1. Mengurangi variasi antar individu dan memperkecil ukuran sample sampai 50% dari desain paralel 2. Cocok untuk peyakit kronik dan stabil 3. Kontrol karakteristik tiap individu 4. Efektif untuk mempelajari efek dari paparan jangka pendek terhadap risiko kejadian akut
2.4 Kekurangan crossover study
1. Tidak cocok untuk penyakit yang cepat sembuh atau yang sembuh dalam 1 x terapi. 2. Ada carry over effect yaitu efek perlakuan pertama belum hilang pada saat pengobatan kedua dan order effect yaitu terjadinya perubahan derajat penyakit atau lingkungan selama penelitian berlangsung. 3. Kemungkinan drop out lebih besar. 4. Perlu waktu untuk menghilangkan efek obat awal sebelum pengobatan kedua dimulai (wash out period) yang cukup 5. Tidak dapat dikerjakan pada subyek dengan kepatuhan rendah 6. Tidak otomatis mengantrol pembauran dari faktor waktu terkait Contoh: Uji perbandingan efektivitas obat untuk asma kronik reumatoid artritis hiperkolesterolemia hipertensi Uji bioekivalensi obat “copy drugs” dengan obat inovator.
2.5 Isu penting dengan desain cross-over
1. Masalah efek order, di mana urutan perawatan dikelola dapat mempengaruhi hasilnya. Sebuah contoh mungkin obat dengan banyak efek samping yang diberikan pertama kali membuat pasien yang memakai kedua, obat yang lebih berbahaya, lebih sensitif terhadap efek buruk. 2. Masalah carry-over antara perawatan. Dalam prakteknya carry-over dapat ditangani dengan menggunakan periode wash-out antara perlakuan, atau dengan melakukan pengamatan yang cukup kemudian setelah dimulainya masa pengobatan yang efek carry-over diminimalkan.
2.6 Contoh penelitin crossover study
Judul: Efek pemberian minuman stimulan terhadap kelelahan pada tikus Metode 1. Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan uji eksperimental in vivo dengan desain penelitian paralel silang (cross over). 2. Hewan coba dan besar sampel Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dengan berat badan 180-200g. Besar sampel ditentukan berdasarkan perhitungan statistic rumus kelompok berpasangan.Dari hasil perhitungan ini diperoleh nilai n = 28. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus. 3. Bahan dan alat Bahan : minuman stimulan, akuades, reagen kering asam laktat (lactate pro stripe). Alat : Sonde, kaca objek, stop watch, bak renang, pelampung dari Styrofoam, Lactate Pro Test Meter. 4. Cara kerja Sebanyak 30 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompok secara acak menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan akan diberikan minuman stimulan sedangkan kelompok kontrol akan diberikan akuades. Untuk memicu terjadinya kelelahan pada tikus dilakukan uji renang . Pada kedua kelompok ini akan dilakukan uji renang dan pemeriksaan kadar asam laktat dalam darah. Tikus dipuasakan selama 12 jam sebelum percobaan dilakukan, kemudian diperiksa kadar asam laktat dalam darah sebagai nilai awal asam laktat. Pada kelompok perlakuan diberikan 2 cc minuman stimulan yang dibuat dari 1 sachet minuman stimulan yang dilarutkan dalam 25 cc akuades, sehingga dosis pemberian minuman stimulan adalah 10 kali dosis penggunaan pada manusia. Pada kelompok kontrol diberikan 2 cc akuades. Satu jam setelah pemberian minuman stimulan atau akuades, dilakukan uji renang segera setelah uji renang selesai dilakukan, diperiksa kadar asam laktat dalam darah. Setelah itu dilakukan wash out selama satu minggu, kemudian kedua kelompok tikus dipertukarkan dan dilakukan percobaan yang sama. 5. Uji renang Uji renang dilakukan sebagai aktivitas fisik untuk memicu terjadinya kelelahan.(11- 15) Pada uji renang akan dinilai kemampuan struggling tikus. Definisi struggling adalah periode waktu dalam detik selama tikus percobaan dalam keadaan berenang sekuat Herwana, Pudjiadi, Wahab, dkk. Efek minuman stimulan terhadap kelelahan Universa Medicina Vol.24 No.1 tenaga dengan kepala dan kedua tungkai depan berada di atas permukaan air(10,12) selama 3 kali 5 menit periode pengamatan dengan interval masa istirahat selama 15 menit.(10,12) 6. Kadar asam laktat Sampel darah didapat dengan cara memotong sedikit ujung distal ekor tikus. Sebanyak satu tetes darah diletakkan pada kaca objek dilakukan pengukuran kadar asam laktat dengan menggunakan reagen kering. Pengukuran kadar asam laktat dilakukan dua kali yaitu sebelum uji renang untuk mendapatkan nilai awal kadar asam laktat dalam darah, dan segera sesudah uji renang. 7. Analisis data Data dianalisis secara statistic menggunakan uji-t berpasangan (paired ttest) Hasil Penelitian Pemberin stimulan pada tikus dapat meningkatkan kemamuan pada tikus