Kajian Permukiman Kumuh Dan Nelayan Tamb 0b6c246a
Kajian Permukiman Kumuh Dan Nelayan Tamb 0b6c246a
Augi Sekatia1
1
Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro
Jl.Hayam Wuruk No.05 Pleburan – Semarang – Jawa Tengah
ABSTRAK
Desa Tambak Lorok terletak di Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara.
Desa ini berlokasi di pesisir Laut Jawa dan dilintasi oleh Kali Banger. Desa ini terkenal sebagai
pemukiman nelayan semenjak tahun 1950. Secara umum kondisi permukiman di Tambak Lorok
sangat tidak sehat dan kumuh. Kawasan yang sering dilanda banjir ini terletak pada
pertemuan Sungai Banjir Kanal Timur dan kali Banger sebelum masuk muara Laut Jawa.
Banyak permasalahan sosial ekonomi yang terjadi di permukiman tersebut. Akan tetapi
terindikasi bahwa permukiman ini memiliki partisipasi masyarakat yang baik. Maka
disimpulkan suatu pertanyaan penelitian yaitu apa saja permasalahan permukiman Tambak
lorok dan bagaimana penduduknya berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraakn
kehidupan permukiman tersebut. Penelitian didasarkan dari studi literatur dan survey
lapangan untuk mengkaji permasalahan dan partisipasi yang ada. Hasil dari pembahasan ini
adalah ditemukannya pokok dari permasalahan yaitu dari segi ekonomi sehingga masih
membutuhkan uluran bantuan dari pemerintah. Partisipasi masyarakat sangat baik walaupun
terbentur dari dana dan masih menunggu bantuan, partisipasi yang kurang adalah dalam
pengolahan sampah.
57
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.15 No.1 Januari-Juni 2015
58
perumahan merupakan sebuah subsistem (c) Kepadatan bangunan yang tinggi,
dari permukiman. dapat terlihat tidak adanya jarak
Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara bangunan maupun siteplan
permukiman adalah suatu lingkungan yang yang tidak terencana,
terdiri dari perumahan tempat tinggal (d) Kepadatan penduduk yang tinggi dan
manusia yang dilengkapi tidak hanya berupa masyarakatnya yang heterogen,
aspek fisik dan teknis saja namun juga (e) Sistem sanitasi yang miskin atau tidak
menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dalam kondisi yang baik,
dan prasarana pelayanan yang merupakan (f) Kondisi sosial yang tidak dapat baik
subsistem dari sistem kota secara dilihat dengan banyaknya tindakan
keseluruhan. kejahatan maupun kriminal,
(g) Banyaknya masyarakat pendatang
Pengertian Permukiman Kumuh yang bertempat tinggal dengan
Johan Silas, seorang pakar dalam menyewah rumah.
bidang arsitektur dan permukiman kumuh 2. Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang
(Titisari dan Farid Kurniawan, 1999), diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi
menjelaskan bahwasanya kriteria pokok Suparlan adalah :
untuk menentukan permukiman (a) Fasilitas umum yang kondisinya
kumuh/marjinal adalah: bila berada di lokasi kurang atau tidak memadai.
yang ilegal, dengan keadaan fisiknya yang sub (b) Kondisi hunian rumah dan
standrat; penghasilan penghuni amat rendah pemukiman serta penggunaan
(miskin), tak dapat dilayani berbagai fasilitas ruangnya mencerminkan
kota; dan tidak diingini kehadirannya oleh penghuninya yang kurang mampu
publik (kecuali yang berkepentingan). atau miskin.
Berdasarkan kriteria Silas tersebut, aspek (c) Adanya tingkat frekuensi dan
legalitas juga merupakan kriteria yang harus kepadatan volume yang tinggi dalam
dipertimbangkan untuk menentukan penggunaan ruang-ruang yang ada di
kekumuhan suatu wilayah selain buruknya pemukiman kumuh sehingga
kondisi kualitas lingkungan yang ada. mencerminkan adanya kesemrawutan
1. Karakteristik Permukiman Kumuh tata ruang dan ketidakberdayaan
Menurut Arawinda Nawagamuwa dan ekonomi penghuninya.
Nils Viking (2003) keadaan kumuh dapat (d) Pemukiman kumuh merupakan suatu
mencerminkan keadaan ekonomi, sosial, satuan-satuan komuniti yang hidup
budaya para penghuni permukiman tersebut. secara tersendiri dengan batas-batas
Adapun ciri-ciri kawasan permukiman kumuh kebudayaan dan sosial yang jelas,
dapat tercermin dari : yaitu terwujud sebagai :
(a) Penampilan fisik bangunannya yang • Sebuah komuniti tunggal, berada
makin kontruksi, yaitu banyaknya di tanah milik negara, dan karena
bangunan-bangunan temporer yang itu dapat digolongkan sebagai
berdiri serta nampak tak terurus hunian liar.
maupun tanpa perawatan, • Satuan komuniti tunggal yang
(b) Pendapatan yang rendah mencerminkan merupakan bagian dari sebuah RT
status ekonomi mereka, biasanya atau sebuah RW.
masyarakat kawasan kumuh • Sebuah satuan komuniti tunggal
berpenghasilan rendah, yang terwujud sebagai sebuah RT
59
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.15 No.1 Januari-Juni 2015
atau RW atau bahkan terwujud para manager atau pemimpin yang hendak
sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan menerapkan seni partisipasi dan
hunian liar. kebanyakan dari mereka sependapat
(e) Penghuni pemukiman kumuh secara dengan ketiga gagasan tersebut, yaitu:
sosial dan ekonomi tidak homogen, 1. Bahwa partisipasi sesungguhnya
warganya mempunyai mata pencaharian merupakan suatu keterlibatan mental
dan tingkat kepadatan yang dan perasaan, lebih dari pada hanya
beranekaragam, begitu juga asal keterlibatan secara jasmaniah.
muasalnya. Dalam masyarakat 2. Kesediaan memberi sesuatu
pemukiman kumuh juga dikenal adanya sumbangan kepada usaha mencapai
pelapisan sosial berdasarkan atas tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa
kemampuan ekonomi mereka yang terdapat rasa senang, kesukarelaan
berbeda-beda tersebut. untuk membantu kelompok.
(f) Sebagian besar penghuni pemukiman Seseorang menjadi anggota kelompok
kumuh adalah mereka yang bekerja di dengan segala nilainya.
sektor informal atau mempunyai mata 3. Tanggung jawab merupakan segi yang
pencaharian tambahan di sektor menonjol dari rasa menjadi
informil. anggota.Diakui sebagai anggota
artinya ada rasa “sense of
Permukiman Nelayan belonginess”
Nelayan merupakan istilah bagi (Salam, 2010)
orang-orang yang sehari-harinya bekerja DATA
menangkap ikan atau biota lainnya yang Lokasi Permukiman Desa Tambak Lorok
hidup di dasar, kolom maupun permukaan Desa Tambak Lorok terletak di
perairan. Perairan yang menjadi daerah Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan
aktivitas nelayan ini dapat merupakan Semarang Utara. Desa ini berlokasi di
perairan tawar, payau maupun laut. pesisir Laut Jawa dan dilintasi oleh Kali
Berdasarkan pengertian permukiman Banger. Desa ini terkenal sebagai
dan pengertian nelayan, maka di simpulkan pemukiman nelayan semenjak tahun 1950
bahwa permukiman nelayan merupakan karena letaknya yang berdekatan dengan
suatu tempat hunian dan kegiatan laut dan selanjutnya budaya itu turun
pendukung kehidupan dan penghidupan bagi temurun hingga sekarang.
masyarakat yang bermata pencaharian Letak geografis desa Tambak Lorok
sebagai penangkap biota perairan. Partisipasi ditinjau dari Kota Semarang terletak di
Masyarakat BWK III Kota Semarang yang sebagian
Gordon Allport dalam bukunya yang besar tata guna lahannya untuk
Partisipasi dapat didefinisikan sebagai pemukiman.
keterlibatan mental/pikiran dan Secara fisik, kawasan Desa Tambak
emosi/perasaan seseorang di dalam situasi Lorork ini berbatasan dengan :
kelompok yang mendorongnya untuk Utara : Laut Jawa
memberikan sumbangan kepada kelompok Timur : S. Banjir Kanal Timur
dalam usaha mencapai tujuan serta turut Selatan : Kali Banger
bertanggung jawab terhadap usaha yang Barat : Kali Banger
bersangkutan. Didalamnya terdapat tiga
unsur (gagasan) yang penting artinya bagi
60
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Tambak terletak pada pertemuan Sungai Banjir
Lorok Kanal Timur dan kali Banger sebelum
masuk muara Laut Jawa.
Kepadatan hunian menjadikan
permukiman ini tidak memiliki ruang
terbuka. Meskipun demikian, hampir 80%
bangunan rumah di permukiman ini dalam
kondisi bangunan permanen.
1. Fasilitas Umum
(a) Jalan umum
Gambar 2. Jalan di kampung Tambak Lorok
Kondisi Rumah Permanen di Tambak Lorok biasa dilewati oleh kendaraan pribadi
(Sumber: Survey Penyusun, 2014) masyarakat sekitar juga pengunjung yang
ingin ke pasar lingkungan Tambak Lorok.
Kondisi Tambak Lorok yang kumuh di Jalan di pemukiman tersebut dilalui 2 arah
dominasi oleh penduduk yang bermata dan sebagian besar menggunakan paving
pencaharian sebagai buruh industri, buruh sebagai material jalannya, Namun masih
bangunan, pedagang, industri kecil, industry juga terdapat jalan yang masih tertutup
rumah tangga yang berkaitan dengan tanah yaitu jalan utama masuk kampung
penangkapan ikan. Tambak Lorok. Jalan tersebut mengalami
Kondisi Tambak Lorok sebagai peninggian dikarenakan menghindari rob.
permukiman nelayan mengharuskan (b) Jaringan Listrik
keterampilan yang masyarakat miliki adalah Penerangan di Tambak Lorok cukup
memperbaiki jaring, membelah ikan, memadai. Terdapat beberapa jenis lampu
memanggang ikan dan menjemur ikan. yang ada disana. Lampu jalan di Tambak
Namun, keadaan ini mengakibatkan Lorok berasal dari bantuan pemerintah
masyarakat di Tambak Lorok berperilaku
negatif yakni :
• Keras dan emosional tinggi.
• Tertutup dan sulit menerima
perubahan
• Mudah curiga pada pihak lain
• Tingkat kriminalitas tinggi, hal ini Gambar 3.
dapat dibuktikan dengan banyaknya Kondisi Jalan Lingkungan Tambak Lorok
preman yang tinggal di daerah ini dan (Sumber: Survey Penyusun, 2014)
sering terjadi perkelahian akibat
minuman keras.
yang berupa lampu mercury, ada pula dari
swadaya warga yang berupa lampu-lampu
Kondisi Permukiman Tambak Lorok
jalan di depan rumah.
Secara umum kondisi permukiman di
Tambak Lorok sangat tidak sehat dan kumuh.
Kawasan yang sering dilanda banjir ini
61
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.15 No.1 Januari-Juni 2015
Gambar 6.
Fasilitas Ibadah Tambak Lorok
(Sumber: Survey Penyusun, 2014)
62
harinya pukul 08.00 dengan urutan kerja Dermaga pendaratan ikan TPI
sebagai berikut: Nelayan membongkar Tambak Lorok merupakan dermaa tempat
muatan membersihkan ikan melelang ikan diturunkan dari perahu untuk
ikan ikan terjual. selanjutnbya dilelang. Berikut dermaga
(b) Dermaga Perapatan Perahu pendaratan ikan TPI Tambak Lorok.
Dermaga ini merupakan area (d) Dermaga Pariwisata
Gambar 7.
Fasilitas Kesehatan Tambak Lorok
(Sumber: Survey Penyusun, 2014)
Gambar 10.
Dermaga Pendaratan Ikan Tambak Lorok
(Sumber: Survey Penyusun, 2014)
Gambar 9.
Dermaga Perapatan Perahu Tambak Lorok
(Sumber: Survey Penyusun, 2014)
63
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.15 No.1 Januari-Juni 2015
64
pendidikan, fasilitas kesehatan dan perkembangan pembangunan di kawasan
fasilitas umum lainnya. permukiman Tambak Lorok. Pemerintah
(b) Daerah Tambak Lorok merupakan dapat membangun sabuk pantai dan
daerah permukiman nelayan, olehnya penanaman tanaman bakau dengan tidak
fasilitas masyarakat yang berkaitan lupa melibakan masyarakat Tambak Lorok
dengan Penangkapan ikan, pengolahan itu sendiri.
ikan, dermaga, bengkel dan pasar harus
juga menjadi prioritas dalam penataan. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
65
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.15 No.1 Januari-Juni 2015
(b) Program pembangunan rumah serta Di Kawasan Pusat Kota Palu. Ruang ,
perbaikan kampung bagi masyarakat 2.2010.
Tambak Lorok tentunya tetap 8. Sobirin. Distribusi Permukiman dan
membutuhkan partisipasi masyarakat Prasarana Kota : Studi Kasus Dinamika
untuk tetap aktif dalam pemeliharaan Pembangunan Kota di Indonesia, dalam
lingkungan mereka. Bentuk partisipasi Dimensi Keruangan Kota Teori dan
berupa : Pikiran, Tenaga, Pikiran dan Kasus. UI Press, Jakarta.2001.
tenaga, Keahlian, serta Barang. 9. Slamet, Y. Pembangunan Masyarakat
(c) Bagi pemerintah untuk dapat Berwawasan Partisipasi. Sebelas Maret
memperhatikan masalah permukiman University Press. Surakarta.1993.
pesisir dengan membuat sabuk pantai 10.Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di
maupun penanaman pohon bakau di Perkotaan. Jakarta: Penerbit Sinar
sepanjang garis pantai untuk dapat Harapan.1984
menghindari dan mengantisipasi 11.Sutami. Partisipasi Masyarakat pada
terjadinya air pasang, rob, dan abrasi. Pembangunan Prasarana Lingkungan
Tak lupa untuk tetap melibatkan Melalui Program Pemberdayaan
masyarakat dalam melakukan program- Masyarakat Kelurahan (PPMK) Di
program tersebut. Kelurahan Marunda Jakarta Utara.
Tesis tidak diterbitkan, Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Program Sarjana Jurusan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota
1. Anthoni J Catanese, J C Universitas Diponegoro,
Snyder.Perencanaan Kota.Edisi Semarang.2009.
Kedua.1989 12.Titisari, Ema Yunita dan Farid
2. Budihardjo, Eko..Lingkungan Binaan dan Kurniawan. Kajian Permukiman Desa
Tata Ruang Kota. Andi, Yogyakarta.1997. Pinggiran Kota; mengukur tingkat
3. Budihardjo,Eko. Tata Ruang Perkotaan. PT kekumuhan Kampung. Institut
Alumni, Bandung.1997. teknologi sepuluh november,
4. Doxiadis, Constantinos A. EKISTIC: An Surabaya.1999
Introduction to the Science of Human 13.Turner, J.F.C. Freedom To Build. Coller
Settlement. London : Hutchinson.1971. Mac Millan, New York.1972.
5. Komaruddin. Menelusuri Pembangunan 14.Peraturan Menteri Pembangunan
Perumahan dan Permukiman. Yayasan REI Perumahan No. 5/PERMEN/M/2007
- PT Rakasindo, Jakarta.1997. tentang Masyarakat Berpenghasilan
6. Mulyati, Ahda. Kajian Luas Rumah Tinggal Rendah
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di 15.Undang-undang Republik Indonesia No.
Pusat Kota. Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 3, 4 Tahun 1992, Tentang
Agustus 2008: 184 – 192. Fakultas Teknik, Perumahan dan Permukiman.
Universitas Tadulako.2008 16.Undang-undang Republik Indonesia No.
7. Salam, M. R.. Partisipasi Masyarakat 10 Tahun 1992, Tentang
Dalam Peningkatan Kualitas Permukiman Perumahan dan Permukiman
66