Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316668501

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEKUMUHAN KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR


TRADISIONAL (Studi Kasus : Desa Bajo Kecamatan Tilamuta, Kabupaten
Boalemo Provinsi Gorontalo)

Article · May 2014

CITATIONS READS

0 4,571

3 authors, including:

Veronica A. Kumurur Rieneke Lusia Evani Sela


Sam Ratulangi University Sam Ratulangi University
38 PUBLICATIONS   68 CITATIONS    6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KOTAMOBAGU, SULAWESI UTARA Studi Kasus: Permukiman Kelurahan
Gogagoman View project

Kota Lama "Bendar" Manado View project

All content following this page was uploaded by Veronica A. Kumurur on 04 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sabua Vol.6, No.1: 163-172, Mei 2014 ISSN 2085-7020

HASIL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEKUMUHAN KAWASAN PERMUKIMAN


PESISIR TRADISIONAL
(Studi Kasus : Desa Bajo Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo Provinsi
Gorontalo)

Dhea M. Damisi1, Veronica A. Kumurur2 & Rieneke L.E. Sela3


1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi
2&3
Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi

Abstrak. Kawasan permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar


kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Di Indonesia hal
paling kompleks yang timbul dari masalah permukiman ini yakni tumbuh dan
menjamurnya kawasan permukiman–permukiman kumuh yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia baik itu kota maupun kabupaten. Keberadaan permukiman
kumuh meskipun tidak dikehendaki namun harus kita akui bahwa, keberadaannya
sulit untuk dihindari dalam perkembangan suatu wilayah baik kota maupun
kabupaten. Kawasan permukiman tradisional Suku Bajo merupakan salah satu
kawasan permukiman yang teridentifikasi sebagai permukiman kumuh. Kearifan
lokal Suku Bajo pada umumnya yang hidup berdampingan dengan laut, untuk tetap
menjaga kekayaan laut itu sendiri, tidak terlihat lagi di kawasan permukiman Suku
Bajo Tilamuta. Prinsip hidup, kebudayaan, dan tradisi Suku Bajo yang perlahan
luntur, terlihat di Suku Bajo Tilamuta karena tidak bisa menjaga ekosistem laut dan
tidak berlaku ramah kepada laut yang menjadi pendamping hidup mereka. Tujuan
dari penelitian ini adalah (a)mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kekumuhan di
kawasan permukiman Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo
Provinsi Gorontalo, (b)menganalisis faktor-faktor dominan kekumuhan di kawasan
permukiman Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo Provinsi
Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, melalui pengumpulan
data primer dan data sekunder, analisis data, interpretasi hasil analisis sebagai
penarikan kesimpulan. Metode analisis data, menggunakan analisis deskriptif dan
skoring untuk mendeskripsikan eksisting lokasi penelitian dan untuk pemberian
nilai terhadap sifat parameter yang digunakan dalam penelitian ini. Kesimpulan
diperoleh bahwa faktor penyebab kekumuhan di kawasan permukiman Desa Bajo
Kecamatan Tilamuta yakni lokasi, kependudukan, kondisi bangunan hunian,
kondisi prasarana dan sarana dasar, kondisi sosial ekonomi dan untuk faktor
dominan kekumuhan yakni kondisi prasarana sarana dasar dan kondisi bangunan
hunian.

Kata kunci: Pemukiman kumuh, Bajo, Tilamuta, Pemukiman Pesisir Tradisional

PENDAHULUAN kegiatan pemukim yang ada didalamnya.


Permukiman pada umunya Namun yang banyak kita temui di Indonesia
merupakan suatu lingkungan hunian yang saat ini jauh dari apa pengertian permukiman
mempunyai fasilitas-fasilitas prasarana dan itu sebenarnya. Terkait akan hal itut, berbagai
sarana didalamnya, untuk menunjang segala masalah timbul dari sebuah permukiman. Di

@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)


Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado
Mei 2014
164 D.M. DAMISI, V.A. KUMURUR & R.L.E. SELA

Indonesia hal paling kompleks yang muncul pesisir kabupaten Boalemo. Kawasan
dari masalah permukiman ini yakni tumbuh permukiman suku Bajo termasuk dalam
dan menjamurnya kawasan permukiman– kategori permukiman tradisional yang
permukiman kumuh yang tersebar di seluruh memiliki karakter unik didalamnya baik dari
wilayah Indonesia baik itu kota maupun bentuk rumah, sosial serta budaya
kabupaten. Tumbuh dan berkembangnya penduduknya, contohnya seperti tinggal diatas
permukiman kumuh disebabkan oleh berbagai air.
hal seperti urbanisasi dan pertumbuhan Berdasarkan observasi awal di Desa
penduduk (Doxiadis, 1968). Bajo, kawasan permukiman tradisional ini
Meningktanya angka pertumbuhan memiliki ciri-ciri yang dikategorikan sebagai
penduduk di Indonesia tidak sebanding kawasan permukiman kumuh diantaranya
dengan adanya pembukaan lahan-lahan seperti kondisi hunian yang tidak teratur,
permukiman, oleh sebab itu banyak lahan- adanya kepadatan bangunan, serta kurangnya
lahan yang tidak seharusnya untuk fasilitas-fasilias umum untuk sebuah
permukiman tapi dijadikan kawasan permukiman dengan berbagai permasalahan
permukiman yang akhirnya terkategori dalam didalamnya. Padahal kawasan ini memiliki
permukiman kumuh karena dibangun tanpa potensi untuk menjadi suatu objek wisata di
fasilitas yang seharusnya. Boalemo. Oleh sebab itu dilakukan penelitian
Permukiman kumuh adalah kawasan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang
permukiman yang mengalami penurunan menyebabkan kekumuhan di kawasan
kualitas baik secara fisik maupun sosail, permukiman pesisir tradisional suku Bajo
ekonomi, dan juga budaya masyarakat. yang terletak di Desa Bajo Kecamatan
Keberadaan permukiman kumuh meskipun Tilamuta Kabupaten Boalemo Provinsi
tidak di kehendaki namun harus kita akui Gorontalo.
bahwa keberadaannya sulit untuk dihindari
dalam perkembangan wilayah baik kota Permukiman Kumuh
maupun kabupaten. Kantong-kantong kumuh Permukiman adalah bagian dari
semakin hari seakan merajalela disemua lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
wilayah, seperti halnya di Provinsi Gorontalo satu satuan perumahan yang mempunyai
yang masih tergolong sebagai provinsi baru. prasarana, sarana, utilitas umum, serta
Dalam hal ini konsentrasi penelitian lebih mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kepada kabupaten Boalemo karena wilayah kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
tersebut tergolong dalam wilayah dengan Menurut UU No.1 Tahun 2011 pasal 1
tingkat kepadatan yang rendah namun tentang perumahan dan kawasan permukiman,
memiliki tingkat kemiskinan yang tergolong dijelaskan bahwa kawasan permukiman
lebih tinggi, dibandingkan wilayah-wilayah adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
lain di Provinsi Gorontalo sehingga kawasan lindung, baik berupa kawasan
berpotensi besar dalam melahirkan lebih perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
banyak kantong-kantong kumuh. sebagai lingkungan tempat tinggal atau
Kabupaten Boalemo memiliki letak lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
pusat pemerintahan yang tidak jauh dari mendukung perikehidupan dan penghidupan.
kawasan pesisir sehingga banyak kawasan Permukiman kumuh adalah
permukiman tumbuh dan berkembang permukiman yang tidak layak huni karena
tersebar di wilayah pesisir. Salah satu ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
kawasan permukiman pesisir yang memiliki bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan
daya tarik tersendiri dibanding kawasan serta sarana dan prasarana yang tidak
permukiman lain yaitu kawasan permukiman memenuhi syarat (UU No.1 Tahun 2011).
suku Bajo yang letaknya berada dikawasan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEKUMUHAN KAWASAN... 165

Menururt Bianpoen (1991) dalam atau dimensi seperti tingkat kepadatan dan
Auliannisa. D (2009), lingkungan keteraturan bangunan, kualitas bangunan,
permukiman kumuh dapat digambarkan kondisi sarana dan prasarana dan utilitas
sebagai lingkungan permukiman yang kondisi umum yang memenuhi persyaratan dan tidak
tempat tinggal atau tempat huniannya membahayakan penghuni, serta kondisi sosial
berdesakan, luas rumah tidak sebanding ekonomi masyarakat lokal. Aspek dan kriteria
dengan jumlah penghuni, rumah berfungsi kawasan permukiman kumuh seperti pada
sekedar tempat istirahat dan melindungi diri Tabel 1.
dari panas, dingin dan hujan, lingkungan dan
tata permukimannya tidak teratur, bangunan Kawasan Permukiman Pesisir
sementara, tanpa perencanaan, prasarana Pada dasarnya wilayah pesisir adalah
kurang (MCK air bersih, saluran buangan, wilayah yang merupakan tanda atau batasan
listrik, gang lingkungan jorok dan menjadi wilayah daratan dan wilayah perairan yang
sarang penyakit), fasilitas sosial kurang mana proses kegiatan atau aktivitas bumi dan
(sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan), penggunaan lahan masih mempengaruhi
mata pencaharian penghuni tidak tetap dan proses dan fungsi kelautan (Kay dan Alder,
usaha non-formal, tanah bukan milik 1999). Menurut Suprihayono (2007) wilayah
penghuni, pendidikan rendah, penghuni sering pesisir adalah wilayah pertemuan antara
Tabel 1. Identifikasi Faktor-faktor Kekumuhan Berdasarkan
Indikator Kumuh

Sumber: Draft Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman Kumuh


Dirjen Cipta Karya-Kementrian PU (2014)

tidak tercatat sebagai warga setempat, rawan daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir
kebakaran, banjir dan rawan terhadap meliputi bagian daratan, baik kering maupun
timbulnya penyakit. terendam air, yang masih dipengaruhi oleh
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut,
Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh dan perembesan air asin.
Berdasarkan draft Panduan Identifikasi Permukiman pesisir adalah suatu
Kawasan Permukiman Kumuh Direktorat lingkungan hunian yang terlatak di wilayah
Pengembangan Permukiman Dirjen Cipta antara pertemuan daratan dan lautan yang
Karya Kementrian PU, penentuan kriteria didalamnya terdapat kegiatan penghidupan
kawasan permukiman kumuh dilakukan oleh kelompok pemukim tersebut yang
dengan mempertimbangkan berbagai aspek
166 D.M. DAMISI, V.A. KUMURUR & R.L.E. SELA

