Anda di halaman 1dari 7

Nama : Indah Jelita

Npm : 20211012
Mata Kuliah : Administrasi Pembangunan
Dosen : Yuliati K.Padang,S.Sos,M.Si
Pembangunan di Bidang Sosial Budaya
A. Pengertian Pembangunan
Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian kegiatan usaha pertumbuhan dan
perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa dan Negara serta
pemerintah dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan yang dilaksanakan haruslah
diusahakan dan direncanakan secara sadar artinya baik pemerintah pusat maupun daerah harus
memperhatikan pembangunan pedesaan demi tercapainya tujuan pembangunan nasional ( S.P.
Siagian 2005).
Dari defenisi tersebut terlihat bahwa tidak ada satu Negara yang akan mencapai tujuan
nasionalnya tanpa melakukan berbagai kegiatan pembangunan. Juga terlihat bahwa proses
pembangunan harus terus berlanjut karena tingkat kemakmuran, keadilan dan kesejahteraan
rakyat bersifat relative dan tidak akan pernah tercapai secara absolute. Pembangunan dapat
diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh
sutau Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu (society) atau
Negara (state) akan selalu bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan
hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah proses perubahan yang dilakukan
melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana kearah yang lebih baik. Sedangkan pelaksanaan
adalah strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
B. Aspek Utama Sosial Budaya
Dari sekian banyak aspek sosial budaya yang relevan untuk mendapat perhatian dalam
upaya memilih strategi pembangunan ada tujuh aspek yang sangat menonjol ialah:
1. Bahasa
Dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa bahasa merupakan aspek sosial budaya yang
mutlak perlu untuk dikembangkan dan dilestarikan.Dikatakan demikian karena
peranannya yang sangat penting sebagai salah satu alat pemersatu bangsa, di samping
peranannya dalam proses komunikasi dan sekaligus sebagai identitas bangs yang
bersangkutan. Dalam kaitan ini perla ditambahkan bahwa dalam masyarakat majemuk
bahasa dapat dikategorikan sebagai bahasa nasional di samping adanya bahasa-bahasa
daerah. Bahasa nasional harus dimasyarakatkan sedemikian rupa sehingga semua warga
negara menguasainya dan dapat berkomunikasi dalam bahasa nasional tersebut.Berbagai
bahasa daerah harus dipandang sebagai "kekayaan nasional" dan oleh karenanya harus
pula turut dilestarikan. Tidak sulit untuk menemukan bangsa yang persatuannya kukuh
antara lain karena adanya bahasa nasional. Sebaliknya, tidak sedikit negara bangsa yang
dilanda pertikaian dan disintegrasi sosial karena tidak adanya bahasa nasional dan karena
upaya yang tidak ada ujung pangkalnya dari berbagai suku atau ras di masyarakat yang
ingin agar bahasa mereka diterima sebagai bahasa nasional.
Dengan demikian, di samping pelestarian bahasa nasional, pengem-bangannya pun
sangat penting. Pengembangan tersebut dapat dalam bentuk meminjam konsep dan
istilah-istilah dari sumber lain, termasuk bahasa daeral dan bahasa asing. Dengan
demikian, bahasa nasional tersebut dapat digunakan sebagai alat komunikasi, baik lisan
maupun tertulis, yang efektif untuk keperluan komunikasi politik, bisnis, militer,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Tentu saja juga untuk percakapan
sehari-hari
2. adat istiadat dan tradisi
Dapat dikatakan bahwa keseluruhan adat istiadat dan tradisi suatu masyarakat merupakan
bagian penting dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Pada dasarnya budaya suatu
bangsa merupakan persepsi bersama tentang tata cara berperilaku dalam masyarakat
tersebut. Dalam masyarakat mana pun, budaya berfungsi antara lain sebagai berikut.
a) Menentukan batas-batas keperilakuan dalam kehidupan bermasyarakat karena
budaya "mengatur" apa yang baik dan tidak baik, benar atau salah, pantas dan
tidak pantas, boleh dilakukan atau tidak bole dilakukan, dan hal-hal sejenis seperti
itu. Tentu saja hanya masyarakat yang bersangkutanlah yang harus menentukan
bagi dirinya sendiri "pengaturan" tersebut. Mung-kin timbul pertanyaan tentang
ada tidakya aspek-aspek tata nilai yang bersifat universal. Tidak ada "rumus"
yang absolut dan pasti sebagai jawabannya. Kalaupun nilai-nilai sosial tertentu
dianggap berlaku secara universal, ternyata penerapannya bersifat situasional
b) Pemelihara stabilitas sosial. Fungsi pertama yang telah disinggung di atas jelas
menunjukkan bahwa setiap warga masyarakat dituntut untuk melakukan berbagai
penyesuaian sehingga mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
sebagai keseluruhan. Dengan demikian, dapat dicegah timbulnya konflik antara
seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lain. Kalaupun konflik
timbul, penyelesaiannya haruslah dengancara-cara yang disepakati bersama oleh
para anggota masyarakat yang bersangkutan.
c) Pendorong interaksi positif dan harmonis. Sebagai makhluk sosial, manusia pasti
berinteraksi dengan orang-orang lain di sekitarnya. Bentuk-bentuk interaksi pun
beraneka ragam, tergantung pada manfaat dan kepentingannya, seperti untuk
kepentingan politik, ekonomi, bisnis, seremonial, penyampaian informasi, atau
untuk kepentingan nonformal lainnya
d) Mekanisme pengendalian perilaku warga masyarakat.
3. persepsi tentang kekuasaan
Dalam organisasi apa pun, termasuk dalam organisasi negara, selalu terdapat sekelompok
orang yang memiliki kekuasaan tertentu. Sumber kekuasaan itu pun dapat beraneka
ragam seperti karena merupakan anggota dinasti yang memerintah suatu kerajaan, karena
dipilih untuk menduduki jabatan kepemimpinan, karena wibawa pribadi, atau karena
memiliki pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki oleh orang lain
4. hubungan dengan alam
Sebagai unsur sosial budaya, pandangan suatu masyarakat tentang hubungannya dengan
alam perlu pemahaman yang tepat karena mempunyai kaitan dengan gaya hidup. Para
pakar mengatakan terdapat tiga jenis pandangan mengenai hal ini, yaitu :
a) manusia menguasai alam,
b) manusia dikuasai oleh alam, dan
c) manusia harus memelihara hubungan yang serasi dengan alam
5. "locus of control"
Pada dasarnya, yang dimaksud dengan "locus of control" ialah pandangan seseorang atau
suatu masyarakat tentang "siapa yang mengendalikan hidup" apakah yang bersangkutan
sendiri atau kekuatan di luar dirinya. Jika pandangan yang dianut mengatakan bahwa
yang bersangkutan sendirilah yang menjadi "tuan penentu nasibnya sendiri" berarti
bahwa "locus of control" seseorang bersifat internal. Sebaliknya, apabila pandangan yang
dianut mengatakan bahwa nasib seseorang ditentukan ole kekuatan di luar dirinya, apa
pun yang dilakukan atau tidak dilakukannya, tergantung pada "Kemauan kekuatan"
tersebut dan oleh karena itu "locus of control"'nya bersifat eksternal.
Pandangan manapun yang dianut mempunyai implikasi yang sangat luas dalam
kehidupan seseorang atau suatu masyarakat. Misalnya dalam hal visi tentang masa depan,
kesediaan mengambil risiko, anggapan tentang penting tidaknya perencanaan, sikap
optimisme atau pesimisme, dan lain sebagainya.
6. pandangan tentang peranan wanita
Pengakuan atas persamaan kaum pria dan wanita dalam kehidupan bermasyarakat
merupakan fenomena sosial yang relatif baru. Di banyak masyarakat, emansipasi wanita
bahkan belum terjadi. Pandangan tradisional yang sangat prevalen menempatkan kaum
wanita pada posisi "warga negara kelas dua" dengan peranan yang sudah jelas, yaitu
"tinggal di rumah, mengurus rumah tangga, melayani suami, dan membesarkan anak-
anak"., Di lingkungan masyarakat mödern pandangan tersebut telah banyak berubah,
antara lain karena sekitar 50% umat manusia terdiri dari wanita, gerakan emansipasi yang
dipelopori oleh kaum wanita sendiri dan karena terbukanya akses bagi kaum wanita
untuk menikmati pendidikan formal sampai ke strata yang paling tinggi sekalipun.
Akibatnya, dalam semua segi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, makin
banyak wanita yang memainkan peranan yang semakin penting dan menduduki semua
eselon jabatan pimpinan hingga yang tertinggi. Dalam dunia politik, misalnya, dunia
mengenal wanita yang menjadi presiden, perdana menteri, menteri, duta besar, dan para
pejabat senior dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. Banyak perusahaan yang sudah
memperlakukan wanita sama dengan kaum pria, termasuk dalam promosi menduduki
jabatan manajerial yang paling senior sekalipun. Perkem-bangan serupa terlihat dalam
organisasi sosial, organisasi nirlaba, organisasi keagamaan, lembaga-lembaga
pendidikan, dan berbagai profesi. Kiranya tepat bila dikatakan bahwa perkembangan
demikian harus disambut dengan gembira.
7. "sistem keluarga besar" (extended Samil system)
Seperti telah diketahui, dalam berbagai masyarakat dikenal dua tipe Keluarga yaitu
"nucleus family system" dan “extended family system”. Dalam sistem “keluarga inti”
(nucleus family system) suatu keluarga hanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya,
termasuk anak biologis dan anak angkat. Dalam sistem demikian, ikatan kekeluargaan
"sangat ketat" dalam arti bahwa seorang kepala keluarga hanya merasa bertanggung
jawab atas kesejahteraan para anggota keluarga langsungnya saja.
Sebaliknya, dalam sistem “keluarga besar” (extended family system) tanggung jawab
seseorang pencari nafkah utama tidak hanya memikirkan kesejahteraan istri dan anak-
anaknya, melainkan juga sanak saudara dekat lainnya. Sistem keluarga ini perlu dikenali
karena dapat menimbulkan berbagai implikasi negatif dalam kehidupan bermasyarakat
seperti primordialisme, nepotisme, dan kronisme. Ketiga hal tersebut menjadi masalah
karena orang-orang yang berkuasa cenderung mengesampingkan kriteria-kriteria objektif
dalam mem-perlakukan orang-orang yang dekat padanya dan memberikan berbagai
kemudahan yang memungkinkan mereka mendapat perlakuan khusus berbeda dengan
para warga masyarakat lainnya yang tidak dekat pada kekuasaan ils Pemahaman yang
tepat terhadap berbagai implikasi faktor-faktor di atas penting untuk menentukan strategi
pembangunan bidang sosial budaya dengan tepat.
Dengan perkataan lain, keseluruhan masalah sosial budaya yang harus dihadapi dan
dipecahkan melalui pembangunan sosial budaya berkisar pada sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat sebagai keseluruhan. Penelitian dan pengalaman banyak negara menunjukkan bahwa
terdapat sejumlah nilai yang perlu dilestarikan karena menyangkut jati diri bangsa yang sifatnya
khas dan membedakannya dengan bangsa-bangsa lain meskipun pelestariannya bersifat adaptif
dalam arti disesuaikan dengan tuntutan zaman. Akan tetapi sebaliknya, sangat mungkin terdapat
sejumlah nilai sosial yang sudah usang dan oleh karena itu perlu diganti dengan nilai-nilai sosial
lainnya yang mendorong percepatan usaha untuk modernisasi kehidupan bangsa.
C. Golongan-Golongan Masyarakat
Pembangunan bidang sosial budaya merupakan hal yang tidak mudah karena menyangkut
antara lain filsafat hidup, pandangan hidup, persepsi, cara berpikir, sistem nilai, dan orientasi
para warga masyarakat. Membuat kategorisasi berbagai golongan di masyarakat pun bukanlah
hal yang sederhana. Menyadari akan hal tersebut, kategorisasi yang digunakan dalam karya tulis
ini ialah:
1. Golongan tradisionalis,
Dengan menyimak secara teliti ciri-ciri masyarakat di negara-negara terbelakang dan
sedang membangun, kiranya tidak akan terlalu jauh dari kebenaran apabila dikatakan
bahwa mayoritas warga masyarakat terdiri dari golongan ini. Enam ciri pokok dari
golongan ini adalah sebagai berikut :
a) Mereka cenderung menolak proses modernisasi karena adanya persepsi bahwa
modernisasi identik dengan "westernisasi"
b) Ciri kedua dari golongan tradisionalis menyangkut orientasi waktu, yaitu
berorientasi ke masa lalu
c) Mungkin karena tingkat pendidikan yang pada umumnya mash rendah dan
mungkin pula karena pengalaman di masa penjajahan, kelompok ini sering
menampilkan sikap rendah diri terutama apabila berhadapan dengan bangsa lain
yang lebih maju, terutama orang-orang Barat. Istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan sikap ini ialah "mentalitas kolonial" (colonial mentality).
d) Ciri keempat golongan tradisionalis ialah adanya stratifikasi sosial diterima
sebagai suatu hal yang wajar. Yang dimaksud ialah bahwa di lingkungan
masyarakat tradisional, terdapat pandangan bahwa adanya lapisan-lapisan
tingkatan di masyarakat tidak perlu dipersoalkan. Berbagai kriteria yang biasa
digunakan untuk identifikasi stratifikasi itu antara lain status keturunan seperti
kaum bangsawan berdarah "biru" dan "Keturunan rakyat biasa". Simbol-simbol
status sosial seperti gelar, jenis bahasa yang digunakan yang berbeda dari satu
tingkat ke tingkat yang lain, kekayaan terutama pemilikan tanah dan bahkan juga
daerah pemukiman.
e) Kecenderungan kuat menolak perubahan.
f) Ikatan kekeluargaan yang masih sangat kuat
2. Golongan modernis
Ciri-ciri golongan in antara lain adalah sebagai berikut :
a) Memiliki wawasan luas yang menyangkut tata kehidupan modern.
b) Kesediaan memainkan peranan selaku pelopor dalam kehidupan ber-masyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
c) Pengamatan menunjukkan bahwa kelompok modern sering diliputi oleh perasaan
ketidaksabaran, bukan hanya dalam menilai situasi dalam masyarakat akan tetapi
juga dalam menjalankan kepeloporannya.
3. Golongan ambivalen,
Tiga cirinya yang sangat menoniol ialah sebagai berikut :
a) Orientasi waktu kelompok ini adalah masa sekarang
b) Bagi kelompok ini tampakya berlaku "rumus" bahwa suatu perubahan yang
dipelopori oleh pihak lain, seperti kaum modernis misalnya, hanya akan diterima
apabila dipersepsikan bahwa perubahan tersebut akan "gemerincing di
kantongnya". Artinya, suatu perubahan akan diterima jika akan menguntungkan
baginya dan akan ditentang apabila diduga tidak akan menguntungkan, apalagi
jika akan merugikan kepentingannya.
c) Ciri negatif seperti dikemukakan di atas masih "dilengkapi" lagi dengan ciri lain,
yaitu cepatnya mereka berganti "warna" dari "warna" lama yang tidak
menguntungkan menjadi "warna" yang lebih menjamin kenikmatan sekarang.
Maksudnya ialah bahwa jika terjadi konflik antara satu kelompok di masyarakat
misalnya kelompok tradisionalis dengan kelompok lain seperti kelompok
developmentalist- kelompok ambivalen cepat mengamati dan menilai kelompok
mana yang kiranya akan keluar sebagai pemenang dan memihak kepada pihak
tersebut.
D. Pendidikan: Wahana Utama Pembangunan Sosial Budaya
Telah dikemukakan di atas bahwa sasaran pembangunan sosial budaya ialah mewujudkan
masyarakat bangsa yang modern, setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia dengan tetap
mempertahankan jati dir bangsa yang bersangkutan yang menjadikannya sebagai bangsa yang
khas sifatnya. Telah terlihat pula bahwa pembangunan sosial budaya menyangkut antara lain
kesediaan menerima perubahan dalam berbagai segi kehidupan dan penghidupan, termasuk cara
berpikir, gaya hidup, cara bekerja, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wahana yang paling efektif untuk
menyelenggarakan pembangunan sosial budaya adalah melalui pendidikan dalam arti yang
seluas-luasnya. Yang dimaksud dengan pendidikan dalam arti Yang seluas-luasnya adalah segala
upaya yang dilakukan demi terwujudnya Masyarakat modern yang didambakan itu. Artinya
pendidikan dapat bersifat formal yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
yang paling dasar hingga pada strata yang paling tinggi termasuk berbagai jenis pelatihan dan
dapat pula bersifat nonformal yang terselenggara di luar "bangku sekolah".
1. Pendidikan Formal
Telah dimaklumi bahwa pendidikan formal berlangsung secara berjenjang mulai dari
taman kamak-kanak hingga pendidikan tinggi. Para pakar pendidikan mengatakan bahwa
pendidikan formal biasanya berlangsung di sekolah dan sasaran utamanya adalah
mengalihkan pengetahuan dari pendidik kepada anak didik. Akan tetapi harus ditekankan
bahwa pengalihan pengetahuan hanya salah satu aspek meskipun aspek sangat penting
dari pendidikan formal. Banyak aspek lain yang perlu pula ditangani melalui pendidikan
formal, seperti aspek moral, aspek etika, hak dan tanggung jawab sebagai warga negara
yang baik, cara berpikir secara rasional, keberanian mengambil risiko, ketegasan dalam
mengambil keputusan, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang diperoleh melalui
pendidikan formal pada akhirnya harus diabdikan demi kepentingan kemajuan bangsa
dan ne gara. Oleh karena itu, keseluruhan kegiatan pendidikan formal, baik dalam arti
kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler sesungguhnya harus dikaitkan dengan
kebutuhan nasional akan sumber daya manusia yang memenuhi tuntutan pembangunan
nasional dengan segala bidang, aspek, dan sektornya.
2. Pelatihan Sebagai Aspek Pendidikan Formal
Upaya mencerdaskan bangsa tidak terbatas hanya pada penvelenggaraan pendidikan
formal. Kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah pelatihan yang sangat beraneka
ragam. Berikut ini diberikan beberapa contoh :
a) Pelatihan bagi petani sehingga memahami dan menguasai teknik-teknik bertani
yang mutakhir sehingga produktivitas kegiatannya semakin meningkat.
b) Pelatihan yang berkaitan dengan pelaksanaan program keluarga berencana.
c) Perihal makanan sebagai aspek sosial budaya. Para pemimpin dunia sudah lama
merasa sangat prihatin melihat pertambahan penduduk yang sangat pesat dan
seolah-olah tidak terkendali. Keprihatinan tersebut memang sangat beralasan baik
karena kesadaran tentang terbatasnya "daya topang alam", dampaknya terhadap
perolehan pekerjaan dan penyediaan makanan. Pernah terungkap melalui data-
data statistik bahwa dua per tiga penduduk dunia pergi tidur di malam hari dengan
perut lapar, suatu kenyataan yang tentunya tidak boleh dibiarkan berlanjut
3. Pemberantasan Buta Huruf
Seperti dimaklumi, tingkat pendidikan rata-rata warga masyarakat di negara-negara
terbelakang masih rendah. Dan bahkan tidak sedikit warga negara yang masih buta
aksara. Upaya memberantas buta aksara harus dipandang sebagai bagian dari keseluruhan
pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Siapa pun akan mengakui
bahwa kemampuan membaca dan menulis akan memperluas cakrawala pandangan
seseorang. Misalnya, di satu pihak ia dapat menggali sendiri informasi yang
diperlukannya dan di pihak lain yang bersangkutan dapat memberikan informasi yang
dimilikinya dan diperlukan oleh orang lain. Manfaat lain ialah dimungkinkannya
seseorang menambah pengetahuan dan keterampilan yang pada gilirannya menambah
alat yang dapat digunakan untuk memperkaya kehidupannya. Yang bersangkutan juga
akan makin mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang bertanggung
jawab.

Anda mungkin juga menyukai