Kita sudah tidak asing lagi dengan istilah silent tratment. Silent traetment sendiri merupakan suatu perilaku dengan cara sengaja mendiamkan, mengabaikan, atau bahkan menyisihkan seseorang tanpa adanya consent dalam waktu tertentu. Istilah silent treatment seringkali digunakan dalam relasi romantis atau hubungan asmara, tetapi sebenarnya juga bisa terjadi pada bentuk relasi lainnya, seperti; kakak dan adik; orang tua dan anak; geng atau circle pertemanan, bahkan rekan kerja atau kantor, dsb. Silent treatment biasanya dilakukan secara sengaja, tetapi bisa juga terjadi begitu saja tanpa benar-benar disadari. Silent treatment bisa terjadi karena beberapa hal : 1. Merasa bingung dan tidak nyaman untuk mengatakan yang sebenarnya. 2. Menghindari konflik yang mungkin bisa terjadi. 3. Mengharapkan kepekaan dan mungkin perubahan dari pihak lain. 4. Masih terbawa dan kesulitan mengelola emosi untuk kita bicara dengan tenang. Silent treatment mungkin bisa memberi dan bisa jadi butuh ruang dan waktu, jeda bagi kedua belah pihak, tetapi yang harus kita garis bawahi adalah bahwa silent treatment tidak akan menyelesaikan masalah, hanya ada kelegaan sementara. Dampak dari silent treatment malah bisa memicu masalah dan ketidaknyamanan lain, seperti : 1. Munculnya beragam asumsi dari kedua belah pihak akan suatu kondisi, baik asumsi positif maupun asumsi negatif. 2. Adanya unfinished business yang sedikit banyak meresahkan. 3. Berpotensi mengganggu relasi dengan orang-orang terdekat diantara kedua belah pihak. Mengambil waktu dengan berdiam terlebih dahulu memang dibutuhkan, agar bisa memproses kejadian dengan tenang dan mencari jalan keluar terbaik. Bilamana kita kesulitan untuk mengomunikasikan sesuatu, dan merasa tidak nyaman atau terpaksa mendiamkan, mungkin komunikasi secara asertif bisa dicoba. Lalu, bagaimana jika kita yang disilent treatment sama orang lain ? Mungkin kita bisa coba komunikasi asertif pada diri kita sendiri. 1. Menerima gejolak emosi yang tidak nyaman itu. 2. Boleh refleksi diri, tetapi hindari asumsi sendiri. 3. Bertanya pada pihak yang bersangkutan, guna meluruskan asumsi. 4. Ingat, sikap dan respon orang lain terhadap kita itu diluar kendali kita, ya. Adapun hubungan antar manusia bisa saja merenggang rapat secocoknya. Setiap individu, pada akhirnya akan bertanggung jawab untuk situasinya sendiri. Apabila respon makhluk hidup tidak memberi jawaban dan bahkan mungkin menyakiti diri kita tanpa suara, cukuplah ambil yang baik dan konstruktif atau membangun, dan berikan closure tersehat yang bisa kita ciptakan sendiri. Dalam menjalin hubungan sesama siapapun pasti tidak selalu berjalan dengan mulus, tidak jarang dalam hubungan tersebut terjadi perselisihan, kekeliruan, dan kekhilafan. Dalam islampun juga kita diajarkan sebagai umatnya bahwa jika terjadi perselisihan maka tidak boleh mendiamkan saudara kita lebih dari tiga hari. Islam menekankan agar kita menjaga pesaudaraan sesama muslim. Betapa besarnya nikmat persaudaraan Islam yang dianjurkan di dalam Islam. Maka tunjukkan kesyukuran dengan bukti bertambah kuat berpegang kepada Islam dan menjaga hubungan dengan Allah dan sesama manusia, khususnya umat Islam dengan saling mengeratkan tali persaudaraan dan bermaafan.