Anda di halaman 1dari 16

Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

THE CHARACTERISTICS OF INHABITANTS


PALU RIVERS FLOOD BASIN

Pudji Astutiek Fachruddin


Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur – Universitas Tadulako

Abstract

The Aims of the study was to analysis the impact of urban economic activities, socioeconomic
conditions and sociocultureal of migrants on the development of housing in the Palu Rivers flood Basin.
The Data were obtained through quistionare, interview, observation , and documentation. The number
of sample was 15 % of 150 respondents. The Method of Analysis used in the study was descriptive –
qualitative.
The Result of the study indicate that socioeconomic activities have an effect on the characteristic of the
inhabitants. This is indicate by 82 % of the respondents come to Palu to find a job and 47,67 % live in the
working location, and 24,66 % live around it. The Relationship between the people who come from the
same village residing in the area is 57,33 %. The specific characteristic of the residentsfound in the location
is they work in informal sector of town. Therefore it is recommended to the government to make a policy
to organize the housing in the area based on environmental law,the organized the housing the area based
on the characteristic of the inhabitants, anf the free area about 50 metre – 100 metre from the housing, so
that it can be used as a flood barrier and for reforestation.

Keywords: Palu Rivers, Inhabitants, Characteristics

PENDAHULUAN disebabkan karena kondisi yang tidak


Manusia sebagai mahluk yang seimbangnya pengaturan perumahan dan
berbudaya, kawasan perkotaan dengan pertumbuhan penduduk kota di setiap saat
kelengkapan fasilitas dan kegiatan dapat berubah. Gejala tersebut umumnya
perekonomian kota dapat menjadi daya terjadi pada daerah bantaran sungai dimana
tarik bagi masyarakat pedesaan untuk ber saat ini walaupun sudah diatasi oleh
migrasi ke kota. Adanya migrasi tersebut pemerintah dengan pengadaan rumah
tentu mempunyai motivasi tersendiri dan susun ataupun penataan perumahan masih
salah satu diantaranya adalah mencari tetap bermunculan rumah-rumah liar
lapangan pekerjaan. Ber mukimnya disekitarnya. Meningkatnya pemukim illegal
sejumlah penduduk dalam kota ber maka akan ditunjang dengan faktor sosial
konsekwensi pada penyediaan perumahan budaya yang dimiliki warga masyarakat
dalam kawasan perkotaan dan tidak yang ada di lingkungan pemukiman
semudah mendapatkannya seperti daerah tersebut.
asal migran tersebut. Pembangunan Selain itu pekerjaan sektor informal
perumahan illegal dikawasan pusat kota akan berbanding lurus dengan
diakibatkan tingginya harga lahan yang ada pertumbuhan dan perkembangan
sehingga dalam beberapa lokasi pusat kota lingkungan perumahan yang ada dikawasan
tumbuh lingkungan perumahan secara pusat kota
illegal. Masyarakat migran yang ada di
Permasalahan perkotaan yang terkait perkotaan berpindah dari desa ke kota dan
dengan perumahan ilegal yang terdapat dapat mengalami perubahan sosial ekonomi
dalam pusat kota dapat terjadi karena

56
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

akan tetapi perubahan sosial budaya banyak berorientasi dengan kegiatan


terkadang sulit untuk terjadi, khususnya perdagangan di kota Palu.
budaya desa yang biasanya masih tetap b. Pada kelurahan Ujuna dihuni oleh
mereka gunakan baik ditinjau dari kebanyakan masyarakat etnis bugis
keakrabannya untuk memanggil keluarganya Makassar dan suku jawa yang dapat
menekuni pekerjaan yang sama sehingga diprosentasikan suku bugis makassar
menambah rumah tinggal yang ilegal lagi diperkirakan sebesar 80 % sedangkan
dan disamping itu budaya desa yang suku jawa 20 % yang bermukim di
mengakibatkan pertumbuhan lingkungan kelurahan tersebut yang khususnya
perumahan yang kumuh. selain masalah berada di daerah pinggiran sungai.
tersebut juga dapat mengurangi aksesibilitas c. Pada kelurahan Tatura Selatan sebagian
di daerah perkotaan, khususnya pergerakan besar dihuni oleh etnis Toraja (hasil
penduduk yang bermukim di daerah bantaran pengamatan lapangan 2001 ).
sungai. Konsekwensi berkurangnya Untuk hal tersebut diatas mempunyai
aksesibilitas tersebut maka permasalahan daya tarik tersendiri untuk pengamatan
masyarakat kota khususnya yang terkait bertambahnya rumah tinggal di daerah
dengan perencanaan lingkungan dan sekitar akan disebabkan etnis tersebut
kebijakan perkotaan ( Koester, 1995 ). mempunyai karakteristik tersendiri yang
Pada tahap penelitian awal dapat dapat dilihat dari sisi sosial ekonomi dan
diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya yaitu sosial budaya yang dimilikinya.
yang terbentuk oleh beberapa Faktor Berdasarkan uraian tersebut diatas maka
diantaranya (a) lokasi yang strategis yang issu pokok dalam penelitian ini adalah bahwa
berdekatan dengan fasilitas dasar yang Fasilitas ekonomi perkotaan dan karakteristik
dibutuhkan oleh masyarakat dalam jangkauan migran yang ada menjadi daya tarik untuk
pejalan kaki, sirkulasi,dan transportasi kota bermukim disekitar daerah bantaran sungai.
(b) lokasi strategis yang dekat dengan pusat
perdagangan dalam kota (c) Kemampuan RUMUSAN MASALAH
pemukim ( Astutiek, 2001 ). Perkembangan kota Palu saat ini sangat
Di Kota Palu khususnya di kelurahan pesat dengan tumbuh kembangnya
Besusu Barat, kelurahan Tatura Selatan, dan lingkungan permukiman yang terencana
Kelurahan Ujuna mempunyai tingkat maupun yang tidak terencana dimana yang
kepadatan penduduk migran yang berbeda. terencana kemungkinan bisa tertatur dan
Demikian pula spesifikasi budaya kaum lingkungannya akan mudah dan nyaman
migran terdapat beberapa perbedaan bila dinikmati akan tetapi hal ini membutuhkan
ditinjau dari budaya masing-masing. biaya yang tidak sedikit untuk memiliki rumah
Masyarakat di lokasi tersebut diatas tinggal tersebut. Bagi rumah tinggal yang
mempunyai budaya etnis yang berbeda yaitu : tidak terencana dan cenderung menjadi
a. Di kelurahan Besusu Barat dihuni kumuh juga akan terlihat di kawasan pusat
sebagian besar masyarakat etnis Kaili kota karena hal ini juga pasti terjadi bagi
yang secara kronologis menjadi tuan masyarakat yang datang di kota Palu dengan
tanah pada daerah sekitar tetapi dalam dalih mencari lapangan pekerjaan dan tidak
kenyataan tergusur ke arah belakang mempunyai banyak dana untuk mencari lahan
dekat dengan pinggiran sungai sehingga karena mahalnya lahan yang ada di kawasan
bangunan rumah tinggalnya kea rah pusat kota maka mereka akan mengisi lahan
belakang jalan utama dan aktivitasnya
57
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

perkotaan secara illegal oleh karena itu maka 1. Persyaratan Teknis, ekologis dan
masalah yang dapat diangkat adalah : administratif dan wajib melakukan
a. Apakah Fasilitas Ekonomi kota merupakan pemantauan dan pengelolaan lingkungan
faktor pendorong pertumbuhan dimana persyaratan teknis berkaitan
lingkungan perumahan di daerah bantaran dengan keselamatan dan keamanan
sungai Palu bangunan.
b. Bagaimana kondisi sosial budaya dan sosial 2. persyaratan ekologis berkaitan dengan
ekonomi pemukim yang merupakan keserasian dan keseimbangan baik antara
penyebab pertumbuhan lingkungan lingkungan buatan maupun dengan
perumahan di daerah bantaran sungai Palu lingkungan sisal budaya.
3. persyaratan administrasi berkaitan dengan
TUJUAN PENELITIAN pemberian izin lokasi dan izin mendirikan
Tujuan Penelitian ini adalah : bangunan rumah.
1. Menganalisis pengaruh kegiatan fasilitas Pemantauan lingkungan dengan tujuan
kota terhadap pertumbuhan lingkungan untuk mengetahui dampak negative yang
perumahan yang ada di daerah bantaran terjadi selama pelaksanaan pembanguanan
sungai Palu rumah atau perumahan, sedangkan
2. menganalisis karakteristik dan kondisi pegelolaan lingkungan bertujuan untuk dapat
sosial budaya dan sosial ekonomi mengambil tindakan koreksi bila terjadi
pemukim sebagai penyebab pertumbuhan dampak negatif. Rencana pemantauan dan
lingkungan perumahan di daerah bantaran pengelolaan lingkungan disusun dan
sungai Palu dilaksanakan dengan mempertimbangkan
tingkatan dampak yang timbul sesuai dengan
TINJAUAN PUSTAKA peraturan yag berlaku ( penjelasan Undang-
Pengertian Perumahan dan Lingkugannya undang nomor 4 tahun 1992 pasal 7 ). Untuk
Perumahan sebagai suatu struktur fisik menangani masalah perumahan ada
disebut sebagai suatu tempat tinggal atau beberapa strategi pendekatan yang
kediaman yang arti kecilnya dapat berupa dilaksanakan oleh beberapa Negara
suatu tempat tinggal / tenda, gua, rumah berkembang yaitu :
,mobil atau apartemen yang pada dasarnya a) Pendekatan “ Laissez – Faire “
adalah suatu rumah yang terlihat sebagai Pendekatan ini menganut system bebas
suatu struktur yang melindungi penghuni dari dimana kaum urban mencari sendiri
elemen – elemen yang menyediakansecara penyelesaian perumahan mereka dalam
tersendiri, mempertinggi status dan prestise kegiatan pemukiman liar dan tanah yang
(laquian dalam mahmud, 1998 ).adapun yang kumuh.
dimaksud dengan membangun rumah atau b) Pendekatan “ Instutional Frame “
perumahan termasuk pula membangun baru, Kesadaran pemerintah membawa pihak
pemugaran, dan memperluas rumah haud swasta membangun perumahan dengan
dengan mempertimbagkan faktor setempat, bantuan fasilitas Pemerintah.
berupa keadaan fisik . ekonomi, sosial dan c) Pendekatan “ Partial “
budaya serta keterjangkauan baik di Pemerintah terlibat dalam penyediaan
pedesaan maupun di perkotaan. perumahan maupun dana bantuan
Mewujudkan lingkungan perumahan yang d) Pendekatan “ Total Action “
layak maka pembangunannya harus Pendekatan ini merupakan program
mengikuti beberapa persyaratan yaitu : membangun secara besar-besaran baik
58
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

secara horizontal maupun secara vertikal 1. sulitnya mencari pekerjaan dan


lalu dipersewakan. rendahnya tingkat upah dipedesaan
2. yang lebih besar dimana secara teoritis
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat akan memberikan dampak
disimpulkan bahwa perumahan merupakan menyempitnya lahan pertanian di
suatu kebutuhan hidup bagi masyarakat pedesaan.
umum dan khusus yang mana 3. rendahnya jenjang dan fasilitas
pembangunannya diharapkan dapat pendidikan di pedesaan.
terkoordinasi dengan baik oleh pemerintah 4. meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di
maupun pihak swasta. industri dan pusat bisnis di kota
( Gugler, dalam jurnal sosioHumanika,
Pertumbuhan penduduk dan Urbanisasi 1999 ).
Proses Urbanisasi secara sederhana Menurut “ Report of the Nation
diartikan lebih mengarah pada konsep Committe of Housing “ dalam Astutiek 2001
perpindahan penduduk masuk ke kota dalan bahwa jika pertumbuhan penduduk dinegara
arti yang luas Stranatel (1992) sedang berkembang diperkirakan 6 %
mendefenisikan urbanisasi sebagai berikut : pertambahan pertahun maka pertumbuhan
“ a broad process of economic and sosial lingkungan perumahan yang merupakan
transformation reflected in transfer of daerah kumuh dapat mencapai 12 %
population from rural to urban areas, “ level pertahun. Mobilitas penduduk dengan skala
to Urbanization “ refer to the proportion of yang lebih besar secara teoritis akan
the nation population that resides in areas memberikan dampak terhadap pengelolaan
there are designated as urban “ suatu kota dalam hal ini dapat dilihat
(Suatu proses yang luas dari transformasi beberapa faktor yaitu :
ekonomi dan sosial direfleksikan dalam 1. Faktor Perkembangan Penduduk.
perpindahan penduduk dari daerah pedesaan Guinsburg , dalam Astutiek,2001,
ke daerah perkotaan, “ Tingkat Urbanisasi” mengatakan bahwa umumnya di Negara
menghantar pada proporsi penduduk suatu yang sedang berkembang seperti Asia dan
Negara yang menempati daerah –daerah yang Afrika tingkat migrasinya lebih tinggi
terbentuk sebagai perkotaan ). dibandingkan dengan Negara – Negara
Urbanisasi dapat diberi pengertian yaitu maju.
masyarakat desa yang mengalir menuju ke 2. Faktor Perkembangan Ekonomi Kota.
kota yang lebih besar dengan sasaran untuk 3. Faktor Perkembangan Sosial Kota.
mendapatkan taraf hidup yang lebih layak, Daviss, Gottman and Mc. Gee dalam
sehingga urbanisasi secara garis besar dapat Astutiek 2001 mngemukakan bahwa
dikatakan bahwa merupakan pemusatan atau perbedan yang pokok antara urbanisasi di
berkumpulnya penduduk kota (Astutiek, Negara maju dengan Negara sedang
2001 ). berkembang atau dunia ke tiga adalah
Dampak dari kebijakan makro seperti sejak dimulainya revolusi industri, karena
kurang berhasilnya ekonomi kerakyatan para migran telah terjamin pekerjaannya
dipedesaan akan memicu tingginya urbanisasi di sektor informal perkotaan khususnya di
( Maarif, Sunyoto Usman, 1990 ) jasa industry.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka akan Kota dicirikan sebagai salah satu bentuk
terjadi : pemukiman manusia yang tingkat
pemanfaatan ruang yang intensif, maka
59
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

secara geografis permukiman dalam volume kerja yang berdampak pada tenaga
pembangunan nya harus memperhatikan kerja di kota. Kecendrungan mesyarakat
interaksi Desa – Kota (Daldjoeni 1998 ).diskusi berpindah kekawasan perkotaan karena
tentang lingkungan mencakup dimensi yang motivasi mencari lapangan kerja yang mana
lebih luas yakni dimensi sosial, politik dan menyebabkan maasyarakat tersebut
ekonomi dari dampak proses urbanisasi bermukim sedekat mengkin dengan lokasi
secara luas yakni dimensi sosial, politik dan tempat kerjanya (Pontoh,1994). Maka untuk
ekonomi dari dampak proses urbanisasi yang kebutuhan perumahan masyarakat tersebut
cepat ( Nurmandi, 1999 ). menempati tanah tak bertuan disekitar
kawasan pusat kota ,dimana disamping dekat
Permukiman Kumuh di sekitar Pinggiran dengan tempat kerja juga menghemat biaya
sungai dan di sekitar Fasilitas Perekonomian transportasi ( Andhika, 1997 ). Menurut
Kota Nasution, 1992 Gejala ini menunjukkan
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan bahwa masalah pemukiman tidak hanya
ruang di kawasan pusat kota maka akan menyangkut perbandingan jumlah penduduk
terjadi kompetesi penggunaaan lahan, yang yang terus bertambah,akan tetapi juga
mana hal ini akan mengakibatkan harga dan persaingan dalam mendapatkan lokasi dan
nilai lahan di perkotaan cendrung akan telah menjadi kenyataan di kota-kota telah
meningkat. Dalam kompettisi tersebut kerap terjadi aglomerasi penduduk dengan berbagai
penggunaan lahan yang kurang produktif kegiatan perdagangan. Menurut Naing 1999,
seperti perumahan dan pelayanan umum bahwa adanya perbedaan sewa tanah di
kalah bersaing dan tergeser oleh penggunaan kawasan pusat kota disebabkan oleh adanya
kegiatan yang lebih produktif. Sejumlah perbedaan lokasi dan penggunaan tanah
masyarakat migran yang tak sanggup dipengaruhi nolehtingkat sewa tanah dan
mengantisipasi arus pergeseran ini terpaksa didasari pula pada aksessibilitas.sebagai
harus membangun perumahan dengan apa akibat dari pengaruh lokasi maka menurut
adanya pada tanah illegal di kawasan pusat Adisasmita, 1994 menekankan bahwa
kota yang sering terkena banjir atau di terkonsentrasinya fasilitas ekonomi pada
penggiran sungai dan pantai. Permasalahan suatu daerah geografis tertentu misalnya
ini menurut Suwarno, 1991 terjadi karena daerah-daerah perkotaan akan menciptakan
sungai merupakan lokasi termudah dan penghematan lokalisasi dan akan
terbuka untuk pembangunan pemukiman meningkatkan pertumbuhan kota
golongan masyarakat rendah . kondisi ini di tersebut.dapat disimpulkan bahwa fenomena
dukung pula dengan fungsi sungai yang pertumbuhan lingkungan perumahan
sangat menunjang bagi kelangsungan hidup, dikawasan pusat kota yang semakin
sehingga akan terjadi minimalisasi biaya meningkat terutama didaerah pinggiran
hidup. Selain itu lingkungan perumahan sungai yang berada di kawasan pusat kota
daerah sungai akan tumbuh tak terkendali dan dekat dengan fasilitas perekonomian kota
dan di huni brata-rata oleh masyarakat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi kaum
berpenghasilan rendah. Pertumbuhan migran yang datang kekawasan pusat kota
kegiatan fasillitas perekonomian seperti pusat dengan motivasi mencari lapangan pekerjaan.
peetokoan, pusat perdagangan, Kondisi ini akan menimbulkan kualitas
pembangunan pasar dan pembangunan lingkungan perumahan akan menurun dan
pelayanan umum lainnya di kawasan pusat terbentuknya pemukiman kumuh yang
kota akan menyebabkan meningkatnya produknya bertambah dan mengakibatkan
60
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

rawan banjir, penularan penyakit, dan bahkan wilayah akan tetapi hanya terbatas pada
tidak menutup kemungkinanakan terjadi beberapa tempat saja. Gejala pertumbuhan
tindakan criminal pada daerah tersebut. semakin meningkat sehingga kualitas dan
Lingkungan perumahan masyarakat keadaan lingkungan perumahan menurun dan
berpenghasilan rendah dimukim oleh kaum terbentuk apa adanya serta tidak layak huni,
migran, menyatu dan karakteristik kehidupan dimana hal ini akan terjadi di kawasan pusat
sosialnya hamper sama,dan umumnya tinggal suatu kota. Bentuk lingkungan perumahan
dokawasan pusat kota serta dekat dengan merupakan menifestasi dari nilai sosial dan
kegiatan tempat kerjanya. budaya masyarakat penghuninya sangat
spesifik dan merupakan produk dari kompleks
Masalah Perumahan Kota gagasan suatu budaya pemukim. Hal ini
Kota merupakan pusat pemukiman dan sejalan dengan paradigm bahwa dalam suatu
kegiatan penduduk dan sebagai tempat pemukiman pembangunan lingkungan
konsentrasi penduduk,maka kota menjadi perumahan di kawasan perkotaan merukan
inovasi semua aspek kota. Menurut Nasir, bagian integral dan kehidupan keluarga yang
1998, bahwa Kota mempunyai fungsi dan dapat meningkat dan berkembang,serta
peranan yang sangat penting serta dominan tumbuh sesuai dengan kondisi sumber daya,
dalam kehidupan masyarakat. Penting budaya serta pandangan atas kebutuhan
fungsinya karena kota merupakan wadah serta presepsinya. Untuk hubungan sosial
konsentrasi pemukiman penduduk dan budaya mannusia selalu berinteraksi dengan
berbagai kegiatan ekonomi, sosial dan politik. lingkungan sosial budayanya cendrung
Makin besar suatu kota maka permasalahan memilih lokasi pemukiman dekat dengan
perkotaan yang dihadapi adalah : kerabatnya baik tetangga, keluarga agar
1. Tingkat urbanisasi dan tingkat kontak sosial dapat terus berlangsung.
pertumbuhan penduduk relative tinggi. Adanya interaksi sosial ini semakin kuat dan
2. Keterbatasan lahan perkotaan berorientasi pada individu dengan masyarakat
menunjang pertumbuhan dan kegiatan di lainnya pada daerah sesama asalnya dengan
daerah perkotaan. budaya memberi peluang pada kerabat
3. Kondisi permukiman yang kurang sekampung untuk datang bermukim didaerah
memadai/terdapatnya daerah kumuh. perkotaan dengan modal keterampilan yang
4. Keterbatasan Pemerintah kota untuk sangat rendah. Keadaan ini cenderung
pelayananan perkotaan. meyebabkan masyarakat tersebut akan
5. Koordinasi dalam pembangunan di mempunyai kehidupan yang berkelompok
daerah perkotaan sifatnya dimensional disuatu tempat tertentu dalam kawasan pusat
dan multi sektoral / instansional. kota (Mulyati, Astutiek, 1996). Pendapat
Dengan datangnya kaum migran Yunus, 2000, yang mengatakan bahwa
dengan dalih kekerabatan maka akan kebanyakan kota-kota besar tidak tumbuh
bertambah lagi perumahan dengan kondisi dalam ruang yang sederhana hanya ditandai
apa adanya. Hal ini berlangsung terus oleh suatu pusat kegiatan saja namun
menerus sehingga satu lokasi perumahan terbentuk oleh suatu produk pekembangan
dalam kota yang illegal akan terbentuk suatu dan integrasi berlanjut terus dengan sejumlah
lingkungan perumahan yang dapat pusat-pusat kegiatan yang terpisah. Dapat
dikategorikan tidak layak huni.Naing, 1999, diidentifikasi beberapa faktor penyebab
tentang Aglomerasi mengatakan bahwa Aglomerasi yaitu :
pertumbuhan tidak terjadi pada segala 1. Specialized Facilities ( Fasilitas Khusus )
61
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

Faktor tersebut merupakan kegiatan budayanya, Karena rumah mengandung


tertentu membutuhkan fasilitas tertentu simbol status sosial maka perumahan
sebagai contoh daerah-daerah pengecer / merupakan masalah yang hamper seumur
retail districts dalam kegiatannya sangat peradaban manusia.
membutuhkan aksesbilitas yang maksimal. Hasil pembahasan secara teoritis
2. External Economics ( Ekonomi Eksternal ) terdahulu tampak bahwa masalah perumahan
3. Adanya pengelompokan fungsi-fungsi sebenarnya bukan monopoli masalah pada
sejenis yang menimbulkan keuntungan Negara yang sedang berkembang, karena
tersendiri. perumahan sendiri merupakan bagian
4. Faktor saling merugikan antar fungsi terpenting dari kebutuhan setiap orang.
5. Antagonisme antara pengembangan Pembangunan lingkungan perumahan
pabrik-pabrik dan pengembangan merupakan salah satu upaya untuk
permukiman kelas tinggi yang merupakan meningkatkan mutu dari lingkungan
suatu contoh. kehidupan manusia yang mana perlu
6. Faktor ekonomi dengan fungsi yang memperhatikan situasi lingkungan
berbeda perumahan , mental, dan perekonomian.
7. Terjadinya fugsi tertentu justru tidak Tingkat pertumbuhan perumahan diakibatkan
menempati lokasi yang sebenarnya ideal kondisi sosial budaya pemukimnya bila
dan ketidak mampuan ekonomi sebagai ditinjau dari segi lokasi atau tempat kerja dan
contoh perumahan untuk kelas rendah atau status tanah , perumahan liar dapat
tidak mampu menempati lahan yang diidentifikasikan bahwa perkampungan illegal
nyaman karena mahalnya sewa lahan dibangun berlokasi dipinggiran kota dan
pada suatu lokasi. kadang tidak jelas status hokum tanahnya.
Aspek kebijakan perumahan dan pemukiman
Kebijakan Lingkungan Perumahan landasan undang-undang dan aturan yang
Rumah atau perumahan dalam digunakan pada undang-undang nomor 4
kehidupan manusia meliputi beberapa fungsi tahun 1992 tentang perumahan dan
yaitu : pemukiman disebutkan tentang pengertian
1. Rumah merupakan tempat tinggal dimana dasar istilah perumahan dan permukiman,
orang bermukim disuatu tempat, secara lengkungan perumahan yang dimaksud
fisik dikatakan bertempat tinggal apabila adalah sebagai kelompok yang memiliki fungsi
pemukimtelah menemukan keadaan yang dimana lingkungan tempat hunian yang
cocok baginya serta mempunyai peralatan dilengkapai dengan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk bertmpat tinggal sedangkan permukiman merupakan bagian
dalam suasana ketenangan. dari lingkungan diluar kawasan baik dalam
2. Bahwa perumahan merupakan media lingkup ruang perkotaan maupun pedesaan
antar manusia untuk memperoleh dan juga memiliki fungsi sebagai lingkungan
kedamaian dunia dan saat masuk kedalam tempat hunian serta tempat kegiatan yang
rumah dan tinggal dalam suasana mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
ketenangan. Undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang
Perumahan merupakan media antar lingkungan hidup memfokuskan kepada
manusia guna menentukan kekuatan dan kewajiban pemerintah untuk memantau /
kesegaran , dan dalam rumah pula manusia mengontrol pengelolaan lingkungan
mendapatkan pendidikan dan pembentukan perumahan. Undang-undang nomor 5 tahun
mental sebagai penghayatan kehidupan 1974 tentang pokok –pokok pemerintahan
62
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

didaerah memberikan landasan bagi angkutan umum kota untuk dapat menuju
pembangunan lingkungan perumahan dan lokasi tempat kerja
permukiman yang pada hakekatnya sangat
kompleks dan bersifat multidimensional serta METODE PENELITIAN
multisektoal perlu ditangani secara terpadu Lokasi penelitian berada di kawasan
melalui koordinasi yangberjenjang disetiap pusat kota Palu tepatnya di kelurahan ujuna (
tingkat pemerintahan serta sesuai dengan RW 04 ), kelurahan Tatura Selatan ( RW 03 )
tata ruang yang ada. Koester,1995 dan kelurahan Besusu Barat ( RW 09 ) dengan
mengemukakan bahwa tujuan dan sasaran dasar pertimbangan letak kelurahan dan
perumahan dan permukiman ditata dalam tingkat kepadatan penduduk yang berbeda
suatu perencanaan yang sesuai dengan antara satu dengan yang lain.
kondisi ruang dan tata guna tanah disertai Populasi dalam penelitian ini adalah
dengan srana dan prasarana fasilitas pemukim yang terdapat di ada di bantaran
lingkungan yang berfungsi bagi kehidupan sugai Palu yang diambil dari jumlah rumah
sosial masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa dengan pertimbangan dekat dengan kawasan
kebutuhan akan lingkungan perumahanharus pusat kota Palu. Sampel yang diambil
disesuaikan dengan fungsi sebenarnya dari sebanyak 15 % dari jumlah populasi yang
perumahan serta lingkungannya, disamping ada.
itu harus jelas status lokasi pebangunanya, Jenis data didapatkan dari hasil survey
jika hal ini tidak jelas maka banyak lingkungan langsung di objek penelitian yang merupakan
perumahan yang tumbuh secara illegal di data primer dari responden yang ada,
tanah perkotaan. sedangkan data sekunder didapatkan melalui
dokumentasi data yang ada pada instansi
Karakteristik Perjalanan ketempat Kerja terkait.
Istilah aksesibilitas banyak digunakan Teknik yang digunakan dalam
dalam studi perkotaan dan analisis pasar. pengumpulan data pada penelitian ini dengan
Studi aksesibilitas dalam menejemen menggunakan ; teknik survei lapangan
perkotaan dihitung berdasarkan waktu dan langsung ke objek penelitian dan teknik
jarak yang dibutuhkan seseorang dalam wawancara kepada responden baik secara
menempuh perjalanan antara tempat-tempat terstruktur melalui kuisioner maupun secara
dimana mereka tinggal dan dimana fungsi – tidak terstruktur.
fungsi fasilitas berada. Analisis data dengan pendekatan
Masalah Aksesibilitas diperkotaan saat metode deskriptif kualitatis yang didukung
ini telah menjadi topic khusus dalam oleh data-data kuantitatif guna menjawab
kaitannya dengan perencanaan lingkungan dan meyelesaikan rumusan masalah.
dan kebijakan perkotaan di Indonesia. Akses
HASIL DAN PEMBAHASAN
penduduk terhadap lokasi dan berkaitan erat
A. Pengaruh Kegiatan Fasilitas Ekonomi
dengan teori spasial kota, secara spesifik
Kota Terhadap Lingkungan Perumahan
beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah
Daerah Bantaran Sungai.
identifikasi kinerja dan kecendrungan pola
1. Aspek Kronologis pertumbuhan lingkungan
akses ditinjau dari distribusi penduduk.
perumahan pada daerah Bantaran sungai
Unsure-unsur lain yang berkaitan adalah
Palu.
profil pegawai negeri sipil ataupun pegawai
Tumbuhnya lingkungan perumahan di
swasta tetap menggunakan transportasi
daerah bantaran sungai Palu disebabkan

63
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

karena adanya proses urbanisasi dimana perumahan bahkan belum terlihat adanya
faktor etnis masyarakat pendatang sangat perumahan hanya rumah singgah untuk
mempengaruhi pertumbuhan perumahan tambang pasir. Hanya pada tahun 1963
yang sangat bervariatif terkait dengan palu masih terdiri dari Palu Timur dan Palu
historiwilayahnya seperti di kelurahan Besusu Barat yang dihubungkan oleh Jembatan
Barat sebagian besar suku Kaili asli dimana darurat yang terbuat dari batang kelapa.
pemilikan lahan diperoleh secara turun Seluruh kegiatan pada waktu itu masih
temurun dan dikelurahan Tatura Selatan dipusatkan di kota Donggala.
dimana suku Toraja yang datang sekitar tahun c. Tahun 1964 – tahun 1973, Dalam kurun
1974 ke kota Palu dengan tujuan mencari waktu ini pertumbuhan mencapai 30 %
lapangan pekerjaan sedangkan untuk di pertumbuhan mulai terjadi di kelurahan
kelurahan Ujuna yang didominasi suku Bugis – Besusu Barat dan kelurahan Tatura Selatan
Makassar dan jawa tujuan utama adalah dimana kelurahan Ujuna semakin pesat
membuat lapangan pekerjaan dibidang sektor juga pertumbuhannya. Penggunaan
informal berkembang perumahan akibat jembatan darurat yang menghubungkan
ajakan keluarga yang sudah sukses meniti Palu Timur dan Palu Barat semakin lancar
lapangan pekerjaan tersebut. Kaum migran ini dengan kendaran tradisional yang lewat
pindah ke Palu dengan harapan ingin meski demikian juga ada kendaraan
mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal pribadi yang lewat tetapi penggunaan
tersebut menurut Nurmandi 1999, bahwa jembatan penghubung yang terbuat dari
aspek lingkungan perkotaan mencakup batang kelapa ini penggunaannya diatur
dimensi yang sangat luas , termasuk per jam kendaraan yang lewat.
didalamnya aspek ekonomi sebagai motivasi d. Tahun 1973 – tahun 1978, pada tahun
untuk bermigrasi,khususnya respon terhadap 1975 pertumbuhan rumah tinggal di
harapan tentang penghasilan lebih baik yang Bantaran Sungai Palu sudah terlihat 50 %
dapat diperoleh disbanding dengan yang dari pada pembangunan jembatan
diterima di daerah asal. Temuan penelitian penghubung secara permanen, dimana
Suroso,1998 menunjukkan bahwa sebagian sirkulasi kendaran di kawasan kota Palu
besar responden yang bermigrasi ke Palu mulai membaik.
karena alasan mencari pekerjaan. Dapat e. Tahun 1978 – 1994, pertumbuhan
dibuktikan hal tersebut diatas dengan perumahan di daerah Bantaran Sungai
perkembangan penduduk pada periode- Palu mulai terlihat sekitar 60 % - 70 %
periode bermukim yaitu : ,pertumbuhan ini terjadi dikarenakan kota
a. Tahun 1901-tahun 1952, diperkirakan Palu saat itu menjadi pusat perdagangan
hanya beberapa rumah saja hanya berkisar antar propinsi dan Sulawesi tengah
2 % keberadaan lingkungannya karena menjadi kota penghubung secara Regional
pada saat ini belum terjangkau dengan se Sulawesi. Disamping itu sudah
transportasi umum masih menggunakan diresmikan menjadi ibu kota Propinsi
kendaraan tradisional. Sulawesi Tengah. Pada saat ini pula
b. Tahun 1952 – tahun, pertumbuhan kecamatan telah berkembang menjadi 4
lingkungan perumahan sekitar 15 % dari kecamatan dan dibangunnya lagi 2 buah
yang sudah ada ( RUTRK, 1996 ) jembatan penghubung.
pertumbuhan ini hanya terjadi pada f. Tahun 1994 – tahun 2000, pada saat ini
kelurahan Ujuna saja sedangkan kelurahan sudah sangat pesat dimana pada era 70 an
lainnya belum terjadi pertumbuhan kawasan pusat kota yang tadinya kawasan
64
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

rumah sakit umum di rubah fungsinya tinggal secara pribadi dan seadanya, hal ini
menjadi kawasan perdagangan atau pusat harus di cari akar permasalahannya
pertokoan dan pada kurun waktu ini kenapa harus demikian mungkin sewa
ditetapkan Kota Palu sebagai Kotamadya rumah yang belum terjangkau oleh
yang berdiri sendiri maka bertambahlah beberapa masyarakat atau karena budaya
kepesatan penduduk yang berasal dari luar kehidupan mereka yang tidak dapat
Kota Palu baik antar kabupaten maupun dipisahkan dengan kondisi lapangan yang
secara regional. ada.
g. Tahun 2000 – tahun 2006, kurun waktu ini h. Selain aspek tersebut diatas maka
sudah terjadi pemekaran yang pesat baik pertumbuhan pemukiman di bantaran
dibidang pembangunan fisik kota maupun sungai Palu dapat ditinjau dari aspek
peremajaan-peremajaan lingkungan kronologisnya,dimana indicator yang
termasuk peremajaan lingkungan dapat digunakan adalah sebagai berikut :
kelurahan ujuna di daerah bantaran sungai  Lama bermukim
tetapi masih terlihat juga kekumuhan Lama bermukim mesyarakat yang ada di
karena peremajaan tidak belum secara daerah Bantaran sungai Palu menjadi salah
keseluruhan dimana Nampak rusun satu indikator tingkat pertumbuhan
dibangun tetapi hasil survey masih banyak perumahan sebagaimana dapat dilihat
masyarakat yang enggan tinggal di rusun pada tabel dibawah ini :
masih lebih senang membangunan rumah

Tabel 1. Tingkat Pertumbuhan Perumahan


Lama Bermukim N %
0 tahun sampai 5 tahun 39 26
6 tahun sampai 10 tahun 30 20
11 tahun sampai 15 tahun 30 20
Diatas 15 tahun 51 34
Jumlah responden 150 100
Sumber : Analisis data Lapangan 2006
Nampak dari hasil analisis bahwa yang  Daerah asal dan alasan datang ke kota
terbanyak menempati daerah tersebut Palu.
untuk indicator lama bermukim diatas 15 Dari 45 responden yang berasal dari
tahun jika temuan ini dikaitkan dengan kota Palu, umunya mereka dari
pertumbuhan perumahan maka umumnya masyarakat kaili yang asal mulanya
sejak 1984 penduduk migran telah memiliki tanah warisan sekitar lokasi
menempati lokasi bantaran sungai perdagangan saat ini sedangkan penduduk
tersebut dan terus berkembang sampai migran dari luar kota Palu sebesar 90 %
sekarang. Perkembangan ini diakibatkan dari dari Sulawesi Selatan yang terdiri dari
memanggil kerabat, sanak saudara suku bugis, suku Makassar dan suku
sekampung untuk membantu usaha sektor Toraja.
informal dengan menjanjikan lapangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pekerjaan. Hal ini yang membuat daya sebagian besar atau sekitar 82 %
tarik yang kuat dimana sarana dan responden mengatakan alasan datang
prasarana perkotaan semakin membaik hanya untuk mencari pekerjaan, terutama
bergelut di bidang sektor informal kota

65
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

yang tidak memerlukan modal pendidikan Selain itu tanpa modal pun para migran
dan tidak memerluka ketrampilan khusus. dapat bekerja sehingga memberi peluang
Temuan penelitian tersebut sesuai yang untuk menempati lahan illegal di
dikemukan Tadaro dan Stikid ( 1983 ) yang perkotaan, selain itu hasil wawancara para
menyatakan bahwa sektor informal kota responden disamping mencari lapangan
merupakan menifestasi dari situasi pekerjaan juga pada umumnya berasal
pertumbuhan kesempatan kerja karena dari daerah yang sama (sekampung)
mereka memasuki kegiatan yang berskala dengan masyarakat yang telah lama
kecil yang lebih bertujuan untuk mencari bermukim di tempat tersebut.
kesempatan kerja di banding keuntungan.

Tabel 2. Alasan Penduduk Pindah Ke Kota


Alasan Pindah Ke kota
No Daerah Asal Cari Ikut Ikut
Jml %
kerja Kel teman
1 Sekitar Kota Palu 20 15 10 45 30

2 Di luar Kota Palu 62 33 10 103 70


Jumlah 82 48 20 150 100
Sumber : Analisis data Lapangan 2006

2. Analisis Lokasi Kegiatan Fasilitas Ekonomi ( Herlianto,1991 dan Pontoh, 1994 da


Perkotaan Terhadap Lokasi tempat Tinggal Nasution, 1992 ). Faktor ini yang
Pemukim di Bantaran Sungai Palu. menyebabkan efisiensi responden dalam
Salah satu daya tarik migran datang dan mencapai lokasi tempat kerjanya di kawasan
bermukim di daerah Bantaran Sungai Palu pusat kota sedangkan masyarakat pemukim di
adalah Indikator lokasi tempat tinggal dan kelurahan tatura selatan juga mempunyai
tersedianya fasilitas ekonomi dalam kota. tempat kerja di pusat kota bagian selatan Palu
Indicator ini telah diungkapkan dalam kajian dekat dengan huniannya di Bantaran Sungai
teoritis bahwa antara tempat tinggal , pusat juga. Guna mendapatkan gambaran jarak
perdagangan dan pelayanan serta tempat tinggal dengan tempat kerjanya dapat
kemudahan mendapatkan air minum dan dilihat pada hasil pengamatan di lapangan
tempat kerja menjadi alas an tersendiri kaum adalah sebagai berikut :
migran untuk tetap tinggal di daerah Bantaran
sungai

Tabel 3. Jarak hunian dan Tempat Kerja


Jarak Hunian N %
0 meter sampai 100 meter 95 63,33
100 meter sampai 500 meter 25 16,67
500 meter sampai 1.000 meter - -
 Dari 1.000 meter 30 20
Jumlah 150 100
Sumber : Analisis data Lapangan 2006

66
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

Pada tabel tersebut Nampak bahwa di pusat perdagangan yang ada di pusat kota
63,33 % responden mempunyai jarak hunian Palu dimana jenis pekerjaaan yang digeluti di
terdekat ke kawasan pusat kota Palu 16,67 % sektor informal kota dan selain itu hanya 13 %
yang menjangkau 100 meter sampai 500 yang bekerja di lokasi hunian, membuka
meter untuk jarak 500 meter masih terasa warung dan penambang pasir disekitar lokasi
dekat dan dapat dijangkau dengan jalan kaki hunian. Adapun deskripsi jarak hunian
dan 20 % yang lebih dari jarak 1 Km ini hanya dengan lokasi tempat kerja dapat ditunjukkan
terdapat dikelurahan Tatura Selatan. Dengan dengan hasil tabulasi silang sebagai berikut :
demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar dari pemukim tersebut tinggal di
kawasan pusat kota Palu dan umunya bekerja

Tabel 4. Tabulasi Silang Jarak Hunian dan Tempat Kerja


Lokasi Tempat Kerja
Jarak hunian ke tempat Pedagang Sekitar Pusat
lainnya Jumlah
kerja keliling hunian perdagangan
N % N % N % N % N %
0 meter – 100 meter - - 22 14,6 28 18,7 - - 50 34
101 meter – 500 meter - - - - 20 13,3 - - 20 13
500 meter – 1.000 meter 12 8 - - 12 8 - - 40 27
 Dari 1.000 meter 19 16,6 - 13 8,6 8 12 40 26
Jumlah 37 24,6 22 14,6 73 48,6 18 12 150 100
Sumber : Analisis data Lapangan 2006
Dari hasil tabulasi silang tersebut diatas dengan mobilitas tempat hunian dimana
maka diperoleh gambaran bahwa 48,67 % tempat tinggal para pelaku sektor informal
penduduk mempunyai tempat kerja senantiasa mengikuti tempat usahanya.
dikawasan pusat perdagangan yang terletak
di kawasan pusat kota sedangkan pedagang 3. Analisis ketersediaan trasportasi dan
keliling dengan mengandalkan gerobak sirkulasi terhadap pertumbuhan
dorong sebesar 24,66% dan yang berkeliling lingkungan perumahan di daerah bantaran
sekitar hunian dan fasilitas perdagangan sungai.
sebesar 12 % dan pedagang yang berkeliling Transportasi merupakan salah satu
di luar kawasan hunian sebesar 8 %. kegiatan penting di kawasan pusat kota
Responden yang membuka usaha sendiri dan karena sangat berkaitan dengan kebutuhan
tempat kerjanya di kawasan nhunan bantaran orang yang bermukim dikawasan pusat kota
sungai sebesar 14,67 % dan dan 12 % sebagai tersebut. Trasportasi merupakan kebutuhan
pegawai swasta , PNS dan lainnya. Dari hasil responden untuk mencapai lokasi dimana
wawancara yang tidak terstruktur pemukim tempat kerja dan sebaliknya. Sirkulasi
yang telah bermukim selama 15 tahun rata- angkutan umum mempunyai peranan penting
rata berjualan di kawasan pusat pertokoan bagi pemukim di bantaran sungai palu. Untuk
dan kawasan perdagangan yang ada di Kota mengetahui hubungan moda angkutan
Palu. Jika temuan penelitian ini dihubungkan dengan tempat kerja migran adalah sebagai
dengan pendapat Hamid,1994 maka dapat berikut :
disimpulkan bahwa terdapat hubungan nyang
cukup tinggi antara mobilitas tempat usaha
67
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

abel 5. Moda Angkutan dan Tempat Kerja

Moda Angkutan yg digunakan N %


1. Jalan Kaki 116 77,33
2. Sepeda 5 3,33
3. Sepeda Motor 4 2,67
4. Angkutan Umum 13 8,67
5. Dokar 12 8
Jumlah seluruhnya 150 100
Sumber : Analisis data Lapangan 2006
Tabel tersebut diatas menunjukkan bahan bangunan ke kawasan pusat kota
bahwa terdapat 77,33 % responden yang dengan menggunakan truk dan kendaraan
hanya berjalan kaki menuju ke lokasi tempat tradisional gerobak sapi. Kondisi ini hanya
kerja sedangkan yang menggunakan angkutan terjadi di kelurahan ujuna dan kelurahan
umum 8,67 %, temuan penelitian ini sesuai Tatura Selatan. Bahan bangunan tersebut
dengan pendapat Alfred Weber 1909, bahwa sebagian kecil juga digunakan oleh
aspek yang sangat penting adalah biaya masyarakat sekitar untuk pebuatan Batako.
transportasi sebagai faktor pertimbangan
lokasi,asumsi teorinya menekankan dua B. Pengaruh Sosial Ekonomi dan Sosial
Budaya terhadap Pertumbuhan
kekuatan lokasional primer yaitu orientasi
Lingkungan Pperumahan di Bantaran
transportasi dan orientasi tenaga kerja. Sungai Palu
Demikian juga pendapat Bourne 1971dalam 1. Pertumbuhan lingkungan perumahan
Andhikaa,1997 , bahwa suatu pemukiman ditinjau dari aspek sosial ekonomi
kota dapat memanfaatkan daerah yang tak masyarakat pemukim daerah Bantaran
bertuan dipertokoan oleh warga kota (para Sungai Palu.
migran) disamping itu dekat ke tempat kerja Perumahan di bantaran sungai Palu erat
juga untuk menghemat biaya transportasi. kaitannya dengan pendapatan masyarakat,
Lokasi masyarakat yang mempunyai tempat hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
kerja di lokasi pemukimannya adalah :
penambang pasir dimana mengkonsumsi

Tabel 6. Besarnya Pendapatan Masyarakat pada Perumahan Bantaran Sungai


BESARNYA PENDAPATAN N %
< dari Rp. 100.000,- 23 15,33
Rp. 100.000, - Rp. 150.000,- 46 30,67
Rp. 150.000,- - Rp. 300.000,- 47 31,34
Rp. 300.000,- - Rp. 650.000,- 34 22,66
Jumlah keseluruhan 150 100
Sumber : Analisis data Lapangan 2006
Dari hasil tabulasi tersebut diatas bahwa berpenghasilan rendah tetapi secara sosial
rata-rata pemukim mempunyai keluarga yang ekonomi mereka cendrung homogeny, akan
cukup banyak sehingga pendapatan sehingga tetapi sebagian msyarakat bertumpu pada
dapat diprediksi bahwa sekitar 17 % saja ekonomi informal. Faktor sosial ekonomi ini
dapat dikatakan hidup layak meskipun pula menyebabkan berubahnya fungsi ruang
mereka merupakan komunitas masyarakat rumah tinggal dan lingkungan perumahan
68
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

menjadi tempat usaha untuk mencari nafkah nilai-nilai sosial budaya masyarakat yang
sebagai wujud dan aksesibilitas yang mempunyai spesifikasi tersendiri. Masyarakat
mencerminkan adanya hubungan erat antara pemukim dibantaran sungai terdiri dari
pemukim dan lingkungannya. berbagai etnis dan budaya yang berbeda di
2. Tinjauan pola pertumbuhan lingkungan tiap lokasi penelitian, hasil pengamatan ditiga
perumahan daerah Bantaran Sungai Palu lokasi menhunjukkan bahwa suku Toraja
terhadap aspek sosial budaya pemukim. interaksi sosialnya terjadi bila ada acara ritual
Variasi penyebab terbentuknya keagamaan, suku bugis Makassar yang ada di
lingkungan perumahan didaerah bantaran kelurahan Ujuna
sungai disebabkan pula oleh pola kegiatan 3. Tinjauan sosial ekonomi pemukim
yang dilakukan pemukim dimana faktor sosial terhadap karakteristik fisik lingkungan
budaya merupakan hal yang dominan . hal ini perumahan daerah Bantaran sungai
dibuktikan dengan adanya rasa kebersamaam Palu.
, rasa kekeluargaan yang tiadak dapat Pertumbuhan lingkungan perumahan jika
dihindari antar sesame pemukimyang menjadi ditinjau dari segi aspek sosialekonomi
salah satu karakteristik yang menjadi cirri pemukim terhadap karakteristik lingkungan
khas utama pada masyarakat pemukim di pemukiman dapat dikaitkan dengan lama
daerah bantaran sungai Palu.pola tinggal dan tahun pembangunan pertokoan
pertumbuhan lingkungan perumahan sekitar lokasi hunian masyarakat yang
tersebut sangat erat dengan bentuk bermukim di daerah bantaran sungai Palu.
lingkungan perumahannya yang merupakan

Tabel 7 lama bermukim dan tahun pembangunan pertokoan di pusat kota


Tahun Pembangunan Toko
Lama bermukim <tahun 1988 < tahun 1990 < tahun 2003 < Tahun 2007
N % N % N % N %
0 – 5 Tahun 5 3,3 10 6,7 13 8,6 28 19
6 – 11 tahun 12 8 12 8 15 10 39 26
12 – 17 Tahun 14 9,3 13 8,6 14 9,3 41 27
>18 Tahun 11 7,3 15 10 16 10,6 42 28

Jumlah 42 28 50 33,3 58 38,6 150 100


Sumber : Analisis data Lapangan 2006
Hasil tabulasi silang tersebut menun meningkatnya fasilitas pertokoan yang ada di
ujukkan bahwa tahun pembangunan kawasan pusat kota.hal ini dapat pula dilihat
pertokoan > tahun 1990 kian terlihat kaitannya dengan kondisi fisik rumah tinggal
meningkat sammpai dengan 100 % dan lama yang mana kaitannya dengan pendapatan
bermukim sangat berpengaruh pada tahun pemukim melalui tabel dibawah ini.
pembangunan fasilitas pertokoan di kawasan
pusaat kota ( sesuai wawancara tdk
terstruktur.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
semakin lama migran bermukim maka akan
semakin bertumbuh lingkungan perumahan di
bantaran sungai Palu seiring dengan semakin
69
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

Tabel 8. Kondisi Fisik rumah tinggal Responden


Kondisi Fisik Rumah Tinggal N %
Kondisi Darurat 57 38
Kondisi Semi Permanen 45 30
Kondisi Permanen 48 32
Jumlah 150 100
Sumber : Analisis data Lapangan 2006

Tabel tersebut menunjukkan bahwa tabel yang berkaitan dengan pendapatan


lingkungan perumahan didaerah bantaran pemukim.
sungai dengan kondisi darurat lebih tinggi
prosentasenya,hal ini dapat dilihat lagi pada
Tabel 9. Hubungan Pendapatan dengan kondisi fisik rumah tinggal
Kondisi Fisik Rumah Tinggal
Pendapatan Pemukim Darurat Semi Permanen permanen Jumlah
N % N % N % N %
1. < Rp.200.000,- 27 18 10 6,6 - - 37 24,5
2. Rp.200.000 – Rp.350.000,- 12 8 12 8 5 3,3 29 19,3
3. Rp.350.000 – Rp.500.000,- 13 8,6 13 8,6 20 13,3 46 30,6
4. > Rp. 500.000,- 5 3,3 10 6,6 23 15,3 38 25,3

JUMLAH 57 38 45 30 48 31 150 100


Sumber : Analisis data Lapangan 2006

Dari hasil tabulasi silang tersebut diatas kemampuan untuk memiliki lahan dan
menunjukkanbahwa lingkungan perumahan menyewa rumah permanen sangat mahal
dengan kondisi darurat jelas dengan harganya, tapi saat ini telah dibangun rusun
penghasilan yang kecil hal ini ditunjang sewa akan tetapi kondisi pendapatan juga
karena beberapa rumah tangga menghuni masih ada yang tidak menunjang untu
satu rumah tinggal, sehingga pengeluaran menyewa sarana tersebut.
untuk kebutuhan hidup meningkat. Akan
tetapi awalnya semua kondisi rumah di
KESIMPULAN DAN SARAN
daerah tersebut kondisinya darurat. Setelah
Kesimpulan
pemukim agak meningkat pendapatnnya
Berdasarkan hasil pembahasan maka
maka kondisi fisik rumah tinggal berubah
dapat disimpulkan sebagai berikut :
menjadi semi permanen dan
1. Temuan masalah 1 berdasarkan analisis
permanen.menurut Astutiek ,( 2000 : 21)
pada penelitian ini adanya faktor
bahwa sejak tahun 1950 an terjadi proses
pendorong pertumbuhan lingkungan
migrasi yang cukup besar dengan alasan :
perumahan disebabkan keberadaan
 Mencari lapangan pekerjaan
fasilitas perekonomian kota sehingga
 Arus pelajar dan mahasiswa dari
secara kronologis pada peta pertumbuhan
kabupaten sekitar untuk mengejar
sudah Nampak sejak tahun 1990.
pendidikan di Kota Palu
2. Temuan rumusan masalah 2 adalah
Akibat alasan tersebut diatas maka
dengan adanya faktor sosial budaya
tumbuhlah rumah –rumah liar dimana
migran menjadi faktor dayatarik
70
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Jurnal “ ruang “ VOLUME 2 NOMOR 1 Maret 2010

tumbuhnya lingkungan perumahan masyarakatnya,Majalah Ilmiah MEKTEK


dibantaran sungai Palu , hal ini disebabkan volume 2 halama 10-34 edisi mei Fakultas
Karena faktor kekerabatan , lama tinggal, Teknik Universitas Tadulako Palu.
5. Astutiek, 2001 Keterkaitan Migrasi
kesamaan etnis dan kegiatan mencari
dengan Pola Pemukiman Pelaku Sektor
lapangan pekerjaan. Informal Kota ,halaman 1,13,28,30,32,
3. Hasil penelitian menunjukkan pada Lembaga Penelitian Universitas Tadulako
umumnya pemukim bekerja di sektor Palu.
informal kota. 6. Budiharjo, 1997 Masalah Pemukiman
Kota , Penerbit Alumni, Bandung
Saran 7. Budiharjo, 1999, Kota Berkelanjutan,
halaman 45, Penerbit Alumni Bandung
Untuk meningkatkan mutu lingkungan
8. Daldjoeni, 1997, Seluk Beluk Masyarakat
perumahan masyarakat yang bermukim di Kota, Penerbit Alumni Bandung
bantaran sungai Palu guna mewujudkan 9. Daldjoeni, 1999, Geografi Desa Kota,
kawasan kotayang lebih baik sesuai dengan Penerbit Alumni Bandung
fungsinya, maka disarankan : 10. Hadi Sabari ,2000, Struktur Tata Ruang
1. Pemerintah Daerah kota Palu agar Kota halaman 44-45 penerbit pustaka
menyusun suatu kebijakan tentang pelajar,Jakarta
11. Herlianto, 2000, Interaksi Desa Kota,
penambahan rumah tinggal yang sifatnya
Penerbit Alumni Bandung
liar dimna kebijakan ini sebagai control 12. Heinz Frick, 2000, Perancangan Kota
pertumbuhan lingkungan yang tidak sehat. Secara Terpadu, Penerbit Kanesius
2. Agar penataan kawasan pemukiman Yogjakarta
memperhatikan kualitas sehat, namun 13. Koester, 1997, Perspektif Lingkungan
saat ini sudah terlihat rusunawa akan Desa Kota,penerbit Universitas Indonesia
Jakarta
tetapi di RW lain masih tetap Nampak
14. Maarif, Usman,1999, Perilaku Ekonomi
pertumbuhan perumahan secara liar. Pedagang Warung Tenda, JURNAL
3. Agar memperhatikan daerah hijau untuk sosiohumanika,penerbit Pasca Sarjana
kawasan sungai sebagai green city kota. Universitas Gajah Mada.
15. Naing, 1999, Studi Pemukiman
Kumuhdalam mendukung Relokasidi
DAFTAR PUSTAKA Kawasan Sungai Walanae, Pasca Sarjana
1. Adisasmita,R, 1994, Berapa Dimensi Universitas Hasanuddin Makassar.
Ekonomi Regional, Program Pasca 16. Numandi, 1999, ManajemenPerkotaan,
Sarjana,Universitas Hasanuddin Makassar penerbit lingkaran Bangsa, Yokjakarta.
2. Andhika, 1997, Studi Puspensi Lokasi 17. Singarimbun, 2001, Metode Penelitian
Pemukiman di Kota Denpasar, Majalah Survey, Pnerbit LP3S Jakarta
Ilmiah Universitas Udayana Bali, Halaman 18. Sukamto, 2000, Sosiologi Suatu
52-53 Pengantar, Penerbit PT.Grafindo Persda
3. Astutiek, Mulyati 1997 Pola Interaksi Jakarta
Sosial Pemukim dalam Hubungannya 19. Suparlan, 1999, Struktur Perkotaandan
dengan Organisasi Ruang Pemukimannya Kehidupan Liar, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial,
di Kelurahan Ujuna, Lembaga Penelitian Edisi Januari
Universitas Tadulako
4. Astutiek, 2000 Tingkat Pertumbuhan
Pemukim di Daerah Aliran Sungai ditinjau
dari segi sosial budaya

71
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai