Disusun Oleh :
A. TOPIK
Identifikasi ada atau tidaknya cacing pada daun kemangi.
B. WAKTU PRATIKUM
Penelitian ini dilakukan pada 10 April 2023.
C. LOKASI PEMERIKSAAN
Pengambilan sampel dan pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Surabaya Jl. Pucang Jajar Tengah 56,
Kertajaya, Gubeng, Surabaya.
D. TUJUAN
Untuk mengidentifikasi cacing pada daun kemangi di Laboratorium
Mikrobiolgi
BAB II
DASAR TEORI
1. Daun Kemangi
Tanaman yang banyak tumbuh didaerah tropis ini merupakan herbal tegak atau
semak, tajuk membulat, bercabang banyak, sangat harum dengan tinggi 0,3 – 1,5 m.
Batang pokoknya tidak jelas, berwarna hijau sering keunguan dan berambut atau tidak.
Daun tunggal, berhadapan, dan tersusun dari bawah ke atas. Panjang tungkai daun 0,25
– 3 cm dengan setiap helaian daun berbentuk bulat telur sampai elips, memanjang dan
ujungnya runcing atau tumpul. Pangkal daun pasak sampai membulat, dikedua
permukaan berambut halus, tepi daun bergerigi lemah, bergelombang atau rata ( Maryati
dkk, 2007)
2. Cacing
Kata “Helminth” berasal dari bahasa yunani yang berarti cacing, semua yang
ditujukan pada cacing usus tetapi lebih umum dimaksudkan meliputi keduanya, baik
spesies yang bersifat parasit maupun spesies yang hidup bebas dari cacing bulat, cacing
daun dan cacing pita (Natadisastra, 2009: 17). Helminthes (cacing) adalah parasit berupa
hewan bersel banyak yang tubuhnya simetris kiri-kanan. Cacing yang penting bagi
manusia dikelompokkan ke dalam dua filum, yaitu Filum Plathyhelminthes (cacing
pipih) dan Filum Nemathelminthes (Cacing bulat). Kelompok yang ditularkan melalui
tanah (Soil Transmitted Helminth) yaitu kelompok cacing yang membutuhkan tanah
utuk pematangan dari bentuk noninfektif menjadi bentuk infektif dan kelompok
nematoda usus lainnya yang tidak memerlukan tanah dalam hidupnya. Kelompok Soil
Transmitted Helminth terdiri atas beberapa spesies yaitu Trichuris trichura, cacing
tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), Strongyloides stercolaris,
Ascaris lumbricoides, dan beberapa spesies Trichostongylus (Natadisatra, 2009: 23)
1. Trichuris trichiura (cacing cambuk)
Trichuris trichiura termasuk nematoda usus yang biasa dinamakan cacing cemeti
atau cacing cambuk, karena tubuhnya menyerupai cemeti dengan bagian depan yang
tipis dan bagian belakangnya jauh lebih tebal. Trichuris yang berarti ekor benang,
yang pada mulanya salah pengertian. Penyakitnya disebut trichuriasis,
trichocephaliasis atau infeksi cacing cambuk (Irianto, 2013: 227).
Penyebab trikuriasis adalah Trichuris trichiura atau cacing cambuk karena
bentuknya mirip cambuk tinggal dalam sekum dan kolon manusia dan hidup hingga
5 tahun. Sekitar 500 juta orang terinfeksi parasit ini, terutama yang berada di daerah
tropis. Penularan terjadi secara feko-oral dengan masuknya telur cacing yang
infektif ke dalam mulut penderita. Infeksi ringan menimbulkan gangguan
pertumbuhan pada anak. Pada infeksi berat cacing ini menimbulkan diare berdarah
disertai nyeri perut, prolaps rektum, tenesmus, anemia, clubbing finger, dan
hipoproteinemia. Sebagian besar infeksi asimtomatik (Soedarto, 2009).
Cacing dewasa menyerupai cambuk sehingga disebut cacing cambuk. Tiga per-lima
bagian anterior tubuh halus seperti benang, pada ujungnya terdapat kepala (trix =
rambut, aura = ekor, cephalus = kepala), esofagus sempit berdinding tipis terdiri dari
satu lapis sel, tidak memiliki bulbus esofagus. Bagian anterior yang halus ini akan
menancapkan dirinya pada mukosa usus. 2/5 bagian posterior lebih tebal, berisi usus,
dan perangkat alat kelamin.
Telur berukuran 50 x 25 mikron, memiliki bentuk seperti tempayan, pada kedua
kutubnya terdapat operkulum, yaitu semacam penutup yang jernih dan menonjol.
Dindingnya terdiri atas dua lapis, bagian dalam jernih, bagian luar berwarna
kecoklat-coklatan (Natadisastra, 2009).
2. Cacing tambang (Hookworm)
Cacing tambang atau cacing kait (hookworm) pada manusia ada dua spesies yaitu
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Penyakit oleh N. americanus
disebut necatoriasis dan oleh A. duodenale disebut Ancylostomiasis (Natadisastra,
2009: 80). Infeksi cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, terutama di daerah
pedesaan. Prevalensi tertinggi terdapat pada orang dewasa. Necator americanus
banyak tersebar di Afrika Barat, Afrika Tengah, India Utara dan Cina, Di Asia
Tenggara kedua spesies cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus) umumnya dijumpai bersama-sama. Penyebaran infeksi cacing tambang
ditentukan oleh tiga faktor yaitu: a. Cara terjadinya polusi tinja di tanah. b.
Lingkungan yang sesuai bagi perkembangan telur dan larva cacing. c. Adanya
kontak manusia dengan tanah yang tercemar parasit (Soedarto, 2009).
3. Ascaris lumbricoides
Beberapa survei yang dilakukan di Indonesia (tahun 1970-1974) menunjukkan
bahwa seringkali prevalensi Ascaris lumbricoides disertai prevalensi Thrichuris
trichiura yang tinggi pula. Dimana manusia adalah satu-satunya hospes dari Ascaris
lumbricoides. Penyakit yang disebabkan Ascaris lumbricoides disebut ascariasis
(Gandahusada, 1990: 8 dan 19)
Ascaris lumbricoides merupakan Soil Hransmitted Helminth bersama-sama
Hookworm dan Thrichuris thrichiura. Sumber penularan yang paling sering adalah
sayuran. Ada kepustakaan yag mengatakan bahwa rata-rata ditemukan 1,44 telur per
spesimen sayur atau 42,8% sayuran mengandung telur Ascaris lumbricoides. Lebih
jauh dikatakan bahwa 23,1% dari telur yang ditemukan merupakan telur yang
berembrio. Sumber penularan lain adalah tanah. Pada kepustakaan yang sama
dikatakan bahwa pada setiap 5 gram tanah dapat dijumpai 360 telur. Dalam debu
dapat juga dijumpai telur Ascaris lumbricoides. Dalam setiap gram debu rumah
dapat ditemukan 31 butir telur Ascaris lumbricoides.
BAB III
1. Alat
a) Neraca analitik
b) Gelas kimia
c) Sendok tanduk
d) Pingset
e) Tabung reaksi
g) Objeck glass
h) Mikroskop
2. Bahan
a) Label
c) NaCl
d) Aquades
Cara Kerja
a. Pengambilan sampel
1) Kemangi dimasukkan kedalam kantung plastik yang bersih dan kering
2) Kantung plastik diberi label nomor atau kode sampel, tanggal pengambilan sayur
Kemangi kemudian dibawa ke laboratorium
c. Persiapan alat dan bahan Alat-alat yang digunakan disiapkan adalah neraca analitik,
sendok tanduk, rak tabung, pingset, serta alat-alat gelas yang digunakan seperti gelas
kimia,, tabung reaksi, deck glass, dan objeck glass harus bersih dan kering. Bahan yang
disiapkan adalah sampel sayur kemangi. kemudian aquades dan NaCl untuk dibuat
menjadi larutan NaCl jenuh. Label untuk kode sampel dalam pemeriksaan sampel.
d. Persiapan sampel Sayur kemangi dikeluarkan dari kantung plastik. Sayur kemangi
tersebut kemudian di ambil bagian daun dan batangnya sedangkan akarnya dibuang.
a. Sampel kemangi 100 gram direndam dalam larutan NaCl jenuh kemudian didiamkan
selama 25 menit
b. Setelah 25 menit, diaduk hingga homogen. Kemudian sampel kemangi diangkat dan
dikeluarkan dengan menggunakan pingset
c. Larutan NaCl jenuh hasil rendaman dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai penuh
d. Letakkan deck glass diatas tabung reaksi hingga menyentuh permukaan larutan.
Diamkan selama 60 menit
e. Setelah 60 menit pindahkan deck glass diatas objeck glass
f. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10x dan 40x
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi cacing yang dapat ditemukan pada daun kemangi dengan metode flotasi.
HASIL
Telur cacing yang dapat mengkontaminasi daun kemangi yaitu salah satunya
telur cacing Trichuris trichiura yang dalam siklus hidupnya membutuhkan tanah untuk
pematangan telur yang tidak infektif menjadi telur yang infektif. Trichuris trichiura
tersebar secara kosmpolit terutama di daerah panas dan lembap. Tanah yang paling baik
untuk perkembangan telur yaitu tanah yang hangat, basah, dan teduh. Pada suhu kurang
dari 8°C dapat merusak telur cacing Trichuris trichiura dan pada anak-anak yang
bermain di tanah tanpa mencuci tangan sebelum makan, ini yang disebabkan sedikitnya
kemungkinan telur cacing Trichuris trichiura pada sayuran. Anak usia sekolah
mempunyai prevalensi yang tinggi terhadap infeksi Trichuris trichiura. Berdasarkan
data epidemiologi, anak dengan tempat tinggal dan sanitasi yang buruk dan higienitas
yang rendah mempunyai risiko terinfeksi yang lebih tinggi. Pendidikan higienitas yang
rendah juga mendukung tingginya infeksi tersebut. Tumpukan sampah dan penyediaan
makanan jajanan di lingkungan sekolah juga menjelaskan tingginya prevalensi (Irianto,
2013)
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang praktikum dan hasil pengamatan pada daun
kemangi di beberapa penjual pasar di Kota Surabaya ditemukan 1 sampel daun
kemangi yang mengandung telur cacing yang dapat disimpulkan terdapat cacing
yaitu cacing Trichuris trichiura, sehingga kemangi kurang aman untuk dikonsumsi.
Jadi pada kemangi tersebut perlu dicuci hingga bersih dan pengolahan yang baik
sebelum dikonsumsi.
DOKUMENTASI