Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah pembelajaran keterampilan, ilmu pengetahuan

dan kebiasaan yang kerap dilakukan dengan atau tanpa bimbingan orang lain.

Pendidikan mempunyai tujuan utama yaitu mengembangkan potensi dan

mencerdaskan individu yang lebih baik. Proses belajar dan kegiatan belajar adalah

kewajiban bagi peserta didik untuk menggali lebih banyak pengetahuan dan

keterampilan untuk bekal kedepan yang sesuai berdasarkan tujuan dari pendidikan.

Mata kuliah kewirusahaan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib

dilulusi oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Negeri Makassar. Harapannya dengan adanya mata kuliah ini dapat

meningkatkan kemampuan soft skill dan pola pikir mahasiswa. Kompetensi

kewirausahaan merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa hari ini

(Ganefri, 2013). Kompetensi itu, membekali mahasiswa untuk mampu

mengembangkan potensi dirinya sebagai bekal dalam berdiri di kaki sendiri,

sebagai basis awal dalam membangun sebuah startup usaha, dan mengurangi

ketergantungan terhadap kesempatan kerja dan dunia kerja. Oleh karena itu perlu

upaya untuk memberikan penguatan pedagogik dan pengalaman wirausahan secara

akademik lebih awal kepada mahasiswa, salah satunya dengan memperkuat

pengalaman belajar mahasiswa dalam mata kuliah Kewirausahaan.


2

Salah satu metode pembelajaran yang efektif saat ini dan biasanya lazim

digunakan dalam proses pembelajaran adalah Student Centered Learning (SCL)

karena SCL merupakan suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta

didik sebagai pusat dari proses belajar. Dengan metode pembelajaran SCL ini

peserta didik dapat mengembangkan kreatifitasnya tanpa batas, dan peran pengajar

sudah tidak menjadi satu-satunya pusat pembelajaran melainkan pengajar lebih

memfasilitasi dari pada mengajar langsung. Akan tetapi, masih terdapat beberapa

permasalahan sering kita jumpai dalam metode SCL di antaranya: 1) sulit di

inplementasikan pada kelas besar; 2) memerlukan waktu yang lebih banyak; 3)

tidak cocok dengan peserta didik yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan

demokratis; 4) masi banyaknya mahasiswa yang meyakini bahwa Pendidikan

formal itu adalah model TCL bukan SCL; 5) media yang digunakan dalam

pembelajaran SCL tergantung pada fasilitas yang ada di institusi tersebut; 6) dosen

tidak mengetahui secara langsung kesulitan mahasiswa apabila ada masalah; 7)

menguras tenaga dan pikiran mahasiswa (Zohrabi,et, al. 2012; Rasiban, 2013;

Nawi 2011). Maka dengan demikian, dibutuhkan sebuah pengembangan model

SCL yang adaptif dan agile. Salah satunya adalah penggunaan SCL berbasis

teknologi atau Information, Communication, and Tecnology (ICT).

Hal tersebut tidak terlepas dari beberapa fenomena. Pertama, pada tahun

2019 bencana Covid-19 menerpa Indonesia. Hal ini menyebabkan terhambatnya

beberapa proses kehidupan di Indonesia. Virus yang dengan sangat pesat

berkembang mengharuskan orang-orang untuk menjaga jarak antara satu dengan

yang lain. Dalam dunia Pendidikan, hal tersebut menjadi hambatan


3

berlangsungnya proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar di

Indonesia dilakukan secara Daring. Pembelajaran yang berlangsung secara daring

ini dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran yang berbasis ICT.

Pembelajaran daring ini menuntut anak didik untuk dapat belajar secara mandiri

karna tidak adanya proses tatap muka antara tenaga pendidik dan anak didik. Hal

ini terjadi bukan hanya di sekolah tetapi juga diterapkan di tingkat universitas.

Seperti yang terjadi di Universitas Negeri Makassar (UNM). Namun, pada tahun

2022, perkuliahan secara tatap muka secara bertahap diberlakukan. Mesipun

demikian, menggunaan blanded learning yaitu tatap muka dan daring masih

diberlakukan. Maka kontekstualisasi penggunaan model pembelajaran SCL

berbasis ICT masih digunakan sebagai arena pembelajaran. Terlebih lagi,

fenomena yang kedua adalah adanya ketidak sesuaian antara jumlah mahasiswa

yang diserap oleh kampus dengan jumlah ruangan yang cukup terbatas. Hal ini

dapat dilihat dari data di lapangan, misalnya, jumlah mahasiswa PSPT FT UNM

yang tiap tahunya mengalami peningkatan dimana pada tahun 2019 dengan

jumlah mahasiswa 140 orang, pada tahun 2020 dengan jumlah 180 orang, pada

tahun 2021 dengan jumlah 280 orang, pada tahun 2022 dengan jumlah 400 orang.

Ketiga, Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menjadikan sistem yang

dianut oleh setiap Perguruan Tinggi (PT) haruslah berangsur diubah (dilansir

https://geotimes.co.id/opini/penerapan-kurikulum-berbasis-kkni-di-perguruan-

tinggi/). Hal ini seiring dengan kebutuhan dan tuntutan tersebut, perubahan

kurikulum ini menjadi upaya untuk pengembangan inovasi terhadap suatu tuntutan

tersebut. Respon terhadap perubahan kurikulum ini dapat dilihat dari banyaknya
4

aturan yang memayungi penerapan kurikulum baru, misalnya Undang-Undang

No.14 Tahunn 2005 tentang Guru dan Dosen, Undang-Undang No.12 Tahun 2012

tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan Presiden No.8 tahun 2012 tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi,

Perpres No. 08 tahun 2012 dan Pemendikbud No. 73 tahun 2013 tentang Capaian

Pembelajaran Sesuai dengan Level KKNI, Undang-Undang PT No. 12 tahun 2012

pasal 29 tentang Kompetensi lulusan ditetapkan dengan mengacu pada KKNI,

Permenristek dan Dikti No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan

Tinggi. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) merupakan program

studi yang mengharuskan sistem pendidikan di Perguruan Tinggi memperjelas

profil lulusannya, sehingga dapat disesuaikan dengan kelayakan dalam sudut

pandang analisa kebutuhan masyarakat.

Perkembangan revolusi industri yang terjadi hingga saat ini ditandai dengan

era disrupsi yaitu kemunculan industri-industri yang berbais online/ digital. Bukan

hanya komputer, teknologi mobile sudah mewabah dan hampir semua orang

terhubung secara online. Hal ini juga mempengaruhi dunia pendidikan pasca

hadirnya fenomena inovasi disrupsi diprediksi akan masuk pada era digitalisasi

sistem pendidikan, Kegiatan belajar mengajar akan berubah total. Ruang kelas

mengalami evolusi dengan pola pembelajaran digital yang memberikan

pengalaman pembelajaran yang lebih kreatif, partisipatif, beragam, dan

menyeluruh. Keberadaan teknologi informasi telah menghapus batas-batas

geografi yang memicu munculnya cara-cara baru untuk menghasilkan inovasi-


5

inovasi baru. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa evolusi

industri saat ini berciri kreativitas, leadership (kepemimpinan) dalam

mengembangkan pendidikan yang berkualitas, modern mengikuti perkembangan

dinamika teknologi yang cepat dan mampu menanamkan jiwa entrepreneurship

(kewirausahaan) bagi mahasiswa (Tulim, 2019).

Dengan demikian, adanya peran teknologi yang ikut serta dalam

pembelajaran dapat disebut dengan teknologi pembelajaran yang bertumpu pada

Information Communication Technology (ICT). Sebagai upaya dalam

meningkatkan kualitas pendidikan maka seorang pendidik bukan hanya melakukan

pengajaran melalui buku cetak, melainkan dapat mengimplementasikan ICT

sebagai alat bantu komputer multimedia yang dapat digunakan dengan variasi

software yang kemudian dapat dikolaborasikan melalui media visual sehingga

peserta didik tidak hanya mendengar dan melihat melainkan juga dapat melakukan

pekerjaan secara mandiri. Sehingga untuk menciptakan situasi pembelajaran yang

menyenangkan, mendorong semanagat belajar, serta meningkatkan kemampuan

prestasi belajar peserta didik maka diperlukan seorang pendidik yang dapat

mengorganisasikan pembelajaran dengan baik. Berdasarkan pernyataan tersebut

kedudukan ICT dalam dunia pendidikan berperan sangat penting, selain untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran juga dapat mempermudah pemahaman materi

dalam proses penyajian yang dilakukan peserta didik pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung.

Namun selain mempermudah proses pembelajaran, metode daring ini juga

memiliki kekurangan dalam penerapannya. Misalnya kurangnya akses internet


6

bagi mahasiswa yang berada di pedalaman sehingga menghambat proses

pembelajaran, serta minimnya pengawasan dalam belajar.

Berdasarkan narasi di atas maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian

tentang “Analisis pemanfaatan model pembelajaran student centered learning (

SCL ) berbasis ICT (information, Communication and Technology) pada mata

kuliah kewirausahaan PTSP FT UNM" .

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran student centered learning ( SCL )

berbasis ICT (information, Communication and Technology) pada mata kuliah

kewirausahaan di jurusan PTSP FT UNM?

2. Bagaimana manfaat model pembelajaran student centered learning ( SCL )

berbasis ICT (information, Communication and Technology) pada mata kuliah

kewirausahaan di jurusan PTSP FT UNM dalam penggunaanya sebagai media

pembelajaran online di hadapan mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Student Centered

Learning berbasis berbasis Information, Communication and Techology pada

mata kuliah Kewirausahaan di jurusan PTSP FT UNM.


7

2. Untuk mengetahui manfaat model pembelajaran Student Centered Learning

berbasis ICT pada mata kuliah Kewirausahaan di jurusan PTSP FT UNM

dalam penggunaanya sebagai media pembelajaran online.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung khususnya pada jurusan

Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Negeri Makassar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Khususnya mahasiswa PTSP FT UNM, dengan menggunakan model

pembelajaran ini diharapkan dapat mempermudah dan mendorong mahasiswa

dalam proses pembelajaran secara mandiri serta mampu meningkatkan

pemahaman dan keterampilan tentang mata kuliah kewirausahaan.

b. Bagi Tenaga Pengajar

Diharapkan dapat menjadi acuan dalam proses mengajar serta dapat

menjadi salah satu referensi dalam menggunakan model pembelajaran

selanjutnya.
8

c. Bagi Peneliti

Menjadi tambahan wawasan mengenai model pembelajaran yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu pola perencanaan yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial

dan bertujuan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Model

pembelajaran didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pelajar dalam merencanakan aktifitas belajar

mengajar.

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita

gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas

atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan materi yang termasuk di dalam

buku-buku, tipe-tipe, program media komputer, dan kurikulum (sebagai kursu

untuk belajar), setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran

yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan.


9

Dari pengertian tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa Model

Pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran

2. Student Centered Learning (SCL)

a. Defenisi SCL

Menurut McCombs dalam David A. Jacobsen, Paul E. & Donald Kauchak

(2009: 227) pengajaran yang berpusat pada siswa (SCL) guru secara sadar

menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan

interaksi sosial siswa.

Menurut Wina Sanjaya (2011: 99) mengajar tidak ditentukan oleh selera

guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh siswa itu sendiri. Siswa mempunyai

kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri. Sesuai pemaparan Wina

Sanjaya, dengan demikian peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar

menjadi peran sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang

membantu siswa untuk belajar. Guru tak lagi berperan hanya sebagai sumber

belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi

agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah makna proses pembelajaran yang

berpusat kepada siswa.


10

Sedangkan menurut Tina Afiatin (2005: 1), ia menjelaskan penerapan

metode SCL juga menerapkan pembelajaran yang berdasarkan pada penguasaan

tingkat materi. Dalam metode SCL, maka siswa memperoleh kesempatan dan

fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan

memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya

meningkatkan mutu kualitas siswa.

Secara operasional, di dalam SCL para peserta didik memiliki keleluasaan

untuk mengembangkan segenap potensinya (cipta, rasa, dan karsa), mengekplorasi

bidang/ilmu yang diminatinya secara bertanggung jawab, membangun

pengetahuan serta kemudian mencapai kompetensinya melalui proses

pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri.

Student Centered Learning merupakan suatu model pembelajaran yang

menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan

konsep SCL, peserta didik diharapkan sebagai peserta aktif dan mandiri dalam

proses belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali

kebutuhan belajarnya, menemukan sumbersumber informasi untuk dapat

menawab kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya

berdasarkan kebutuhan serta sumbersumber yang ditemukannya. Di sisi lain, para

guru beralih fungsi menjadi fasilitator, termasuk sebagai mitra pembelajaran, tidak

lagi sebagai sumber pengetahuan utama.

b. Karakteristik-Karasteristik Metode Pembelajaran yang Berpusat pada

siswa (SCL)
11

David A. Jacobsen, Paul E. & Donald Kauchak (2009: 228) memaparkan

beberapa karakteristik pengajaran yang berpusat kepada siswa seperti dibawah ini:

1) Siswa-siswa berada dalam pusat proses pembelajaran; sedangkan guru

mendorong mereka untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka

sendiri. Degan konsep tersebut, mengharuskan guru untuk merancang aktivita-

aktivitas pembelajaran dimana siswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar

terhadap pembelajaran mereka sendiri dan berinteraksi dengan yang lain.

2) Guru membimbing pembelajaran siswa dan mengintervensi hanya jika

diperlukan untuk mencegah mereka salah jalan atau mengembangkan konsepsi

yang salah. Disini guru membuat siswa bertanggung jawab terhadap pembelajaran

mereka sendiri dengan memberikan sebuah tugas dan mengintervensi hanya

ketika mereka benar-benar kebingungan.

3) Guru menekankan pemahaman yang mendalam tentang konten dan proses -

proses yang terlibat didalamnya. Siswa membutuhkan kesempatan untuk

mempraktikan ketrampilan-ketrampilan selama berusaha mempelajari konten

baru; dan pengajaran yang berpusat kepada siswa memberikan kesempatan-

kesempatan ini kepada mereka.

c. Metode Pembelajaran yang diklasifikasikan sebagai Pendekatan

Pembelajaran SCL

1) Small Group Discussion

Salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan diskusi kelompok

kecil yang masing-masing didampingi ole tutor. Dalam diskusi ini siswa
12

diberi tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah diberikan

dalam waktu tertentu.

2) Role-Play & Simulation

Model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam

kelas.

3) Case Study

Metode belajar studi kasus atau presentasi dari informasi yang detail tentang

seseorang atau kelompok kecil orang. Atau, koleksi atau presentasi tentang

suatu permasalahan yang spesifik diambil dari suatu masalah yang lebih

besar.

4) Discovery Learning

Metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatn informasi yang tersedia,

baik yang diberikan guru maupun yang dicari sendiri oleh siswa, untuk

membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.

5) Self-Directed Learning

Proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu siswa sendiri.

6) Cooperative Learning

Metode belajar berkelompok yang dirancang oleh guru untuk memecahkan

masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas.

7) Collaborative Learning

Metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar siswa yang

didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok.

8) Contextual Instruction
13

Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan isi matakuliah dengan

situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi siswa untuk

membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari.

9) Project Based Learning

Metode belajar yang sistematis, yang melibatkan siswa dalam belajar

pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencairan/penggalian (inquiry)

yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan

kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati.

10) Problem Based Learning and Inquiry

Belajar dengan memanfaatkan masalah dan siswa harus melakukan

pencairan/penggalian informasi untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

Metode pembelajaran yang ada kerap menerapkan kedisiplinan dengan cara

yang salah, kurikulum standar dan sebagainya yang membuat anak tidak memiliki

pilihan sendiri tentunya tidak akan membuat peserta didik merasa sedang

bersenang-senang, karena tidak sesuai dengan apa yang disukainya. Beberapa

metode belajar yang mengacu pada belajar secara alamiah dan mengacu pada

keunikan individu yang perlu dikembangkan salah satunya adalah pendekatan

Collaborative Learning.

3. Tinjauan tentang ICT (Information Communication Technology)

a. Pengertian ICT
14

ICT yang merupakan gabungan dari tiga suku kata yaitu informasi

(information), komunikasi (communication), dan teknologi (technology). Dalam

hal ini, teknologi merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan.

Informasi merupakan data yang sudah diolah, sedangkan komunikasi merupakan

pengirim dan penerima pesan. Sehingga secara umum ICT merupakan sebuah

teknologi yang berkaitan dengan data yang akan dikumpulkan, diolah, dan

dilakukan penyebaran serta penyajian infromasi.

Adapun terdapat ruang lingkup ICT atau TIK yang meliputi dua aspek yaitu

teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Sehingga keduanya memiliki

komponen masing-masing di dalamnya, seperti yang telah diketahui bahwa

teknologi informasi meliputi penggunaan alat bantu, proses, manipulasi serta

termasuk pengelolaan infromasi. Sedangkan komponen yang terkandung dalam

teknologi komunikasi meliputi penggunaan alat bantu dalam memproses serta

mentransfer dari satu perangkat ke parangkat lain.

Berdasarkan pembahasan terkait kedua aspek yang terdapat dalam ICT,

secara gamblang Martin dalam buku Rusman dkk telah memaparkan bahwa

terdapat keterkaitan erat antara teknologi kominakasi dan teknologi informasi.

Dalam teknologi informasi menekankan pada sistem pengolahan informasi,

sedangkan dalam teknologi komunikasi menekankan pada pengiriman informasi

yangg ingin disampaikan. Sehingga adanya perkembangan ICT telah

mempermudah seseorang untuk mendapatkan informasi secara global tanpa

adanya batasan ruang dan waktu.


15

Hal demikian juga sesuai dengan teori computer-mediated communication

(CMC) yang telah dipopulerkan oleh John December, bahwa teori computer-

mediated communication (CMC) atau komunikasi mediasi komputer (KMK)

merupakan suatu teori yang membahas mengenai komunikasi yang terjadi melalui

penggunaan dua atau lebih komputer jaringan. Secara tradisional CMC

menekankan pada e-mail, ruang chatting, dan lain sebagainya. Berdasarkan

beberapa penelitian yang dilakukan dalam teori CMC bahwa komunikasi mampu

menciptakan perubahan seseorang dalam berinteraksi. Selain itu, dalam teori

CMC telah memberikan dampak yang signifikan pada pola jaringan sosial serta

pola komunikasi. Hal demikian dapat dikatakan bahwa dalam pemaparan teori

CMC dapat meminimalisir ketergatungan terhadap ruang dan waktu, sehingga

inetraksi melalui komunikasi mediasi komputer dapat diakses kapan saja dan

dimana saja selama interaksi tersebut masing-masing memiliki akses internet.

Sedangkan, menurut Kementerian Riset dan Teknologi yang telah di kutip

Rusman dkk dalam bukunya telah memaparkan bahwa TIK (Teknologi Informasi

dan Komunikasi) merupakan bagian dari IPTEK yang mana secara umum

teknologi berkaitan dengan pengolahan, pengambilan, pengumpulan,

penyimpanan serta penyajian informasi.Sehingga, berkaitan dengan pemahaman

diatas, maka dapat dipahami bahwa ICT (Information Communication and

Technology) merupakan hasil gabungan dari kedua aspek yang saling berkaitan.

ICT juga dapat didefinisikan sebagai media pembelajaran berbasis teknologi. Hal

ini dikarenakan bahwa ICT sebagai sarana dalam penyebaran informasi yang

dapat di akses secara langsung melalui sistem jaringan serta dapat diikuti dengan
16

penggunaan perangkat lunak maupun perangkat keras sehingga infromasi yang

didapat berifat menyeluruh.

Pemaraparan tersebut juga sejalan dengan adanya teori lain menurut Behan

dan Holme dalam buku Munir yang menjelaskan bahwa teknologi informasi dan

komunikasi merupakan segala sesuatu yang mendukung untuk menyimpan,

merekam, memproses, serta mendapat atau menerima sebuah infromasi.

Dengan demikian, ICT (Information and Communication Technology)

diharapkan menjadi katalis untuk mendongkrak mutu pendidikan, terutama

kaitannya dengan konsep life skill, bahwa setiap anak harus memiliki

keterampilan nyata untuk bekal dalam kehidupannya dan diantaranya untuk

bekerja. Selain itu, media berbasis ICT sebagai alat yang diterapkan dalam proses

pembelajaran dengan bantuan teknologi berbasisi informasi dan komunikasi serta

dapat berkontribusi untuk memberikan bentuk altrenatif baru sehingga

pembelajaran tidak lagi manual dan bersifat monoton. Dalam ICT juga tidak lepas

dengan adanya penggunaan perangkat lunak (software) dan perangkat keras

(hardware) yang akan lebih mempermudah pendidik dan siswa dalam proses

pembelajaran.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran Berbasis ICT

Perkembangan media pembelajaran ICT (Information Communication and

Technology) dalam dunia pendidikan menunjukkan bahwa terdapat pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi yang diterapkan secara optimal. Adapun yang

termasuk dalam ranah ICT yakni meliputi semua teknologi yang dapat digunakan
17

dalam mengolah, menyimpan, serta menyajikan informasi dalam sebuah proses

komunikasi. Dengan demikian, secara garis besar terdapat macam-macam media

pembelajaran berbasis ICT, sebagai berikut:

1) Teknologi Komputer

Teknologi pembelajaran berbantuan komputer atau sering disebut

(Computer Asisted Instructional) merupakan salah satu media pembelajaran

bersifat interaktif yang dapat menarik perhatian peserta didik. Selain itu,

penerapan media pembelajaran ini dapat diimplikasikan dalam berbagai

bentuk, seperti adanya program computer-asisted learning, e-mail, dan

multimedia pembelajaran interaktif atau disebut komputer multimedia.

Pembelajaran melalui media pembeljaran berbasis komputer tidak tergantung

pada jaringan internet atau bersifat (offline). Sehingga secara keseluruhan,

media ini menggunakan kemampuan komputer yang terdiri dari perpaduan

media, seperti gambar, grafis, audio, video, animasi, scanner, flash disk,

proyektor, LCD dan lain sebagainya.

2) Teknologi Multimedia

Teknologi multimedia meliputi adanya player suara, kamera digital,

kamera video, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, multimedia terdiri dari

beberapa media yang berkisar lebih dari satu media yang bergabung. Selain

itu, media dapat didefinisikan sebagai komputer yang disertai dengan sound

card, speaker, CD, audio dan grafis dengan resolusi tinggi.

3) Teknologi Telekomunikasi
18

Teknologi telekomonikasi ini terdiri dari faxmile, telepon, dan telepon

seluler. Dalam perkembangan pada era saat ini, teknologi komunikasi

memiliki kemajuan yang pesat, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya

facebook, e-mail, twitter, blogger, instagram, handphone, dan lain sebagainya.

dengan demikian, seiring perkembangannya, teknologi komunikasi diharuskan

untuk memberikan sebuah kontribusi yang sangat besar pada dunia

pendidikan.

4) Teknologi Jaringan Komputer

Dalam teknologi berbasis jaringan komputer ini terdiri baik dari

perangkat lunak (software) atau aplikasi jaringan yang meliputi html, php,

WEB, e-mail, java, aplikasi berbasis data, dan lain sebagainya maupun berupa

perangkat keras (hardware) yang meliputi internet, wifi, LAN, dan lain

sebagainya.

