PROPOSAL SKRIPSI
PUTRA ZULFIJAR F
NIM: 1914301078
PROPOSAL SKRIPSI
PUTRA ZULFIJAR F
NIM: 1914301078
i
HALAMAN PERNYATAAN
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
TANDA TANGAN :
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Keperawatan pada Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan, Jurusan
Keperawatan, Poltekkes Tanjung Karang Kemenkes RI.
TIM PENGUJI
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “pengaruh endorphin massage terhadap intensitas nyeri pasien post
operasi sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center di Kota Metro 2023”
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarja
Terapan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Kemenkes RI,
Penulis menyadari, proposal ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dewi Purwaningsih, S.SiT., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang Kemenkes RI.
2. Gustop Amatiria, S.Kp., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehahatan Tanjungkarang Kemenkes RI.
3. Dr. Anita, M.Kep., Sp.Mat, selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Keperawatan Politeknik Kesesahatan Tanjungkarang Kemenkes RI
4. Ns. Sulastri, M.Kep.,Sp.Jiwa, selaku Pembimbing Utama yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan proposal ini.
5. Ns. Titi Astuti, M.Kep., Sp.Mat, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
perbaikan penyusunan proposal ini.
6. Siti Fatonah, S.Kp.,M.Kes, selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan dan pembelajaran baru dalam penulisan serta isi dalam
proposal ini.
Akhir kata, penulis berharap kepada Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Bandar lampung, Januari 2022
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian........................................................................................5
E. Ruang Lingkup..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A. Deskripsi Konseptual....................................................................................7
1. Konsep nyeri..............................................................................................7
2. Konsep endorphin massage.....................................................................15
3. Konsep seksio sesarea.............................................................................20
B. Hasil Penelitian Yang Relevan...................................................................23
C. Kerangka Teori...........................................................................................25
D. Kerangka Konsep........................................................................................25
E. Hipotesis Penelitian.....................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................27
A. Jenis Penelitian............................................................................................27
B. Desain Penelitian.........................................................................................27
C. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................27
D. Populasi dan Sampel...................................................................................27
E. Variabel Penelitian......................................................................................30
F. Definisi Operasional Variabel.....................................................................31
G. Alat dan Teknik Pengumpulan Data...........................................................31
H. Tahapan dan Langkah Penelitian................................................................33
I. Etika Penelitian...........................................................................................34
J. Pengolahan Data.........................................................................................35
2. Coding.........................................................................................................35
3. Skoring........................................................................................................36
4. Processing...................................................................................................36
5. Cleaning......................................................................................................37
K. Teknik Analisa Data....................................................................................37
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Operasi sectio caesarea merupakan salah satu prosedur bedah paling
umum dilakukan di seluruh dunia, dengan perkiraan 18.5 juta kasus dilakukan
setiap tahunnya (jauniaux dan grobman, 2016). World health
organization(who) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea di sebuah
negara adalah sekitar 5-15% (gibbons, l.,et al,. 2010).).berdasarkan data dari
121 negara, analisis tren menunjukkan bahwa antara tahun 1990 dan 2014,
rata-rata tingkat sectio caesarea global meningkat. peningkatan absolut
terbesar terjadi di Amerika Latin dan Karibia dengan tingkat kelahiran sectio
caesarea 42,2%, diikuti oleh oseania 32,6%,Amerika Utara 32,3%, Eropa
25%,Asia 19,5%,dan Afrika 7,4% (betrán, a. p.et al.,2016). di Indonesia
berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018 menunjukkan
prevalensi tindakan sectio caesarea pada persalinan adalah 17,6 persen,
tertinggi di wilayah DKI jakarta(31,3%) dan terendah di Papua (6,7%)
(Kemenkes, R.I., 2018). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, angka persalinan sectio caesarea di Provinsi Lampung pada tahun
2018 mencapai 15.679 dari 171.975 total persalinan atau sekitar 9.1%. Pada
tahun 2019, angka tindakan sectio caesarea di Provinsi Lampung mengalami
peningkatan drastis menjadi 17.748 dari 173.446 total persalinan atau
mengalami peningkatan sekitar 10.2% (Dinas kesehatan provinsi lampung,
2019).
Nyeri akut post operasi dapat mengancam penyembuhan klien post
operasi sehingga menghambat kemampuan klien untuk terlibat aktif dalam
mobilisasi, rehabilitasi, dan hospitalisasi menjadi lama. Seseorang akan
cenderung malas dan takut untuk beraktifitas, potensi penurunan kekuatan
otot-otot perut karena adanya sayatan pada dinding perut, serta penurunan
kemampuan fungsional dikarenakan adanya nyeri dan kondisi ibu yang masih
1
2
lemah (Sulistyo dan Suharti, 2014). Rasa nyeri post sectio caesarea juga akan
menyebabkan ibu menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya
(Batubara dkk, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Nurul Ayati
Khasanah,Wiwit Sulistyawati yang berjudul ‘Pengaruh Endorphin Massage
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Bersalin’ didapati penurunan intensitas
nyeri yang signifikan setelah diberi massage endhorpin. Hasil penelitian
sebelum diberikan massage endhorphin mengalami nyeri sangat berat 18
orang (75%), dan Sesudah diberiakan massage endhorpin mengalami
perubahan mengalami nyeri sedang 17 orang (70.83%). Pada penelitian ini
massage endhorpin diberikan selama kontraksi. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan Wiwi Wardani Tanjung,Adi Antoni yang berjudul’Efektifitas
Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I pada Ibu
Bersalin’ Hasil penelitian menemukan bahwa responden yang diberikan
Terapi Endorphin Massage sebagian besar mengalami penurunan skala nyeri.
Intensitas nyeri Kala I fase aktif pada ibu bersalin sebelum dilakukan
endorphin masaage rata- rata 6,38. Kemudian setelah dilakukan endorphin
massage terjadi penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin dengan rata- rata
5,19.
RSIA Anugerah Medical Center Metro Lampung merupakan salah satu
rumah sakit swasta di wilayah Metro lampung yang pelayanannya di
khususkan pada kesehatan ibu dan anak. Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan di RSIA Anugerah Medical Center kasus pembedahan sectio
caesarea dari bulan Oktober-Desember 2020 rata-rata sekitar 140 pasien
setiap bulan dan rata-rata perhari 4-5 pasien. Peneliti melakukan wawancara
dengan dua orang bidan yang bertugas diruang perawatan nifas, informasi
yang didapatkan bahwa pemberian endorphin massage belum pernah
dilakukan. Melihat jumlah pasien yang dilakukan sectio caesarea cukup
banyak dan melihat pentingnya penanganan nyeri post sectio caesarea untuk
mencegah komplikasi lain yang mungkin muncul dan mempercepat
penyembuhan, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Endorphin
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai “Adakah pengaruh endorphin massage
terhadap intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea di RSIA Anugerah
Medical Center Metro Lampung?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh endorphin massage terhadap intensitas nyeri
pasien post sectio caesarea.
2. Tujuan Khusus
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan Dapat memberikan informasi dan data untuk
penelitian selanjutnya mengenai pengaruh endorphin massage terhadap
intensitas nyeri pasien post sectio caesarea.
2. Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebagai konstribusi untuk pertimbangan institusi pendidikan untuk
menambah pustaka dan pengetahuan mahasiswa/mahasiswi tentang
endorphin massage.
3. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Sebagai kontribusi pertimbangan agar intervensi penelitian dapat
diterapkan dalam penatalaksanaan manajemen nyeri pasien post sectio
caesarea sebagai akibat pembedahan melalui terapi nonfarmakologi.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan bedah – perioperative,
guna mengetahui pengaruh Endorphin Massage terhadap intensitas nyeri
pasien post sectio caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Metro
Lampung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
1. Konsep nyeri
a. Pengertian nyeri
Menurut International Assocciation for the study of Pain nyeri
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa. Nyeri merupakan alasan utama individu untuk mencari bantuan
keperawatan (Nanda, 2013). Nyeri merupakan perasaan tubuh atau
bagian tubuh seseorang yang menimbulkan respon tidak
menyenangkan dan nyeri dapat memberikan suatu pengalaman rasa
(Mongan, 2009). Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri
yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, setiap individu
mengalami nyeri yang berbeda dan tidak ada dua kejadian nyeri yang
sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu.
Nyeri merupakan sumber frustasi, baik klien maupun tenaga
kesehatan. Perawat perlu mencari pendekatan yang paling efektif
dalam upaya pengontrolan nyeri (Potter & Perry, 2006).
b. Tanda dan gejala kecemasan
Menurut SDKI (2016) tanda dan gejala nyeri sebagai berikut ini :
Tabel 2. 1 Tanda dan Gejala Mayor
Objektif
No Subjektif
2 - gelisah
- Sulit tidur
3
7
8
No Subjektif Objektif
perifer.
4) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri, individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri. Cara individu mengekspresikan nyeri
merupakan sifat kebudayaan. Beberapa kebudayaan yakin bahwa
memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah. Sosialisasi
budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian,
hal ini mempengaruhi pengeluaran fisiologis opiate endogen sehingga
terjadilah persepsi nyeri.
5) Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beadaptasi terhadap nyeri.
Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda,
apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan,
hukuman dan tantangan. Misalnya, seorang wanita yang sedang
bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita
yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan. Derajat dan
kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna
nyeri.
6) Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas
tidak mendapat perhatian didalam suatu lingkungan berteknologi
tinggi, misalnya unit perawatan intensif maka rasa cemas tersebut
dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius
nyeri yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan psikosis dan
gangguan kepribadian.
10
7) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka
persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat. Nyeri lebih berkurang
setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap di banding
pada akhir hari yang melelahkan.
8) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang
akan datang. Apabila individu mengalami nyeri, dengan jenis yang
berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan,
akan lebih mudah individu tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri.
Perawat harus melakukan upaya untuk mempersiapkan klien dengan
menerangkan secara jelas tentang jenis nyeri yang akan dialami dan
metode yang mengurangi nyeri tersebut.
9) Gaya koping
Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, sebagian atau
keseluruhan. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.
Penting untuk memahami sumber-sumber koping klien selama ia
mengalami nyeri. Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan
keluaraga pendukung, melakukan latihan atau menyanyi dapat
digunakan dalam rencana asuhan keperawatan dalam upaya
mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu.
10) Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung pada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan,
kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan rasa kesepian
dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali
11
d. Klasifikasi Nyeri
1) Nyeri Akut
Karakteristik nyeri akut yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi. Nyeri akut berlangsung kurang dari 6 bulan. Nyeri
akut jika tidak ditangani akan mempengaruhi proses penyembuhan,
masa perawatan dan penyembuhan akan lebih lama (Nanda, 2013).
2) Nyeri Kronis
Nyeri kronis dirasakan secara tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas nyeri dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau
berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
Nyeri kronis umumnya bersifat menetap, lama dan berlangsung
lebih dari 6 bulan (Nanda, 2013).
e. Alat ukur nyeri
Penatalaksanaan nyeri memerlukan penilaian dan usaha yang cermat
untuk memahami pengalaman nyeri pasien dan mengidentifikasi kausa
sehingga kausa tersebut dapat dihilangkan, apabila mungkin. Intensitas
nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang
berbeda. Intensitas nyeri dapat dinilai secara sederhana dengan meminta
pasien menjelaskan nyeri dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya
12
dapat ditemukan dikelenjar hipofisis. Stres dan rasa sakit adalah dua
faktor yang paling umum yang menyebabkan pelepasan endorphin.
Endorphin berinteraksi dengan reseptor opiat di otak untuk
mengurangi persepsi kita tentang rasa sakit dan bertindak sama
dengan obat-obatan seperti morfin dan kodein.
Secara keseluruhan ada kurang lebih dua puluh jenis hormon
kebahagiaan. Meskipun cara kerja dan dampaknya berbeda – beda,
efek farmakologisnya sama. Diantara begitu banyak hormon
kebahagiaan, beta–endorfin paling berkhasiat, kerjanya lima atau
enam kali lebih kuat dibandingkan dengan obat bius. Berbeda dengan
obat opiat, aktivasi reseptor opiat oleh endorphin tubuh tidak
menyebabkan kecanduan atau ketergantungan (Aprillia, 2010).
Endorphin adalah polipeptida, yang mampu mengikat ke reseptor
saraf di otak untuk memberikan bantuan dari rasa sakit yang di
sekresi oleh kelenjar Hipofise. Endorphin merupakan hormon
penghilang rasa sakit yang alami berkaitan dengan reseptor opioid
dalam otak.
d. Manfaat Endorphin Massage
Endorphin massage ini sangat bermanfaat karena memberikan
kenyamanan, rileks dan juga tenang pada wanita yang sedang hamil
dan melahirkan. Selain itu juga, terapi endorphin massage ini juga
bisa mengembalikan denyut jantung juga tekanan darah pada keadaan
yang normal. Endorphin dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin,
sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri. Endorphine massage dapat mengatur produksi
hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit
yang menetap, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Hal ini yang membuat terapi ini bisa
membantu serta melancarkan proses pada persalinan (Mongan, 2009).
e. Indikasi Endorphin Massage
Indikasi dari endorphin massage ini adalah orang yang sedang
19
mengalami stress dan nyeri, seperti ibu hamil yang sudah memasuki
usia kehamilan 36 minggu. Pada usia ini, massage yang dilakukan
akan merangsang lepasnya hormon endorphin dan oksitosin yang bisa
memicu kontraksi (Aprillia, 2010).
Dalam penelitian Hidayati dkk, 2014 dengan judul “Effects of
Endorphin Massage on β-endorphin Level and Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) Score in Women with Postpartum Blues
Endorphin massage” diketahui bahwa endorphin massage dapat
menjadi tindakan alternatif untuk meningkatkan level beta-endorphin
dan menurunkan skala depresi (EPDS) pada ibu yang mengalami
postpartum blues.
f. Kontraindikasi Endorphin Massage
Kontraindikasi dari endorphin massage menurut Astuti dan
Masruroh, 2013 adalah :
1) adanya bengkak atau tumor
2) adanya hematoma atau memar
3) suhu panas pada kulit
4) adanya penyakit kulit
5) ada kehamilan: usia awal kehamilan atau usia kehamilan belum aterm,
ketuban pecah dini, kehamilan resiko tinggi, kelainan kontraksi
uterus.
g. Teknik Endorphin Massage
Endorphin massage merupakan pijatan dengan teknik sentuhan
sangat ringan. Teknik sentuhan ringan ini bisa dilakukan siapa saja
yang mendampingi tapi idealnya dilakukan oleh pasangan orang yang
bersangkutan. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan
endorphin massage menurut Aprillia, 2011: Ambil posisi senyaman
mungkin,bisa dikakukan dengan duduk,atau berbaring miring.Tarik
napas yang dalam lalu keluarkan dengan lembut sambil memejamkan
mata. Mintalah pendamping persalinan mengelus permukaan luar
lengan ibu,mulai dari tangan sampai lengan bawah.mintalah ia untuk
20
C. Kerangka Teori
Seksio
sesarea
Non-Farmakologi Farmakologi
Endorphin massage
D. Kerangka Konsep
E. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada pengaruh endorphin massage terhadap intensitas post sectio
caesarea di RSIA Anugerah Medical Center Metro Lampung 2023.
B. Desain Penelitian
Bentuk desain penelitian ini adalah rancangan prepost test dengan
kelompok kontrol (prepost test with control group design). Prepost test with
control group design yaitu desain yang merupakan gabungan dari pretest and
posttest group dan static comparison yaitu observasi yang dilakukan sebanyak
2 kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dan terdapat kelompok
pembanding atau kelompok kontrol yang tidak mendapat intervensi
(Arikunto, 2010).
27
28
atau objek tersebut (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien post seksio sesarea yang dirawat di ruang perawatan di
RSIA Anugerah Medical Center Metro pada bulan Maret - Mei 2023.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik
pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling dengan purposive sampling, artinya teknik penetapan
sampel dengan cara memilih beberapa sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersbut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Kemudian untuk
membedakan kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan
teknik randomisasi dengan metode a table of random numbers (tabel acak)
single blind yaitu mengurutkan sampel untuk menghasilkan alokasi acak
serta dalam penilaian dilakukan penyamaran dengan salah satu dari subjek
penelitian atau peneliti tidak mengetahui ke dalam kelompok mana subjek
dialokasikan (Sophiyudin, 2012).
3. Teknik Pengambilan sampel
Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Teknik
pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
probability sampling dengan purposive sampling, artinya teknik penetapan
sampel dengan cara memilih beberapa sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersbut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Kemudian untuk
membedakan kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan
teknik randomisasi dengan metode a table of random numbers (tabel acak)
4. Kriteria sampel
Kriteria sampel yang digunakan antara lain:
a. Kriteria Inklusi
1) Usia 25-35 tahun
2) Pasien 8 jam post seksio sesarea dengan anestesi spinal
3) Pasien bersedia menjadi responden
4) Pasien dapat diajak komunikasi
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien seksio sesarea dengan anestesi umum
2) Pasien sedang dalam drip obat analgesik
c. Kriteria drop out
Kriteria drop out dalam penelitian ini yaitu pasien dengan kesadaran
umum yang memburuk. Penentuan pengambilan sampel apabila populasi
sudah diketahui menggunakan rumus menurut (Nursalam, 2017),yaitu;
𝑛= N. z2. p. Q
d(N − 1) + z. p. Q
134,456
𝑛=
6,95 + 0,49
48,01875
𝑛 = 7,44
𝑛 = 18,07
𝑛 = 19 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒l
- p (100% - p)
E. Variabel Penelitian
5. Variabel dependen
Variabel ini disebut sebagai variabel tergantung atau dependent
karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas atau independent.
Variabel terikat merupakan variabel akibat atau efek. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri post seksio sesarea
6. Variabel Independen
Variabel bebas (independent variabel) merupakan variabel risiko
atau sebab. Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah endorphin massage.
31
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Nyeri berat
10 : Nyeri hebat
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan
reliabilitas karena peneliti menggunakan alat ukur NRS yang telah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelumnya.
1. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur (Sugiyono, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hawker, dkk (2011)
dalam “Measures of Adult Pain Arthritis Care & Research”,
penelitian ini membandingkan antara VAS, NRS, McGill Pain
Questionnaire (MPQ), SF-MP, CPGS, SF-36 BPS, dan ICOAP
menunjukkan bahwa semua skala nyeri menunjukkan hasil yang baik.
Pada uji validitasnya skala nyeri NRS menunjukkan r = >0,86.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan
33
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian menggunakan permohonan izin kepada
kepala ruang nifas untuk memberikaan persetujuan penelitian. Kemudian
kuisioner, prosedur dan tindakan dilakukan ke subjek yang di teliti dengan
menekankan masalah etik menurut Hidayat, 2014 meliputi :
a. Informed Concent (Lembar Persetujuan)
Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Tujuan informed concent ini adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka
mereka harus mendandatangani lembar persetujuan. Jika responden
tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
b. Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentu respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembelaan diri. Praktik professional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
c. Anonymity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, penilitian tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitin yang akan disajikan
d. Confidentiality (Kerahasian)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
35
J. Pengolahan Data
Metode pengolahan data menggunakan program computer, dengan
tahap- tahap sebagai berikut :
1. Editing (Penyuntingan Data)
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
36
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya
dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat
lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Skoring
1) Umur
1) Kode 0 : 15-25 tahun
2) Kode 1 : 26-36 tahun
3) Kode 2 : 37-49 tahun
2) Pendidikan
1) Kode 0 : Tidak sekolah
2) Kode 1 : SD/ sederajat
3) Kode 2 : SMP/ sederajat
4) Kode 3 : SMA/ sederajat
5) Kode 4 : Perguruan tinggi
3) Paritas
1) Kode 0 : Primipara
2) Kode 1 : Multipara
4) Skala Nyeri Pretest
• Kode 0 : nyeri berat
• Kode 1 : nyeri sedang
• Kode 2 : nyeri ringan
5) Skala Nyeri Posttest
• Kode 0 : nyeri berat
• Kode 1 : nyeri sedang
• Kode 2 : nyeri ringan
4. Processing
kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master
tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat tabel.
37
5. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden telah
dimasukkan, maka perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode atau ketidaklengkapan kemudian
dilakukan perbaikan atau koreksi.
Keterangan :
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis data untuk mengetahui pengaruh
endorphin massage terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post
seksio sesarea di ruang perawatan RSIA Anugerah Medical Center
Metro. Analisa bivariat yang digunakan untuk menghasilkan hubungan
38
PENJELASAN PENELITIAN
Hormat saya
Lampiran 2 : Informed Consent
Peneliti
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Usia :
Menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian :
Nama Peneliti : Putra Zulfijar Febriantoni
Institusi : Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Peneliti Responden
B. Prosedur
C. Hasil Evaluasi :
1. Pasien merasa nyaman
2. Pasien merasa nyeri berkurang
3. Melaksanakan dokumentasi :
Mencatat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon pasien pada
lembar observasi
Catat tanggal dan jam melakukan tindakan
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan prosedur untuk
mencegah penularan penyakit ke orang lain dan juga ke diri sendiri.
b. Memberi privasi kepada pasien. Cobalah untuk membuat pasien
senyaman mungkin selama prosedur tindakan.
c. Sebaiknya melaksanakan prosedur tidak saat waktu makan pasien,
tidur, atau menerima tamu kunjungan (dokter dan pengunjung).