Anda di halaman 1dari 107

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasal 138 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menetapkan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi
lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap sehat
dan produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu pemerintah wajib
menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat hidup mandiri
dan produktif secara sosial dan ekonomis. Disamping hak atas
kesehatan lanjut usia juga mempunyai hak yang sama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya
peningkatan kesejahteraan Lanjut Usia diarahkan agar Lanjut Usia
tetap diberdayakan sehingga dapat berperan dalam kegiatan
pembangunan dengan memperhatikan fungsi, ketrampilan, usia dan
kondisi fisik dari lanjut usia tersebut. Salah satu dampak keberhasilan
pembangunan kesehatan adalah terjadinya penurunan angka
kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan
umur harapan hidup penduduk Indonesia.
Berdasarkan data Riskesdas 2007, Umur Harapan Hidup
(UHH) di Indonesia meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004
menjadi 70,6 tahun pada tahun 2010. Pada tahun 2014 meningkat
menjadi 72 tahun. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
peningkatkan jumlah penduduk Lanjut Usia. Menurut hasil Sensus
penduduk tahun 2010 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia adalah
18, 04 juta jiwa atau 7,6 % dari total jumlah penduduk. Pada tahun
2025 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan meningkat
menjadi 36 juta jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia juga
akan mempengaruhi angka beban ketergantungan. Rasio

1
ketergantungan penduduk tua (old dependency ratio) adalah angka
yang menunjukkan tingkat ketergantungan penduduk tua terhadap
penduduk usia produktif. Angka tersebut merupakan perbandingan
antara jumlah penduduk tua (60 tahun ke atas) dengan jumlah
penduduk produktif (15-59 tahun). Untuk mengurangi beban
ketergantungan ini upaya yang dilakukan agar penduduk lanjut usia
bisa hidup mandiri dan tetap produktif harus ditingkatkan.
Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan seseorang
mengalami perubahan fisik dan mental, spiritual, ekonomi dan sosial.
Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia
adalah masalah kesehatan sehingga diperlukan pembinaan
kesehatan pada kelompok pra lanjut usia dan lanjut usia, bahkan
sejak usia dini. Masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia
adalah munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan,
gangguan gizi (malnutrisi) penyakit infeksi serta masalah kesehatan
gigi dan mulut.
Puskesmas sebagai unit terdepan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat maupun perorangan telah tersedia di semua
kecamatan. Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas diharapkan
mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
tingkat dasar bagi Lanjut Usia Pelayanan kesehatan Lanjut Usia di
Puskesmas harus dilakukan secara profesional dan berkualitas,
paripurna, terpadu dan terintegrasi dengan memperhatikan aspek
geriatri pada Lanjut Usia.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Laporan aktualisasi ini disusun dengan tujuan sebagai
pedoman dalam mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS yaitu
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu
dan Anti Korupsi) serta memahami kedudukan dan peran PNS di unit
kerja penulis yaitu UPTD Puskesmas Pangkalbalam.

2
Tujuan khusus dari aktualisasi ini adalah tersedianya
kemudahan bagi pasien lansia saat berobat di Puskesmas
Pangkalbalam, sedangkan manfaat pembuatan laporan aktualisasi
nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
a. Saya telah memahami, menginternalisasi dan
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS yang meliputi
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen mutu dan
Anti Korupsi.
b. Sebagai dokter umum, saya telah mampu menjalankan fungsi
sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik, perekat, dan
pemersatu bangsa yang memiliki integritas dan professional di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pangkalbalam.
2. Bagi Instansi (UPTD Puskesmas Pangkalbalam)
Laporan aktualisasi meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan
inovasi serta mutu pelayanan di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pangkalbalam serta membantu terwujudnya visi dan misi UPTD
Puskesmas Pangkalbalam.
3. Bagi Stakeholder
Masyarakat khususnya para pegawai Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Mendapatkan pelayanan yang
berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan harapan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pangkalbalam.

1.3 Gambaran Umum Organisasi


Nama Puskesmas : UPTD Puskesmas Pangkalbalam
Status Kepemilikkan : Pemerintah Kota Pangkalpinang
Provinsi : Kepulauan Bangka Belitung
Bedasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan No. 75 tahun
2014, Puskesmas Pangkalbalam termasuk dalam kategori Puskesmas
Kawasan Perkotaan, dikarenakan wilayah kerjanya meliputi kawasan

3
yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan
perkotaan sebagai berikut:
a. Aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada
sektor non agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa;
b. Memiliki fasilitas perkotaan antara lain Sekolah radius 2,5 km,
Pasar radius 2 km, memiliki Rumah Sakit radius kurang dari 5 km,
bioskop, atau hotel;
c. Lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki
listrik; dan/atau
d. Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas
perkotaan sebagaimana yang dimaksud pada poin b.

1.3.1 Struktur Organisasi

Strukur organisasi UPTD. Puskesmas Pangkalbalam dibuat


dalam bentuk bagan struktur organisasi berdasarkan Peraturan
Kementerian Kesehatan No. 75 tahun 2014 dan Surat Keputusan
Walikota Pangkalpinang Nomor : 188.4//Dinkes/I/2015 Tentang
Struktur Organisasi Dan Jenis Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas
Lingkup Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang Tahun 2015 seperti
dalam halaman lampiran.
Pola struktur organisasi Puskesmas yang dapat dijadikan
acuan di Puskesmas kawasan perkotaan adalah sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
Kriteria Kepala Puskesmas yaitu tenaga kesehatan dengan
tingkat pendidikan paling rendah sarjana, memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat, masa kerja di Puskesmas
minimal 2 (dua) tahun, dan telah mengikuti pelatihan manajemen
Puskesmas.
b. Kasubag Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan
diantaranya Sistem Informasi Puskesmas, kepegawaian, rumah
tangga, dan keuangan.

4
c. Penanggung jawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan
masyarakat yang membawahi:
1) pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
2) pelayanan kesehatan lingkungan
3) pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
4) pelayanan gizi yang bersifat UKM
5) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
6) pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
d. Penanggung jawab UKM Pengembangan, yang membawahi
upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas, antara lain:
1) pelayanan kesehatan jiwa
2) pelayanan kesehatan gigi masyarakat
3) pelayanan kesehatan tradisional komplementer
4) pelayanan kesehatan olahraga
5) pelayanan kesehatan indera
6) pelayanan kesehatan lansia
7) pelayanan kesehatan kerja
8) pelayanan kesehatan lainnya
e. Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium,
membawahi beberapa kegiatan, yaitu:
1) pelayanan pemeriksaan umum
2) pelayanan kesehatan gigi dan mulut
3) pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP
4) pelayanan gawat darurat
5) pelayanan gizi yang bersifat UKP
6) pelayanan persalinan
7) pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang menyediakan
pelayanan rawat inap
8) pelayanan kefarmasian
9) pelayanan laboratorium

5
f. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan, yang membawahi:
1) Puskesmas Pembantu
2) Puskesmas Keliling
3) Bidan Desa
4) Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan

Puskesmas Pangkalbalam berdiri pada tanggal 1 bulan Mei


tahun 1975. Dasar hukum berdirinya UPT. Puskesmas
Pangkalbalam berdasarkan inpres No. 5 Tahun 1974. UPT.
Puskesmas Pangkalbalam merupakan salah satu bagian wilayah
dari Kecamatan Pangkalbalam. Batas-batas wilayah Kecamatan
Pangkalbalam sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan sungai rangkui atau
kecamatan Gerunggang dan Taman Sari
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai pandendang atau
kecamatan bukit intan
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kace atau Bangka
d. Sebelah Timur berbatasan dengan sungai pandendang atau
kecamatan bukit intan.
Luas Kecamatan Pangkalbalam yaitu: 4,679 km². Luas Tanah
dan Bangunan Puskesmas sebesar 4.761 m2. Wilayah Kecamatan
Pangkalbalam terdiri dari 5 kelurahan, yaitu:
a. Kelurahan Rejosari
b. Kelurahan Ampui
c. Kelurahan Ketapang
d. Kelurahan Lontong Pancur
e. Kelurahan Pasir Garam
Pada Peta Kota Pangkalpinang di bawah ini, Kecamatan
Pangkalbalam digambarkan dengan warna biru.

6
Gambar 1.1 Peta Kecamatan Pangkalbalam

Iklim di wilayah kerja Puskesmas Pangkalbalam termasuk tipe


iklim yang gampang berubah-rubah dengan kecenderungan
kelembaban udara minimal diatas 50% dengan suhu antara 25-33
derajat Celcius dan memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu
Musim Kemarau dan Musim Hujan.
Jumlah Penduduk di kecamatan Pangkalbalam tahun 2018
sebesar 22.947 Jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi di kelurahan
Lontong Pancur sebesar 6.347 Jiwa, sedangkan yang terendah di
Kelurahan Pasir Garam mencapai 2.869 Jiwa.
Jumlah semua penduduk laki–laki di kecamatan
Pangkalbalam 11.758 Jiwa dan penduduk perempuan mencapai
11.189 Jiwa.

1.4 VISI MISI DAN DAN TATA NILAI UNIT KERJA


1.4.1 Visi
Menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat dengan
meningkatkan mutu pelayanan guna mewujudkan masyarakat
mandiri untuk hidup sehat.

7
1.4.2 Misi
1. Membangun dan mengembangkan pelayanan kesehatan
berstandar nasional
2. Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan melalui
gerakan masyarakat dalam pencapaian target indikator keluarga
sehat
3. Membangun pelayanan kesehatan dalam tim yang profesional
dan terpercaya serta berfokus pada keselamatan pasien
4. Mengembangkan potensi, kompetensi, etos budaya kerja dan
sumber daya manusia agar selalu siap menghadapi perubahan
1.4.3 Tata Nilai
PRO SEHAT
Profesional dalam bekerja
Responsif dalam memberikan pertolongan
Orientasi pada kebutuhan dan harapan pelanggan
Senyum dalam memberikan pelayanan
Empati terhadap pasien
Hormat dan saling menghargai terhadap sesama
Aman (Memperhatikan keamanan/keselamatan pasien dan
petugas)
Tanggung jawab terhadap tugas yang diemban

8
BAB II
NILAI-NILAI DASAR ANEKA DAN KEDUDUKAN PERAN PNS DALAM
NKRI

2.1 Nilai – Nilai Dasar ANEKA


Sebagai ASN harus dapat menanamkan nilai-nilai dasar
ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi. Untuk itu perlu indikator-indikator dan nilai-
nilai dasar tersebut yaitu :
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain
adalah :
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan
kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens,
2007), yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis (peran
demokratis); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional ); dan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Akuntabilitas terdiri dari beberapa aspek. Menurut LAN RI
(2015:8), aspek-aspek tersebut terdiri dari:

9
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja

Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu:


akuntabilitas vertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang
lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal (pertanggungjawaban pada
masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor
publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum,
akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas
kebijakan. (LAN RI, 2015:7).
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus
memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya.
Bofens (dalam LAN RI, 2015:10) menyatakan bahwa akuntabilitas
publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:
a) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
b) Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional);
c) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki
tingkatan hierarkis. Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan
sebagai berikut:
a. Akuntabilitas personal
b. Akuntabilitas individu
c. Akuntabilitas kelompok
d. Akuntabilitas organisasi
e. Akuntabilitas stakeholder

10
Akuntabilitas memiliki empat dimensi agar memenuhi
terwujudnya sektor publik yang akuntabel, diantaranya sebagai
berikut:
1 Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and
legality);
2 Akuntabilitas proses (process accountability);
3 Akuntabilitas program (program accountability);
4 Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja
yang akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar
akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kepemimpinan: Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke
bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting
dalam menciptakan lingkungannya.
2. Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3. Integritas: adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan.
4. Tanggung Jawab: adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di
sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5. Keadilan: adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6. Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
7. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungankerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

11
8. Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
9. Konsistensi: adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi
kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan
dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi pada kepentingan
publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya (Widita, 2015).
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas
mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Keadaan seperti ini sering disebut chauvinisme. Sedangkan dalam
arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain (LAN RI, 2015:1). Secara politis
nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi
ASN adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik

12
diharapkan dapatdilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani
publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional.
ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala
peraturan perundang-undangan yang menjadilandasan kebijakan
publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Fungsi ASN
sebagai pelayan publik merupakan segala bentukpelayanan sektor
publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk aparat
yang bergerak di bidang perekonomian dalam bentuk barang dan
jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (LAN, 2015:120).
Sebagai pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi profesional
untuk menciptakan pelayanan yang prima.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus
memiliki integritas tinggi yang merupakan bagian dari kode etik dan
kode etik perilaku yang telah diatur dalam Undang-Undang ASN.
Etika-etika dalam kode etik tersebut harus diarahkan pada pilihan-
pilihan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat
luas.

3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut, Catalano, 1991 (dalam
Widita, 2015).
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk
orang lain di dalam institusi yang adil (LAN, 2015:8). Etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang

13
baik atau benar. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika
publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik (LAN, 2015:6). Integritas publik
menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara
penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan
kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko dalam LAN,
2015:7).
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis
(LAN, 2015:9). Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat
dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode
perilaku ASN yakni sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

14
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi
dan integritas ASN;
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan
publik yang bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang
berkualitas dan relevan, dimensi modalitas yang terdiri dari
akuntabilitas, transparansi, dan netralitas, serta dimensi tindakan
integritas publik (LAN, 2015:11). Ketiga dimensi tersebut dapat
menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik yang beretika.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak
hanya kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi
etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat
publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung
menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali diskriminatif,
terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan,
dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian
terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan diterapkannya kode
etik ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari penguasa

15
menjadi pelayan, dari wewenang menjadi peranan, dan menyadari
bahwa jabatan publik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia namun juga di
akhirat.
4. Komitmen Mutu
LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama
yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas
adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat
dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari
penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI
(2015:11) menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara
perlahan (bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat
(bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah satu kekuatan
organisasi untuk memenangkan persaingan.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu
yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai
dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat
ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut
jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak
hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya,
melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya
kebutuhan pelanggan.

16
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas
dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan
mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam
bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
4. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau
bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai
keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui
harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.Mutu menjadi salah
satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi
dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan
dalam mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman
dalam Zulian Zamit, 2010:11), yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana

17
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai
dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
e. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat
disimpulkan bahwa mutu mencerminkan nilai keunggulan
produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui harapannya.
Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi,
dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan
pelanggan. Bill Creech (dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima
pilar dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses,
organisasi, pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut
memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi, sehingga
target mutu dapat diwujudkan bahkan dapat terus ditingkatkan
secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen
mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima
layanan. Mutu kerja aparatur dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dewasa ini masih banyak yang tidak
mengindahkan peraturan perundang-undangan.

18
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering
dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang
luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas.Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktuyang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang (Widita, 2015).
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi
yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan
utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya
kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang
berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan
transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun
orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan
untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang
memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial
tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana
masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan
membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak
akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang
tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang
lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang

19
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.
Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai
keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi
diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan
dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip
kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam
bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap
nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang
mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.
Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran
seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik
yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan
kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya
dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu
tanpa mengeluarkan keringat.

20
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia
tidak tergoda untuk hidup dalamgelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu
pengetahuan.Ia sadar bahwa mengejarharta tidak akan pernah
ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu
memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki
keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak
kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan
berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani
berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan
teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi
dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak
kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa
apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan
menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah
upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi
kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan
kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran
bagi masyarakat dan bangsanya.

Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan


spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya
sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh

21
ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan
sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk antikorupsi.
Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat yang
baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik,
hingga selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau
usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik agar dapat
dipertanggungjawabkan secara publik

2.2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

2.2.1. Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memilikinilai
dasar, etika profesi, beba dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.
1. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem
birokrasi selama ini dianggapbelum sempurna untuk
menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut
beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN.
a. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan,

22
memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang
memnuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai
dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
b. Pegawai ASN berkedudukan sebagai apartur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai
ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik. Selain itu untuk menjauhkan birokrasi dari
pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN,
serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan
tenaga pada tugasyang dibebankan kepadanya. Oleh
karena itu dalam pembinaan karir pegawai ASN,
khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang
yaitu pejabat karir tertinggi.
2. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka
pegawai ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina
kepegawaian sesuai dengan ketentuanperaturan
perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik

23
b. Pelayan publik
Rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara
dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.
c. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN
senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UUD 1945, negara danpemerintah. ASN senantiasa
menjunung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan
diri sendiri, seseorang dan golongan.
3. Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang
diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh
hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diatikan bahwa hak
adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik,
dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejateraan
ASN dan akuntabel, maka setiap SN diberikan hak. Hak ASN
dan PPPK yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang
ASN sebagai berikut: PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi.
PPPK berhak memperoleh:
a. Gaji dan tunjangan;

24
b. Cuti;
c. Perlindungan; dan
d. Pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas,
berdasarkan pasal 70 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan
Pasal 92 pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian;
d. Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau
tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain
kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan.Pegawai
ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat
pemerintah yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap,
perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di
dalam maupun di luar kedinasan;

25
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan
bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan
kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan
untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN.
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,
dan berintegritas tinggi
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau

26
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN; dan
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.

2.2.2. Whole of Government


1. Pengertian Whole of Government (WoG)
Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi empiris
di lapangan maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model
pendekatan integratif fungsional satu atap” yang digunakan
untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan dan
diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang
melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi,
menyangkut perubahan perilaku. Sesuai dengan karakteristik
wickedproblems, maka model pendekatan WoG.
2. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam pelayanan
terintegrasi
a. Praktek Whole of Government (WoG)
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat
dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun
informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa
negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
1) Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah
lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih
terjangkau dan manageable. Dalam prakteknya, span of
control atau rentangkendali yang rasional akan sangat
terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi
jumlah lembaga yang ada sampai mendekatijumlah yang

27
ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga
yang rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih
mudah.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen
yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementrian adalah salah satu cara melakukan WoG.
Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara
dengan kelembagaan yang dikoordinasikan.
3) Membangun gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan
koordinasi yang dilakukan di luar struktur formal, yang
setidaknya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya
yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut
sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordnasi tadi.
4) Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari
penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga,tanpa
perlu mebentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi.
3. Tantangan dalam praktek Whole of Government (WoG)
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di
tataran praktek sebagai berikut:
a. Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat
dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan kapasitas ini bisa
menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya
mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan,

28
dimana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang
berbeda
b. Nilai dan budaya organisasi
Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika
terjadi upaya kolborasi samapi dengan kelembagaan.
c. Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting
dalam pelaksanaan WoG. Kepemimpinan yang dibutuhkan
adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi
perubahan nilai dan buaday organisasi serta meramu SDM
yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
4. Praktek Whole of Government (WoG) dalam pelayanan publik
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan
menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan
publik. Jenis pelayanan publik yang dikenail dapat didekati
oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
a) Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan
publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen
resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang
dihasilkan bisa meliputi KTP, status kewarganegaraan,
status usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan atas
barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP,
izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-lain
b) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat,
seperti pendidikan, kesehatan, ketenagkerjaan,
perhubungan dan lain-lain.
c) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan
jenis barang yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti
jalan, jembatan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan lain-lain.

29
d) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan
hukuman dan peraturan perundang-undangan, maupun
kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut:
a. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola
pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi
pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan
kewenangannya. Pelayanan merupakan pelayanan
sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan
sektor itu, atau menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG
dapat dilakukan manakala pola pelayanan publik ini
mempunyai karakter yang sama atau memiliki keterkaitan
antar satu sektor dengan yang lainnya.
b. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan secara terpadu pada suatu instansi pemerintah
yang bersangkutan sesuai kwenangan masing-masing.
Pola ini memudahkan masyarakat pengguna izin untuk
mengurus permohonan izinnya, walaupun belum
mengurangi jumlah rantai birokrasi izinnya.
c. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah
berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja
pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan. Ini adalah
salah satu bentuk kelembagaan WoG yang lebih utuh,
dimana pelayanan publik disatukan dalam satu unit
pelayanan saja, dan rantai izin sudah dipangkas menjadi
satu saja.
d. Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak

30
selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah
lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat
yang bersangkutan.
e. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik
yang dilakukan menggunakan teknologi infromasi dan
komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi
pemberian layanan yang bersifat elektronik atau daring
(online) sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
keinginan dan kapasitas masyarakat pengguna.
5. Nilai-nilai dasar Whole of Government
Praktek WOG dalam pelayanan publik dilakukan
dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan
pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar berikut ini.
a. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang
efektif dan efisien antar lembaga dalam menjalankan
kegiatan kelembagaan
b. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem
antar lembaga sehingga menjadi kesatuan yang utuh
c. Singkronisasi
Singkronisasi merupakan penyelarasan semua
kegiatan/data yang berasal dari berbagai sumber, dengan
menyingkronkan seluruh sumber tersebut
d. Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala
sesuatu baik terkait data/proses di suatu lembaga untuk
mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.

31
2.2.3. Pelayanan Publik
1. Konsep pelayanan publik
a. Pengertian pelayanan publik
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu
diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian melayani
adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang
diperlukan seseorang". Sedangkan pengertian pelayanan
adalah "usaha rnelayani kebutuhan orang lain" (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1995). Contoh: menerima telepon dari
pihak lain yang berhubungan dengan unit kerja kita, adalah
bentuk pelayanan yang rutin kita lakukan.
Adapun menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun
2003, mengenai pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Penyelenggara adalah Pelayanan Publik adalah Instansi
Pemerintah;
3. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan
kerja satuan organisasi Kementrian, Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan
instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun Daerah
termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik
Negara dan Badan Usaha Milik Daerah;
4. Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja
pada instansi Pemerintah yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik;
5. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi
pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi

32
pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
6. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat,
instansi pemerintah dan badan hukum yang menerima
pelayanan dari instansi pemerintah.
Menurut Savas (1987) membagi barang layanan menjadi
4 (empat) kelompok:
1. Barang yang digunakan untuk memenuhi kepentingan
individu yang bersifat pribadi. Barang privat (private goods)
ini tidak ada konsep tentang penyediaannya, hukum
permintaan dan penawaran sangat tergantung pada pasar,
produsen akan memproduksi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan bersifat terbuka. Oleh sebab itu penyediaan
layanan barang yang bersifat barang privat ini dapat berlaku
hukum pasar, hanya apabila barang privat ini menyangkut
kesejahteraan orang banyak, misalnya beras atau bahan
kebutuhan pokok masyarakat lainnya, maka pemerintah tidak
akan membiarkan berlakunya pasar secaramurni. Dengan
kata lain apabila pasar mengalami kegagalan dan demi
kesejahteraan, maka perlu intervensi pemerintah
2. Jenis barang yang kedua disebut toll goods, yakni barang
yang digunakan atau dikonsumsi bersama-sama dengan
persyaratan apabila menggunakannya harus membayar atau
ada biaya penggunaan, apabila pengguna atau konsumen
tidak membayar maka tidak dapat menggunakannya.
Penyediaannya bisa menggunakan hukum pasar dimana
produsen akan menyediakan permintaan/kebutuhan barang
tersebut. Barang seperti ini hampir sama seperti barang
privat, penyediaan barang ini di beberapa negara disediakan
oleh negara dan seringkali menggunakan ukuran

33
pemakaiannya atau dapat dikatakan barang privat tetapi
dikonsumsi bersama-sama;
3. Jenis barang ketiga disebut collective goods, yaitu barang
yang digunakan secara bersama-sama atau kolektif dan
penyediaannya tidak dapat dilakukan dengan melalui
mekanisme pasar, karena barang ini digunakan secara terus
menerus dan secara bersama-sama serta sulit diukur berapa
besar penggunaan barang ini untuk setiap individu. Dalam
penggunaan barang ini apabila diukur dari sisi ekonomi akan
muncul pembonceng gratis (free rider) dimana mereka ikut
menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa
membayar dan tanpa kontribusi secara fair. Penyediaan
barang ini tidak ada yang mau menyediakan atau
memproduksinya secara sukarela. Oleh karenanya
penyediaan barang ini dilakuan dengan kontribusi secara
kolektif yaitu dengan menggunakan pajak.
4. Jenis barang yang keempat adalah common pool goods,
jenis barang ini memiliki karakteristik dimana yang
menggunakan barang ini tidak ada yang mau membayar,
biasanya digunakan/dikonsumsi secara bersama-sama dan
kepemilikan barangini oleh umum, tidak ada orang yang mau
menyediakan barang ini. Untuk itu pemerintah melakukan
pengaturan terhadap barang ini.

Dalam kenyataannya keempat jenis barang diatas


sangat sulit dibedakan atau dipisahkan masing-masing jenis
termasuk barang yang mana, karena setiap barang tidak murni
menjadi salah satu karakteristik jenis barang yang ada. Setiap
barang mempunyai kecenderungan karakteristik barang yang
satu dengan barang yang lain.

34
b. Pelayanan prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah
"Excellent Service" yang secara harfiah berarti pelayanan
yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut
sangat baik atau terbaik, karena sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang
memberikan pelayanan. Apabila instansi pelayanan belum
memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut
sangat baik atau terbaik atau akan menjadi prima,
manakala dapat atau mampu memuaskan pihak yang
dilayani (pelanggan). Jadi pelayanan prima dalam hal ini
sesuai dengan harapan pelanggan. Tentunya agar
keprimaan suatu pelayanan dapat terukur, bagi instansi
pemberi pelayanan yang belum memiliki standar
pelayanan, maka perlu membuat standar pelayanan prima
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan
pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan
pelanggan atau masyarakat serta memberikan fokus
pelayanan kepada pelanggan. Pelayanan prima kepada
masyarakat didasarkan pada tekad bahwa "pelayanan
adalah pemberdayaan". Kalau pada sektor bisnis atau
swasta tentunya pelayanan selalu bertujuan atau
berorientasi profile atau keuntungan perusahaan.
Pelayanan prima yang diberikan kepada masyarakat
padadasarnya tidaklah mencari untung, tetapi memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara
sangat baik atau terbaik.
Adapun pelayanan prima akan bermanfaat bagi
upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada
masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan untuk

35
pengembangan penyusunan standar pelayanan. Baik
pelayan, pelanggan atau stakeholder dalam kegiatan
pelayanan, akan memiliki acuan mengenai mengapa,
kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan
dilakukan.
2. Nilai-nilai dasar pelayanan publik
Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan
kepada masyarakat, sebenarnya sudah diatur dalam beberapa
pedoman, antara lain adalah Keputusan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 63 Tahun
2003 yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip pelayanan
publik sebagai berikut:
a. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan
1) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
2) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan
pelayanan publik;
3) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan Publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi
Produk pelayanan Publik diterima dengan benar, tepat, dan
sah.
e. Keamanan
Proses dan produk pelayanan Publik memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.

36
f. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelengaraan pelayanan
dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
g. Kelengkapan Sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan
sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
h. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai
mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat me manfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.
i. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan Pemberi pelayanan
harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas
j. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan
sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan,
seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

37
BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

3.1. Identifikasi Isu


Untuk menyusun rancangan kegiatan aktualisasi, maka
penulis akan menjelaskan jabatannya. Jabatan penulis adalah
Dokter Umum Ahli Pertama di Unit Pelaksana Teknis Daerah
Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang. Adapun uraian
tugas/pekerjaan pada jabatan sesuai dari tugas pokok dan fungsi
penulis sebagai Dokter Umum Ahli Pertama di UPTD Puskesmas
Pangkalbalam kota Pangkalpinang adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
2. Pelaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas secara
kolaborasi sesuai dengan kondisi pasien
3. Melakukan tindakan medis
4. Memberikan pelayanan rujukan
5. Menerima konsultasi tentang pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh pasien dan keluarga pasien
6. Memberikan pelayanan surat-surat yang berhubungan dengan
hasil pemeriksaan kesehatan
7. Membina pengelolaan yang berkaitan dengan obat-obatan
(Farmasi) Puskesmas
8. Mengkoordinir pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
9. Berkoordinasi lintas program, lintas sektor
10. Menghadiri pertemuan atau rapat terkait dengan pelayanan
kesehatan
11. Meningkatkan upaya kesehatan di lingkungan sekolah dengan
penyuluhan, pembinaan kader UKS
12. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di posyandu
balita, lansia, dan sekelompok masyarakat

38
Berdasarkan koordinasi dengan mentor di UPTD Puskesmas
Pangkalbalam Kota Pangkalpinang adanya masalah/isu yang terjadi
yaitu Belum maksimalnya Pelayanan Bagi Pasien Lansia di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam.

3.2 Isu yang Diangkat dan Gagasan Pemecahan Isu


3.2.1 Isu yang Diangkat
Dari identifikasi isu yang dikemukakan di atas maka penulis akan
menentukan isu yang akan diangkat, penulis menggunakan teknik
APKL dengan berpedoman pada 4 kriteria isu yaitu Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, Layak. Adapun penjelasan APKL
sebagai berikut:
A : Aktual (isu sedang terjadi atau tidak)
P : Problematik (isu menjadi masalah/atau tidak)
K : Kekhalayakan (isu berdampak pada orang banyak atau tidak):
L : Layak (isu dapat dipecahkan atau tidak)

Tabel 3.1. Penetapan Isu


No. Isu Kriteria Keterangan
A P K L
1. Belum maksimalnya pelayanan √ √ √ √ Memenuhi
bagi pasien lansia di UPTD semua
Puskesmas Pangkalbalam. kriteria
2. Belum optimalnya penggunaan x √ x √ Tidak
alat nebulizer di ruang memenuhi
tindakan UPTD Puskesmas semua
Pangkalbalam. kriteria
3. Belum adanya wastafel yang x √ x x Tidak
dapat digunakan untuk memenuhi
mencuci tangan di ruang semua

39
tindakan UPTD Puskesmas kriteria
Pangkalbalam

3.2.2 Gagasan Pemecahan Isu

Mengingat permasalahan atau isu yang diangkat bersifat


sangat krusial atau penting, maka diperlukan kegiatan pemecahan
isu yang dapat membuat proses pemecahan masalah atau isu bisa
terlaksana. Kegiatan yang diusulkan untuk memecahkan Isu di atas
adalah “Upaya Peningkatan Pelayanan Bagi Pasien Lansia Melalui
Pembuatan SOP Pelayanan Lansia di UPTD Puskesmas
Pangkalbalam.”
Jika isu tersebut tidak bisa segera dipecahkan maka akan
mengakibatkan/berdampak pada hal-hal berikut:
1. Pelayanan kesehatan kepada pasien lansia tidak dapat
dilakukan secara maksimal.
2. Pasien lansia akan mengalami kesulitan pada saat berobat di
puskesmas.

Kegiatan pemecahan isu diatas akan dilaksanakan di Wilayah


Kerja UPTD Puskesmas Pangkalbalam dengan menerapkan nilai-
nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) dan penerapan nilai kedudukan
dan peran PNS dalam NKRI (Manajemen ASN, WoG dan Pelayanan
Publik) sehingga nantinya dapat berkontribusi mendukung
terwujudnya Visi dan Misinya.

3.3 Kegiatan dan Tahapan Kegiatan Pemecahan Isu


Menyadari bahwa core issue ini bersifat complicated atau tidak
bersifat tunggal, saya akan melakukan berapa kegiatan pemecahan
masalah sebagai salah satu rangkaian kegiatan besar, kegiatan yang
akan saya lakukan ini berasal dari SKP (Sasaran Kinerja Pegawai),

40
tugas dari atasan dan dari inisiatif sendiri yang disetujui oleh Kepala
Puskesmas. Adapun kegiatan-kegiatan akan diuraikan sebagai
berikut:
1. Persiapan penyusunan pembuatan SOP Pelayanan Lansia
a. Mencari referensi
b. Menyusun konsep tahapan SOP
c. Konsultasi kepada Kepala Puskesmas mengenai konsep
tahapan yang dibuat
d. Pengesahan SOP Pelayanan Lansia dengan SK Kepala
Puskesmas
2. Membuat leaflet Pelayanan Lansia dan kuisioner
a. Mencari referensi
b. Membuat desain leaflet dan kuisioner
c. Konsultasi dengan Kepala Puskesmas
d. Mencetak leaflet dan kuisioner
3. Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam
a. Membuat undangan kepada semua petugas puskesmas
b. Menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir untuk
sosialisasi
c. Sosialisasi SOP
4. Sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di UPTD Puskesmas
Pangkalbalam
a. Menyiapkan tempat dan alat tentang sosialisasi pelayanan
pasien khusus lansia
b. Membagikan leaflet Pelayanan Lansia
c. Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia
5. Membuat laporan hasil evaluasi kegiatan
a. Membagikan kuisioner kepada pasien
b. Membuat laporan kegiatan

41
c. Menyampaikan hasil laporan kegiatan dan meminta persetujuan
laporan kegiatan kepada Kepala Puskesmas
d. Melakukan evaluasi kegiatan

Dalam melaksanakan tahap-tahapan kegiatan sebagaimana


yang dikemukanan di atas, saya akan mengaktualisasikan nilai-nilai
dasar ANEKA dan nilai-nilai kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
(Manajemen ASN, WoG dan Pelayanan Publik).

3.4 Keterkaitan Kegiatan dengan Nilai-nilai Aneka dan Peran


Kedudukan ASN dalam NKRI
Adapun kegiatan-kegiatan sebagaimana diuraikan di atas, akan
saya laksanakan pada kegiatan aktualisasi di tempat saya bekerja
yaitu di UPTD Puskesmas Pangkalbalam. Adapun yang dimaksud
dengan keterkaitan/relevansi kegiatan dengan nilai – nilai dasar
(ANEKA) dan nilai peran kedudukan ASN dalam NKRI adalah
melaksanakan kegiatan melalui tahapan-tahapan kegiatannya dengan
mengaktualisasikan/ mengaplikasikan nilai-nilai dasar ANEKA dan
nilai kedudukan dan peran ASN dalam NKRI akan saya uraikan satu
persatu sebagai berikut:
1. Persiapan penyusunan pembuatan SOP Pelayanan Lansia.
Kegiatan ini akan saya lakukan dengan beberapa tahapan:
a. Dalam penyusunan pembuatan SOP Pelayanan Lansia saya
harus mencari referensi mengenai SOP Pelayanan Lansia. Nilai
dasar ANEKA yang akan saya terapkan yaitu Akuntabilitas
(Kejelasan) mengenai bahan dan materi yang akan diperlukan
untuk membuat SOP Pelayanan Lansia. Pada saat mencari
referensi saya menerapkan nilai nasionalisme sila ke-4
tanggung jawab sebagai amanah dalam menjalankan tugas.
Dalam mencari referensi menerapkan etika publik yaitu
pencapaian hasil kinerja mengenai bahan referensi yang dicari.
Referensi yang dicari harus berkomitmen mutu yaitu mutu dari

42
referensi yang dicari dan menerapkan nilai antikorupsi yaitu
jujur dalam mencari referensi.
Output dari tahapan ini adalah bahan dan materi.
b. Setelah mencari referensi, saya menyusun konsep tahapan
SOP. Nilai-nilai dasar yang terkandung yaitu
- kejelasan (akuntabilitas) mengenai konsep tahapan SOP
yang akan saya buat
- Dalam menyusun konsep tahapan SOP saya akan
menerapkan nilai Nasionalisme (Sila ke-4) yaitu tanggung
jawab sebagai amanah untuk menyelesaikan tugas
menyusun konsep SOP
- Saya membuat konsep SOP sesuai keahlian (etika publik)
dibidang saya
- Menyusun tahapan SOP dengan inovasi (komitmen mutu)
dan jujur (antikorupsi)

Output dari tahapan ini berupa konsep SOP Pelayanan Lansia.

c. Setelah menyusun konsep tahapan SOP, saya berkonsultasi


kepada Kepala Puskesmas mengenai konsep tahapan yang
dibuat :
- Pada tahap ini saya akan menerapkan nilai ANEKA
AKUNTABILITAS : tanggung jawab menyampaikan konsep
tahapan yang dibuat. Pada saat konsultasi, saya
menyampaikan dan menjelaskan konsep tahapan SOP yang
dibuat dengan akan menerapkan nilai ANEKA
NASIONALISME yaitu sila ke-4 dengan cara musyawarah.
Saya akan menerapkan nilai ANEKA ETIKA PUBLIK yaitu
etika luhur diawali dengan salam dan bertutur kata yang
sopan dan santun kepada atasan. Dengan berkonsultasi
dengan Kepala Puskesmas akan dapat efektif tercapai
pembuatan konsep SOP yang dibuat.

43
Output pada tahap ini adalah konsep SOP Pelayanan Lansia,
form konsultasi, dan foto
e. Setelah berkonsultasi kepada Kepala Puskesmas, selanjutnya
pengesahan SOP Pelayanan Lansia dengan SK Kepala
Puskesmas.
Pada tahap ini saya akan menerapkan nilai Akuntabilitas
Kejelasan dalam pengesahan SOP Pelayanan Lansia.
Kemudian saya akan menerapkan nilai nasionalisme sila ke-4
tanggung jawab sebagai amanah untuk mengajukan
Pengesahan SOP Pelayanan Lansia kepada Kepala Puskesmas
dan Etika Publik yaitu pencapaian hasil kinerja. Pengesahan
SOP pelayanan Lansia ini harus berkomitmen mutu yaitu SOP
yang bermutu.
Output pada tahap ini adalah SOP Pelayanan Lansia yang
disahkan dengan SK Kepala Puskesmas.

Kontribusi terhadap Visi dan Misi


Dengan melakukan persiapan penyusunan pembuatan SOP
Pelayanan Lansia, maka diharapkan dapat berkontribusi
mendukung terwujudnya Visi UPTD Puskesmas Pangkalbalam
yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dengan Meningkatkan Mutu Pelayanan Guna Mewujudkan
Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan diharapkan juga
dapat berkontribusi mendukung Misi UPTD Puskesmas
Pangkalbalam nomor 1 yaitu “Membangun dan
Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Berstandar
Nasional.”
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan Penyusunan pembuatan SOP diaharapkan dapat
selaras dengan tata nilai Puskesmas Pangkalbalam yaitu
Profesional dalam Bekerja.

44
2. Membuat leaflet Pelayanan Lansia dan kuisioner. Kegiatan ini akan
saya lakukan melalui beberapa tahapan :
a. Untuk mambuat leaflet Pelayanan Lansia dan kuisioner dimulai
dengan mencari referensi. Dalam mencari referensi ini saya
akan menerapkan nilai ANEKA yaitu akuntabilitas kejelasan
bahan dan materi leaflet dan kuisioner yang akan dibuat.
Mencari referensi leaflet dan kuisioner ini juga akan menerapkan
nasionalisme yaitu sila ke-4, tanggung jawab sebagai
amanah dalam menjalankan tugas. Hasil bahan dan materi yang
didapatkan juga menreapkan nilai etika publik yaitu
pencapaian hasil kinerja yang dikerjakan dan komitmen
mutu dengan bahan dan materi yang bermutu. Dalam mencari
referensi leaflet dan kuisioner juga menerapkan nilai
antikorupsi yaitu jujur dalam mecari referensi leaflet.
Adapun output dari kegiatan ini adalah bahan dan materi leaflet
beserta kuisioner, dan foto.
b. Setelah mencari referensi, saya akan membuat desain leaflet
dan kuisioner. Nilai dasar ANEKA yang akan saya terapkan :
- Adanya desain leaflet kuisioner akan memberi kejelasan
(akuntabilitas) dalam membuat leaflet dan materi yang akan
dibuat.
- Saya akan melakukan nilai ANEKA Nasionalisme sila ke-3
yaitu rela berkorban dalam meluangkan waktu membuat
desain leaflet dan kuisioner.
- Dalam membuat desain leaflet dan kuisioner akan ada
pencapaian hasil kinerja (etika publik).
- Desain leaflet dan kuisioner yang dibuat juga akan
menerapkan nilai ANEKA komitmen mutu yaitu inovasi
dalam membuat desain leaflet dan menerapkan nilai

45
antikorupsi yaitu mandiri dalam membuat desain leaflet dan
kuisioner.
Adapun output dari tahapan kegiatan ini yaitu desain leaflet dan
kuisioner; dan foto.
c. Setelah membuat desain leaflet dan kuisioner, saya akan
melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas terkait desain
leaflet dan kuisioner yang sudah saya buat. Nilai dasar ANEKA
yang akan saya terapkan:
- Mendapatkan kejelasan (akuntabilitas) mengenai desain
leaflet dan kuisioner yang sudah dibuat apakah sudah sesuai
atau belum.
- Dalam berkonsultasi saya akan menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-4 yaitu musyawarah dalam
berkonsultasi dan akan menerapkan nilai etika publik yaitu
etika luhur menggunakan sopan santun dalam
berkonsultasi.
- Dengan berkonsultasi dengan Kepala Puskesmas maka
akan menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam
arti tercapai tujuan mengenai desain leaflet dan kuisioner
yang akan dibuat.
Adapun output dari tahapan kegiatan ini yaitu form konsultasi
dan foto.
d. Setelah berkonsultasi dengan Kepala Puskesmas, saya akan
mencetak leaflet dan kuisioner, ada beberapa nilai-nilai dasar
ANEKA yang akan saya terapkan :
- Dalam mencetak leaflet dan kuisioner saya bertanggung
jawab (akuntabilitas) terhadap tugas yang saya rencanakan
dengan target yang akan dicapai
- Saya juga akan menerapkan nilai nasionalisme sila ke-3
rela berkorban dalam memberikan waktu untuk mencetak
leaflet dan kuisioner

46
- Mencetak leaflet juga akan menerapkan nilai etika publik
yaitu pencapaian hasil kinerja dalam mencetak leaflet
- Mencetak leaflet juga akan memiliki nilai komitmen mutu
yaitu mutu dari hasil leaflet tersebut dan nilai antikorupsi
yaitu mandiri dalam mencetak leaflet menggunakan biaya
sendiri.
Output dari kegiatan ini adalah leaflet dan kuisioner.
Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Dengan membuat leaflet Pelayanan Lansia dan kuisioner maka
diharapkan informasi Pelayanan Lansia dapat diketahui oleh
masyarakat sehingga berkontribusi mendukung terwujudnya Visi
UPTD Puskesmas Pangkalbalam yaitu “Menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dengan Meningkatkan
Mutu Pelayanan Guna Mewujudkan Masyarakat Mandiri
Untuk Hidup Sehat” dan diharapkan juga dapat berkontribusi
mendukung Misi UPTD Puskesmas Pangkalbalam nomor 2 yaitu
“Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan melalui
gerakan masyarakat dalam pencapaian target indikator
keluarga sehat”.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan membuat leaflet dan kuisioner diharapkan dapat selaras
dengan tata nilai Puskesmas Pangkalbalam yaitu Orientasi
kepada kebutuhan dan harapan pelanggan.

3. Setelah membuat leaflet dan kuisioner, maka saya akan melakukan


kegiatan sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas di
UPTD Pusesmas Pangkalbalam. Adapun tahapan kegiatan yang
akan dilakukan yaitu:
a. Membuat undangan kepada semua petugas UPTD Puskesmas
Pangkalbalam . Pada kegiatan ini, nilai-nilai dasar ANEKA yang
dapat diterapkan :

47
- Saya akan membuat undangan yang dilakukan dengan
penuh tanggung jawab (akuntabilitas) terhadap tugas
untuk mencapai tujuan
- Saya akan menerapkan nilai nasionalisme yaitu sila ke-3
(Rela berkorban) dalam tenaga dan waktu
- Saya juga akan menerapkan nilai Komitmen Mutu yaitu
efektif dalam arti tercapainya tujuan membuat undangan.
Adapun output dari kegiatan ini berupa undangan.
b. Setelah membuat undangan, saya menyiapkan tempat, alat, dan
daftar hadir. Nilai-nilai dasar ANEKA yang akan diterapkan
berupa:
- Saya akan menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir yang
merupakan tanggung jawab (akuntabilitas) saya terhadap
kegiatan ini.
- Tindakan menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir akan
menerapkan nasionalisme sila ke-3 yaitu rela berkorban
dalam tenaga dan waktu.
- Dalam menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir akan
menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti
akan tercapainya kegiatan.
Adapun output pada tahapan kegiatan ini berupa tempat, alat,
dan daftar hadir.
c. Setelah menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir saya akan
melakukan kegiatan sosialisasi SOP. Pada tahap ini saya akan
menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA :
- Kegiatan sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas
di UPTD Puskesmas Pangkalbalam akan menrapkan nilai
akuntabilitas yaitu tanggung jawab.
- Dalam melakukan sosialisasi saya akan menerapkan nilai
etika publik yaitu santun dalam menyampaikan sosoalisasi

48
- Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia ini juga akan menrapkan
nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti akan
diketahuinya SOP tersebut sehingga petugas di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam mengetahui SOP Pelayanan
lansia

Output pada tahapan kegiatan ini adalah foto, daftar hadir, dan
video.
Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Dengan sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas di
UPTD Puskesmas Pangkalbalam maka diharapkan Pelayanan
Lansia terlaksana dengan baik sehingga diharapkan dapat
berkontribusi mendukung terwujudnya Visi UPTD Puskesmas
Pangkalbalam yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Dengan Meningkatkan Mutu Pelayanan Guna
Mewujudkan Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan
Misi Puskesmas Pangkalbalam yang ke-3 yaitu: “Membangun
pelayanan kesehatan dalam tim yang professional dan
terpercaya serta berfokus pada keselamatan pasien”.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas
UPTD Puskesmas Pangkalbalam diharapkan dapat selaras
dengan tata nilai puskesmas Pangkalbalam yaitu “Professional
dalam bekerja”.

4. Melakukan sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di UPTD


Puskesmas Pangkalbalam, ada beberapa tahapan yang akan
dilakukan, yaitu:
a. Menyiapkan tempat dan alat tentang sosialisasi pelayanan
pasien khusus lansia:

49
- Saya akan menyiapkan tempat dan alat tentang sossialisasi
yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab
(akuntabilitas) terhadap tugas untuk mencapai tujuan
- Saya akan menerapkan nilai nasionalisme yaitu sila ke-3
(Rela berkorban) dalam tenaga dan waktu
- Saya juga akan menerapkan nilai Komitmen Mutu yaitu
efektif dalam arti tercapainya tujuan menyiapkan tempat dan
alat
Output dari kegiatan ini adalah tempat, alat sosialisasi, dan foto.
b. Membagikan leaflet Pelayanan Lansia. Nilai-nilai dasar ANEKA
yang akan saya terapkan:
- Dengan membagikan leaflet saya akan menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-3 yaitu tidak membeda-bedakan
suku, ras dan agama
- Saat membagikan leaflet saya akan menerapkan nilai etika
publik yaitu santun kepada pasien
- Dengan membagikan leaflet Pelayanan Lansia kepada
pasien maka akan menrapkan nilai komitmen mutu yaitu
efektif dalam arti tercapainya tujuan menyampaikan
informasi Pelayanan Lansia
Output yang didapatkan pada kegiatan ini adalah dokumentasi
foto dan video
c. Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia. Niai-nilai yang akan saya
terapkan :
- Saya akan melakukan sosialisasi dengan penuh rasa
tanggung jawab (Akuntabilitas) dalam menjalankan tugas
dengan target yang akan dicapai
- Dengan sosialisasi saya akan menerapkan nilai etika publik
yaitu santun dalam menyampaikan sosialisasi kepada
pasien

50
- Dengan melakukan sosialisasi maka saya akan
menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti
tercapainya tujuan untuk menyampaikan Pelayanan Lansia
kepada pasien

Output pada tahapan kegiatan ini berupa dokumentasi foto dan


video kegiatan, serta daftar hadir.
Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Dengan sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di
Puskesmas Pangkalbalam diharapkan agar pasien mengetahui
kemudahan pelayanan bagi pasien lansia sehingga pasien lansia
tidak mengalami kesulitan saat berobat sehingga diharapkan
dapat berkontribusi mendukung terwujudnya Visi UPTD
Puskesmas Pangkalbalam yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Dengan Meningkatkan Mutu
Pelayanan Guna Mewujudkan Masyarakat Mandiri Untuk
Hidup Sehat” dan berkontribusi terhadap Misi Puskesmas
Pangkalbalam yang ke-2 yaitu: “Mewujudkan pembangunan
berwawasan kesehatan melalui gerakan masyarakat dalam
pencapaian target indikator keluarga sehat.”
Penguatan Nilai Organisasi
Sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam diaharapkan selaras dengan tata nilai
Puskesmas Pangkalbalam yaitu Orientasi pada kebutuhan
dan harapan pelanggan.

5. Membuat laporan dan evaluasi hasil kegiatan. Pada tahapan ini ada
beberapa kegiatan yang akan dilakukan, yaitu :
a. Membagikan kuisioner. Nilai-nilai ANEKA yang akan diterapkan
adalah
- Dengan membagikan kuisioner saya akan menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-3 yaitu tidak membeda-bedakan
suku, ras dan agama.

51
- Saat membagikan kuisioner saya juga akan menerapkan nilai
etika publik yaitu santun kepada pasien.
- Dengan membagikan kuisioner Pelayanan Lansia kepada
pasien maka akan menrapkan nilai komitmen mutu yaitu
efektif dalam arti tercapainya tujuan untuk mengetahui
peningkatan pelayanan pasien lansia.
Output pada tahapan kegiatan ini berupa dokumentasi foto.
b. Membuat laporan kegiatan. Nilai-nilai ANEKA yang akan
diterapkan adalah :
- Laporan dibuat secara tanggung jawab (akuntabilitas)
berdasarkan capaian yang akan didapat.
- Pada tahapan ini terdapat pencapaian hasil kinerja (Etika
Publik) dan komitmen mutu yaitu laporan yang bermutu
- Laporan dibuat dengan jujur (anti korupsi), tanpa ada data
yang dimanipulasi.
Adapun output yang didapat berupa laporan kegiatan dan foto.
c. Menyampaikan hasil laporan kegiatan dan meminta persetujuan
laporan kegiatan kepada Kepala Puskesmas. Nilai-nilai ANEKA
yang dapat saya terapkan adalah:
- Laporan yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas
merupakan bentuk tanggung jawab (akuntabilitas) dari
hasil kegiatan yang telah dilakukan.
- Laporan yang kita sampaikan pada pimpinan merupakan
pencapaian hasil kegiatan (Etika Publik) yang telah
dilakukan.
- Dengan menyampaikan laporan kegiatan dan meminta
persetujuan laporan kepada Kepala Puskesmas maka akan
efektif (Komitmen Mutu) yaitu tujuan penyampaian laporan
tercapai.

52
- Menyampaikan laporan kegiatan dan meminta persetujuan
laporan kepada Kepala Puskesmas akan menerapkan nilai
Antikorupsi yaitu jujur.
Adapun output dari tahapan kegiatan ini adalah dokumentasi
foto dan lampiran laporan kegiatan.
d. Melakukan evaluasi kegiatan. Nilai-nilai ANEKA yang akan saya
terapkan adalah:
- Dengan melakukan evaluasi kegiatan bersama pimpinan,
maka dapat diperoleh kejelasan (Akuntabilitas) mengenai
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan pada kegiatan
berikutnya.
- Bersama pimpinan melakukan musyawarah (Nasionalisme,
Sila ke-4) mengenai hasil kegiatan dan mencari solusi tindak
lanjut untuk peningkatan kegiatan dikemudian hari.
- Dengan adanya evaluasi, diharapkan didapatkan rencana
tindak lanjut kegiatan agar ke depannya kegiatan ini berjalan
dengan lebih bermutu (Komitmen Mutu).
Adapun output dari tahapan kegiatan ini adalah lembar evaluasi
dan foto.
Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Dengan membuat laporan hasil evaluasi kegiatan diharapkan
dapat berkontribusi mendukung terwujudnya Visi UPTD
Puskesmas Pangkalbalam yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Dengan Meningkatkan Mutu
Pelayanan Guna Mewujudkan Masyarakat Mandiri Untuk
Hidup Sehat” dan berkontribusi terhadap Misi Puskesmas
Pangkalbalam yang ke-4 yaitu: Mengembangkan potensi,
kompetensi, etos budaya kerja, dan sumber daya manusia
agar selalu siap menghadapi perubahan.

53
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan membuat laporan hasil evaluasi kegiatan diharapkan
dapat selaras dengan tata nilai Puskesmas Pangkalbalam yaitu
Tanggung jawab terhadap tugas yang diemban.

3.5 Jadwal Rancangan Kegiatan


Table 3.2 Jadwal Rancangan Kegiatan

54
BAB IV
CAPAIAN AKTUALISASI

4.1 Deskripsi Core Issue dan Strategi Penyelesaiannya

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun


2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di
Pusat Kesehatan Masyarakat bahwa upaya pemeliharaan kesehatan
bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia tetap
sehat dan produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu pemerintah
wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat hidup mandiri
dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Berdasarkan data Riskesdas 2007, Umur Harapan Hidup
(UHH) di Indonesia meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004
menjadi 70,6 tahun pada tahun 2010. Pada tahun 2014 meningkat
menjadi 72 tahun. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya
peningkatkan jumlah penduduk Lanjut Usia. Menurut hasil Sensus
penduduk tahun 2010 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia adalah
18, 04 juta jiwa atau 7,6 % dari total jumlah penduduk. Pada tahun
2025 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan meningkat
menjadi 36 juta jiwa. Puskesmas sebagai unit terdepan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat maupun perorangan telah tersedia
disemua kecamatan. Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas
diharapkan mampu melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif tingkat dasar bagi Lanjut Usia Pelayanan kesehatan
Lanjut Usia di Puskesmas harus dilakukan secara profesional dan
berkualitas, paripurna, terpadu dan terintegrasi dengan
memperhatikan aspek geriatri pada Lanjut Usia.
Pada rancangan aktualisasi yang telah disusun sebelumnya,
saya mengangkat isu “Belum Maksimalnya Pelayanan Bagi Pasien
Lansia di UPTD Puskesmas Pangkalbalam” sebagai kegiatan

55
aktualisasi yang telah dilaksanakan saat habituasi. Strategi
penyelesaian sekaligus sebagai judul aktualisasi adalah “Upaya
Peningkatan Pelayanan Bagi Pasien Lansia Melalui Pembuatan SOP
Pelayanan Lansia di UPTD Puskesmas Pangkalbalam”
Pemecahan gagasan menyelesaikan core issue tersebut yaitu
dengan melaksanakan kegiatan melalui tahapan-tahapan dengan
pengaktualisasian nilai-nilai dasar PNS dan juga mengaktualisasikan
nilai-nilai kedudukan dan peran PNS dalam NKRI. Kegiatan tersebut
berupa pembuatan SOP Pelayanan Lansia kemudian
mensosialisasikan SOP Pelayanan lansia kepada petugas UPTD
Puskesmas Pangkalbalam sehingga petugas UPTD Puskesmas
Pangkalbalam mengetahui SOP Pelayanan lansia dan pelayanan
lansia dapat dilakukan secara masksimal. Kegiatan selanjutnya
mensosialisasikan Pelayanan Lansia kepada pasien di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam.

4.2 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi


Kegiatan aktualisasi ini dilaksanakan selama masa off class yaitu
mulai tanggal 05 September 2019 sampai dengan 09 Oktober 2019 di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pangkalbalam. Adapun jadwal
pelaksanaan kegiatan aktualisasi yang dimaksud adalah sebagai
berikut

56
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

4.3 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


Berdasarkan kegiatan aktualisasi yang telah dilakukan di tempat
kerja yaitu pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pangkalbalam pada tanggal 05
September 2019 sampai dengan 09 Oktober 2019. Adapun kegiatan
aktualisasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan penyusunan pembuatan SOP Pelayanan Lansia
a. Mencari referensi
b. Menyusun konsep tahapan SOP
c. Konsultasi kepada Kepala Puskesmas mengenai konsep
tahapan yang dibuat
d. Pengesahan SOP Pelayanan Lansia dengan SK Kepala
Puskesmas

57
2. Membuat leaflet Pelayanan Lansia dan kuisioner
a. Mencari referensi
b. Membuat desain leaflet dan kuisioner
c. Konsultasi dengan Kepala Puskesmas
d. Mencetak leaflet dan kuisioner
3. Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam
a. Membuat undangan kepada semua petugas puskesmas
b. Menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir untuk
sosialisasi
c. Sosialisasi SOP
4. Sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di UPTD Puskesmas
Pangkalbalam
a. Menyiapkan tempat dan alat tentang sosialisasi pelayanan
pasien khusus lansia
b. Membagikan leaflet Pelayanan Lansia
c. Sosialisasi Pelayanan Lansia
5. Membuat laporan hasil evaluasi kegiatan
a. Membagikan kuisioner kepada pasien
b. Membuat laporan kegiatan
c. Menyampaikan hasil laporan kegiatan dan meminta persetujuan
laporan kegiatan kepada Kepala Puskesmas
d. Melakukan evaluasi kegiatan

Dari kegiatan aktualisasi di atas, maka penulis akan menjelaskan


satu per satu kegiatan yang telah dilakukan, yaitu:
1. Persiapan penyusunan pembuatan SOP Pelayanan Lansia
Dalam melakukan kegiatan persiapan penyusunan pembuatan
SOP Pelayanan Lansia pada habituasi penulis menerapkan nilai-
nilai dasar profesi sebagai CPNS atau calon ASN yaitu
akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti

58
Korupsi (ANEKA). Adapun uraian nilai-nilai dasar profesi PNS
tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan 1 tahapan 1: Mencari referensi
Dalam penyusunan pembuatan SOP Pelayanan Lansia saya
harus mencari referensi mengenai SOP Pelayanan Lansia.
Nilai-nilai dasar PNS serta peranan dan kedudukan dalam
NKRI telah saya aktualisasikan pada tahapan ini yaitu sebagai
berikut:
Akuntabilitas:
Kejelasan mengenai bahan dan materi yang diperlukan untuk
membuat SOP Pelayanan Lansia.
Nasionalisme:
Pada saat mencari referensi saya menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-4 tanggung jawab sebagai amanah
dalam menjalankan tugas.
Etika Publik:
Dalam mencari referensi menerapkan etika publik yaitu
pencapaian hasil kinerja mengenai bahan referensi yang
dicari.
Komitmen Mutu:
Referensi yang saya cari untuk membuat SOP harus bermutu.
Antikorupsi:
Dalam mencari referensi saya menerapkan nilai antikorupsi
yaitu jujur dalam mencari referensi.

Output dari tahapan ini adalah bahan dan materi.. Dokumentasi


kegiatan 1 tahapan 1 adalah sebagai berikut:

59
Gambar 4.1.
Referensi SOP Pelayanan Lansia

b. Kegiatan 1 tahapan 2: Menyusun Konsep Tahapan SOP.


Tahapan kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal September
2019. Nilai-nilai dasar PNS serta peranan dan kedudukan
dalam NKRI telah saya aktualisasikan pada tahapan ini yaitu
sebagai berikut:
Akuntabilitas:
Kejelasan mengenai konsep tahapan SOP yang dibuat.
Nasionalisme:
Dalam menyusun konsep tahapan SOP saya menerapkan nilai
Nasionalisme (Sila ke-4) yaitu tanggung jawab sebagai
amanah untuk menyelesaikan tugas menyusun konsep SOP.
Etika Publik:

60
Saya membuat konsep SOP sesuai keahlian (etika publik)
dibidang saya.
Komitmen Mutu:
Inovasi (komitmen mutu) dalam menyusun tahapan SOP
Lansia yang dibuat.
Antikorupsi:
Dalam menyusun konsep tahapan SOP Pelayanan lansia saya
bersikap jujur (antikorupsi) dalam menyusun konsep tahapan
sesuai yang ada.
Output dari tahapan ini berupa konsep SOP Pelayanan Lansia.
Dokumentasi tahapan 2 kegiatan 1 adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2
Konsep Tahapan SOP

c. Kegiatan 1 tahapan 3: Konsultasi kepada Kepala Puskesmas


mengenai konsep tahapan yang dibuat.
Tahapan kegiatan ini penulis laksanakan pada hari Senin, 09
September 2019 bertempat di ruang Kepala UPTD Puskesmas

61
Pangkalbalam. Nilai-nilai dasar PNS serta peranan dan
kedudukan dalam NKRI telah saya aktualisasikan pada tahapan
ini yaitu sebagai berikut:

Akuntabilitas:
Pada tahap ini saya telah menerapkan nilai ANEKA yaitu
AKUNTABILITAS : tanggung jawab menyampaikan konsep
tahapan yang dibuat.
Nasionalisme:
Pada saat konsultasi, saya menyampaikan dan menjelaskan
konsep tahapan SOP yang dibuat dengan akan menerapkan nilai
ANEKA NASIONALISME yaitu sila ke-4 dengan cara
musyawarah
Etika Publik:
Saya akan menerapkan nilai ANEKA ETIKA PUBLIK yaitu etika
luhur diawali dengan salam dan bertutur kata yang sopan dan
santun kepada atasan.
Komitmen Mutu:
Dengan berkonsultasi dengan Kepala Puskesmas akan dapat
efektif tercapai pembuatan konsep SOP yang dibuat.
Output pada tahap ini adalah konsep SOP Pelayanan Lansia,
form konsultasi, dan foto. Dokumentasi tahapan 3 kegiatan 1
adalah sebagai berikut :

62
Gambar 4.3
Konsultasi kepada Kepala Puskesmas mengenai konsep
tahapan SOP yang dibuat dan Lembar Konsultasi

d. Kegiatan 1 tahapan 4: Pengesahan SOP Pelayanan Lansia


dengan SK Kepala Puskesmas.
Tahapan kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal September
2019. Nilai-nilai dasar PNS serta peranan dan kedudukan dalam
NKRI telah saya aktualisasikan pada tahapan ini yaitu sebagai
berikut:

63
Akuntabilitas:
Kejelasan dalam pengesahan SOP Pelayanan Lansia.
Nasionalisme:
Pada tahapan pengesahan SOP Pelayanan lansia menerapkan
nilai nasionalisme sila ke-4 tanggung jawab sebagai amanah
untuk mengajukan Pengesahan SOP Pelayanan Lansia kepada
Kepala Puskesmas
Etika Publik:
Pencapaian hasil kinerja. Pengesahan SOP pelayanan Lansia
Komitmen mutu:
Pada tahapan ini menghasilkan SOP yang bermutu.
Output pada tahap ini adalah SOP Pelayanan Lansia yang
disahkan dengan SK Kepala Puskesmas. Dokumentasi tahapan
kegiatan ini sebagai berikut:

64
Gambar 4.4
SOP Pelayanan Lansia

Kontribusi terhadap Visi dan Misi


Dengan melakukan persiapan penyusunan pembuatan SOP
Pelayanan Lansia, maka telah berkontribusi mendukung
terwujudnya Visi UPTD Puskesmas Pangkalbalam yaitu
“Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dengan
Meningkatkan Mutu Pelayanan Guna Mewujudkan
Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan juga telah
berkontribusi mendukung Misi UPTD Puskesmas Pangkalbalam
nomor 1 yaitu “Membangun dan Mengembangkan Pelayanan
Kesehatan Berstandar Nasional.”

65
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan Penyusunan pembuatan SOP telah selaras dengan tata
nilai Puskesmas Pangkalbalam yaitu Profesional dalam
Bekerja.

2. Membuat leaflet Pelayanan Lansia dan kuisioner


Pelaksanaan tahapan kegiatan yang telah saya lakukan sebagai
berikut :
a. Kegiatan 2 tahapan 1: Mencari referensi
Akuntabilitas:
Dalam mencari referensi ini saya telah menerapkan nilai ANEKA
yaitu akuntabilitas kejelasan bahan dan materi leaflet dan
kuisioner yang akan dibuat.
Nasionalisme:
Mencari referensi leaflet dan kuisioner ini juga telah menerapkan
nasionalisme yaitu sila ke-4, tanggung jawab sebagai
amanah dalam menjalankan tugas.
Etika Publik:
Hasil bahan dan materi yang didapatkan juga telah menerapkan
nilai etika publik yaitu pencapaian hasil kinerja yang
dikerjakan
Komitmen mutu:
Dengan bahan dan materi yang bermutu.
Antikorupsi:
Dalam mencari referensi leaflet dan kuisioner juga menerapkan
nilai antikorupsi yaitu jujur dalam mencari referensi leaflet.

Adapun output dari kegiatan ini adalah bahan dan materi leaflet
beserta kuisioner, dan foto. Dokumentasi dari tahapan ini adalah
sebagai berikut:

66
Gambar 4.5
Referensi leaflet dan kuisioner

b. Kegiatan 2 tahapan 2: Membuat desain leaflet dan kuisioner


Setelah mencari referensi, saya akan membuat desain leaflet
dan kuisioner. Nilai dasar ANEKA yang telah saya terapkan :
Akuntabilitas:
Adanya desain leaflet kuisioner akan memberi kejelasan
(akuntabilitas) dalam membuat leaflet dan materi yang akan
dibuat.
Nasionalisme:
Saya telah melakukan nilai ANEKA Nasionalisme sila ke-3 yaitu
rela berkorban dalam meluangkan waktu membuat desain
leaflet dan kuisioner.
Etika Publik:
Dalam membuat desain leaflet dan kuisioner ada pencapaian
hasil kinerja (etika publik).
Komitmen Mutu:

67
Desain leaflet dan kuisioner yang dibuat juga telah menerapkan
nilai ANEKA komitmen mutu yaitu inovasi dalam membuat
desain leaflet
Antikorupsi:
Pada tahapan ini juga telah menerapkan nilai antikorupsi yaitu
mandiri dalam membuat desain leaflet dan kuisioner.

Adapun output dari tahapan kegiatan ini yaitu desain leaflet dan
kuisioner; dan foto. Dokumentasi tahapan kegiatan sebagai
berikut:

Gambar 4.6
Desain leaflet dan kuisioner

68
c. Kegiatan 2 tahapan 3: Konsultasi dengan Kepala Puskesmas
Setelah membuat desain leaflet dan kuisioner, saya melakukan
konsultasi dengan Kepala Puskesmas terkait desain leaflet dan
kuisioner yang sudah saya buat. Nilai dasar ANEKA yang telah
saya terapkan:
Akuntabilitas:
Mendapatkan kejelasan (akuntabilitas) mengenai desain leaflet
dan kuisioner yang sudah dibuat apakah sudah sesuai atau
belum.
Nasionalisme:
Dalam berkonsultasi saya telah menerapkan nilai nasionalisme
sila ke-4 yaitu musyawarah dalam berkonsultasi
Etika Publik:
Saya juga telah menerapkan nilai etika publik yaitu etika luhur
menggunakan sopan santun dalam berkonsultasi.
Komitmen Mutu:
Dengan berkonsultasi dengan Kepala Puskesmas maka akan
menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti

69
tercapai tujuan mengenai desain leaflet dan kuisioner yang akan
dibuat.
Adapun output dari tahapan kegiatan ini yaitu form konsultasi
dan foto. Dokumentasi tahapan kegiatan ini sebagai berikut:

Gambar 4.7
Konsultasi dengan Kepala Puskesmas dan form konsultasi

70
d. Kegiatan 2 tahapan 4: mencetak leaflet dan kuisioner.
Setelah berkonsultasi dengan Kepala Puskesmas, saya
mencetak leaflet dan kuisioner, nilai-nilai dasar ANEKA yang
telah saya terapkan :

Akuntabilitas:
Dalam mencetak leaflet dan kuisioner saya bertanggung jawab
(akuntabilitas) terhadap tugas yang saya rencanakan dengan
target yang akan dicapai.
Nasionalisme:
Saya juga akan menerapkan nilai nasionalisme sila ke-3 rela
berkorban dalam memberikan waktu untuk mencetak leaflet dan
kuisioner.
Etika Publik:
Mencetak leaflet juga akan menerapkan nilai etika publik yaitu
pencapaian hasil kinerja dalam mencetak leaflet.
Komitmen Mutu:
Mencetak leaflet juga akan memiliki nilai komitmen mutu yaitu
mutu dari hasil leaflet tersebut.
Antikorupsi:
Nilai antikorupsi yang telah saya terapkan yaitu mandiri dalam
mencetak leaflet menggunakan biaya sendiri.
Output dari kegiatan ini adalah leaflet dan kuisioner. Berikut hasil
dokumentasi dari tahapan kegiatan ini:

71
Gambar 4.8
Leaflet dan Kuisioner

72
Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Dengan membuat leaflet Pelayanan Lansia dan kuisioner maka
informasi Pelayanan Lansia dapat diketahui oleh masyarakat
sehingga telah berkontribusi mendukung terwujudnya Visi UPTD
Puskesmas Pangkalbalam yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat Dengan Meningkatkan Mutu
Pelayanan Guna Mewujudkan Masyarakat Mandiri Untuk
Hidup Sehat” dan juga telah berkontribusi mendukung Misi
UPTD Puskesmas Pangkalbalam nomor 2 yaitu “Mewujudkan
pembangunan berwawasan kesehatan melalui gerakan
masyarakat dalam pencapaian target indikator keluarga
sehat”.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan membuat leaflet dan kuisioner telah selaras dengan tata
nilai Puskesmas Pangkalbalam yaitu Orientasi kepada
kebutuhan dan harapan pelanggan.

3. Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas di UPTD


Pusesmas Pangkalbalam. Adapun tahapan kegiatan yang telah
dilakukan yaitu:

73
a. Kegiatan 3 tahapan 1: Membuat undangan kepada semua
petugas UPTD Puskesmas Pangkalbalam. Pada tahapan
kegiatan ini, nilai-nilai dasar ANEKA yang telah diterapkan :
Akuntabilitas:
Saya telah membuat undangan yang dilakukan dengan penuh
tanggung jawab (akuntabilitas) terhadap tugas yang saya
laksanakan.
Nasionalisme:
Saya telah menerapkan nilai nasionalisme yaitu sila ke-3 (Rela
berkorban) dalam tenaga dan waktu.
Komitmen Mutu:
Saya juga telah menerapkan nilai Komitmen Mutu yaitu efektif
dalam arti tercapainya tujuan membuat undangan.
Adapun output dari kegiatan ini berupa undangan. Berikut
dokumentasi tahapan kegiatan ini:
Gambar 4.9
Undangan Sosisalisasi SOP Pelayanan Lansia

74
b. Kegiatan 3 tahapan 2: Menyiapkan tempat, alat, dan daftar
hadir. Nilai-nilai dasar ANEKA yang telah diterapkan berupa:
Akuntabilitas:
Saya telah menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir yang
merupakan tanggung jawab (akuntabilitas) saya terhadap
kegiatan ini.
Nasionalisme:
Saya telah menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir akan
menerapkan nasionalisme sila ke-3 yaitu rela berkorban
dalam tenaga dan waktu.
Komitmen Mutu:
Dalam menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir saya telah
menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti akan
tercapainya tujuan kegiatan.
Adapun output pada tahapan kegiatan ini berupa tempat, alat,
dan daftar hadir. Dokumentasi tahapan kegiatan ini sebagai
berikut:
Gambar 4.10
Tempat, alat, dan daftar hadir

75
c. Kegiatan 3 tahapan 3: Melakukan kegiatan sosialisasi SOP.
Pada tahap ini saya telah menerapkan nilai-nilai dasar ANEKA :
Akuntabilitas:
Melalui kegiatan sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada
petugas di UPTD Puskesmas Pangkalbalam saya telah
menerapkan nilai akuntabilitas yaitu tanggung jawab terhadap
tugas yang diemban.
Etika Publik:
Dalam melakukan sosialisasi saya telah menerapkan nilai etika
publik yaitu santun dalam menyampaikan sosialisasi.
Komitmen Mutu:
Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia ini saya juga telah
menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti akan

76
diketahuinya SOP tersebut sehingga petugas di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam mengetahui SOP Pelayanan lansia

Output pada tahapan kegiatan ini adalah foto, daftar hadir, dan
video. Dokumentasi tahapan kegiatan ini sebagai berikut:

Gambar 4.11
Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia, dan daftar hadir

77
Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Dengan sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas di
UPTD Puskesmas Pangkalbalam maka Pelayanan Lansia telah
terlaksana dengan baik sehingga dapat berkontribusi
mendukung terwujudnya Visi UPTD Puskesmas Pangkalbalam
yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dengan Meningkatkan Mutu Pelayanan Guna Mewujudkan
Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan Misi Puskesmas
Pangkalbalam yang ke-3 yaitu: “Membangun pelayanan
kesehatan dalam tim yang professional dan terpercaya serta
berfokus pada keselamatan pasien”.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas
UPTD Puskesmas Pangkalbalam telah selaras dengan tata nilai
Puskesmas Pangkalbalam yaitu “Professional dalam bekerja”.

4. Sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di UPTD


Puskesmas Pangkalbalam.
Tahapan yang telah dilakukan, yaitu:

a. Kegiatan 4 tahapan 1: Menyiapkan tempat dan alat tentang


sosialisasi pelayanan pasien khusus lansia:
Akuntabilitas:
Saya telah menyiapkan tempat dan alat tentang sossialisasi
yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab (akuntabilitas)
terhadap tugas yang diemban.
Nasionalisme:
Saya telah menerapkan nilai nasionalisme yaitu sila ke-3 (Rela
berkorban) dalam tenaga dan waktu.
Komitmen Mutu:
Saya juga telah menerapkan nilai Komitmen Mutu yaitu efektif
dalam arti tercapainya tujuan menyiapkan tempat dan alat.

78
Output dari kegiatan ini adalah tempat, alat sosialisasi, dan foto.
Dokumentasi tahapan kegiatan sebagai berikut:
Gambar 4.12
Tempat, alat, dan foto sosialisaasi

79
b. Kegiatan 4 tahapan 2: Membagikan leaflet Pelayanan Lansia.
Nilai-nilai dasar ANEKA yang telah saya terapkan:
Nasionalisme:
Dengan membagikan leaflet saya telah menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-3 yaitu tidak membeda-bedakan suku,
ras dan agama
Etika Publik:
Saat membagikan leaflet saya telah menerapkan nilai etika
publik yaitu santun kepada pasien.
Komitmen Mutu:
Dengan membagikan leaflet Pelayanan Lansia kepada pasien
maka saya telah menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif
dalam arti tercapainya tujuan menyampaikan informasi
Pelayanan Lansia
Output yang didapatkan pada kegiatan ini adalah dokumentasi
foto dan video. Dokumentasi tahapan kegiatan ini sebagai
berikut:

Gambar 4.13
Membagikan leaflet pelayanan lansia

80
c. Kegiatan 4 tahapan 3: Sosialisasi Pelayanan Lansia. Niai-
Nilai ANEKA yang telah saya terapkan :
Akuntabilitas:
Saya telah melakukan sosialisasi dengan penuh rasa tanggung
jawab (Akuntabilitas) dalam menjalankan tugas.
Etika Publik:
Dengan sosialisasi saya telah menerapkan nilai etika publik
yaitu santun dalam menyampaikan sosialisasi kepada pasien
Komitmen Mutu:
Dengan melakukan sosialisasi maka saya telah menerapkan
nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti tercapainya tujuan
untuk menyampaikan Pelayanan Lansia kepada pasien

Output pada tahapan kegiatan ini berupa dokumentasi foto dan


video kegiatan, serta daftar hadir. Dokumentasi tahapan kegiatan
ini sebagai berikut

Gambar 4.14
Sosialisasi Pelayanan Lansia, dan daftar hadir

81
82
83
84
Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Dengan sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di
Puskesmas Pangkalbalam pasien telah mengetahui kemudahan
pelayanan bagi pasien lansia sehingga pasien lansia tidak
mengalami kesulitan saat berobat sehingga telah berkontribusi
mendukung terwujudnya Visi UPTD Puskesmas Pangkalbalam
yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dengan Meningkatkan Mutu Pelayanan Guna Mewujudkan
Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan telah

85
berkontribusi terhadap Misi Puskesmas Pangkalbalam yang ke-2
yaitu: “Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan
melalui gerakan masyarakat dalam pencapaian target
indikator keluarga sehat.”
Penguatan Nilai Organisasi
Sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam telah selaras dengan tata nilai
Puskesmas Pangkalbalam yaitu Orientasi pada kebutuhan dan
harapan pelanggan.

5. Membuat laporan dan evaluasi hasil kegiatan. Pada tahapan ini


kegiatan yang telah dilakukan, yaitu :
a. Kegiatan 5 tahapan 1: Membagikan kuisioner. Nilai-nilai
ANEKA yang akan diterapkan adalah
Nasionalisme:
Dengan membagikan kuisioner saya telah menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-3 yaitu tidak membeda-bedakan suku,
ras dan agama.
Etika Publik:
Saat membagikan kuisioner saya juga akan menerapkan nilai
etika publik yaitu santun kepada pasien.
Komitmen Mutu:
Dengan membagikan kuisioner Pelayanan Lansia kepada pasien
saya telah menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam
arti tercapainya tujuan untuk mengetahui peningkatan pelayanan
lansia..
Output pada tahapan kegiatan ini berupa dokumentasi foto.
Dokumentasi dari tahapan kegiatan ini sebagai berikut:

86
Gambar 4.15
Membagikan Kuisioner

b. Kegiatan 5 tahapan 2: Membuat laporan kegiatan. Nilai-nilai


ANEKA yang telah diterapkan adalah :
Akuntabilitas:
Laporan dibuat secara tanggung jawab (akuntabilitas)
berdasarkan capaian yang akan didapat.
Etika Publik:
Pada tahapan ini terdapat pencapaian hasil kinerja (Etika
Publik)
Komitmen mutu:
Saya telah membuat laporan yaitu laporan yang bermutu.
Antikorupsi:
Saya telah membuat laporan dengan jujur (anti korupsi), tanpa
ada data yang dimanipulasi.
Adapun output yang didapat berupa laporan kegiatan dan foto.
Dokumentasi tahapan kegiatan ini sebagai berikut:

87
Gambar 4.16
Membuat Laporan Kegiatan

c. Kegiatan 5 tahapan 3: Menyampaikan hasil laporan kegiatan


dan meminta persetujuan laporan kegiatan kepada Kepala
Puskesmas.
Nilai-nilai ANEKA yang telah saya terapkan adalah:
Akuntabilitas:
Laporan yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas
merupakan bentuk tanggung jawab (akuntabilitas) dari hasil
kegiatan yang telah dilakukan.
Etika Publik:
Laporan yang kita sampaikan pada pimpinan merupakan
pencapaian hasil kegiatan (Etika Publik) yang telah saya
lakukan.
Komitmen mutu:
Dengan menyampaikan laporan kegiatan dan meminta
persetujuan laporan kepada Kepala Puskesmas maka telah
menerapkan nilai efektif (Komitmen Mutu) yaitu tujuan
penyampaian laporan tercapai.

88
Antikorupsi:
Menyampaikan laporan kegiatan dan meminta persetujuan
laporan kepada Kepala Puskesmas akan menerapkan nilai
Antikorupsi yaitu jujur.
Adapun output dari tahapan kegiatan ini adalah dokumentasi foto
dan lampiran laporan kegiatan. Dokumentasi dari tahapan
kegiatan ini sebagai berikut:
Gambar 4.17
Menyampaikan Laporan Kegiatan dan Meminta Persetujuan

d. Kegiatan 5 tahapan 4: Melakukan evaluasi kegiatan.


Nilai-nilai ANEKA yang akan saya terapkan adalah:
Akuntabilitas:
Dengan melakukan evaluasi kegiatan bersama pimpinan, maka
diperoleh kejelasan (Akuntabilitas) mengenai rencana tindak
lanjut yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.
Nasionalisme:
Saya bersama pimpinan telah melakukan musyawarah
(Nasionalisme, Sila ke-4) mengenai hasil kegiatan dan mencari
solusi tindak lanjut untuk peningkatan kegiatan dikemudian hari.

89
Komitmen Mutu:
Dengan adanya evaluasi, telah didapatkan rencana tindak lanjut
kegiatan agar ke depannya kegiatan ini berjalan dengan lebih
bermutu (Komitmen Mutu).
Adapun output dari tahapan kegiatan ini adalah lembar evaluasi
dan foto. Dokumentasi dari tahapan kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.18
Melakukan Evaluasi Kegiatan

Kontribusi terhadap Visi dan Misi


Dengan membuat laporan hasil evaluasi kegiatan telah
berkontribusi mendukung terwujudnya Visi UPTD Puskesmas
Pangkalbalam yaitu “Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Dengan Meningkatkan Mutu Pelayanan Guna
Mewujudkan Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan
telah berkontribusi terhadap Misi Puskesmas Pangkalbalam
yang ke-4 yaitu: Mengembangkan potensi, kompetensi, etos
budaya kerja, dan sumber daya manusia agar selalu siap
menghadapi perubahan.

90
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan membuat laporan hasil evaluasi kegiatan telah selaras
dengan tata nilai Puskesmas Pangkalbalam yaitu Tanggung
jawab terhadap tugas yang diemban.

4.4 Analisis Dampak

Kegiatan aktualisasi yang telah saya lakukan di wilayah kerja


UPTD Puskesmas Pangkalbalam yaitu pada tanggal 05 September
2019 sampai dengan 09 Oktober 2019. Adapun kegiatan aktualisasi
yang telah dilakukan memiliki analisis dampak, yaitu :
4.4.1 Bagi Kinerja Individu
1. Peserta mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar
ANEKA dalam setiap kegiatan yang dilakukan dan
membentuk karakter ASN berkualitas, professional dan
berdedikasi tinggi untuk melayani masyarakat.
2. Mendorong capaian kinerja yang lebih baik.
3. Meningkatkan kompetensi dalam melakukan inovasi serta
kreativitas di bidang pelayanan kesehatan.
4. Menambah kompetensi sebagai pelayan publik yang memiliki
tanggung jawab terhadap derajat kesehatan masyarakat.

4.4.2 Manfaat Bagi UPTD Puskesmas Pangkalbalam


1. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang mendukung
pelayanan kesehatan masyarakat yang optimal, berorientasi
pada kepentingan publik serta meningkatkan akuntabilitas
lembaga kesehatan.
2. Meningkatkan pelayanan bagi pasien lansia di UPTD
Puskesmas Pangkalbalam.

91
4.4.3 Kontribusi Bagi Visi, Misi, dan Organisasi
1. Kegiatan aktualisasi ini berkontribusi mendukung
terwujudnya visi UPTD Pukesmas Pangkalbalam yaitu
“Menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat dengan
meningkatkan mutu pelayanan guna mewujudkan
masyarakat mandiri untuk hidup sehat.”
2. Mendukung Misi UPTD Puskesmas Pangkalbalam yaitu:
a. Membangun dan mengembangkan pelayanan kesehatan
berstandar nasional
b. Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan
melalui gerakan masyarakat dalam pencapaian target
indikator keluarga sehat
c. Membangun pelayanan kesehatan dalam tim yang
profesional dan terpercaya serta berfokus pada
keselamatan pasien
d. Mengembangkan potensi, kompetensi, etos budaya kerja
dan sumber daya manusia agar selalu siap menghadapi
perubahan
3. Menguatkan tata nilai organisasi UPTD Puskesmas
Pangkalbalam yaitu “Profesional dalam bekerja” dan
“Orientasi pada kebutuhan dan harapan pelanggan”.

4.4.4 Analisis Dampak Apabila nilai-nilai dasar PNS tidak


diaktualisasikan
Pada pembahasan bagian capaian aktualisasi diuraikan
bahwa semua kegiatan dan nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu
ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan antikorupsi) semuanya dapat diaktulisasikan atau
diaplikasikan. Berikut ini saya menganalisis dampak apabila
nilai-nilai dasar PNS tidak dapat di aplikasikan dalam
melaksanakan tugas dan jabatan

92
Kegiatan 1: Persiapan penyusunan pembuatan SOP
Pelayanan Lansia.
Kegiatan 1 Tahapan 1: Mencari Referensi
Dalam penyusunan pembuatan SOP Pelayanan Lansia saya
harus mencari referensi mengenai SOP Pelayanan Lansia. Nilai
dasar ANEKA yang akan saya terapkan yaitu Akuntabilitas
(Kejelasan) mengenai bahan dan materi yang akan diperlukan
untuk membuat SOP Pelayanan Lansia. Pada saat mencari
referensi saya menerapkan nilai nasionalisme sila ke-4
tanggung jawab sebagai amanah dalam menjalankan tugas.
Dalam mencari referensi menerapkan etika publik yaitu
pencapaian hasil kinerja mengenai bahan referensi yang
dicari. Referensi yang dicari harus berkomitmen mutu yaitu
mutu dari referensi yang dicari dan menerapkan nilai
antikorupsi yaitu jujur dalam mencari referensi.
Output dari tahapan ini adalah bahan dan materi.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan anti korupsi tidak dilaksanakan maka saya tidak
mendapatkan referensi tentang SOP Pelayanan Lansia.

Kegiatan 1 tahapan 2: Menyusun konsep tahapan SOP.


Setelah mencari referensi, saya menyusun konsep tahapan
SOP. Nilai-nilai dasar yang terkandung yaitu kejelasan
(akuntabilitas) mengenai konsep tahapan SOP yang akan
saya buat. Dalam menyusun konsep tahapan SOP saya akan
menerapkan nilai Nasionalisme (Sila ke-4) yaitu tanggung
jawab sebagai amanah untuk menyelesaikan tugas menyusun
konsep tahapan SOP. Saya membuat konsep tahapan SOP
sesuai keahlian (etika publik) dibidang saya. Konsep tahapan
SOP yang disusun dengan inovasi (komitmen mutu) dan
jujur (antikorupsi) sesuai referensi.

93
Output dari tahapan ini berupa konsep SOP Pelayanan Lansia.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan antikorupsi ini tidak dilaksanakan maka konsep SOP
pelayanan lansia tidak akan tersusun.

Kegiatan 1 tahapan 3: Konsultasi kepada Kepala


Puskesmas mengenai konsep tahapan SOP yang dibuat.
Setelah menyusun konsep tahapan SOP, saya berkonsultasi
kepada Kepala Puskesmas mengenai konsep SOP yang
dibuat. Pada tahap ini saya telah menerapkan nilai ANEKA
Akuntabilitas (tanggung jawab) menyampaikan konsep
tahapan yang dibuat. Pada saat konsultasi, saya
menyampaikan dan menjelaskan konsep tahapan SOP yang
dibuat juga dengan menerapkan nilai ANEKA Nasionalisme
yaitu sila ke-4 dengan cara musyawarah. Saya juga telah
menerapkan nilai ANEKA Etika Publik yaitu etika luhur diawali
dengan salam dan bertutur kata yang sopan dan santun
kepada atasan. Dengan berkonsultasi dengan Kepala
Puskesmas dapat tercapai pembuatan konsep SOP yang
dibuat sehingga efektif (Komitmen Mutu).
Output pada tahap ini adalah konsep SOP Pelayanan Lansia,
form konsultasi, dan foto.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, dan
komitmen mutu ini tidak dilaksanakan maka tidak terlaksana
konsultasi dan tidak akan mendapatkan hasil dari konsultasi
mengenai konsep tahapan SOP Pelayanan Lansia

Kegiatan 1 tahapan 4: Pengesahan SOP Pelayanan Lansia


dengan SK Kepala Puskesmas.
Setelah berkonsultasi kepada Kepala Puskesmas, selanjutnya
pengesahan SOP Pelayanan Lansia dengan SK Kepala

94
Puskesmas. Pada tahap ini saya telah menerapkan nilai
Akuntabilitas (Kejelasan) dalam pengesahan SOP Pelayanan
Lansia. Kemudian saya telah menerapkan nilai (Nasionalisme
sila ke-4) tanggung jawab sebagai amanah untuk mengajukan
Pengesahan SOP Pelayanan Lansia kepada Kepala
Puskesmas dan Etika Publik yaitu pencapaian hasil kinerja.
Pengesahan SOP pelayanan Lansia ini harus berkomitmen
mutu yaitu SOP yang bermutu.
Output pada tahap ini adalah SOP Pelayanan Lansia yang
disahkan dengan SK Kepala Puskesmas.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, dan
komitmen mutu tidak dilaksanakan dengan baik maka SOP
Pelayanan Lansia tidak dapat dibuat dan disahkan.

Kegiatan 2: Membuat leaflet Pelayanan Lansia dan


kuisioner.
Kegiatan 2 tahapan 1: Mencari referensi.
Dalam mencari referensi ini saya telah menerapkan nilai
ANEKA yaitu akuntabilitas (kejelasan) mengenai bahan dan
materi leaflet dan kuisioner yang akan dibuat. Mencari referensi
leaflet dan kuisioner ini juga telah menerapkan nilai
nasionalisme yaitu sila ke-4, tanggung jawab sebagai
amanah dalam menjalankan tugas. Hasil bahan dan materi
yang didapatkan juga telah menerapkan nilai etika publik yaitu
pencapaian hasil kinerja yang dikerjakan dan komitmen
mutu dengan bahan dan materi yang bermutu. Dalam mencari
referensi leaflet dan kuisioner juga menerapkan nilai
antikorupsi yaitu jujur dalam mecari referensi leaflet.
Adapun output dari kegiatan ini adalah bahan dan materi leaflet
beserta kuisioner, dan foto.

95
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan antikorupsi tidak dilaksanakan dengan baik maka
tidak akan mendapatkan referensi leaflet Pelayanan Lansia dan
kuisioner.

Kegiatan 2 tahapan 2: Membuat desain leaflet dan kuisioner.


Adanya desain leaflet kuisioner akan memberi kejelasan
(akuntabilitas) dalam membuat leaflet dan materi yang akan
dibuat. Saya telah melakukan nilai ANEKA Nasionalisme sila ke-
3 yaitu rela berkorban dalam meluangkan waktu membuat
desain leaflet dan kuisioner. Dalam membuat desain leaflet dan
kuisioner ada pencapaian hasil kinerja (etika publik). Desain
leaflet dan kuisioner yang dibuat juga telah menerapkan nilai
ANEKA komitmen mutu yaitu inovasi dalam membuat desain
leaflet dan menerapkan nilai antikorupsi yaitu mandiri dalam
membuat desain leaflet dan kuisioner.
Output dari tahapan kegiatan ini yaitu desain leaflet dan
kuisioner, dan foto.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan antikorupsi tidak dilaksanakan dengan baik maka
tidak dapat membuat desain leaflet dan kuisioner.

Kegiatan 2 tahapan 3: Konsultasi dengan Kepala


Puskesmas.
Saya telah melakukan kosnultasi mengenai desain leaflet dan
kuisioner yang sudah saya buat. Dengan konsultasi maka telah
mendapatkan kejelasan (akuntabilitas) mengenai desain leaflet
dan kuisioner yang sudah dibuat apakah sudah sesuai atau
belum. Dalam berkonsultasi saya telah menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-4 yaitu musyawarah dalam berkonsultasi
dan telah menerapkan nilai etika publik yaitu etika luhur
menggunakan sopan santun dalam berkonsultasi. Dengan

96
berkonsultasi dengan Kepala Puskesmas maka telah
menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti
tercapai tujuan mengenai desain leaflet dan kuisioner yang akan
dibuat.
Output dari tahapan kegiatan ini yaitu form konsultasi dan foto.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan antikorupsi tidak dilaksanakan dengan baik maka
tidak terjadi konsultasi dan kesepakatan mengenai desain leaflet
dan kuisioner yang dibuat.

Kegiatan 2 tahapan 4: Mencetak leaflet dan kuisioner.


Dalam mencetak leaflet dan kuisioner saya bertanggung jawab
(akuntabilitas) terhadap tugas yang saya rencanakan. Saya
juga telah menerapkan nilai nasionalisme sila ke-3 rela
berkorban dalam memberikan waktu untuk mencetak leaflet
dan kuisioner. Saya juga telah menerapkan nilai etika publik
yaitu pencapaian hasil kinerja dalam mencetak leaflet dan
kuisioner. Dalam mencetak leaflet dan kuisioner juga memiliki
nilai komitmen mutu yaitu mutu dari hasil leaflet tersebut dan
nilai antikorupsi yaitu mandiri dalam mencetak leaflet dan
kuisioner menggunakan biaya sendiri.
Output dari kegiatan ini adalah leaflet dan kuisioner.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen
mutu, dan antikorupsi tidak dilaksanakan dengan baik maka
kuisioner dan leaflet tidak dapat dicetak.

Kegiatan 3: Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada


petugas di UPTD Pusesmas Pangkalbalam.

Kegiatan 3 tahapan 1: Membuat undangan kepada semua


petugas UPTD Puskesmas Pangkalbalam.

97
Saya telah membuat undangan yang dilakukan dengan penuh
tanggung jawab (akuntabilitas) terhadap tugas untuk
mencapai tujuan. Saya juga telah menerapkan nilai
nasionalisme yaitu sila ke-3 (Rela berkorban) dalam tenaga
dan waktu. Saya juga menerapkan nilai Komitmen Mutu yaitu
efektif dalam arti tercapainya tujuan membuat undangan.
Output dari kegiatan ini berupa undangan.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, dan komitmen mutu
tidak dilaksanakan maka undangan tidak dapat dibuat.

Kegiatan 3 tahapan 2: Menyiapkan tempat, alat, dan daftar


hadir.
Saya telah menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir yang
merupakan tanggung jawab (akuntabilitas) saya terhadap
kegiatan ini. Tindakan menyiapkan tempat, alat, dan daftar hadir
juga menerapkan nilai nasionalisme sila ke-3 yaitu rela
berkorban dalam tenaga dan waktu. Dalam menyiapkan tempat,
alat, dan daftar hadir menerapkan nilai komitmen mutu yaitu
efektif dalam arti akan tercapainya kegiatan.
Output pada tahapan kegiatan ini berupa tempat, alat, dan daftar
hadir.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, dan komitmen mutu
tidak dilaksanakan maka tempat, alat, dan daftar hadir yang
digunakan untuk sosialisasi tidak tersedia.

Kegiatan 3 tahapan 3: Sosialisasi SOP.


Kegiatan sosialisasi SOP Pelayanan Lansia kepada petugas di
UPTD Puskesmas Pangkalbalam yang telah saya lakukan
menerapkan nilai akuntabilitas yaitu tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Dalam melakukan
sosialisasi saya juga telah menerapkan nilai etika publik yaitu

98
santun dalam menyampaikan sosoalisasi. Dengan Sosialisasi
SOP Pelayanan Lansia ini menjadi efektif (Komitmen Mutu)
dalam arti akan diketahuinya SOP tersebut sehingga petugas di
UPTD Puskesmas Pangkalbalam mengetahui SOP Pelayanan
lansia.
Output pada tahapan kegiatan ini adalah foto, daftar hadir, dan
video.
Apabila nilai akuntabilitas, etika publik, dan komitmen mutu tidak
dilaksanakan maka sosialisasi tidak terlaksana.

Kegiatan 4: Sosialisasi Pelayanan Lansia kepada pasien di


UPTD Puskesmas Pangkalbalam.

Kegiatan 4 tahapan 1: Menyiapkan tempat dan alat tentang


sosialisasi pelayanan pasien khusus lansia.
Saya telah menyiapkan tempat dan alat tentang sosialisasi yang
dilakukan dengan penuh tanggung jawab (akuntabilitas)
terhadap tugas untuk mencapai tujuan. Saya juga telah
menerapkan nilai nasionalisme yaitu sila ke-3 (Rela
berkorban) dalam tenaga dan waktu. Saya juga telah
menerapkan nilai Komitmen Mutu yaitu efektif dalam arti
tercapainya tujuan menyiapkan tempat dan alat untuk sosialisasi.
Output dari kegiatan ini adalah tempat, alat sosialisasi, dan foto.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, dan komitmen mutu
tidak dilaksanakan maka tempat dan alat untuk sosialisasi tidak
tersedia untuk digunakan.

Kegiatan 4 tahapan 2: Membagikan leaflet Pelayanan Lansia.


Dengan membagikan leaflet saya telah menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-3 yaitu tidak membeda-bedakan suku,
ras dan agama. Saat membagikan leaflet saya juga telah

99
menerapkan nilai etika publik yaitu santun kepada pasien
Dengan membagikan leaflet Pelayanan Lansia kepada pasien
maka telah menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif
dalam arti tercapainya tujuan menyampaikan informasi
Pelayanan Lansia kepada pasien.
Output yang didapatkan pada kegiatan ini adalah dokumentasi
foto dan video.
Apabila nilai nasionalisme, etika publik, dan komitmen mutu tidak
dilaksanakan maka leaflet tidak bisa dibagikan kepada pasien.

Kegiatan 4 tahapan 3: Sosialisasi SOP Pelayanan Lansia.


Saya telah melakukan sosialisasi dengan penuh rasa tanggung
jawab (Akuntabilitas) dalam menjalankan tugas dengan target
yang akan dicapai. Dengan sosialisasi saya telah menerapkan
nilai etika publik yaitu santun dalam menyampaikan sosialisasi
kepada pasien. Dengan melakukan sosialisasi maka saya telah
menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif dalam arti
tercapainya tujuan untuk menyampaikan Pelayanan Lansia
kepada pasien
Output pada tahapan kegiatan ini berupa dokumentasi foto dan
video kegiatan, serta daftar hadir.
Apabila nilai akuntabilitas, etika publik, dan komitmen mutu tidak
dilaksanakan maka sosialisasi SOP Pelayanan lansia tidak
terlaksana.

Kegiatan 5: Membuat laporan dan evaluasi hasil kegiatan.


Kegiatan 5 tahapan 1: Membagikan kuisioner.
Dengan membagikan kuisioner saya telah menerapkan nilai
nasionalisme sila ke-3 yaitu tidak membeda-bedakan suku,
ras dan agama. Saat membagikan kuisioner saya juga telah
menerapkan nilai etika publik yaitu santun kepada pasien.
Dengan membagikan kuisioner Pelayanan Lansia kepada pasien

100
maka telah menerapkan nilai komitmen mutu yaitu efektif
dalam arti tercapainya tujuan untuk mengetahui peningkatan
pelayanan lansia.
Output pada tahapan kegiatan ini berupa dokumentasi foto.
Apabila nilai nasionalisme, etika publik, dan komitmen mutu tidak
dilaksanakan maka kuisioner tidak bisa dibagikan kepada pasien
sehingga tidak bisa mendapatkan data mengenai peningkatan
pelayanan lansia.

Kegiatan 5 tahapan 2: Membuat laporan kegiatan.


Laporan dibuat dengan penuh rasa tanggung jawab
(akuntabilitas) berdasarkan capaian yang akan didapat. Pada
tahapan ini terdapat pencapaian hasil kinerja (Etika Publik)
dan komitmen mutu yaitu laporan yang bermutu. Laporan
dibuat dengan jujur (antikorupsi) tanpa ada data yang
dimanipulasi.
Output yang didapat berupa laporan kegiatan dan foto.
Apabila nilai akuntabilitas, etika publik, dan antikorupsi tidak
dilaksanakan maka laporan kegiatan tidak bisa dibuat dengan
baik dan data tidak sesuai kenyataan.

Kegiatan 5 tahapan 3: Menyampaikan hasil laporan kegiatan


dan meminta persetujuan laporan kegiatan kepada Kepala
Puskesmas.
Laporan yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas
merupakan bentuk tanggung jawab (akuntabilitas) dari hasil
kegiatan yang telah dilakukan. Laporan yang saya sampaikan
pada Kepala Puskesmas merupakan pencapaian hasil
kegiatan (Etika Publik) yang telah dilakukan. Dengan
menyampaikan laporan kegiatan dan meminta persetujuan
laporan kepada Kepala Puskesmas maka akan efektif
(Komitmen Mutu) yaitu tujuan penyampaian laporan tercapai.

101
Menyampaikan laporan kegiatan dan meminta persetujuan
laporan kepada Kepala Puskesmas akan menerapkan nilai
Antikorupsi yaitu jujur.
Adapun output dari tahapan kegiatan ini adalah dokumentasi
foto dan lampiran laporan kegiatan.
Apabila nilai akuntabilitas, etka publik, komitmen mutu, dan
antikorupsi tidak dilaksanakan maka laporan kegiatan tidak
disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan tidak mendapat
persetujuan Kepala Puskesmas.

Kegiatan 5 tahapan 4: Melakukan evaluasi kegiatan.


Dengan melakukan evaluasi kegiatan bersama pimpinan, maka
diperoleh kejelasan (Akuntabilitas) mengenai rencana tindak
lanjut. Saya bersama Kepala Puskesmas melakukan
musyawarah (Nasionalisme, Sila ke-4) mengenai hasil
kegiatan dan rencana tindak. Dengan adanya evaluasi, rencana
tindak lanjut kegiatan berjalan dengan lebih bermutu
(Komitmen Mutu).
Output dari tahapan kegiatan ini adalah lembar evaluasi dan
foto.
Apabila nilai akuntabilitas, nasionalisme, dan komitmen mutu
tidak dilaksanakan maka berdampak tidak adanya evaluasi dan
tidak ada rencana tindak lanjut dari kegiatan yang dilakukan
sehingga kegiatan menjadi tidak bermutu.

4.4.5 Evaluasi Kegiatan

Evaluasi kegiatan dilakukan dengan membagiakan kuisioner


berupa pertanyaan mengenai pelayanan lansia sebelum dan
sesudah dilakukan pelayanan lansia kepada pasien lansia.
Terdapat 5 pertanyaan sebelum adanya kemudahan pelayanan
lansia dan 5 pertanyaan setelah adanya kemudahan pelayanan

102
lansia. Pertanyaan tersebut mengenai pendaftaran pasien
prioritas, ruang pelayanan lansia, kursi tunggu prioritas,
pelayanan farmasi satu pintu, dan pelayanan laboratorium satu
pintu. Kuisioner yang dibuat berjumlah 20 buah, dihitung
berdasarkan 30% jumlah rata-rata kunjungan selama 5 hari
(Sabtu 28 September 2019 sampai dengan Kamis 03 Oktober
2019) dan dibagikan kepada pasien lansia yang berobat ke
pelayanan lansia. Dari 20 kuisioner yang dibagikan terdapat 4
buah kuisioner (20%) dengan hasil nilai sebelum dan sesudah
adanya kemudahan pelayanan lansia dinilai sama, sedangkan
sisanya 16 kuisioner (80%) dengan hasil terdapat peningkatan
pelayanan lansia yang diberikan. Hasil ini menunjukan bahwa
terjadi peningkatan pelayanan bagi pasien lansia yang dirasakan
oleh pasien lansia yang ada di UPTD Puskesmas Pangkalbalam

103
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Laporan aktualisasi ini berisi realisasi kegiatan habituasi dari


rancangan seminar sebelumnya. Kegiatan yang telah diaplikasikan
adalah kegiatan “Upaya Peningkatan Pelayanan Bagi Pasien Lansia
Melalui Pembuatan SOP Pelayanan Lansia di UPTD Puskesmas
Pangkalbalam.” Kegiatan ini bersumber dari observasi peserta
latsar CPNS ketika melaksanakan tugas di tempat bertugas.
Kegiatan ini juga didukung dengan penelitian sesaat dengan teknik
APKL, konsultasi dengan mento,r dan inisiatif sendiri. Pelaksanaan
kegiatan aktualisasi ini terdiri dari 5 kegiatan yang disusun pada
rancangan aktualisasi sebelumnya. Nilai-nilai dasar PNS yaitu
Akuntabilitas, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Antikorupsi
(ANEKA) dan berprinsip pada Manajemen ASN, Pelayanan Publik
juga telah diaktualisasikan dalam setiap kegiatan dan tahapan
kegiatan.
Kegiatan yang telah dilakukan melibatkan pihak–pihak
seperti petugas kesehatan, dan para pegawai yang ada di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Pangkalbalam. Hasil dari kegiatan ini telah
meningkatkan pelayanan lansia yang ada di wilayah kerja serta
memiliki dampak yang berkelanjutan yang menghasilkan nuansa
positif di UPTD Puskesmas Pangkalbalam.

5.2 SARAN
Kegiatan aktualisasi khususnya habituasi hanya berlangsung
30 hari kerja saja. Waktu ini tentu terasa sangat kurang apalagi
peserta latsar CPNS hanya diberi waktu sedikit untuk berfikir secara
cepat dan tepat. Gagasan pemecah isu serta kegiatannya

104
berkemungkinan masih jauh dari kata sempurna. Namun penulis
akan tetap melanjutkan kegiatan ini sebagai kegiatan yang
berkelanjutan di UPTD Puskesmas Pangkalbalam. Penulis berfikir
bahwa ini merupakan sebuah latihan yang dikemudian hari harus
dikembangkan apalagi status ASN sekarang sudah berubah bukan
sebagai kaum priyai yang harus disegani dan dihormati melainkan
sebagai pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa dan
pelaksana kebijakan publik..
Semoga kegiatan habituasi atau pengaplikasian nilai dasar
ANEKA dan peran kedudukan PNS tetap berlanjut bukan hanya
sektor persyaratan untuk menghilangkan status CPNS menjadi PNS
saja. Melainkan keteguhan hati, konsistensi, dan rasa bangga
menjadi seorang PNS yang bekerja sebagai aset pemerintah.

105
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas. Modul Pelatihan


Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III, Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik. Modul Pelatihan


Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III, Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi. Modul Pelatihan


Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III, Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme. Modul Pelatihan


Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III, Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu. Modul


Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III, Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen Aparatur Sipil


Negara. Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Golongan III, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of Government. Modul


Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III, Lembaga
Administrasi Negara, Jakarta.

106
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat
Kesehatan Masyarakat.

107

Anda mungkin juga menyukai