Dari sekian banyaknya jenis-jenis media, perlunya mempertimbangkan

peran berbagai alat dan media yang akan diterapkan pada peserta didik. Adanya

pertimbangan tersebut media dapat memfasilitasi peserta didik agar proses

pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah serta dapat meningkatkan

pemahaman terhadap materi pembelajaran, karena mengingat media sebagai jalur

alternatif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), agar pembelajaran dilakukan

secara efisien dan efektif.

Selain itu, dalam hubungannya jenis-jenis perangkat ICT ini terdapat

pemaparan dalam buku Nizwardi dan Ambiyar yang membahas mengenai

beberapa komponen ICT secaar umum yang meliputi komputer (PC), laptop,
19

LCD, proyektor, printer, intranet, internet, televisi, hadphone, radio, dan lain

sebagainya.

c. Fungsi ICT Dalam Pembelajaran

Segala upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam dunia

pendidikan telah dipaparkan secara gamblang oleh Nizwardi Jalinus dan Ambiyar,

sebagai berikut :

1) Berkedudukan sebagai pusatnya ilmu pengetahuan, gudang referensi dari

cabang ilmu pengetahuan lainya yang dapat diakses dengan cepat melalui

fasilitas ICT, pengelola pengetahuan, jaringan antar institusi pendidikan,

jaringan antar para pakar, dan lain sebagainya.

2) Berperan sebagai fasilitas pendidikan berupa perpustakaan digital, pojok

internet, kelas virtual, serta papan elektro.

3) ICT sebagai alat bantu dalam pembelajaran bagi tenaga pendidik, peserta

didik untuk membantu proses interaksi anatar keduanya.

Selain itu, terdapat pemaparan lain terakit dengan fungsi ICT dalam

dunia pendidikan, sebagaimana berikut ini:

1) Dapat menjadi sharing information, yang berarti hasil penelitian yang

diperoleh dapat digunakan secara kolektif serta ilmu pengetahuan dapat

diakses dengan cepat.

2) Berkedudukan sebagai virtual university, yakni pada aspek pendidikan

dapat diakses dengan ruang lingkup luas.

3) Mempermudah kerjasama anatar guru dan peserta didik serta dapat

menghilangkan batasan waktu, ruang dan jarak.


20

Berdasarkan pemaparan tersebut, pemilihan media dengan tepat akan

mempengaruhi efektivitas dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,

perlunya memeperhatikan fungsi media dengan tepat sesuai dengan kebutuhan

bahan ajar yang ingin disajikan. Seperti halnya media ICT dalam pembelajaran

akan menambah wawasan peserta didik terkait alat teknologi informasi dan

komunikasi yang secara umum merujuk pada komputer (computer literate),

sehingga dengan ini peserta didik lebih mengetahui keterbatasan, keunggulan, dan

tata cara dalam pengunaan komputer.

3. Mata Kuliah Kewirausahaan

a. Pengertian Mata Kuliah Kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari kata wirausaha yang diberi awalan ke dan

berakhir –an sehingga memiliki pengertian yang abstrak, yaitu hal-hal yang

bersangkutan dengan wirausaha. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan

jiwa yang selalu aktif, kreatif, bercipta, berkarya, dan bersahajaserta berusaha

dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.

Kewirausahaan juga diartikan sebagai kesatuan terpadu dari semangat, nilai-nilai,

prinsip, sikap, kiat, seni dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul

dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang

mengarah kepada pelayanan terbaik kepada langganan dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan, termasuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan menurut pakar kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat

jiwa yang sealu aktif dalam berusaha untuk menunjukkan sebuah karya baktinya

dalam rangka meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu,


21

kewirausahaan adalah kemampuan yang kreatif dan inovatif yang menjadi dasar,

kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan.

Kemudian inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lainnya (Create new and different)

melaui cara berpikir yang kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan

peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya, kewirausahaan

adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam

mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Jadi,

kewirausahaan atau entrepreneurship merupakan sebuah proses menciptakan

sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan

resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

Pendidikan kewirausahaan dimasukkan ke dalam kurikulum perkuliahan

yang membahas mengenai ilmu-ilmu tentang kewirausahaan yang sifatnya

teoritis. Pendidikan kewirausahaan adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri

dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan

inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.

Jadi mata kuliah kewirausahaan adalah satuan pelajaran yang diterapkan

dalam perguruan tinggi yang tujuannya untuk memberikan pengetahuan tentang

kewirausahaan. Pelaksanaan pembelajarannya melalui teori dan praktek. Teori

diberikan sebagai pengetahuan sebelum mahasiswa terjun ke lapangan dan

praktek diberikan agar mahasiswa dapat menggali lebih dalam lagi pengalaman

berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan diberikan kepada mahasiswa bertujuan


22

agar mereka memiliki pengetahuan kewirausahaan, sehingga ketika mahasiswa

telah lulus dari perguruan tinggi mereka memiliki bekal untuk membuka usaha.

Mata kuliah kewirausahaan yang diberikan di jurusan Pendidikan Agama

Islam diberikan kepada mahasiswa berupa teori dan pratek. Teori yang diberikan

tidak hanya sekedar pengertian kewirausahaan, namun teknik dalam menentukan

sebuah usaha. Setelah mahasiswa mendapatkan teori, mahasiswa diajak untuk

membentuk sebuah usaha dan memasarkan produk-produknya dalam kegiatan

Gelar Produk. Gelar produk tersebut diadakan pada akhir semester. Selain sebagai

penilaian ujian akhir mata kuliah kewirausahaan kegiatan ini dapat dimanfaatkan

mahasiswa untuk mempromosikan produk-produknya kepada pengunjung.

b. ajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian pertama, dilakukan oleh Gazali Rahman yang berjudul

“Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam Mengefektifkan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Polewali” (2010). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Pemanfaatan media pembelajaran dilakukan dengan cara

kesesuaian tujuan dengan pembelajaran, media dengan materi pelajaran, dan

penuntasan materipelajaran. Hal ini dibuktikan dengan jawaban responden,

hasil wawancara dan hasil obersevasi mengenai pemanfaatan medaia dapat

meningkatkan efektivitas pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Polewali.

2. dilakukan oleh Yoanita Dwi Irwanti yang berjudul “ Efektivitas Penggunaan

Metode Pembelajaran SCL berbasis BLOG Dalam Pembelajaran TIK untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Semester 1 Di SMA Negeri 1

Piyungan Bantul” (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas


23

penggunaan metode pembelajaran SCL berbasis blog dan menggunakan

metode pembelajaran cooperative learning lebih tinggi daripada dengan

menggungakan metode pembelajaran TCL. Hal ini ditunjukkan oleh uji

hipotesis posttest dan nilai gain ternormalisasi. Hasil uji hipotesis posttest

dengan Mann-Whitney adalah 0,016 < 0,05 , sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima. Dan untuk nilai gain ternormalisasi antara kelas ekperimen juga lebih

tinggi daripada kelas kontrol, yaitu nilai gain ternormalisasi kelas ekperimen g

= 0,889 dan pada kelas kontrol g = 0,802.

3. Penelitian ketiga, dilakukan oleh Hetty Sari Ramadhani, 2017 yang berjudul

“Efektivitas metode pembelajaran SCL (Student Centered Learning) Dan TCL

(Teacher Centered Learning) pada motivasi intrinsik dan ekstrinsik mahasiswa

psikologi UNTAG Surabaya Tahun 2014-2015” Jurnal. Fakultas Psikologi

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Berdasarkan hasil perhitungan

diketahui nilai sig 0,946 > 0,05 yang artinya tidak adanya perbedaan motivasi

intrinsik dan ekstrinsik pada mahasiswa psikologi Untag Surabaya angkatan

2014 dan 2015 yang mendapat metode pembelajaran SCL (Student Centered

Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning).

4. Penelitian keempat, dilakukan oleh M. Muzamzam Diar Achda. 2013 yang

berjudul “Efektivitas penggunaan metode pembelajaran SCL (Student Centered

Learning) berbasis Handout pada kompetensi dasar mendeskripsikan

permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam

pembangunan berkelanjutan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N

1 Ungaran” Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.


24

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan pembelajarannya berkategori baik

dilihat dari hasil pengamatan kinerja guru atau peneliti setiap pertemuan yang

selalu mengalami peningkatan. Rata-rata dari dua observer masuk dalam

kriteria baik yaitu 78%, dengan pertemuan pertama 61% naik hingga 77,5%

dipertemuan kedua kemudian naik lagi dipertemuan ketiga 94,5%.

c. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah berawal dari beberapa

permasalahan terkhusus pada jurusan PTSP FT UNM dan perkembangan

teknologi yang berkembang secara pesat mempengaruhi Pendidikan khususnya

dalam proses pembelajaran. Usaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan

dapat dilakukan dengan kegiatan belajar-mengajar yang baik. Paradigma baru dan

perubahan global dunia akhir-akhir ini membuat pelaksanaan pembelajaran di

perguruan tinggi harus dilakukan dengan pendekatan baru yaitu pembelajaran

yang berpusat pada mahasiswa (student centered). Salah satu metode

pembelajaran yang efektif adalah Student Centered Learning (SCL) karena SCL

merupakan suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai

pusat dari proses belajar.

Seiring perkembangan zaman, perkembangan teknologi juga berkembang

sangat pesat. Hal ini menuntut tenaga pendidik untuk mengikuti perkembangan

teknologi. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
25

pembelajaran adalah media berbasis ICT seperti hamdphone. Di Jurusan

Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Makassar telah menerapkan media pembelajaran ini dan telah di aplikasikan

secara menyeluruh sejak terjadinya wabah virus Covid-19. Hal ini mengharuskan

proses belajar mengajar dilakukan secara online. Namun selain membentuk

peserta didik menjadi lebih mandiri, model pembelajaran SCL berbasis ICT ini

juga memiliki kekurangan antara lain kurangnya interaksi antara pengajar dan

anak didik sehingga interaksi pengajar dan siswa menjadi berkurang dan akan

sulit untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai materi yang sukar

dipahami.

Analisis pemanfaatan model pembelajaran student centered learning


berbasis information, communication, and tachnologi pada mata kuliah
kewirausahaan.

Penggunaan model pembelajaran SCL berbasis ICT pada


mata kuliah kewirausahaan terhadap mahasiswa.

A. Media yang digunakan


B. Bentuk aktivitas pembelajaran

Manfaat model pembelajaran SCL berbasis ICT

A. Meningkatkan kemandirian belajar


B. Mengembangkan segenap potensi mahasiswa
( cita, rasa, dan karsa
C. Mempermudah proses transformasi pengetahuan
D. Mempermudah kerja sama antara dosen dan
mahasiswa
26

Hasil dari keterlaksanaan pemanfaatan model pembelajaran SCL


berbasis ICT

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan ialah metode kualitatif

di mana metode ini merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

mengungkap gejala-gejala yang ada dan memahami fenomena dibalik gejala

yang terjadi. Penelitian ini merupakan proses penelitian yang menganalisis data

deskriptif berupa kata-kata atau pengamatan dari pelaku yang diamati.

Beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian penelitian kualitatif,

Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa penelitian kualitatif ialah penelitian

yang menghasilkan berupa data deskriptif lisan atau kata – kata tertulis dari

orang orang atau pelaku yang dapat di cermati. David William, penelitian

kualitatif ialah peroses pengumpulan informasi pada suatu latar alamiah, yang
27

dilakukan menggunakan jalan yang alamiah, serta dilakukan oleh seorang

peneliti yang tertarik secara alamiah. Dapat dilihat dengan jelas bahwa

penelitian kualitatif menggambarkan penelitian yang sangat mengutamakan

latar alamiah, agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena

yang sebenarnya

Dari kedua definisi yang tertulis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

penelitian kualitatif merupakan sesuatu prosedur riset yang dicoba untuk

mengungkap indikasi secara holistis – konstektual yang menciptakan informasi

deskriptif pada suatu konteks special dengan menggunakan bermacam tata cara

ilmiah serta bergantung pada pengamatan. Penelitian ini menggunakan

pendekatan fenomonologi yang dianggap sebagai pendekatan luas dalam

penelitian kualitatif atau metode untuk pengumpulan data kualitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan kampus Jurusan Pendidikan

Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

Penelitian dimulai dengan perencanaan judul terhitung dari perencanaan

penelitian, pelaksanaan penelitian, sampai pembuatan laporan penelitian.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2023 dengan rincian

seperti pada tabel 3.1


28

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Juni
Juli
No Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3
4

1 Pengajuan izin 

penelitian

2 Penyusunan instrument 
29

penelitian

3 Pengumpulan data  

4 Pengecekan data  

5 Pengelolaan dan   

analisis data

C. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

Menurut Arikunto (2002: 118), variabel adalah objek penelitian atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua

variabel yaitu variabel dependen dan variable independen. Variabel independen

(Y) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

dan timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2012). Variabel dalam

penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran student centered learning

( SCL ) berbasis ICT (information, Communication and Technology).

Menurut Sugiyono (2012) variabel dependen sering disebut sebagai variabel

output, kriteria, konsekuen atau variabel terikat. Variabel dependen (X) adalah
30

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah manfaat model

pembelajaran student centered learning (SCL) berbasis Information,

Communication and Technology (ICT)

D. Subjek dan objek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif yang telah

menyelesaikan mata kuliah kewirausahaan dengan model student centered

learning ( SCL ) berbasis ICT (information, Communication and Technology)

jurusan Pendidikan Teknik sipil & perencanaan. Diketahui mayoritas mahasiswa

yang telah menyelesaikan mata kuliah tersebut adalah angkatan 2019 hingga

sekarang.

Adapun keriteria yang ditentukan oleh peneliti sebagai subjek penelitian

adalah mereka yang terlibat pada kegiatan yang diteliti, mengetahui dan

memahami informasi terkait penelitian. Berdasarkan hal tersebut, subjek dalam

penelitian ini dipilih dengan kriteria sebagai berikut:

1) Mahasiswa yang telah menyelesaikan mata kuliah kewirausahaan dengan

aktivitas pembelajaran model student centered learning ( SCL ) berbasis

ICT (information, Communication and Technology)

2) dari keseluruan mahasiswa yang telah menyelesaikan mata kuliah

kewirausaan dengan aktivitas pembelajaran model student centered

learning ( SCL ) berbasis ICT (information, Communication and


31

Technology) maka informan yang paling mendekati informasi pokok

yang di perlukan dan berada pada situasi social pada kasus yang di

pelajari adalaha mahasiswa angkatan 2019 dan 2020

3) mahasiswa aktif yang telah mengikuti minimal 13 kali pertemuan dalam

satu semester

4) Bersedia untuk di wawancara

Jumlah sumber data penelitian yang berjumlah minimal 10 orang sesuai

dengan kriteria yang ditentukan, didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian

kualitatif lebih mementingkan informasi yang banyak daripada banyaknya jumlah

informan. Oleh karena itu, maka penetapan subjek penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive atau sesuai dengan tujuan atau kriteria populasi

penelitian Sementara itu, objek penelitian ini adalah Analisis pemanfaatan model

pembelajaran student centered learning ( SCL ) berbasis ICT (information,

Communication and Technology) pada mata kuliah kewirausahaan PTSP FT

UNM" .

E. Informan penelitan

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan

hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ketempat

lain pada situasi yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus

dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

sebagai narasumber atau partisipasi informan. Informan penelitian ini yaitu,


32

informan kunci (key informan) mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini

yaitu Mahasiswa yang telah menyelesaikan mata kuliyah kewirausahaan dengan

model student centered learning ( SCL ) berbasis ICT (information,

Communication and Technology)

Teknik Penentuan Informan Dalam sebuah penelitian, salah satu bagian

terpenting adalah pengambilan data. Di mana data tersebut diperoleh dari subjek

seperti berbagai informasi dari beberapa orang atau responden. Oleh karena itu,

seorang informan dalam sebuah penelitian harus benar – benar kompeten mengenai

permasalahan yang sedang atau ingin diteliti. Teknik penentuan informan yang

peneliti gunakan ialah teknik yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan

sampel yang memperhitungkan hal-hal tertentu terkait pengambilan sampel. Saat

proses penelitian, peneliti membutuhkan informasi lebih mendalam pada

penelitian. Misalnya seseorang yang dianggap sebagai informan terakurat ternyata

tidak memberikan informasi seperti peneliti inginkan, maka dari itu peneliti

memerlukan informan pengganti guna meraih informasi yang ditargetkan.

Dalam penentuan sampel yang akan digunakan sebagai informan dapat

ditentukan menggunakan rumus slovin dengan cara :

N
n=
1+ N ( e)2

Keterangan :
33

n=¿ Jumlah sampel

N=¿ Jumlah populasi

e=¿ Batas kesalahan maksimal yang ditolerir dalam sampel alias tingkat

signifikan adalah 0,05 (5%) dan 0,01 (1%)

Dari rumus diatas dapat ditentukan jumlah sampel yang akan di gunakan

peneliti sebagai informan. Dari 310 populasi dengan jumlah angkatan 2019 yang

telah mengikuti mata kuliah kewirausahaan sebanyak 130 orang dan jumlah

angkatan 2020 sebanyak 180 orang, didapatkan jumlah sampel dibawah ini :

N
n= 2
1+ N ( e )

310
n=
1+310 ( 0,05 )2

310
n=
1+310 ( 0,0025 )

310
n=
1+0,775

310
n=
1,775

n=174,64 →175

Dengan menggunakan rumus slovin di dapatkan sampel sebanyak 175

mahasiswa yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini.

F. Prosedur Penelitian
34

Prosedur penelitian pada penelitian ini, sebagai berikut :

1. Menentukan Fokus Penelitian

Bagian awal yang dilakukan adalah menentukan fokus penelitian, apa yang

menjadi dasar penelitian dan apa masalah yang akan ditentukan dalam suatu

penelitian, sehingga peneliti dapat menentukan masalah dan menentukan fokus

penelitian.

2. Pelaksanaan Penelian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana

pembelajaran mahasiswa dengan proses daring, dengan menggunakan berbagai

Teknik pengumpulan data, untuk memperoleh data dalam penelitian.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti sendiri sebagai instrumen utama.

4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan peneliti yaitu model Interaktif Miles dan

Huberman, yang dilakukan dengan tiga tahap: reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

5. Hasil Penelitian

Setelah melakukan beberapa prosedur pada penelitian, maka peneliti akan

menentukan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dan

tentunya hasil penelitian dapat ditemui pengumpulan data secara terus menerus

hingga datanya sudah jenuh.

G. Instrumen Pengumpulan Data


35

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya

adalah peneliti peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian

menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian

sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan

data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Instrumen dalam

penelitian ini adalah penulis harus menguasai semua yang berkaitan dengan

penelitian, mulai dari penguasaan terhadap teori yang digunakan dan metode yang

digunakan dalam penelitian. Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan

instrumen observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data yang berhubungan

dengan penelitian.

H. Teknik Pemgumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang di gunakan peneliti untuk

mengumpulkan data-data atau informasi dalam suatu penelitiaan. Untuk

mendapatkan data yang di perlukan, penulis menggunakan wawancara atau

Interview Metode interview. Menurut Lexy J. Moleong adalah: “Percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Dengan demikian, interview adalah


36

teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh

pewawancara kepada yang akan diwawancarai dengan maksud untuk mencari

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab

secara lisan pula.

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semi terstruktur (semi structure interview) artinya peneliti menyiapkan pertanyaan-

pertanyaan terlebih dahulu, akan tetapi pelaksanaannya lebih bebas, dalam arti

tidak menutup kemungkinan untuk muncul pertanyaan baru yang masih relevan

agar mendapatkan pendapat dan ide dari narasumber secara lebih luas. Metode ini

adalah metode pokok yang digunakan dalam penelitian ini.

Adapun langka – langka dalam wawancara sesuai dengan petunjuk/pedoman

secara garis besar, sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Menentukan tujuan

b. Menetapkan bentuk pertanyaan

c. Menetapkan responden yang akan diwawancarai

d. Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara

e. Mengadakan hubungan dengan responden

2. Pelaksanaan

a. Memilih pertanyaan – pertanyaan yang benar – benar terarah dan

dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi

b. Mengadakan wawancara
37

3. Penutup

a. Menyusun laporan wawancara secara sistematis

b. Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara

Tabel 4.1 kisi – kisi wawancara

No variabel Indikator No.butir

1. Penggunaan model Media yang digunakan


38

pembelajaran SCL berbasis Bentuk aktivitas pembelajaran

ICT pada mata kuliah

kewirausahaan terhadap

mahasiswa

2. Manfaat model pembelajaran Meningkatkan kemandirian

SCL berbasis ICT belajar

Mengembangkan segenap

potensi mahasiswa ( cita, rasa,

dan karsa

Mempermudah proses

transformasi pengetahuan

Mempermudah kerja sama

antara dosen dan mahasiswa

I. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data dokumentasi, dengan cara
39

mengorganisasikan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting

dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahapan

kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu, reduksi data, penyajian (display)

data dan penarikan kesimpulan. Menurut Sugiono ada tiga tahapan dalam analisis

data kualitatif, teknik tersebut diambil dalam konsep Milles dan Huberman, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction) merupakan proses penyederhanaan dan

pengkatagorian data. Proses ini merupakan upaya penemuan tema dan

pembentukan konsep. Hasil dari proses ini adalah tema-tema, konsep-

konsep dan berbagai gambaran mengenai data-data, baik mengenai hal-hal

yang serupa maupun yang bertentangan. Reduksi data merupakan proses

berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman

wawasan yang tinggi.

2. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplaykan data. Proses ini dilakukan untuk

mempermudah penulis dalam mengkontruksi data kedalam sebuah

gambaran sosial yang utuh. Selain itu untuk memeriksa sejauh mana

kelengkapan data yang tersedia. Selanjutnya dalam mendisplaykan data

selain dengan teks naratif juga dapat berupa dengan grafik, matrik,

network dan chat. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarik Kesimpulan (Verification) dalam penelitian kualitatif yang

diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya pernah ada.


40

Penemuan data berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Data display yang dikemukakan diatas bila telah didukung oleh data-data

yang mantap maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel. Setelah data

diperoleh dengan cara diatas maka peneliti menganalisa dengan cara

berfikir induktif. Berfikir induktif yaitu: “Berangkat dari fakta-fakta yang

khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau

peristiwa-peristiwa yang khusus itu ditarik kesimpulannya yang bersifat

umum”.

J. Keabsahan Data

Data Dalam penelitian kualitatif, data yang telah berhasil digali,

dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan

dan kebenarannya. Oleh karena itu peneliti harus memilih dan menentukan cara-

cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Cara

pengumpulan data yang beragam tekniknya harus sesuai dan tepat untuk menggali

data yang benar-benar diperlukan bagi penelitian. Pelaksanaan teknik pemeriksaan

didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, validitas dan

reabilitas data yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan

teknik sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan


41

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Lebih spesifik

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.

Triangulasi sumber, yakni membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai salah satunya

dengan jalan/cara membandingkan hasil wawancara narasumber atau

informan satu dengan narasumber/informan penelitian yang lain (Moleong,

2007: 330-331).

2. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi di sini adalah adanya bahan pendukung untuk

membuktikan data yang telah kita temukan. Sebagai contoh, data hasil

wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman/transkrip wawancara,

foto-foto atau dokumen autentik unntuk mendukung kredibilitas data.

Selain itu hasil penelitian diperkuat dengan membandingkan hasil

penelitian terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai