Anda di halaman 1dari 22

 

  BAB II
  TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Sistem Informasi


  Sistem merupakan kumpulan subsistem yang bersatu mempunyai tujuan yang
sama (Sugiama, 2013). Sistem merupakan sekumpulan bagian-bagian atau
 
subsistem-subsistem yang disatukan, yang dirancang untuk mencapai tujuan.
 
Sedangkan definisi informasi adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk yang
penting
  bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata serta bisa dipakai untuk
  pengambilan keputusan yang strategis (Gordon B. Davis, 1992). Sedangkan
informasi merupakan pengumpulan data atau pengolahan data yang sudah menjadi
informasi yang memiliki nilai nyata untuk memberikan pengetahuan atau
keterangan.

Sistem informasi menurut Kristanto (2008: 13) adalah “sekumpulan prosedur


organisasi yang pada saat dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil
keputusan dan atau untuk mengendalikan organisasi”. Dari teori diatas sistem
informasi didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
merupakan kombinasi dari manusia, teknologi, fasilitas, media prosedur-prosedur
dan pengendalian yang ditunjuk untuk mendapatkan jalur komunikasi penting
memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan
yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting serta
menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.

2.1.1 Komponen Sistem Informasi


Menurut Sutabri (2005) sistem informasi terdiri dari komponen-komponen
yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block) yaitu :
1. Blok masukkan (input block) merupakan input mewakili data yang masuk
ke dalam informasi. Input termasuk metode-metode dan media yang
digunakan untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat
berupa dokumen dasar.

5
 
 

 
2. Blok model (model block) terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan
 
metode matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang
 
tersimpan di basis data dengan cara tertentu untuk menghasilkan keluaran
  yang diinginkan.
  3. Blok Keluaran (output block) merupakan produk dari sistem informasi
berupa keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan
 
dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua
 
pemakai sistem
  4. Blok Teknologi (technology block) merupakan alat untuk menerima input,

  menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan


mengirimkan keluaran serta membantu pengendalian diri secara
keseluruhan. Adapun teknologi terdiri dari teknisi, perangkat lunak, dan
perangkat keras.
5. Blok basis data (database block) merupakan kumpulan dari data yang
saling berhubungan satu sama lain, tersimpan diperangkat keras komputer
dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
6. Blok Kendali (control block). Pengendalian yang dirancang dan diterapkan
untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat
dicegah ataupun bila terlanjur terjadi dapat langsung cepat diatasi.

2.1.2 Pengembangan Sistem


Pengembangan sistem (system depelovment) dapat berarti menyusun suatu
sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
memperbaiki sistem yang telah ada (Jogiyanto, 2005). Jogiyanto (2005:37)
menjelaskan bahwa “karena adanya permasalahan, kesempatan atau intruksi, maka
sistem yang baru perlu dikembangkan untuk memecahkan permasalahan-
permasalahan yang timbul, meraih kesempatan yang ada atau memenuhi intruksi
yang diberikan”. Adapun menurut Kristanto (2008) pengembangan sistem
informasi yang direalisasikan dengan bantuan komputer melalui suatu tahapan yang
disebut dengan sistem analisis dan desain. Sistem analisis dan desain adalah
peningkatan kinerja suatu organisasi dengan tujuan perbaikan prosedur-prosedur
dan metode yang lebih baik. Sementara itu, Whittenet al. dalam Jogiyanto (2005:

6
 
 

 
38) mengungkapkan manfaat dari pengembangan sistem bahwa dengan
 
dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan akan terjadi peningkatan-
 
peningkatan di sistem yang baru. Peningkatan-peningkatan tersebut diantaranya:
 1. Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja) sistem

  yang baru sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari
troughput dan response time. Troughput adalah jumlah dari pekerjaan yang
 
dapat dilakukan suatu saat tertentu. Response time adalah rata-rata waktu
 
yang tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan ditambah dengan waktu
  response untuk menanggapi pekerjaan tersebut.
  2. Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang
disajikan.
3. Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungan-keuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi.
4. Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk
mendeteksi dan mempernbaiki kesalahan-kesalahan serta kecurangan-
kecurangan yang dan akan terjadi
5. Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi. Efisiensi
berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis berhubungan dengan jumlah
sumber daya yang digunakan dengan pemborosan yang minimum. Efisiensi
dapat diukur dari output dengan inputnya.
6. Services (pelayanan), peningkatan terhadap pelayanan yang diberikan oleh
sistem.

Model proses waterfall merupakan salah satu pendekatan pengembangan


perangkat lunak. Model proses ini sudah lama digunakan untuk mengembangkan
sistem (aplikasi) perangkat lunak (Prahasta, 2014). Model ini memerlukan
pendekatan sistemastis dan sekuensial di dalam pengembangan sistem perangkat
lunaknya. Tahapan pengembangannya, dimulai dari tingkat sistem, analisis,
perancangan, impelementasi, pengujian, pengoperasian, dan pemeliharaan. Gambar
2.1 berikut ini menampilkan aktifitas-aktifitas pada model waterfall.

7
 
 

Gambar 2. 1 Contoh Model Tampilan Proses Waterfall


1. Rekayasa sistem suatu perangkat lunak bisa merupakan bagian dari sistem
yang lebih besar, maka pengembangannya dimulai dari pengumpulan
kebutuhan. Hal ini menjadi penting karena perangkat lunak akan
berkomunikasi dengan perangkat keras, data, manusia, dan dengan
perangkat lunak lainnya. Tahap ini menekankan pada pengumpulan
kebutuhan di tingkat sistem (system requirements) dengan mendefinisikan
konsep sistem beserta intarfaces yang menghubungkan dengan
lingkungannya. Hasil akhir dari tahap ini adalah spsesifikasi sistem (system
specification).
2. Analisis pada tahap ini dilakukan saat pengumpulan kebutuhan elemen di
tingkat perangkat lunak; software requirements. Dengan analisis ini,
pengembang akan menentukan domain data, fungsi, proses, atau prosedur
yang diperlukan beserta kinerjanya, dan interfaces yang diperlukan (jika
ada). Hasil akhir tahapan ini adalah spesifkasi kebutuhan perangkat lunak
(software specification).
3. Perancangan sistem perangkat lunak biasanya memiliki 4 atribut yakni
struktur data, arsitektur, prosedur detail, dan karakteristik interfaces. Pada
tahap perancangan, spesifikasi perangkat lunak (yang dihasilkan pada tahap

8
 
 

 
analisis) ditransformasikan ke dalam bentuk arsitektur perangkat lunak yang
 
memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit diimplementasikan.
 
Proses perancangan ini biasanya dilakukan dalam dua tahap; preliminary
  design dan detailed design. Tahap pertama menghasilkan rancangan yang
  bersifat global, sedangkan tahap kedua akan menghasilkan rancangan detail
hingga semua modul/kelas, model/tipe data, fungsi, dan prosedurnya.
 
4. Pemograman pada tahap ini disebut juga implementasi perangkat
 
lunak/coding. Pada tahap ini dilakukan implementasi hasil rancangan ke
  dalam baris-baris kode program.
  5. Pengujian setelah perangkat lunak selesai diimplementasikan, pengujian
dapat segera dimulai. Pengujian terlebih dahulu dilakukan pada setiap
fungsi/prosedur yang terdapat di dalam modul. Jika setiap fungsi/prosedur
selesai diuji dan terbukti tidak bermasalah, maka modul-modulnya bisa
segera diintegerasikan sehingga membentuk suatu perangkat lunak utuh.
Kemudian dilakukan pengujian di tingkat perangkat lunak yang difokuskan
pada pemeriksaan hasil; apakah sudah sesuai dengan permintaan. Salah satu
teknik pengujian perangkat lunak yakni teknik pengujian Black Box.
Menurut Rouf (2013, hal. 3) teknik pengujian black box adalah “teknik
pengujian untuk mengetahui apakah semua fungsi perangkat lunak telah
berjalan semestinya sesuai dengan kebutuhan fungsional yang telah
didefinsikan”.
6. Pengopersian dan pemeliharaan pada tahap ini ditandai oleh penyerahan
(delivery) perangkat lunak kepada pemesannya yang kemudian
dioperasikan oleh pemiliknya. Pada masa operasional awal, perangkat lunak
mungkin saja mengalami kegagalan menjalankan beberapa fungsinya. Jika
hal ini terjadi, maka pada fase inilah pengembang memberikan dukungan
perbaikan hingga aplikasinya dapat berjalan semestinya.
Menurut Jogiyanto (2005: 41-52) tahapan kerja siklus hidup pengembangan
sistem terdiri dari “tahapan perencanaan sistem, analisis sistem, desain sistem,
seleksi sistem, implementasi sistem dan perawatan sistem”. Tahapan kerja dari
siklus hidup pengembangan sistem terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama yakni

9
 
 

 
awal proyek sistem dengan tahapan kerja kebijakan dan perencanaan sistem.
 
Selanjutnya adalah bagian pengembangan sistem dengan tahapan kerja analisis
 
sistem, desain (perancangan) sistem secara umum, desain (perancangan) sistem
secara
  terinci, seleksi sistem dan implementasi (penerapan) sistem. Penjelasan lebih

  rinci mengenai siklus hidup pengembangan sistem dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut.
 

Sumber: Jogyanto (2005: 52)

Gambar 2. 2 Siklus Hidup Pengembangan Sistem


1. Awal Proyek Sistem
Kebijakan dan perencanan sistem merupakan langkah awal dalam proses
pengembangan sistem. Sebelum melaksanakan tahap perencanaan sistem,
manajemen harus terlebih dahulu membuat kebijakan tentang pengembangan
sistem yang dibutuhkan oleh organisasi/perusahaan. Hal tersebut penting,
karena kebijakan tersebut merupakan aturan yang mendasari proses
pelaksanaan pengembangan sistem sehingga akan mempermudah dalam
melaksanakan tahapan-tahapan berikutnya. Selanjutnya melaksanakan
perencanaan sistem yang merupakan salah satu tahapan atau fase
pengembangan sistem yang pertama, dalam tahap ini menentukan suatu

10
 
 

 
rangkaian atau kerangka kerja yang menyeluruh. Perencanaan sistem ini
 
menyangkut estimasi dari kebutuhan fisik, tenaga kerja, dan dana yang
 
dibutuhkan untuk mendukung pengembangan sistem serta untuk mendukung
  operasinya setelah diterapkan. Bagian ini melibatkan para manajer atau para

  senior yang profesional guna menemukan strategi untuk mendukung rencana


yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi.
 
2. Pengembangan Sistem
 
Pengembangan sistem meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
  a. Analisis Sistem
  Dalam tahapan ini, sistem yang ada dianalisis untuk membuat
keputusan apabila sistem yang ada mempunyai masalah atau tidak
berfungsi secara baik dan hasil analsisnya digunakan sebagai dasar
untuk memperbaiki sistem, mengetahui ruang lingkup pekerjaan yang
akan ditangani, memahami sistem yang ada/sedang berjalan, dan
mengidentifikasi masalah serta mencari solusinya.
b. Desain (perancangan sistem)
Tahap ini memiliki tujuan untuk mendesain sistem yang baru yang
dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dan dipilih
dari alternatif pemilihan sistem yang terbaik.
c. Seleksi Sistem
Tahap seleksi sistem merupakan tahap untuk memilih perangkat keras
dan perangkat lunak untuk sistem informasi. Karena banyaknya
alternative teknologi yang tersedia dan banyaknya alternative penyedia
teknologi, maka perlu dilakukan penyeleksian. Pekerjaan ini tidak
mudah dan memerlukan pengetahuan yang cukup tinggi tentang
pengetahuan perangkat keras dan perangkat lunak sistem komputer.
d. Implementasi dan Penerapan
Implementasi sistem adalah tahap meletakkan sistem supaya siap
dioperasikan. Tahapan implementasi memiliki beberpa tujuan, yaitu:
1) Melakukan spesifikasi dari konsep yang ada untuk penerapan
sistem informasi yang dibangun.

11
 
 

 
2) Mengimplementasikan sistem yang baru.
 
3) Menjamin bahwa sistem yang baru dapat berjalan secara
 
optimal.
3.   Manajemen Sistem
  Tahap ini adalah tahap akhir dalam daur hidup sistem informasi. Pada tahapan
ini, sistem dioperasikan dan dikelola. Namun apabila terjadi permasalahan-
 
permasalahan kritis yang sekiranya tidak dapat diatasi pada tahap pemeliharaan
 
sistem, maka perlu dibangun kembali suatu sistem informasi yang baru untuk
  mengatasinya dan proses ini kembali lagi ke tahapan yang paling awal.

  2.2 Manajemen Aset


Definisi Manajemen aset menurut Sugiama (2013) ditunjukkan pada gambar
2.3. Manajemen aset adalah ilmu dan seni untuk memandu pengelolaan kekayaan
terdiri dari perencanaan aset, pengadaan aset, inventarisasi aset, legal aset, penilaian
aset, penggunaan dan pemeliharaan aset, rejuvenasi atau penghapusan dan
pengalihan aset secara tepat sasaran dan menggunakan sumber daya yang rendah.

Sumber: Sugiama (2013;27)


Gambar 2. 3 Siklus Manajemen Aset
Jadi dapat disimpulkan bahwa aset adalah sesuatu yang memiliki nilai
ekonomi, nilai fungsi, nilai kepemilikan, nilai ciri khas, dan nilai prestise yang
dimiliki baik oleh perorangan atau individu maupun kelompok atau organisasi yang
ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

12
 
 

 
Dari pernyataan tentang manajemen dan aset tersebut, maka kita dapat
 
menarik suatu kesimpulan bahwa manajemen aset adalah manajemen aset
 
merupakan suatu langkah pengelolaan aset yang bertujuan untuk dapat
mengoptimasi
  penggunaan dan pemanfaatan aset, mengidentifikasi risiko,
  mengantisipasi potensi risiko yang muncul, serta mengusahakan bagaimana suatu
aset memberikan benefit bagi individu / organisasi hingga saat umur teknik aset
 
tersebut habis sesuai dengan prinsip - prinsip manajemen agar tujuan pengadaan
 
aset dapat terwujud secara efektif dan efisien.
 
2.2.1. Jenis Aset Tetap
 
Menurut pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) aset yaitu
sumber daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah dan memiliki
manfaat ekonomi atau manfaat sosial. Menurut Siregar (2004) aset yaitu sesuatu
barang yang mempunyai nilai ekonomi atau nilai tukar yang dimiliki oleh individu,
organisasi atau instansi. Dari pengertian menurut SAP dan Siregar, dapat
disimpulkan bahwa aset adalah barang atau sesuatu barang yang memiliki nilai
ekonomi dan nilai tukar yang dimiliki oleh individu, organisasi atau instansi, untuk
mendapat manfaat ekonomi atau manfaat sosial. Berdasarkan sudut pandang
akuntansi, aset adalah kekayaan yang terdiri dari aset lancar, aset tetap (aset jangka
panjang), dan kekayaan tidak berwujud. Menurut Peraturan Menteri BUMN Nomor
13 tahun 2014, aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki atau dikuasai BUMN
untuk dipakai dalam operasional BUMN dan memiliki umur efektif lebih dari dua
belas bulan.

2.2.2. Klasifikasi Aset Tetap


Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), aset tetap di
klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1) Tanah/Lahan
Tanah dikelompokkan sebagai aset tetap. Fungsi tanah adalah untuk
menunjang kegiatan operasional. Tanah dibagi menjadi dua, yaitu tanah
untuk banguanan dan tanah bukan untuk bangunan. Tanah bukan untuk
bangunan digunakan sebagai jalan, irigasi, jaringan, hutan, pertanian, dan

13
 
 

 
lainnya. Hak atas tanah terdiri dari hak milik, hak pakai, hak guna usaha dan
 
hak duna bangun.
 
2) Gedung atau Bangunan
  Jenis-jenis gedung atau bangunan yaitu, gedung perkantoran, bangunan
  ibadah, rumah dinas, heritage, menara, museum, gudang dan lain-lain. bukti
kepemilikan atas gedung yaitu berupa akta jualbeli atau surat keterangan
 
serah terima gedung.
 
3) Peralatan dan Mesin
  Jenis-jenis aset yang termasuk kedalam peralatan dan mesin yaitu mesin
  pertanian, alat angkut, kendaraan, alat elektronik dan lain-lain. Umur
ekonomis peralatan dan mesin diatas satu tahun dan memiliki nilai yang
cukup tinggi. Cara perolehan dilakukan dengan beberapa cara yaitu tukar-
menukar, hibah, jual beli, perakitan, atau pembangunan.
2.3. Sistem Informasi Manajemen Aset
Pengertian sistem informasi manajemen aset (SIMA) menurut Sugiama (2013:
185) sebagai berikut: “SIMA adalah sekumpulan atau serangkaian sub-sistem
informasi yang dikoordinasikan secara sistematis dan rasional untuk
mentransformasikan data menjadi informasi mengenai aset, sehingga dapat berguna
bagi pengambilan keputusan dalam pengelolaan aset di sebuah organisasi”.
Sedangkan menurut John Mitchell (2000), sistem informasi manajemen aset
merupakan sistem informasi berbasis intranet yang bertujuan untuk mengelola aset
disuatu perusahaan atau lembaga dan organisasi. Dengan sistem informasi ini,
perusahaan akan lebih mudah dalam mencapai tujuan dan fungsi perusahaan dalam
pengelolaan aset. Sistem informasi manajemen aset yang berbasis intranet akan
memungkinkan perusahaan dalam pengecekan dan pengawasan secara langsung
melalui jaringan komputer mulai dari jabatan teratas perusahaan hingga yang
terbawah sekalipun.
Siregar (2004, hal. 518) berpendapat bahwa manajemen aset merupakan
hubungan yang terintegrasi antara lima tahapan kerja yaitu:
1. Inventarisasi aset meliputi dua aspek yaitu inventarisasi fisik terdiri atas
bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat, dan lain-lain serta

14
 
 

 
yuridis/legal terdiri atas status penguasaan, masalah legal yang dimiliki,
 
batas akhir penguasaan, dll. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
 
kodefikasi/labeling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai
  dengan tujuan manajemen aset.
  2. Legal audit merupakan suatu lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau
 
pengalihan aset, identifikasi dan memecahkan berbagai permasalahan legal.
 
3. Penilaian aset merupakan satu proses kerja menilai aset yang dikuasai oleh
  konsultan penilaian yang independen. Hasil dari penilaian tersebut dapat
  dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk
penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
4. Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume,
legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut.
Penjelasan lebih rinci mengenai tahapan kerja manajemen aset dapat dilihat
pada Gambar 2.4 berikut.

Sumber: Siregar (2004, hal 518)


Gambar 2. 4 Alur Manajemen Aset

15
 
 

 
2.4. Pengembangan Rancangan Sistem
 
Menurut Jogiyanto (2005) pengembangan sistem yaitu menyusun sistem yang
 
baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki
sistem
  yang digunakan. Menurut Fatta (2007) perancangan sistem adalah sebuah

  cara pemecahan masalah yang terintegrasi guna merangkai kembali bagian-bagian


komponen sistem supaya sistem lebih lengkap.
 
Perancangan
  sistem mempunyai dua tujuan, yaitu :

  1. Memberikan gambaran secara umum tentang kebutuhan informasi kepada

 
pemakai sistem secara logika.
2. Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap
kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lain.

Pemodelan Pemodelan Desain


Proses Data Antarmuka

Sumber: Adaptasi dari Fatta, 2007

Gambar 2. 5 Tahapan Perancangan


Dalam merancang sistem ada tiga tahapan yang harus dilakukan yaitu pemodelan
proses, pemodelan data dan desain antar muka yang tercantum pada Gambar 2.5

2.4.1 Pemodelan Proses


Menurut Fatta (2007) pemodelan proses merupakan cara formal untuk
menggambarkan bagaimana bisnis beroperasi mengilustrasikan aktivitas-aktivitas
tersebut. Terdapat dua bentuk model sistem yaitu bentuk physical dan logical.
Physical system menggambarkan bentuk perancangan menggunakan bagan alir
sistem (system flowchart), yang berfungsi menggambarkan sistem secara fisik.
Simbol-simbol bagan alir sistem menunjukan secara tepat arti fisiknya, seperti
simbol terminal, hardisk, dan laporan, sketsa dari Physical system dapat
menunjukan kepada user bagaimana nantinya fisik sistem dapat diterapkan.

16
 
 

 
Pengelolahan data sistem informasi membutuhkan model sistem yang
 
mendefinisikan urutan kegiatan untuk menghasilkan output.
 
Logical model digambarkan dengan menggunakan diagram arus data atau data
 
flow diagram yang sering disebut DFD yang dilengkapi dengan kamus data. Setiap
 
kamus menerangkan secara rinci data yang mengalir dalam diagram arus data.
  Physical system menunjukan bagaimana sistem ini secara fisik diterapkan, logical
model
  menunjukan bagaimana secara logika fungsi-fungsi sistem informasi
bekerja.
 

  2.4.2 Pemodelan Data


Menurut Fatta (2007) pemodelan data adalah cara formal untuk
menggambarkan data yang digunakan dan diciptakan dalam suatu bisnis. Model ini
menunjukkan orang, tempat atau benda dimana data diambil dan hubungan antar
data. Pemodelan data juga dibedakan menjadi dua, yaitu model data logis (logical
data model) dan model data fisik (physical data model). Model data logis
menunjukan pengaturan data tanpa mengidikasikan bagaimana data tersebut
disimpan, dibuat, dan dimanipulasi. Model data fisik menunjukan bagaimana data
akan disimpan sebenarnya dalam data base atau file. Penyusunan pemodelan data
harus seimbang dengan pemodelan proses. Salah satu cara pemodelan data adalah
dengan Entity Relationship Diagram (ERD).

2.4.3 Desain Antarmuka


Menurut Fatta (2007) antarmuka pengguna merupakan tampilan dimana
pengguna berinteraksi dengan sistem. Tujuan dari antarmuka pengguna adalah
untuk memungkinkan pengguna menjalankan setiap tugas dalam kebutuhan
pengguna. Dalam membangun sebuah desain antarmuka pengguna harus berdasar
pada kebutuhan pengguna. Dalam mengembangkan antarmuka pengguna perlu
diingat beberapa prinsip antarmuka pengguna yang lain, yaitu:

1. Antarmuka yang baik tidak mengharuskan pengguna untuk mengingat


tampilan antarmuka pengguna.

17
 
 

 
2. Antarmuka pengguna menampilkan apa yang dimengerti oleh pengguna
 
atau visualisasi dari sistem sekarang.
 
2.5 Alat Bantu Perancangan Sistem
  Melakukan perancangan sistem diperlukan beberapa alat seperti Data Flow

  Diagram (DFD) dan Entity Relationship Diagram (ERD). Alat tersebut memiliki
kegunaan yang berbeda. DFD berfungsi untuk menggambarkan antara proses bisnis
 
dan data. Fokus utama DFD bukan terletak pada data, DFD berfokus pada proses
 
atau aktivitas yang dilakukan sistem. ERD berfungsi untuk menggambarkan model
data  berupa orang, tempat atau hal-hal mengenai data yang akan di rekam dan
  menggambarkan hubungan diantara data-data yang direkam. Kedua alat tersebut
memiliki elemen masing-masing.

2.5.1 Data Flow Diagram (DFD)


Data Flow Diagram (DFD) merupakan suatu model logika data dan diagram
yang menggunakan notasi-notasi atau simbol-simbol untuk mengambarkan
darimana asal data dan kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data
disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut dan interaksi antara data
yang tersimpan dan proses yang dikenakan pada data tersebut (Kristanto, 2008).

Pada dasarnya DFD disusun atas simbol-simbol tertentu. Simbol yang


digunakan dalam membuat data flow diagram dapat dilihat pada Gambar 2.6

Sumber: Sutabri (2004:136)


Gambar 2. 6 Simbol DFD

18
 
 

 
Menurut Sutabri (2004: 137-139) teknik membuat Data Flow Diagram (DFD) yang
 
digunakan adalah sebagai berikut:
 
a. Mulai dari yang umum atau tingkatan yang lebih tinggi , kemudian diuraikan
 
atau dijelaskan sampai yang lebih detail atau tingkatan yang lebih rendah, yang
 
dikenal dengan istilah “Analisis Atas Bawah”.
  b. Jabarkan proses yang terjadi di dalam data flow diagram serinci mungkin

  sampai tidak dapat diuraikan lagi.


c. Peliharalah konsistensi proses yang terjadi di dalam DFD, mulai dari diagram
 
yang tingkatannya lebih tinggi sampai dengan diagram yang tingkatannya lebih
 
rendah. Berikan label yang bermakna untuk setiap simbol yang digunakan
seperti:
1) Nama yang jelas untuk EXTERNAL ENTITY;
2) Nama yang jelas untuk PROSESS;
3) Nama yang jelas untuk DATA FLOW;
4) Nama yang jelas untuk DATA STORE.
d. Tahapan Data Flow Diagram Langkah-langkah di dalam membuat data flow
diagram dibagi menjadi tiga tahap untuk tingkat konstruksi DFD, yaitu sebagai
berikut:
1) Diagram Konteks dibuat untuk menggambarkan sumber serta tujuan data
yang akan diproses atau dengan kata lain diagram tersebut digunakan untuk
menggambarkan sistem secara umum/global.
2) Diagram Nol dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang ada di
dalam diagram konteks, yang penjabarannya lebih terperinci.
3) Diagram Detail dibuat untuk menggambarkan arus data secara lebih
mendetail lagi dari tahapan proses yang ada di dalam diagram nol.
Berikut pada Gambar 2.7 adalah contoh yang merupakan proses tahapan atau
langkah-langkah untuk pembuatan DFD dari mulai contex diagram, level 0 DFD,
dan diagram detail seperti DFD level 1 dan seterusnya.

19
 
 

Sumber: Dennis (2012: 190)

Gambar 2. 7 Relationship among levels of data flow diagram (DFD)


2.5.2 Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Fatta (2007:121) ERD adalah gambar atau diagram yang
menunjukan informasi dibuat, disimpan, dan digunakan dalam sistem bisnis.
Entitas biasanya menggambarkan jenis informasi yang sama. Dalam entitas
digunakan untuk menghubungkan antar entitas yang sekaligus menunjukan
hubungan antar data. Pada akhirnya ERD bisa juga digunakan untuk menunjukan
aturan-aturan bisnis yang ada pada sistem informasi yang akan dibangun.

Terdapat tiga elemen dasar dalam bahasa pemodelan data (entitas, atribut, dan
hubungan), masing-masing diwakili oleh simbol grafis yang berbeda, diantaranya:

1) Entitas adalah blok bangunan dasar untuk model data, dapat berupa tampat,
orang, acara, atau hal tentang pengumpulan data. Bentuk entitas yaitu
persegi panjang. Entitas diberi nama kata benda dengan huruf kapital.

20
 
 

 
2) Atribut adalah beberapa jenis informasi yang ditangkap tentang suatu
 
entitas. Misalnya, nama belakang, alamat rumah, dan alamat e-mail semua
 
atribut pelanggan.
 3) Hubungan adalah asosiasi antar entitas, dan ditunjukkan oleh jalur yang

  menghubungkan entitas secara bersamaan. Setiap hubungan memiliki


entitas induk dan entitas anak, induk menjadi entitas pertama dalam
 
hubungan, dan entitas yang kedua adalah anak.
 
Simbol ERD memiliki beberapa versi gambar yang berbeda-beda diantaranya,
 
Simbol yang dikembangkan IDEF1X, simbol yang dikembangakan oleh Chen dan
  simbol yang dikembangkan oleh Crow’s Foot yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Sumber: Dennis (2012;227)

Gambar 2. 8 Elemen Entity Relationship Diagram (ERD)


ERD memiliki jenis yaitu derajat relasi atau kordinalitas rasio yang merupakan
jumlah maksimum hubungan antara satu entitas dengan entitas lainnya. Berikut
jenis-jenis dari derajat relasi atau kordinalitas rasio.

21
 
 

 
1) One to many (I-M)
 
One to many merupakan relasi satu ke banyak, sebuah record dalam tabel
 
A dapat memiliki banyak record yang bersesuaian dengan tabel B. Tetapi
  sebuah record dalam tabel B hanya memiliki sebuah record yang
  bersesuaian dalam tabel A. Begitu pula sebaliknya pada relasi banyak ke
satu. Berikut contohnya pada gambar 2.9.
 

Sumber: Olah gambar, 2018

Gambar 2. 9 One to many


2) One to one (I-I)
Setiap record dalam tabel A hanya dapat memiliki satu record yang
bersesuaian dalam tabel B, dan sebaliknya. Jenis relasi ini tidak umum,
karena sebenarnya tabel A dan B dapat digabungkan menjadi satu tabel.
Relasi ini dapat digunakan untuk membagi tabel yang memiliki field yang
banyak, untuk mengisolasi sebagian tabel dengan alasan keamanan data.
Berikut contohnya pada gambar 2.10.

Sumber: Olah gambar, 2018

Gambar 2. 10 One to one

22
 
 

 
3) Many to many (M-M)
 
Sebuah record dalam tabel A dapat memiliki banyak record yang
 
bersesuaian dalam tabel B, dan sebuah record dalam tabel B dapat memiliki
 

 
banyak record yang bersesuaian dalam tabel A. Jenis relasi ini hanya
dimungkinkan jika kita mendefinisikan tabel baru sebagai perantara. Relasi
banyak ke banyak sebenarnya merupakan dua buah relasi satu ke banyak
terhadap tabel perantara. Berikut contohnya pada gambar 2.11.
Sumber: Olah gambar, 2018
Gambar 2. 11 Many to Many
ERD juga menggunakan simbol khusus untuk mengilustrasikan elemen-elemen
agar adanya relasi antara entity dengan entity lain. Berikut simbol-simbol yang
digunakan ERD dapat di lihat di gambar 2.12.

Sumber: Fatta (2007: 124)

Gambar 2. 12 Simbol-Simbol ERD

23
 
 

 
2.5.3 Perangkat Lunak Pendukung
 
Beberapa perangkat lunak yang dibutuhkan untuk membangun sebuah sistem
 
informasi yaitu PHP, Database MySQL, XAMPP, dan Dreamweaver.
 
1) PHP
  Menurut Swastika (2006) PHP (Hypertext Preprocessor) merupakan
  bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di
server. Hasilnya akan dikirimkan ke client, tempat pemakai menggunakan
 
browser. PHP dikenal sebagai sebuah bahasa scripting, yang menyatu
 
dengan tag-tag HTML, dieksekusi di server, dan digunakan untuk membuat
halaman web yang dinamis.
2) Database MySQL
Menurut Sutabri (2011), database adalah suatu kumpulan data
terhubung (interrelated data) yang disimpan secara bersama-sama pada
suatu media, tanpa mengatap satu sama lain tidak perlu suatu kerangkapan
data (controlled redundancy) dengan cara tertentu sehingga mudah
digunakan atau ditampilkan kembali, dapat digunakan oleh satu atau lebih
program aplikasi secara optimal, data disimpan tanpa mengalami
ketergantungan pada program yang akan menggunkannya, data disimpan
sedemikian rupa sehingga penambahan, pengambilan, dan modifikasi dapat
dilakukan dengan mudah dan terkontrol. MySQL adalah sebuah perangkat
lunak pembuat database yang bersifat terbuka atau open source dan berjalan
disemua platform baik Linux maupun Windows, MySQL merupakan
program pengakses database yang bersifat network sehingga dapat
digunakan untuk aplikasi multi user (pengguna banyak).
3) XAMPP
Menurut Wicaksono (2008:7) menjelaskan bahwa “XAMPP adalah
sebuah software yang berfungsi untuk menjalankan website berbasis PHP
dan menggunakan pengolah data MYSQL di komputer lokal”. XAMPP
berperan sebagai server web pada komputer lokal. XAMPP juga dapat

24
 
 

 
disebut sebuah Cpanel server virtual, yang dapat membantu melakukan
 
preview sehingga dapat dimodifikasi website tanpa harus online atau
 
terakses dengan internet.
2.6   Kerangka Berpikir
  Dalam penatausahaan aset tetap yang dikelola oleh PT Pos Indonesia
(Persero), dibutuhkan sebuah sistem informasi yang mampu memudahkan
 
pekerjaan dalam proses pengumpulan data aset sampai ke pelaporan dari tiap aset
 
tetap tersebut. Maka digunakanlah sebuah sistem yang bernama Sistem Informasi
 
Manajemen Aset. Namun SIMA tersebut hanya berfungsi untuk memcatat saja dan
  tidak bisa memonitor atau memantau penilain, pemeliharaan dan penghapusan aset
tetap yang dikelola PT Pos Indonesia (Persero). Akibat dari hal tersebut muncul
sebuah permasalahan yakni tidak tersedianya informasi yang lengkap untuk
menunjang kegiatan pengelolaan aset tetap, serta tidak tersedianya informasi
lengkap mengenai nilai suatu aset tetap, kondisi terkini aset tetap, dan proses suatu
penghapusan aset tetap. Oleh karena itu perlu adanya sebuah pengembangan sebuah
sistem informasi manajemen aset tetap untuk mengatasi hal tersebut. Berikut ini
rangkaian langkah-langkah dalam kerangka berpikir Pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Aset Tetap pada PT Pos Indonesia (Persero). Untuk lebih
jelasnya mengenai kerangka berpikir perancangan sistem informasi manajemen
aset berbasis web dapat dilihat pada Gambar 2.13 berikut ini.

25
 
 

Sumber: Olah data, 2018

Gambar 2. 13 Kerangka Berpikir Proyek

26

Anda mungkin juga menyukai