DISERTASI
Oleh
Hanik Ristiana
NIM : 105192263 14
BAB 1
PENDAHULUAN
1
peringkat 72 dari 77 negara, sedangkan bidang matematika Indonesia masuk
peringkat 72 dari 78 negara dan bidang sains menduduki peringkat 70 dari 78
negara. Nilai Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia juga
cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir.
Kondisi pendidikan Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Program sekolah yang
tidak berpusat pada peserta didik mengakibatkan kegiatan belajar tidak berjalan
secara maksimal, pembelajaran yang masih menggunakan paradigma lama, belum
mampu memotivasi peserta didik untuk lebih dalam memahami literasi numerasi dan
mengasah karakter profil pelajar pancasila dikhawatirkan akan menyebabkan negeri
ini mengalami ketertinggalan dengan negara-negara lain.
3
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan proyek profil pelajar pancasila terhadap kemampuan
literasi numerasi peserta didik
4. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar peserta didik dalam memoderasi pengaruh
kurikulum merdeka dan kemampuan literasi numerasi peserta didik
5. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar peserta didik dalam memoderasi proyek profil
pelajar pancasila dan kemampuan literasi numerasi peserta didik
6. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar dalam memoderasi pengaruh program sekolah
penggerak dan kemampuan literasi numerasi peserta didik
a. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat :
1. Memverifikasi Teori konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
manusia tergantung pada dua faktor: yaitu bakat atau pembawaan dan lingkungan atau
sekolah. Teori konvergensi mengakui bahwa manusia lahir telah membawa bakat atau
potensi-potensi dasar yang dapat dikembangkan.
2. Mengembangkan teori tentang proses belajar peserta didik dalam meningkatkan
kemampuan literasi numerasi
3. Menemukan teori baru bahwa motivasi belajar peserta didik dapat memoderasi pengaruh
kurikulum merdeka, proyek profil pelajar pancasila, dan program sekolah penggerak
terhadap kemampuan literasi numerasi peserta didik.
Manfaat Praktis
Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
khususnya pengetahuan akan perkembangan kurikulum merdeka, proyek profil pelajar
pancasila, dan program sekolah penggerak.
Bagi Lembaga
1. Memberikan masukan positif untuk kemajuan proses belajar mengajar kedepan.
2. Menambah Karya Ilmiah dan bacaan Di perpustakaan Universitas Negeri Semarang
umumnya dan Program Pascasarjana khususnya.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama sekaligus
diharapkan hasil penelitian berikutnya lebih sempurna.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIK , KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
Sebagai seorang humanis, Maslow percaya bahwa orang-orang memiliki hasrat bawaan
untuk teraktualisasikan diri, yaitu, untuk menjadi apa yang mereka bisa. Namun, untuk
mencapai tujuan akhir ini, sejumlah kebutuhan yang lebih mendasar harus dipenuhi
seperti kebutuhan akan makanan, keamanan, cinta, dan penghargaan.
Ada lima tingkat hierarki kebutuhan Maslow yang berbeda. Mari kita melihat lebih dekat
kebutuhan Maslow mulai dari tingkat terendah, yang dikenal sebagai kebutuhan
fisiologis.
Hierarki Maslow paling sering ditampilkan sebagai piramida. Tingkat terendah piramida
terdiri dari kebutuhan paling dasar, sedangkan kebutuhan paling kompleks ada di
bagian paling atas piramida.
5
Kebutuhan dasar di piramida adalah kebutuhan fisik, termasuk kebutuhan akan
makanan, air, dan tidur. Setelah kebutuhan tingkat rendah ini dipenuhi, orang dapat
beralih ke tingkat kebutuhan berikutnya, yaitu kebutuhan untuk keselamatan dan
keamanan.
Ketika orang naik ke atas piramida, kebutuhan menjadi semakin dekat dengan unsur
psikologis dan sosial. Selanjutnya ada, kebutuhan akan cinta, persahabatan, dan
keintiman menjadi penting. Lebih jauh ke atas piramida, kebutuhan akan penghargaan
pribadi dan perasaan pencapaian menjadi prioritas. Seperti Carl Rogers, Maslow
menekankan pentingnya aktualisasi diri, yang merupakan proses tumbuh dan
berkembang sebagai pribadi untuk mencapai potensi individu.
Di zaman modern ini, teori Maslow masih bisa bertahan menghadapi tantangan zaman.
Namun, zaman sekarang sebenarnya hirarki kebutuhan Maslow bisa disederhanakan
menjadi dua kebutuhan saja. Jelas, penyederhanaan ini adalah bentuk modifikasi teori
Maslow dengan melakukan penyesuaian terhadap konteks manusia pada zaman
sekarang. Jika di hirarki kebutuhan dijelaskan ada lima kebutuhan manusia, maka neo-
hirarki kebutuhan menyederhanakannya dengan hanya dua kebutuhan manusia.
Hanya satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk mencapai tahap aktualisasi diri.
Uang adalah jawabannya. Di zaman sekarang, uang sudah tidak lagi sekedar alat
pemuas kebutuhan. Uang justru menjadi kebutuhan itu sendiri. Tanpa uang, manusia
akan bingung mampu melanjutkan hidupnya atau tidak. Jika sudah mencukupi dan
dirasa tidak perlu lagi memenuhi kebutuhan uang, manusia baru mampu untuk mencapai
tahap setelahnya, yaitu aktualisasi diri.
Aktualisasi diri tidak bisa diganti dengan uang, karena tahap ini menuntut beberapa
kriteria dalam individu agar bisa mencapainya. Sebelum memenuhi kriteria yang menjadi
tuntutannya, manusia akan kembali ke tahap sebelumnya, yaitu uang. Menurut Maslow,
ciri-ciri orang yang telah mencapai aktualisasi diri adalah orientasi realistik, menerima
diri, orang lain dan alam sekitar apa adanya, spontan dan alamiah, lebih memerhatikan
masalah daripada diri sendiri, berpendirian kuat dan membutuhkan privacy, otonom dan
bebas dari kultur lingkungan, memahami orang tanpa stereotip, mengalami penglaman
mistikal, memiliki minat sosial, dsb (Alwisol, 2009).
Penyederhanaan hirarki kebutuhan akan membuat para psikolog dan yang lainnya lebih
mudah memahami manusia. Jika masih memakai hirarki kebutuhan Maslow
6
manusia akan terus dipusingkan dengan menebak-nebak seseorang ada kebutuhan
yang mana? Padahal empat kebutuhan tersebut sebenarnya sudah bisa terangkum oleh
“uang”.
Penelitian ini bermaksud mengupas lebih dalam tentang motivasi peserta didik agar
muncul setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi. Program sekolah penggerak, kurikulum
merdeka, dan proyek profil pelajar pancasila diharapkan menjadi jalan bagi bagi peserta
didik untuk mencapai tahap aktualisasi. Seharusnya, rasa aman, kasih sayang dan
penghargaan bisa dikembangkan menjadi sistem untuk mengantarkan mahasiswa ke
tahap aktualisasi diri. Sehingga, setelah proses KBM, peserta didik menjadi termotivasi
untuk mengaktualisasikan dirinya dalam mengembangkan kemampuan literasi numerasi.
Konsep Taksonomi Bloom ini dikenalkan oleh Benjamin S. Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan bersama kawan-kawannya pada tahun 1956. Taksonomi ini
mengklasifikasikan tujuan pendidikan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
7
Secara konvensional ketiga ranah atau domain ini telah lama dikenal dengan aspek
cipta, rasa, dan karsa. Selain itu juga dikenal dengan istilah penalaran, penghayatan, dan
pengamalan.
A. Pengetahuan (knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang
telah diajarkan, seperti pengetahuan tentang istilah, urutan, klasifikasi, kategori dan lain-
lain. Tingkatan ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi
tingkatan selanjutnya.
B. Pemahaman (comprehension)
Pada jenjang ini pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi
tertentu yang dipelajari. Dalam jenjang ini peserta didik menjawab pertanyaan dengan
kata-katanya sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.
C. Penerapan (application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi
8
C. Penerapan (application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata.
Pada jenjang ini peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan konsep dan prinsip yang
ia miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.
D. Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-
komponen yang lebih jelas. Di jenjang ini peserta didik diminta untuk menguraikan
informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan pendapat
dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat.
E. Sintesis (synthesis)
Sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengombinasikan elemen-
elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.Di jenjang ini peserta didik dituntut
untuk menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu
dan pengetahuan.
F. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal untuk tujuan tertentu
berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi,
cara atau metode.
Dalam jenjang ini peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya melakukan
pembuatan keputusan dan kebijakan.
Ranah afektif ini terdiri dari lima ranah yang berkaitan dengan respons emosional
terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama dengan David
Krathwol, sebagai berikut:
A. Penerimaan (receiving)
Seseorang yang sadar terhadap rangsangan dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangan itu, misalnya penjelasan yang diberikan oleh guru.
9
Kesediaan untuk menyadari adanya fenomena di lingkungannya yang dalam pengajaran
bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
termasuk juga kemampuan mengakui tentang adanya perbedaan.
B. Partisipasi (responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk memperhatikan secara aktif
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Misalnya patuh terhadap suatu aturan dan ikut serta dalam kegiatan, hal ini termasuk
sudah memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan, meliputi
persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dengan memberikan tanggapan.
D. Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
dalam kehidupan. Misalnya dengan menempatkan sesuatu pada skala nilai dan dijadikan
pedoman dalam bertindak secara bertanggung jawab.
10
Ranah psikomotor ini berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rincian
dalam ranah psikomotor ini tidak dibuat oleh Bloom, tetapi oleh ahli lain namun tetap
berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
A. Persepsi (perception)
Kegiatan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris dalam memandu aktivitas motorik.
Misalnya dalam pemilihan warna yang menggunakan alat indera (mata) sebagai
rangsangan untuk menyeleksi isyarat terjemahan.
B. Kesiapan (set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu gerakan. Kesiapan fisik,
mental, dan emosional untuk melakukan suatu gerakan. Misalnya posisi start lomba
renang.
11
G. Kreativitas (creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa atau inisiatif
sendiri. Misalnya kemampuan membuat kreasi tari yang baru.
Untuk lebih jelasnya, berikut contoh kaitan Taksonomi Bloom dalam hal ini dengan
keterampilan membaca:
1. Ranah kognitif dalam membaca dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam
memahami bacaan secara tepat dan kritis.
2. Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa untuk membaca;
misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya.
3. Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan
kegiatan baca, misalnya aktivitas saat membaca teknis atau membaca nyaring tentu
berbeda dengan saat melakukan kegiatan membaca pemahaman.
Teori taxonomy ini bisa menjadi salah satu panduan peneliti, sampai sejauh mana level
penguasaan literasi numerasi peserta didik.
12
Adapun lima intervensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pendampingan konsultatif dan Asimetris
Program kemitraan antaraKemendikbud dan pemerintah daerah dimana Kemendikbud
memberikan pendampingan implementasi Sekolah Penggerak. Kemdikbud melalui UPT
di masing masing provinsi akan memberikan pendampingan bagi pemda provinsi dan
kab/kota dalam perencanaan Program Sekolah Penggerak. UPT Kemdikbud di masing
masing provinsi akan memberikan pendampingan Pemda selama implementasi Sekolah
Penggerak seperti fasilitasi Pemda dalam sosialisasi terhadap pihak pihak yang
dibutuhkan hingga mencarikan solusi terhadap kendala lapangan pada waktu
implementasi.
Pendampingan untuk Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Penilik, dan Guru terdiri dari;
1) In-house training, 2) Lokakarya tingkat Kabupaten/Kota, 3) Komunitas Belajar / Praktisi
(Kelompok Mapel), 4) Program Coaching. Dilakukan secara berkala 2-4 minggu sekali
selama program. Kemudian Implementasi Teknologi terdiri dari; 1) Literasi Teknologi, 2)
Platform Guru : Profil dan Pengembangan Kompetensi, 3) Platform Guru : Pembelajaran,
4) Platform Sumber Daya Sekolah, 5) Platform Rapor Pendidikan.
Kepala sekolah merupakan elemen penting dalam pembenahan tata kelola dan menjadi
motor penggerak setiap satuan pendidikan sehingga akan tercipta lingkungan
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan melalui pembenahan sistem yang
mendukung pada peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan kepala sekolah sebagai guru yang diberi
tugas tambahan untuk memimpin sekolahnya. Dengan demikian kepala sekolah adalah
guru yang mampu mengintegrasikan profesionalismenya sebagai guru dan
kompetensinya sebagai pemimpin manajerial sekolah untuk mewujudkan visi sekolah,
yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa (Zamjani dkk, 2020: 38).
14
Hal ini menunjukkan bahwa peranan kepala sekolah sebagai pemimpin menjadi indikator
penting dalam terlaksananya pendidikan yang bermutu. Dalam konteks pendidikan,
pendidkan yang bermutuv mencakup; input, proses dan output. Input merupakan segala
sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan dalam berlagsungnya suatu proses.
Kemudian proses pendidikan adalah menciptakan sutuasi pembelajaran yang
menyenangkan, mampu memotivasi dan mimicu minat belajar dan mampu
memberdayakan siswa. Sementara output pendidikan merupakan seberapa besar
lulusan dari pendidikan tersebut dapat diterima ataudipakai oleh stakeholders (Harahap,
2016: 135).
16
Keunggulan Kurikulum Merdeka antara lain :
1. Lebih sederhana dan mendalam
2. Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada
fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan
menyenangkan.
3. Lebih Merdeka
4. Guru dapat mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
Sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
5. Lebih relevan dan interaktif
6. Pembelajaran melalui kegiatan projek memberikan kesempatan lebih luas kepada
peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu
lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan
kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
Kriteria sekolah yang bisa melaksanakan kurikulum merdeka, yaitu berminat menerapkan
Kurikulum Merdeka untuk memperbaiki pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah yang
ingin menerapkan Kurikulum Merdeka akan diminta untuk mempelajari materi yang
disiapkan oleh Kemendikbudristek.
Terdapat tiga indikator keberhasilan program “Merdeka Belajar”, yaitu partisipasi siswa-
siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata, pembelajaran yang efektif, dan tiadanya
ketertinggalan anak didik. Yaswardi mengungkapkan bahwa ketiga indikator tersebut
bisa tercapai dengan perbaikan pada hal-hal berikut. 17
Yang pertama adalah perbaikan infrastruktur dan teknologi pendidikan. Infrastruktur
kelas di masa depan harus lebih baik dari hari ini. Kemudian platform pendidikan
nasional berbasis teknologi juga harus digalakkan.
Yang kedua adalah hadirnya kebijakan, prosedur, dan pendanaan yang efektif dan
efisien. Di dalamnya termasuk kontribusi eksternal, baik dari pihak pemerintah maupun
swasta. Pembelanjaan anggaran pendidikan pun harus efisien dan akuntabel.
Yang ketiga adalah adanya kepemimpinan, andil masyarakat, dan budaya yang
mendukung. Dalam hal ini, kompetensi guru, kepala sekolah, dan pemerintah daerah
harus menjadi perhatian. Selain itu, kolaborasi dan pembinaan baik lokal maupun global
antara guru, satuan pendidikan, dan industri juga perlu dihadirkan.
Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus
kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Projek penguatan ini juga dapat
menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan
sekitarnya. Peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari-tema tema atau isu
penting seperti gaya hidup berkelanjutan, budaya, wirausaha, dan teknologi sehingga
murid bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan
tahapan belajar dan kebutuhannya. Projek penguatan ini juga dapat menginspirasi
peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitarnya.
Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Bagi peserta didik
1. Memperkuat karakter dan mengembangkan kompetensi sebagai warga dunia yang
aktif.
2. Berpartisipasi merencanakan pembelajaran secara aktif dan berkelanjutan.
3. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
mengerjakan projek pada periode waktu tertentu.
4. Melatih kemampuan pemecahan masalah dalam beragam situasi belajar.
5. Memperlihatkan tanggung jawab dan kepedulian terhadap isu di sekitar mereka
sebagai salah satu bentuk hasil belajar.
6. Menghargai proses belajar dan bangga dengan hasil pencapaian yang telah
diupayakan secara optimal. 18
Bagi Sekolah
1. Menjadikan sekolah sebagai sebuah ekosistem yang terbuka untuk partisipasi dan
keterlibatan masyarakat.
2. Menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang berkontribusi kepada
lingkungan dan komunitas di sekitarnya.
Bagi guru:
1. Memberi ruang dan waktu untuk peserta didik mengembangkan kompetensi dan
memperkuat karakter dan Profil Pelajar Pancasila.
2. Merencanakan proses pembelajaran projek dengan tujuan akhir yang jelas.
3. Mengembangkan kompetensi sebagai guru yang terbuka untuk berkolaborasi dengan
guru dari mata pelajaran lain untuk memperkaya hasil pembelajaran.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis
projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter
sesuai dengan profil pelajar Pancasila yag disusun berdasarkan Standar Kmetensi
Lulusan.
19
Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegang peranan penting
dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya
menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk
mencapai tujuan belajar (Puspitasari, 201 3). Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
serta perilaku pada individu (Dimyati & Mudjiono, 2006) Jadi dapat dikatakan motivasi
akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa sehingga hasil
belajar siswa akan semakin meningkat (Palupi , 2014)
Motivasi belajar mempunyai peranan besar dari keberhasilan seorang siswa. Hasil
belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi belajar. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan semakin baik hasil belajar. Dengan demikian motivasi senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa (Bakar, 2014).
Motivasi belajar siswa tercermin dari 8 indikator, yaitu durasi kegiatan; frekuensi
kegiatan; presistensi; devosi dan pengorbanan; ketabahan, keuletan dan kemampuan;
tingkat inspirasi ;tingkatan kualifikasi hasil; dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan
(Makmum, 2003). Durasi kegiatan, berkaitan dengan berapa lamanya kemampuan
penggunaan waktu untuk melakukan kegiatan. Dari indikator ini dapat dipahami bahwa
motivasi akan terlihat dari kemampuan seseorang menggunakan waktunya untuk
melakukan kegiatan. Frekuensi kegiatan dipahami sebagai seringnya kegiatan
dilaksanakan dalam periode waktu tertentu.Presistensi dimaksudkan sebagai gairah,
keinginan atau harapan yang keras berkaitan dengan maksud, rencana, cita-cita atau
sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
Devosi dan pengorbanan adalah tingkat pengorbanan tenaga dan pikiran untuk
menyelesaikan tugas dan tingkat melaksanakan prioritas dalam menyelesaikan
pembelajaran. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi kesulitan
adalah tingkat kemampuan dalam mengejar ketertinggalan dalam pembelajaran dan
tingkat keuletan dalam belajar. Tingkat inspirasi yang hendak dicapai meliputi
pencapaian dalam meraih target belajar, penentuan target dari tingkat belajar. Tingkat
kualifikasi hasil meliputi kesesuaian pelaksanaan belajar dengan hasil belajar,
kesesuaian pelaksanaan belajar dengan hasil belajar, kesesuaian hasil belajar dengan
target belajar, dan kepuasan terhadap hasil yang dicapai. Arah sikap terhadap sasaran
kegiatan merupakan suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif.
20
2.1.2.5 Literasi Numerasi
Numerasi digagas oleh World Economic Forum atau OECD (Organisation for Economic
Co-operation and Development). Pada tahun 2006, UNESCO menyampaikan bahwa
numerasi dapat menjadi salah satu penentu kemajuan suatu bangsa. Matematika dan
numerasi memiliki perbedaan yang terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan
keterampilan. Pembelajaran matematika belum tentu menumbuhkan numerasi, tetapi
dalam melaksanakan numerasi diperlukan pengetahuan matematika yang diperoleh
melalui pembelajaran dalam kurikulum. Menurut Han (2017:3) literasi numerasi memiliki
pengetahuan dan kecakapan diantaranya: (a) menggunakan angka dan simbol yang
berkaitan dengan matematika dalam memecahkan masalah sehari-hari, (b) menelaah
informasi yang ditampilkan untuk mengambil keputusan. Sementara pendapat lain
tentang numerasi menurut Traffer’s (dalam Sari, 2015:715) merupakan kemampuan
mengelola bilangan dan data serta mengevaluasi pernyataan yang melibatkan mental
dan perkiraansesuai masalah dan kenyataan.
Dari kedua pengertian di atas numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan memahami
dan menerapkan konsep matematika baik berupa simbol maupun bilangan untuk
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sederhananya, numerasi
adalah merupakan keterampilan memahami dan menerapkan konsep matematika
berupa simbol dan angka-angka dalam kehidupan sehari-hari.
22
Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh
kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Penelitian ini dilaksanakan melalui
studi pustaka dengan mengumpulkan sejumlah literature berupa buku, dan jurnal yang
berkaitan dengan guru penggerak dan Analisis data yang digunakan adalah krterciptanya
Pelajar Pancasila. Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil
belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan
karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru). itis untuk
menelusuri lebih mendalam tentang guru penggerak dan peran guru penggerak.
Syarifah Fadillah Al Hadad, dkk (2022) dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan
Pemahaman Siswa dalam Materi Aritmatika Sosial Melalui Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila menunjukkan bahwa melalui kegiatan proyek yang bertemakan
kewirausahaan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi aritmatika sosial.
Selain itu, melalui kegiatan proyek ini juga dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa, yang ditunjukkan dalam penyelesaian soal-soal open ended yang
diberikan pada soal test akhir.
23
2.3 Kerangka Teoritik
Adapun kerangka berfikir dari penelitian ini, digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang dimulai dengan berpikir
deduktif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian di lapangan,
kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris.1 Margono juga
menjelaskan bahwa tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk menguji teori,
mengukuhkan fakta-fakta, dan untuk menunjukkan hubungan-hubungan di antara
variabel.2 Sedangkan menurut Sugiyono, penelitian kuantitatif bertujuan untuk
mengetahui hubungan dua variabel atau lebih yang bersifat sebab akibat (kausal),
menguji teori, dan analisa data dengan menggunakan statistik untuk menguji hipotesis.3
Ciri dari pendekatan penelitian kuantitatif ini adalah adanya variabel, operasional,
reliabilitas, hipotesis, validitas dan makna secara statistik.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif karena dalam penelitian ini yang akan dilakukan adalah untuk menguji
hipotesis penelitian seberapa besar pengaruh Kurikulum Merdeka, Proyek Profil Pelajar
Pancasila, dan Program Sekolah Penggerak terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik dan
Implikasinya pada Kemampuan literasi numerasi di SDIT Darut Tauhid Gabus.
Menurut pendapat Sugiono,6 mengatakan bahwa ”bagian representatif dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan jumlah sampel dalam
penelitian ini dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
25
Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa taraf nyata kesalahan. Batas
taraf nyata ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil taraf nyata , semakin akurat
sampel menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan taraf nyata 5% berarti
memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan taraf nyata 2% memiliki tingkat akurasi
98%. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin
besar jumlah sampel yang dibutuhkan. Dalam penelitian berdasarkan jumlah populasi
sebanyak 179. Untuk pengambilan sampel dalam peneiltian ini berdasarkan rumus diatas
ditentukan batas taraf nyata sebesar 4% dengan mempertimbangkan prinsip Semakin
kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi, maka
peneliti mengembil sampel secara random sampling sebanyak 139. Pengambilan sampel
penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik Proportional Random Sampling, yaitu
pengambilan sampel secara acak yang jumlahnya seimbang pada masing-masing
strata.8 Teknik pengambilan sampel dengan Proportional Random Sampling, dilakukan
dengan cara mengambil sampel secara acak dengan tidak ditentukan siapa orangnya
yang penting berada di populasi penelitian yang telah ditentukan, sesuai dengan jumlah
sampel yang telah ditentukan, yaitu 380 dari jumlah siswa di SDIT Darut Tauhid Gabus
Grobogan. Selanjutnya data kuesioner dari responden setelah terkumpul dilakukan
verivikasi data sehingga diperoleh data yang valid sebesar 380 responden sedanglan
data yang tidak valid (reject) sebanyak 5 responden. Dengan demikian maka banyaknya
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 375 responden.
26
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Menurut Hatch dan Farhady dalam bukunya Sugiyono, variabel
dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain. Kerlinger juga
menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari. Selanjutnya
Kidder menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari
dan menarik kesimpulan darinya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka
dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel penelitian, adapun variabel-variabel tersebut adalah:
a. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).110 Variabel independen dalam penelitian ini
adalah kurikulum merdeka, program sekolah penggerak, dan proyek profil pelajar
pancasila
b. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan literasi numerasi peserta
didik
c. Variabel Moderating
Variabel moderating dalam penelitian ini adalah motivasi belajar peserta didik
28
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diuangkan dalam hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara
empiris, dan untuk maksud itulah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan
ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis.Menurut Sugiyono, metode
pengumpulan data yang umum digunakan dalam suatu penelitian adalah wawancara,
kuesioner, dan observasi. Dalam penelitian ini digunakan dua metode pengumpulan
data, yang pertama adalah metode kepustakaan, yaitu sebuah metode yang mengkaji
berbagai literatur pustaka seperti jurnal, makalah, dan sumber-sumber lainnya yang
berkaitan dengan penelitian. Kemudian yang kedua adalah dokumentasi yaitu dengan
cara mengumpulkan dokumen-dokumen atau data yang diperlukan, dilanjutkan dengan
pencatatan dan perhitungan mengenai motivasi belajar siswa, kemampuan literasi
numerasi peserta didik, proyek profil pelajar pancasila, sekolah penggerak, dan
kurikulum merdeka.
29
Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22.0 for windows
dengan kriteria berikut :
Variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,6 (Priyatno,
2013: 30).
30
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Teknik Analisis Deskriptis
Dalam penelitian ini analisis data inferensial yang digunakan adalah:
1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini menggunakan kelas interval
dan frekwensi dan katagori. Ada empat katagori yang digunakan dalam penelitian ini
untuk menggambarkan keadaan hasil penelitian dari sampel yang diolah, mulai dari
katagori sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Dalam mendiskripsikan
data tentang kurikulum merdeka, sekolah penggerak, dan proyek profil pelajar pancasila.
Instrumen yang dipakai untuk mengukur pola asuh orang tua otoriter dan pola asuh
orang tua demokratis terdiri dari 20 pertanyaan dan masing-masing variabel terdiri dari
10 pertanyaan, yang masing-masing item mempunyai empat alternatif jawaban dengan
rentang skor 1-4. Skor harapan terendah adalah 10 sedangkan total skor harapan
tertinggi adalah 40. Hal tersebut sesuai dengan alternatif jawaban yang ada dalam
penelitian ini. Berdasarkan data tersebut panjang kelas interval dapat ditentukan melalui
selisih nilai skor tertinggi dikurangi skor terendah dan ditambah dengan 1, hasilnya dibagi
dengan banyak kelas interval. Perhitungan panjang kelas interval tersebut adalah
sebagai berikut:
31
Model regresi yang baik (tidak termasuk model regresi sederhana) harus memenuhi
asumsi klasik. Pemenuhan asumsi klasik dimaksudkan agar dalam pengerjaan model
regresi tidak menemukan masalah-masalah statistik. Selain itu, model regresi yang
dihasilkan dapat memenuhi standar statistik sehingga parameter yang diperoleh logis
dan masuk akal. Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses uji
regresi sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik
menggunakan langkah kerja yang sama dengan uji regresi.120 Setidaknya ada tiga uji
asumsi klasik, yaitu uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji autokorelasi Uji autokorelasi berkaitan dengan pengaruh observer atau data dalam
satu variabel yang saling berhubungan satu sama lain. Besaran nilai sebuah data dapat
saja dipengaruhi atau berhubungan dengan data lainnya (atau data sebelumnya).
Misalkan untuk kasus jenis data time series data investasi tahun ini sangat tergantung
dari data investasi tahun sebelumnya. Kondisi inilah yang disebut dengan autokorelasi.
Regresi secara klasik mensyaratkan bahwa variabel tidak boleh tergejala autokorelasi.
Jika tergejala autokorelasi, maka model regresi menjadi buruk karena akan
menghasilkan parameter yang tidak logis dan di luar akal sehat. Terdapat beberapa cara
untuk mendeteksi gejala autokorelasi yaitu uji Durbin Watson (DW Test), uji Langrage
Multiplier (LM Test), uji statistik Q, dan run Test. Dari beberapa uji autokorelasi tersebut,
penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson (DW Test). Dasar Pengambilan Keputusan
Metode pengujian Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika
nilai durbin-watson lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4- dL) maka terdapat
autokorelasi. 2) Jika nilai durbin-watson terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak ada
autokorelasi. 3) Jika nilai durbin-watson terletak antara dL dan dU atau diantara (4- dU)
dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
b. Uji Multikolinieritas
Masalah asumsi klasik regresi bukan hanya terletak kepada adanya hubungan antardata
dalam satu variabel, tetapi juga hubungan antara sesama variabel independen. Jika dua
atau lebih variabel independen dalam model regresi memiliki hubungan linear yang erat,
maka model regresi ini tergejala oleh kondisi multikolinearitas.
32
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara
beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya
multikolinearitas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing
variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas kurang
dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Korelasi linear antara variabel independen sangat kuat jika nilai korelasi antara variabel
independen ini (rxixi) lebih kuat dari hubungan variabel independen dengan variabel
dependen (rxiy) Model regresi yang baik harus bebas dari gejala multikolinearitas. Jika
tergejala multikolinearitas, maka model regresi menjadi buruk karena beberapa variabel
akan menghasilkan parameter yang mirip sehingga dapat saling menganggu. Agar model
regresi bebas dari gejala hubungan yang kuat antarsesama variabel independen, maka
perlu dilakukan pengujian multikolinearitas. Pendeteksian problem multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai Variace lnflation Factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 10, maka terdapat
gejala multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih
dari 0.10, maka tidak ada gejala multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana varian dari nilai sisa
adalah tidak sama (unequal) antara satu observer (pengamatan) dengan observer
lainnya. Jika varian dan nilai sisa sama (equal) antara satu observer dengan observer
lainnya, maka kondisi ini disebut dengan kondisi homoskedastisitas. Regresi yang baik
adalah regresi yang berada dalam posisi homoskedastisitas dan bukan kondisi
heteroskedastisitas. Variabel dinyatakan dalam posisi tidak terjadi heteroskedastisitas
jika penyebaran titik-titik observer di atas dan atau di bawah angka nol pada sumbu Y
mengarah kepada satu pola yang tidak jelas.
33
1) Pengujian hipotesis secara parsial
a. Merumuskan hipotesis.
Keterandalan regresi berganda sebagai alat estimasi sangat ditentukan oleh signifikansi
parameter-parameter yang dalam hal ini adalah koefisien regresi. Uji t digunakan untuk
menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independensinya. Uji T dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F. Uji F-statistik digunakan untuk menguji
besarnya pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen. Rumus Uji F adalah sebagai berikut:
34
2
3.5.3.3 Koefisien Determinasi R
Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar
sumbangan dari variabel penjelas terhadap variabel respon. Dengan kata lain, koefisien
determinasi menunjukkan ragam (variasi) naik turunnya Y yang diterangkan oleh
pengaruh linier X (berapa bagian keragaman dalam variabel Y yang dapat dijelaskan
oleh beragamnya nilai-nilai variabel X). Bila nilai koefisien determinasi sama dengan
satu, berarti garis regresi yang terbentuk cocok secara sempurna dengan nilai-nilai
observasi yang diperoleh. Dalam hal nilai koefisien determinasi sama dengan satu berarti
ragam naik turunnya Y seluruhnya disebabkan oleh X. Dengan demikian, bila nilai X
diketahui, nilai Y dapat diramalkan secara sempurna.
b. Mengukur besar proporsi (persentase) dari jumlah ragam Y yang diterangkan oleh
model regresi atau untuk mengukur besar sumbangan variabel penjelas X terhadap
variabel respon Y melalui Z