dominan memanfaatkan potensi di wilayah


pesisir dalam pemenuhan kebutuhan. Kondisi Bangunan
Lingkungan permukiman di kawasan Kondisi bangunan dapat mempengaruhi
pesisir pada umumnya merupakan kawasan kekumuhan suatu kawasan permukiman
kumuh dengan tingkat pelayanan akan berdasarkan indikatornya yakni tingkat
pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana kualitas bangunan, tingkat kepadatan
dasar lingkungan yang sangat terbatas, bangunan, tingkat kelayakan bangunan, dan
khususnya keterbatasan untuk memperoleh tingkat penggunaan luas lantai. Jika kondisi
pelayanan sarana air bersih, drainase dan bangunan di kawasan permukiman buruk,
sanitasi,serta prasarana dan sarana untuk dengan nilai sangat tingi pada masing-masing
mendukung pengolahan dan pemasaran hasil indikator kekumuhan, maka aspek kondisi
perikanan (Amir Mahmud, 2007). Menurut bangunan tersebut akan teridentifikasi sebagai
Satria (2004) dalam Ikhsani (2011), faktor kekumuhan.
masyarakat pesisir adalah sekumpulan
masyarakat yang hidup bersama-sama Kondisi Sarana dan Prasarana Dasar
mendiami wilayah pesisir membentuk dan Dalam identifikasi suatu kawasan
memiliki kebudayaan yang khas yang terkait permukiman kumuh, terdapat aspek kondisi
dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sarana dan prasarana yang harus diperhatikan.
sumberdaya pesisir. Dalam hal ini terdapat beberapa indikator
yakni tingkat pelayanan air bersih, kondisi
Lokasi sanitasi lingkungan, kondisi persampahan,
Pada aspek lokasi terdapat beberapa kondisi saluran air hujan, dan kondisi jalan.
indikator untuk menentukan kekumuhan suatu Melalui indikator-indikator tersebut dapat
lokasi kawasan permukiman. Indikator- ditentukan kekumuhan suatu kawasan
indikator tersebut yakni legalitas tanah, status permukiman dengan pemberian nilai pada tiap
penguasaan bangunan, frekuensi bencana indikator kekemuhan.
kebakaran, frekuensi bencana banjir,
frekuensi bencana tanah longsor. Suatu lokasi Kondisi Sosial Ekonomi
dikatakan kumuh atau identik dengan Tinggi rendahnya kondisi sosial
kekumuhan dapat ditentukan berdasarkan ekonomi dapat mempengaruhi kondisi
penetapan nilai pada tiap indikator-indikator kekumuhan suatu kawasan permukiman.
tersebut. Lokasi-lokasi yang indentik dengan Tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan, dan
kekumuhan yakni permukiman di kawasan tingkat pendapatan merupakan indikator yang
sepanjang bantaran sungai, di kawasan terdapat pada aspek kondisi sosial ekonomi.
pesisir, diatas air, di bawah jembatan, di Kondisi sosial ekonomi masyarakat akan
piggir rel kereta api. menentukan kualitas dari suatu kawasan
permukiman.
Kepedudukan
Aspek kependudukan merupakan salah METODOLOGI
satu faktor yang erat hubungannya dengan Penelitian ini menggunakan metode
suatu kekumuhan. Kependudukan dapat deskriptif. Data primer diperoleh dari hasil
mempengaruhi kekumuhan disuatu kawasan survey lapangan yang dilakukan saat berada
permukiman berdasarkan tingkat kepadatan di kawasan permukiman Desa Bajo. Obsevasi
penduduk dan pertambahan penduduk yang dilakukan melalui cara pengamatan langsung
merupakan bagian dari indikator kekumuhan. di lokasi penelitian. Wawancara untuk
Pertumbuhan penduduk adalah salah satu mengumpulkan data secara langsung serta
penyebab berkembangnya permukiman melalui kuisioner. Dokumentasi dengan cara
kumuh. Jika terjadi peningkatan pertumbuhan merekam potret objek terkait dan aktifitas di
penduduk yang tidak sebanding dengan kawasan permukiman Desa Bajo.
pembukaan lahan permukiman maka akan Untuk mendapatkan faktor-faktor
semakin banyak lahan-lahan yang tidak penyebab kekumuhan di kawasan
seharusnya dijadikan sebagai kawasan permukiman Desa Bajo menggunakan metode
permukiman yang akhirnya terkategori analisis deskriptif sebagai gambaran
sebagai permukiman kumuh. terstruktur dalam identifikasi kawasan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEKUMUHAN KAWASAN... 167

permukiman. Faktor-faktor dominan pada point sebelumnya. Namun dari faktor-


kekumuhan kawasan permukiman Desa Bajo faktor penyebab kekumuhan yang telah
dapat ditentukan melalui cara pembobotan teridentifikasi itu, ada 2 (dua) faktor yang
(scoring) dengan menentukan nilai tertinggi. paling dominan sebagai penyebab kekumuhan
Range nilai yang digunakan yakni 1-5. Bobot di kawasan permukiman Desa Bajo Tilamuta
5 diberikan untuk indikator yang berdasarkan karakter lokal masyarakat Bajo
menunjukkan nilai sangat tinggi, sedangkan sebagai kawasan permukiman tradisional.
bobot 3 diberikan untuk indikator dengan Untuk mendapatkan faktor-faktor dominan
nilai tinggi, dan bobot 1 untuk indikator yang tersebut, maka dilakukan teknik analisis
dengan nilai sedang. skoring yang terurai melalui tabel diberikut
ini.
Berdasarkan hasil analisis, pada tabel 6
HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan bahwa faktor-faktor dominan
Faktor-faktor Penyebab Kekumuhan penyebab kekumuhan di kawasan
Kawasan Permukiman Desa Bajo permukiman Desa Bajo Tilamuta adalah
Kecamatan Tilamuta kondisi prasarana sarana dasar dan kondisi
Permukiman adalah bagian dari bangunan hunian. Kedua faktor tersebut
lingkungan, sedangkan permukiman kumuh menjadi faktor dominan penyebab
yaitu permukiman yang tidak layak huni kekumuhan di kawasan permukiman Desa
karena ketidakteraturan bangunan, tingkat Bajo Tilamuta karena memiliki bobot
kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas tertinggi sebagai nilai kekumuhan
bangunan serta sarana dan prasarana yang berdasarkan indikator yang ada. Masing-
tidak memenuhui syarat (Ketentuan Umum masing memiliki total bobot yakni 23 untuk
Dalam UU No.1 Tahun 2011). Dalam hal ini kondisi prasarana sarana dasar dan 16 untuk
kawasan permukiman Desa Bajo merupakan kondisi bangunan hunian.
salah satu permukiman yang terkategori
Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar
kumuh sebagai lokasi dalam penelitian ini.
Lokasi permukiman masyarakat Bajo
Berdasarkan hasil penelitian, maka
yang berada di atas permukaan laut atau di
dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
atas air merupakan sebab utama tidak
penyebab kekumuhan di kawasan
maksimalnya penyediaan fasilitas prasarana
permukiman Desa Bajo adalah : Lokasi,
dan sarana dasar di kawasan permukiman
kependudukan, kondisi bangunan hunian,
Desa Bajo khususnya untuk penyediaan air
kondisi prasarana dan sarana dasar, dan
besih.. Permukiman masyarakat Bajo yang
kondisi sosial ekonomi. Kelima aspek
berada di pesisir Boalemo, yang sedikit jauh
tersebut menjadi faktor penyebab kekumuhan
dari keramaian kota atau pusat kota Boalemo,
di Desa Bajo karena berdasarkan analisis
nampaknya merupakan salah satu sebab tidak
untuk identifikasi kawasan permukiman
terpenuhinya pelayanan air bersih di
kumuh, kelimanya memiliki andil dalam
permukiman tersebut.
setiap kekumuhan yang terjadi dari setiap
Kondisi Drainase di kawasan
indikatornya (Tabel 2).
permukiman Desa Bajo juga tergolong sangat
Indikator-indikator dari setiap aspek
tinggi untuk indikator kekumuhan di Desa
pada sebaran nilai yang ada pada tabel 5,
Bajo. Karakter lokal masyarakat Bajo yang
menunjukkan dengan jelas bahwa dari setiap
dari dulunya hidup di atas laut tentunya tidak
indikator memiliki nilai sebagai faktor
terikat dengan ada atau tidaknya fasilitas
penyebab kekumuhan di kawasan
drainase, sehingga aspek drainase tersebut
permukiman Desa Bajo Kecamatan Tilamuta.
tidak terlalu diperhatiakan. Kurangnya
Faktor-faktor Dominan Kekumuhan drainase bahkan tidak tersedianya drainase di
Kawasan Permukiman Desa Bajo kawasan permukiman Desa Bajo Tilamuta
Kecamatan Tilamuta bukanlah hal yang serius bagi mereka karena
Kawasan permukiman Desa Bajo intensitas banjir juga sangat rendah untuk
Tilamuta teridentifikasi sebagai kawasan kawasan permukiman Desa Bajo ini dan
permukiman kumuh, disebabkan oleh berdasarkan persepsi masyarakat Bajo, untuk
berbagai faktor seperti yang telah dijelaskan hidup di atas laut tidak memerlukan adanya
drainase.
168 D.M. DAMISI, V.A. KUMURUR & R.L.E. SELA

Tabel 2. Sebaran Nilai Kekumuhan

Sumber: Dimodifikasi dari Draft Pedoman Umum Identifikasi Kawasan


Permukiman Kumuh, Direktorat Pengembangan Permukiman Dirjen Cipta
Karya – Departemen PU (2014)
Kondisi persampahan dan air limbah di sekitar tempat tinggal mereka. Tidak adanya
kawasan permukiman Desa Bajo juga masih petugas kebersihan untuk mengangkut
dipengaruhi oleh karakter lokal dari sampah di Desa Bajo dan tidak tersedianya
masyarakat Bajo. Sampah-sampah yang TPS atau tempat pembuangan sampah
dihasilkan tiap rumah tangga sebagian besar samentara menambah buruknya kondisi
tampak berserakan dan menumpuk di pengelolaan sampah di kawasan permukiman
sepanjang pesisir dan di permukaan laut Desa Bajo Tilamuta.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEKUMUHAN KAWASAN... 169

Kondisi air limbah, tidak jauh berbeda atau SPM. Mayoritas greywater dibuang ke

Tabel 3a. Pembobotan Aspek Lokasi

Sumber: Dimodifikasi dari Draft Pedoman Umum Identifikasi Kawasan Permukiman


Kumuh, Direktorat Pengembangan Permukiman Dirjen Cipta Karya – Departemen
PU (2014)

Tabel 3b. Pembobotan Aspek Kependudukan

Sumber: Dimodifikasi dari Draft Pedoman Umum Identifikasi Kawasan Permukiman


Kumuh, Direktorat Pengembangan Permukiman Dirjen Cipta Karya – Departemen
PU (2014)

Tabel 3c. Pembobotan Aspek Kondisi Bangunan

Sumber: Dimodifikasi dari Draft Pedoman Umum Identifikasi Kawasan Permukiman


Kumuh, Direktorat Pengembangan Permukiman Dirjen Cipta Karya – Departemen PU
(2014)
dengan kondisi persampahan. Tidak ada laut, sedangkan untuk blackwater ada yang
separasi antara greywater dan blackwater membuangnya di tanah dengan cara
sesuai tuntutan standar pelayanan minimal mengubur dan ada juga yang langsung
170 D.M. DAMISI, V.A. KUMURUR & R.L.E. SELA

Tabel 3d. Pembobotan Aspek Kondisi Prasarana dan Sarana Dasar

Sumber: Dimodifikasi dari Draft Pedoman Umum Identifikasi Kawasan Permukiman


Kumuh, Direktorat Pengembangan Permukiman Dirjen Cipta Karya – Departemen PU
(2014)

Tabel 3e. Pembobotan Aspek Kondisi Sosial Ekonomi

Sumber: Dimodifikasi dari Draft Pedoman Umum Identifikasi Kawasan Permukiman


Kumuh, Direktorat Pengembangan Permukiman Dirjen Cipta Karya – Departemen PU
(2014)
membuangnya di laut karena masih terbiasa dekatan tanpa jarak, dan sebagian besar
hidup dengan budaya tradisional mereka. merupakan rumah non permanen karena unsur
Dimana hal tersebut tanpa sepengetahuan tradisional dari Suku Bajo ini, membuat
mereka, dapat mengancam ekosistem laut kawasan permukiman tersebut terlihat kumuh.
serta tidak sesuai dengan standar pelayanan Suku Bajo Tilamuta nampaknya sudah jauh
minimal untuk sebuah kawasan permukiman. dari prinsip kearifan lokal yang diemban oleh
leluhur mereka yakni menjaga kekayaan laut
Kondisi jalan di kawasan permukiman dan keberlangsungan ekosistem laut. Terbukti
Desa Bajo tergolong tinggi untuk indikator dengan hasil penelitian yang menunjukkan
kekumuhan karena sekitar 55% belum di indikator-indikator kumuh terdapat dalam
aspal dan beberapa bagian mulai berlubang kawasan permukiman pesisir tradisional Suku
sehingga disaat hujan air tergenang. Jalan Bajo Tilamuta.
bukan merupakan hal yang terlalu penting Pada hakekatnya, Suku Bajo memiliki
untuk masyarakat Bajo karena karakter lokal tradisi yang sudah dipegang teguh oleh para
masyarakat Bajo yang sebagian besar leluhur yakni antara lain dilarang membuang
melakukan kegiatan sehari-harinya di atas ke perairan laut seperti, air cucian teripang,
laut. arang kayu atau abu dapur, puntung dan abu
Kondisi Bangunan Hunian rokok, air cabai, jahe dan air perasan jeruk,
Pola bermukim masyarakat Bajo di atas dan larangan mencuci alat memasak (wajan)
air merupakan faktor penyebab kekumuhan di perairan laut. Tradisi tersebut merupakan
yang terjadi di kawasan permukiman Suku pantangan bagi Suku Bajo, yang memiliki
Bajo di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta. tujuan sangat baik untuk tetap menjaga
Rumah-rumah yang tidak teratur, berdekat- kelestarian laut walaupun mereka hidup dan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEKUMUHAN KAWASAN... 171

tinggal di laut. Namun hal ini tidak terlihat Kedua faktor tersebut dikatakan
lagi di kawasan permukiman Desa Bajo sebagai faktor dominan karena
Tilamuta. Hal yang menjadi tradisi tersebut berdasarkan analisis skoring memiliki
yang tujuannya adalah untuk menjaga bobot tertinggi sebagai nilai
ekosistem laut dan kelestarian pesisir laut, kekumuhan berdasarkan indikator yang
berbanding terbalik dengan keadaan Desa ada, dan berdasarkan karakter lokal
Bajo Tilamuta. Ditunjukkan dengan dengan masyarakat Bajo di kawasan
terindentifikasinya faktor-faktor kekumuhan permukiman Desa Bajo.
di kawasan permukiman Desa Bajo Tilamuta.
Tradisi yang di emban para leluhur,
mulai memudar sedikit demi sedikit, karena DAFTAR PUSTAKA
aspek modernitas yang mulai masuk di Amir. 2007. Model Komunikasi
kawasan permukiman Desa Bajo Tilamuta. Pembangunan Dalam Penyediaan
Kearifan lokal Suku Bajo dalam menjaga Prasarana Perdesaan Di Kawasan
kelestarian pesisir dan laut, kini tinggal Pesisir Utara Jawa Tengah (Studi
menjadi sebuah semboyan mulia yang Kasus Desa Morodemak dan Purwosari
tergerus oleh modernitas sehingga Kabupaten Demak). Semanarang:
kekumuhan tidak terhindarkan lagi. UNDIP
Memperihatinkan, laut yang dulunya Auliannisa, D. 2009. Permukiman Kumuh Di
disakralkan Suku Bajo dan menjadi andalan Kota Bandung. Depok: Universitas
satu-satunya bagi Suku Bajo baik sebagai Indonesia
tempat tinggal hingga ladang untuk mencari Doxiadis, Constantinos A. 1968. An
ikan yang merupakan mata pencaharian utama Introduction To The Science Of Human
masyarakat Bajo, kini terkesan hanya sebagai Settlements-Ekistics. London:
hal yang biasa saja atau tidak sesakral dulu. Hutchinson of London
Kawasan permukiman masyarakat Bajo Ikhsani, FW. 2011. Optimasi Pengelolaan dan
dengan tipologi sebagai permukiman kumuh Pengembangan Budidaya Ikan Kerapu
dan permukiman kumuh di atas air Macan pada Kelompok Sea Farming di
menjadikan kawasan permukiman ini lebih Pulau Panggang, Kabupaten
khusus dalam penanganannya karena karakter Administratif Kepulauan Seribu.
dari pola bermukim mereka yang dari dulunya Bogor: IPB Press
sudah tinggal di atas air, dan kebiasaan Kartiko, Restu. 2010. Asas Metodologi
masyarakat Bajo yang tinggal berdekat- Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu
dekatan sebagai cara memperkuat hubungan Kay, R dan J, Alder. 1999. Coastal Planning
sosial mereka and Management. London: E&FN
Spon
KESIMPULAN Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem
1. Faktor-faktor penyebab kekumuhan di Sumber Daya Hayati. Yogyakarta:
kawasan permukiman Desa Bajo Pustaka Pelajar
Kecamatan Tilamuta Kabupaten
Boalemo : Artikel Dari Majalah Internet
a. Lokasi 1. Majalah Sains Indonesia Edisi 10.
b. Kependudukan Oktober 2012. Rumah Suku Bajo Tak
c. Kondisi Bangunan Hunian Gentar Hadapi Ombak, Angin, dan
d. Kondisi Prasarana dan Sarana Gempa. Bogor : PT. Sarana Komunikasi
Dasar Utama
e. Kondisi Sosial Ekonomi 2. http://www.sainsindonesia.co.id/index.ph
2. Faktor-faktor dominan penyebab p?option=com_content&view=article&id
kekumuhan di kawasan permukiman =306:rumah-suku-bajo-tak-gentar-
Desa Bajo adalah sebagai berikut : hadapi-ombak-angin-dan-
gempa&catid=29&Itemid=134
a. Kondisi Prasaran dan Sarana
3. [11 Mei 2014, 8.27 pm]
Dasar
b. Kondisi Bangunan Hunian
172 D.M. DAMISI, V.A. KUMURUR & R.L.E. SELA

Data Peraturan / Laporan Pemerintah


1. Buku Profil Desa Bajo Tahun 2013
(Sekertaris Desa Bajo, Kantor Desa
Bajo)
2. Draft Pedoman Identifikasi Kawasan
Permukiman Kumuh, Direktorat
Pengembangan Permukiman, Direktorat
Jenderal Cipta Karya – Departemen
Pekerjaan Umum Tahun 2014
3. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang
Perumahan dan Permukiman

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai