LANDASAN TEORI
PENETAPAN TARIF JASA PELABUHAN
Ditinjau dari kuantitas hasil penjualan, maka semakin banyak hasil jasa
yang terjual tentu akan semakin menambah pendapatan bagi
perusahaan.
Ditinjau dari besarnya tariff yang dikenakan terhadap jasa, maka
semakin besar tariff yang dikenakan belum tentu akan menambah tinggi
pendapatan perusahaan.
Hal ini disebabkan tingginya tarif pada jasa tertentu akan menyebabkan
rendahnya kuantitas jasa yang akan terjual. Sehingga kebijakan pentarifan
memegang peranan penting dalam suatu perusahaan.
1
Dimana dalam tata cara ini juga sudah terkandung mengenai penentuan
besaran tarif. Hal ini berarti bahwa penentu besaran tarif atau harga jual
akan melibatkan berbagai pihak serta kepentingan, yaitu : penghasil jasa,
pengguna jasa dan pemerintah. Yang dimaksud penghasil jasa disini bukan
dalam pengertian sempit. Tentu saja disini masing-masing pihak yang
terlibat mempunyai persepsi yang berbeda mengenai bagaimana sebaiknya
suatu sistem pentarifan ataupun besaran tarif diterapkan untuk suatu barang
jasa.
Nampak bahwa dari tinjauan kepentingan pengguna jasa, ada 4 aspek yang
diinginkan berkaitan dengan sistem pentarifan maupun besaran tarif, yaitu :
keterjangkauan (affordability), dan kepantasan untuk besaran tarif,
kesederhanaan dan keadilan (
fairness) untuk sistem pentarifan
Keterjangkauan (affordability) :
Ditinjau dari keterjangkauan secara ekonomis maka besaran yang berlaku
terhadap suatu jasa hendaknya mengacu pada keompok meyoritas daric
calon pengguna jasa. Maksudnya adalah bahwa suatu sistem pentarifan akan
dapat diterima oleh mayoritas masyarakat pengguna jasa, jika memang
secara mayoritas pihak pengguna jasa merasa bahwa besaran tarif yang
ditetapkan memang masih ada kondisi yang dapat diterima yaitu dapat
terjangkau sesuai kemampuan daya dibelinya.
Kepantasan
Ditinjau dari sudut pandang pengguna jasa tarif hendaknya mempunyai
besaran yang pantas, sesuai dengan kondisi obyektif yang ada pada saat itu.
Maksudnya adalah besaran tarif yang ada memang secara finansial
mempunyai opportunity cost yang sesuai. Jika dibandingkan dengan jasa
yang sejenis dengan kualitas yang sama, maka tingkat besaran tariff yang
dikatakan pantas jika memang sepadan dan tidak terpaut jauh: tidak lebih
kecil atau tidak lebih besar.
Khusus untuk jasa yang tidak mempuyai pembanding, maka besaran tarif
yang sesuai adalah besaran tarif yang betul-betul mempresentasikan
opportunity cost dari jasa dimaksud. Ungkapan yang sesuai dengan
kepantasan dimaksud adalah ‘Willingness To Pay’.
Dalam hal ini nilai ataupun besaran kepantasan sangatlah subyektif dan
kondisional, yaitu tergantung pada siapa pengguna jasa dimaksud dan juga
tergantung pada mekanisme keterkaitan antara kesediaan (supply) dan
kebutuhan (demand). Pada kondisi tingkat supply jauh melebihi tingkat
demand, maka besaran tarif yang dianggap sesuai biasanya mejadi rendah.
Sebaiknya jika demand melebihi tingkat supply.
Sederhana :
Salah satu sistem pentarifan yang diinginkan pengguna jasa adalah suatu
sistem yang praktis, mudah dimengerti dan mudah dipahami. Hal ini
berkaitan implementasi di lapangan. Praktis ditinjau dari implementasi
dilapangan mudah dilaksanakan, mudah dimengerti dan mudah dipahami
terutama dikaitkan dengan tata cara dan mekanisme pengenaan besaran tarif
yang digunakan. Terutama disini yang diinginkan adalah sistem pentarifan
yang tidak berbellit-belit.
Fairness :
Sistem pentarifan yang diinginkan adalah sistem pentarifan yang adil, yaitu
suatu sistem pantarifan yang mampu memberlakukan secara adil semua
kelompok ataupun segmen. Salah satu ungkapan dari keadilan disini adalah
bahwa, besarnya tarif harus proporsional terhadap jumlah kuantitas jasa
yang dipakai. Jika misalnya harga atau tarif suatu jasa yang mempunyai
kuantitas x besarnya adalah p, maka dikatakan adil jika jasa yang sama
mempunyai kuantitas 2x mempunyai harga 2p.
3
Tentu saja perlu disadari bahwa tidak semua keinginan dari pengguna jasa
ataupun pelanggan diatas dipenuhi, mengingat bahwa terbentuknya sistem
pentarifan dan besaran dan besaran tarif juga tergantung pada pihak
penghasil jasa yang juga terkadang tergantung pada pihak penghasil pada
intervensi pihak pemerintah.
Memulihkan biaya
Mengingat untuk menghasilkan suatu unit jasa, penghasil jasa akan
melakukan kegiatan yang melibatkan dan membutuhkan sumber daya yang
tidak sedikit, maka setiap penghasil jasa akan selalu menginginkan agar
besaran tarif ataupun mengganti semua sumber daya yang telah dikeluarkan
oleh penghasil jasa.
Sumber daya ini meliputi : sumber daya manusia (sdm), sumber daya alam
(sda), peralatan dan sumber material (bahan) yang masing-masing dapat
dipresentasikan kedalam besaran uang.
Meguntungkan
4
Bagi penghasil jasa besarnya harga ataupun tarif yang hanya dapat
memulihkan biaya produksi tidaklah cukup. Besarnya tarif jika mungkin
ditetapkan sebesar-besarnya, sedemikain rupa sehingga penghasil jasa
disamping dapat memuihkan biaya produksi juga dapat menggunakan
margin yang diperoleh dari hasil pejualan
Untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut. Margin yang diperoleh
antara harga dan biaya pemulihan ini disebut sebagai margin keuntungan,
dimana ditinjau dari sisi penghasil jasa diinginkan agar besarnya adalah
setinggi-tingginya. Keinginana dari penghasil jasa ini ini tentu saja bertolak
belakang dengan apa yang dikehendaki oleh pengguna jasa.
Praktis
Sistem pentarifan yang dikehendaki penghasil jasa adalah sistem pentarifan
yang praktis, yaitu : sistem pentarifan yang aplikasinya tidak membutuhkan
perangkat tambahan, sedemikan rupa hingga tidak diperlukan usaha ataupun
biaya khusus untuk menerapkannya. Aspek praktis ini sering kali bertolak
belakang dengan aspek keadilan yang diinginkan oleh pengguna jasa.
5.
T
5
Kepedulian pemerintah didalam sistem pentarifan maupun besaran tarif dari
suatu jasa ini dilakukan dalam usaha untuk :
1) Memenuhi kebutuhan jasa dimaksud bagi seluruh anggota masyarakat
2) Membela kepentingan masyarakat pada golongan rendah
3) Mengalokasikan jasa secara lebih efisien dan efiktif terutama ditinjau
dari sistem ekonomi secara keseluruhan
Dasar intervensi pemerintah pada sistem pentarifan dan besaran tarif adalah
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan juga tingkat keterbatasan jasa
dimaksud. Bagi jasa yang bukan merupakan kebutuhan pokok masyarakat
luas atau tidak berkait dengan hajat kepentingan masyarakat luas maka
sikap pemerintah terhadap sistem pentarifan atau besaran tarif biasanya
sangat netral.
Netral artinya tidak ada usaha untuk melakukan intervensi langsung
maupun tak langsung pentarifan ataupun besaran tarif. Besaran tarif
sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar yang berlaku.
Sikap ataupun kebijakan yang dilakukan pemerintah terhadap sistem
pentarifan ataupun besaran tarif jasa dengan karakteristik biasanya aadalah
utuk menjaga agar mekanisme pasar tetap berlaku. Dengan kata lain
kebijakan pemerintah agar jasa dimaksud tidak dimonopoli, dioligopoli
ataupun kartel. Usaha untuk menjaga mekanisme pasar biasanya dilakukan
dengan mengeluarkan undang-undang : anati monopoli, anati oligopoli,
anti kartel.
6
Jika P adalah tarif jasa yang dikenakan bagi pengguna atau pelanggan yang
dipakai sebanyak Q maka pada sistem pentarifan ini secara matematis dapat
diungkapan dengan persamaan sebagai berikut :
P = a, dimana : a = besaran tarif yang berlaku.
Sistem pentarifan ini biasanya diberlakukan karena kepraktisannya tanpa
mengindahkan aspek lain. Setiap pengguna jasa harus membayar jumlah
yang sama dengan jumlah jasa dikali besaran tarif jasa per satu unit. Dengan
demikian waktu layanan penagihan dapat dilakukan secara cepat dan
efektif. Sehingga dengan sistem ini tidak diperlukan peralatan atau petugas
yang khusus menghitung kuantitas jasa yang dipakai. Hal ini berarti
penghasil jasa atau pengelola dapat menghemat biaya operasional rekening.
Sistem pentarifan ini sering diterapkan pada jasa dimana pengukuran
kuantitas yang dipakai sulit atau agak sulit dilakukan.
7
Gambar : Sistem Pentaridfan Quantity Based Fare
Dimmana secara matematis hubungan antara besar tarif atau harga P harus
dibayarkan untuk sejumlah kuantitas Q yang dipakai adalah :
P=a+b*Q
Dimana : a = harga awal atau beban tetap (dapat nol atau besaran tertentu)
b = harga per unit kuantitas jasa yang dipakai
bagi penghasil jasa, system pentarifan ini akan diterapkan jika perangkat
ataupun tenaga kerja untuk mengukur kuantitas jasa yang dipakai pengguna jasa
tersedia dengan harga yang relatif murah. Karena denga system pentarifan
seperti ini informasi akurat berkaitan dengan besarnya kuantitas jasa yang
dipakai pihak pengguna sangatlah penting. Tanpa informasi ini sangatlah
mustahil bagi penghasil jasa atau penjual jasa untuk mampu menghitung tarif
secara besar dan adil.
Dalam kaitan dengan pengukuran ini tidak semua jasa dapat diukur dengan
mudah kunatitas yang dipakai oleh pengguna jasa. Ada beberapa jenis jasa
tertentu mudah pengukuran kuantitas yagn dipakai oleh pengguna jasa, baik
bantuan teknologi maupunj tanpa bantuan teknologi. Sebaliknya ada pula
beberapa jenis jasa yang sangat sulit untuk diukur kuantitas yang dipakai oleh
pengguna jasa sekalipun dengan bantuan alat canggih ataupun manusia.
Karenanya dari sudut pandang operator, penghasil jasa atau penjual jasa, sistem
pentarifan ini hanya akan ditetapkan seoanjang peralatan ataupun tenaga
manusia mampu secara mudah untuk mengukur kuantitas jasa yang dipakai
oleh pengguna jasa secara akurat. Hal ini terlihat bahwa sistem pentarifan
praktis yang ada dilapangan. Terihat bahwa sistem pentarifan ini diterapkan
untuk mengukur sesuatu dengan alat bantu.
Bagi pengguna jasa, sistem pentarifan ini adalah sistem pentarifan yang
diinginkan karena terasa lebih adil. Pengguna hanya membayar sejumlah uang
berdasarkan kuantitas yang dipakainya.
8
Staggering Fare
Dalam banyak kasus pengukuran kuantitas jasa yang dipakai oleh pengguna
jasa tidak dapat dilakukan secara mudah sehingga hasil pengukuran menjadi
tidak akurat. Kesulitan pengukuran kuantitas ini disebabkan karena tidak
adanya peralatan yang memadai atau karena alas an kepraktisan untuk
melakukannya. Agar asas keadilan tetap dapat dilaksanakan, maka jenis jasa
seperti ini ‘sistem quantity based fare’ tidak dapat diterapkan secara penuh.
Tetapi sedikit dimodifikasi yaitu dengan menerapkan sebagian dari konsep flat
fare sistem. Dalam sistem staggering fare ini, dimana sistem flat fare dibuat
secara bertahap untuk beberapa rentang kuantitas tertentu. Seperti terllihat pada
gambar berikut :
Untuk kuantitas x₁ dan x₂ misalnya diterapkan tarif sebesar P₁. untuk kuantitas
antara x₂ sampai x₃ dengan harga tarif sebesar P2 dan seterusnya.
Terlihat bahwa tidak akuratnya informasi berkaitan dengan melakukan
pengelompokan, yaitu dalam bentuk rentang pakai. Suatu besaran harga
diharapkan untuk suatu rentang pakai tertentu, dimana dalam rentang pakai
tersebut harga yang berlaku adalah sama.
Banyaknya rentang pakai yang diatur dalam sistem ini sangat tergantung pada
karakteristik jasa dimaksud juga pada tingkat kepraktisan dalam implementasi
di lapangan. Pada jasa tertentu jumlah kelompok rentang kuantitas yang
diterapkan hanya terbatas dua atau tiga kelompok. Tetapi pada jenis jasa lain
mungkin dapat dikelompokkan menjadi lebih dari tiga.
Secara sistematis besarnya harga jasa dengan jumlah atau kuantitas tertentu
adalah : P = P₁ untuk X₁ ≤ Q < X₂
P = P₂ untuk X₂ ≤ Q < X₃
9
Contoh : penerapan sistem tarif jasa angkutan umum, jasa pos dan lainnya.
Bagi pelanggan atau pengguna jasa sistem pentatifan ini jauh lebih baik
dibanding dengan flat fare sistem, karena unsur keadilan tetap muncul,
meskipun tidak sepenuhnya diterapkan.
Progressive Fare
Sistem pentarifan ini pada dasarnya mengacu sepenuhnya pada quantity based
fare hanya sedikit modifikasi, yaitu menerapkan harga satuan yang berbeda
untuk suatu rentang kuantitas tertentu. Untuk pelanggan yang memakai jasa
pada rentang kuantitas tertentu misalnya :
Untuk 0 sampai Q₁, harga satuan yang diterapkan adalah b₁ .
Untuk Q₁ < Q₂ <, 0 sampai Q₁, harga satuan b₁, Q₂ - Q, harga satuan b₂ .
Perbedaan ini juga berlaku untik tingkat pakai > Q₂. Dalam hal ini b₁ dan b₂
besarannya berbeda; b₁ < b₂ atau b₁ > b₂ .
Dengan sistem petarifan ini besarnnya harga tagihan yang ditagihkan pada
pelanggan akan menggunakan rumus matematik berikut :
P = a + b₁ * Q untuk 0 < Q - Q₁
P = a + b₁ * Q + b₂ (Q - Q₂) untuk Q₁ < Q < Q₂
P = a + b₁ * Q + b₂ (Q₂ - Q₁) + b₃ * (Q - Q₂) untuk Q₁ < Q < Q₂
Dimana :
P = Harga atau tarif yang dibebankan untuk pelanggan yang
pakai
jasa sebanyak Q
a = beban tetap
b₁, b₂, b₃ = parameter yang menunjukkan harga per unit jasa yang
dipakai pada rentang tertentu.
Sistem pentarifan ini yang menerapkan besaran parameter yang makin besar
untuk tingkat kuantitas yang besar disebut juga Sistem Pentarifan Progressive
incremental. Sedangkan sistem pentarifan progressive yang menerapkan
besaran parameter yang makin kecil untuk tingkat pakai yang makin kecil
disebut juga sistem pentarifan progressive decremental.
10
Terlihat dari sistem pentarifan progressive incremental memberlakukan besaran
parameter harga (tarif) satuan yang akan makin besar. Dalam hal parameter
harga tarif satuan b₃ untuk rentang pakai > Q₃ besarnya lebih besar
dibandingkan dengan parameter b₂ untuk rentang pakai antara Q₂ dan Q₃.
7. Besaran tarif
Besaran tarif yang dibicarakan disini adalah harga yang harus dikompensasi
oleh pengguna jasa yang memakai jasa pada kuantitas tertentu. Pada
dasarnya besaran tarif sangat tergantung pada sistem pentarifan yang
diberlakukan, dimana faktor penting yang menentukan besaran tarif adalah
parameter a dan parameter b.
Dengan demikian pembicaraan tarif pada dasarnya adalah pembicaraan
mengenai penentuan besaran beban tetap a dan parameter b. Karakteristik
dari parameter a dan b pada masing-masing sistem pentarifan dapat dilihat
pada tabel berikut :
11
Tabel : Parameter a dan b pada berbagai sistem pentarifan
Sistem Parameter a Parameter b
pentarifan
Flat Fare Merupakan besaran Tidak dikenal
tarif yang dikenakan
pada pengguna jasa
Quantity Merupakan beban tetap Merupakan harga satuan.
Pada kasus tertentu Merupakan komponen
besarnya nol utama yang menentukan
besaran harga yang
dikenakan pada pengguna
jasa.
Staggering Fare Merupakan besaran Tidak dikenal
tarif yang dikenakan
pada pengguna jasa.
Mempunyai harga yang
berbeda untuk rentang
pakai yang berbeda.
Progressive Fare Merupakan beban tetap Merupakan harga satuan.
pada kasus tertentu Merupakan komponen
besarnya nol utama besaran tarif yang
harganya dibedakan untuk
rentang pakai yang
berbeda.
Beban Tetap
Beban tetap adalah tarif atau harga minimum yang dibebankan pada
pengguna jasa yang sudah terikat pada kesepakatan jual beli. Menggunakan
beban tetap ini hanya berlaku pada sistem pentarifan quantity based fare.
Besarnya harga parameter beban tetap ini sepenuhnya ditentukan oleh pihak
penghasil jasa dengan memperhatikan aspek kepraktisan, kondisi pengguna jasa
dan memperhatikan tujuan pengenaan beban tetap ini.
Tinjauan dari pengenaan beban tetap biasanya berdasarkan pada salah satu
alasan berikut :
Untuk mengganti atau memulihkan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kegiatan yang dikeluarkan agar perangkat perlengkapan yang dibutuhkan
pengguna jasa untuk memakai jasa dimaksud tetap dalam kondisi baik.
Untuk menutupi biaya yang timbul jika jumlah jasa yang terjual tidak
mencapai minimal jumlah yang memenuhi skala ekonomi.
Perhitungan biaya beban tetap pada kasus kedua dilakukan dengan mengkaji
besarnya biaya operasi per unit pada berbagai skala produksi. Besarnya beban
tetap dihasilkan dengan mengalihkan faktor resiko terhadap biaya operasi
dimaksud.
Harga Satuan
Parameter harga hanya diterapkan untuk sistem pentarifan yang mengacu pada
sistem ‘quantity based fare’ atau sistem pentarifan ‘progresive’. Pengertian dari
parameter ini adalah harga yang harus dibayar oleh pengguna
Jasa untuk setiap penambahan satu unit jasa yang dipakai. Dalam kurva
hubungan antara kuantitas dengan harga, paramenter ini merupakan koefisien
kemiringan dari kurva.
Pada sistem kuantiti based fare besarnya parameter ini sama untuk semua
tingkat pemakaian. Berapapun kuantitas jasa yang dipakai besaran harga satuan
tetap sama. Sehingga harga yang dikompensasikan oleh pelanggan yang
memakai sejumlah kuantitas tertentu adalah beban tetap ditambah dengan hasil
perkalian antara kuantitas jasa dengan harga per unit jasa.
Untuk unit pentarifan progressive, besarnya harga parameter ini dibedakan
untuk satu rentang kuantitas denga rentang kuantitas lainnya.
13
Besaran Harga atau Pentarifan
Besaran tarif yang harus dikompensasikan oleh pengguna jasa yang memakai
sejumlah jasa tertentu tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Banyaknya kuantitas jasa yang dipakai.
2. Sistem pentarifan yang dikenakan pada jasa dimaksud
3. Besaran parameter dari sistem pentarifan dimaksud
Faktor kesatu sepenuhnya tergantung pada pengguna jasa, sedangkan faktor
kedua sepenuhnya ditentukan oleh penghasil jasa.
Besarnya parameter beban tetap ini sepenuhnya ditentukan oleh pihak penghasil
jasa dengan memperhatikan tujuan dari pengenaan beban tetap ini.
Tinjauan tujuan pengenaan beban tetap dikenal dua kemungkinan tujuan yaitu :
Untuk memulihkan biaya yang harus dikeluarkan bagi kegiatan yang
dilakukan dalam usaha untuk menjaga kondisi perangkat/peralatan yang
dibutuhkan selalu dalam baik dan terjaga.
Untuk mampu menutupi baiya yang timbul jika jasa yang terjual tidak
mencapai jumlah yang minimal yang memenuhi salaka ekonomi.
14
Besaran tarif dikatakan memadai jika besaran tarif mampu memulihkan
biaya yang telah dikeluarkan juga memperoleh margin keuntungan yang
cukup untuk mengembangkan usaha lebih lanjut,\. Penghasil Jasa).
Dikatakan terjangkau jika besaran tarif masih dibawah ATP dari masyarakat
pengguna jasa. Dikatakan pantas jjika besaran tarif masih dibawah WTP
dari persepsi mayoritas pengguna jasa. Parameter pengguna jasa : ATP dan
WTP. Dalam menentukan besaran tarif ada tiga parameter yang harus
diperhatikan :
BYD (Biaya Yang Dipulihkan), ATP dan WTP.
Untuk memenuhi kriteria yang disaratkan oleh penghasil jasa dan pengguna
jasa maka besaran tarif hendaknya lebih rendah adri ATP dan WTP, dan
juga lebih tinggi dari BYD. Kenyataannya sulit untuk memenuhi ketiga
kriteria diatas.
15
Biaya ini sering terdiri dari biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya
administrasi, biaya penyusustan terhadap revalued asset dan return on
capital.
Dari berbagai definisi sangat jelas bahwa dalam penentuan besaran tarif
harus ditentukan terlebih dahulu sudut pandang mana yang akan diambil
untuk biaya yang dipulihkan, megingat sudut pandang yang berbeda
akan menyebabkan berbedanya besaran biaya yang harus dipulihkan.
16
Tabel : Definisi Biaya Yang Dipulihkan Dari Berbagai Sudut Pandang
Sudut Biaya Yang Komponen Biaya Yang
Pandang Dipulihkan Diperhatikan
Awam Pengeluaran Kas Biaya Operasi + Biaya
Aktiva (Actual Pemeliharaan + Biaya Akuntansi
Cost
Expenditure)
Akuntan Biaya Akunting Biaya Operasi + Biaya
Pemeliharaan + Biaya
Administrasi + Biaya Penyusutan
Ability To Pay
Ability To Pay dapat didefinisikan sebagai daya beli masyarakat
pengguna jasa. Daya beli masyarakat ini tergantung pada beberapa
faktor penentu yaitu :
Tingkat Kepentingan Jasa
Sangat tergantung pada jenis jasa yang dikaji. Tergantung pada
kebutuhan pokok masyarakat sendiri akan lebih berbeda dibanding
dengan jasa lainnya.
Tingkat pemakaian minimum
Berkaitan dengan tingkat kepentingan jasa dimaksud juga
tergantung pada definisi kelayakan hidup yang disaratkan.
Alokasi dana yang dicanangkan
Alokasi dana yang akan dicanangkan pengguna jasa untuk memakai
jasa sangat terkait dengan tingkat kepentingan jasa dimaksud.
17
Disamping alokasi yang dicanangkan ini tentu saja akan sangat
tergantung pada tingkat pendapatannya. Bagi seseorang yang tingkat
pendapatannya rendah pasti akan mengalokasikan jasa lebih kecil
dibandingkan dengan pihak lain yang tingkat pendapatannya lebih
tinggi.
Secara matematis ATP dari seorang pengguna jasa terhadap suatu jasa
tertentu dapat ditulis sebagai berikut :
Besarnya prosentase alokasi dana dari suatu jasa sangat tergantung pada
tingkat kepentingan jasa dimaksud bagi kehhidupan. Bagi jasa kebutuhan
pokok besarnya prosentase akan jauh lebih besar dibandingkan dengan jasa
diluar kebutuhan pokok.
18
ATP sebesar X₁ jumlah populasi yang mempunyai nilai ATP diatas X₁ adalah
sebanyak Y₁ persen.
Dengan menggunakan ATP diatas dapat diketahui berapa pesen penduduk yang
mampu jika suatu besaran tarif ditentukan.
Jika besaran tarif ditentukan sebesar X₁ maka pada tingkat tarif demikian hanya
sebanyak Y₁ % yang mampu. Selanjutnya dari kurva tersebut terlihat bahwa
makin kecil tarif yang ditentukan maka makin besar pula prosentase masyarakat
yang mampu.
Terlihat jika suatu daerah sudah dketahui kurva ATPnya, maka kebijakan tarif
sangat mudah untuk ditentukan. Tentu saja disini informasi yang dibutuhkan
dalam penentuan besaran tarif adalah besaran biaya yang ingin dipulihkan.
Katakanlah bahwa biaya yang inginkan dipulihkan adalah X₂, maka besaran
tarif yang menghasilkan margin keuntungan bagi penghasil jasa adalah sebesar
tarif yang hanya dapat dicapai Y₂ % dari masyarakat pengguna jasa.
19
Mengingat bahwa besarnya WTP dari orang akan berbeda, maka seperti halnya
ATP representasi dari WTP ini yang paling tepat adalah dengan menggambarkan
kurva WTP, seperti terlihat pada gambar berikut :
Seperti hanya ATP dengan menggunakan kurva WTP ini kebijakan pentarifan
dapat ditentukan dengan mudah.
20
BAB II
KEBIJAKAN PENETAPAN TARIP JASA KEPELABUHAN
21
D. JENIS TARIF PELAYANAN JASA KEPELABUHAN
1. Jenis tarif kegiatan pelayanan jasa kepelabuhan :
a. Jenis Tarip pelayanan Jasa Kepelabuhanan.
b. Jenis tarip pelayanan jasa terkait dengan Kepelabuhanan.
2. Jenis tarip pelayanan Jasa Kepelabuhanan tersebut merupakan suatu
pungutan Atas setiap pelayanan yang diberikan oleh Penyelenggara
Pelabuhan dan Badan Usaha Pelabuhan kepada Pengguna Jasa
Kepelabuhanan.
3. Jenis tarif pelayanan Jasa Kepelabuhan terdiri dari :
a. Tarif jasa kapal
b. Tarif pelayanan jasa barang
c. Tarif pelayanan jasa penumpang.
4. Tarif pelayanan jasa kapal terdiri atas :
a. Tarif pelayanan jasa labuh;
b. Tarif pelayanan jasa pemanduan;
c. Tarif pelayanan jasa penundaan;
d. Tarif pelayanan jasa tambat;
e. Tarif pelayanan jasa penggunaan alur pelayaran; dan
f. Tarif pelayanan jasa kepil (moorning services).
5. Tarif pelayanan jasa barang terdiri atas :
a. Tarif jasa barang umum di terminal serbaguna (multi purpose
terminal);
b. Tarif pelayanan jasa peti kemas di terminal peti kemas;
c. Tarif pelayanan jasa barang curah cair di terminal curah cair;
d. Tarif pelayanan jasa curah kering di terminal curah kering;
e. Tarif pelayanan jasa kendaraan di terminal kendaraan (car terminal);
f. Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang di terminal terapung;
g. Tarif pelayanan jasa peti kemas di terminal daratan (dry port);
h. Tarif pelayanan bongkar muat kendaraan dan barang secara Ro Ro
(Roll On-Roll Off) di terminal Ro-Ro.
6. Tarif pelayanan jasa penumpang terdiri atas pas penumpang dan barang
bawaan penumpang.
7. Pelayanan jasa terkait.
Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terkait dengan Kepelabuhanan
meliputi :
a. Penyediaan fasilitas Penampungan Limbah.
b. Penyediaan Depo Petikemas.
c. Penyediaan Pergudangan.
d. Jasa Pembersihan dan pemeliharaan Gedung Kantor.
e. Instalasi air bersih, listrik dan minyak.
f. Penyediaan perkantoran untuk kepentingan pengguna jasa pelabuhan.
g. Penyediaan fasilitas Gudang Pendingin.
h. Perawatan dan Perbaikan Kapal.
i. Pengemasan dan Pelebelan.
j. Fumigasi dan pembersihan/perbaikan kontainer.
22
k. Angkutan Umum dari dan ke Pelabuhan.
l. Tempat Tunggu Kendaraan bermotor.
m. Kegiatan Industri Tertentu.
n. Kegiatan Perdagangan.
o. Kegiatan penyediaan tempat bermain dan rekreasi.
p. Jasa Periklanan dan atau perhotelan,restoran, pariwisata,pos dan
telekomunikasi.
q. Pelayanan Jasa Alat.
r. Tanda masuk (pas) Pelabuhan.
s. Pelayanan sampah/limbah kapal.
t. Pelayanan kendaraan dan barang secara Ro-Ro (Roll- on – roll off).
u. Inter terminal tranfer.
v. Hi – co Scan.
w. Hi – co scan with behandle.
x. Over stok tambat kapal.
y. Tracking ( dari stacknfile ke conveyor).
z. Penumpukan plus gerakan exstra (stack awal), batal transaksi.
aa. Ofter clossing time.
bb. Administrasi IT system untuk e-payment.
cc. Pindah lokasi penumpukan (PLP), dan atau jasa penimbangan.
dd. Pelayanan air bersih dan listrik.
23
BAB. III
STRUKTUR, GOLONGAN TARIF PELAYANAN JASA
KEPELABUHANAN DAN JASA TERKAIT DENGAN
KEPELABUHANAN.
A. STRUKTUR TARIP.
1. Struktur tarif pelayanan jasa kepelabuhanan Jasa Terkait dengan
kepelabuhanan. Merupakan kerangka tarif dikaitkan dengan tatanan waktu
dan satuan ukuran dari setiap jenis pelayanan jasa kepelabuhanan dalam 1
(satu) paket pungutan.
2. Kerangka Tarif pada setiap jenis pelayanan jasa kepelabuhanan terdiri atas
:
a. Tarip pelayanan jasa kapal dibedakan untuk kapal angkutan dalam
Negeri dan Luar Negeri Meliputi :
1) Tarip Pelayanan Jasa Labuh.
2) Tarip Jasa Pemaduan, terdiri dari :
a) Melayani pemanduan kapal di perairan wajib pandu.
b) Melayani pemanduan kapal di Peraira Pandu Luar biasa:
dan
c) Melayani pemanduan kapal di luar batas perairan wajib
pandu dan perairan pandu Luar Biasa.
b. Tarip pelayanan jasa penundaan, terdiri dari :
a) Di dalam daerah perairan pelabuhan; dan
b) Di Luar daerah perairan Pelabuhan.
c. Tarip pelayanan Jasa tambat, terdiri dari :
a) Tambatan Dermaga.
b) Tambatan breasting dolpin/pelampung; dan
c) Tambatan pinggiran talud.
d. Tarip pelayanan jasa penggunaa alur pelayaran dan
e. Tarip Pelayanan jasa kepil ( mooring services).
f. Tarip Pelayanan Jasa Barang dibedakan untuk kegiatan Exspor dan
Impor serta antar pulau meliputi :
a) Tarip Pelayanan Jasa Barang Umum di Terminal serbaguna
(multipurpose terminal), terdiri atas kegiatan di Dermaga dan
Penumukan.
b) Tarip Pelayanan Jasa Petikemas di Terminal Petikemas terdiri
atas kegiatan operasi Kapal terdiri dari : Dermaga,
Stevedoring, Haulage/Trucking menumpuk ke lapangan atau
sebaliknya, shifTing, buka tutup palka dan kegiatan operasi
lapangan.
c) Operasi lapangan terdiri dari : Penumpukan, lift on lift
off,gerak kan exstra, relokasi angsur dan kegiatan operasi
lapangan lainya.
24
d) Opersai Kontainer freght Stasion terdiri atas :
Stripping/staffing,
Penumpukan,Penerimaan/penyerahan dan kegiatan operasi
Container Freight station lainnya.
3. Tarif pelayanan jasa barang curah cair di terminal curah cair terdiri atas
kegiatan :
a. Operasi kapal terdiri dari :
Dermaga,Plugging/unplugging (flexible
hose),Pipa,Pompa,Pemanas,Monitoring/supervise,Cleaning,Trucki
ng;
b. Operasi lapangan terdiri dari:
Penumpukan (tangki),Pengisian dari tangki ke truk
tangki,Pembongkaran dari truk tangki,Pemanas.
4. Tarif pelayanan jasa curah kering di terminal curah kering terdiri atas
kegiatan:
a) Operasi kapal terdiri dari.
b) Dermaga,Conveyor/pipa/excavator/grab,Plugging/
unplugging,Monitoring/supervise,Pompa, Ramp door/moveable
bridge,Hooper,Trimming, dan Cleaning.
c) Operasi lapangan terdiri dari :
Penumpukan (stock pile), Bagging/unbagging,Hooper,Trimming,
dan Bongkar /muat dari/ke truck.
d) Pelayanan tambahan, terdiri atas :
Biaya Administrasi Nota, Biaya Administrasi IT system untuk e-
payment, Biaya transfer dan biaya monitoring/supervisi.
6. Tarif pelayanan alih muat barang dari kapal ke kapal pada terminal
terapung terdiri atas kegiatan :
Bongkar muat, Mooring master,Persewaan fender, Hose, Oil spill
response, Surveyor, Incident oil spill response, Ship chandler, Penanganan
limbah kapal, Service boat dan Blending muatan.
7. Tarif pelayanan jasa peti kemas di terminal daratan (dry port) terdiri atas
kegiatan:
a) Operasi lapangan;
b) Pelayanan pergudangan; dan
c) Pelayanan penerimaan/penyerahan dan pelayanan tambahan.
25
8. Tarif pelayanan di terminal Ro-Ro, terdiri atas kegiatan :
Dermaga, Naik/turun kendaraan, Penumpukan/penyimpanan di lapangan,
stevedoring, perencanaan lapangan, monitoring/supervisi, timbangan dan
pelayanan tambahan.
9. Tarif pelayanan penumpang di terminal penumpang adalah kegiatan
penggunaan ruang tunggu dan fasilitas penunjang penumpang dan
penanganan barang bawaan penumpang.
Tatanan waktu dan satuan ukuran dari setiap jenis pelayanan jasa
kepelabuhanan ditetapkan sebagai berikut :
a. Pelayanan jasa kapal terdiri atas :
1. Labuh, dihitung berdasarkan ukuran kapal dalam Gross Tonnage (GT)
dengan satuan GT per kunjungan kapal;
2. Pemanduan , dihitung berdasarkan ukuran kapal yang dipandu dalam
Gross Tonnage (GT) dengan satuan GT per gerakan dikaitkan dengan
jarak pemanduan dan tingkat resiko, dengan rumusan :( GT x tarip Varibel
+ tarip tetap ) x gerakan.
3. Penundaan, dihitung berdasarkan jumlah kapal yang metunda di kali
ukuran kapal yang ditunda dalam Gross Tonnage (GT) dengan satuan GT
per jam, dengan rumusan : (( GT x tarip variabel)) + tarip tetap x Jam x
Unit kapal Tunda.
4. Tambat, dihitung berdasarkan ukuran kapal dalam Gross Tonnage (GT)
dengan satuan GT per etmal;
5. Penggunaan alur-pelayaran :
a. Untuk kapal kosong berdasarkan ukuran kapal dalam Gross Tonnage
(GT) dengan satuan GT per sekali lewat; dan
b. Untuk kapal Isi muatan berdasarkan ukuran kapal dalam Gross
Tonnage (GT) dengan satuan GT per sekali lewat atau berdasarkan
muatan kapal dengan satuan ton/M3/box per kunjungan.
6. Pelayanan Jasa Kepil ( mooring service) dihitung berdasarkan satuan
pergerakan; dan
7. Pelayanan tambahan terdiri atas :
a) Biaya administrasi nota dihitung berdasarkan satuan per nota; dan
b) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung berdasarkan
satuan per nota.
26
b. Pelayanan jasa barang terdiri atas :
1. Pelayanan jasa barang umum di terminal serbaguna (multi purpose
terminal):
a) Jasa dermaga, dihitung berdasarkan :
1) Satuan per ton untuk barang umum;
2) Satuan per box per hari untuk peti kemas;
3) Satuan per ton/m³ /ekor per hari untuk hewan;
4) Satuan per ton/m³ ton/ kilo liter/million Metric British
Thermal Unit (MMBTU)/Million Standart Cubic Feet
(MMSCF) untuk cair/gas.
5) Satuan per ton/m³ untuk curah kering; dan
6) Satuan per unit/m³ untuk kendaraan.
b) Jasa stevedoring, dihitung berdasarkan :
1) Satuan per ton/ m³ per pelayanan untuk barang umum;
2) Satuan per box per pelayanan untuk petikemas;
3) Satuan per ton/ m³/ekor per pelayanan untuk hewan;
4) Satuan per ton/ m³ ton/kilo lite/Million Metric British
Thermal Unit (MMBTU)/Million Stantard Cubic Feet
( MMSCF) per pelayanan untuk curah cair/gas.
5) Satuan per ton/ m³ per pelayanan untuk curah kering; dan
6) Satuan per unit / m³ per pelayanan untuk kendaraan.
c) Jasa cargodoring, dihitung berdasarkan :
1) Satuan per ton/m³ per pelayanan untuk barang umum;
2) Satuan per box per pelayanan untuk peti kemas;
3) Satuan per ton/m³/ekor/ per pelayanan untuk hewan;
4) Satuan per ton /m³ ton/ per kilo liter/MillionMetric British
Thermal Unit ( MMBTU)/ Million Standard Cubic Feet
(MMSCF) per pelayanan untuk curah cair/gas.
5) Satuan per ton/m³ per pelayanan untuk curah kering; dan
6) Satuan per unit/m³ per pelayanan untuk kendaraan.
d) Jasa cleaning/trimming/sweeping, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m3/kilo liter unit/ per pelayanan
e) Jasa Pelayanan Tambahan, terdiri atas:
1) Biaya administrasi Nota , di hitung berdasarkan satuan per
nota.
2) Biaya inter terminal transfer, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m3/box/unit;
3) Biaya stack awal ( biaya penumpukan plus gerakan ekstra),
dihitung berdasarkan satuan per ton/M/box/unit.
4) Biaya Administrasi IT Syatem untuk E-payment, dihitung
berdasarkan satuan per nota.
5) Biaya haulage, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m3/unit/box,
27
6) Biaya monitoring/supervisi, dihitung bedasarkan satuan per
ton/m3/unit/box/ekor per kegiatan; dan
7) Biaya side office, dihitung berdasarkan satuan per
m2/unit/box.
29
h. Cleaning , dihitung berdasarkan satuan per ton /m3 ton/kilo
liter/ Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet (MMSCF) per kegiatan.
i. Trucking , dihitung berdasarkan satuan per ton /m3 ton/kilo
liter/ Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet (MMSCF) dan
j. Pelayanan tambahan terdiri atas:
1) Biaya administrasi nota dihitung berdasarkan satuan per
nota;
2) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung
berdasarkan satuan per nota;
3) Biaya transfer dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
ton/kilo liter/ Million Metric British Thermal Unit
(MMBTU)/Million standart Cubic Feet (MMSCF) dan
4) Biaya monitoring /supervise, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ ton/kilo liter/Million Metric British Thermal
Unit (MMBTU)/Million standart Cubic Feet (MMSCF)
per kegiatan.
30
3) Biaya transfer dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ ton;
dan
4) Biaya monitoring/supervise,dihitung berdasarkan satuan per
ton/ m³ ton per kegiatan.
7. Pelayanan jasa peti kemas di terminal daratan (dry port), terdiri atas:
a) Pelayanan operasi lapangan, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ /box /unit per kegiatan/jam /hari;
b) Pelayanan pergudangan, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
/box /unit per kegiatan/jam/hari;
c) Pelayanan penerimaan/penyerahan, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ /box/unit per kegiatan;
32
d) Perencanaan lapangan,dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
/unit;
e) Monitoring/supervise,dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /unit
per jam per kegiatan;
f) Pelayanan tambahan terdiri atas:
1) Biaya administrsi nota dihitung berdasarkan satuan per nota;
dan
2) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung
berdasarkan satuan per nota.
33
16. Pelayanan kegiatan perdagangan dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ /box/m² /unit per kegiatan;
17. Pelayanan kegiatan penyediaan tempat bermain dan rekreaksi
dihitung berdasarkan satuan per orang/kendaraan per
jam/hari/bulan;
18. Pelayanan jasa periklanan dihitung berdasarkan satuan per m²
/unit /kegiatan per hari/bulan/tahun;
19. Pelayanan jasa perhotelan, restoran, pariwisata, pos dan
telekomunikasi dihitung berdasarkan satuan per orang /unit per
haari/bulan/tahun;
20. Pelayanan jasa alat, dihitung berdasarkan satuan per unit/kegiatan
per jam/hari/bulan/tahun;
21. Pelayanan tanda masuk (pas) pelabuhan dihitung berdasarkan
satuan orang atau jenis /kapasitas kendaraan per sekali masuk atau
per satuan waktu;
22. Pelayanan pemungutan sampah kolom dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ ,ton/kilo liter per kegiatan; dan
23. Pelayanan barang bawaan penumpang kapal angkutan laut dihitung
berdasarkan satuan per Kg/m³ per kegiatan.
1. Tarif pelayanan jasa kapal yang melakukan kegiatan angkutan laut dalam
Negeri dikenakan tarip Jasa Kepelabuhanan dalam mata uang Rupiah
(Rp).
2. Tarif pelayanan jasa kapal yang melakukan kegiatan angkutan laut luar
negeri dikenakan tarif jasa kepelabuhanan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat (US $), dengan pembayaranya menggunakan mata uang
(Rp), kecuali ditentukan lain dengan peraturan perundang-undangan.
3. Tarif pelayanan jasa barang dan tarif pelayanan jasa di terminal untuk
kegiatan antar pulau dikenakan tarif jasa kepelabuhanan dalam mata uang
Rupiah (Rp).
4. Tarif pelayanan jasa barang dan tarif pelayanan jasa di terminal untuk
kegiatan eksport dan import tanpa melakukan transhipment (alih muat) di
pelabuhan dalam negeri, dikenakan tarif jasa kepelabuhanan dalam mata
uang Dollar Amerika Serikat (US $), dengan pembayaranya menggunakan
34
mata uang (Rp), kecuali ditentukan lain dengan peraturan perundang-
undangan.
5. Tarif pelayanan jasa penumpang dalam negeri dan luar negeri dikenakan
tarif jasa kepelabuhanan dalam mata uang Rupiah (Rp).
6. Tarip pelayanan jasa labuh pada kapal yang berlabuh pada kolam
pelabuhan yang dibangun dan atau dipelihara oleh BUP dilaksanakan oleh
BUP.
7. Tarip pelayanan jasa penggunaan alur Pelayaran, dikenakan oleh BUP
kepada kapal yang menggunakan alur - pelayaran yang dibangun dan/atau
dipelihara serta dioperasikan oleh BUP.
8. Tarip pelayanan jasa labuh dan penggunaan alur pelayaran, dituangkan
dalam perjanjian konsesi, kecuali pelaksanaan pemeliharaan kolam
Pelabuhan dan alur pelayaran yaitu penugasan dari penyelenggara
pelabuhan.
9. Kapal angkutan laut berbendera Indonesia yang melakukan kegiatan
angkutan laut dalam negeri yang mengangkutan barang ekspor/impor
dengan kegiatan transhipment (alih muat) di pelabuhan dalam negeri
dikenakan tarif pelayanan jasa kapal dalam negeri.
a. Kapal Angkutan Laut berbendera Indonesia.
1) Barang ekspor/impor yang diangkut oleh kapal berbendera
Indonesia dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya di dalam negeri
dengan kegiatan transhipment (alih muat) dipelabuhan dalam negeri
dikenakan tarif pelayanan jasa barang dalam negeri.
2) Yang melakukan kegiatan angkutan laut dalam negeri yang
mengangkut barang muatan exspor impor atau muatan barang dari
luar negeri atau sebaliknya, terhadap pelayanan di Pelabuhan dalam
negeri dikenakan tarip jasa Kapal Angkutan Laut Luar Negeri.
3) Kapal yang melakukan kegiatan angkutan laut dari Pelabuhan dalam
Negeri ke Pelabuhan dalam Negeri lainnya yang tidak mengangkut
barang muatan exspor impor atau sebaliknya, terhadap pelayanan di
Pelabuhan dalam Negeri lainnya dikenakan tarip jasa kapal angkutan
laut dalam negeri; dan
4) Yang mengangkut barang exspor/impor dengan kegiatan alih muat
(transhipment) di Pelabuhan dalam Negeri dikenakan tarip
pelayanan kapal dalam Negeri.
5) Barang exspor/impor yang diangkut oleh kapal berbedera Indonesia
dari satu pelabuhan ke Pelabuhan Lainnya di dalam Negeri dengan
alih muat (transhipment) di Pelabuhan dalam Negeri dikenakan tarip
pelayanan jasa Barang dalam Negeri.
6) Kapal asing yang melakukan kegiatan angkutan luar Negeri
ditetapkan tarif pelayanan Jasa Kepelabuhanan dalam tarif jasa kapal
angkutan Luar negeri.
7) Kapal asing yang melakukan kegiatan lain yang tidak termasuk
kegiatan mengangkut penumpang dan/atau Barang dalam kegiatan
angkutan Laut dalam Negeri dikenakan tarif jasa kapal angkutan laut
Luar Negeri.
35
BAB IV
MEKANISME PENETAPAN TARIP DAN HAL-HAL LAIN YANG
PERLU DI PEDOMANI
A. PENETAPAN TARIP.
1. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada terminal yang pelayanan
jasanya diberikan oleh Otoritas Pelabuhan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah dengan tetap berpedoman pada berdasarkan jenis, struktur,
dan golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan
2. .Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang
diselenggarakan pelabuhan yang dibentuk oleh unit penyelenggara
pelabuhan yang dibentuk oleh pemerintah ditetapkan dengan peraturan
pemerintah dengan tetap berpedoman pada berdasarkan jenis, struktur, dan
golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan.
3. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang
diselenggarakan pelabuhan yang dibentuk oleh pemerintah provinsi
ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi dengan tetap berpedoman
pada berdasarkan jenis, struktur, dan golongan tarif yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Perhubungan.
4. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang
diselenggarakan oleh unit penyelenggara pelabuhan yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota dengan tetap berpedoman pada berdasarkan jenis, struktur,
dan golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan
5. .Penetapan besaran tarif pelayanan jasa kepelabuhanan pada terminal yang
pelayanan jasanya diusahakan oleh BUP ditetapkan oleh BUP berdasarkan
jenis, struktur, dan golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Perhubungan .
6. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan oleh BUP bagi terminal
sejenis yang pengusahaan jasa kepelabuhanannya dilakukan oleh 1 (satu)
BUP dalam 1 (satu) pelabuhan, sebelum ditetapkan oleh BUP harus
dikonsultasikan kepada Menteri.
1. Penetapan besaran tarip jasa Kepelabuhanan oleh BUP bagi Terminal
Sejenis yang pengusahaan jasanya kepelabuhanannya di lakukan oleh
lebih dari 1 (satu) pelabuhan, ditetapkan oleh BUP tanpa harus
dikonsultasikan kepada Menteri.
2. Besaran tarif Jasa Kepelabuhanan di laporkan kepada Menteri dengan
melampirkan :
a. Hasil perhitungan biaya pokok, perbandingan tarip yang berlaku
dengan biaya pokok, kualitas pelayanan yang diberikan dan di
lengkapi dengan data tarip yang berlaku di Pelabuhan Laut baik itu
di dalam Negeri maupun di luar Negeri yang mempunyai jenis dan
tingkat pelayanan yang realitif sama :
b. Telaahan dan justifikasi usulan kenaikan tarip terhadap beban
pengguna jasa; dan
36
c. Penerapan Service Level Agrement (SLA), service Level
Guarantine (SLG), dan standar Kinerja Pelayanan Operasional
Pelabuhan.
3. Dalam Kondisi tertentu , besaran tarip pelayanan pemanduan dan
penundaan luar batas perairan wajib pandu dan perairan Pandu Luar
biasa di tetapkan oleh BUP berdasar kesepakatan dengan pengguna
jasa dengan jangka waktu yang terbatas.
4. Besaran tarip pelayanan jasa pemanduan dan penundaan di luar
pelayaran Normal untuk kapal dalam kondisi khusus antara lain kapal
mati mesin (blackout) atau rusak dan kapal kandas di tetapkan oleh
BUP berdasar kesepakatan dengan pengguna jasa.
5. Besaran tarip jasa kepelabuhanan yang ditetapkan oleh BUP berlaku
untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) Tahun.
6. Besaran tarip untuk pelayanan kapal Luar Negeri dan pelayanan jasa
Barang ekspor / impor yang akan diteapkan oleh BUP dengan
mempertimbangkan tarip pelayanan jasa sejenis yang berlaku di
Neagar Asean dan Pelabuhan Negara Lainnya.
39
b. Setiap kapal yang berkunjung ke pelabuhan dikenakan tarif pelayanan jasa
labuh per kunjungan yang didasarkan pada GT kapal berpedoman pada
surat ukur kapal;
c. Kapal yang menunggu naik dok atau dalam perbaikan (floating repair) di
perairan pelabuhan dikenakan tarif pelayanan jasa labuh sebesar 25 %
(dua puluh llima prosen) dari tarif dasar surat keterangan dari Syahbandar
setempat, kecuali kapal tersebut berlabuh dalam daerah lingkungan kerja
perairan pelabuhan yang telah disewa sesuai dengan kontrak antara
pemilik dok yang bersangkutan dengan perusahaan dibebaskan dari tarif
pelayanan jasa labuh;
d. Kapal pelayaran rakyat yang berkunjung ke pelabuhan dikenakan tarif
pelayanan jasa labuh sebesar 75 % (tujuh puluh lima prosen) dari tarif
pelayanan jasa labuh kapal niaga angkutan laut dalam negeri;
e. Kapal pelayaran rakyat dengan ukuran diluar ketentuan dikenakan tarif
pelayanan jasa labuh kapal niaga angkutan laut dalam negeri;
3. JASA TAMBAT
43
2). Barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label)
sebagaimana ketentuan IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar
200% (dua rtus prosen) dari tarif dasar.
h. Tarif dasar pelayanan jasa dermaga sesuai Keputusan Direksi.
2. JASA PENUMPUKAN
44
D. TARIF JASA PENUMPANG
7. Besaran tarif pelayanan jasa penumpang pada pelabuhan yang
pengusahaan jasa kepelabuhanannya dilakukan oleh 1 (satu) BUP,
ditetapkan oleh BUP tanpa harus dikonsultasikan kepaada Menteri.
8. Besaran tarif pelayanan jasa penumpang dilaporkan kepada Menteri
dengan melampirkan :
a. Hasil perhitungan biaya pokok, perbandingan tarif yang berlaku
dengan biaya pokok, kualitas pelayanan yang dibrikan dan dapat
dilengkapi dengan data tarif yang berlaku di pelabuhan laut baik
itu di dalam negeri maupun di luar negeri yang mempunyai jenis
dan tingkat pelayanan yang relatif sama; dan
b. Telaahan dan justifikasi usulan kenaikan tarip terhadap beban
pengguna jasa.
TARIF DASAR PELAYANAN JASA LABUH DAN TAMBAT UNTUK
KAPAL ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI
II JASA TAMBAT
- DERMAGA 120 160 Per GT/Etmal
(Beton, Besi, dan
Kayu)
- Breasting Dolphin 51 - Per GT/Etmal
dan pelambpung
- pinggiran 55 - Per GT/Etmal
45
TARIF DASAR PELAYANAN JASA PEMANDUAN UNTUK KAPAL
ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI
PADA PELABUHAN UTAMA
- Tarif Tetap
- Tarif Variabel 135.000 Per kapal per gerak
25 Per GT per kapal per gerak
46
NO. URAIAN TARIF KETERANGAN
(US $)
1. Kapal s.d 3.500 GT
- Tarif Tetap 370 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 0,023 Per GT/kapal yang
ditunda/jam
2. Kapal 3.501 s.d 8.000 GT
- Tarif Tetap 934
- Tarif Variabel 0,023 Per kapal yang ditunda/jam
Per GT/kapal yang
3. Kapal 8.001 s.d 14.000 GT ditunda/jam
- Tarif Tetap 1.403
- Tarif Variabel 0,023
Per kapal yang ditunda/jam
4. Kapal 14.000 s.d 18.000 Per GT/kapal yang
GT 1.900 ditunda/jam
- Tarif Tetap 0,023
- Tarif Variabel
5. Per kapal yang ditunda/jam
Kapal 18.001 s.d 26.000 2.688 Per GT/kapal yang
GT 0,023 ditunda/jam
- Tarif Tetap
6. - Tarif Variabel
3.450 Per kapal yang ditunda/jam
Kapal 26.001 s.d 40.000 0,023 Per GT/kapal yang
GT ditunda/jam
7. - Tarif Tetap
- Tarif Variabel 3.700
0,023 Per kapal yang ditunda/jam
Kapal 40.001 s.d 75.000 Per GT/kapal yang
8. GT ditunda/jam
- Tarif Tetap 5.655
- Tarif Variabel 0,023
Per kapal yang ditunda/jam
Kapal diatas 75.001 GT Per GT/kapal yang
- Tarif Tetap ditunda/jam
- Tarif Variabel
47
TARIF DASAR PELAYANAN JASA DERMAGA
DI PELABUHAN MAKASAR
48
TARIF PELAYANAN JASA PENUMPUKAN
DI PELABUHAN MAKASAR
PELABUHAN
NO URAIAN UTAMA KETERANGAN
(Rp,-)
1. Gudang 625 Ton/M3/hari
2. Lapangan
a. BarangUmum/Curah/Pallet/Unitisasi 350 Ton/M3/hari
b. Hewan (sapi, kerbau, kambing, babi, 975 Ekor/hari
dan sejenisnya)
c. Petikemas
1) Ukuran 20’
a. Isi 15.000 Per Box/hari
b. Kosong 75.000 Per Box/hari
c. Overheight/ 18.000 Per Box/hari
overienght/overwidth
d. Petikemas Reefer 18.000 Per Box/hari
e. Chassis 5.000 Per Unit/hari
f. Chassis bermuatan 5.000 Per Unit/hari
ditambah tarif
sesuai nomor
2.c.1) a),b),c) dan
d)
2) Ukuran 40’
a. Isi 30.000 Per Box/hari
b. Kosong 15.000 Per Box/hari
c. Overheight/ 35.000 Per Box/hari
overienght/overwidth
d. Petikemas Reefer 36.000 Per Box/hari
e. Chassis 10.000 Per Unit/hari
f. Chassis bermuatan 10.000 Per Unit/hari
ditambah tarif
sesuai nomor
2.c.2) a),b),c) dan
d)
2. Pelayanan Penumpukan
50
a. Petikemas isi Import
b. Petikemas isi Eksport
c. Petikemas kosong import/eksport mengacu pada keputusan Direksi PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia II Nomor : HK. 56/3/4/PI.II-2000’
diberlakukan sejak tanggal 26 Oktober 2000 sampai dengan 30 April
2001.
d. Chasis bermuatan dikenakan tambahan biaya penumpukan Petikemas
isi/petikemas kosong/petikemas (OH/OW/OL)
TARIF
NO KETERANGAN
URAIAN 20’ 40’
TARIF
N URAIAN 51 KETERANGAN
1. Petikemas isi 71.500 107.250 Per Box
2. Peti kemas Kosong 35.750 53.950 Per Box
3. Petikemas masih diluar terminal 5.000 5.000 Per Box
TARIF
NO URAIAN 20’ 40’ KETERANGAN
NO Keterangan
1. Petikemas yang berisi barang berbahaya sesuai International Maritime
Dangerous Good Code (IMDG Code) kelas 1 dan 7, dikenakan tambahan tarif
sebesar 100% dari tarif dasar pelayanan jasa bongkar muat petikemas.
1. Uncontainerized Cargo
a. Uncontainerized Cargo (Tidak
Termasuk Uang Dermaga
1) Dibongkar ke atas 293 406 Per Unit
chasis/trailer pengguna jasa.
2) Shifting
a) Tanpa landing dan
293 406
Per Unit
reshipping operation.
b) Dengan landing dan 436 604 Per Unit
reshipping operation.
b. Transshipment (termasuk uang 176 244 Per Unit
dermaga)
Petikemas
2. Overheight/Overwidth/Overlength 267 400 Per Box
1. FCL (termasuk uang dermaga)
2. LCL (tidak termasuk uang Per Box
dermaga)
333 499
3. Transshipment (termasuk uang Per Box
dermaga) 135 203
4. Shifting petikemas
Overheight/Overwidth/Overlength 203
1) Tanpa landing dan reshipping 135 341 Per Box
operation
2) Dengan landing reshipping 228 Per Box
operation
3.
48
53
N URAIAN TARIF KETERANGAN
O 20’ 40’
1. Petikemas isi 6.500 13.000 Per Box/hari
2. Petikemas kosong 3.250 6.500 Per Box/hari
3. Petikemas 11.700 23.400 Per Box/hari
Overheight/Overwidth/Overlength
4. Petikemas Reefer 11.700 23.400 Per Box/hari
5. Chasis kosong 5.000 10.000 Per chasis/hari
6. Chasis bermuatan 5.000 10.000 Per chasis/hari
Unicontainerized Cargo
7. 11.700 23.400 Per Unit/hari
5.
1. Sebuah kapal asing dengan ukuran 6.500 GT, panjang 106 meter, berlayar
dari Jepang ke pelabuhan Makasar, dengan muatan bahan industry 6.500 ton
54
dalam kemasan (unitize), kapal dating langsung sandar di dermaga beton
mulai tanggal 01 Maret 2000 jam 06.00 WIB s/d 10 Maret 2000 jam 06.00
WIB kapal menggunakan jasa pandu dan tunda selama 1 jam.
Ditanyakan :
- Jumlah tagihan jasa pelabuhan, labuh, tambat, jasa pandu dan tunda
- Berapa jasa tagihan untuk dermaga, jasa penumpukan, apabila barang di
tumpuk di dalam gudang selama 10 hari.
Jawab :
a. Jasa labuh = 1 hari x 6.500 GT x US $ 0,273
= US $ 1.774,5
b. Jasa tambat = GT x ETMAL x tarif dasar (waktu tambat diberi waktu 5
hari)
= 6.500 x 10 ETMAL x US $ 0,233
= US $ 15.145
c. Jasa pandu
- Tarif dasar untuk kelompok ukuran kapal 50 s/d 1.000 GT = US $
125,25
Tarif variabel per GT = US $ 0,150
US $ 125,25 + 6.500 GT x US $ 0,150 = US $ 1.100,5
Untuk 2 x gerakan = US $ 1.100,5 x 2 = US $ 12.201
d. Jasa tunda
US $ 934 + (6.500 x US $ 0,023) =
934 + 149,5 = 1.083,5
55
1. Sebuah kapal pelayaran rakyat dengan ukuran 300 GT, panjang 65 M,
berlayar dari Ujung Pandang ke Sunda Kelapa dengan muatan antar pulau 250
ton kayu , kapal datang langsung sandar di dermaga beton dari tanggal 01
Februari 2000 jam 12.00 WIB s/d 10 Februari 2000 jam 06.00 WIB (tidak
menggunakan kapal tunda dan pandu karena tidak berlayar di perairan wajib
pandu).
Coba saudara hitung :
- Jumkah tagihan jasa pelabuhan, labuh, tambat (satu ETMAL = 24 jam)
- Berapa jasa tagihan untuk jasa dermaga dan jasa penumpukan, apabila
barang di tumpuk digudang : 15 har.
Jawab :
a. Jasa pelayanan kapal
1). Jasa labuh = GT x Tarif Dasar
= 300 GT x Rp. 48 = Rp. 14.400
2). Jasa tambat = GT x ETMAL x Tarif dasar
= Tgl.1/2/2000 jam 12.00 WIB s/d Tgl. 10/2/2000
jam
06.00 WIB
= 9,5 jam = 9 ½ ETMAL
= 300 x Rp. 39 x 3 ETMAL = Rp. 35.100
= 6 ½ ETMAL x 300 GT x Rp. 39 (200%) = 152.100
b. Jasa barang : ton x tarif dasar
1). Jasa dermaga = 250 M3 x Rp. 895
= Rp. 222.750
2). Jasa penumpukan : ton / M3 x Tarif dasar x hari
Hari 1 s/d hari ke-5 = 1 Hari
Hari 6 s/d hari ke-10 = 5 hari
Hari 11 s/d hari ke-15 = 5 hari
= 250 M3 x Rp. 100 x 1 hsri = Rp. 25.000
= 250 M3 x 5 hari x Rp. 100(200%) = Rp. 250.000
= 250 M3 x 5 hari x Rp. 100(300%) = Rp. 575.000
Biaya jasa pelabuhan
- Jas labuh : Rp. 14.400
- Jasa tambat : Rp. 35.100 + 152.100 = Rp. 187.200
- Jasa dermaga ; Rp. 223.750
- Jasa penumpukan : Rp. 650.000
: Rp.1.075.350
56