Anda di halaman 1dari 48

KONSELING GIZI

Konseling merupakan kegiatan memberikan saran, mendiskusikan dan


bertukar pikiran yang didalamnya berikan pemberian motivasi dan
mendorong kepada perubahan perilaku sebagai sasaran akhirnya.
Dalam konseling gizi klien diberikan kesempatan untuk
mengerksplorasi diri sehingga terjadi peningkatan pengetahuan,
pemahaman sampai kesadaran untuk merubah perilaku.
Sasaran dalam konseling gizi adalah individu dengan poses menggali
informasi dengan keterampilan mendengarkan dan mempelajari
serta membangun percaya diri agar klien mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalahnya sendiri.
Company Name

6. Lawan bicara 1. Kemampuan


mampu menggunakan
memberikan bahasa yang
umpan balik tepat

5. Lawan bicara
mampu 2. Tingkat
menyampaikan pemahaman
kembali &
informasi pengetahuan
secara aktif Lawan bicara

3. Kemampuan lawan
4. Lawan bicara terbebas bicara dlm
dari kegelisahan / membangun
ketidaknyamanan hubungan
1. Bahasa : beda budaya, suku dan negara
2. Lingkungan
bunyi bising, udara panas atau dingin
3. Fisik
Keterbatasan fisik dari si pengirim maupun si penerima
dapat menjadi hambatan untuk berkomunikasi
4. Psikologi
5. Dalam keadaan psikologis yang kurang memungkinkan
untuk berkomunikasi secara sehat, misalnya dalam
keadaan marah
KOMUNIKASI VERBAL
(LISAN)
• Komunikasi interpersonal
• Komunikasi kelompok
KOMUNIKASI
EFEKTIF
KOMUNIKASI NON VERBAL
•Bahasa Tertulis dan
•Body Language
(Bahasa Tubuh)
BAGAIMANA KOMUNIKASI EFEKTIF
MENGHASILKAN KONSELING GIZI YANG
OPTIMAL ??
Menarik, komplek,
didapatkan dari
keturunan, lingkungan
dan nerupakan
pengalaman dirinya
MODEL PERUBAHAN PERILAKU
COGNITIVE-BEHAVIORAL THEORY (CBT)
– Mengidentifikasi faktor-faktor
– Memodifikasi pola yang mempengaruhi perilaku
klien yang berdampak pada pola
makan dan aktivitas makan/pola aktivitas yang tidak
klien optimal
– Dapat diterapkan klien – Mengidentifikasi dampak dari
perilaku sebelumnya (makan
dalam jangka panjang berlebih atau berkurang atau
– Dietisien berperan tidak nafsu makan)
sebagai patner klien – Mengidentifikasi konsekuensi
dalam dari perilakunya
(pengetahuan/nilai-nilai, dampak
mengidentifikasi positif/negatif yang dirasakan
perilaku atau pemikiran seperti : merasa bersalah,
kekenyangan,
sebelumnya dan berkurang/bertambah berat
mengarahkan pada badan)
perilaku baru
q Tetapkan tujuan (jelas dan Orientasi Proses
dapat diukur)
q Orientasi pada proses – Self-monitoring
untuk mencapai tujuan – Problem solving
– Dukungan sosial (keluarga, teman)
q Fasilitasi dengan – Manajemen stress
bervariasi metode/cara – Stimulus control
mengatasi masalah – Rekunstruksi pola pikir
(problem solving tools) – Relapse prevention
– Rewards/contigency manajemen
misal brosur, booklet dll
HBM ini merukan pendekatan psikologis yang difokuskan pada sikap
dan kepercayaan individu untuk mencoba menjelaskan prediksi
perilaku kesehatan.
Asumsi : seseorang akan termotivasi untuk melakukan perubahan berkaitan
dengan
masalah kesehatannya

– Merasakan dampak negatif dari – Percaya usaha klein mengikuti


kondisinya (mis : hipertensi, asam urat dll) anjuran diet sangat berharga
– Mempunyai harapan yang positif bila – Merupakan stimulus untuk
mengikuti anjuran dapat terhindar dari
melakukan perubahan
kondisi kesehatan yg dirasakan
(mis : mengikuti anjuran diet untuk – Membangun rasa percaya diri
mengendalikan hipertensi dapat terhindar klien untuk melakukan perubahan
dari penyakit jantung atau stroke) dan berhasil
SOCIAL LEARNING THEORY (SLT)

Reciprocal Determinant – Pertimbangkan beberapa


strategi : motivasi, aktion
Kemampuan seseorang
untuk merubah perilaku
yang akan dilakukan,
dipengaruhi oleh kondisi individu dan
karakteristik yang melekat lingkungan:
pada seseorang : o Motivational interviewing
– Kepercayaan
o Dukungan sosial
– Lingkungan STRATEGI o Membangun
– Perilakunya itu sendiri skill/pendampingan
(kesulitan dalam
melakukan perilaku) o Kontrol stimulus
o Demonstrasi
TRANSTHEORICAL MODEL/STAGES OF CHANGE (SC)

Precontemplation.

Treatmen yang boleh dan tidak boleh dilakukan

– Informasi sepesifik sesuai kondisi


individu
– Beri kesempatan klien untuk
menunjukkan emosinya tentang penyakit • Jangan menilai secara
yang dirasakan atau tentang emosional untuk mengabaikan
keinginannya untuk melakukan emosi klien yang menunjukkan
perubahan diet keinginan untuk berubah
– Jangan berasumsi bahwa klien sehingga tidak memberikan
mempunyai pengetahuan yang cukup informasi yang tepat
atau berharap bahwa informasi yang
diberikan akan otomatis mengantarkan
ke perubahan perilaku
Conteplation.
– Pasien peduli pd masalahnya à Treatmen yang boleh dan tidak boleh dilakukan
Conteplation atau Ambivalens yaitu
– pasien berpikir untuk menimbang-
apakah dia dapat menerima /menolak – Diskusikan dan atasi hambatan untuk
terhadap apa yang akan dia lakukan melakukan perubahan diet
berikutnya.
– Dietisien perlu mengkaji dan – Beri dukungan untuk membangun
mendengarkan tentang pemikiran klien jaringan yang mendukung perubahan
pada tahap ini. yang akan dilakukan
– Kemungkinan klien tertarik / tidak – Berikan umpan balik yang positif atas
tertarik à perlu dikaji lebih lanjut pencapaian klien
alasan klien
– Dietisien perlu menunjukkan bahwa – Beri bantuan untuk mengklarifikasi
dirinya mampu untuk menolong klien keraguan dalam mengadopsi perubahan
tersebut (Helping Skill). perilaku dan beri penekanan
– Pada tahap ini seseorang baru terlihat keuntungan yang akan dicapai klien
ingin melakukan perubahan tetapi – Jangan abaikan dampak/respon dari
tekatnya untuk berubah kemungkinan 6
bulan yang akan datang. lingkungan keluarga dan lainnya yang
akan mempengaruhi motivasi klien
– Jangan memberikan kritikan yang keras
bila klien terlihat ragu-ragu
SC Preparation
Treatmen yang boleh dan
tidak boleh dilakukan
– Pada tahap ini akan muncul dalam – Bantu klien untuk melakukan
pemikiran klien kebulatan hatinya perubahan yang spesifik, misal
untuk mengikuti anjuran seorang Ahli minum hanya menggunakan ½
Gizi. sendok teh gula dari pada 1 sendok
makan
– Apabila pada tahap ini klien melakukan – Beri dukungan pada perubahan
perubahan perilaku, maka perilakunya kecil yang sudah dilakukan klien
tersebut akan berkelanjutan,
– Jangan beri anjuran yang bersifat
– Bila pd tahap ini tdk diikuti dengan umum misalnya : batasi goreng-
tindakan perubahan perilku àkembali gorengan, tetapi gunakan anjuran
spesifik misal : makanan yang
ke tahapan conteplation digoreng atau bersantan
– Perlu dikaji kembali alasan-alasan klien diperbolehkan 5 jenis dalam
mengapa tidak melakukan tindakan sehari.
yang sudah dipahami sebelumnya – Jangan menilai bahwa perubahan
mempunyai manfaat untuk kecil tidak ada artinya untuk
menyelesaikan masalahnya. perubahan yang lebih besar
– Pada tahap ini seseorang sudah
merencanakan perubahan pada 30 hari
kedepan dan sudah melakukan
langkah-langkah untuk berubah.
sc Treatmen yang boleh dan tidak
Action. boleh dilakukan

– Pada tahap ini klien


sudah melakukan – Arahkan program edukasi
perubahan dan pada kearah kemampuan
tahap ini Dietisien fokus manajemen diri
pada hambatan-
hambatan yang mungkin – Berikan informasi yang
muncul pada diri klien dapat dipelajari secara
yang mempengaruhi mandiri
tindakan yang sudah dia – Klien jangan dirujuk pada
pilih untuk dilakukan. sesi edukasi bentuk klas
MAINTENANCE.
sc
– Tindakan perubahan umumnya tidak otomatis Treatmen yang boleh
tindakan itu menetap menjadi kebiasaan pada
seseorang.
dan tidak boleh
– Umumnya bisa diamati bahwa seseorang setelah
dilakukan
melakukan tindakan perubahan akan salah arah
sehingga muncul masalah baru atau klien kembali
kemasalah sebelumnya.
– Tenaga gizi perlu menerapkan strategi lain dalam – Beri dukungan pada klien untuk
menolong pasien mengatasi masalahnya sehingga tetap merencanakan perubahan perilaku
mengarah pada tujuan perubahan yang diinginkan pada situasi khusus misalnya
sebelumnya. lebaran, kondangan dll
– Misalnya klien yang memutuskan untuk mengurangi – Kaji dukungan yang ada disekitar
asupan lemak, sebelumnya perubahan difokuskan klien misal : akses makanan dll
pada memilih jenis makanan yang mengandung – Beri dukungan pada pasien bila
sedikit lemak, kemudian diarahkan untuk mengurangi mengalami kejenuhan untuk
konsumsi makanan yang sudah dipilih yang melakukan perubahan
mengandung sedikit lemak tersebut. – Beri anjuran yang lebih
menantang bila motivasi pasien
– Pada tahap ini seseorang sudah melakukan perubahan cukup tinggi
dan berlangsung sampai 6 bulan – Jangan berasumsi bahwa
perubahan awal merupakan
perubahan yang permanen
– Jangan mengkritik atau menilai
negatif pada saat pasien
motivasinya turun untuk melakukan
perubahan
sc
RELAPSE.

– Kemungkinan setelah klien mencoba suatu tindakan perubahan dalam kurun


waktu tertentu dan berhasil ternyata masalah itu muncul kembali.
– Pada proses perubahan perilaku, yang akhirnya diikuti dengan tindakan
yang salah atau masalahnya muncul lagi merupakan kejadian yang
normal dan umum terjadi pada klien.
– Pada situasi seperti ini seorang Tenaga Gizi fokus untuk menolong klien
dalam hal mengatasi penolakan yang ada pada dirinya yang menghambat
pada tindakan perubahan yang dia yakini sebelumnya merupakan tindakan
untuk mengatasi masalahnya, kembali à ke fase conteplation dengan
sudut pandang yang berubah,
– Fase determintation yang baru dan mendorong klien untuk mencapai ke
fase-fase berikutnya
Langkah 1

MEMBANGUN DASAR-DASAR KONSELING


- Salam

- Perkenalkan diri
- Mengenal klien, membangun hubungan

- Jelaskan tujuan
Langkah 2
MENGGALI PERMASALAHAN
- Mengumpulkan data & fakta
(assessment/pengkajian gizi)untuk dasar
menetapkan diagnosa gizi
Langkah 3
MEMILIH SOLUSI
- Menggali alternatif penyebab masalah gizi dengan
menegakkan diagnosis
- Memilih alternatif solusi melalui pendekatan teknik
konseling
Langkah 4
MEMILIH RENCANA
- Bekerjasama dengan klien untuk melihat alternatif
dalam memilih upaya diet & perubahan perilaku
yang dapat diimplementasikan
Langkah 5

MEMPEROLEH KOMITMEN
- Komitmen untuk melaksanakan perlakuan diet khusus,
membuat rencana yang realistis dan dapat diterapkan
- Menjelaskan tujuan, prinsip diet dan ukuran porsi makan
Langkah 6

MONITORING & EVALUASI


- Ulangi, tanyakan kembali apakah kesimpulan dari
konseling dapat dipahami
- Pada kunjungan berikutnya, lihat proses dan
dampaknya.
EDUKASI GIZI
Edukasi merupakan kegiatan meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman klien akan
suatu pengetahuan tertentu. Edukasi gizi
dapat bersifat individu maupun kelompok.
Dalam edukasi individu pada umumnya
kegiatan ini disatukan atau divariasikan
dengan kegiatan konseling agar sasaran
yang dituju dapat tercapai.
TUJUAN EDUKASI GIZI.
1. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku
serta meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup.
2. Agar pasien dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan
karena kualitas hidup sudah merupakan kebutuhan bagi sesorang.
3. Untuk membantu pasien agar mereka dapat merawat diri sendiri,
sehingga komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi dan
juga lama hari perawatan dapat ditekan. Ini terutama untuk pasien
diabetes.
4. Agar pasien tetap produktif`sehingga dapat berfungsi dan
berperan sebaik-baiknya di dalam masyarakat.
5. Menekan biaya perawatan baik pribadi, asuransi dan beban
pemerintah.
§ Seorang tenaga gizi profesional akan memberikan intervensi
berupa edukasi gizi jika mendapatkan klien dengan diagnosis
gizi terkait ”kurangnya pengetahuan” baik dalam memelih
makanan yang benar maupun cara mengolahan makanan untuk
tujuan kesehatannya

2
7
SASARAN EDUKASI GIZI

1. Pasien itu sendiri,


2. Keluarga pasien,
3. Orang yang sehari-hari beraktivitas bersama-sama pasien
baik lingkungan rumah, lingkungan tempat kerja,
lingkungan sekolah.
§ Individu, berupa edukasi secara personal dan pemberian
pengetahuan tergantung dari masalah individu tersebut
§ Kelompok, berupa penyuluhan, kelas edukasi, kelompok
belajar dan lainnya yang diberikan dengan materi sesuai
pengelompokan. Jika akan memberikan edukasi kelompok
lebih baik dikaji terlebih dahulu masalah dalam kelompok
sehingga materi menjadi homogen tema nya, misalnya “pola
makan yang baik bagi diabetisi” karena kelompok klien adalah
pasien DM.

2
9
§ Menanyakan klien mengenai pengetahuan dasar terkait
dengan kondisi kesehatannya. Misalnya pasien DM “Pak,
jika tidak makan nasi maka penggantinya apa?” atau
“berapa kali dalam sehari ibu mengkonsumsi makanan
digoreng?”
§ Tanyakan kebiasaan makan yang mendasar untuk
penyakit tertentu, misalnya “apakah ibu selalu
mengkonsumsi kerupuk atau sejenisnya sebagai snack?”
atau “apakah ibu suka mengkonsumsi ikan asin atau telur
asin” pertanyaan pada pasien hipertensi

3
0
§ Pertanyaan saat
asesmen harus individual, karena pemahan
orang yg berbeda akan juga berbeda. Sumber informasi
seseorang juga akan berbeda.
§ Riview datamedis terkit misalnya nilai laboratorium, apakah
pasien paham mengenai makna dari nilai tersebut, misalnya
“pak, kolesterol bapak 275 mg/dl, pahan tahu ga ini artinya?”
§ Lakukan pencatatan yangbaik terhadap data asesmen tadi,
termasuk kesimpulan dari pengetahuan klien. Sebagai dasar
menetapkan diagnosis.

3
1
§ Dapat dari data sekunder, yaitu mengumpulkan rata – rata
masalah gizi pada kelompok tertentu, konsen suatu kelompok
terhadap masalah gizi tertentu misalnya mengenai konsumsi
gula garam dan lemak
§ Dapat membuat kuesioner atau angket

3
2
§ Padaintervensi berupa edukasi gizi adalah cara
untuk memberikan pengetahuan pada klien
mengenai praktik sehari – hari dalam memilih
makanan dan mengolah makanan yang sesuai
dengan kondisi kesehatannya
§ Diagnosis gizi terkait dengan domain lingkungan
dan perilaku yaitu kurangnya pengetahuan atau
etiologi kurangnya pengetahuan

3
3
§ Pelajari cara dan metode klien belajar, misalnya daya
tangkap, kecepatan memahami, cara menerima informasi
§ Jika dibutuhkan dapat disusun kurikulum sederhana dalam
memberikan edukasi yang berisikan standar informasi gizi,
yang biasanya disusun sebagai dasar dalam memberikan
edukasi gizi
§ Tetapkan tujuan dari edukasi gizi, sesuaikan dengan
kemampuan klien
§ Gunakan media edukasi sebagai alat pembantu, misalnya
gambar, food model, leaflet, dan lainnya

3
4
INFORMASI DALAM EDUKASI GIZI
Informasi bagi pasien.
1. Informasi dasar meliputi tentang penyakit, penyebabnya, terapi
obatnya, pengaturan makan, kegiatan jasmani dan hal-hal yang
berkaitan dengan perubahan gaya hidup.
2. Dalam menyampaikan informasi, faktor yang perlu diperhatikan
adalah kondisi pasien baik kondisi fisik tergantung berat
ringannnya penyakit, maupun kondisi psikologis.
INFORMASI DALAM EDUKASI GIZI
3. Seseorang yang barru diidagnosa suatu penyakit biasanya sulit
untuk menerima kenyataan tersebut, sehingga pemberian
informasi yang berlebihan atau kurang sesuai kondisi
psikologisnya akan menambah penderitaan.
4. Membesarkan hati pasien bahwa penyakit yang diderita dapat
dikendalikan asalkan pasien dapat menerima dan mau
merubah perilaku atau gaya hidupnya.
INFORMASI DALAM EDUKASI GIZI

Informasi bagi lingkungan.


1. Bagaimana pengaturan makan yang baik untuk
mencegah penyakit degeneratif.
2. Kegiatan jasmani yang sesuai dengan penyakit yang
disandang pasien.
3. Pengenalan tanda-tanda bila pasien mengalami
gangguan seperti tanda-tanda hipoglikemi dan juga
hipergikemi, ataupun hipertensi.
§ Untuk mencapai tujuan edukasi setiap individu akan berbeda –
beda
§ Monitoring dan evaluasi dapat berupa post test secara verbal atau
tertulis.
§ Dapat dilakukan setelah 2-4 minggu setelah pemberian edukasi
dan ini sangat tergantung dari tingkatkan kekurangan
pengetahuan klien
§ Data post test ditulis dalam dokumen sebagai catatan asuhan gizi

3
8
KONSEP DASAR DALAM MELAKUKAN
EDUKASI GIZI
Komunikasi: bahasa, pengamatan persepsi, tingkah laku non verbal,
mendengar aktif.

Motivasi:
Teknik motivasi secara persuasif edukatif,
Teknik motivasi tekanan kelompok,
Teknik motivasi dengan cara penerangan/penyadaran,
Teknik motivasi dengan imbalan/kompensasi.
PEMILIHAN MEDIA EDUKASI GIZI.
Banyak faktor yang diperlukan untuk menjadi pertimbangan
pemilihan media edukasi. Hal yang perlu dipertimbangkan
dalam menetapkan media adalah:
1. Analisa audiens, melakukan pengkajian untuk memberikan intervensi gizi yang
komprehensif, misalnya mempertimbangkan lingkungan dan minat yang akan
dipresentasikan,
2. Susunlah topik yang menarik bagi audiens,
3. Tentukan tujuan secara spesifik,
4. Menyesuaikan sumber daya yang dimiliki,
§ Kontak dengan pasien dibatasi
§ Kontak tidak lebih dari 15 menit
§ Jarak harus lebih dari 1 m dan ideal 2 m

§ Konselor wajib menggunakan alat pelindung diri APD


§ Adanya protokol yang harus dipatuhi

41
§ Asesmen menjadi kurang mendalam khususnya mengenai
pengetahuan, perilaku dan data pendukung (riwayat klien)
§ Konselor harus mengatur strategi agar proses menjadi efisien
dan tujuan tercapai
§ Suara konselor menjadi kendala yang sering dihadapi, misalnya
volume menjadi lebih kecil karena tertutup masker dan jarak
yang membatasi

42
Sebelum pandemi Saat pandemi

43
§ Dilakukan untuk memenuhi kekurangan akses langsung
dengan pasien
§ Menggunakan teknologi yang ada, misalnya video call, wa dan
lainnya
§ Dapat dimanfaatkan untuk melakukan monev jarak jauh,
menyampaikan materi tambahan, misalnya mengirimkan
materi edukasi

44
45
46
47
48

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai