Tesis Syamsu Rizal - P022171101 - PPW - Unhas
Tesis Syamsu Rizal - P022171101 - PPW - Unhas
SYAMSU RIZAL
P022171101
Tesis
Program Studi
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
SYAMSU RIZAL
P022171101
Kepada
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
iii
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
SYAMSU RIZAL
v
PRAKATA
Universitas Hasanuddin.
dibalik itu Penulis juga menyadari, sebagai manusia biasa penulisan tesis
ini dari segi isi dan penyajian belum dapat dikatakan sempurna. Namun
kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Budimawan, DEA, sebagai pembimbing utama, dan Dr.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Munir, M.Eng, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa,
materi, dll.
tesis ini.
proses perumusan tesis ini dapat diberi balasan yang setimpal dari Allah
Syamsu Rizal
vii
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Teks Halaman
DAFTAR GAMBAR
Teks Halaman
DAFTAR TABEL
Teks Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Teks Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
budidaya.
Menurut data DKP Provinsi Sulsel (2020), kapal ikan dibawah 5 GT (gross
ton) sebesar 89% dari total keseluruhan jenis kapal ikan berdasarkan
tersebut terkait dengan sektor lain serta memiliki sensitifitas yang tinggi
hulu dan hilir serta ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai
otoritas untuk mengelola sumberdaya alam laut yang berada dalam lingkup
Pelelangan Ikan (TPI) dan penerbitan izin perikanan budidaya. Hal ini tentu
perikanan tangkap.
B. Rumusan Masalah
Kepulauan Selayar?
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
Kepulauan Selayar.
Selayar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah menjadi input
Ruang lingkup dari penelitian yaitu kajian daya saing sektor perikanan
Selayar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sumberdaya Perikanan
FAO (2014) merilis data produksi ikan pada tahun 2012, Indonesia
menempati urutan ke-2 dalam produksi perikanan tangkap dan ke-4 dalam
produksi budidaya di seluruh dunia. Namun, hasil tangkapan ini masih jauh
Indonesia sebesar 65 juta ton pada tiap tahun, sedangkan produksi ikan
hanya 33,4 juta ton. termasuk 24 juta ton hasil perikanan budidaya dan 9,4
juta ton hasil tangkapan (Ika, 2018). Fakta ini menunjukkan bahwa potensi
berkelanjutan.
laut meliputi sumberdaya ikan demersal yang hidupnya dekat dengan dasar
serta sumberdaya udang dan biota selain ikan seperti kuda laut. Sedangkan
laut). budidaya air payau, budidaya air tawar termasuk air umum (danau,
waduk, sungai dan rawa, kolam air tawar dan sawah) (Putra, 2011)
juta km2 luas wilayah laut dengan berbagai sumberdaya kelautan dan
(MSY) sumber daya ikan di laut Indonesia adalah 6,5 juta ton per tahun,
dan tangkapan yang bisa diberikan izin adalah 5,2 juta ton per tahun (80%
perairan umum (termasuk danau, waduk, sungai, rawa dan genangan air
meliputi: a) 8,3 juta hektar kawasan budidaya laut (dimana budidaya ikan
20%, budidaya kerang 10%, budidaya rumput laut 60%, dan lain-lain 10%),
b) budidaya air payau 1,3 juta hektar atau tambak, c) 2,2 juta hektar
perairan umum (danau, waduk, sungai dan rawa), dan sawah Minapadi,
tangkapan nelayan sangat bervariasi, jumlah dan jenis ikan yang diperoleh
juga bergantung dengan musim. Jenis ikan yang paling banyak ditangkap
yaitu katamba, sunu, kerapu, kakap dan teripang. Hasil tangkapan nelayan
pekerjaan baru selain sebagai nelayan. Hasil tangkapan di laut yang tidak
hal ini juga tidak lepas dari berbagai permasalahan yang membuat produksi
manusia untuk mencapai daya saing yang tinggi. Ada 3 (tiga) pilar utama
ekonomi daerah yang kuat dan efektif dengan memberdayakan pelaku dan
driven) (Akoit dan Nalle, 2018). Selain itu, ada tiga komponen penting dalam
ikan.
b) Limitting capacity per vessel, yaitu membatasi jenis dan ukuran kapal
penangkapan ikan.
meliputi:
a) Total allowable catch, yaitu mengatur jumlah maksimum ikan yang dapat
nelayan.
yang ada dan memproduksi serta memasarkan produk atau jasa yang
ini untuk mampu menjadi salah satu sentra kelautan dan perikanan yang
terdapat di Indonesia.
2019).
dengan wilayah yang lebih besar. Asumsi yang dibangun oleh analisis ini
meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi (IPCC, 2000; IPCC, 2007).
yang efektif.
sesuatu yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana
14
berfungsi secara efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang
berfungsi secara efektif dan terjadi inefisiensi diperlukan tiga kaki untuk
menilainya, yaitu :
kebijakan.
kebijakan.
iklim maka yang menjadi tujuan adalah kapasitas adaptif dan atau
White Paper, 2009:16). Selain individu, komunitas, dan institusi yang harus
based policy).
metafora, dengan akar dalam ilmu fisika dan matematika, istilah awalnya
16
pernah ada. Oleh karena itu, resiliensi merupakan suatu proses yang
mengarah pada adaptasi, bukan suatu hasil tetapi mengarah pada kembali
sistem, dan kebijakan dengan melihat kapasitas sistem dan potensi terkena
masyarakat;
sendiri;
sebuah lembaga;
PPN/Bappenas, 2014).
stakeholder tersebut.
Primer, yang mendapat dampak positif maupun negatif dari suatu kegiatan.
bergantung pada sumber daya atau layanan atau area. Biasanya mereka
orang dan lembaga lain yang berkepentingan dengan sumber daya atau
Player, Context setters, Subject dan Crowd. Ini kemudian dapat membantu
misalnya adalah para stakeholder yang harus dibina secara aktif, karena
dan harus dipantau serta dikelola. Subjek memiliki kepentingan yang tinggi
ini. Ini disebut analisis situasi dan model analisis yang paling umum adalah
tujuan atau memberikan hambatan yang perlu diatasi untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
EFAS (external factor analysis) dan IFAS (internal factor analysis) untuk
melalui strategi WO. Dan kombinasi kelemahan dan ancaman yang ada
research, kemudian data primer dan sekunder diperoleh dari Focus Group
Barat, Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC), pembudidaya ikan KJA dan
sebuah contoh yang dapat diterapkan di daerah lain untuk kasus serupa.
jaring apung (KJA), tetapi tetap melakukan kontrol dan evaluasi untuk
air.
23
saat ini belum optimal karena sarana dan prasarana penangkapan yang
menjadi sektor basis serta mengkaji daya saing sektor perikanan dengan
Analisis Location Quetiont (LQ) dan Shift Share (SS) adalah jenis analisis
tersebut adalah data PDRB Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat
dalam rentang waktu tahun 2013-2017, sektor utama yang berperan dalam
Proporsional (PP) dengan nilai 12,174. Hal ini menandakan adanya potensi
Kota Palopo menjadi salah satu kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di
bahwa Kota Palopo memiliki sumberdaya ikan yaitu perikanan tangkap dan
budidaya. Hasil perikanan Kota Palopo juga berasal dari berbagai daerah,
perekonomian kota Palopo. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk
G. Kerangka Konseptual
Dalam menghadapi tantangan tersebut, institusi terkait dalam hal ini Dinas
mengetahui sejauh mana kapasitas adaptif institusional dalam hal ini Dinas
H. Defenisi Operasional
3. Agribisnis adalah rancangan dari suatu sistem usaha yang terdiri dari
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Selayar.
Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
dan sekunder. Data primer pada penelitian ini merupakan data yang
penelitian terdahulu pada lokasi dan topik yang relevan. Adapun jenis data
literatur dengan berfokus pada sektor perikanan tangkap serta seluruh data
33
sektor. Data produksi seluruh sektor dan sektor perikanan tangkap diambil
dari data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
E. Analisis Data
Dimana :
Selayar
Selayar
Selatan
Location Quotient (LQ). Menurut Rizal (2013), apabila nilai koefisien LQ <
yang lebih dari rata-rata atau dengan kata lain merupakan sektor basis.
berikut:
Dimana :
Dimana :
Perikanan tangkap
Dimana :
2016-2019
Perikanan tangkap
Kepulauan Selayar
perlambatan sektor.
lengkap dari setiap dimensi dan kriteria tersebut dapat disajikan pada tabel
dibawah ini.
rentang nilai dari setiap dimensi dan kriteria kapasitas adaptif untuk
pesan komunikasi baik secara verbal maupun visual (Cole, 1988 dalam
yang informatif.
3. Analisis SWOT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki luas wilayah sebesar 10.503,69 km2 yang terbagi menjadi daratan
dengan luas sebesar 1.357,03 km2 atau 12,92% dan lautan yang luas
168.380 ton/tahun menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan tahun 2019.
Lebih lanjut potensi ikan palagis kurang lebih 77.238 ton/tahun dan ikan
Daya saing sektor atau lapangan usaha dapat dilihat dari Produk
penilaian yaitu atas dasar harga konstan dan harga konstan. Penilaian
menggunakan dasar harga berlaku dilakukan pada produk barang dan jasa
berjalan.
pada tahun 2020 mencapai 6,39 triliun rupiah. Penurunan nilai PDRB terjadi
yaitu sebesar 0,05 triliun rupiah apabila disandingkan dengan tahun 2019
PDRB pada tahun 2020 sesuai harga yang berlaku adalah yang terbesar
dimana mencapai 2,71 triliun rupiah dengan kata lain sebesar 42,44 persen.
kategori ini menyentuh angka 7-9 persen pada tahun 2015-2019, namun
50
sebagai bagian dari sub sektor perikanan memiliki produksi yang lebih
700.0
600.0 607.5
500.0
480.1 479.8
450.6
400.0 410.4
300.0
200.0
100.0
-
TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019
NILAI PRODUKSI (MILYAR)
nilai produksi yang mengalami fluktuasi selama kurun waktu lima tahun.
Dimana tahun 2016 nilai produksi sebesar 479,8 milyar terhitung rupiah
51
pada tahun 2018 dan 2019 mengalami peningkatan dengan nilai produksi
tangkap terbesar.
52
tangkapan di laut umunya terdiri dari kelompok ikan pelagis kecil, ikan
pelagis besar, ikan karang ikan demersal, binatang lunak dan binatang
berkulit keras.
53
Selayar merupakan sektor basis atau dengan kata lain memiliki keunggulan
memiliki luas wilayah laut yang lebih besar dari wilayah daratannya yaitu
sebesar 87,09 %. Tentu saja hal ini mendukung adanya potensi perikanan
secara daya saing, sub sektor perikanan tangkap kalah bersaing dengan
produk dari luar. Hal tersebut terjadi karena pengolahan hasil perikanan
tangkap yang masih kurang secara ragam dan kualitas. Pengolahan hasil
Selain itu promosi dan kerjasama dalam pemasaran hasil perikanan masih
namun hanya oleh beberapa orang serta produk yang dipasarkan hanya
Tahun 2020 yang termuat dalam Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Dinas
tangkap yaitu :
sebanyak 209 KK, indikator ini belum dapat diukur secara internal pada
mudah dilakukan.
namun pada realisasinya hanya sebesar 99,64 untuk NTN dan 96,06
untuk NTPi.
kapasitas adaptif.
institusi terkait dalam hal ini Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar
Metode yang dilakukan untuk menilai IFAS (kekuatan dan kelemahan) dan
pengalian antara bobot dan rating untuk mendapatkan nilai skor dari faktor-
Nilai selisih faktor IFAS dan EFAS menunjukkan nilai koordinat 0,91 dan
yang dihadapi (strategi W-T). Alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada
berkaitan satu
sama lain.
5. Kapasitas adaptif
institusi pemerintah
dalam hal dimensi
perubahan mandiri
tergolong
cenderung positif
karena
Pelaksanaan
kebijakan dan
kegiatan secara
umum telah
mengacu pada
perencanaan yang
dibuat serta
melakukan
improvisasi sesuai
kebutuhan di
EFAS lapangan.
Peluang (Opportunities) Strategi S-O Strategi W-O
1. Kabupaten 1. Menggunakan 1. Meningkatkan daya
Kepulauan Selayar keunggulan saing sektor perikanan
ditetapkan sebagai komparatif yang tangkap dengan
sebagai wilayah dimiliki sektor menggunakan.
dengan sektor perikanan tangkap 2. Menargetkan
unggulan Kabupaten ketercapaian kebijakan
perikanan. Kepulauan Selayar daerah dengan
2. Kabupaten dengan menggunakan
Kepulauan Selayar memanfaatkan dukungan kebijakan
diarahkan Pusat dukungan legitimasi dari pemerintah
Kegiatan Lokal perencanaan dari regional Provinsi
(PKL). Sulawesi Selatan
73
kemudian hari
pandemi Covid-19
tidak kunjung usai.
Sumber : Data primer yang diolah (2021)
kabupaten.
SIUP, SIPI, dan SIKPI untuk Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan
pelayanan perizinan usaha perikanan dalam bentuk SIUP, SIPI, dan SIKPI
perizinan dalam bentuk Tanda Daftar Kapal Perikanan untuk Nelayan Kecil
administrasinya.
GT (gross ton) sebesar 89% dari total keseluruhan jenis kapal ikan
beberapa pulau dengan jarak tempuh relatif jauh. Teknis pelayanan dapat
retribusi izin trayek dan retribusi izin usaha perikanan paling kurang
dan pemasaran berbasis digital media sosial. Sejauh ini kondisi lapangan
lainnya. Total produksi di tahun 2019 dari semua unit pengolahan hasil
Bulukumba di tahun 2019. Padahal secara potensi perikanan dan luas laut,
Bulukumba. Selain itu pemasaran produk dengan cara branding juga telah
dipasarkan hanya satu jenis yakni terasi. Bentuk kegiatan yang dapat
industri perikanan terpadu, Institusi terkait dalam hal ini Dinas Perikanan
sampai saat ini target tersebut belum tercapai salah satunya dikarenakan
tentu juga sangat dibutuhkan. Peran pihak swasta dan masyarakat juga
Berbicara mengenai komunitas nelayan tentu tidak bisa lepas dari kapasitas
perahu/sampan fiber.
dari total potensi lahan budidaya dengan komoditi unggulan berupa udang
dan Belanja Daerah (APBD) Kab. Kepulauan Selayar untuk tiga komoditas
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
keunggulan komparatif yang lebih dari rata-rata atau dengan kata lain
ekonomi regional sektor tersebut cepat dengan nilai > 0, namun untuk
B. Saran
proses perumusan kebijakan dan program oleh institusi terkait dalam hal
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 2. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) dan Shift Share (SS)
a. Perhitungan Location Quotient (LQ)
No Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
1 Pendapatan Sub Sektor
Perikanan Tangkap Kab. Kep. 480,153,516.0 479,847,857.5 410,433,439.6 450,677,872.7 607,527,874.6
Selayar
2 Total Pendapatan Sektor 490,434,842.0 494,588,937.5 418,089,742.6 458,226,297.7 629,969,615.4
Perikanan Kab. Kep. Selayar
3 Pendapatan Sub Sektor
Perikanan Tangkap Prov. 6,602,139,911 6,406,670,340 5,819,070,806 7,987,198,960 8,631,279,878
Sulawesi Selatan
4 Total Pendapatan Sektor
Perikanan Prov. Sulawesi 15,780,403,561 15,601,271,237 16,899,205,432 21,716,651,517 23,487,623,636
Selatan
Nilai Location Qutient (LQ) 2.34 2.36 2.85 2.67 2.62