Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
DESA TARAWEANG,KEC.LABAKKANG,KAB.PANGKEP

RESALDI
2010421011

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
MAKASSAR
2022

i
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
DESA TARAWEANG,KEC.LABAKKANG,KAB.PANGKEP

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar sarjana pada Program Studi Manajemen

RESALDI
2010421011

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
MAKASSAR
2022

ii
PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT
DESA TARAWEANG,KEC.LABAKKANG,KAB.PANGKEP

disusun dan diajukan oleh


RESALDI
2010421011

telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan


Makassar, 20 Mei 2022

Pembimbing,

Dr. Sri Adrianti Muin, S.E., M.Si

Ketua Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Ilmu-ilmu Sosial
Universitas Fajar

0 Dr. Abdul Majid, S.S., M.E.

HALAMAN PERSETUJUAN

iii
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Rasa syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala rahmat, kerunia-Nya

dan keagungan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini yang

berjudul “PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

TARAWEANG,KEC.LABAKKANG,KAB.PANGKEP”. Yang menjadi syarat dalam menyelesaikan

pendidikan program studi strata satu (SI) Universitas Fajar. Dalam penyusunan proposal

skripsi ini peneliti memperoleh dukungan, doa dan bantuan dari beberapa pihak, oleh karena

itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua, Ayahanda Alias dan Ibunda Purnama yang selalu memberikan

kasih sayang dan mendoakan peneliti sehingga sampai pada titik ini.

2. Bapak Dr. Muliyadi Hamid, S.E.,M.Si. selaku Rektor Universitas Fajar Makassar.

3. Ibu Dr. Yusmunizar, S.Sos, M.I.Kom. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu-ilmu

Sosial Universitas Fajar Makassar.

4. Bapak Dr. Abdul Majid Bakri, S.S., M.E. selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Fajar Makassar.

5. Ibu Dr. Sri Ardianti Muin, S.E., M.Si. selaku pembimbing Skripsi yang senantiasa

memberikan pengarahan serta motivasi dalam pembuatan proposal skripsi.

6. Bapak Djunaidi, S.Sos., M.M. selaku Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan

Kelas A Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada ppeneliti untuk

melaksanakan penelitian di Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Makassar.

7. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Akhir kata,

dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan maaf

sebesar besarnya, semoga segala bantuan dan dukungan tersebut mendapat balasan yang

lebih baik dan bermanfaat bagi kita semua dari Allah Subhanahu Wata’ala.

iv
Makassar, 20 MEI 2022

Resaldi

v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUDLii
HALAMAN PERSETUJUANiii
HALAMAN PENGESAHANiv
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
PRAKATA............................................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................x
BAB I.................................................................................................................. 11
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................11
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................15
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................15
1. Untuk mengetahui pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di desa
Taraweang Kec labbakang Kab Pangkep?.....................................................................15
2. Untuk mengetahui dampak pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di desa
Taraweang Kec labbakang Kab Pangkep?.....................................................................15
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................15
1. Manfaat Teoritis...................................................................................................15
2. Manfaat Praktis....................................................................................................15
BAB II................................................................................................................. 17
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................17
A. Kajian Konsep...........................................................................................................17
1. Bantuan Dana Desa..............................................................................................17
2. Pemberdayaan Masyarakat..................................................................................18
3. Masyarakat Desa..................................................................................................20
B. Landasan Teori.........................................................................................................21
1. Struktural Fungsional...........................................................................................21
2. Perencanaan Pembangunan Dari Bawah (Bottom Up Planning)..........................23
C. Kerangka Pikir..........................................................................................................24
D. Hasil Penelitian........................................................................................................24
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.................................................................................26


Tabel 3. 1 Penilaian skala likert41

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir....................................................................................33

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata Peneliti

2. Kuesioner Penelitian

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia pada umumnya masih berbentuk desa atau dengan nama

lain disebut distrik hal tersebut tercermin dari kenyataan bahwa masih sekitar

70% warga Indonesia hidup dan mencari nafkahnya di desa. Bagaimanapun

potretnya saat ini, desa atau distrik merupakan bagian wilayah terkecil dari

Negara Indonesia yang secara mutlak harus diayomi oleh Pemerintah Negara

Republik Indonesia. Keberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan peraturan

pemerintah No.72 Tahun 2005 tentang desa. Berdasarkan ketentuan ini maka

desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas-batas wilayah dan berwenang untuk mengatur serta mengurus

kepentingan masyarakat setempat. Berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman desa diatas menetapkan desa

sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politik memiliki kewenangan

tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya dengan posisi

tersebut desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan

pemerintahan nasional secara luas. Desa menjadi bagian terdepan dalam

mencapai keberhasilan dari segala urusan dan program 2 pemerintah maka

menjadi sangat logis apabila pembangunan desa menjadi prioritas utama bagi

kesuksesan pembangunan nasional. Berbeda dengan peraturan pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 Tentang desa. Desa sebagai daerah otonomi dalam hal

penyelenggaraan urusan pemerintahan desa dengan dana dari anggaran

10
11

pendapatan yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa yang

ditransfer melalui APBD kabupaten atau kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat. Bantuan dana desa akan mendorong terlaksananya

otonomi desa sekaligus sebagai upaya pemberdayaan pemerintah desa dan

masyarakat desa. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten sebagai

fasilitator memfasilitasi masyarakat desa agar mampu melaksanakan

pembangunan desa merealisasikan tujuan pembangunan tersebut, maka

segenap potensi alam harus digali dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik

mungkin begitu pula dengan potensi manusia berupa penduduk yang banyak

jumlahnya maka pengetahuan dan keterampilannya harus ditingkatkan sehingga

mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi sistem secara maksimal

dan pelaksanaan program pembangunan ekonomi daerah seperti yang telah

direncanakan oleh pemerintah diterapkan dapat mempercepat pertumbuhan

dan pembangunan di desa. Awal pelaksanaan otonomi daerah aspek

kemandirian dan terkesan diabaikan namun dengan seriusnya pemerintah pusat

sehingga kabupaten melaksanakan tugas otonomi daerah. Kepentingan desa

mulai diperhatikan bukti bahwa pemerintah pusat mulai memberikan titik berat

pada prioritas pemanfaatan 3 penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

desa tercermin dari semakin banyaknya perangkap peraturan pelaksanaan, yaitu

peraturan pemerintah, peraturan menteri dalam Negeri (Permendagri), maupun

keputusan menteri dalam Negeri (Permendagri), yang mengatur tentang desa,

baik itu peraturan pemerintah, mendagri, dan MENDAGRI yang dimaksud

merupakan peraturan pelaksanaan mengenai desa yang diamanatkan.

Penyelenggaraan atau keuangan merupakan faktor vital dalam mendukung


12

penyelenggaraan otonomi desa untuk mengatur rumah tangganya sendiri desa

memerlukan dana yang memadai untuk melaksanakan semua kewenangan yang

dimilikinya sejak tahun 1999 yaitu sejak penerapan UU No.2 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah, pemerintah menerapkan kebijakan pemberian dana

segar (grant) ke desa melalui program kebijakan bantuan dana desa. Diharapkan

alokasi dana desa yang disalurkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam pembangunan pedesaan secara gotong royong. Pendapatan

asli desa seharusnya dapat membiayai seluruh atau sebagian besar belanja desa.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2013), Pengaruh

alokasi dana desa dan pendapatan asli desa (PAD). Studi yang mengkaji tentang

penggunaan dana desa telah dilakukan oleh sejumlah peneliti terdahulu,

misalnya penelitian yang dilakukan oleh Baura (2014), Aljanna (2013), Hafide

(2016), Tangkumahat (2017), Ridha (2014), Jamaluddin (2018), Afriliyanto

(2017), Mahfudz (2009), Faisal dan Nain (2017), dan Muslihah (2019). Studi ini

melengkapi penelitian seputar desa sebagaimana tersebut Keharusannya.

Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengkaji 4 tentang

penggunaan dana desa di desa taraweang kec.labakkang.).Desa taraweang

kec.labakakkang merupakan salah satu daerah provinsi Sulawesi selatan Sama

seperti halnya wilayah desa lain konsentrasi dalam proses pembangunan

pemanfaatan bantuan dana desa selalu diprioritaskan dalam menunjang

pembangunan sosial ekonomi pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat

desa. Banyak dampak konsentrasi pembangunan yang diberikan oleh

pemerintah desa Nanga Mbaling. Sehubungan dengan apa yang diuraikan

diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul


13

“Pengaruh alokasi dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat desa

taraweang kec.labakkang kab.pangkep”


14

1.2 Rumusan Masalah

. 1. Bagaimana pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan


masyarakat di desa taraweang kec.labakkang kab.pangkep?

2. Bagaimana dampak pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan


masyarakat di desa taraweang kec.labakkang,kab.pangkep?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pemanfaatan anggaran dana desa untuk

pemberdayaan masyarakat di desa Taraweang Kec labbakang Kab

Pangkep?

2. Untuk mengetahui dampak pemanfaatan dana desa untuk

pemberdayaan masyarakat di desa Taraweang Kec labbakang Kab

Pangkep?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
a. Menambah literatur ilmiah tentang pemanfaatan dana desa dalam
pemberdayaan masyarakat.

b. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang


sosiologi ekonomi dan sosiologi pedesaan.

2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah desa dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat desa Taraweang
Kec labbakang Kab Pangkep.

b. Sebagai pijakan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang mengkaji tentang


sosiologi pedesaan.

c. Sebagai acuan untuk pemerintah desa Taraweang Kec labbakang Kab Pangkep
dalam memberikan kebijakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa sesuai dengan regulasi yang mengatur.
15
16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Bantuan Dana Desa
Undang-Undang Republik Indonesia No 6 Tahun 2014 Tentang desa, keuangan desa
adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
sesuatu berupa uang dan barang yang akan berhubungan dengan kelangsungan hak dan
kewajiban. Penyelenggaraan urusan pemerintah desa yang menjadi kewenangan desa
dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja desa dan bantuan pemerintah
daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh
pemerintah desa dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
dengan dana dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (Sujadi 2019). Berdasarkan
peraturan daerah Nomor 26 tahun 2007 bahwa Sumber pendapatan desa terdiri dari:

a. Pendapatan asli desa terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya
dan partisipasi, gotong royong, dan pendapatan asli daerah yang sah.

b. Bagi hasil pajak daerah kabupaten paling sedikit 10% untuk desa dan dari distribusi
kabupaten sebagian diperuntukkan bagi desa. Bagian dari dana dipertimbangkan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten untuk desa paling sedikit
10%, yang pembagiannya untuk setiap desa secara profesional yang merupakan alokasi
dana desa.

c. Bantuan keuangan pemerintah

d. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak meningkat. Undang-undang nomor
6 tahun 2014 tentang desa mendefinisikan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan. Kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul, hak tradisional yang dilakukan dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Bintarto (Haryanto 2015), Studi
pengembangan ekonomi lokal terkait interaksi desa sampai lokal menyatakan desa
merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultur yang
terdapat disuatu daerah dalam hubungan dan pengaruh nya secara timbal balik dengan
17

daerah lain. UU No. 32 tahun 2004 desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2. Pemberdayaan Masyarakat
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Purbantara (2019), Pemberdayaan masyarakat
desa menjelaskan bahwa, Pemberdayaan tidak mempunyai pengertian model tungga,
Pemberdayaan memahami sangat berbeda. Menurut cara pandang orang maupun
konteks kelembagaan, politik, dan sosial budayanya. Ada yang memahami
pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, memberdayakan,
memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan
penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Ada pihak lain 9 yang menegaskan
bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama-
sama pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara kolektif dapat
mengidentifikasi sasaran mengumpulkan sumber daya, mengarahkan suatu kampanye
aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan dalam komunitas. Ada
juga yang memahami pemberdayaan secara makro sebagai upaya mengurangi
ketidakmerataan dengan memperluas kemampuan manusia misalnya, pendidikan dasar
umum dan pemeliharaan kesehatan, bersama dengan perencanaan yang cukup
memadai bagi perlindungan masyarakat dan memperbaiki distribusi modal-modal yang
nyata Misalnya lahan dan akses terhadap modal. Berdasarkan hal itu maka inti dari
pemberdayaan adalah:

a. Suatu upaya atau proses pembangunan yang berkesinambungan yang berarti


dilaksanakan secara terorganisir dan bertahap dimulai dari tahap permulaan hingga
tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi (follow-up activity and evaluation).

b. Suatu upaya atau proses memperbaiki (to improve) kondisi ekonomi, sosial, dan
kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

c. Suatu upaya atau proses menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, sehingga prinsip to help
the community to help themselves dapat menjadi kenyataan.
18

d. Suatu upaya atau proses memandirikan masyarakat dengan cara menggalang


partisipasi aktif dalam masyarakat berupa bentuk aksi Bersama di dalam memecahkan
masalah dan memenuhi kebutuhannya.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Sururi (2015), Pemberdayaan
masyarakat melalui program pembangunan menjelaskan bahwa Konsep pemberdayaan
masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community development)
dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-based development)
Chamber tahun 1995 (Kartasasmita, 1997). Pemberdayaan masyarakat pendekatan
utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek
dari berbagai proyek pembangunan tetapi merupakan subjek dari upaya
pembangunannya sendiri. Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat adalah
mengembangkan masyarakat khususnya kaum miskin, kaum lemah dan kelompok
terpinggirkan, menciptakan hubungan kerjasama antara masyarakat dan lembaga
pengembangan memobilisasi dan optimalisasi penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan, mengurangi ketergantungan, membagi kekuasaan dan tanggung jawab,
meningkatkan tingkat keberlanjutan. (Delivery dalam Sutrisno 2005). Peran pemerintah
desa dalam pemberdayaan masyarakat, Lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar dalam
Mardikanto (2010), Pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan.
Mengungkapkan prinsip-prinsip pemberdayaan yang lain yang mencakup:

1) Minat dan kebutuhan, artinya pemberdayaan akan efektif jika selalu mengacu pada
minat dan kebutuhan masyarakat.

2) Organisasi masyarakat bawah, artinya pemberdayaan akan efektif jika mampu


melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga.

3) Keragaman budaya adalah pemberdayaan harus memperhatikan keragaman budaya.

4) Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan pemberdayaan akan mengakibatkan


perubahan budaya.

5) Kerjasama dan partisipasi adalah pemberdayaan hanya akan efektif jika mampu
menggerakan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan
program pemberdayaan yang telah dirancang.
19

6) Demokrasi dan penerapan ilmu artinya dalam pemberdayaan harus selalu


memberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu alternatif
yang ingin diterapkan.

7) Belajar sambil bekerja, artinya kegiatan pemberdayaan harus diupayakan agar


masyarakat dapat belajar sambil bekerja atau belajar dari pengalaman tentang segala
sesuatu yang ia kerjakan.

8) Penggunaan metode yang sesuai, artinya pemberdayaan harus dilakukan dengan


penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

9) sebaiknya mampu menumbuhkan pemimpin lokal atau memanfaatkan pemimpin


lokal yang telah ada untuk membantu kegiatan pemberdayaan.

3. Masyarakat Desa
Pada umumnya pengertian desa dikaitkan dengan pertanian yang sebenarnya masih
bisa didefinisikan lagi berdasarkan pada jenis dan tingkatannya. Masyarakat desa yaitu
masyarakat yang ruang lingkupnya berada di desa dan cenderung hidup secara
tradisional serta memegang adat istiadat. Menurut P.H Landis terdapat tiga definisi
tentang desa yaitu pertama desa itu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2.500
orang, kedua desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya 12 mempunyai
hubungan yang saling akrab serta informal satu sama lain dan yang ketiga desa adalah
suatu lingkungan yang penduduknya hidup dari pertanian. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat desa adalah suatu komunitas kecil yang menetap secara tetap di suatu
tempat (Rahardjo 2010: 29), masyarakat desa itu sendiri mempunyai karakteristik
seperti yang dikemukakan oleh Roucek dan Warren mereka menggambarkan
karakteristik masyarakat desa sebagai berikut (Jefta Leibo 1995).

a. Besarnya peranan kelompok primer

b. Faktor geografis menentukan dasar pembentukan kelompok atau sosial

c. Hubungan lebih bersifat akrab dan langgeng

d. Homogen

e. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

f. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar Karakteristik desa sangat diperlukan
adanya pembagian desa atau biasa disebut dengan tipologi desa.
20

Tipologi desa itu sendiri akan mudah diketahui jika dihubungkan dengan kegiatan pokok
yang ditekuni oleh masyarakat itu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari,
adapun pembagiannya sebagai berikut (Jefta Leibo 1995):

a. Desa pertanian

b. Desa industri

c. Desa nelayan atau desa pantai

d. Desa pariwisata

Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa masih tergolong masuk dalam
kategori yang belum maju dan masih sederhana. Kebanyakan orang menganggap bahwa
masyarakat desa khususnya masyarakat petani masih dianggap secara umum yang mana
mereka dianggap seragam atau sama antara masyarakat petani yang satu dengan yang
lain. Kebudayaan tradisional masyarakat desa merupakan suatu hasil produk dari besar
kecilnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang bergantung pada alam itu sendiri.
Menurut P. H Landis besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan
masyarakat desa ditentukan sebagai berikut:

1) Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian.

2) Sejauh mana tingkat teknologi yang mereka miliki.

3) Sejauh mana sistem produksi yang diterapkan.

Ketiga faktor diatas menjadikan faktor determinan bagi terciptanya kebudayaan


tradisional masyarakat desa yang artinya kebudayaan tradisional akan tercipta apabila
masyarakatnya sangat tergantung pada pertanian, tingkat teknologi yang rendah dan
produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Rahardjo 2010).

B. Landasan Teori
1. Struktural Fungsional
Robert K. Merton sebagai salah satu tokoh yang mengkaji mengenai teori struktural
fungsional dan berada pada teori tingkat menengah menjelaskan bahwa analisis
struktural fungsional memusatkan dalam pemikiran Merton sasaran studi 14 struktural
fungsional adalah peran sosial, pola institusi, proses sosial, organisasi kelompok, struktur
sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya. Robert K. Merton telah
mengkritik 3 postulat yang dikemukakan oleh Malinowski dan Radcliffe Brown, yaitu:
21

a. Kesatuan fungsional masyarakat. Postulat ini berpendirian bahwa semua keyakinan


dan praktik kultur dan sosial yang sudah baku adalah fungsional untuk masyarakat
sebagai satu kesatuan maupun untuk individu dan masyarakat. Merton berpendapat
bahwa meski hal ini benar terjadi pada masyarakat primitif dan kecil, namun hal ini tidak
berlaku tingkatan masyarakat yang luas dan kompleks.

b. Fungsionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan


kebudayaan yang baku memiliki fungsi-fungsi positif. Merton menyatakan bahwa
postulat ini bertentangan dengan kehidupan nyata yang jelas adalah bahwa tidak setiap
struktur, adat, gagasan, kepercayaan dan sebagainya mempunyai dampak positif.

c. Indispensability yaitu dalam setiap tipe peradaban kebiasaan memiliki sejumlah tugas
yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan sistem sebagai keseluruhan akan tetapi Merton mengatakan bahwa terdapat
alternative struktur dan fungsi yang dapat ditemukan didalam masyarakat.

Perhatian analisis struktural fungsional lebih dipusatkan pada fungsi sosial ketimbang
pada motif individual. Menurut Merton fungsi didefinisikan sebagai konsekuensi
konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau 15 penyesuaian dari
sistem tersebut. Dari pendapat Merton tentang fungsi, ada konsep barunya mengenai
sifat dari fungsi dengan membedakan atas fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi
manifes adalah fungsi yang diharapkan (intended) atau fungsional, sedangkan fungsi
laten adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak diharapkan atau disfungsi. Kecocokan
argumen Merton dengan permasalahan penelitian mengenai struktur organisasi
maupun kelompok terkait peran dan fungsi masing-masing bidang inilah menjadikan
penelitian menggunakan teori ini. Teori struktur fungsional oleh Robert K. Merton dapat
menganalisis tiap-tiap bagian dalam struktur organisasi maupun kelompok terkait fungsi
dan perannya sehingga mampu menjawab permasalahan yang penelitian dalam
pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat. Fungsi yang dianggap
manifest dalam penelitian ini adalah ketika penggunaan dana desa dan pemanfaatan
dana desa sedangkan fungsi yang dianggap paten ialah terdapat kondisi fungsi yang
terjadi dalam pelaksanaan program Penggunaan dana desa yang berakibat pada
ketidakefektifan program pemberdayaan masyarakat.
22

2. Perencanaan Pembangunan Dari Bawah (Bottom Up Planning)


Perencanaan pembangunan dari bawah (Bottom Up Planning) adalah perencanaan
yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan
bersama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan
juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian di bidang pemerintahan,
bottom up planning atau perencanaan bawah 16 adalah perencanaan yang disusun
berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Pembangunan pedesaan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai objek, tetapi harus
dipandang pula sebagai subjek pembangunan. Sehingga konsep yang ditawarkan Bottom
Up Planning ini dianggap relevan dalam pembangunan pedesaan pada saat ini sebab
mengikut sertakan masyarakat sejak awal sampai akhir kegiatannya. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam
pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta terlibat,
memanfaatkan dan menikmati pembangunan. Dalam proses pembangunan masyarakat
tidak semata mata diperlakukan sebagai objek tetapi lebih sebagai subjek dan pelaku.
Menurut Soetomo (2006) Ada beberapa tahap partisipasi masyarakat dalam
pembangunan yaitu:

1. Partisipasi masyarakat dalam perumusan program yang membuat masyarakat tidak


semata mata sebagai penikmat dari sebuah program, tapi juga membuat sebuah
program karena telah ikut terlibat dalam proses pembuatan atau perumusan sebuah
program.

2. Keterlibatan masyarakat dalam tahap pelaksanaan dan pengelolaan program juga


akan membawa dampak positif dalam jangka panjang.

3. Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi akan membawa dampak positif bagi
penyempurnaan dan pencarian alternatif yang terus-menerus dilakukan 17 akan
menjadi umpan balik bagi perbaikan dan penyempurnaan program berikutnya.

4. Partisipasi masyarakat dalam menikmati hasil melalui bentuk pembangunan yang


dapat dinikmati secara lebih dan merata oleh seluruh masyarakat secara Profesional.
Konsep Bottom Up Planning menjelaskan bahwa masyarakat dalam pembangunan
pedesaan merupakan penunjang keberhasilan dan keefektifan pembangunan desa dan
pengelolaan dana desa yang sejak awal hingga akhir melibatkan masyarakat dan
23

menjadikan hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana desa dapat disesuaikan dengan
yang dibutuhkan masyarakat.

C. Kerangka Pikir
Pemanfaatan anggaran dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di desa Nanga
Mbaling Kabupaten Manggarai Timur didasarkan pada peraturan Bupati No.15 Tahun
2015 tentang pengelolaan alokasi dana desa sebagai berikut:

ALO

Pem

Proses pemberdayaan
masyarakat desa

Gambar Bagan Kerangka Pikir

D. Hasil Penelitian
Terdahulu Dalam penelitian terdahulu ini diharapkan peneliti dapat melihat
persamaan dan perbedaan antara penelitian, yang telah dilakukan dengan penelitian
yang akan dilakukan Selain itu juga diharapkan dalam penelitian ini dapat diperhatikan
mengenai kekurangan dan kelebihan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang
akan dilakukan.
24

Adapun penelitian terdahulu: Baura (2014), Aljanna (2013), Hafide (2016),


Tangkumahat (2017), Ridha (2014), Jamaluddin (2018), Afriliyanto (2017), Mahfudz
(2009), Faisal dan Nain (2017), dan Muslihah (2019).

Bauran (2014) mengkaji tentang pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan


alokasi dana desa di desa Bukumatiti Kabupaten Jailolo Halmahera Barat sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 2014 Tentang pengelolaan keuangan desa
dalam artikel 2 Paragraf 1 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan desa harus
didasarkan pada prinsip transparansi akuntabilitas dan partisipatif. Sehingga penelitian
ini menyimpulkan bahwa, untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan alokasi dana desa dengan menggunakan metode penelitian adalah
penelitian deskriptif kualitatif yang terdiri dari 6 informan penelitian.

Penelitian berikutnya tentang dana desa yang dilakukan oleh Al Jannah (2013)
mengkaji tentang evaluasi alokasi dana desa yang mempengaruhi implementasi
penggunaan desa dan alokasi dana di desa Tambusai Utara Kecamatan Tambusai Utara
Kec Rokan Hulu. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. penelitian ini
bersifat deskriptif dengan analisis metode 19 Logical Framework yang digunakan oleh
Bappenas menunjukkan implementasi pengelolaan alokasi dana desa dalam mendukung
pembangunan desa di Indonesia Tambusai Utara memperoleh anggaran di tahun 2013
sebesar Rp.439.560.000. sedangkan pada 2014 memperoleh dana Rp.375.800.00.

Selain itu Penelitian Hafide (2016) mengkaji tentang distribusi penggunaan dana
desa serta partisipasi masyarakat mengenai desa dan dampak bagi pembangunan desa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
wawancara, dan observasi. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif evaluatif. hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa penggunaan dana desa lebih banyak digunakan untuk bidang
pembangunan informal struktur desa. Berikutnya Penelitian yang dilakukan oleh
Tangkumahat (2017), tentang menganalisis kebijakan dana desa khususnya pada proses
penerapan dana desa dari perencanaan, pencairan, penggunaan sampai dengan
pertanggungjawaban. Penelitian ini dilakukan pada tujuh desa penerima dana desa di
Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini
dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Januari sampai Maret 2017. Penelitian ini
menggunakan data primer dan sekunder.
25

Penelitian yang dilakukan oleh Rida (2014), mengkaji tentang analisis pengelolaan
dana desa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Kecamatan langsa Kota
langsa dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan dana desa selama ini telah berjalan
dengan efektif walaupun pengalokasiannya belum 100% efektif.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Jamaluddin (2018), yang mengkaji tentang


analisis dampak pengelolaan dan penggunaan dana desa terhadap pembangunan
daerah yaitu, bagaimana dampak pengelolaan dan penggunaan dana desa terhadap
pembangunan daerah, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan dan penggunaan
dana desa tidak memberi dampak signifikan bagi pertumbuhan pembangunan daerah
dan nyatanya program pembangunan desa tidak sinkron dengan kebijakan
pembangunan daerah (RPJM Daerah).

Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Afrilianto (2017), mengkaji tentang


analisis dampak alokasi dana desa terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor
menyimpulkan bahwa kinerja perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari nilai
pendapatan domestik Regional Bruto (PDRB) atau pertumbuhan ekonominya.

Mahfidz (2009), mengkaji tentang penggunaan alokasi dana desa dan menganalisis
dampak alokasi dana desa terhadap penyerapan tenaga kerja serta persepsi aparatur
desa di kabupaten Boyolali. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik multistage non random sampling.

Penelitian ini dilakukan di 19 kecamatan di mana pada setiap kecamatan dipilih


dua desa yaitu satu desa diklasifikasikan sebagai kelurahan yang terletak dekat ibu kota
kecamatan dan desa lainnya yang diklasifikasikan perdesaan adalah sebuah desa yang
dikategorikan sebagai desa terisolir. Jadi jumlah seluruh responden pada penelitian ini
ada 228 responden dengan menggunakan pengumpulan data sekunder dan data primer
yang dilakukan melalui survei dan 21 juga menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi tentang alokasi dana desa banyak
yang tidak diimplementasikan dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada. Penelitian
berikutnya oleh Faisal dan Nain (2017) mengkaji tentang implikasi pelaksanaan program
dana desa terhadap kohesi sosial. Pelaksanaan program dana desa menjadi penting
untuk dianalisis karena kehadirannya untuk memperkuat masyarakat desa sebagai
26

subjek pembangunan. Jenis penelitian ini adalah korelasional prediktif non


eksperimental. Data diperoleh melalui instrumen berupa kuesioner dan jumlah
Responden penelitian ini sebanyak 265 warga desa Tamalate yang terdiri dari jenis
kelamin laki-laki sebanyak 198 dan perempuan sebanyak 67 yang diambil dengan teknik
convenience sampling insidental dan secara purposif.

Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear satu variabel
independen dengan bantuan Program SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan program pemanfaatan dana desa berimplikasi positif dan signifikan
terhadap kohesi sosial masyarakat. Muslihah (2019), mengkaji tentang dampak dana
desa terhadap pembangunan dan kesejahteraan di wilayah Kabupaten Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan indikator
pembangunan dan kesejahteraan antara sebelum dan setelah adanya dana desa.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 75 desa yang ada di Kabupaten Bantul.
Metoda analisis data menggunakan uji beda dua rata-rata untuk melihat dampak yang
dihasilkan dari alokasi dana desa. Hasil pengujian menunjukkan 22 bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai