Anda di halaman 1dari 5

Birrul Walidain; Cara Sebagian besar jumhur ulama’ telah sepakat bahwa

berbakti kepada kedua orang tua termasuk suatu


Berbakti kepada Orangtua kewajiban. Hukum wajib yang mereka sepakati ini
BAB I salah satunya berpegang pada Firman Allah QS. an-
PENDAHULUAN Nisa: 36. Birul Walidain juga adalah sebuah
A.      Latar Belakang keutamaan. Ada beberapa keutamaan yang bisa
Dalam Islam, kita telah diajarkan untuk senantiasa diperoleh seseorang tatkala berbuat baik kepada orang
berbakti kepada kedua orang tua, mengingat begitu tuanya, antara lain yaitu:
besar jasa yang telah orang tua kita berikan kepada kita.
Ayah yang selalu bekerja keras demi untuk menghidupi1.        Amalan Paling Mulia dan Utama.
ibu dan kita, sementara ibu yang rela tidak tidur dan Seperti yang pernah diceritakan dalam suatu
tidak makan, hanya agar kita bisa tidur pulas dan riwayat, Rasulullah telah menyampaikan bahwa salah
makan secara lahap. Namun seiring bertambahnya usia, satu amalan yang paling utama dan dicintai oleh Allah
terkadang kita justru sangat tidak adil terhadap ayah adalah berbakti kepada orang tua.
dan ibu, entah dalam hal kecil seperti berbohong, ِ ‫ا َر‬88َ‫ ُد هَّللا ِ ب ُْن ْال ُمب‬8‫ا َع ْب‬88َ‫ ُد ب ُْن ُم َح َّم ٍد َأ ْخبَ َرن‬8‫ َّدثَنَا َأحْ َم‬8‫َح‬
‫ك ع َْن‬
maupun dalam skala yang besar, bahkan banyak dari ٍ ‫زَار ع َْن َأبِي َع ْم‬888ْ
‫رو‬888 ِ ‫ ِد ْب ِن ْال َعي‬888‫عُو ِديِّ ع َْن ْال َولِي‬888‫ْال َم ْس‬
kita yang justru mendurhakai kedua orang tua. ُ ‫صلَّى هَّللا‬ َ ِ ‫ُول هَّللا‬َ ‫ت َرس‬ ُ ‫ال َّش ْيبَانِ ِّي ع َْن ا ْب ِن َم ْسعُو ٍد قَا َل َسَأ ْل‬
Dalam makalah ini, kami mencoba menguraikan ‫ا َل‬88َ‫ ُل ق‬8 ‫ض‬ َ ‫ا ِل َأ ْف‬88‫ول هَّللا ِ َأيُّ اَأْل ْع َم‬
َ 8 ‫ت يَا َر ُس‬ ُ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقُ ْل‬
lebih mendalam  tentang pengertian berbakti kepada ُّ‫ر‬88ِ‫ا َل ب‬88َ‫ول هَّللا ِ ق‬ َ 88‫ا َر ُس‬88َ‫ا َذا ي‬88‫ت ثُ َّم َم‬ ُ ‫ا قُ ْل‬88َ‫اَل ةُ لِ ِميقَاتِه‬88‫الص‬َّ
orangtua (Birul Walidain), cara untuk berbakti kepada ِ ِ‫ب‬8 ‫ا ُد فِي َس‬88َ‫ت ثُ َّم َما َذا يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل ْال ِجه‬
‫يل‬ ُ ‫ْال َوالِ َدي ِْن قُ ْل‬
orang tua dan hadits-hadits yang mendukung uraian ْ‫و‬8َ‫لَّ َم َول‬8‫ ِه َو َس‬8ْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬8‫ص‬ َ ِ ‫هَّللا ِ ثُ َّم َسكَتَ َعنِّي َرسُو ُل هَّللا‬
kami, dengan tujuan agar kita tidak melalaikan dari .‫ا ْستَزَ ْدتُهُ لَزَا َدنِي‬
menghormati mereka. Selain itu, kami juga membahas “Ahmad bin Muhammad menceritakan kepada kami,
sedikit mengenai pengertian dari mendurhakai orang Abdullah bin al-Mubarak mengabarkan kepada kami,
tua (‘Uququl Walidain), permasalahan-permasalahan dari al-Mas’udi, dari al-Walid bin al-‘Aizar, dari Abu
yang sering terjadi antara anak dan orang tua, serta Amr asy-Syaibani, dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, “Aku
hadits-hadits yang turut menjadi pendukung argumen bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, amalan
kami. apakah yang paling utama?”, beliau menjawab, “Shalat
pada waktunya”. Aku berkata, “Kemudian apa ya
BAB II Rasulullah?”, beliau menjawab, “Berbakti kepada
PEMBAHASAN kedua orang tua”.  Aku berkata, “Kemudian apa ya
Rasulullah?”, beliau menjawab, “Jihad di jalan
A.      Pengertian Birrul Walidain Allah”. “Rasulullah kemudian mendiamkan aku.
Ditinjau dari segi etimologi, kata Al-Birr berasal Seandainya aku menambahkan pertanyaan kepadanya,
dari bahasa Arab yang mengandung arti kebaikan, niscaya beliau akan memberikan jawaban tambahan
baiknya akhlak, atau berbuat baik.[1] Secara kepadaku”. (Muttafaq  ‘alaih).[3]
terminologi, Birrul Walidain adalah berbuat baik
kepada kedua orang tua (baik ayah maupun ibu).             Dalam beberapa riwayat lain dijelaskan pula
Maksud dari berbuat baik kepada kedua orang tua di tentang keutamaan berbakti kepada orang tua,
sini dapat diartikan juga dengan mentaati keduanya meskipun dengan susunan lafadz yang berbeda. Ada
dalam segala hal yang mereka perintahkan dan yang mendahulukan lafadz Jihad fii Sabilillaah, ada
inginkan, selama hal itu tidak menjerumuskan kepada pula yang mendahulukan Birrul Walidain sebelum
maksiat dan tidak menjauhkan dari Allah.[2] menyebutkan Shalat di awal waktu.
Perbedaan susunan lafadz tersebut tidak lain pintu-pintu surga. Maka hilangkan pintu itu, atau
adalah jawaban Nabi SAW yang memang berbeda jagalah ia!”[5]
sesuai dengan situasi dan kondisi saat ditanya tentang
            Dari hadits tersebut dapat ditarik pelajaran
pertanyaan yang sama. Terlepas dari perbedaan
bahwa jika seseorang ingin memperoleh surganya
susunan lafadz dalam hadits-hadits tersebut, tetap Allah, maka ia harus dengan sepenuh hati menjaga
jelaslah bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah kedua orang tuanya. Ketika seseorang itu enggan atau
salah satu keniscayaan yang utama dan dicintai oleh bahkan tidak sudi menjaga dan merawat kedua orang
Allah SWT. tuanya, apalagi ketika sudah memasuki usia senja,
sehingga membuat orang tuanya tidak ridha, maka
pintu-pintu surga itu akan dihilangkan oleh Allah SWT.
2.        Mendapatkan Ridha Allah
Keutamaan dan kewajiban seorang anak dalam
B.       Cara Berbakti Kepada Orang tua
berbakti kepada kedua orang tuanya memang tidak bisa
Dalam tata kehidupan bermasyarakat, tentu sudah
disangsikan lagi. Allah sendiri telah meletakkan
tidak asing lagi jika membahas cara-cara yang bisa
keridhaan-Nya atas seorang hamba, tergantung dari
dilakukan sebagai wujud dari kebaktian seorang anak
keridhaan orang tua terhadap anaknya. Ketika sudah
terhadap kedua orang tuanya. Di sekolah misalnya,
demikian, maka jika ada seorang ayah atau ibu yang
seorang guru selalu mengajarkan kepada muridnya
tidak meridhai anaknya dalam melakukan sesuatu,
untuk senantiasa menghormati kedua orang tua ketika
Allah pun tidak akan ridha atasnya. Seperti bunyi hadits
di rumah terutama ibu, karena kedudukan ibu tiga kali
berikut:
lebih mulia. Hal itu senada dengan sebuah hadits yang
‫ث َح َّد َثنَا‬ِ ‫ص عُم ر بْن َعلِ ٍّي ح َّد َثنَا َخالِ ُد بْن الْح ا ِر‬
ٍ ‫ف‬
ْ ‫ح‬ ‫و‬ ‫َأب‬ ‫ا‬‫ن‬
َ ‫ث‬
َ َّ
‫د‬ ‫ح‬
َ ُ َ ُ َُ َ ُ َ pernah diriwayatkan oleh shahabat:
‫ُش ْعبَةُ َع ْن َي ْعلَى بْ ِن َعطَ ٍاء َع ْن َأبِي ِه َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ٍرو َع ْن‬ ٍ ‫شا ٍر َأ ْخبرنَا يحيى بن س ِع‬
‫يد َأ ْخَب َرنَا َب ْه ُز بْ ُن‬ َ ُ ْ َْ َ ََ َّ َ‫َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ب‬
‫ض ى ال َْوالِ ِد‬
َ ‫ب فِي ِر‬ ِّ ‫الر‬
َّ ‫ض ى‬ َ ‫ال ِر‬َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬
َ ‫النَّبِ ِّي‬ ‫ول اللَّ ِه َم ْن ََأب ُّر‬
َ ‫ْت يَا َر ُس‬ ُ ‫ال ُقل‬ َ َ‫َح ِك ٍيم َح َّدثَنِي َأبِي َع ْن َجدِّي ق‬
‫ب فِي َس َخ ِط ال َْوالِ ِد‬ ِّ ‫الر‬
َّ ‫ط‬ ُ ‫َو َس َخ‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬. ‫ْت ثُ َّم َم ْن‬ ُ ‫ال ُقل‬ َ َ‫ك ق‬ َ ‫ال َُّأم‬
َ َ‫ْت ثُ َّم َم ْن ق‬ُ ‫ال ُقل‬ َ َ‫ك ق‬ َ ‫ال َُّأم‬َ َ‫ق‬
“Abu Hafsh Umar bin Ali menceritakan kepada kami, ‫ب‬َ ‫ب فَاَأْلق َْر‬ َ ‫اك ثُ َّم اَأْلق َْر‬
َ َ‫ال ثُ َّم َأب‬
َ َ‫ْت ثُ َّم َم ْن ق‬ ُ ‫ال ُقل‬ َ َ‫ك ق‬ َ ‫َُّأم‬
Khalid bin Al Harits menceritakan kepada kami,
“Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami,
Syu'bah menceritakan kepada kami, dari Ya'la bin
Yahya bin Sa'id mengabarkan kepada kami, Bahz bin
Atha, dari bapaknya, dari Abdullah bin Amru bahwa
Hakim mengabarkan kepada kami, ayahku
Nabi SAW bersabda, “Ridha Allah dalam (tergantung)
menceritakan kepadaku, dari kakekku, ia berkata, "Aku
ridha kedua orang tua, dan murka Allah itu dalam
berkata, “Ya Rasulullah, sipakah yang lebih (berhak)
murka kedua orang tua”. (Ash-Shahihain:  515)[4]
mendapat bakti(ku)?" Rasulullah menjawab,
“Ibumu”. Aku berkata, “Kemudian siapa?” Rasulullah
3.        Sebab Masuk ke Surga.
menjawab, “Ibumu”. Aku berkata, “Kemudian siapa?”,
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Aku berkata,
ridha Allah tergantung pada ridha kedua orang tua.
“Kemudian siapa?”, Rasululah menjawab, “Kemudian
Ketika ridha Allah telah didapat, maka hal itu pada
bapakmu, lalu orang yang lebih dekat dan yang lebih
akhirnya juga akan membawa seseorang dengan mudah
dekat”. (al-Misykah)[6]
menggapai jalan menuju Surga. Ada sebuah riwayat
yang berkenaan dengan hal tersebut: ِ
‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه‬ ِ َ ‫َأن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫ب‬
ِ
َ ‫َع ْن الْم ْق َد ِام بْ ِن َم ْع د ي َك ِر‬
‫و ُل‬88ُ‫لَّ َم يَق‬8‫ ِه َو َس‬8‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ع َْن َأبِي ال َّدرْ دَا ِء َس ِم َع النَّب‬
ُ‫ظه‬ْ َ‫اب َأوْ احْ ف‬ َ َ‫ك ْالب‬ َ ِ‫ض ْع َذل‬ ِ ‫ب ْال َجنَّ ِة فََأ‬
ِ ‫ْال َوالِ ُد َأوْ َسطُ َأ ْب َوا‬ ِ ‫وص ي ُكم بِ َُّأم َه اتِ ُكم ثَاَل ثً ا ِإ َّن اللَّهَ ي‬
‫وص ي ُك ْم‬ ِ ‫ال ِإ َّن اللَّهَ ي‬
َ َ‫َو َس لَّ َم ق‬
ُ ْ ْ ُ
“Dari Abu Darda', (ia berkata), "Aku mendengar
‫ب‬ِ ‫ب فَاَأْلقْر‬ ِ ‫بِآباِئ ُكم ِإ َّن اللَّهَ ي‬
ِ ‫وصي ُك ْم بِاَأْلقْر‬
Rasulullah SAW bersabda, “Orang tua adalah penengah َ َ ُ ْ َ
“Dari Miqdam bin Ma'dikarib, bahwa Rasulullah SAW sembilan, yaitu menyekutukan Allah, membunuh
bersabda, “Sesungguhnya Allah mewasiatkan kalian orang, lari dari peperangan, menuduh zina kepada
untuk berbakti kepada ibu-ibu kalian (beliau wanita mukmin, memakan harta riba, mengambil harta
mengucapkannya tiga kali). Sesungguhnya Allah anak yatim, melenceng di masjid, orang yang suka
mewasiatkan kalian untuk berbakti kepada bapak-bapak menghina (mengejek), dan (menyebabkan) orang tua
kalian. Sesungguhnya Allah mewasiatkan kalian untuk menangis karena durhaka (kepada keduanya)”. Ibnu
berbuat baik kepada kerabat kalian, (lalu kepada Umar berkata, kepadaku, “Apakah engkau takut dari
kerabat) yang lebih dekat.” (Ash-Shahihah: 1666) neraka dan ingin masuk surga?” Saya berkata, “Apa
benar, demi Allah?”. Ibnu Umar berkata, “Apakah
Dari kedua hadits yag dipaparkan di atas, peran ibu orang tuamu masih hidup?” Saya menjawab, “Ibu saya
memang sangat penting dalam kehidupan seorang anak. masih hidup”. Ibnu Umar berkata, “Demi Allah!
Allah sendiri meletakkan kedudukan ibu tiga kali lebih sekiranya engkau berbicara lemah lembut kepadanya
mulia dari ayah. Kedudukan ibu yang lebih dimuliakan dan memberi makan kepadanya, maka niscaya engkau
itu tidak lain karena perjuangan ibu sangat besar, mulai benar-benar akan masuk surga selama dosa-dosa besar
dari megandung selama sembilan bulan, kemudian itu dijauhi.”
memberikan asupan makanan ketika tengah
mngandung, dalam melahirkan, meyusui, dan Lewat paparan hadits tersebut, dijelaskan bahwa
membesarkan seorang anak dalam buaiannya. ketika seseorang ingin masuk ke dalam surganya Allah,
Meskipun dua hadits di atas lebih diprioritaskan dan ia benar-benar takut akan siksa daripada nerakanya
untuk berbakti kepada ibu, tapi secara umum, ada Allah, maka salah satu cara yang mampu ia lakukan
beberapa cara untuk dapat berbakti kepada kedua orang selain menjauhi perkara-perkara yang mendatangkan
tua, yaitu: dosa, adalah dengan merawat kedua orang tua, atau
salah satu diantara keduanya.
1.        Berkata lembut kepada kedua orang tua
Dari Thaisalah bin Mayyas, dia berkata:[7] 2.        Membalas kebaikan kedua orang tua.
،‫ت ذُ ُن ْوبً ا الَ ََأر َاه ا اِالَّ ِم َن الْ َكبَ اِئ ِر‬ ُ ‫ص ْب‬ ِ
َ َ‫ فَا‬،‫َّج َدات‬ َ ‫ت َم َع الن‬ ُ ‫ُك ْن‬ Selama kedua orang tua masih hidup, maka tugas

ُ ‫ َما ِه َي؟ ُقل‬:‫ال‬ َ ِ‫ت ذَل‬


anak adalah merawat dan memberikan apa yang menjadi
:‫ال‬ َ َ‫ َك َذا َو َك َذا؟ ق‬:‫ْت‬ َ َ‫ك ِالبْ ِن عُ َم َر ق‬ ُ ‫فَ َذ َك ْر‬ hak keduanya. Meskipun anak tidak akan pernah bisa
،‫ َو َق ْت ُل نَ ْس َم ٍة‬،‫اهلل‬
ِ ِ‫اك ب‬ ُ ‫ اِْإل ْش َر‬: ‫ ُه َّن تِ ْس ٌع‬،‫ت َه ِذ ِه ِم َن الْ َكبَاِئ ِر‬ ْ ‫ل َْي َس‬ membalas seluruh jasa yang telah sang ayah dan ibunya
‫ال‬ ِ ‫ وَأ ْك ل َم‬،‫الربَا‬
ُ َ ِّ ‫ َوَأ ْك ُل‬،‫صنَة‬
ِ ‫ف الْمح‬
َ ْ ُ ُ ‫ َوقَ ْذ‬،‫ف‬ َّ ‫َوال ِْف َر ُار ِم َن‬
ِ ‫الز ْح‬ berikan dan lakukan, tapi setidaknya ada usaha dari
ِ seorang anak untuk membahagiakan kedua orang tuanya
‫ َوبُ َك اءُ ال َْوالِ َديْ ِن‬،‫ َوالَّ ِذي يَ ْستَ ْس ِخ ُر‬،‫اد فِي ال َْم ْس ِج ِد‬ ُ ‫ْح‬ ِ
َ ‫ َوال‬،‫الْيَت ْي ِم‬ atau setidaknya untuk berbakti kepada mereka. Seperti
‫ب َأ ْن تَ ْد ُخ َل‬ ُّ ‫ َأتُِف َّر ُق ِم َن النَّا ِر َوتُ ِح‬:‫ال لِي ابْ ُن عُ َم َر‬ َ َ‫ِم َن الْعُ ُق ْو ِق ق‬ yang pernah dikisahkan oleh Abu Hurairah, ia berkata:
،‫ ِع ْن ِدي ُِّأمى‬:‫ْت‬ ُ ‫اك؟ ُقل‬ َ ‫َأح ُّى َوالِ ُد‬
َ :‫ال‬
ِ ‫ َأى و‬:‫ْت‬
َ َ‫اهلل! ق‬ ‫ الَ يَ ْج ِزى َولَ ٌد َوالِ ًدهُ ِإالَّ َأ ْن‬: ‫صلَّى اهللُ ّعلَْي ِه َو ّس لَّ َم‬ َ ‫َّبي‬
ُّ ‫ال الن‬ َ َ‫ق‬  
َ ْ ُ ‫ْجنَّةَ؟ ُقل‬ َ ‫ال‬
َ ‫ت ل ََه ا الْ َكالَ َم َوَأط َْع ْمَت َه ا الطَّ َع‬
‫ام لَتَ ْد ُخلَ َّن‬ ِ ‫ َفو‬:‫ال‬
َ ‫اهلل! لَ ْو َألَْن‬   ُ‫يَ ِج َدهُ َم ْملُو ًكا َفيَ ْشتَ ِريَهُ َفُي ْعتِ َقه‬
َ َ َ‫ق‬
  ‫ت الْ َكبَاِئُر‬ ِ ‫اجتُنِب‬
َ ْ ‫ْجنَّةَ َما‬ َ ‫ال‬
Dari Nabi SAW  berkata, “Seseorang tidak dikatakan
berbakti kepada orang tuanya, kecuali bila orang tuanya
“Aku bersama orang-orang keturunan Najdah bin Amir
menjadi budak, lalu ia membelinya dan
Al Khariji, yang membuat aku banyak melakukan dosa-
memerdekakanya.”[8]
dosa besar. Kemudian aku melaporkannya kepada Ibnu
Umar, seraya bertanya, “Apa dosa-dosa itu?”, Aku
3.        Mendahulukan kepentingan untuk orang tua dari
menjawab, “Ini dan itu”. Ibnu Umar berkata, “Itu tidak
berjihad
termasuk dosa-dosa besar. Dosa-dosa besar itu, ada
Ibaratnya jika seorang anak adalah ladang bagi [11] Secara etimologi ‘Uquq berasal dari
kedua orang tua untuk berinvestasi amal, maka untuk kata ‘Aqqa yang berarti memutus. Secara Terminologi
seorang anak, orang tua adalah ladang menuai pahala kata ‘Uququl Walidain berarti memutus atau
yang paling mudah. Dengan ikhlas merawat orang tua mendurhakai kedua orang tua. Mendurhakai kedua
saja, seorang anak sudah mampu mendapatkan ridha orang tua, tidak sekedar meninggalkan dan tidak mau
Allah. Bahkan dalam sebuah riwayat, keutamaan merawat, akan tetapi lebih luas meliputi beberapa hal
berbakti kepada orang tua lebih di dahulukan dari yang membuat sakit hati salah satu diantara mereka
berjihad. bahkan keduanya.
‫ال َأقْبَ َل َر ُج ٌل ِإلَى نَبِ ِّي اللَّ ِه‬
َ َ‫اص ق‬ ِ ‫عن َع ْب د اللَّ ِه بْن َع ْم ِرو بْ ِن ال َْع‬ Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah: Berkata

‫اد َْأبتَ ِغي‬ ِ ‫ْجه‬ ِ َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َف َق‬


َ ِ ‫ك َعلَى الْ ِه ْج َرة َوال‬
Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir,
َ ُ‫ال ُأبَايِع‬ َ “Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya
‫ال َن َع ْم بَ ْل‬ َ َ‫َأح ٌد َح ٌّي ق‬ َ ‫ك‬ َ ْ‫ال َف َه ْل ِم ْن َوالِ َدي‬ َ َ‫اَأْلج َر ِم ْن اللَّ ِه ق‬
ْ marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan
‫ال فَ ْار ِج ْع ِإلَى‬ َ َ‫اَأْلج َر ِم ْن اللَّ ِه ق‬
َ َ‫ال َن َع ْم ق‬ ِ َ َ‫كِاَل ُهم ا ق‬
ْ ‫ال َفتَْبتَغي‬ َ keduanya agar dia bisa tertawa (senang) kembali”.
[12] Dari riwayat ini dapat dipahami bahwa Allah
‫ص ْحبََت ُه َما‬ ِ
ُ ‫َأحس ْن‬ ْ َ‫ك ف‬ َ ْ‫َوالِ َدي‬ sangat tidak menyukai orang-orang yang melukai hati,
“Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra. dia berkata, mencela, melaknat, dan durhaka terhadap kedua orang
“Pada suatu hari ada seorang laki-laki menghadap tua. Selain itu, menjadikan nama orang tua sebagai
kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, bahan untuk mengejek orang lain, ternyata secara tidak
saya berbai'at kepada engkau untuk berhijrah dan langsung juga termasuk kategori mencela, meskipun
berjihad agar saya memperoleh pahala dari Allah”. niatnya bukan untuk mencela kedua orang tua. Seperti
Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Apakah salah yang pernah diriwayatkan oleh seorang shahabat:
‫يم بْ ُن َس ْع ٍد َع ْن َأبِي ِه َع ْن‬ ِ ‫ِإ‬
ُ ‫س َح َّد َثنَا ْب َراه‬ ْ ‫َح َّد َثنَا‬
seorang dari dua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki
itu menjawab, “Ya dan bahkan keduanya masih hidup.”
َ ُ‫َأح َم ُد بْ ُن يُ ون‬
‫ض َي اللَّهُ َع ْن ُه َم ا‬ ِ ‫الر ْحم ِن َعن َع ْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َعم ٍرو ر‬ ِ ِ
Lalu Rasulullah bertanya lagi kepadanya, “Apakah َ ْ ْ َ َّ ‫ُح َم ْيد بْ ِن َع ْبد‬
kamu menginginkan pahala dari Allah Azza wa Jalla?” ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِإ َّن ِم ْن َأ ْكبَ ِر الْ َكبَ اِئ ِر‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ق‬
Laki-laki tersebut menjawab, “Ya.” Rasulullah pun ‫الر ُج ُل‬ َّ ‫ف َيل َْع ُن‬ َ ‫ول اللَّ ِه َو َك ْي‬ َ ‫يل يَا َر ُس‬ ِِ ِ َّ ‫َأ ْن َيل َْع َن‬
akhirnya berkata, “Kalau begitu, pulanglah kepada
َ ‫الر ُج ُل َوال َديْ ه ق‬
kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada ُ‫ب َُّأمه‬
ُّ ‫س‬ُ َ‫ب َأبَاهُ َوي‬ ُّ ‫س‬ ُ َ‫الر ُج ِل َفي‬
َّ ‫الر ُج ُل َأبَا‬
َّ ‫ب‬ ُّ ‫س‬ُ َ‫ال ي‬َ َ‫َوالِ َديْ ِه ق‬
keduanya!”. (Muslim)[9] “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus
telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'd dari
Ayahnya dari Humaid bin Abdurrahman dari Abdullah
Selain yang telah disebutkan di atas, masih ada
bin 'Amru radliallahu 'anhuma dia berkata: “Rasulullah
beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai tanda
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
berbakti kepada kedua orang tua. Beberapa cara itu termasuk dari dosa besar adalah seseorang melaknat
yakni, dengan tidak berbohong kepada orang tua, kedua orang tuanya sendiri,” beliau ditanya, “Kenapa
meminta izin kepada salah satu diantara keduanya hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” beliau
apabila ingin memenuhi sebuah urusan, merendahkan menjawab: “Seseorang mencela (melaknat) ayah orang
diri di hadapan keduanya, menyediakan makanan, dan lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah
dan ibu orang yang pertama.”[13]
lain sebagainya.[10]

Ternyata tidak hanya Birrul Walidain  yang


C.      Pengertian Uququl Walidain memiliki beragam cara untuk dilakukan, ‘Uququl
Berkata Imam Al Qurtubi: Walidain pun juga memiliki banyak bentuk dan
“Termasuk ‘Uquq (durhaka) kepada orang tua adalah beragam jenisnya. Dalam masa sekarang ini, tentu akan
menyelisihi atau menentang keinginan-keinginan lebih mudah ditemukan di lingkungan masyarakat para
mereka dari (perkara-perkara) yang mubah...”. remaja yang lebih dekat dengan teman mainnya
daripada dengan orang tuanya sendiri. Kecanggihan Berbuat baik kepada kedua orang tua dapat
ilmu pengetahuan dan teknologi memang telah diartikan dengan mentaati keduanya dalam segala hal
merubah arah pemikiran anak-anak yang tadinya sangat
yang mereka perintahkan dan inginkan, selama hal itu
menurut, saat ini mereka justru berani melawan orang
tidak menjerumuskan kepada maksiat dan tidak
tuanya, bahkan sampai berani mengatakan bahwa orang
tua “ketinggalan zaman”. menjauhkan dari Allah. Birul Walidain  memiliki
Kesalahan dalam proses pembelajaran dan beberapa keutamaan, yakni menjadi sebab mendapat
pengawasan juga telah ikut andil dalam membuat anak ridha Allah, termasuk amalan yang paling utama, dan
memiliki sikap yang tidak sesuai dengan keinginan menjadi sebab seseorang dapat masuk ke Surga.
orang tua, dan cenderung mengecewakan. Sikap-sikap Ada beberapa cara untuk berbakti kepada kedua
tersebut yang pada akhirnya membuat seorang anak
orang tua yaitu bertutur lembut kepada kedua orang tua,
menjadi durhaka terhadap orang tuanya. Beberapa
membalas kebaikan orang tua, mendahulukan
sikap yang termasuk dalam  ‘Uququl Walidain antara
lain:[14] kepentingan orang tua, tidak berbohong kepada orang
1.        Membuat kedua orang tua sedih bahkan menangis, baik tua, meminta izin kepada salah satu diantara keduanya
dengan perbuatan ataupun ucapan. apabila ingin memenuhi sebuah urusan, merendahkan
2.        Menghardik ayah atau ibu dengan menggunakan kata- diri di hadapan keduanya, menyediakan makanan, dan
kata yang keras dan kasar, termasuk berkata “ah” dan lain sebagainya.
berkeluh kesah saat diperintah keduanya, seperti
‘Uququl Walidain berarti memutus atau
Firman Allah dalam QS. Al-Isra : 23
mendurhakai kedua orang tua. Mendurhakai kedua
3.        Bermuka masam atau terus menerus cemberut di
hadapan orang tua. orang tua, tidak sekedar meninggalkan dan tidak mau
4.        Memandang dengan pandangan marah dan merawat, akan tetapi lebih luas meliputi beberapa hal
merendahkan, memalingkan muka, memotong yang membuat sakit hati salah satu diantara mereka
pembicaraan, mendustai serta membantah ketika bahkan keduanya, membuat kedua orang tua sedih
mereka berbicara. bahkan menangis, baik dengan perbuatan ataupun
5.        Tidak membantu pekerjaan rumah orangtua, bahkan
ucapan, menghardik ayah atau ibu dengan
memerintah mereka seperti layaknya pembantu.
menggunakan kata-kata yang keras dan kasar, bermuka
6.        Mengkritik makanan buatan ibu.
7.        Tidak menganggap dan tidak menghargai pendapat masam, memandang dengan pandangan marah dan
mereka. merendahkan, tidak membantu pekerjaan rumah
8.        Tidak minta izin saat masuk menemui mereka. orangtua, mengkritik makanan buatan ibu, tidak
9.        Memancing masalah di depan mereka dan menganggap dan tidak menghargai pendapat mereka,
menjatuhkannya dalam lubang kesulitan. tidak minta izin saat masuk menemui mereka, dan
memancing masalah di depan kedua orang tua.
Dari Abdullah bin Amru bin Al 'Ash, dia berkata,
  ‫الر ُج ُل لَِوالِ ِد ِه‬
َّ ‫ب‬ ِ ‫ ِمن الْ َكباِئر ِع ْن َد‬  
َّ ‫اهلل َت َعالَى َأ ْن يَ ْستَ َس‬ ْ َ َ
“Termasuk dosa-dosa besar di sisi Allah SWT, adalah
seseorang menjadi caci makian bagi kedua orang
tuanya.”
Hadits terakhir ini tidak hanya mengingatkan
tentang betapa besarnya dosa seseorang yang
mendurhakai orang tuanya, akan tetapi sekaligus
menjadi pengingat bahwa Allah sangat membenci
orang-orang yang dengan sengaja membuat malu kedua
orang tua.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai