Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN BEST PRACTICE

PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN


TAHUN 2019 / 2020

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN HEWAN DAN LINGKUNGAN


MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MATA
PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 150/X
BUKIT TEMPURUNG TAHUN AJARAN 2019 / 2020

NAMA PESERTA : RATIMA SIRAIT, S.Pd


NUPTK : 198711222019032003
SEKOLAH /TEMPAT TUGAS : SDN 150/X BUKIT TEMPURUNG
KABUPATEN/KOTA : TANJUNG JABUNG TIMUR
PROVINSI : JAMBI
MENTOR PEMBEKALAN : DAFNI, S.Pd

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR


PROVINSI JAMBI
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
BIODATA PENULIS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Jenis kegiatan
C. Manfaat kegiatan
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tujuan dan sasaran
B. Bahan/materi kegiatan
C. Metode/ cara melaksanakan kegiatan
D. Alat/instrumen
E. Waktu dan tempat kegiatan
BAB III HASIL KEGIATAN
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
B. Rekomndasi

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan


KompetensiPembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu upaya Kementerian
Pendidikan danKebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkanmengikuti arah kebijakan
Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi padaketerampilan
berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skitls {HOTS). Keterampilan
berfikirUntuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan,
maka pelaksanaanProgram PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau
dikenal dengan istilah zonasi.Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru
(PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD dan musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) SMP yang selama ini dilakukan melalui Gugus atauRayon dalam zonasinya,
dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru.Zonasi
memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan
terdekat,seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilai rata-rata
UNIUSBN sekolah,atau pertimbangan mutu lainnya.

Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan
dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah Model Problem Based Learning.Model
pembelajaran berbasis masalah( Problem Based Learning ) merupakan pembelajaran
yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu
maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga
bermakna, relevan, dan kontekstual.Problem Based Learning terjadi bila individu
terlibat terutama dalampenggunaan proses pemecahan masalah untuk
mengatasi.Problem Based Learning dilakukan melalui orientasi peserta didik pada
masalah,mengorganisasikan peserta didik untuk belajar,membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok,mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.Setelah melaksanakan
pembelajaran Matematika denganModel Problem Based Learning., penulis
menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswameningkat,lebih bagus dibandingkan
pembelajaran sebelumnya. Ketika ModelProblem based Learning ini diterapkan pada
kelas VI yang larna ternyata proses dan hasilbelalajar siswa sama baiknya. Oleh
karena itu penulis melaporkan perbaikan pembelajaran tersebut sebagai kegiatan best
practice berjudul “Operasi Hitung Bilangan Bulat”melalui pendekatan saintifik
dengan model pembelajaran problem based learning mata pelajaran Matematikasiswa
kelas VI SD Negeri 150/X Bukit Tempurung tahun ajaran 2019 / 2020.
B. JENIS KEGIATAN

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Peningkatan


KompetensiPembelajaran Berbasis Zonasi merupakan salah satu upaya Kementerian
Pendidikan danKebudayaan melalui DirektoratJenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen GTK) untukmeningkatkan kualitas pembelajaran dan
meningkatkan kualitas lulusan. Program inidikembangkanmengikuti arah kebijakan
Kemendikbud yang menekankan pada pembelajaran berorientasi padaketerampilan
berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). Keterampilan
berfikirtingkat tinggi adalah proses berfikir kompleks dalam menguraikan materi,
membuat kesimpulan,membangun representasi, menganalisis dan membangun
hubungan dengan melibatkan aktifitasmental yang paling dasar yang sebaiknya
dimiliki oleh seorang guru professional.

Unit Pembelajaran yang sudah tersusun diharapkan dapat meningkatkan


pembelajaran.Unit Pembelajaran yang dikembangkan dikhususkan untuk Pendidikan
Dasar yang dalam hal iniakan melibatkan KKG SD dan MGMP SMP. Kami ucapkan
terima kasih dan penghargaan yangsetinggi-tingginya kepada seluruh tim penyusun
yang berasal dari PPPPTK, LPMP, maupunPerguruan Tinggi dan berbagai pihak yang
telah bekerja keras dan berkontribusi positif dalammewujudkan penyelesaian Unit
Pembelajaran ini

C. MANFAAT KEGIATAN

Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan,


makapelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau
dikenal denganistilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru
(PKG) TK, kelompok kerlaguru (KKG) SD dan musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) SMP yang selama ini dilakukanmelalui Gugus atau Rayon dalam zonasinya,
dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangandan pemberdayaan guru. Zonasi
memperhatikan keseimbangan dan keragamin mutupendidikan di lingkungan terdeka!
seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru,capaian nilai rata-rata
UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya.

Semoga Unit Pembelajaran ini bisa menginspirasiguru untuk mengembangkan


materidan melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Berikut beberapa manfaat PKP bagi siswa, guru dan sekolah.

1. Bagi siswa
 Siswa akan lebih bergairah dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran.
 Mempermudah siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
 Terkontrolnya tingkah laku positif siswa.
 Menciptakan suasana kelas yang kondusif dan dinamis pada proses
pembelajaran berlangsung.
 Meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru
 Memperluas wawasan.
 Meningkatkan profesional kerja.
 Meningkatkan peran guru sebagai Fasilisator.
 Memberikan motivasi untuk guru-guru yang lainnya.
 Memperbaiki kinerja guru dalarn proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam
3. Bagi Sekolah
 Menerapkan metode yang dilaksanakan terhadap pelajaran yang lain.
 Memanfaatkan metode dengan semaksimal mungkin.
 Mengembangkan bakat untuk tercapainya visi dan misi sekolah.
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

A. TUJUAN DAN SASARAN

TUJUAN
1. Untuk meningkatkan efisiensi. efektlvitas, serta pemerataan mutu pendidikan,
makapelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan,
atau dikenaldengan istilah zonasi.
2. menginspirasiguru untuk mengembangkan materi dan melaksanakan pembelajaran
denganberorientasi pada kemampuan berpikir tingkat tinggi

SASARAN
Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG)TK, kelompok
kerja guru(KKG) SD dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP yang
selama ini dilakukan melaluiGugus atau Rayon dalam zonasinya, Semoga Unit
Pembelajaran ini bisa menginspirasiguru untukmengembangkan materidan
melaksanakan pembelajaran dengan berorientasi pada kemampuanberpikir tingkat
tinggi. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkatii upaya yang kita
lakukan.

B. BAHAN DAN MATERI


Bahan / Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam praktik baik pembelajaran ini adalah materikelas
VI untuk materi “ Operasi Hitung Bilangan Bulat”berikut ini :

Matematika

3.2 Menjelaskan dan melakukan operasipenjumlahan, pengurangan,perkalian, dan


pembagian yangmelibatkan bilangan bulat negatif

4.2 Menyelesaikan masalah yangberkaitan dengan operasipenjumlahan,


pengurangan,
perkalian, dan pembagian yangmelibatkan bilangan bulat negatifdalam
kehidupan sehari-hari.
C. METODE/CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Metode
1. Penggunaan aspek HOTS, 5M, 4 Dimensi Pengetahuan dan Kecapakan Abad
2l di dalam proses pembelajaran.
2. Karena K-13 mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik (5M) yang
meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/
mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Lalu optimalisasi peran guru dalam
melaksanakan pembelajaran abad 21dan HOTS (Higher Order Thinking
Skills). Selanjutnya ada integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM). Pembelajaran pun perlu
dilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan model, strategi,
metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik Kompetensi Dasar {KD) agar
tujuan pembelajaran tercapai.Pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan
sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21- kepada peserta
didik, yaitu 4C yang meliputi: (1) Communication (2) Collaboration, (3)
Critical Thinking and problem solving, dan {4} Creative and lnnovative.
Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan
Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower
Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS
(Middle Order Thinking Skills) yaitu C3 {mengaplikasikan) dan C-4
{mengalisis), tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order
Thinking Skills), yaitu C-5 (mengevaluasi), dan C-5 (mengkreasi).Penerapan
pendekatan saintifik, pembelajaran abad 21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi
dan PPK dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dalam rangka menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka
mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi.Melalui
berbagai pelatihan atau bimbingan teknis (bimtek) K-13 yang telah dilakukan
selama ini diharapkan mampu mengubah paradigma guru, juga meningkatkan
kompetensi guru dalam pembelajaran, Pendekatan saintifik, pembelajaran
abad 21 {4C), HOTS, integrasi literasi dan PPK, dan pembelajaran kontekstual
sebenarnya bukan hal yang baru bagi guru. Secara sadar ataupun tidak
sebenarnya sudah hal tersebut dilakukan, hanya dalam K-13 lebih ditegaskan
lagi untuk dilaksanakan pada PBM, dan hasilnya dilakukan melalui penilaian
otentik yang mampu mengukur ketercapaian kompetensi siswa.

A. Alat/lnstrumen
Alat : Laptop, HP Anroid, Buku guru/Siswa
Instrumen : Lembar Kerja
B. Waktu dan Tempat Kegiatan
Penyelenggaraan Program PKP Berbasis Zonasi menggunakan sekolah
yang dijadikan sebagai tempat pembelajaran dan disebut dengan Pusat Zona.
Pusat zona ini digunakan untuk kegiatan pembelajaran tatap muka (In). Selain
sekolah pusat zona, tempat pembelajaran juga dapat menggunakan sekolah lain di
wilayah zonasi sesuai dengan kesepakatan GI dengan peserta.

Waktu pelaksanaan Program PKP Berbasis Zonasi dilakukan kurang lebih


selama 1 bulan, dimana setiap pelaksanaan In (In-1 s.d. In-5) dilakukan selama 1
hari, dan setiap pelaksanaan On (On-1 s.d. On-3) dilakukan selama 5 hari.

Rangkaian kegiatan Pelaksanaan Program PKP Berbasis Zonasi bagi guru


sasaran tahun 2019 selanjutnya dijabarkan dalam jadwal kegiatan berikut ini :

Jadwal Pelaksanaan Program PKP Berbasis Zonasi

Waktu Pelaksanaan
Minggu ke-
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

1 In-1

2 3 4 5 6 7 In-2

3 ------- ---------- On-1- ---------- ------- In-3

4 ------- ---------- On-2- ---------- ------- In-4

5 ------- ---------- On-3- ---------- ------- In-5

Catatan : Waktu pelaksanaan pembelajaran diatas tidak baku, artinya setiap


aktivitas pembelajaran baik pelaksanaan In maupun On dapat dilaksanakan sesuai
dengan kesepakatan antara peserta dan fasilitator sepanjang tidak mengganggu
jam belajar siswa.

.
a. Waktu pelaksanaan kegiatan IN :

 IN 1 dilaksanakan hari minggu, 01 Desember 2019


 IN 2 dilaksanakan hari minggu, 08 Desember 2019
 IN 3 dilaksanakan hari minggu, 15 Desember 2019
 IN 4 dilaksanakan hari minggu, 22 Desember 2019
 IN 5dilaksanakan hari minggu, 29 Desember 2019

b. Tempat pelaksanaan kegitan IN 1 - IN 5 di SDN. 114/X Pandan Jaya.

c. Waktu pelaksanaan kegiatan ON :

 ON 1 dilaksanakan mulai hari Senin, 09 Desember 2019


 ON 2 dilakasanakan mulai hari Senin, 16 Desember 2019
 ON 3 dilaksanakan mulai hari Senin, 23 Desember 2019

d. Tempat pelaksanaan kegitan ON 1- ON 3 di SDN 150/X Bukit Tempurung,


Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi
Jambi.
BAB III HASIL KEGIATAN

Diimplementasikannya kurikulum 2013 (K-13) membawa konsekuensi guru


yang harus semakin berkualitas dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Karena
K-13 mengamanatkan penerapanpendekatan saintifik (5M) yang meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasikan, dan
mengomunikasikan. Lalu optimalisasi perim guru dalam melaksanakanpembelajaran
abad 21 dan HOTS (Higher Order Thinking Skills). Selanjutnya ada integrasi literasi
danPenguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar mengajar (PBM).
Pembelajaran pun perludilaksanakan secara kontekstual dengan menggunakan model,
strategi, metode, dan teknik sesuai dengankarakteristik Kompetensi Dasar (KD) agar
tujuan pembelajaran tercapai.

Pembelajaran abad 21secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang


memberikan kecakapan abad 2l kepada peserta didik,yaiu 4C yang meliputi: (l)
Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving,dan (4)
Creative and Innovative. Berdasarkan Taksonomi Bloom yangtelah direvisi oleh
Krathwoll danAnderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS
(Lower Order Thinking Skills) yaituC1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS
(Middle Order Thinking Skills) yaitu C3(mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis),
tetapi juga harus ada peningkatan sampai HOTS (Higher OrderThinking Skills), yaitu
C-5 (mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).Penerapan pendekatan
saintifik,pembelajaran abad,2l (4C), HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam
pembelajaran bertujuan untukmeningkatkan mutu pendidikan dalanrangka menjawab
tantangan, baik tantangan internal dalam rangkamencapai 8 (delapan) SNP dan
tantangan eksternal, yaitu globalisasi.Melalui berbagai pelatihan ataubimbingan teknis
(bimtek) K-l3 yang telah dilakukan selama ini diharapkan mampu
mengubahparadigma guru, juga meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran.
Pendekatan saintifrk,pembelajaran abad 2l (4C), HOTS, integrasi literasi dan PPK,
dan pembelajaran kontekstualsebenarnya bukan hal yang baru bagi guru. Secara sadar
ataupun tidak sebenarnya sudah haltersebut dilakukan, hanya dalam K-13 lebih
ditegaskan lagi untuk dilaksanakan pada PBM, danhasilnya dilakukan melalui
penilaian otentik yang mampu mengukur ketercapaian kompetensisiswa.

Masalah yang dihadapi terutama adalah belum terbiasanya siswa belajar degan
modelproblem based learning. Dengan tujuan untuk mendapat nilai ulangan yang baik
guru selalumengguakan metode ceramah, siswa pun merasa lebih percaya diri
menghadapi ulangan(penilaian) setelah mendapat penjelasan guru melalui
ceramah.Agar siswa yakin bahwa pembelajaran Matematika dengan Problem Based
Learning dapat membuatmereka lebih meguasai materi pembelajaran, guru memberi
penjelasan sekilas tentang apa,bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi(higher order thinking skills HOTS).
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.


1. Pembelajaran tematik dengan model pembelajaran Problem Based Learning
layak dijadikan praktik baik pembeljaran berorientasi HOTS karena dapat
meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan,
berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara
sistematis dan cermat, pembelajaran tematik dengan model pembelajaran
Problem BasedLearning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS,
tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil praktik baik pembelajaran tematik dengan model pembelajaran


Problem Based learning, berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru serta jaring-jaring tema yang telah disediakan, tetapi berani
melakukan inovasi pembelajaran tematik yang kontekstual sesuai dengan latar
belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya.Halini akan membuat
pembelajaran lebih bermakna.
2. Siswa diharapkan untuk merterapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar degan
cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan
lebih tahan lama (tidak mudah lupa)
3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut
melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah,
seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi
penulis utuk mendesiminasikan praktik baik ini aka menambah wawasan guru
lain tentang pembelajaran HOTS.
DAFTAR PUSTAKA

1].Akinoglu, O.,& Tandogan, O.R, 2006. The Effect of Problem Based Learning in
Science Education Student’s Academic Achievement, Attitude and Concept
Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science &Technology Education, 3
(1): 71-81.
[2]. Afandi & Sajidan. 2017. Stimulasi Keterampilan Tingkat Tinggi. UNSPRESS.
[3]. Amir, T.M, 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning:
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
[4]. Arends, R.I. 2012. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
[5]. Ditjen GTK. Direktorat PG Dikdas. 2017. Peningkatan Kompetensi
Pedagogik Melalui PKB Guru Sekolah Dasar
[6]. Joyce, B & Weil, M. 2000. Models of Teaching. Boston: Allyn & Bacon
[7]. King, F.J., Goodson, L., & Rohani. 2006. Higher Order Thinking Skills.
Center for Advancement of Learning and Assessment
[8]. Kuntari Eri Murti. 2013. Pendidikan Abad 21 Dan Implementasinya Pada
Pembelajaran Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untuk Paket Keahlian
Desain Interior
[9]. Lewis, A., & Smith, D. 1993. Defining High Order Thinking. Theory into
Practice, 32 (3): 131-137.
[10]. Maya Bialik & Charles Fadel. 2015. Skills for the 21st Century: What Should
Students Learn? Center for Curriculum Redesign Boston, Massachusetts
[11]. Metiri Group. 2003. enGauge 21st Century Skills: Helping Students Thrive in
the Digital Age
[12]. National Education Sociaty. An Educator’s Guide to the “Four Cs”: Preparing
21st Century Students for a Global Society
[13]. Seng, O.T. 2003. Problem Based Learning Innovation: Using Problem to Power
Learning in 21𝑠𝑡Century. Singapore: Thompson Learning.
[14]. Siska Rahmawati, & Sunardi, & Dian Kurniati. 2017. Pengembangan Indikator
4 C’s Yang Selaras Dengan Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Matematika
SMP/MTs Kelas VI Semester 1

[15]. Siti Zubaidah. 2016. Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan
Melalui Pembelajaran

[16]. N. J. Mourtos, N. DeJong Okamoto & J. Rhee. 2004. Defining, Teaching, and
Assessing Problem Solving Skills. San Jose State University San Jose, California
95192-0087

[17]. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Mengajar. Jakarta; Rineka Cipta.
[18]. Modul pelatihan implementasi kurikulum 2013, kemendikbud, 2015
[19]. Jan Kusiak, Derrick Brown, 2007, Creative Thinking Technique, Australia
[20]. Jailani, dkk, 2018, Desain Pembelajaran Matematika untuk Melatih HOTS,
Yogyakarta:UNY Press.
LAMPIRAN FOTO / GAMBAR PENDUKUNG

Pertemuan In-1

Pertemuan In-2
Pertemuan In-3
Pertemuan In-4
Pertemuan On-2
Pertemuan On-3

Anda mungkin juga menyukai