Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

IDENTIFIKASI CACING PADA DAUN KEMANGI

Disusun Oleh :

Abdul Aziz ( P27833122001 ) Nadia Triana A. ( P27833122021 )


Aras Afifah F. ( P27833122005 ) Nirmala Rahmaniar K. ( P27833122023 )
Berliana Putri F. ( P27833122007 ) Nur Madani Akbar ( P27833122025 )
Dian Fitria ( P27833122009 ) Rahma Qurrotu A. ( P27833122027 )
Devina Al-Hanifah ( P27833122011 ) Resha Mutiara R. ( P27833122029 )
Erina Elicia Putri ( P27833122013 ) Sabrina Putri A. ( P27833122031 )
Indra Nugroho A. ( P27833122015 ) Shinta Nurrahmawati ( P27833122033 )
Khairun Nisa’ R ( P27833122017 ) Nida Al-fikriyyah A. ( P27833122037 )
Moch. Wahyu D.S. ( P27833122019 ) Zahra Aurelia H. ( P27833122036 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I
KETERANGAN PRAKTIKUM

A. TOPIK
Identifikasi ada atau tidaknya cacing pada daun kemangi.

B. WAKTU PRATIKUM
Penelitian ini dilakukan pada 10 April 2023.

C. LOKASI PEMERIKSAAN
Pengambilan sampel dan pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Surabaya Jl. Pucang Jajar Tengah 56,
Kertajaya, Gubeng, Surabaya.

D. TUJUAN
Untuk mengidentifikasi cacing pada daun kemangi di Laboratorium
Mikrobiolgi
BAB II

DASAR TEORI

1. Daun Kemangi

Tanaman yang banyak tumbuh didaerah tropis ini merupakan herbal tegak atau
semak, tajuk membulat, bercabang banyak, sangat harum dengan tinggi 0,3 – 1,5 m.
Batang pokoknya tidak jelas, berwarna hijau sering keunguan dan berambut atau tidak.
Daun tunggal, berhadapan, dan tersusun dari bawah ke atas. Panjang tungkai daun 0,25
– 3 cm dengan setiap helaian daun berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang dan
ujungnya runcing atau tumpul. Pangkal daun pasak sampai membulat, dikedua
permukaan berambut halus, tepi daun bergerigi lemah, bergelombang atau rata ( Maryati
dkk, 2007)

Bunga kemangi tersusun pada tangkai bunga berbentuk menegak. Bunganya


jenis hemafrodit, berwarna putih dan berbau sedikit wangi. Bunganya majemuk
berkarang dan diketiak daun ujung terdapat daun pelindung berbentuk bibir, sisi luar
berambut kelenjer, berwarna ungu atau hijau, dan ikut menyusun buah, mahkota bunga
berwarna putih dengan benang sari tersisip didasar mahkota dan kepala putik bercabang
dua namum tidak sama (Maryati dkk, 2007). Di Indonesia kemangi banyak terdapat di
daerah Jawa dan Madura. Banyak ditemukan di sekitar pinggiran ladang, sawah kering,
juga ditanam di taman dan di pinggir jalan, hutan terbuka, padang rumput, tumbuh liar
di jalanan dan kadang-kadang juga dibudidayakan. Tanaman ini dapat tumbuh pada
dataran rendah hingga ketinggian 1100 meter diatas permukaan air laut. Ocimum
sanctum L biasanya tumbuh antara pertengahan Februari sampai akhir September dan
berbunga sekitar bulan April.

Kemangi berfungsi untuk menambah nafsu makan, membantu pencernaan,


menyehatkan jantung, menurunkan panas, menghilangkan sesak napas,mengobati diare
(Hasanah Ustavian, 2010). Menurut beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa
kemangi mempunyai efek sebagai asetaminofen akut berupa nekrosis hati yang fatal.
Nekrosis tubulus ginjal dan koma hipoglikemik mungkin juga terjadi. Tetapi yang
paling sering terjadi antara lain mual, muntah dan anoreksia

2. Cacing
Kata “Helminth” berasal dari bahasa yunani yang berarti cacing, semua yang
ditujukan pada cacing usus tetapi lebih umum dimaksudkan meliputi keduanya, baik
spesies yang bersifat parasit maupun spesies yang hidup bebas dari cacing bulat, cacing
daun dan cacing pita (Natadisastra, 2009: 17). Helminthes (cacing) adalah parasit berupa
hewan bersel banyak yang tubuhnya simetris kiri-kanan. Cacing yang penting bagi
manusia dikelompokkan ke dalam dua filum, yaitu Filum Plathyhelminthes (cacing
pipih) dan Filum Nemathelminthes (Cacing bulat). Kelompok yang ditularkan melalui
tanah (Soil Transmitted Helminth) yaitu kelompok cacing yang membutuhkan tanah
utuk pematangan dari bentuk noninfektif menjadi bentuk infektif dan kelompok
nematoda usus lainnya yang tidak memerlukan tanah dalam hidupnya. Kelompok Soil
Transmitted Helminth terdiri atas beberapa spesies yaitu Trichuris trichura, cacing
tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), Strongyloides stercolaris,
Ascaris lumbricoides, dan beberapa spesies Trichostongylus (Natadisatra, 2009: 23)
1. Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Trichuris trichiura termasuk nematoda usus yang biasa dinamakan cacing cemeti
atau cacing cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemeti dengan bagian depan yang
tipis dan bagian belakangnya jauh lebih tebal. Trichuris yang berarti ekor benang,
yang pada mulanya salah pengertian. Penyakitnya disebut trichuriasis,
trichocephaliasis atau infeksi cacing cambuk (Irianto, 2013: 227).
Penyebab trikuriasis adalah Trichuris trichiura atau cacing cambuk karena
bentuknya mirip cambuk tinggal dalam sekum dan kolon manusia dan hidup hingga
5 tahun. Sekitar 500 juta orang terinfeksi parasit ini, terutama yang berada di daerah
tropis. Penularan terjadi secara feko-oral dengan masuknya telur cacing yang
infektif ke dalam mulut penderita. Infeksi ringan menimbulkan gangguan
pertumbuhan pada anak. Pada infeksi berat cacing ini menimbulkan diare berdarah
disertai nyeri perut, prolaps rektum, tenesmus, anemia, clubbing finger, dan
hipoproteinemia. Sebagian besar infeksi asimtomatik (Soedarto, 2009).
Cacing dewasa menyerupai cambuk sehingga disebut cacing cambuk. Tiga per-lima
bagian anterior tubuh halus seperti benang, pada ujungnya terdapat kepala (trix =
rambut, aura = ekor, cephalus = kepala), esofagus sempit berdinding tipis terdiri dari
satu lapis sel, tidak memiliki bulbus esofagus. Bagian anterior yang halus ini akan
menancapkan dirinya pada mukosa usus. 2/5 bagian posterior lebih tebal, berisi usus,
dan perangkat alat kelamin.
Telur berukuran 50 x 25 mikron, memiliki bentuk seperti tempayan, pada kedua
kutubnya terdapat operkulum, yaitu semacam penutup yang jernih dan menonjol.
Dindingnya terdiri atas dua lapis, bagian dalam jernih, bagian luar berwarna
kecoklat-coklatan (Natadisastra, 2009).
2. Cacing tambang (Hookworm)
Cacing tambang atau cacing kait (hookworm) pada manusia ada dua spesies yaitu
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Penyakit oleh N. americanus
disebut necatoriasis dan oleh A. duodenale disebut Ancylostomiasis (Natadisastra,
2009: 80). Infeksi cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, terutama di daerah
pedesaan. Prevalensi tertinggi terdapat pada orang dewasa. Necator americanus
banyak tersebar di Afrika Barat, Afrika Tengah, India Utara dan Cina, Di Asia
Tenggara kedua spesies cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus) umumnya dijumpai bersama-sama. Penyebaran infeksi cacing tambang
ditentukan oleh tiga faktor yaitu: a. Cara terjadinya polusi tinja di tanah. b.
Lingkungan yang sesuai bagi perkembangan telur dan larva cacing. c. Adanya
kontak manusia dengan tanah yang tercemar parasit (Soedarto, 2009).
3. Ascaris lumbricoides
Beberapa survei yang dilakukan di Indonesia (tahun 1970-1974) menunjukkan
bahwa seringkali prevalensi Ascaris lumbricoides disertai prevalensi Thrichuris
trichiura yang tinggi pula. Dimana manusia adalah satu-satunya hospes dari Ascaris
lumbricoides. Penyakit yang disebabkan Ascaris lumbricoides disebut ascariasis
(Gandahusada, 1990: 8 dan 19)
Ascaris lumbricoides merupakan Soil Hransmitted Helminth bersama-sama
Hookworm dan Thrichuris thrichiura. Sumber penularan yang paling sering adalah
sayuran. Ada kepustakaan yag mengatakan bahwa rata-rata ditemukan 1,44 telur per
spesimen sayur atau 42,8% sayuran mengandung telur Ascaris lumbricoides. Lebih
jauh dikatakan bahwa 23,1% dari telur yang ditemukan merupakan telur yang
berembrio. Sumber penularan lain adalah tanah. Pada kepustakaan yang sama
dikatakan bahwa pada setiap 5 gram tanah dapat dijumpai 360 telur. Dalam debu
dapat juga dijumpai telur Ascaris lumbricoides. Dalam setiap gram debu rumah
dapat ditemukan 31 butir telur Ascaris lumbricoides.
BAB III

ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

1. Alat

a) Neraca analitik

b) Gelas kimia

c) Sendok tanduk

d) Pingset

e) Tabung reaksi

f) Rak tabung reaksi

g) Objeck glass

h) Mikroskop

2. Bahan

a) Label

b) Sampel daun kemangi

c) NaCl

d) Aquades

 Cara Kerja

a. Pengambilan sampel
1) Kemangi dimasukkan kedalam kantung plastik yang bersih dan kering
2) Kantung plastik diberi label nomor atau kode sampel, tanggal pengambilan sayur
Kemangi kemudian dibawa ke laboratorium

b. Metode pemeriksaan dan prinsip


Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode flotasi. Prinsipnya adalah sampel
dielmusikan kedalam larutan NaCl jenuh, dimana telur cacing pada sampel mengapung
ke permukaan larutan karena perbedaan berat jenis antara larutan NaCl dan telur cacing.

c. Persiapan alat dan bahan Alat-alat yang digunakan disiapkan adalah neraca analitik,
sendok tanduk, rak tabung, pingset, serta alat-alat gelas yang digunakan seperti gelas
kimia,, tabung reaksi, deck glass, dan objeck glass harus bersih dan kering. Bahan yang
disiapkan adalah sampel sayur kemangi. kemudian aquades dan NaCl untuk dibuat
menjadi larutan NaCl jenuh. Label untuk kode sampel dalam pemeriksaan sampel.
d. Persiapan sampel Sayur kemangi dikeluarkan dari kantung plastik. Sayur kemangi
tersebut kemudian di ambil bagian daun dan batangnya sedangkan akarnya dibuang.

e. Pembuatan NaCl jenuh


1) Masukkan aquades 500 ml dalam gelas kimia
2) Dimasukkan NaCl ke dalam larutan sedikit demi sedikit sampai larutan menjadi larutan
NaCl jenuh

Prosedur pemeriksaan telur cacing metode flotasi

Metode pengapungan (flotasi)


Pada cara pengapungan digunakan cairan yang berat jenisnya lebih besar dari
pada telur cacing sehingga telur cacing akan terapung di cairan tersebut. Metode ini
menggunakan larutan garam jenuh sebagai bahan untuk mengapungkan telur. Tujuan
dilakukannya metode flotasi ini adalah untuk memisahkan partikel-partikel yang besar
yang terdapat dalam tinja berdasarkan berat jenis telur-telur yang lebih ringan dari pada
berat jenis larutan yang digunakan sehingga telur-telur terapung dipermukaan
(Bramantyo, 2014). Lautan pengapung berperan penting dalam menyebabkan telur
cacing dapat mengapung sehingga mudah diamati. Bahan pengapung yang lazim
dipergunakan dalam pemeriksaan tinja metode flotasi adalah larutan NaCl jenuh,
glukosa, MgSO4, ZnSO4 proanalisis, NaNO3 dan millet jelly (Bramantyo, 2014).
Garam NaCl yang beredar di pasaran saat ini ada beberapa macam, diantaranya
adalah garam murni keluaran pabrikan yang memang dibuat untuk kebutuhan bahan
kimia untuk laboratorium kesehatan dan industri. Jenis garam NaCl lainnya adalah
garam dapur yang sudah dikenal masyarakat luas untuk bumbu dapur. Garam dapur yang
beredar di pasaran diantaranya adalah garam krosok, garam meja dan garam cetak.
Semua jenis garam tersebut dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan 19
laboratorium metode konsentrasi teknik pengapungan dengan NaCl jenuh (Sumanto,
2012). Prinsip metode flotasi dengan NaCl jenuh adalah sampel dielmusikan kedalam
larutan NaCl jenuh, dimana telur cacing pada sampel mengapung kepermukaan larutan
dikarenakan perbedaan berat jenis antara telur dan larutan NaCl (Sandjaja, 2007).

a. Sampel kemangi 100 gram direndam dalam larutan NaCl jenuh kemudian didiamkan
selama 25 menit
b. Setelah 25 menit, diaduk hingga homogen. Kemudian sampel kemangi diangkat dan
dikeluarkan dengan menggunakan pingset
c. Larutan NaCl jenuh hasil rendaman dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh
d. Letakkan deck glass diatas tabung reaksi hingga menyentuh permukaan larutan.
Diamkan selama 60 menit
e. Setelah 60 menit pindahkan deck glass diatas objeck glass
f. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x dan 40x
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi cacing yang dapat ditemukan pada daun kemangi dengan metode flotasi.

Berdasarkan pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Poltekkes Kemenkes


Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 10 April 2023 dengan sampel daun kemangi
yang akan diperiksa secara mikroskopik dengan metode flotasi menggunakan NaCl
jenuh. Prinsipnya adalah sampel dielmusikan kedalam larutan NaCl jenuh, dimana telur
cacing pada sampel mengapung ke permukaan larutan karena perbedaan berat jenis
NaCl jenuh dan telur cacing. Terdapat 1 sampel cacing Trichuris trichiura. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang memungkinkan telur cacing masih tertinggal pada
kemangi. Kontaminasi cacing pada lalapan kemangi ini bisa dipengaruhi oleh tempat
atau dimana kemangi ini berasal, proses pencucian kemangi, dan proses penyajian
kemangi sebagai lalapan. Pencemaran cacing dapat terjadi melalui air, udara maupun
lingkungan. Di samping itu penggunanan tinja hewan atau manusia sebagai pupuk
tanaman merupakan salah satu faktor yang bisa menyebabkan terjadinya pencemaran
tanah sehingga dapat mencemari tanaman kemangi dan dapat menginfeksi manusia,
meskipun tidak menyebabkan infeksi yang serius tetapi manusia yang terinfeksi parasit
dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan sehingga dapat menyebabkan menurunnya
kondisi kesehatan gizi, kecerdasan dan produktivitas penderitanya sehingga secara
ekonomi banyak menyebabkan kerugian karena kehilangan karbohidrat, protein dan
darah maupun menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Kontaminasi cacing pada lalapan kemangi juga bisa dipengaruhi oleh cara
penyajian kemangi. Kemangi yang dijajakan dipinggir jalan dapat terkontaminasi
melalui debu, kotoran yang tertiup angin maupun kotoran yang dibawa oleh serangga
seperti lalat. Sayuran kemangi yang disimpan di tempat yang terbuka dan tidak bersih
dapat tercemar oleh cacing. Telur cacing yang ada di tanah/debu akan sampai pada
makanan jika diterbangkan oleh angin. Selain itu, transmisi telur cacing juga dapat
melalui lalat yang sebelumnya hinggap di tanah/kotoran, sehingga lalat yang membawa
telur cacing tersebut akan mencemari makanan-makanan yang tidak tertutup (Endriani,
2010). Kemangi yang digunakan sebagai lalapan di penjual sari laut disajikan ke dalam
wadah atau gelas yang berisi air, tampak gelas yang tidak pernah dicuci, air rendaman
yang keruh, dan air rendaman kemangi yang tidak pernah diganti membuat kemangi
terkontaminasi.

HASIL

Gambar 1 cacing Trichuris trichiura


2. Identifikasi telur cacing Trichuris trichiura pada daun kemangi di beberapa penjual.

Telur cacing yang dapat mengkontaminasi daun kemangi yaitu salah satunya
telur cacing Trichuris trichiura yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk
pematangan telur yang tidak infektif menjadi telur yang infektif. Trichuris trichiura
tersebar secara kosmpolit terutama di daerah panas dan lembap. Tanah yang paling baik
untuk perkembangan telur yaitu tanah yang hangat, basah, dan teduh. Pada suhu kurang
dari 8°C dapat merusak telur cacing Trichuris trichiura dan pada anak-anak yang
bermain di tanah tanpa mencuci tangan sebelum makan, ini yang disebabkan sedikitnya
kemungkinan telur cacing Trichuris trichiura pada sayuran. Anak usia sekolah
mempunyai prevalensi yang tinggi terhadap infeksi Trichuris trichiura. Berdasarkan
data epidemiologi, anak dengan tempat tinggal dan sanitasi yang buruk dan higienitas
yang rendah mempunyai risiko terinfeksi yang lebih tinggi. Pendidikan higienitas yang
rendah juga mendukung tingginya infeksi tersebut. Tumpukan sampah dan penyediaan
makanan jajanan di lingkungan sekolah juga menjelaskan tingginya prevalensi (Irianto,
2013)
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang praktikum dan hasil pengamatan pada daun
kemangi di beberapa penjual pasar di Kota Surabaya ditemukan 1 sampel daun
kemangi yang mengandung telur cacing yang dapat disimpulkan terdapat cacing
yaitu cacing Trichuris trichiura, sehingga kemangi kurang aman untuk dikonsumsi.
Jadi pada kemangi tersebut perlu dicuci hingga bersih dan pengolahan yang baik
sebelum dikonsumsi.
DOKUMENTASI

Daun Kemangi Aquades 500 ml NaCl

Aduk NaCl hingga Kemangi direndam Deck glass diatas


jenuh didalam NaCl jenuh tabung reaksi,
selama 25 menit diamkan selama 1
jam

Anda mungkin juga menyukai