DUDUK PERKARA
Awal mula kasusnya dikarenakan Dunwei Kosasih melakukan pinjaman kredit dari
tergugat untu modal kerja sebesar 4,2 M dengan jenis pinjaman Kredit Rekening
Koran dan jangka waktu pembayaran 12 Bulan yakni sejak 10 Agustus 2016 - 10
Agustus 2017 yang kemdian diperpanjang kembali sejak 10 Agustus 2017 - 10
Agustus 2018 berdasrkan Surat Perjanjian PPWKP/060/0817 tanggal 9 Agustus 2017.
Sebagai jaminan kredit, Dunwei Kosasih memberi Sebidang Tanah berikut bangunan
berdasarkan SHGB No. 3058/Sunter Jaya terletak di DKI Jakarta seluas 67 meter
persegi atas nama Dunwei Kosasih yang memiliki hak tanggungan berdasarkan APHT
No 16/2016 8 September 2016 juncto SHT No. 06955/2016 22 Des 2016 dengan nilai
hak tanggungan sebesar 5,3 M. Selama periode perjanjian, penggugat membayar
uang bunga pinjaman KRK secara tepat waktu sehingga tergugat mau memperpanjang
lagi jangka watu pembayaran KRK sampai 10 Februari 2019. Namun, pada 10 Feb
2019, Bank Danamon secara sepihak dan tiba-tia menghentikkan perpanjangan
perjanjian kredit tersebut dan memaksa penggugat untuk membayar secara seketika
uang sebbanyak 4,2 M yang mengakibatkan penggugat sulit mengatur aliran dana
egiatan usahanya.
A. Obscuur Libel
-Gugatan Obscuur Libel karena dianggap tidak jelas, tidak terang, tegas dan jelas
(duidelijk).
-Gugatan penggugat dianggap tidak secara jelas menjabarkan peristiwa hukum yang
dilakukan oleh Tergugat.
-Ketidakjelasan dimaksudkan pada: terdapat 2 pihak yan bertentangan yakni, pada
Surat Kuasa Khusus tertanggal 6 Mei 2019, Pengacara Kantor HANAN & REKAN
bertindak sebagai kuasa dari PT Mitra Yana Indonesia walaupun diwakili oleh
Dunwei Kosasih selaku Direktur, tertapi kuasa tersebut ditujukan pada PT Mitra Yana
Indonesia sebagai badan hukum (legal entity) bukan sebagai orang perseorangan.
-Tetapi dalam gugatan penggugat yang tercantum pada angka 16 halaman 4, yang
dimaksud penggugat adalah Dunwei Kosasih sebagai orang perseorangan, berbeda
dengan yang ada pada surat kuasa khusus tertanggal Mei 2019.
-Penggugat dianggap gagal membuktikan ketentuan perjanjian kredit mana yang
dianggap dilanggar oleh Tergugat yang mengakibatkan perbuatan melawan hukum
oleh tergugat sebagaimana yang disampaikan penggugat pada dalil angka 10 halaman
3 dari gugatan penggugat.
-Gugatan Penggugat terhadap tergugat dianggap hanya berdasarkan asumi secara
pribadi sehingga gugatan penggugat dianggap kabur atau tidak jelas dengan mengutip
yurisprudensi MA RI No. 1149/K/Sip/1979 tanggal 7 April yang menyatakan bahwa
terhadap gugatan yang tidak jelas maka gugatan tidak dapat diterima.
-Penggugat tidak menjabarkan korelasi antara kerugian dengan pembatalan akta dan
sertifikat dari akkta pemberian hak tanggungan nomor 16 tanggal 8 september 2016.
-Petitum yang diminta tidak ada dasar hukum dan hubungan hukum yang jelas
sehingga posita dan petitum saling bertentangan dan tidak ada korelasi sehingga
seharusnya digugat secara terpisah.
-Karena gugatan bertentangan dengan petitum maa harus ditolak sebagamana
Yurisprudensi MA No 28 K/Sip/1973 Tanggal 15 November 1975.
-Tergugat mengutip pendapat M.. Yahya Harahap yan gmenyatakan apabila ada pihak
ketiga yang terlibat tetapi tidak ditarik sebagai tergugat maka gugatan mengandung
cacat plurium litis consortium, pihak ketiga tersebut adalah Notaris Dewi Irawati
Irawan, S.H., yan membuat SKMHT No. 4 Tanggal 10 Agustus 2016 dalam rangka
pembuatan APHT No. 16/2016.
E. Perjanjian Kredit yang Dibuat Oleh Penggugat dengan Tergugat Sah dan
Mengikat
-Penggugat dan Tergugat sepakat untuk mengikat diri dalam Akta Perjanjian Kredit
No. 03 Tertangal 10 Agustus 20166 yang dibuat Notaris Dewi Irawati Irawan, S.H.,
lalu Perjanjian Perpanjangan dan Perubahan Kredit No. PPWKP/060/0817 tertanggal
9 Agustus 2017 dan PPWKP/060/0817 tertanggal 17 Oktober 2018.
-Bahwa perjanjian tersebut telah memenuhi unsur pasal 1320 KUHPer yakni:
Sepakat para pihak, cakap dalam melakukan sikap tindak hukum, hal tertentu
(adanya objek atau hal-hal yang diperjanjikan dengan maksud dan tujuan yang jelas:
dalam kasus ini adalah penggugat sebagai debitur membutuhkan dana modal kerja
dengan menyerahkan aset pribadi sebagai jaminan kreditur kepada tergugat sebagai
kreditur yang menyediakan/memberikan dana tersebut), dan sebab yang halal.
Sehingga perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi Penggugat dan
Tergugat sebagaimana Pasal 1338 KUHPerdata..
-Pada Dalil Penggugat angka 8, 9, 10, dalil tersebut merupakan dalil PMH karena
tergugat tidak memperpanjang fasilitas kredit penggugat dan tidak memberitahu
terlebih dahulu kepada penggugat.
- Bahwa sejak perjanjian kredi 10 Agutsus 201 sampai 10 Februari 2019, tergugat
telah memenuh seluruh kewajiban hukum kepada Penggugat dan Tergugat tidak
pernah melakukan penghentian kerjasama dengan penggugat sebelum berakhirnya
jangka waktu
-Tergugat merasa dalil penggugat yang mempermasalahkan karena tidak
memperpanjang jangka waktu perjanjian kredit sama sekali tidak memiliki dasar
hukum karena jangka waktu Perjanjian Kredit telah berakhir sebagaimana ketentuan
Pasal 1381 KUHPerdata. Tergugat telah mempertimbangkan kondisi Bpk. Dunwei
Kosasih selaku penjamin dari Penggugat telah lalai memenuhi kewajiban hukum
karena berdasarkan perjanjian lain, maa sesuai Pasal 13 angka 9, tergugat berhak
melakukan penagihan seketika. Tergugat menganggap lalai karena Bapak Dunwei
Kosasih selaku penjamin hubungan hukum kepada tergugat karena Bapak Dunwei
Kosasih tidak dapat membayar angsuran kepada tergugat sekalipun diperingatkan
tergugat melalui surat peringatan, hal ini sesuai dengan Pasal 1238 KUHPerdata.
-Selain itu, Tergugat pun sudah pernah menyampaikan surat kepada Penggugat terkait
dengan pemberitahuan mengenai tidak diperpanjangnya perjanjian kredit berasarkan:
Surat Tergugat No. B.005/SK/MME-R/SnD01/0219 tanggal 15 Februari 2019 dan
Surat Tergugat No. B.005/SK/MME-R/SnD01/0219 tanggal 25 Februari kepada
penggugat
-Tergugat merasa bahwa kerugian materiil sebesar 1 M yang dialami penggugat, bila
dibbandingkan, justru tergugatlah yang lebih dirugikan, karena tergugat telah
memberi pinjaman sebesar 4,2 M yang belum penggugat lunasi, yang ila dihitung
berdasarkan sistem nilai utang, penggugat berhutang sebesar Rp. 5.333.697.187,23,-
dengan perincian: 4,2 M utang pokok, dan 1,133,697,187,23,- M adalah bunganya,
dengan catatan bahwa bunga tersebut tetap bertambah sampai dengan seluruh
utangnya dibayarkan kepada Tergugat.
- Selain itu, Tergugat telah mengingatkan Penggugat melalui surat peringatan
sebanyak 3x pada tanggal 10 April 2019, 19 Juni 2019, dan 26 Juli 2019. Tetapi
penggugat tidak juga membayar tunggakan utangnya.
-Tergugat menganggap bahwa kerugian materiil yang dialami penggugat hanya
mengada-ngada karena hal tersebut resikousaha yang semestinya diperhitungkan oleh
penggugat.
DALAM PROVISI
-Putusan serta merta yang dimohonkan oleh penggugat, harus memenuhi 7 syarat
seagaimana yang tercantum pada SEMA No. 3 Tahun 200, Jo. SE Nomor 4 Tahun
2001. Apabila salah satu syarat tida terpenuhi maka putusan serta-merta tidak dapat
dikabulkan, sehingga dalam hal ini tergugat merasa tidak ada satupun syarat yang
dipenuhi oleh penggugat. Sehingga berdasarkan hal tersebut, tergugat memohon
untuk menerima dan mengabulkan seluruh eksepsi tergugat, menyatakan gugatan
pengggugat tidak dapat diterima, dan dalam provisi, menolak permohonan dan
gugatan provisi penggugat untuk seluruhnya, dan dalam pokok perkara, menolak
gugatan perbuatan melawan hukum penggugat, menyatakan tergugat adalah kreditur
yang beritikad baik, menyatakan putusan dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun d
upaya verzet, banding, kasasi, maupun peninjauan kembali, menghukum penggugat
untuk membayar biaya perkara ini;
PUTUSAN HAKIM