Anda di halaman 1dari 13

CIPTA, RASA DAN KARSA SEORANG PENDIDIK

MAKALAH: LANDASAN PENDIDIKAN


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Landasan Pendidikan

DI SUSUN OLEH
MUHAMMAD MARSAN HIDASIA. S
NIM: 4622106080

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN DASAR


UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat


limpahan rahmat taufik dan hidayahnya juga nikmat kesehatan yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Cipta, Rasa dan
Karsa Seorang Pendidik” untuk memenuhi persyaratan tugas akhir mata kuliah
Landasan Pendidikan. Sholawat serta salam tak lupa penulis hanturkan kepada
Manusia pilihan Allah SWT Nabi Muhammad Saw beserta para sahabat dan
keluarganya yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengantarkan
umat manusia dari zaman demoralisasi sampai ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang di rasakan sekarang.
Terimakasih pula penulis haturkan kepada semua pihak yang membantu
dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen Pengampu mata kuliah
ini Ibu Dr. Hj. Rahmaniah, M.Pd. yang telah banyak memberikan ilmu
pengtahuan selama kuliah dan memberi bekal pengetahuan untuk menyelesaikan
makalah ini. Tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak maka makalah ini
tidak dapat mencapai proses akhir penulisan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritk dan saran yang bersifat konstruktif selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih banyak
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, 17 Juli 2023


Hormat Penulis

Muhammad Marsan Hidasia. S

1 ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR _______________________________________________ ii

DAFTAR ISI ______________________________________________________ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ____________________________________________ 1


1. Latar Belakang ____________________________________________ 1
2. Rumusan Masalah _________________________________________ 2
3. Tujuan Penulisan __________________________________________ 2

BAB II PEMBAHASAN ____________________________________________ 3


1. Pengertian Cipta Rasa dan Karsa ____________________________ 3
2. Pentingnya Sikap Cipta Rasa dan Karsa Bagi Seorang Guru _____ 5
3. Penerapan Cipta Rasa dan Karsa di Sekolah __________________ 6

BAB III PENUTUP ________________________________________________ 8


Kesimpulan _______________________________________________________ 8
Saran ____________________________________________________________ 8

DAFTAR PUSTAKA _______________________________________________ 9

1iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pengembangan agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
karakter, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat serta bangsa dan negara.
Seperti yang dikatakan oleh Saptono, 2017 bahwa Pendidikan merupakan
suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat
kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama membangun
bangsa.
Pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan
informal, dan pendidikan non-formal. Pendidikan formal terdiri dari SD hingga ke
perguruan tinggi. Pendidikan informal adalah jenis pendidikan atau pelatihan yang
terdapat di dalam keluarga atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada organisasi
tertentu. Pendidikan non-formal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan
secara terorganisasi tetapi diluar wadah pendidikan formal. Dan pada kali ini akan
dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan formal.
Pendidikan formal merupakan hal yang wajib diikuti oleh seluruh anak jika
kelak ingin menggapai cita-citanya, sebab melalui pendidikan formal setiap anak
diasuh untuk memperoleh pengetahuan yang mempuni juga memperoleh pendidikan
karakter yang kemudian bisa dipergunakan menjadi bekal di kemudian hari. Dalam
pendidikan formal tentunya seorang pendidik menjadi fasilitator dan mediator duntuk
anak.
Pendidik dalam pendidikan formal biasa disebut guru sedangkan anak disebut
siswa. Seorang guru dibebani tugas untuk mampu memberikan pemahaman dan
pengalaman terbaik untuk siswa-siswanya agar kelak siswa tersebut mampu
bersinergi dan mempunyai jiwa yang kompetitif dalam menyongsong masa depannya
sendiri. Olehnya itu, seorang guru dituntut untuk mempunyai tiga ciri sikap yaitu

1
Cipta, Rasa dan Karsa yang ketiga hal tersebut harus dikonversi kedalam proses
pembelajaran di sekolah. Ketiga hal tersebut mencakup bagaimana seorang guru
mampu menciptakan hal-hal yang baru (Creativity), bagaimana caranya seorang guru
memiliki sifat kepekaan yang tinggi (Sensitivity) dan bagaimana caranya seorang
guru mempunyai determinasi atau daya dorong untuk melakukan sesuatu (Desirous).

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian cipta, rasa dan karsa ?
b. Seberapa penting sikap cipta, rasa, dan karsa bagi seorang guru?
c. Bagaimana penerapan cipta, rasa dan karsa dalam pendidikan di sekolah ?

3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian cipta, rasa dan karsa
b. Untuk mengetahui pentingnya cipta, rasa dan karsa bagi seorang guru dalam
mengajar
c. Untuk mengetahui penerapan cipta, rasa dan karsa dalam pendidikan di sekolah.

12
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Cipta, Rasa dan Karsa


Sebelum melangkah lebih jauh tentang pembahasan ini, pentingnya untuk
memahami definsi untuk menyatukan persepsi tentang konsep ini biar tidak terjadi
kesalahpahaman mafhum.
Cipta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemampuan pikiran
untuk mengadakan sesuatu yang baru. Secara lebih mendalam kita memaknai cipta
sebagai keinginan kita untuk membuat hal yang baru. Pusat daripada cipta ini adalah
pikiran, karena pikiran cenderung mendorong kita untuk melakukan hal yang baru.
Rasa adalah tanggapan indra kita terhadap suatu rangsangan. Rasa dimaknai
sebagai kepekaan kita untuk menanggapi segala macam persoalan untuk kemudian
dilakukan pertimbangan secara utuh, komprehensif dan berimbang sehingga nilai
keindahannya dapat.
Karsa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya (kekuatan),
dorongan jiwa untuk berkehendak. Karsa adalah kehendak/tekad, inilah kekuatan
yang mengerakan segala cipta dan rasa itu terlaksana.
Cipta Rasa Karsa, sebuah istilah yang pernah dimunculkan di negara kita .
Juga pernah dilontarkan oleh Founding Parents Negara Indonesia yang juga sebagai
Presiden Pertama Negara Indonesia yaitu Bapak Ir. Soekarno, bahwa sebagai
Manusia Indonesia Seutuhnya dalam berkehidupan haruslah Selaras, Serasi dan
Seimbang (3S) antara Cipta, Rasa dan Karsa.
Cipta, Rasa dan Karsa juga pernah di orasikan oleh Bapak Presiden kedua
yaitu Bapak Soeharto dalam bukunya yang berjudul “Pikiran Ucapan dan Tindakan
Saya” yang ditulis oleh G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. Cipta, Rasa dan Karsa
digali dengan nilai-nilai luhur bangsa kita dimana 3 komponen ini adalah bagian yang
penting dalam hidup untuk mencapai kesuksesan.
Cipta bisa diartikan sebagai sebuah proses upaya untuk mewujudkan sesuatu
yang belum ada menjadi ada (nyata). Cipta pada dasarnya adalah sebuah kekuatan
pada diri seorang manusia terhadap segala sesuatu yang bersifat untuk mewujudkan
sesuatu menjadi nyata. Cipta memiliki kekuatan tersendiri atau independent yang

31
merupakan inner power yang Allah SWT berikan kepada manusia sebagai pembeda
dari mahluk-mahluk lainnya. Dengan demikian bisa merupakan sebuah kekuatan
yang dapat berjalan sendiri karena merupakan energi. Cipta pada prinsipnya
berkembang dalam pikiran (akal) manusia, dengan segala perangkatnya berupa
sensor-sensor motorik yaitu: mata, telinga, hidung dan mulut. Melalui keempat pintu
inilah dapat mempengaruhi proses penciptaan yang dilakukan manusia, menuju
kepada proses penciptaan yang baik maupun yang buruk.
Rasa secara definisi mempunyai arti hasil atau tanggapan dari sistem sensorik
yang dapat merasakan sebuah kondisi-kondisi tertentu baik secara fisik maupun non-
fisik. Hasil tanggapan merupakan sebuah nilai-nilai empirik yang kemudian
dinyatakan secara visual, ucapan, perbuatan dan lainnya. Sebagai contoh, pada saat
manusia merasakan hawa dingin malam hari di pegunungan, karena tidak biasanya
sedingin ditempat tinggalnya, setelah merasakan akan menghasilkan sebuah tata-nilai
secara empirik baik secara visual, ucapan ataupun perbuatan. Demikian pula bila
merasakan enaknya makanan, maka akan timbul sebuah reaksi yang merupakan rasa
dengan nilai empirik yang berbeda antara manusia-manusia lainnya, walaupun
merasakan resep makanan yang sama. Munculah keberagaman pendapat yang juga
merupakan rasa sebagai reaksi atau tanggapan dari masakan yang dirasakan,
munculah suka, biasa, amat suka, favorit. Disinilah letak keberagaman manusia,
sehingga munculah yang namanya rasa secara nisbi atau relatif dan rasa secara hakiki.
Karsa secara sederhana dapat diartikan sebagai kehendak yang ada pada diri
“Manusia”, juga merupakan sebuah kekuatan tersendiri yang diberikan oleh Allah
SWT kepada manusia sebagai pembeda dari mahluk-maluk ciptaNya yang lain.
Karsa sangat erat kaitannya dengan proses untuk bergerak, beraktifitas atau bereaksi
untuk berupaya mewujudkannya. Salah satu contoh bila perut kita “terasa” lapar, yang
merupakan hasil dari merasakan dari sensor-sensor motorik, maka akan bisa berlanjut
menjadi “Karsa” secara langsung tanpa didahului oleh “Cipta”. Bergerak langsung
ingin mewujudkannya dengan segala cara mulai dari yang baik, sampai dengan
terjerumus menjadi hal-hal yang tidak baik. Sekali lagi “baik” juga sebagai hasil dari
perwujudan “Rasa” yang juga sangat-sangat relatif penilaiannya.

41
Jadi dapat disimpulkan bahwa cipta rasa dan karsa merupakan bagian
terpenting dalam diri manusia, Dikatakan penting karena ketiga hal tersebut
merupakan tiga bagian yang saling melengkapi untuk menyongsong kehidupan
kedepan. Cipta memotivasi manusia untuk melakukan hal yang baru, Rasa adalah
bagian untuk menanggapi rangsangan yang datang dan Karsa adalah kehendak atau
kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu.
2. Pentingnya Cipta, Rasa dan Karsa Bagi Seorang Guru
Cipta, rasa dan karsa adalah bagian penting bagi seorang manusia, sebab
ketiga hal tersebut yang menjadi inner power kita menjalani kehidupan. Timbul
pertanyaan seberapa penting cipta rasa dan karsa ini baggi seorang guru ?,
Jawabannya sederhana, seseorang yang biasa saja tentu melakukan sesuatu
berlandaskan cipta rasa dan karsa apalagi seorang guru yang notabene sebagai rahim
bangsa.
Cipta, rasa, dan karsa adalah komponen penting dalam kehidupan seseorang.
Cipta merujuk pada kemampuan kreatifitas, imajinasi, dan daya cipta seseorang.
Rasa berkaitan dengan kepekaan emosional, kemampuan merasakan, dan
menghargai hal-hal di sekitar kita. Sedangkan karsa mengacu pada pemikiran yang
mendalam, kebijaksanaan, dan tujuan hidup.
Bagi seorang guru, cipta, rasa, dan karsa memiliki peran yang sangat penting
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Berikut adalah penjelasan
mengenai pentingnya ketiga hal tersebut bagi seorang guru:
I. Cipta:
a) Kreativitas: Seorang guru perlu memiliki daya cipta yang kuat dalam
merancang dan menyajikan materi pembelajaran yang menarik dan
inovatif. Dengan kemampuan cipta yang baik, mereka dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa,
mendorong minat dan motivasi belajar mereka.
b) Inovasi: Cipta membantu seorang guru untuk mengembangkan
metode dan pendekatan baru dalam mengajar. Mereka dapat mencari
cara yang kreatif untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit dan
memastikan pemahaman siswa.

15
II. Rasa:
a) Empati: Seorang guru yang memiliki rasa yang tinggi dapat
memahami perasaan, kebutuhan, dan kekhawatiran siswa. Mereka
dapat membantu menciptakan iklim kelas yang inklusif,
mendengarkan siswa dengan empati, dan memberikan perhatian yang
tepat terhadap setiap individu.
b) Motivasi: Rasa yang baik memungkinkan seorang guru untuk
menginspirasi dan memotivasi siswa mereka. Dengan memahami dan
merasakan kebutuhan siswa, guru dapat menyesuaikan pendekatan
mereka untuk membangkitkan minat dan semangat belajar siswa.
III. Karsa:
a) Visi: Seorang guru perlu memiliki karsa yang jelas tentang tujuan
pendidikan dan visi masa depan siswa mereka. Karsa membantu
mereka untuk memberikan arah dan mengarahkan siswa menuju
prestasi yang lebih tinggi.
b) Etika dan kebijaksanaan: Karsa memainkan peran penting dalam
membentuk moralitas dan nilai-nilai yang dipegang oleh seorang
guru. Mereka harus menjadi contoh yang baik dan menunjukkan
kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi
siswa.
Dalam kesimpulannya, cipta, rasa, dan karsa sangat penting bagi seorang
guru. Dengan daya cipta yang kuat, kemampuan merasakan dan empati yang tinggi,
serta pemikiran yang mendalam, seorang guru dapat memberikan pengajaran yang
bermakna, memotivasi siswa, dan membantu mereka mencapai potensi terbaik
mereka.
3. Penerapan Cipta Rasa dan Karsa di Sekolah
Dalam menjalankan tugas mereka, seorang guru bukan hanya menyampaikan
pengetahuan, tetapi juga berperan sebagai panutan dan pembimbing bagi siswa.
Sikap dan jiwa cipta, rasa, dan karsa membantu seorang guru dalam menyediakan
lingkungan belajar yang menginspirasi, memotivasi, dan memberdayakan siswa
untuk mencapai kesuksesan akademik dan pribadi.

16
Melalui kreativitas, seorang guru dapat menciptakan pengalaman
pembelajaran yang menarik dan relevan bagi siswa. Melalui empati, mereka dapat
memahami kebutuhan individu siswa dan memberikan dukungan yang diperlukan.
Melalui visi dan kebijaksanaan, mereka dapat memberikan arah yang jelas dan
membantu siswa mengembangkan nilai-nilai dan keterampilan yang penting untuk
kehidupan.
Dalam kesimpulannya, sikap dan jiwa cipta, rasa, dan karsa adalah penting
dan sangat fundamental bagi seorang guru. Hal-hal ini membantu guru dalam
memenuhi tanggung jawab mereka untuk mendidik, mencerdaskan, dan membekali
siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk masa
depan.
Penerapan cipta, rasa, dan karsa di sekolah sangat penting untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang holistik dan mendukung perkembangan siswa secara
menyeluruh. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana cipta, rasa, dan karsa dapat
diterapkan di sekolah:
I. Cipta (Kreativitas):
a) Mengembangkan metode pengajaran yang inovatif dan menarik,
seperti penggunaan teknologi pendidikan, proyek berbasis seni, atau
simulasi.
b) Mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan solutif dalam
memecahkan masalah.
c) Membuka ruang untuk ekspresi kreatif siswa melalui seni, musik,
menulis, atau proyek-proyek kolaboratif.
II. Rasa (Sensitivity):
a) Membangun hubungan yang positif dan empatik antara guru dan
siswa.
b) Mendengarkan dengan aktif dan menghargai perspektif siswa.
c) Menciptakan iklim kelas yang inklusif, di mana setiap siswa merasa
diterima dan didukung.
III. Karsa (Desirous)
a) Menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan bermakna bagi siswa.

71
b) Mengembangkan kurikulum yang mencakup pengembangan karakter,
nilai-nilai, dan keterampilan abad ke-21.
c) Menggunakan penilaian yang beragam dan menyeluruh untuk
melacak perkembangan siswa dalam berbagai aspek.
Selain itu, cipta, rasa, dan karsa juga dapat diterapkan dalam kegiatan
ekstrakurikuler, seperti klub seni, teater, olahraga, atau kegiatan sukarela. Ini
memberikan siswa kesempatan untuk mengeksplorasi minat mereka,
mengembangkan kreativitas, berkolaborasi dengan orang lain, dan memperdalam
pemahaman mereka tentang nilai-nilai.
Dalam penerapan cipta, rasa, dan karsa di sekolah, penting juga melibatkan
semua anggota komunitas sekolah, termasuk guru, siswa, orang tua, dan staf sekolah.
Kolaborasi dan partisipasi aktif dari semua pihak dapat membantu menciptakan
lingkungan pembelajaran yang inspiratif, inklusif, dan mendukung pertumbuhan
holistik siswa.
Penerapan cipta, rasa, dan karsa di sekolah bukan hanya mempengaruhi
pencapaian akademik siswa, tetapi juga membantu mereka mengembangkan
keterampilan sosial, emosional, dan kognitif yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan memadukan kecerdasan intelektual dan emosional, siswa dapat
menjadi individu yang lebih seimbang dan siap menghadapi tantangan masa depan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Cipta Rasa dan Karsa merupakan tiga komponen penting dalam diri
manusia yang kemudian harus dimiliki oleh seorang guru. Cipta menyangkut
(Creativity) inovasi atau hal yang baru kita ciptakan, Rasa menyangkut
(Sensitivity) kepekaan kita terhadap suatu rangsangan atau sensorik dan Karsa
menyangkut (Desirous) keinginan, kehendakan atau daya dorong untuk
melakukan sesuatu.
Cipta, rasa, dan karsa sangat penting bagi seorang guru. Dengan daya cipta
yang kuat, kemampuan merasakan dan empati yang tinggi, serta pemikiran yang
mendalam, seorang guru dapat memberikan pengajaran yang bermakna,
memotivasi siswa, dan membantu mereka mencapai potensi terbaik mereka.
Dalam menjalankan tugas, seorang guru bukan hanya menyampaikan
pengetahuan, tetapi juga berperan sebagai panutan dan pembimbing bagi siswa.
Sikap dan jiwa cipta, rasa, dan karsa membantu seorang guru dalam menyediakan
lingkungan belajar yang menginspirasi, memotivasi, dan memberdayakan siswa
untuk mencapai kesuksesan akademik dan pribadi.
Hal-hal ini membantu guru dalam memenuhi tanggung jawab mereka
untuk mendidik, mencerdaskan, dan membekali siswa dengan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka butuhkan untuk masa depan. Penerapan cipta, rasa, dan
karsa di sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
holistik dan mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh
B. Saran
Menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah, perlu pengetahuan dan mental
yang sangat kuat. Olehnya itu, menjadi seorang guru harus memiliki sikap cipta
rasa dan karsa. Guru harus memiliki kraetivitas dan berinovasi menciptakan hal-
hal yang baru, guru harus memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap siswa-
siswanya, dan guru harus harus memiliki determinasi atau daya dorong kuat untuk
mendidik siswa-siswa menjadi lebih baik.

81
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. (2010) Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru. Jakarta:


CV. Gramedia Pustaka Umum.

Aziz, Hamka Abdul. (2012). Karater Guru Profesional. Jakarta : Al-Mawardi Prima.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2014). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.

Dwipayana, at.al (1989). Soeharto Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya. Jakarta:
PT. Citra Lamtoro Gung Persada.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kamus versi online/daring (Dalam Jaringan).
di akses pada 17 Juli 2023. https://kbbi.web.id/didik.

Saptono, A. (2017). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Dan Kecerdasan


Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di
Sma Negeri 89 Jakarta. Econosains Jurnal Online Ekonomi Dan Pendidikan,
14(1), 105– 112. https://doi.org/10.21009/econosains.0141.08.

1
9

Anda mungkin juga menyukai