Anda di halaman 1dari 56

BAB I

LANDASAN TEORI
PENETAPAN TARIF JASA PELABUHAN

1. Ujung tombak berbagai kegiatan yang dilakukan suatu usaha perusahaan


adalah kegiatan pemasaran dan penjualan dari barang atau jasa yang
dihasilkan. Proses penjualan ini sangat mempengaruhi besar kecilnya
pendapatan yang diterima perusahaan pada gilirannya akan sangat
menentukan kinerja perusahaan itu sendiri. Dalam hal ini ada dua factor
yang mempengaruhi kinerja proses penjualan yaitu :
a. Kuantitas jasa yang akan dijual
b. Harga jual atau tarif yang dikenakan terhadap jasa yang bersangkutan.

 Ditinjau dari kuantitas hasil penjualan, maka semakin banyak hasil jasa
yang terjual tentu akan semakin menambah pendapatan bagi
perusahaan.
 Ditinjau dari besarnya tariff yang dikenakan terhadap jasa, maka
semakin besar tariff yang dikenakan belum tentu akan menambah tinggi
pendapatan perusahaan.

Hal ini disebabkan tingginya tarif pada jasa tertentu akan menyebabkan
rendahnya kuantitas jasa yang akan terjual. Sehingga kebijakan pentarifan
memegang peranan penting dalam suatu perusahaan.

2. Pengertian Tarif dan Sistem Pentarifan


Definisi Tarif : Harga atau besaran yang harus dikompensasikan
terhadap jasa yang dipakai pengguna jasa dalam
kuantitas tertentu.
Sistem Pentarifan: Tata cara penetapan besaran tarif harus
dikompensasikan terhadap berbagai kuantitas
atau jasa yang dipakai pengguna jasa.
Dengan adanya besaran uang tertentu yang harus dikompensasikan oleh
pengguna jasa dan tata cara penetapannya, maka setiap transaksi yang
berkaitan dengan jasa dimaksud harus patuh pada ketentuan tersebut.

Taat perjanjian dalam pengertian bahwa pengguna jasa harus menyediakan


sejumlah uang yang telah ditentukan untuk mendapatkan sejumlah jasa
yang ingin dipakainya. Penjual ataupun penghasil jasa di lain pihak berhak
atas pembayaran sejumalah uang yang telah ditetapkan tarif sebelumnya
untuk sejumlah jasa yang dijual kepada pengguna jasa.
Dengan demikian sistem pentarifan pada dasarnya adalah suatu sistem atau
cara yang merupakan kesepakatan bersama yang akan ditaati oleh pihak
penjual jasa maupun pengguna jasa atas transaksi sejumlah jasa yang
dilayani.

1
Dimana dalam tata cara ini juga sudah terkandung mengenai penentuan
besaran tarif. Hal ini berarti bahwa penentu besaran tarif atau harga jual
akan melibatkan berbagai pihak serta kepentingan, yaitu : penghasil jasa,
pengguna jasa dan pemerintah. Yang dimaksud penghasil jasa disini bukan
dalam pengertian sempit. Tentu saja disini masing-masing pihak yang
terlibat mempunyai persepsi yang berbeda mengenai bagaimana sebaiknya
suatu sistem pentarifan ataupun besaran tarif diterapkan untuk suatu barang
jasa.

3. Tarif dilihat dari sudut pandang Pengguna Jasa


Pentarifan yang diinginkan tentunya adalah sistem pentarifan yang
sedemikian rupa sehingga :
 Tata cara ataupun mekanisme pengenaan tarif yang berlaku mudah
dipahami dan dimengerti.
 Tata cara dan mekanisme penggunaan tarif yang berlaku cukup mampu
dalam menerapkan prinsip keadilan bagi segmentasi pengguna jasa yang
berbeda. Sedangkan ditinjau dari besaran tarifnya, kondisi ideal yang
diinginkan oleh pengguna jasa adalah sedemikian rupa sehingga :
 Besaran tarif dan jasa yang ingi dipakai pengguna jasa dan dapat
terjangkau secara ekonomis, atau sesuai kemampuan daya belinya
(dalam batas affordability atau ability to pay).
 Besaran tarif dari jasa yang ingin dipakainya menurut persepsinya pada
kondisi saat itu memang pantas dan sesuai terutama jika dikaitkan
dengan kualitas maupun kuantitasnya.

Nampak bahwa dari tinjauan kepentingan pengguna jasa, ada 4 aspek yang
diinginkan berkaitan dengan sistem pentarifan maupun besaran tarif, yaitu :
keterjangkauan (affordability), dan kepantasan untuk besaran tarif,
kesederhanaan dan keadilan (
fairness) untuk sistem pentarifan
Keterjangkauan (affordability) :
Ditinjau dari keterjangkauan secara ekonomis maka besaran yang berlaku
terhadap suatu jasa hendaknya mengacu pada keompok meyoritas daric
calon pengguna jasa. Maksudnya adalah bahwa suatu sistem pentarifan akan
dapat diterima oleh mayoritas masyarakat pengguna jasa, jika memang
secara mayoritas pihak pengguna jasa merasa bahwa besaran tarif yang
ditetapkan memang masih ada kondisi yang dapat diterima yaitu dapat
terjangkau sesuai kemampuan daya dibelinya.

 Mengacu pada keterjangkuan ini, maka bagi pengguna jasa besarnya


tariff yang diinginkan adalah sebisa mungkin lebih kecil atau sama
dengan kemampuan ekonomi atau sama dengan kemampuan daya
belinya. Jika mungkin dapat dibuat sekecil-kecilnya, kalau bias gratis.

Pengertian keterjangkaunan disini adalah tingkat keterjangkauan dan


kelompok mayoritas pengguna jasa. Keterjangkauan dimaksud adalah
2
keterjangkauan ditinjau dari kemampuan ekonomi atau lebih dikenal juga
sebagai ‘ability to pay’ dari mayoritas pelanggan.

Besarnya keterjangkauan terhadap suatu jasa ini tentu sangat tergantung


pada :
a) Jenis jasa
b) Tingkat pendapatan pengguna jasa
c) Jumlah kelompok pengguna jasa
d) Tingkat penggunaan jasa dari pengguna jasa

Kepantasan
Ditinjau dari sudut pandang pengguna jasa tarif hendaknya mempunyai
besaran yang pantas, sesuai dengan kondisi obyektif yang ada pada saat itu.
Maksudnya adalah besaran tarif yang ada memang secara finansial
mempunyai opportunity cost yang sesuai. Jika dibandingkan dengan jasa
yang sejenis dengan kualitas yang sama, maka tingkat besaran tariff yang
dikatakan pantas jika memang sepadan dan tidak terpaut jauh: tidak lebih
kecil atau tidak lebih besar.
Khusus untuk jasa yang tidak mempuyai pembanding, maka besaran tarif
yang sesuai adalah besaran tarif yang betul-betul mempresentasikan
opportunity cost dari jasa dimaksud. Ungkapan yang sesuai dengan
kepantasan dimaksud adalah ‘Willingness To Pay’.
Dalam hal ini nilai ataupun besaran kepantasan sangatlah subyektif dan
kondisional, yaitu tergantung pada siapa pengguna jasa dimaksud dan juga
tergantung pada mekanisme keterkaitan antara kesediaan (supply) dan
kebutuhan (demand). Pada kondisi tingkat supply jauh melebihi tingkat
demand, maka besaran tarif yang dianggap sesuai biasanya mejadi rendah.
Sebaiknya jika demand melebihi tingkat supply.

Sederhana :
Salah satu sistem pentarifan yang diinginkan pengguna jasa adalah suatu
sistem yang praktis, mudah dimengerti dan mudah dipahami. Hal ini
berkaitan implementasi di lapangan. Praktis ditinjau dari implementasi
dilapangan mudah dilaksanakan, mudah dimengerti dan mudah dipahami
terutama dikaitkan dengan tata cara dan mekanisme pengenaan besaran tarif
yang digunakan. Terutama disini yang diinginkan adalah sistem pentarifan
yang tidak berbellit-belit.

Fairness :
Sistem pentarifan yang diinginkan adalah sistem pentarifan yang adil, yaitu
suatu sistem pantarifan yang mampu memberlakukan secara adil semua
kelompok ataupun segmen. Salah satu ungkapan dari keadilan disini adalah
bahwa, besarnya tarif harus proporsional terhadap jumlah kuantitas jasa
yang dipakai. Jika misalnya harga atau tarif suatu jasa yang mempunyai
kuantitas x besarnya adalah p, maka dikatakan adil jika jasa yang sama
mempunyai kuantitas 2x mempunyai harga 2p.
3
Tentu saja perlu disadari bahwa tidak semua keinginan dari pengguna jasa
ataupun pelanggan diatas dipenuhi, mengingat bahwa terbentuknya sistem
pentarifan dan besaran dan besaran tarif juga tergantung pada pihak
penghasil jasa yang juga terkadang tergantung pada pihak penghasil pada
intervensi pihak pemerintah.

4. Tarif dilihat dari sudut pandang Penghasil Jasa


Dari sudut pandang penghasil jasa atau perusahaan yang menghasilkan jasa
sistem tarif yang dikehendaki adalah sistem tarif yang mudah
diimplementasikan di lapangan yaitu yang mempunyai karakteristik berikut:
 Seminimal mungkin memerlukan peralatan
 Seminimal mungkin memerlukan bantuan petugas
 Pemantauan yang mudah
 Kemudahan melakukan koreksi terhadap kesalahan
Ditinjau dari besaran tarif yang diinginkan oleh penghasil jasa atau penjual
adalah besaran tarif yang :
 Minimal mampu memulihkan biaya yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi , jasa yang dimaksud.
 Memberikan margin keuntungan yang cukup besar dan jika mungkin
sangat besar agar perusahaan bias melakukan pengembangan usaha
lebih lanjut.
Dengan demikian secara umum, ditinjau dari pengguna jasa suatu tarif
dikatakan baik jika sistem pentarifannya praktis dan besarnya mampu
memulihkan biaya, dan jika mungkin menghasilkan keuntungan yang
sebesar-besarnya.

Memulihkan biaya
Mengingat untuk menghasilkan suatu unit jasa, penghasil jasa akan
melakukan kegiatan yang melibatkan dan membutuhkan sumber daya yang
tidak sedikit, maka setiap penghasil jasa akan selalu menginginkan agar
besaran tarif ataupun mengganti semua sumber daya yang telah dikeluarkan
oleh penghasil jasa.

Sumber daya ini meliputi : sumber daya manusia (sdm), sumber daya alam
(sda), peralatan dan sumber material (bahan) yang masing-masing dapat
dipresentasikan kedalam besaran uang.

Besaran yang mempresentasikan besaran minimal pemulihan biaya yang


sering disebut biaya yang dipulihkan ini dimana besarnya sangat tergantung
pada karakteristik kegiatan pelayanan yang diperlukan untuk menghasilkan
sa tu unit jasa yang dimaksud.

Meguntungkan

4
Bagi penghasil jasa besarnya harga ataupun tarif yang hanya dapat
memulihkan biaya produksi tidaklah cukup. Besarnya tarif jika mungkin
ditetapkan sebesar-besarnya, sedemikain rupa sehingga penghasil jasa
disamping dapat memuihkan biaya produksi juga dapat menggunakan
margin yang diperoleh dari hasil pejualan
Untuk mengembangkan usahanya lebih lanjut. Margin yang diperoleh
antara harga dan biaya pemulihan ini disebut sebagai margin keuntungan,
dimana ditinjau dari sisi penghasil jasa diinginkan agar besarnya adalah
setinggi-tingginya. Keinginana dari penghasil jasa ini ini tentu saja bertolak
belakang dengan apa yang dikehendaki oleh pengguna jasa.

Praktis
Sistem pentarifan yang dikehendaki penghasil jasa adalah sistem pentarifan
yang praktis, yaitu : sistem pentarifan yang aplikasinya tidak membutuhkan
perangkat tambahan, sedemikan rupa hingga tidak diperlukan usaha ataupun
biaya khusus untuk menerapkannya. Aspek praktis ini sering kali bertolak
belakang dengan aspek keadilan yang diinginkan oleh pengguna jasa.

Table : Keinginan Pengguna Jasa dan Penghasil Jasa Terhadap Tarif


dan Sistem Pentarifan

5.
T

arif dilihat dari sudut pandang pemerintah


Sikap pemerintah terhadap sistem pentarifan ataupun besaran tarif dari
suatu jasa, sangat tergantung dari karakteristik jasa dimaksud. Karakteristik
jasa dikaitkan pada sifat jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok
masyarakat banyak ataupun mempengaruhi kehidupan masyarakat luas
secara signifikan. Jika suatu jasa memenuhi kriteria diatas, maka
pemerintah akan berharap sangat peduli terhadap sistem pentarifan ataupun
besaran tarif yang berlaku bagi jasa dimaksud.
Sikap pedulli pemerintah terungkap dengan adanya intervensi
pemerintah, baik
secara langsung maupun tak langsung terhadap sistem pentarifan dan atau
besaran tarif. Intervensi langsung dari pemerintah dapat berupa subsidi
ataupun pengenaan pajak. Sedangkan intervensi tak langsung dari
pemerintah biasanya dalam bentuk perundang-undangan maupun peraturan.

5
Kepedulian pemerintah didalam sistem pentarifan maupun besaran tarif dari
suatu jasa ini dilakukan dalam usaha untuk :
1) Memenuhi kebutuhan jasa dimaksud bagi seluruh anggota masyarakat
2) Membela kepentingan masyarakat pada golongan rendah
3) Mengalokasikan jasa secara lebih efisien dan efiktif terutama ditinjau
dari sistem ekonomi secara keseluruhan
Dasar intervensi pemerintah pada sistem pentarifan dan besaran tarif adalah
kondisi sosial ekonomi masyarakat dan juga tingkat keterbatasan jasa
dimaksud. Bagi jasa yang bukan merupakan kebutuhan pokok masyarakat
luas atau tidak berkait dengan hajat kepentingan masyarakat luas maka
sikap pemerintah terhadap sistem pentarifan atau besaran tarif biasanya
sangat netral.
Netral artinya tidak ada usaha untuk melakukan intervensi langsung
maupun tak langsung pentarifan ataupun besaran tarif. Besaran tarif
sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar yang berlaku.
Sikap ataupun kebijakan yang dilakukan pemerintah terhadap sistem
pentarifan ataupun besaran tarif jasa dengan karakteristik biasanya aadalah
utuk menjaga agar mekanisme pasar tetap berlaku. Dengan kata lain
kebijakan pemerintah agar jasa dimaksud tidak dimonopoli, dioligopoli
ataupun kartel. Usaha untuk menjaga mekanisme pasar biasanya dilakukan
dengan mengeluarkan undang-undang : anati monopoli, anati oligopoli,
anti kartel.

6. Sistem dan struktur pentarifan


Berdasarkan pengertian umum dikenal dua sistem pentarifan yaitu : sistem
pentarifan yang sepenuhnya mengacu pada kuantitas jasa yang dipakai atau
disebut sebagai “quantity based fare system “ dan sistem pentarifan yang
tidak langsung pada banyaknya kuantitas yang dipakai atau “Flat fare
system”. Selain itu dikenal pula sistem pentarifan lain merupakan
modifikasi dari kedua sistem tadi yaitu : Sistem pentarifan “ Stagering fare”
dan sistem pentarifan “Progresive fare”.

Flat Fare System :


Sistem besaran tarif yang tidak bergantung pada besaran kunatitas jasa yang
dipakai.

6
Jika P adalah tarif jasa yang dikenakan bagi pengguna atau pelanggan yang
dipakai sebanyak Q maka pada sistem pentarifan ini secara matematis dapat
diungkapan dengan persamaan sebagai berikut :
P = a, dimana : a = besaran tarif yang berlaku.
Sistem pentarifan ini biasanya diberlakukan karena kepraktisannya tanpa
mengindahkan aspek lain. Setiap pengguna jasa harus membayar jumlah
yang sama dengan jumlah jasa dikali besaran tarif jasa per satu unit. Dengan
demikian waktu layanan penagihan dapat dilakukan secara cepat dan
efektif. Sehingga dengan sistem ini tidak diperlukan peralatan atau petugas
yang khusus menghitung kuantitas jasa yang dipakai. Hal ini berarti
penghasil jasa atau pengelola dapat menghemat biaya operasional rekening.
Sistem pentarifan ini sering diterapkan pada jasa dimana pengukuran
kuantitas yang dipakai sulit atau agak sulit dilakukan.

Bagi operator atau penghasil jasa-jasa, sistem pentarifan ini sangat


diinginkan karena kepraktisannya. Tetapi bagi pengguna jasa sistem
pentarifan ini terasa tidak adil. Hal ini terutama sekali akan dirasakan oleh
pengguna jasa yang hanya memakai jasa dimaksud dengan jumlah kecil.
Pengguna jasa akan merasa diperlakukan tidak adil, karena harus membayar
jumlah uang yang sama seperti pengguna jasa yang memakai jasa dimaksud
dengan kuantitas yang lebih besar. Sebaliknya pengguna jasa yang memakai
jasa dalam jumlah kuantitas yang lebih besar akan merasa beruntung.
Meskipun hal ini dirasakan tidak adil, karena hanya membayar jumlah yang
sama dengan pengguna jasa dengan jumlah kuantitas sedikit. Sistem tarif
seperti ini terjadi subsidi silang antara pelanggan yang memakai jumlah
banyak dengan pelanggan yang memakai jumlah sedikit. Tetapi subsidi
silang ini tidak ada artinya apa-apa ditinjau dari segi keadilan sosial, karena
golongan yang miskin tidak akan memakai dalam kuantitas besar.

Quality Based Fare System


Sisitem menerapkan tata cara dimana besaran tariff yang dikenakan kepada
pelanggan besarnya tergantung pada kuantitas jasa yang yang dipakainya.
Dengan kata lain besaran tariff yang dikenakan adalah berbanding lurus
dengan volume ataupun kuantitas jasa yang dipakai. Makin banyak
kuantitas jasa yang dipakai, maka makin besar pula besaran tariff yang
harus dibayarnya. Hal ini sebaliknya juga berlaku; makin sedikit jumlah
kuantitas jasa yang dipakai makin kecil pula jumlah harga yang harus
dibayarnya. Secara grafis system pentarifan ini dapat dilukiskan pada
gambar berikut :

7
Gambar : Sistem Pentaridfan Quantity Based Fare

Dimmana secara matematis hubungan antara besar tarif atau harga P harus
dibayarkan untuk sejumlah kuantitas Q yang dipakai adalah :

P=a+b*Q
Dimana : a = harga awal atau beban tetap (dapat nol atau besaran tertentu)
b = harga per unit kuantitas jasa yang dipakai
bagi penghasil jasa, system pentarifan ini akan diterapkan jika perangkat
ataupun tenaga kerja untuk mengukur kuantitas jasa yang dipakai pengguna jasa
tersedia dengan harga yang relatif murah. Karena denga system pentarifan
seperti ini informasi akurat berkaitan dengan besarnya kuantitas jasa yang
dipakai pihak pengguna sangatlah penting. Tanpa informasi ini sangatlah
mustahil bagi penghasil jasa atau penjual jasa untuk mampu menghitung tarif
secara besar dan adil.

Dalam kaitan dengan pengukuran ini tidak semua jasa dapat diukur dengan
mudah kunatitas yang dipakai oleh pengguna jasa. Ada beberapa jenis jasa
tertentu mudah pengukuran kuantitas yagn dipakai oleh pengguna jasa, baik
bantuan teknologi maupunj tanpa bantuan teknologi. Sebaliknya ada pula
beberapa jenis jasa yang sangat sulit untuk diukur kuantitas yang dipakai oleh
pengguna jasa sekalipun dengan bantuan alat canggih ataupun manusia.

Karenanya dari sudut pandang operator, penghasil jasa atau penjual jasa, sistem
pentarifan ini hanya akan ditetapkan seoanjang peralatan ataupun tenaga
manusia mampu secara mudah untuk mengukur kuantitas jasa yang dipakai
oleh pengguna jasa secara akurat. Hal ini terlihat bahwa sistem pentarifan
praktis yang ada dilapangan. Terihat bahwa sistem pentarifan ini diterapkan
untuk mengukur sesuatu dengan alat bantu.

Bagi pengguna jasa, sistem pentarifan ini adalah sistem pentarifan yang
diinginkan karena terasa lebih adil. Pengguna hanya membayar sejumlah uang
berdasarkan kuantitas yang dipakainya.

8
Staggering Fare
Dalam banyak kasus pengukuran kuantitas jasa yang dipakai oleh pengguna
jasa tidak dapat dilakukan secara mudah sehingga hasil pengukuran menjadi
tidak akurat. Kesulitan pengukuran kuantitas ini disebabkan karena tidak
adanya peralatan yang memadai atau karena alas an kepraktisan untuk
melakukannya. Agar asas keadilan tetap dapat dilaksanakan, maka jenis jasa
seperti ini ‘sistem quantity based fare’ tidak dapat diterapkan secara penuh.
Tetapi sedikit dimodifikasi yaitu dengan menerapkan sebagian dari konsep flat
fare sistem. Dalam sistem staggering fare ini, dimana sistem flat fare dibuat

secara bertahap untuk beberapa rentang kuantitas tertentu. Seperti terllihat pada
gambar berikut :

Gambar :Sistem Pentarifan ‘Staggering Fare’

Untuk kuantitas x₁ dan x₂ misalnya diterapkan tarif sebesar P₁. untuk kuantitas
antara x₂ sampai x₃ dengan harga tarif sebesar P2 dan seterusnya.
Terlihat bahwa tidak akuratnya informasi berkaitan dengan melakukan
pengelompokan, yaitu dalam bentuk rentang pakai. Suatu besaran harga
diharapkan untuk suatu rentang pakai tertentu, dimana dalam rentang pakai
tersebut harga yang berlaku adalah sama.
Banyaknya rentang pakai yang diatur dalam sistem ini sangat tergantung pada
karakteristik jasa dimaksud juga pada tingkat kepraktisan dalam implementasi
di lapangan. Pada jasa tertentu jumlah kelompok rentang kuantitas yang
diterapkan hanya terbatas dua atau tiga kelompok. Tetapi pada jenis jasa lain
mungkin dapat dikelompokkan menjadi lebih dari tiga.

Secara sistematis besarnya harga jasa dengan jumlah atau kuantitas tertentu
adalah : P = P₁ untuk X₁ ≤ Q < X₂
P = P₂ untuk X₂ ≤ Q < X₃

Penerapkan sistem pentarifan ini untuk jasa yang pengukuran kkuantitasnya


sulit untuk dilakukan secara tepat. Kesulitan karena alas an keparaktisan atau
karena sulitnya alat pengukur yang akurat.

9
Contoh : penerapan sistem tarif jasa angkutan umum, jasa pos dan lainnya.
Bagi pelanggan atau pengguna jasa sistem pentatifan ini jauh lebih baik
dibanding dengan flat fare sistem, karena unsur keadilan tetap muncul,
meskipun tidak sepenuhnya diterapkan.

Progressive Fare
Sistem pentarifan ini pada dasarnya mengacu sepenuhnya pada quantity based
fare hanya sedikit modifikasi, yaitu menerapkan harga satuan yang berbeda
untuk suatu rentang kuantitas tertentu. Untuk pelanggan yang memakai jasa
pada rentang kuantitas tertentu misalnya :
Untuk 0 sampai Q₁, harga satuan yang diterapkan adalah b₁ .
Untuk Q₁ < Q₂ <, 0 sampai Q₁, harga satuan b₁, Q₂ - Q, harga satuan b₂ .
Perbedaan ini juga berlaku untik tingkat pakai > Q₂. Dalam hal ini b₁ dan b₂
besarannya berbeda; b₁ < b₂ atau b₁ > b₂ .
Dengan sistem petarifan ini besarnnya harga tagihan yang ditagihkan pada
pelanggan akan menggunakan rumus matematik berikut :
P = a + b₁ * Q untuk 0 < Q - Q₁
P = a + b₁ * Q + b₂ (Q - Q₂) untuk Q₁ < Q < Q₂
P = a + b₁ * Q + b₂ (Q₂ - Q₁) + b₃ * (Q - Q₂) untuk Q₁ < Q < Q₂

Dimana :
P = Harga atau tarif yang dibebankan untuk pelanggan yang
pakai
jasa sebanyak Q
a = beban tetap
b₁, b₂, b₃ = parameter yang menunjukkan harga per unit jasa yang
dipakai pada rentang tertentu.
Sistem pentarifan ini yang menerapkan besaran parameter yang makin besar
untuk tingkat kuantitas yang besar disebut juga Sistem Pentarifan Progressive
incremental. Sedangkan sistem pentarifan progressive yang menerapkan
besaran parameter yang makin kecil untuk tingkat pakai yang makin kecil
disebut juga sistem pentarifan progressive decremental.

Gambar : Sistem Pentarifan Progressive Incremental

10
Terlihat dari sistem pentarifan progressive incremental memberlakukan besaran
parameter harga (tarif) satuan yang akan makin besar. Dalam hal parameter
harga tarif satuan b₃ untuk rentang pakai > Q₃ besarnya lebih besar
dibandingkan dengan parameter b₂ untuk rentang pakai antara Q₂ dan Q₃.

Karakteristik sistem pentarifan progressive incremental untuk jasa yang sebagai


berikut :
1. Alokasi jasa yang jumlahnya terbatas, sedangkan kebutuhan jasa tersebut
cukup banyak, sehingga diperlukan efisiensi pemakaian penggunaan jasa
benar-benar dimanfaatkan secara tepat. Efisiensi dapat dilakukan dengan
‘restraint’ agar pelanggan diusahakan untuk tidak memakai

2. Jasanya merupakan jasa kebutuhan pokok


Sistem pentarifan progresissive decremental diberlakukan pada jasa dengan
karakteristik berikut :
1. Jasanya bukan merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar.
2. Jasa yang dimaksud tersedia tak terbatas, selalu dapat memenuhi kebutuhan
yang ada. Jasanya dapat dihasilkan dalam jumlah yang banyak

Gambar : sistem Pentarifan Progessive Decremental

7. Besaran tarif
Besaran tarif yang dibicarakan disini adalah harga yang harus dikompensasi
oleh pengguna jasa yang memakai jasa pada kuantitas tertentu. Pada
dasarnya besaran tarif sangat tergantung pada sistem pentarifan yang
diberlakukan, dimana faktor penting yang menentukan besaran tarif adalah
parameter a dan parameter b.
Dengan demikian pembicaraan tarif pada dasarnya adalah pembicaraan
mengenai penentuan besaran beban tetap a dan parameter b. Karakteristik
dari parameter a dan b pada masing-masing sistem pentarifan dapat dilihat
pada tabel berikut :

11
Tabel : Parameter a dan b pada berbagai sistem pentarifan
Sistem Parameter a Parameter b
pentarifan
Flat Fare Merupakan besaran Tidak dikenal
tarif yang dikenakan
pada pengguna jasa
Quantity Merupakan beban tetap Merupakan harga satuan.
Pada kasus tertentu Merupakan komponen
besarnya nol utama yang menentukan
besaran harga yang
dikenakan pada pengguna
jasa.
Staggering Fare Merupakan besaran Tidak dikenal
tarif yang dikenakan
pada pengguna jasa.
Mempunyai harga yang
berbeda untuk rentang
pakai yang berbeda.
Progressive Fare Merupakan beban tetap Merupakan harga satuan.
pada kasus tertentu Merupakan komponen
besarnya nol utama besaran tarif yang
harganya dibedakan untuk
rentang pakai yang
berbeda.

Beban Tetap
Beban tetap adalah tarif atau harga minimum yang dibebankan pada
pengguna jasa yang sudah terikat pada kesepakatan jual beli. Menggunakan
beban tetap ini hanya berlaku pada sistem pentarifan quantity based fare.

Jasa yang menerapkan beban tetap ini iasanya mempunyai karakter


berikut :
1. Jasa dimaksud hanya dapat dipakai oleh pengguna jasa jika pengguna jasa
bersangkutan dilengkapi dengan suatu perangkat atau perlengkapan
tertentu.
2. Jasa dimaksud membutuhkan biaya produksi per unit yang sangat tinggi
jika jumlah produksinya sedikit.
Contoh jasa yang mempunyai karakter seperti ini adalah jasa pengiriman
barang jasa yang dikenakan beban tetap harganya nol, merupakan jasa yang
mempunyai karakter berikut :
1. Jasa yang dapat dipakai pengguna jasa kapanpun dan dimanapun tanpa harus
dilengkapi suatu perangkat atau perlengkapan tertentu.
2. Jasa yang dipakai pengguna jasa tanpa harus terikat suatu kesepakatan jual
beli.
3. Jasa yang dapat dipakai pengguna jasa dalam jumlah berapapun, tanpa ada
pembatas sedikitpun, sejauh jasa tersebut memang masih ada.
12
4. Skala ekonomi produksi jasa dimaksud relatif dapat diabaikan atau dapat
diantisipasi dengan faktor lain. Bagi penghasil jasa biaya per unit untuk
menghasilkan jasa sebanyak satu buah akan membutuhkan biaya yang hamper
sama dengan produksi dalam jumlah banyak.

Besarnya harga parameter beban tetap ini sepenuhnya ditentukan oleh pihak
penghasil jasa dengan memperhatikan aspek kepraktisan, kondisi pengguna jasa
dan memperhatikan tujuan pengenaan beban tetap ini.

Tinjauan dari pengenaan beban tetap biasanya berdasarkan pada salah satu
alasan berikut :
 Untuk mengganti atau memulihkan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kegiatan yang dikeluarkan agar perangkat perlengkapan yang dibutuhkan
pengguna jasa untuk memakai jasa dimaksud tetap dalam kondisi baik.
 Untuk menutupi biaya yang timbul jika jumlah jasa yang terjual tidak
mencapai minimal jumlah yang memenuhi skala ekonomi.

Perhitungan beban tetap pada kasus prtama dilakukan dengan menghitung


semua komponen biaya yang diperkirakan muncul untuk semua kegiatan yang
diperlukan untuk menjaga kondisi perangkat dimaksud dalam keadaan baik.
Komponen – komponen biayanya meliputi :
 Biaya pemeliharaan rutin
 Biaya perbaikan jika ada kerusakan kecil
 Biaya pergantian jasa jika ada kesalahan besar atau jika kondisi jasa sudah
habis untuk umur teknis.

Perhitungan biaya beban tetap pada kasus kedua dilakukan dengan mengkaji
besarnya biaya operasi per unit pada berbagai skala produksi. Besarnya beban
tetap dihasilkan dengan mengalihkan faktor resiko terhadap biaya operasi
dimaksud.

Harga Satuan
Parameter harga hanya diterapkan untuk sistem pentarifan yang mengacu pada
sistem ‘quantity based fare’ atau sistem pentarifan ‘progresive’. Pengertian dari
parameter ini adalah harga yang harus dibayar oleh pengguna
Jasa untuk setiap penambahan satu unit jasa yang dipakai. Dalam kurva
hubungan antara kuantitas dengan harga, paramenter ini merupakan koefisien
kemiringan dari kurva.
Pada sistem kuantiti based fare besarnya parameter ini sama untuk semua
tingkat pemakaian. Berapapun kuantitas jasa yang dipakai besaran harga satuan
tetap sama. Sehingga harga yang dikompensasikan oleh pelanggan yang
memakai sejumlah kuantitas tertentu adalah beban tetap ditambah dengan hasil
perkalian antara kuantitas jasa dengan harga per unit jasa.
Untuk unit pentarifan progressive, besarnya harga parameter ini dibedakan
untuk satu rentang kuantitas denga rentang kuantitas lainnya.

13
Besaran Harga atau Pentarifan
Besaran tarif yang harus dikompensasikan oleh pengguna jasa yang memakai
sejumlah jasa tertentu tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Banyaknya kuantitas jasa yang dipakai.
2. Sistem pentarifan yang dikenakan pada jasa dimaksud
3. Besaran parameter dari sistem pentarifan dimaksud
Faktor kesatu sepenuhnya tergantung pada pengguna jasa, sedangkan faktor
kedua sepenuhnya ditentukan oleh penghasil jasa.

Dalam menentukan sistem pentarifan yang baik dipakai, pada dasarnya


penghasil jasa sepenuhnya memperhatikan kepentingannya sendiri yatu :
Kepraktisan dalam implementasi di lapangan, berkaitan ada tidaknya teknologi,
perangkat ataupun petugas yang dibutuhkan untuk secara mudah mengukur
secara akurat kuantitas jasa yang dipakai.

Sedangkan jka teknologi, perangkat ataupun petugas yang dibutuhkan tidak


ada yang mampu mengukur secara akurat karena alasan kepraktisan atau alas
an biaya maka sistem pentarifan yang diberlakukan adalah sistem ‘flat fare’.

Sedangkan jika teknologi, perangkat atau petugas yang dibutuhkan untuk


mengukur tingkat pakai pelanggan hasilnya tidak begitu akurat, maka sistem
pentarifan yang berlaku biasanya adalah sistem pentarifan staggering fare.

Besarnya parameter beban tetap ini sepenuhnya ditentukan oleh pihak penghasil
jasa dengan memperhatikan tujuan dari pengenaan beban tetap ini.
Tinjauan tujuan pengenaan beban tetap dikenal dua kemungkinan tujuan yaitu :
 Untuk memulihkan biaya yang harus dikeluarkan bagi kegiatan yang
dilakukan dalam usaha untuk menjaga kondisi perangkat/peralatan yang
dibutuhkan selalu dalam baik dan terjaga.
 Untuk mampu menutupi baiya yang timbul jika jasa yang terjual tidak
mencapai jumlah yang minimal yang memenuhi salaka ekonomi.

Perhitungan beban tetap pada kasus pertama dilakukan dengan menghitung


semua komponen biaya yang diperkirakan muncul untuk semua kegiatan yang
diperlukan untuk menjaga kondisi perangkat khusus dimaksud dalam keadaan
baik.
Komponen biaya dimaksud meliputi :
 Biaya pemeliharaan rutin
 Biaya perbaikan kecil
 Biaya penggantian jika ada kesalahan besar atau jika jasa sudah habis.

8. Penentuan Besaran Tarif


Dalam menentukan besaran tarif suatu jasa kedua belah pihak merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, disamping beberapa faktor
kebijakan pemerintah harus juga diperhatikan.

14
Besaran tarif dikatakan memadai jika besaran tarif mampu memulihkan
biaya yang telah dikeluarkan juga memperoleh margin keuntungan yang
cukup untuk mengembangkan usaha lebih lanjut,\. Penghasil Jasa).
Dikatakan terjangkau jika besaran tarif masih dibawah ATP dari masyarakat
pengguna jasa. Dikatakan pantas jjika besaran tarif masih dibawah WTP
dari persepsi mayoritas pengguna jasa. Parameter pengguna jasa : ATP dan
WTP. Dalam menentukan besaran tarif ada tiga parameter yang harus
diperhatikan :
BYD (Biaya Yang Dipulihkan), ATP dan WTP.
Untuk memenuhi kriteria yang disaratkan oleh penghasil jasa dan pengguna
jasa maka besaran tarif hendaknya lebih rendah adri ATP dan WTP, dan
juga lebih tinggi dari BYD. Kenyataannya sulit untuk memenuhi ketiga
kriteria diatas.

Kemungkinan keadaan yang mungkin terjadi :


Keadaan 1: BYD < ATP dan WTP
Mudah dilakukan karena besaran tarif dapat ditentukan > ATP,
WTP
Keadaan 2 : BYD > ATP dan WTP
Besaran tarif sulit dilakukan karena jika tarif mengacu pada
penghasil jasa maka pengguna jasa akan mengeluh. Jika tarif
mengacu pada pengguna jasa maka penghasil jasa akan merugi.
Pada kasus ini pemerintah harus turun tangan dengan
melakukan subsidi.
Besar subsidi sedemikan rupa sehingga penghasil jasa masih
memperoleh margin keuntungan dan pengguna jasa
diuntungkan dengan tarif yang terjangkau.

8.1 Biaya Yang Dipulihkan


Definisi Biaya Yang Dipulihkan (Orang Awam) :
Semua actual cash expenditure dari kegiatan penghasil jasa sehari-hari
yang terdiri : biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan biaya administrasi.

Definisi Biaya Yang Dipulihkan (Akutansi) :


Semua actual cash expenditure ditambah dengan biaya penyusutan. Hal
ini sering disebut (Accounting Cost).

Definisi Biaya Yang Dipulihkan (Bankir) :


Biaya yang harus dipulihkan oleh suatu besaran tarif adalah komponen
biaya yang seharusnya diperhatikan oleh perusahaan yang sehat, agar
penyandang dana membiayai suatu pengembangan ada janinan bahwa
pinjaman dapat kembali. Hal ini sering disebut (Full Costing).

15
Biaya ini sering terdiri dari biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya
administrasi, biaya penyusustan terhadap revalued asset dan return on
capital.

Definisi Biaya Yang Dipulihkan (Pengusaha) :


Seluruh komponen biaya sedemikian rupa hingga perusahaan yang
bersangkutan dapat menyelesaikan semua kewajiban dan juga tetap
dapat mengembangkan usahannya. Hal ini sering disebut (Financial Full
Cost).

Biaya ini terdiridari biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya


administrasi, biaya antara biaya penyusutan terhadap revalued asset
cicilan hutang. Biaya cicilan + return in equity.

Definisi Biaya yang Dipu;ihkan (Pemerintah) :


Seluruh komponen biaya yang harus dikeluarkan sedemikian rupa
sehingga suatu badan usaha dapat mengembangkan dirinya dan juga
dapat mengkompensasikan biaya-biaya yang timbul akibat dampak
lingkungan yang dihasilkannya.
Biaya ini terdiri dari : biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya
adminstrasi, economic return on asset, biaya akibat dampak lingkungan.

Dari berbagai definisi sangat jelas bahwa dalam penentuan besaran tarif
harus ditentukan terlebih dahulu sudut pandang mana yang akan diambil
untuk biaya yang dipulihkan, megingat sudut pandang yang berbeda
akan menyebabkan berbedanya besaran biaya yang harus dipulihkan.

16
Tabel : Definisi Biaya Yang Dipulihkan Dari Berbagai Sudut Pandang
Sudut Biaya Yang Komponen Biaya Yang
Pandang Dipulihkan Diperhatikan
Awam Pengeluaran Kas Biaya Operasi + Biaya
Aktiva (Actual Pemeliharaan + Biaya Akuntansi
Cost
Expenditure)
Akuntan Biaya Akunting Biaya Operasi + Biaya
Pemeliharaan + Biaya
Administrasi + Biaya Penyusutan

Penyandang Penuh (Full Cost) Biaya Operasi+Biaya


Dana Pemeliharaan+ Biaya
Administrasi+ Biaya Penyusutan
terhadap revalued asset +return on
capital
Perusahaan Biaya Finansial Biaya Opersi + Biaya
Komesial Penuh (Financial Pemeliharaan + Biaya
Full Cost) Administrasi + terbesar : biaya
penyusutan revalued asset dan
cicilan hutang + bunga cicilan +
return on equity
Pemerintah Biaya Ekonomi Biaya Operasi + Biaya
(Public) Penuh (Ekonomic Pemeliharaan + Biaya
Full Cost) Administrasi + Biaya Penyusutan
terhadap revalued asset +
Economic Return Asset + Biaya
akibat dampak lingungan.
Bagian Biaya Aliran Kas Biaya Operasi + Biaya
Keuangan (Cash Flow Cost) Pemeliharaan + Biaya
Administrasi + Cicilan Hutang.

Ability To Pay
Ability To Pay dapat didefinisikan sebagai daya beli masyarakat
pengguna jasa. Daya beli masyarakat ini tergantung pada beberapa
faktor penentu yaitu :
 Tingkat Kepentingan Jasa
Sangat tergantung pada jenis jasa yang dikaji. Tergantung pada
kebutuhan pokok masyarakat sendiri akan lebih berbeda dibanding
dengan jasa lainnya.
 Tingkat pemakaian minimum
Berkaitan dengan tingkat kepentingan jasa dimaksud juga
tergantung pada definisi kelayakan hidup yang disaratkan.
 Alokasi dana yang dicanangkan
Alokasi dana yang akan dicanangkan pengguna jasa untuk memakai
jasa sangat terkait dengan tingkat kepentingan jasa dimaksud.
17
Disamping alokasi yang dicanangkan ini tentu saja akan sangat
tergantung pada tingkat pendapatannya. Bagi seseorang yang tingkat
pendapatannya rendah pasti akan mengalokasikan jasa lebih kecil
dibandingkan dengan pihak lain yang tingkat pendapatannya lebih
tinggi.
Secara matematis ATP dari seorang pengguna jasa terhadap suatu jasa
tertentu dapat ditulis sebagai berikut :

ATP = (Pd * Tp) / Tk


Dimana :
Pd = Prosentase alokasi dana yang ditujukan untuk jasa dimaksud
Tp = Tingkat pendapatan per satuan waktu (Rupiah/bulan)
Tk = Tingkat pakai per satuan waktu terhadap jasa dimaksud
(Unit/bulan)

Besarnya prosentase alokasi dana dari suatu jasa sangat tergantung pada
tingkat kepentingan jasa dimaksud bagi kehhidupan. Bagi jasa kebutuhan
pokok besarnya prosentase akan jauh lebih besar dibandingkan dengan jasa
diluar kebutuhan pokok.

Dari ketiga parameter diatas hanya parameter Tp yang besarnya bervariasi


dari per orang, sedangkan besaran parameter Pd dan Tk adalah sama untuk
semua orang maka besarnya ATP untuk orang per orangpun akan berbeda
satu dengan yang lainnya.
Jika di suatu daerah dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya ATP,
maka mengingat tingkat pendapatan orang per orang berbeda, maka besaran
ATP dari daerah bersangkutan akan berbeda-beda.

Kurva ATP akan mengkorelasikan besarnya ATP dengan prosentase orang


yang mempunyai besaran ATP dibawah ATP dimaksud. Lihat gambar ATP
berikut :
Gambar : Kurva ATP

18
ATP sebesar X₁ jumlah populasi yang mempunyai nilai ATP diatas X₁ adalah
sebanyak Y₁ persen.

Dengan menggunakan ATP diatas dapat diketahui berapa pesen penduduk yang
mampu jika suatu besaran tarif ditentukan.

Jika besaran tarif ditentukan sebesar X₁ maka pada tingkat tarif demikian hanya
sebanyak Y₁ % yang mampu. Selanjutnya dari kurva tersebut terlihat bahwa
makin kecil tarif yang ditentukan maka makin besar pula prosentase masyarakat
yang mampu.
Terlihat jika suatu daerah sudah dketahui kurva ATPnya, maka kebijakan tarif
sangat mudah untuk ditentukan. Tentu saja disini informasi yang dibutuhkan
dalam penentuan besaran tarif adalah besaran biaya yang ingin dipulihkan.

Katakanlah bahwa biaya yang inginkan dipulihkan adalah X₂, maka besaran
tarif yang menghasilkan margin keuntungan bagi penghasil jasa adalah sebesar
tarif yang hanya dapat dicapai Y₂ % dari masyarakat pengguna jasa.

Gambar : Penentuan besaran tarif berdasarkan kurva ATP


Willingness To Pay (WTP)
WTP dari masyarakat terhadap suatu jasa dapat didefinisikan sebagai besaran
kompensasi dalam rupiah yang masih dirasakan pantas untuk memakai sejumlah
jasa tertentu. Dengan demikian berbeda dengan ATP maka besarnya WTP sangat
subyektif dan kondisional. Artinya besar WTP dari seseorang terhadap suatu jasa
sangat tergantung pada persepsi subyektif dari orang bersangkutan dan juga
sangat tergantung pada kondisi yang ada saat itu. Bagi seseorang yang memang
pada saat itu sangat memerlukan jasa dimaksud, maka nilai WTP dari orang
bersangkutan biasa menjadi tinggi. Sebaliknya jika pada saat tersebut dia tidak
membutuhkan jasa dimaksud maka nilai WTPnya menjadi rendah.

19
Mengingat bahwa besarnya WTP dari orang akan berbeda, maka seperti halnya
ATP representasi dari WTP ini yang paling tepat adalah dengan menggambarkan
kurva WTP, seperti terlihat pada gambar berikut :

Seperti hanya ATP dengan menggunakan kurva WTP ini kebijakan pentarifan
dapat ditentukan dengan mudah.

20
BAB II
KEBIJAKAN PENETAPAN TARIP JASA KEPELABUHAN

A. LEGALITAS TARIP JASA KEPELABUHANAN DI


INDONESIA.
1. Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
2. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
jo Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2015.
3. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2015 tentang tarif atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian
Perhubungan.
4. Peraturan Menteri Perhubungan No. 72 tahun 2017 Tentang Jenis,
Struktur dan Golongan dan Mekanisme Penetapan Tarip
Pelayanan Jasa Kepelabuhanan.
5. Peraturan Menhub No.69 Tahun 2015 tentang petunjuk
Pelaksanaan Jenis dan tarip atas jenis Penerimaan PNBP yang
berlaku di Ditjenhubla.
6. Peraturan Dirjenhubla No. KU. 404/2/11/DJPL-15 tanggal 15 Juli
2015 tentang Tatacara Penerimaan, Penyetoran, Penggunaan dan
Pelaporan Penerimaan PNBP yang berlaku pada Ditjenhubl

B. SASARAN KEBIJAKSANAAN TARIF PELAYANAN JASA


KEPELABUHAN.

1. Menjamin terwujudnya sistem pentarifan yang efektif.


2. Memberikan arah agar setiap investasi jelas manfaatnya dan
pengembalian biayanya.
3. Mewujudkan sistem pentarifan yang dapat menjamin dan
mendorong penggunaan prasarana dan sarana pelabuhan yang
maksimal dan efektif, dengan mempertimbangkan kepentingan dan
kelangsungan penyelenggara pelabuhan dan kepentingan pemakai
jasa.
4. Mendorong kelancaran arus lalu lintas kapal, penumpang dan
barang melalui pelabuhan.
5. Mendorong perkembangan dan pertumbuhan pelayaran nasional.
6. Mendorong perkembangan ekonomi nasional.

C. PERTIMBANGAN PENETAPAN TARIF JASA KEPELABUHAN


1. Kepentingan pelayanan umum;
2. Pengingkatan mutu pelayanan jasa;
3. Kepentingan pemakai jasa;
4. Peningkatan kelancaran pelayanan jasa;
5. Pengembalian biaya; dan
6. Pengembangan usaha.

21
D. JENIS TARIF PELAYANAN JASA KEPELABUHAN
1. Jenis tarif kegiatan pelayanan jasa kepelabuhan :
a. Jenis Tarip pelayanan Jasa Kepelabuhanan.
b. Jenis tarip pelayanan jasa terkait dengan Kepelabuhanan.
2. Jenis tarip pelayanan Jasa Kepelabuhanan tersebut merupakan suatu
pungutan Atas setiap pelayanan yang diberikan oleh Penyelenggara
Pelabuhan dan Badan Usaha Pelabuhan kepada Pengguna Jasa
Kepelabuhanan.
3. Jenis tarif pelayanan Jasa Kepelabuhan terdiri dari :
a. Tarif jasa kapal
b. Tarif pelayanan jasa barang
c. Tarif pelayanan jasa penumpang.
4. Tarif pelayanan jasa kapal terdiri atas :
a. Tarif pelayanan jasa labuh;
b. Tarif pelayanan jasa pemanduan;
c. Tarif pelayanan jasa penundaan;
d. Tarif pelayanan jasa tambat;
e. Tarif pelayanan jasa penggunaan alur pelayaran; dan
f. Tarif pelayanan jasa kepil (moorning services).
5. Tarif pelayanan jasa barang terdiri atas :
a. Tarif jasa barang umum di terminal serbaguna (multi purpose
terminal);
b. Tarif pelayanan jasa peti kemas di terminal peti kemas;
c. Tarif pelayanan jasa barang curah cair di terminal curah cair;
d. Tarif pelayanan jasa curah kering di terminal curah kering;
e. Tarif pelayanan jasa kendaraan di terminal kendaraan (car terminal);
f. Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang di terminal terapung;
g. Tarif pelayanan jasa peti kemas di terminal daratan (dry port);
h. Tarif pelayanan bongkar muat kendaraan dan barang secara Ro Ro
(Roll On-Roll Off) di terminal Ro-Ro.
6. Tarif pelayanan jasa penumpang terdiri atas pas penumpang dan barang
bawaan penumpang.
7. Pelayanan jasa terkait.
Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terkait dengan Kepelabuhanan
meliputi :
a. Penyediaan fasilitas Penampungan Limbah.
b. Penyediaan Depo Petikemas.
c. Penyediaan Pergudangan.
d. Jasa Pembersihan dan pemeliharaan Gedung Kantor.
e. Instalasi air bersih, listrik dan minyak.
f. Penyediaan perkantoran untuk kepentingan pengguna jasa pelabuhan.
g. Penyediaan fasilitas Gudang Pendingin.
h. Perawatan dan Perbaikan Kapal.
i. Pengemasan dan Pelebelan.
j. Fumigasi dan pembersihan/perbaikan kontainer.

22
k. Angkutan Umum dari dan ke Pelabuhan.
l. Tempat Tunggu Kendaraan bermotor.
m. Kegiatan Industri Tertentu.
n. Kegiatan Perdagangan.
o. Kegiatan penyediaan tempat bermain dan rekreasi.
p. Jasa Periklanan dan atau perhotelan,restoran, pariwisata,pos dan
telekomunikasi.
q. Pelayanan Jasa Alat.
r. Tanda masuk (pas) Pelabuhan.
s. Pelayanan sampah/limbah kapal.
t. Pelayanan kendaraan dan barang secara Ro-Ro (Roll- on – roll off).
u. Inter terminal tranfer.
v. Hi – co Scan.
w. Hi – co scan with behandle.
x. Over stok tambat kapal.
y. Tracking ( dari stacknfile ke conveyor).
z. Penumpukan plus gerakan exstra (stack awal), batal transaksi.
aa. Ofter clossing time.
bb. Administrasi IT system untuk e-payment.
cc. Pindah lokasi penumpukan (PLP), dan atau jasa penimbangan.
dd. Pelayanan air bersih dan listrik.

23
BAB. III
STRUKTUR, GOLONGAN TARIF PELAYANAN JASA
KEPELABUHANAN DAN JASA TERKAIT DENGAN
KEPELABUHANAN.

A. STRUKTUR TARIP.
1. Struktur tarif pelayanan jasa kepelabuhanan Jasa Terkait dengan
kepelabuhanan. Merupakan kerangka tarif dikaitkan dengan tatanan waktu
dan satuan ukuran dari setiap jenis pelayanan jasa kepelabuhanan dalam 1
(satu) paket pungutan.

2. Kerangka Tarif pada setiap jenis pelayanan jasa kepelabuhanan terdiri atas
:
a. Tarip pelayanan jasa kapal dibedakan untuk kapal angkutan dalam
Negeri dan Luar Negeri Meliputi :
1) Tarip Pelayanan Jasa Labuh.
2) Tarip Jasa Pemaduan, terdiri dari :
a) Melayani pemanduan kapal di perairan wajib pandu.
b) Melayani pemanduan kapal di Peraira Pandu Luar biasa:
dan
c) Melayani pemanduan kapal di luar batas perairan wajib
pandu dan perairan pandu Luar Biasa.
b. Tarip pelayanan jasa penundaan, terdiri dari :
a) Di dalam daerah perairan pelabuhan; dan
b) Di Luar daerah perairan Pelabuhan.
c. Tarip pelayanan Jasa tambat, terdiri dari :
a) Tambatan Dermaga.
b) Tambatan breasting dolpin/pelampung; dan
c) Tambatan pinggiran talud.
d. Tarip pelayanan jasa penggunaa alur pelayaran dan
e. Tarip Pelayanan jasa kepil ( mooring services).
f. Tarip Pelayanan Jasa Barang dibedakan untuk kegiatan Exspor dan
Impor serta antar pulau meliputi :
a) Tarip Pelayanan Jasa Barang Umum di Terminal serbaguna
(multipurpose terminal), terdiri atas kegiatan di Dermaga dan
Penumukan.
b) Tarip Pelayanan Jasa Petikemas di Terminal Petikemas terdiri
atas kegiatan operasi Kapal terdiri dari : Dermaga,
Stevedoring, Haulage/Trucking menumpuk ke lapangan atau
sebaliknya, shifTing, buka tutup palka dan kegiatan operasi
lapangan.
c) Operasi lapangan terdiri dari : Penumpukan, lift on lift
off,gerak kan exstra, relokasi angsur dan kegiatan operasi
lapangan lainya.
24
d) Opersai Kontainer freght Stasion terdiri atas :
Stripping/staffing,
Penumpukan,Penerimaan/penyerahan dan kegiatan operasi
Container Freight station lainnya.

3. Tarif pelayanan jasa barang curah cair di terminal curah cair terdiri atas
kegiatan :
a. Operasi kapal terdiri dari :
Dermaga,Plugging/unplugging (flexible
hose),Pipa,Pompa,Pemanas,Monitoring/supervise,Cleaning,Trucki
ng;
b. Operasi lapangan terdiri dari:
Penumpukan (tangki),Pengisian dari tangki ke truk
tangki,Pembongkaran dari truk tangki,Pemanas.

4. Tarif pelayanan jasa curah kering di terminal curah kering terdiri atas
kegiatan:
a) Operasi kapal terdiri dari.
b) Dermaga,Conveyor/pipa/excavator/grab,Plugging/
unplugging,Monitoring/supervise,Pompa, Ramp door/moveable
bridge,Hooper,Trimming, dan Cleaning.
c) Operasi lapangan terdiri dari :
Penumpukan (stock pile), Bagging/unbagging,Hooper,Trimming,
dan Bongkar /muat dari/ke truck.
d) Pelayanan tambahan, terdiri atas :
Biaya Administrasi Nota, Biaya Administrasi IT system untuk e-
payment, Biaya transfer dan biaya monitoring/supervisi.

5. Tarif pelayanan jasa kendaraan di terminal kendaraan (car terminal) terdiri


atas kegiatan :
Dermaga, Penumpukan,Flat bed on tire,Stevedoring,Perencanaan
lapangan,Monitoring/supervise, Cleaning, Car wash, Minor repair,
Teknologi informasi,Glosing, Receiving/delivery, Pas tiket masuk cargo,
Painting, Tug master, Labeling pelayanan tambahan.

6. Tarif pelayanan alih muat barang dari kapal ke kapal pada terminal
terapung terdiri atas kegiatan :
Bongkar muat, Mooring master,Persewaan fender, Hose, Oil spill
response, Surveyor, Incident oil spill response, Ship chandler, Penanganan
limbah kapal, Service boat dan Blending muatan.
7. Tarif pelayanan jasa peti kemas di terminal daratan (dry port) terdiri atas
kegiatan:
a) Operasi lapangan;
b) Pelayanan pergudangan; dan
c) Pelayanan penerimaan/penyerahan dan pelayanan tambahan.

25
8. Tarif pelayanan di terminal Ro-Ro, terdiri atas kegiatan :
Dermaga, Naik/turun kendaraan, Penumpukan/penyimpanan di lapangan,
stevedoring, perencanaan lapangan, monitoring/supervisi, timbangan dan
pelayanan tambahan.
9. Tarif pelayanan penumpang di terminal penumpang adalah kegiatan
penggunaan ruang tunggu dan fasilitas penunjang penumpang dan
penanganan barang bawaan penumpang.
Tatanan waktu dan satuan ukuran dari setiap jenis pelayanan jasa
kepelabuhanan ditetapkan sebagai berikut :
a. Pelayanan jasa kapal terdiri atas :
1. Labuh, dihitung berdasarkan ukuran kapal dalam Gross Tonnage (GT)
dengan satuan GT per kunjungan kapal;
2. Pemanduan , dihitung berdasarkan ukuran kapal yang dipandu dalam
Gross Tonnage (GT) dengan satuan GT per gerakan dikaitkan dengan
jarak pemanduan dan tingkat resiko, dengan rumusan :( GT x tarip Varibel
+ tarip tetap ) x gerakan.
3. Penundaan, dihitung berdasarkan jumlah kapal yang metunda di kali
ukuran kapal yang ditunda dalam Gross Tonnage (GT) dengan satuan GT
per jam, dengan rumusan : (( GT x tarip variabel)) + tarip tetap x Jam x
Unit kapal Tunda.
4. Tambat, dihitung berdasarkan ukuran kapal dalam Gross Tonnage (GT)
dengan satuan GT per etmal;
5. Penggunaan alur-pelayaran :
a. Untuk kapal kosong berdasarkan ukuran kapal dalam Gross Tonnage
(GT) dengan satuan GT per sekali lewat; dan
b. Untuk kapal Isi muatan berdasarkan ukuran kapal dalam Gross
Tonnage (GT) dengan satuan GT per sekali lewat atau berdasarkan
muatan kapal dengan satuan ton/M3/box per kunjungan.
6. Pelayanan Jasa Kepil ( mooring service) dihitung berdasarkan satuan
pergerakan; dan
7. Pelayanan tambahan terdiri atas :
a) Biaya administrasi nota dihitung berdasarkan satuan per nota; dan
b) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung berdasarkan
satuan per nota.

26
b. Pelayanan jasa barang terdiri atas :
1. Pelayanan jasa barang umum di terminal serbaguna (multi purpose
terminal):
a) Jasa dermaga, dihitung berdasarkan :
1) Satuan per ton untuk barang umum;
2) Satuan per box per hari untuk peti kemas;
3) Satuan per ton/m³ /ekor per hari untuk hewan;
4) Satuan per ton/m³ ton/ kilo liter/million Metric British
Thermal Unit (MMBTU)/Million Standart Cubic Feet
(MMSCF) untuk cair/gas.
5) Satuan per ton/m³ untuk curah kering; dan
6) Satuan per unit/m³ untuk kendaraan.
b) Jasa stevedoring, dihitung berdasarkan :
1) Satuan per ton/ m³ per pelayanan untuk barang umum;
2) Satuan per box per pelayanan untuk petikemas;
3) Satuan per ton/ m³/ekor per pelayanan untuk hewan;
4) Satuan per ton/ m³ ton/kilo lite/Million Metric British
Thermal Unit (MMBTU)/Million Stantard Cubic Feet
( MMSCF) per pelayanan untuk curah cair/gas.
5) Satuan per ton/ m³ per pelayanan untuk curah kering; dan
6) Satuan per unit / m³ per pelayanan untuk kendaraan.
c) Jasa cargodoring, dihitung berdasarkan :
1) Satuan per ton/m³ per pelayanan untuk barang umum;
2) Satuan per box per pelayanan untuk peti kemas;
3) Satuan per ton/m³/ekor/ per pelayanan untuk hewan;
4) Satuan per ton /m³ ton/ per kilo liter/MillionMetric British
Thermal Unit ( MMBTU)/ Million Standard Cubic Feet
(MMSCF) per pelayanan untuk curah cair/gas.
5) Satuan per ton/m³ per pelayanan untuk curah kering; dan
6) Satuan per unit/m³ per pelayanan untuk kendaraan.
d) Jasa cleaning/trimming/sweeping, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m3/kilo liter unit/ per pelayanan
e) Jasa Pelayanan Tambahan, terdiri atas:
1) Biaya administrasi Nota , di hitung berdasarkan satuan per
nota.
2) Biaya inter terminal transfer, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m3/box/unit;
3) Biaya stack awal ( biaya penumpukan plus gerakan ekstra),
dihitung berdasarkan satuan per ton/M/box/unit.
4) Biaya Administrasi IT Syatem untuk E-payment, dihitung
berdasarkan satuan per nota.
5) Biaya haulage, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m3/unit/box,
27
6) Biaya monitoring/supervisi, dihitung bedasarkan satuan per
ton/m3/unit/box/ekor per kegiatan; dan
7) Biaya side office, dihitung berdasarkan satuan per
m2/unit/box.

2. Pelayanan Jasa Peti kemas di Terminal Petikemas terdiri atas :


a. Kegiatan Operasi Kapal terdiri atas :
1) Dermaga dihitung berdasarkan satuan per ton/m3/box/unit per
Pelayanan.
2) Stevedoring, dihitung bedasarkan satuan per ton/m3/box/unit
Pelayanan.
3) Haulage/trucking, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m3/box/unit Per pelayanan.
4) Shifting, dihitung berdasarkan satuan per ton/m3/box/unit per
Pelayanan.
5) Buka tutup Palka, dihitung berdasarkan satuan per unit per
pela yanan; dan
6) lif on/lift off, dihitung berdasarkan satuan per ton/m3/box/unit/
Pelayanan.
b. Kegiatan Operasi Lapangan, terdiri atas.
1) Penumpukan, dihitung berdasarkan satuan per ton/m3/box/unit
Hari.
2) Lift on/lift off, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m3/box/unit Pelayanan .
3) Gerakan exstra, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m3/box/unit Per pelayanan.
4) Relokasi, dihitung berdasarkan satuan per ton/m3/box/unit
Pelayanan.
5) Angsur, dihitung berdasarkan satuan per ton/m3/box/unit
per pelayanan.
c. Kegiatan Operasi Kontainer Freight station, terdiri atas :
1) Stripping/stuffing,dihitung berdasarkan satuan per ton/ m³ per
pelayanan.
2) Penumpukan, dihitung berdasarkan satuan per ton/m3/box/unit
Per hari; dan
3) Penerimaan/penyerahan, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m3/box/unit per pelayanan.
d. Kegiatan Pelayanan Tambahan tediri atas :
1) Biaya Administrasi Nota dihitung berdasarkan satuan per nota.
2) Biaya inter terminal transfer, dihitung berdasarkan satuan per
Ton /m3/box/unit;
3) Biaya surat penyerahan petikemas (SPPI), dihitung berdasar
kan satuan per Box.
4) Biaya hi-co scan, dihitung berdasarkan satuan per box.
5) Biaya kartu Exspor, dihitung berdasarkan satuan per Box.
28
6) Biaya hi-co scan with behandle, dihitung berdasarkan satuan
per Ton/m3/unit/box.
7) Biaya stack awal ( biaya penumpukan plus gerakan exstra),
di Hitung berdasarkan satuan per ton/m3/unit/box,
8) Biaya batal transaksi, dihitung berdasarkan stuan per
ton/m3/unit/box.
9) Biaya after clossing time, dihitung berdasarkan satuan per ton
/m3/unit/box.
10) Biaya Administrasi IT Syastem untuk E-payment,dihitung
Berdasarkan satuan per nota.
11) Biaya pindah lokasi Penumpukan (PLP), dihitung
Berdasarkan satuan per ton/m3/unit/box,
12) Biaya site office, dihitung berdasarkan satuan per m2/unit/
Box; dan
13) Biaya monitoring/supervisi, dihitung berdasarkan satuan per
Ton/M3/Unit/Box per kegiatan.

3. Pelayanan jasa barang curah cair di terminal curah cair/gas di Terminal


Curah Cair/gas, terdiri atas:
a. Dermaga, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ ton/kilo
liter/Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet ( MMSCF).
b. Penumpukan ( tangki), dihitung berdasarkan satuan per
kapasitas tangki/ton/m3 ton/kilo liter/Million Metric British
Thermal Unit (MMBTU)/Million Standart Cubic Feet
(MMSCF).
c. Plugging/unplugging ( Flexible hose), dihitung berdasarkan
satuan per kegiatan per kapal.
d. Monitoring/supervisi, di hitung berdasarkan satuan ton/m3
ton/kilo liter /Million Metric British Thermal Unit
(MMBTU)/Million standart Cubic Feet (MMSCF) per
kegiatan.
e. Pipa, dihitung berdasarkan satuan per ton/m3 ton/kilo
lier/Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet (MMSCF) per kegiatan per jam
f. Pemanas , dihitung berdasarkan satuan per ton /m3 ton/kilo
liter/ Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet (MMSCF) per jam
g. Pompa , dihitung berdasarkan satuan per ton /m3 ton/kilo liter/
Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet (MMSCF) per kegiatan per jam.

29
h. Cleaning , dihitung berdasarkan satuan per ton /m3 ton/kilo
liter/ Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet (MMSCF) per kegiatan.
i. Trucking , dihitung berdasarkan satuan per ton /m3 ton/kilo
liter/ Million Metric British Thermal Unit (MMBTU)/Million
standart Cubic Feet (MMSCF) dan
j. Pelayanan tambahan terdiri atas:
1) Biaya administrasi nota dihitung berdasarkan satuan per
nota;
2) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung
berdasarkan satuan per nota;
3) Biaya transfer dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
ton/kilo liter/ Million Metric British Thermal Unit
(MMBTU)/Million standart Cubic Feet (MMSCF) dan
4) Biaya monitoring /supervise, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ ton/kilo liter/Million Metric British Thermal
Unit (MMBTU)/Million standart Cubic Feet (MMSCF)
per kegiatan.

4. Pelayanan jasa curah kering di terminal curah kering , terdiri atas:


a) Dermaga, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ ton/kilo liter;
b) Penumpukan (stock pile), dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ ton/kilo liter per hari;
c) Conveyor/pipa/excavator/grab, dihitung berdasarkan satuan per
ton/ m³ ;
d) Plugging/unplugging, dihitung berdasarkan satuan per kegiatan
per pelayanan;
e) Monitoring/supervise, dihitung berdasarkan satuan per kegiatan
per jam;
f) Pompa, dihitung berdasarkan satuanper ton/m³ ton per kegiatan
per jam;
g) Ramp door/moveable bridge, dihitung berdasarkan satuan per
kegiatan;
h) Hooper, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³;
i) Trimming,dihitung berdasarkan satuan per kegiatan;
j) Bagging, dihitung berdasarkan satuan per ton/karung;
k) Cleaning, dihitung berdasarkan satuan per kegiatan;
l) Trucking, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ ton;
m) Pelayanan tambahan terdiri atas:
1) Biaya administrasi nota dihitung berdasarkan satuan per nota;
2) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung
berdasarkan satuan per nota;

30
3) Biaya transfer dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ ton;
dan
4) Biaya monitoring/supervise,dihitung berdasarkan satuan per
ton/ m³ ton per kegiatan.

5. Pelayanan jasa kendaraan di terminal kendaraan (car terminal), terdiri


dari:

a) Dermaga, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /unit;


b) Penumpukan,dihitung berdasarkan satuan pe ton/m³ /unit per
hari;
c) Flat bed on tire/alat bantu mekanis,dihitung berdasarkan
satuan per unit;
d) Stevedoring, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /unit;
e) Perencanaan lapangan, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
/ unit;
f) Monitoring/supervise, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ /unit per jam per kegiatan;
g) Cleaning, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /kegiatan;
h) Car wash, dihitung berdasarkan satuan per unit;
i) Repair, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ / unit;
j) Teknologi informasi,dihitung berdasarkan satuan per kilo
karakter/unit;
k) Glossing,dihitung berdasarkan satuan per unit;
l) Receiving/delivery, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
/unit;
m) Pas, dihitung berdasarkan satuan per unit;
n) Painting, dihitung berdasarkan satuan per unit;
o) Tug master, dihitung berdasarkan satuan per kegiatan; dan
p) Labeling, dihitung berdasarkan satuan per unit;
q) Pelayanan tambahan terdiri atas:
1) Biaya aadministrasi nota dihitung berdasarkan satuan per
nota; dan
2) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung
berdasarkan satuan per nota.
6. Pelayanan jasa bongkar/muat di terminal terapung terdiri atas:

a) Bongkar muat dhitung berdasarkan satuan per ton/m³ ton/kilo liter;


b) Mooring master dihitung berdasarkan kegiatan per satuan waktu;
c) Persewaan fender dihitung berdasarkan satuan unit per kegiatan;
d) Hose dihitung berdasarkan satuan satuan unit per kegiatan;
e) Oil spill response dihitung berdasarkan satuan per kegiatan;
f) Surveyor berdasarkan satuan unit per kegiatan;
g) Incident oil response berdasarkan satuan unit per kegiatan;
31
h) Ship chandler berdasarkan satuan per unit;
i) Penanganan limbah kapal berdasarkan satuan per ton/m³ ton /kilo
liter;
j) Service boat berdasarkan satuan unit per kegiatan / gerakan / hari /
penumpang; dan
k) Blending muatan berdasarkan satuan ton/m³ ton /kilo liter.

7. Pelayanan jasa peti kemas di terminal daratan (dry port), terdiri atas:
a) Pelayanan operasi lapangan, dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ /box /unit per kegiatan/jam /hari;
b) Pelayanan pergudangan, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
/box /unit per kegiatan/jam/hari;
c) Pelayanan penerimaan/penyerahan, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ /box/unit per kegiatan;

d) Pelayanan tambahan terdiri atas:


1) Biaya administrasi nota dihitung berdasarkan satuan per
nota;
2) Biaya SPP (Surat Penyerahan Petikemas) dihitung
berdasarkan satuan per box;
3) Biaya kartu ekspor dihitung berdasarkan satuan per box;
4) Biaya hi-co scan dihitung berdasarkan satuan per box;
5) Biaya hi-co scan with behandle dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ /unit/ box;
6) Biaya stack awal (biaya penumpukan plus gerakan ekstra)
dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /unit /box;
7) Biaya batal transaksi dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ /unit/box;
8) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung
berdasarkan satuan per nota;
9) Biaya site office dihitung berdasarkan satuan per m²
/unit/box; dan
10) Biaya monitoring/supervise, dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ /unit/box per kegiatan.

8. Tarif pelayanan bongkar muat kendaraan dan barang secara Ro-Ro


(Roll on-Roll off) di terminal Ro-Ro, terdiri atas:

a) Dermaga, dihhitung berdasarkan satuan per ton/m³ / unit;


b) Penumpukan , dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /unit per
hari;
c) Stevedoring,dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /unit;

32
d) Perencanaan lapangan,dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
/unit;
e) Monitoring/supervise,dihitung berdasarkan satuan per ton/m³ /unit
per jam per kegiatan;
f) Pelayanan tambahan terdiri atas:
1) Biaya administrsi nota dihitung berdasarkan satuan per nota;
dan
2) Biaya administrasi IT System untuk e-payment dihitung
berdasarkan satuan per nota.

9. Pelayanan jasa penumpang, dihitung berdasarkan satuan per


penumpang per pelayanan pada ruangan tunggu.

10. Pelayanan jasa terkait dengan kepelabuhanan lainnya, terdiri atas:


1. Pelayanan fasilitas penampungan limbah, dihitung berdasarkan
satuan per ton/m³ ton /kilo liter per kegiatan;
2. Pelayanan depo petikemas, dihitung berdasarkan satuan per ton/
m³ /box//unit per kegiatan/jam/hari;
3. Pelayanan pergudangan, dihitung berdasarkan satuan per ton/m³
/box/unit per kegiatan/hari;
4. Pelayanan jasa pembersihan dan pemeliharaan gedung kantor
dihitung berdasarkan satuan per ton/m³;
5. Pelayanan instalasi air bersih dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ ,ton /kilo liter;
6. Pelayanan instalasi listrikdihitung berdasarkan satuan per KWH;
7. Pelayanan pengisian air tawar dan minyak satuan per ton/m³
,ton/kilo lliter/unit;
8. Pelayanan penyediaan perkantoran untuk kepentingan pengguna
jasa pelabuhan dihitung berdasarkan satuan per m² /unit per
hari/bulan/tahun;
9. Pelayanan penyediaan fasilitas gudang pendingin, dihitung
berdasarkan satuan per unit;
10. Pelayanan perawatan dan perbaikan kapal dihitung berdasarkan
satuan per unit;
11. Pelayanan pengemasan dan pelabelan dihitung berdasarkan satuan
per unit;
12. Pelayanan fumigasi dan pembersihan/perbaikan kontainer dihitung
berdasarkan satuan per box/unit per kegiatan;
13. Pelayanan angkutan umum dari dank e pelabuhan dihitung
berdasarkan satuan per penumpang/kendaraan;
14. Pelayanan tempat tunggu kendaraan bermotor dihitung berdaarkan
satuan per unit/per jam/hari;
15. Pelayanan kegiatan industry tertentu dihitung berdasarkan satuan
per m²/kegiatan;

33
16. Pelayanan kegiatan perdagangan dihitung berdasarkan satuan per
ton/m³ /box/m² /unit per kegiatan;
17. Pelayanan kegiatan penyediaan tempat bermain dan rekreaksi
dihitung berdasarkan satuan per orang/kendaraan per
jam/hari/bulan;
18. Pelayanan jasa periklanan dihitung berdasarkan satuan per m²
/unit /kegiatan per hari/bulan/tahun;
19. Pelayanan jasa perhotelan, restoran, pariwisata, pos dan
telekomunikasi dihitung berdasarkan satuan per orang /unit per
haari/bulan/tahun;
20. Pelayanan jasa alat, dihitung berdasarkan satuan per unit/kegiatan
per jam/hari/bulan/tahun;
21. Pelayanan tanda masuk (pas) pelabuhan dihitung berdasarkan
satuan orang atau jenis /kapasitas kendaraan per sekali masuk atau
per satuan waktu;
22. Pelayanan pemungutan sampah kolom dihitung berdasarkan satuan
per ton/m³ ,ton/kilo liter per kegiatan; dan
23. Pelayanan barang bawaan penumpang kapal angkutan laut dihitung
berdasarkan satuan per Kg/m³ per kegiatan.

B. GOLONGAN TARIF PELAYANAN JASA KEPELABUHANAN


1. Golongan tarif pelayanan jasa kepelabuhanan merupakan penggolongan
tarif yang ditetapkan berdasarkan jenis pelayanan, fasilitas dan peralatan
yang tersedia di terminal.
2. Golongan tarif berdasarkan jenis pelayanan pada terminal :Serbaguna
(multi purpose); Peti kemas; Curah cair;Curah kering; Kendaraan; Tarif
Terapung; Pelabuhan daratan (dry port) danRoRo.

C. KEBIJAKAN PENGENAAN TARIF PELAYANAN JASA


KEPELABUHANAN

1. Tarif pelayanan jasa kapal yang melakukan kegiatan angkutan laut dalam
Negeri dikenakan tarip Jasa Kepelabuhanan dalam mata uang Rupiah
(Rp).
2. Tarif pelayanan jasa kapal yang melakukan kegiatan angkutan laut luar
negeri dikenakan tarif jasa kepelabuhanan dalam mata uang Dollar
Amerika Serikat (US $), dengan pembayaranya menggunakan mata uang
(Rp), kecuali ditentukan lain dengan peraturan perundang-undangan.
3. Tarif pelayanan jasa barang dan tarif pelayanan jasa di terminal untuk
kegiatan antar pulau dikenakan tarif jasa kepelabuhanan dalam mata uang
Rupiah (Rp).
4. Tarif pelayanan jasa barang dan tarif pelayanan jasa di terminal untuk
kegiatan eksport dan import tanpa melakukan transhipment (alih muat) di
pelabuhan dalam negeri, dikenakan tarif jasa kepelabuhanan dalam mata
uang Dollar Amerika Serikat (US $), dengan pembayaranya menggunakan
34
mata uang (Rp), kecuali ditentukan lain dengan peraturan perundang-
undangan.
5. Tarif pelayanan jasa penumpang dalam negeri dan luar negeri dikenakan
tarif jasa kepelabuhanan dalam mata uang Rupiah (Rp).
6. Tarip pelayanan jasa labuh pada kapal yang berlabuh pada kolam
pelabuhan yang dibangun dan atau dipelihara oleh BUP dilaksanakan oleh
BUP.
7. Tarip pelayanan jasa penggunaan alur Pelayaran, dikenakan oleh BUP
kepada kapal yang menggunakan alur - pelayaran yang dibangun dan/atau
dipelihara serta dioperasikan oleh BUP.
8. Tarip pelayanan jasa labuh dan penggunaan alur pelayaran, dituangkan
dalam perjanjian konsesi, kecuali pelaksanaan pemeliharaan kolam
Pelabuhan dan alur pelayaran yaitu penugasan dari penyelenggara
pelabuhan.
9. Kapal angkutan laut berbendera Indonesia yang melakukan kegiatan
angkutan laut dalam negeri yang mengangkutan barang ekspor/impor
dengan kegiatan transhipment (alih muat) di pelabuhan dalam negeri
dikenakan tarif pelayanan jasa kapal dalam negeri.
a. Kapal Angkutan Laut berbendera Indonesia.
1) Barang ekspor/impor yang diangkut oleh kapal berbendera
Indonesia dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya di dalam negeri
dengan kegiatan transhipment (alih muat) dipelabuhan dalam negeri
dikenakan tarif pelayanan jasa barang dalam negeri.
2) Yang melakukan kegiatan angkutan laut dalam negeri yang
mengangkut barang muatan exspor impor atau muatan barang dari
luar negeri atau sebaliknya, terhadap pelayanan di Pelabuhan dalam
negeri dikenakan tarip jasa Kapal Angkutan Laut Luar Negeri.
3) Kapal yang melakukan kegiatan angkutan laut dari Pelabuhan dalam
Negeri ke Pelabuhan dalam Negeri lainnya yang tidak mengangkut
barang muatan exspor impor atau sebaliknya, terhadap pelayanan di
Pelabuhan dalam Negeri lainnya dikenakan tarip jasa kapal angkutan
laut dalam negeri; dan
4) Yang mengangkut barang exspor/impor dengan kegiatan alih muat
(transhipment) di Pelabuhan dalam Negeri dikenakan tarip
pelayanan kapal dalam Negeri.
5) Barang exspor/impor yang diangkut oleh kapal berbedera Indonesia
dari satu pelabuhan ke Pelabuhan Lainnya di dalam Negeri dengan
alih muat (transhipment) di Pelabuhan dalam Negeri dikenakan tarip
pelayanan jasa Barang dalam Negeri.
6) Kapal asing yang melakukan kegiatan angkutan luar Negeri
ditetapkan tarif pelayanan Jasa Kepelabuhanan dalam tarif jasa kapal
angkutan Luar negeri.
7) Kapal asing yang melakukan kegiatan lain yang tidak termasuk
kegiatan mengangkut penumpang dan/atau Barang dalam kegiatan
angkutan Laut dalam Negeri dikenakan tarif jasa kapal angkutan laut
Luar Negeri.
35
BAB IV
MEKANISME PENETAPAN TARIP DAN HAL-HAL LAIN YANG
PERLU DI PEDOMANI
A. PENETAPAN TARIP.
1. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada terminal yang pelayanan
jasanya diberikan oleh Otoritas Pelabuhan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah dengan tetap berpedoman pada berdasarkan jenis, struktur,
dan golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan
2. .Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang
diselenggarakan pelabuhan yang dibentuk oleh unit penyelenggara
pelabuhan yang dibentuk oleh pemerintah ditetapkan dengan peraturan
pemerintah dengan tetap berpedoman pada berdasarkan jenis, struktur, dan
golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan.
3. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang
diselenggarakan pelabuhan yang dibentuk oleh pemerintah provinsi
ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi dengan tetap berpedoman
pada berdasarkan jenis, struktur, dan golongan tarif yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Perhubungan.
4. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang
diselenggarakan oleh unit penyelenggara pelabuhan yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota dengan tetap berpedoman pada berdasarkan jenis, struktur,
dan golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan
5. .Penetapan besaran tarif pelayanan jasa kepelabuhanan pada terminal yang
pelayanan jasanya diusahakan oleh BUP ditetapkan oleh BUP berdasarkan
jenis, struktur, dan golongan tarif yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Perhubungan .
6. Penetapan besaran tarif jasa kepelabuhanan oleh BUP bagi terminal
sejenis yang pengusahaan jasa kepelabuhanannya dilakukan oleh 1 (satu)
BUP dalam 1 (satu) pelabuhan, sebelum ditetapkan oleh BUP harus
dikonsultasikan kepada Menteri.
1. Penetapan besaran tarip jasa Kepelabuhanan oleh BUP bagi Terminal
Sejenis yang pengusahaan jasanya kepelabuhanannya di lakukan oleh
lebih dari 1 (satu) pelabuhan, ditetapkan oleh BUP tanpa harus
dikonsultasikan kepada Menteri.
2. Besaran tarif Jasa Kepelabuhanan di laporkan kepada Menteri dengan
melampirkan :
a. Hasil perhitungan biaya pokok, perbandingan tarip yang berlaku
dengan biaya pokok, kualitas pelayanan yang diberikan dan di
lengkapi dengan data tarip yang berlaku di Pelabuhan Laut baik itu
di dalam Negeri maupun di luar Negeri yang mempunyai jenis dan
tingkat pelayanan yang realitif sama :
b. Telaahan dan justifikasi usulan kenaikan tarip terhadap beban
pengguna jasa; dan

36
c. Penerapan Service Level Agrement (SLA), service Level
Guarantine (SLG), dan standar Kinerja Pelayanan Operasional
Pelabuhan.
3. Dalam Kondisi tertentu , besaran tarip pelayanan pemanduan dan
penundaan luar batas perairan wajib pandu dan perairan Pandu Luar
biasa di tetapkan oleh BUP berdasar kesepakatan dengan pengguna
jasa dengan jangka waktu yang terbatas.
4. Besaran tarip pelayanan jasa pemanduan dan penundaan di luar
pelayaran Normal untuk kapal dalam kondisi khusus antara lain kapal
mati mesin (blackout) atau rusak dan kapal kandas di tetapkan oleh
BUP berdasar kesepakatan dengan pengguna jasa.
5. Besaran tarip jasa kepelabuhanan yang ditetapkan oleh BUP berlaku
untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) Tahun.
6. Besaran tarip untuk pelayanan kapal Luar Negeri dan pelayanan jasa
Barang ekspor / impor yang akan diteapkan oleh BUP dengan
mempertimbangkan tarip pelayanan jasa sejenis yang berlaku di
Neagar Asean dan Pelabuhan Negara Lainnya.

B. KONSULTASI PENETAPAN TARIP


1. Badan Usaha Pelabuhan menyusun konsep usulan tarip dengan
memperhatikan kepentingan pelayanan umum, peningkatan mutu
pelayanan, kepentingan pemakai jasa, peningkatan kelancaran
pelayanan jasa, pengembalian biaya dan pengembangan
usaha,dilengkapi dengan data dukung sebagai berikut :
a. Hasil perhitungan biaya pokok, perbandingan tarip yang berlaku
dengan biaya pokok, kualitas pelayanan yang diberikan dan
dilengkapi data tarip yang berlaku di Pelabuhan Laut baik di dalam
Negeri maupun Luar Negeri yang mempunyai jenis dan tingkat
pelayanan yang relatif sama.
b. Telaahaan dan justifikasi usulan kenaikan tarip terhadap beban
pengguna jasa .
c. Penerapan Service Level Agrement {SLA}, Service Level
Guarantee (SLG), dan standar Kinerja Pelayanan Operasional
Pelabuhan; dan
d. Berita acara kesepakatan dengan Asosiasi pengguna jasa.
2. Konsep usulan besaran tarip pelayanan jasa kapal, tarif pelayanan jasa
barang di susun oleh Badan Usaha Pelabuhan sebelum dikonsultasikan
kepada Menteri terlebih dahulu disosialisasikan dan disepakati antara
Badan Usaha Pelabuhan dan Asosiasi penyedia jasa yang terkait
langsung dengan jenis pelayanan yang tarifnya diusulkan serta
pengguna jasa kepelabuhanan setempat. Yaitu : a.
a. Untuk tarip pelayanan jasa kapal kepada Indonesia National Ship
Owner Assosiation ( INSA) dan Pelayaran Rakyat (PERLA); dan
b. Untuk tarip pelayanan Jasa Barang kepada Asosiasi Perusahaan
Bongkar Muat Indonesia ( APBMI), Asosiasi Logistik dan
37
Forwarder Indonesia (ALFI/ILFA), Gabungan Perusahaan Ekspor
Indonesia (GPEI), dan Gabungan Importir Nasional Seluruh
Indonesia ( GINSI).
3. Kesepakatan dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani dan
diketahui oleh Penyelenggara Pelabuhan.
4. Badan Usaha Pelabuhan menyampaikan usulan kepada Menteri
Perhubungan dengan tembusan Penyelenggara Pelabuhan.
5. Usulan dibahas dengan yang terkait di lingkungkungan kementrian
perhubungan dan Badan Usaha Pelabuhan.
6. Menteri memberi arahan dan pertimbangan secara tertulis kapada
Badan Usaha Pelabuhan dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari sejak
diterima usulan lengkap dari Badan Usaha Pelabuhan.
7. Badan Usaha Pelabuhan dalam menetapkan besaran tarip pelayanan
masing-masing jenis jasa wajib mempertimbangkan arahan Menteri.
8. Apabila dalam jangka waktu , ditetapkan belum ada pertimbangan
tertulis dari Menteri, Badan Usaha Pelabuhan dapat menetapkan
besaran tarip sesuai kesepakatan dengan pengguna Jasa.
9. Badan Usaha Pelabuhan wajib mengumumkan dan mensosialisasikan
besaran tarip kepada seluruh pengguna jasa atas penetapan tarip
tersebut, dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sebelum tarip
diberlakukan.
10. Besaran tarip pelayanan jasa Kapal dan Pelayanan Jasa Barang di
terminal yang telah ditetapkan oleh Badan Usaha Pelabuhan di
laporkan kepada Menteri.
C. HAL – HAL LAIN YANG PERLU DIPEDOMANI
1. Terhadap perusahaan angkutan laut nasional yang mengoperasikan
kepalanya pada trayek tetap dan teratur diberikan insentif antara lain
berupa pemberian prioritas sandar, penyediaan bunker sesuai dengan
trayek dan jumlah hari layar, dan keringanan tarif jasa kepelabuhanan.
2. Keringanan tarif jasa kepelabuhanan sebagaimana dimaksud meliputi
tarif jasa labuh, tarif jasa tambat, dan tarif jasa pemanduan yang
besarannya akan ditentukan oleh Badan Usaha Pelabuhan atau
Penyelenggara Pelabuhan.
3. Terhadap barang berbahaya atau barang mengganggu sesuai dengan
klasifikasi tingkat bahaya dari barang yang bersangkutan menurut
International Maritime Organization (IMO) yang memerlukan
penanganan khusus dikenakan tambahan tarif.
4. Terhadap petikemas yang memerlukan penanganan khusus seperti flat
track, opentop, openside, petikemas rusak dan lain-lain yang
38
memerlukan penanganan khusus dikenakan tambahan tarif sesuai
dengan tingkat kesulitan pelayanan yang diberikan.
5. Dalam hal BUP melakukan pelayanan jasa yang belum diatur dalam
Peraturan Menteri maka tarip pelayanan dapat ditetapkan sesuai
dengan kesepakatan dengan pengguna Jasa.
6. Tarip pelayanan jasa Barang umum di Terminal serbaguna
( multipurpose) untuk kegiatan stevedoring, dan Receiving/delivery
ditetapkan oleh BUP tanpa harus dikonsultasikan dengan Menteri.
a. BUP wajib memenui standar kinerja opersaional ( Level of
Service/LS), yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
b. Pengawasan penerapan besaran tarip jasa Kepelabuhanan ,
pemenuhan standar kinerja Operasional ( Level Of Service/LS),
dan persaingan usaha dilakukan oleh Penyelenggara Pelabuhan.
c. Penyelenggar Pelabuhan dan BUP dilarang memungut tarip jasa
kepelabuhanan yang tidak ada pelayananya.
7. Dalam hal kondisi tertentu yang mengakibatkan diperlukanya
tambahan tarip pelayanan jasa petikemas yang bukan merupakan jasa
kepelabuhanan dan bukan pendapatan dari BUP, tambahan tarip
dimaksud harus terlebih dahulu di konsultasikan kepada Menteri.

8. Tambahan tarif pelayanan petikemas diajukan secara tertulis oleh


perwakilan perusahaan angkutan laut asing (owners representative)
atau DPP INSA kepada Menteri, setelah usulan tambahan tarif
dimaksud diaudit oleh Penyelenggara Pelabuhan dan dilakukan
kesepakatan antara perwakilan perusahaan angkkutan laut asing
(owners representative) atau DPP INSA dengan pengguna jasa
angkutan lauat (ALFI/ILFA,GINSI, dan GPEI) dan Gabungan
Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) yang dituangkan dalam
suatu berita acara.
9. Setelah dilakukan evaluasi terhadap pengajuan tambahan tarif
pelayanan petikemas, Menteri memberikan arahan dan pertimbangan
secara tertulis kepada perwakilan perusahaan angkutan laut asing
(owners representative) atau DPP INSA.
10. Tarif yang dipungut oleh perwakilan perusahaan angkkutan laut asing
(owners representative) atau DPP INSA dilaporkan kepada Menteri.

A. PELAYANAN JASA KAPAL.


1. JASA LABUH
a. Tarif pelayanan jasa labuh dikenakan terhadap setiap kapal yang
berkunjung dan menggunakan perairan pelabuhan di dalam daerah
lingkungan kerja dan atau daerah lingkungan kepentingan pelabuhan;

39
b. Setiap kapal yang berkunjung ke pelabuhan dikenakan tarif pelayanan jasa
labuh per kunjungan yang didasarkan pada GT kapal berpedoman pada
surat ukur kapal;
c. Kapal yang menunggu naik dok atau dalam perbaikan (floating repair) di
perairan pelabuhan dikenakan tarif pelayanan jasa labuh sebesar 25 %
(dua puluh llima prosen) dari tarif dasar surat keterangan dari Syahbandar
setempat, kecuali kapal tersebut berlabuh dalam daerah lingkungan kerja
perairan pelabuhan yang telah disewa sesuai dengan kontrak antara
pemilik dok yang bersangkutan dengan perusahaan dibebaskan dari tarif
pelayanan jasa labuh;
d. Kapal pelayaran rakyat yang berkunjung ke pelabuhan dikenakan tarif
pelayanan jasa labuh sebesar 75 % (tujuh puluh lima prosen) dari tarif
pelayanan jasa labuh kapal niaga angkutan laut dalam negeri;
e. Kapal pelayaran rakyat dengan ukuran diluar ketentuan dikenakan tarif
pelayanan jasa labuh kapal niaga angkutan laut dalam negeri;

2. JASA PEMANDUAN DAN PENUNDAAN.

a. Kapal berukuran 500 GT atau lebih, wajib menggunakan jasa pemanduan


pada waktu berlayar di perairan wajib pandu;
b. Kapal dengan panjang 70 meter atau lebih yang berolah gerak diperairan
wajib pandu, dalam menggunakan jasa penundaan berpedoman pada
ketentuan keselamatan pelayaran, sebagai berikut :
1) Panjang 70 meter sampai dengan 150 meter dapat ditunda dengan
2 (dua) kapal tunda yang mempunyai daya minimal 800 PK;
2) Panjang lebih dari 150 meter dapat ditunda 2 (dua) kapal tunda
dengan jumlah daya 2.60 DK;
3) Panjang lebih dari 150 meter sampai dengan 200 meter, dapat
ditunda 2 (dua) kapal tunda dengan jumlah daya 3.400 DK sampai
dengan 5.000 DK;
4) Panjang lebih dari 200 meter sampai dengan 300 meter dapat
ditunda 3 (tiga) kapal tunda dengan jumlah daya 5.000 DK;
5) Panjang lebih dari 300 meter keatas dapat ditunda 3 (tiga) kapal
tunda dengan jumlah daya 10.000 DK.
c. Pengenaan tarif pelayanan jasa penundaan kapal diperairan wajib pandu
ditetapkan sebagai berikut :
1) Untuk pemakaian kapal tunda dikenakan tarif pelayanan jasa
penundaan sebesar tarif dasar;
2) Pembatalan permintaan kapal tunda yang telah dikirim ke lokasi
kapal yang ditunda, dikenakan tarif pelayanan jasa penundaan
sesuai tarif dasar minimal untuk pemakaian 1 (satu) jam.
a. Jasa pemakaian kapal tunda sebagaimana dihitung sejak kapal
tunda tiba di lokasi kapal yang ditunda sampai dengan selesai
menunda ditambah jumlah jam keberangkatan dari dan kembali ke
pangkalan;
40
b. Kapal tunda bukan milik Perusahaan dapat menunda kapal sebagai
sarana bantu pemanduan, dengan ketentuan dilakukan bagi hasil
dengan Perusahaan yang besarannya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan dengan pemilik/operator kapal tunda bukan milik
perusahaan dimaksud;
c. Penundaan kapal yang dilayani secara bersama-sama oleh kapal tunda
milik Perusahaan dan kapal tunda bukan milik Perusahaan, maka
pendapatan jasa penundaannya ditetapkan sebagai berikkut :
1). Dibagi berdasarkan perbandingan jumlah daya kuda(DK) dari
masing-masing kapal tunda yang telah digunakan;
2). Operator kapal tunda bukan milik Perusahaan wajib membayar
pada Perusahaan yang besarannya sesuai dengan bagi hasil sesuai
kesepakatan.
d. Pembulatan jam pemakaian kapal tunda sebagaimana ditetapkan
sebagai berikut :
1). Penggunaan kapal tunda kurang dari 1 (satu) jam dihitung menjadi
1 (satu) jam;
2). Untuk selebihnya :
- Kurang dari ½ jam dihitung menjadi ½jam;
- Lebih dari ½ jam dihitung menjadi 1 jam.
e. Tarif dasar pelayanan jasa penundaan adalah penjumlahan tarif tetap
per kapal yang ditunda per jam dengan tarif variabel per GT per kapal
yang ditunda per jam

3. JASA TAMBAT

a. Tarif pelayanan jasa tambat dikenakan terhadap kapal yang bertambat


pada tambatan dermaga (beton, besi, dan kayu), breasting
dolphin/pelampung, dan pingiran serta kapal yang merapat pada kapal
lain yang sedang sandar/tambat.
b. Pengenaan tarif pelayanan jasa tambat didasarkan pada Gross Tonage
(GT) kapal yang berpedoman pada surat ukur kapal dengan masa
tambat menggunkan satuan etmal;
c. Kapal yang bertambat ditambatkan dermaga (beton, besi, dan kayu),
diberi batas waktu dengan berpedoman pada pola perhitungan
berdasarkan rata-rata kapasitas angkut/muatan kapal untuk tiap
kelompok ukuran kapal yang dibagi dengan loading/discharging rate
tiap jenis kemasan barang.
d. Jenis kemasan barang yang digunakan dalam menetapkan
loading/discharging rate terdiri dari :
1). Break Bulk
2). Bag Cargo
3). Unitized Cargo
41
4). Curah Kering
5). Curah Cair
6). Peti Kemas
e. Perhitungan batas waktu tambat khusus untuk kapal penumpang atau
cruise dikategorikan sama dengan kapal yang mengangkut jenis
muatan unitized cargo;
f. Untuk kapal yang mengangkut lebih dari satu jenis kemasan barang,
maka dalam menetapkan batas waktu tambat berdasarkan pada jenis
kemasan barang yang dominan.
g. Loading/discharging rate yang digunakan untuk perhitungan
penetapan batas waktu tambat adalah rata-rata ship output per hari
per kelompok ukuran kapal/tiap jenis kemasan barang dengan
menggunakan rumus/formula sebagai berikut :
1) (rata-rata ton/gang/jam) x (rata-rata jumlah gang tiap kelompok
ukuran kapal) x (rata-rata jumlah jam kerja efektif/hari) atau
2) (rata-rata ton/kapal/jam) x (rata-rata jumlah jam kerja
efektif/hari) untuk tiap kelompok ukuran kapal
h. Satuan waktu penetapan batas waktu tambat dari hasil perhitungan
rumusan/formula adalah per hari, dengan pembulatan kurang dari 1
(satu) hari menjadi 1 (satu) hari dan selanjutnya dikonversi langsung
menjadi per etmal;
i. Kapal pelayaran rakyat yang bertambat secara susun sirih di tambatan
dermaga dikenakan tarif pelayanan jasa tambat sebesar 75% (tujh
puluh lima prosen) dari tarif dasar;
j. Tarif pelayanan jasa tambat dihitung sekurang-kurangnya untuk ¼
etmal (6 jam) dengan pembulatan sebagai berikut :
1) Pemakaian tambatan sampai denga 6 jam dihitung ¼ etmal;
2) Pemakaian tambatan lebih dari 6 jam sampai dengan 12 jam
dihitung ½ etmal;
3) Pemakaian tambatan lebih dari 12 jam sampai dengan 18 jam
dihitung ¾ etmal;
4) Pemakaian tambatan lebih dari 18 jam sampai dengan 24 jam
dihitung 1 etmal;

4. JASA KAPAL ANGKUTAN LAUT PERINTIS


a. Untuk pelayanan jasa kapal angkutan lalu perintis dikenakan tarif
pelayanan jasa kepelabuhanan yang berlaku untuk kapal pelayaran
rakyat.
b. Kapal angkutan laut perintis yang beroperasi tidak sesuai denga trayek
yang ditetapkan, dikenakan tarif pelayanan jasa kapal niaga angkutan
laut dalam negeri.
42
B. PELAYANAN JASA BARANG
1. JASA DERMAGA
a. Jasa dermaga dikenakan terhadap setiap barang yang
dibongkar/dimuat dari atau kapal/tongkang yang bertambat maupun
yang tidak bertambat di tambatan yang lokasi kegiatannya berada di
dalam daerah lingkungan kerja da atau daerah lingkungan kepentingan
pelabuhan;
b. Tarif pelayanan jasa dermaga dikenakan terhadap :
1) Barang yang dimuat/dibongkar melalui dermaga ke/dari
kapal/tongkang dikenakan tarif pelayanan jasa dermaga sebesar
tarif dasar;
2) Barang yang dimuat melalui dermaga ke tongkang/kapal dan
selanjutnya langsung ke tongkang/kapal lain atau sebaliknya
(Rede Transport), dikenakan satu kali tarif pelayanan jasa
dermaga sebesar tarif dasar;
3) Barang yang dimuat melalui dermaga ke kapal/tongkang yang
tender pada kapal/tongkang lain yang sedang bertambat pada
tambatan atau sebaliknya, dikenakan tarif pelayanan jasa
dermaga sebesar tarif dasar;
4) Barang dari tongkang yang dimuat ke kapal yang sedang
bertambat pada tambatan tanpa melalui dermaga atau
sebaliknya, dikenakan tarif pelayanan jasa dermaga atau
sebaliknya, dikenakan tarif pelayanan jasa dermaga sebesar
50% (lima puluh prosen) dari tarif dasar.
c. Tarif pelayanan jasa dermaga untuk barang dalam petikemas yang
terdiri lebih dari 1 (satu) pemilik, dibebankan kepada yang mewakili
pengirim/penerima/pemilik barang sesuai dengan ukuran dan jenis
barangnya;
d. Tarif pelayana jasa dermaga untuk petikemas
overheight/overwidth/overlength, dikenakan tambahan sebesar 25%
(dua puluh lima prosen) dari tarif dasar;
e. Tarif pelayanan jasa dermaga untuk barang yang sifatnya mengganggu
fasilitas dermaga atau fasiiltas lainnya serta mengganggu kesehatan
manusia dikenakan tambahan sebesar 50% (lima puluh prosen) dari
tarif dasar;
f. Tarif pelayanan jasa dermaga untuk barang yang sifatnay merusak
fasilitas dermaga atau fasilitas lainnya dikenakan tambahan sebesar
100% (seratus prosen)dari tarif dasar;
g. Tarif pelayanan jasa dermaga untuk barang berbahaya sebagaimana
diatur dalam Internation Maritime Dangerous Goods Code (IMDG
Code) dikenakan denga ketentuan sebagai berikut :
1). Terhadap barang berbahaya dikenakan tambahan sebesar 100%
(seratus prosen) dari tarif dasar;

43
2). Barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus (label)
sebagaimana ketentuan IMDG Code, dikenakan tambahan sebesar
200% (dua rtus prosen) dari tarif dasar.
h. Tarif dasar pelayanan jasa dermaga sesuai Keputusan Direksi.

2. JASA PENUMPUKAN

a. Tarif pelayanan jasa penumpukan di gudang/lapangan penumpukan,


dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Untuk barang yang dibongkar dari kapal, hari penumpukan
dihitung mulai hari pembongkaran pertama dari party barang
yang bersangkutan sampai dengan barang dikeluarkan dari
tempat penumpukan;
2) Untuk barang yang dimuat ke kapal, hari penumpukan dihitung
mulai hari penumpukan pertama dari party barang yang
bersangkutan di tempat penumpukan sampai dengan hari
selesai pemuatan keseluruhan muatan kapal yang
bersangkutan.
b. Tarif pelayanan jasa penumpukan di container freight station (CFS),
dihitung sejak dilakukan stripping sampai dengan barang dikeluarkan
dari CFS.
c. Tarif pelayanan jasa penumpukan untuk barang yang sifatnya
mengganggu fasilitas penumpukan atau fasilitas lainnya serta
mengganggu kesehatan manusia dikenakan tambahan sebesar 50%
(lima puluh prosen) dari tarif dasar;
d. Tarif pelayanan jasa peumpukan untuk barang yang sifatnya merusak
fasilitas penumpukan atau fasilitas lainnya dikenakan tambahan
sebesar 100% (seratus prosen) dari tarif dasar;
e. Tarif pelayanan jasa penumpukan untuk barang berbahaya
sebagaimana diatur dalam International Maritime Dangerous Goods
Code (IMDG Code), dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Terhadap barang berbahaya yang disimpan dalam
gudang/lapangan penumpukan atau temapt lain serta barang
berbahaya dalam petikemas dikenakan tambahan sebesar 100%
(seratus prosen) dari tarif dasar;
2) Terhadap barang berbahaya yang tidak diberi tanda khusus
(label) sebagaimana jetentuan IMDG Code, dikenakan
tambahan sebesar 200% (dua ratus prosen) dari tarif dasar;
3) Barang berbahaya sesuai ketentuan IMDG Code untuk kelas 1
dan 7 tidak diperbolehkan ditumpuk di gudang/ lapangan
penumpukan.

44
D. TARIF JASA PENUMPANG
7. Besaran tarif pelayanan jasa penumpang pada pelabuhan yang
pengusahaan jasa kepelabuhanannya dilakukan oleh 1 (satu) BUP,
ditetapkan oleh BUP tanpa harus dikonsultasikan kepaada Menteri.
8. Besaran tarif pelayanan jasa penumpang dilaporkan kepada Menteri
dengan melampirkan :
a. Hasil perhitungan biaya pokok, perbandingan tarif yang berlaku
dengan biaya pokok, kualitas pelayanan yang dibrikan dan dapat
dilengkapi dengan data tarif yang berlaku di pelabuhan laut baik
itu di dalam negeri maupun di luar negeri yang mempunyai jenis
dan tingkat pelayanan yang relatif sama; dan
b. Telaahan dan justifikasi usulan kenaikan tarip terhadap beban
pengguna jasa.
TARIF DASAR PELAYANAN JASA LABUH DAN TAMBAT UNTUK
KAPAL ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI

KAPAL KAPAL NON


NIAGA NIAGA
N JENIS JASA KETERANG
O (Rupiah) (Rupiah) AN

I JASA LABUH 110 100 Per GT/


Kunjungan

II JASA TAMBAT
- DERMAGA 120 160 Per GT/Etmal
(Beton, Besi, dan
Kayu)
- Breasting Dolphin 51 - Per GT/Etmal
dan pelambpung
- pinggiran 55 - Per GT/Etmal

45
TARIF DASAR PELAYANAN JASA PEMANDUAN UNTUK KAPAL
ANGKUTAN LAUT LUAR NEGERI
PADA PELABUHAN UTAMA

NO. URAIAN TARIF(US $) KETERANGAN

1. KAPAL LUAR NEGERI


- Tarif Tetap 125,24 Per kapal per gerakan
- Tarif Variabel 0,150 Per GT Per kapal per
gerakan

2. KAPAL DALAM NEGERI

- Tarif Tetap
- Tarif Variabel 135.000 Per kapal per gerak
25 Per GT per kapal per gerak

46
NO. URAIAN TARIF KETERANGAN
(US $)
1. Kapal s.d 3.500 GT
- Tarif Tetap 370 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 0,023 Per GT/kapal yang
ditunda/jam
2. Kapal 3.501 s.d 8.000 GT
- Tarif Tetap 934
- Tarif Variabel 0,023 Per kapal yang ditunda/jam
Per GT/kapal yang
3. Kapal 8.001 s.d 14.000 GT ditunda/jam
- Tarif Tetap 1.403
- Tarif Variabel 0,023
Per kapal yang ditunda/jam
4. Kapal 14.000 s.d 18.000 Per GT/kapal yang
GT 1.900 ditunda/jam
- Tarif Tetap 0,023
- Tarif Variabel
5. Per kapal yang ditunda/jam
Kapal 18.001 s.d 26.000 2.688 Per GT/kapal yang
GT 0,023 ditunda/jam
- Tarif Tetap
6. - Tarif Variabel
3.450 Per kapal yang ditunda/jam
Kapal 26.001 s.d 40.000 0,023 Per GT/kapal yang
GT ditunda/jam
7. - Tarif Tetap
- Tarif Variabel 3.700
0,023 Per kapal yang ditunda/jam
Kapal 40.001 s.d 75.000 Per GT/kapal yang
8. GT ditunda/jam
- Tarif Tetap 5.655
- Tarif Variabel 0,023
Per kapal yang ditunda/jam
Kapal diatas 75.001 GT Per GT/kapal yang
- Tarif Tetap ditunda/jam
- Tarif Variabel

Per kapal yang ditunda/jam


Per GT/kapal yang
ditunda/jam

47
TARIF DASAR PELAYANAN JASA DERMAGA
DI PELABUHAN MAKASAR

NO URAIAN PELABUHAN KETERANGAN


UTAMA
(Rp,-)
1. Barang Dalam Kemasan
a. Petikemas
1. Ukuran 20’
- Kosong 41.600 Per Box
- Isi 18.200 Per Box
2. Ukuran 40’
- Kosong 62.400 Per Box
- Isi 27.000 Per Box
b. Pallet dan Unitisasi 1.100 Per Ton/M3
2.
Barang Tidak Dalam
Kemasan
a. Tidak menggunakan alat 1.500 Per Ton/M3
khusus/mekanis(conveyor /
pipa/ pompa /wheel loader
dan sejenisnya)

b. Menggunakan alat 1.370 Per Ton/M3


khusus/mekanis(conveyor,
pipa, pompa, wheel loader
dan sejenisnya)

c. Hewan (sapi, kerbau, babi,


1.900 Per Ekor
dan sejenisnya)

48
TARIF PELAYANAN JASA PENUMPUKAN
DI PELABUHAN MAKASAR
PELABUHAN
NO URAIAN UTAMA KETERANGAN
(Rp,-)
1. Gudang 625 Ton/M3/hari

2. Lapangan
a. BarangUmum/Curah/Pallet/Unitisasi 350 Ton/M3/hari
b. Hewan (sapi, kerbau, kambing, babi, 975 Ekor/hari
dan sejenisnya)
c. Petikemas
1) Ukuran 20’
a. Isi 15.000 Per Box/hari
b. Kosong 75.000 Per Box/hari
c. Overheight/ 18.000 Per Box/hari
overienght/overwidth
d. Petikemas Reefer 18.000 Per Box/hari
e. Chassis 5.000 Per Unit/hari
f. Chassis bermuatan 5.000 Per Unit/hari
ditambah tarif
sesuai nomor
2.c.1) a),b),c) dan
d)

2) Ukuran 40’
a. Isi 30.000 Per Box/hari
b. Kosong 15.000 Per Box/hari
c. Overheight/ 35.000 Per Box/hari
overienght/overwidth
d. Petikemas Reefer 36.000 Per Box/hari
e. Chassis 10.000 Per Unit/hari
f. Chassis bermuatan 10.000 Per Unit/hari
ditambah tarif
sesuai nomor
2.c.2) a),b),c) dan
d)

TARIF DASAR PELAYANAN JASA PENUNDAAN


49
KAPAL ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI DI PERAIRAN
WAJIB PANDU

NO URAIAN TARIF KETERANGAN


(Rupiah)
1. Kapal s.d 3.500 GT
- Tarif Tetap 681.385 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam

2. Kapal 3.501 s.d 8.000 GT


- Tarif Tetap 895.559 Per kapal yang ditunda/jam
- Tairf Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam

3. Kapal 8.001 s.d 14.000 GT


- Tarif tetap 1.600.502 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam

4. Kapal 14.000 s.d 18.000 GT


- Tarif tetap 2.035.783 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam
5. Kapal 18.001 s.d 26.000 GT
- Tarif tetap 3.390.704 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam
6. Kapal 26.001 s.d 40.000 GT
- Tarif tetap 4.512.308 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam
7. Kapal 40.001 s.d 75..000 GT
- Tarif tetap 5.180.137 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam
8.
Kapal diatas 75.001 GT
- Tarif tetap 5.900.828 Per kapal yang ditunda/jam
- Tarif Variabel 17 Per GT/kapal yang ditunda/jam

Referensi tambahan sebagai pendukung tariff pelayanan petikemas di Jakarta


International Container Terminal adalah :
1. Pelayanan Bongkar Muat
a. Petikemas diatas 40’ dihitung 125 % dari tarif petikemas 40’
b. Petikemas kosong dihitung 90% dari tarif petikemas isi.

2. Pelayanan Penumpukan
50
a. Petikemas isi Import
b. Petikemas isi Eksport
c. Petikemas kosong import/eksport mengacu pada keputusan Direksi PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia II Nomor : HK. 56/3/4/PI.II-2000’
diberlakukan sejak tanggal 26 Oktober 2000 sampai dengan 30 April
2001.
d. Chasis bermuatan dikenakan tambahan biaya penumpukan Petikemas
isi/petikemas kosong/petikemas (OH/OW/OL)
TARIF
NO KETERANGAN
URAIAN 20’ 40’

1. Petikemas FCL (Termasuk Uang


Dermaga)

a. Menggunakan Crane Dermaga 81 121 Per Box


b. Menggunakan Crane Kapal 73 109 Per Box

2. Peti kemas LCL (Tidak Termasuk Uang


Dermaga)
a. Menggunakan Crane Dermaga 135 203 Per Box
b. Menggunakan Crane Kapal 127 191 Per Box

3. Petikemas Transhipment (Termasuk Uang


Dermaga)
a. Menggunakan Crane Dermaga 78 Per Box
52
b. Menggunakan Crane Kapal 66 Per Box
44
4. Shifting Petikemas
a. Menggunakan Crane Dermaga 45 Per Box
30 Per Box
1) Tanpa Landing dan Reshipping
Operation 76
2) Dengan Landing dan Reshipping 51
Operation Per Box
35
b. Menggunakan Crane Kapal 23 Per Box
1) Tanpa Landing dan Reshipping 64
Operation 43
2) Dengan Landing dan Reshipping
operation
II

TARIF
N URAIAN 51 KETERANGAN
1. Petikemas isi 71.500 107.250 Per Box
2. Peti kemas Kosong 35.750 53.950 Per Box
3. Petikemas masih diluar terminal 5.000 5.000 Per Box

TARIF PELAYANAN PETIKEMAS REFER

TARIF
NO URAIAN 20’ 40’ KETERANGAN

1. Reefer 70.000 105.000 Per Box /8 jam


2. Monitoring 21.000 31.500 Per Box /8 jam

JASA PENANGANAN PETIKEMAS BERISI BARANG BERBAHAYA

NO Keterangan
1. Petikemas yang berisi barang berbahaya sesuai International Maritime
Dangerous Good Code (IMDG Code) kelas 1 dan 7, dikenakan tambahan tarif
sebesar 100% dari tarif dasar pelayanan jasa bongkar muat petikemas.

2. Petikemas yang berisi barang berbahaya sesuai International Maritime


Dangerous Good Code (IMDG Code) selain kelas 1 dan 7, dikenakan tambahan
tarif sebesar 100% dari tarif dasar pelayanan jasa penumpukan petikemas.

3. Petikemas yang berisi barang berbahaya sesuai dengan International Maritime


Dangerous Good Code (IMDG Code) kelas 1 dan 7 tidak diperbolehkan untuk
ditumpuk di lapangan penumpukan petikemas.

4. Petikemas yang berisi barang berbahaya sesuai International Maritime


Dangerous Good Code (IMDG Code) yang tidak dipasang label, dikenakan
tambahan tarif pelayanan jasa bongkar muat dan tarif pelayanan jasa
penumpukan sebesar 200% dari tarif dasar.

TARIF PELAYANAN BONGKAR MUAT UNCONTAINERIZED CARGO


DAN PETIKEMAS OVERHEIGHT/OVERWIDTH/OVERLENGTH
52
(DALAM US DOLLARS)
TARIF KETERANGAN

NO URAIAN < 20 ton 20 > 35


ton

1. Uncontainerized Cargo
a. Uncontainerized Cargo (Tidak
Termasuk Uang Dermaga
1) Dibongkar ke atas 293 406 Per Unit
chasis/trailer pengguna jasa.
2) Shifting
a) Tanpa landing dan
293 406
Per Unit
reshipping operation.
b) Dengan landing dan 436 604 Per Unit
reshipping operation.
b. Transshipment (termasuk uang 176 244 Per Unit
dermaga)

Petikemas
2. Overheight/Overwidth/Overlength 267 400 Per Box
1. FCL (termasuk uang dermaga)
2. LCL (tidak termasuk uang Per Box
dermaga)
333 499
3. Transshipment (termasuk uang Per Box
dermaga) 135 203
4. Shifting petikemas
Overheight/Overwidth/Overlength 203
1) Tanpa landing dan reshipping 135 341 Per Box
operation
2) Dengan landing reshipping 228 Per Box
operation

3.
48

Membuka dan menutup Palka Per Palka

TARIF PELAYANAN PENUMPUKAN PETIKEMAS


(DALAM RUPIAH)

53
N URAIAN TARIF KETERANGAN
O 20’ 40’
1. Petikemas isi 6.500 13.000 Per Box/hari
2. Petikemas kosong 3.250 6.500 Per Box/hari
3. Petikemas 11.700 23.400 Per Box/hari
Overheight/Overwidth/Overlength
4. Petikemas Reefer 11.700 23.400 Per Box/hari
5. Chasis kosong 5.000 10.000 Per chasis/hari
6. Chasis bermuatan 5.000 10.000 Per chasis/hari
Unicontainerized Cargo
7. 11.700 23.400 Per Unit/hari
5.

TARIF PELAYANAN GERAKAN EXTRA DAN BEHANDLE


(DALAM RUPIAH)
N URAIAN TARIF KETERANGAN
O 20’ 40’
1 Yang dikerjakan dengan
Transtainer atau Top loader 48.750 72.000 Per Box
Tanpa alat khusus / sling

2 Yang dikerjakan dengan


transtainer atau Top loader 97.500 146.250 Per Box
ditambah alat khusus/sling

3 Alih kapal dari T-1 ke T-Koja 120.000 170.000 Per Box

4 Behandle *) 98.000 135.500 Per Box

TARIF PELAYANAN LIFT ON ATAU LIFT OFF


(DALAM RUPIAH)

NO URAIAN TARIF KETERANGAN


20’ 40’
1 Peti kemas isi 27.300 40.950 Per Box
2 Petikemas kosong 13.650 20.800 Per Box
3 Petikemas 91.000 136.500 Per Box
Overheight/Overwidth/Overlength 91.000 Per Unit
4 Uncontainerized Cargo
136.500

1. Sebuah kapal asing dengan ukuran 6.500 GT, panjang 106 meter, berlayar
dari Jepang ke pelabuhan Makasar, dengan muatan bahan industry 6.500 ton

54
dalam kemasan (unitize), kapal dating langsung sandar di dermaga beton
mulai tanggal 01 Maret 2000 jam 06.00 WIB s/d 10 Maret 2000 jam 06.00
WIB kapal menggunakan jasa pandu dan tunda selama 1 jam.
Ditanyakan :
- Jumlah tagihan jasa pelabuhan, labuh, tambat, jasa pandu dan tunda
- Berapa jasa tagihan untuk dermaga, jasa penumpukan, apabila barang di
tumpuk di dalam gudang selama 10 hari.
Jawab :
a. Jasa labuh = 1 hari x 6.500 GT x US $ 0,273
= US $ 1.774,5
b. Jasa tambat = GT x ETMAL x tarif dasar (waktu tambat diberi waktu 5
hari)
= 6.500 x 10 ETMAL x US $ 0,233
= US $ 15.145
c. Jasa pandu
- Tarif dasar untuk kelompok ukuran kapal 50 s/d 1.000 GT = US $
125,25
Tarif variabel per GT = US $ 0,150
US $ 125,25 + 6.500 GT x US $ 0,150 = US $ 1.100,5
Untuk 2 x gerakan = US $ 1.100,5 x 2 = US $ 12.201
d. Jasa tunda
US $ 934 + (6.500 x US $ 0,023) =
934 + 149,5 = 1.083,5

Jasa Pelayanan Barang


a. Tagihan jasa dermaga = ton x tarif dasar
= 6.500 ton x 1.500
= 9.750.000
b. Jasa penumpukan
1 – 3 hari = 1 hari x tarif dasar
4 – 10 hari = 900 % tarif dasar
1 – 5 hari = 1 hari x 6.500 ton x Rp. 350 = Rp. 2.275.000
Hari 6 – hari 10 = 5 hari x 6.500 ton x Rp.350 x (900%) = Rp.
102.375.000

55
1. Sebuah kapal pelayaran rakyat dengan ukuran 300 GT, panjang 65 M,
berlayar dari Ujung Pandang ke Sunda Kelapa dengan muatan antar pulau 250
ton kayu , kapal datang langsung sandar di dermaga beton dari tanggal 01
Februari 2000 jam 12.00 WIB s/d 10 Februari 2000 jam 06.00 WIB (tidak
menggunakan kapal tunda dan pandu karena tidak berlayar di perairan wajib
pandu).
Coba saudara hitung :
- Jumkah tagihan jasa pelabuhan, labuh, tambat (satu ETMAL = 24 jam)
- Berapa jasa tagihan untuk jasa dermaga dan jasa penumpukan, apabila
barang di tumpuk digudang : 15 har.
Jawab :
a. Jasa pelayanan kapal
1). Jasa labuh = GT x Tarif Dasar
= 300 GT x Rp. 48 = Rp. 14.400
2). Jasa tambat = GT x ETMAL x Tarif dasar
= Tgl.1/2/2000 jam 12.00 WIB s/d Tgl. 10/2/2000
jam
06.00 WIB
= 9,5 jam = 9 ½ ETMAL
= 300 x Rp. 39 x 3 ETMAL = Rp. 35.100
= 6 ½ ETMAL x 300 GT x Rp. 39 (200%) = 152.100
b. Jasa barang : ton x tarif dasar
1). Jasa dermaga = 250 M3 x Rp. 895
= Rp. 222.750
2). Jasa penumpukan : ton / M3 x Tarif dasar x hari
Hari 1 s/d hari ke-5 = 1 Hari
Hari 6 s/d hari ke-10 = 5 hari
Hari 11 s/d hari ke-15 = 5 hari
= 250 M3 x Rp. 100 x 1 hsri = Rp. 25.000
= 250 M3 x 5 hari x Rp. 100(200%) = Rp. 250.000
= 250 M3 x 5 hari x Rp. 100(300%) = Rp. 575.000
Biaya jasa pelabuhan
- Jas labuh : Rp. 14.400
- Jasa tambat : Rp. 35.100 + 152.100 = Rp. 187.200
- Jasa dermaga ; Rp. 223.750
- Jasa penumpukan : Rp. 650.000
: Rp.1.075.350

56

Anda mungkin juga menyukai