Kelompok 3
Definisi
Aset takberwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Berdasarkan
definisi tersebut terdapat beberapa karakteristik dari aset takberwujud, yaitu dapat diidentifikasi,
adanya pengendalian, dan tidak mempunyai wujud fisik.
Kriteria pengakuan aset takberwujud sama dengan kriteria pengakuan aset lainnya, yaitu
memenuhi definsi aset takberwujud dan memenuhi kriteria pengakuan, yaitu kemungkinan besar
entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut; dan biaya perolehan
aset tersebut dapat diukur secara andal.
Pengukuran awal biaya perolehan takberwujud sebesar biaya perolehan. Pengukuran biaya
perolehan aset takberwujud tergantung dari kondisi aset takberwujud tersebut diakuisisi. Terdapat
beberapa kemungkinan cara perolehan aset takberwujud, yaitu perolehan terpisah, akuisisi sebagai
bagian dari kombinasi bisnis, akuisisi dengan hibah pemerintah, pertukaran aset, aset takberwujud
yang dihasilkan secara internal (goodwill dan aset takberwujud lainnya).
Terdapat 6 (enam) kriteria pengakuan spesifik yang harus dipenuhi seluruhnya agar
Menjualnya.
Masa depan. Antara lain entitas harus mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran
Aset takberwujud atau pasar atas aset takberwujud itu sendiri, atau, jika aset takberwujud
Itu akan digunakan secara internal, entitas harus mampu menunjukkan kegunaan aset
Takberwujud tersebut.
5. Tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan
Pengembangan aset takberwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset tersebut.
6. Kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak
Setelah pengakuan awal, maka entitas harus menentukan masa manfaat aset takberwujud. Masa
manfaat aset takberwujud dibedakan menjadi masa manfaat terbatas dan tidak terbatas.
Dalam penentuan tersebut semua faktor yang relevan harus dipertimbangkan, di antaranya:
1. Harapan manfaat aset bagi entitas dan apakah aset dapat dikelola secara efisien oleh tim
manajemen lain;
2. Tipe siklus hidup produk bagi aset dan informasi umum mengenai estimasi masa manfaat
dari aset serupa yang digunakan untuk keperluan yang serupa;
3. Jenis teknis, teknologi, komersial atau jenis lain dari keusangan; 4. Stabilitas industri di mana
aset beroperasi dan perubahan permintaan pasar atas produk
6. Periode pengendalian aset dan hukum atau batasan serupa dalam pemanfaatan aset, seperti
masa berlaku sewa yang berhubungan; dan
7. Apakah masa manfaat aset tergantung dengan masa manfaat aset entitas lainnya.
Masa Manfaat Terbatas Aset takberwujud dengan masa manfaat terbatas harus diamortisasi.
Konsep amortisasi untuk aset takberwujud sama dengan konsep penyusutan yang berlaku untuk
aset tetap. Masa manfaat tersebut harus mencerminkan periode selama aset tersebut memberikan
manfaat ekonomis bagi entitas.
PENGHENTIAN PENGAKUAN
2. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan
atau pelepasannya.
Suatu entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelas aset takberwujud, dipisahkan
antara aset takberwujud yang dihasilkan secara internal dan aset takberwujud lainnya, antara lain:
1. Apakah masa manfaat tidak terbatas atau terbatas, jika masa manfaat terbatas diungkapkan
tingkat amortisasi yang digunakan atau masa manfaatnya;
2. Metode amortisasi yang digunakan untuk aset takberwujud dengan masa manfaat terbatas;
3. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (secara agregat dengan akumulasi kerugian
akibat penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
5. Pengakuan atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menunjukkan:
a. Penambahan, secara terpisah mengindikasikan aset takberwujud dari
pengembangan internal, yang diperoleh secara terpisah, dan yang diperoleh melalui
kombinasi bisnis;
b. Aset digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam
kelompok aset lepasan dan dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
dengan PSAK 58 (Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan;
c. peningkatan atau penurunan selama periode tersebut yang berasal dari revaluasi
sesuai dengan paragraf 75, 85, dan 86 dan dari pengakuan kerugian penurunan nilai atau
pembalikan dalam pendapatan komprehensif lainnya yang sesuai dengan PSAK 48
(Revisi 2009): Penurunan Nilai Aset (jika ada);
d. kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan rugi laba selama periode sesuai
dengan PSAK 48 (Revisi 2009): Penurunan Nilai Aset (jika ada):
e. kerugian penurunan nilai yang dibalik dalam laporan rugi laba selama periode sesuai
dengan PSAK 48 (Revisi 2009): Penurunan Nilai Aset (jika ada);
g. selisih kurs neto yang timbul dari nilai translasi laporan keuangan ke mata uang
penyajian, dan translasi operasi luar negeri dengan mata uang asing ke mata uang
penyajian yang digunakan entitas; dan