakan Operator :

e.1 Memutar selector ke posisi manual.

e.2 Turunkan lantai kabin sampai +/- 10 cm dari lantai pesawat.

e.3 Operator tetap stand-by di konsul kendali untuk menyesuaikan ketinggian


kabin melalui tombol vertical drive.

e.4 Laporkan ke unit pemeliharaan Garbarata.

9. Garbarata berputar melebihi batas swing rotunda/Tanda batas swing pertama :

a. Indikator maksimum swing menyala.

b. Kecepatan Garbarata berkurang 50 %.

c. Tindakan Operator; Kembalikan swing Garbarata ke arah yang berlawanan.

10. Tanda batas swing ke dua

a. Indikator maksimum swing menyala.

b. Indikator service warning menyala.

c. Garbarata berhenti/tidak dapat digerakan.

d. Kode Error menunjukkan kode 01.

e. Tindakan Operator

e.1 Kembalikan swing Garbarata kearah berlawanan.

e.2 Laporkan bahwaunit switch swing pertama sudah tidak berfungsi.

11. Wheel bogey berputar hingga oversteer

a. Indikator oversteer menyala.

b. Bogey akan berhenti.

c. Tindakan Operator; Kembalikan rotasi bogey kearah yang berlawanan.

12. Wheel bogey berputar hingga oversteer kedua

a. Indikator oversteer akan berkedip–kedip.

b. Service warning akan menyala.

Rev. 02 AGM - 63
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Kode Error akan menunjukan kode 02 atau 04.

d. Bogey akan berhenti.

e. Tindakan Operator :

e.1 Kembalikan rotasi bogey ke arah yang berlawanan.

e.2 Laporkan ke unit pemeliharaan bahwa limit switch pertama tidak bekerja.

13. Menarik Garbarata dengan traktor

a. Ganjal roda Garbarata bagian depan dan belakang.

b. Siapkan alat–alat bantu berupa traktor dengan towbar.

c. Siapkan petugas yang akan menarik dengan petugas di konsul kendali.

d. Pasang towing bar pada brachet bogey.

e. Lepaskan rem pada motor bogey dengan menggunakan kunci L kearah jarum
jam.

f. Lepaskan ganjal bagian belakang roda garbarata.

g. Laksanakan penarikan garbarata secara perlahan-lahan setelah garbarta parkir


pada posisi yang ditentukan, pasang kembali rem pada motor bogey.

AGM 3.15.0 Ketentuan Pengoperasian Manual Passenger Stairs (MPS)

1. Persiapan

a. Sebelum menggunakan Manual Passengger Stair (MPS), operator harus


memeriksa bahwa anak tangga (step)mempunyai cukup pencahayaan/terang,
handrail bersih, kondisi lantai bebas dari benda–benda yang dapat menyebabkan
bahaya tersandung dan bebas dari sampah/FOD serta tumpahan cairan/minyak
lainnyayang dapat membuat penumpang tergelincir.

b. Stand by di Equipment Restraint Line parking spot 5 menit sebelum STA / ETA
dan posisikan agar tidak menghalangi pergerakan peralatan lain.

c. MPS harus dilengkapi dengan bumper karet.

d. Pastikan stabilizer dalam kondisi lengkap dan berfungsi dengan baik.

e. Stabilizer dalam posisi full up/retracted.

Rev. 02 AGM - 64
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Pastikan Sliding Door pada MPS dalam posisi terbuka untuk memberikan akses
buka pintu pesawat dengan aman.

2. Pelaksanaan

a. Sebelum menggerakan MPS ke arah pesawat :

a.1 Memastikan engine pesawat sudah shut down, Anti collision light sudah
padam dan semua wheel chock serta safety cone sudah dipasang.

a.2 Identifikasi hazard yang berkaitan dengan obstacle agar pada saat mendekat
ke pesawat terhindar dari kerusakan terhadap “antenna, pitot tubes and stall
warning device“.

a.3 Atur estimasi tinggi stairs dengan pintu pesawat.

a.4 Pada proses memposisikan MPS tidak boleh ada orang berada di atas MPS.

a.5 Tidak diperbolehkan melakukan manufer ekstrim di sisi pesawat.

b. Approach MPS ke pesawat harusdilakukan secara manual :

b.1 Dalam proses ini tidak diperkenankan ditarik dengan BTT.

b.2 Pastikan pada saat pemasangan dalam posisi tepat, canopy tidak menyentuh
body pesawat.

c. Antara pintu ruber bumper menempel tanpa menekan badan pesawat atau sesuai
ketentuan airline.

d. Setelah MPS diposisikan di pesawat, seluruh perlengkapan keamanan harus


difungsikan :

d.1 Stabilizer difungsikan dan wheel chock dipasang.

d.2 Setelah passenger door dibuka sliding door di MPS difungsikan.

e. Petugas harus selalu memonitor MPS saat dioperasikan.

f. Petugas harus selalu mengamati keberadaan penumpang selama proses embark–


disembark di area apron (ramp), mengingat jet blast atau propeler wash, gerakan
pesawat lain, GSE, Bus yang akan melintas.

g. Keberadaan penumpang di area ramp (apron) ada dibawah pengawasan dan


tanggung jawab semua petugas ground handling.

Rev. 02 AGM - 65
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Akhir Pelayanan

a. Mengkonfirmasikan kepada ramp koodinator apakah proses embark-disembark


sudah selesai.

b. Mundurkan Sliding Door di MPS untuk memberikan ruangan yang cukup agar
pintu pesawat dapat ditutup.

c. Memastikan area clear/aman pada waktu memindahkan peralatan dan pintu


pesawat sudah tertutup sempurna dan tidak ada bagian MPS yang tersangkut.

d. Lepas wheel chock, naikan stabilizer dan mundurkan MPS dari pesawat secara
manual dengan didorong sampai posisi aman kemudian dapat ditowing dengan
BTT.

e. Stand By di Staging di Equipment Restraint Line.

f. Pastikan pesawat telah meninggalkan parkir area kemudian pindah dan parkir
MPS di DESA yang sudah ditentukan.

g. Sebelum meninggalkan MPS pastikan stabilizer difungsikan dan wheel chock


terpasang.

4. Akhir Pelayanan pada pesawat RON (Remain Over Night)

a. Koordinasikan dengan Ramp Koordinator apabila akan menarik atau


memindahkan MPS.

b. Yakinkansudah tidak ada petugas, personel didalam cabin.

c. Ketika pesawat dalam proses maintenance dan kondisi service door masih
terbuka, informasikan dengan Aircraft teknisi dan pasang safety strap sebelum
MPS dipindahkan.

AGM 3.16.0 Ketentuan Pelayanan Water Service Truck / Water Service Cart
(WST/WSC)

1. Persyaratan Utama

a. Hanya air dengan kualitas “air minum”yang boleh diuplift ke pesawat dan air yang
berasal dari sumberproduk pengolahan air bersih dimana pengolahan air
bersihnya sudah mendapat pengesahan dari Kantor Kesehatan Pelabuhan.

b. Kandungan Chlorine untuk potable water harus dalam kisaran 0,3 – 0,8 mg/ltr.
Rev. 02 AGM - 66
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Jika potable water ditambah chlorine, maka potable water hanya dapat digunakan
untuk melayani pesawat setelah minimal 30 menit, untuk memungkinkan waktu
zat klorinasi bereaksi dan potable water yang ada di dalam tanki WST harus
disirkulasikan untuk memastikan pencampuran potable water dengan zat klorinasi
sudah sempurna.

d. Sampel air untuk pemeriksaan bakteri harus dikumpulkan dari WST, sampling
harus dilakukan tiap satu bulan sekali.

e. Bagian dalam dari tangki air WST harus dibersihkan dan disterilisasi sebulan sekali
untuk menghilangkan endapan.

f. Pastikan tidak terdapat karat pada bagian dalam tanki, manhole dan lubang
pengisian

g. Setelah dua puluh empat jam, air yang berada didalam potable water (di dalam
tangki WST), harus di drain/dibuang dan dilakukan pengisian kembali.

h. Pembersihan dan disinfeksi/pencucian kendaraan WST harus dilakukan seminggu


sekali.

i. Lubang pengisian air dan manhole harus selalu dikunci untuk mencegah adanya
tindakan Kontra produktif yang dapat mengancam keselamatan penumpang.

2. Persiapan

a. Petugas operator berpakaian rapi dan bersih.

b. Sebelum menuju daerah operasi, WST harus dilakukan fungsional test.

c. Petugas WST/WSC tidak diperbolehkan merangkap sebagai petugas operasional


LST/LSC pada hari, saat, waktu bersamaan.

d. Peralatan/Equipment WST/WSC :

d.1 WST/WSC harus dalam kondisi laik operasional.

d.2 WST/WSC harus selalu dilakukan pembersihan sehingga terlihat bersih.

d.3 Tidak diperbolehkan terdapat kebocoran atau terbuka tutup tanki


penyimpanan air, yang memungkinkan terjadinya pencemaran.

Rev. 02 AGM - 67
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d.4 Perangkat untuk mencapai potable water service panel seperti tangga atau
lainnya agar dijaga tetap bersih dan kering, sehingga tidak licin apabila
digunakan.

d.5 Air bersih dimaksud telah dilakukan seterilisasi dengan cara chlorine proses
sesuai ketentuan yang berlaku.

d.6 Pembersian/pencucian/strerilisasi pada tanki air dilakukan sesuai Ketentuan


tank cleaning yang ada.

3. Pelaksanaan pengisian pada pesawat

a. Operator harus mewaspadai obstacle ataupun daerah yang berpotensi hazard


pada saat mendekati pesawat dan dipandu oleh petugas parkir.

b. Parkir WST/WSC dekat service panel dalam posisi hand brake “ON” atau wheel
chock terpasang.

c. Tidak diperbolehkan melakukan pengoperasian WST/WSC dan LST/LSC secara


bersamaan di pesawat yang sama.

d. Sebelum melakukan pengisian air bersih ke pesawat, air harus dibuang untuk
meyakinkan bahwa saluran selang air, pipa, selang, nozzle atau konektor
penghubung, bersih dari kotoran.

e. Buka water panel dan hubungkan slang water supply dengan port hole dipesawat,
lakukan pengisian sesuai masing-masing equipment operation manual.

f. Buka fill dan Overflow Valve.

g. Catatan : Water Qty Select harus di set ke kapasitas yang diinginkan (FULL), jika
di set diatas level tangki, fill dan overflow valve tidak akan terbuka dan system
tidak akan menerima tambahan air.

h. Pompa air minum ke dalam tangki dan berhenti pada saat air keluar dari overflow
Port.

i. Lepaskan pipa pengisian, biarkan mengalir keluar dari fill line sampai habis dan
tutup fill fitting.

j. Pengisian air harus sesuai dengan, permintaan atau kapasitas tangki masing-
masing tipe pesawat.

Rev. 02 AGM - 68
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k. Beberapatipe pesawat mempunyai water tank indicator atau, water flow drain
hole sebagai petunjuk tanki telah penuh.

4. Akhir Pelayanan WST/WSC

a. Putar switch water supply service pada posisi closed.

b. Lepas selang water supply, pasang plug periksa kebocoran (tidak diizinkan
adanya kebocoran) dan tutup service panel.

c. Apabila WST/WSC tidak dioperasikan :

c.1 Beri pengaman standar, tutup steril sebagai pengaman terhadap pencemaran
atau kontaminasi.

c.2 Ketika selang tidak digunakan, semua nozzle atau konektor harus dilindungi
dari kontaminasi, dengan cara merendam dalam tempat yang berisi air dan
diberi klorin.

c.3 WST/WSC tidak diperkenankan parkir berdekatan dengan tempat, daerah


ataupun LST/LSC yang berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap Air
bersih dimaksud.

d. Tempatkan WST/WSC kembali parkir didaerah yang telah ditentukan.

e. Pada posisi parkir hand barke harus dalam posisi “ON” atau wheel chock
terpasang.

5. Penanganan Tumpahan Air

a. Check daerah tumpahan, apakah membahayakan terutama lintasan Penumpang


ataupun petugas.

b. Lokalisir daerah tersebut.

c. Segera keringkan dengan sapu karet dan lap sehingga tidak licin.

d. Yakinkan daerah tersebut aman untuk dilewati dan informasikan ke unit terkait.

Rev. 02 AGM - 69
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 3.17.0 Ketentuan Pelayanan Lavatory Service Truck / Lavatory Service


Cart (LST/LSC)

1. Persyaratan

a. Operator lavatory service tidak diperbolehkan mengoperasikan water service


dalam waktu yang bersamaan.

b. LST/LSC tidak diperbolehkan parkir dalam area yang sama, dengan kendaraan
water service (WST/WSC).

c. Persyaratan Pelaksanaan :

c.1 Pelaksanaan servicing lavatory berdasarkan permintaaan (on request).

c.2 Pelaksanaan servicing lavatory terhadap pesawat transit.

c.3 Pelaksanaan servicing lavatory terhadap pesawat1 sampai 2 jam sebelum


penerbangan, terhadap setiap pesawat terbang yang night stop atau
terhadap pesawat yang transit lebih dari 4 jam.

2. Persiapan

a. Petugas operator yang melaksanakan pengoperasian LST/LSC wajib memakai PPE


dan sarung tangan (untuk menjaga kontaminasi dari air-limbah).

b. LST/LSC harus dalam kondisi laik operasional.

c. Menjaga kebersihan LST/LSC untuk menjaga berkembangnya Bakteri, atau


mikroba lain yang membahayakan kesehatan, pencucian LST/LSC harus tetap
dilakukan dengan desinfektan (sabun).

3. Pelaksanaan secara umum

a. Setelah pesawat parkir dengan sempurna, mesin pesawat telah dimatikan, wheel
chock telah terpasang dan anti colision light telah dimatikan LST/LSC
diperbolehkan mendekat pesawat.

b. Ketika LST bergerak mundur harus dipandu oleh guide man.

c. Setelah berhenti di sekitar pesawat, select transmission shift lever keposisi netral,
Tarik PTO keposisi On, tarik Hand Brake keposisi On, dan dipasang wheel chock.

Rev. 02 AGM - 70
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Sebelum membuka toilet service panel, periksa noda – noda atau kebocoran
disekitar panel (seperti es yang berwarna biru) dan bersihkan dengan air sebelum
membuka panel.

e. Buka tutup panel toilet service dengan menekan Latch atau pengait.

f. Buka toilet drain cap, buka flush port cap dan hubungkan flush line dari lavatory
service truck ke flush port pada service panel.

g. Hubungkan drain hose dari lavatory service truck ke toilet drain outlet pada panel.

h. Tarik PULL-TO-OPEN lever atau dorong PUSH-TO-OPEN Lever untuk membuka


drain valve dan biarkan Waste mengalir ke lavatory service truck.

i. Setelah air-limbah terbuang, lakukan flashing dengan air-bersih minimal 1x.

j. Setelah selesai, isi dengan air bersih sesuai kapasitas tanki dan tidak
diperbolehkan mengisi air melebihi kapasitas yang ditentukan, sesuaikan dengan
spesifikasi pabrik untuk mencegah overflow.

k. Overflow dapat menyebabkan korosi pada struktur dan kerusakan pada Peralatan
listrik, elektronik pesawat.

l. Toilet tank harus diisi dengan air bersih sesuai kebutuhan, kemudian masukkan
toilet deodorant di toilet bowl.

m. Setelah selesai servicing drain valve ditutup dengan cara memutar berlawanan
arah jarum jam, pasangkan “donut plug”, Periksa apakah terjadi kebocoran,
segera melaporkan ke petugas teknik/engineer pesawat udara apabila terdapat
kebocoran.

n. Apabila donut plug sudah terpasang, maka toilet service panel harus ditutup
dengan semestinya sesuai ketentuan.

o. Sebelum service panel ditutup keringkan bagian yang basah terlebih dahulu.

p. Beberapa type pesawat tertentu sistim operasional air-limbah masih


membutuhkan disenfektan dan pengharum.

q. Tidak diperbolehkan melakukan pengoperasian LST/LSC secara bersamaan


dengan pengoperasian WST/WSC pada satu pesawat yang sama.

Rev. 02 AGM - 71
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Pelaksanaan pada type pesawat B737-300/400/500

a. Flashing

a.1 Tidak diperbolehkan menggunakan tekanan toilet service line lebih dari 60
PSI, hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan kebocoran.

a.2 Tekanan Toilet Service Line yang direkomendasikan adalah 20-50 psig (1.38-
3.45 Bar). Tekanan maksimum adalah 60 psig (4.14 Bar).

a.3 Masukan mininum 30 liter air melalui Flush/Rinse Line untuk membilas toilet
system.

a.4 Jika tekanan pembilasan kurang dari 20 psig (1.38 Bar) maka toilet tank tidak
akan bersih.

b. Pelaksanaan Pengisian Air (Filling/Charging)

b.1 Tidak diperkenankan menggunakan tekanan servce line lebih dari 60 PSIG
(4.14 bar), hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan kebocoran,
tekanan toilet service line adalah 20-50 psig (1.38-3.45 bar).

b.2 Hubungkan water/chemical hose dari lavatory service truck ke flush/fill port
pada service panel.

b.3 Isi system dengan larutan toilet deodorant atau air bersih sejumlah 12 liter
s/d 20 liter sebagai precharge, terlalu banyak precharge dapat menyebabkan
toilet tank menjadi penuh jika penggunaannya tinggi.

b.4 Lepaskan water/chemical hose.

b.5 Bersihkan dan keringkan komponen-komponen di service panel dan doors


dan periksa tidak terdapat kebocoran.

b.6 Tutup flush/fill port cap.

5. Pelaksanaan pada type pesawat B737- 800, A330, B747-400

a. Flashing

a.1 Tarik handle (B737-800) atau letakkan drain-valve control-lever ke posisi


OPEN (A330) atau tarik Drain valve control handle (B747-400) untuk
mengosongkan Toilet Tank.

Rev. 02 AGM - 72
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.2 Hubungankan waste drain house dari service truck ke waste-tank drain fitting
(B737-800,B747-400) atau waste-tank drain connection (A330).

a.3 Ketika Toilet waste tank di kosongkan, sentuh waste drain hose untuk
meyakinkan bahwa cairan waste mengalir.

a.4 Sentuh drain hose dan yakinkan bahwa Toilet tank telah di kosongkan secara
sempurna.

a.5 Lakukan draining pada masing-masingToilettank dengan tahap –tahap di


atas.Lakukan secara berurutan searah jarum jam pada pesawat B747-400
(contoh: Fwd left, Aft left, Aft right, Fwd right).

b. Pelaksanaan Pengisian Air (Filling/Charging)

b.1 Yakinkan bahwa drain valve masih pada kondisi terbuka.

b.2 Cap dari flush/rinse fitting (B737-800 dan B747-400) atau flush/Rinse
connection (A330).

b.3 Hubungkan flush/rinse water hose (flush/rinse line) dari service truck ke
flush/rinse fitting atau flush/rinse connection.

b.4 Pompakan air ke dalam toilettank untuk melakukan pembilasan.

b.5 Yakinkan bahwa tekanan minimum 30 psig (2,07 bar). Tekanan air pembilas
yang direkomendasikan dari 30 psig(2.07 bar)sampai 50 psig (3.45 bar). Jika
tekanan air kurang dari30 psig (2.07 bar), Toilet tank tidak akanbersih.
Tekanan maksimum yang diukur pada Rinse Nozzle adalah 80 psig (5.52
bar).

VOLUME TEKANAN KECEPATAN


TYPE PESAWAT PEMBILASAN ALIR
(LITER) PSI BAR (LITER/MENIT)

B 737-800 100 30-50 2.07 – 3.45 40


A 330 100 30-50 2.07 – 3.45 40
B 747-400 100 30-50 2.07 – 3.45 40

Rev. 02 AGM - 73
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Akhir Pelayanan

a. Apabila terdapat sisa kotoran setelah servicing dilaksanakan, yang menempel


disekitar service panel ataupun di Apron bersihkan (semprot) dengan air bersih.

b. Pindahkan LST/LSC dari daerah service kedaerah parkir yang telah ditentukan.

c. Pada posisi parkir Hand brake LST dalam posisi “ ON”dan LSC dipasang wheel
chock .

7. Pembuangan air-limbah ketempat pembuangan akhir

a. Air limbah berbahaya bagi kesehatan, pembuangannya harus diperhatikan agar


tidak mencemari daerah sekitar.

b. Regulasi untuk pembuangan limbah hendaknya memenuhi aturan yang telah


ditetapkan oleh otoritas Bandara.

8. Penanganan Tumpahan Air Limbah

Air limbah merupakan air kotor yang mengandung Bakteri Koli dan zat berbahaya
lainnya, sehingga perlu kewaspadaan apabila terdapat tumpahannya dan perlu
segera dibersihkan.

a. Lokalisir area tumpahan.

b. Taburkan secukupnya serbuk gergaji atau sejenisnya.

c. Bersihkan serbuk tersebut dengan disapu dan masukan dalam kantung khusus,
ulangi sampai bersih.

d. Siram daerah tumpahan dengan air sabun, gosok dengan sikat dan keringkan.

e. Yakinkan bahwa area tumpahan telah bersih, apabila perlu ulangi proses
tersebut.

AGM 3.18.0 Ketentuan Pengoperasian BTT (Baggage Towing Tractor)

BTT adalah peralatan motorize yang berfungsi sebagai alat penarik equipment
lainnya;BCT, Container & Cargo dollies,ASR, GPU, ACU dan lainnya.

1. Persiapan

a. BTT yang dioperasikan tidak diperkenankan untuk menarik diluar batas


kemampuannya:

Rev. 02 AGM - 74
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.1 Rangkaian BCT dan Container Dollies maksimal empat rangkaian.

a.2 Rangkaian Pallet Dollies maksimal tiga rangkaian.

a.3 Berat beban tidak melebihi kapasitas maksimum yang ditetapkan oleh
pabrikan.

b. BCT, Dollies dan peralatan lainnya harus dilengkapi dengan wheelchock dan
Rubber Bumper pada setiap sudut.

c. Memastikan kondisi BCT, PDL, CDL atau equipment yang akan ditarik Laik
Operasi.

2. Pada saat penarikan

a. Sebelum menarik BCT/Container Operator harus mengetahui isi BCT / Container


yang akan ditarik, nomor penerbangan, tujuan, parkir spot, atau pun jadwal
kedatangan–keberangkatan pesawat.

b. BTT/BCT/PDL/CDL dan operatornya sudah standby di area parking stand 5 menit


sebelum ETA.

c. Saat menarik mendekati pesawat harus diperhatikan rambu-rambu pengaman.

d. Pada area yang sempit diapron pergerakan harus dipandu oleh petugas pemandu.

e. Kecepatan pada saat mendekati pesawat tidak diperbolehkan melebihi 2 Km/jam.

f. Dalam hal penarikan, setiap operator harus melakukan pemeriksaan untuk


memastikan bahwa :

f.1 Nets/Jaring telah terpasang dengan baik untuk menjaga keamanan dan
keselamatan selama pergerakan didarat maupun didalam pesawat.

f.2 Pallets dan ULD telah ditempatkan diatas Dollies dalam posisi aman dimana
Lock, Straps, Rail Guide telah difungsikan untuk keamanan dan keselamatan
dalam pergerakan di darat.

g. Karena adanya kecenderungan “pengurangan sudut belok” pada sebuah


rangkaian gerobak/dolly maka pengemudi tidak diperkenankan terlalu cepat belok
dan membuat sudut belok terlalu tajam.

h. Pada saat loading-unloading gerobak (BCT), dollys dan alat lainnya di lepas dari
rangkaian :
Rev. 02 AGM - 75
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h.1 Harus diposisikan di daerah yang aman.

h.2 Wheel dalam posisi brake on atau wheel chock terpasang.

3. Akhir Pelayanan

a. Operator BTT bertanggung jawab untuk menarik semua peralatan yang akan atau
sudah digunakan untuk pelayanan di Apron.

b. Kembalikan BTT ke tempat parkir yang telah ditentukan dengan posisi transmisi
netral, hand brake on, engine cut off, ignation switch off.

Jaga kondisi peralatan tetap bersih dan aman untuk digunakan selanjutnya.

AGM 3.19.0 Ketentuan Pelayanan Air Starter unit / Ground Power Unit / Air
Conditioning Unit (ASR / GPU / ACU)

Panduan pelayanan berikut adalah pelayanan alat bantu operasi ketika APU (Auxilary
Power Unit) dari pesawat yang bersangkutan tidak beroperasi.

1. Persiapan

a. Peralatan yang akan digunakan harus Laik Operasional.

b. Agar dilakukan fungsional test sebelum peralatan digunakan.

c. Peralatan yang dioperasikan harus sesuai dengan peruntukannya.

d. Dalam pengoperasian semua perlengkapan safety eguipment harus tersedia


(Firex, wheel chock dll).

2. Pelaksanaan

a. Operator harus mengetahui dan yakin tujuan, parkir spot, ataupun jadwal
kedatangan–keberangkatan pesawat.

b. Peralatan harus sudah disiapkan di parkir spot 5 menit sebelum STA/ ETA atau
sesuai permintaan.

c. Posisikan peralatan dengan pesawat pada posisi yang aman, pasang wheel chock
atau Brake ON position dan tidak menggangu pergerakan peralatan GSE lain
ataupun jalur penumpang embark maupun disembark.

d. Operasikan peralatan sesuai dengan fungsi dan prosedur yang berlaku.

Rev. 02 AGM - 76
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Akhir Pelaksanaan

a. Akhir pelayanan harus sesuai dengan koordinasi yang dilakukan dengan petugas
terkait.

b. Penghentian, disconect peralatan harus sesuai dengan ketentuan.

c. “Engine OFF atau Shut Down Operation” masing-masing peralatan harus sesuai
dengan operation manualnya.

d. Rapikan semua accesori peralatan dan tempatkan pada tempatnya.

e. Buat dan distribusikan laporan pemakaian peralatan tersebut.

f. Tarik dan posisikan peralatan ditempat parkir semula.

AGM 3.20.0 Ketentuan Pengoperasian Fork Lift

Ketentuan terlampir memberikan panduan dalam mengoperasikan alat angkat khusus


Fork lift.Pengoperasian alat angkat dimaksud:

1. Secara umum digunakan dalam gudang/warehousing.

2. Penggunaan pada kegiatan pelayanan di pesawat selama didarat tidak


direkomendasikan.

3. Gunakan forklift sesuai fungsi dan kapasitasnya.

4. Persiapan

a. Lakukan pemeriksaan operational tes sebelum mengoperasikan FLT.

b. Check dan konfirmasikan berat, packaging beban yang akan diangkat.

c. Persiapkan peralatan pelengkap, pembantu operasional (pallet, spreder, alat


penjepit drum, long fork dll).

5. Pelaksanaan

a. Tidak diperkenankan menggunakan diluar batas kemampuan peralatan.

b. Perhitungkan total beban dan titik grafitasi.

c. Gunakan palet, sprider bila packaging tidak aman untuk diangkat.

d. Penggunaan dengan menambah long fork diperbolehkan dengan persyaratan


bahwa berat beban masih dalam kemampuan kinerja fork lift.

Rev. 02 AGM - 77
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Jaga kecepatan fork lift dengan memperhitungkan beban.

f. Harusdipandu,apabila pandangan terhalang oleh packaging atau beban yang


diangkat.

g. Pengoperasian pada saat belok harus dijaga kecepatan dan radiusnya untuk
menghindari moment/beban puntir pada ujung fork.

h. Untuk menjaga keseimbangan fork harus pada posisi yang cukup lebar pada saat
terdapat beban.

i. Letakan fork serendah mungkin pada saat berjalan dan mengangkut beban.

j. Tidak diperkenankan mengangkut beban ketika posisi ”mast”/tiang penyangga


pada posisi miring kedepan, posisi aman ”mast” harus miring
kebelakang/kedalam.

k. Perhatikan obstacle, benda dan lainnya pada saat fork-up dan saat mengangkat
beban tidak diperkenankan orang berada di bawahnya.

l. Pergunakan alat bantu khusus untuk mengangkat beban tertentu (drum).

6. Penyelesaian

a. Parkir fork lift ditempat yang aman.

b. Posisi fork pada full-down.

c. Matikan mesin.

Hand brake pada posisi “ON” .

Rev. 02 AGM - 78
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 5 - CARGO AND MAIL HANDLING (CGM)

A. TUJUAN

1. Standard Manual ini disusun dan diterbitkan sebagai panduan untuk seluruh kegiatan
personil yang terlibat dalam pelaksanaan layanan Cargo Handling yang berisikan :
kebijakan, prosedur dan proses dan/atau panduan lain yang terkait dengan kegiatan
operasi penanganan kargo di pergudangan yang ditangani oleh PT. Gapura Angkasa
di semua stasiun.

2. Standard Manual ini dibuat dalam rangka pemenuhan persyaratan keselamatan dan
keamanan dalam menangani kargo udara dan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan personil petugas dalam pelayanan sesuai dengan standar keselamatan
dan keamanan.

3. Standar Manual ini dibuat sesuai dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan
yang dipersyaratkan dalam IATA/ISAGO Manual dan Recommended Practices,
Regulasi keamanan dan keselamatan ICAO, Program Keselamatan dan Keamanan
Airlines serta peraturan perundang-undangan negara yang mengatur keamanan dan
keselamatan penerbangan

4. Standar Manual ini adalah milik PT. Gapura Angkasa dan tunduk pada revisi dan
modifikasi dan/atau disesuaikan, bila dipandang perlu jika ada sebagian dan/atau
seluruh isinya yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan dan/atau
persyaratan spesifik pelanggan maskapai penerbangan pada saat itu, dan perubahan
hanya dilakukan oleh unit kerja yang memiliki otorisasi untuk penerbitan dan
pengesahan standar kualitas perusahaan.

B. RUANG LINGKUP

Standar Manual ini disahkan dan diterbitkan sebagai legal operasi untuk cakupan semua
aktivitas pelayanan di wilayah lokal dan/atau kegiatan indoor termasuk proses transportasi,
sehubungan dengan proses pelayanan kargo di semua pergudangan yang dikelola oleh
PT. Gapura Angkasa.

Rev. 02 CGM - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 1.0.0 PROSEDUR OUTBOUND CARGO & MAIL

CGM 1.1.0 Acceptance Cargo & Dokumen

CGM 1.1.1 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Membaca catatan-catatan yang tertuang di Particular Book.

3. Mengikuti briefing umum dan menerima penugasan (job assignment) yang diberikan
oleh supervisor atau pimpinan.

4. Membuat dan menetapkan rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas


sebagaimana yang disampaikan dalam briefing oleh supervisor.

5. Memastikan validitas/keabsahan dari seluruh timbangan (weighing scale) yang akan


digunakan dalam pelayanan penimbangan kargo dan melakukan verifikasi harian data
aktual saat itu dan dibandingkan dengan data hasil kesesuaian data tersebut dalam
Log Book Timbangan. Apabila terdapat kelainan atau selisih data hasil kalibrasi Badan
Metrologi dengan data hasil verifikasi periodik harian internal, segera lapor ke
supervisor untuk dilakukan langkah-langkah penanganan perbaikan, apabila secara
penilaian data selisih tersebut sangat signifikan, agar diputuskan oleh supervisor untuk
sementara timbangan tidak digunakan sampai proses kajian lebih lanjut dilakukan oleh
Badan yang berwenang menerbitkan Sertifikasi Kelaikan Timbangan.

6. Memeriksa keadaan gudang dan perlengkapannya serta melakukan pengetesan untuk


peralatan yang fungsinya menggunakan suplai listrik, pastikan setiap peralatan
berfungsi dengan baik.

7. Memeriksa data aktual kargo yang tersimpan di gudang dan menunggu waktu untuk
diberangkatkan ke stasiun tujuan.

8. Memeriksa filght schedule.

9. Memeriksa telex yang masuk.

10. Mempersiapkan semua form yang diperlukan.

11. Memeriksa pembukuan/reservasi/preload dan semua informasi mengenai pengiriman.

12. Memeriksa laporan stock opname.

Rev. 02 CGM - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

13. Memastikan setiap petugas operasional menggunakan PPE (Personal Protective


Equipment) sesuai bidang tugasnya.

CGM 1.1.2 Pelaksanaan

1. Memeriksa form Pemberitahuan Tentang Isi/Shipper’s Letter of Instruction yang telah


diisi oleh Shipper (TACT edisi terbaru), sebagai langkah awal dalam memastikan
apakah barang yang dibawa shipper memenuhi kategori sebagai kargo udara.

2. Menerima cargo dari shipper atau yang mewakili, dan melakukan pengecekan terhadap
fisik maupun dokumen untuk meyakinkan bahwa cargo tersebut telah memenuhi
persyaratan Ready for Carriage, seperti yang tercantum di dalam (TACT edisi terbaru).
dan memenuhi ketentuan airlines yang akan menerbangkan kargo selanjutnya dengan
mengikuti dan/atau melakukan 9 Acceptance Cargo Procedures, yaitu:

a. General Rules (Government, IATA, Routing). (GOSM CGM 1.1.4)

a.1 Cargo yang diterima harus telah memenuhi/sesuai dengan peraturan-peraturan


dari Government (negara asal, transit dan tujuan), IATA (DGR, LAR, TACT
Rules), peraturan airline.

a.2 Apakah cargo dibawa oleh petugas regulated agent, maka verifikasi dilakukan
terbatas pada pengecekan outer packaging (fisik) dan dokumentasi release for
carriage (Cargo Certified for Carriage) yang menyertai pengiriman barang
tersebut dari Regulated Agent.

b. Packing and Marking (GOSM CGM 1.1.5)

Memeriksa packing/kemasan harus dipastikan dalam kondisi baik, baik disini


diartikan dapat melindungi/mengamankan isi dari tindakan melawan hukum atau
kerusakan dalam proses penanganan/pelayanan, transportasi darat sampai dalam
perjalanan dengan pesawat udara.

Dalam penerimaan cargo harus dipastikan kemasan :

b.1 Tidak berlubang, sobek, penyok, basah, bocor dan/atau jenis kemasan yang
dapat membahayakan (Permukaan tidak datar dan tidak dapat membagi beban
merata di compartment/ULD) terhadap petugas, peralatan dan pesawat. (GOSM
CGM 1.1.5).

Rev. 02 CGM - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.2 Tidak terdapat indikasi yang mencurigai kemungkinan isi hilang atau isi rusak
dengan memperhatikan (Pemasangan perekat yang tidak seharusnya). (GOSM
CGM 1.1.5)

b.3 Tidak ada tanda (marking) yang terhapus atau tidak terbaca pada kemasan
(packing) yang memberikan informasi tentang jenis barang, indikasi cara
memperlakukan barang, meliputi tindakan yang harus dilakukan dalam
evakuasi darurat. (GOSM CGM 1.1.4)

b.4 Mempunyai ukuran/dimensi setiap potong barang, tidak melebihi dimensi pintu
pesawat dan/atau ULD. (GOSM CGM 1.1.4)

b.5 Mempunyai berat setiap potong barang, tidak melebihi kemampuan batasan
kekuatan lantai pesawat permeter persegi (square meter limitation of aircraft
compartment). (GOSM CGM 1.1.4)

b.6 Jumlah barang tidak melebihi ketentuan yang ditetapkan dalam setiap satu
SMU/AWB (Surat Muatan Udara/Air Way Bill ) oleh setiap airlines. (GOSM CGM
1.1.4)

b.7 Tercatat/terdata alamat pengirim dan penerima barang, hal ini guna
memudahkan pencarian (tracing) ketika terjadi kesalahan pengiriman. (GOSM
CGM 1.1.4)

Apabila ada salah satu dan/atau beberapa persyaratan di atas yang tidak terpenuhi,
petugas acceptance harus menolak barang tersebut sebagai cargo udara dan segera
melaporkan ke Airlines. (GOSM CGM 1.1.5)

c. Labelling

Merupakan petunjuk handling atau informasi tentang isi/berat/tujuan dan lain


sebagainya, yang terdiri dari :

c.1 Cargo label.


c.2 Fragile/keep upside direction
c.3 Perishable.
c.4 Life animal
c.5 Dangerous goods.

Rev. 02 CGM - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Pastikan bahwa label yang diperlukan telah melekat pada setiap kemasan dan dapat
dibaca serta diidentifikasi dengan jelas, apabila kondisi label, marka tidak dapat
dibaca atau diidentifikasi dengan jelas petugas acceptance harus melakukan
penolakan, kecuali shipper bersedia memperbaharui label dengan terlebih dahulu
memastikan jenis serta kategori isi dalam kemasan secara fisik di depan petugas
acceptance dan melaporkan kepada airlines.

d. Weight and dimension

Berat dan ukuran barang harus diteliti kembali untuk kepentingan keselamatan
penerbangan, perhitungan tarif, floor load limitation dan loading equipment.

Cara pengukuran/penentuan dimensi, harus mengikuti aturan (TACT edisi terbaru)


sebagai berikut:

d.1 Pengukuran dimensi menggunakan satuan centimeter .

d.2 Hasil pengukuran yang berupa angka pecahan setengah centimeter atau lebih
dibulatkan keatas, dan untuk pecahan kurang dari setengah centimeter
dibulatkan ke bawah.

d.3 Penentuan volume weight menggunakan rumus =

(Panjang x Lebar x Tinggi x ) / 6000 X 1 Cm

d.4 Hasil perhitungan volume weight (kg), yang berupa angka pecahan, harus
dibulatkan ke angka setengah keatas, contoh:

Perhitungan dimensi = 162,2 x 155,6 x 141,5 Cm

dibulatkan menjadi = 162 x 156 x 142 Cm

Perhitungan volume weight = 162 x 156 x 142 / 6000 =


598,5 Kg

dibulatkan = 598,10 Kg

d.5 Rumus Penentuan Maximum Floor Load Limitation menggunakan =

berat (berat gross weight) / luas alas dalam satuan Kg/m2

Contoh penghitungan :

berat Package = 630 Kgs, Dimension = 150 x 60 x 50 cm

Rev. 02 CGM - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Pesawat B-737, maximum floor load limitation = 732 Kgs/m2

Untuk sisi A = 150 x 60 cm = 0.90 m2

Untuk sisi B = 150 x 50 cm = 0.75 m2

Untuk sisi C = 60 x 50 cm = 0.30 m2

menghitung contact area

Untuk sisi A = 630 Kgs : 0.90 m2 = 700 Kgs/m2

Untuk sisi B= 630 Kgs : 0.75 m2 = 840 Kgs/m2

Untuk sisi C= 630 Kgs : 0.30 m2 = 2100 Kgs/m2

Jadi package ini bisa diletakan tanpa spreader hanya pada sisi A saja.

Jika akan diletakan pada sisi B (150 x 50 cm) maka harus menggunakan
spreader, cara penghitungannya adalah sebagai berikut :

Berat barang = 630 Kgs

Berat spreader = 10 Kgs + 640 Kgs

Panjang spreader yang dibutuhkan ;

Jika lebar 50 cm = (640 : 0.5) / 732 m

= 1,75 m atau 175 cm

Jika lebar 60 cm = (640 : 0.6) / 732 m

= 1.46 m atau 146 cm

e. Content (Restricted Shipment) (GOSM CGM 1.1.5)

Content/Isi cargo dapat dikategorikan kedalam :

e.1 General cargo. (garment,electronic,textile).

e.2 Special cargo. (PER, AVI, VAL, Dangerous Goods, HUM, Smelling Strong Goods,
Human Organ, dll).

e.3 Barang pos dan diplomatic bag.

Petugas acceptance wajib memastikan isi dan menetapkan jenis serta kategori
setiap kargo yang diterima, untuk menetapkan jenis perlakuan terhadap barang
tersebut dalam proses pelayanan di storage, transportasi dari gudang ke pesawat
Rev. 02 CGM - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

dan sebaliknya, dalam perjalanan penerbangan pesawat udara serta proses


penanganan selanjutnya apabila cargo akan meneruskan perjalanan dengan
penerbangan yang berbeda.

f. Document

f.1 PTI/SLI (Pemberitahuan Tentang Isi/Shipper’s Letter of Intruction)

f.2 SMU/AWB (Surat Muatan Udara/Air Way Bill )

f.3 CN 38 (Pos)

f.4 ACTM

f.5 Material safety data sheet,

f.6 Shipper’s declaration for dangerous goods,

f.7 Shipper’s certification for life animal,

f.8 Karantina,dll.

g. Rating

Memastikan kebenaran berat cargo yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan
rate (chargeable rate) dan pelaporan data ke load control untuk pencatatan dalam
perhitungan weight & balance. (GOSM CGM 1.1.4 & 5)

h. Unit Load Device System

h.1 Memastikan konfigurasi ULD yang akan digunakan untuk membuat kargo ke
unit load control

h.2 Memeriksa setiap ULD yang akan digunakan apakah memenuhi kaidah
keamanan dan keselamatan (Airworthyness) penerbangan (ULD certification).

h.3 Memastikan penerimaan cargo BUC/BUP, tidak melanggar limitasi berat dan
kontur pesawat atau ULD yang akan digunakan menampung barang tersebut.

i. Pemeriksaan Akhir (GOSM CGM 1.1.5)

i.1 Dalam pemeriksaan akhir petugas acceptance harus memastikan dan


menetapkan apakah barang dapat diterima atau ditolak dan/atau ditolak
sementara sebagai kargo udara, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan

Rev. 02 CGM - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

i.2 Apabila barang dinyatakan tidak memenuhi kriteria dan/atau ketentuan yang
dipersyaratkan sebagai kargo udara, maka petugas acceptance berhak
memutuskan menolak dengan menjelaskan ketentuan yang tidak terpenuhi
oleh barang yang hendak dikirim oleh shipper.

i.3 Apabila barang dinyatakan masih dapat diterima sebagai kargo udara dengan
beberapa persyaratan harus dipenuhi terlebih dahulu oleh shipper, maka
jelaskan persyaratan yang dimaksud kepada shipper dan agar segera dilakukan
perbaikan atas kekurangan tersebut

i.4 Laporkan permasalahan penolakan total dan/atau sementara kepada Airlines


yang akan mengangkut barang tersebut lengkap dengan penjelasan alasan
penolakan.

i.5 Catat dengan lengkap data – data yang dilaporkan kepada airlines dalam
Particular Book, sebagai bahan tindakan preventif team atau shift lain. (Transfer
Information).

3. Menerima dan memeriksa kargo yang dikirim oleh regulated agent, known cargo &
unknown cargo, beberapa ketentuan pengecekan/pemeriksaan tetap harus dilakukan
walaupun regulated agent, known cargo & unknown cargo sudah melakukan
pengecekan secara menyeluruh sebelum dikirim ke gudang, pemeriksaaan di gudang
terbatas terhadap fisik barang maupun dokumentasi untuk menyakinkan bahwa cargo
tersebut telah memenuhi persyaratan Ready for Carriage, seperti yang tercantum di
dalam (TACT edisi terbaru) dan memenuhi ketentuan khusus jika ada dari customer
airlines yang akan menerbangkan kargo, termasuk ketentuan pemeriksaan interline
cargo yaitu :

a. Pemeriksaan cargo yang dikirim oleh regulated agent meliputi : (GOSM CGM 2.2.11)

a.1 Petugas acceptance tetap harus memastikan dan mencatat identitas petugas
serta identitas kendaraan yang datang membawa barang termasuk plat nomor
kendaraan yang digunakan pengirim.

a.2 Petugas acceptance mencocokan/memverifikasi data petugas yang datang dan


kendaraan yang digunakan Regulated Agent dengan daftar data Regulated
Agent yang ada di gudang.

Rev. 02 CGM - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a.3 Petugas acceptance harus menyaksikan pembukaan segel (Lock) yang


dilakukan oleh petugas aviation security, untuk memastikan segel masih utuh
secara fisik.

a.4 Petugas acceptance harus memeriksa Surat Jalan yang menyatakan Cargo
Aman dan telah diamankan (Delivery Certificate Safety & Security) termasuk
dokumentasi cargo yang dikirim oleh Regulated Agent.

a.5 Petugas acceptance harus menghitung jumlah fisik cargo yang diturunkan dari
kendaraan pengangkut Regulated Agent.

a.6 Para petugas; Acceptance, Regulated Agent dan Aviation Security, melakukan
serah terima barang cargo dengan menandatangani Surat Jalan yang diterima
dari Regulated Agent dengan mencatat waktu diterima cargo di gudang.

b. Pemeriksaan cargo yang dikirim oleh Known Cargo/Shipper (Agent yang sudah
mendapatkan nominasi sebagai Regulated Agent) meliputi : (GOSM CGM 2.2.6)

b.1 Petugas acceptance tetap harus memastikan dan mencatat identitas petugas
serta identitas kendaraan yang datang membawa barang termasuk plat nomor
kendaraan yang digunakan pengirim.

b.2 Petugas acceptance mencocokan/memverifikasi data petugas yang datang dan


kendaraan yang digunakan Known Cargo/Shipper dengan daftar data Known
Cargo/Shipper yang ada di Warehouse.

b.3 Petugas acceptance harus menyaksikan pembukaan segel (Lock) yang


dilakukan oleh petugas Aviation Security (AVSEC) untuk memastikan segel
masih utuh secara fisik.

b.4 Petugas acceptance harus memeriksa Surat Jalan yang menyatakan Cargo
Aman dan telah diamankan (Delivery Sertifikat Safety & Security) termasuk
dokumentasi cargo yang dikirim oleh Know Agent/Shipper.

b.5 Petugas acceptance harus menghitung jumlah fisik cargo yang diturunkan dari
kendaraan pengangkut Known Cargo/Shipper.

b.6 Para petugas Acceptance, Known Cargo/Shipper dan Aviation Security,


melakukan serah terima barang cargo dengan menandatangani Surat Jalan

Rev. 02 CGM - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

yang diterima dari Regulated Agent dengan mencatat waktu diterimanya cargo
di gudang.

c. Pemeriksaaan cargo yang oleh Unknown Cargo/Shipper meliputi : (GOSM CGM


2.2.10 & CGM 2.2.12)

c.1 Petugas acceptance harus memberlakukan pemeriksaan normal sebagaimana


langkah-langkah yang dilakukan pada poin 1 dan 2 (pelaksanaan di atas) secara
lengkap dan utuh tanpa ada yang dikurangi.

c.2 Umumkan kepada para pengelola Regulated Agent, Known Shipper dan
Unknown Shipper, tentang adanya peningkatan ancaman keamanan, sebagai
mana disampaikan oleh Pemerintah, Isu Politik Global dan/atau Airlines.

c.3 Tingkatkan pengamanan diseluruh kegiatan penerimaan dan pengiriman cargo


tanpa kecuali.

4. Menerbitkan Bukti Timbang Barang (weight slip).

5. Memeriksa SMU/Airway Bill (TACT edisi terbaru).

6. Menerima dan memeriksa bukti pembayaran sewa gudang.

7. Memperhatikan batas waktu akhir kegiatan penerimaan cargo dan mail (cut of time)
terbagi menjadi :

a. Batas waktu penerimaan general cargo adalah 6 jam sebelum jadwal keberangkatan
pesawat (STD) sesuai ketentuan airlines.

b. Batas waktu penerimaan special cargo adalah 4 jam sebelum jadwal keberangkatan
pesawat (STD) atau sesuai ketentuan airlines.

8. Penerimaan cargo / mail dari Shipper / Pengirim yang telah melewati batas waktu
penerimaan (cut of time/clossing time) yang ditetapkan (re-open after dead line),
proses ini hanya boleh dilakukan setelah mendapatkan ijin dari Airlines representative
dan apabila terjadi keterlambatan yang diakibatkan proses tersebut maka pihak Airlines
bertanggung jawab penuh atas segala akibat yang ditimbulkan karena keterlambatan
tersebut dan dituangkan kesepakatan tertulis (Berita Acara).

9. Memastikan bahwa cargo yang diterima telah selesai menjalani Customs


Clearance/export (Persetujuan Muat).

Rev. 02 CGM - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Membantu pemeriksaan isi barang, jika diperlukan.

11. Dalam proses penerimaan Cargo jenis Heavy Cargo/HEA, harus selalu memperhatikan
dan menggunakan prosedur atau kebijakan airlines dan/atau negara yang akan dituju,
seperti ; batasan berat maximum untuk setiap potong barang oleh negara tertentu,
batasan maximum floor load limitation yang ditetapkan oleh airlines untuk
mengamankan pesawatnya.

12. Dalam proses penerimaan Dangerous Goods harus dipastikan bahwa Shipper
Declaration dan DG acceptance check list serta persyaratan lainnya sudah sesuai
dengan yang direcomendasikan dalam IATA – DGR yang masih berlaku.

13. Dalam proses penerimaan valuable cargo harus selalu memperhatikan ketentuan atau
kebijakan yang diterapkan masing-masing airlines dan tempatkan cargo valuable di
Strong Room dengan extra pengamanan.

14. Dalam penanganan perishable cargo harus memperhatikan keterangan dari Shipper
apakah diperlukan Cool Room, Cold Storage, AC Room atau bahkan terkait dengan
pengaturan suhu yang diharuskan dalam penyimpanan sementara.

15. Dalam penerimaan live animal cargo agar selalu diperhatikan kondisi hewan, kandang
dan surat – surat yang disampaikan shipper dan untuk lebih jelasnya agar dimintakan
informasi detail tentang perlakuan terhadap hewan tersebut kepada shipper.

16. Dalam penerimaan Human Remain agar selalu memperhatikan tentang; Surat
Keterangan Sebab Kematian, Surat Keterangan ijin pengangkutan dari pihak yang
berwenang (Kepolisian) dan gunakan SOP masing-masing airlines.

CGM 1.2.0 Storage Cargo & Mail

CGM 1.2.1 Pelaksanaan

1. Memindahkan dan menempatkan cargo ataupun post ke dalam gudang /storage area
(apabila telah mendapat persetujuan muat dari bea dan cukai untuk International)
sesuai jenis dan kategorinya, sebagaimana masing – masing tempat tersebut telah
ditetapkan didalam gudang (langkah poin 3 dibawah). (GOSM CGM 1.1.7)

2. Menerima cargo & mail yang telah selesai proses acceptance dari unit acceptance.
(GOSM CGM 1.1.7)

Rev. 02 CGM - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Memasukkan cargo & mail ke dalam gudang dan menempatkannya sesuai dengan
lokasi airline dan dikelompokkan kedalam : nomor AWB, jenis komoditi, ukuran dan
berat. (GOSM CGM 1.1.7) Dangerous Goods harus diperiksa, DGR check listnya :

a. (Shipper Declaration of Dangerous Goods, Dangerous Goods Acceptance check list)


dan Persyaratan lainnya sesuai dengan IATA Dangerous Goods Regulation.

b. Heavy Cargo/HEA, penerimaannya disesuaikan dengan SOP airlines, mengenai


batasan berat per koli dan Maximum Floor Limitation dari masing masing airlines.

c. Valuable Cargo diterima harus sesuai dengan ketentuan masing-masing airlines


dan disimpan di strong room.

d. Perishable Cargo disimpan di cold room, kecuali perishable cargo yang saat itu
langsung diberangkatkan atau tergantung dari permintaan airline.

e. Live Animal/AVI. Pada saat penerimaan agar selalu memperhatikan kondisi kandang
serta check kelengkapan dokumennya sesuai dengan Live Animal Regulation (LAR).

f. Human Remain/HUM. Pada saat penerimaan harus diperiksa dokumen


pendukungnya disesuaikan dengan SOP dari masing masing Airlines serta
penempatan di dalam gudang harus di jauhkan dari cargo lainnya seperti makanan
dan live animal. (memastikan barang disusun dengan rapi dan ditempatkan diatas
palet kayu/plastic/fiber. (jangan menempatkan kargo atau pos langsung di lantai).

g. Small shipment harus ditempatkan di rak small shipment.

4. Menyiapkankan cargo & mail yang akan build-up.

5. Mengelola buku lokasi.

6. Melaksanakan stok opname.

7. Melakukan security control selama proses storage.

CGM 1.2.2 Document handling

1. Check PTI/SLI disesuaikan dengan isi cargo pada SMU/AWB yang diterima dari
Agent/Shipper.

2. Check shipper declaration sesuai jenis cargo. (untuk DG & AVI).

Rev. 02 CGM - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Check SMU, AWB/CN-38 disesuaikan dengan jumlah cargo atau Post serta berat pada
waktu acceptance.

4. Menerima Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

5. Pastikan bahwa PEB yang telah disahkan oleh Bea dan Cukai telah diterima sebelum
cargo di terima atau dimasukkan ke gudang.

6. Batas waktu penerimaan dokumen/smu/awb (cut of time) terbagi menjadi:

a. Batas waktu penerimaan general cargo adalah 4 jam sebelum jadwal keberangkatan
(STD).

b. Batas waktu penerimaan special cargo adalah 3 jam sebelum jadwal keberangkatan
pesawat (STD).

7. Dalam penerimaan cargo/mail dari shipper/pengirim yang telah melewati batas waktu
penerimaan (closing time) yang ditetapkan, maka pihak airline akan bertanggung
jawab penuh atas segala akibat yang ditimbulkan atas keterlambatan tersebut, dan
dituangkan dalam kesepakatan tertulis lebih lanjut.

CGM 1.3.0 Stock Opname

CGM 1.3.1 Pelaksanaan

1. Mengumpulkan data-data cargo:

a. Cargo yang masuk dan keluar gudang.

b. Laporan build up.

c. Laporan stock opname periode sebelumnya.

2. Cross check antara data cargo tersebut di atas dengan fisik cargo di gudang.

3. Membuat laporan stock opname serta melisting cargo yang tersimpan lebih dari 3 (tiga)
hari untuk dilaporkan kepada supervisor dengan mengisi form PTPP.

CGM 1.4.0 Build Up

CGM 1.4.1 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

Rev. 02 CGM - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Mengikuti briefing yang disampaikan oleh supervisor dan menerima pembagian tugas
(Job Assignment).

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Memeriksa keadaan gudang, peralatan, dan cargo yang tersimpan.

5. Mempersiapkan material build up.

6. Memeriksa catatan hasil build up yang dikerjakan oleh shift sebelumnya.

7. Memeriksa flight schedule.

8. Memeriksa telex yang masuk dan membuka catatan yang tertulis di Particular Book.

9. Mempersiapkan semua form yang diperlukan.

10. Memeriksa pembukuan/reservasi/preload dan semua informasi mengenai


pengiriman.

11. Memeriksa laporan stock opname.

CGM 1.4.2 Pelaksanaan

1. Mengikuti briefing dari Airline mengenai rencana build up.

2. Menyiapkan ULD yang serviceable.

3. Menerima dan menyiapkan cargo & mail dari petugas storage untuk di build-up
kedalam ULD atau peralatan pengangkutan cargo lainnya, terhadap cargo yang siap
untuk diberangkatkan, sesuai dengan Build Up Plan, baik dengan ULD maupun Bulk
Cargo, dengan mengikuti AHM 330.

4. Langkah-langkah pelaksanaan build-up di atas pallet/Palletizing:

a. Menyiapkan dan memeriksa Pallets dan/atau Containers yang serviceable


(Airworthyness) sebelum dipergunakan build – up cargo dan agar diperhatikan
bahwa Pallets atau Containers yang akan dipergunakan haruslah milik airlines yang
bersangkutan dan/atau milik pihak lain yang mempunyai perjanjian dengan airline
tersebut.

b. Memasang plastik di atas pallet sebagai alas cargo dan pengaman ketika terjadi
kebocoran (Leakage) cargo yang berisi cairan.

c. Menyusun cargo di atas pallet dengan ketentuan sbb:


Rev. 02 CGM - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c.1 Cargo dengan kemasan besar dan/atau berat setiap potong lebih dibanding
dengan lainnya harus ditempatkan pada susunan paling bawah sedangkan
cargo dengan kemasan kecil dan/atau ringan dan/atau berdasarkan jenisnya
tidak boleh tertekan benda lainnya, maka harus ditempatkan pada bagian
atas.

c.2 Untuk jenis cargo yang bersifat high density, jika diperlukan harus
menggunakan spreader pembagi berat pada permukaan lantai compartment
dan tie down strap untuk memastikan tidak terjadi pergerakan (moving) di
compartment. Penempatan berat cargo tidak boleh melebihi batas yang
tertera pada setiap ULD. Perhatikan penempatan cargo/posisi cargo harus di
tengah untuk menjaga keseimbangan (Centre of Grafity)

c.3 Harus mengikuti label handling (Marking) dan memastikan kepetugas


Acceptance terlebih dahulu apabila dikarenakan kondisi compartment, maka
barang yang terpasang Up Side Stickers, apakah boleh ditempatkan tidak
mengikuti perintah dimaksud.

c.4 Penyusunan diusahakan mengoptimalkan space dan dengan cara cross


stacking atau interlocking

c.5 Harus mengikuti tipe/kontur yang ditentukan.

5. Memasang plastik cover, pastikan plastik dapat melindungi cargo dengan sempurna,
untuk mengamankan cargo ketika suatu waktu terjadi perubahan cuaca mendadak di
area ramp side.

6. Memasang net pallet, pastikan jumlah fitting untuk sisi lebar dan sisi panjang sesuai
dengan ketentuan jenis pallet dan kencangkan net agar tidak terjadi perubahan
bentuk ketika pesawat take-off dan landing.

7. Langkah-langkah pelaksanaan build-up di atas gerobak (Cart)/container :

a. Menyiapkan containers yang serviceable memenuhi ketentuan keamanan dan


keselamatan penerbangan (airworthyness) sebelum dipergunakan build-up cargo
dan agar diperhatikan bahwa pallets atau containers yang dipergunakan haruslah
milik airline yang bersangkutan atau milik pihak lain yang mempunyai perjanjian
dengan airline tersebut

Rev. 02 CGM - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Memasang plastik di bagian dalam container sebagai alas

c. Menyusun cargo di dalam container dengan ketentuan sbb :

c.1 Cargo dengan kemasan besar dan/atau berat setiap potong lebih dibanding
yang lainnya harus ditempatkan pada susunan paling bawah, sedangkan cargo
dengan kemasan kecil dan/atau ringan dan/atau berdasarkan jenisnya tidak
boleh tertekan benda lainnya, maka harus ditempatkan pada bagian atas.

c.2 Harus mengikuti label handling (marking) dan berkoordinasi dengan petugas
Acceptance untuk mempertimbangkan kondisi compartment, untuk
memastikan barang yang terpasang Up Side Stickers bisa masuk atau tidak.

c.3 Penyusunan diusahakan mengoptimalkan space dan dengan cara cross


stacking atau interlocking

c.4 Apabila container tidak terisi cargo hingga 75%, maka cargo perlu diikat
dengan strap untuk menghindari roboh.

c.5 Cargo dengan kategori heavy cargo (HEA), lebih dari 150 Kg/pcs, perlu
dilengkapi dengan tie down strap.

c.6 Menutup pintu container, pastikan lock terpasang dengan benar.

d. Langkah-langkah pelaksanaan build-up di atas Cart :

d.1 Menyiapkan Cart dan pastikan Cargo Cart yang dipergunakan haruslah yang
serviceable dan dilengkapi wheel chock, serta perhatikan lantai Cargo Cart
tidak tergenang atau terdapat air.

d.2 Menyusun cargo di atas cart dengan ketentuan sbb :

i. Cargo dengan kemasan besar dan/atau berat setiap potong lebih dibanding
yang lainnya harus ditempatkan pada susunan paling bawah, sedangkan
cargo dengan kemasan kecil dan/atau ringan dan / atau berdasarkan
jenisnya tidak boleh tertekan benda lainnya, maka harus ditempatkan pada
bagian atas.

ii. Harus mengikuti label handling (marking) dan memastikan kepetugas


acceptance terlebih dahulu untuk mempertimbangkan kondisi
compartment, maka barang yang terpasang Up Side Stickers bisa masuk
atau tidak.
Rev. 02 CGM - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

iii. Penyusunan diusahakan dengan mengoptimalkan space dan tidak melebihi


kapasitas cart.

iv. Menutup cart dengan cover/net.

8. Melakukan security control selama proses build-up berlangsung.

9. Melakukan pencatatan berat cargo yang masuk pada setiap cart berdasarkan data
dari BTB.

10. Memasang ULD Tag pada ULD dan cart, yang berisi cargo yang telah dibuild up di
dalamnya untuk diserahkan kepada unit movement yang selanjutnya akan diloading
ke dalam pesawat. ULD tag berisi informasi tentang : Tipe ULD, Nomor ULD, Airline
Code, Flight Number, Kota Asal, Kota Tujuan, Berat ULD, berat cargo, kota transit, isi
ULD, posisi ULD di kompartemen pesawat akan diisi oleh load control sebagaimana
tercantum dalam loading instruction, dan ikuti prosedur yang ditetapkan oleh airlines.

11. Melaksanakan floor check, untuk memastikan tidak ada cargo yang tertinggal.

12. Menyerahkan ULD/cart hasil build-up kepada Unit Movement untuk pengiriman kargo
ke Ramp Side dengan menyerahkan delivery order.

13. Membuat dan menandatangani laporan Build-up.

CGM 1.4.3 Document Processing

1. Pelaksanaan

Mengumpulkan data dan informasi :

a. Build Plan.

b. Cargo Booking List.

c. Cicilan Build Up.

d. SMU/MAWB (Surat Muatan Udara / Master Air Way Bill).

2. Merecord data-data cargo dari SMU/AWB ke Pre Manifest seperti:

a. SMU/AWB No.

b. Commodity.

c. Pieces.

Rev. 02 CGM - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Weight.

e. Flight Number.

f. Destination.

g. Date.

3. Memastikan berat dan tempat (payload & space) yang tersedia di pesawat ke bagian
Load Control termasuk meminta data configurasi ULD yang direncanakan untuk
menempatkan Cargo.

4. Menginformasikan jika ada Special Shipment ke unit-unit terkait :

a. Stasiun tujuan & stasiun transit.

b. Unit Load Control.

c. Captain,

5. Membuat NOTOC (Notification To Captain) bila ada special shipment.

6. Mendistribusikan pre-manifest ke unit-unit terkait:

a. Air line.

b. Load Control.

c. ULD Control.

7. Mempersiapkan/Split AWB (export) untuk keperluan :

a. On board.

b. Airline.

c. File.

d. Dll bila diperlukan.

8. Membuat Cargo Manifest dan Mail Manifest.

9. Menyiapkan/Membuat laporan data keberangkatan kargo setiap penerbangan dengan


cara memasukkan data di system DCS, DWS, telex, email atau telpon dan/atau datang
langsung ke Unit Load Control meliputi : (GOSM CGM 1.1.1)

a. Jumlah ULD yang digunakan, nomor ULD, berat ULD beserta isinya (Wide Body
A/C Type), berat muatan bulk loading (Narrow Body A/C Type).
Rev. 02 CGM - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Configurasi ULD (Pallets dan Containers) yang digunakan dan tipe build up

c. Kota tujuan akhir termasuk station – station transit yang akan dilalui kargo.

d. Nomorn penerbangan dan tanggal penerbangan.

e. Jenis dan kategori cargo (Jenis meliputi; Genco, Perisible, Valuable, Live Animal.
Dangerous Goods Kategori meliputi; Class, Index, Liquid, Gel atau Aerosoll).

f. Jenis barang yang dikawal oleh Curier dan/atau Cargo yang akan ditempatkan di
tempat duduk penumpang.

Pastikan data yang dikirim atau dilaporkan sudah dilakukan verifikasi dengan unit
Build Up dan Acceptance sehingga data yang disampaikan ke unit Load Control
adalah data yang benar dan akurat, dan apabila ada shipment DG class 7
(radioactive) jangan lupa dalam laporan disebutkan dan tuliskan angka transport
index DG tersebut.

Setiap data yang dilaporkan ke load control harus mendapatkan bukti penerimaan
informasi berupa; Informasi Verbal dengan menyebut nama penerima dan si
penerima laporan dapat mengulang menyebutkan detail data – data yang
disampaikan pelapor secara utuh sesuai yang dilaporkan, atau feedback tersebut bisa
disampaikan melalui email, telex, form ULD report, fax dan/atau radio komunikasi
(HT) dari Unit Load Control ke Unit Dokumentasi dan pelaporan Cargo.

10. Mempersiapkan dokumen cargo dan dokumen mail ke dalam board tass

a. Cargo manifest,

b. SMU/AWB dan lampirannya,

c. Mail Manifest,

d. CN-38.

11. Menyerahkan Board tass ke Unit Movement.

12. Mengirim berita Freight Forwarding Message (FFM) ke stasiun tujuan dan stasiun
transit.

13. Melaporkan outward cargo manifest ke Customs (export).

Rev. 02 CGM - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 1.5.0 Movement

CGM 1.6.1 Pelaksanaan

1. Memastikan informasi mengenai penerbangan:

a. Jadwal penerbangan.

b. Parking stand.

2. Menerima cargo & mail dan dokumennya dari unit terkait:

a. Build up,

b. Document Processing,

c. Transfer.

3. Apabila cargo yang dipersiapkan melebihi kapasitas load yang tersedia, maka segera
mengadakan koordinasi dengan Carrier untuk membuat daftar prioritas cargo yang
akan diloading (AHM 640). Sebagai contoh prioritas loading yang biasa dipakai
berdasarkan; jenis cargo, status reservasi, jenis rate.

4. Memeriksa kondisi ULD/cart sudah terisi cargo yang ditempatkan di apron dan bila ada
ketidaksesuaian; cargo damage, ULD damage agar tidak diberangkatkan dan
koordinasikan dengan petugas export untuk diturunkan dari ULD serta ditempatkan
terpisah dengan cargo normal lainnya, kejadian tersebut dicatat dan dilaporkan ke
airline.

5. Memastikan jumlah, kondisi dan jenis pallet dollies yang dibutuhkan serta melakukan
pemeriksaan akhir kelengkapan dan kesiapan cart, ULD beserta net dan lashing
equipment, dengan memperhatikan AHM 671.

6. Menyerahkan cargo & mail ke petugas penarikan dan menandatangani Delivery Order
sebagai bukti serah terima.

7. Menyerahkan cargo & mail ke loading master dan menandatangani Delivery Order
sebagai bukti serah terima.

8. Mengawasi proses loading dan mencatatnya untuk mendapatkan data cargo yang
dapat dimuat dan yang tidak dapat dimuat.

9. Menyerahkan Board Tass dan NOTOC ke petugas Ramp Coordinator untuk ditempatkan
di pesawat.
Rev. 02 CGM - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Melakukan security control selama proses movement.

CGM 1.6.2 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Menyerahkan kembali cargo & mail yang tidak dapat diberangkatkan kepada petugas
gudang dan melaporkannya kepada Petugas Document Processing. Hal-hal yang
menyebabkan cargo tidak dapat diberangkatkan antara lain; Perubahan jumlah
penumpang, bagasi atau fuel (bahan bakar), Perubahan tipe pesawat dan kondisi
cuaca.

6. Melakukan filling semua dokumen kerja.

CGM 2.0.0 PROSEDUR INBOUND CARGO & MAIL

CGM 2.1.0 Movement

CGM 2.1.1 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Check shcedule pesawat, aircraft type.

4. Melakukan pengecekan schedule pesawat setiap waktu baik kedatangan maupun


keberangkatan untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan.

5. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

6. Memeriksa keadaan gudang, peralatan dan perlengkapan.

7. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan (Daftar bongkar, Daftar timbun,


NOA, CLR, CDR, Break Down Check list)

Rev. 02 CGM - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Memeriksa informasi/telex/e-mail yang masuk (FFM, FWB, FHL, CFL, COPAM, Aircraft
Movement, Schedule Penerbangan, dll).

9. Memastikan setiap petugas operational menggunakan PPE (Personal Protective


Equipment) sesuai bidang tugasnya

CGM 2.1.2 Pelaksanaan

1. Mengambil document dari pesawat yang berisi manifest Cargo dan Post.

2. Menerima cargo dan post beserta document SMU/AWB/CN-38 dari pesawat yang
datang.

3. Mengawasi proses unloading.

4. Berkoordinasi dengan operator BTT mengenai penarikan cargo & mail ke gudang untuk
menghindari cargo yang jatuh atau terseret.

5. Menyerahkan cargo, mail dan dokumen ke petugas Acceptance dan menandatangani


Delivery Order sebagai bukti serah terima.

CGM 2.1.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor/Manager) tentang pelaksanaan


tugasnya setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form Permintaan


Tindakan Pemeliharaan dan Perbaikan (PTPP), dan Leader/Supervisor/Manager wajib
menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Mengirim berita cargo irregularities ke airline stasiun asal, transit dan tujuan.

6. Mengisi daily log book dan filling.

Rev. 02 CGM - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 2.2.0 Acceptance

CGM 2.2.1 Pelaksanaan

1. Check cargo dan mail/dokumen untuk pengiriman khusus yang kita terima dan segera
informasikan kepada penerima barang.

2. Memilah dan menyerahkan cargo & mail untuk:

a. Cargo Transit & mail transfer,

b. Cargo & mail rush handling

c. Gudang lain.

3. Memeriksa kondisi ULD dan cart.

4. Melakukan Break-down:

a. Mengelompokkan cargo berdasarkan No. SMU/MAWB dan HAWB,

b. Check physic (kondisi kemasan, marking, label),

c. Menghitung dan mencatat jumlah cargo serta no SMU/ MAWB/HAWB.

5. Mencatat dalam laporan break down cargo apabila ada special cargo.

6. Mengirim informasi hasil break down melalui email/telex dan lain-lain ke unit-unit
terkait:

a. Storage,

b. Airline,

c. Stasiun asal.

7. Menyerahkan cargo ke petugas storage

8. Memilah dan menyerahkan dokumen cargo & mail:

a. Cargo & mail transfer

b. Cargo & mail rush handling

c. Gudang lain.

9. Melakukan cross check antara data Cargo Manifest, SMU/MAWB yang meliputi nomor
AWB, jumlah koli, berat cargo, untuk memastikan kesesuaian dan kebenaran data,

Rev. 02 CGM - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

apabila ditemukan ketidaksesuaian segera melaporkan kepada Airline untuk dilakukan


langkah selanjutnya. Memeriksa data SMU/AWB yang meliputi

10. Memilah Inbound,transit cargo atau mail, dan yang diangkut lanjut BC1.2.

11. Menyerahkan SMU/MAWB kepada Airline apabila sistem pembayaran biaya angkut
dengan cara collect.

12. Menyiapkan dan menyerahkan cargo manifest dan dokumen cargo untuk pihak-pihak
yang membutuhkan (Import):

a. Bea & Cukai, (7 copy manifest, 2 copy MAWB & HAWB),

b. Airline (1 Copy manifest & 1 Copy MAWB),

c. Delivery (Original-2 MAWB , HAWB beserta dokumen lampiran),

d. File.

13. Menyerahkan cargo, mail dan dokumen ke petugas Acceptance dan menandatangani
Delivery Order sebagai bukti serah terima.

CGM 2.2.2 Penyelesaian

1. Input data di WMS sesuai dengan AWB / SMU /CN-38.

2. Menerbitkan Daftar bongkar dan Daftar timbun.

3. Mencatat pada buku penyerahan barang (domestik).

4. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

5. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

6. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor/Manager) tentang pelaksanaan


tugasnya setelah selesai.

7. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor/Manager wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk
penyelesaiannya.

8. Mengirim berita cargo irregularities ke airline stasiun asal, transit dan tujuan.

9. Membuat laporan

Rev. 02 CGM - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Break down report,

b. Rekapitulasi PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak),

c. Rekapitulasi Cargo angkut lanjut/BC 1.2 (Import),

d. Pelaporan kepada Bea dan Cukai untuk cargo inbound (PDE/International),

e. Rekapitulasi penimbangan ulang (re-weight),

f. Tonnage secara periodik,

g. Rekapitulasi irregularities report.

CGM 2.3.0 Storage

CGM 2.3.1 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Memeriksa keadaan gudang, peralatan, perlengkapan dan cargo yang tersimpan.

5. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan.

6. Memeriksa informasi/telex yang masuk (FFM, CFL, COPAM, Aircraft Movement,


Schedule Penerbangan, dll).

CGM 2.3.2 Pelaksanaan

1. Menerima cargo yang telah selesai proses break down.

2. Memasukkan cargo ke dalam gudang dan menempatkannya sesuai dengan lokasi


airline dan dikelompokkan kedalam: nomor AWB, jenis komoditi, ukuran dan berat.

3. Dangerous Goods harus ditempatkan di Dangerous Goods room dan perhatikan


segregation sesuai IATA DGR edisi terbaru.

4. Small shipment harus ditempatkan di rak small shipment.

5. Special cargo lainnya harus ditempatkan di Cool Room/Cold Storage/Strong Room


sesuai dengan permintaan shipper.

Rev. 02 CGM - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Shipment human remain ditempatkan di atas tempat khusus dan diletakkan di area
yang dianggap layak.

7. Live animal ditempatkan sesuai dengan aturan yang tertera di IATA Live Animals
Regulations.

8. Menyiapkan cargo yang akan diserahkan kepada consignee.

9. Mengelola buku lokasi.

10. Melaksanakan stock opname.

11. Melakukan security control selama proses storage.

CGM 2.3.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Membuat Laporan

a. Rekapitulasi irregularities report.

b. Cargo yang mengendap lebih dari 30 hari.

6. Mengisi daily log book dan filling.

CGM 2.4.0 Stock Opname

CGM 2.4.1 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Memeriksa keadaan gudang, peralatan, perlengkapan dan cargo yang tersimpan.

Rev. 02 CGM - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Memeriksa telex yang masuk.

6. Mempersiapkan semua form yang diperlukan.

CGM 2.4.2 Pelaksanaan

1. Mengumpulkan data-data cargo :

a. Cargo yang masuk dan keluar gudang,

b. Laporan break down,

c. Laporan stock opname periode sebelumnya.

2. Cross check antara data cargo tersebut di atas dengan physic cargo di Gudang.

3. Membuat laporan stock opname.

CGM 2.4.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Membuat catatan pada buku partikular.

6. Melakukan filling semua dokumen kerja.

CGM 2.5.0 Penanganan Dokumen

CGM 2.5.1 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Memeriksa dan mempersiapkan peralatan kerja.

5. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan.


Rev. 02 CGM - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Memeriksa informasi/telex yang masuk (FFM, CFL, COPAM, Aircraft Movement,


Schedule Penerbangan, dll).

CGM 2.5.2 Pelaksanaan

1. Menerima dokumen cargo dari petugas movement.

2. Memeriksa data SMU/AWB/CN-38 dan dokumen pendukung yang meliputi :

a. DGR check list, Shipper’s Declaration for Dangerous Goods,

b. Karantina hewan untuk AVI,

c. Special Handling Information,

d. Commodity,

e. Sistem Pembayaran (collect atau prepaid),

f. Tujuan akhir pengiriman,

g. Nama dan alamat consignee.

3. Split dokumen ke dalam tiga kelompok dan menyerahkannya kepada:

a. Bea & Cukai, (7 copy manifest, 2 copy MAWB & HAWB),

b. Airline (1 Copy manifest & 1 Copy SMU/ MAWB),

c. Cargo Delivery (SMU/AWB Original-2, HAWB beserta dokumen penduku),

d. File.

4. Melakukan cross check antara data Cargo Manifest/Mail Manifest dan SMU/MAWB/CN-
38 yang meliputi nomor AWB, jumlah koli, berat cargo, untuk memastikan kesesuaian
dan kebenaran data, apabila ditemukan ketidaksesuaian segera melaporkan kepada
Airline untuk dilakukan revisi atau tidak.

5. Entry data ke WMS system.

6. Menyerahkan dokumen ke Consignee/Agent (Issued DO).

7. Mengirim informasi hasil break down melalui email/telex dan lain-lain ke unit-unit
terkait:

a. Storage (Cool Room/Cold Storage),

b. Airline.
Rev. 02 CGM - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Menyerahkan MAWB kepada Airline apabila sistem pembayaran ongkos angkut dengan
cara collect.

CGM 2.5.3 Penyelesaian

1. Mencatat dan mengirim telex irregularities ke stasiun asal, transit dan tujuan seperti
tracer report, CDR (Cargo Damage Report) dan CLR (Cargo Lost Report).

2. Mengirim telex Report Non Delivery ke stasiun asal/keberangkatan.

3. Membuat tonnage report secara periodik.

4. Membuat laporan POD ke airline.

5. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

6. Melaporkan kepada Leader/Supervisor/Manager tentang hasil pelaksanaan tugas.

7. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor Manager wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk
penyelesaiannya.

8. Mengisi daily log book dan filling.

CGM 2.6.0 Penyerahan Cargo & Mail dan Dokumen Kepada Consignee

CGM 2.6.1 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Mempersiapkan semua form yang diperlukan.

5. Memeriksa informasi / telex yang masuk.

CGM 2.6.2 Pelaksanaan

1. Menerima dokumen dari unit Document Processing.

2. Membuat dan mengirim NOA (Notice of Arrival) kepada consignee.

3. Meminta NOA dan foto copy identitas consignee atau yang mewakili:

a. KTP/SIM/Paspor,

Rev. 02 CGM - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Surat Kuasa untuk yang mewakili.

4. Menyerahkan SMU/MAWB Original-2 berikut dokumen pendukung kepada consignee


atau yang mewakili, untuk keperluan customs clearance.

5. Membuat laporan kepada Airline mengenai SMU/MAWB yang sudah diambil oleh
consignee (SMU/AWB Delivery/AWD) dengan data-data sebagai berikut:

a. No SMU/MAWB,

b. Nama pengambil,

c. Alamat pengambil,

d. Nama perusahaan/consignee,

e. Alamat perusahaan/consignee,

f. No telpon,

g. Waktu penyerahan.

6. Memastikan bahwa cargo telah customs clearance dan membayar sewa gudang.

7. Menyerahkan cargo kepada consignee dan menerbitkan bukti serah terima.

8. Membuat dan melaporkan POD (Proof of Delivery/bukti penyerahan cargo) kepada


Airline.

9. Melakukan security control selama proses penyerahan.

CGM 2.6.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor Manager) tentang pelaksanaan


tugasnya setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
leader/spvr Manager wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Mengirim berita cargo irregularities ke airline stasiun asal, transit dan tujuan.

6. Membuat Laporan:

Rev. 02 CGM - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Rekapitulasi AWD ke Airline,

b. Rekapitulasi POD ke Airline.

7. Mengisi daily log book dan filling.

CGM 3.0.0 PROSEDUR TRANSFER CARGO & MAIL

CGM 3.1.0 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Memeriksa keadaan gudang, peralatan dan perlengkapan dan cargo & mail transfer yang
tersimpan.

5. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan.

6. Memeriksa informasi/telex yang masuk (FFM, CFL, COPAM, Aircraft Movement, Schedule
Penerbangan, dll).

CGM 3.2.0 Pelaksanaan

CGM 3.2.1 Transfer Internasional ke Internasional

1. Menerima cargo & mail dari Acceptance Import .

2. Memeriksa kondisi ULD, cargo & mail transfer.

3. Mencocokkan cargo & mail dengan MAWB atau CN-38, apabila ditemukan
ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan irregularity.

4. Melakukan proses break down dan rebuild up cargo & mail apabila ULD yang digunakan
diganti dengan ULD milik Airline yang akan mengangkutnya.

5. Mencatat hasil rebuild up ke dalam laporan build up.

6. Mengirim informasi mengenai laporan build up kepada unit-unit terkait :

a. Airline,

b. Movement,

c. Storage.
Rev. 02 CGM - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Menyerahkan cargo & mail kepada petugas storage apabila cargo & mail tersebut tidak
segera diberangkatkan, tetapi apabila segera diberangkatkan maka diserahkan kepada
petugas movement.

8. Menerima dokumen cargo & mail dari Acceptance Import.

9. Mencocokkan ACTM/AMTM dengan MAWB atau CN-38, apabila ditemukan

10. Ketidaksesuaian segera melaporkan kepada pihak Airline. Memeriksa data-data


AWB/CN-38 yang meliputi:

a. Special Handling Information.

b. Commodity.

c. Connecting Carrier.

11. Menyiapkan dan menyerahkan dokumen seperti ACTM/AMTM, MAWB/CN-38 untuk


unit-unit:

a. Custom.

b. Airline.

12. Melakukan security check selama proses pelaksanaan.

CGM 3.2.2 Transfer Domestik ke Internasional

1. Menerima cargo & mail dari gudang domestik.

2. Memeriksa kondisi ULD, cargo & mail transfer.

3. Mencocokkan cargo & mail dengan MAWB atau CN-38, apabila ditemukan
ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan irregularity.

4. Melakukan proses break down dan rebuild up cargo & mail apabila ULD yang digunakan
diganti dengan ULD milik Airline yang akan mengangkutnya.

5. Mencatat hasil rebuild up ke dalam laporan build up.

6. Mengirim informasi mengenai laporan build up kepada unit-unit terkait :

a. Airline.

b. Movement.

c. Storage.

Rev. 02 CGM - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Menyerahkan cargo & mail kepada petugas storage apabila cargo & mail tersebut tidak
segera diberangkatkan, tetapi apabila segera diberangkatkan maka diserahkan kepada
petugas movement.

8. Menerima dokumen cargo & mail dari gudang domestik.

9. Mencocokkan ACTM/AMTM dengan MAWB atau CN-38, apabila ditemukan


ketidaksesuaian segera melaporkan kepada pihak Airline.

10. Memeriksa data AWB/CN-38 yang meliputi:

a. Commodity.

b. Special Handling Information.

c. Connecting carrier.

11. Menyiapkan dan menyerahkan dokumen seperti ACTM/AMTM, MAWB/CN-38 dan bukti
customs clearance (copy manifest, PEB, PEBT) untuk unit-unit:

a. Custom.

b. Airline.

12. Melakukan security check selama proses pelaksanaan.

CGM 3.2.3 Transfer Internasional ke Domestik

1. Menerima cargo & mail dari Acceptance import.

2. Memeriksa kondisi ULD, cargo & mail transfer.

3. Mencocokkan cargo & mail dengan MAWB atau CN-38, apabila ditemukan
ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan irregularity.

4. Melakukan proses break down dan rebuild up cargo & mail apabila ULD yang digunakan
diganti dengan ULD milik Airline yang akan mengangkutnya.

5. Menyerahkan cargo & mail kepada petugas gudang domestik dengan membuat bukti
serah terima.

6. Menerima dokumen cargo & mail dari Acceptance import.

7. Mencocokkan ACTM/AMTM dengan MAWB atau CN-38, apabila ditemukan


ketidaksesuaian segera melaporkan kepada pihak Airline.

Rev. 02 CGM - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Memeriksa data AWB/CN-38 yang meliputi:

a. Special Handling Information.

b. Commodity.

c. Connecting Carrier.

9. Menyiapkan dan menyerahkan dokumen seperti ACTM/AMTM, MAWB/CN-38 dan Form


BC 1.2 (ijin angkut lanjut) untuk unit-unit:

a. Custom.

b. Airline.

10. Melakukan security check selama proses pelaksanaan.

CGM 3.3.0 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti (shift
over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor Manager) tentang pelaksanaan


tugasnya setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor Manager wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk
penyelesaiannya.

5. Melakukan filling.

CGM 4.0.0 PROSEDUR CARGO & MAIL RUSH HANDLING

CGM 4.1.0 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas .

4. Memeriksa keadaan gudang, peralatan, perlengkapan dan cargo yang tersimpan.

5. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan.

Rev. 02 CGM - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Memeriksa informasi/telex yang masuk (FFM, CFL, COPAM, Aircraft Movement, Schedule
Penerbangan, dll).

CGM 4.2.0 Pelaksanaan

1. Menerima cargo & mail dari acceptance import.

2. Memeriksa kondisi ULD dan cart.

3. Melakukan break down:

4. Mengelompokkan cargo berdasarkan No. Smu/MAWB dan HAWB,

a. Check physic (kondisi kemasan, marking, label),

b. Menghitung dan mencatat jumlah cargo serta no SMU/MAWB/HAWB.

5. Melakukan cross check antara cargo yang diterima dengan cargo manifest, apabila
ditemukan ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan irregularity.

6. Mencatat dalam laporan break down cargo.

7. Mengirim informasi hasil break down melalui email/telex dan lain-lain ke unit-unit terkait:

a. Storage.

b. Airline.

c. Stasiun asal.

8. Menyerahkan cargo ke petugas storage.

9. Menerima dokumen dari acceptance import.

10. Melakukan cross check antara data Cargo Manifest/Mail Manifest dan MAWB/CN-38 yang
meliputi nomor AWB, jumlah koli, berat cargo, untuk memastikan kesesuaian dan
kebenaran data, apabila ditemukan ketidaksesuaian segera melaporkan kepada Airline
untuk dilakukan langkah selanjutnya.

11. Memeriksa data AWB /CN-38 yang meliputi:

a. Special Handling Information.

b. Commodity,

c. Sistem Pembayaran (collect atau prepaid),

d. Tujuan akhir pengiriman,


Rev. 02 CGM - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Nama dan alamat consignee.

12. Menyerahkan MAWB kepada Airline apabila sistem pembayaran ongkos angkut dengan
cara collect.

13. Menyiapkan dan menyerahkan cargo manifest dan dokumen cargo untuk pihak-pihak
yang membutuhkan:

a. Bea & Cukai, (7 copy manifest, 2 copy MAWB & HAWB),

b. Airline (1 Copy manifest & 1 Copy MAWB),

c. Delivery (Original-2 MAWB , HAWB beserta dokumen lampiran),

d. File.

CGM 4.3.0 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti (shift
over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor Manager) tentang pelaksanaan


tugasnya setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor manager wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk
penyelesaiannya.

5. Mencatat dan mengirim telex irregularities ke stasiun asal, transit dan tujuan seperti
tracer report, CDR (Cargo Damage Report) dan CLR (Cargo Lost Report).

6. Mengirim telex Report Non Delivery ke stasiun asal/keberangkatan.

7. Membuat tonnage report secara periodik.

8. Membuat laporan POD ke airline.

9. Mengisi daily log book dan filling.

Rev. 02 CGM - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 5.0.0 PROSEDUR PENANGANAN SPECIAL CARGO & MAIL

CGM 5.1.0 Perishable Cargo

CGM 5.1.1 Persiapan

1. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

2. Memeriksa keadaan gudang (cool room, cold storage, AC room) peralatan,


perlengkapan dan cargo yang tersimpan.

3. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan.

4. Memeriksa informasi/telex yang masuk (FFM, CFL, COPAM, Aircraft Movement,


Schedule Penerbangan, dll).

CGM 5.1.2 Pelaksanaan

1. Memeriksa jumlah, kondisi kemasan, marking dan label serta mencatatnya dalam
laporan.

2. Mengelompokkan dan menyusun PER berdasarkan No.SMU/ MAWB/ HAWB dan sesuai
petunjuk lable handling (This Way Up).

3. Melakukan cross check antara PER yang diterima dengan aktual data yang ditulis dalam
SMU/AWB.

4. Menyimpan/menempatkan cargo jenis PER sesuai petunjuk pada marking atau


dokumen pengiriman yang disampaikan oleh Shipper, apakah di Cool Room (antara
0oC dan 5oC) atau Cold Storage dengan pengaturan suhu dibawah -12oC hal ini harus
atas permintaan Consignee/Agent. (GOSM CGM 1.3.3)

5. Perishable cargo yang berisi cairan atau uap air dan benda lain yang didinginkan harus
dicatat dalam cargo manifest, dan dilaporkan atau diinformasikan ke station transit
sampai ke station tujuan.

6. Perishable cargo hanya dapat diterima untuk diangkut dengan kepastian bahwa kiriman
tersebut confirm reservation dan dipastikan berangkat dengan prioritas utama setelah
bagasi pada setiap penerbangan, sehingga cargo sampai ke tujuan dalam kondisi yang
baik.

Rev. 02 CGM - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Shipper harus menyediakan instruksi tertulis yang menerangkan durasi maksimum


penerimaan untuk diangkut dan jika ada penanganan khusus yang harus dilakukan.
Instruksi ini harus dicantumkan ke dalam AWB dan pada kemasannya.

8. Sebelum untuk menerima perishable cargo, perusahaan penerbangan harus dapat


memastikan bahwa pengaturan en-route yang diperlukan telah dibuat, termasuk:

9. Memastikan bahwa shipper sudah diberitahu mengenai waktu maksimum penerimaan


perishable cargo sebelum pesawat berangkat.

10. Memastikan bahwa fasilitas penanganan khusus seperti re-icing mudah dilakukan dan
disediakan. Jika disetujui dan diminta dengan es batu, penanganannya diperlakukan
sebagai wet cargo karena bisa menimbulkan kebocoran di lantai kompartemen

11. Prosedur pemisahan berlaku aturan yang ada di DGR, LAR, PCR.

12. Kondisi kebersihan dan sanitasi daging haruslah dijaga selama dalam penanganan.

13. Benda yang didinginkan oleh karbon dioksida, dry ice harus ditangani sesuai aturan
yang ada di DGR

14. Perishable cargo memerlukan penyimpanan khusus, penanganan bila terjadi


penundaan dan pengalihan penerbangan disertai pembuatan NOTOC

15. Harus diperhatikan pada saat penyusunannya agar tumpukan lapisan atas tidak
merusak lapisan bawah

16. Menyerahkan PER ke Agent/Consignee setelah Customs dan Quarantine clearance.

CGM 5.1.3 Penyelesaian

1. Mengirim message ke original station dan ke Perusahaan Penerbangan setempat bila


terjadi irregularity.

2. Membuat laporan pergantian shift menjelang akhir jam tugas.

3. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(pergantian shift).

4. Melaporkan kepada Leader/Supervisor/Manager tentang hasil pelaksanaan tugas.

5. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form Permintaan


Tindakan Perbaikan dan Perubahan (PTPP), dan Leader/Supervisor/Manager wajib
menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.
Rev. 02 CGM - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 5.2.0 AVI Cargo (Live Animal)

CGM 5.2.1 Pelaksanaan

Ketentuan penanganan Live animal sesuai dengan IATA Live Animal Regulations,
peraturan pemerintah dan airlines, berkaitan erat dengan tipe live animals, tipe pesawat,
temperatur di stasiun keberangkatan, selama dalam perjalanan sampai ke tempat tujuan,
juga kesediaan animal attendant di setiap station yang akan dilalui sampai ke tujuan akhir
pengiriman.

Berikut adalah persyaratan dalam penerimaan live animals: (GOSM CGM 1.3.1)

1. Periksa Kondisi dan kesehatan Live Animals, apabila tidak sehat atau meragukan segera
hubungi shipper dan airline serta membuat laporan.

2. Periksa kemasan (packing) harus bersih dan/atau anti bocor jika diperlukan demikian,
tidak dapat ditembus oleh hewan yang akan diangkut, hal ini harus dipastikan dalam
rangka safe handling carriage, pada packaging/containers yang memuat live animals
category hewan buas dan berbisa dikarenakan gigitan atau sengatannya yang beracun,
harus ditandai dengan marka sticker ”POISONIUS.

3. Artikel tambahan agar diperhatikan seperti; makanan, ruang yang cukup untuk
bergerak.

4. Pengiriman Live animals tidak dapat dikonsolidasikan dengan kiriman lainnya.

5. Pastikan bahwa shipper membawa dokumen yang diperlukan untuk pengiriman live
animals, seperti shipper certification dan dokumen penunjang lainnya antara lain ;
dokumen karantina, health certificate dan lain- lain. (GOSM CGM 1.3.1 & CGM 1.3.4)

6. Dalam proses penerimaan dan pelayanan Live Animal harus menggunakan check list
penerimaan mengacu kepada LAR edisi terbaru dan/atau ketentuan lain yang sejenis
dan diberlakukan (GOSM CGM 1.3.2)

7. Pastikan bahwa label yang diperlukan (termasuk label live animal) sudah dipasang
dengan lengkap dan benar.

8. Live animals tidak boleh dikemas di dalam ULD yang tertutup, kecuali untuk species
tertentu seperti tropical fish.

9. Kebutuhan untuk live animals tertentu selama penerbangan akan ditentukan oleh
perusahaan penerbangan dan/atau shipper.
Rev. 02 CGM - 39
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Setelah AVI sampai di tempat tujuan, kontainer dibersihkan dan dicuci kemudian diberi
disinfektan sebelum digunakan kembali.

11. Melakukan cross check antara AVI yang diterima dengan manifest, apabila ditemukan
ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan irregularity.

12. Menyimpan AVI pada ke lokasi yang bersih, terlindung dari panas, hujan dan sesuai
lable handling, petunjuk terdapat di (IATA Dokumen terbaru)

13. Melaporkan ke unit Load Control dan Load Master untuk meminta data rencana
penempatan hewan hidup di compartment pesawat dan menyiapkan/menerbitkan
NOTOC.

14. Menyerahkan AVI ke Agent/Consignee setelah Customs dan Quarantine clearance


(Untuk proses kedatangan).

CGM 5.3.0 Dangerous Goods (DG)

CGM 5.3.1 Pelaksanaan Penanganan Penerimaan (GOSM CGM 1.2.1)

Ketika menerima shipment yang berisi dangerous goods untuk diangkut dengan pesawat
udara, shipper harus memastikan bahwa:

1. Artikel atau substansi tidak dilarang untuk diangkut melalui pesawat udara.

2. Menempelkan label, baik handling label maupun hazard label dan pastikan bahwa
semua label terlihat dengan jelas dan dalam kondisi yang baik, sesuai tata cara
penempelan label yang ada dalam aturan di IATA DGR section 7 edisi terbaru. (GOSM
CGM 1.2.1 Poin 3)

3. Pastikan bahwa shipper dan atau forwarder membawa dokumen pelengkap sebagai
berikut : Master AWB, Shipper Declaration for Dangerous Goods, Material Safety Data
Sheet, Manufacture List. (GOSM CGM 1.2.1 Poin 3)

4. Dalam rangka sosialisasi kepada para shipper hendaknya dipastikan terdapat atau
terpasang poster pemberitahuan tentang informasi penanganan barang berbahaya
(DG) dan/atau tentang batasan pengangkutan barang berbahaya, dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau dimengerti oleh para shipper, dan
ditempatkan di dinding area counter acceptance, untuk memudahkan petugas
acceptance menjelaskan kepada para shippers. (GOSM CGM 1.2.11)

Rev. 02 CGM - 40
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Siapkan dan gunakan Dangerous Goods Checklist (disediakan oleh airlines) dan periksa
masa berlaku Check list yang akan dipakai serta pastikan bahwa stock form check list
tetap tersedia sesuai kebutuhan minimum (GOSM CGM 1.2.1)

6. Memastikan penggunaan DG checklist yang masih berlaku sebagaimana ketentuan


penanganan barang berbahaya untuk membantu petugas acceptance dalam
melakukan langkah-langkah pemeriksaan barang jenis dan category berbahaya,
lakukan pemeriksaan dengan seksama dan penuh ketelitian untuk meyakinkan bahwa;
marka, label, transport index dan manufacture list terpasang dengan benar dan sesuai
peruntukkannya serta tampak jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi
siapapun yang melihatnya, langkah-langkah dimaksud juga harus dilakukan dalam
pemeriksaan barang berbahaya yang dikemas dalam overpacks dan/atau freight
container/ULD.

Dokumen-dokumen yang menyertai pengiriman tersebut a.l ; Shipper’s Declaration for


Dangerous Goods yang memuat proper shipping name, UN/ID number, hazard dan
handling label. (GOSM CGM 1.2.1 Poin 4, 5 & 6)

7. Memastikan data jenis outer packaging tertuang dalam shipper declaration yang
menyertai Dangerous Goods dan sesuai dengan ketentuan yang tertulis tentang
instruksi pengemasan barang berbahaya. (GOSM CGM 1.2.1 Poin 7)

8. Memeriksa ulang label/tag pada kemasan dangerous goods, untuk memastikan apabila
didapati ada label/tag yang rusak atau tidak terbaca, maka petugas acceptance segera
melakukan penggantian dengan label baru mengacu shipper declaration, cargo jangan
dibuild up ke dalam ULD apabila label / tag belum diganti dengan yang baru dan apabila
kerusakan atau kehilangan label tersebut ditemukan pada saat proses acceptance
maka kiriman DG harus ditolak dan dikembalikan kepada pengirim untuk diperbaiki.
(GOSM CGM 1.2.8)

9. Memastikan bahwa marka, label, deklarasi dari pengirim (Shipper Declaration) dan
manufacture list serta seluruh dokumen terkait pengiriman DG harus dibuat dalam
bahasa Inggris disamping bahasa yang digunakan di stasion pemberangkatan mengacu
kepada ketentuan dari airline(s). (GOSM CGM 1.2.4 Poin 2)

10. Periksa state dan operator variations.

Rev. 02 CGM - 41
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

11. Periksa dokumen-dokumen pelengkap dan pastikan isi dokumen tersebut sesuai
dengan kondisi fisik cargo mengacu buku IATA DGR edisi terbaru.

12. Mengisi DGR acceptance checklist sesuai peruntukannya antara lain ; checklist DG Non
Radioactive, Checklist DG Radioactive, check list dry ice sebagai pendingin. (GOSM CGM
1.2.1 Poin 1)

13. Pastikan jumlah DG per package yang diterima tidak melebihi batas yang telah
ditetapkan di IATA DGR edisi terbaru (isi dokumen dan kondisi fisik cargo sesuai dengan
yang tertera di cargo) dan/atau ditetapkan lain oleh customers airlines. (GOSM CGM
1.2.1 Poin 2)

14. Memeriksa kemasan DG harus meliputi; keadaan kemasan tidak bocor dan tidak ada
indikasi bekas usaha pembukaan kemasan, jenis kemasan dipastikan dapat melindungi
isi dari gangguan tindakan oknum yang tidak bertanggungjawab, kemasan dapat
mengamankan isi selama dalam kompartemen pesawat. (GOSM CGM 1.2.1 Poin 9)

15. Kemasan overpack tidak boleh berisi cargo dengan categori CAO, pengecualian apabila
ada special provision dan tetap mengacu peraturan yang berlaku serta persetujuan dari
airline. (GOSM CGM 1.2.1 Poin 10)

16. DG yang diterima di dalam ULD (BUC/BUP), pastikan bahwa label yang ditempelkan di
sisi luar ULD tersebut sudah lengkap dan tepat, misalkan DG yang hanya boleh
diangkut oleh pesawat cargo harus ada label CAO (cargo aircraft only). Penerimaan DG
CAO hanya boleh dilakukan apabila operator penerbangan menyediakan layanan
penerbangan freighter.

17. Petugas tidak boleh menerima kiriman DG dari shipper dalam bentuk ULD dan freight
container yang berisi DG selain dari : freight container untuk radioactive, ULD atau tipe
lain dari palet berisi barang konsumsi, ULD atau tipe lain palet yang berisi
karbondioksida solid (dry ice) yang dipergunakan sebagai pendingin kiriman selain DG,
dan ULD yang berisi magnetized material.

18. Kiriman proses menempatkan kiriman DG harus diperhatikan beberapa hal seperti :
(GOSM CGM 1.2.5)

a. Apabila airlines yang akan mengangkut DG mempunyai stock special ULD khusus
untuk pemuatan jenis dan kategori DG, maka harus dipastikan ULD tersebut sudah

Rev. 02 CGM - 42
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

memuat label, marka dan class atau nomor divisi yang diperkenankan berada di
dalamnya.

b. Apabila airlines yang akan mengangkut DG mempunyai stock special ULD khusus
untuk pesawat kargo/freighter (Cargo Aircraft Only), maka harus dipastikan bahwa
ULD dengan label, marka dimaksud tidak ditempatkan atau dipergunakan untuk
kargo atau kiriman pada pesawat penumpang, karena ULD tersebut hanya
diperuntukkan pesawat Freighter.

19. Kiriman DG maupun overpacks DG CAO harus dilaporkan kepada Unit Load Control
apabila: (GOSM CGM 1.2.12 Poin 1, 2 & 3)

a. Dibuild-up menggunakan specifik ULD CAO yang memiliki fire detection detection
setara dengan persyaratan sertifikasi dari ketentuan C class compartement pesawat
cargo yang ditentukan oleh otoritas.

b. DG CAO tersebut tidak menggunakan specifik ULD seperti point – a, informasi


kepada load control dan load master disertai instruksi agar ULD dengan isi DG
tersebut ditempatkan di C class compartment pesawat freighter.

Hal tersebut dimaksudkan; apabila terjadi emergency selama dalam penerbangan, ada
akses crew untuk masuk ke compartment dan dapat menangani kiriman DG tersebut,
bilamana berat dan ukuran mengizinkan untuk dipisahkan dengan cargo lainnya.

20. Apabila ditemukan adanya shipment DG yang tidak dilaporkan dengan menggunakan
Shipper's Declaration for DG segera dicatat/record dan laporkan kepada airlines untuk
penanganan lebih lanjut.

21. Petugas yang menangani harus mempunyai sertifikat DG

22. Pengangkutan kiriman yang mengandung materi Dangerous Goods harus


diinformasikan kepada flight crew dengan menggunakan form Notification to Captain
(NOTOC). Petugas yang menyampaikan NOTOC tersebut harus mempunyai Sertifikat
Kecakapan DGR.

23. Melaporkan pengangkutan DG ke unit Load Control meliputi data-data; (GOSM


CGM 1.2.13)

a. Nomor Air Way Bill dan/atau Surat Muatan Udara.

b. Proper Shipping Name dan UN/ID no.

Rev. 02 CGM - 43
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Class atau divisi.

d. Packing Group.

e. Untuk jenis DG selain radioactive jumlah kuantitas dan berat setiap potong kemasan
harus dilaporkan.

f. Apabila ada shipment radioactive material cantumkan angka TI (Transport Index)


dari zat tersebut pada NOTOC, 4.ERG code, 5. Dan keterangan-keterangan lain
seperti yang sudah diatur di IATA DGR edisi terbaru dan IATA AHM terbaru,

g. Apabila jenis cargo tersebut hanya boleh diangkut di pesawat khusus kargo
(Freighter) maka label CAO harus betul-betul terpasang dan dilaporkan lengkap ke
unit load control.

h. Destinasi DG

i. Nomor dan Code ID ULD

24. Dangerous goods yang diperbolehkan untuk on board ke dalam pesawat penumpang.

25. Dangerous goods yang hanya boleh diangkut dengan menggunakan pesawat kargo
saja (dinamakan CAO shipment).

26. Pastikan jarak yang cukup dari live animal dan film yang belum jadi selama dalam
penyimpanan dan semua tahap pada saat transportasi darat.

27. Explosive (RCX/RGX) dan Gas (RPG) hanya dapat diterima pada pesawat freighter saja.

28. Memeriksa jumlah, kondisi kemasan, marking dan label serta mencatatnya dalam
laporan.

29. Melakukan cross check antara DG yang diterima dengan manifest, apabila ditemukan
ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan irregularity.

30. Melakukan pemisahan DG pada saat penyimpanan di gudang dan penempatan di


compartment pesawat, pekerjaan yang mutlak untuk dilakukan agar tidak terjadi
interaksi pada saat terjadi kebocoran, dan harus mengacu pada table 9.3.A IATA DGR
yang berisikan data hazard label, langkah ini juga berlaku dalam penanganan
overpacks, yang mana Overpack tidak boleh berisikan DG yang berlainan jenis maupun
kategori yang terdaftar dalam tabel segregation. (GOSM CGM 1.2.1 Poin 8)

Rev. 02 CGM - 44
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

31. Dalam penerimaan DG harus diperhatikan untuk jenis kiriman DG yang tidak
kompatibel dengan jenis kiriman barang non DG lainnya, harus dipisahkan selama
penerimaan, penyimpanan dan pemuatan di ULD atau di pesawat baik yang dilakukan
oleh Operator, Ekspedisi dan Ground Handling mengacu peraturan Pemerintah
setempat dan/atau airline. (GOSM CGM 1.2.9)

32. Apabila ULD berisi dangerous goods, maka harus dipasang tag di bagian luar ULD yang
berisi informasi tentang : class, divisi, transport index (class 7).

33. ULD yang berisikan Dangerous goods, pastikan bahwa hazard label dan handling label
sudah tertempel di 4 sisi ULD. Apabila ada tag/label CAO (Cargo Aircraft Only) pastikan
dan informasikan kepada unit terkait seperti load control, loading master, airlines,
document proscessing bahwa cargo tersebut tidak boleh dimuat ke dalam pesawat
penumpang, dan hanya boleh dimuat ke dalam pesawat freighter, periksa ulang saat
penarikan dan/atau pemuatan dengan cara cross check/double check dengan operator,
loading master melalui HT, telepon, bahwa cargo tersebut ada tag/label CAO (Cargo
Aircraft Only) dan pastikan cargo tersebut hanya dimuat di pesawat freighter.b

34. Transport Index dari single package tidak boleh melebihi dari nilai 10 (sepuluh). Jumlah
total dari Transport Index pada pesawat tidak boleh melebihi dari nilai 50 (limapuluh).

35. Pastikan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengiriman DG (DG Acceptance


checklist, Shipper Declaration for DG, NOTOC, dll) disimpan dalam kurun waktu tidak
kurang dari 3 bulan dan/atau periode tertentu sesuai ketentuan jenis kiriman (Export)
sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah (Cq. Custom Released) dan/atau ketentuan
yang airlines. (GOSM CGM 1.2.3 Poin 1,2 dan 3)

36. Penanganan DG irregularity : (GOSM CGM 1.2.6 Poin 1, 2 & 3 )

a. Apabila terjadi kerusakan atau kebocoran di gudang pastikan DG tersebut tidak di


build-up ke ULD dan apabila ditemukan kerusakan tersebut di pesawat pada saat
loading, pastikan DG tersebut tidak dimuat ke dalam pesawat dan lakukan
penanganan sesuai ketentuan evakuasi barang berbahaya yang berlaku baik
pemerintah maupun airline.

b. Menurunkan ULD yang berisi DG dan mengalami kebocoran harus dilakukan secara
hati – hati oleh Petugas yang mempunyai otorisasi evakuasi, evaluasi dan pastikan
pula bahwa cargo lainnya yang berada di sekitar cargo yang mengalami

Rev. 02 CGM - 45
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

kerusakan/leakage tersebut dalam kondisi baik, tidak tercemar, tidak rusak sehingga
layak untuk tetap diterbangkan. (GOSM CGM 1.2.6)

c. Evaluasi dan pastikan sisa-sisa kebocoran di dalam ULD sudah dibersihkan sehingga
tidak mengganggu ULD tersebut maupun cargo lain di dalamnya, pastikan pula
bahwa alat-alat lain seperti peralatan di dalam pesawat ataupun di gudang tidak
terkontaminasi. (GOSM CGM 1.2.6)

d. Menempatkan cargo DG yang mengalami kebocoran di tempat yang telah


ditentukan, pastikan tempat tersebut terpisah dari cargo lainnya dan beri tanda
berupa tulisan “Damage Cargo Contain Dangerous Goods”. (GOSM CGM 1.2.6)

e. Apabila cargo DG yang mengalami kebocoran/leakage telah dilakukan perbaikan


kemasan (repacking), sebelum menerimanya kembali petugas acceptance harus
memastikan repackaging tersebut dilakukan oleh orang yang mempunyai otorisasi
melakukan kemasan DG dan ada surat pernyataan bahwa cargo DG aman untuk
diangkut dalam pesawat udara, dan pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan
ulang terhadap kondisi cargo tersebut dalam keadaan layak untuk diberangkatkan.
(GOSM CGM 1.2.6).

f. Jarak antara petugas dengan barang kiriman DG yang rusak minimum 25m (75ft)

g. Paket dari shipment yang sama segera di off load karena terkontaminasi.
Tindaklanjut cargo yang akan di offload berkoordinasi dengan Load Master.

h. Apabila terjadi incident ataupun accident dalam penanganan DG, cara penanganan
yang dilakukan harus mengacu pada emergency response seperti yang tertuang
dalam IATA DGR, ICAO, aturan Airport Authority setempat, dan segera laporkan ke
airlines. DG acciden/inciden disampaikan kepada seluruh staff sebagai awareness
supaya kejadian yang sama tidak terulang.

CGM 5.4.0 Wet Cargo (Perishable)

CGM 5.4.1 Pelaksanaan

1. Kemasan kedap air harus sesuai dengan persyaratan umum IATA Perishable Cargo
Regulation (PCR), mengacu regulasi (Pemerintah) & circular/bulletin/notice dari
Airlines).

Rev. 02 CGM - 46
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Perishable Cargo disimpan di Cold room,kecuali perishable cargo yang saat itu langsung
diberangkatkan atau tergantung dari permintaan pengirim atau airline.

3. Pengiriman wet cargo yang tidak dikemas dalam kemasan kedap air seperti ikan basah,
usus, kulit basah yang sudah dikemas didalam dry ice dll.

4. Barang yang bisa menghasilkan cairan dari hewan hidup seperti burung, reptil serangga
dan moluska darat dalam kemasan hewan dapat diterima di pesawat, diharuskan
memasang lembaran plastik atau terpal dibawah kontainer agar tidak mengotori pada
ULD dan equipment pesawat (LAR 10.3).

5. Dalam keadaan tertentu kondisi dari kontainer kedap air tersebut dapat menahan dari
perubahan suhu dan tekanan atmosfer sehingga isinya tidak pecah dan bocor selama
penerbangan berlangsung (IATA DGR)

6. Kemasan di desain 30’ yang dapat memungkinkan perubahan sudut lantai pesawat
tanpa mengeluarkan isi cairannya walaupun pesawat terbang dalam posisi akan naik &
turun.

7. Untuk melindungi lantai pesawat, lembaran plastik atau kain terpal dibentangkan pada
lantai pesawat atau pada lantai dan dinding ULD, untuk menghindari tumpah/bocornya
cairan.

8. Kemasan wet cargo yang tidak kedap air bisa diterima dengan menempatkan wadah
mangkuk sehingga dapat menampung tumpahan dengan volume yang cukup

9. Instruksi Special Handling (Label atau stempel/cap, contohnya label “This Way Up”)
harus sungguh-sungguh diperhatikan.

10. Jika tumpah atau bocornya cairan terjadi di atas lantai atau dinding pesawat, petugas
yang bertugas untuk loading/unloading muatan harus segera memberitahu kepada
petugas airline yang bersangkutan, atau kapten pesawat sehingga langkah-langkah
yang tepat dapat segera dilakukan.

CGM 5.4.2 Penyelesaian

1. Mengirim message ke original station dan ke perusahaan penerbangan setempat bila


terjadi irregularity.

2. Membuat laporan pergantian shift menjelang akhir jam tugas.

Rev. 02 CGM - 47
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(pergantian shift).

4. Melaporkan kepada Leader/Supervisor/Manager tentang hasil pelaksanaan tugas.

5. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form Permintaan


Tindakan Perbaikan dan Perubahan (PTPP), dan Leader/Supervisor/Manager wajib
menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

CGM 5.5.0 Human Remain

CGM 5.5.1 Pelaksanaan (GOSM CGM 1.4.1)

1. Kecuali yang dikremasi, harus dikemas dalam peti kedap suara dan tertutup rapat yang
dibuat dari bahan yang lentur atau peti mati yang dibuat dari bahan yang kuat seperti
dari timbal atau seng. Kemasan jenasah tersebut kemudian harus dimasukkan kedalam
peti kayu atau logam yang bagian luarnya dicover dengan kain kanvas atau terpal agar
tidak rusak dan menimbulkan bau.

2. Sisa dari jenazah yang dikremasikan harus dikirim di dalam jambangan/kendi


pemakaman yang secara efisien dilindung dengan bantalan untuk menghindari
kerusakan. Pengangkutan HUM dengan menggunakan peti mati pada pesawat
penumpang dan kargo diperlakukan dengan kondisi :

a. Jenazah (non-cremated HUM) tidak boleh diamuat secara berdekatan dengan


produk makanan (EAT).

b. Pilot in Command harus diberitahu mengenai keberadaan HUM.

3. Human Remains harus disertai dengan sertifikat kematian yang sah dari suatu lembaga
dan untuk abu jenazah disertai dengan surat kremasi. Ketika diperlukan untuk
peraturan negara, sertifikat ini harus dilegalisasi oleh pejabat lokal dari negara tujuan.

4. Jambangan/kendi untuk abu jenazah ditangani sebagai normal cargo.

5. HUM tidak boleh dimuat di kompartemen yang sama dengan live animal dan makanan.

6. Menempatkan HUM diatas cargo cart sesuai lable handling (This Way Up) dan
ditempatkan terhindar dari panas, hujan dan ditempat bersih.

7. Menyerahkan HUM ke Agent/Consignee setelah Customs dan Quarantine clearance.

Rev. 02 CGM - 48
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 5.5.2 Penyelesaian

1. Mengirim message ke original station dan ke perusahaan penerbangan setempat bila


terjadi irregularity.

2. Membuat laporan pergantian shift menjelang akhir jam tugas.

3. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(pergantian shift).

4. Melaporkan kepada Leader/Supervisor/Manager tentang hasil pelaksanaan tugas.

5. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form Permintaan


Tindakan Perbaikan dan Perubahan (PTPP), dan Leader/Supervisor/Manager wajib
menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

CGM 5.6.0 Valuable Cargo

CGM 5.6.1 Pelaksanaan (GOSM CGM 1.4.1)

1. Untuk pengaturan lebih awal, mengingat bahwa kiriman yang akan datang pada saat
jam kerja normal dan untuk memudahkan pengurusan customs clearance di airport
tujuan dan lebih cepat sampai. Waktu penyimpanan harus diminimalkan dan dihindari
saat akhir pekan dan hari libur; Waktu delivery sebelum waktu keberangkatan pesawat;
pengambilan consignment dilakukan oleh consignee di airport tujuan.

2. Pengaturan pengamanan untuk penyimpanan dan delivery kepada consignee.

3. Pada umumnya, valuable cargo harus dalam kondisi memiliki pembukuan yang sudah
pasti dan pengaturan keamanan khusus dilakukan sebelum acceptance.

4. Pada saat valuable cargo datang di gudang untuk kemudian dikirimkan, delivery atau
transfer, valuable cargo harus segera diperiksa/disesuaikan dengan AWB dan
ditempatkan pada area yang aman (strong room).

5. Valuable cargo harus dikeluarkan oleh operator hanya selama jam kerja normal, kecuali
ada perjanjian khusus telah dibuat oleh consignee dengan Airlines dalam pengiriman
tertentu yang dapat diambil pada waktu yang berbeda.

6. Melakukan cross check antara VAL yang diterima dengan manifest, apabila ditemukan
ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan irregularity.

7. Menempatkan VAL pada strong room dan selama proses penanganan diawasi secara
Rev. 02 CGM - 49
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ketat oleh Security dan dujaga kerahasiaannya mengenai isi, nilai, routing dan storage.

8. Menyerahkan VAL ke Agent/Consignee setelah Customs clearance.

CGM 5.7.0 Diplomatic & Mail

CGM 5.7.1 Pelaksanaan

1. Memeriksa jumlah, kondisi pouch/bag, label dan segel serta mencatatnya dalam
laporan.

2. Melakukan cross check antara Diplomatic Mail & Mail yang diterima dengan
manifest/dokumen apabila ditemukan ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur
penanganan irregularity.

3. Menyimpan Diplomatic Mail & Mail pada Stroong Room.

4. Menyerahkan Diplomatic Mail & Mail ke Agent/Consignee setelah Customs clearance.

CGM 5.8.0 News Paper & Document

CGM 5.8.1 Pelaksanaan (GOSM CGM 1.4.1)

1. Menerima News Paper & Document dari petugas acceptance.

2. Melakukan break down :

a. Mengelompokkan News Paper & Document berdasarkan No. SMU/MAWB dan


HAWB.

b. Check physic (kondisi kemasan, marking, label).

3. Menghitung dan mencatat jumlah News Paper & Document serta no SMU/ MAWB pada
break down report.

4. Melakukan cross check antara News Paper & Document yang diterima dengan manifest,
apabila ditemukan ketidaksesuaian segera melaksanakan prosedur penanganan
irregularity.

5. Menyerahkan News Paper & Document ke petugas storage untuk ditempatkan pada
Stroong Room.

6. Menyerahkan News Paper & Document ke Agent/Consignee setelah Customs clearance.

Rev. 02 CGM - 50
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 5.8.2 Penyelesaian

1. Mengirim message ke original station dan ke perusahaan penerbangan setempat bila


terjadi irregularity.

2. Membuat laporan pergantian shift menjelang akhir jam tugas.

3. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(pergantian shift).

4. Melaporkan kepada Leader/Supervisor/Manager tentang hasil pelaksanaan tugas.

5. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form Permintaan


Tindakan Perbaikan dan Perubahan (PTPP), dan Leader/Supervisor/Manager wajib
menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

CGM 6.0.0 PROSEDUR PENANGANAN IRREGULARITIES CARGO & MAIL

CGM 6.1.0 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan.

5. Mengumpulkan dan memeriksa informasi/telex-telex yang masuk (FFM, CFL, COPAM,


Aircraft Movement, Schedule Penerbangan, dll).

6. Mengumpulkan Data Pendukung:

7. Data Outbound:

a. Irregularity Report,

b. SLI/PTI

c. BTB,

d. Form Security Check,

e. Cargo/Mail manifest/ACTM,

f. SMU/Airway Bill/CN-38,

Rev. 02 CGM - 51
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g. Delivery Bill,

h. Buku lokasi,

i. Buku Informasi Acceptance,

j. Build-up Report,

k. ULD Report,

l. Delivery Order (pergerakan Cargo).

8. Data Inbound :

a. Irregularity Report,

b. Cargo/mail manifest,

c. SMU/MAWB & HAWBl/CN-38,

d. Buku Informasi Gudang/lokasi,

e. Buku Pemberitahuan Umum (PU),

f. Buku Particular,

g. Delivery Order (pergerakan kargo),

h. Break-down Report,

i. Surat Jalan (serah terima cargo kepada consignee).

CGM 6.2.0 Pelaksanaan

CGM 6.2.1 Damage Cargo & Mail Outbound

1. Check di lokal area (stasiun arrival ). Lakukan pemeriksaan pada semua area yang ada
seperti :

a. Gudang kargo domestik ,gudang kargo internasional,

b. ruang kedatangan bagasi (arrival hall ) dll.

2. Kirim telex /e-mail ke stasiun origin, transit atau destination bila tidak ditemukan.

3. Mengamankan atau menyimpan cargo atau mail yang rusak di tempat khusus.

4. Menentukan besar dan jenis kerusakan.

Rev. 02 CGM - 52
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Memastikan apakah cargo atau mail tersebut dapat diberangkatkan atau tidak, apabila
tidak maka dikembalikan kepada shipper.

6. Membuat laporan irregularity dan mengirimnya ke unit terkait.

7. Shortshipped (Left behind) Cargo & Mail.

a. Mengamankan atau menyimpan cargo yang tertinggal di tempat khusus.

b. Berkoordinasi dengan Airline.

c. Melaksanakan instruksi selanjutnya dari airline.

d. Memberitahukan ke stasiun asal, stasiun transit dan stasiun tujuan.

e. Membuat laporan kronologi.

f. Melakukan Investigasi dan membuat laporan irregularity dan mengirimnya ke unit


terkait.

CGM 6.2.2 Shortlanded Cargo & Mail

1. Mencatat adanya shortlanded cargo atau mail dalam laporan break down.

2. Memberitahukan ke stasiun asal dan stasiun transit.

3. Memastikan sampai kekurangan cargo atau mail tersebut terkirim oleh stasiun asal atau
stasiun transit.

CGM 6.2.3 Damage Cargo & Mail Inbound

1. Mengamankan atau menyimpan cargo atau mail yang rusak di tempat khusus.

2. Menentukan besar dan jenis kerusakan dan memastikan apakah kerusakan terjadi di
dalam gudang, pesawat atau dari stasiun asal/transit.

3. Issued Cargo Damage Report (CDR), Khusus untuk MPA dikeluarkan atas intruksi
Airlines.

4. Laporkan ke Bea dan Cukai (untuk Internatioanal).

5. Memberitahukan kepada stasiun asal, stasiun transit dan airline.

6. Membuat laporan irregularity dan mengirimnya ke unit terkait.

Rev. 02 CGM - 53
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 6.2.4 Found Cargo & Mail

Memastikan apakah cargo & mail tersebut overcarried atau surplus:

1. Apabila overcarried amankan atau simpan di tempat khusus, berkoordinasi dengan


Airline dan melaksanakan intruksi selanjutnya.

2. Apabila surplus amankan atau simpan di tempat khusus, berkoordinasi dengan airline
dan membuat surat koreksi manifest ke Bea & Cukai.

3. Memberitahukan kepada stasiun asal dan stasiun transit.

4. Membuat laporan irregularity dan mengirimnya ke unit terkait.

CGM 6.3.0 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti (shift
over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Mendistribusikan laporan irregularity kepada:

a. Management,

b. Airline.

6. Mengisi daily log book dan filling.

CGM 7.0.0 PROSEDUR PENANGANAN KOMPLAIN

CGM 7.1.0 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan

Rev. 02 CGM - 54
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Mengumpulkan dan memeriksa informasi yang masuk baik berupa surat maupun telex
yang masuk,

6. Menyiapkan dokumen yang diperlukan, seperti:

a. Laporan Acceptance: Acceptance Logbook, Bukti Timbang Barang


(BTB),Pemberitahuan Tentang Isi (PTI), Shipper Letter Instruction (SLI),

b. Form Cargo Irregularities Checklist (jika ada),

c. Build up Checklist,

d. Cargo Damage Report,

e. Cargo Missing/Found/Loss Report,

f. Airline Log Book,

g. Loading Checklist,

CGM 7.2.0 Pelaksanaan

CGM 7.2.1 Komplain Secara Lisan

1. Tanggapi secepat mungkin dan dengarkan secara seksama setiap komplain yang ada.

2. Segera menyampaikan permohonan maaf atas irregularities yang menyebabkan


ketidaknyamanan customer dan janji untuk melakukan investigasi.

3. Melakukan konfirmasi atas komplain yang terjadi.

4. Mengumpulkan data-data pendukung sesuai dengan jenis kasus yang ada.

5. Melakukan investigasi.

6. Menghubungi cargo officer yang bertugas pada saat terjadi irregularity atau pada saat
ditemukannya irregularity untuk klarifikasi.

7. Apabila komplain tidak bisa diselesaikan pada saat itu juga karena membutuhkan
investigasi lebih lanjut, maka komplain dicatat dan kemudian dilaporkan kepada atasan
dan unit yang terkait.

8. Apabila komplain langsung dapat diselesaikan, diharapkan petugas dapat memberikan


solusi terbaik bagi kedua belah pihak, baik bagi PT. Gapura Angkasa maupun customer.

Rev. 02 CGM - 55
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 7.2.2 Komplain Secara Tertulis

1. Melakukan pengecekan atas surat atau telex yang masuk yang berkaitan dengan
komplain.

2. Mempelajari surat atau telex komplain yang masuk.

3. Menyampaikan permohonan maaf dan janji untuk melakukan investigasi secara tertulis.

4. Mengumpulkan data-data pendukung sesuai dengan jenis kasus yang ada.

5. Melakukan investigasi.

6. Apabila komplain tidak dapat diselesaikan pada saat itu juga karena memerlukan
investigasi lebih lanjut, maka komplain dicatat dan kemudian dilaporkan kepada atasan
dan unit yang terkait.

7. Apabila komplain dapat langsung diselesaikan saat itu juga, diharapkan dapat
memberikan solusi terbaik bagi kedua belah pihak, baik bagi PT. Gapura Angkasa
maupun pelanggan.

CGM 7.3.0 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti (shift
over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Melaporkan kepada Airline (bila diperlukan) tentang proses penanganan komplain.

6. Berkas komplain difilling.

CGM 8.0.0 PROSEDUR PENANGANAN KLAIM

CGM 8.1.0 Persiapan

1. Perlengkapan kerja (pakaian kerja/uniform, ID dan PAS).

2. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).


Rev. 02 CGM - 56
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Mengikuti briefing debriefing.

4. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

5. Mempersiapkan semua form-form yang diperlukan.

6. Mengumpulkan dan memeriksa informasi yang masuk baik berupa surat maupun telex
yang masuk.

7. Menyiapkan dokumen yang diperlukan, seperti:

a. Laporan Acceptance: Acceptance Logbook, Bukti Timbang Barang (BTB), Shipper


Letter Instruction (SLI).

b. Laporan Irregularities.

c. Build up atau break down report.

d. Cargo Damage Report.

e. Cargo Missing/Found/Loss Report.

f. Loading Checklist.

g. Laporan investigasi.

h. Dokumen lain yang berkaitan.

CGM 8.2.0 Pelaksanaan

1. Memeriksa kebenaran dokumen.

2. Keaslian berkas dokumen.

3. Kelengkapan dan kebenaran isi dokumen sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

4. Kelengkapan dan kebenaran dokumen klaim yang harus dapat dipertanggungjawabkan.

5. Melakukan evaluasi hasil investigasi.

6. Memberikan rekomendasi kepada General Manager berdasarkan hasil investigasi

7. Kelayakan klaim.

8. Besar nilai klaim yang ditanggung.

9. Jumlah ganti rugi harus sesuai dengan kerugian nyata yang dialami oleh claimant sesuai
dengan harga pasar.

Rev. 02 CGM - 57
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Jumlah ganti rugi tidak melebihi dari maximum limit liability (jika barang tidak dideclare).

CGM 8.3.0 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti (shift
over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Memberitahukan kepada Airline mengenai proses penanganan klaim.

6. Membuat laporan klaim.

7. Melakukan filling semua dokumen.

CGM 9.0.0 PROSEDUR PENANGANAN PEMBAYARAN SEWA GUDANG & JASA KADE

CGM 9.1.0 Persiapan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

4. Mempersiapkan peralatan kerja seperti stempel lunas, kalkulator, komputer dan printer.

5. Mempersiapkan form BTB (Bukti Timbang Barang (BTB), NPSG (Nota Pembayaran Sewa
Gudang) dan form lainnya.

6. Mempersiapkan uang kecil untuk uang kembali.

7. Memeriksa catatan pada buku kas.

8. Memeriksa kurs rupiah.

CGM 9.2.0 Pelaksanaan

1. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

Rev. 02 CGM - 58
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Menerima pembayaran dari shipper atau consignee sesuai dengan perhitungan berat
yang dikenakan.

3. Menerbitkan Nota Pembayaran Sewa Gudang (NPSG) dan memberikan stempel lunas.

4. Menyerahkan BTB lembar 1 dan NPSG lembar 1 kepada shipper atau consignee

5. Membuat Daily Report Storage Charges (DRSC), yang merupakan rekapitulasi NPSG.

6. Menyetorkan uang sewa gudang kepada petugas Bank yang datang dengan mengisi
deposit form sebagai bukti penyetoran uang.

CGM 9.3.0 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti (shift
over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Mencatat laporan keuangan harian di buku kas.

6. Mengisi daily log book dan filling.

CGM 10.0.0 PROSEDUR PENANGANAN PESAWAT FREIGHTER

CGM 10.1.0 Outbound

CGM 10.1.1 Persiapan

1. Mengikuti briefing debriefing.

2. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

3. Mengumpulkan informasi tentang penerbangan yang akan ditangani, seperti:

a. Jadwal penerbangan,

b. Parking stand,

c. Rencana kargo yang akan diloading.

Rev. 02 CGM - 59
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Mengikuti briefing yang diadakan oleh Airline.

CGM 10.1.2 Pelaksanaan

1. Memastikan kesesuaian antara jumlah built up ULD dan bulk cargo dengan build up
report di staging area.

2. Memastikan kondisi build up ULD dan bulk cargo dalam keadaan baik:

a. Contour,

b. Cover plastik,

c. Net & lock,

d. Tie down system

e. Lashing,

f. ULD tag.

3. Melakukan cross check kesiapan dan kelengkapan GSE di apron:

MDL, HLL, CBL, PBS, CTT, CTL, TSJ.

4. Memantau proses loading.

CGM 10.1.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Membuat ramp activity report.

6. Mengikuti debriefing.

Rev. 02 CGM - 60
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 10.2.0 Inbound

CGM 10.2.1 Persiapan

1. Perlengkapan kerja (pakaian kerja/uniform, ID dan PAS).

2. Menerima laporan/peralihan kerja (shift over).

3. Mengikuti briefing debriefing.

4. Membuat rencana aktivitas kerja berdasarkan skala prioritas.

5. Mengumpulkan informasi tentang penerbangan yang akan ditangani:

a. Jadwal penerbangan.

b. Parking stand.

c. COPAM.

d. Movement message.

6. Berkoordinasi dengan unit Operation dan unit Teknik berkaitan dengan kesiapan
fasilitas dan sarana:

a. Ground Support Equipment (GSE).

b. Kebersihan dan kerapihan parking stand.

7. Mengikuti briefing yang diadakan oleh Airline

CGM 10.2.2 Pelaksanaan

1. Memastikan kesesuaian antara aktual ULD loaded dan bulk cargo dengan COPAM di
staging area.

2. Memantau proses penarikan dari ramp side ke gudang import.

3. Memastikan semua ULD loaded dan bulk cargo sudah berada di gudang import.

CGM 10.2.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

Rev. 02 CGM - 61
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

5. Membuat ramp activity report.

6. Mengikuti debriefing.

CGM 11.0.0 PROSEDUR PENGELOLAAN GSE CARGO & FASILITAS GUDANG

CGM 11.1.0 Penggunaan Forklift

CGM 11.1.1 Persiapan

1. Mempersiapkan form/daily checklist.

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas.

CGM 11.1.2 Pelaksanaan

1. Melaksanakan daily check fork lift dengan mengisi form check list.

2. Pastikan operator telah mendapatkan training/otorisasi untuk menjalankan fork lift dan
mengerti/memahami tehnik-tehnik pengamanan/ketentuan untuk mengoperasikan
fork lift.

3. Sebelum menghidupkan mesin pastikan seluruh pengendali dan peralatan/indikator


peringatan dalam posisi normal.

4. Pastikan barang yang akan diangkut/dipindahkan tidak melebihi batas maksimum load
yang diijinkan (tidak over load) sesuai dengan kapasitas mesin.

5. Posisikan arah stick control dinetral sebelum menekan switch “ON-OFF”.

6. Dalam mengoperasikan fork lift harus selalu hati-hati dan waspada terhadap orang-
orang disekitar lokasi.

7. Jalankan forklift sesuai dengan buku panduan “Operation and Maintenance Manual”.

Rev. 02 CGM - 62
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Setelah selesai menggunakan fork lift, tempatkan pada posisi/area yang telah
ditentukan dan pastikan seluruh pengendali pada posisi netral dan hand brake pada
posisi ON.

9. Bersihkan bekas noda/kotoran sebelum meninggalkan fork lift (harus selalu


meninggalkan fork lift dalam keadaan bersih).

10. Laporkan segera kepada atasan bila terdapat irregularities.

CGM 11.1.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

CGM 11.2.0 Penggunaan Baggage Towing Tractor (BTT)

CGM 11.2.1 Persiapan

1. Mempersiapkan form/daily check list.

2. Mengikuti briefing debriefing.

3. Menerima tugas dari atasan.

4. Merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas.

CGM 11.2.2 Pelaksanaan

1. Melaksanakan Daily check fork lift dengan mengisi form Check List.

2. Pastikan operator telah mendapatkan training/otorisasi untuk menjalankan fork lift dan
mengerti/memahami tehnik-tehnik pengamanan/ketentuan untuk mengoperasikan
BTT.

3. Sebelum menghidupkan mesin pastikan seluruh pengendali dan peralatan/indikator


peringatan dalam posisi normal.

Rev. 02 CGM - 63
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Dalam mengoperasikan BTT harus selalu hati-hati dan waspada terhadap orang-orang
di sekitar lokasi.

5. Jalankan BTT sesuai dengan buku panduan “Operator’s Manual”.

6. Setelah selesai menggunakan BTT, tempatkan pada posisi/area yang telah ditentukan
dan pastikan seluruh pengendali pada posisi netral dan hand brake pada posisi ON.

7. Bersihkan bekas noda/kotoran sebelum meninggalkan BTT (harus selalu meninggalkan


BTT dalam keadaan bersih).

8. Laporkan segera kepada atasan bila terdapat irregularities.

CGM 11.2.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

CGM 11.3.0 Penggunaan Pallet Dolly

CGM 11.3.1 Persiapan

1. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan kerja (uniform, ID, dan PAS).

2. Mempersiapkan form/daily checklist.

3. Mengikuti briefing debriefing.

4. Menerima tugas dari atasan.

5. Merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas.

CGM 11.3.2 Pelaksanaan

1. Melaksanakan daily check pallet dolly dengan mengisi form checklist.

2. Pastikan operator telah mengerti cara penanganan pallet dolly sesuai dengan buku
manualnya.
Rev. 02 CGM - 64
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Hati-hati dan waspada saat menghubungkan pallet dolly dengan alat GSE ataupun saat
mendekati pesawat.

4. Dalam mengoperasikan pallet dolly harus selalu hati-hati dan waspada terhadap orang-
orang di sekitar lokasi.

5. Perhatikan berat maksimum yang diijinkan yaitu 15,000 lbs (6,800 kgs).

6. Perhatikan kecepatan maksimum yang diijinkan saat menarik pallet dolly :

a. Service road 25 KM/jam.

b. Make up / brake down area 15 KM/jam.

c. Apron 10 KM/jam.

7. Posisikan brake lever pada posisi lock (terkunci) pada saat pallet dolly dalam keadaan
diam/parker.

8. Release (unlock) brake lever pada saat pallet dolly ditarik.

9. Setelah selesai menggunakan pallet dolly, tempatkan pada posisi/area yang telah
ditentukan dan pastikan brake lever pada posisi lock (terkunci).

10. Bersihkan bekas noda/kotoran sebelum meninggalkan pallet dolly (harus selalu
meninggalkan pallet dolly dalam keadaan bersih).

11. Laporkan segera kepada atasan bila terdapat irregularities.

12. Lakukan pemeriksaan terhadap ULD yang rusak baik ULD yang akan diberangkatkan
maupun terhadap ULD yang datang, pemeriksaan tersebut harus dicatat dalam form
ULD checklist dan pastikan ULD yang akan diberangkatkan tidak berbahaya bagi
keselamatan penerbangan.

13. Bedakan antara ULD certified dan ULD non certified pada saat pemeriksaan ULD. ULD
certificated diawali dengan huruf A, misal AKE sedangkan ULD non certified diawali
dengan huruf D misal DKE.

14. Aturan mengenai tata cara penanganan ULD harus mengacu pada aturan airlines,
IATA-AHM, IATA ULD Technical Manual.

15. Pengisian ULD conditioning report adalah sebagai berikut :

a. Flight Number.

Rev. 02 CGM - 65
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Type of aircraft.

c. ATD (Actual Time Departure).

d. ATA (Actual Time Arrival).

e. Date.

f. Aircraft registration.

g. ULD number (ULD ID).

h. Kind of Trouble.

i. Tanda tangan petugas.

j. Tanda tangan checker.

16. Kode untuk pengisian kind of trouble adalah sebagai berikut

a. No 1 : lower door.

b. No 2 : upper door.

c. No 3 : door lock.

d. No 4 : door hanger.

e. No 5 : shear panel.

f. No 6 : Out Board Pannel.

g. No 7 : Out Board slope.

h. No 8 : Back panel.

i. No 9 : In Board panel.

j. No 10 : Top panel.

k. No 11 : Lower panel.

l. No 12 : Frame.

17. Isi nomer tersebut pada kolom “Kind of trouble”

18. Apabila ada non certified ULD yang akan diloading segera diinformasikan kepada
airlines untuk memastikan posisi penempatannya di dalam kompartemen pesawat.

Rev. 02 CGM - 66
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 11.3.3 Penyelesaian

1. Membuat laporan (shift over) menjelang akhir jam tugas.

2. Memberikan penjelasan khususnya pada hal yang penting pada petugas pengganti
(shift over).

3. Melaporkan kepada atasannya (Leader/Supervisor) tentang pelaksanaan tugasnya


setelah selesai.

4. Membuat laporan irregularities yang ditemukan dengan mengisi form PTPP, dan
Leader/Supervisor wajib menindaklanjuti kepada unit terkait untuk penyelesaiannya.

Rev. 02 CGM - 67
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.0.0 ALUR PROSES (FLOW CHART)

CGM 12.1.0 Acceptence Outbound

BAGAN ALUR : Acceptance Outbound

START

Persiapan

Menerima
Cargo & SLI

No Special Mengisi
Yes
Cargo ? Checklist

No

Kesesuaian
antara fisik
dgn checklist

OK ?

Yes

Check Berat
& Dimensi

Issued BTB

Check MAWB

Check sewa
No gudang &
Custom
Clearance

OK ?

Yes

Storage A

Rev. 02 CGM - 68
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.2.0 Storage Outbound

BAGAN ALUR : Storage Outbound

Storage

Dangerous Request From


Special Cargo Yes No
Goods ? Shipper ?

Yes
No
No

Small
Yes
Shipment ? Catat pada
Yes
BTB

No

Storage for Storage for


Small General DG Rack Cool Room Cold Storage Strong Room
Shipment Cargo

Menyiapkan
Cargo & Mail yang
Akan di build up

Mengelola buku
lokasi

Melaksanakan
Stock Opname C

Rev. 02 CGM - 69
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.3.0 Stock Opname Outbound

BAGAN ALUR : Stock Opname Outbound

Kumpulkan
Data cargo

Cross check di
gudang

Perbedaan Buat laporan


Yes
data ? irregularity

No

Laporan stock
opname

END

Rev. 02 CGM - 70
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.4.0 Build Up

BAGAN ALUR : Build Up

Start

Briefing
Airlines /
Build up Plan

Siapkan ULD
Ambil Cargo
& Build up
Di Storage
Equipment

Susun Cargo

NO

Finishing
B Yes Irregularity ? No
Build Up

Timbang
ULD &
Tagging

Penyerahan
Final Check
Ke Yes
OK ?
Movement

Pelaporan
Build Up

END

Rev. 02 CGM - 71
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.5.0 Document Processing Outbound

BAGAN ALUR : Document Processing Outbound

Start

Persiapan

Input data NO
build up

Checked
MAWB ?

YES

Special Issued
YES
Cargo ? NOTOC

NO

Split MAWB

Issue Cargo &


Mail manifest

Laporan ke
Unit terkait

Susun
dokumen ke
Boardtass

Antar
boardtass
Ke petugas
movement

Sent FFM Filling

END

Rev. 02 CGM - 72
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.6.0 Movement Outbound

BAGAN ALUR : Movement Outbound

START

Memastikan
informasi
penerbangan

Terima Cargo,
Mail & dokumen
dari
Unit terkait

Memeriksa
jumlah, jenis
kondisi ULD &
dollies

Serahkan cargo
ke
Operator BTT

Check Jumlah &


kondisi ULD / Cart
yg
Sudah di apron

Koordinasi dengan
OK ? No
Exp Warehouse

Yes

Serah Terima
Cargo
Dengan Loading
Master

Monitor loading

Koordinasi dengan
Exp Warehouse & Yes Off-Load ?
operator BTT

No

Menyerahkan
dokumen cargo ke
petugas RAMP

END

Rev. 02 CGM - 73
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.7.0 Movement Inbound

BAGAN ALUR : Movement Inbound

START

Pastikan :
- Flight Schedule
- Parking Stand

- Ambil dokumen
dari pesawat
- Monitor cargo &
Mail unloading

- Monitor penarikan
cargo & mail ke
gudang

- Serah terima cargo &


mail ke Acceptance
import

END

Rev. 02 CGM - 74
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.8.0 Acceptence Inbound

BAGAN ALUR : Acceptance Inbound

START

Persiapan

Terima dokumen
Terima Cargo &
dari petugas
mail
movement

Informasikan ke
Cargo transit
petugas transit Yes
& rush ?
dan rush

No
Pisahkan &
Dokumen
serahkan
transfer & Yes Check kondisi
dokumen untuk
rush ?
unit-2 terkait
END ULD / cart

No

Cross Check
antara manifest
dgn MAWB

Konfirmasi
OK ? No dengan Break down
airlines cargo

Yes

Cocokan cargo
Check data-2
No Revisi ? dengan manifest
MAWB

Yes
Irregularities
B Yes
?
Lakukan Revisi
Collect ?
dokumen
No

No
Yes Special Cargo
?

Serahkan Siapkan
MAWB ke dokumen untuk Yes
Airlines unit-2 terkait
No Catat dalam
laporan
breakdown

Serahkan
Membuat &
dokumen ke Kirim informasi
Mengirim NOA
unit-2 terkait via email / telex
dll ke unit-2
terkait

Serahkan cargo Laporkan ke


END Filing ke petugas unit-2 terkait &
storage airlines

Rev. 02 CGM - 75
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.9.0 Storage Inbound

BAGAN ALUR : Storage Inbound

START

Terima Cargo &


Catat dalam buku
lokasi

Simpan dalam
Special
Cool/cold/strong
Cargo ?
room

Tempatkan cargo
File
Sesuai MAWB

START

Rev. 02 CGM - 76
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.10.0 Stock Opname Inbound

BAGAN ALUR : Stock Opname Inbound

Kumpulkan
Data cargo

Cross check di
gudang

Perbedaan Buat laporan


Yes
data ? irregularity

No

Laporan stock
opname

END

Rev. 02 CGM - 77
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.11.0 Penyerahan Cargo & Mail Kepada Consignee

BAGAN ALUR : Penyerahan Cargo & Mail kepada Consignee

START

Persiapan

Menerima
dokumen dari
docpross

Informasi
Check Identitas
kedatangan cargo
consignee
(NOA)

Serahkan MAWB
ke consignee

Membuat laporan
AWD

Custom
Clearance

No

Memastikan
Clearance ? Yes Pembayaran sewa
gudang

Menyerahkan
cargo ke
consignee

Irregularities Yes B
No

Filling Membuat laporan


POD

END

Rev. 02 CGM - 78
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.12.0 Transfer International to International

BAGAN ALUR : Transfer International to International

START

Persiapan

Terima dokumen
Terima Cargo dari
dari acceptance
Acceptance import
import

Check kondisi
ULD & Cargo

Cross Check Cocokan cargo


antara ACTM/ dengan
AMTM dgn MAWB
MAWB / CN 38

Konfirmasi dengan Konfirmasi dengan


OK ? NO NO OK ?
airlines airlines

YES

YES Break down ?

NO
YES

Check data-2 Break down


MAWB / CN 38 proses

YES Irregularities ?
NO

NO

Catat dalam
OK ? laporan Re-build up
irregularities

YES

Siapkan dokumen Catat dalam


untuk unit-2 terkait laporan build up

Serahkan Kirim informasi via


dokumen ke unit-2 email / telex dll ke
terkait unit-2 terkait

Serahkan cargo
Laporkan ke unit-2
END Filing ke petugas
terkait & airlines
storage

Rev. 02 CGM - 79
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.13.0 Transfer Domestik to International

BAGAN ALUR : Transfer Domestik to International

START

Persiapan

Terima dokumen
Terima Cargo dari
dari acceptance
Acceptance import
import

Check kondisi
ULD & Cargo

Cross Check Cocokan cargo


antara ACTM/ dengan
AMTM dgn MAWB
MAWB / CN 38

OK ? No
Konfirmasi dengan
airlines B No OK ?

Yes

Break down ?
Yes

No
Yes

Break down
Check data-2 proses
MAWB / CN 38

B Yes Irregularities ? No

No

OK ? Re-build up

Yes

Siapkan dokumen Catat dalam


untuk unit-2 terkait laporan build up

Serahkan Kirim informasi via


dokumen ke unit-2 email / telex dll ke
terkait unit-2 terkait

Serahkan cargo
Laporkan ke unit-2
END Filing ke petugas
terkait & airlines
storage

Rev. 02 CGM - 80
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.14.0 Transfer International to Domestik

BAGAN ALUR : Transfer International - Domestik

START

Persiapan

Terima dokumen
Terima Cargo dari
dari acceptance
Acceptance import
import

Check kondisi
ULD & Cargo

Cross Check Cocokan cargo


antara ACTM/ dengan
AMTM dgn MAWB
MAWB / CN 38

OK ? No
Konfirmasi dengan
airlines B No OK ?

Yes Yes

No Check data-2
Break down ?
MAWB / CN 38

Yes

Break down
proses

No

OK ? B Yes Irregularities ?

Yes No

Serahkan cargo
Siapkan dokumen ke petugas
untuk unit-2 terkait gudang Domestik

Serahkan
dokumen ke unit-2 END Filing
terkait

Rev. 02 CGM - 81
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.15.0 Rush Handling

BAGAN ALUR : Rush Handling

START

Persiapan

Terima dokumen
Terima Cargo &
dari acceptance
Mail
import

Cross Check
antara manifest Check kondisi
dgn MAWB / ULD / cart
CN 38

Terima Manifest
Konfirmasi dengan
OK ? No dari petugas
airlines
Acceptance

No Yes Revisi ? Break down cargo

Yes
Yes

Check data-2 Lakukan Revisi Cocokan cargo


MAWB / CN 38 dokumen dengan manifest

OK ? B Yes Irregularities ?

Yes No

Catat dalam
Siapkan dokumen
laporan
untuk unit-2 terkait
breakdown

Serahkan Kirim informasi via


dokumen ke unit-2 email / telex dll ke
terkait unit-2 terkait

Serahkan cargo
Laporkan ke unit-2
END Filing ke petugas
terkait & airlines
storage

Rev. 02 CGM - 82
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.16.0 Penanganan Perishable Cargo & Mail

BAGAN ALUR : Penanganan Perishable Cargo & Mail

START

Break Down Pick Up Dokumen

Menghubungi Agent/
Consignee & Minta Melaksanakan Pemisahan &
persetujuan penempatan Penggandaan Dokumen
Cool/Cold Room

Import
Cool/Cold W/H
Terbitkan (mengisi
Room atau Entry Data
Form) surat persetujuan
Import W/H

Cool/Cold
Room

Tempatkan
Barang ke Cool/ Terbitkan DO
Cold Room

Delivery Proses

STOP

Rev. 02 CGM - 83
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.17.0 Irregularity Outbound

BAGAN ALUR : Irregularity Outbound

Menemukan
Irregularity
Import D
Export

DMCA ? SSPD /
No
(exp) Lebeh ?

Yes Yes

Pisahkan dari
Amankan / simpan
Cargo lain

Tentukan besar &


Info ke airlines
jenis kerusakan

Pemberitahuan ke
Fit for Origin station,
Journey ? transit station,
airlines

No

Melaksanakan
Yes Kembalikan ke Instruksi
shipper selanjutnya
Dari airlines

Buat laporan

END

Rev. 02 CGM - 84
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.18.0 Irregularity Inbound

BAGAN ALUR : Irregularity Inbound

D
Import No

DMCA ? FDCA ?
No STLD ?
(imp)
OVCD Surplus

Yes Yes

Pisahkan dari Catat dalam Overcarried Surplus Cargo


Cargo lain laporan

Yes

Tentukan besar & Laporan ke


jenis kerusakan Airlines Amankan / simpan Amankan / simpan

Pemberitahuan ke
origin station, Kirim telex ke Info ke airlines Info ke airlines
transit station, stasiun-2 terkait
airlines

Melaksanakan Melaksanakan
Instruksi Instruksi Buat surat koreksi
Buat laporan selanjutnya selanjutnya ke bea cukai
Dari airlines Dari airlines

Info ke origin
station

Filing

Buat laporan
irregularity

END

Rev. 02 CGM - 85
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.19.0 Missing cargo

BAGAN ALUR : Missing Cargo

START

Terima Laporan /
Telex kehilangan
cargo / pilfered

Lakukan verifikasi
data

Ditemukan ?

No

Buat berita acara

Yes

Lapor ke security

Kirim telex ke
stasiun-2 terkait

Info ke airlines Filing

END

Rev. 02 CGM - 86
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.20.0 Penanganan Komplain

BAGAN ALUR : Penanganan Komplain

START

Lisan Surat / Telex

Customer Customer
complain complain

Dengarkan Pelajari &


dengan seksama simpulkan

Menyampaikan
Sampaikan maaf
maaf atas
& janji akan
ketidaknyamanan
telusuri masalah
yang dirasakan

Konfirmasi tentang
Kumpulkan
pemahaman kita
dokumen
tentang materi
pendukung
complain

Catat untuk
Selesai disampaikan kpd Lakukan
No
seketika ? atasan / unit investigasi
terkait

Yes

Catat untuk
Beri penjelasan disampaikan kpd
Berikan solusi Selesai No
secara sistematis atasan / unit
terkait

Yes

Beri penjelasan
Filling Berikan solusi
secara sistematis

END

Rev. 02 CGM - 87
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.21.0 Penaganan Claim

BAGAN ALUR : Penanganan Klaim

START

Terima Surat
Claim

Pelajari isi claim

Kumpulkan data
pendukung

Klarifikasi dengan
petugas
bersangkutan

Analisa
permasalahan

Claim ?

Yes

Info ke GM No

Balas surat

END

Rev. 02 CGM - 88
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.22.0 Pembayaran Jasa Sewa Gudang & Kade

BAGAN ALUR : Pembayaran Jasa Sewa Gudang & Kade

START

Persiapan alat & Membuat


Form-2 DRSC

Check Kurs Catat di buku kas

Terima:
Simpan Uang di
BTB (export)
Brankas
MAWB (import)

Hitung Sewa END


Gudang & Jasa
Kade

Menerbitkan
NPSG

Menerima
Pembayaran

Rev. 02 CGM - 89
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.23.0 Penanganan Pesawat Freighter

BAGAN ALUR : Penanganan Pesawat Freighter

START

Siapkan informasi
ttg cargo &
penerbangan

Siapkan semua
form yang
diperlukan

Koordinasi &
briefing dengan
airlines

Special Koordinasi dgn


Yes
Info ? unit terkait

No

Final check cargo


Di apron

Koordinasi dengan
OK ? No
gudang

Yes

Cross check
kesiapan GSE

Koordinasi dengan
OK ? No
RAMP officer

Yes

Monitor proses
loading-unloading

Filling

END

Rev. 02 CGM - 90
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.24.0 UCM

BAGAN ALUR : UCM

START

Check Telex

Check Schedule &


Parking Stand

Check loading /
Unloading
ULD

Report to
Yes Irregularities
Airlines

NO

Catat di Form
Check fisik ULD

Catat di ULD
WMS dan Log
book

UCM

END

Rev. 02 CGM - 91
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.25.0 LUC / UCR

BAGAN ALUR : LUC / UCR

START

Permintaan dari Permintaan dari Pengembalian


agent airlines Pinjaman ULD

Check SCM &


Check SCM &
WMS Pre Info
WMS

Check di Staging
Konfirmasi ke Check kondisi
ULD
Airlines ULD

Info ke petugas
Check di Staging
Forklift Check LUC
ULD

Info ke petugas LUC / UCR Tempatkan ULD


Forklift Di staging

LUC / UCR Catat di buku &


Delivery
WMS

Delivery Info ke Airlines

Filling

END

Rev. 02 CGM - 92
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.26.0 SCM

BAGAN ALUR : SCM

START

Check ULD
System

Check buku SCM

Lakukan
pendataan ULD

Laporkan ke Perbedaan
Yes
airlines data ?

No

Catat di buku
SCM

Kirim telex SCM

Filling

END

Rev. 02 CGM - 93
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 12.27.0 GSE Cargo

BAGAN ALUR : GSE Cargo

START

Penugasan dari
Supervisor

Siapkan
perlengkapan No
kerja

Daily Check ?

Yes

Alat Siap
digunakan

Reposisi setelah
alat digunakan

Reporting
Ke Supervisor

END

Rev. 02 CGM - 94
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 13.0.0 STANDARD APPEARANCE MANUAL (SAM)

CGM 13.1.0 Ketentuan Umum Standar Penampilan Kerja

1. Setiap petugas yang melakukan fungsi pelayanan di Ramp Area/Apron Side harus
memperhatikan penampilan diri serta mengenakan pakaian seragam yang bersih dan
rapi dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Memenuhi Standar Appearance Manual yang telah ditentukan oleh Perusahaan.

b. Memakai perlengkapan kerja dan Personal Protective Equipment (PPE) / Alat


Pelindung Diri yang telah ditentukan oleh Perusahaan.

c. Rambut tidak diperkenankan panjang / gondrong, tidak boleh mengenai leher kemeja
dan harus senantiasa rapi.

d. Tidak diperkenankan memelihara jenggot atau bulu dagu.

e. Cambang yang dibiarkan tumbuh melebihi garis batas bawah daun telinga tidak
diperkenankan.

f. Kumis hanya dapat dibenarkan pemeliharaannya, selama terpelihara rapi dan sesuai
kepantasan panjangnya, serta tidak melebihi batas luar sudut bibir.

g. Kuku harus dipotong pendek tanpa melebihi ujung jari dan selalu terpelihara rapi.

CGM 13.2.0 Ketentuan Umum Standar Perlengkapan Kerja dan Personal


Protective Equipment (PPE)

1. Safety Shoes petugas Apron Side :

a. Bahan dari kulit dengan kelenturan dan kekuatan tinggi.

b. Warna sepatu hitam (coklat tua untuk wanita) dan tidak bertali.

c. Bahan/alas sepatu tidak keras/cukup lentur, anti slip tanpa paku ataupun logam,
tahan terhadap oli/bahan kimia lainnya.

d. Tahan benturan.

e. Tinggi hak sepatu tidak lebih dari 3 cm.

Rev. 02 CGM - 95
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Contoh seperti gambar berikut :

2. Sarung Tangan (Gloves) petugas GSE Operator WST/LST :

a. Bahan dari karet.

b. Tahan terhadap bahan kimia/tidak bereaksi terhadap bahan kimia.

c. Tidak tembus air (waterproof).

Contoh seperti gambar berikut :

3. Sarung Tangan (Gloves) petugas Load Master, GSE Operator, Porter :

a. Bahan dasar Cotton Polyester.

b. Menyerap keringat.

c. Tidak licin pada saat mengangkat barang.

Rev. 02 CGM - 96
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Contoh seperti gambar berikut :

4. Safety Vest

a. Bahan tahan air dengan warna dasar hijau (lime green), ukuran S/M/L.

b. Bagian depan menggunakan Velcro tape dari bahan dasar plastic.

c. Tulisan Gapura Angkasa disablon di bagian punggung dengan warna sesuai logo
asli.

d. Striplight warna silver dengan pantulan warna terang (lebar 5cm).

Contoh seperti gambar berikut :

Rev. 02 CGM - 97
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Jas Hujan (Rain Coat) :

a. Bahan tahan air (waterproof) warna hijau (lime green), ukuran S/M/L.

b. Restleting plastik dan kancing pada bagian depan.

c. Striplight warna silver (horizontal) dengan pantulan warna terang di bagian


depan/dada dan belakang/punggung (5 cm).

d. Logo Gapura di sablon di bag. Belakang/punggung dengan warna sesuai asli.

Contoh seperti gambar berikut :

6. Ear Plug (untuk petugas Load Master, Ramp Dispatch, A/C Line Maintenance)

a. Bahan dari material yang lembut yang tidak menimbulkan goresan pada kulit.

b. Mampu menahan kebisingan.

Contoh seperti gambar berikut :

Rev. 02 CGM - 98
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

CGM 14.0.0 KRITERIA SDM

CGM 14.1.0 Usia Minimum

Usia yang dipersyaratkan saat penerimaan awal bekerja pada jabatan untuk fungsi di
Aircraft Ground Movement adalah minimum 18 tahun dan maksimum 27 tahun.

CGM 14.2.0 Jenis Kelamin

Laki-laki atau perempuan

CGM 14.3.0 Pendidikan Formal

Pendidikan yang dipersyaratkan adalah minimum SLTA/D3 berbagai jurusan.

CGM 14.4.0 Persyaratan Fisik

1. Berbadan sehat

2. Tidak memiliki cacat fisik

3. Tidak buta warna

CGM 14.5.0 Persyaratan Soft Kompetensi

1. Services orientation

2. Oral communication

3. Ability to learn and follow procedures

4. Stress tolerance

5. Initiative

6. Fast learner

Rev. 02 CGM - 99
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Team orientation

CGM 14.6.0 Pelatihan Bidang Tugas

Pelatihan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Cargo Handling Officer x x x x x x x x x x

Supervisor Cargo x x x x x x x x x x

Keterangan:

1. Orientasi Perusahaan

2. DGR Initial

3. DGR Refresher

4. Basic Cargo Initial

5. Cargo Handling Refresher

6. Avsec Awareness

7. Avsec Awareness Refresher

8. Aircraft Access Door

9. Airside Safety

10. Airside Driver

Rev. 02 CGM - 100


MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 6 - AVIATION SECURITY (AVS)

A. TUJUAN

1. Standard Manual ini adalah program keamanan yang dibuat dalam rangka pemenuhan
persyaratan dalam menangani pengamanan operasional sesuai dengan standar
keselamatan dan keamanan.

2. Standard Manual Aviation Security ini disusun dan diterbitkan sebagai panduan untuk
melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi kegiatan operasional dari tindakan
melawan hukum berdasarkan peraturan yang berlaku.

3. Standar Manual ini dibuat sesuai dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan
yang dipersyaratkan dalam IATA ISAGO Manual dan Recommended Practices, regulasi
keamanan dan keselamatan ICAO, program keselamatan dan keamanan airlines serta
peraturan perundang-undangan negara yang mengatur keamanan dan keselamatan
penerbangan.

4. Standar Manual ini adalah milik PT. Gapura Angkasa, jika ada sebagian dan/atau
seluruh isinya yang bertentangan atau terdapat perubahan dengan ketentuan
perundang-undangan dan/atau persyaratan spesifik pelanggan maskapai penerbangan
pada saat itu akan dilakukan revisi/perubahan. Revisi hanya dilakukan oleh
Departemen yang memiliki otorisasi untuk penerbitan dan pengesahan.

B. RUANG LINGKUP

Standar Manual ini disahkan dan diterbitkan sebagai legal operasi untuk cakupan semua
aktivitas pengamanan di area pelayanan operasional dari tindakan melawan hukum.

AVS 1.0.0 KEBIJAKAN PENGAMANAN DAN ORGANISASI

AVS 1.1.0 Organisasi

1. Organisasi Aviation Security PT. Gapura Angkasa mencakup kegiatan jasa Ground
Handling yang tertuang dalam Annex A IATA Standard Ground Handling Agreement,
dalam pelaksanaan fungsi Aviation Security secara detail dan aplikatif dituangkan
dalam bentuk MANUAL, WI dan Prosedur yang menjelaskan: unit fungsi, SDM, sistem
kerja, tugas dan tanggung jawab maupun peralatan pendukung yang dipakai.

Rev. 02 AVS - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. PT. Gapura Angkasa, dalam melaksanakan fungsi pengamanan pelayanan operasional


penerbangan di darat/di bandara akan melakukan kegiatan-kegiatan pengamanan
sesuai kesepakatan atau perjanjian dengan pelanggan/Airline.

a. Hasil pelaksanaan pengamanan ditentukan oleh kualitas SDM dan sistem


pengorganisasian operasi atau pelaksanaan pengamanan.

b. Hasil investigasi terhadap ancaman tindakan melawan hukum akan disampaikan


kepada airlines maupun unit/badan pemerintah terkait.

c. Untuk mencapai hal yang dimaksudkan diatas, dalam setiap operasi atau
pelaksanaan pengamanan perlu diatur organisasi dan kekuatan personilnya.

d. Besar kecil organisasi dan susunan personalia dalam operasi atau pelaksanaan
operasional pengamanan di bandara disesuaikan dengan sasaran/ruang
lingkup/jangkauan yang harus diamankan.

3. Dalam pelaksanaan pengamanan terhadap ruang lingkup/area yang diamankan, maka


susunan organisasi dalam pelaksanaan pengamanan sebagai berikut:

a. Manager Safety, Security and Quality (Pimpinan Aviation Security) di kantor cabang
kelas Utama dan kelas 1 bertanggungjawab kepada General Manager dan kantor
cabang lain bertanggungjawab kepada Manager Operasi.

b. Chief/Supervisor/Officer/Head of Safety and Security (pimpinan operasional/


pengendali lapangan/pelaksana) bertanggung jawab kepada Head of Aviation
Security.

c. Pemeriksa/Investigator (diberikan kewenangan atas jabatan/ kompetensinya


bertindak untuk dan atas nama manajemen), bertanggung jawab secara profesional
kepada pimpinan tertinggi di kantor cabang atau dalam hal tertentu bertanggung
jawab kepada pimpinan tertinggi perusahaan.

d. Safety, Security and Quality Officer adalah pelaksana fungsi tugas operasional
pengamanan di Bandara sesuai dengan Aviation Security Manual dan/Aviation
Security Program.

AVS 1.2.0 Tugas dan Tanggung Jawab

1. Head of Safety,Security and Quality Assurance Cq. Safety, Security and Quality Control
Manager adalah jabatan tertinggi pada Aviation Security di PT. Gapura Angkasa yang
Rev. 02 AVS - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

bertanggung jawab dalam hal menyusun, menerbitkan, memelihara dan melakukan


revisi Aviation Security Manual, serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
Aviation Security Manual yang dilaksanakan di seluruh kantor cabang.

2. General Manager Cq. Manager atau Supervisor Safety, Security and Quality adalah
jabatan tertinggi pada Aviation Security di Kantor Cabang PT. Gapura Angkasa yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan Aviation Security Manual di Area Operasional
masing – masing cabang.

3. General Manager memberikan laporan kepada Direktur Operasi dalam hal


penyimpangan terhadap aspek pengamanan yang bersifat strategis dan memberikan
umpan balik atau masukan kepada Head of Safety,Security and Quality Assurance
apabila ada hal-hal yang perlu ditambahkan atau direvisi terhadap Aviation Security
Manual sesuai dengan dinamika sistem/program pengamanan dari Airline Customer
atau ketentuan Pemerintah.

4. Manajemen Security (Head of Safety, Security and Quality/Assisten Manager


Avsec/disesuaikan dengan kelas Cabang).

a. Menyusun program pengamanan Kantor Cabang.

b. Mengawasi fungsi team/group security, pemeriksa/investigator dalam pelaksanaan


operasi pengamanan berdasarkan organisasi dan fungsi.

c. Melakukan hubungan kerja dengan pihak – pihak terkait internal lingkungan PT.
Gapura Angkasa maupun external (pihak pengamanan bandara dan instansi
pemerintah yang terkait).

d. Membagi tugas pengamanan sesuai tingkat resiko dan kepentingan.

e. Mengawasi kesesuaian pelaksanaan operasi pengamanan dengan persyaratan,


rekomendasi, dan rencana/program pengamanan yang dilakukan chief security,
investigator dan anggota security.

f. Memeriksa ulang/mereview konsep laporan hasil operasi pelaksanaan pengamanan


yang disusun oleh ketua team/group security.

5. Chief Security (Supervisor/Group Leader disesuaikan dengan kelas cabang)

a. Memimpin pengamanan terhadap aktivitas organisasi dan fungsi obyek/sasaran


yang diamankan.

Rev. 02 AVS - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Merencanakan dan melaksanakan sesuai standar persyaratan, rekomendasi,


ketentuan, peraturan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan operasi pelaksanaan
pengamanan.

c. Menetapkan arah pengamanan berdasarkan kategori dan tingkat resiko keamanan.

d. Memberikan arahan, petunjuk, briefing kepada pemeriksa dan anggota Security


sebelum dan sesudah pelaksanaan operasi pengamanan.

e. Menganalisa dan menilai informasi sebagai dasar penyusunan konsep laporan, serta
memberikan kesimpulan yang obyektif dari aktivitas organisasi/fungsi yang
diamankan.

f. Menyiapkan laporan resmi dan tertulis yang berisikan kesimpulan yang cukup dari
aktivitas organisasi/fungsi yang diamankan.

g. Bertanggung jawab kepada Manajemen/Aviation Security Management.

h. Menyiapkan laporan investigasi untuk pihak internal/eksternal.

6. Pemeriksa/Investigator

a. Berupaya mendapatkan informasi sebagai dasar penyusunan pengamanan dan


pemeriksaan untuk mendapatkan kesimpulan yang obyektif dari aktivitas yang
diamankan atau diperiksa.

b. Meneliti apakah unit/organisasi yang bersangkutan melaksanakan


rencana/menjalankan sesuai dengan instruksi manajemen, ketentuan, kebijakan,
dan prosedur secara konsisten yang sesuai dengan tujuan perusahaan.

c. Melaksanakan pemeriksaan berdasarkan perintah pimpinan.

d. Memiliki kemampuan dan pengetahuan investigasi.

e. Mengumpulkan barang bukti pelanggaran

f. Melaporkan temuan – temuan pemeriksaan dan perkembangannya kepada pemberi


perintah.

7. Anggota Security

a. Melaksanakan rencana operasi/pelaksanaan pengamanan berdasarkan prosedur,


persyaratan, rekomendasi, ketentuan yang berlaku dari aktivitas fungsi organisasi
yang diamankan.
Rev. 02 AVS - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Menyiapkan kertas kerja dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan operasi
pengamanan berdasarkan aktivitas obyek sasaran yang diamankan.

c. Melaporkan temuan/iregularities dan kondisi yang tidak memuaskan dari aktivitas


obyek sasaran yang diamankan.

d. Menyusun/membantu penyusunan secara tertulis kepada pimpinan (pemeriksa,


ketua team) pada saat pemberian kesimpulan yang obyektif.

e. Membuat laporan resmi dan tertulis dan memberikan kesimpulan hasil pengamanan
dari aktivitas obyek sasaran yang diamankan.

f. Bertanggung jawab kepada Manajemen/Aviation Security Management.

AVS 1.3.0 Prosedur Investigasi

1. Investigasi dilaksanakan untuk kepentingan perusahaan dalam menindaklanjuti


ancaman terhadap penerbangan yang terjadi, sehingga solusi penyelesaian dapat
diambil dengan tepat dan cepat serta mencegah terjadinya tindakan yang merugikan
perusahaan.

2. Dalam pelaksanaan fungsi pemeriksaan/investigasi kewenangan diberikan dalam


bentuk surat tugas kepada pemeriksa oleh General Manager atau dalam hal khusus
oleh Pimpinan Perusahaan, sehingga secara profesional dalam hal
pertanggungjawaban/pelaporan hasil pemeriksaan bertanggung jawab kepada
pemberi kewenangan/manajemen.

3. Untuk mempercepat proses investigasi dalam kasus yang membutuhkan pemeriksaan


cepat, maka pimpinan perusahaan dapat menunjuk secara lisan investigator untuk
melaksanakan pemeriksaan kepada petugas terkait dalam upaya mendapatkan
keterangan maupun data dan fakta yang terjadi setelah berkoordinasi dengan Manager
Unit dari pegawai dimaksud dan selanjutnya surat penugasan tetap dikeluarkan pada
kesempatan pertama.

4. Pemeriksa yang ditunjuk wajib membuat rencana dan jadwal pemeriksaan yang
memuat objek pemeriksaan, petugas pelaksana pemeriksaan, materi pertanyaan
pemeriksaan, administrasi dan perkiraan biaya yang akan timbul.

5. Jika dibutuhkan sesuai dengan tingkat kesulitan pemeriksaan maka dapat dibentuk tim
pemeriksa untuk melaksanakan tugas investigasi.

Rev. 02 AVS - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Investigasi dilakukan dengan menggunakan metode analisis, observasi, wawancara,


evaluasi dan pemeriksaan.

7. Pemeriksaan terhadap pegawai tetap, PKWT, perbantuan dan outsoursing mengacu


pada ketentuan yang ada dalam PKB sedangkan untuk pemeriksaan external mengacu
pada kontrak yang ada serta norma hukum yang berlaku.

8. Dalam proses investigasi jika dibutuhkan maka pemeriksa dapat memanggil saksi-saksi
untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dan benar.

9. Untuk mendapatkan informasi khusus yang terkait dengan pengetahuan teknis


keahlian/skill tertentu maka pemeriksa dapat menggunakan saksi ahli/narasumber
untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan.

10. Mengumpulkan barang bukti berupa barang, alat maupun dokumen yang membuktikan
terjadinya ancaman terhadap penerbangan dan dipergunakan sebagai dasar untuk
pemeriksaan.

11. Melaporkan secara resmi dan tertulis laporan hasil pemeriksaan yang berisikan
kesimpulan obyektif dari aktivitas yang diperiksa serta saran perbaikan dan
pencegahan.

AVS 1.4.0 Program Pengamanan

1. Dalam implementasi konsep pengamanan dilapangan, perlu disusun suatu petunjuk


teknis dan petunjuk pelaksanaan yang selalu disesuaikan dengan dinamika sistem
pengaman yang selalu diselaraskan dengan peraturan Internasional maupun Nasional
yang dituangkan dalam bentuk Program Pengamanan.

2. Setiap langkah kerja pengamanan dalam bentuk instruksi yang harus dilakukan dan
terdapat sasaran serta ukuran keberhasilan yang dituangkan dalam bentuk Prosedur
maupun Work Instruction (WI) untuk suatu proses pekerjaan yang lebih detail. Setiap
langkah kerja pengamanan dalam prosedur maupun work instruction pengamanan
harus jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan dalam pelaksanaannya.

3. Setiap pegawai/karyawan yang terlibat dalam kegiatan penerbangan harus mengikuti


pengenalan kepedulian terhadap pengamanan penerbangan (Security Awareness).

4. Pemeriksaan latar belakang semua karyawan dilakukan untuk menjamin tidak


terjadinya kemungkinan tindakan melawan hukum yang melibatkan unsur internal.

Rev. 02 AVS - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Pemeriksaan mencakup identitas, pengalaman, catatan kepolisian maupun catatan


tindakan melawan hukum.

5. Untuk menjamin serta memenuhi persyaratan pelanggan/Airline Customer


Requirement dan dengan tidak mengabaikan Regulasi Nasional maupun Internasional,
PT. Gapura Angkasa menetapkan suatu Sistem Manajemen Kualitas (Aviation Security
Quality Management) dimana implementasi/pelaksanaan pengamanan yang sistematis
dan tepat sasaran dituangkan dalam suatu petunjuk teknis operasional pengamanan
dalam bentuk prosedur maupun work instruction di masing-masing kantor cabang.

AVS 1.5.0 Kategori Tindakan Pengamanan

1. Tindakan pengamanan dibagi menjadi dua kategori, yaitu Tindakan Pengamanan


Standar (Standard Security Measures-SSM) dan Tindakan Pengamanan Tambahan
(Additional Security Measures-ASM). Dalam hal tindakan Pengamanan Tambahan,
untuk kemudahan penyebutan, ditandai dengan kode warna atau angka untuk tingkat
ancaman/bahaya yang akan ditimbulkan.

2. Tindakan Pengamanan Standar diberlakukan oleh airline atau Ground Handling agent
dalam operasi sehari-hari. Tindakan-tindakan tersebut merupakan bagian utama isi
Aviation Security Manual dan/atau Security Program dan diikhtisarkan dalam prosedur
kerja Aviation Security (Prosedur/Instruksi Kerja).

3. Tindakan Pengamanan Tambahan disusun untuk digunakan pada situasi ancaman


meningkat (situasi kuning, dan situasi merah). Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan
atas arahan badan pemerintah atau merupakan inisiatif airline. Bila merupakan inisiatif
airline, maka airline harus segera melaporkan tindakannya itu kepada pejabat yang
berwenang.

AVS 1.6.0 Pelaksanaan Pengamanan

1. Sebelum pengamanan dilakukan, petugas yang ditunjuk harus melakukan persiapan


yang matang yaitu mendapatkan sebanyak mungkin informasi tentang obyek sasaran
yang diamankan. Dari keadaan, jenis dan sifat kegiatan, termasuk informasi-informasi
yang relevan, antara lain:

a. Pertemuan dengan pimpinan tertinggi unit fungsi obyek yang diamankan.

Rev. 02 AVS - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Mendapatkan informasi umum tentang aspek – aspek yang berhubungan dengan


kegiatan unit fungsi yang diamankan.

c. Meneliti hasil pengamanan sebelumnya (intern/extern).

d. Mempelajari persyaratan, prosedur, ketentuan peraturan yang berlaku di obyek


sasaran yang diamankan.

e. Mempelajari dan memahami jaringan hubungan kerja dan fasilitas dari obyek
sasaran yang diamankan.

f. Mengevaluasi kemungkinan diperlukannya bantuan tenaga ahli dari luar.

2. Ketaatan dan konsistensi unit, organisasi, karyawan/petugas, pejabat perusahaan


terhadap kebijakan, prosedur, persyaratan standard peraturan yang sudah ditetapkan.

3. Melakukan passenger dan baggage screening serta reconciliation terhadap setiap calon
penumpang dan barang miliknya di check in area, baggage make up area, transfer
desk, break down baggage arrival, pesawat, ruang kedatangan penumpang, boarding
lounge.

4. Menolak dan melarang terhadap orang/petugas yang tidak berkepentingan


(unauthorized person) untuk berada di check in area, baggage make up area, lost and
found, break down baggage arrival, transit/transfer desk, boarding lounge, dan di
pesawat dan area sekitar pesawat yang sedang dalam pengamanan operasional.

5. Mewaspadai “perilaku aneh” calon penumpang, awak pesawat, petugas/karyawan


diluar kebiasaan seperti :

a. Gugup/Bingung

b. Terlalu agresif atau tidak kooperatif

c. Pasif

d. Memalingkan pandangan/menghindari tatapan

e. Terasing

f. Murung

6. Menolak dan melarang kendaraan yang tidak mempunyai ijin sebagaimana ketentuan
yang berlaku dan/atau ketentuan khusus yang berlaku berada di area
keberangkatan/kedatangan pesawat udara, make up area maupun kargo area.
Rev. 02 AVS - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Pengukuran Kegiatan Pengamanan (Activity Measurement) ditujukan untuk


mendapatkan pengukuran yang memadai tentang kegiatan - kegiatan obyek yang
diamankan dan sisi pandang/perspektif yang cukup, dalam mempertimbangkan
permasalahan yang timbul, untuk diambil suatu tindakan. Tindakan - tindakan
dilakukan dengan menganalisa sebab terjadinya permasalahan, dan melakukan
perbandingan.

a. Membandingkan jumlah penumpang dan muatan yang sebenarnya dengan jumlah


menurut load sheet, passenger manifest, cargo manifest, notoc, invoice, packing
sheet, dll.

b. Membandingkan pelaksanaan - pelaksanaan kegiatan obyek sebenarnya dengan


persyaratan, standard procedure dan ketentuan peraturan yang telah ditetapkan.

c. Melakukan analisa - analisa penyimpangan atau perbedaan dalam perbandingan


diatas.

AVS 2.0.0 ACCESS CONTROL

AVS 2.1.0 Umum

1. Hanya penumpang yang memiliki Boarding Pass yang sah serta sesuai dengan nomor
penerbangannya untuk dapat masuk pesawat pada saat proses boarding dan hanya
karyawan yang mengenakan Pass sesuai dengan identitas diri dan masih berlaku
sesuai dengan wilayah kerja serta saat bertugas yang diperbolehkan berada /
mendekati pesawat di Ramp Area.

2. Setiap orang yang berada atau bekerja di area pergudangan harus dapat menunjukkan
kartu tanda pengenal yang berlaku sesuai ketentuan

3. Pintu menuju area keamanan terbatas (Restricted Public Area), pintu penerimaan
maupun pintu pengiriman kargo hendaknya dikontrol dengan ketat. Pastikan pintu
tersebut dapat ditutup, dikunci maupun dapat diawasi dengan mudah. Hanya
karyawan dengan ijin tertentu dapat melewati pintu tersebut.

4. Setiap orang berkewajiban melaporkan apabila ada orang tanpa ijin yang jelas berada
di area kedatangan dan keberangkatan pesawat, daerah penerimaan, penyimpanan
maupun pengiriman kargo. Setiap pergerakan personil maupun kendaraan dalam area
tersebut harus diberikan pengawasan yang memadai.

Rev. 02 AVS - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Kargo, paket maupun pos harus tersimpan dalam area terkontrol dan selalu diawasi.

6. Pada saat penerimaan karyawan, setiap calon karyawan harus menjalani background
check (pemeriksaan latar belakang) identitas dan pengalaman sebelumnya termasuk
kemungkinan kejadian kriminal sesuai dengan persyaratan yang berlaku pada otoritas
keamanan penerbangan sipil.

AVS 2.2.0 Kartu Tanda Pengenal

1. Setiap karyawan yang bertugas harus mempergunakan kartu tanda pengenal sesuai
dengan area kerja dan dipakai di tempat yang mudah terlihat.

2. Kartu tanda pengenal karyawan yang telah mengundurkan diri, keluar dari perusahaan
harus diserahkan kembali kepada perusahaan.

3. Tidak setiap orang dapat dilibatkan dalam persiapan kargo baik domestic maupun
internasional. Pastikan hanya karyawan yang bertugas yang terlibat dalam pekerjaan
tersebut.

4. Tidak setiap orang/tamu dapat memasuki area kerja baik di daerah pesawat, terminal
maupun kargo. Pastikan penggunaan kartu pengunjung/tamu untuk memastikan
kondisi tetap steril.

5. Setiap kehilangan kartu tanda pengenal harus dilaporkan kepada pihak/unit terkait.

6. Setiap personil yang mengetahui atau melihat penyimpangan/pelanggaran terhadap


persyaratan/ketentuan pas bandar udara wajib menegur dan melaporkan kepada
Aviation Security atau langsung kepada petugas keamanan bandar udara.

7. Dokumen penerbangan berupa baggage tag, boarding pass, cargo tag, maupun label
yang tercetak secara elektronik, dan sebagainya harus dibatasi dan dikendalikan.
Hanya petugas yang berwenang yang diperbolehkan untuk mempergunakannya.

8. Semua dokumen penerbangan dan rekamannya harus disimpan di tempat yang aman
dan terkunci untuk mencegah penggunaan yang tidak sah.

AVS 2.3.0 Parking Aircraft

1. Pintu pesawat yang parkir lama hendaknya dipastikan telah tertutup. Dipastikan tidak
terdapat akses yang terbuka menuju pesawat tersebut. Pax Boarding Stair (PBS)
maupun tangga maintenance (jika tidak ada kegiatan maintenance) dijauhkan dari

Rev. 02 AVS - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

area parkir pesawat untuk mencegah adanya penyusupan. Pastikan PBS/MPS tangga
maintenance dalam keadaan di lock/wheelchock.

2. Pesawat RON (Remain Over Night) pada malam hari harus dipastikan mendapat
penerangan yang cukup dan seluruh pintu dalam keadaan tertutup Dipastikan tidak
terdapat akses yang terbuka menuju pesawat tersebut. Pax Boarding Stair (PBS)
maupun tangga maintenance (jika tidak ada kegiatan maintenance) dijauhkan dari
area parkir pesawat untuk mencegah adanya penyusupan.

AVS 2.4.0 Preflight Security Check

1. Pastikan sebelum keberangkatan pesawat tidak terdapat senjata, bahan peledak


maupun benda berbahaya lainnya yang dapat membahayakan pesawat maupun
penumpangnya sebelum keberangkatan pesawat.

2. Lakukan pemeriksaan secara visual pada cabin pesawat, termasuk toilet maupun
tempat persiapan penyajian makanan (galley), tempat duduk maupun lorong diantara
tempat duduk dan tempat penyimpanan bagasi. Apabila terdapat benda yang dicurigai
lakukan identifikasi, verifikasi kepemilikan benda tersebut, evakuasi personnel bila
diperlukan, tutup akses masuk ke pesawat dan segera dilaporkan kepada supervisor
atau pihak yang berwenang.

3. Lakukan pemeriksaan secara visual pada bagian luar pesawat termasuk daerah wheel
wells. Laporkan apabila ada hal yang mencurigakan.

4. Pastikan petugas boarding gate melakukan pemeriksaan terhadap identitas dari setiap
penumpang dan dicocokan dengan boarding pass yang ada.

AVS 2.5.0 Transit atau Short Turn Arround

1. Hanya penumpang dan karyawan in charge yang dapat mendekati pesawat. Pintu
pesawat tidak harus tertutup, namun harus berada dalam pengawasan secara terus
menerus.

2. Apabila penumpang transit diharuskan untuk turun dari pesawat pada titik pertama
oleh airlines, maka harus dipastikan bahwa semua penumpang beserta hand baggage
turun dari pesawat. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak terdapat bahan
berbahaya yang sengaja ditinggalkan di dalam pesawat terbang.

Rev. 02 AVS - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Pastikan setiap penumpang memasuki pesawat sesuai tujuannya, lakukan pemisahan


antara penumpang kedatangan dengan penumpang keberangkatan di ramp area untuk
mencegah terjadinya penyusupan.

AVS 3.0.0 PENGAMANAN TERHADAP PENUMPANG DAN BAGASI

AVS 3.1.0 Check-In

1. PT. Gapura Angkasa menjamin setiap dokumen perjalanan termasuk tiket cocok
dengan penumpangnya (passenger screening and reconciliation and passenger
profiling dan security questioning) dengan cara:

a. Lakukan pemeriksaan terhadap karakteristik calon penumpang, laporkan kepada


supervisor atau atasan apabila menemukan calon penumpang dengan perilaku yang
tidak wajar seperti:

a.1 Nervous atau gelisah

a.2 Agresif atau terlalu bersahabat

a.3 Pasif, menghindari tatapan mata

b. Lakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen


penerbangan. Dokumen penerbangan (tiket, paspor, visa dan sebagainya) harus
sesuai dengan calon penumpang. Setiap penumpang harus dapat menunjukkan
dokumen penerbangan yang berlaku. Lakukan pemeriksaan antara lain pada:

b.1 Masa berlaku tiket dan paspor

b.2 Area berlakunya visa

c. Lakukan pemeriksaan kesesuaian tiket dengan penumpang, penumpang dapat


diminta menunjukkan tanda pengenalnya.

d. Pastikan penumpang yang telah melewati pemeriksaan dan telah berada di daerah
steril tidak tercampur dengan orang/ penumpang yang belum diperiksa.

2. Checked baggage/bagasi hanya akan diterima melalui check in counter yang resmi
(sudah ditentukan alokasi peruntukannya) untuk diangkut ke tujuan sesuai dengan
tujuan penumpang, serta diangkut dengan pesawat yang sama dengan pemiliknya.
Setiap penyimpangan hendaknya dilakukan pencatatan.

Rev. 02 AVS - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Checked baggage/bagasi hanya akan diterima dari penumpang bertiket, dan hanya
akan diterima oleh petugas resmi dari Airline dan atau Ground Handling Agent.

4. Lakukan pertanyaan (security question) kepada penumpang antara lain:

a. Apakah ini bagasi milik Bapak/Ibu?

b. Apakah Bapak/Ibu mengemas sendiri bagasi ini?

c. Apakah Bapak/Ibu membawa barang-barang untuk orang lain?

d. Apakah Bapak/Ibu pernah meninggalkan bagasi ini setelah bagasi dikemas?

Catatan: Bila jawaban penumpang meragukan, laporkan kepada supervisor. Bagasi


harus diperiksa ulang dengan x-ray ataupun pemeriksaan secara manual.

5. Penumpang harus dijelaskan mengenai ketentuan LAGs (Liquid, Aerosol and Gels)
untuk penumpang tujuan internasional atau penumpang dengan penerbangan
terhubung dengan penerbangan internasional, dimana terdapat pembatasan yang
diperbolehkan:

a. Tiap item maksimal 100 ml.

b. LAGs ditempatkan dalam kantung plastic transparan re-sealable yang isinya bila
dijumlah tidak lebih dari 1 liter dengan ukuran 30 x 40 cm.

c. Kemasan LAGs lebih besar dari 100 ml tidak diijinkan meskipun tidak terisi penuh.

d. Setiap penumpang hanya diperbolehkan membawa 1 (satu) kantung.

e. Pembelian LAGS dari airport duty free shop harus dimasukkan dalam security
tamper evident bag (STEB) kantung plastic transparan dan tersegel serta
menunjukkan bukti pembelian.

f. LAGs yang terdeteksi dan tidak sesuai dengan ketentuan ICAO Recommended
Practices akan disita.

g. Pengecualian terhadap obat-obatan dengan resep dokter dan makanan bayi.

6. Semua checked baggage/bagasi harus dilengkapi dengan tag/label yang menunjukkan


no penerbangan, tujuan, maupun berat bagasi. Keterangan dalam tag/label harus
terdokumentasi.

7. Checked baggage/bagasi harus dilindungi dan diawasi mulai dari saat penerimaan
bagasi sampai di pesawat terbang.
Rev. 02 AVS - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Checked baggage/bagasi harus dilindungi dan diawasi dari tindak gangguan melawan
hukum dan bagasi akan diterimakan kepada pemiliknya di tujuan.

a. Pengamanan di area Baggage Make up

a.1 Area Baggage Make up harus selalu berada dalam pengawasan dan
pengamanan.

a.2 Akses menuju area tersebut harus selalu dalam pengawasan dimana tidak
setiap orang dapat memasuki area Baggage Make up.

a.3 Setiap pengiriman bagasi dari area Baggage Make up menuju pesawat dan
sebaliknya berada dibawah tanggung jawab operator. Operator bertanggung
jawab terhadap keamanan bagasi yang ditangani.

b. Pengamanan untuk bagasi transfer/transferred checked baggage

b.1 Transfer baggage tidak dilakukan di area terbuka, cukup penerangan dan
selalu dalam pengawasan.

b.2 Pelaksanaan transfer baggage harus disertai dengan dokumen pendukung yang
mudah ditelusur ulang.

c. Pengawasan bagasi yang tertinggal/Hold Baggage

c.1 Bagasi yang tertinggal/Hold Baggage harus selalu tercatat dan tersimpan dalam
ruangan yang terkunci dan selalu dalam pengawasan sebelum
diambil/dikembalikan kepada pemilik atau dipindahkan ke airlines lainnya.

c.2 Rush Baggage tidak dapat diberangkatkan ke tujuan kecuali disertai dengan
laporan/berita tentang kehilangan bagasi dari stasiun/kantor cabang tujuan.

d. Pengamanan penyimpanan bagasi

d.1 Bagasi yang tidak diketahui pemiliknya harus di catat dan diamankan ke daerah
tertentu yang tidak dapat diakses setiap orang.

d.2 Bagasi wajib diperiksa ulang jika diperlukan.

e. Pengamanan bagasi yang mencurigakan

e.1 Bagasi yang mencurigakan tidak dapat diangkut dengan pesawat sebelum
dilakukan pemeriksaan secara manual.

Rev. 02 AVS - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e.2 Pemeriksaan secara manual dilakukan didepan penumpang/pemilik bagasi oleh


pihak Authority atau pihak berwenang lainnya.

9. Jika pesawat digunakan untuk charter flight dan seluruh penumpangnya naik dari
terminal bandar udara, seluruh penumpang dan barang miliknya (bagasi, barang
cabin) harus melalui screening seperti diberlakukan kepada penumpang dan barang
miliknya pada penerbangan reguler.

10. Diperlukan penanganan khusus untuk penerbangan dengan kategori VIP atau
penerbangan charter, lakukan koordinasi secara menyeluruh dengan pihak airline,
bandar udara, pemerintah, penegak hukum maupun staff protokol dari penumpang VIP
tersebut.

11. Lakukan pengaturan khusus terhadap pengamanan pesawat, bagasi, catering, cargo,
dan sebagainya yang terkait dengan penumpang/penerbangan VIP tersebut.

12. Check in secara kelompok/groups hanya diperbolehkan apabila pimpinan


kelompok/group leader dapat mengidentifikasi setiap bagasi dengan nama anggotanya
dan jumlah masing-masing bagasi. Setiap bagasi harus disertai dengan tag/label yang
menjelaskan nama penumpang, tujuan dan nama kelompok/group.

13. Setiap pimpinan kelompok/group leader bertanggung jawab untuk kebenaran data saat
check in dan harus dinyatakan dengan secara tertulis. Pimpinan kelompok/groups
harus terbang bersama dengan kelompok/groupsnya.

14. Apabila penumpang membawa senjata (security item), harus diserahkan kepada
petugas check-in, tidak dibawa sendiri oleh penumpang yang bersuangktan.

15. Senjata tidak boleh dibawa diruang penumpang (cabin penumpang) atau charter yang
dioperasikan oleh Airline. Senjata yang secara sah dimiliki penumpang sesuai ijin yang
berlaku di suatu negara, harus diperlakukan dan di proses sebagai “security item”.

16. Senjata api harus dikosongkan dan amunisi/peluru dapat diangkut sebagai dangerous
goods pada pesawat, dengan ketentuan-ketentuan ICAO diberlakukan dan dokumen-
dokumen persyaratan Airline/pengangkut harus dipenuhi, dan / atau sepanjang tidak
melanggar peraturan negara-negara yang dilalui.

17. Peraturan pemerintah Indonesia melarang senjata api pribadi dimasukkan ke wilayah
Indonesia, kecuali telah ada ijin persetujuan dari pejabat berwenang / dan atau
Kepolisian Republik Indonesia.
Rev. 02 AVS - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

18. Pada saat penumpang menyerahkan bagasinya untuk diangkut, Airline sesuai
peraturan setempat harus mengingatkan kewajiban penumpang untuk menyatakan
bila ia (penumpang) membawa senjata dan atau benda pengancam lainnya di dalam
bagasi miliknya/checked baggage.

19. Pemberitahuan kepada penumpang dapat secara lisan atau menggunakan


pemberitahuan yang berbunyi: “Peraturan pemerintah Indonesia mewajibkan setiap
senjata yang ada pada bagasinya diberitahukan/dinyatakan oleh pemiliknya
(penumpang) dan diserahkan dalam keadaan kosong (tanpa peluru) dan atau
pemerintah negara Indonesia melarang dibawa masuknya senjata api kedalam wilayah
negara Indonesia (kecuali telah ada ijin persetujuan dari pejabat berwenang/dan atau
Kepolisian Repiblik Indonesia, penumpang yang mengabaikan peringatan ini
mempunyai potensi/kemungkinan untuk dikenakan tuduhan melanggar peraturan”.

20. Penyerahan senjata dan/atau benda pengancam (security item) tersebut dilakukan
dengan tanda bukti berupa tanda terima yang ditandatangani petugas check-in dan
nama jelas terdiri rangkap 3 masing-masing :

a. lembar 1 untuk penumpang yang bersangkutan

b. lembar 2 untuk petugas check-in

c. lembar 3 untuk security item ke tujuan

21. Security item dibawa oleh petugas security ke pesawat untuk ditempatkan dalam
security item box atau tempat lain yang telah disediakan oleh airline.

22. Petugas Security yang mengetahui adanya security item segera mencatat dalam
catatan tersendiri baik jenis, jumlah maupun tujuan dari security item. PIC harus
mendapat informasi perihal tersebut melalui NOTOC.

23. Masukkan security item ke dalam security item box

24. Di tempat tujuan barang/bahan/alat tersebut akan diturunkan sebagaimana bagasi


yang lain dan melalui pemeriksaan standar (termasuk pihak pabean / bea cukai). Bila
security item tersebut berwujud senjata api dan atau bahan peledak, dan bila
diharuskan oleh peraturan setempat penyerahannya kepada penumpang/pemilik,
diperlukan kesaksian law enforcement officer setempat dipintu keluar kedatangan.

Rev. 02 AVS - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Catatan: penanganan untuk security item ini agar disesuaikan dengan peraturan
masing-masing airline.

Pemuatan security item box di pesawat di lakukan paling akhir (last minute) sebelum
pesawat take off dan penurunan security item box di stasiun kedatangan dilakukan
paling awal setelah pintu cargo door compartment dibuka oleh petugas load master.
Pemuatan security item dalam SIB dilakukan oleh petugas aviation security dan
NOTOC diberikan ke PIC oleh petugas Ramp.

25. Penanganan Senjata Api yang dibawa Air Marshall

a. Petugas Security masuk terlebih dahulu setelah pax disembark untuk melakukan
serah terima senjata api dengan Air Marshall.

b. Melakukan serah terima senjata api meliputi: jenis, jumlah senjata api, jumlah
peluru dan kondisinya.

c. Setelah dilakukan serah terima dengan Air Marshall dan menanda tangani berita
acara serah terima, petugas security tetap berada didalam pesawat bersama
dengan senjata api yang sudah diserahkan sampai senjata api tersebut diserah
terimakan kembali dengan Air Marshall pengganti.

d. Pada saat akan boarding petugas security menyerahkan senjata api dan peluru
kepada Air Marshall di cabin pesawat dengan dibuatkan berita acara.

Rev. 02 AVS - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Contoh form penerimaan security item

Rev. 02 AVS - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AVS 3.2.0 Screening dan Boarding

1. Pastikan setiap orang, penumpang dan semua barang miliknya telah diperiksa sebelum
memasuki sterile area yang digunakan untuk penumpang berangkat. Steril area
tersebut harus diamankan secara standar keamanan terhadap kemungkinan orang
masuk dan atau keluar ruang keberangkatan tanpa ijin.

2. Screening terhadap penumpang akan dilakukan sesuai prosedur yang ditentukan oleh
pengelola bandara dan bila perlu ditingkatkan lagi oleh pihak Airline/perusahaan
angkutan udara atau Ground Handling yang ditunjuk.

3. Semua penumpang berikut barang bawaan cabin harus diperiksa, kecuali secara
tertulis dinyatakan dibebaskan oleh pejabat berwenang dari pemerintah.

4. Tidak ada seorang penumpang pun masuk ke pesawat udara kecuali telah dinyatakan
clear oleh alat deteksi atau diperiksa secara fisik terhadap barang cabin setiap
penumpang. Tujuannya untuk menemukan jika ada senjata atau barang berbahaya
lain.

5. Setiap senjata atau benda yang tak dapat diidentifikasikan yang ditemukan pada
proses screening akan ditahan dan bersama pemiliknya dihadapkan ke pihak Airline
dan atau petugas law enforcement officer guna tindak lanjut pengamanannya.

6. Benda/barang/bahan/alat yang ditahan dapat diangkut asal disimpan ditempat yang


telah ditentukan, dan akan dikembalikan kepada pemiliknya pada saat tiba ditujuan.
Airline/perusahaan angkutan udara sesuai ketentuan setempat dapat melaporkan
benda/barang/bahan/alat tersebut kepada pejabat berwenang.

7. Sebagai tindakan standar, jika diperlukan sesuai situasi dan persentase tertentu (5-
10%) dari barang bawaan cabin penumpang/carry on baggage dapat dilakukan
secondary screening atau sesuai petunjuk dan kebutuhan dari pelanggan.

8. Aviation Security atas nama Airline akan menolak mengangkut orang/penumpang atau
barang milik bawaannya yang akan menggunakan pesawat bila orang/penumpang
yang bersangkutan tidak mengijinkan dirinya dan bagasinya diperiksa, atau orang itu
tidak mengijinkan barang bawaannya/carry on baggage diperiksa.

9. Airline harus menyediakan ruang/tempat yang aman untuk menyimpan bagasi yang;
salah label, salah muat, tidak diambil pemiliknya dan atau tidak dikenali bagasi

Rev. 02 AVS - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

tersebut, dan atau untuk diteruskan pengangkutannya, dan atau dimusnahkan sesuai
peraturan yang berlaku di Airline / perusahaan penerbangan.

10. Airline akan melakukan screening terhadap Diplomat atau kurir diplomatic beserta
carry-on baggage yang dibawanya. Kantong diplomatic (Diplomatic Pouches/Consular
Bags) yang bertanda/segel/cap resmi negaranya tidak akan discreening/diperiksa.
Perkecualian tersebut bersifat terbatas. Penumpang dengan category diplomat akan
mendapat pengawalan dari terminal sampai ke pesawat

11. Airline bila perlu dapat melakukan screening yang terpisah dari penumpang lainnya,
misalnya untuk orang cacat/sakit, dan atau pembawa barang kiriman sangat berharga.
Tempat untuk itu dapat dikelola oleh bandar udara. Dalam hal penanganan khusus,
screening akan dilakukan secara;

a. Pemeriksaan fisik atau menggunakan alat X-Ray dan atau peralatan pendeteksi
lainnya terhadap seluruh carry on baggage miliknya.

b. Screening badan menggunakan alat hand held metal detection device atau
pemeriksaan fisik terhadap penumpang.

12. Airline dapat mengangkut Custody (tahanan) yang harus dikawal (escort) dengan
persyaratan sebagai berikut:

a. Pembukuan untuk penumpang kategori narapidana harus diterima 3 (tiga) jam


sebelum jadwal penerbangan dan harus disertai dengan pengawalan (escorter).

b. Pengawalan (escorter) diperlukan apabila penumpang diperkirakan dapat


menimbulkan bahaya terhadap keamanan penerbangan.

c. Laporkan kepada pihak airline secara tertulis perihal keberadaan penumpang


dengan kategori tersebut beserta pengawal (escorter).

d. Terhadap penumpang dengan kategori tersebut, lakukan pemeriksaan secara


menyeluruh berikut bagasi bawaannya.

e. Minimum seorang pengawal mengantar setiap person in custody yang dinyatakan


“tidak berbahaya” oleh instansi yang menahannya. Pengawal (escort) tidak boleh
awak pesawat tersebut.

Rev. 02 AVS - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. Minimum 2 orang pengawal mengantar setiap tahanan yang dinyatakan


“berbahaya” oleh instansi yang menahannya. Hanya seorang tahanan berbahaya
yang akan diangkut pada tiap penerbangan.

g. Makanan dan minuman yang disajikan kepada tahanan harus seijin pengawalnya,
minuman beralkohol dilarang disajikan kepada tahanan dan atau pengawalnya.

h. Tahanan dan pengawalnya akan naik pesawat sebelum penumpang lainnya, dan
bila dapat didudukkan pada tempat paling belakang. Mereka tidak boleh duduk
disebelah atau diseberang pintu keluar / pintu darurat, bila tahanan tersebut hanya
diantar oleh pengawal tunggal maka ia harus di dudukkan ditempat duduk dekat
jendela, bila tahanan diantar oleh dua pengawal maka ia harus di dudukkan
diantara kedua pengawalnya.

Catatan: Jumlah tahanan yang dapat diangkut tanpa pengawal tergantung pada
Airline yang dapat menilai tentang resiko tahanan ini bila diangkut. Mereka yang
tergolong ini, diantaranya orang yang tiba di suatu negara tanpa dokumen
perjalanan yang cukup dan sah, dan atau telah melewati batas ijin tinggal
(overstay).

AVS 4.0.0 PENGAMANAN PESAWAT DAN AREA KEGIATAN OPERASIONAL

AVS 4.1.0 Keberangkatan Pesawat

1. Setiap petugas aviation security harus sudah berada di area


keberangkatan/kedatangan 15 (lima belas) menit sebelum ETD. Lakukan penyisiran di
area keberangkatan pesawat. Singkirkan benda-benda yang berpotensi
membahayakan penerbangan, FOD.

2. Pastikan apron firex masih dalam kondisi baik dan serviceable.

3. Lakukan pengamanan pelaksanaan loading dan pengamanan GSE.

4. Lakukan pengawasan terhadap petugas loading, aircraft cleaning maupun petugas


lainnya yang bekerja di pesawat. Lakukan body search terhadap petugas yang berada
dibawah kendali ground handling. Pastikan tidak terdapat benda mencurigakan yang
dibawa ke pesawat.

5. Periksa kondisi bagasi maupun kargo yang akan dimuat ke pesawat. Awasi proses
loading bagasi, kargo, pos dan pemuatan security item di pesawat sampai selesai.
Rev. 02 AVS - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Lakukan sweeping atau body search terhadap petugas porter sebelum melaksanakan
pekerjaannya dan pada saat akan meninggalkan area pesawat.

7. Catat jumlah bagasi, kargo dan pos yang dinaikkan dan/atau diturunkan, jumlah dan
nama seluruh porter yang bertugas menurunkan barang baik yang bertugas di
dalam/di luar compartment bertugas di dalam buku catatan khusus.

AVS 4.2.0 Kedatangan Pesawat

1. Awasi pergerakan peralatan GSE dan petugas lain yang mendekat ke pesawat udara.

2. Larang setiap orang yang tidak berkepentingan dan tidak dapat menunjukkan ijin
untuk berada di dalam atau di area sekitar pesawat udara.

3. Awasi petugas yang berwenang membuka pintu compartment pesawat udara,


bilamana diperlukan catat nama petugas dan segera lakukan pemeriksaan terhadap
kondisi di dalam compartment sebelum porter melaksanakan tugas unloading.

4. Catatan: Hanya petugas yang diberi wewenang oleh airline diperbolehkan untuk
membuka pintu compartment.

5. Setelah diperbolehkan naik pesawat oleh crew pesawat, periksa luggage bin/hat-rack,
kursi penumpang untuk memeriksa terhadap kemungkinan adanya barang-barang
yang mencurigakan dan atau tertinggal, jika ditemukan agar menyerahkan ke petugas
Lost & Found untuk diserahkan ke petugas Airlines.

6. Lakukan body search terhadap semua petugas dibawah kendali ground handling yang
akan bekerja di area pesawat. Miasalnya aircraft cleaning dan loading unloading.

7. Ambil security items dari dalam security item box yang sudah diturunkan paling duluan
dan membawanya ke Lost & Found.

8. Periksa compartment, catat semua kelainan dalam compartment apakah ada barang
terpisah dari packagingnya, label putus, packing rusak atau barang lain-lain tanpa
diketahui asalnya.

9. Catat jumlah bagasi, kargo dan pos yang dinaikkan dan/atau diturunkan, jumlah dan
nama seluruh porter yang bertugas menurunkan barang baik yang bertugas di
dalam/di luar compartment bertugas di dalam buku catatan khusus.

Rev. 02 AVS - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10. Lakukan sweeping atau body search terhadap petugas porter sebelum melaksanakan
pekerjaannya dan pada saat akan meninggalkan area pesawat.

Contoh form pengawasan pengamanan di pesawat

AVS 4.3.0 Pesawat Udara Diparkir Lama/Remain Over Night (RON)

1. Jika tidak ada karyawan/petugas/personnel yang sedang bekerja di pesawat, seluruh


akses masuk ke pesawat (pintu penumpang dan pintu cargo compartment) harus
ditutup. Tangga kerja, tangga penumpang, avio bridge ditarik dan/atau tidak
terpasang di pesawat udara.

2. Pesawat yang diparkir lama dipastikan mendapat penerangan yang cukup memadai
untuk proses pemantauan keamanan.

Rev. 02 AVS - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Lakukan pengawasan, penjagaan terhadap pesawat baik dengan patroli secara


berkala, CCTV dan atau dengan penjagaan secara menetap. Lakukan pemeriksaan
pada pesawat untuk mencegah kemungkinan penyusupan senjata, orang maupun
tindakan melawan hukum. Patroli dapat dilakukan dengan berjalan kaki atau
mempergunakan kendaraan.

4. Lakukan pemeriksaan pada interior dan exterior pesawat udara sebelum dilakukan
proses boarding dan atau loading untuk mencari dan mencegah masuknya
barang/bahan berbahaya/barang yang mencurigakan yang dapat menimbulkan
ancaman terhadap keamanan dan keselamatan pesawat udara, baik selama di darat.

Contoh form pengamanan pesawat RON


Rev. 02 AVS - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AVS 4.4.0 Pesawat Transit (Short Turn Around)

1. Seluruh akses masuk menuju pesawat harus selalu diawasi untuk mencegah dan
melarang orang, karyawan, orang yang tidak memiliki ijin / tidak berkepentingan
(Unauthorized person) untuk mendekati, masuk kedalam pesawat dan/atau berada di
area pesawat yang sedang transit.

2. Lakukan pemeriksaan dan terhadap kabin pesawat (ruang penumpang dan ruang
barang) untuk menemukan jika ada barang/bahan/benda apapun yang sengaja atau
tidak disengaja ditinggal oleh penumpang selama pesawat transit dan penumpang
turun ke ruang transit.

3. Pastikan sudah tidak ada penumpang yang tertinggal didalam kabin pesawat.

AVS 4.5.0 Tindakan Yang Diambil Untuk Evakuasi Penumpang dan Pesawat
Ketika Menerima Ancaman

1. Tujuan dari evakuasi adalah untuk memindahkan penumpang dan/atau awak


penerbangan dari pesawat yang telah diancam dan melakukan isolasi, dari yang
berpotensi risiko seperti ledakan bom dan/atau ancaman lainnya, ke daerah aman atau
tempat yang aman, untuk memastikan benar-benar bebas dari ancaman.

2. Dalam kasus di mana ancaman bom diterima, orang yang menerima, harus menjamin
langkah prosedur menerima ancaman bom dilakukan, tetap dingin dan tenang, cobalah
untuk memperluas komunikasi dan melakukan koordinasi dengan orang yang tersedia
di kamar itu, segera memberitahu petugas keamanan bandara dan polisi serta
berkoordinasi, tindakan apa yang harus dilakukan.

3. Keputusan evakuasi harus diambil oleh coordinator dan/atau orang yang berwenang,
dalam hal tidak adanya orang yang berwenang, komandan polisi di bandara/atau
kepala keamanan penerbangan, dapat mengambil alih pengambilan keputusan, jika
ada informasi spesifik diketahui lebih lanjut.

4. Polisi dan/atau petugas keamanan bandara dapat memutuskan untuk mengevakuasi


pesawat ke daerah yang aman, terlepas dari para penumpang masih berada di dalam,
dengan pertimbangan cakupan dalam mengamankan area kegiatan yang lebih besar
dan setelah itu kemudian mengevakuasi penumpang.

Rev. 02 AVS - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Langkah ini harus diambil tindakan oleh Koordinator dan/atau orang yang berwenang,
tergantung pada situasi dan kondisi ancaman yang terjadi, langkah yang dilaksanakan
adalah :

a. Tidak perlu melakukan apapun untuk menanggapi ancaman

Jika ancaman berdasarkan evaluasi datang dari orang-orang yang mabuk, anak-
anak atau telepon lelucon belaka tetapi jika ada sedikit keraguan dari ancaman
tersebut harus diperhatikan, maka koordinator (orang yang memiliki tanggung
jawab) harus membuat pilihan lain untuk tindakan yang diambil.

b. Cari bom yang sudah diberitahu oleh pengancam dan kemudian evakuasi para
penumpang jika perlu.

c. Tanpa membuat panic penumpang lakukan pencarian dan/atau verifikasi tentang


ancaman itu, jika tidak ada sesuatu yang mencurigakan dan/atau sesuatu yang
signifikan sebagai factor yang membahayakan, kondisi ini dianggap sebagai
ancaman tingkat rendah, tetapi jika ancaman bom atau objek yang mencurigakan
ditemukan, lakukan evakuasi penumpang segera dan lakukan evakuasi pesawat dari
daerah terminal.

d. Proses mencari bom bersamaan dengan evakuasi penumpang.

Ketika tingkatan ancaman dianggap sebagai menengah, proses pencarian bom oleh
Resimen Polisi Gegana akan dilakukan sejalan dengan evakuasi penumpang.

e. Evakuasi penumpang dan pesawat dilakukan terlebih dahulu.

Ketika pertimbangan ancaman yang serius dan/atau menunjukkan adanya resiko


tinggi, lakukan evakuasi penumpang prioritas pertama dan setelah semua
penumpang meninggalkan pesawat, menempatkan pesawat jauh dari kegiatan
pelayanan terminal dan bersamaan dengan proses pencarian.

f. Rencana evakuasi penumpang dan pesawat harus memastikan fasilitas bagi


tindakan evakuasi telah disiapkan, segera setelah ancaman tersebut diterima dan
fasilitas dan infrastruktur siap untuk beroperasi saat evakuasi akan dilakukan.

g. Pada saat itu/perintah evakuasi masih dipertahankan dengan tidak ada sikap panic,
terutama untuk para petugas.

Rev. 02 AVS - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h. Jarak evakuasi penumpang dari sumber resiko/ancaman atau resiko jarak


penerbangan ke gedung/fasilitas/pesawat lain di sekitanya telah mencapai 400
meter (atau untuk lebih memastikan jarak aman adalah 1000 meter), ini untuk
tindakan keamanan dan menghindari kerusakan lain yang tidak diinginkan.

i. Jika cukup waktu proses evakuasi penumpang, para penumpang diminta untuk
membawa barang-barang untuk memudahkan proses pemeriksaan lebih lanjut.

j. Para penumpang yang telah evakuasi, harus ditempatkan di tempat yang terlindung
dan cukup aman dan nyaman sampai pesawat dinyatakan aman.

k. Rencana evakuasi penumpang juga harus mencakup evakuasi pesawat dan


pertimbangan waktu proses pencarian bahan peledak yang diduga dipasang oleh
teroris.

l. Selama proses evakuasi penumpang, harus memastikan pencahayaan cukup dalam


kabin pesawat, atau system pencahayaan dalam keadaan hidup dan/atau membuka
jendela kabin dan pencahayaan darurat eksternal dapat masuk.

m. Metode untuk memastikan bahwa semua penumpang telah meninggalkan pesawat


harus dilakukan, sesuai proses verifikasi untuk setiap penumpang harus diverifikasi
dengan daftar manifest penumpang, jika ditemukan data sebenarnya tidak sesuai
dengan daftar yang ada memanifestasikan, harus dilaporkan segera kepada petugas
yang bertanggung jawab dalam mencari bahan peledak, dan tidak diperkenankan
semua orang lain selain petugas polisi Gegana, berlokasi dekat di dalam dan/atau di
sekitar pesawat.

n. Jika proses pencarian ancaman bom di pesawat telah selesai dilakukan, pesawat
tidak diizinkan untuk dioperasikan selama 6 jam dan/atau pesawat udara mungkin
diperbolehkan untuk dioperasikan setelah diumumkan selamat dan aman oleh
Departemen Kepolisian bersama-sama dengan pihak terkait, sesuai dengan
prosedur keamanan dan keselamatan penerbangan.

o. Meskipun bahan atau peralatan yang diduga bahan peledak telah ditemukan,
keputusan untuk mengisi kembali penumpang untuk pesawat, harus dikoordinasikan
dengan Kepolisian atau otoritas bandara sampai pesawat itu dinyatakan aman.

p. Perhatian harus dilakukan dan/atau diingatkan, bahwa mungkin ada benda


mencurigakan lain atau berbahaya di tempat lain di dalam pesawa, yang belum

Rev. 02 AVS - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ditemukan meskipun proses pencarian telah dihentikan, jadi sebelum kembali untuk
mengoperasikan pesawat pastikan bahwa pesawat dinyatakan aman oleh kepolisian
dan otoritas Administrator Bandara.

q. Walaupun waktu yang dijanjikan oleh terorisme telah berlalu dan ledakan bom itu
tidak terjadi, coordinator krisis harus memastikan perpanjangan jangka waktu,
setidaknya satu jam sampai pesawat dinyatakan aman oleh Departemen Kepolisian
dan Otoritas Administrator Bandara.

r. Penyerahan kembali pesawat dari kepolisian bersama-sama dengan otoritas


bandara untuk operator penerbangan yang mengoperasikan pesawat ini dan setelah
pesawat dinyatakan aman, untuk kembali memenuhi kebutuhan kinerja pesawat
diperlukan perawatan secara menyeluruh, setelah proses pencarian di setiap sudut,
jika ada banyak instrumen yang terganggu dan harus diperbaiki.

s. Berusaha untuk mentransfer penumpang dengan penerbangan lain dan/atau


penerbangan yang sama dengan menggunakan pesawat yang berbeda, ini harus
dilakukan untuk mengurangi trauma yang dialami oleh para penumpang.

t. Mengevaluasi seluruh akar penyebab sampai ke internal dan/atau eksternal dan


proses yang telah dilakukan dalam mengatasi krisis secara cermat dan hati-hati dan
membuka kembali catatan dan laporan dari pelaksana, untuk mendapatkan cerita
dan aksi yang sebenarnya, penerbitan laporan sesuai dengan yang relevan harus
dipublikasikan dan laporan publikasi dilakukan oleh orang yang berwenang.

u. Publikasi internal dapat dibatasi untuk hal-hal yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh pelaksana, dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dan untuk
meningkatkan pengalaman kerja staf, pengetahuan untuk mencegah ancaman juga
untuk menjadikan setiap orang menyadari bahwa ancaman ada kategori
mengganggu orang-orang yang memiliki kegiatan, waktu dan bisnis.

v. Simpan semua data di tempat penyimpanan yang aman untuk penyimpanan tanpa
batas waktu, dan di kemudian hari file ini dapat sebagai pengingat akan kegiatan
keamanan dan staff baru.

Rev. 02 AVS - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AVS 5.0.0 PENGAMANAN DOKUMEN

Dokumen-dokumen airline yang berupa baggage tags, boarding pass, ticket stocks,
SMU/RWB, label cargo dan dokumen-dokumen berharga lainnya, termasuk yang dibuat
secara elektronis, harus dibatasi sesuai dengan pemakaiannya dan hanya kepada personel
yang ditunjuk/diberi wewenang untuk mengelola dan mengawasi penggunaannya. Lakukan
pengawasan terhadap dokumen-dokumen tersebut dari kemungkinan penggunaan yang
tidak sah dan/atau melawan hukum.

AVS 6.0.0 PASSENGER AND BAGGAGE RECONCILIATION

Semua bagasi milik penumpang yang telah melakukan check in, di check in counter yang
resmi untuk suatu penerbangan dan pesawat tertentu, tetapi tidak muncul pada saat
boarding maka bagasi tersebut harus dikeluarkan/diturunkan dari pesawat (off load)
sebelum pesawat berangkat terkecuali;

1. Penumpang dilarang naik ke pesawat oleh airline namun pihak airline meyakini bahwa
bagasi penumpang tersebut tidak membahayakan penerbangan.

2. Penumpang dipindahkan oleh airline,

3. Penumpang telah turun karena pesawat telah melakukan pendaratan darurat dengan
alasan keselamatan atau penyebab operasional lainnya,

4. Penumpang meninggal dunia atau dikecualikan berdasarkan peraturan yang berlaku.

5. Catatan: mengenai penyebab perkecualian dan pelaksanaan passenger and baggage


reconciliation disimpan minimal selama 30 (tiga puluh) hari.

AVS 7.0.0 PENGAMANAN PENGAWASAN KARGO DAN POS

AVS 7.1.0 Security Control

1. Semua kargo yang akan dimuat dalam pesawat terbang harus telah melalui proses
pemeriksaan dengan peralatan maupun secara manual dan mendapatkan pengawalan
dan/atau pengawasan pada proses pemberangkatan dari warehouse ke pesawat
terbang. Pemeriksaan dengan peralatan maupun manual diperkecualikan untuk kargo
dengan kategori sebagai berikut ;

a. Ketebalan kiriman kurang dari 5 mm

Rev. 02 AVS - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Berat kiriman kurang dari 250 gram

c. Hewan ternak, binatang peliharaan atau binatang namun material atau bahan lain
yang menyertainya tetap harus melalui pemeriksaan.

d. Diplomatik mail / tas

e. Jenazah dengan dokumen yang sah.

f. Vaksin dan perlatan medis lainnya yang mudah rusak.

g. Darah beserta produk turunannya seperti plasma darah manusia.

h. Hal lainnya yang dikecualikan oleh peraturan yang berlaku.

2. Setiap kargo hanya diterima oleh petugas yang diberi wewenang untuk melakukan
penerimaan kargo yang dimaksud.

3. Penerimaan kargo dari Regulated Agent

a. Tidak dilakukan pemeriksaan ulang dengan X-Ray maupun dengan cara lainnya.

b. Pastikan bahwa kargo telah dilengkapi dengan surat pernyataan jaminan tentang
keamanan (Security Declaration) dari Regulated Agent.

c. Pastikan identitas pengirim dengan pencocokan kartu identitas maupun kartu


pegawai dari Regulated Agent.

d. Periksa kesesuaian dokumen kargo yang dikirimkan maupun kondisi fisik kargo.
Pastikan tidak ada kerusakan maupun penyimpangan dokumen.

4. Pengiriman kargo dari pengirim /shipper yang telah dikenal

a. Tidak dilakukan kembali pemeriksaan dengan X-Ray maupun dengan cara lainnya.

b. Periksa identitas pengirim. Pastikan identitas personil pengirim valid dan sesuai
dengan perusahaan pengirim/shipper.

c. Periksa kondisi fisik kargo, pastikan tidak terdapat kerusakan.

d. Mintakan pernyataan tertulis bahwa kargo tidak terisi dengan barang yang terlarang
oleh undang-undang maupun peraturan yang berlaku.

5. Penerimaan kargo dari pengirim yang belum dikenal

a. Lakukan pemeriksaan dengan X-Ray atau peralatan lainnya dan pastikan tidak
terdapat perbedaan dengan dokumen yang menyertainya.
Rev. 02 AVS - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Periksa identitas personil pengirim, mintakan salinan/copy dari identitas personil


tersebut (KTP, ID Card, SIM, dll).

c. Lakukan pengendapan setidaknya selama 24 jam apabila kargo tidak dapat


diperiksa dengan X-Ray.

d. Apabila terdapat hal-hal yang mencurigakan pada kargo tersebut, lakukan langkah-
langkah sebagai berikut ;

d.1 Lakukan pemeriksaan dengan X-Ray dengan sudut yang berbeda dan/atau,

d.2 Lakukan pemeriksaan secara fisik dengan lebih teliti,

d.3 Lakukan langkah-langkah pengamanan lainnya sesuai dengan peraturan yang


berlaku.

d.4 Jika terdapat kecurigaan, terhadap kargo kirimannya atau terhadap


pengirimnya, maka kiriman tersebut tidak akan diterima sebelum diyakini
bahwa isinya memang dapat diterima/diijinkan untuk diangkut/memenuhi
persyaratan teknis standar penerimaan kargo.

6. Unaccompanied Baggage

a. Unaccompanied Baggage diperlakukan sebagai kargo dan harus di X-Ray atau


diendapkan/disimpan minimal selama 24 jam sebelum dikirimkan

b. Pengirim atau pemilik unaccompanied baggage harus memiliki tiket sesuai tujuan
unaccompanied baggage tersebut akan dikirimkan.

7. Barang Diplomat

a. Tidak dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang diplomat terkecuali adanya


permintaan dari instansi yang berwenang di bidang hubungan luar negeri dan
pertahanan negara.

b. Tidak diperkenankan membuka barang-barang diplomat dengan diplomatic seal.

c. Jika terdapat keraguan dan diperkirakan dapat membahayakan keselamatan


penerbangan, barang diplomat tersebut dapat ditolak untuk diangkut.

8. Barang berharga harus tersimpan dalam gudang terkunci dan harus memenuhi
prosedur sebagai berikut;

Rev. 02 AVS - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Periksa kondisi kemasan kargo tersebut, pastikan kargo tersebut telah ada
kepastian keberangkatannya.

b. Pastikan kebenaran dan kesesuain dokumen yang menyertainya. Isi, tujuan dan
tempat penyimpanan harus dirahasiakan.

c. Kargo barang berharga tidak diperbolehkan digabung dalam pengiriman kargo


campuran atau konsolidasi.

d. Berikan pengamanan lebih terhadap kargo barang berharga dalam proses menuju
atau dari pesawat.

9. Vulnerable cargo merupakan kargo special yang mudah terbakar. Kargo tersebut harus
ditempatkan dalam ruangan yang khusus, strong room, dan dalam pengawasan yang
ketat selama proses penyimpanan, build up, pengiriman dari dan menuju
pesawat,loading-unloading. Bandar Udara/stasiun tujun harus mendapat
pemberitahun/informasi perihal kargo tersebut.

AVS 7.2.0 Penerimaan Pos

1. Surat Umum

a. Pastikan bahwa surat tersebut dikirim oleh orang yang berwenang serta dilakukan
pemeriksaan dengan X-Ray atau peralatan lainnya.

b. Pastikan jumlah surat yang diterima sesuai dengan dokumen yang menyertainya.

c. Lakukan pemeriksaan secara visual untuk memastikan tidak terdapat kerusakan


pada surat-surat tersebut.

d. Periksa tas tempat penyimpanan surat, pastikan telah tersegel. Tempatkan dalam
tempat yang berada dalam pengawasan.

2. Surat Berharga

a. Surat berharga harus dan hanya ditangani oleh personil yang berwenang.

b. Pastikan surat berharga tersebut berada dalam pengawasan.

c. Tempat surat berharga harus tersegel, dan terdapat kesesuaian nomor segel
dengan dokumen yang menyertainya.

d. Lakukan pemberitahuan kepada airline terkait apabila dilakukan transfer


penerbangan.
Rev. 02 AVS - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Lakukan pemberitahuan kepada bandar udara tujuan atau transit termasuk apabila
terjadi penundaan atau pembatalan penerbangan.

f. Lakukan pemeriksaan berat surat berharga terhadap dokumen yang menyertainya.

Catatan : kantong-kantong pos harus disimpan oleh PT. Pos Indonesia sampai dengan
saatnya siap untuk dimuat ke pesawat, dan kondisi fisik kantong-kantong pos tersebut
tidak rusak/ada tanda-tanda telah dirusak dan dipasang segel.

AVS 7.3.0 Penerimaan Dangerous Goods

1. Dangerous Goods hanya dapat diangkut bila telah diidentifikasi, dikemas, diberikan
label, diperiksa, ditangani dan dimuat ke pesawat dengan benar.

2. Penanganan kargo Dangerous Goods sebagai kargo harus memenuhi persyaratan


dalam ketentuan IATA perihal Dangerous Good.

3. Pengangkutan amunisi, senjata atau barang berbahaya lainnya mengikuti ketentuan


dari masing-masing airline.

AVS 7.4.0 Penanganan Kargo di Gudang (Warehouse)

1. Kargo yang sudah diterima hanya ditangani oleh petugas yang sudah diberi
wewenang dari Pihak Airline/Ground Handling Agent/Pengelola Warehousing.

2. Kargo yang telah diterima harus dijaga dan diawasi oleh petugas yang diberi
wewenang dari Pihak Airline/Ground Handling Agent/Pengelola Warehousing, untuk
mencegah kemungkinan terjadinya tindak acts of unlawful interference.

3. Setiap personnel wajib menegur menolak, melarang dan melaporkan jika ditemukan
orang yang tidak berkepentingan dan berwenang berada di dalam area pergudangan.

AVS 7.5.0 Tempat penyimpanan untuk kargo yang tidak sesuai.

Tempatkan kargo yang tidak sesuai penanganannya, mishandle, misdirect, unclaimed


maupun unidentified pada tempat tertentu yang masih dapat diawasi. Lakukan
pengawasan secara menyeluruh hingga kargo tersebut selesai permasalahannya (diambil
kembali, diteruskan atau dimusnahkan sesuai aturan airline).

Rev. 02 AVS - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AVS 7.6.0 Penanganan Benda Pengancam atau Benda yang Diamankan/Disita


(Potentially Offensive or Confiscated Items)

Benda/barang yang tergolong dalam kategori ini akan di tangani sesuai ketentuan pihak
Airline/Ground Handling Agent/Pengelola Warehousing.

AVS 8.0.0 PELAYANAN PENERBANGAN VVIP

AVS 8.1.0 Persiapan

1. Melakukan koordinasi dengan pihak Penerbangan, Airport Authority, Protokol VVIP dan
instansi-instansi tekait lainnya perihal persiapan pelaksanaan pelayanan penerbangan
VVIP tersebut, menyiapkan informasi perihal kesiapan dan kemampuan ground
handling cabang setempat untuk melayani penerbangan VVIP.

2. Menyiapkan “Contingency Plan”, sebagai antisipasi terhadap situasi emergency yang


mungkin terjadi.

3. Melaksanakan “Screening” bagi petugas yang terlibat pada pelayanan penerbangan


VVIP, khususnya kepada petugas baru yang direkrut dalam rangka pelayanan VVIP.

4. Melakukan uji coba/gladi kotor terpadu perihal pelaksanaan pelayanan VVIP, bila
dimungkinkan dilakukan bersama dengan pihak Penerbangan, Protokol dan instansi
terkait lainnya.

AVS 8.2.0 Prosedur Keberangkatan

1. Telah dilaksanakan final check pada peralatan GSE.

2. Mengikuti Briefing yang disampaikan Manager operasi.

3. Petugas Security berkoordinasi dengan Authority Airport/pihak Penerbangan


melaksanakan pengawasan pada area kerja PT. Gapura Angkasa.

4. Lakukan pengawasan terhadap petugas loading, aircraft cleaning maupun petugas


lainnya yang bekerja di pesawat. Lakukan body search terhadap petugas yang berada
dibawah kendali ground handling. Pastikan tidak terdapat benda mencurigakan yang
dibawa ke pesawat.

Rev. 02 AVS - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. Catat jumlah bagasi yang dinaikkan dan/atau diturunkan, jumlah dan nama seluruh
porter yang bertugas menurunkan barang baik yang bertugas di dalam/di luar
compartment bertugas di dalam buku catatan khusus.

6. Lakukan body search terhadap petugas porter sebelum melaksanakan pekerjaannya


dan pada saat akan meninggalkan area pesawat.

7. Setelah semua pelayanan selesai dilaksanakan, penanggung jawab operasi / Manager


Operasi melakukan debriefing dan membuat resume perihal seluruh kegiatan dimaksud
serta melaporkan ke Management dan unit terkait.

AVS 8.3.0 Prosedur Kedatangan

1. Telah dilaksanakan final check pada peralatan GSE.

2. Petugas Security berkoordinasi dengan Authority Airport / pihak Penerbangan


melaksanakan pengawasan pada area kerja PT. Gapura Angkasa.

3. Mengikuti Briefing yang disampaikan Manager operasi.

4. Awasi petugas yang berwenang membuka pintu compartment pesawat udara,


bilamana diperlukan catat nama petugas dan segera lakukan pemeriksaan terhadap
kondisi di dalam compartment sebelum porter melaksanakan tugas unloading.

5. Catatan: Hanya petugas yang diberi wewenang oleh airline diperbolehkan untuk
membuka pintu compartment.

6. Catat jumlah bagasi yang diturunkan, jumlah dan nama seluruh porter yang bertugas
menurunkan barang baik yang bertugas di dalam/di luar compartment bertugas di
dalam buku catatan khusus.

7. Lakukan body search terhadap petugas porter sebelum melaksanakan pekerjaannya


dan pada saat akan meninggalkan area pesawat.

8. Apabila pesawat RON (remain over night), penanggung jawab operasi / Manager
Operasi melakukan koordinasi dengan instansi terkait perihal pelayananan yang harus
dilakukan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai Ground handling.

Rev. 02 AVS - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AVS 9.0.0 PENGAMANAN TERHADAP PENERBANGAN HAJI

AVS 9.1.0 Tahap Keberangkatan (Embarkasi)

Briefing dan debriefing harus dilakukan saat permulaan maupun akhir dari masing-masing
shift petugas dipimpin oleh Supervisor. Koordinasi dilakukan dengan instansi terkait baik
internal maupun eksternal. Jadwal pelaksanaan tugas setiap petugas sekuriti agar dibuat
secara periodik dan disebarluaskan.

1. Area Asrama Haji

a. Setiap petugas telah berada di lokasi yang telah ditentukan 30 menit sebelum
kegiatan dimulai, kemudian melakukan pemeriksaan di semua lingkungan kerja
untuk memastikan bahwa tidak terdapat barang/bahan, orang-orang yang dapat
membahayakan petugas perusahaan, jamaah, bagasi dan petugas lainnya.

b. Bagasi dan barang bawaan lainnya dipastikan telah melalui pemeriksaan mesin X-
ray oleh petugas sekuriti bandara setempat dan sudah terpasang stiker/label
security check.

c. Jamaah agar selalu diingatkan untuk menolak barang titipan atau bagasi yang tidak
jelas pemiliknya.

d. Bagasi jamaah agar diamankan dan diawasi sejak melalui pemeriksaan mesin X-ray
sampai penyimpanan di gudang dan mengecek apakah bagasi jamaah sudah
terpasang label dengan baik dan benar, sudah diisi nomor penerbangan (kloter) dan
berat bagasi serta yang paling utama apakah bagasi tersebut dalam kondisi baik
dan terkunci dengan baik.

e. Bagasi jamaah agar dicatat baik dalam jumlah koli/potong maupun jumlah berat
dalam kilogram untuk setiap kelompok terbang (kloter).

f. Pastikan kebenaran bagasi jamaah, bila diperlukan agar dibuka untuk lebih
memastikan kebenaran isinya, atau terdapat bagasi yang mengalami kerusakan,
serta menginformasikan ke petugas perusahaan untuk ditindak lanjuti.

g. Transportasi pengangkut jamaah ke bandar udara harus dipastikan telah steril, dan
tidak terdapat barang berbahaya serta sudah diberi segel oleh petugas Bea & Cukai.

Rev. 02 AVS - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h. Jamaah yang telah melalui pemeriksaan mesin x-ray di terminal keberangkatan di


Asrama Haji agar dijaga untuk tidak berhubungan secara langsung/tidak langsung
dengan orang-orang yang tidak steril atau berada di luar daerah steril.

i. Jamaah maupun bagasi dikawal dalam perjalanan menuju Bandar udara.

j. Lakukan pelaporan yang mencakup: manifest penumpang, berat dan jumlah koli
bagasi jamaah, nama pengemudi transportasi pengangkut jamaah dan bagasi,
nama dan jumlah petugas greeting service, porter yang bertugas.

2. Area Bandar Udara Embarkasi

a. Petugas telah berada di posisi yang telah ditentukan 30 menit sebelum kegiatan
dimulai, kemudian lakukan pemeriksaan di semua lingkungan kerja untuk
memastikan bahwa tidak terdapat barang/bahan, orang-orang yang dapat
membahayakan petugas perusahaan, jamaah, bagasi dan petugas lainnya.

b. Pastikan kebenaran jumlah bagasi jamaah yang diterima dari Asrama Haji, pastikan
setiap bagasi telah terpasang label security check dan label plastic bagasi. Laporkan
kepada supervisor atau koordinator apabila bagasi tidak dilengkapi dengan security
check maupun label pastik bagasi.

c. Lakukan proses pengawasan maupun pengamanan setiap proses build up bagasi


jamaah, lakukan pengawalan sampai ke pesawat udara. Pastikan work order
dimengerti dan ditandatanagi oleh Load master maupun pimpinan regu porter yang
bertugas.

d. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap semua petugas teknik, catering,


cleaning service, porter berikut peralatan yang dibawa. Pastikan tidak ada orang-
orang yang tidak berkepentingan naik ke pesawat udara atau ke cargo
compartment pesawat udara.

e. Lakukan pemeriksaan secara manual (body search) terhadap porter atau cleaner
yang akan memasuki pesawat.

f. Melengkapi laporan dengan melampirkan dokumen seperti manifest penumpang,


berat dan jumlah koli bagasi jamaah, nomor kelompok terbang (kloter), registrasi
pesawat udara, waktu penutupan pintu pesawat udara dan waktu keberangkatan
Rev. 02 AVS - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pesawat udara (block-off), nama-nama porter, cleaner dan GSE Operator yang
bertugas pada saat itu.

AVS 9.2.0 Tahap Kedatangan (Disembarkasi)

1. Area Bandar Udara Disembarkasi

a. Petugas telah berada di posisi yang telah ditentukan 30 menit sebelum kegiatan
dimulai, kemudian lakukan pemeriksaan di semua lingkungan kerja untuk
memastikan bahwa tidak terdapat barang/bahan, orang-orang yang dapat
membahayakan petugas perusahaan, jamaah, bagasi dan petugas lainnya.

b. Lakukan pengawasan dan pengamanan proses penurunan bagasi jamaah, bagasi


crew dan air zam-zam dari pesawat udara, pastikan bahwa tidak ada barang yang
tertinggal di cargo compartment pesawat.

c. Lakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap semua petugas teknik, catering,


cleaning service, porter berikut peralatan yang dibawa. Pastikan tidak ada orang-
orang yang tidak berkepentingan naik ke pesawat udara atau ke cargo
compartment pesawat udara.

d. Lakukan pemeriksaan secara manual (body search) terhadap porter atau cleaner.

e. Lakukan pemeriksaan terhadap kondisi bagasi jamaah, bagasi crew, catat dan
laporkan apabila menemukan bagasi yang dalam keadaan terbuka, sobek atau
rusak.

f. Lakukan pengawasan dan pengamanan pada proses pemuatan bagasi jamaah ke


dalam truk pengangkut di staging area, proses penyegelan kemudian lakukan
pengawalan truk pengangkut bagasi jamaah dari Bandara disembarkasi ke Asrama
Haji.

g. Lakukan pelaporan dengan melampirkan dokumen seperti manifest penumpang,


berat dan jumlah koli bagasi jamaah, nomor kelompok terbang (kloter), registrasi
pesawat udara, waktu pendaratan pesawat udara (block-on), nama-nama petugas
yang bertugas pada saat itu, seperti : porter, cleaner dan GSE Operator serta
pengemudi truk pengangkut bagasi jamaah ke Asrama Haji.

Rev. 02 AVS - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Area Asrama Haji

a. Lakukan pengawasan dan tindakanpengamaan pada kedatangan rombongan


jamaah dan bagasinya.

b. Lakukan pencatatan nama petugas pengemudi truk bagasi, pengemudi bus dan
porter yang menurunkan bagasi dan air zam-zam.

c. Lakukan pengawasan dan pengamanan terhadap proses pengangkutan bagasi dan


air zam-zam oleh jamaah.

AVS 10.0.0 KEADAAN DARURAT KEAMANAN (Kontijensi)

Penanggulangan keadaan darurat keamanan (contingency plans) merupakan bagian dari


Program Keamanan Bandar Udara dan Program Keamanan Angkutan Udara. Keadaan
darurat keamanan dibedakan atas :

AVS 10.1.0 Kondisi Rawan (Kuning / Yellow)

Kondisi/keadaan darurat yang terjadi seperti :

1. Adanya informasi ancaman dari sumber yang perlu dilakukan penilaian ancaman lebih
lanjut;

2. Terjadinya gangguan keamanan secara nasional yang berpotensi mengganggu


Keamanan Penerbangan;

3. Terjadinya tindakan melawan hukum secara nasional dan Internasional yang


berpotensi mengganggu Keamanan Penerbangan; dan

4. Terjadinya huru hara, demonstrasi massal dan pemogokan yang berpotensi


mengganggu Keamanan Penerbangan.

Penanggung jawab keadaan darurat keamanan (contingency) pada kondisi rawan


(kuning):

1. Tingkat Nasional adalah Direktur Jenderal dan melakukan kegiatan:

a. Koordinasi dengan instansi terkait terhadap ancaman Keamanan Penerbangan


nasional;

b. Menetapkan secara nasional kondisi keamanan di bandar udara berdasarkan tingkat


ancaman;
Rev. 02 AVS - 39
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Mengaktifkan pusat pengendalian operasi darurat (emergency operation centre);

d. Memantau pelaksanaan program penanggulangan keadaan darurat keamanan


(contingency plans);

e. Memberikan pengarahan terhadap pelaksanaan program penanggulangan keadaan


darurat keamanan (contingency plans); dan

f. Melaporkan pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat keamanan (contingency)


kepada Menteri.

2. Di bandar udara adalah Kepala Bandar Udara melakukan kegiatan:

a. Koordinasi dengan instansi terkait terhadap ancaman keamanan di bandar udara;

b. Menetapkan kondisi keamanan di bandar udara berdasarkan tingkat ancaman;

c. Mengaktifkan pusat pengendalian operasi darurat (emergency operation centre);

d. Melaksanakan program penanggulangan keadaan darurat keamanan (contingency


plans); dan

e. Melaporkan pelaksanaan program penanggulangan keadaan darurat keamanan


(contingency plans) kepada Direktur Jenderal.

AVS 10.2.0 Kondisi Gawat (Merah / Red)

Kondisi/keadaan darurat yang terjadi seperti :

1. Kondisi berdasarkan penilaian ancaman yang membahayakan Keamanan Penerbangan


kemungkinan terjadi; dan

2. Terjadinya tindakan melawan hukum berupa terjadi ancaman bom, pembajakan,


penyanderaan, sabotase dan penyerangan yang membahayakan Keamanan
Penerbangan.

Penanggung jawab keadaan darurat keamanan (contingency) pada kondisi gawat


(merah):
1. Tingkat nasional adalah Direktur Jenderal;

2. Bandar udara sipil adalah Kepala Polisi Resort yang terdekat dengan bandar udara,
sedangkan pada bandar udara dan pangkalan udara yang digunakan secara bersama
adalah Komandan Pangkalan;

Rev. 02 AVS - 40
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Penyelenggara navigasi penerbangan membantu pelaksanaan program


penanggulangan keadaan darurat keamanan (contingency plans); dan

4. Badan Usaha Angkutan Udara membantu pelaksanaan program penanggulangan


keadaan darurat keamanan (contingency plans).

AVS 10.3.0 Penanganan Ancaman Bom

1. Pihak Airline/Ground Handling Agent/pihak ketiga yang diberi wewenang setelah


menerima ancaman bom harus segera memberi tahu kepada air traffic control, dan
bila diwajibkan oleh peraturan setempat, juga pengelola bandara dan pejabat
pemerintah yang ditunjuk. Pemberitahuan awal ini akan disusul per segera pada
kesempatan pertama dengan laporan tertulis tentang penilaian/perkiraan dan kategori
ancaman spesifik atau non spesifik (genuine/hoax).

2. Perwakilan/pejabat Airline/Ground Handling Agent yang diberi wewenang bertanggung


jawab membuat perkiraan/penilaian terhadap ancaman bom yang diterima.

Catatan: menggunakan cara yang telah ditentukan dan atau hasil koordinasi dengan
instansi setempat.

3. Apabila ancaman bom digolongkan/dikategorikan menjadi spesifik (genuine), ancaman


harus dicari di pesawat dan atau terhadap fasilitas yang diancam.

4. Apabila ancaman bom dikategorikan non spesifik, tidak diperlukan tindakan pencarian.

5. Dasar pertimbangan utama dalam membuat perkiraan/penilaian terhadap ancaman


bom dan penanganan tindak lanjutnya “adalah keselamatan penumpang dan awak
pesawat”.

6. Pilot in command bertanggung jawab dalam membuat perkiraan/penilaian adanya


ancaman bom selama penerbangan, dan bila perlu ia bekerjasama dengan station
manager perusahaan penerbangan/Airline dimana ia bekerja.

7. Jika pesawat yang diancam sedang dalam penerbangan harus segera dilapotkan
kepada air traffic control. Pilot in command bertanggung jawab untuk melakukan
tindakan darurat bila dipandang perlu/sesuai keadaan.

8. Jika pesawat sedang didarat dan di bawah kendali pilot in command maka pihak Airline
/ Ground Handling Agent yang diberi wewenang harus segera memberitahu kepada air

Rev. 02 AVS - 41
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

traffic control, pengelola bandar udara dan para pilot in command lainnya yang sedang
aktif.

9. Jika pesawat sedang didarat dan tidak dibawah kendali pilot in command maka pihak
Airline/Ground Handling Agent yang diberi wewenang harus segera memberitahu
kepada pengelola bandar udara dan Administrator Bandara.

10. Aircraft search check-list (daftar lokasi pencarian bom di pesawat) harus di tempatkan
di cockpit dan hanya dapat diambil dengan seijin awak cockpit.

Do what instructed and complete this form, then immediately notify your Leader or
Supervisor

QUESTIONS TO ASK DURING THE THREAT


1. What is kind of bomb is it?

Timer Barometric Altimeter Anti Handling

2. Where is it right now ?


3. When is it going to explode ?
4. What does it look like ?
5. Did you place the bomb ?
6. Why are you doing this ?
7. What is your name ?
8. What is your address ?
THREAT MESSAGE

Sex: Accent :

Age : Length of call :


Number at which call is received
Time : Date :

DESCRIPTION OF CALLER’S VOICE


Calm Nasal
Angry Stutter
Excited Lisp
Slow Raspy
Rapid Deep
Soft Ragged
Loud Clearing throat

Rev. 02 AVS - 42
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Laughter Deep breathing


Crying Cracking voice
Normal Disguised
Distinct Accent
Slurred Familiar
If voice was familiar, who did it sound like ?

BACKGROUND SOUNDS
Street noise Animal
Crockery Clear
Office Factory
Machinery Static
Voices Local
PA System Long Distance
House Noises Market
Motor Stationery
Music Booth
Other

THREAT LANGUAGE
Well spoken Message read
Foul Incoherent
Irrational Taped
Remarks

Person making reports


Unit/telp.

Contoh form penerimaan ancaman bom


AVS 10.4.0 Pembajakan

1. Pihak Airline/Ground Handling Agent yang diberi wewenang menjamin bahwa setiap
pegawainya yang mengetahui terjadinya ancaman pembajakan pesawat udara akan
segera melaporkan kepada manajemen/penyelia yang bersangkutan, yang seterusnya
memberitahukan kepada air traffic control, dan bila diwajibkan oleh peraturan
setempat, pengelola bandara dan pejabat pemerintah yang ditunjuk.

Rev. 02 AVS - 43
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Jika pesawat sedang berada didarat, dalam wilayah udara nasional, atau tempat
pendaratan berikutnya ada di suatu negara tertentu, pilot in command segera
memberitahu kepada air traffic control bersangkutan.

3. Jika pesawat udara sedang dalam penerbangan dan diluar wilayah udara nasional, pilot
in command harus memberitahu kepada pihak Airline/Ground Handling Agent yang
diberi wewenang, flight operation centre yang selanjutnya akan mengatur segala
sesuatu dalam penanganan pembajakan tersebut, di titik-titik tujuan pendaratan
berikut.

4. Sebagai bagian dari respon terhadap pembajakan pihak Airline/Ground Handling Agent
yang diberi wewenang wajib mencari/menyampaikan informasi kepada pejabat
pemerintah setempat dan atau instansi law enforcement tentang adanya pembajakan.
Informasi tersebut meliputi:

a. Flight Number, type pesawat, regitrasi pesawat dengan jelas dan benar.

b. Detail penerbangan (rute penerbangan).

c. Bandara asal, bandara-bandara yang dilalui, bandara singgah terakhir, bandara


tujuan berikutnya (sesuai schedule), bandara akhir (sesuai schedule).

d. Jumlah penumpang dan awak pesawat

e. Tuntutan pembajak

f. Perkiraan identitas pembajak, rincian senjata yang digunakan dan jenisnya,


perkiraan bagaimana cara memasukkan senjata-senjata tersebut ke dalam pesawat.

g. Orang/pejabat penting dan atau petugas bersenjata yang diketahui menjadi


penumpang.

h. Jumlah muatan barang kiriman/cargo, berikut kategorinya dan dokumen yang


melindungi.

i. Lain-lain yang dinilai relevan.

5. Penggunaan aba-aba atau tanda tersamar lainnya harus dilakukan secara efektif bila
terjadi pembajakan.

Rev. 02 AVS - 44
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Pelaporan harus disampaikan kepada pejabat setempat tentang adanya ancaman dan
insiden yang menyangkut pengoperasian di negara bersangkutan, menggunakan
saluran/formulir yang diwajibkan.

7. Contingency plan adalah rencana atau langkah-langkah yang harus dilakukan apabila
prosedur pengamanan yang telah dilakukan mengalami kegagalan, antara lain untuk
kejadian sebagai berikut ;

a. Ancaman Bom

a.1 Pastikan di setiap titik telepon terdapat Checklist Ancaman Bom Call.

a.2 Lakukan training/briefing sehingga setiap orang dapat mengisi checklist telepon
ancaman bom tersebut.

a.3 Pertanyaan yang diajukan saat menerima ancaman bom melalui telepon
hendaknya bersifat terbuka. Pertanyaan dapat dimulai dengan Dimana, Kapan,
Apa, Mengapa atau pertanyaan lainnya yang dapat memberikan informasi lebih
lengkap. Pergunakan perekam bila memungkinkan.

a.4 Catat kata-kata yang secara spesifik dipergunakan oleh pengancam.

a.5 Laporkan kepada supervisor, perwakilan airline.

a.6 Tindakan selanjutnya agar berkoordinasi dan disesuaikan dengan ketentuan


dari airline.

b. Pembajakan

b.1 Laporkan kepada perwakilan airline agar dapat segera ditindak lanjuti.

b.2 Apabila sebuah pesawat dari airline secara resmi telah dinyatakan dibajak,
persiapkan semua data terkait dengan penerbangan tersebut serta lakukan
pencegahan terhadap setiap orang yang tidak berkepentingan terhadap
informasi pembajakan.

b.3 Antisipasi kebutuhan peralatan seperti Ground Power Unit, Tangga Pesawat,
Aircraft Tow Bar, Water Service Truck, Lavatory Service Truck dan lain
sebagainya.

8. Setiap langkah yang diambil harus disesuaikan dengan peraturan/prosedur baku dari
masing-masing airline terkait emergency response plan.

Rev. 02 AVS - 45
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

9. Pengamanan kejadian Disruptive dan Unruly Passenger. Setiap tindakan yang diambil
terhadap penumpang yang menganggu dan atau tidak dapat dikendalikan agar
dilakukan dengan wajar untuk memastikan keamanan dan kenyamanan baik
penumpang lainnya ataupun karyawan di tempat kejadian.

Macam kejadian disruptive and unruly passenger :

a. Membahayakan keselamatan penerbangan.

b. Dalam keadaan mabuk minuman keras.

c. Mengkonsumsi obat terlarang.

d. Menolak untuk berhenti merokok.

e. Menolak untuk berhenti menggunakan alat elektronik seperti Handphone, Radio


control, etc.

f. Pelecehan seksual.

10. On Ground

a. Berikan peringat lisan sebelumnya, minimal 2 (dua) kali.

b. Berikan peringatan terakhir. Lakukan koordinasi dengan airline, jika memungkinkan


dapat diijinkan untuk boarding. Jika tidak diijinkan antarkan ke check in area, ambil
kembali boarding pas, kembalikan air port tax dan bagasinya dan antarkan ke publik
area agar tidak mengganggu penumpang lainnnya.

11. In flight

a. Jemput penumpang yang bersangkutan di pintu pesawat, amankan dari penumpang


lainnya.

b. Lakukan pengumpulan data dari pelaku, korban, barang bukti, saksi maupun trip
report dari crew.

c. Lakukan koordinasi dengan airlines dan buatkan Station Distrubance Incident Report
(SDIR) sebagai referensi pendukung bila kasus dilanjutkan ke pihak yang
berwenang.

Rev. 02 AVS - 46
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 7 - EMERGENCY RESPONSE PLAN (ERP)

ERP 1.0.0 RENCANA TANGGAP DARURAT (EMERGENCY RESPONSE PLAN/ERP)

ERP 1.1.0 Tujuan

1. Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response Plan/ERP) dirancang dan diterbitkan


serta disahkan sebagai petunjuk teknis dan pelaksanaan dalam mengatasi peristiwa atau
kejadian luar biasa pada kegiatan operasional rutin di Kantor Cabang dan/atau di Kantor
Pusat, yang dapat mengakibatkan atau berdampak; kematian, cedera serius, kerusakan
berat pada peralatan dan fasilitas dan/atau gangguan besar pada kegiatan operasional
di Kantor Cabang maupun kegiatan management di Kantor Pusat.

2. Adapun maksud utama dengan ditetapkannya Rencana Penanggulangan Keadaan


Darurat Bandar Udara/Tanggap Darurat adalah untuk membantu meminimalkan korban
jiwa maupun harta benda yang diakibatkan kejadian atau kecelakaan pesawat udara
yang terjadi di dalam Bandar Udara dan/atau wilayah sekitar Bandar Udara dalam radius
5 NM (± 8 Km) atau akibat dari kejadian/peristiwa luar biasa disekitar Kantor Pusat,
Kantor Cabang atau Kantor Perwakilan.

ERP 1.2.0 Dasar atau Acuan Rencana Tanggap Darurat (ERP)

1. Ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang


Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Pasal 219 ayat (4) menyebutkan
bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kinerja fasilitas, prosedur dan Personil, unit
penyelenggara Bandar Udara atau Badan Usaha Bandar Udara wajib melakukan
pelatihan penanggulangan keadaan darurat (Tanggap Darurat) secara berkala dan Pasal
345 menyebutkan bahwa Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar
Udara wajib membuat Program Penanggulangan Keadaan Darurat (Program/Rencana
Tanggap Darurat).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan


Penerbangan :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan.

Rev. 02 ERP - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan


Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part
139) tentang Bandar Udara (Aerodrome).

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 16 Tahun 2009 tentang Peraturan


Keselamatan Penerbangan Bagian 92 (Civil Aviation Safety Regulation Part 92)
tentang Pengangkutan Bahan dan/atau Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara
(Safe Transport of Dangerous Goods by Air).

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan


Kebandarudaraan Nasional.

e. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/57/IV/1999 tentang


Pemindahan Pesawat Udara Yang Rusak di Bandar Udara.

f. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/301/V/2011 tentang


Petunjuk Dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-10
(Advisory Circular CASR Part 139-10), Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat
Bandar Udara.

g. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP.420 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 139 Volume IV Pelayanan Pertolongan Kecelakaan Penerbangan Dan
Pemadam Kebakaran (PKP-PK).

h. Ketentuan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation


Organization/ICAO), pada Annex 14 tentang Aerodromes Chapter 9.1 menyebutkan
bahwa setiap Bandar Udara wajib membuat dan memiliki dokumen Rencana
Penanggulangan Keadaan Darurat atau Rencana Tanggap Darurat (Airport
Emergency Plan Doc./AEP Doc.).

i. ICAO Doc.9137 - AN/898 Part 1 Rescue and Fire Fighting.

j. ICAO Doc.9137 - AN/898 Part 5 Removable Disabled of Aircraft.

k. ICAO Doc.9137 - AN/898 Part 7 Airport Emergency Planning.

l. ICAO and Pacific Office Airport Emergency Plan (Generic).

Rev. 02 ERP - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 1.3.0 Penetapan Rencana Tanggap Darurat (ERP) Internal PT. Gapura
Angkasa

1. Memperhatikan dan seterusnya, menimbang dan seterusnya, memutuskan bahwa PT.


Gapura Angkasa yang berkegiatan bisnis mayoritas di Bandar Udara dan merupakan
Badan Usaha Penunjang Kegiatan Bandar Udara dan Kegiatan Penunjang Penerbangan,
maka tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan utama yang dikembangkan oleh Unit
Penyelenggara Bandar Udara dan/atau Badan Usaha Bandar Udara maupun Perusahaan
Penerbangan, termasuk diantaranya adalah kegiatan penanggulangan keadaan
darurat/rencana tanggap darurat.

2. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Tanggap Darurat (Emergency Response


Plan/ERP) yang dikembangkan oleh PT. Gapura Angkasa adalah terbatas meliputi semua
kegiatan pelayanan yang terkait dengan aktivitas Ground Handling untuk Pesawat Udara
di darat dimana PT. Gapura Angkasa beroperasi.

3. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat dimaksud terutama berkaitan dengan


keadaan darurat di Bandar Udara dan sekitarnya sampai radius 5 NM (± 8 Km) dari titik
referensi Bandar Udara. Selain itu, ruang lingkup Rencana Penanggulangan Keadaan
Darurat juga mencakup kejadian yang tidak berkaitan dengan pesawat udara yang
terjadi di Bandar Udara.

4. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Tanggap Darurat (Emergency Response


Plan/ERP) yang dikembangkan oleh PT. Gapura Angkasa semata-mata diperuntukan
sebagai petunjuk teknis dan pelaksanaan penanganan keadaan darurat/tanggap darurat
secara internal, yang mana apabila dalam pelaksanaan terdapat petunjuk lain (Airport
Emergency Response Plan dan/atau Airlines Emergency Response Plan) maka prosedur
tanggap darurat ini hanya berlaku sebagai petunjuk teknis dan pelaksanaan terbatas
pada aktivitas Ground Handling untuk Pesawat Udara di darat, yang merupakan bagian
dari kegiatan ERP yang dikembangkan oleh Penyelenggara Bandar Udara (Airport
Authority) dan/atau Perusahaan Penerbangan (Airlines) dimana PT. Gapura Angkasa
beroperasi.

5. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Tanggap Darurat (ERP) yang dikembangkan


oleh PT. Gapura Angkasa akan menjadi petunjuk teknis dan pelaksanaan utama dalam
penanganan keadaan darurat apabila :

Rev. 02 ERP - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Di Bandar Udara dan/atau Perusahaan Penerbangan yang beroperasi di Bandar Udara


dimana PT. Gapura Angkasa beroperasi, tidak memiliki Prosedur Rencana
Penanganan Keadaan Darurat/Rencana Tanggap Darurat (Refer to Local ERP).

b. Didalam Perjanjian antara PT. Gapura Angkasa dengan Perusahaan Penerbangan


Pelanggan tertuang dengan tegas dan ditetapkan bahwa, dalam pelayanan Ground
Handling maupun ketika terjadi Keadaan Darurat seluruh kegiatan menggunakan
dasar prosedur yang dikembangkan oleh PT. Gapura Angkasa (Refer to Local ERP).

6. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Rencana Tanggap Darurat (ERP) diluar


kegiatan yang cover oleh ERP Bandara seperti yang terjadi di Bandara Udara dan/atau
disekitar radius 5 NM (± 8 km), maka PT. Gapura Angkasa mengembangkan dan
menetapkan secara internal Program Tanggap Darurat dan/atau berapiliasi dengan
Program Tanggap Darurat yang dikembangkan oleh Penyelenggara Gedung Perkantoran
dimana PT. Gapura Angkasa berada didalamnya, meliputi dan tidak terbatas di Kantor
Pusat, Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan.

7. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Rencana Tanggap Darurat baik yang berlaku


di setiap Bandar Udara meliputi radius 5 NM (± 8 Km) maupun di luar Bandar Udara
seperti di Kantor Pusat, Kantor Cabang dan/atau Perwakilan yang berkantor di luar
Bandar Udara, adalah meliputi kegitan-kegiatan:

a. Persiapan penanganan sebelum terjadi keadaan darurat.

b. Pelaksanaan penanganan ketika terjadi keadaan darurat.

c. Rehabilitasi paska penanggulangan keadaan darurat.

8. Karena luasnya ruang lingkup kegiatan dan spesifiknya pekerjaan dalam hal ini
dibutuhkan berbagai jenis keahlian, maka dibutuhkan peran serta instansi/unit kerja
profesional lainya, baik yang berada di dalam maupun dari luar Bandar Udara atau di
dalam maupun diluar Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Perwakilan (untuk Peristiwa
Tanggap Darurat diluar lingkup Bandar Udara).

9. Untuk memudahkan semua pihak yang terkait langsung dalam pelaksanaan


penanggulangan keadaan darurat di sekitar Bandar Udara, diperlukan adanya Dokumen
Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat yang dikembangkan secara spesifik/khusus
disetiap Kantor Cabang dan Perwakilan dimana PT. Gapura Angkasa beroperasi dan

Rev. 02 ERP - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

beafiliasi dengan Rencana Penanganan Keadaan Darurat/Rencana Tanggap Darurat


yang dikembangkan oleh masing-masing Pengelola Bandar Udara.

10. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Rencana Tanggap Darurat harus berisikan


petunjuk teknis dan pelaksanaan masing-masing (tugas, instansi atau unit), batasan
tugas dan tanggungjawab, batasan kewajiban dan peran, dan prosedur yang mengatur
kapan bertindak untuk setiap masing-masing (tugas, instansi atau unit).

11. Pelaksanaan kegiatan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Rencana Tanggap


Darurat oleh masing-masing unit/instansi kerja, tetap mengacu kepada Standard and
Operating Procedure masing-masing Unit, Instansi dan diharapkan berlangsung secara
nyata, benar dan terpadu (Profesional).

12. Oleh sebab itu, selain Dokumen Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar
Udara dan/atau Rencana Tanggap Darurat di luar lingkup Bandar Udara yang
dikembangkan secara internal, juga diperlukan adanya kesepakatan bersama untuk
melakukan persiapan, fasilitasi, penyediaan personil yang mampu dan berkompeten,
serta bersedia melakukan latihan-latihan berkala baik secara bersama-sama maupun
parsial dimasing-masing Unit, Instansi dan/atau Perusahaan, guna meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme dalam berkoordinasi, komando, komunikasi dan
kompetensi setiap Personil masing-masing instansi/unit yang setiap saat akan terlibat
dalam Komite Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara.

ERP 2.0.0 RUANG LINGKUP

Dokumen rencana penanggulangan keadaan darurat/rencana tanggap darurat ini diterbitkan


dan ditetapkan sebagai acuan untuk persiapan, saat terjadinya keadaan darurat di
lingkungan Bandar Udara dan sekitarnya meliputi radius 5 NM (± 8 km) dari titik referensi
Bandar Udara, serta langkah-langkah/prosedur pemulihan yang akan di lakukan setelah
selesai penanganan keadaan darurat dan/atau untuk penanggulangan keadaan
darurat/tanggap darurat saat terjadinya keadaan darurat di lingkungan Kantor Pusat, Kantor
Cabang maupun Perwakilan yang berada diluar Bandar Udara.

Rev. 02 ERP - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.0.0 BATASAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PT. GAPURA ANGKASA

Batas tugas dan tanggung jawab peran PT. Gapura Angkasa dalam keadaan darurat adalah
sebagai berikut :

1. Keadaan darurat/tanggap darurat di dalam lingkungan Bandar Udara/Airport :

a. Untuk kecelakaan pesawat udara dengan kondisi terbakar yang terjadi di dalam
lingkungan dalam Bandar Udara, tindakan emergency yang akan dilakukan
berdasarkan panduan Airport Emergency Response Plan Bandar Udara, maka seluruh
kendali emergency dibawah Unit Penyelamatan Penanggulangan Kebakaran Bandar
Udara/Unit Rescue Fire Fighting Station (RFFS) meliputi komando lapangan dalam hal
pemadaman kebakaran pesawat udara, pertolongan atau penyelamatan penumpang
dan barang.

(“PT. Gapura Angkasa dalam kejadian ini bertindak terbatas sebagai pendukung
operasional bila diperlukan dan berfungsi dalam pendampingan dan/atau
menenangkan keluarga korban di Meet and Greet Room bersama-sama petugas
Airlines.”).

b. Untuk kecelakaan pesawat udara dengan kondisi tidak terbakar (pesawat keluar
landasan) dan tidak ada korban (celaka, meninggal) tindakan yang akan dilakukan
sesuai Airport Emergency Response Plan Bandar Udara (AERP), komando evakuasi
penumpang dan barang maupun pesawat udara dilakukan oleh Airport Authority,

(“PT. Gapura Angkasa berperan sebagai pelaksana tindakan evakuasi dengan


menggunakan fasilitas dan resource yang dimiliki sebagai Ground Handling”).

c. Untuk kecelakaan pesawat udara dengan kondisi tidak terbakar (pesawat keluar
landasan) dan terdapat korban (celaka, meninggal) tindakan akan dilakukan sesuai
Airport Emergency Response Plan Bandar Udara (AERP), seluruh komando evakuasi
penumpang dan barang maupun pesawat dilakukan oleh Airport Authority dengan
tanggungjawab tindakan dilakukan oleh Unit Rescue Fire Fighting Station (RFFS).

(“PT. Gapura Angkasa berperan sebagai pelaksana tindakan evakuasi dengan


menggunakan fasilitas dan resource yang dimiliki sebagai Ground Handling dan
pendampingan untuk menenangkan keluarga korban di Meet and Greet Room
bersama-sama petugas Airlines.”)

Rev. 02 ERP - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Untuk penanganan keadaan darurat/tanggap darurat yang disebabkan oleh ancaman


bom yang ditujukan ke pesawat udara didarat atau dalam penerbangan, komando
koordinasi dan rencana tindakan yang akan dilakukan dipimpin langsung oleh Kepala
Keamanan dan Keselamatan Penerbangan Bandar Udara bersama-sama Kepala
Kepolisian dan/atau TNI yang mempunyai tanggungjawab pengamanan wilayah
teritorial terhadap Bandar Udara tersebut, dibantu Kepala Keamanan dan Keselamatan
Operator Penerbangan.

(“PT. Gapura Angkasa bertanggungjawab melaksanakan perintah-perintah dari


pengendali keadaan darurat sesuai tugas dan fungsi sebagai Ground Handling“).

e. Untuk penanganan keadaan darurat/tanggap darurat yang disebabkan oleh ancaman


bom yang ditujukan ke gedung perkantoran Bandar Udara, komando koordinasi dan
rencana tindakan yang akan dilakukan, dipimpin langsung oleh Kepala Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan Bandar Udara bersama-sama Kepala Kepolisian dan/atau
TNI yang mempunyai tanggungjawab pengamanan teritorial terhadap Bandar Udara
tersebut.

(“PT. Gapura Angkasa bertanggungjawab melaksanakan perintah-perintah dari


pengendali keadaan darurat sesuai tugas dan fungsi sebagai Ground Handling”).

f. Untuk kebakaran bangunan gedung dan fasilitas di Bandar Udara, seluruh kendali
emergency dibawah Unit Penyelamatan Penanggulangan Kebakaran Bandar Udara/Unit
Rescue Fire Fighting Station (RFFS) meliputi komando lapangan dalam hal;
pemadaman kebakaran.

(“PT. Gapura Angkasa mengikuti ketentuan dan komando dari penyelenggara Bandar
Udara, terbatas dalam fungsi pengamanan para penumpang (evakuasi Penumpang &
Barang)”. Untuk kebakaran pada peralatan penunjang pelayanan pesawat udara
(Ground Supports Equipments/GSE, kecuali Catering Truck dan Fueling Truck) atau
semua peralatan (GSE) yang dikendalikan oleh PT. Gapura Angkasa, akan menjadi
tanggungjawab PT. Gapura Angkasa dan sebagai langkah serta tindakan awal
dilakukan oleh operator peralatan penunjang pelayanan pesawat udara (Operator
GSE), dengan menggunakan alat Pemadam Kebakaran (Portable Fire
Extinguisher/Firex), yang terdapat pada alat GSE tersebut sebagai kelengkapan
standard pada peralatanan, dan dibantu dengan menggunakan alat Pemadam

Rev. 02 ERP - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kebakaran (Fire Extinguisher/Firex) yang terdapat di Parking Stand Pesawat Udara,


sambil tetap melaporkan”).

situasi tersebut ke Unit Pemadaman Kebakaran Bandar Udara (RFFS) dan apabila
langkah-langkah tindakan secara internal tidak dapat mengendalikan keadaan api,
maka operasi pemadaman dan penyelamatan dilakukan oleh Unit Pemadam Kebakaran
Bandar Udara (RFFS).

ERP 3.1.0 Prosedur Pelaksanaan Kondisi Darurat

ERP 3.1.1 Kecelakaan Pesawat Udara

Kecelakaan pesawat udara di sekitar Bandar Udara sampai Radius 5 Nm (± 8 km) dari
titik referensi Bandar Udara dan/atau jauh diluar Radius 5 Nm (± 8 km) :

1. Untuk kecelakaan pesawat udara di sekitar Bandar Udara sampai Radius 5 Nm (± 8


km) dari titik referensi Bandar Udara, Prosedur Tanggap Darurat yang digunakan masih
milik Penyelenggara Bandar Udara akan tetapi sebagai pimpinan pusat komando
lapangan untuk pemadaman kebakaran adalah Pimpinan pemadam kebakaran
Pemerintah Kota dan/atau Kabupaten dimana pesawat mengalami kecelakaan, sesuai
letak geografis dan wilayah kewenangan daerah tersebut, sedangkan pusat krisis tetap
dibawah komando Bandar Udara sebagai mana ditetapkan dalam Airport Emergency
Response Plan (dijelaskan dalam grid map),

(”PT. Gapura Angkasa dalam kejadian ini bertindak terbatas sebagai pendukung
operasional bila diperlukan dan berfungsi dalam pendampingan dan menenangkan
keluarga korban di Meet and Greet Room bersama-sama petugas Airlines”).

2. Untuk kecelakaan pesawat udara yang terjadi jauh dari Radius 5 Nm (± 8 km) dari titik
referensi Bandar Udara, Prosedur Tanggap Darurat yang digunakan milik Badan Search
And Rescue Nasional (BASARNAS), sesuai letak geografis dan wilayah kewenangan
daerah dimana pesawat mengalami kecelakaan, komando dalam proses pemadaman
apabila kondisi pesawat dapat dijangkau kendaraan pemadam kebakaran maka proses
akan dikendalikan oleh Pimpinan PKPPK Kabupaten atau Kota, sedangkan pusat krisis
tetap berada di Bandar Udara Origin dan Destination Penerbangan keberadaannya
dibawah komando Authority Bandar Udara sebagaimana ditetapkan dalam Airport
Emergency Response Plan dan Airlines Emergency Response Plan,

Rev. 02 ERP - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

(“PT. Gapura Angkasa dalam kejadian ini bertindak terbatas sebagai pendukung
operasional bila diperlukan dan berfungsi dalam pendampingan dan menenangkan
keluarga korban di Meet and Greet Room bersama - sama petugas Airlines (di jelaskan
dalam grid map”.)

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menangani diakibatkan Kecelakaan


Pesawat Udara adalah :

1. Petugas Departure Control (Depco) yang menerima informasi kecelakaan dari pihak
Aerodrome Control Tower (ADC) atau dari PIC (Pilot in Command) bertugas
melaporkan informasi tersebut kepada pimpinan tertinggi unit Operasional saat itu.

2. Senior Manager/Manager Operasi bertugas :

a. Sebagai alerting post dan melakukan koordinasi dengan unit-unit terkait internal
PT. Gapura Angkasa dan eksternal.

b. Mencetak Passenger Manifest sebagai informasi Load.

c. Mengisi informasi dan data-data yang di dapat ke dalam Crash Handling Checklist
Form.

3. Senior Manager/Manager Operasi atau pimpinan operasional tertinggi saat itu


bertugas:

a. Menyampaikan informasi kecelakaan kepada petugas Airlines yang bersangkutan


maupun kepada General Manager.

b. Berkoordinasi dengan petugas Airlines untuk menyiapkan peralatan teknik


(sesuai jenis pesawat udara) jika diperlukan guna tindakan evakuasi.

c. Melaporkan informasi kecelakaan kepada General Manager.

d. Mengirimkan petugas senior untuk bergabung dengan komite.

e. Mengerahkan petugas untuk pengamanan bagasi, kargo dan membantu para


penumpang.

f. Memonitor keadaan darurat.

4. General Manager bertugas :

a. Melaporkan informasi kecelakaan kepada Direksi.


b. Memonitor keadaan darurat.
Rev. 02 ERP - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.1.2 Evakuasi Pesawat Udara

1. Persiapan dilakukan dibawah komando Senior Manager/Manager Operasi, meliputi


:

a. Persiapan dan penanganan keperluan evakuasi (SDM, peralatan dan fasilitas


lainnya).

b. Kesiapan unit peralatan GSE dan peralatan lainnya untuk menunjang kegiatan
evakuasi.

c. Koordinasi dengan pihak airlines dalam rangka persiapan evakuasi untuk


mendapatkan instruksi lebih lanjut dan mengetahui rencana isolated area yang
telah disiapkan untuk evakuasi pesawat.

d. Koordinasi dengan Airlines untuk menyiapkan passenger manifest guna


identifikasi kewarganegaraan dari semua penumpang untuk dilaporkan ke
konsulat yang warga negaranya berada di dalam pesawat tersebut (International
Flight).

e. Pemberitahuan informasi tentang jumlah muatan pesawat (penumpang, bagasi


dan cargo) secara detail untuk persiapan penanganan evakuasi.

f. Koordinasi dengan Airport untuk mengetahui asembly area (tempat evakuasi


penumpang, barang dan cargo).

g. Persiapan kendaraan untuk keperluan evakuasi penumpang dari pesawat ke


asembly area.

h. Koordinasi dengan Otoritas Bandara untuk memastikan rumah sakit, tim medis
dan ambulans untuk keperluan evakuasi.

i. Briefing kepada semua staff yang telah ditunjuk untuk melakukan evakuasi.

2. Pelaksanaan oleh tim yang tergabung dalam Emergency Operation Centre (EOC).

a. Semua unit standby dan tergabung dibawah komando dari Head of EOC
(Emergency Operation Centre) Bandara.

b. Menjalankan instruksi dari EOC untuk evakuasi pesawat (sesuai SOP Gapura).

c. Memastikan semua peralatan yang akan digunakan untuk keperluan evakuasi


dalam kondisi serviceable dan sesuai dengan jenis pesawat udara yang ditangani.

Rev. 02 ERP - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Mengikuti semua proses evakuasi, bekerja sama dengan port authority dan pihak
kepolisian dalam melakukan pengamanan terhadap pesawat udara yang
dievakuasi.

e. Bekerja sama dengan tim EOC untuk mengidentifikasi penumpang yang yang
meninggal dunia, dan penumpang yang cedera berat, cedera ringan maupun
penumpang yang selamat.

f. Memberikan informasi yang dibutuhkan kepada penumpang dan keluarga korban


dengan sikap yang tenang.

g. Berkoordinasi dengan pihak Airline dan EOC untuk mengetahui perkembangan


terakhir kejadian atau ancaman terhadap pesawat udara tersebut.

h. Jika pesawat dinyatakan aman oleh EOC, maka dilakukan koordinasi dengan
pihak Airline untuk proses embarkasi selajutnya sesuai dengan prosedur yang
berlaku.

ERP 3.1.3 Keadaan siaga darurat ketika pesawat berada di udara atau dalam suatu
penerbangan

Apabila sebuah pesawat udara yang sedang mendekati Bandar Udara telah
menginformasikan kepada ATC (Air Traffic Controller) bahwa telah terjadi keadaan
darurat dan/atau diketahui mengalami masalah atau gangguan teknik maupun
keamanan yang akan menyebabkan atau diperkirakan akan menyebabkan kecelakaan,
maka peran PT. Gapura Angkasa di Cabang/Perwakilan di Bandara yang menerima berita
tersebut harus terus mengikuti perkembangan sesuai tingkat “Siaga” yang
dikembangkan oleh Pimpinan Tertinggi Pengendalian Keadaan Darurat di Bandar Udara
tersebut dengan format berita keadaan darurat sebagai berikut :

1. Untuk panggilan “Siaga I”

Pada panggilan Siaga I, unit-unit yang tergabung dalam tim tanggap darurat
melakukan konsolidasi ditempat, bersama Penanggungjawab Pelaksana Keadaan
Darurat Internal di Tingkat Cabang/Perwakilan, apabila telah diterima berita pada
kolom berikut :

Format Berita “1” (Terkait Pesawat Udara):

Rev. 02 ERP - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

No. Keterangan Deskripsi Klasifikasi

1 Nama Bandara xxx Kelas Cabang

2 Type Pesawat xxx N/W

3 Jumlah Penumpang & Crew xxx Orang

4 Posisi Pesawat pada Ketinggian xxx Feet

5 Perkiraan Waktu Kedatangan xxx Waktu Setempat

6 Landasan yang Digunakan xxx R/W

7 Bahan Bakar yang Masih Tersisa xxx Galon

8 Kejadian xxx Jenis Gangguan

9 Operator Pesawat Udara xxx Yg Mengalami Kejadian

10 Arahan Pimpinan Pelaksanaan Cabang/Perwakilan :

“Kepada seluruh anggota Tim Pelaksana Tanggap Darurat agar segera melengkapi diri
dengan data dan perlengkapan lainya sambil menunggu perintah lebih lanjut”.

Kondisi / Tingkatan Siaga Siaga I

2. Untuk panggilan “Siaga II”

Pada panggilan Siaga II ini, unit-unit yang tergabung dalam tim tanggap darurat
bergerak ke Crisis Center untuk tim pelayanan penumpang & bagasi dan untuk tim
lapangan (Ramp, Operator dan Security/AVSEC) bergerak mendekati perkiraan posisi
yang ditentukan oleh Penanggungjawab Pelaksana Keadaan Darurat di Tingkat
Cabang/Perwakilan, apabila telah diterima berita:

Rev. 02 ERP - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Format Berita “2” (Terkait Pesawat Udara):

No. Keterangan Deskripsi Klasifikasi

1 Nama Bandara xxx Kelas Cabang

2 Type Pesawat xxx N/W

3 Jumlah Penumpang & Crew xxx Orang

4 Posisi Pesawat pada Ketinggian xxx Long final Runaway

5 Jenis Kerusakan xxx Tempat kerusakan

6 Perkiraan Waktu Kedatangan xxx UTC

7 Landasan yang Digunakan xxx R/W

8 Bahan Bakar yang Masih Tersisa xxx Galon

9 Nama Airlines xxx Airlines

10 Lokasi Barang Berbahaya (bila ada) xxx DG

11 Kejadian xxx Jenis Gangguan

12 Operator Pesawat Udara xxx Yg Mengalami Kejadian

13 Arahan Pimpinan Pelaksanaan Cabang/Perwakilan :

“Pengarahan disampaikan oleh Komandan Pelaksana Keadaan Darurat Bandar Udara


(Pimpinan Crisis Center), Tim PT. Gapura Angkasa bersama Tim Airlines
mempersiapkan fasilitas dan sarana yang akan digunakan operasi darurat di Crisis
Center (Line Telpon, Telex, Email, Faximail dan fasilitas & sarana Ruang Press
Conference)”

Kondisi / Tingkatan Siaga Siaga II

Rev. 02 ERP - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Untuk panggilan “Siaga III”

Pada panggilan Siaga III ini, unit-unit yang tergabung dalam tim tanggap darurat
bergerak ke Crisis Center untuk tim pelayanan penumpang & bagasi dan untuk tim
lapangan (Ramp, Operator dan Security/AVSEC) bergerak mendekati perkiraan posisi
yang ditentukan oleh Penanggungjawab Pelaksana Keadaan Darurat di Tingkat
Cabang/Perwakilan, apabila telah diterima berita serta penyelamatan.

Format Berita “3” (Terkait Pesawat Udara):

No. Keterangan Deskripsi Klasifikasi

1 Nama Bandara xxx Kelas Cabang

2 Type Pesawat xxx N/W

3 Jumlah Penumpang & Crew xxx Orang

4 Posisi Pesawat pada Ketinggian xxx Long final Runaway

5 Jenis Kerusakan xxx Tempat kerusakan

6 Perkiraan Waktu Kedatangan xxx UTC

7 Landasan yang Digunakan xxx R/W

8 Bahan Bakar yang Masih Tersisa xxx Galon

9 Nama Airlines xxx Airlines

10 Lokasi Barang Berbahaya (bila ada) xxx DG

11 Kejadian xxx Jenis Gangguan

12 Operator Pesawat Udara xxx Yg Mengalami Kejadian

13 Arahan Pimpinan Pelaksanaan Cabang/Perwakilan :

Tim (Ramp, Operator dan Security/AVSEC) bergabung di Victim Area untuk membantu
kegiatan pertolongan lapangan sesuai instruksi Komandan PKPPK (RFFS) Bandar
Udara yang sedang melakukan tindakan pemadaman dan penyelamatan terhadap
korban di Pesawat.

Kondisi / Tingkatan Siaga Siaga III

Rev. 02 ERP - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Tim Crisis Center bergabung di Meet and Greet Room bersama-sama Tim dari Airlines
untuk memberikan bantuan kepada para keluarga korban yang datang meminta
penjelasan disamping berfungsi menenangkan keluarga korban.

ERP 3.1.4 Penanganan dan tanggap darurat petugas di darat, ketika terjadi malfungsi
pesawat pada saat terbang

1. Petugas Departure Control (Depco) bertugas:

a. Menerima informasi dari Otoritas Bandara dan/atau PIC (Pilot in Command).

b. Melaporkan/meneruskan berita/informasi tersebut kepada Pimpinan Operasional


tertinggi saat itu (Manager Operasi, Duty Manager, Supervisor).

c. Berfungsi sebagai Alerting Post, berkoordinasi dengan unit-unit terkait internal PT.
Gapura Angkasa dan pihak eksternal.

d. Menyiapkan passenger manifest (daftar nama penumpang pesawat udara) dan


mengirimkan wakil untuk membawa passenger manifest di lapangan guna
keperluan lebih lanjut.

2. Senior Manager/Manager Operasi (Pimpinan Operasional tertinggi saat itu) bertugas


:

a. Menyampaikan informasi kepada petugas Operasi pihak Airlines bersangkutan.

b. Berkoordinasi dengan petugas Airlines untuk menyiapkan peralatan teknik (sesuai


jenis pesawat udara) yang diperlukan guna penanganan di darat lebih lanjut.

c. Melaporkan informasi kejadian kepada General Manager.

d. Berkoordinasi dengan unit eksternal di lapangan serta melakukan pengecekan


terhadap kesiapan di lapangan.

e. Mengirimkan petugas senior untuk bergabung dengan komite.

f. Mengerahkan petugas untuk pengamanan bagasi, kargo, dan membantu para


penumpang.

g. Memonitor keadaan darurat.

3. General Manager :

a. Melaporkan informasi kejadian kepada Direksi.

Rev. 02 ERP - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Memonitor keadaan darurat.

ERP 3.1.5 Ancaman Bom (Bomb Threat)

Ancaman bomb yang terjadi khususnya pada lingkup PT. Gapura Angkasa (Kantor Pusat,
Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan), maka prosedur tanggap darurat dilakukan, yaitu
:

1. Apabila ancaman diterima melalui telepon :

a. Bersikap tenang/tidak perlu panik,

b. Upayakan untuk mengulur-ulur waktu pembicaraan guna mendapatkan data-data


seakurat dan sebanyak mungkin,

c. Sambil berbicara dengan pengancam, ajukan pertanyaan minimal kepadanya


(mengingat waktu pembicaraan seringkali hanya singkat sekali) :

c.1 Apa jenis bom? (Timer, Barometric Altitude, atau Anti Handling?)

c.2 Dimana lokasi bom dipasang?

c.3 Kapan akan diledakkan?

c.4 Seperti apa bentuknya?

c.5 Apakah anda sendiri yang meletakkan?

c.6 Siapa nama dan dimana alamat anda?

c.7 Apa tuntutan anda?

d. Perhatikan suara pengancam (tenang, gugup, marah, garang, serak, sengau,


bersahabat, dsb).

e. Perhatikan juga latar belakang suara pengancam (jalan raya, bening, gaduh,
musik, suara banyak orang, terputus-putus, dsb).

f. Menulis data-data pembicaraan tersebut.

g. Melaporkan kepada atasan sesegera mungkin atau menghubungi Hotline Crisis


Center setelah menerima ancaman tersebut.

h. Crisis center dan/atau atasan penerima laporan segera

h.1 Mengisi Bomb Threat Call Checklist Form,

Rev. 02 ERP - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

h.2 Berkoordinasi dengan Manager/Kepala Security,

h.3 Berkoordinasi dengan Petugas Airlines (jika ancaman ditujukan kepada


Pesawat Udara),

h.4 Melaporkan kepada General Manager tentang ancaman tersebut.

i. Manager/Kepala Security/Pimpinan Operasional tertinggi

i.1 Melaporkan ancaman tersebut kepada pihak Otoritas Bandara (AMC, QIC).

i.2 Melaporkan ancaman tersebut kepada pihak-pihak yang menjadi target


ancaman.

i.3 Berkoordinasi dengan Crisis Centre agar memberikan atensi khusus kepada
target.

i.4 Berkoordinasi dengan petugas Airlines dan Otoritas Bandara dalam


pengambilan langkah-langkah selanjutnya.

ERP 3.1.6 Apabila mengetahui ancaman melalui media tertulis atau barang yang
mencurigakan lainnya

1. Segera melaporkan kepada atasan atau menghubungi Hotline Crisis Center sesegera
mungkin setelah menerima/mengetahui ancaman tersebut.

2. Crisis center dan/atau atasan penerima laporan segera

a. Berkoordinasi dengan Manager/Kepala AVSEC

b. Melaporkan kepada General Manager tentang ancaman tersebut.

3. Senior Manager/Manager/Kepala AVSEC/Pimpinan Operasional Tertinggi

c.1 Melaporkan ancaman tersebut kepada pihak Otoritas Bandara (AMC, QIC)

c.2 Melaporkan ancaman tersebut kepada pihak-pihak yang menjadi target ancaman

c.3 Berkoordinasi dengan Crisis Centre agar memberikan atensi khusus kepada
target

c.4 Berkoordinasi dengan petugas Airlines dan Otoritas Bandara dalam pengambilan
langkah-langkah selanjutnya.

Rev. 02 ERP - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. General Manager

a. Melaporkan informasi ancaman kepada Direksi

b. Memonitor keadaan darurat.

ERP 3.1.7 Ancaman Pembajakan (Hijacking)

Ancaman bomb yang terjadi khususnya pada lingkup PT. Gapura Angkasa (Kantor Pusat,
Kantor Cabang, dan Kantor Perwakilan), maka prosedur tanggap darurat dilakukan, yaitu
:

1. Apabila ancaman diterima meialui telepon/alat komunikasi lain

a. Bersikap tenang/tidak perlu panic.

b. Mencatat segala informasi yang didapat terkait dengan ancaman pembajakan


tersebut :

b.1 Tanggal, nomor penerbangan, registrasi pesawat udara, routing.

b.2 Jenis ancaman.

b.3 Waktu dan detail informasi yang diterima.

b.4 Posisi pesawat udara.

b.5 Tuntutan/motivasi pelaku.

b.6 Jumlah bahan bakar pesawat (berapa jam penerbangan?).

b.7 Jumlah penumpang dan awak pesawat udara.

b.8 Asal/tujuan penerbangan.

c. Segera melaporkan kepada Atasan atau menghubungi Hotline Crisis Center


sesegera mungkin setelah menerima/mengetahui ancaman tersebut.

d. Crisis center dan/atau atasan penerima laporan segera.

d.1 Mengisi Hijacking Checklist Form.

d.2 Berkoordinasi dengan Manager/Kepala Security.

d.3 Berkoordinasi dengan petugas Airlines untuk menyiapkan peralatan teknik


sesuai jenis pesawat udara yang diperlukan guna penanganan di darat lebih
lanjut (jika ancaman ditujukan kepada Pesawat Udara).

Rev. 02 ERP - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d.4 Melaporkan kepada General Manager.

e. Manager/Kepala Security/Pimpinan Operasional Tertinggi

e.1 Melaporkan ancaman tersebut kepada pihak Otoritas Bandara (AMC, QIC).

e.2 Melaporkan ancaman tersebut kepada pihak Airlines yang menjadi target
ancaman (jika ancaman ditujukan kepada pesawat udara).

e.3 Menginstruksikan kepada petugas Departure Control agar memberikan


atensi khusus kepada target.

f. General Manager

f.1 Melaporkan informasi ancaman kepada Direksi.

f.2 Memonitor keadaan darurat.

ERP 3.1.8 Keadaan Emergency Kebakaran Akibat Dangereous Goods (DG)

1. Apabila terjadi kebakaran akibat Dangerous Goods, lakukan tindakan pemadaman


sesuai dengan cara penanggulangan yang tercantum dalam document pengangkutan
dan petunjuk emergency response yang terdapat pada :

a. Material Safety Data Sheets.

b. Emergency Response Guidance pada Dangerous Goods Manual yang berlaku


sesuai dengan UN/ID Number barang berbahaya tersebut. Sebagai acuan lainnya
dapat dipergunakan Aircraft Emergency Response Driils terlampir,

2. Apabila terjadi pencemaran terhadap pakaian dan kulit, segera lakukan tindakan
sebagai berikut :

a. Pindahkan pakaian yang terkena pencemaran.

b. Cuci bagian kulit selama ± 15 menit dengan air bersih yang mengalir.

c. Khusus DG divisi 4.1 (self reactive substance) dan 5.2 (organic peroxide) hindarkan
dari sinar matahari.

d. Lakukan konsultasi dengan dokter atau Rumah Sakit dengan segera.

ERP 3.1.9 Penanganan terhadap Penumpang yang Sakit dan Meninggal

1. Penumpang kedatangan yang sakit mendadak dalam perjalanan di pesawat

Rev. 02 ERP - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Petugas/staff yang mendapat informasi bertugas :

a.1 Menghubungi pihak port health bandara atau rumah sakit terdekat.

a.2 Menghubungi pihak pengangkutan ambulance.

a.3 Menyiapkan kursi roda (WCHR).

a.4 Menghubungi security perusahaan.

a.5 Menghubungi dan menginformasikan pihak Airport Authority.

a.6 Unit Customer Service mencari data-data, alamat keluarga penumpang yang
meninggal serta menghubungi dan menginformasikan kepada keluarganya
tentang kejadian tersebut.

a.7 Membuat laporan kejadian dan penanganannya serta menyerahkannya


kepada atasan langsung.

a.8 Mengikuti instruksi yang diberikan atasan bersangkutan.

b. Duty Manager/Supervisor bertugas :

b.1 Berkoordinasi dengan petugas Airlines yang bersangkutan untuk segera


mengambil langkah lebih lanjut dan guna mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan.

b.2 Menyampaikan informasi kejadian kepada Manager yang menjadi atasannya


dan kepada unit kerja Security.

c. Senior Manager/Manager/ Kepala AVSEC bertugas:

c.1 Melaporkan kepada General Manager tentang kejadian tersebut.

c.2 Berkoordinasi dengan petugas Airlines dalam pengambilan langkah-langkah


selanjutnya.

d. General Manager bertugas :

d.1 Memonitor kejadian dan penanganannya.

ERP 3.1.10 Penumpang keberangkatan yang meninggal dunia mendadak di bandara


keberangkatan

1. Petugas/Staff yang mendapat informasi/mengetahui kejadian tersebut bertugas :

Rev. 02 ERP - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Menghubungi pihak port health bandara atau rumah sakit terdekat.

b. Menghubungi security perusahaan.

c. Menghubungi dan menginformasikan pihak Airport Authority.

d. Unit Customer Service mencari data-data, alamat keluarga penumpang yang


meninggal serta menghubungi dan menginformasikan ke keluarganya tentang
kejadian tersebut.

e. Membuat laporan kejadian dan penanganannya serta menyerahkannya kepada


atasan langsung.

f. Mengikuti instruksi yang diberikan atasan bersangkutan.

2. Duty Manager/Supervisor bertugas :

a. Berkoordinasi dengan petugas Airlines yang bersangkutan untuk segera


mengambil langkah lebih lanjut dan guna mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan.

b. Menyampaikan informasi kejadian kepada Manager yang menjadi atasannya dan


kepada unit kerja Security.

3. Senior Manager/Manager/Kepala AVSEC bertugas :

a. Melaporkan kepada General Manager tentang kejadian tersebut.

b. Berkoordinasi dengan petugas Airlines dalam pengambilan langkah-langkah


selanjutnya.

4. General Manager bertugas:

a. Memonitor kejadian dan penanganannya.

ERP 3.1.11 Penumpang Kedatangan yang Meninggal ketika berada di perjalanan


Pesawat Udara

1. Petugas/staff yang mendapat informasi bertugas.

a. Menghubungi pihak port health bandara atau rumah sakit terdekat.

b. Menghubungi security perusahaan.

c. Menghubungi dan menginformasikan pihak Airport Authority.

Rev. 02 ERP - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Unit Customer Service/Pasasi mencari data-data, alamat keluarga penumpang


yang meninggal serta menghubungi dan menginformasikan kepada keluarganya
tentang kejadian tersebut.

e. Membuat laporan kejadian dan penanganannya serta menyerahkannya kepada


atasan langsung.

f. Mengikuti instruksi yang diberikan atasan bersangkutan.

2. Duty Manager/Supervisor bertugas.

a. Berkoordinasi dengan petugas Airlines yang bersangkutan untuk segera


mengambil langkah lebih lanjut dan guna mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan.

b. Menyampaikan informasi kejadian kepada Manager yang menjadi atasannya dan


kepada unit kerja AVSEC.

3. Senior Manager/Manager/Kepala AVSEC bertugas.

a. Melaporkan kepada General Manager tentang kejadian tersebut.

b. Berkoordinasi dengan petugas Airlines dalam pengambilan langkah-langkah


selanjutnya.

4. General Manager

a. Memonitor kejadian dan penanganannya.

ERP 3.1.12 Kebakaran Bangunan/Gedung

Kebakaran bangunan/gedung dan fasilitas yang terjadi di Perkantoran PT. Gapura


Angkasa (Kantor Pusat, Kantor Cabang, dan Kantor Perwakilan) yang tidak berada di
lingkungan Bandar Udara, maka Prosedur Tanggap Darurat menggunakan Rencana
Tanggap Darurat Internal sebagai antisipasi :

1. Tanggap darurat yang diakibatkan oleh peristiwa kebakaran di Kantor Pusat.

Kebakaran Gedung Kantor Pusat dapat terjadi kapan saja, untuk itu perusahaan harus
mempersiapkan langkah-langkah yang tertuang dalam prosedur tanggap darurat.

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menangani kejadian krisis


manajemen yang diakibatkan kebakaran gedung kantor pusat merupakan

Rev. 02 ERP - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

tanggungjawab Sekretaris Perusahaan sebagai pemegang otorisasi kendali


emergency, adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

a. Corporate Secretary menerima laporan adanya nyala api dibagian gedung kantor
pusat yang disampaikan oleh saksi-saksi (Karyawan Gedung).

b. Corporate Secretary melakukan assesment penyebab timbulnya nyala api guna


menetapkan cara pemadaman yang tepat.

c. Corporate Secretary menginstruksikan untuk melakukan tindakan pengendalian


api dengan menggunakan peralatan yang ada di kantor (setiap ruangan) dan agar
dilakukan penyelamatan terhadap barang-barang atau aset yang masih dapat
diselamatkan.

d. Corporate Secretary melakukan langkah-langkah koordinasi dengan Unit Damkar


yang terletak berseberangan dengan gedung Kantor Pusat.

e. Corporate Secretary menginstruksikan seluruh penghuni kantor agar


mengamankan aset-aset yang masih dapat diselamatkan.

f. Corporate Secretary menginstruksikan seluruh karyawan laki-laki untuk membantu


melakukan isolasi api di area yang terbakar dengan menggunakan firex yang
tersedia.

g. Corporate Secretary memerintahkan karyawan untuk segera meninggalkan


gedung apabila keadaan api sudah tidak terkendali dengan menggunakan alat
pemadam yang ada.

h. Corporate Secretary menyiapkan langkah-langkah untuk mengumpulkan data-data


dan keterangan penyebab terjadinya kebakaran (apabila penyebab kebakaran
terjadi tepat di Kantor PT. Gapura Angkasa).

i. Corporate Secretary memerintahkan Manager Safety & Security Kantor Pusat


untuk melaksanakan investigasi dalam rangka mendapatkan keterangan dari para
saksi mata untuk mendapatkan bukti-bukti otentik penyebab terjadinya kebakaran.

j. Corporate Secretary bersama-sama Senior Manager General Affair & Public


Relation mewakili perusahaan orang yang bertanggungjawab memberikan
penjelasan-penjelasan atas kejadian kebakaran.

Rev. 02 ERP - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

k. Corporate Secretary bersama-sama Senior Manager Legal mewakili perusahaan


orang yang diberikan kuasa untuk melakukan pendampingan kepada para saksi
(Karyawan Perusahaan dan Pihak ketiga yang dipekerjakan) apabila ada investigasi
external (Kepolisian dan/atau Pengelola Gedung).

l. Corporate Secretary menginstruksikan untuk menginventarisir kerugian materi


maupun korban jiwa (apabila terjadi) yang dialami akibat terjadinya krisis
kebakaran.

m. Corporate Secretary bersama VP Corporate Planning & IT Support dan VP


Maintenance & Engineering melakukan langkah-langkah cepat untuk recovery
fasilitas perkantoran dan jaringan komunikasi yang musnah terbakar agar kegiatan
management Kantor Pusat tidak vacum.

n. Corporate Secretary menyiapkan dan menyampaikan laporan kejadian kebakaran


secara menyeluruh, tetapi tidak terbatas meliputi kerugian materi dan/atau fisik
serta data-data yang berkaitan dengan rekaman-rekaman (file) atau dokumen-
dokumen penting perusahaan.

ERP 3.1.13 Tanggap darurat yang diakibatkan oleh peristiwa kebakaran di Kantor
Cabang atau Perwakilan yang berada di luar Bandar Udara

Kebakaran Gedung Kantor Cabang atau Perwakilan dapat terjadi kapan saja, untuk itu
perusahaan harus mempersiapkan langkah-langkah yang tertuang dalam prosedur
tanggap darurat. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menangani kejadian
krisis manajemen yang diakibatkan kebakaran gedung kantor pusat merupakan
tanggungjawab General Manager atau Kepala Perwakilan sebagai pemegang otorisasi
kendali emergency, adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:

1. General Manager atau Kepala Perwakilan menerima laporan adanya nyala api
dibagian gedung kantor pusat yang disampaikan oleh saksi-saksi (karyawan gedung).

2. General Manager atau Kepala Perwakilan melakukan assesment penyebab timbulnya


nyala api guna menetapkan cara pemadaman yang tepat dan memerintahkan kepada
seluruh karyawan untuk melakukan tindakan penyelamatan aset dan melokalisir api
dengan peralatan yang ada (Firex Kantor).

3. General Manager atau Kepala Perwakilan melakukan langkah-langkah koordinasi


dengan Unit Damkar setempat (Refer Local ERP).

Rev. 02 ERP - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. General Manager atau Kepala Perwakilan menginstruksikan seluruh penghuni kantor


agar mengamankan aset-aset yang masih dapat diselamatkan.

5. General Manager atau Kepala Perwakilan menginstruksikan seluruh karyawan laki-laki


untuk membantu melakukan isolasi api diarea yang terbakar dengan menggunakan
Firex yang tersedia.

6. General Manager atau Kepala Perwakilan memerintahkan karyawan untuk segera


meninggalkan Gedung apabila keadaan api sudah tidak terkendali dengan
menggunakan alat pemadam yang ada.

7. General Manager atau Kepala Perwakilan menyiapkan langkah-langkah untuk


mengumpulkan keterangan penyebab terjadinya kebakaran (apabila penyebab
kebakaran terjadi tepat di Kantor Gapura Angkasa).

8. General Manager atau Kepala Perwakilan memerintahkan Senior


Manager/Manager/Duty Manager/Supervisor Safety & Security untuk melaksanakan
investigasi dalam rangka mendapatkan keterangan dari para saksi mata untuk
mendapatkan bukti-bukti otentik penyebab terjadinya kebakaran.

9. General Manager atau Kepala Perwakilan bersama-sama Senior


Manager/Manager/Duty Manager/Supervisor Safety & Security mewakili Perusahaan
yang bertanggungjawab memberikan penjelasan-penjelasan atas kejadian
kebakaran.

10. General Manager atau Kepala Perwakilan bersama-sama Senior Manager Legal
mewakili Perusahaan orang yang diberikan kuasa untuk melakukan pendampingan
kepada para saksi (karyawan perusahaan dan pihak ketiga yang dipekerjakan) apabila
ada investigasi external (Kepolisian dan/atau Pengelola Gedung).

11. General Manager atau Kepala Perwakilan menginstruksikan untuk menginventarisir


kerugian materi maupun korban jiwa (apabila terjadi) yang dialami akibat terjadinya
krisis kebakaran.

12. General Manager atau Kepala Perwakilan berkoordinasi dengan Corporate Secretary
bersama-sama VP Corporate Planning & IT Support dan VP Maintenance &
Engineering untuk melakukan langkah-langkah cepat dalam rangka recovery fasilitas
dan jaringan komunikasi yang musnah terbakar agar kegiatan management Kantor
Cabang/Perwakilan tidak vacum.

Rev. 02 ERP - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

13. General Manager atau Kepala Perwakilan menyiapkan dan menyampaikan laporan
kejadian kebakaran secara menyeluruh, tetapi tidak terbatas; meliputi kerugian
matery dan/atau fisik serta data-data yang berkaitan dengan rekaman-rekaman (file)
atau dokumen-dokumen penting perusahaan kepada Direksi.

ERP 3.2.0 Pelaksanaan Tanggap darurat Ketika Terjadi Krisis Operasional


dan/atau Kepegawaian

Keadaan darurat secara internal PT. Gapura Angkasa baik di Kantor Pusat, Kantor Cabang
atau Perwakilan dapat terjadi kapan saja, penilaian dan penetapan kondisi darurat tidak
terbatas pada terjadinya kecelakaan atau kebakaran sebagai mana diuraikan diatas,
melainkan setiap kejadian/peristiwa yang dapat berdampak terganggunya kegiatan
operasional dan manajemen secara besar-besaran atau luar biasa itu semua termasuk
kategori darurat.

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menangani kejadian krisis operasional


dan/atau manajemen yang diakibatkan oleh krisis kepegawaian, peristiwa banjir besar,
peristiwa gempa bumi, peristiwa peningkatan ancaman keamanan dan keselamatan dan
peristiwa gedung perkantoran yang dihuni runtuh, kejadian-kejadian luar biasa ini harus
disiapkan langkah-langkah penanggulangannya, termasuk mempersiapkan jalur Komando
maupun tanggungjawab di setiap fungsi agar jelas tanggungjawabnya. Krisis kepegawaian
dapat terjadi kapan dan dimana saja, untuk itu diperlukan langkah-langkah atau prosedur
tanggap darurat ketika krisis kepegawaian tersebut terjadi di Kantor Pusat, Kantor Cabang
maupun Perwakilan. Krisis kepegawaian yang harus diantisipasi adalah terjadinya
pemogokan masal berskala Regional maupun Nasional, meningkatnya krisis manajemen
yang dapat meningkatkan rasa ketidak percayaan dan ketidakpuasan karyawan terhadap
kinerja manajemen. Krisis kepegawaian pada umumnya dapat diantisipasi secara dini,
karena faktor-faktor yang menjadi penyebab pada umumnya terjadi secara simultan antara
peningkatan kerawanan-kerawanan yang diakibatkan oleh ketidakpuasan terhadap
kebijakan tentang Hak dan Kewajiban Karyawan.

ERP 3.2.1 Tanggap darurat yang diakibatkan oleh peristiwa krisis kepegawaian di Kantor
Pusat

Langkah-langkah koordinasi dan antisipasi terhadap krisis ini harus dilakukan sebagai
berikut:

Rev. 02 ERP - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Amati dan evaluasi setiap kebijakan yang berkembang di internal Perusahaan maupun
external Perusahaan yang dapat berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan dan
sebagai langkah antisipasi, hal ini harus dilaporkan oleh VP. Human Capital.

2. VP. Human Capital bersama-sama VP. Operation Services sebagai penanggung-jawab


Crisis Center segera melakukan rapat koordinasi dengan seluruh VP dan Head di Kantor
Pusat untuk melakukan langkah-langkah pencegahan kearah terjadinya Krisis
kepegawaian.

3. VP. Human Capital bersama-sama VP. Operation Services menetapkan, memutuskan


untuk mendatangkan tenaga bantuan dari kantor-kantor cabang untuk menutupi
kebutuhan resource guna menjalankan kegiatan manajemen dikantor pusat apabila tidak
terjadi kesepakatan dengan karyawan.

4. VP. Human Capital bersama-sama VP. Operation Services akan menetapkan terus
mempekerjakan tenaga perbantuan dari Kantor Cabang sampai ada keputusan pasti
yang ditetapkan oleh Direksi.

5. VP. Human Capital bersama-sama VP. Operation Services menyiapkan dan


menyampaikan laporan terjadinya krisis kepada Direksi.

ERP 3.2.2 Tanggap darurat yang diakibatkan oleh peristiwa krisis kepegawaian di Kantor
Cabang dan/atau Perwakilan

Langkah-langkah koordinasi dan antisipasi terhadap krisis ini harus dilakukan sebagai
berikut :

1. Amati dan evaluasi setiap perkembangan kebijakan yang berkembang di internal


perusahaan maupun external perusahaan bahkan kondisi dan situasi dimana Kantor
Cabang dan Perwakilan berada, yang dapat berpengaruh langsung terhadap kinerja
karyawan, sebagai langkah antisipasi dan setiap perkembangan yang terjadi agar segera
dilaporkan ke Direksi dan VP. Human Capital dan VP. Operation Services

2. VP. Operation Services sebagai penanggungjawab Crisis Center dalam kejadian ini
segera melakukan rapat koordinasi dengan seluruh VP di Kantor Pusat untuk melakukan
langkah-langkah pencegahan kearah terjadinya krisis kepegawaian.

Rev. 02 ERP - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. VP. Operation Services memutuskan dan menetapkan langkah-langkah kompromi untuk


dijadikan pertimbangan kebijakan oleh General Manager atau Kepala Perwakilan dalam
mengatasi krisis yang terjadi.

4. VP. Operation Services menetapkan, memutuskan untuk mendatangkan tenaga bantuan


dari Kantor-kantor Cabang lainya untuk menutupi kebutuhan resource di
Cabang/Perwakilan yang mengalami krisis guna menjalankan kegiatan Operasional
maupun Manajemen Kantor Cabang/Perwakilan tersebut, apabila tidak terjadi
kesepakatan dengan karyawan.

5. VP. Operation Services akan menetapkan terus mempekerjakan tenaga perbantuan dari
Kantor Cabang lain sampai ada keputusan pasti yang ditetapkan oleh Direksi.

6. VP. Operation Services menyiapkan dan menyampaikan laporan terjadinya krisis kepada
Direksi.

ERP 3.2.3 Tanggap darurat krisis kepegawaian yang diakibatkan oleh peristiwa Bencana
Alam (gempa bumi, banjir besar, dan tsunami) atau Peristiwa Alam Besar (Luar Biasa) yang
terjadi di Kantor Pusat, Kantor Cabang dan/atau Kantor Perwakilan.

langkah-langkah koordinasi dan antisipasi terhadap krisis ini dilakukan sebagai berikut :

1. VP. Operation Services menerima laporan atau mengetahui adanya peristiwa Bencana
Alam luar biasa disalah satu Cabang atau Perwakilan PT. Gapura Angkasa dan
melaporkan hal itu kepada Direksi.

2. VP. Operation Services sebagai penanggungjawab Crisis Center dalam kejadian ini
segera melakukan koordinasi dengan jaran terkait untuk menetapkan Pos Komando
Krisis (Crisis Center) ditempat yang telah ditetapkan.

3. VP. Operation Services sebagai penanggungjawab Crisis Center dalam kejadian ini
segera mengundang seluruh VP. dan Manager Kantor Pusat untuk melakukan rapat
koordinasi di Kantor Pusat guna menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan
(tidak terbatas waktu).

4. VP. Operation Services memutuskan dan menetapkan langkah-langkah yang akan


dilakukan dengan tetap mempertimbangkan setiap aspek yang dilaporkan General
Manager atau Kepala Perwakilan.

Rev. 02 ERP - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5. VP. Operation Services menetapkan, memutuskan untuk mendatangkan tenaga bantuan


dari Kantor-kantor Cabang lainya untuk menutupi kebutuhan resource di
Cabang/Perwakilan yang mengalami krisis, guna menjalankan kegiatan Operasional
maupun Manajemen Kantor Cabang/Perwakilan tersebut, mengingat dan
mempertimbangkan seluruh Karyawan dan keluarganya yang ada di Cabang atau
Perwakilan tersebut sedang mengalami musibah.

6. VP. Operation Services akan menetapkan terus mempekerjakan tenaga perbantuan dari
Kantor Cabang lain sampai kondisi karyawan setempat betul-betul pulih dari trauma
bencana dan/atau ada kebijakan lain yang diputuskan oleh Direksi.

7. VP. Operation Services menyiapkan dan menyampaikan laporan terjadinya krisis kepada
Direksi.

ERP 3.2.4 Tanggap darurat krisis kepegawaian yang diakibatkan oleh Peristiwa
Peningkatan Ancaman Keamanan di Kantor Pusat, Cabang dan/atau Perwakilan

Beberapa faktor penyebab meningkatnya ancaman kemanan adalah Suhu Politik secara
Nasional maupun Regional, konfrontasi antar negara, maraknya aksi terorisme yang
ditujukan kefasilitas-fasilitas umum, dan banyak faktor lainya yang harus dianstisipasi dan
diamati setiap saat.

Dalam hal ini PT. Gapura Angkasa memandang perlu untuk bersiaga jauh sebelum peristiwa
ini terjadi, adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. VP. Operation Services menerima laporan atau mengetahui adanya peristiwa besar yang
menyebabkan meningkatnya suhu politik secara luar biasa disalah satu Cabang atau
Perwakilan PT. Gapura Angkasa dan melaporkan hal itu kepada Direksi.

2. VP. Operation Services sebagai penanggungjawab krisis dalam kejadian ini segera
melakukan koordinasi dengan jaran terkait untuk menetapkan Pos Komando Krisis (Crisis
Center) ditempat yang telah ditetapkan.

3. VP. Operation Services sebagai penanggungjawab Crisis Center dalam kejadian ini
segera mengundang seluruh VP dan Senior Manager Kantor Pusat untuk melakukan
rapat koordinasi di Kantor Pusat guna menetapkan langkah-langkah yang harus
dilakukan.

Rev. 02 ERP - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. VP. Operation Services memutuskan dan menetapkan langkah-langkah yang akan


dilakukan dengan tetap mempertimbangkan setiap aspek yang dilaporkan General
Manager atau Kepala Perwakilan.

5. VP. Operation Services menetapkan, memutuskan untuk menghentikan operasional di


Cabang/Perwakilan yang mengalami krisis tersebut apabila berdasarkan penilaian
peningkatan ancaman keamanan tersebut cenderung tidak terkendali dan
memerintahkan Manajemen Kantor Cabang/Perwakilan tersebut untuk berlindung atau
mengamankan diri dan keluarga sampai situasi betul-betul kembali kondusif.

6. VP. Operation Services bersama-sama seluruh jajaran Management Kantor Pusat terus
memantau perkembangan situasi di Kantor Cabang/perwakilan tersebut untuk
memastikan langkah-langkah selanjutnya.

7. VP. Operation Services melakukan koordinasi dengan para pelanggan penerbangan


untuk menyampaikan perkembangan stuasi yang terjadi di Cabang/Perwakilan tersebut.

8. VP. Operation Services memutuskan dan menetapkan operasional ditutup untuk waktu
tidak tertentu, berdasarkan pertimbangan atas penilaian situasi dan kondisi di
Cabang/perwakilan tersebut yang terus bergejolak.

9. VP. Operation Services memutuskan dan menetapkan operasional dibuka kembali,


berdasarkan pertimbangan atas penilaian situasi dan kondisi di Cabang/perwakilan
tersebut.

10. VP. Operation Services menyiapkan laporan peristiwa tersebut kepada Direksi.

ERP 3.3.0 Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan Rencana Tanggap Darurat

1. Untuk pelaksanaan prosedur Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa ditetapkan para
pemangku jabatan di Perusahaan sebagai penanggungjawab dalam melaksanakan
komando dan kontrol operasional dan koordinasi baik internal dan/atau lintas
perusahaan maupun instansi, sebagai berikut :

2. Pemangku Jabatan Direktur Operasi PT. Gapura Angkasa adalah Pejabat Tertinggi yang
bertanggungjawab atas terselenggaranya Prosedur Tanggap Darurat PT. Gapura
Angkasa.

3. Pemangku Jabatan VP. Operation Services PT. Gapura Angkasa dan/atau Pejabat lain
yang ditetapkan oleh Pemangku Jabatan Tertinggi, adalah Pejabat Pelaksana
Rev. 02 ERP - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Operasional Prosedur Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa yang berkaitan dengan
kondisi darurat operasional antar/lintas Cabang.

4. Pemangku Jabatan VP. Corporate Secretary PT. Gapura Angkasa dan/atau Pejabat lain
yang ditetapkan oleh Pemangku Jabatan Tertinggi, adalah Pejabat Operasional Prosedur
Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa yang berkaitan dengan kondisi darurat yang
terjadi di Kantor Pusat.

5. Pemangku Jabatan VP. Human Capital PT. Gapura Angkasa dan/atau Pejabat lain yang
ditetapkan oleh Pemangku Jabatan Tertinggi, adalah Pejabat Operasional Prosedur
Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa yang berkaitan dengan kondisi darurat krisis
kepegawaian yang diakibatkan kebijakan manajemen kepegawaian.

6. Pemangku Jabatan General Manager dan Kepala Perwakilan dan/atau Pejabat lain yang
ditetapkan oleh Pemangku Jabatan Tertinggi, adalah Pejabat Pelaksana Operasional
Prosedur Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa ditingkat Cabang/Perwakilan yang
berkaitan dengan seluruh kejadian darurat di Cabang/Perwakilan yang dipimpinnya.

ERP 3.3.1 Lintas Komando dan Koordinasi dalam pelaksanaan Tindakan Tanggap Darurat

Dalam pelaksanaan tindakan tanggap darurat penting untuk ditegaskan jalur komando dan
koordinasi, agar pelaksanaan yang dilakukan efektif dan efisien, jalur dimaksud sebagai
berikut:

1. Untuk kejadian peristiwa darurat yang terjadi di Kantor Pusat, koordinasi operasional
penanggulangan keadaan darurat yang wajib mendapatkan laporan ditingkat Pusat dari
Vice President (Operation Services, Corporate Secretary, Human Capital) dan/atau
Pejabat pelaksanan yang bertugas ketika terjadi peristiwa darurat adalah :

a. Direktur Utama

b. Direktur Operasi

c. Direktur Strategi dan SDM

d. Direktur Keuangan

e. Seluruh Vice President dan Head

2. Untuk kejadian peristiwa darurat yang terjadi di Cabang/Perwakilan, koordinasi


operasional penanggulangan keadaan darurat yang wajib mendapatkan laporan

Rev. 02 ERP - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ditingkat Pusat dari General Manager, Kepala Perwakilan dan/atau Pejabat pelaksanan
yang bertugas ketika terjadi peristiwa darurat adalah:

a. Pejabat Penanggungjawab Tertinggi Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa yaitu


Direktur Operasi.

b. Direktur Utama dan Direktur Strategi & SDM diluar penanggungjawab tanggap
darurat.

c. Pejabat Penanggungjawab pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa terkait


Operasional dan Bencana Alam yaitu VP. Operation Services.

d. Pejabat Penanggungjawab pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa terkait


Krisis Kepegawaian yaitu VP Human Capital.

e. Pejabat Penanggungjawab pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa terkait


Krisis yang terjadi di Kantor Pusat yaitu VP. Corporate Secretary.

3. Untuk kejadian peristiwa darurat yang terjadi di Cabang/Perwakilan koordinasi


operasional penanggulangan keadaan darurat yang wajib mendapatkan laporan
ditingkat Cabang/Perwakilan dari Senior Manager/Manager Operasi, Station
Representatif dan/atau Pejabat pelaksanan yang bertugas ketika terjadi peristiwa
darurat adalah:

a. Pejabat Penanggungjawab Pelaksana Operasional Prosedur Tanggap Darurat PT.


Gapura Angkasa ditingkat Cabang yaitu General Manager.

b. Pejabat Penanggungjawab Pelaksana Operasional Prosedur Tanggap Darurat PT.


Gapura Angkasa ditingkat Perwakilan yaitu Kepala Perwakilan.

c. Pejabat Penanggungjawab Pelaksana Operasional Prosedur Tanggap Darurat PT.


Gapura Angkasa ditingkat operasional Cabang/Perwakilan yaitu Manager
Operasi/Station Supervisor.

4. Koordinasi lintas instansi yang dilakukan oleh Penanggungjawab Tertinggi Tanggap


Darurat adalah :

a. Direktur Jenderal Perhubungan Udara.

b. Direktur Bandar Udara.

c. Direktur Navigasi Penerbangan.

Rev. 02 ERP - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Direktur Keamanan Penerbangan.

e. Direktur Angkutan Udara.

f. Kepala Otoritas Bandar Udara.

g. Direksi PT. Angkasa Pura I (Persero).

h. Direksi PT. Angkasa Pura II (Persero).

i. Direksi Airlines atau Kepala Perwakilan Airlines di Indonesia.

j. Kepala Pemerintahan Provinsi.

k. Kepala Pemerintahan Kota atau Kabupaten.

5. Koordinasi lintas instansi yang dilakukan oleh Penanggungjawab Pelaksana Tanggap


Darurat di Kantor Pusat adalah :

a. Customer Airlines (Level VP. Pelayanan Operasi atau General Manager).

b. Bea Cukai.

c. Imigrasi.

d. Karantina.

e. Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

f. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas Utama.

g. Ground Handling Agent lain.

h. Kepolisian Resort.

i. Komando Distrik Militer.

6. Koordinasi lintas instansi yang dilakukan oleh Penanggung jawab Pelaksana Tanggap
Darurat di Cabang/ Perwakilan adalah

a. Customers Airlines (Level Station Manager & Representatif & General Manager).

b. Bea Cukai.

c. Imigrasi.

d. Karantina.

e. Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

Rev. 02 ERP - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

f. ADC.

g. RFFS.

h. Aviation Security.

i. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas Utama.

j. Koordinator Transportasi (Apron Movement Control).

k. Ground Handling Agent lain.

l. Operator Cargo (perusahaan yang ada di cargo).

m. Depot Pengisian Bahan Bakar Pesawat Udara.

n. Polisi Resort Metro Bandar Udara atau Kabupaten/Kota

o. Komando Distrik Militer.

p. Seluruh Rumah Sakit Terdekat dengan peristiwa darurat.

q. Hotel/Penginapan terdekat peristiwa darurat.

Rev. 02 ERP - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.4.0 Struktur Organisasi Tanggap Darurat

ERP 3.4.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa
Tingkat Pusat (Perusahaan) / Kantor Pusat

Kantor Pusat

DIREKTUR UTAMA

(Pemberi Keputusan ERP)

DIREKTUR STRATEGI &


DIREKTUR OPERASI
SDM
(Penanggung Jawab ERP)
(Penanggung Jawab ERP)

CORPORATE
VP. HUMAN HEAD OF SAFETY,
VP. OPERATION SECRETARY
CAPITAL SECURITY &
QUALITY
(Pelaksana ERP (Pelaksana ERP
(Pelaksana ERP
Operasi) Gedung Kantor
SDM) (Pengelola ERP)
Pusat)

Keterangan :

 Direktur Utama sebagai pemberi Keputusan dalam Tanggap Darurat (ERP).


 Direktur Operasi sebagai Penanggung Jawab bidang Operasi dalam Tanggap Darurat
(ERP).
 Direktur Strartegi & SDM Penanggung Jawab bidang SDM dalam Tanggap Darurat (ERP).
 VP. Operation Sebagai pelaksana bidang Operasi dalam Tanggap Darurat (ERP).
 Corporate Secretary sebagai pelaksana Kantor Pusat dalam Tanggap Darurat (ERP).
 VP. Human Capital sebagai pelaksana bidang SDM dalam Tanggap Darurat (ERP).
 Head of Safety, Security & Quality pengelola dan kordinator dalam Tanggap Darurat
(ERP).

Rev. 02 ERP - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.4.2 Struktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa tingkat
Cabang Kelas Utama

Kantor Cabang Utama

GENERAL MANAGER

(Penanggung Jawab Pelaksana


ERP Kantor Cabang)

MANAGER SM. GROUND


MANAGER
INTERNAL SUPPORT SM. OPERASI
KEUANGAN
SERVICES EQUIPMENT (GSE)
(Penanggung Jawab ERP
Operasi Kantor Cabang)
(Penanggung Jawab ERP Karyawan, Logistik & Fasilitas
Kantor Cabang)

PELAKSANA / OPERATOR

Keterangan :

 General Manager sebagai penanggung jawab pelaksanaan dalam Tanggap Darurat (ERP)
tingkat Kantor Cabang.
 Manager Internal Services, Manager Keuangan dan Senior Manager Ground Support
Equipment (GSE) sebagai penanggung jawab dalam bidang SDM, logistik, fasiltas & sarana
Tanggap Darurat (ERP) tingkat Kantor Cabang.
 Senior Manager Operasi sebagai penanggung jawab dalam bidang operasi Tanggap
Darurat (ERP) tingkat Kantor Cabang.

Rev. 02 ERP - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.4.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa tingkat
Cabang Kelas I & 2

Cabang Kelas I & 2

GENERAL MANAGER

(Penanggung Jawab Pelaksana


ERP Kantor Cabang)

MANAGER MANAGER
MANAGER MANAGER OPERASI
INTERNAL GROUND SUPPORT
KEUANGAN
SERVICES EQUIPMENT (GSE)
(Penanggung Jawab ERP
Operasi Kantor Cabang)
(Penanggung Jawab ERP Karyawan, Logistik & Fasilitas
Kantor Cabang)

PELAKSANA / OPERATOR

Keterangan :

 General Manager sebagai penanggung jawab pelaksanaan dalam Tanggap Darurat (ERP)
tingkat Kantor Cabang.
 Manager Internal Services, Manager Keuangan dan Manager Ground Support Equipment
(GSE) sebagai penanggung jawab dalam bidang SDM, logistik, fasiltas & sarana Tanggap
Darurat (ERP) tingkat Kantor Cabang.
 Manager Operasi sebagai penanggung jawab dalam bidang operasi Tanggap Darurat
(ERP) tingkat Kantor Cabang.

Rev. 02 ERP - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 3.4.4 Sruktur Organisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa tingkat
Cabang Kelas 3, 4 dan Kantor Perwakilan

Cabang Kelas 3, 4 dan Kantor Perwakilan

GENERAL MANAGER / KEPALA


PERWAKILAN

(Penanggung Jawab Pelaksana) ERP


Kantor Cabang)

MANAGER ADMINSTRASI & MANAGER OPERASI


KEUANGAN
(Penanggung Jawab ERP Operasi
(Penanggung Jawab ERP Karyawan, Kantor Cabang)
Logistik & Fasilitas Kantor Cabang)

PELAKSANA / OPERATOR

Keterangan :

 General Manager / Kepala Perwakilan sebagai penanggung jawab pelaksanaan dalam


Tanggap Darurat (ERP) tingkat Kantor Cabang / Kantor Perwakilan.
 Manager Administrasi & Keuangan sebagai penanggung jawab dalam bidang SDM,
logistik, fasiltas & sarana Tanggap Darurat (ERP) tingkat Kantor Cabang.
 Manager Operasi sebagai penanggung jawab dalam bidang operasi Tanggap Darurat
(ERP) tingkat Kantor Cabang / Kantor Perwakilan.

Rev. 02 ERP - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 4.0.0 KEADAAN DARURAT DAN SIAGA

Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat/Rencana Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa


pada umumnya akan berafiliasi dengan Prosedur Tanggap Darurat yang dikembangkan oleh
setiap Bandar Udara dan Airlines, hal ini untuk menghindari terjadinya duplikasi komando
maupun tindakan yang akan mengakibatkan terjadinya hambatan.

Rencana Tanggap Darurat PT. Gapura Angkasa diberlakukan untuk keadaan-keadaan


darurat sebagai berikut:

ERP 4.1.0 Keadaan Darurat (Melibatkan Pesawat Udara)

1. Kecelakaan Pesawat Udara di Bandar Udara

Apabila kecelakaan pesawat udara telah terjadi di Bandar Udara.

2. Kecelakaan Pesawat Udara di Sekitar Bandar Udara

Apabila telah terjadi kecelakaan pesawat udara di sekitar Bandar Udara sampai radius
5 NM (± 8 Km) dari titik referensi Bandar Udara.

3. Keadaan Darurat Penuh Yang Berhubungan Dengan Pesawat Udara Sedang Terbang

Apabila sebuah pesawat udara yang sedang mendekati Bandar Udara telah
menginformasikan kepada ATC (Air Traffic Controller) bahwa telah terjadi keadaan
darurat dan/atau diketahui mengalami masalah atau gangguan yang akan
menyebabkan atau diperkirakan akan menyebabkan kecelakaan.

4. Gangguan Tindakan Melawan Hukum Terhadap Pesawat Udara

Apabila telah diketahui atau dicurigai bahwa sebuah pesawat udara menjadi subjek
ancaman sabotase dan pembajakan, atau aksi lain yang dapat menpengaruhi terhadap
operasional pesawat udara.

5. Ancaman Bom Terhadap Pesawat Udara

Apabila telah diketahui atau didapatkan informasi bahwa sebuah bom telah diletakkan
atau dicurigai diletakkan di pesawat udara.

6. Keadaan Darurat Terhadap Pesawat Udara di Darat

Apabila kejadian yang terjadi melibatkan pesawat udara yang sedang berada di darat
yang mana akan membahayakan keselamatan pesawat udara tersebut.

Rev. 02 ERP - 39
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

7. Siaga di Tempat (Standby)

Apabila sebuah pesawat udara yang sedang menuju Bandar Udara mengalami atau
dicurigai mengalami gangguan, namun gangguan tersebut tidak menyebabkan
kecelakaan pesawat udara. Namun fasilitas RFFS wajib bersiap-siap di fire station
masing-masing atau di dekat daerah pergerakan untuk mengantisipasi apabila kejadian
mengarah ke keadaan darurat penuh.

8. Siaga Cuaca

Ketika cuaca yang terjadi dapat mempengaruhi keselamatan pesawat udara pada
saat landing dan take-off dan juga keselamatan orang-orang, bangunan, fasilitas di
Bandar Udara

a. Keadaan Darurat, Tanpa Melibatkan Pesawat Udara

b. Tingkat Siaga

c. Format Berita Keadaan Darurat

ERP 4.2.0 Fasilitas, Sarana Komunikasi dan Koordinasi

Direktur Operasi bertindak sebagai Corporate Operation Control Center (COCC)

1. Contact : Direktur Operasi

2. Phone : (021) 654 5410 Ext. 2002

3. Fax. : (021) 654 5756

4. Email : hariyanto@gapura.id

ERP 5.0.0 PENDIDIKAN TANGGAP DARURAT (EMERGENCY RESPONSE PLAN


TRAINING)

Pelatihan dilakukan minimal 1 tahun dilakukan secara acak diseluruh unit operasi dan Back
Office

1. Skenario pelatihan dibuat berdasarkan kondisi-kondisi darurat yang diperkirakan dapat


terjadi

2. Materi Pelatihan meliputi


a. Penguasaan Prosedur Keadaan Darurat

Rev. 02 ERP - 40
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Penggunaan Sarana Keadaan Darurat

c. Penguasaan Jalur Keadaan Darurat

ERP 5.1.0 Simulasi Tanggap Darurat (Emergency Response Plan)

Simulasi dilakukan minimal 1 tahun sekali, dimana latihan dapat dilakukan secara
internal maupun gabungan dengan Pihak Authority/Building Management sebagai
Penyelenggara.

1. Mengirimkan pemberitahuan resmi tentang rencana pelatihan kepada unit-unit


internal/eksternal yang terkait dengan Latihan Penanggulangan Keadaan Darurat.

2. Skenario dibuat berdasarkan kondisi-kondisi darurat yang diperkirakan dapat terjadi.

3. Hasil latihan dilaporkan dengan mempergunakan form Emergency Response


Rehearsal Evaluation Report.

Rev. 02 ERP - 41
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 6.0.0 FORM EMERGENCY RESPONSE PLAN (ERP)

ERP 6.1.0 Emergency Response Rehearsal Evaluation Report

Branch Date Time

From :

To :

Rehearsal(s) Executed Rehearsal(s) Venue Rehearsal(s) Initioators

Participant

Brief Description of Scenario

No Drill Planning Y N
1 Was scenario prepared
2 Has the scenario communicated to related party
No Guidance Evaluation Y N
1 Are ERP Manual Guidance are effective and easy to follow?
2 Are related emergency numbers are able to contact
3 Do you have to propose any additional improvement
No Drill Evaluation G F P
1 Drill realism?
2 Managers/Supervisors level knowledge regarding drill’s subject
3 Office staff knowledge regarding drill’s subject
4 ERP Hotline Number Response
Proposal for Improvement

Further Comment

Rev. 02 ERP - 42
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Remarks

1. Legends for codes uses : Y = Yes, N = No, G = God, F = Fair, P = Poor

2. This form is use for internal refference and should be kept along drill data

3. This form shall be reported to Head Quarter cq. VP. Operation

Date Reported by Reviewed by Approved by

F-OP-027

ERP 6.2.0 Crash Handling Report

No Description Action by Time ( LT)

1 Date

2 Station

3 Flight Number

4 Aircraft Registration

5 Route

6 Time Information Received

7 Information

8 Total Passengers on board

9 Total crews on board

10 Time of Accident

Rev. 02 ERP - 43
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

11 Location/Estimate Location

F-OP-21

ERP 6.3.0 Bomb Threat Check List

Do what instructed and complete this form, then immediately notify your Leader or
Supervisor

QUESTIONS TO ASK DURING THE THREAT

1. What is kind of bomb is it?

Timer Barometric Altimeter Anti Handling

2. Where is it right now ?

3. When is it going to explode ?

4. What does it look like ?

5. Did you place the bomb ?

6. Why are you doing this ?

7. What is your name ?

8. What is your address ?

THREAT MESSAGE

Sex: Accent :

Age : Length of call :

Number at which call is received

Time : Date :

Rev. 02 ERP - 44
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

DESCRIPTION OF CALLER’S VOICE

Calm Nasal

Angry Stutter

Excited Lisp

Slow Raspy

Rapid Deep

Soft Ragged

Loud Clearing throat

Laughter Deep breathing

Crying Cracking voice

Normal Disguised

Distinct Accent

Slurred Familiar

If voice was familiar, who did it sound like ?

BACKGROUND SOUNDS

Street noise Animal

Crockery Clear

Office Factory

Machinery Static

Voices Local

PA System Long Distance

House Noises Market

Motor Stationery

Music Booth

Rev. 02 ERP - 45
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Other

THREAT LANGUAGE

Well spoken Message read

Foul Incoherent

Irrational Taped

Remarks

Person making reports

Unit/telp.

F-OP-022

Rev. 02 ERP - 46
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

ERP 6.4.0 Daftar Nomor Telepon Sebagai Sarana Komunikasi & Koordinasi PT.
Gapura Angkasa (Diisi Sesuai Dengan Lokasi Kantor Cabang)

DAFTAR NOMOR TELEPON

1. PT. Gapura Angkasa Branch Office Management

No Jabatan Telp. Kantor HP

1 General Manager

2 Senior Manager Operasi

3 Senior Manager GSE

4 Senior Manager Adm & Keu

5 Operation Manager

6 Customer Service Manager

7 Finance Manager

8 Internal Service Manager

9 Manager GSE

10 Cargo Manager

2. Provider/Supplier PT. Gapura Angkasa

No. Bidang Nama Perusahaan/Institusi Telp. Kantor

1 Aircraft Cleaning

2 Loading Unloading

3 SDM Outsourcing

4 Security

5 Catering

6 Fuel / Pertamina

Rev. 02 ERP - 47
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Airlines & Ground Handling Agent

Telp.
No. Airlines / GHA Jabatan Nama HP Fax Telex
Kantor

4. Instansi Pemerintahan Setempat/Lokal

No. Instansi Pemerintah Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

1 PEMDA Tk l /Tk ll

2 DINAS URUSAN HAJI

3 DINAS PERHUBUNGAN

4 DINAS PARIWISATA

5 PERTAMINA

6 KODIM

7 POLRES

8 DANLANUD

9 DANLANAL

10 BASARNAS

11 CUSTOMS

12 IMIGRASI

Rev. 02 ERP - 48
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

13 KARANTINA

14 PLN

15 TELKOM

16 KANTOR POS

17 JASA MARGA

DLL

5. Airport Administration

No. Instansi Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

1 Airport Administration

2 Deputy Airport Administration

3 QIC - AP-I / AP-II / UPT

4 GENERAL MANAGER AP-I/ AP-II

6. Air Trafic Control

No Bagian/Unit Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

1 Division of Air Traffic Operations Chief

2 Division of Airport Ground Operations

3 Air Traffic Service Co-ordinator

4 Aerodrome Control Towers ADC

5 Approach Control Office APP

6 Area Control Center ACC

7 Aeronautical Information Services AIS

8 Flight Communication AMSC

9 Flight Service Station FSS

Rev. 02 ERP - 49
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

10 Apron Movement Control AMC

11 Meteorology Station STAMET

7. Airport Security

No Bagian/Unit Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

1 Airport Safety Division

2 Security & Order Sub Division

3 Airport Command Port COMPOS

8. Kantor Medis / Kesehatan

No Instansi/Unit Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

1 Medical Emergency of PT. AP-I/AP-II

2 Medical Center of PT. AP-I/AP-II

3 Port Health Office

9. Pemadam Kebakaran

No Bagian/Unit Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

1 Fire Station watch Room

2 Fire Fighting and Rescue

10. Ambulance

No Ambulance Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

Rev. 02 ERP - 50
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

11. Kedutaan/Kantor Perwakilan Negara Asing

No Negara Alamat Telp. Kantor

12. Hotel

No Nama Hotel Kelas/Bintang Telp.

13. Restoran

No Nama Restoran Kelas/Bintang Telp.

Rev. 02 ERP - 51
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

14. Transportasi (Taxi & Bus)

No Nama Perusahaan (Taxi/Bus) Telp. Kantor 1 Telp. Kantor 2

15. Rumah Sakit

No Nama Rumah Sakit Alamat Telp. Kantor

Rev. 02 ERP - 52
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SECTION 8 - MANAJEMEN SYSTEM (MGS)

A. TUJUAN

Menetapkan sistem pengelolaan yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Mutu (Quality
Manajamen System) sebagai pemenuhan standar ISO 9001 yang di dalamnya mencakup
juga enam prosedur wajib, yaitu: pengendalian dokumen, pengendalian rekaman, internal
audit, pengendalian produk tidak sesuai, tindakan korektif dan tindakan pencegahan.
Section ini juga menetapkan pengelolaan yang berkaitan dengan Sistem Manajemen
Keselamatan (Safety Manajemen System) sebagai pemenuhan terhadap diterapkannya
aspek pengelolaan safety dalam kegiatan pengelolaan perusahaan khususnya pada
kegiatan operasional.

B. RUANG LINGKUP

Manajemen system ini diterbitkan dan disahkan untuk menjadi dasar dan petunjuk dalam
kegiatan pengelolaan sistem mutu dan safety di seluruh unit dan area kegiatan pengelolaan
PT. Gapura Angkasa.

C. SISTEMATIKA

Section 8 terbagi atas 2 Sub Panduan yang terdiri dari :

I. Quality Management System.

II. Safety Management System.

I. QUALITY MANAGEMENT SYSTEM

MGS 1.0.0 PERANCANGAN DAN SASARAN MUTU

MGS 1.1.0 Umum

1. Kualitas merupakan tanggung jawab setiap unit dan setiap personil yang terkait dalam
pelaksanaan tugasnya masing-masing yang mengacu kepada aturan, prosedur atau
ketentuan yang telah ditetapkan dan dikendalikan perusahaan dengan penanggung
jawab Direktur Utama yang didukung melalui pengelolaan di unit Unit Quality &
Standardization oleh Head of Safety, Security & Quality Assurance.

Rev. 02 MGS - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Perancangan produk dilakukan oleh seluruh jajaran yang terkait terhadap produk yang
dihasilkan, yaitu dengan cara pembuatan/penyusunan manual, prosedur ataupun
standard terhadap produk yang akan dihasilkan. Apabila diperlukan maka dalam
perancangan dapat menggunakan acuan dari pihak diluar perusahaan yang
berkompeten sesuai bidangnya, khususnya yang terkait dengan regulasi dan
perundangan.

3. Vice President di Kantor Pusat dan General Manager di Kantor Cabang bertanggung
jawab atas hasil dan ketersediaan rancangan proses kerja masing-masing, yang dapat
berbentuk Manual, Prosedur atau Work Instruction termasuk form kerja yang
dibutuhkan.

4. Perancangan produk disusun dengan tujuan agar sasaran perusahaan termasuk


sasaran mutu perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien, sasaran tersebut
dituangkan dalam suatu bentuk yang disebut Key Performance Indicator (KPI). Key
Performance Indicator dimaksud terdiri dari :

a. Perspektif Keuangan :

a.1 Sustainable Growth.

b. Perspektif Customer :

b.1 Consistent High Quality Product & Services.

b.2 Competitive Tarif

c. Perspektif Internal Proses :

c.1 Revenue Enchancement.

c.2 Operational Excellence.

c.3 Product & Service Quality Enhancement.

d. Perspektif Learning Growth :

d.1 High Performance Organization.

d.2 Employer of Choice.

5. Secara Korporasi tanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut merupakan


tanggung jawab Direksi dan dan untuk pencapaian Kantor Cabang merupakan
tanggung jawab dari General Manager masing-masing.
Rev. 02 MGS - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 1.2.0 Pengendalian dan Struktur Dokumen

1. Dokumen dibuat untuk menetapkan metode dalam mengendalikan, menerbitkan,


mengesahkan dan mengubah dokumen yang sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008
dalam lingkup kerja yang sesuai.

2. Setiap dokumen yang dihasilkan harus memiliki judul, nomor dokumen, revisi, tanggal
terbit dan informasi personil/pihak yang mempersiapkan, memeriksa dan menyetujui.

3. Dokumen juga mengatur sistem penomoran, pengelompokan, pengesahan,


pendistribusian, penyimpanan, revisi, penarikan, dan pemusnahan dokumen yang tidak
sesuai agar dokumen terkendali.

4. Management Representative (MR) untuk lingkup Kantor Pusat dan Wakil Management
Representative (WMR) untuk lingkup Kantor Cabang bertanggung jawab atas
pengendalian dokumen ini.

5. Struktur dokumen ditetapkan sebagai berikut :

Kode
Level Jenis dokumen
Dokumen

I Quality Manual QM

Manual M
II
Prosedur P
Work Instruction WI
III
Spesifikasi Teknis SP

IV Formulir atau check list F

a. Quality Manual adalah dokumen yang berupa pedoman umum mutu perusahaan

secara korporat. Dokumen ini berisi uraian mengenai : kebijakan mutu, lingkup
perusahaan, kebijakan perusahaan dalam memenuhi persyaratan Standar ISO
9001:2008, lingkup penerapan SMM, pengecualian (exclusion) persyaratan dan
interaksi antar proses SMM, serta daftar prosedur (referensi silang).

b. Manual adalah dokumen yang berupa pedoman umum terhadap suatu


subyek/pembahasan, yang didalamnya bisa terdapat informasi spesifikasi teknis.

Rev. 02 MGS - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Prosedur adalah dokumen mengenai proses tahapan pelaksanaan suatu pekerjaan.


Dokumen ini berisi antara lain: mengenai apa yang dilakukan, siapa yang melakukan,
serta kapan dan dimana melakukan pekerjaan tersebut.

d. Work Instruction adalah dokumen yang berupa instruksi kerja/penjelasan detil dari

prosedur atau tahapan kegiatan terinci (dari persiapan, pelaksanaan dan finalisasi)
untuk pelaksanaan suatu pekerjaan.

e. Spesifikasi Teknis adalah dokumen yang berupa detil uraian atau rincian teknis.

f. Formulir atau check list adalah dokumen yang berisi tabel/daftar untuk
pengisian/pemeriksaan data/informasi yang diperlukan dari suatu kegiatan atau
pelaksanaan pekerjaan.

6. Penyiapan (penyusunan), pemeriksaan (peninjauan) dan penyetujuan (pengesahan)


dokumen dilaksanakan sesuai matriks kewenangan dan tanggung jawab pengendalian
dokumen. Ketiga pihak tersebut dinyatakan pada lembar pengesahan di tiap dokumen.

7. Penomoran dan pengesahan dokumen antara lain:

a. Penomoran dan pengesahan dokumen sistem mutu ditetapkan dapat dilihat pada
lampiran 8.E.

b. Dokumen - dokumen ditunjukkan dengan adanya kode tiga huruf masing-masing


lokasi (contoh: Cengkareng = CGK, Denpasar = DPS, lihat Daftar Kode lokasi) pada
nomor dokumen dan tulisan cabang bersangkutan yang terdapat pada cover depan
dokumen.

MGS 1.3.0 Format Penulisan dan Pembuatan Dokumen

1. Halaman sampul/Cover ; Sebagai halaman terdepan yang pertama terbaca dari suatu
dokumen, Cover harus dapat memberikan informasi singkat, jelas dan tidak bermakna
ganda (ambigu) kepada pembaca tentang dokumen tersebut yang berupa nomor
dokumen, urutan revisi, jenis dokumen, judul dokumen.

a. Halaman pengesahan yang terdapat dihalaman cover berfungsi untuk menjamin


keabsahan dokumen oleh unit kerja terkait.

b. Daftar isi memuat semua bagian tulisan beserta nomor halaman masing-masing,
yang ditulis sama dengan isi dokumen tertentu. Biasanya agar daftar isi ringkas dan
jelas, sub bab derajat kedua dan ketiga boleh tidak ditulis.
Rev. 02 MGS - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Bagian isi memuat mengenai struktur isi dari sebuah dokumen dimana, di dalamnya
terdapat informasi-informasi tentang dokumen tersebut yang berupa tujuan, ruang
lingkup, definisi, referensi, dan informasi umum.

d. Lampiran merupakan data atau pelengkap atau hasil olahan yang menunjang
penulisan dokumen, tetapi tidak dicantumkan didalam bagian isi dokumen, karena
akan mengganggu kesinambungan pembacaan.

2. Metode Penyusunan Dokumen (berikut penjelasannya) sebagai berikut:

a. Lembar pengendalian dan pengesahan :

a.1 Header

Nama perusahaan, nama dokumen, judul dokumen, nomor dokumen, tanggal


terbit dokumen berlaku.

a.2 Footer

Nomor revisi, halaman dan jumlah halaman.

a.3 Jumlah Penggandaan

Sesuai jumlah copy pada daftar distribusi

a.4 Unit Pemegang

Menunjukan pejabat pemegang dokumen

a.5 Tanggal Distribusi

Tanggal dokumen tersebut didistribusikan oleh bagian pengendalian dokumen


atau seketariat ISO korporasi untuk Kantor Pusat dan ISO sekretariat Kantor
cabang.

b. Catatan Revisi

Bila dokumen direvisi, maka harus dicatat dalam lembar perubahan (halaman 2 setiap
dokumen) dan harus disahkan oleh Manajemen Representative (MR)/Wakil MR.

c. Daftar Isi, Berisi nomor bab, judul bab dan nomor halaman dalam dokumen.

d. Bagian Isi, berisi antara lain :

d.1 Tujuan; berisi tujuan dibuatnya dokumen dari unit kerja terkait.

Rev. 02 MGS - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d.2 Ruang lingkup; menunjukan dimana ruang lingkup penerapan dokumen yang
unit kerja tertentu diterapkan dan personel terkait yang harus bertanggung jawab
terhadap implementasi prosedur tersebut.

d.3 Definisi; definisi-definisi atau istilah-istilah khusus yang perlu diketahui.

d.4 Referensi; Acuan/rujukan yang digunakan untuk terlaksananya penerapan


dokumen yang bersangkutan.

d.5 Informasi umum yang berkaitan dengan pengendalian dokumen dan data.

e. Bagian Akhir, berisi :

e.1 Dokumen/formulir yang dipergunakan.

e.2 Keterangan yang menyangkut bentuk keberadaan dokumen yang bersangkutan.


Apabila menggunakan formulir, format formulir disusun sesuai kebutuhan
informasi data yang akan dikumpulkan.

e.3 Lampiran; berkaitan dengan pengendalian dokumen dan catatan kualitas.

e.4 Lampiran merupakan data atau pelengkap atau hasil olahan yang menunjang
penulisan dokumen, tetapi tidak dicantumkan didalam bagian isi karena akan
mengganggu kesinambungan pembacaan. Lampiran yang perlu disertakan
dikelompokan menurut jenisnya, antara lain table, gambar, grafik, dan design.
Pengelompokan lampiran disesuaikan dengan kebijakan unit kerja/penerbit
dokumen.

3. Metode Penulisan

Penampilan merupakan faktor penting untuk mewujudkan dokumen yang rapi dan
seragam.

a. Kertas; spesifikasi kertas yang digunakan :

a.1 Jenis : HVS

a.2 Warna : Putih polos

a.3 Berat : 70 /80 gram

a.4 Ukuran : A4 (21,5 cm x 29,7 cm).

b. Pengetikan; ketentuan pengetikan adalah sebagai berikut:

Rev. 02 MGS - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b.1 Pencetakan dilakukan pada satu sisi kertas single side (jika halaman dokumen
tidak lebih dari 20 lembar).

b.2 Posisi penempatan teks pada tepi kertas :

 Batas kiri : 3 cm dari tepi kertas.

 Batas kanan : 2 cm dari tepi kertas.

 Batas atas : 2 cm dari tepi kertas.

 Batas bawah : 2 cm dari tepi kertas.

b.3 Setiap halaman pada dokumen, mulai daftar isi sampai lampiran harus diberi
“auto text”.

 Header

i. Pada kolom I dengan tulisan “GAPURA ANGKASA” (Tahoma/11 poin


cetak tebal), dibawahnya dengan tulisan “AIRPORT SERVICES”
(Tahoma/9 cetak tebal).

ii. Pada kolom II dengan tulisan “JENIS DOKUMEN” dibawahnya tulisan


“Judul Dokumen” (keduanya menggunakan huruf Tahoma/11 poin cetak
tebal).

iii. Pada kolom III dengan tulisan ”No. Dokumen:……” dibawahnya tulisan
“Tanggal terbit:……… (Tahoma 11 poin cetak normal format tanggal dd-
mm-yy.

 Footer

i. Pada kolom I dengan tulisan “Rev. : …….. (Tahoma/11 poin cetak normal,
ditulis pada paosisi rata kiri (Align left).

ii. Pada kolom II dengan tulisan “Halaman….. dari…. “ (Tahoma /11 poin
cetak normal) ditulis pada posisi rata kanan (align right).

b.4 Huruf menggunakan jenis Tahoma 11 poin (ukuran sebenarnya) dan diketik rapi
(rata kiri-kanan justified).

b.5 Pengetikan dilakukan dengan spasi 1,5 (line spacing = 1.5 lines).

b.6 Huruf yang tercetak dari printer harus berwarna hitam pekat dan seragam,
kecuali terdapat gambar berwarna.
Rev. 02 MGS - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Halaman sampul

Semua huruf dicetak dengan tinta hitam dengan spasi tunggal (line spacing= single)
dan ukuran sesuai dengan contoh di Lampiran.

MGS 1.4.0 Revisi Dokumen

1. Revisi dokumen dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Setiap dokumen harus dimutakhirkan dalam jangka waktu selambat-lambatnya sekali


dalam 3 (tiga) tahun.

b. Quality Manual dapat direvisi atas dasar pertemuan tinjauan manajemen dan/atau
hasil penilaian audit eksternal dan/atau perubahan pada struktur organisasi.

c. Dokumen sistem mutu lainnya dapat direvisi, atas dasar usulan dari unit kerja
dan/atau hasil audit dengan mengisi "Permintaan Perubahan Dokumen", form F-MR-
05A.

d. ISO Sekretariat Kantor Pusat dan/atau MR untuk lingkup Kantor Pusat atau ISO
Sekretariat Kantor Cabang dan/atau wakil MR untuk lingkup Kantor Cabang dengan
bagian terkait mendiskusikan usulan revisi. Untuk perubahan yang bersifat
redaksional/perubahan tanpa mengubah isi materi tidak dilakukan revisi.

e. Apabila disepakati, revisi dilakukan, kemudian dokumen diberi nomor revisi baru
beserta tanggal revisi.

f. Dokumen yang telah direvisi didistribusikan ke unit terkait dengan menggunakan form
pengiriman dokumen form F-MR-06 yang dilengkapi dengan form "Catatan Perubahan
Dokumen".

g. Revisi dapat dilakukan sampai revisi 20, setelah itu dokumen harus diterbit-ulang dan
kembali ke revisi 00, namun tetap menuliskan setiap perubahan isi dokumen yang
dicantumkan kedalam form F-MR-02 “Catatan Perubahan Dokumen”.

h. Penomoran form yang direvisi dilakukan dengan menambahkan abjad dibelakang


nomor form lama atau mengganti abjad sebelumnya (contoh: F-MR-01A).

i. HIN dikeluarkan oleh unit yang membidangi Operasi, Penjaminan Kualitas dan
Perawatan dan teknik GSE (OP, ZQ & OT). Unit terkait dimaksud terlebih dahulu
melakukan koordinasi sebelum HIN dikeluarkan.

Rev. 02 MGS - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Dokumen kadaluarsa dilakukan dengan cara antara lain :

a. Apabila dokumen revisi telah diberlakukan, dokumen yang lama/kadaluarsa harus


ditarik dari peredaran dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

b. Penarikan dan pengawasan dokumen kadaluarsa dilakukan oleh ISO Sekretariat


Kantor Pusat atau Cabang, sesuai dengan lingkup masing-masing.

c. Dokumen kadaluarsa diberi tanda dengan tulisan/stempel "OBSOLETE" dengan


warna merah untuk master dokumen atau yang disimpan oleh ISO Sekretariat Kantor
Pusat atau Cabang, sesuai dengan lingkup masing-masing, sedangkan dokumen yang
lain akan dimusnahkan dengan cara dimunahkan melalui mesin penghancur kertas
atau dimusnahkan dengan cara manual sehingga informasi di dalam dokumen tidak
sampai kepada pihak eksternal/di luar perusahaan. Form/Checklist/Gambar/Dokumen
pendukung yang kadaluarsa akan dimusnahkan sesuai dengan prosedur
"Pengendalian Rekaman".

3. Penerbitan, Persetujuan, Perubahan dan Pendistribusian Surat Keputusan/Instruksi


Direksi maupun Peraturan Perusahaan dikendalikan oleh bagian unit Hukum & Humas.
Penerbitan, Persetujuan, Perubahan dan Pendistribusian Surat Keputusan/Instruksi
General Manager dikendalikan oleh unit Internal Services.

4. Untuk pembuatan dokumen ISO 9001 yang baru, penyiapannya dilakukan oleh unit
terkait dan dikoordinasikan untuk ketentuan format dokumennya dengan ISO
Sekretariat.

MGS 1.5.0 Penyimpanan Dokumen

1. Penyimpanan Dokumen dilakukan sebagai berikut :

a. Setiap unit kerja harus menyimpan, memelihara dan mengelola dokumen di unit
kerjanya masing-masing dengan rapi, bersih dan baik (dipelihara kemutahirannya,
terlindungi dari kehilangan, kehancuran atau kebakaran). Dokumen harus dapat
dibaca, diidentifikasi dan dapat ditelusuri sumbernya.

b. Setiap pejabat struktural di tiap unit kerja bertanggung jawab terhadap kelengkapan
dan kesesuaian dokumen ISO-nya serta mengkoordinasikannya dengan ISO
Sekretariat.

Rev. 02 MGS - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Master dokumen yang ada dalam bentuk hardisk disimpan dan dipelihara oleh ISO
Sekretariat Kantor Pusat atau Cabang, sesuai dengan lingkup masing-masing dan
dapat dipergunakan sebagai back-up.

d. Master form (original) disimpan dan dipelihara oleh ISO Sekretariat Kantor Pusat atau
Cabang, sesuai dengan lingkup masing-masing.

e. Dokumen dalam bentuk kertas harus disimpan rapi dan baik dalam ordner/binder,
map, amplop maupun tempat lainnya yang mudah diakses, agar mudah digunakan
sebagai referensi/acuan kerja.

MGS 1.6.0 Distribusi Dokumen

1. Dokumen sistem mutu yang asli diberi keterangan dikontrol dengan stempel "MASTER"
dengan warna biru di cover depan dan disimpan oleh ISO Sekretariat Kantor Pusat atau
Cabang sesuai dengan lingkup masing-masing.

2. Dokumen sistem mutu yang akan didistribusikan diberi nomor sesuai dengan lembar
distribusi serta keterangan dikontrol/stempel "CONTROLLED, Copy No. :" dengan warna
biru di cover depan. Pada cover depan tersebut tidak boleh terdapat tulisan/copy
stempel “MASTER” untuk menghindari ketidakjelasan dan untuk kerapihan fisik
dokumen.

3. Untuk menjamin bahwa dokumen yang digunakan sebagai acuan kerja merupakan
dokumen yang terkini, maka setelah dokumen dinyatakan berlaku, ISO Sekretariat
Kantor Pusat atau Cabang melakukan pendistribusian dokumen dimaksud (secara parsial
ataupun kesatuan) kepada unit yang berkepentingan dengan dokumen tersebut, dengan
membubuhkan nama terang, tanggal dan tanda tangan pada form pengiriman dokumen,
form F-MR-06A. Pendistribusian dokumen kepada unit yang tertuju menjadi tanggung
jawab ISO Sekretariat dan bukan tanggung jawab unit yang menerbitkan.

4. Apabila pendistribusian dokumen dilakukan secara parsial dengan mengacu kepada unit
yang berkepentingan dengan dokumen tersebut, maka terhadap parsial dokumen
tersebut dilakukan kontrol, sebagaimana butir 2 diatas.

5. Dalam hal perusahaan mengalihkan pekerjaan kepada pihak luar dalam pelaksanaan
operasional pelayanan jasa Ground Handling, salinan dokumen-dokumen yang terkait
dengan pelaksanaan pekerjaan dapat didistribusikan kepada pihak luar dimaksud,

Rev. 02 MGS - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

dengan terlebih dahulu distempel “UNCONTROLLED” dengan warna biru dihalaman


muka.

6. ISO Sekretariat Kantor Pusat atau Cabang, sesuai dengan lingkup masing-masing, akan
mengatur dan memelihara daftar dokumen yang didistribusikan dengan mengisi Daftar
Distribusi Dokumen, form F-MR-01.

7. Dokumen kantor pusat yang didistribusikan ke cabang atau sebaliknya, dapat


digandakan dan didistribusikan dengan stempel "CONTROLLED, Copy No.: ".
Penomorannya dengan menambahkan abjad dibelakang nomor control copy (contoh
Controlled Copy No.6A). Daftar Penggandaan dan distribusi dokumen, form F-MR-12,
disimpan di masing-masing ISO Sekretariat.

8. Pendistribusian dokumen dalam bentuk soft copy CD harus dilakukan dengan format file
PDF dari dokumen Master, dan tetap dikoordinir oleh ISO Sekretariat.

9. Pendistribusian dokumen dalam bentuk soft copy melalui internal network (intranet)
komputer harus dilakukan dengan format file PDF dari dokumen Master, dan tetap
dikoordinir oleh ISO Sekretariat, terhadap adanya perubahan dokumen pada network
tersebut harus disampaikan informasinya melalui surat/email.

10. ISO Sekretariat Kantor Pusat atau Kantor Cabang, sesuai dengan lingkup masing masing
akan mengatur dan memelihara daftar dokumen yang didistribusikan dengan mengisi
Daftar Distribusi Dokumen, form F-MR-01.

11. Dokumen yang tidak dikontrol adalah dokumen yang tidak akan direvisi, yang akan
diberikan kepada organisasi/badan diluar PT. Gapura Angkasa atau untuk keperluan
perbanyakan internal. Dokumen yang tidak dikontrol diterbitkan dengan tulisan/stempel
"UNCONTROLLED" dengan warna biru di halaman muka.

MGS 1.7.0 Dokumen Eksternal

1. Jenis-jenis dokumen eksternal yang digunakan sebagai acuan disimpan dan dikendalikan
oleh masing-masing unit adalah :

a. Undang-undang dan/atau peraturan-peraturan dari pemerintah.

b. Peraturan-peraturan dari lembaga-lembaga penerbangan Internasional seperti IATA


(AHM, DGR, LAR) dan dokumen jenis lainnya yang berisi informasi-informasi yang
relevan.

Rev. 02 MGS - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Persyaratan-persyaratan dari Perusahaan Penerbangan pelanggan.

d. Manufacture Manual alat produksi dan fasilitas lainnya.

e. Dokumen lain yang terkait.

2. Dokumen dari luar disimpan dan dikendalikan oleh masing-masing unit, terkait. Personil
yang menggunakan/memerlukan akan memperoleh salinan dokumen dengan terlebih
dahulu distempel "CONTROLLED, Copy No.:"

3. Daftar dokumen eksternal yang ada di masing-masing unit dicatat pada form daftar
induk dokumen eksternal dan disampaikan ke ISO sekretariat Kantor Pusat dan cabang.

4. Apabila perubahan versi atas dokumen eksternal (khususnya dari perusahaan


penerbangan pelanggan), dokumen yang lama atau kadaluarsa harus ditarik dari
peredaran dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

5. Dokumen eksternal yang dinyatakan kadaluarsa diberi tanda dengan tulisan/stempel


“OBSOLETE” dengan warna merah untuk master dokumen atau yang disimpan oleh
ISO sekretariat kantor pusat atau cabang, sesuai dengan lingkup masing-masing,
sedangkan dokumen yang lain akan dimusnahkan. Form/Checklist/Gambar/Dokumen
pendukung yang kadaluarsa akan dimusnahkan sesuai dengan prosedur “Pengendalian
Rekaman”.

6. Buku/dokumen yang terkini/revisi terakhir dari IATA (AHM, DGR, dan dukumen lainnya)
dikoordinasikan ketersediaannya oleh Kantor Pusat. Untuk ketersediaan dokumen
tersebut dalam bentuk fotocopy (baik sebagian atau keseluruhan) harus diberikan tulisan
atau stample “FOR INTERNAL USED ONLY”. Pendistribusian dokumen ini dikoordinir
oleh ISO Sekretariat baik di Kantor Pusat maupun Kantor Cabang.

MGS 1.8.0 Pengendalian Catatan Rekaman (Form-form)

1. Pengendalian rekaman disusun untuk menetapkan metode dalam melaksanakan


identifikasi, pengumpulan, pengurutan, penyusunan, penyimpanan, pemeliharaan,
penelusuran, dan lama penyimpanan rekaman yang berhubungan dengan sistem
manajemen mutu. Pengendalian rekaman merinci standard manajemen dan kontrol bagi
pencatatan operasional untuk memastikan isi dan penyimpanan catatan yang berkaitan
dengan mutu sesuai persyaratan pelanggan dan otoritas terkait untuk memastikan
pencatatan hasil kerja operasional.

Rev. 02 MGS - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Management Representative (MR) untuk lingkup Kantor Pusat dan General Manager
selaku Wakil MR untuk lingkup Kantor Cabang bertanggung jawab atas pengendalian
rekaman ini.

3. Pengendalian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Pendokumentasian rekaman/catatan dapat dilakukan dengan menggunakan kertas


atau elektronik.

b. Seluruh rekaman/catatan harus disimpan sehingga memudahkan penempatan,


pencarian, pengembalian dan dilindungi dari bahaya hancur atau hilang.

c. Seluruh rekaman/catatan harus dapat dibaca, diidentifikasi dan dapat ditelusuri


kepada sumber kegiatan atau jasa yang terlibat.

4. Setiap unit kerja harus menyimpan, memelihara dan mengelola dan rekaman/catatan
yang dihasilkan oleh unit kerja masing-masing. Daftar induk rekaman/catatan harus
selalu dipelihara kemutakhirannya dan disimpan di ISO sekretariat.

5. Rekaman/catatan disimpan dan diurutkan menurut :

a. Urutan abjad.

b. Urutan kronologis (tanggal).

c. Nomor urut.

d. atau sesuai dengan kepentingan unit kerja terkait.

6. Rekaman/catatan dalam bentuk kertas harus disimpan rapi dan baik dalam file, binder,
map, maupun tempat lainnya.

7. Rekaman/catatan dalam bentuk soft copy harus dilengkapi dengan back up secara
berkala (daily/weekly) yang disimpan dalam bentuk hard disk, CD, flashdisk atau
perangkat lunak komputer lainnya setiap kali ada perubahan.

8. Lama penyimpanan rekaman harus dispesifikasikan dengan mempertimbangkan :

a. Peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

b. Sistem penyimpanan terpadu.

c. Alasan bisnis.

d. Resiko liabilitas di masa mendatang.

Rev. 02 MGS - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Persyaratan dari penerbangan pelanggan.

9. Apabila rekaman/catatan dari maskapai penerbangan pelanggan dikembalikan, harus


dibuatkan berita acara pengembalian rekaman. Apabila pelanggan tidak menentukan
maka lama penyimpanan rekaman dimaksud selama 90 hari.

10. Setelah masa simpan berakhir, maka pejabat terkait akan meninjau apakah rekaman
akan dimusnahkan atau dipindahkan ke gudang arsip.

11. Pemusnahan rekaman harus atas persetujuan pejabat tertinggi di masing-masing unit
kerja, General Manager untuk Kantor Cabang dan Direktur terkait untuk unit kerja di
Kantor Pusat.

MGS 2.0.0 REALISASI PRODUK

MGS 2.1.0 Umum

1. Dalam rangka mewujudkan suatu produk yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan
oleh pelanggan, maka perlu adanya pemantauan pengendalian kualitas dan pencatatan
serta analisa perbaikan berkelanjutan.

2. General Manager masing-masing Kantor Cabang bertanggung jawab atas pelaksanaan


realisasi produk dengan mengacu pada rancangan produk yang telah ditetapkan,
melakukan pemantauan dan pengendalian kualitas atas realisasi produk tersebut serta
melakukan pencatatan guna pengukuran hasil serta analisa perbaikan berkelanjutan.

3. General Manager wajib melaporkan hasil realisasi produk secara berkala kepada Direktur
terkait di Kantor Pusat. Laporan yang diberikan oleh Kantor Cabang dianalisis oleh Unit
terkait di Kantor Pusat sebagai tolak ukur kinerja dan langkah awal terhadap perbaikan
yang berkelanjutan, berupa up-dating manual ataupun berupa Surat Instruksi yang
dikeluarkan oleh direksi.

MGS 2.2.0 Kesesuaian Produk

1. Agar kualitas produk terjamin sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan, maka
perlu dilaksanakan pengawasan dan pengendalian.

2. Briefing–Debriefing merupakan proses pengarahan, penyampaian informasi atas kondisi


yang akan dihadapi, pemberian motivasi serta diskusi yang bertujuan untuk

Rev. 02 MGS - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pembelajaran bagi unit kerja terkait, pelaksanaan briefing-debriefing merupakan


tanggung jawab pimpinan masing-masing unit kerja.

3. Quality Control merupakan proses pemeriksaan/pengamatan/pengawasan terhadap


equipment, material dan pelaksanaan pekerjaan sebelum atau selama aktivitas produksi
tersebut berlangsung oleh personil yang memiliki wewenang atau dinamakan sebagai
Quality Control.

4. Wewenang sebagai Quality Control diberikan kepada personil yang memenuhi


persyaratan dan merupakan pemberian wewenang kepada personil tersebut untuk
melakukan pemeriksaan maupun pengawasan terhadap kesesuaian produk/spesifikasi,
dengan mempertimbangkan keutamaan pada:

a. Prosedur keselamatan dan keamanan atas proses pekerjaan di ramp, apron, cargo
dan terminal.

b. Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan dan resiko atas kegiatan operasional
perusahaan.

MGS 2.3.0 Pengendalian Produk Tidak Sesuai

1. Pencapaian istilah “0 defect” dalam suatu produk memerlukan proses yang baik,
sehingga hasil yang didapatkan diharapkan juga menjadi baik.

2. Dalam industri yang menghasilkan produk barang, apabila terjadi barang yang tidak
sesuai dengan standard yang diharapkan, maka barang tersebut dapat ditarik dan
digantikan dengan barang sejenis lainnya, ataupun dilakukan proses ulang kembali.

3. Dalam industri yang memiliki produk berupa jasa/pelayanan hal demikian tidak dapat
diterapkan, ketika suatu jasa/pelayanan yang sudah diberikan kepada
pelanggan/pengguna jasa tidak sesuai dengan standard yang diharapkan maka produk
tersebut tidak dapat diulang kembali, sehingga hal tersebut tentu akan menimbulkan
kesenjangan/kekecewaan penerima jasa/pelayanan. Untuk memperkecil
kesenjangan/kekecewaan atas kondisi tersebut maka perlu dilakukan “Service
Recovery”.

4. Beberapa hal yang perlu dalam melakukan Service Recovery antara lain:

a. Emphaty (empati).

b. Responsive (tanggap).
Rev. 02 MGS - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Reliable (dapat dipercaya).

d. Tangible (terukur).

5. Setiap kejadian terhadap produk yang tidak sesuai harus dilakukan pencatatan untuk
dilakukan evaluasi dan disampaikan dalam briefing-debriefing sehingga hal tersebut
menjadi proses pembelajaran bagi semua.

6. Apabila terjadi penyimpangan/ketidaksesuaian terhadap standard yang telah ditetapkan,


maka Quality Control wajib melakukan pencatatan dan bila penyimpangan tersebut
dapat mengganggu kinerja perusahaan, maka wajib melaporkan penyimpangan/ketidak-
sesuaian tersebut kepada General Manager setempat untuk diteruskan kepada Direktur
terkait di Kantor Pusat.

7. Pengendalian keluhan dari perusahaan penerbangan, penumpang atau pengguna jasa


Cargo berupa :

a. Menerima semua keluhan dari perusahaan penerbangan, penumpang atau pengguna


jasa kargo sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing.

b. Menentukan tindakan yang harus dilakukan terhadap keluhan tersebut sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.

c. Mengevaluasi keluhan-keluhan yang terjadi untuk dilakukan tindakan perbaikan dan


pencegahan yang diperlukan.

8. Pengendalian ketidaksesuaian dari proses antara lain:

a. Mengidentifikasikan ketidaksesuaian yang terjadi selama diterapkannya suatu proses


di unit masing-masing.

b. Menentukan tindakan yang harus dilakukan terhadap keluhan tersebut sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.

c. Mengevaluasi ketidaksesuaian yang terjadi dilakukan tindakan perbaikan dan


pencegahan yang diperlukan.

9. Pengendalian irregularities jasa Ground Handling berupa:

a. Mengidentifikasikan irregularities yang terjadi terhadap jasa Ground Handling di unit


operasional masing-masing cabang.

Rev. 02 MGS - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Menentukan tindakan yang harus dilakukan terhadap irregularities tersebut sesuai


dengan tanggung jawab dan wewenangnya masing-masing.

c. Mengevaluasi irregularities yang terjadi untuk dilakukan tindakan perbaikan dan


pencegahan yang diperlukan.

MGS 2.4.0 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

1. Prosedur ini dibuat untuk menjamin bahwa setiap masalah yang timbul diupayakan
pencegahannya secara terkoordinasi dan dicegah terulangnya masalah yang sama di
waktu yang akan datang/juga mencegah potensi ketidaksesuaian yang mungkin terjadi.

2. Prosedur ini mencakup aktivitas penanggulangan dan pencegahan terhadap sistem


manajemen mutu yang spesifikasinya tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Penanggung jawab atas pelaksanaan prosedur ini adalah semua pejabat PT. Gapura
Angkasa.

3. Tanggung jawab :

a. Setiap personil PT. Gapura Angkasa bertanggung jawab dalam mengambil inisiatif
terhadap tindakan koreksi dan pencegahan yang diperlukan dengan acuan
Permintaan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (PTPP)/form F-MR-07B, dari semua
unit terkait.

b. Untuk temuan yang ditemukan pada saat audit, maka Management Representative
untuk kantor pusat dan/atau Wakil Management Representative untuk kantor cabang
bertanggung jawab untuk:

b.1 Meninjau setiap permintaan tindakan koreksi dan pencegahan.


b.2 Meneruskan Permintaan Tindakan Perbaikan kepada unit yang terkait.
b.3 Memonitor keefektifan penerapan tindakan koreksi dan pencegahan.
b.4 Mengesahkan tindakan koreksi dan pencegahan yang telah ditutup.

c. Untuk temuan/keluhan pelanggan/saran yang ditemukan bukan pada saat internal


audit, maka manajemen di area yang terkait bertanggung jawab untuk meninjau dan
menindaklanjuti masalah tersebut.

d. Apabila terdapat temuan/keluhan pelanggan yang tidak dapat diselesaikan oleh


manajemen kantor cabang karena keterbatasan wewenangnya, maka

Rev. 02 MGS - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

masalah/keluhan pelanggan tersebut menjadi tanggung jawab manajemen kantor


pusat untuk menindaklanjutinya.

4. Inisiatif/usulan tindakan koreksi dan pencegahan

a. Setiap personil dapat memberikan usulan atau inisiatif koreksi atau pencegahan
sesuai dengan masalah yang timbul.

b. Inisiatif untuk tindakan koreksi/pencegahan dapat berasal dari:

b.1 Audit internal.

b.2 Audit eksternal.

b.3 Keluhan pelanggan.

b.4 Kinerja Operasional.

b.5 Kinerja Alat.

b.6 Kinerja Supplier.

b.7 Kompetensi Personil.

b.8 Uraian Jabatan.

b.9 Penyimpangan terhadap prosedur.

b.10 Ketidaksesuaian yang sering terulang.

c. Setiap usulan/inisiatif tindakan koreksi/pencegahan terhadap masalah yang


berhubungan dengan pihak luar (supplier, pelanggan) akan ditindak lanjuti dan
apabila diperlukan akan dibahas dengan pihak eksternal perusahaan.

5. Identifikasi masalah

a. Masalah yang berasal dari internal dapat langsung diidentifikasi pada saat terjadinya
permasalahan tersebut.

b. Masalah yang terjadi sebagai hasil audit internal akan diidentifikasi sesuai dengan
prosedur audit internal.

c. Untuk masalah yang terkait dengan supplier dapat diidentifikasi dari proses
penerimaan barang ataupun proses evaluasi supplier.

d. Masalah yang terkait dengan pelanggan dapat diidentifikasi melalui catatan keluhan
pelanggan.
Rev. 02 MGS - 18
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

6. Pencegahan dan tinjauan

a. Inisiator akan mencatat setiap permasalahan yang perlu ditindaklanjuti pada formulir
Permintaan Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (PTPP), form F-MR-07B, dan
meneruskan sesuai dengan penanggung jawab pada point MGS 2.4.3.

b. Management Representative/manajemen terkait untuk kantor pusat dan/atau Wakil


Management Representative/manajemen terkait untuk kantor cabang akan meninjau
apakah permasalahan tersebut perlu untuk ditindaklanjuti. Jika permasalahan
tersebut tidak perlu ditindaklanjuti, maka PTPP tersebut akan disimpan sebagai data
dan khususnya untuk keluhan pelanggan akan dikirimkan surat balasan yang
menyatakan bahwa keluhan tersebut tidak dapat ditindak lanjuti karena suatu alasan.

c. Jika permasalahan tersebut perlu ditindaklanjuti, maka Management


Representative/manajemen terkait untuk kantor pusat dan/atau Wakil Management
Representative/manajemen terkait untuk kantor cabang akan meninjau masalah
tersebut dan meneruskan kepada unit terkait.

7. Analisa penyebab masalah

a. Unit yang bersangkutan harus menganalisa penyebab potensial (akar permasalahan)


guna menetapkan tindakan koreksi yang perlu diambil dan bila diperlukan
pembahasan ini dilakukan bersama dengan departemen lain yang terkait.

b. Analisa ini dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi rekaman mutu yang ada
termasuk rekaman hasil audit, laporan keluhan pelanggan, rekaman tinjauan
manajemen, evaluasi vendor, dll.

c. Hasil pembahasan mengenai penyebab masalah akan dicantumkan pada form PTPP
termasuk juga rencana tindakan, batas waktu pelaksanaan dan personil yang
bertanggung jawab.

d. Jika hal tersebut berkaitan dengan pihak luar, maka rencana perbaikan tersebut
disampaikan pada unit terkait.

e. Tindakan perbaikan dapat ditetapkan setelah penyebab potensial terjadinya masalah


teridentifikasi dengan jelas dan unit yang bersangkutan harus menetapkan tindakan
yang perlu diambil guna mencegah terulangnya kembali masalah yang sama.

Rev. 02 MGS - 19
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. Tindakan Pencegahan dapat juga diambil berdasarkan hasil statistik yang menunjukkan
adanya suatu kecenderungan (trend) yang menunjukkan potensi terjadinya masalah.
Penetapan tindakan pencegahan harus berdasarkan pada tingkat potensi permasalahan.

9. Implementasi harus dilakukan sebagai berikut :

a. Semua unit yang terkait harus menerapkan tindakan koreksi dan pencegahan sesuai
dengan keputusan dalam pembahasan tersebut.

b. Apabila diperlukan, maka unit terkait perlu untuk mengadakan penyesuaian pada
quality manual, manual, prosedur, working instruction, maupun formulir/checklist.

c. Untuk hasil keputusan yang berhubungan dengan supplier maupun pelanggan akan
disampaikan oleh personil yang berwenang.

10. Monitoring dan verifikasi

a. Management Representative/Manajemen terkait untuk kantor pusat dan/atau Wakil


Management Representative/Manajemen terkait untuk kantor cabang akan mencatat
semua tindakan koreksi dan pencegahan pada "Daftar Permintaan Tindakan
Perbaikan", form F-MR-08.

b. Management Representative/Manajemen terkait untuk kantor pusat dan/atau Wakil


Management Representative/Manajemen terkait untuk kantor cabang akan
memantau penerapan tindakan koreksi dan pencegahan yang direncanakan dan
memastikan bahwa tindakan tersebut telah efektif dan menyelesaikan masalah.

c. Hasil penerapan tindakan koreksi/pencegahan di kantor pusat akan dilaporkan oleh


Management Representative kepada Direksi pada kesempatan pertama dan hasil
penerapan tindakan koreksi/pencegahan di kantor cabang akan dilaporkan oleh Wakil
Management Representative kepada Management Representative pada kesempatan
pertama.

MGS 3.0.0 AUDIT

MGS 3.1.0 Umum

Untuk memberikan penilaian kesesuaian produk terhadap penerapan peraturan yang


berlaku dan efektivitas daripada sistem manajemen mutu yang digunakan, salah satu

Rev. 02 MGS - 20
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

metode yang dilakukan ialah dengan melakukan audit. Audit dapat dikategorikan dalam
beberapa jenis sebagai berikut :

a. Audit Pengawasan Internal.

b. Audit Mutu Internal.

c. Audit Surveillance.

d. Audit Investigasi.

e. Audit Eksternal.

MGS 3.2.0 Audit Pengawasan Internal

1. Audit Pengawasan Internal dilakukan oleh unit kerja Satuan Pengawasan Intern (SPI),
dimana penanggung jawab dalam pelaksanaan audit tersebut ialah Kepala SPI.

2. Prosedur dan tata cara pelaksanaan audit pengawasan internal mengacu kepada
prosedur yang dibuat oleh unit SPI, serta peraturan lain yang terkait.

MGS 3.3.0 Audit Mutu Internal

Prosedur ini mengatur cara audit mutu internal yang bertujuan melakukan pemeriksaan
sistem mutu dalam periode tertentu baik sebagian maupun keseluruhan untuk mengetahui
apakah peraturan, prosedur dan sistem mutu yang memadai dan dilaksanakan, serta
sebagai materi tinjauan manajemen dan tindakan perbaikan berkelanjutan.

MGS 3.3.1 Umum

1. Audit Mutu Internal dilaksanakan di seluruh unit kerja Kantor Pusat dan Kantor Cabang
dengan mengacu pada persyaratan ISO yang berlaku, yang dilakukan oleh auditor yang
ditunjuk oleh Management Representative yang ditetapkan dalam satu surat
penugasan. Dalam hal ini auditor harus bersifat independen (auditor tidak boleh
melakukan audit kepada unit sendiri) dan audit dapat juga dilakukan secara
menyilang/antar lokasi (auditor Kantor Pusat mengaudit Kantor Cabang atau
sebaliknya dan auditor suatu Kantor Cabang mengaudit Kantor Cabang lainnya).

2. Untuk menjadi Auditor internal harus mengikuti pelatihan internal audit yang diadakan
oleh Gapura Training Center atau badan/lembaga yang berkompeten untuk
memberikan sertifikasi dengan terlebih dahulu dikoordinasikan kepada Management
Representative.
Rev. 02 MGS - 21
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Pengaturan dan koordinasi audit dilakukan oleh Head of Safety, Security & Quality
Assurance sebagai Management Representative.

MGS 3.3.2 Tujuan

1. Mengevaluasi efektifitas penerapan dan pemeliharaan SMM ISO 9001:2008.

2. Mengevaluasi kesesuaian sistem dengan persyaratan SMM yang digunakan.

3. Mengevaluasi pencapaian kinerja produk/jasa dan proses berdasarkan rencana/target


yang telah ditetapkan.

4. Mengidentifikasi adanya peluang-peluang penyempurnaan.

MGS 3.3.3 Ruang Lingkup

1. Meliputi pelaksanaan audit pada kegiatan operasional pelayanan Ground handling dan
Pergudangan baik yang dilakukan oleh internal PT. Gapura Angkasa maupun oleh pihak
ketiga yang ditunjuk oleh PT. Gapura Angkasa.

2. Audit dilaksanakan berdasarkan yearly audit planning yang dijadwalkan minimal 1


(satu) kali dalam satu tahun.

MGS 3.3.4 Tanggung Jawab

1. Head of Safety, Security & Quality Assurance selaku Management Representative


bertanggung jawab terhadap terlaksananya kegiatan audit mutu internal di Kantor
Pusat dan seluruh Kantor Cabang dalam hal :

a. Melakukan pengawasan "Program Audit Mutu Internal Tahunan", form F-MR-14


dengan frekuensi audit minimum 1 kali dalam 1 tahun.

b. Melakukan pemilihan tim audit serta menjamin bahwa audit dilaksanakan oleh
personil yang telah memperoleh pelatihan audit internal.

c. Menyelenggarakan pertemuan untuk menverifikasi hasil-hasil temuan tim audit.

d. Memonitor pelaksanaan tindak lanjut hasil audit, hingga selesainya temuan tersebut.

e. Melaporkan hasil audit kepada Direksi pada saat sesudah selesainya pelaksanaan
audit dan setelah di-closednya audit dan pada Rapat Tinjauan Manajemen.

2. General Manager selaku Wakil Manajement Representative untuk kantor cabang


bertanggung jawab dalam hal :
Rev. 02 MGS - 22
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

a. Menunjuk dan menyediakan sumber daya dari jajaran manajemen atau supervisor
untuk tidap unit kerja sebagai auditee yang bertanggung jawab untuk mendampingi
tim auditor.

b. Menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh tim auditor agar audit dapat
berjalan efektif dan efisien.

c. Menyediakan fasilitas dan data dukung yang diminta auditor.

d. Mendukung sepenuhnya kegiatan audit serta tindakan perbaikan untuk


ketidaksesuaian yang ditemukan dalam pelaksanaan audit.

e. Melakukan tindakan perbaikan atas temuan hasil audit.

3. Lead Auditor bertanggung jawab antara lain dalam :

a. Memimpin tim audit dalam pelaksanaan entry dan exit meeting.

b. Memberikan laporan kepada Management Representative (Head of Safety, Security


& Quality Assurance) dengan tembusan Wakil Management Representative (General
Manager), selanjutnya Management Representative melaporkan kepada Direksi.

4. Auditor bertanggung jawab antara lain :

a. Mengkomunikasikan dan menjelaskan persyaratan audit.

b. Mendokumentasikan pengamatan.

c. Mencatat dan memelihara laporan dan menverifikasi permintaan tindakan perbaikan


yang dilakukan sesuai dengan rencana pelaksanaan tindak lanjut.

d. Melaporkan hasil audit.

e. Bekerja sama dan mendukung lead auditor.

MGS 3.3.5 Perencanaan

1. Program Audit Mutu Internal Tahunan disiapkan dan disahkan oleh Head of Safety,
Security & Quality Assurance sebagai Management Representative.

2. Quality manual, manual, prosedur, working instruction serta dokumen sistem mutu
lainnya menjadi bagian yang diaudit untuk sekaligus mengevaluasi kesesuaian dengan
pelaksanaan kegiatan.

Rev. 02 MGS - 23
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Dalam penentuan frekuensi pelaksanaan audit, maka yang dapat menjadi bahan
pertimbangan adalah hal-hal sebagai berikut :

a. Tinggi atau kecenderungan meningkatnya ketidaksesuaian untuk hal-hal yang


sejenis.

b. Pengaduan dari pelanggan atas ketidaksesuaian dengan persyaratan yang telah


disepakati.

c. Penyimpangan terhadap peraturan yang berlaku.

d. Permintaan untuk tindakan koreksi dan pencegahan.

e. Pengenalan untuk peralatan, metoda atau proses yang baru.

f. Perubahan personil penting dan/atau personil yang cukup mempengaruhi mutu.


g. Hasil audit sebelumnya.

MGS 3.3.6 Persiapan

1. Pemberitahuan secara tertulis kepada auditee dilaksanakan minimal 10 (sepuluh) hari


kerja sebelum pelaksanaan audit dengan menggunakan "Jadwal Pelaksanaan audit",
form F-MR-15.

2. Persiapan audit dilaksanakan dengan melihat area maupun dengan meninjau dokumen
yang diperlukan.

3. "Audit Checklist" dapat dipergunakan apabila diperlukan, form F-MR-16.

MGS 3.3.7 Pelaksanaan

1. Audit dilaksanakan oleh tim internal auditor independent yang sedikitnya berjumlah 2
(dua) orang, dimana salah satunya sebagai lead auditor.

2. Setiap pelaksanaan audit dimulai dengan entry meeting dengan auditee. Pada saat
tersebut lead auditor akan menjelaskan ruang lingkup audit, jadwal audit, standard
maupun cara yang akan dipergunakan pada pelaksanaan audit.

3. Dalam pelaksanaan audit semua ketidaksesuaian akan didiskusikan dengan auditee.


Auditee mempunyai kesempatan untuk menjelaskan ketidaksesuaian maupun
dokumen penunjang sebelum ketidaksesuaian tersebut dituliskan dalam Non
Conformity Report (NCR), form F-MR-18. Jika NCR telah dikeluarkan, auditee menanda
tangani form tersebut pada tempat yang telah ditentukan.
Rev. 02 MGS - 24
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Pada saat exit meeting Lead auditor akan menjelaskan setiap temuan/ketidak sesuaian
serta secara resmi menyerahkan salinan laporan audit kepada auditee, sedangkan yang
asli diserahkan kepada Management Representative dan atau Wakil Management
Representative.

MGS 3.3.8 Hasil audit dan pelaporan

1. Laporan hasil audit internal ditujukan dan diserahkan kepada Head of Safety, Security
& Quality Assurance sebagai Management Representative dengan tembusan kepada
Wakil Management Representative paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja untuk
selanjutnya dipergunakan sebagai bahan dalam tinjauan manajemen setempat dan
akan dikompilasi untuk dibahas di Kantor Pusat.

2. Laporan Hasil Audit Mutu Internal, form F-MR-17 mencakup :

a. Acuan yang dipergunakan.

b. Tujuan kegiatan/program yang diperiksa.

c. Hasil evaluasi pemeriksaan.

d. Temuan/ringkasan hasil pemeriksaan.

e. Usulan/rekomendasi yang mendorong perbaikan.

f. Laporan hasil audit mutu internal disiapkan dan ditandatangani oleh Lead Auditor
dan disetujui dengan dintandatangani oleh auditee.

3. Klasifikasi hasil/temuan audit, yaitu:

a. Observasi : Merupakan suatu usulan/saran-saran dapat memberikan peluang


terhadap penyempurnaan/peningkatan terhadap sistem, proses maupun produk,
tetapi tidak terkait dengan penyimpangan dari prosedur atau ketentuan yang
berlaku.
b. Minor : Merupakan temuan yang terdapat penyimpangan terhadap mutu,
lingkungan dan K3 atau sistem manajemen mutunya, dimana penyimpangan
tersebut umumnya bersifat administratif, tidak mempunyai dampak serius atau lebih
banyak disebabkan karena ‘human error’.

c. Major : Merupakan temuan yang dapat membahayakan kelangsungan bisnis,


merusak reputasi organisasi, hilangnya pelanggan, berdampak serius terhadap

Rev. 02 MGS - 25
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pencapaian mutu, menimbulkan turunnya mutu produk/jasa atau dapat


menimbulkan ancaman segera dan langsung terhadap efektifitas SMM. Temuan ini
memerlukan tindakan perbaikan segera.

4. Pemantauan hasil audit dilakukan dengan cara :

a. Management Representative melakukan pemantauan/monitoring hasil audit yang


dilanjutkan dengan target pelaksanaan untuk tindakan koreksi dan perbaikan.

b. Laporan audit dianggap selesai bila sudah ditutup (closed out) dan ditanda tangani
oleh Lead Auditor pada form NCR.

MGS 3.3.9 Tindak Lanjut / Perbaikan Hasil Audit Internal

1. Batas waktu tindak lanjut/perbaikan hasil audit, yaitu:

a. Observasi : batas tenggang waktu perbaikan maksimal 2 bulan.

b. Temuan minor : batas tenggang waktu perbaikan maksimal 2 bulan.

c. Temuan major : batas tenggang waktu perbaikan persegera atau maksimal 1 bulan.

2. Auditee akan menindaklanjuti temuan audit dengan mengidentifikasi/menginvestigasi


terlebih dahulu akar penyebab dari permasalahan tersebut. Tindakan
pencegahan/koreksi yang dilakukan mengacu pada hasil identifikasi/investigasi dari
masalah tersebut di atas yang keseluruhannya dituangkan pada form F-MR-18 NCR.

MGS 3.4.0 Audit Surveillance

1. Audit Surveillance ialah audit yang dilakukan tanpa adanya pemberitahuan atau
komunikasi terlebih dahulu kepada auditee dan dilaksanakan oleh personil audit, auditor
ISO/ISAGO yang ditunjuk oleh Direktur Strategi & Human Capital Services.

2. Audit Surveillance dapat dilakukan dengan pertimbangan antara lain :

a. Tinggi atau kecenderungan meningkatnya ketidaksesuaian untuk hal-hal yang


sejenis.

b. Keluhan atau pengaduan dari pelanggan.

c. Hasil evaluasi dari laporan berdasarkan form F-OP-019 identifikasi bahaya.

d. Pemastian hasil verifikasi terhadap tindakan perbaikan dan pencegahan yang


dilakukan terhadap temuan audit.

Rev. 02 MGS - 26
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

e. Monitoring terhadap hasil Customer Satisfaction Survey (CSS) yang berdampak tidak
baik untuk perusahaan.

f. Pemantauan konsistensi penerapan standar/ketentuan ISAGO dan ISO.

3. Ruang lingkup audit meliputi kegiatan operasional pelayanan Ground handling dan
Pergudangan baik yang dilakukan oleh internal PT. Gapura Angkasa maupun oleh pihak
ketiga yang ditunjuk oleh PT. Gapura Angkasa.

4. Laporan hasil audit disampaikan kepada Direktur Strategi & HC Services, untuk menjadi
bahan masukan bagi Direksi guna pengambilan keputusan ataupun perbaikan mutu
berkelanjutan, paling lambat 5 (lima) hari kerja.

MGS 3.5.0 Audit Investigasi

1. Audit Investigasi ialah audit khusus yang dilakukan atas dasar perintah Direktur Utama
dikarenakan adanya hal-hal khusus, dengan pertimbangan antara lain :

a. Tinggi atau kecenderungan meningkatnya ketidak sesuaian untuk hal-hal yang


sejenis.

b. Keluhan atau pengaduan dari pelanggan.

c. Hasil Safety Review Board untuk tindakan koreksi dan pencegahan

d. Kecelakaan Kerja.

e. Hasil audit sebelumnya, dll.

2. Audit terhadap kejadian/kecelakaan yang berhubungan dengan pelayanan pesawat,


keselamatan personil dan perawatan mengacu kepada tata cara/panduan yang
disampaikan pada “MGS - Safety Management System”.

3. Audit dilakukan dengan memberitahukan terlebih dahulu kepada auditee dan laporan
hasil audit disampaikan kepada Direktur Utama guna pengambilan keputusan ataupun
perbaikan mutu berkelanjutan, paling lambat 5 (lima) hari kerja.

MGS 3.6.0 Audit Eksternal

1. Audit eksternal ialah pelaksanaan audit yang dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan,
baik pelanggan, badan/lembaga yang ditunjuk oleh perusahaan, maupun oleh otoritas
lain yang terkait dengan kegiatan PT. Gapura Angkasa.

Rev. 02 MGS - 27
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Management Representative untuk Kantor pusat dan Wakil Management Representative


untuk kantor cabang bertanggung jawab dalam hal :

a. Menunjuk dan menyediakan sumber daya yang bertanggung jawab untuk


mendampingi tim auditor.

b. Menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh tim auditor agar audit dapat berjalan
efektif dan efisien.

c. Menyediakan fasilitas dan data pendukung yang diminta auditor.

d. Mendukung sepenuhnya kegiatan audit serta tindakan perbaikan untuk


ketidaksesuaian yang ditemukan dalam pelaksanaan audit.

e. Menyelenggarakan pertemuan untuk menverifikasi hasil-hasil temuan tim audit.

f. Melakukan tindakan perbaikan secepatnya sesuai dengan waktu yang disetujui.

g. Meninjau temuan-temuan yang berkaitan dengan penerapan manajemen mutu yang


akan dibahas dalam tinjauan manajemen.

h. Melaporkan hasil audit pada rapat tinjauan manajemen.

MGS 4.0.0 TINJAUAN MANAJEMEN

MGS 4.1.0 Umum

1. Untuk menjamin agar prosedur dan proses perbaikan berjalan dengan efektif maka perlu
dilakukan tinjauan manajemen. Tinjauan Manajemen merupakan perwujudan komitmen
manajemen bahwa sistem mutu berjalan secara efektif dan berkesinambungan serta
sebagai sarana melakukan evaluasi dan tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan
atau ketidak sesuaian dalam pelaksanaan sistem mutu.

2. Tinjauan Manajemen dilakukan dalam lingkup Kantor Pusat PT. Gapura Angkasa maupun
masing-masing Kantor Cabang.

MGS 4.2.0 Pelaksanaan Tinjauan Manajemen

Tinjauan manajemen dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun untuk lingkup Gapura Angkasa secara
keseluruhan (Kantor Pusat).

2. Minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun untuk lingkup Kantor Cabang.
Rev. 02 MGS - 28
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Apabila terjadi perubahan struktur organisasi.

4. Hal-hal penting/mendesak yang menyangkut kebijakan, saran dan issue yang terkait
dengan operasional perusahaan serta aspek keamanan dan keselamatan.

MGS 4.3.0 Pembahasan dan Hasil dalam Rapat Tinjauan Manajemen

1. Masukan atau pembahasan dalam tinjauan manajemen harus mencakup informasi


tentang :

a. Hasil audit, baik audit internal ataupun audit eksternal.

b. Umpan balik pelanggan.

c. Hasil kerja proses dan kesesuaian produk.

d. Status tindakan pencegahan dan perbaikan.

e. Tindak lanjut tinjauan manajemen yang lalu.

f. Perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu.

g. Aspek/masalah keselamatan dan keamanan.

h. Saran atau usulan perbaikan.

2. Untuk ruang lingkup PT. Gapura Angkasa secara keseluruhan (Kantor Pusat),
Management Representative atas persetujuan Direktur Utama mengundang rapat untuk
pelaksanaan tinjauan manajemen yang ditujukan minimal kepada :

a. Para Direksi.

b. Para Vice President.

c. General Manager (apabila diperlukan).

d. Lead auditor mutu internal (apabila diperlukan).

3. Untuk masing-masing cabang, General Manager/Wakil Management Representative


(atau Koordinator ISO Sekretariat atas persetujuan WMR) mengundang rapat untuk
pelaksanaan tinjauan manajemen yang ditujukan kepada :

a. Para pejabat setingkat di bawah GM.

b. Para pejabat lainnya yang diperlukan.

c. Lead auditor mutu internal.

Rev. 02 MGS - 29
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

d. Para supervisor yang diperlukan.

Surat undangan dimaksud ditembuskan kepada Management Representative.

4. Rapat Tinjauan Manajemen untuk lingkup PT. Gapura Angkasa secara keseluruhan di
koordinasikan oleh Management Representative dan dipimpin oleh Direktur Utama,
sedangkan untuk lingkup kantor cabang dikoordinasikan oleh ISO Sekretariat dan
dipimpin oleh General Manager.

5. Hasil tinjauan manajemen mencakup keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan :

a. Perbaikan pada keefektifan sistem manajemen mutu dan proses-prosesnya.

b. Perbaikan pada produk berkaitan pada persyaratan pelanggan.

c. Sumber daya yang diperlukan.

6. Hasil rapat tinjauan manajemen dibuat dalam “Risalah Rapat Tinjauan Manajemen",
form F-MR-09 dan harus didistribusikan kepada Direktur Utama sebagai laporan dengan
tembusan kepada Management Representative.

7. “Risalah Rapat Tinjauan Manajemen", form F-MR-09 juga harus didistribusikan kepada
seluruh bagian, ditindak lanjuti bila ada masalah yang harus diselesaikan dan dimonitor
oleh Management Representative untuk lingkup kantor pusat, dan Wakil Management
Representative untuk lingkup kantor cabang. Risalah Rapat meliputi :

a. Masalah.

b. Rencana tindakan.

c. Penanggung jawab.

d. Batas waktu pelaksanaan.

8. Hasil rapat tinjauan manajemen Kantor Cabang wajib dilaporkan kepada Head of Safety,
Security & Quality Assurance, untuk digunakan sebagai masukan dalam Rapat Tinjauan
Manajemen Kantor Pusat.

9. Hasil rapat tinjauan yang menjadi acuan dan mempengaruhi pelaksanaan sistem
penjaminan kualitas wajib diinformasikan/disebarluaskan kepada seluruh jajaran,
khususnya pada jajaran yang terkait dengan proses tersebut.

Rev. 02 MGS - 30
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 5.0.0 INSPECTOR SAFETY, SECURITY & QUALITY (SSQ)

MGS 5.1.0 Umum

Tujuan utama dari Safety & Quality Audit Program adalah untuk memastikan bahwa
keselamatan & keamanan, kualitas dan Pelayanan yang diberikan sesuai dengan ketentuan
perusahaan dan memenuhi standar terbaik sehingga persyaratan pelanggan (customer
promises) dapat dipenuhi sesuai SGHA (Standard Ground Handling Agreement) dan/atau
SLA (Service Level Agreement) dan incident/accident dapat dicegah. Untuk meningkatkan
efektivitas pelaksanaan audit yang memberikan dampak langsung terhadap peningkatan
layanan serta pencegahan incident/accident maka maka pelaksanaan audit akan dilakukan
dengan 2 metode:

1. Safety & Service Audit

2. Inspection atau Surveillance Audit.

Program Audit/Inspection, kebijakan, prosedur, penerapan, ruang lingkup, evaluasi laporan


audit, catatan dan retensi dilakukan sesuai dengan Ground Operation Manual (GOM)
Section 8 point MGS 3.0.0 (CQMSM). Pelaksanaan program audit merupakan tanggung
jawab Head of Safety Security & Quality Assurance.
Auditor/Inspector melakukan inspection sesuai dengan program kerja dan program
pemeriksaaan yang telah ditetapkan dan melaporkan hasil pemeriksaan kepada Head of
Safety Security & Quality Assurance dengan copy laporan disampaikan kepada General
Manager di Kantor Cabang untuk secepatnya dilakukan langkah perbaikan dan pencegahan

MGS 5.2.0 Tanggung Jawab dan Wewenang

1. Head of Safety Security & Quality Assurance menunjuk seseorang untuk melaksanakan
inspection atau audit di Kantor Cabang maupun Kantor Pusat dan mengawasi seluruh
kegiatan dan proses terkait.

2. VP. Operasi Services (OP), VP. Maintenance & Engineering Services (OT), General
Manager (GM), dan Kepala Perwakilan harus memberikan keleluasaan bertindak dan
akses kedalam system manajemen dan operasional kepada auditor atau inspector
internal dalam melakukan pemeriksaan serta membuat rekomendasi dalam rangka
membangun kesesuaian untuk meningkatkan layanan (service) dan keselamatan
(safety).

Rev. 02 MGS - 31
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. General Manager dan unit terkait di Kantor Pusat bertanggung jawab untuk memastikan
tindak lanjut dan melaksanakan semua temuan inspeksi / audit baik aspek safety
maupun service.

4. Non-conformity (temuan) yang teridentifikasi harus dicatat, didokumentasi dan


dilaporkan kepada Management Representative.

5. Senior Manager Standardization & Sertification bertindak sebagai lead auditor untuk
melakukan inspeksi tahap dua atau audit internal yang dilaksanakan oleh Kantor Pusat
di Kantor Cabang ataupun dalam lingkungan Kantor Pusat dan jika berhalangan maka
Head of Safety Security & Quality Assurance akan menunjuk seseorang untuk menjadi
lead inspector/auditor.

MGS 5.3.0 Inspector / Auditor Kompetensi, Kualifikasi dan Kode Etik

1. Kompetensi :

a. Head of Safety Security & Quality Assurance harus memastikan kompetensi,


objektivitas, integritas dan ketidakberpihakan dalam proses Inspeksi.

b. Inspektor berwenang untuk:

b.1 Suspend kondisi non-standar/non-conformity segera.

b.2 Rekomendasi Issue kepada manajemen.

2. Kualifikasi

a. Pendidikan minimal SLTA dan memahami activitas operasional pada layanan di apron
maupun terminal yang dibuktikan dengan pengalaman kerja minimal 2 tahun di unit
operational PT. Gapura Angkasa dan atau mantan pejabat structural.

b. Telah lulus dalam pelatihan Gapura Angkasa Internal Inspektor / Auditor.

c. Memiliki sertifikat Training of Trainers (TOT).

3. Kode Etik:

Inspektor harus mengkonfirmasi kesediaannya untuk mengamati dan terikat oleh kode
etik berikut:

a. Inspector harus independen secara operasional dan mungkin diperlukan untuk


memeriksa area kerja mereka sendiri;

Rev. 02 MGS - 32
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Untuk bertindak dengan dapat dipercaya dan tidak bias dalam kaitannya dengan
kedua institusi dimana mereka bekerja, dikontrak atau terhubung secara resmi; dan
organisasi lainnya yang terlibat dalam Inspeksiyang dilakukan olehmereka atau oleh
personel di bawah kendali mereka;

c. Untuk mengungkapkan kepada employer setiap hubungan yang mereka mungkin


miliki dengan organisasi yang akan diperiksa sebelum melakukan fungsi Inspeksi pada
organisasi tersebut;

d. Tidak menerima hadiah atau keuntungan lainnya dari unit yang diperiksa, atau dari
orang lain yang berkepentingan dan juga tidak membiarkan bawahannya untuk
melakukan tindakan seperti tersebut diatas;

e. Mengkomunikasikan hasil Inspeksi/audit ke semua pihak terkait demi tindak lanjut


yang korektif dan efektif.

f. Tidak bertindak dengan cara apapun yang merugikan reputasi atau kepentingan
organisasi Inspeksi/audit.

g. Dalam hal terjadi pelanggaran dugaan kode ini, untuk bekerja sama sepenuhnya
dalam prosedur penyelidikan formal.

MGS 5.4.0 Lingkup Inspeksi / Audit

Seluruh proses yang berkaitan dengan kegiatan operasional station PT. Gapura Angkasa
yang meliputi, namun tidak terbatas pada:

1. Pre Flightdan PostFlight Services.

2. Aircraft preparation

3. Penanganan Penumpang, Bagasi, Cargodan surat di Airport Side.

4. Ramp area, GSE, Load Control & Load Master.

5. Workshop dan Warehouse

6. Rekrutmen, Kualification & Training.

7. Dan kegiatan lain yang terkait dengan pihak ketiga.

Rev. 02 MGS - 33
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 5.5.0 Proses Inspeksi

Proses Inspeksi harus ditetapkan dalam prosedur yang terdokumentasi dan termasuk
tahap-tahap berikut :

1. Inisiasi Inspeksi program kerja dan program pemeriksaan termasuk ruang lingkup dan
tujuan,

2. Perencanaan dan persiapan termasuk rencana Inspeksi dan pengembangan checklist;

3. Observasi dan pengumpulan bukti;

4. Analisis, temuan, tindakan;

5. Pelaporan dan ringkasan hasil Inspeksi/Audit

6. Tindak lanjut dan pelaksanaan.

Proses Pemeriksaan harus meliputi tahapan dimana Inspektor/Auditor internal dan orang
yang bertanggung jawab untuk unit yang diperiksa bersama-sama berdiskusi secara
komperehensif dan menyetujui temuan Inspeksi dan langkah-langkah tindak lanjut yang
disarankan. Seluruh tindakan korektif harus ditindaklanjuti untuk menjamin penyelesaian
dalam batasan waktu yang tepat. Jika pada Inspeksi sebelumnya direkomendasikan suatu
tindakan, pemeriksaan selanjutnya harus memeriksa efektifitas tindakan yang
direkomendasikan tersebut.

MGS 5.6.0 Pelaksanaan Inspeksi / Audit

1. Head of Safety Security & Quality Assurance akan menentukan Program kerja atau
program pemeriksaan dikantor cabang dan atau unit di kantor pusat. Inspeksi dilakukan
minimal 2 minggu sekali dan audit dilakukan minimal 1 tahun sekali diseluruh kantor
cabang. Namun, Inspeksi/Audit di Kantor Cabang tertentu dapat dilakukan melebihi
ketentuan diatas jika diperlukan karena keadaan khusus.

2. Tindak lanjut dari setiap Inspeksi/Audit harus dijadwalkan secara tegas untuk
memverifikasi bahwa tindakan korektif telah dilakukan secara efektif.

MGS 5.7.0 Fungsi & Tugas Inspector / Auditor (Job Description)

1. Memberi masukan kepada Head of Safety, Security & Quality untuk merencanakan, dan
menyusun program kerja/program pemeriksaan sesuai dengan kondisi Kantor Cabang
yang akan di Inspeksi / di Audit.
Rev. 02 MGS - 34
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Melakukan persiapan audit atau inspeksi sesuai dengan program kerja dan program
pemeriksaan yang telah ditetapkan oleh Head of Safety Security & Quality Assurance.

3. Memimpin Tim audit dalam pelaksanaan entry dan exit meeting (khusus lead auditor
untuk proses audit).

4. Mengkomunikasikan dan menjelaskan persyaratan dalam audit kepada auditee.

5. Mengidentifikasi potensi-potensi yang membahayakan dalam operasional/ Pelayanan


dengan maksud untuk mencegah incident/accident.

6. Memberikan laporan hasil inspeksi / audit kepada Management Representative (Head of


Safety Security & Quality Assurance) dengan tembusan kepada General Manager,
selanjutnya Management Representative melaporkan kepada Direktur Utama.

7. Membuat rekomendasi untuk melakukan perbaikan dan pencegahan atas ketidak


sesuaian yang terjadi.

8. Mendokumentasikan pengamatan.

9. Menguji dan memastikan korektif action yang dilakukan merupakan langkah effective
dalam perbaikan.

10. Mencatat dan memelihara laporan serta melakukan verifikasi tindak lanjut perbaikan
yang dilakukan sesuai dengan korektif action yang dibuat.

11. Melakukan investigasi secara independen apabila terjadi irregularity dalam pelayanan
atau incident, menerbitkan NCR dan membuat rekomendasi perbaikan serta melaporkan
kepada Hear of Safety Security & Quality Assurance.

12. Bekerja secara indipenden untuk mendukung program perusahaan dalam meningkatkan
layanan (service) sesuai dengan SLA & SGHA serta mencegah incident/accident.

Rev. 02 MGS - 35
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.0.0 FORM-FORM DAN TABEL MANAGEMENT REPRESENTATIVE (MR)

MGS 6.1.0 Daftar Distribusi Dokumen (F-MR-01)

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN

Copy No. Unit Pemegang Revisi


Master ........
1 ........
2 ........
3 ........
4 ........
5 ........
Dst.

F-MR-01

Keterangan :

- Unit pemegang dokumen Master adalah ISO Sekretariat (Ref. MGS 1.2.0 Paragraf 8).

- Unit pemegang dokumen Copy No. 1 adalah unit pembuat dokumennya.

- Unit yang tidak menerima copy dari dokumen tidak boleh dicantumkan pada kolom “Unit
pemegang”.

Rev. 02 MGS - 36
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.2.0 Catatan Perubahan Dokumen (F-MR-02)

CATATAN PERUBAHAN DOKUMEN

Revisi No. Dokumen Diubah Oleh Tanggal Penjelasan Perubahan

F-MR-02

Keterangan :

- Jika suatu dokumen nomornya atau judulnya berubah maka pada kolom revisi, nomor
revisinya tetap dilanjutkan dari nomor revisi dokumen sebelumnya.

- Kolom “No. Dokumen” diisi dengan nomor dari dokumen yang telah diubah.

- Kolom “Diubah Oleh” diisi dengan nama pembuat/penyusun yang merubah.

- Kolom “Tanggal” diisi dengan tanggal diterbitkannya dokumen yang dirubah.

- Kolom “Penjelasan Perubahan” diisi dengan ringkasan penambahan atau pengurangan


dari isi dokumen dan/atau keterangan lainnya dari berubahnya dokumen.

Rev. 02 MGS - 37
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.3.0 Daftar Rekaman (Form F-MR-03)

DAFTAR REKAMAN

Unit Kerja: .............................

Nama Penanggung Waktu Lokasi


No. No. Form Pengurutan
Rekaman Jawab Penyimpanan Penyimpanan

F-MR-03
Keterangan :

- Unit kerja diisi sesuai bidang/area/unit kerja.

- Kolom “Nama Rekaman” diisi dengan Judul dari Rekaman yang disimpan.

- Kolom “No. Form” diisi dengan nomor form dari tiap judul rekaman. Jika tidak terdapat
nomor formnya diberikan tanda “---“.

- Kolom “Penanggung Jawab” diisi dengan Nama Supervisor/Pejabat ditempat dokumen


berada.

- Kolom “Pengurutan” diisi dengan dasar dari pengurutan dokumen, contohnya:


pertanggal, per regristrasi pesawat, dll.

- Kolom “Waktu Penyimpanan” diisi dengan lamanya dokumen tersebut disimpan. Hal ini
dapat berdasarkan ketentuan pemerintah, permintaan airline sesuai kontrak atau
kebijakan internal masing-masing unit kerja.

- Kolom “Lokasi Penyimpanan” diisi dengan tempat dokumen tersebut disimpan, contoh
filing cabinet, lemari file, rak arsip, dll.

Rev. 02 MGS - 38
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.4.0 Daftar Induk Dokumen (F-MR-04A)

DAFTAR INDUK DOKUMEN

Lokasi : ...............................

No. Status
No. Judul Dokumen Tanggal Terbit
Dokumen Revisi

F-MR-04A

Keterangan :

- “Lokasi” diisi dengan Kantor Pusat atau sesuai Kantor Cabangnya.

- Kolom “No.” diisi dengan nomor urut.

- Kolom “No. Dokumen” diisi dengan No. Dokumen (dari Quality Manual, Manual, Prosedur,
Work Instruction, Spesifikasi Teknis dan nomor Form).

- Kolom “Judul Dokumen” diisi dengan judul/nama dokumen dari nomor dokumennya.

- Kolom “Status Revisi” diisi dengan nomor revisi yang terakhir/valid dari dokumen
tersebut.

- Kolom “Tanggal Terbit” diisi dengan tanggal penerbitan dari dokumen.


Rev. 02 MGS - 39
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.5.0 Pengajuan Perubahan Dokumen (F-MR-05B)

PENGAJUAN PERUBAHAN DOKUMEN

Dari
Kepada : Nama pengaju :
Management Representative
/ Wakil Manajemen Representative Unit Kerja :
Tanggal Pengajuan :
No. Dokumen :
Nama Dokumen :
No. Revisi dari Dokumen yang akan diubah :
Dipersiapkan oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :

Nama/tanggal Nama/tanggal Nama/tanggal


Uraian perubahan :

Tanggapan MR / WMR :

F-MR-05B

Keterangan :

- Kotak “Kepada” diisi dengan Manajemen Representative atau Wakil Manajemen


Representative (salah satu saja)

- Kotak “Nama pengaju” diisi dengan nama dari personil di unit yang menyetujui adanya
perubahan (Nama dimaksud sama dengan isian di kotak “Disetujui oleh”)

- Kotak “Uraian perubahan” diisi dengan ringkasan dari penambahan atau pengurangan
dari isi dokumen yang akan dirubah.

- Kotak Bagian “Dipersiapkan”, “Diperiksa” dan “Disetujui” diisi dengan tanda tangan, nama
dan tanggal terhadap dokumen yang akan diubah.

Rev. 02 MGS - 40
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.6.0 Pengiriman dan Pengambilan Dokumen (F-MR-06A)

PENGIRIMAN DAN PENGAMBILAN DOKUMEN

Kepada
Yth :
PENGIRIMAN DAN
PENGEMBALIAN DOKUMEN Dari
Tanggal
Quality Manual Working Instruction Spesifikasi
Manual Form Lain-lain
Prosedur Check List
Uraian/Keterangan
Status Tanggal (Menggantikan
No. Nama Dokumen Jumlah
Revisi Terbit Dokumen/Obsolete)

Keterangan :
 Setelah dokumen diterima dan Form telah ditandatangani, form dapat dikirimkan kembali
melalui e-mail/fax kepada pengirim (Sekretariat ISO / Unit terkait).
 Dokumen yang telah obsolete harap segera dimusnahkan.
Dikirim oleh Diterima oleh

(nama, lokasi kantor dan Unit) (nama, lokasi kantor dan Unit)
F-MR-06A

Keterangan :

- Kotak “Kepada” diisi dengan nama Jabatan dari suatu unit.

- Kotak “Dari” diisi dengan ISO Sekretariat.

- Pengiriman kembali form yang sudah diterima dapat dilakukan melalui email atau fax.

Rev. 02 MGS - 41
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.7.0 Permintaan tindakan perbaikan dan pencegah (F-MR-07C)

PERMINTAAN TINDAKAN PERBAIKAN DAN/ATAU PENCEGAHAN

Kepada : Dari :
Nama : Nama :
Unit Kerja : Unit Kerja :
Paraf :
Tembusan :
Nomor : PTPP/Kode Unit Kerja/Nomor Urut Permintaan
Tanggal permintaan :
Judul permintaan :
Dasar permintaan :
Uraian permintaan tindakan perbaikan dan/atau pencegahan:

Uraian tindak lanjut / jawaban atas permintaan :

Nama : Paraf : Tanggal :


Verifikasi atas tindak lanjut/jawaban atas permintaan :

Nama : Paraf : Tanggal :


F-MR-07C
Keterangan :

- Form ini dapat digunakan oleh siapa saja yang menginkan/mengharapkan adanya
tindakan untuk perbaikan atau pencegahan.

- Kotak “Kepada” diisi dengan nama personil yang dituju agar permintaan dapat diproses
atau ditindak lanjuti.

- Kotak “Dari” diisi dengan nama dari personil di unit yang meminta tindakan
perbaikan/pencegahan.

- Kotak “Tembusan” diisi dengan tembusan diinternal perusahaan.

- Kotak “Uraian tindak lanjut/jawaban atas permintaan” diisi oleh personil yang dituju untuk
membuat tindakan perbaikan/pencegahan.

- Kotak “Verifikasi atas tindak lanjut/jawaban atas permintaan” diisi oleh personil yang
mengajukan permintaan.

Rev. 02 MGS - 42
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.8.0 Daftar Permintaan Tindakan Perbaikan (F-MR-08)

DAFTAR PERMINTAAN TINDAKAN PERBAIKAN

No. Tanggal Judul Dari


Status Keterangan
PTPP PTPP Permintaan Nama Unit

F-MR-08

Keterangan :

- Form ini merupakan rekapitulasi atas data dari Form F-MR-07C.

- Kotak “Status” diisi dengan kata “Open” atau “Close”.

- Kotak “Keterangan” diisi dengan informasi tambahan yang sekiranya diperlukan.

Rev. 02 MGS - 43
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.9.0 Risalah Rapat Tinjauan Manajemen (F-MR-09)

RISALAH RAPAT TINJAUAN MANAJEMEN

Lokasi : ........................
Tanggal : ........................
Waktu : ........................
Penanggung Batas
No. Pembahasan/Permasalahan Rencana Tindakan
Jawab Waktu

F-MR-09
Keterangan :
- “Lokasi” diisi dengan Kantor Pusat atau sesuai Kantor Cabangnya.
- Kotak “Pembahasa/Permasalahan” harus diisi dengan agenda 1 s/d 8 (berikut uraiannya
dari hal yang dibahas). Lihat MGS 4.3.0 Paragraf 1, yaitu:
1. Hasil audit, baik audit internal ataupun audit eksternal.
2. Umpan balik pelanggan.
3. Hasil kerja proses dan kesesuaian produk.
4. Status tindakan pencegahan dan perbaikan.
5. Tindak lanjut tinjauan manajemen yang lalu.
6. Perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu.
7. Aspek/masalah keselamatan dan keamanan.
8. Saran atau usulan perbaikan.
Bila tidak terdapat pembahasan dari suatu agenda di atas, maka Judul Agendanya tetap
dituliskan namun uraian selanjutnya dituliskan tidak terdapat pembahasan/
permasalahan.
- Kotak “Rencana Tindakan” diisi dengan uraian tindakan yang akan dilakukan dari tiap-tiap
hal/subyek yang dibahas.
- Kotak “Penanggung Jawab” diisi dengan Nama dan Unit Kerja yang bertanggung jawab
atas rencana tindakan.
- Kotak “Batas Waktu” diisi dengan batasan waktu realisasi dari rencana tindakan.

Rev. 02 MGS - 44
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.10.0 Daftar Induk Dokumen Eksternal (F-MR-11)

DAFTAR DOKUMEN EKSTERNAL

Lokasi : ………………….........
Unit kerja : ............................

Kegunaan
No. Judul Dokumen Instansi Asal Edisi/Revisi
Dokumen

F-MR-11

Keterangan :

- Lokasi diisi dengan Kantor Pusat atau sesuai Kantor Cabangnya.

- Kolom “No.” diisi dengan nomor urut.

- Kolom “Judul Dokumen” diisi dengan nama dokumen/buku berikut ditambahkan dengan
nomor dokumennya jika ada.

- Kolom “Instansi Asal” diisi dengan nama instansi dari dokumen dimaksud.

- Kolom “Kegunaan Dokumen” diisi dengan uraian singkat dari kegunaan dokumen.

Rev. 02 MGS - 45
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.11.0 Program Audit Mutu Internal Tahunan (F-MR-14)

PROGRAM AUDIT MUTU INTERNAL TAHUNAN


Tahun :
Lokasi :

No. Bagian/ Jan Feb Mar Apr Keterangan


Unit 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

F-MR-14
Dipersiapkan Oleh Disetujui oleh

Nama & tanggal Nama & tanggal


Keterangan :

- Tahun diisi dengan tahun pelaksanaan

- Lokasi diisi dengan lingkup pelaksanaan audit.

- Kolom “No.” diisi dengan nomor urut.

- Kolom “Bagian/Unit” diisi dengan Unit yang akan dilakukan audit.

- Kolom ”bulan” menginformasikan pelaksanaan audit per-bulan keberapa, “angka”


menginformasikan per-minggu keberapa.

- Kolom “Keterangan” diisi dengan uraian catatan atau hal-hal yang perlu dicantumkan.

- “Nama & tanggal” diisi dengan yang mengajukan (Lead Auditor) dan yang menyetujui
(MR/WMR).

Rev. 02 MGS - 46
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.12.0 Jadwal Pelaksanaan Audit (F-MR-15)

JADWAL PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL

Lokasi : ………………………
Tanggal Pelaksanaan : ………………………

Durasi
No Bagian/Unit Dokumen/Proses Auditor
Waktu

F-MR-15

Disiapkan oleh : Disetujui oleh :

Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan

Keterangan :

- “Lokasi” diisi dengan Kantor Pusat atau sesuai Kantor Cabangnya.

- Kolom “No.” diisi dengan nomor urut.

- Kolom “Bagian/Unit” diisi dengan nama bagian atau unit yang akan diaudit.

- Kolom “Dokumen/Proses” diisi dengan uraian dari dokumen/proses yang akan diaudit.

- Kolom “Durasi Waktu” diisi dengan jam awal dan akhir dari rencana pelaksanaan audit.

- Kolom “Auditor” diisi dengan nama auditor yang akan melakukan audit.

- “Dipersiapkan oleh” diisi tanda tangan dan nama dari salah satu auditor / sekretaris tim

- “Disetujui oleh diisi” oleh tanda tangan dan nama dari lead auditor.
Rev. 02 MGS - 47
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.13.0 Audit Checklist (F-MR-16)

AUDIT CHECKLIST

Area Audit : .......................


Auditor Internal : .......................

Hal yang Status Temuan


No. Dokumen/Proses Kondisi Aktual
ditanyakan Sesuai NC

F-MR-16

Keterangan :

- “Area Audit” diisi dengan nama bagian atau unit yang akan diaudit.

- “Auditor Internal” diisi dengan nama auditor.

- Kolom “No.” diisi dengan nomor urut.

- Kolom “Dokumen/Proses” diisi dengan uraian dari dokumen/proses yang akan diaudit.

- Kolom “Hal yang ditanyakan” diisi dengan rencana pertanyaan-pertanyaan audit dari tiap
dokumen/proses yang terkait.

- Kolom “Kondisi Aktual” berisi keadaan saat yang terjadi/ada saat audit berlangsung.

- Kolom “Status Temuan” diisi dengan Sesuai atau NC dari tiap pertanyaan audit.

Rev. 02 MGS - 48
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.14.0 Laporan Hasil Audit Mutu Internal (F-MR-17)

LAPORAN HASIL AUDIT MUTU INTERNAL


Lokasi :
Lingkup Audit :
Waktu Pelaksanaan Audit :
ACUAN/KRITERIA AUDIT :
1. Standard ISO 9001:2008 (Klausul-klausul ISO 9001:2008 dari klausul 4 s/d 8, kecuali
klausul 7.3).
2. Dokumen Kontrak (SGHA), SOP atau SLA.
3. Quality Manual, GOM, Manual, Prosedur, Work Instruction, Spesifikasi Teknis & Form/Check
List.
4. Standard-standard dan referensi acuan lain yang terkait, seperti: ISAGO, AHM, DGR.
5. Peraturan dan persyaratan regulasi terkait.
TUJUAN AUDIT :
1. Mengevaluasi efektifitas penerapan dan pemeliharaan SMM ISO 9001:2008.
2. Mengevaluasi kesesuaian sistem dengan persyaratan SMM yang digunakan.
3. Mengevaluasi kesesuaian terhadap persyaratan produk dan peraturan yang berlaku.
4. Mengevaluasi pencapaian sasaran-sasaran mutu.
5. Mengidentifikasi adanya peluang-peluang penyempurnaan.
RINGKASAN HASIL AUDIT :
1.
2.
3.
Dst.

Jumlah Temuan
No. Bagian/Unit Auditor Internal Keterangan
NC Observasi

Jumlah Temuan
Total
USULAN/SARAN PERBAIKAN :
1.
2.
3.
Dst.
Disiapkan oleh : Disetujui oleh :

Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan


Tanggal Tanggal
F-MR-17

Rev. 02 MGS - 49
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Keterangan :

- “Lokasi Audit” diisi dengan Kantor Pusat atau Kantor Cabang tempat adit diadakan.

- “Lingkup audit” diisi dengan “dokumen, aktivitas kegiatan, termasuk peluang peningkatan
pada unit keja 1, 2, 3, (sebutkan singkatan dari unit kerjanya).”

- Kotak “Disiapkan oleh.” diisi dengan tanda tangan dari Auditor atau sekretaris tim audit,
berikut nama dan tanggal.

- Kotak “Disetujui oleh.” diisi dengan tanda tangan dari Lead Auditor atau sekretaris tim audit,
berikut nama dan tanggal.

Rev. 02 MGS - 50
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.15.0 Non Confirmity Report (F-MR-18)

NON CONFORMITY REPORT (NCR)


Hari/Tanggal : Nomor :
Auditor : Tanda tangan Auditor :
Auditee : Tanda tangan Auditee :
DESCRIPTION
(Diisi oleh Auditor)
Subyek ketidaksesuaian :
Safety & Security
Keluhan Pelanggan
Dokumen dan pengelolaannya
Kinerja Operasional
Kinerja GSE
Kinerja Supplier
Kompetensi Personil/Pelatihan
Tinjauan Manajemen
Fasilitas sarana
Pengukuran, analisis & perbaikan
Ref. of ISO/ISAGO standard : Regulasi, Perjanjian, SLA
Major Minor Observasi Lain-lain : .......................................
ROOT CAUSE
(Diisi Oleh Auditee)

Nama : Tanda tangan : Tanggal :


CORECTIVE ACTION
(Diisi Oleh Auditee)

Nama : Tanda tangan : Tanggal target selesai :


VERIFICATION
(Diisi oleh Auditor setelah “corective action” dilaksanakan)
Diterima Tidak diterima
Keterangan terhadap verifikasi yang tidak diterima :

Nama : Tanda tangan : Tanggal :


F-MR-18

Rev. 02 MGS - 51
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Keterangan :

- Form Non Confirmity Report (NCR), F-MR-18 ini digunakan untuk menuliskan hasil
pelaksanaan audit baik berupa temuan minor, major atau observasi.

- “Hari/tanggal” diisi dengan hari dan tanggal saat audit dilaksanakan.

- “Auditor” diisi dengan nama auditor.

- “Auditee” diisi dengan nama auditee

- “Nomor” diisi dengan nomor NCR, yaitu: “Singkatan Lokasi/AI/Nomor urut


temuan/Bulan/Tahun”

- Pada bagian “Description” diisi dengan uraian dengan bahasa temuan audit, beri contreng
atau tanda silang pada subyek ketidaksesuaian, isi nomor standar klausul ISO atau nomor
item ISAGO yang menjadi rujukan temuan, beri contreng atau tanda silang pada salah
satu tanda minor, major atau observasi.

- Pada bagian “Root Cause” diisi oleh auditee dengan uraian “kenapa atau apa yang menjadi
akar penyebab masalah dari adanya temuan ini”, berikut berikan nama, tanda tangan dan
tanggal saat ditulisnya root cause.

- Pada bagian “Corrective Action” diisi oleh auditee dengan uraian “Rencana tindakan
perbaikan yang akan dilakukan terkait dengan root cause yang disampaikan”, berikut
berikan nama, tanda tangan dan tanggal akan dilaksanakannya perbaikan.

- Pada bagian “Verification” diisi oleh auditor. Beri contreng atau tanda silang pada bagian
diterima atau tidak diterima, tuliskan keterangan apabila verifikasi tidak diterima, serta
berikan nama, tanda tangan dan tanggal saat verifikasi dilakukan.

- Pengisian form diulangi kembali sampai verifikasi dinyatakan diterima dan ditanda tangani.

Rev. 02 MGS - 52
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.16.0 Daftar Halaman efektif (F-MR-19)

DAFTAR HALAMAN EFEKTIF

Bab Judul Bab Sub-bab Hal Tanggal Rev.

F-MR-19
Keterangan :

- Kolom “Bab” diisi dengan Bab ke berapa pada dokumen.

- Kolom “judul bab” diisi judul sesuai dengan Bab pada dokumen.

- Kolom “Sub-Bab” diisi judul sub bab (turunan dari judul bab pada dokumen).

- Kolom “Hal” diisi dengan No. hal yang dirubah/revisi.

- Kolom “Tanggal” diisi dengan waktu ketika dilakukan revisi pada judul/Bab dokumen namun
apabila Rev. 00 mengacu pada tanggal terbit dokumen.

- Kolom “Rev” diisi dengan jumlah dilakukannya revisi.

- Rincian perubahan isi pada dokumen dicantumkan ke dalam daftar catatan perubahan
dokumen (F-MR-02).

Rev. 02 MGS - 53
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.17.0 Tabel Penomoran

1. Lokasi Kantor Pusat

LOKASI KANTOR PUSAT

Dipersiapkan Diperiksa Disetujui


Level Tipe Penomoran
oleh oleh oleh
Direktur
I. Quality Manual GP-QM-XX ISO Sekretariat MR
Utama
M-ZZ-XX
Manual
II. P-ZZ-XX Staf Unit Kerja Manager VP
Procedure

Work Instruction WI-ZZ-XX Staf Unit Kerja Manager VP


III.
Specification SP-ZZ-XX Staf Unit Kerja Manager VP

IV. Formulir/Checklist F-ZZ-XX Staf Unit Kerja Manager VP

ZZ : Unit kerja
XX : Nomor urut dokumen

2. Lokasi Kantor Cabang

LOKASI KANTOR CABANG

Dipersiapkan Diperiksa Disetujui


Level Tipe Penomoran
oleh oleh oleh
Staf Unit Kerja/ General
II. Procedure P-YYY-ZZ-XX Manager
Spvr./Assman. manager
Staf Unit Kerja/ General
Work Instruction WI-YYY-ZZ-XX Manager
Spvr./Assman. manager
III.
Staf Unit Kerja/ General
Specification SP-YYY-ZZ-XX Manager
Spvr./Assman. manager
Formulir Staf Unit Kerja/ General
IV. F-YYY-ZZ—XX Manager
/Checklist Spvr./Assman. manager

YYY : Kode Lokasi Kantor Cabang


ZZ : Unit Kerja
XX : Nomor Urut Dokumen

Rev. 02 MGS - 54
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.18.0 Dokumen Pengesahan

DOKUMEN PENGESAHAN

NOMOR DOKUMEN : xx-xx-xx


(Tahoma 11 / cetak tebal)
Revisi : xx
(Tahoma 11/cetak tebal)

GAPURA ANGKASA (Tahoma 16/cetak tebal)


AIRPORT SERVICES (Tahoma 14/cetak tebal)

KANTOR PUSAT (Tahoma 14/cetak tebal)

Tulis jenis dokumen: Manual/Prosedur/Work Instruction)


(Tahoma 14/cetak tabal)

(Tulis judul dokumen)


(Tahoma 20/cetaktebal)

Langkah Nama Tanggal Tanda Tangan

Dipersiapkan oleh : Tulis nama & dd-mm-yyyy


unit/jabatan

Diperiksa oleh : Tulis nama & dd-mm-yyyy


unit/jabatan

Disetujui oleh : Tulis nama & dd-mm-yyyy


unit/jabatan

Rev. 02 MGS - 55
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 6.19.0 Kode Unit Kerja

1. Daftar kode Lokasi Kantor Cabang

DAFTAR KODE LOKASI KANTOR CABANG

LOKASI KODE
Kantor Pusat JKT
Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng CGK
Bandara Ngurah Rai, Denpasar DPS
Pergudangan Bandara Soekarno-Hatta CGO
Bandara Juanda, Surabaya SUB
Bandara Kualanamu, Medan KNO
Bandara Hasanuddin, Makassar UPG
Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta JOG
Bandara Sepinggan, Balikpapan BPN
Bandara St. Iskandar Muda, Banda Aceh BTJ
Bandara Minangkabau, Padang PDG
Bandara St.Syarif Kasim II, Pekanbaru PKU
Bandara SM Badaruddin , Palembang PLM
Bandara Halim PerdanaKusuma, Jakarta HLP
Bandara Achmad Yani, Semarang SRG
Bandara Adi Sumarmo, Solo SOC
Bandara Supadio, Pontianak PNK
Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin BDJ
Bandara Sam Ratulangi, Manado MDC
Bandara Frans Kaisiepo, Biak BIK
Bandara Sentani, Jayapura DJJ
Bandara Lombok Praya, Mataram LOP
Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang PGK
Bandara Husein Sastranegara, Bandung BDO
Bandara Hang Nadim, Batam BTH
Bandara Pattimura, Ambon AMQ
Bandara Sultan Thaha, Jambi DJB

Rev. 02 MGS - 56
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Bandara Labuan Bajo LBJ


Bandara Fatmawati Soekarno, Bengkulu BKS

2. Daftar Kode Unit Kerja Kantor Pusat

DAFTAR KODE UNIT KERJA KANTOR PUSAT

UNIT KERJA KODE


VP Commercial Services OC
VP Operaration Services OP
VP Maintenance & Engineering Services OT
SM Business Relationship OR
VP Financial Analyst & Budgetting FB
VP Accounting & Risk Management FA
VP Treasury FT
VP Human Capital IH
VP Procurement IB
VP Corporate Planning & IT Support IP
SM Corporate Culture ICC
Head Of Internal Auditor ZA
Corporate Secretary ZS
Head of Safety, Security & Quality ZQ

3. Daftar Kode Unit Kerja Kantor Cabang

DAFTAR KODE UNIT KERJA KANTOR CABANG

UNIT KERJA KODE


General Manager GM
Senior Manager Operasi SM
Manager Operasi/Flight Operation MO
Manager Customer Services MC
Manager Tehnik MT
Manager Internal Services MI
Manager Keuangan MF
Manager Administrasi & Umum MU
Manager Pelayanan GARUDA MG
Manager Pelayanan Non GARUDA MN
Manager Keselamatan, Keamanan & Pengendalian Kualitas MQ
Manager Pelayanan GSE MS

Rev. 02 MGS - 57
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

II. SAFETY MANAGEMENT SYSTEM

MGS 7.0.0 SAFETY MANAGEMENT SYSTEM

MGS 7.1.0 Konsep Keselamatan

Dalam rangka untuk memahami manajemen keselamatan, perlu untuk mempertimbangkan


apa yang dimaksud dengan keselamatan. Konsep keselamatan mempunyai pengertian yang
berbeda-beda tergantung dari persepsi setiap orang.

1. Pada proses mengurangi terjadinya accident dan incident yang dilakukan secara serius,
pencapaian level keselamatan 100% tanpa accident dan/atau incident merupakan
sasaran yang tidak mudah diwujudkan. Kegagalan dan kesalahan akan terjadi, meskipun
upaya terbaik untuk menghindarinya telah dilakukan. Tidak ada manusia atau sistem
buatan manusia yang dapat menjamin benar-benar aman, bebas dari segala bahaya.
Keselamatan adalah gagasan relatif dimana oleh resiko yang melekat dapat diterima
dalam sistem yang ada.

2. Keselamatan merupakan pandangan yang lebih jauh dari pengelolaan resiko. Dalam
manual ini, keselamatan dianggap memiliki arti yaitu kondisi dimana resiko atas
keselamatan seseorang atau kerusakan harta benda dapat ditekan, dan dipertahankan
pada atau dibawah, suatu tingkat yang dapat diterima melalui proses identifikasi bahaya
dan manajemen resiko.

MGS 7.2.0 Persyaratan Wajib

1. Dalam pembentukan persyaratan untuk manajemen keselamatan, ICAO membedakan


antara Program keselamatan (safety programmes) dan Safety Management Systems
(SMS) .

2. Program Keselamatan (Safety Programme) adalah serangkaian peraturan dan kegiatan


yang terpadu untuk meningkatkan keselamatan. ICAO‘s Standards and Recommended
Practices (SARPs) mengharuskan dalam membuat program keselamatan untuk mencapai
tingkat yang dapat diterima keselamatan dalam operasi penerbangan. Sebuah program
akan keselamatan tercakup dalam banyak ruang lingkup, termasuk kegiatan
keselamatan banyak ditujukan untuk memenuhi tujuan program keselamatan. Program
keselamatan dapat memuat ketentuan untuk kegiatan beragam seperti pelaporan
insiden, penyelidikan keselamatan, audit keselamatan dan pengenalan keselamatan.

Rev. 02 MGS - 58
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

3. Safety Management System (SMS) adalah pendekatan yang terstruktur untuk mengelola
keselamatan, termasuk struktur perusahaan yang diperlukan, pertanggung jawaban,
kebijakan dan prosedur. Secara minimal, SMS tersebut harus :

a. Melakukan identifikasi bahaya,

b. Memastikan bahwa tindakan perbaikan yang dibutuhkan untuk mengurangi


resiko/bahaya diimplementasikan ; dan

c. Melakukan monitor secara berkelanjutan dan penilaian rutin tingkat keselamatan


yang dicapai.

4. Suatu perusahaan yang menerapkan SMS harus jelas dalam mendefinisikan garis
penanggung jawab keselamatan, termasuk penanggung jawab langsung untuk
keselamatan pada manajemen tertinggi.

MGS 7.3.0 Pengenalan Terhadap Indikator Kinerja Keselamatan, Target dan


Persyaratan

1. Dalam sistem apapun, sangat penting untuk menetapkan dan mengukur hasil kinerja
dalam rangka untuk menentukan apakah sistem berjalan sesuai dengan harapan, dan
untuk mengidentifikasi dimana tindakan mungkin diperlukan untuk meningkatkan
tingkat kinerja untuk memenuhi harapan tersebut.

2. Tingkat keselamatan yang dapat diterima dinyatakan sebagai tujuan keselamatan (atau
harapan) dari badan otoritas (Direktorat Jendral Perhubungan Udara), operator atau
penyedia layanan. Dari perspektif hubungan antara otoritas pengawasan dan
operator/penyedia jasa, sebuah tujuan dalam hal keselamatan kinerja operator/penyedia
layanan yang harus dicapai ketika melakukan fungsi-fungsi bisnis inti mereka, ditetapkan
sebagai persyaratan minimal yang dapat diterima oleh badan otoritas. Ini sebagai
referensi yang dapat digunakan oleh pihak berwenang untuk mengukur kinerja
pengawasan keselamatan. Dalam menentukan tingkat yang dapat diterima keselamatan,
perlu untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti tingkat resiko yang berlaku,
biaya/manfaat dari perbaikan sistem, dan harapan publik tentang keselamatan industri
penerbangan.

3. Dalam prakteknya, konsep tingkat yang dapat diterima keselamatan dinyatakan oleh dua
ukuran yaitu indikator kinerja keselamatan dan target kinerja keselamatan, dan

Rev. 02 MGS - 59
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

diterapkan melalui berbagai persyaratan keselamatan. Berikut ini menjelaskan


penggunaan istilah-istilah:

a. Indikator Kinerja Keselamatan adalah suatu ukuran dari kinerja keselamatan suatu
bagian. Indikator keselamatan seharusnya mudah diukur dan dihubungkan ke
komponen utama dari Safety Management Sytem perusahaan. Karena itu, Indikator
Keselamatan akan berbeda antar bagian, airlines atau perusahaan.

b. Target Kinerja Keselamatan (terkadang disebut sebagai tujuan) ditentukan dengan


mempertimbangkan tingkat kinerja keselamatan apa yang yang diinginkan dan
realistis untuk masing-masing bagian, airlines atau perusahaan. Target keselamatan
harus dapat diukur, dapat diterima oleh para pemegang saham, dan konsisten dengan
SMS.

c. Persyaratan keselamatan dibutuhkan untuk mencapai indikator kinerja keselamatan


dan target kinerja keselamatan. Mereka termasuk prosedur operasi, teknologi, sistem
dan program untuk mengukur keandalan, ketersediaan, kinerja dan atau ketepatan
yang bisa ditentukan.

4. Hubungan antara tingkat keselamatan yang dapat diterima, indikator kinerja


keselamatan, target kinerja keselamatan dan persyaratan keselamatan adalah sebagai
berikut : tingkat keselamatan yang dapat diterima adalah konsep secara menyeluruh;
indikator kinerja keselamatan adalah ukuran yang digunakan untuk menentukan apakah
tingkat keselamatan yang dapat diterima telah dicapai; target kinerja keselamatan
adalah tujuan yang diukur berkaitan dengan tingkat keselamatan yang dapat diterima,
dan persyaratan keselamatan adalah alat atau sarana yang diperlukan untuk mencapai
target keselamatan.

5. Indikator Keselamatan dan Target Keselamatan mungkin berbeda (sebagai contoh,


indikator keselamatan adalah 0,5 kecelakaan fatal per 100.000 jam untuk operator
penerbangan), atau mungkin mereka bisa sama (sebagai contoh, indikator keselamatan
adalah 0,5 kecelakaan fatal per 100.000 jam untuk operator penerbangan, dan target
keselamatan adalah tidak lebih dari 0,5 kecelakaan fatal per 100 000 jam untuk operator
penerbangan).

Rev. 02 MGS - 60
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 7.4.0 Penggunaan Manual

Manual ini digunakan untuk membantu semua orang yang bekerja di dan/atau bekerja
dengan PT. Gapura Angkasa memahami pelaksanaan Safety Management System.

MGS 8.0.0 KEBIJAKAN KESELAMATAN

MGS 8.1.0 Komitmen dan Kebijakan Tentang Keselamatan

1. PT. Gapura Angkasa berkomitmen untuk menerapkan, mengembangkan dan


meningkatkan strategi, sistem manajemen dan proses untuk memastikan bahwa semua
kegiatan berada pada tingkat Kinerja Keselamatan yang tinggi dan memenuhi standar
internasional.

2. Keamanan di awal proses penerbangan berkontribusi terhadap keselamatan pelanggan


kami di udara. Dengan demikian, PT. Gapura Angkasa telah dan selalu menempatkan
keselamatan pelanggan di atas segalanya.

3. Dalam operasi sehari-hari, prinsip "Keselamatan Merupakan Prioritas Utama" akan


berlaku di semua kegiatan. Semua keputusan terkait dengan keselamatan akan diambil
dengan mengesampingkan kepentingan pribadi dan dengan memperhatikan faktor
eksternal.

4. Melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan, pengoperasian akan didorong


untuk lebih memperhatikan aspek keselamatan dalam pekerjaan sehari-hari.

5. Sebuah budaya keselamatan yang transparan dan terbuka dibuat dan diperkenalkan
sebagai budaya operasional perusahaan yang membuat kita bisa belajar dari kejadian
dan/atau peristiwa sebelumnya.

6. PT. Gapura Angkasa menetapkan ukuran kinerja keselamatan (Safety Performance


Measures) untuk efektifitas dari risk control yang telah ditentukan pada periode 1 tahun.
Metode pengukuran yang efektif dalam menentukan hasil yang akan dicapai ditulis
dalam form Indikator Kinerja Keselamatan Tahunan (F-ZQ-10). Perbandingan kinerja
aktual terhadap tingkat target atau nomor selama periode waktu yang dilakukan untuk
menentukan program kinerja keselamatan yang dicapai.

Rev. 02 MGS - 61
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Indikator Kinerja Keselamatan Tahunan (F-ZQ-10)

Indikator Kinerja Keselamatan Tahunan

*Sasaran dan Target Indikator Kinerja Keselamatan


Indikator Kinerja Keselamatan
Keselamatan yang Dicapai
Tahun ......... Tahun ......... Tahun .........
Jumlah Total Jumlah Total
Meminimalisir
Incident/Accident (TIA) Incident/Accident (TIA)
incident/accident berdasarkan
Maksimum rata-rata : ......... Maksimum rata-rata : .........
kontribusi unit/organisasi
Perusahaan
Ground Support Equipment : Ground Support Equipment :
- Serviceability : ......... - Serviceability : .........
- Service level : ......... - Service level : .........

Mencegah kerusakan properti


- Average Age of GSE : .......... - Average Age of GSE : ..........
yang disebabkan oleh GSE di
dalam kegiatan operasional

Hazard Report Hazard Report


Implementation minimum : Implementation minimum :
Mendorong budaya pelaporan
Cabang Utama : ......... Cabang Utama : .........
sebagai bagian dari kultivasi
Cabang Kelas I : ......... Cabang Kelas I : .........
budaya keselamatan
Cabang Kelas II : ......... Cabang Kelas II : .........
Cabang Kelas III : ......... Cabang Kelas III : .........
Menyediakan lingkungan yang
aman dan sehat bagi setiap
personil
Lain-lain...
(* Ditentukan sesuai dengan
............................................... ...............................................
kondisi dan target Kantor
Cabang)
F-ZQ-10

MGS 8.2.0 Tanggung Jawab dan Penanggung Jawab Keselamatan

Tanggung jawab dan penanggung jawab saling terkait. Sementara anggota staf individu
bertanggung jawab atas tindakan mereka, mereka juga bertanggung jawab kepada atasan
mereka atau manajer untuk kinerja fungsi mereka dan dapat dipanggil untuk menjelaskan
tindakan mereka. Walaupun individu harus bertanggung jawab untuk tindakan mereka,
Rev. 02 MGS - 62
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

manajer dan supervisor bertanggung jawab atas kinerja keseluruhan kelompok yang
melapor kepada mereka. Tanggung jawab adalah jalan dua arah. Manajer juga
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa bawahan mereka memiliki sumber daya,
pelatihan, pengalaman, dan lain-lain yang diperlukan untuk penyelesaian tugas dengan
memperhatikan faktor keselamatannya.

MGS 8.3.0 Safety Accountable Executive

Keselamatan secara umum merupakan tanggung jawab seorang Direktur Utama dengan
harapan untuk mempermudah lintas-sektoral di dewan direksi. Sebagai contoh, jika ada
masalah keselamatan yang berkaitan dengan pelatihan, harus ada penanggung jawab
secara lintas sektoral.

MGS 8.4.0 Struktur Organisasi

1. Safety Review Board Corporate

Rev. 02 MGS - 63
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Safety Review Board Cabang (Kelas Cabang Utama)

3. Safety Review Board Cabang (Kelas 1)

Rev. 02 MGS - 64
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

4. Safety Review Board Cabang (Kelas 2)

5. Safety Review Board Cabang (Kelas 3, 4 & Kantor Perwakilan)

Rev. 02 MGS - 65
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 9.0.0 IDENTIFIKASI BAHAYA DAN MANAJEMEN RESIKO

MGS 9.1.0 Umum

1. Keselamatan adalah suatu kondisi dimana resiko bahaya atau kerusakan dibatasi pada
level yang dapat diterima. Bahaya terhadap keselamatan dapat menjadi jelas setelah
terjadi pelanggaran keselamatan, seperti accident atau incident, atau bahaya terhadap
keselamatan secara proaktif diidentifikasi melalui program manajemen keselamatan
formal sebelum kejadian yang menyangkut keselamatan yang sebenarnya terjadi.
Setelah mengidentifikasi bahaya keselamatan, resiko yang terkait harus dinilai. Dengan
pemahaman yang jelas tentang sifat resiko, penetapan dapat dibuat untuk
penerimaan-resiko. Resiko yang ditemukan dan tidak dapat diterima harus
ditindaklanjuti.

2. Manajemen keselamatan berpusat pada suatu pendekatan sistematis untuk identifikasi


bahaya dan manajemen resiko - dalam kepentingan meminimalkan hilangnya
kehidupan manusia, kerusakan harta benda, dan kerugian finansial, lingkungan dan
sosial.

3. Proses identifikasi bahaya dan manajemen resiko wajib diselesaikan dan


didokumentasikan untuk setiap kegiatan yang dilakukan secara relevan dan salinan
yang sama diberikan kepada unit keselamatan untuk referensi dan dokumentasi. Unit
Keselamatan & Keamanan melalui Safety Action Group akan memelihara catatan setiap
bahaya yang teridentifikasi, resiko terkait serta tindakan penanggulangan, jika ada,
yang diusulkan untuk dilaksanakan. Setiap kali tindakan penanggulangan yang
diusulkan, pelaksanaan mereka akan diperiksa dan penelaahan berkala terhadap
efektivitasnya serta kemungkinan strategi penanggulangan yang lebih baik dapat
dilakukan.

MGS 9.2.0 Prosedur Pelaksanaan

1. Penilaian resiko harus dilakukan sesuai dengan proses lima langkah sebagai berikut :

a. Langkah 1; Pengembangan deskripsi lengkap dari sistem yang akan dievaluasi dan
lingkungan, di mana sistem ini akan dioperasikan;

b. Langkah 2; Identifikasi bahaya;

Rev. 02 MGS - 66
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Langkah 3; Memperkirakan tingkat keparahan sebagai konsekuensi dari bahaya


yang terjadi dan kemungkinan bahaya yang terjadi;

d. Langkah 4; Melakukan evaluasi dan Penanggulangan Resiko;

e. Langkah 5; Pengembangan dokumentasi penilaian keselamatan.

2. Setiap orang dapat mengidentifikasi bahaya dengan Formulir Identifikasi Bahaya, Form
F-ZQ-11. Setelah perkiraan tingkat kerusakan konsekuensi dari bahaya selesai
diperhitungkan, formulir tersebut diberikan kepada Supervisor/Assistant
Manager/Manager yang bertugas (Safety Action Group Cabang), atau dapat mengirim
via email ke alamat safety@gapura.id atau pada sms box yang tersedia.

Rev. 02 MGS - 67
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

FORMULIR IDENTIFIKASI BAHAYA


(HAZARD IDENTIFICATION FORM)

Nama : Tanda tangan


Tanggal :
Lokasi :
Uraian :
bahaya
Indeks Risiko
Kemungkinan Terjadi
Indeks* Kemungkinan Akibat Bahaya Indeks*
Bahaya
Sering 5 Bencana A
[Lebih dari 1 per hari atau - Kematian/meninggal,
Lebih dari 1 per bulan] - Luka serius yang dapat berakibat
meninggal,
- Kehilangan/kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki pada alat/fasilitas sarana.
Kadang-kadang 4 Kritis B
[Lebih dari 1 per tahun - Luka serius yang berakibat cacat
atau (tetapi) permanen,
Maksimal 1 per bulan] - Kerusakan parah pada alat/fasilitas
sarana.
Jarang 3 Sedang C
[Lebih dari 1 per 5 tahun - Luka serius yang tidak permanen,
atau (tetapi) - Kerusakan sedang pada alat/fasilitas
Maksimal 1 per tahun] sarana.
Kecil 2 Ringan D
[Lebih dari 1 per 20 tahun - Luka ringan, yang berakibat hilangnya
atau (tetapi) waktu kerja,
Maksimal 1 per 5 tahun] - Kerusakan ringan yang berakibat
hilangnya waktu kerja (tidak dapat
difungsikan).
Sangat kecil (praktis 1 Tidak Signifikan E
tidak mungkin) - Luka ringan,
[Lebih dari 1 per 100 - Kerusakan yang tidak berarti.
tahun atau (tetapi)
Maksimal 1 per 20 tahun]
*) Lingkari 1indeks yang sesuai.
Langkah penanggulangan sementara** :

**) Lampirkan foto/bukti kondisi sebelum & sesudah.


F-ZQ-11A
email ke: safety@gapura.id dan tembusan ke: quality@gapura.id
Rev. 02 MGS - 68
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Form safety Review Board

SAFETY REVIEW BOARD


Identitas Verifikasi
Tanggal Langkah
Lokasi Bahaya Index Resiko PIC/ Hasil
No Identifi yang
Kegiatan Secara UC Tgl PIC Ya Tidak
kasi dilakukan
Spesifik terjadi diharapkan

F-ZQ-12
3. Supervisor/Assistant Manager/Manager yang bertugas memiliki tanggung jawab untuk
mengevaluasi dan menilai resiko dengan Formulir Identifikasi Bahaya dan Management
Resiko, Form F-ZQ-11. Safety Review Board Kantor Cabang akan membahas hasil
penanggulangan. Jika Safety Review Board Kantor Cabang tidak mampu
menyelesaikan masalah, maka bahaya dan konsekuensinya akan dibahas dalam Safety
Review Board Perusahaan. Pembahasan penanggulangan dimaksud adalah suatu cara
atau tindakan untuk mengontrol resiko sehingga indeks resiko yang berada pada area
merah atau kuning menjadi berada pada kondisi indeks resiko yang dapat diterima
(indeks resiko 3 atau 2 atau bahkan akan lebih diharapkan seluruh nilai indeks resiko
menjadi tidak ada. Pembahasan penanggulangan dimaksud adalah suatu cara atau
tindakan untuk mengontrol resiko sehingga indeks resiko yang berada pada area merah
atau kuning menjadi berada pada kondisi indeks resiko yang dapat diterima (indeks
resiko 2 atau 2 atau bahkan akan lebih diharapkan seluruh nilai indeks resiko menjadi
tidak ada). Untuk setiap bahaya yang teridentifikasi, index resiko dapat dihitung
berdasarkan kerusakan dan frekuensi sebagai berikut :

Rev. 02 MGS - 69
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Kemungkinan bahaya terjadi


Definisi kualitatif Arti Angka
Sering Kemungkinan terjadi berkali-kali (sering terjadi) 5
Kadang-kadang Kemungkinan terjadi beberapa kali (jarang terjadi) 4
Tidak mungkin, tapi mungkin terjadi (lebih jarang
Jarang 3
terjadi)
Kecil Sangat tidak mungkin terjadi (sangat jarang terjadi) 2
Hampir tak terbayangkan bahwa peristiwa tersebut
Sangat kecil 1
akan terjadi

Tingkat keparahan yang mungkin terjadi


Definisi Penerbangan Arti Angka
Peralatan hancur, terjadi kematian lebih dari satu
Bencana A
orang.
Penurunan besar di margin keselamatan, gangguan
fisik atau seperti beban kerja yang operator tidak dapat
kritis diandalkan untuk melakukan tugas mereka secara B
akurat atau sama sekali. Serius cedera atau kematian
sejumlah orang. Terjadi kerusakan pada equipment
Penurunan signifikan dalam margin keselamatan,
penurunan kemampuan operator untuk mengatasi
kondisi operasi yang merugikan sebagai akibat dari
sedang C
meningkatnya beban kerja, atau sebagai akibat dari
kondisi merusak efisiensi mereka. Serius insiden.
Adanya orang yang cedera.
Gangguan. Operasi keterbatasan. Penggunaan
Ringan D
prosedur darurat. Minor insiden.
Tidak signifikan Terjadi konsekuensi yang kecil E

Kemungkinan
Keparahan resiko
resiko
Bencana Berbahaya Besar Ringan Tak berarti
Angka
A B C D E
Rev. 02 MGS - 70
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5 Sering 5A 5B 5C 5D 5E
4 Kadang-kadang 4A 4B 4C 4D 4E
3 Jarang 3A 3B 3C 3D 3E
2 kecil 2A 2B 2C 2D 2E
1 Sangat kecil 1A 1B 1C 1D 1E

Penilaian indek resiko Kriteria Manajemen


5A, 5B, 5C, 4A, 4B, 3A Tidak dapat diterima dalam situasi yang ada
5D, 5E, 4C, 3B, 3C, 2A, 2B Pengendalian resiko/mitigasi yang memerlukan
keputusan manajemen
4D, 4E, 3D, 2C, 1A, 1B Diterima setelah meninjau kondisi operasional
3E, 2D, 2E, 1C, 1D, 1E Diterima

MGS 9.3.0 Perubahan

Identifikasi bahaya dan manajemen resiko bukan proses yang statis. Kegiatan tersebut
perlu dilakukan setiap kali :

1. Adanya perubahan besar pada perusahaan,

2. Perusahaan mengalami perluasan dengan cepat,

3. Adanya pertimbangan untuk pengenalan peralatan atau fasilitas baru,

4. Peralatan yang ada dihentikan beroperasi,

5. Prosedur yang ada sedang direvisi,

6. Adanya perubahan susunan personil kunci,

7. Adanya perubahan pada undang-undang terkait dengan operasional perusahaan.

Rev. 02 MGS - 71
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 10.0.0 PELAPORAN TENTANG KESELAMATAN DAN INVESTIGASI

MGS 10.1.0 Pengenalan Tentang Sistem Pelaporan

1. SMS melibatkan identifikasi reaktif dan proaktif dari bahaya keselamatan. Investigasi
keselamatan mengungkapkan banyak hal tentang bahaya keselamatan. Accident pada
umumnya diselidiki lebih teliti daripada incident. Faktor-faktor penyebab yang terkait
dengan incident juga dapat berujung pada accident. Hanya nasib baik yang seringkali
mencegah incident menjadi accident. Incident ini tidak selalu diketahui oleh mereka yang
bertanggung jawab untuk mengurangi atau menghilangkan resiko yang terkait. Hal ini
mungkin karena tidak tersedianya sistem pelaporan, atau orang-orang tidak cukup
termotivasi untuk melaporkan incident.

2. Harus disadari bahwa incident dapat memberikan pengetahuan yang dapat memberikan
wawasan signifikan ke dalam bahaya keselamatan. Beberapa database keselamatan
mengandung sejumlah besar informasi yang rinci. Sistem pelaporan keselamatan tidak
boleh hanya dibatasi untuk incident tetapi harus mencakup bahaya, kondisi yang tidak
aman, dimana belum menyebabkan incident. Data dari laporan tersebut memudahkan
pemahaman tentang penyebab bahaya, membantu untuk menentukan strategi
intervensi dan membantu untuk memverifikasi efektivitas intervensi. Tergantung pada
kedalaman yang mereka selidiki, incident dapat menyediakan sarana yang unik untuk
mendapatkan bukti pertama pada faktor yang terkait dengan accident. Data incident
juga dapat digunakan untuk memperbaiki prosedur operasi, dan menampilkan kontrol
desain, serta untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kinerja manusia yang
berhubungan dengan operasi pesawat terbang dan peralatan pendukung.

MGS 10.2.0 Sistem Pelaporan Accident dan Incident

1. Secara umum, incident melibatkan kejadian tidak aman, atau berpotensi tidak aman atau
kondisi yang tidak melibatkan cedera serius atau kerusakan properti yang signifikan.
Ketika incident terjadi, individu yang terlibat tidak diwajibkan untuk menyampaikan
laporan.

2. Setiap incident yang melibatkan suatu kejadian yang tidak aman, atau berpotensi tidak
aman, terlepas dari apakah itu melibatkan cedera atau kerusakan properti atau tidak,
wajib dilaporkan. Laporan ini akan diserahkan kepada personil yang ditunjuk atau unit
Operasi Kantor Pusat dan ditembuskan (copy) ke Unit Unit Safety, Security & Quality

Rev. 02 MGS - 72
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Assurance sesegera mungkin setelah kejadian/insiden tetapi dalam hal apapun tidak
lebih dari 24 jam setelah kejadian. Laporan Kecelakaan dapat disampaikan dengan
bentuk Laporan Kecelakaan & Insiden, Formulir-F OP-018 di bawah ini. Pelaporan orang,
atas kebijakannya sendiri, tidak selalu mengungkapkan identitasnya.

3. Customer (airline) dan pihak berwenang akan diberikan laporan pendahuluan (incident
report) terkait incident/accident yang terjadi.

4. PT. Gapura Angkasa memiliki sistem untuk melindungi identitas pelapor. Hal ini
merupakan salah satu cara untuk memastikan bahwa sistem pelaporan secara sukarela,
dan bersifat tidak menghukum.

5. Rahasia biasanya dicapai dengan menghilangkan proses identifikasi atau dengan tidak
merekam setiap terjadinya identifikasi. Sistem tersebut salah satunya dapat membuat
pengguna mengidentifikasi kembali bagian dari bentuk pelaporan, dan tidak ada catatan
yang disimpan dari rincian ini.

6. Sistem pelaporan memfasilitasi pengungkapan kesalahan manusia, tanpa ada ketakutan


atau rasa malu, dan memungkinkan orang lain untuk belajar dari kesalahan sebelumnya.

7. Pelapor yang melakukan identifikasi tidak harus mengungkapkan identitasnya walaupun


diketahui oleh auditor keselamatan, atau manajernya.

8. Dalam hal pelaporan bentuk form ditentukan berdasarkan dari pelanggan dan pihak
berwenang, sehingga pelaporan tersebut dilakukan sesuai dari ketentuan masing-
masing pelanggan dan/atau pihak berwenang.

Rev. 02 MGS - 73
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

9. Form Pelaporan yang digunakan :

GAPURA ANGKASA KANTOR CABANG :


AIRPORT SERVICES

Subject :

Part 1. DAMAGED BY * Date :


Other Aircraft [ ] Time of Occurrence :
Ramp Equipment [ ] Phase of Operation :
Vehicle [ ] Area :
Foreign Object [ ] Aircraft Reg :
Jet Blast [ ] Aircraft Type :
Unknown (Previously Unreported other Flight No :
(specify)) Scheduled ground time :
Flight delay :
Flight Cancelled : YES / NO (delete as
appropriate)
Part 2. DETAILS OF DAMAGE Part 3. NUMBER OF CASUALTIES
Fatalities Non Fatal
Employees
Passengers
Others

Part 4 VEHICLE/RAMP EQUIPMENT DETAILS AND CONDITION REPORT *


Serviceable Faulty
Tyres [ ] [ ] Inventory No. :
Brakes [ ] [ ] Type :
Foreign Object [ ] [ ] Age of :
Vehicle/Equipment
Steering [ ] [ ] Last Maintenance :
Lights [ ] [ ] Remark :
Wipers [ ] [ ]
Protection [ ] [ ]
Warning Devices [ ] [ ]
Stabilizers [ ] [ ]
Tow hitch [ ] [ ]
Field of vision from driving [ ] [ ]
position
Part 5 DETAILS OF PERSONNEL INVOLVED DRIVER
DRIVER ASSISTANCE WITNESSES
Name : Name : Name :
Job Title : Job Title : Job :
Title
ID No : ID No : ID No :
License : License : License :
Part 6 CONDITION
Weather * [ ] Surface * [ ] Lighting* [ ]
Normal [ ] Dry [ ] Good [ ]
Rain [ ] Wet [ ] Poor [ ]
Fog/berkabut [ ] Combination [ ] Day [ ]
Other : Other : Night [ ]
Twilight/Fajar/Sore [ ]
*) Thick in the part
Form F-OP-18
Rev. 02 MGS - 74
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

GAPURA ANGKASA KANTOR CABANG :


AIRPORT SERVICES

Part 7 CONTRIBUTORY FACTOR


Explain in your opinion contributed factor to the incident/accident

Part 8 SKETCH

Part 9 NARRATIVE, give description of what happened. Include details of relevant contributory factors identified

Part 10 INITIAL FINDING PART 11 INITIAL ACTION TAKEN

Part 12 CLOSING ACTION

PART 13 PREPARED BY Name :


ID Number:

Signature Unnecessary Name and Number if reported directly


to General Manager and or Operation HQ

Rev. 02 MGS - 75
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 10.3.0 Safety Meeting

1. Kantor cabang diharapkan untuk mengadakan rapat tentang keselamatan, sekali dalam
setiap tiga bulan atau jika diperlukan.

2. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memastikan bahwa sekecil apapun incident kecil
yang memiliki implikasi terhadap lingkungan kerja yang aman, dan yang mungkin tidak
dilaporkan akan diingat kembali, dilaporkan dan ditindaklanjuti.

3. Sistem ini membantu untuk mempromosikan sebuah budaya keselamatan yang positif
dan non-hukuman. Risalah dari rapat tersebut akan diteruskan ke sub direktorat Operasi
Kantor Pusat cq, unit Keselamatan dan Keamanan, yang akan menilai incident yang
dilaporkan untuk dibawa ke Manajemen.

4. Dalam setiap kasus, umpan balik akan diberikan kepada setiap unit atas tindakan yang
dilakukan (atau alasan untuk tidak mengambil tindakan apapun) pada incident yang
dilaporkan.

MGS 10.4.0 Investigasi

1. Ketika sebuah incident atau accident terjadi, penyidik/investigator yang berwenang


harus siap untuk melakukan investigasi dalam rangka :

a. Lebih memahami peristiwa menjelang kejadian,

b. Identifikasi bahaya dan melakukan penilaian resiko,

c. Membuat rekomendasi untuk mengurangi atau menghilangkan resiko yang tidak


dapat diterima,

d. Mengkomunikasikan safety messages kepada pihak yang tepat.

2. Penyelidikan terhadap incident kecil, seperti kerugian, dapat menghasilkan bukti bahaya
sistemik. Untuk mendapatkan efek yang maksimum, manajemen harus fokus pada
penentuan resiko. Hal ini akan dipengaruhi oleh budaya keselamatan perusahaan.
Kredibilitas dari proses investigasi akan sangat bergantung pada kompetensi teknis dan
objektifitas penyidik/investigator.

3. Laporan incident-accident dibuat sesuai form F-OP-18 yang harus ditindaklanjuti oleh
kantor cabang setempat serta pejabat tertinggi di cabang bertanggung jawab untuk

Rev. 02 MGS - 76
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

pelaksanaan investigasi dan melaporkan investigasi awal ke kantor pusat selambat-


lambatnya 2 X 24 jam setelah kejadian.

4. Laporan hasil investigasi harus dikirim ke kantor pusat dan kantor pusat dapat
mengambil alih pelaksanaan investigasi bila diperlukan dan kantor cabang harus
mendukung secara penuh kegiatan investigasi yang dilakukan.

5. Untuk setiap incident atau incident yang serius (accident), ada kemungkinan akan
ratusan kejadian kecil, banyak yang memiliki potensi untuk menjadi accident. Semua
bahaya dan incident yang dilaporkan sangat penting untuk ditinjau dan bagaimana
keputusan diambil yang harus diselidiki secara menyeluruh.

6. Prosedur pelaksanaan investigasi.

a. Investigasi dilakukan oleh pegawai perusahaan yang memiliki tugas, tanggung jawab
dan kompetensi serta memiliki wewenang sebagai investigator yang ditunjuk oleh
perusahaan.

b. Untuk mempercepat proses investigasi dalam kasus yang membutuhkan pemeriksaan


cepat setelah accident/incident terjadi maka Pejabat yang berwenang (GM dan
Manager) dapat menunjuk secara lisan investigator untuk melaksanakan pemeriksaan
kepada petugas terkait dalam upaya mendapatkan keterangan maupun data dan
fakta yang terjadi setelah berkoordinasi dengan Manager Unit dari pegawai dimaksud
dan selanjutnya surat perintah investigasi tetap dikeluarkan pada kesempatan
pertama.

c. Pemeriksa dapat memanggil narasumber/saksi ahli guna memberikan keterangan


sesuai dengan skill atau keahlian yang dimiliki jika dibutuhkan.

d. Barang bukti merupakan barang, alat maupun dokumen yang membuktikan


terjadinya irregularity dan dipergunakan sebagai dasar untuk pemeriksaan.

e. Investigasi audit dilakukan untuk meneliti dokumen, rekaman dan berkas lainnya
yang terkait dengan accident atau incident yang terjadi guna menemukan
penyebab/akar permasalahan sesuai data dan fakta.

f. Pola pemeriksaan terhadap incident dan accident menggunakan konsep Safety


Management Sistem dengan melakukan evaluasi terhadap faktor teknis, faktor
manusia dan faktor organisasi yang terkait dengan teknologi, pelatihan/training dan
regulasi/prosedur.
Rev. 02 MGS - 77
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

g. Metode pemeriksaan menggunakan metode analisis, observasi, wawancara, evaluasi


dan pemeriksaan.

h. Membuat analisa atau laporan investigasi yang memuat : iregularity secara detil,
narasi dan acuan, gambar rekonstruksi kasus, akar permasalahan/root causes,
tindakan perbaikan-pencegahan dan rekomendasi atau saran untuk mengurangi
resiko dan menekan incident/accident ke tingkat level yang dapat diterima

7. Hasil investigasi akan diberitahukan ke customer (airline) dan pihak berwenang sebagai
masukan di masa yang akan datang.

MGS 10.5.0 Penanganan Laporan Keselamatan

1. Kerahasiaan nama dan identitas pelapor dari laporan keselamatan yang diterima dan
ditangani dirahasiakan secara mutlak.

2. Dalam hal apapun, setiap laporan akan diselidiki dan dianalisa. Sebuah proyeksi trend
dan analisis sebab-akibat yang akan dilakukan dan umpan balik yang diberikan kepada
pihak berwenang manajemen yang bersangkutan dan relevan. Berdasarkan analisis di
atas, kebutuhan untuk meninjau atau meninjau kembali setiap tindakan keselamatan
akan dievaluasi, didokumentasikan dan ditindaklanjuti.

3. Dalam rangka untuk memupuk kepercayaan pengguna dalam sistem, penting untuk
memberikan umpan balik kepada instansi pelaporan atau karyawan pada tindakan apa,
jika ada, diambil pada laporan tersebut. Penting untuk diingat bahwa umpan balik ini
bahkan lebih penting ketika tidak ada tindakan yang diambil karena di tidak adanya aksi
terlihat, para pengguna dapat kehilangan kepercayaan dalam sistem dan berhenti
melaporkan masalah sama sekali.

MGS 10.6.0 Daftar Kode Faktor Penyebab

1. Kode ini digunakan untuk menggambarkan elemen yang relevan dari accident atau
incident. Kode tersebut untuk ditempatkan di area yang disediakan di laporan. (tertulis
pada bagian ke 7, faktor pendukung)

Rev. 02 MGS - 78
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Behavior reason
Code Description
B1 Excess speed
B2 Communication failure
B3 Failure to see
B4 Spatial misjudgment (distance, height or width)
B5 Poor judgment
B6 Distraction
B7 Poor discipline

Behavior reason
Code Description
B8 Lack of practice or experience in task
B9 Incapacitation ( ill health, alcohol, other drugs, fatigue, etc )
B10 Vandalism/malicious intent

Equipment reason
Code Description
E1 Defective maintenance
E2 Incorrect use
E3 Unsuitable for task
E4 Unsafe for task
E5 Design issues

Organization reason
Code Description
O1 Lack of standard procedure
O2 Inadequate time (scheduled time to perform task less than optimum)
O3 Inadequate supervision
O4 Insufficient personnel (assigned to task)
O5 Inadequate training

Rev. 02 MGS - 79
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Physical reason
Code Description
P1 Weather conditions
P2 Surface conditions
P3 Inadequate lighting
P4 Glare/binding light
P5 Noise
P6 Congestion
P7 Limited space
P8 Walkway/Road layout
P9 Ramp layout
P10 Building/Facility Layout
P11 Signs and marking
Physical reason
Code Description
P12 Construction/Maintenance work
P13 Foreign Object Debris/Damage
P14 Jet blast/Prop wash

Regulation Not Followed reason


Code Description
R1 Standard Operating Procedure
R2 Safety Regulations
R3 Traffic Operations
R4 Personnel Protective Equipment
R5 Validity of Operator
Other Specify any other factor(s)

Rev. 02 MGS - 80
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 11.0.0 AUDIT KESELAMATAN

MGS 11.1.0 Umum

Pemeriksaan adalah salah satu dari metode dasar untuk memenuhi fungsi keselamatan
dan pemantauan kualitas kerja. Bab ini memfokuskan pada perlengkapan, perencanaan,
pelaksanaan dan tindak lanjut dari pemeriksaan tersebut, baik yang dilakukan secara
internal maupun oleh pemeriksa eksternal untuk tujuan tersebut.

MGS 11.2.0 Audit Keselamatan

1. Pemeriksaan keselamatan adalah kegiatan utama pada manajemen keselamatan.


Seperti pemeriksaan keuangan, pemeriksaan keselamatan memberikan penilaian
secara sistematis tentang bagaimana suatu perusahaan memenuhi tujuan keselamatan
mereka. Program pemeriksaan keselamatan memberikan umpan-balik kepada
manajemen mengenai kinerja keselamatan dalam perusahaan tersebut. Umpan balik
ini membuktikan tingkat kinerja keselamatan yang dicapai. Dalam pengertian ini, audit
keselamatan adalah aktivitas manajemen keselamatan proaktif, menyediakan cara
untuk mengidentifikasi masalah potensial sebelum mereka memiliki dampak pada
keselamatan.

2. Pemeriksaan keselamatan bisa dilakukan secara internal oleh kantor cabang atau
dilakukan oleh kantor pusat dengan pemeriksa operasi pengawas intern. Tim
Pemeriksa keselamatan akan memeriksa sesuai dengan persyaratan peraturan dan
sesuai dengan standar perusahaan. Tim pemeriksa akan menilai apakah prosedur yang
digunakan adalah sesuai dan apakah ada praktek kerja apapun yang dapat memiliki
konsekuensi keselamatan yang tak terduga.

3. Kriteria pemeriksaan yang akan dilakukan ditentukan terlebih dahulu. Checklists akan
digunakan tergantung oleh pemeriksa, untuk mengidentifikasikan apa yang harus di
kaji dalam pemeriksaan secara rinci yang cukup untuk memastikan bahwa semua tugas
dan fungsi dimaksud dibahas. Tingkat dan elaborasi dari checklist akan tergantung
pada ukuran dan kompleksitas perusahaan yang diaudit.

4. Kerjasama antar personil terkait adalah penting agar pemeriksaan berjalan sukses.
Program Pemeriksaan Keselamatan berdasarkan prinsip berikut :

a. Bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan. Hukuman akan menjadi kontra-


produktif.
Rev. 02 MGS - 81
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

b. Dilengkapi dengan umpan balik positif dengan menekankan dalam laporan poin baik
yang diamati selama pemeriksaan.

c. Diperlukan sebuah rencana untuk mengatasi kekurangan dari pemeriksaan.

d. Bagian/unit yang akan diperiksa harus menunjukkan semua dokumentasi yang


relevan kepada pemeriksa dan mengatur karyawan agar bisa diwawancarai jika
dibutuhkan.

e. Fakta akan diperiksa secara objektif.

f. Sebuah laporan pemeriksaan tertulis menggambarkan penemuan dan rekomendasi


akan disampaikan kepada unit atau bagian dalam jangka waktu tertentu.

g. Staff unit atau bagian, serta manajemen, akan diberikan dengan umpan balik
mengenai temuan audit.

5. Setelah pemeriksaan, mekanisme pemantauan akan dilaksanakan untuk memverifikasi


efektifitas tindakan perbaikan yang diperlukan. Tindak lanjut pemeriksaan akan
berkonsentrasi pada aspek operasi dimana kebutuhan untuk tindakan korektif yang
diidentifikasi. Pemeriksaan akan mengikuti pemeriksaan sebelumnya, dimana tindakan
korektif diusulkan atau karena kecenderungan yang tidak diinginkan dalam kinerja
keselamatan tidak selalu dapat dilihat diawal. Program pemeriksaan tahunan secara
keseluruhan akan membuat audit yang tidak terjadwal.

MGS 11.3.0 Proses Audit Keselamatan

1. Pemberitahuan resmi untuk melaksanakan pemeriksaan disampaikan ke unit atau


bagian yang akan diperiksa dalam waktu yang cukup untuk mempersiapkan hal-hal
yang diperlukan. Auditee dapat diminta untuk menyediakan bahan persiapan sebelum
pemeriksaan yang sebenarnya, misalnya, catatan yang dipilih, kuesioner pra-
pemeriksaan yang telah komplit, dan manual. Pemahaman yang jelas tentang
persyaratan tujuan, ruang lingkup dan sumber daya untuk pemeriksaan dan tindak
lanjut proses, dll sangat penting dimiliki oleh auditee sebelum pemeriksa tiba. Untuk
mencapai tujuan ini, suatu rencana pemeriksaan, seperti diuraikan di bawah ini akan
disiapkan dan dibagi dengan auditee yang akan diperiksa sebelum pemeriksaan.

2. Langkah-langkah awal dalam perencanaan pemeriksaan adalah untuk memverifikasi


kelayakan dari jadwal yang diusulkan dan untuk mengidentifikasi informasi yang akan

Rev. 02 MGS - 82
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

diperlukan sebelum dimulainya pemeriksaan. Hali ini diperlukan untuk menentukan


kriteria terhadap pemeriksaan yangakan dilakukan dan untuk mengembangkan suatu
rencana pemeriksaan secara rinci bersama-sama dengan daftar yang akan digunakan
selama pemeriksaan.

3. Pelaksanaan pemeriksaan pada dasarnya adalah proses pemeriksaan atau pencarian


fakta. Informasi dari hampir semua sumber manapun akan ditinjau sebagai bagian dari
audit.

MGS 11.4.0 Laporan Audit dan Tindak Lanjut

1. Laporan Audit akan mempaparkan hasil dari pemeriksaan keselamatan secara objektif.
Setelah pemeriksaan selesai, laporan pemeriksaan sementara akan diteruskan kepada
manajer unit atau bagian untuk review dan komentar. Setiap komentar yang diterima
akan dipertimbangkan dalam penyusunan laporan akhir, yang merupakan laporan
resmi pemeriksaan.

2. Tindak lanjut pemeriksaan melibatkan perubahan manajemen. Setelah menerima


laporan pemeriksaan final, manajemen perlu memastikan bahwa kemajuan dibuat
untuk mengurangi atau menghilangkan resiko yang menyertainya. Tujuan utama dari
tindak lanjut adalah untuk memastikan pelaksanaan yang efektif dari rencana tindakan
korektif. Tindak lanjut juga diperlukan untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil
berdasarkan pemeriksaan dalam cara menurunkan keselamatan. Dengan kata lain,
bahaya baru dengan potensi resiko yang lebih tinggi tidak diizinkan untuk memasuki
sistem sebagai konsekuensi dari pemeriksaan.

3. Kegagalan untuk menindaklanjuti penyimpangan dalam menerapkan tindakan


keselamatan yang diperlukan (dan disetujui) akan membahayakan validitas proses
pemeriksaan keselamatan keseluruhan. Tindak lanjut akan dilakukan melalui
pemantauan status pelaksanaan rencana tindakan korektif atau melalui kunjungan
tindak lanjut pemeriksaan. Apabila suatu tindak lanjut telah dibuat, sebuah laporan
lebih lanjut akan disiapkan. Laporan ini jelas akan menunjukkan status pelaksanaan
tindakan perbaikan yang telah disepakati. Jika ada ketidaksesuaian, kekurangan atau
keselamatan jangka pendek tetap tidak terselesaikan, ketua tim pemeriksa akan
menyoroti hal ini dalam laporan tindak lanjut.

Rev. 02 MGS - 83
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 12.0.0 PROGRAM DIRECT OBSERVATION SYSTEM (DOS)

MGS 12.1.0 Umum

Pengawasan aktivitas operasional merupakan kewajiban yang harus dilakukan untuk


memastikan semua program layanan dan program keselamatan yang telah ditetapkan
terlaksana dengan baik. Direct Observation System dan Operational Outlines & Check Sheet
merupakan program pengawasan/kontrol yang wajib dilaksanakan disemua cabang PT.
Gapura Angkasa secara konsisten untuk memberikan gambaran kepada manajemen cabang
dan Kantor Pusat atas kendala operasional yang terjadi serta langkah perbaikan yang akan
dilaksanakan.

MGS 12.2.0 Direct Observation System (DOS)

“DOS” merupakan salah satu system yang digunakan untuk melakukan pengamatan
kegiatan operasional secara langsung dengan tujuan agar tercapainya safety management
level yang telah ditetapkan melalui pelaksanaan prosedur keselamatan.

MGS 12.3.0 Tujuan

Mengamati tingkat kesesuaian pelaksanaan terhadap Safety dan Security Management


System pada kegiatan operasional diseluruh Kantor Cabang PT. Gapura Angkasa
berdasarkan prosedur keselamatan dan keamanan yang telah ditetapkan oleh Perusahaan,
Customer (Airline) dan Pemerintah (State) sebagai upaya mengurangi dan menekan angka
incident/accident pada level yang dapat diterima.

MGS 12.4.0 Pelaksanaan

1. Direct Observation System dilaksanakan oleh unit SSQ (Safety, Security & Quality) untuk
Kantor Cabang Utama, Kelas I, Kelas II dan petugas security untuk Kantor Cabang kelas
III dan IV atau petugas khusus yang ditunjuk oleh General Manager.

2. Pelaksanaan Direct Observation System dilakukan setiap hari (daily) dengan mengisi
form safety and security check sheet for ramp activity (F-IQ-06). Pengisian check sheet
dilakukan minimal 10% dari jumlah produksi flight yang ditangani setiap harinya atau
sekurangnya 1 (satu) flight bagi Kantor Cabang yang melayani penerbangan kurang dari
10 flight per harinya.

Rev. 02 MGS - 84
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 12.5.0 Pelaporan dan Evaluasi

1. Pelaksana melaporkan hasil pelaksanaan DOS kepada General Manager untuk dilakukan
evaluasi.

2. General Manager melaporkan hasil evaluasi terhadap rekapitulasi temuan serta usulan
perbaikan atas kendala yang terjadi setiap bulan (monthly) sesuai form compliance
rate to procedure (F-ZQ-07) kepada Direktur Strategi & Human Capital Cq. Head of
Safety, Security & Quality Assurance.

3. Temuan ketidaksesuaian dalam DOS dievaluasi dan ditindaklanjuti melalui mitigasi (risk
control) yang mengacu pada akar permasalahan (root cause) dan penetapan Corrective
Action Plan yang akan dilaksanakan dalam operasional.

4. Mitigasi (risk control) wajib dibahas pada safety meeting yang diadakan minimal 1 (satu)
kali dalam sebulan oleh Safety Action Group (SAG) sebagai control atas tindakan
perbaikan terhadap safety dan security system. Safety meeting dapat dilaksanakan
bersamaan dengan Rapat Produksi atau Rapat Tinjauan Manajemen.

5. Pelaporan pelaksanaan DOS (F-ZQ-07) wajib disampaikan ke Kantor Pusat paling telat
tanggal 5 setiap bulannya melalui email : safety@gapura.id, operation@gapura.id,
quality@gapura.id.

Rev. 02 MGS - 85
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 13.0.0 FORM-FORM SMS

MGS 13.1.0 Form Direct Observation Report (DOS)

DIRECT OBSERVATION SYSTEM (DOS)

SAFETY AND SECURITY CHECK SHEET


FOR RAMP ACTIVITY
FLIGHTS NO
Kantor Cabang
REF REMARK
Tanggal Y N Y N Y N
Semua petugas menggunakan personel
protective equipment (PPE) eq. hearing GOM
1
protection, safety shoes, and illuminated AHS 12.6.0
sign/vest ?
AHM 635 GOM
2 Melakukan FOD check sebelum pesawat tiba ?
AHS 4.2.0
Semua GSE yang akan digunakan berada di luar AHM 635 GOM
3
dari clearance line ? AHS 4.2.0
Aviobridge pada posisi fully retracted/atau posisi
GOM
4 roda diposisi parked di ramp box ? (jika
AGM 7.2.0
menggunakan aviobridge)
Aviobridge dilengkapi dengan pembatas dan GOM
5
dipasang ? AGM 7.6.0
Apakah area pergerakan boarding bridge clear ? GOM
6
(jika menggunakan aviobridge) AGM 7.2.0
Apakah ada bunyi peringatan ketika aviobridge GOM
7
bergerak ? AGM 7.2.0
Marshaller memberikan panduan ke pilot GOM
8
menggunakan hand signal sesuai standard ? AGM 1.4.0
Marshaller menggunakan alat bantu wands
(bat/flashlight marshaller) ketika memandu GOM
9 pesawat dan dapat memberi sinyal pada kondisi AGM 3.1.2
jarak pandang yang rendah (illuminated in low AGM 3.1.3
visibility) ?
Semua personel yang bertugas mendekat ke
pesawat ketika ketika pesawat telah berhenti,
GOM
10 terpasang wheel chock dan beacon light telah
AGM 2.1.2
padam serta tanda dapat mendekat telah
diberikan oleh marshaller ?
GOM
Wheel chock dipasang sesuai dengan ketentuan
11 AGM 3.1.4
? (outer main wheel TM XV – 1)
AGM 3.3.2
Safety cone dipasang dibawah wing tip dan GOM
12
didepan engine pesawat ? AGM 3.3.2
Ground cable telah dihubungkan ke grounding GOM
13
point selama refueling ? AGM 1.3.0
Operator GSE melakukan clearance check GOM
14
sebelum mendekat ke pesawat ? AGM 2.0.0
GOM
15 GSE mendekat ke pesawat dipandu guide man ?
AGM 2.1.2

Rev. 02 MGS - 86
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SAFETY AND SECURITY CHECK SHEET


FOR RAMP ACTIVITY
FLIGHTS NO
Kantor Cabang
REF REMARK
Tanggal Y N Y N Y N
Semua peralatan retractable GSE ketika
GOM
16 mendekati pesawat dalam posisi dengan auto
AGM 2.1.2
level ?
Posisi maneuver dan berhenti GSE parallel dengan GOM
17
pesawat ? AGM 2.1.2
Stabilizer secepatnya dipasang dengan baik saat GOM
18
GSE siap melayani pesawat ? AGM 2.1.2
Semua operator GSE &kendaraan mematuhi
batasan kecepatan dan melakukan test brake saat GOM
19
akan mendekat ke pesawat ? AGM 2.1.2

Pergerakan GSE & kendaraan sesuai dengan GOM


20
marka yang telah disiapkan dan diijinkan ? AGM 2.1.2
Petugas apron berlari saat menjalankan tugas ?
21
Apabila menggunakan MPS/PBS, apakah posisi
MPS/PBS sudah benar dan stabilizer telah GOM
22
digunakan/dipasang ? AGM 6.4.0

Petugas melakukan clearance check untuk


GOM
23 mengetahui terjadinya kerusakan sebelum
AHS 1.1.2
membuka pintu pesawat dan kargo ?
Apakah petugas yang membuka pintu pesawat
GOM
24 dan kargo memiliki kualifikasi untuk
AHS 1.1.2
mengoperasikan ?
Posisi BCL full down dengan handrail terlipat GOM
25
ketika mendekat ke pesawat ? AGM 2.1.2
Posisi bumper BCL dibawah bibir pintu cargo dan GOM
26
tidak menempel ? AGM 5.0.0
Handrail BCL diangkat/ dipasang ketika melayani GOM
27
pesawat wide body ? AGM 5.0.0
Apakah petugas tidak berjalan, berdiri dan duduk AHM 630
28
do conveyor belt yang sedang bergerak ? POINT 4.3
HLL/MDL pada posisi yang benar terhadap GOM
29
pesawat, & stabilizer digunakan/dipasang ? AGM 2.1.2
Loader guardrails dipasang/digunakan ketika
GOM
30 melakukan off/on load, & terlipat/ tersimpan
AGM 2.1.2
ketika cargo door ditutup ?
Apakah petugas menggunakan tangga ketika GOM
31
membuka & menutup pintu cargo ? AGM 8.0.0
Posisi hand brake GSE/vehicles telah terpasang GOM
32
ketika posisi berhenti untuk melayani pesawat ? AGM 2.1.2
BCT/dollies untuk melayani pesawat telah di GOM
33
pasang wheel chock ? AGM 2.1.2
Lock pada dollies telah terpasang dengan baik
34 AHM965 / 966
sebelum dimuat ULD ?
Petugas melakukan loading/unloading dengan
35
cara yang benar ?
Apakah bagasi dihandling secara benar ? (tidak
dibanting, bagasi berat di angkat dua orang dan
36
menggunakan BCL, mengangkat handle bagasi
dengan benar dll)

Rev. 02 MGS - 87
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

SAFETY AND SECURITY CHECK SHEET


FOR RAMP ACTIVITY
FLIGHTS NO
Kantor Cabang
REF REMARK
Tanggal Y N Y N Y N
Semua tirai/pintu container (ULD) ditutup dengan
37 AHM 427
benar segera setelah dimuat bagasi/cargo ?
Bagasi/cargo/mail tidak ditempatkan di BTT atau
38
diatas container ?
Tidak ada kendaraan (GSE & vehicles) melintas GOM
39
dibawah wing/badan pesawat ? AGM2.1.1
Petugas lavatory menggunakan glove saat GOM
40
melayani pesawat ? AGM 10.2.3
Plug (donut) terpasang dan semua akses panel GOM
41 tertutup setelah lavatory servicing selesai AGM 10.2.4
dilaksanakan ?
Guide man memberikan panduan ketika GOM
42
pergerakan LST/WST membelakangi pesawat ? AGM 10.2.4
Petugas avsec melaksanakan security control
untuk melindungi pesawat? (mengacu form
preflight security check list) GOM
43
AVS 2.4.0
Aircraft Pre-flight Security Check
Body search
Petugas avsec melakukan pemeriksaan ID kepada
GOM
44 petugas yang berada di sekitar parkir pesawat ?
AVS 2.4.4
Petugas avsec berjaga didepan pintu pesawat GOM
45 selama proses embark/disembark ? AVS 4.4.1
Petugas avsec telah meyakinkan bahwa hanya
penumpang yang telah di screening yang boleh GOM
46
boarding ke pesawat ? AVS 3.1.1

Petugas avsec melakukan pemantauan semua


aktivitas operasional di sekitar area parkir GOM
47
pesawat ? AVS 2.3.0

Petugas avsec melakukan pengawasan ketika


pesawat remain overnight atau transit ?
GOM
48
Petugas menutup semua akses masuk pesawat AVS 2.3.2
ketika pesawat remain overnight ?
CATATAN DAN KESIMPULAN OBSERVER :

Acknowledge,
OBSERVER,
MANAGER ................

nama & ttd nama & ttd


F-ZQ-06

Rev. 02 MGS - 88
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Beberapa Jenis Pelanggaran yang sering ditemukan :

1. Tidak membawa TIM, PAS dan STKP / copy.

2. Kecepatan melebihi batas yang ditentukan.

3. Peralatan diparkir tidak pada area yang telah ditentukan.

4. Posisi peralatan tidak sesuai dengan arah pesawat.

5. Brake tidak posisi on ketika peralatan berhenti.

6. Melakukan manouver di area yang dilarang (dibawah wing, dll).

7. Tidak memasang Wheel Chock.

8. Meninggalkan peralatan dgn posisi mesin hidup.

9. Wingman berada di cabin saat pushback.

10. Duduk diatas towbar saat standby.

11. Tidak menggunakan PPE yang semestinya.

12. Tidak menunjukan steering bypass pin ke PIC.

13. Terlambat tiba di pesawat.

14. Menggunakan electronic portable (HP, MP3 player saat mengoperasikan peralatan.

Rev. 02 MGS - 89
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 13.2.0 Form Compliance to Procedure (F-ZQ-07)

Rev. 02 MGS - 90
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 14.0.0 PENDIDIKAN DAN LATIHAN KESELAMATAN

MGS 14.1.0 Umum

1. Suatu budaya keselamatan perusahaan terkait dengan keberhasilan manajemen


program pelatihan keselamatan. Semua personil harus memahami filosofi keselamatan
perusahaan, kebijakan, prosedur dan praktek, dan mereka harus memahami peran dan
tanggung jawab mereka dalam kerangka kerja manajemen keselamatan.

2. Pelatihan keselamatan harus dimulai dengan pengenalan awal karyawan dan terus
berlanjut sepanjang pekerjaan mereka. Pelatihan manajemen keselamatan khusus harus
disediakan untuk staf yang menempati posisi dengan tanggung jawab keselamatan
tertentu.

3. Program pelatihan harus memastikan bahwa kebijakan keselamatan dan prinsip-prinsip


perusahaan dipahami, dipatuhi dan disadari oleh semua staf.

MGS 14.2.0 Kebutuhan Pelatihan

1. Manajer keselamatan dan keamanan dalam hubungannya dengan departemen


personalia meninjau deskripsi pekerjaan dari semua staf dan mengidentifikasi posisi
yang memiliki tanggung jawab keselamatan. Rincian tanggung jawab keselamatan maka
akan ditambahkan ke dalam uraian tugas.

2. Setelah deskripsi pekerjaan telah diperbarui, Senior Manager Keselamatan dan


Keamanan, dalam hubungannya dengan manajemen kepelatihan, harus melakukan
analisis kebutuhan pelatihan untuk mengidentifikasi pelatihan yang akan dibutuhkan
untuk setiap posisi.

3. Pelatihan terkait Safety & Security terdiri dari :

a. Aviation Security.

b. Safety Management System (SMS).

c. Human Factor.

d. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3).

4. Salah satu fungsi pelatihan manajemen keselamatan adalah untuk menciptakan


kesadaran akan tujuan SMS dan pentingnya mengembangkan budaya keselamatan.

Rev. 02 MGS - 91
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Berdasarkan hal tersebut, semua staf akan mendapatkan training dasar yang mencakup
:

a. Prinsip dasar dari manajemen keselamatan.

b. Filsafat keselamatan perusahaan, kebijakan dan standar keselamatan (termasuk


pendekatan perusahaan untuk tindakan disipliner terhadap masalah keselamatan,
sifat terpadu manajemen keselamatan, manajemen resiko pengambilan keputusan,
budaya keselamatan, dll.).

c. Pentingnya penyesuaian terhadap kebijakan keselamatan dengan prosedur yang


merupakan bagian dari SMS.

d. Tujuan dan sasaran keselamatan perusahaan.

e. Program manajemen keselamatan perusahaan (seperti sistem pelaporan incident,


skema pelaporan sukarela dan rapat incident).

f. Persyaratan untuk penilaian internal dari kinerja keselamatan perusahaan yang


sedang berlangsung (seperti survey karyawan, pemeriksaan keselamatan dan
penilaian).

g. Pelaporan incident, accident dan indikasi bahaya.

h. Umpan-balik dan metode komunikasi untuk penyebaran informasi keselamatan.

i. Pemeriksaan keselamatan.

j. Pengenalan tentang keselamatan dan penyebaran informasi.

MGS 14.3.0 Pelatihan Keselamatan Untuk Manajemen

Manajemen sangat penting untuk dapat memahami prinsip-prinsip yang berbasis SMS.
Pelatihan akan memastikan bahwa manajer dan supervisor akrab dengan prinsip SMS dan
tanggung jawab mereka dan akuntabilitas untuk keselamatan. Pelatihan dapat juga
membahas isu-isu hukum yang terlibat, misalnya, kewajiban hukum bagi manajemen.

MGS 14.4.0 Pelatihan Keselamatan Untuk Personil Operasional

Selain indoktrinasi perusahaan yang diuraikan di atas, karyawan yang terlibat langsung
dalam operasi penerbangan akan memerlukan pelatihan keselamatan yang lebih spesifik
sehubungan dengan:
1. Prosedur untuk pelaporan kecelakaan dan incident.
Rev. 02 MGS - 92
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Bahaya unik yang dihadapi oleh personil.

3. Prosedur untuk pelaporan bahaya.

4. Kondisi yang spesifik, misalnya low/peak season dll.

5. Prosedur darurat.

MGS 14.5.0 Komunikasi Keselamatan

1. Penyebaran Informasi tentang Keselamatan; Manajer Keselamatan dan Keamanan


adalah titik fokus untuk informasi terkait keselamatan, laporan bahaya, penilaian resiko,
analisa keselamatan, laporan investigasi, laporan audit, dll. Dari semua informasi ini,
yang paling relevan untuk disosialisasikan akan diidentifikasi. Informasi akan
diklasifikasikan sebagai mendesak, langsung, untuk keperluan pemahaman latar
belakangnya, atau kadang-kadang.

2. Beberapa pertimbangan akan menentukan klasifikasi pesan dan penyebaran misalnya:

a. Pentingnya informasi.

b. Kelompok yang dituju.

c. Cara terbaik untuk penyebaran informasi (contoh : briefing, surat, newsletters,


jaringan intranet perusahaan, video dan poster).

d. Strategi pemilihan waktu untuk memaksimalkan dampak dari pesan (misalnya briefing
saat low season membangkitkan sedikit minat daripada saat peak season).

e. Isi (misalnya berapa banyak informasi latar belakang harus diberikan versus pesan
inti).

f. Penggunaan kata (pilihan kata yang tepat, gaya dan nada bicara).

MGS 14.6.0 Informasi Tentang Keselamatan Yang Mendesak

1. Informasi keselamatan yang mendesak bisa disebarkan dengan cara :

a. Pesan langsung (oral ataupun tertulis) untuk manajer yang bertanggung jawab.

b. Briefing langsung (misalnya untuk kontroler dalam sebuah unit khusus).

c. Perubahan shift seiring briefing.

d. Lewat surat (pos, fax atau e-mail).

Rev. 02 MGS - 93
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Informasi “Nice-To-Know”; industri ground handling menghasilkan cukup banyak


literature yang sebagian ditargetkan pada operasi tertentu. Materi ini meliputi laporan
kejadian kecelakaan perusahaan, studi keselamatan, jurnal penerbangan, proses
konferensi dan simposium, laporan produsen, video pelatihan, dll. Informasi ini tersedia
secara elektronik.

3. Terlepas dari format informasi, maka akan dibuat tersedia untuk staf dan manajemen
melalui:

a. Sirkulasi internal untuk informasi penting/kritis.

b. Sebuah perpustakaan yang memuat buku-buku keselamatan.

c. Ringkasan informasi kepada semua staff yang menerima informasi tersebut.

d. Penyebaran yang ditujukan kepada manajer yang terkait.

MGS 14.7.0 Pelaporan Kepada Manajemen

Manajemen tidak punya waktu untuk menyaring sejumlah besar bahan, beberapa
diantaranya mungkin tidak relevan. Manajemen akan tertarik pada pertanyaan-pertanyaan
dasar seperti yang tercantum di bawah ini dan semua laporan kepada manajemen harus
sesuai dengan poin-poin di bawah ini kecuali tidak dapat dihindari:

1. Apa masalahnya?

2. Bagaimana bisa mempengaruhi perusahaan?

3. Berapa besar kemungkinan itu terjadi?

4. Berapa biaya jika itu tidak terjadi?

5. Bagaimana bahaya tersebut dihilangkan?

6. Bagaimana resiko dapat dikurangi?

7. Berapa biaya untuk memperbaikinya?

8. Apa kelemahan dari tindakan seperti itu?

MGS 14.8.0 Pengenalan Tentang Keselamatan

1. Sebuah program pengenalan tentang keselamatan yang sedang berlangsung akan


memastikan bahwa karyawan mendapat manfaat dari pelajaran keselamatan karyawan
dan terus belajar memahami SMS perusahaan. Pengenalan Keselamatan berkaitan erat
Rev. 02 MGS - 94
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

dengan pelatihan keselamatan dan penyebaran informasi keselamatan. Hal ini


mengacu pada kegiatan perusahaan yang melaksanakan untuk memastikan bahwa staf
memahami mengapa prosedur keselamatan manajemen sedang diperkenalkan, apa
artinya manajemen keselamatan, mengapa tindakan keselamatan khusus yang diambil,
dll. Pengenalan Keselamatan menyediakan mekanisme pelajaran dari investigasi
kejadian keselamatan dan kegiatan yang terkait dengan keselamatan lain yang dibuat
tersedia untuk semua personel terkait. Hal ini juga menyediakan sarana untuk
mendorong pengembangan budaya keselamatan yang positif dan memastikan bahwa,
sekali terbentuk, budaya keselamatan akan tetap ada.

2. Publikasi kebijakan keselamatan, prosedur, newsletter dan bulletin saja tidak akan
selalu membawa hasil tentang pengembangan budaya keselamatan yang positif.
Kecukupan informasi bagi staff merupakan hal yang penting, namun bukti dari
komitmen manajemen untuk keselamatan merupakan hal yang cukup penting juga.
Sikap dan tindakan manajemen akan menjadi faktor signifikan dalam promosi praktek
kerja yang aman dan pengembangan budaya keselamatan yang positif.

3. Kegiatan pengenalan keselamatan sangat penting selama tahap awal pelaksanaan


SMS. Namun, pengenalan keselamatan juga memainkan peranan penting bagi
kesadaran keselamatan, dan itu menjadi tempat di mana masalah-masalah
keselamatan dikomunikasikan dalam perusahaan. Masalah-masalah akan ditangani
melalui program pelatihan staf atau mekanisme informal.

4. Dalam rangka untuk mengusulkan solusi untuk identifikasi bahaya, staf harus sadar
bahwa bahaya yang telah diidentifikasi telah dilaksanakan tindakan perbaikan.
Kegiatan pengenalan keselamatan dan program pelatihan akan menjadi alasan di balik
pengenalan prosedur baru. Ketika pelajaran juga memberikan arti signifikan untuk
perusahaan lain, operator atau penyedia layanan akan mempertimbangan akan
diberikan untuk sosialisasi informasi yang lebih luas.

MGS 14.9.0 Metode Pengenalan

1. Penerima pesan tentang keselamatan harus termotivasi. Jika hal ini tidak tercapai,
maka semua usaha yang dimaksudkan baik akan menjadi sia-sia. Propaganda yang
hanya mengajak orang untuk menghindari membuat kesalahan, memberi perhatian
lebih, dll tidak efektif karena tidak memberikan sesuatu yang substansial kepada
individu yang terkait.
Rev. 02 MGS - 95
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. Topik keselamatan akan dipilih untuk kampanye promosi berdasarkan potensi mereka
untuk mengontrol dan mengurangi kerugian. Pemilihan akan didasarkan pada
pengalaman masa lalu atau kecelakaan yang nyaris terjadi, hal-hal yang diidentifikasi
dengan analisa bahaya, dan pengamatan dari pemeriksa keselamatan rutin. Selain itu,
karyawan akan didorong untuk mengajukan saran untuk kampanye pengenalan
keselamatan.

3. Program pengenalan keselamatan akan didasarkan pada beberapa metode komunikasi


modern.

Rev. 02 MGS - 96
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

iv. DAFTAR CATATAN PERUBAHAN DOKUMEN


Diubah
Revisi No. Dokumen Tanggal Penjelasan Perubahan
oleh
01 M-OP-01 Tim 25 Nop 1. Kata “Pendahuluan“ pada GOM
Rev-00 belum ada.
2012
2. Tim memandang perlu adanya
“Pendahuluan“ yang berisikan
bagian dari maklumat tentang :
a. Informasi yang tertuang dalam GOM
mengandung ketentuan yang harus
selalu di perbaharui atau ditinjau
kembali.
b. Informasi yang tertuang dalam GOM
disadur dari Undang – undang,
Peraturan – peraturan ( International
& National ) dan Kebijakan –
kebijakan Management tertinggi
sebagai dasar hukum dalam
pelayanan.
c. GOM adalah sebagai bukti komitmen
Management dalam memberikan arah
pada seluruh kegiatan pelayanan
operasional perusahaan di setiap
Bandar Udara.
GOM merupakan salah satu pedoman
dan/atau dasar hukum bagi para
pelaksana pelayanan operasional
dilapangan selain ketentuan yang
diberlakukan oleh para Pelanggan dalam
melaksanakan tugas operasional.

Section 1. OPR
OPR 3.6.0 Form Laporan Kinerja
Operasional
Perubahan No. Form Laporan Kinerja
Operasional dari F-OP-01 Menjadi F-OP-
01C.
Section 2. PBH
1. A. TUJUAN
Penyempurnaan dan penambahan
tentang tujuan dibuatnya Manual
Pelayanan Penumpang & Bagasi.

Rev. 02 iv - 1
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. PBH 2.0.0 PELAYANAN PENUM


PANG & BAGASI DEPARTURE
FLIGHT
Penyempurnaan proses persiapan
secara umum di Unit Pelayanan
Penumpang & Bagasi oleh Supervisor

3. PBH 3.1.0 Memeriksa atau


mengamati fisik calon penumpang
Penambahan ketentuan yang harus
dilaksanakan oleh petugas Check – in
Counter dalam menerima calon
penumpang.

4. PBH 3.2.0 Memeriksa dan


memastikan Ticket calon
Penumpang
Penyempurnaan tentang pemerik saan
Ticket.

5. PBH 3.3.0 Memeriksa dan


memastikan Travel Document calon
Penumpang
Penyempurnaan tentang ketentuan
pemeriksaan ( Pasport, Visa Exit dan
Entry Permit, Health Certificate ) bagi
para calon Penumpang.

6. PBH 3.4.0 Menimbang dan


Mengirim Bagasi
Penyempurnaan Baggage Profiling dan
baggage identivikasi meliputi kaidah
tentang safety & security.

Section 3. AHS
1. Tujuan
a. Tujuan pada Poin 01 s/d 3 dan 5
ditambah dan diperjelas tentang
kegunaan Manual ini.
b. Tujuan pada Poin 04 ditambahkan
tentang dasar-dasar yang di adop
dalam Manual.
c. Tujuan pada Poin 06 ditam bahkan
tentang kegunaan Manual ini sebagai
legal operasi pelayanan darat.

Rev. 02 iv - 2
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

2. AHS 2.2.0 Pelaksanaan Sub-unit


Stock Control ULD
a. Memastikan bahwa ULD dan item
lainnya diperiksa terhadap kerusakan
dan kebocoran sebelum dimuat ke
pesawat dan tidak dimuat jika
terdapat kerusakan atau kebocoran.
b. Memastikan bahwa ULD yang dimuat
ke pesawat dilakukan cross check
terhadap nomor unitnya dengan
Loading Instruction/Report yang
diterbitkan oleh Load Control.

3. AHS 2.3.0 Penyelesaian ULD


Control Management
c. pelaporan kepada Airlines terhadap
adanya kondisi perangkat loading
system di dalam pesawat yang rusak.

4. AHS 3.0.0 Prosedur Load Control


a. Penyempurnaan proses persiapan
Unit Load Control.
b. Penyempurnaan proses pelaksanaan
petugas Load Control
c. Penambahan beberapa proses yang
harus dilakukan oleh Petugas Load
Control sebelum menyerahkan Load
Sheet kepada P.I.C
d. Penyempurnaan proses penyelesaian
akhir kegiatan petugas Load Control.
d. Penambahan Metode pengiriman
Movement ( MVT ) untuk Pesawat
Divert.

5. AHS 3.1.0 Persiapan load control


e. Pendokumentasian informasi verbal
saat terjadi perubahan load yang
berhubungan dengan weight and
balance & Discrepancy yang terjadi,
dimana harus dilaporkan ke Airline
serta menginformasikan secara detail
tentang proses crosscheck data
terbaru.

6. AHS 4.1.0 Pengertian Turn Arround


Coordinator ( Ramp Dispatch )
a. Pengertian Koordinator dalam
kegiatan turn-arround pesawat,
Rev. 02 iv - 3
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

memanage waktu kegiatan pelayanan


darat.
b. Pengertian mengawasi atau
mensupervisi adalah melakukan
pengawasan langsung setiap
kegiatan pelayanan di satu pesawat.

7. AHS 4.2.0 Fungsi Tunrarround Co-


ordinator
a. Pengawasan, pencatatan pengingat
dan pelapor.
b. Menjaga dan memastikan efektifitas
koordinasi antar unit dan provider
lain.
c. Sebagai penghubung utama dalam
melakukan kegiatan komunikasi antar
instansi.

8. AHS 4.3.0 Persiapan Petugas


Turnarround Coordinator ( Ramp
Coordinator / Dispatch )
Penyempurnaan langkah – langkah
pada proses persiapan unit Ramp
Coordinator/Dispatch.

9. AHS 4.4.0 Pre Flight Duties Petugas


Turnarround Coordinator ( Ramp
Coordinator/Dispatch )
Penyempurnaan langkah – langkah pada
proses persiapan seorang petugas Ramp
Coordinator/ Dispatch.

10. AHS 4.5.0 Pelaksanaan


Turnarround Coordinator
Penyempurnaan dan penambahan
secara detail langkah – langkah pada
proses pelaksanaan tugas seorang
petugas Ramp Coordinator / Dispatch.

11. AHS 4.6.0 Pelaksanaan


Turnarround Flight Ketika
Penumpang ada di dalam Pesawat
dan/atau dalam Proses Embarkasi
/ Disembarkasi.
Prosedur tambahan dalam pelayanan
Ramp Coordinator / Dispatch.

Rev. 02 iv - 4
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

12. AHS 4.7.0 Penyelesaian Turn


Arround Coordinator/Ramp
Coordinator
Penyempurnaan langkah – langkah
dalam proses penyelesaian akhir
kegiatan pelayanan seorang petugas
Ramp Co-ordinator.

13. AHS 9.0.0 Prosedur Loading /


Unloading
a. Penyempurnaan beberapa proses
pelayanan Loading dan Unloading.
b. Penambahan mekanisme yang harus
dilakukan oleh Load Master sebelum
melakukan proses Buka dan Tutup
pintu Compartment Pesawat.
c. Penambahan mekanisme
pemeriksaan fisik compartment
setelah dibuka pintu.
d. Pelaporan temuan atas kelainan
yang didapat dalam observasi
terhadap ( Barang, Comparment,
Pintu Compartment maupun
Fuselage sekitar pintu comparment )
Pesawat sebelum dan / atau
sesudah kegiatan membuka dan
menutup pintu pesawat.

14. AHS 9.2.0 Prosedur Prosedur


Proses Loading Pesawat Narrow
Body
Pemastian kegiatan loading-unloading
selalu memperhatikan stabilitas
pesawat dengan melakukan proses
unloading dimulai dari belakang dan
proses loading di mulai dari depan
untuk menghindari tipping dan
menggunakan tailed jack untuk
Freighter.

Section 4. AGM
1. A. Umum
Penyederhanaan ketentuan yang harus
dikerjakan pada proses Aircraft Ground
Movement.
2. B. Tanggung Jawab

Rev. 02 iv - 5
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Penyederhanaan dan penyempur naan


Tanggungjawab dari personil ke PT.
Gapura Angkasa.
3. AGM 1.1.0 Ketentuan Peralatan
Penambahan ketentuan yang wajib
dimiliki setiap peralatan yang akan
dioperasikan di Ramp Area.
4. AGM 1.2.0 Ketentuan Umum
Petugas di Ramp Area
Penambahan ketentuan umum yang
wajib dipatuhi oleh setiap personil yang
berada di Ramp Area.

5. AGM 1.3.0 Ketentuan Khusus


Petugas Operator
Bab ini sebelumnya berada di AGM
1.1.0 pada Rev-00.

6. AGM 1.4.0 Larangan Yang Harus


Dipatuhi oleh Petugas
Penambahan ketentuan pelarangan
kepada para petugas yang berada di
Ramp Area.

7. AGM1.5.0 Standard Perleng kapan


Petugas
Sebagai pengganti AGM 1.2.3 pada
GOM Rev-00.

8. AGM 1.6.0 Ketentuan Persiapan


Pengoperasian Peralatan
Penambahan ketentuan yang harus
dilakukan oleh setiap personil operator
sebelum mengoperasikan peralatan.

9. AGM 1.7.0 Ketentuan Mengemudi


di Ramp Area
Penambahan ketentuan dan
penyempurnaan dari ketentuan
sebelumnya tentang berperilaku di
Ramp Area.

10. AGM 1.9.0 Ketentuan Perge rakan


Peralatan
Penambahan ketentuan tentang rambu
– rambu yang harus dipatuhi di Ramp

Rev. 02 iv - 6
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Area oleh semua personil yang berada


di area tersebut.

11. AGM 1.10.0 Pengoperasian


Peralatan pada Cuaca Extrim
Penambahan ketentuan tentang
pengamanan peralatan, personel dan
Area kerja ketika terjadi cuaca buruk
kategori extrim.

12. AGM 1.11.0 Penempatan Pera-


latan Paska Operasi
Ketentuan tambahan yang harus
dilakukan oleh para operator dalam
menempatkan kembali peralatan GSE
yang selesai dibunakan dalam
pelayanan di Pesawat.

13. AGM 2.0.0 Kewaspadaan Bertu gas


di Ramp Area
Peringatan – peringatan tentang
ancaman yang perlu diwaspadai di
Ramp Area oleh segenap komunitas
yang berada disana.

Section 5. CGM
A.Tujuan
Penambahan informasi/tujuan mengenai
kegiatan penanganan cargo dan
warehouse di lingkungan PT. Gapura
Angkasa yang mengacu kepada standar
yang telah ditetapkan.

Section 6. AVS
1. Bagian “Tujuan dan ruang lingkup“ pada
GOM Rev-00 belum ada.
2. Tujuan
a. Standar Manual ini disusun sebagai
panduan kegiatan personil/petugas
dalam pelaksanaan fungsi keamanan
dan keselamatan di area pelayanan.
b. Standar Manual ini disusun untuk
pemenuhan persyaratan keamanan
dan keselamatan dalam menangani
pengamanan operasional dan asset
perusahaan.

Rev. 02 iv - 7
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

c. Standar Manual ini disusun sebagai


pemenuhan kebutuhan yang
dipersyaratkan dalam IATA ISAGO
Manual dan Recommended Practices,
Regulasi Keamanan dan Keselamatan
ICAO, serta program keselamatan
dan keamanan airlines.
d. Standar Manual ini merupakan milik
PT. Gapura Angkasa, revisi dan
modifikasi akan dilakukan oleh
perusahaan.
3. Ruang Lingkup
Standar Manual ini disahkan dan
diterbitkan untuk cakupan semua
aktivitas pengamanan di area pelayanan
operasional dan pengamanan asset oleh
PT. Gapura Angkasa.

4. AVS 1.0.0 Kebijakan Pengamanan


dan Organisasi
Perubahan susunan organisasi yang
semula pada M-OP-01 Head of Aviation
Security menjadi Manager Safety,
Security and Quality.

5. AVS 1.2.0 Tugas dan Tanggung


Jawab
Jabatan tertinggi pada M-OP-01
merupakan VP. Operasi, namun menjadi
VP. Penjaminan Kualitas.

Penambahan sub bab Prosedur


Investigasi (AVS 1.3.0)

6. AVS 1.6.0 Pelaksanaan


Pengamanan
a. Penyempurnaan berupa contoh
“perilaku aneh” pada no. 5.

7. AVS 2.1.0 Umum


a. Penyempurnaan proses pemeriksaan
identitas diri untuk berada di ramp
area.

Rev. 02 iv - 8
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

8. AVS 2.3.0 Parking Aircraft


a. Penambahan kalimat untuk
memastikan tangga maintenance
dalam keadaan di lock/wheelchock.

9. AVS 3.1.0 Check-In


a. Perubahan dari Aviation Security
menjadi PT. Gapura Angkasa dalam
menjamin setiap dokumen
perjalanan.
b. Penyempurnaan pertanyaan-
pertanyaan (security question) point
4.
c. Perubahan kalimat kantung plastic
bersegel menjadi kantung plastic
transparan re-sealable.
d. Penambahan security tamper evident
bag (STEB) pada point 5.e.
e. Penambahan kalimat “PIC harus
mendapat informasi perihal tersebut
melalui NOTOC” pada point 21.
f. Penambahan proses pemuatan dan
penurunan security item box di
pesawat pada point 23.

10. AVS 10.2.9 Pengamanan Kejadian


Disruptive dan Unruly Passenger.
a. Penyempurnaan macam kejadian
Disruptive dan Unruly Passenger.

Section 7. ERP
1. Merubah ERP 3.9.0
yang semula membahas Tumpahan
Bahan Bakar di Area Apron menjadi
membahas mengenai Penumpang
Kedatangan Meninggal Di Pesawat
Udara

2. Merubah ERP 3.10.0


yang semula membahas Penumpang
Kedatangan Meninggal Dunia di Pesawat
Udara menjadi membahas mengenai
Penumpang Keberangkatan Yang
Meninggal Dunia Mendadak di Bandara
Keberangkatan

3. Merubah ERP 3.11.0

Rev. 02 iv - 9
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

yang semula membahas Penumpang


Kedatangan Yang Sakit Mendadak
Dalam Perjalanan Di Pesawat Udara
menjadi membahas mengenai
Penumpang Keberangkatan Yang Sakit
Mendadak Dalam Perjalanan Di Pesawat
Udara

Section 8. MGS
I. Quality Management System (QMS)
1. MGS 3.3.0 Audit Mutu Internal
Penambahan prosedur pada
pelaksanaan audit Mutu Internal yaitu :
- Persyaratan auditor
- Lingkup Pelaksanaan secara
Independen
- Pelaporan Audit
- Klarifikasi tingkat/temuan audit

2. MGS 5.0.0 LAMPIRAN


a. Perbaikan pada form F-MR-07C
Permintaan Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan (PTPP).
b. Perbaikan pada form F-MR-18 Non
Conformity Report (NCR) yang
digunakan untuk pelaksanaan audit
mutu internal.

II. Safety Management System (SMS)


MGS 9.4.0 Investigasi
a. Penambahan point 3 yang
menyatakan bahwa Laporan Incident-
Accident yang dibuat sesuai form F-
OP-18
b. Penambahan point 4 yang
menyatakan bahwa Laporan hasil
investigasi harus dikirimkan ke kantor
pusat
c. Penambahan point 6 mengenai
prosedur pelaksanaan investigasi

02 M-OP-01 Tim 23 April Section 1. OPR


2015
1. OPR. 1.1.0 Operational Ground
Handling
2. Officer/Supervisor Apron : meng-
input/memasukkan, mengolah data
operasional harian dari unit didalam ruang
Rev. 02 iv - 10
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

lingkup pengawasan - tanggung jawabnya


sehingga setiap bulan dibuat rekapitulasi
dan laporan meliputi :

a. Regular Domestik
b. Regular International.
c. Unschedule Domestik
d. Unschedule International
e. Frighter
f. Haji
g. RTA/RTB, Postponed, canceled

Perubahan/revisi F-OP-01C menjadi F-OP-


01D (perubahan pada kolom BHI menjadi
MHB dan perhitunngan BDT dibagi menjadi
First Baggage dan Last Baggage

3. 1. Laporan F-OP-01 harus


dibreakdown/dilaporkan berdasarkan nama-
nama Airline yang di layani oleh masing-
masing cabang.
Section 2. PBH
PBH 1.0.0 GENERAL
1. Prosedur dan ketentuan penanganan
irregularities (delay, cancel, postponed
dan lainnya) apabila Airline tidak
memilikinya maka, mengacu pada
Peraturan dan Ketentuan Pemerintah
Republik Indonesia, Dokumen IATA
(IGOM) dan dokumen/prosedur
operasional PT. Gapura Angkasa.
2. Apabila terjadi irregularities bagasi yang
menyangkut kepabeanan, dimana bagasi
tersebut harus disimpan di Bonded Store
maka segala biaya yang timbul harus
dibebankan kepada penumpang. Namun
apabila disimpan di lost and found, atas
persetujuan kepabeanan tidak
dikenakan biaya atau sesuai aturan
Airline.

PBH 2.1.0 Persiapan Unit Pelayanan


Penumpang dan Bagasi
1. Materi Briefing Supervisor

PBH 13.0.0 (Minimum Connecting


Time - MCT)

Rev. 02 iv - 11
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Domestic to international 2 hours before


STD.
PBH 14.3.0 Prosedur Boarding
4. Melaksanakan silent boarding (yang
disesuaikan dengan peraturan dan
ketentuan dari Airport Authority).

PBH 15.2.1 Mengarahkan penumpang


ke terminal
Apron Bus (APB) sudah ready di area
parking stand 5 menit RTA.

PBH 28.8.1 Checked Baggage


(Merujuk Ketentuan Airline)
Maksimum berat Bagasi per potong yang
dapat diterima (Weight of Checked
Baggage per-pieces) 32 Kg dengan catatan
setiap potong barang yang mempunyai
berat 25 s/d 32 Kg sudah termasuk kategori
heavy weight, sehingga setiap proses
penerimaan kategori ini harus disematkan
label Heavy Weight. PBH Lamp. Standard
Announcement dimasukkan kedalam
lampiran

Section 3. AHS
AHS 2.0.0 PROSES PENGOPERASIAN
PINTU CARGO COMPARTMENT
Penyelesaian pada pesawat N/B
Apabila ditemukan kerusakan pada jaring
pengaman (cargo net) agar segera
dilaporkan kepada Airline.

Briefing Supervisor kepada unit kerja


sebelum melaksanakan pekerjaan
(Unit Apron)

Menanyakan dan memastikan secara visual


kondisi staff yang hadir ditempat tugas
dalam keadaan sehat secara fisik dan
mental dengan dilakukan test beberapa
pertanyaan tentang tugas - tugas yang
akan dilaksanakannya atau tidak dalam
pengaruh obat - obatan yang dapat
menngakibatkan berkurangnya konsentrasi
personil.

Rev. 02 iv - 12
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

5.4.0 Proses Pekerjaan Load Control


Terkait Last Minute Change (LMC)
Posisi pesawat sedang taxi out & take off

Apabila perbedaan yang terjadi melebihi


ketentuan yang diijinkan, dalam
Keselamatan Penerbangan, maka petugas
Load Control harus segera menyampaikan
perbedaan atau perubahan data tersebut
kepada PIC meliputi posisi C of G (Centre of
Gravity) terbaru.

5.5.0 Penyelesaian Load Control


a. Melakukan Filing dokumen Load Control,
yang meliputi :
c.1 Flight data.
c.2 Load sheet.
c.3 Loading atau Off-loading
Instruction/Report (LIR).
c.4 NOTOC.
c.5 ULD dan bulk load statement
(termasuk laporan data planning dan
final cargo/mail report, LDM, CPM, CLI,
MVT).

AHS 6.0.0 Prosedur Turn Around


Coordination
Istilah Turn Around Coordinator yaitu
Ramp Dispatch untuk di area apron dan
Departure & Arrival Control untuk di office.

AHS 6.5.0 Pelaksanaan Turnaround


Coordination

2. Standby di area parking stand pesawat 5


menit sebelum STA/ETA atau sesuai
dengan permintaan airline.
k. Melakukan pencatatan semua kegiatan
handling flight diatas pada Ramp Activity
Checklist, dari mulai persiapan sampai
menyelesaikan pekerjaan

Section 4. AGM
AGM 1.0.0 KETENTUAN BERTUGAS DI
RAMP
AGM 1.1.0 Kententuan Peralatan

Rev. 02 iv - 13
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Setiap peralatan penunjang pelayanan


darat pesawat udara (Ground Support
Equipment/GSE) harus memiliki
Sertifikat Kelaikan Operasi yang
diterbitkan oleh Direktorat Bandar
Udara.
2. Peralatan harus laik operasi dan dalam
mengoperasikan setiap jenis/type GSE
harus sesuai dengan fungsi dan
kapasitasnya terhadap pelayanan
setiap jenis/type pesawat yang
dilayani.
3. Harus dilengkapi dengan tanda “
Dilarang Merokok / No Smoking” di
dalam kendaraan yang dapat dilihat
dan dibaca dengan mudah oleh
driver/operator dan/atau oleh seluruh
penumpang, baik pada saat terang
atau gelap.
4. Semua peralatan motorize harus
dilengkapi Fire extinguisher dan dalam
kondisi serviceable.

AGM 1.3.0 Ketentuan Khusus Petugas


Operator

1. Setiap authorized petugas wajib


memiliki Tanda Izin Mengemudi (TIM)
yang berlaku yang dikeluarkan oleh
otoritas bandara atau instansi terkait
dan masih berlaku.
2. Mampu mengoperasikan alat pemadam
api ringan (APAR).

AGM 1.4.0 Ketentuan Khusus Petugas


Operator

1. Tidak diperkenankan melakukan


perbaikan, penyetelan, pengukuran
maupun pengetesan (repair,
adjusment, measurement, test)
komponen GSE selama GSE menempel
di pesawat.

AGM 1.7.0 Ketentuan Mengemudi di


Ramp

Rev. 02 iv - 14
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

1. Dilarang mengemudikan kendaraan


melintas atau berhenti dibawah sayap,
ekor atau body pesawat udara kecuali
kendaraan tersebut sedang
memberikan pelayanan kepada
pesawat udara

AGM 1.8.0 Ketentuan Pergerakan


Peralatan

1. Semua peralatan (termasuk safety cone


dan wheel chock) yang dipersiapkan
akan digunakan untuk pelayanan di
Ramp (Apron) harus berhenti di ERL,
sampai ada perintah bahwa ERA
dinyatakan aman.
2. Petugas harus melakukan test brake
sebelum mendekat ke pesawat.
3. Setiap pergerakan peralatan mendekat
atau menjauh ke/dari pesawat harus
dipandu oleh petugas pemandu (Guide
man).
4. Pergerakan peralatan mendekat ke
pesawat, harus dipandu oleh petugas
pemandu apabila:
a. Pandangan pengemudi terhalang.
b. Arah pergerakan mundur.
c. Memandu harus menggunakan tanda
isyarat baku.
d. Jaga jarak aman antara pesawat–
peralatan dan antara peralatan-
peralatan.
e. Operator GSE, harus segera berhenti
pada saat kehilangan kontak
pandang, komunikasi dengan
pemandu.
5. Apabila pada saat pengoperasian GSE
di pesawat mengalami gangguan
kerusakan, maka segera pindahkan GSE
ketempat yang aman dengan
menggunakan emergency sistem,
mencari GSE pengganti dan segera
laporkan kerusakan kepada unit
Maintenance

Rev. 02 iv - 15
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

AGM 3.2.0 Marshaling


1. Petugas harus memeriksa dan
memantau area parkir dan daerah
sekitarnya sebelum kedatangan /
keberangkatan pesawat atau
pergerakan lainnya untuk memastikan
penugasan kepada personil yang
diperlukan guna terselenggaranya
operasional yang aman dengan
mempertimbangkan terhadap :
a. Type dan dimensi pesawat
b. Insfrastruktur dan jarak bebas
obstacle (clearences),
c. Peralatan GSE yang akan
dipergunakan untuk operasional
Section 5. CGM
CGM 11.3.0 Penggunaan Pallet Dolly
1. Perhatikan kecepatan maksimum yang
diijinkan saat menarik pallet dolly :
a. Service road 25 KM/jam
b. Make up / brake down area 15
KM/jam ;
c. Apron 10 KM/jam
Section 6. AVS
AVS 3.0.0 PENGAMANAN TERHADAP
PENUMPANG DAN BAGASI
AVS 3.1.0 Check-In
1. Setiap pengiriman bagasi dari area
Baggage Make up menuju pesawat dan
sebaliknya berada dibawah tanggung
jawab operator. Operator bertanggung
jawab terhadap keamanan bagasi yang
ditangani.
2. Security item dibawa oleh petugas
security ke pesawat untuk ditempatkan
dalam security item box atau tempat lain
yang telah disediakan oleh airline.

AVS 10.4.0 Pembajakan


1. Pergantian Tabel Contingency Plan
menjadi Keadaan Darurat Keamanan dan
dibagi menjadi dua bagian yaitu Kondisi

Rev. 02 iv - 16
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

Rawan (Kuning) dan Kondisi Gawat


(Merah).

Section 7. ERP
ERP 3.4.0 Struktur Organisasi
Tanggap Darurat
Perubahan Struktur Organisasi Tanggap
Darurat merujuk kepada perubahan
Struktur Organisasi Kantor Pusat No:
SKEP/DZ/5044/XI/2014.

ERP. 4.1.0 Fasilitas, Sarana


Komunikasi dan Koordinasi
Perubahan Kontak Direktur Operasi yang
bertindak sebagai Corporate Operation
Control Center (COCC).

Section 8. MGS
MGS 1.1.0 Umum
Simplifikasi KPI :
1. Key Performance Indicator dimaksud
terdiri dari:
a. Perspektif Keuangan
a.1 Sustainable Growth
b. Perspektif Customer
b.1 Consistent High Quality Product &
Services
b.2 Competitive Tariff
c. Perspektif Internal Proses
c.1 Revenue Enchancement
c.2 Operational Excellence
c.3 Product & Service Quality
Enhancement
d. Perspektif Learning Growth
d.1 High Performance Organization
d.2 Employer of Choice.

MGS 1.2.0 Pengendalian Dokumen


1. HIN dikeluarkan oleh unit yang
membidangi Operasi, Penjaminan
Kualitas dan Perawatan dan teknik GSE
(OP, ZQ & OT). Unit terkait dimaksud
terlebih dahulu melakukan koordinasi
sebelum HIN dikeluarkan

Rev. 02 iv - 17
MANUAL No. Dokumen : M – OP – 01
GAPURA ANGKASA
AIRPORT SERVICES GROUND OPERATIONS MANUAL Tanggal Terbit : 23 Apr 2015

MGS 2.3.0 Pengendalian Produk tidak


sesuai
1. Apabila terjadi penyimpangan /
ketidaksesuaian terhadap standard yang
telah ditetapkan, maka Quality Control
wajib melakukan pencatatan dan bila
penyimpangan tersebut dapat
mengganggu kinerja perusahaan, maka
wajib melaporkan
penyimpangan/ketidak-sesuaian tersebut
kepada General Manager setempat untuk
diteruskan kepada Direktur terkait di
Kantor Pusat.

MGS 5.0.0 INSPECTOR SSQ


materi mengenai Inspector SSQ - GP)

MGS 6.0.0 FORM-FORM DAN TABEL


MANAGEMENT REPRESENTATIVE (MR)
MGS 6.16.0 Form Daftar Halaman
Efektif

MGS 12.0.0 Program Direct


Observation Report (DOS)

MGS 14.2.0 Kebutuhan Pelatihan


1. Pelatihan terkait Safety & Security terdiri
dari :
a. Aviation Security
b. Safety Management System (SMS)
c. Human Factor
d. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

F-MR-02

Rev. 02 iv - 18

Anda mungkin juga menyukai