Anda di halaman 1dari 9

Kaidah Kebahasaan dalam Hikayat

1) Penggunaan Konjungsi Urutan Waktu


Konjungsi atau kata penghubung banyak dipakai dalam suatu teks
hikayat dan penggunaan konjungsi biasanya di awal kalimat. Dengan adanya
kata penghubung, maka teks ini menjadi lebih menarik dan setiap kalimat atau
kata bisa terhubung dengan baik. Contoh konjungsi yang banyak dipakai untuk
teks ini yaitu serta, dan, maka dan lain-lain. Konjungsi urutan waktu digunakan
untuk menyatakan urutan sebuah kejadian berdasarkan waktu terjadinya, baik
itu sebelumnya, saat, maupun setelahnya. Hikayat menggunakan kongjungsi
urutan waktu berupa kata kata arkais. Contohnya: setelah, kemudian, sebelum,
akhirnya, sesudah. Contoh konjungsi temporal menggunakan kata arkais:
Hatta (lalu, setelah itu)

2) Kata Arkais
Kata arkais adalah kata yang banyak dipakai jaman dulu dan kata arkais
sangat sulit dimengerti di jaman sekarang. Kata arkais biasanya dipakai untuk
awalah berbagai istilah dan penggunaan kata arkais sering ditemukan dalam
kaidah teks hikayat. Dengan kata arkais, para pembaca juga bisa mengatahui
berbagai kosakata yang populer di jaman dulu. Contohnya: titah (kata,
perintah), beroleh (mendapat), buluh (tanaman berumpun,berongga ,keras),
mahligai, inang, upeti, dan bejana

Tabel perbandingan kata arkais dengan kata populer


Kata Arkais Kata Populer
Akisyah/alkisah Pada…….
Bermula/sebermula Awalnya,
Arkian Kemudian
Hatta/ata Lalu
Kalakian Setelah itu
Syahdan Selanjutnya
Maka Sesudah itu
Ketika…
Saat….
Sebelum itu
Akhirnya
3) Majas
Majas/gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi. Majas
digunakan untuk menambahkan keindahan cara penyampaian cerita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),majas adalah cara
melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang
lain. Majas disebut juga kiasan.
Definisi majas adalah gaya bahasa yang dapat berupa kiasan,ibarat,atau
perumpamaan yang bertujuan untuk mempercantik makna dan pesan
sebuah kalimat. Beberapa majas yang sering kali digunakan,baik dalam
hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:
1. Antonomasia
Antonomasia adalah majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau
sifatnya yang menonjol. Dalam istilah Bahasa Indonesia majas ini termasuk
ke dalam majas perbandingan yang menyebutkan sesuatu bukan dengan
nama asli dari benda tersebut, melainkan dari salah satu sifat benda.
Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh:
1. Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan
lamanya.
2. Tak tahu mengapa,saat itu aku mengucapkan terimakasih kepada
perempuan tua itu.

2. Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang menyatakan benda mati maupun benda
hidup yang bukan manusia (hewan/tumbuhan) sebagai sesuatu yang
seolah-olah bersifat layaknya manusia. Dengan kata lain, personifikasi
merupakan bentuk metafora yang umum di mana karakteristik manusia
dikaitkan dengan hal-hal yang bukan manusia.
Contoh:
1. Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
2. Angin menyambar wajah ku.
3. Simile
Majas Simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal
lainnya secara eksplisit menggunakan kata penghubung atau kata
pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa
digunakan antara lain: seperti,laksana,bak, dan bagaikan.
Contoh:
1. "Kamu tidur seperti kerbau,"canda ibu.
2. Mereka selalu bertengkar bak kucing dan anjing.

4. Metafora
Metafora adalah majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk
mewakili hal lain yang bukan sebenarnya,mulai dari bandingan benda
fisik,sifat,ide,atau perbuatan lain. Metafora tidak menggunakan kata
penghubung atau kata pembanding seperti simile.
Contoh:
1. Seperti biasa,setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku
dengan hangat.
2. Ia adalah tulang punggung keluarga.

5. Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara
melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya. Dengan istilah
lain,Hiperbola yaitu ucapan kiasan yang dibesar-besarkan, dikemukakan
jauh lebih sedikit dari pada waktu yang sebenarnya digunakan. Yang
penting disini adalah kesan yang ditampilkan. Dengan menggunakan majas
ini, intensitas makna bahasa menjadi sangat kuat.
Contoh:
1. Seraya berkata kepada suaminya, "Adapun akan emas ini sampai kepada
anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja."
2. Aku tak dapat berbicara, tangan ku dingin bak es yang keluar dari
freezer.

Contoh Analisis Kaidah Kebahasaan Teks Hikayat:

Pengembara yang Lapar

Tersebutlah kisah tiga orang sahabat, Kendi, Buyung dan Awang yang
sedang mengembara. Mereka membawa bekalan makanan seperti
beras, daging, susu dan buah-buahan. Apabila penat berjalan mereka
berhenti dan memasak makanan. Jika bertemu kampung, mereka akan
singgah membeli makanan untuk dibuat bekal dalam perjalanan.

Pada suatu hari, mereka tiba di kawasan hutan tebal. Di kawasan itu
mereka tidak bertemu dusun atau kampung. Mereka berhenti dan
berehat di bawah sebatang pokok ara yang rendang. Bekalan makanan
pula telah habis. Ketiga-tiga sahabat ini berasa sangat lapar,

“Hai, kalau ada nasi sekawah, aku akan habiskan seorang,” tiba-tiba
Kendi mengeluh. Dia mengurut-ngurut perutnya yang lapar. Badannya
disandarkan ke perdu pokok ara.

“Kalau lapar begini, ayam panggang sepuluh ekor pun sanggup aku
habiskan,” kata Buyung pula.

“Janganlah kamu berdua tamak sangat dan bercakap besar pula. Aku
pun lapar juga. Bagi aku, kalau ada nasi sepinggan sudah cukup,” Awang
bersuara.

Kendi dan Buyung tertawa mendengar kata-kata Awang.

“Dengan nasi sepinggan, mana boleh kenyang? Perut kita tersangatlah


lapar!” ejek Kendi. Buyung mengangguk tanda bersetuju dengan
pendapat Kendi.
Perbualan mereka didengar oleh pokok ara. Pokok itu bersimpati apabila
mendengar keluhan ketiga-tiga pengembara tersebut lalu
menggugurkan tiga helai daun.

Bubb! Kendi, Buyung dan Awang terdengar bunyi seperti benda terjatuh.
Mereka segera mencari benda tersebut dicelah-celah semak. Masing-
masing menuju ke arah yang berlainan.

“Eh,ada nasi sekawah!” Kendi menjerit kehairanan. Dia menghadap


sekawah nasi yang masih berwap. Tanpa berfikir panjang lalu dia
menyuap nasi itu dengan lahapnya.

“Ayam panggang sepuluh ekor! Wah, sedapnya!” tiba-tiba Buyung pula


melaung dari arah timur. Serta-merta meleleh air liurnya. Seleranya
terbuka. Dengan pantas dia mengambil ayam yang paling besar lalu
makan dengan gelojoh.

Melihatkan Kendi dan Buyung telah mendapat makanan, Awang


semakin pantas meredah semak. Ketika Awang menyelak daun
kelembak, dia ternampak sepinggan nasi berlauk yang terhidang. Awang
tersenyum dan mengucapkan syukur kerana mendapat rezeki. Dia
makan dengan tenang.

Selepas makan, Awang rasa segar. Dia berehat semula di bawah pokok
ara sambil memerhatikan Kendi dan Buyung yang sedang meratah
makanannya.

“Urgh!” Kendi sendawa. Perutnya amat kenyang. Nasi di dalam kawah


masih banyak. Dia tidak mampu menghabiskan nasi itu. “Kenapa kamu
tidak habiskan kami?” tiba-tiba nasi di dalam kawah itu bertanya kepada
Kendi.

“Aku sudah kenyang,” jawab Kendi.

“Bukankah kamu telah berjanji akan menghabiskan kami sekawah?”


Tanya nasi itu lagi.
“Tapi perut aku sudah kenyang,” jawab Kendi.

Tiba-tiba nasi itu berkumpul dan mengejar Kendi. Kawah itu menyerkup
kepala Kendi dan nasi-nasi itu menggigit tubuh Kendi. Kendi menjerit
meminta tolong.

Buyung juga kekenyangan. Dia cuma dapat menghabiskan seekor ayam


sahaja. Sembilan ekor ayam lagi terbiar di tempat pemanggang. Oleh
kerana terlalu banyak makan, tekaknya berasa loya. Melihat baki ayam-
ayam panggang itu, dia berasa muak dan hendak muntah. Buyung
segera mencampakkan ayam-ayam itu ke dalam semak.

“Kenapa kamu tidak habiskan kami?” tiba-tiba tanya ayam-ayam


panggang itu.

“Aku sudah kenyang,” kata Buyung. “Makan sekor pun perut aku sudah
muak,” katanya lagi.

Tiba-tiba muncul sembilan ekor ayam jantan dari celah-celah semak di


kawasan itu. Mereka meluru ke arah Buyung.

Ayam-ayam itu mematuk dan menggeletek tubuh Buyung. Buyung


melompat-lompat sambil meminta tolong.

Awang bagaikan bermimpi melihat gelagat rakan-rakannya. Kendi


terpekik dan terlolong. Buyung pula melompat-lompat dan berguling-
guling di atas tanah. Awang tidak dapat berbuat apa-apa. Dia seperti
terpukau melihat kejadian itu.

Akhirnya Kendi dan Buyung mati. Tinggallah Awang seorang diri. Dia
meneruskan semula perjalanannya.

Sebelum berangkat, Awang mengambil pinggan nasi yang telah bersih.


Sebutir nasi pun tidak berbaki di dalam pinggan itu.
“Pinggan ini akan mengingatkan aku supaya jangan sombong dan tamak.
Makan biarlah berpada-pada dan tidak membazir,” kata Awang lalu
beredar meninggalkan tempat itu.
1) Konjungsi Urutan Waktu
 Selepas
 Buktinya= Selepas makan, Awang rasa segar
 Sebelum
 Buktinya= Sebelum berangkat, Awang mengambil pinggan nasi
yang telah bersih
 Akhirnya
 Buktinya= Akhirnya Kendi dan Buyung mati

2) Kata Arkais
 Tersebutlah Kisah
 Bukti teksnya= Tersebutlah kisah tiga orang sahabat, Kendi,
Buyung dan Awang yang sedang mengembara
 Penat (Lelah)
 Bukti teksnya= Apabila penat berjalan mereka berhenti dan
memasak makanan
 Berehat (beristirahat)
 Bukti teksnya= Mereka berhenti dan berehat di bawah
sebatang pokok ara yang rendang.
 Sekawah (sebakul)
 Bukti teksnya= “Eh,ada nasi sekawah!” Kendi menjerit
kehairanan
 Sepinggan (sepiring)
 Bukti teksnya= Ketika Awang menyelak daun kelembak, dia
ternampak sepinggan nasi berlauk yang terhidang
 Sahaja (saja)
 Bukti teksnya= Dia cuma dapat menghabiskan seekor ayam
sahaja.
 Baki (nampan)
 Bukti teksnya= Melihat baki ayam-ayam panggang itu, dia
berasa muak dan hendak muntah
3) Majas
A. Majas Antonomasia
 Bukti teksnya= -
B. Majas Personifikasi
- Bukti teksnya= 1. Perbualan mereka didengar oleh pokok ara.
Pokok itu bersimpati apabila mendengar
keluhan ketiga-tiga pengembara tersebut lalu
menggugurkan tiga helai daun.
2. Tiba-tiba nasi itu berkumpul dan mengejar
Kendi. Kawah itu menyerkup kepala Kendi dan
nasi-nasi itu menggigit tubuh Kendi
C. Majas Simile
 Bukti teksnya= -
D. Majas Metafora
 Bukti teksnya= -
E. Majas Hiperbola
 Bukti teksnya= 1. Serta-merta meleleh air liurnya
2. “Hai, kalau ada nasi sekawah, aku akan
habiskan seorang,” tiba-tiba Kendi
mengeluh
3. “Kalau lapar begini, ayam panggang sepuluh
ekor pun sanggup aku habiskan,” kata
Buyung pula.

Anda mungkin juga menyukai