Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS JURNAL 2

2.1 Identitas Jurnal


 Nama Jurnal : Frontiers in Physiology
 Ranking SCIMAGO : Q1

 Halaman : 1-7
 Tahun Terbitnya : 2022
 Judul : Unruptured ovarian ectopic Pregnancy: Two Case Reports And Literature Review
 Penulis : Fang Ren, Gang Liu, Tifang Wang, Meijun Li, Zhiqiang Guo

2.2 Abstrak
Dalam praktik klinis, kehamilan ovarium sangat jarang terjadi dan selalu ditemukan
pecah. Diagnosis definitif untuk kehamilan ovarium yang pecah sulit diperoleh. Kami
menyajikan dua kasus kehamilan ovarium yang tidak pecah yang terdeteksi selama
laparoskopi dan meninjau literatur yang ada untuk lebih memahami karakteristik klinis
kehamilan ektopik di tempat yang jarang ini. Alat kontrasepsi, teknologi reproduksi
berbantuan, dan operasi intrauterin merupakan faktor risiko tinggi dalam kehamilan
ovarium. Selain itu, menopause, nyeri perut, dan perdarahan vagina merupakan manifestasi
klinis. Kehamilan ovarium dapat didiagnosis menggunakan hCG serum, ultrasonografi
transvaginal, dan pencitraan resonansi magnetik. Laparoskopi adalah pengobatan pilihan
untuk kehamilan ovarium. Direkomendasikan agar kantong kehamilan utuh dan fungsi
ovarium dilindungi semaksimal mungkin selama operasi. Diagnosis kehamilan ovarium
yang lebih pasti harus dilaporkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
kehamilan ovarium.
Kata kunci: kehamilan ovarium, diagnosis, pengobatan, laporan kasus, review

2.3 Pendahuluan
Situs kehamilan ektopik (EP) yang paling umum adalah tuba falopi. Ovarium
kehamilan adalah kejadian langka, terhitung 0,5% -3,0% dari semua EP (Ghasemi et al.,
2014). Insidennya mungkin meningkat karena perbaikan teknik diagnostik dan teknologi
reproduksi berbantuan (Abidi et al., 2017).
Mengingat korteks permukaan jaringan kehamilan ovarium tipis dan kurang elastisitas,
kehamilan ovarium biasanya ditemukan pecah, dan kehamilan utuh kantung pada ovarium
jarang terlihat dalam praktek klinis. Secara klinis, kehamilan ovarium sering terjadi
didiagnosis berdasarkan bentuk normal tuba falopi bilateral, lesi berdarah pada permukaan
ovarium, dan jaringan kehamilan yang terlihat atau tidak terlihat di rongga panggul. Namun,
mengingat situasi ini sulit dibedakan ruptur korpus luteum ovarium dikombinasikan dengan
kehamilan tuba aborsi, diagnosis pasti untuk kehamilan ovarium pecah adalah sulit didapat.
Kami menyajikan dua kasus kehamilan ovarium yang tidak pecah selama laparoskopi
dan meninjau literatur yang ada menjadi lebih baik memahami karakteristik klinis kehamilan
ektopik di situs langka ini.

2.4 Metode
Two case reports dan literature review

2.5 Hasil
Jaringan trofoblas dapat bertahan setelah managemen bedah konservatif dan
membutuhkan pengecekan hCG pasca operasi. Sebaliknya, 12 pasien yang disajikan dalam
rangkaian kasus tidak memerlukan perawatan lebih lanjut. Dalam dua kasus yang disajikan
dalam rangkaian tersebut, kadar hCG berangsur-angsur menjadi setelah operasi, dan tidak
ada fluktuasi nilai hCG. Penelitian sebelumnya menggambarkan hasil jangka panjang dari
28 kehamilan ovarium yang ditindaklanjuti seama minimal 1 tahun pasca operasi dan tidak
ditemukan kekambuhan. Kami telah melakukan tindak lanjut masing-masing 16 dan 5 bulan.
Pasien sembuh dengan baik setelah operasi dan pasien dalam kasus 1 berhasil hamil melalui
transfer kedua embrio.
2.6 Pembahasan dan Kesimpulan
Kehamilan ovarium adalah jenis EP yang langka, dan patogenesisnya masih belum
jelas. Faktor risiko tradisional EP tuba (misalnya tuba falopi atau radang panggul) tidak
relevan pada kehamilan ovarium. Faktor risiko yang diduga untuk kehamilan ovarium
termasuk penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) sebelumnya, teknik reproduksi
berbantuan, endometriosis bersamaan, adhesi panggul, dan operasi intrauterine.
Kehamilan ovarium mirip dengan EP tuba, yang meliputi menopause, nyeri perut,
dan perdarahan vagina. Simptomatologi klinis kehamilan ovarium yang mirip dengan
kehamilan tuba ektopik membuat diagnosis pra operasi hampir tidak mungkin. Ketika
disertai dengan sejumlah besar perdarahan intra-abdomen, manifestasi klinis anemia
hemoragik dan syok hemoragik dapat diekspresikan. Kriteria kritis membuat sulit untuk
membedakan kehamilan ovarium yang pecah dari pecahnya kehamilan fallopi, pecahnya
kista korpus luteum, atau torsi kista ovarium. Meskipun kehamilan ovarium pada trimester
kedua atau bahkan trimester ketiga telah dilaporkan, sebagian besar kehamilan ovarium
ditemukan pada trimester pertama. Sebagian besar pasien dirawat karena sakit perut atau
perdarahan intraperitoneal sekunder akibat ruptur kehamilan ovarium.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pada kasus 1, sejak pasien menerima
transfer embrio, hCG serum dan kondisi intrauterin dipantau dari waktu ke waktu setelah
dilakukan transplantasi, dan kehamilan Ektopik ditemukan lebih dini. Sehinga pasien tidak
mengalami gejala yang berhubungan dengan kehamilan ovarium, Sedangkan pada kasus 2,
pasien menunjukkan gejala yang khas, seperti menopause dan nyeri perut bagian bawah.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan


2.7.1 Kelebihan
Secara keseluruhan jurnal ini memiliki kelebihan yang menonjol dari cara penulisan dan
pembahasan dalam jurnal cukup bagus karena penjelasannya jelas dan menggunakan sumber
terpercaya dan terbaru yang dapat di pahami dengan baik oleh pembaca.
2.7.2 Kekurangan
Karena jurnal ini adalah literatur review jadi analisis berupa kritik (membangun maupun
menjatuhkan) dari penelitian yang sedang dilakukan terhadap topik khusus atau pertanyaan
terhadap suatu bagian dari keilmuan. Sehingga menggunakan studi kasus langsung yang
dijabarkan di dalam jurnal ini yakni 2 kasus dengan masalah seputar KET.

Daftar Pustaka
Ren, F., Liu, G., Wang, T., Meijun Li, & Guo, Z., 2022. Unruptured ovarian ectopic Pregnancy:
Two Case Reports And Literature Review. Frontiers in Physiology,pp. 1-7

Anda mungkin juga menyukai