Anda di halaman 1dari 16

Makalah

REALISASI PANCASILAH

Disusun Oleh :

Sapna Alhaji (38520122040)

PENDIDIKAN OLARAGAH

STIKIP KIERAHA KOTA TERNATE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan

Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah ilmu

pengetahuan tentang Proses yang benar tentang realisasi pancasila. Kami juga menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa

yang kami harapkan. Untuk itu, Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran

yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya

makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun orang yang

membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di

masa depan.

Ternate,20 Oktober, 2022

penyusun
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
A. Aktualisasi Pancasila..............................................................................................................6
B. Realisasi Pancasila yang Objektif...........................................................................................6
C. Penjabaran Realisasi Pancasila yang Objektif........................................................................8
D. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Pembangunan Nasional......................................................9
E. Realisasi Pancasila yang Subjektif........................................................................................11
F. Internalisasi Nilai-nilai Pancasila..........................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai filsafat bangsa,

sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia dan fungsi lainnya, memiliki realisasi

yang diambil dari nilai-nilai pancasila itu sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai yang

ada dalam kehidupan secara nyata bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat

istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai agama yang dimiliki oleh bangsa Indonesia

sendiri sebelum membentuk negara. Oleh karena itu, realisasi pancaisla sangat

penting karena pancasila sebagai dasar filsafat, pandangan hidup pada hakikatnya

merupakan suatu sistem nilai, yang pada giliranya untuk dijabarkan,

direalisasikan serta diamalkan dalam kehidupan secara konkrit dalam konteks

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara, Pandangan Hidup Bangsa, sebagai

Filsafat Bangsa, sebagai Ideologi Bangsa dan Negaara Indonesia dan fungsi lainnya,

dalam realisasi (pengalamannya) memiliki konsekuensi yang berbeda-beda tergantung

pada konteksnya. Realisasi secara praksis hidup ini sangat penting karena Pancasila

sebagai dasar filsafat, pandangan hidup pada khakikatnya adalah merupakan suatu

system nilai yang pada gilirannya untuk dijabarkan, direalisasikan serta diamalkan

dalam kehidupan secara kongkrit dalam konteks bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnya

tidakkah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai

makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidup yang disebut negara.

Namun demikian dalam kenyataan sifat-sifat negara satu dengan lainnya memiliki
perbedaan dan hal ini sangat ditentukan oleh pemahaman ontologies hakikat manusia

sebagai pendukung pokok negara, sekaligus tujuan adanya suatu negara.

Oleh karena itu dalam hubungan ini pengertian negara sebagai suatu

persekutuan hidup bersama dari masyarakat, adalah memiliki kekuasaan politik,

mengatur hubungan-hubungan, kerjasama dalam masyarakat, adalah memiliki

kekuasaaan politik, mengatur hubungan-hubungan, kerja-sama dalam masyarakat

untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang hidup dalam suatu wilayah tertentu.

B. Rumusan Masalah

 Apa yang diamksud dengan Aktualisasi Pancasila?

 Apa yang dimaksud dengan Realisasi Pancasila yang Objektif?

 Bagaimana penjabaran Realisasi Pancasila yang Objektif?

 Apa yang dimaksud dengan Realisasi Pancasila yang Subjektif?

C. Tujuan Penulisan

 Agar mengetahui apa yang diamksud dengan Aktualisasi Pancasila.

 Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan Realisasi Pancasila yang Objektif

 Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan Realisasi Pancasila yang Subjektif.
BAB II

PEMBAHASAN

D. Aktualisasi Pancasila

Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara

pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran

nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-

nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum,

kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan dengan

tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa dan berNegara, serta

seluruh aspek penyelenggaraan negara.

E. Realisasi Pancasila yang Objektif

Realisasi pengalaman pancasila secara objektif yaitu realisasi serta

implementasi nilai-nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara,

terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai pancasila dalam praktis

penyelenggaraan negara dan peraturan perundang-undang di indonesia. Implementasi

penjabaran pancasila yang bersifat objektif adalah merupakan perwujudan nilai-nilai

pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang

realisasi kongkritnya merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib

hukum) indonesia. Implementasi Pancasila yang objektif ini berkaitan dengan norma-

norma hukum dan moral, secara lebih luas dengan norma-norma kenegaraan.
Oleh karena itu implementasi Pancasila yang objektif ini berkaitan dengan

norma-norma hukum dan moral, secara lebih luas dengan norma-norma kenegaraan.

Namun demikian sangatlah mustahil implementasi Pancasila secara objektifdalam

bidang kenegaraan dapat terlaksana dengan baik tanpa didukung oleh realisasi

Pancasila yang subjektif, yaitu pelaksanaan Pancasila pada setiap individu,

perseorangan termasuk pada penyelenggara Negara dalam hidup bersama yaitu

berbangsa dan bernegara

Bahkan  menurut Notonagoro pelaksanaan Pancasila yang subjektif dari

Pancasila dasar filsafat Negara ini justru lebih penting dan lebih menentukan dari

pada pelasanaan Pancasila yang objektif dalam arti pelaksanaan Pancasila yang

subjektif merupakan oersyaratan bagi keberhasilan pelaksanaan Pancasila yang

objektif. Implementasi pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan kenegaraan akan

mengalami suatu kegagalan bilamana tidak didukung oleh manifestasi pelaksanaan

Pancasila yang subjektif baik oleh setiap warga negara terutama oleh setiap

penyelenggara negara. 

Dalam penjelasan resmi Pembukaan UUD 1945, yang termuat dalam

Lembaran Negara Berita Republik Indonesia tahun II No.7 dinyatakan bahwa, dalam

pelaksanaan kehidupan kenegaraan. Hal ini dapat diartikan bahwa pelaksanaan

Pancasila yang subjektif itu dapat terlaksana dengan baik manakala tercapainya suatu

keseimbangan kerikhanian yang mewujudkan suatu bentuk sinergi dalam suatu

bentuk kehidupan keharmonisan yang mewujudkan bentuk kehidupan yang memiliki

kehidupan keharmonisan yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan yang memiliki

keseimbangan kesadaran wajib hukum dengan kesadaran wajib moral.

Sebagai manusia yang hakikatnya sifat dan kodratnya adalah sebagai makhluk

individu dan makhluk social dalam merealisasikan hakikat martabat kemanusiaannya


senantiasa memerlukan orang lain. Realisasi dan pengalaman Pancasila  secara

objektif berkaitan dengan pemenuhan wajib hukum yang memiliki norma-norma yang

tertuang dalam suatu system hukum positif. Hal ini dimaksudkan agar memiliki daya

imperative secara yudiris. 

Walaupun aktualisasi objektif tertuang dalam suatu system peraturan

perundang-undangan namun dalam mplementasi pelaksanaan Pancasila secara

optimal justru realisasi subjektif yang memiliki kekuatan daya imperative moral

merupakan suatu prasyarat bagi keberhasilan pelaksanaan Pancasila secara objektif.

Dengan perkataan lain aktualisasi subjektif lebih menentukan keberhasilan aktualisasi

Pancasila yang objektif, dan tidak sebaliknya. 

Dapat juga dikatakan bahwa aktualisasi secara objektif itu akan berhasil secara

optimal bilamana didukung oleh aktualisasi atau pelaksanaan Pancasila secara

subjektif. Hal ini terbukti dalam sejarah pelaksanaan Pancasila selama ini, yang dalam

kenyataannya tidak mendasarkan pada interpretasi pelaksanaan Pancasila sebgaimana

terkandung dalam penjelasan Pembukaan UUD 1945, yang menjelaskan bahwa UUD

harus mengandung isi  yang mewajibkan kepada pemerintah dan penyelenggara

negara untuk memegang teguh dan memilihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur

dan memegang cita-cita rakyat yang luhur. 

Hal ini mengandung arti bahwa dalam realisasi Pancasila yang objektif, selain

penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara juga

harus diwujudkan dalam moralitas para penyelenggara negara.

F. Penjabaran Realisasi Pancasila yang Objektif

Pengertian penjabaran Pancasila yang objektif adlaah pelaksanaan dalam

bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, baik di bidang

legislative, eksekutif maupun yudikatif dan semua bidang kenegaraan dan terutama
realisasinya dalam bentuk peraturan perundang-undangan Negara Indoneeisa, hal itu

antara lain dapat dirinci sebagai berikut:

Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut dasar filsafat

Negara Pancasila sebgaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV. Hal

ini mengandung arti bahwa Pancasila sebagai sumber asas norma dan derivasi segala

aspek penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya dalam penilaian atau pengujian

terhadap suatu peraturan perundang-undangan, maka Pancasila sebagai batu uji dalam

menentukan suatu peraturan-perundangan itu bermakna, adil atau tidak.

Pelakasanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-undang harus

mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang tercantum dalam dasar filsafat Negara

Indonesia.

Tanpa menngurangi sifa-sifat undang-undang yang tidak dapat diganggu

gugat, interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-unsur yang terkandung

dalam filsafat negara.

Interpretasi pelaksanaan undang-undang harus lengkap dan menyeluruh,

meliputi seluruh perundang-undangan di bawah undang-undang dan keputusan-

keputusan administrasi dari semua tingkat penguasa negara, mulai dari pemerintah

pusat sampai dengan alat-alat perlengkapan negara di daerah, keputusan-keputusan

pengadilan serta alat perlengkapannya begitu juga mrliputi usaha kenegaraan dan

aspek kenegaraan lainnya.

Dengan demikian seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum Indonesia

didasarkan atas dan diliputi oleh asas politik dan tujuannya negara yang berdasarkan

atas dan diliputi oleh asas kerokhanian Pancasila. Hal ini termasuk pokok kaidah

negara serta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dan

UUD 1945 juga didasarkan atas asas kerokhanian Pancasila. Bahkan yang terlebih
penting lagi adalah dalam realisasi pelaksanaan kongkritnya yaitu dalam setiap

penentuan kebijaksanaan di bidang kenegaraan.

G. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Pembangunan Nasional

Negara pada hakikatnya adalah merupakan lembaga kemanusiaan, lembaga

kemasyarakatan yang merupakan suatu organisasi. Sebagai suatu organiasi maka

negara memiliki suatu dasar filsafat sebagai sumber cita-cita serta sumer nilai-nilai

bagi aspek dalam penyelenggaraan negara. Dalam pengertian di negara memiliki

dasar sebagai sumber cita-cita untuk membangun, dorongan untuk membangun dan

cara-cara pembangunan pada hakikatnya berpangkal pada cita-cita agar manusia

sebagai warga negara hidup lebih sesuai dengan martabatnya. 

Berdasarkan pengertian tersebut maka tujuan pembangunan nasional adalah

agar masyarakat menjadi masyarakat manusiawi yang memungkinkan warganya

hidup yang layak sebagai manusia, mengembangkan diri pribadinya serta

mewujudkan kesejahteraan lahir batin secara selengkapnya. Dengan demikian dapat

disimpulan bahwa makna, hakikat serta arah dan tujuan pembangunan nasional adalah

berdasarkan Pancasila yang bersumber pada hakikat kodrat manusia monupluralis

yang merupakan esensi dari Pancasila. 

Pembangunan dalam suatu negara sangat penting karena negara sebagai

lembaga kemasyarakatan maka negara pada hakikatnya bukanlah merupakan suatu

tujuan, melainkan saran untuk menca[ai tujuan dari seluruh warganya.

Pancasila sebagai dasar filsafat pada hakikatnya merupakan dasar dan sumber

derivasi nilai-nilai dan norma-norma dalam segala aspek penyelenggaraan negara

termasuk pelaksanaan pembangunan nasional. Demikianlah maka Pancasila

berkedudukan sebagai landasan ideal pembangunan nasional Indonesia. Sebagaimana


telah dipahami bersama bahwa subjek pendukung pokok negara sekaligus subjek

pendukung sila-sila Pancasila pada hakikatnya adlah manusia. 

Maka manusia adlah merupakan dasar ontologies monopluralis adalah

merupakan dasar pembangunan nasional Indonesia. Demikian pula dewasa ini bangsa

Indonesia melakukan Reformasi, pada prinsipnya merupakan suatu upaya untuk

memperbaiki negara, yang pada gilirannya yang jauh lebih penting adalah tercapainya

tingkat martabat manusia yang lebih baik. 

Oleh karena itu reformasi juga harus mendasarkan pada sutau pardigma yang

jelas, dan dalam maslah ini paradigm yang harus diletakkan sebagai basis segala

agenda reformasi itu menyangkut maslah-maslah fundamental negara yang

terkandung dalam staasfundamentalnorm, maka hal itu sudah menyimpang dari

makna dan pengertian reformasi, karena mengubah struktur fundamental negara

shingga sama halnya dengan pembubaran negara dan hal ini merupakan suatu

revolusi.

H. Realisasi Pancasila yang Subjektif

Aktualisasi Pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan pada setiap pribadi

perseorang, setiap warganegara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan

setiap orang Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini justru lebih penting

karena realisasi yang subjektif merupakan persyaratan bagi aktualisasi Pancasila yang

objektif. 

Dengan demikian pelaksanaan Pancasila yang subjektif ini sangat berkaitan

dengan kesadaran, ketaantan serta kesiapan individu untuk merealisasikan Pancasila.

Dalam pengertian inilah pelaksanaan Pancasila yang subjektif yang mewujudkan

suatu bentuk kehidupan di mana kesadaran wajib hukum, telah terpadu menjadi

kesadaran wajib normal. Sehingga dengan demikian suatu perbuatan yang tidak
memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukanlah hanya akan menimbulkan

akibat hukum namun yang terlebih penting lagi akan menimbulkan moral. 

Dalam pengertian iunilah maka fenomena kongkrit yang ada pada sesorang

yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku seseorang dalam realisasi Pancasila

secara subjektif disebut moral Pancasila. Maka aktualisasi Pancasila yang bersifat

subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi objektif, yaitu berkaitan dengan norma-

norma moral.

Dalam aktualisasi Pancasila yang bersifat subjektif ini bilamana nilai-nilai

Pancasila telah dipahami, diresapi dan dihayati oleh seseorang maka seseorang itu

telah memiliki moral pandangan hidup. Dan bilaman hal ini berlangsung secara terus

menerus sehingga nilai-nilai Pancasila telah melekat dalam hati sanubari bangsa

Indonesia, maka kondisi yang demikian ini disebut dengan kepribadian Pancasila. 

Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia telah memiliki suatu ciri khas yaitu

nilai-nilai Pancasila, sikap dan karakter sehingga membedakan bangsa Indonesia

dengan bangsa lain. Dalam pengamalan Pancasila perlu diusahakan adanya suatu

kondisi individu akan adanya kesadaran untuk merealisasikan Pancasila. Kesadaran

adlah hasil perbuatan akal, yaitu pengalaman tentang keadaan-keadaan yang ada pada

diri manusia sendiri. Jadi keadaan-keadaan inilah yang menjadikan objek dari

kesadaran dan berupa segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pengalaman

manusia. Aktualisasi serta pengalaman itu bersifat jasmaniah maupun rokhaniah, dari

kehendak manusia.

I. Internalisasi Nilai-nilai Pancasila

Realisasi nilai-nilai Pancasila dasr filsafat negara Indonesia, perlu secara

berangsur-angsur dengan jalan Pendidikan baik di sekolah maupun dalam masyarakat

dan keluarga sehingga diperoleh hal-hal sebagai berikut:


 Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang benar tentang Pancasila, baik aspek

nilai, norma maupun aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan dengan

tingkat pengetahuan dan kemampuan individu. Bagi kalangan intelektual

pengetahuan itu meliputi ilmiah, dan pengetahuan filsafat tentang Pancasila.

Hal ini sangat penting terutama bagi para calon pemimpin bangsa dan calon

ilmuan. Dalam proses transformasi pengetahuan ini diperlukan waktu yang

cukup dan berkesinambungan, sehingga pengetahuan itu benar-benar dapat

tertanam dalam setiap individu. Tanpa pendidikan yang cukup maka dapat

dipastikan bahwa pemahaman tentang ideology bangsa dan dasar filsafat

negara hanya dalam tingkat-tingkat yang sangat pragmatis, dan hal ini sangat

berbahaya terhadap ketahanan ideology generasi penerus bangsa.

 Kesadaran, selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri

sendiri.

 Ketaantan, yaitu selalu dalam keadaaan kesediaan untuk memenuhi wajib lahir

dan batin, lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, adapun wajib batin dari

diri sendiri.

 Kemampuan kehendak, yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukan

perbuatan, berdasar nilai-nilai Pancasila.

 Watak dan hati nurani, agar realisasi itu menjadi perbuatan dalam bentuk

tindakan-tindakan yang tepat, maka harus dipertimbangkan dan dipelajari

bentuk-bentuk aktualisasi yang sesuai bagi bidang serta lingkungan. Pada

dasarnya ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat statis dan yang bersifat

dinamis. Statis dalam pengertian intinya atau esensinya (yaitu nilai-nilai yang

bersifat rokhaniah dan universal) sehingga merupakan ciri khas, karakter yang

bersifat tetap dan tidak berubah. Bersifat dinamis dalam arti bahwa
aktualisasinya senantiasa bersifat dinamis inovatif, sesuai dengan dinamika

masyarakat, perubahan, serta konteks lingkungannya. Misalnya dalam konteks

lingkungan kenegaraan, sosial politik, hukum kebudayaan, pendidikan,

ekonomi, hankam, kehidupan kenegaraan, LSM, organisasi masa, seni, bahkan

lingkungan dunia IT, internet dan konteks lingkungan masyarakat lainnya.

 Strategi dan Metode. Proses internalisasi harus diikuti dengan strategi serta

metode yang relevan dan memafai. Hal ini berdasarkan realitas objektif,

bahwa subjek dan objek internalisasi dan aktualisasi itu adalah manusia dan

dalam lingkungan masyarkat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu da;am proses

internalisasi dan aktualisasi harus diterapkan strategi yang relevan serta

metofe yang efektif. Internalisasi tidak hanya dalam suatu situasi pendidikan

formal saja, melainkan juga lingkungan pendidikan informal, nonformal,

maupun lingkungan masyarakat lainnya. Terlebih lagi sebagaimana dijelaskan

di depan internalisasi dilakukan dalam berbagai macam konteks lingkungan

masyarakat, sehingga strategi dan metode yang diterapkan harus sesuai dengan

lingkungan sosial masyarakat, tingkat pengetahuan masyarakat serta

karakterstik masyarakat.

 
BAB III

PENUTUP

J. KESIMPULAN

Aktualisasi merupakan suatu bentuk kegiatan melakukan realisasi antara

pemahaman akan nilai dan norma dengan tindakan dan perbuatan yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan aktualisasi pancasila, berarti penjabaran

nilai-nilai pancasila dalam bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran nilai-

nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma, dijumpai dalam bentuk norma hukum,

kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan realisasinya dikaitkan dengan

tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat, berBangsa dan berNegara, serta

seluruh aspek penyelenggaraan negara. 

Esensi negara kesatuan adlaah terletak pada pandangan ontologies tentang

hakikat manusia sebagai subjek pendukung negara. Menurut paham negara kesatuan

negara bukan terbentuk secara organis dari individu-individu sebagaimana dijabarkan

oleh Hobbes, Locke dan pemikir individualis lainnya, melainkan negara terbentuk

atas dasar kodrat manusia sebagai invidu dan makhluk sosial. Pancasila sebagai asas

kerokhanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu asas

kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian inilah maka bangsa

Indonesia dengan keanekaragamannya tersebut mebentuk suatu kesatuan integral

sebagai suatu bangsa yang merdeka. 

 
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, 2014, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Penerbit Paradigma

https://adoc.pub/bab-vi-realisasi-pancasila.html

https://www.ladangtekno.com/2020/08/realisasi-pancasila-dalam-negara.html

Anda mungkin juga menyukai